Pembunuhan Yang Dilakukan Oleh Orang Tua Terhadap Anak Ditinjau Dari Psikologi Kriminal (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan)

(1)

Taufiq Mustakim : Pembunuhan Yang Dilakukan Oleh Orang Tua Terhadap Anak Ditinjau Dari Psikologi Kriminal (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2008.

USU Repository © 2009

PEMBUNUHAN YANG DILAKUKAN OLEH ORANG TUA TERHADAP ANAK DITINJAU DARI PSIKOLOGI KRIMINAL

(Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan)

SKRIPSI

Diajukan untuk Melengkapi Tugas – tugas dan Memenuhi Syarat – syarat Untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Hukum

Oleh :

Nama : Taufiq Mustakim Nim : 030200084

Departemen : Hukum Pidana

Ketua Departemen

Abul Khair, SH., M.Hum 131 842 853

Pembimbing I Pembimbing II

M. Nuh, SH., M. Hum Liza Erwina SH., M Hum 130 810 667 131 835 565

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

Taufiq Mustakim : Pembunuhan Yang Dilakukan Oleh Orang Tua Terhadap Anak Ditinjau Dari Psikologi Kriminal (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2008.

USU Repository © 2009

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT atas segala taufik dan rahmatNya berupa kesehatan, kekuatan dan kemudahan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Tindak Pidana Pembunuhan Yang Dilakukan Oleh Orang Tua Terhadap Anak Ditinjau Dari Aspek Psikologi Kriminal”.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini memiliki banyak kekurangan dalam berbagai hal terutama dalam hal berupa penyajian, tata bahasa maupun materi muatannya. Oleh karena itu penulis mengharapkan segala bentuk kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak demi terciptanya perbaikan di hari mendatang.

Pada kesempatan ini penulis megucapkan terima kasih sebesar-besarnya atas dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis dalam kesempatan ini sangat berterima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Runtung, SH, M.Hum, selaku Dekan Fakultas Hukum USU Medan.

2. Bapak Prof. Dr. Suhaidi SH, MH, selaku Pembantu Dekan I. 3. Bapak Syafruddin, SH, MH, DFM, selaku Pembantu Dekan II. 4. Bapak M. Husni SH, M.Hum, selaku Pembantu Dekan III.

5. Bapak Abul Khair SH, M.Hum selaku Ketua Departemen Hukum Pidana. 6. Bapak M.Nuh selaku Dosen Pembimbing I.

7. Ibu Liza Erwina SH, M.Hum selaku Dosen Pembimbing II.

8. Bapak Prof. Dr. Bismar Nasution SH, MH selaku Dosen Wali Penulis.

9. Seluruh Dosen dan Staf Pengajar pada Fakultas Hukum USU Medan yang telah membimbing penulis selama masa perkuliahan.


(3)

Taufiq Mustakim : Pembunuhan Yang Dilakukan Oleh Orang Tua Terhadap Anak Ditinjau Dari Psikologi Kriminal (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2008.

USU Repository © 2009

10. Terima kasih sebesar-besarnya kepada kedua orangtua penulis yang telah membesarkan dengan penuh kasih sayang dan cinta yang sangat melimpah dan selalu ada setiap saat untuk penulis yaitu Ayahanda Surip dan Ibunda Masni. 11. Kepada Abang dan Kakakku Surya, Aripian dan Firma Hafni serta Adikku Sri

Anita terima kasih atas segalanya.

12. Kepada teman-temanku semua M. Anwar Tanjung, M.Ayodia Rizaldi, Wulan A. Zega, Zuliana Maro Batubara, Adra Nur Akbar, Nora Amelia, Heny Sekartati, Ahmad Azhari, Ferdiansyah, Rafida Aflah, Fitri Khadijah, Nia Avena Sari, Putri Melina Sari, Rudi Sunardi, Ayu Andanali, Abdul Muluk Lubis, Ari Sembiring, Atria, Wan Yusnizar, Chairunita, Nita, Diegi, Maria, Mimi, Petra, Fita, Saleh, Abdul dan seluruh teman-teman Stambuk 2003 yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah banyak membantu dalam penulisan skripsi ini.

13. Kepada teman-temanku Egi Soesanto, Iwan, Didi, Nanang, Andry, Didit terima kasih atas semuanya dan adik-adik stambuk 2004 Putri, Tyas, Taufik, Ruri dan Zaki.

14. Kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Akhir kata penulis, berharap skripsi ini berguna bagi kita semua dan pihak-pihak yang membutuhkannya, terima kasih.

Medan 04 Maret 2008


(4)

Taufiq Mustakim : Pembunuhan Yang Dilakukan Oleh Orang Tua Terhadap Anak Ditinjau Dari Psikologi Kriminal (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2008.

USU Repository © 2009

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...i

DAFTAR ISI………..iv

ABSTRAKSI………...v

BAB I PENDAHULUAN………1

A. Latar Belakang………....1

B. Permasalahan………...4

C. Keaslian Penulisan………...5

D. Tujuan Penulisan……….5

E. Manfaat Penulisan………...6

F. Tinjauan Kepustakaan………6

G. Metode Penelitian………..27

BAB II MAZHAB-MAZHAB TENTANG SEBAB-SEBAB KEJAHATAN A. Mazhab-mazhab Tentang Sebab-sebab Kejahatan…………..29

1. Mazhab Sosiologi Menyelenggarakan Statistik Kriminal………..29

2. Mazhab Anthropologi……….31

3. Mazhab Lingkungan………..….33

4. Mazhab Bio Sosiologi………36

5. Mazhab Agama………...38

B. Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Tindak Pidana Pembunuhan Terhadap Anak………...39

1. Faktor Intern……….39


(5)

Taufiq Mustakim : Pembunuhan Yang Dilakukan Oleh Orang Tua Terhadap Anak Ditinjau Dari Psikologi Kriminal (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2008.

USU Repository © 2009

BAB III TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN DALAM KITAB

UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA………...47

A. Tindak Pidana Dalam KUHP………..47

1. Kejahatan Terhadap Nyawa Yang Dilakukan Dengan Sengaja…...47

2. Kejahatan Terhadap Nyawa Yang Dilakukan Dengan Tidak Sengaja……… 54

B. Gejala-Gejala Pembunuhan Dalam Lingkungan Keluarga…..55

1. Keadaan atau Ciri-Ciri Keluarga Pelaku Tindak Pidana Pembunuhan Terhadap Anak………..59

2. Modus Operandi Pembunuhan Terhadap Anak………...61

BAB IV KASUS DAN UPAYA-UPAYA PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN TERHADAP ANAK………64

A. Kasus dan Analisa Kasus……….64

1. Kasus………..………64

2. Analisa Kasus……….69

B. UPAYA-UPAYA PENANGGULANGAN PEMBUNUHAN OLEH ORANG TUA TERHADAP ANAK……….73

1. Upaya Preventif………74

2. Upaya Represif……….77

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN………..81

A. Kesimpulan……...………81

B. Saran……….82


(6)

Taufiq Mustakim : Pembunuhan Yang Dilakukan Oleh Orang Tua Terhadap Anak Ditinjau Dari Psikologi Kriminal (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2008.

USU Repository © 2009

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penulis yang telah dididik dan berkesempatan mendalami pengetahuan dibidang Ilmu Hukum serta mendalami pula Jurusan Hukum Pidana di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan. Melihat bahwa dewasa ini masalah kejahatan terhadap jiwa manusia semakin meningkat, dengan demikian langsung maupun tidak langsung telah menimbulkan rasa ketakutan dan ketidakamanan dimasyarakat yang sekaligus hambatan dalam upaya mewujudkan masyarakat Indonesia yang aman dan tenteram.

Sejak pertama kali manusia ada kejahatan yang pertama kali dibuat oleh manusia adalah pembunuhan (pembunuhan itu terjadi antara Kain dan Habel). Sejak peristiwa itu kejahatanpun semakin berkembang dan beranekaragam yang hampir tidak terpisahkan dalam kehidupan manusia itu sendiri dan hampir terjadi diseluruh tempat didunia.

Kenyataan ini dapat kita lihat bahwa ditengah-tengah berkembangnya ilmu pengetahuan tentang kejahatan tersebut meingkat pula kejahatn berupa tindak pidana pembunuhan dikeluarga khususnya pembunuhan terhadap anak yang dilakukan oleh orang tua. Hal ini merupakan indikasi bahwa keamanan serta keselamatan jiwa manusia semakin terdesak dan terancam , untuk itu ada saat untuk mengambil langkah kebijakan dalam upaya mempertahankan eksistensi jiwa manusia yang terancam itu.

Anak adalah amanah sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esa yang harus dijaga dan dirawat oleh orang tuanya sendiri dan penerus keluarganya dimasa yang akan datang, karena didalamnya melekat harkat, martabat, dan hak-hak sebagai


(7)

Taufiq Mustakim : Pembunuhan Yang Dilakukan Oleh Orang Tua Terhadap Anak Ditinjau Dari Psikologi Kriminal (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2008.

USU Repository © 2009

manusia yang harus dijunjung tinggi. Anak merupakan aset bangsa sebagai bagian dari generasi , anak berperan sangat strategis sebagai sukses suatu bangsa akan tetapi haruskah untuk alasan-alasan tertentu seorang anak tersebut dibunuh oleh orang tuanya? Padahal yang seharusnya terjadi bahwa orang tua berkewajiban mengurus, mengayomi anak-anaknya sampai mereka dapat mandiri sendiri.

Adapun menurut Undang-Undang Perlindungan Anak No 23 Tahun 2002 hak-hak anak yaitu :

Pasal 4

Setiap anak berhak untuk dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.

Pasal 5

Setiap anak berhak atas suatu nama sebagai identitas diri dan status kewarganegaraan. Pasal 6

Setiap anak berhak untuk beribadah menurut agamanya, berpikir, dan berekspresi sesuai dengan tingkat kecerdasan dan usianya, dalam bimbingan orang tua.

Pasal 7

(1) Setiap anak berhak untuk mengetahui orang tuanya, dibesarkan, dan diasuh oleh orang tuanya sendiri.

(2) Dalam hal karena suatu sebab orang tuanya tidak dapat menjamin tumbuh kembang anak, atau anak dalam keadaan terlantar maka anak tersebut berhak diasuh atau diangkat sebagai anak asuh atau anak angkat oleh orang lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 8

Setiap anak berhak memperoleh pelayanan kesehatan dan jaminan sosial sesuai dengan kebutuhan fisik, mental, spiritual, dan sosial.

Pasal 9

(1) Setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya.

(2) Selain hak anak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), khusus bagi anak yang menyandang cacat juga berhak memperoleh pendidikan luar biasa, sedangkan bagi anak yang memiliki keunggulan juga berhak mendapatkan pendidikan khusus.


(8)

Taufiq Mustakim : Pembunuhan Yang Dilakukan Oleh Orang Tua Terhadap Anak Ditinjau Dari Psikologi Kriminal (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2008.

USU Repository © 2009

Setiap anak berhak menyatakan dan didengar pendapatnya, menerima, mencari, dan memberikan informasi sesuai dengan tingkat kecerdasan dan usianya demi pengembangan dirinya sesuai dengan nilai-nilai kesusilaan dan kepatutan.

Pasal 11

Setiap anak berhak untuk beristirahat dan memanfaatkan waktu luang, bergaul dengan anak yang sebaya, bermain, berekreasi, dan berkreasi sesuai dengan minat, bakat, dan tingkat kecerdasannya demi pengembangan diri.

Pasal 12

Setiap anak yang menyandang cacat berhak memperoleh rehabilitasi, bantuan sosial, dan pemeliharaan taraf kesejahteraan sosial.

Pasal 13

(1) Setiap anak selama dalam pengasuhan orang tua, wali, atau pihak lain mana pun yang bertanggung jawab atas pengasuhan, berhak mendapat perlindungan dari perlakuan:

a. diskriminasi;

b. eksploitasi, baik ekonomi maupun seksual; c. penelantaran;

d. kekejaman, kekerasan, dan penganiayaan; e. ketidakadilan; dan

f. perlakuan salah lainnya.

(2) Dalam hal orang tua, wali atau pengasuh anak melakukan segala bentuk perlakuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), maka pelaku dikenakan pemberatan hukuman. Pasal 14

Setiap anak berhak untuk diasuh oleh orang tuanya sendiri, kecuali jika ada alasan dan/atau aturan hukum yang sah menunjukkan bahwa pemisahan itu adalah demi kepentingan terbaik bagi anak dan merupakan pertimbangan terakhir.

Pasal 15

Setiap anak berhak untuk memperoleh perlindungan dari: a. penyalahgunaan dalam kegiatan politik;

b. pelibatan dalam sengketa bersenjata; c. pelibatan dalam kerusuhan sosial;

d. pelibatan dalam peristiwa yang mengandung unsur kekerasan; dan e. pelibatan dalam peperangan.

Pasal 16

(1) Setiap anak berhak memperoleh perlindungan dari sasaran penganiayaan, penyiksaan, atau penjatuhan hukuman yang tidak manusiawi.

(2) Setiap anak berhak untuk memperoleh kebebasan sesuai dengan hukum.

(3) Penangkapan, penahanan, atau tindak pidana penjara anak hanya dilakukan apabila sesuai dengan hukum yang berlaku dan hanya dapat dilakukan sebagai upaya terakhir.


(9)

Taufiq Mustakim : Pembunuhan Yang Dilakukan Oleh Orang Tua Terhadap Anak Ditinjau Dari Psikologi Kriminal (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2008.

USU Repository © 2009

(1) Setiap anak yang dirampas kebebasannya berhak untuk:

a. mendapatkan perlakuan secara manusiawi dan penempatannya dipisahkan dari orang dewasa;

b. memperoleh bantuan hukum atau bantuan lainnya secara efektif dalam setiap tahapan upaya hukum yang berlaku; dan

c. membela diri dan memperoleh keadilan di depan pengadilan anak yang objektif dan tidak memihak dalam sidang tertutup untuk umum.

(2) Setiap anak yang menjadi korban atau pelaku kekerasan seksual atau yang berhadapan dengan hukum berhak dirahasiakan.

Pasal 18

Setiap anak yang menjadi korban atau pelaku tindak pidana berhak mendapatkan bantuan hukum dan bantuan lainnya.

Pasal 19

Setiap anak berkewajiban untuk:

a. menghormati orang tua, wali, dan guru;

b. mencintai keluarga, masyarakat, dan menyayangi teman; c. mencintai tanah air, bangsa, dan negara;

d. menunaikan ibadah sesuai dengan ajaran agamanya; dan e. melaksanakan etika dan akhlak yang mulia.

Oleh karena itu penulis tidak terlepas dari masyarakat pada umumnya dan anggota keluarga pada khususnya, melihat dan berkesempatan untuk mengungkap tindak pidana pembunuhan yang terjadi ditengah – tengah keluarga dari sudut psikologi kriminal yang belakangan ini makin bertambah menjadi Topik pembahasan dalam penulisan skripsi ini dan penulis mebatasi diri terhadap judul “PEMBUNUHAN YANG DILAKUKAN OLEH ORANG TUA TERHADAP ANAK DITINJAU DARI PSIKOLOGI KRIMINAL”

B. PERMASALAHAN

Adapun yang menjadi permasalahan dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :

1. Apakah factor-faktor yang menyebabkan terjadinya pembunuhan yang dilakukan oleh orang tua terhadap anak?


(10)

Taufiq Mustakim : Pembunuhan Yang Dilakukan Oleh Orang Tua Terhadap Anak Ditinjau Dari Psikologi Kriminal (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2008.

USU Repository © 2009

2. Bagaimanakah upaya-upaya penanggulangan tindak pidana pembunuhan terhadap anak?

Permasalahan-permasalahan tersebut diatas merupakan kerangka acuan bagi penulis untuk melakukan pembahasan agar terstruktur dan sistematis

C. Keaslian Penulisan

Belum ada tulisan yang mengangkat mengenai ”Pembunuhan Yang dilakukan oleh Orang Tua terhadap Anak ini. Penulisan ini berdasarkan literatur-literatur yang berkaitan dengan skripsi ini, oleh karena itu skripsi ini merupakan sebuah karya asli dan sesuai dengan asas-asas keilmuan yang jujur, rasional, objektif dan terbuka. Semua ini merupakan proses menemukan kebenaran ilmiah sehigga tulisan ini dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

D. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan skripsi ini adalah :

1. Untuk mengetahui apa penyebab terjadinya Tindak Pidana pembunuhan yang dilakukan oleh orang tua terhadap anak.

2. Untuk mengetahui bagaimanakah upaya penanggulangan tindak pidana pembunuhan terhadap anak oleh orang tua.


(11)

Taufiq Mustakim : Pembunuhan Yang Dilakukan Oleh Orang Tua Terhadap Anak Ditinjau Dari Psikologi Kriminal (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2008.

USU Repository © 2009

E. Manfaat Penulisan

Adapun manfaat yang diperoleh dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :

Manfaat Secara Teoritis

Yaitu penulisan ini dapat menjadi bahan kajian terhadap perkembangan ilmu pengetahuan serta menambah wawasan khususnya mengenai Pembunuhan terhadap anak oleh orang tuanya.

Manfaat Secara Praktis Yaitu :

1. Dapat menjadi sumbangsih dan bahan masukan bagi Pemerintah khususnya kepolisian, kejaksaan, dan kehakiman.

2. Sebagai informasi tentang penegakan hukum terhadap pembunuhan oleh orang tua terhadap anak.

F. Tinjauan Kepustakaan 1. Pengertian anak

Anak sebagai bagian generasi muda merupakan penerus cita-cita perjuangan bangsa dan sumber daya manusia bagi pembangunan nasional. Anak dalam pemaknaan yang umum mendapat perhatian tidak saja dalam bidang ilmu pengetahuan, tetapi dapat ditelaah dari sisi pandang sentralistis kehidupan. Seperti, agama, hukum dan sosiologi yang menjadikan pengertian semakin rasional dan aktual dalam lingkungan sosial.


(12)

Taufiq Mustakim : Pembunuhan Yang Dilakukan Oleh Orang Tua Terhadap Anak Ditinjau Dari Psikologi Kriminal (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2008.

USU Repository © 2009

Pengelompokan pengertian anak, memiliki aspek yang sangat luas. Berbagai makna terhadap anak dapat diterjemahkan untuk mendekati anak secara benar menurut sistem kepentingan agama, hukum, sosial, dari masing-masing bidang. Pengertian anak dari berbagai cabang ilmu akan berbeda-beda secara substansial, fungsi, , makna dan tujuan. Sebagai contoh dalam agama Islam pengertian anak sangat berbeda dengan pengertian anak yang dikemukakan pada bidang disiplin ilmu hukum, sosial, ekonomi, politik dan hankam. Pengertian anak dalam Islam diasosiasikan sebagai makhluk ciptaan Allah SWT yang dhaif (lemah) dan berkedudukan mulia yang keberadaannya melalui proses penciptaan yang berdimensi pada kewenangan kehendak Allah SWT.1

Pandangan anak dalam pengertian religius akan dibangun sesuai dengan pandangan Islam yang mempermudah untuk melakukan kajian sesuai dengan konsep-konsep Al-Qur’an dan Hadis Nabi Muhammmad SAW. Islam memandang pengertian anak sebagai suatu yang mulia kedudukannya. Anak memiliki atau mendapat tempat kedudukan yang istemewa dalam nash Al-Qur’an dan Al-Hadis. Oleh karena itu seorang anak dalam pengertian Islam harus diperlakukan secara manusiawi dan diberi pendidikan, pengajaran dan keterampilan dari akhlak nul-karimah agar anak tersebut Untuk meletakkan kedudukan anak dalam arti khusus dibentuk dari ketentuan-ketentuan nilai yang tumbuh dalam lingkungan agama, sosial, ekonomi dan politik dari suatu bangsa secara universal. Pengertian kedudukan anak tersebut terdapat pada hal-hal berikut ini :

a. Pengertian anak dari aspek religius atau agama

1

Maulana Hasan wadong, 2000, Advokasi dan Hukum Perlindungan Anak, Gramedia Wirasarana Indonesia, Jakarta, halamn 5-6.


(13)

Taufiq Mustakim : Pembunuhan Yang Dilakukan Oleh Orang Tua Terhadap Anak Ditinjau Dari Psikologi Kriminal (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2008.

USU Repository © 2009

kelak akan bertanggung jawab dalam mensosialisasikan diri untuk memenuhi kebutuhan hidup dari masa depan yang kondusif. Masalah anak dalam pandangan Al-Qur’an menjadi tanggungan kedua orang tua seperti ditegaskan oleh Nabi Muhammad SAW.

Kedudukan anak dalam pengertian Islam yaitu anak adalah titipan Allah SWT kepada orang tua, masyarakat, bangsa dan Negara sebagai pewaris dari ajaran Islam yang kelak akan memakmurkan dunia sebagai rahmatan lil alamin. Pengertian ini memberikan hak atau melahirkan hak anak yang harus diakui, diyakini dan diamankan sebagai implementasi amalan yang diterima oleh anak dari orang tua, masyarakat, bangsa dan negara.

b. Pengertian anak dalam aspek sosiologis

Kedudukan anak dalam aspek sosiologis menunjukkan anak sebagai makhluk sosial ciptaan Allah SWT yang senantiasa berinteraksi dengan lingkungan masyarakat, bangsa dan Negara. Kedudukan anak dalam pengertian ini memposisikan anak sebagai kelompok sosial yang berstatus lebih rendah dari masayarakat dilingkungan tempat berinteraksi. Status sosial yang dimaksud ditujukan pada kemampuan untuk menerjemahkan ilmu dan teknologi sebagai ukuran interaksi yang dibentuk dari esensi-esensi kemampuan komunikasi sosial yang berada dalam skala yang lebih rendah.

Pengelompokan pengertian anak dalam makna sosial ini lebih mengarahkan pada perlindungan kodrati karena keterbatasan –keterbatasan yang dimiliki oleh sang anak sebagai wujud untuk berekspresi sebagaimana orang dewasa. Faktor keterbatasan kemampuan dikarenakan anak berada pada proses pertumbuhan, proses belajar dan proses sosialisasi dari akibat usia yang belum dewasa disebabkan


(14)

Taufiq Mustakim : Pembunuhan Yang Dilakukan Oleh Orang Tua Terhadap Anak Ditinjau Dari Psikologi Kriminal (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2008.

USU Repository © 2009

kemampuan daya nalar dan kondisi fisik dalam pertumbuhan atau mental spiritual yang berada dibawah kelompok usia orang dewasa.

c. Pengertian anak dalam aspek ekonomi

Dalam pengertian ekonomi, status seorang anak sering dikelompokkan pada golongan yang non produktif. Jika terdapat kemampuan ekonomi yang persuasif dalam kelompok anak, kemampuan tersebut dikarenakan anak mengalami transformasi finansial yang disebabkan dari terjadinya interaksi dalam lingkungan keluarga yang berdasarkan nilai kemanusiaan. Kenyataan-kenyataan dalam masyarakat sering mengeksploitasi anak-anak melakukan kegiatan ekonomi atau kegitan produktifitas yang dapat menghasilkan nilai-nilai ekonomi.

Kedudukan pengertian anak dalam bidang ekonomi, adalah elemen ynag mendasar untuk menciptakan kesejahteraan anak kedalam suatu konsep normatif , agar status anak tidak menjadi korban dari ketidakmampuan ekonomi keluarga, masyarakat, bangsa dan Negara.

Akan tetapi kesejahteraan anak diperoleh baik dari faktor internal yang berasal dari anak itu sendiri maupun faktor eksternal dari keluarga anak itu. Kelompok pengertian anak dalam bidang ekonomi mengarah pada konsepsi kesejahteraan anak yang ditetapkan oleh Undang-undang No. 4 Tahun 1979 tentang kesejahteraan anak yang menempatkan kedudukan kesejahteraan anak sebagai “hak asasi anak yang harus diusahakan bersama”. Anak berhak atas pemeliharaan dan perlindungan baik semasa dalam kandungan, perlindungan terhadap lingkungan hidup yang dapat membahayakan atau menghambat pertumbuhan dan perkembangan yang tidak wajar . Selanjutnya Konsepsi kesejahteraan anak yang ditetapkan oleh UU No. 4 Tahun 1979


(15)

Taufiq Mustakim : Pembunuhan Yang Dilakukan Oleh Orang Tua Terhadap Anak Ditinjau Dari Psikologi Kriminal (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2008.

USU Repository © 2009

tentang kesejahteraan anak termasuk didalam klasifikasi menafkahkan anak, mendidik untuk melakukan kegiatan berproduktifitas yang wajar, sehat dan tidak bertentangan dengan hak asasi anak.

d. Pengertian anak aspek Politik

Eliminasi kegiatan politik semakin menjelajahi dimensi usia dari warga masyarakat. Meluasnya kehidupan politik yang semakin membangkitkan kekuatan kelompok-kelompok sosial yang berusia muda untuk berpartisipasi secara terbuka. Meskipun berbagai ketentuan Undang-Undang atau peraturan lain telah memberikan pengertiannya tentang anak sebagai wujud untuk mengukur kemampuan berpolitik. Dalam kenyataan partisipasi sosial anak dalam bidang politik, partisipasi anak semakin menunjukan tranpolitik yang kondusif.

Meletakkan kedudukan anak dalam pengertian anak, sangat sulit untuk dijabarkan melalui pola ilmu pengetahuan. Akan tetapi ada esensi yang mendasar pada kelompok anak yang kemudian dijadikan subjek dalam diplomasi politik. Kebijaksanaan politik muncul dengan menonjolkan suara-suara yang mengaspirasikan status anak dan cita-cita untuk memperbaiki anak-anak Indonesia dari kepentingan politik partai dari pemerintah.

Partisipasi anak-anak dalam bidang politik partai sangat begitu tinggi, keterlibatan status sosial politik ini meletakkan posisi anak semakin strategis dalam kebijaksanaan bangsa dan Negara.2

Pengertian anak dalam kedudukan hukum meliputi pengertian kedudukan anak dari pandangan sistem hukum atau disebut kedudukan dalam arti khusus sebagai

e. Pengertian anak dalam aspek hukum

2


(16)

Taufiq Mustakim : Pembunuhan Yang Dilakukan Oleh Orang Tua Terhadap Anak Ditinjau Dari Psikologi Kriminal (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2008.

USU Repository © 2009

subjek hukum. Kedudukan anak dalam artian dimaksud meliputi pengelompokan kedalam subsistem dari pengertian ebagai berikut :

1) Pengertian anak Menurut Undang-undang Dasar 1945

Pengertian anak yang ditetapkan menurut UUD 1945 terdapat dalam kebijaksanaan Pasal 34 UUD 1945 yang menyebutkan :

“Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh Negara”

Mengandung kekhususan bagi pengelompokan anak-anak terlantar dan kemudian dijadikan objek pembangunan, pembinaan, pemeliharaan dengan tujuan anak-anak tersebut akan dapat menjalani kehidupan yang layak dari suatu kehidupan yang penuh dengan kesejahteraan. Pasal ini mempunyai makna khusus terhadap pengertian dan makna status anak dalam bidang politik karena menjadi essensi dasar kedudukan anak dalam pengertian yaitu anak adalah sebagai subjek hukum nasional yang harus dilindungi, dipelihara dan dibina untuk kesejahteraan anak. Pengertian anak menurut UUD 1945 dan pengertian politik melahirkan ataupun menonjolkan hal-hal yang harus diperoleh anak dari masyarakat, bangsa dan Negara. Masyarakat dan pemerintah adalah pihak yang lebih bertanggung jawab terhadap masalah sosial yuridis politik yang ada pada anak.

Pengertian anak menurut UUD 1945 oleh Irma Setyowati Soemitro, SH, dijabarkan sebagai berikut :

“Ketentuan undang-undang Dasar 1945 ditegaskan pengaturan dengan dikeluarkannya Undang-undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang kesejahteraan Anak, yang berarti makna (pengertian tentang anak) yaitu seseorang harus memperoleh hak-hak yang kemudian hak-hak-hak-hak tersebut dapat menjamin pertumbuhan dan


(17)

Taufiq Mustakim : Pembunuhan Yang Dilakukan Oleh Orang Tua Terhadap Anak Ditinjau Dari Psikologi Kriminal (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2008.

USU Repository © 2009

perkembangan wajar baik secara rohaniah , jasmaniah maupun sosial. Atau anak juga berhak atas pelayanan untuk mengembangkan kemampuan dan kehidupan sosial”. 3

Ayat 2: menyebutkan bahwa pembubaran perkawinan yang terjadi pada seseorang sebelum berusia 21 tahun, tidak mempunyai pengaruh terhadap status kedewasaannya.

Anak juga berhak atas pemeliharaan dan perlindungan baik sewaktu dalam kandungan maupun dilahirkan. Anak juga berhak atas perlindungan terhadap lingkungan yang dapat membahayakan atau menghambat pertumbuhan dengan wajar.

2) Pengertian Anak Menurut Hukum Perdata

Pengertian anak menurut hukum Perdata dibangun dari beberapa aspek keperdataan yang ada pada anak sebagai seorang subjek hukum yang tidak mampu. Aspek-aspek tersebut sebagai berikut :

a) Status belum dewasa

b) Hak-hak dalam Hukum Perdata

Pengertian anak disini disebutkan dengan istilah “belum dewasa” dan mereka yang berada dalam pengasuhan orang tua dan perwalian.

Ad.2.1 Pengertian Anak Menurut Kitab Undang-undang Hukum Perdata (BW)

Pasal 330 BW berbunyi :

Ayat 1: memuat batas antara belum dewasa (minderjerigheid) dengan telah dewasa (meerderjarigheid) yaitu 21 tahun kecuali :

- Anak itu sudah kawin sebelum berumur 21 tahun - Pendewasaan (venia aetetis pasal 419)

3

Irma Setyowati Soemitro, 1990, Aspek Hukum Perlindungan Anak, Bumi Aksara, Jakarta Halaman 16.


(18)

Taufiq Mustakim : Pembunuhan Yang Dilakukan Oleh Orang Tua Terhadap Anak Ditinjau Dari Psikologi Kriminal (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2008.

USU Repository © 2009

Ayat 3: menyebutkan bahwa seseorang yang belum dewasa yang tidak berada dibawah kekuasaan orang tua akan berada dibawah perwalian.

Ad 2.2 Pengertian Anak menurut Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan

Undang-undang No.1 tahun 1974 tentang perkawinan tidak secara langsung mengatur tentang masalah ukuran kapan seseorang digolongkan anak, tetapi secara tersirat tercantum dalam pasal 6 ayat (2) yang berbunyi : “Untuk melangsungkan Perkawinan seorang yang belum mencapai umur 21 (dua puluh satu) tahun harus mandapat izin kedua orang tua”.

Pasal 7 ayat (1) UU No. 1 Tahun 1974 memuat batas minimum usia untuk dapat kawin bagi pria adalah 19 tahun, sedangkan bagi wanita adalah 16 tahun.

Menurut Prof. H. Hilman Hadikusuma, SH menarik batas antara belum dewasa dan sudah dewasa tidak perlu dipermasalahkan oleh karena pada kenyataannya walaupun orang belum dewasa namun ia telah dapat melakukan perbuatan hukum, misalnya anak yang belum dewasa telah melakukan jual-beli, berdagang dan sebagainya walaupun ia belum wenang kawin.4

Pasal 50 ayat (1) UU No. 1 Tahun 1974 berbunyi :”Anak yang belum mencapai umur 18 tahun (delapan belas) tahun atau belum pernah melangsungkan

Pasal 47 ayat (1) No. 1 Tahun 1974 menyatakan bahwa anak yang belum mencapai umur 18 tahun atau belum pernah melakukan pernikahan ada dibawah kekuasaan orang tuanya selama mereka tidak dicabut kekuasaan orang tuanya.

4


(19)

Taufiq Mustakim : Pembunuhan Yang Dilakukan Oleh Orang Tua Terhadap Anak Ditinjau Dari Psikologi Kriminal (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2008.

USU Repository © 2009

perkawinan yang tidak berada dibawah kekuasaan orang tua berada dibawah kekuasaan wali”.

Dari pasal-pasal dalam Undang-Undang No. 1 tahun 1974 yang telah disebutkan diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Undang-undang tersebut menentukan batas belum dewasa adalah 16 tahun dan 19 tahun.

3). Pengertian anak Menurut Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP)

Pasal 45 KUHP menyabutkan bahwa :”Jika seorang yang belum dewasa dituntut karena perbuatan yang dikerjakannya ketika umurnya belum enam belas tahun, hakim boleh : memerintahkan supaya si tersalah itu dikembalikan kepada orang tuanya; walinya atau pemeliharannya dengan tidak dikenakan suatu hukuman; atau memerintahkan supaya si tersalah diserahkan kepada Pemerintah dengan tidak dikenakan suatu hukuman yakni jika perbuatan itu masuk bagian kejahatan atau salah satu pelanggaran yang diterangkan dalam pasal 489, 490, 492, 496, 497, 503-505, 414, 417-419, 526, 531, 532 536 dan 540 dan perbuatan itu dilakukannya sebelum lalu dua tahun sesudah keputusan dahulu menyalahkan dia melakukan salah satu pelanggaran ini atau sesuatu kejahatan; atau menghukum anak yang tersalah itu”.

Jika dilihat dari bunyi pasal tersebut diatas, maka dapat diketahui bahwa batas usia anak menurut KUHP adalah 16 tahun. Akan tetapi ketentuan tersebut tidak berlaku lagi sejak dikeluarkannya UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang menyatakan bahwa anak adalah anak yang belum berumur 18 (delapan belas) tahun termasuk yang masih dalam kandungan.

4) Pengertian Anak Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak

Perlindungan anak dalam Undang-Undang ini memiliki makna yang lebih luas dibandingkan Undang-Undang yang ada pada sekarang ini. Pengertian anak dalam Undang-Undang ini diatur dalam ketentuan umum Pasal 1 point 1 : “Anak adalah


(20)

Taufiq Mustakim : Pembunuhan Yang Dilakukan Oleh Orang Tua Terhadap Anak Ditinjau Dari Psikologi Kriminal (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2008.

USU Repository © 2009

seorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun termasuk yang masih dalam kandungan”.

Undang –Undang ini menegaskan bahwa pertanggungjawaban orang tua, keluarga, masyarakat, pemerintah dan negara, merupakan kegiatan yang dilaksanakan secara terus-menerus demi terlindungnya hak-hak anak. Upaya perlindungan anak dilaksanakan sedini mungkin yakni sejak dari janin dalam kandungan sampai anak berusia 18 (delapan belas) tahun. Bertitik tolak dari konsep perlindungan anak yang utuh, menyeluruh dan komprehensif Undang-Undang ini meletakkan kewajiban memberikan perlindungan kepada anak berdasarkan asas-asas sebagai berikut :

a. Non diskriminasi.

b. Kepentingan yang terbaik bagi anak.

c. Hak untuk hidup, kelangsungan hidup dan perkembangan. d. Penghargaan terhadap pendapat anak.

5) Pengertian Anak Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Tenaga Kerja

Didalam Undang-Undang ini memperoleh pengertian bahwa yang dimaksud dengan anak adalah setiap orang yang berumur dibawah 18 (delapan belas) tahun. Undang-Undang ini memberikan perlindungan terhadap anak, dimana dalam Pasal 68 disebutkan bahwa pengusaha dilarang mempekerjakan anak. Sedangkan menurut Pasal 69 adalah sebagai berikut :

(1) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 68 dapat dikecualikan bagi anak yang berumur antara 13 (tiga belas) tahun sampai dengan 15 (lima belas)


(21)

Taufiq Mustakim : Pembunuhan Yang Dilakukan Oleh Orang Tua Terhadap Anak Ditinjau Dari Psikologi Kriminal (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2008.

USU Repository © 2009

tahun untuk melakukan pekerjaan ringan sepanjang tidak mengganggu perkembangan dan kesehatan fisik, mental dan sosial.

(2) Pengusaha yang mempekerjakan anak pada pekerjaan ringan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus memenuhi persyaratan :

a. izin tertulis dari orang tua atau wali

b. perjanjian kerja antara pengusaha denga orang tua atau wali c. waktu kerja maksimum 3 (tiga) jam

d. dilakukan pada siang hari dan tidak mengganggu waktu sekolah e. keselamatan dan kesehatan kerja

f. adanya hubungan kerja yang jelas

g. menerima upah sesuai dengan ketentuan yang berlaku

(3) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) huruf a, b, f dan g dikecualikan bagi anak yang bekerja pada usaha keluarganya.

Pasal 71 ayat (2) menyebutkan bahwa anak dapat melakukan pekerjaan untuk bakat dan minatnya. Lebih lanjut disebutkan dalam ayat (2) nya bahwa pengusaha yang mempekerjakan anak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) wajib memenuhi syarat :

a. dibawah pengawasan langsung dari orang tua atau wali b. waktu kerja paling lama 3 (tiga) jam sehari

c. kondisi dan lingkungan kerja tidak mengganggu perkembangan fisik, mental. sosial dan waktu sekolah

Selanjutnya Pasal 72 mengatur bahwa dalam hal anak dipekerjakan bersama-sama dengan pekerja/buruh dewasa, maka tempat kerja anak harus dipisahkan dari tempat kerja pekerja/buruh dewasa.


(22)

Taufiq Mustakim : Pembunuhan Yang Dilakukan Oleh Orang Tua Terhadap Anak Ditinjau Dari Psikologi Kriminal (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2008.

USU Repository © 2009

Pasal 74 menyebutkan tentang pelarangan terhadap siapapun yang mempekerjakan dan melibatkan anak pada pekerjaan-pekerjaan terburuk.

Adapun yang dimaksud dengan pekerjaan-pekerjaan terburuk itu antara lain : a. Segala pekerjaan dalam bentuk perbudakan atau sejenisnya.

b. Segala pekerjaan yang memanfaatkan, menyediakan, atau menawarkan anak untuk pelacuran, produksi pornografi, pertunjukan porno, atau perjudian. c. Segala pekerjaan yang memanfaatkan, menyediakan, atau melibatkan anak

untuk produksi dan perdagangan minuman keras, narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya dan atau ;

d. Semua pekerjaan yang membahayakan kesehatan, keselamatan, atau moral anak.

Berdasarkan hal-hal yang telah disebutkan di atas, maka dapat diketahui bahwa Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 telah mengatur secara tegas dan jelas tentang hak-hak anak yang perlu dilindungi khususnya sebagai tenaga kerja anak. Akan tetapi pada kenyataannya masih juga dijumpai anak-anak yang bekerja di perusahaan-perusahaan dimana hak-hak anak tersebut kurang terlindungi dan bahkan tidak ada perlindungan sama sekali. Sehingga hal ini perlu mendapat perhatian lebih dari pemerintah dan segera mengefektifkan pelaksanaan Undang-Undang ini dalam melindungi hak-hak anak.

2. Psikologi Kriminal sebagai Ilmu Pembantu Kriminologi a. Pengertian Psikologi dan Psikologi Kriminal


(23)

Taufiq Mustakim : Pembunuhan Yang Dilakukan Oleh Orang Tua Terhadap Anak Ditinjau Dari Psikologi Kriminal (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2008.

USU Repository © 2009

Psikologi berasal dari Bahasa Yunani Psyce = jiwa dan Logos = Ilmu, secara Harfiah Psikologi = Ilmu Jiwa.

Pendapat-pendapat sarjana :

1) TH. F. Hoult Psikologi adalah Suatu disiplin yang secara sistematis mempelajari perkembangan dan berfungsinya faktor-faktor mental dan emosional manusia.

2) Robert J. Wicks Psikologi adalah suatu ilmu tentang prikelakuan.

3) Gorden Murphy Psikologi adalah suatu ilmu yang menguraikan masalah kemauan serta motif dalam hubungannya dengan perannya mempengaruhi fikiran serta perbuatan manusia.

4) Wood Worth Psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari aktivitas-aktivitas dari individu dalam hubungannya dengan lingkungan meliput i pengertian motoritis (berjalan, berlari) Pengertian cognitif (melihat, berfikir) dan emosional (bahagia, duka cita).

5) Edwin G. Boring Psikologi adalah Studi tentang Hakikat manusia.5 Sedangkan Pengertian Psikologi Kriminal adalah sebagai berikut : 1) W. A. Bonger, menggolongkan Psikologi dalam arti sempit dan dalam arti

luas.

Dalam arti Sempit yaitu mempelajari jiwa penjahat perorangan.

Dalam arti luas yaitu meliputi dalam arti sempit dan jiwa segolongan penjahat, terlibatnya langsung atau tidak langsung beserta akibat-akibatnya.6

5

Joko Prakoso, SH, 1986 Peranan Psikologi dalam Pemeriksaan Tersangka pada tahap penyidikan, halaman 113

6


(24)

Taufiq Mustakim : Pembunuhan Yang Dilakukan Oleh Orang Tua Terhadap Anak Ditinjau Dari Psikologi Kriminal (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2008.

USU Repository © 2009

2) W. E. Noach Psikologi Kriminal adalah Ilmu Pengetahuan tentang kejahatan dan penjahat dipandang dari ilmu jiwa yaitu mengenai perorangan dan kelompok/masa (jiwa, tersangka, saksi, pembela, penuntut, hakim, kondisi psikologis,dll).7

1) Mr. Paul Mudigdo Mulyono Kriminologi adalah Ilmu pengetahuan yang ditunjang berbagai ilmu membahas kejahatan sebagai masalah manusia.

b. Pengertian Kriminologi

Pengertian Kriminologi menurut para sarjana adalah :

2) J. Constant Kriminologi adalah Pengetahuan empiris (berdasar pengalaman) bertujuan menentukan faktor penyebab terjadinya kejahatan dan penjahat dengan memperhatikan faktor-faktor sosiologis, ekonomi dan individual.

3) W. A. Sauer Kriminologi yaitu Ilmu Pengetahuan mengenai sifat jahat pribadi perorangan dan bangsa-bangsa berbudaya.

4) S. Seeling Kriminolgi adalah Ajaran tentang Gejala-gejala konkrit yaitu gejala badaniah dan rohaniah mengenai kejahatan.

5) J. Michael dan M. J Adler Kriminologi adalah segenap informasi mengenai perbuatan dan sifat penjahat, lingkungan dan keadan penjahat sewaktu diperlakukan secara formal atau tidak formal oleh masyarakat.

7

Kartini kartono, 1981, Psycology abnormal, Alumni Bandung.Bandung, halaman 124


(25)

Taufiq Mustakim : Pembunuhan Yang Dilakukan Oleh Orang Tua Terhadap Anak Ditinjau Dari Psikologi Kriminal (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2008.

USU Repository © 2009

6) G. A. Word Kriminologi adalah pengetahuan yang diperoleh dari teori dan prraktek mengenai kejahatan dan penjahat serta reaksi kehidupan bersama atas kejahatan dan penjahat.

7) Mr. W. A. Bonger Kriminologi adalah Ilmu Pengetahuan mengenai kejahatan seluas-luasnya yaitu pengetahuan berdasarkan pengalaman yang menyelidiki sebab-sebab dan gejala kejahatan.8

Kejahatan atau Crime adalah tingkah laku yang melanggar hukum dan melanggar norma-norma sosial sehingga masyarakat menentangnya.

Dipandang dari sudut formil (menurut hukum) kejahatan adalah suatu perbuatan yang oleh masyarakat (Negara) diberi pidana.

Kejahatan merupakan sebagian dari perbuatan-perbuatan yang bertentangan dengan kesusilaan. Kejahatan adalah perbuatan yang anti sosial, oleh Negara ditentang dengan sadar berupa pemberian penderitaan.9

8

Ibid, halaman125 9

W. A. Bonger, 1982, Pengantar Tentang Kriminologi, PT Pembangunan, Jakarta, halaman 25

c. Kejahatan secara sosiologis, juridis dan Psikologis 1) Kejahatan secara sosiologis

Dalam masyarakat terdapat bermacam-macam norma, seperti norma agama, kebiasaan/adat, kesopanan, Kesusilaan dan hukum. Pelanggaran atas norma-norma tersebut dapat diberikan sanksi seperti dikucilkan, diasingkan, dicemooh oleh masyarakat.


(26)

Taufiq Mustakim : Pembunuhan Yang Dilakukan Oleh Orang Tua Terhadap Anak Ditinjau Dari Psikologi Kriminal (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2008.

USU Repository © 2009

Paul Mudigdo Mulyono menyatakan kejahatan adalah perbuatan manusia yang merupakan pelanggaran norma yang dirasa merugikan, menjengkelkan sehingga tidak boleh dibiarkan.

W. A. Bonger juga menyatakan kejahatan adalah perbuatan yang amoral dan asosial yang tidak dikehendaki oleh masyarakat dan harus dihukum.10

Motivasi adalah keinginan yang terdapat pada seorang individu yang merangsangnya untuk melakukan tindakan-tindakan.

2) Kejahatan secara Juridis

Kejahatan secara juridis adalah jenis-jenis kejahatan (perbuatan-perbuatan tertentu dianggap perbuatan jahat) yang sudah definitif diatur dalam Undang-undang. Hal ini sesuai dengan asas legalitas dalam pasal 1 ayat 1 KUHP.

Buku ke II mengatur tentang kejahatan dan diluar KUHP (Tindak Pidana Khusus). 3) Kejahatan secara Psikologis

Kejahatan secara psikologis artinya sejauh mana pengaruh kejiwaan (psikis) dapat mempengaruhi seseorang untuk bertingkah laku yang menyimpang dalam masyarakat/sosial.

a) Motivasi dan Kebutuhan

11

- Kebutuhan pribadi

Faktor-faktor terpenting yang mempengaruhi motivasi adalah :

- Tujuan dan persepsi kelompok

- Cara dengan apa kebutuhan dan tujuan tersebut direalisasi

Whiterington menyatakan individu merasakan adanya suatu kebutuhan individu bertindak untuk memenuhi kebutuhan tadi.

10

Chainur Arrasyid, Op-Cit, halaman 60 11


(27)

Taufiq Mustakim : Pembunuhan Yang Dilakukan Oleh Orang Tua Terhadap Anak Ditinjau Dari Psikologi Kriminal (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2008.

USU Repository © 2009

Prof. Dauglas Mc Regor , menyatakan bahwa manusia itu merupakan makhluk yang terus menerus memiliki keinginan-keinginan segera apabila kebutuhan tertentu dipenuhi manusia. Proses tersebut tidak berhenti berkelanjutan sejak lahir hingga kematian.12

Bakat dan karakter manusia itu sangat ditentukan oleh otak dan otak memberi bentuk pada tengkorak.

H. Maslow mengemukakan klasifikasi kebutuhan dasar manusia antara lain : Kebutuhan Psikologis keamanan, Affeksi, Penghargaan dan aktualisasi diri.

b) Struktur Personality (Struktur Kepribadian)

Tingkah laku kriminil memperlihatkan sifat agresif tingkah laku dan jiwa mempunyai hubungan yang erat, maka oleh psikaonalis memegang peranan penting mengungkapkan teka-teki kejahatan (The Enigma Of crime ), contohnya oleh Lombroso mempelajari ciri-ciri biologis dan mengukur tengkorak kepala.

Josepp Gall menyatakan ….”Talents and character depend on the function of the brain, and that the brain inturn, moulds the from of the skull”.

13

Bagian yang tidak sadar lebih luas, lebih dalam yang sukar diduga dan dihayati kecuali melakukan analisa jiwa.

Menurut Freud Jiwa manusia mempunyai daerah-daerah yang sadar dan tidak sadar.

Bagian yang sadar merupakan bagian yang tipis dari irisan gunung es diatas permukaan laut.

14

Proses kejiwaan dibagian tak sadar mempengaruhi perasaan, fikiran dan perbuatan manusia. Kejiwaan manusia dibagi atas :

12

Ibid , Halaman 330 13

G. W. Bawengan, Op. Cit, halaman 90 14


(28)

Taufiq Mustakim : Pembunuhan Yang Dilakukan Oleh Orang Tua Terhadap Anak Ditinjau Dari Psikologi Kriminal (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2008.

USU Repository © 2009

- Das es (id) - Das ich (ego)

- Das uber ich (super ego)

Das Es adalah segala sesuatu yang terlupa yang mengendap didalamnya serta terdapat unsur-unsur kejiwaan yang dibawa bersama kelahiran. Misalnya insting atau naluri, contohnya naluri kematian (death instinct) disebut juga naluri pemusnahan. Disamping itu terdapat juga libido yaitu naluri yang bersifat konstruktif. Segala hal yang semula terdapat dalam alam sadar kemudian terlupa dan mengendap dibawah sadar seperti pengalaman hidup, oleh sebab itu perbedaan pengalaman hidup maka nampak perbedaan attitude atau sikap perangai dan karakter.

Das ich atau ego merupakan inti dari dari alam sadar, pelaksanaan dari segala dorongan yang dikehendaki das Es, mempunyai prinsip realitas berhubungan dengan dunia luar, bersifat objektif sebagian berfungsi sadar berusaha menyesuaikan diri dengan keadaan.

Das uber ich atau super ego berfungsi moral, segala norma dan tata kehidupan yang pernah mempengaruhi Das ich atau ego membekas. Das uber ich menjalankan kontrol terhadap Das ich, bagian moral dari jiwa yang dibentuk oleh dunia luar seperti dari orang tua, lingkungan sekolah, sosial budaya, Agama dan sebagainya. Tegasnya berisi Norma-norma etika, moral dan social. Penilaian yang dilakukan contohnya memberi teguran, jangan melakukan, izin untuk melakukan, memberi pujian atau mencela. Jika pujian yang diberikan gejala mukanya merah padam atau debaran jantung yang diikuti dengan senyuman sebagai tanda perasan bangga,


(29)

Taufiq Mustakim : Pembunuhan Yang Dilakukan Oleh Orang Tua Terhadap Anak Ditinjau Dari Psikologi Kriminal (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2008.

USU Repository © 2009

sebaliknya jika memberi celaan menimbulkan rasa penyesalan dengan gejala wajah pucat.15

a. Kejahatan terhadap kepentingan negara, terdiri atas :

Das es, das ich dan das uber ich seharusnya berada dalam keadaan seimbang sehingga diperoleh pribadi kejiwaan yang mantap dan kuat. Das ich yang bijaksana dapat memadukan tuntutan das es dengan kemauan das uber ich, das ich yang lemah yaitu selalu tunduk pada tuntutan das es, sedangkan das ich yang kaku adalah yang selalu tuduk pada das uber ich.

3. Tindak Pidana Pembunuhan dalam KUHP

KUHPidana, membuat kualifikasi atau penggolongan atas semua jenis tindak pidana kedalam “kejahatan” dan “pelanggaran”. Kejahatan diatur dalam Buku II KUHP yang memuat segala jenis-jenis kejahatan. Sedangkan pelanggaran dimuat dalam Buku III KUHP yang mengatur segala jenis pelanggaran.

Selanjutnya Buku II KUHP memuat perincian tentang jenis-jenis kejahatan dan terdiri dari pasal 104 sampai dengan pasal 488 KUHP, yang terbagi dalam 30 bab. Ke-30 bab dimaksud dapat diperinci kedalam 3 jenis kepentingan hukum yang dilanggar, yakni :

- kejahatan terhadap kedudukan negara (bab I,II,III, dan IV) - kejahatan yang berhubungan dengan kekuasaan umum (bab

VIII dan XXVIII)

b. Kejahatan terhadap kepentingan masyarakat, meliputi :

- kejahatan yang menimbulkan bahaya bagi keadaan (bab V, VI, dan XXIX)

c. Kejahatan terhadap kepentingan perorangan terdiri atas :

15


(30)

Taufiq Mustakim : Pembunuhan Yang Dilakukan Oleh Orang Tua Terhadap Anak Ditinjau Dari Psikologi Kriminal (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2008.

USU Repository © 2009

- kejahatan terhadap jiwa (bab XIX)

- kejahatan terhadap badan (bab XV, XX, XXI) - kejahatan terhadap kemerdekaan (babXVIII)

- kejahatan terhadap kehormatan (bab XIII,XIV, dan XVII)

- kejahatan terhadap kekayaan orang (bab XXII, XXIII, XXIV,XXV, XXVI, XXVII, dan XXX)”. 18

Dengan demikian melihat kepada penggolongan tindak pidana di atas, maka pembunuhan dalam keluarga dapat dikualifikasikan atau digolongkan kedalam bentuk kejahatan yaitu “kejahatan terhadap jiwa”.

Disamping itu pembunuhan dalam keluarga ini dapat lagi dikualifikasikan menurut macam-macam pembunuhan yaitu sebagai berikut :

a. Pembunuhan biasa ;

Pembunuhan biasa diatur dalam pasal 338 KUHP yang berbunyi :

Barang siapa dengan sengaja merampas nyawa orang lain, diancam karena pembunuhan dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun

. Kejahatan ini mengakibatkan kematian orang lain yang disengaja, artinya “dimaksud” termasuk dalam niatnya dan pembunuhan itu harus segera dilakukan sesudah timbul maksud untuk membunuh itu tidak dengan dipikir-pikir lebih panjang.

b. Pembunuhan berencana ;

Pembunuhan berencana diatur dalam pasal 340 KUHP yang berbunyi :

“Barang siapa dengan sengaja dan dengan rencana terlebih dahulu merampas nyawa orang lain, diancam karena pembunuhan dengan rencana, dengan pidana rnati atau pidana penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu, paling lama dua puluh tahun.

Kejahatan ini dilaksanakan setelah direncanakan lebih dahulu. Direncanakan lebih dahulu maksudnya adalah bahwa antara timbulnya maksud untuk membunuh


(31)

Taufiq Mustakim : Pembunuhan Yang Dilakukan Oleh Orang Tua Terhadap Anak Ditinjau Dari Psikologi Kriminal (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2008.

USU Repository © 2009

dengan pelaksanaanya itu masih ada tempo bagi si pelaku untuk dengan tenang memikirkan misalnya dengan cara bagaimana pembunuhan akan dilakukan. “Tempo” ini tidak boleh terlalu sempit, akan tetapi sebaliknya juga tidak perlu terlalu lama, yang penting didalam tempo tersebut si pelaku dengan tenang masih dapat berpikir-pikir, yang mana dalam kesempatan tersebut masih dapat dipergunakan untuk membatalkan niatnya.

c. Pembunuhan anak ;

Pembunuhan anak ini ada 2(dua) macam yaitu pembunuhan anak biasa (kinderdoodslag) yang diatur dalam pasal 341 KUHP yang berbunyi :

Seorang ibu yang karena takut akan ketahuan melahirkan anak pada saat anak dilahirkan atau tidak lama kemudian, dengan sengaja merampas nyawa anaknya, diancam karena membunuh anak sendiri, dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun.

Yang dihukum disini adalah seorang ibu baik kawin maupun tidak yang dengan sengaja membunuh anaknya pada waktu dilahirkan atau tidak berapa lama sesudah dilahirkan karena takut ketahuan bahwa ia sudah melahirkan anak. Pembunuhan anak ini dilakukan terdorong oleh karena rasa ketakutan akan diketahui kelahiran anak itu. Biasanya anak tersebut diperoleh karena berzinah atau hubungan kelamin yang tidak sah. Pembunuhan anak berencana (kindermoord) diatur dalampasal 342 KUHP berbunyi :

“Seorang ibu yang untuk melaksanakan niat yang ditentukan karena takut akan ketahuan bahwa ia akan melahirkan anak pada saat anak dilahirkan atau tidak lama kemudian merampas nyawa anaknya, diancam karena melakukan pembunuhan anak sendiri dengan rencana, dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun”.


(32)

Taufiq Mustakim : Pembunuhan Yang Dilakukan Oleh Orang Tua Terhadap Anak Ditinjau Dari Psikologi Kriminal (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2008.

USU Repository © 2009

Pembunuhan euthanasia diatur dalam pasal 344 KUHP yang berbunyi :

Barang siapa merampas nyawa orang lain atas permintaan orang itu sendiri yang jelas dinyatakan dengan kesungguhan hati, diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun

Permintaan untuk membunuh itu harus disebutkan dengan nyata dan sungguh-sungguh.

e. Pembunuhan pengguguran kandungan

Pembunuhan pengguguran kandungan ini diatur dalam pasal 346 KUHP yang berbunyi :

“Seorang wanita yang sengaja menggugurkan atau mematikan kandungannya atau menyuruh orang lain untuk itu, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun.

Yang dikenakan pasal ini adalah perempuan yang dengan sengaja menggugurkan kandungannya atau atas suruhan orang lain untuk itu.

G. Metode Penelitian

Metode yang dimaksudkan adalah sebagai suatu hal yang merupakan cara utama yang dipergunakan untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Sehubungan dengan hal itu penulis menggunakan metode penulisan sebagai berikut :

1. Spesifikasi Penelitian

Penelitian ini menggabungkan penelitian hukum normatif dan empiris (juridis sosiologis). Pada tahap awal penulisan penulis akan melakukan penelitian terhadap asas-asas hukum (bahan-bahan hukum seperti peraturan perundang-undangan) yang berkaitan tindak pidana pembunuhan dan anak.


(33)

Taufiq Mustakim : Pembunuhan Yang Dilakukan Oleh Orang Tua Terhadap Anak Ditinjau Dari Psikologi Kriminal (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2008.

USU Repository © 2009

Penulis juga akan mengetengahkan kasus sebagai studi kasus dalam skripsi ini.

2. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Pengadilan Negeri Medan .

3. Metode Pengumpulan data

Dalam skripsi ini digunakan metode pengumpulan data sebagai berikut : a. Library Research (Penelitian Kepustakaan)

Penelitian di perpustakaan (library research), yaitu melakukan penelitian melalui sumber-sumber bacaan yang mempunyai hubungan dengan masalah yang dihadapi, guna memperoleh data-data yang diperlukan yang bersifat teori-teori ilmiah baik berupa buku-buku bacaan, ketentuan perundang-undangan, karya-karya ilmiah, brosur-brosur dan harian-harian umum yang penulis lakukan dengan jalan membaca dan mengutipnya.

b. Field research (Penelitian lapangan)

Penelitian di lapangan (field research), yaitu melakukan penelitian dengan cara mendatangi objek-objek permasalahan, mengadakan wawancara dan tanya jawab terhadap berbagai pihak/instansi yang oleh karena tugas dan bidangnya/kedudukannya berkaitan dengan penulisan ini. Hal mana penulis lakukan guna untuk mendapatkan ataupun mengetahui keadaan yang sebenarnya dari apa yang menjadi permasalahan dalam penulisan skripsi ini.


(34)

Taufiq Mustakim : Pembunuhan Yang Dilakukan Oleh Orang Tua Terhadap Anak Ditinjau Dari Psikologi Kriminal (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2008.

USU Repository © 2009

Dalam penulisan ini analisis data yang digunakan adalah dengan cara kualitatif , karena dalam melakukan analisis data ini berpedoman pada tipe dan tujuan dari penulisan yang dilakukan. Dalam penelitian deskriptif maka data yang terkumpul diperoleh dari hasil penelitian langsung kelapangan, sehingga analisis data ini merupakan penjelasan terhadap penemuan dilapangan.

Dari penelitian data-data tersebut diatas, penulispun dapat memenuhi pembahasan skripsi ini secara metode deduksi yaitu menarik kesimpulan dari fakta yang bersifat universal kepda fakta yang bersifat reprentatif (dari umum ke yang khusus ). Selain itu, dapat pula dilakukan secara metode induksi yaitu kesimpulan dari data yang bersifat reprensatatif kepada data yang bersifat Universal.

BAB II

MAZHAB-MAZHAB TENTANG SEBAB-SEBAB KEJAHATAN A. Mazhab-mazhab Tentang Sebab-sebab Kejahatan

Tanpa mempelajari sebab-sebab kejahatan sulitlah untuk mengerti mengapa suatu kejahatan telah terjadi, apalagi untuk menetukan tindakan apakah yang tepat dalam menghadapi para penjahat.

Sejak lama orang mengadakan pendidikan untuk mengetahui latar belakang yang menyebabkan terjadinya suatu kejahatan. Dalam hal ini banyak sarjana telah mengemukakan pendapatnya.


(35)

Taufiq Mustakim : Pembunuhan Yang Dilakukan Oleh Orang Tua Terhadap Anak Ditinjau Dari Psikologi Kriminal (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2008.

USU Repository © 2009

W. A. Bonger membagi aliran-aliran tentang sebab-sebab kejahatan sebagai berikut :

1. Mazhab Sosiologi

Mazhab sosiologi yang menyelenggarakan statistik kriminal ini muncul sekitar tahun 1830 M yakni, dengan ditanda tanganinya pengertian sosiologi. Pertumbuhan ini akibat perkembangan ilmu sosial disatu pihak juga karena diadakannya statistik kriminil dilain pihak.

Statistik adalah pernyataan-pernyataan kejadian yang digambarkan dengan angka-angka, juga mendorong dengan kemajuan ilmu pengetahuan sosial.

Penggunaan statistik sudah banyak dipakai oleh ahli-ahli sejak abad ke 17 M. Tetapi Ad Quetelet (1796-1874) seorang bangsa Belgi ilmu pasti dan sosiologi menciptakan dasar-dasar statistik yang praktis dari kongres-kongres statistik kriminil internasional. Beliau adalah statistik kriminil yang pertama di Perancis yang pada Tahun 1826 telah mulai mengadakan statistik kriminil.

A. M. Guerry (1802-1866) bangsa Perancis mempergunakan “statisque”. Di dalam salah satu bukunya beliau mengumpulkan bahan-bahan mengenai kelamin dan umur berhubungan dengan kejahatan begitu juga adanya hubungan atau korelasi antara tempat dengan kejahatan di Perancis diterangka n dalam statistik, misalnya provinsiyang terkaya terdapat banyak kejahatan terhadap hak milik. Begitu juga dibicarakannya tentang kekayaan yang tidak merata dengan kemiskinan.

Ad. Quetelet sendiri memepergunakan ststistik kriminil sebagai alat dalam sosiologi kriminil dan membuktikan untuk pertama kalinya bahwa kejahatan adalah suatu hak asalnya dari keadaan masyarakat.16

16

Sutherland-Cressey, 1955, Principle of Criminology. Edisi kelima, halaman 52.


(36)

Taufiq Mustakim : Pembunuhan Yang Dilakukan Oleh Orang Tua Terhadap Anak Ditinjau Dari Psikologi Kriminal (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2008.

USU Repository © 2009

Adanya unsur dinamis dalam kejahatan oleh Ad. Quetelet tidak diingkari bahkan diakui dengan tegas. Memang kita akui bahwa penyilidikan yang berjalan dalam beberapa tahun saja dan dimana tidak ada perubahan besar dilapangan sosial, maka terlihatlah adanya unsur yang tetap. Tetapi jika kita bandingkan dengan beberapa Negara dalam beberapa tahun, maka ternyata adanya perubahan dalam kejahatan dengan tidak melupakan bahwa sebagian besar masih dalam keadaan tetap.

Antara lain tokohnya adalah L. M. Christone (1791-1848) yang mengatakan bahwa di Inggris (1814-1848) ada hubungannya antara industri dengan pertambahan kemiskinan yang mengakibatkan naiknya kejahatan.

A. Von Oettingen (1827-1905) yang beraliran keagamaan menyatakan bahwa dalam waktu-waktu krisis, pencurian dan lain-lain akan meningkat terutama dilakukan oleh wanita dan anak-anak sedangkan kejahatan penyerangan akan bertambah pada keadaan makmur.17

17

Guilford, 1954, General Psychology, halaman 18, edisi kedua, Kanada, 1952, halaman, 70.

2. Mazhab Anthropologi

Mazhab anthropologi muncul disekitar permulaan tahun 30 dan 70 abad ke-19. Antara lain pelopor mazhab ini adalah ahli pherenologi Gali dan Spurzheim walaupun pelajarannya tidak berdasarkan ilmu pengetahuan.

Pelanjut teori ini antara lain H. Lauvergne (1797-1859) disamping menguraikan pendapatnya yang bersifat phrenology yang kemudian tidak benar, tetapi terdapat juga hasil penelitian yang penting mengenai kejiwaan dan masyarakat.


(37)

Taufiq Mustakim : Pembunuhan Yang Dilakukan Oleh Orang Tua Terhadap Anak Ditinjau Dari Psikologi Kriminal (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2008.

USU Repository © 2009

C. G. Carus (1789-1869) yang menyatakan adanya ciri-ciri pada tengkorak orang –orang jahat sebagai tanda-tanda yang menggambarkan bahwa jiwanya kurang sehat. P. Broca (1824-1880) mengatakan berdasarkan penyelidikan tentang tengkorak dari si penjahat, ternyata keadaannya yang tidak biasa mempunyai sifat phatologis. Pinel dan Esqueril menyatakan bahwa sakit gila menyebabkan kejahatan. J.C. Prichard (1789-1848) sejalan dengan pemikiran Esquerol tentang pelajaran monomanien penjahat “moral insanity” yakni tidak dapat membedakan antara budi pekerti yang baik dan yang jelek dengan tidak ada gangguan jiwa dikemukakan pertama olehnya.18

Salah seorang tokoh yang terkenal dari mashab ini adalah Cecare Lombroso (1835-1909) Lombroso berpendapat bahwa manusia yang pertama adalah penjahat sejak lahirnya (pencuri, suka memperkosa, pembunuh dan kalau perempuan adalah pelacur).

P. Lucas (1805-1885) menyatakan sifat jahat pada hakikatnya sudah dimulai dari kelahiran dan didapat dari keturunan. Keadaan sekitarnya juga mempunyai pengaruh tetapi kadang-kadang saja. A. B Morel (1809-1873) mengajarkan teori degenarasi yang menerangkan bahwa manusia biasa karena pengaruh-pengaruh keadaan-keadaan yang tidak baik dalam beberapa keturunan merosot sifatnya. kemerosotan sifat-sifat menyebabkan kejahatan.

19

Disamping itu beliau berpendapat bahwa para penjahat dipandang dari sudut antropologi mempunyai tanda-tanda tertentu. Dikatakannya bahwa penjahat dipandang dari sudut antropologi merupakan suatu macam manusia tersendiri.19

18

George Godwin, 1957, Criminal Man, New York, Halaman 18 19

W. A. Bonger. 1981, Pengantar tentang Psikologi Kriminal, ghalia-Indonesia, edisi ke empat, halaman 100

20


(38)

Taufiq Mustakim : Pembunuhan Yang Dilakukan Oleh Orang Tua Terhadap Anak Ditinjau Dari Psikologi Kriminal (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2008.

USU Repository © 2009

Untuk menerangkan bagaimana caranya terjadi makhluk yang abnormal (penjahat dari kelahiran) Lambroso memajukan hipotesa bahwa manusia yang masih rendah peradabannya sifatnya tidak susila jadi seorang penjahat adalah suatu kejadian yang aktivistis, artinya bahwa ia dengan sekonyong-konyong mendapat sifat-sifat yang dekat tetapi didapatnya kembali dari yang lebih dahulu (yang dinamakan kemunduran dari keturunan).20

Hal ini disebabkan karena ferri menyadari bahwa pelajaran-pelajaran Lombroso dalam bentuk aslinya tidak dapat dipertahankan. Karena itu tanpa mengubah intinya ferri mengubah bentuknya dengan mengatakan faktor lingkungan ada juga mempengaruhinya.

Ia juga menyatakan bahwa para penjahat adalah orang yang mempunyai penyakit sawan. Di sekitar tahun 1830 anthropologi kriminil di Negeri Belanda mendapat perhatian dan dipelajari dengan pesat. Beberapa dokter seperti Winkler, Berends dan Aretrino mengukur tengkorak-tengkorak penjahat dan jenis orang lainnya. Dalam hal ini Berends dalam kesimpulannya menyatakan, pembunuh adalah orang sakit jiwa adalah orang sawan babi dan orang imbisil adalah cabang-cabang dari suatu pokok, dan pokok ini adalah suatu kemunduran. Pertumbuhan dari tengkorak bagian otak dan kemajuan pertumbuhan dari tengkorak bagian muka.

Winkler dalan hal ini lebih berhati-hati dari lambroso dalam mengeluarkan pendapatnya. Beliau tidak menyebut tipe penjahat tapi menyatakan berhubungan dari bahan-bahan tersebut diatas, maka dengan tidak insaf hakim akan memilih orang-orang yang dahinya sempit dan tulang dagunya lebar.

Enricco ferri seorang murid dari lambroso mengadakan beberapa perbaikan demi kelanjutan dari ajaran-ajaran gurunya mengenai hal tersebut.

21


(39)

Taufiq Mustakim : Pembunuhan Yang Dilakukan Oleh Orang Tua Terhadap Anak Ditinjau Dari Psikologi Kriminal (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2008.

USU Repository © 2009

Didalam bukunya Sosiologi Criminille ia memberikan rumusan tentang timbulnya kejahatan :

a. Setiap kejahatan adalah resultante dari keadaan individu, disatu pihak dan sosial.

b. Keadaan sosial memberi bentuk pada kejahatan, tetapi berasal dari bakatnya yang bilogis dalam arti sosial (organis dan psikis).21

Jadi berarti unsur individu tetap paling penting, walaupun ada faktor lain yang juga turut mempengaruhinya.

3. Mazhab Lingkungan

Mazhab lingkungan terdiri dari mazhab Prancis khusus mazhab berdasarkan perekonomian lingkungan, hasil aetielogi dalam sosiologi kriminal dan keadaan sekelilingnya.

Mazhab Prancis khusus adalah mazhab yang datang dari kalangan para dokter Prancis yang mengajukan tentang mazhab anthropologi Lombroso.

Para dokter Prancis menganut garis-garis yang diberikan oleh J. Lamarck, E. Geoffry St Hileire dan L Pasteure yang menekan pada arti lingkungan sebagai sumber dari bermacam-macam sebab dari segala penyakit.

Golongan ini tidak menggabung pada golongan ahli sosiologi statistik yang pada dasarnya termasuk golongan ahli teori keadaan sekeliling atau teori lingkungan dengan lingkaran pelajaran yang mengajarkan bahwa kejahatan berasal dari kelahiran.

Mereka adalah dokter yang bukan ahli sosiologi, biarpun mereka mempunyai penglihatan yang tajam tentang keadan masyarakat.

22


(40)

Taufiq Mustakim : Pembunuhan Yang Dilakukan Oleh Orang Tua Terhadap Anak Ditinjau Dari Psikologi Kriminal (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2008.

USU Repository © 2009

Pelopornya antara lain A. Lacasagne (1843-1924) guru besar dalam hukum kedokteran di perguruan tinggi Lyon, juga G. Tarde (1843-1924) ahli hukum dan sosiologi yang menyatakan kejahatan bukan suatu hal yang anthropologis tetapi sosilogis seperti kejadian-kejadian masyarakat lainnya dikuasai oleh hasrat meniru antara lain bukunya “Les Dois de Limitation”.

Mazhab berdasarkan perekonomian lingkungan mulai berkembang pada penghabisan abad ke-19 ketika timbul sistem baru dalam perekonomian dan kejahatan kelihatan bertambah.

Teori baru dalam kemasyarakatan yang timbul pada pertengahan abad ke 19 yang pandangan masyarakatnya berdasarkan keadaan ekonomi akan mengarah kedalam kriminologi. Menurut teori ini unsur-unsur ekonomi dalam masyarakat dipandang dari sudut dinamis adalah Primair dan dipandang dari sudut statis merupakan dasarnya.

Semuanya terdapat dalam ajaran K. Mark didalam bukunya “Zur kritik der Politischen Oekonomie” (1895). Tokoh pertama dari aliran ini adalah F. Turrati di dalam bukunya “Ildelito e la question sosiale” (1883) terutama mengkritik mazhab Itali dalam bagian Positif ia juga nafsu ingin memiliki yang berhubungan erat dengan sistem ekonomi pada waktu sekarang mendorong kejahatan perekonomian.

Juga dikatakan mengenai kejahatan terhadap orang (kejahatan penyerangan) menunjukan akan pengaruh dari keadaan materil terhadap jiwa manusia, kesengsaran membuat jiwa menjadi timbul, kebodohan dan keindahan merupakan juga sebab-sebab yang mengakibatkan kejahatan yang semacam. Begitu juga keadaan tempat tinggal yang jelek merosotnya kesusilaan dan menyebabkan kejahatan kesusilaan.

N. Colojanna (1847-1927) di dalam bukunya “sosiologis criminale” (1887) menyatakan juga adanya hubungan antara krisis dengan bertambahnya kejahatan


(41)

Taufiq Mustakim : Pembunuhan Yang Dilakukan Oleh Orang Tua Terhadap Anak Ditinjau Dari Psikologi Kriminal (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2008.

USU Repository © 2009

dengan keadaan phatologis sosial, seperti pelacuran, yang juga berasal dari adanya perekonomian, dan kejahatan politik karena ekonomi. Beliau juga menekan adanya hubungan antara sistem ekonomi dan unsur-unsur umum dalam kejahatan, yakni hak milik mendorong untuk mementingkan diri sendiri dan oleh karyawan yang mendekatkan pada kejahatan. Untuk mencegah kejahatan adalah dengan suatu sistem ekonomi yang dapat mencapai perimbangan yang tetap dan pembagian kekayaan yang serata-ratanya.22

Hasil aetiologi dalam sosiologi kriminal antara lain terlantarnya anak-anak dan sebagainya, kesengsaraan, nafsu ingin memiliki, ketagihan minuman keras, kurangnya peradaban, perang.

Menurut W. A. Bonger adalah bahwa mereka dalam salah satu lapangan menyempurnakan teori lingkungan, yang oleh pengarang Prancis kebanyakan para dokter diterangkan dengan tidak jelas.

24

W. A. Bonger menyatakan juga pengaruh langsung dari iklim dan lain-lain atas iklim dan lain-lain atas diri mansia dengan majunya ilmu teknik dan bertambah kuasanya manusia terhadap alam menjadi berkurang. Di samping itu beliau juga mengemukakan beberpa jenis kejahatan yang dapat timbul akibat pengaruh keadaan sekelilingnya ini yaitu kejahatan ekonomi : kejahatan terhadap kelamin, kejahatan kekerasan, dan kejahatan politik.

Keadaan sekelilingnya dalam hal ini ada dua pengaruh atas manusia yakni pengaruh langsung dari iklim dan pengaruh-pengaruh tidak langsung terutama tanah dengan melalui masyarakat, misalnya keharusan menyelenggarakan pengairan daerah tertentu di dunia timur mengakibatkan adanya pemerintahan diktatori.

23

Bouman, 1961, Sosiologi Pengertian dan masalah, cetakan keenam, Yayasan Kanisius, Semarang, halaman 101.

24


(42)

Taufiq Mustakim : Pembunuhan Yang Dilakukan Oleh Orang Tua Terhadap Anak Ditinjau Dari Psikologi Kriminal (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2008.

USU Repository © 2009

4. Mazhab Bio-Sosiologi

Mazhab Bio-Sosiologi seperti yang dikatakan oleh E. Ferri adalah sintesa dari aliran anthropogi dan aliran keadaan lingkungan sebagai sebab kejahaatan. Rumusannya setiap kejahatan adalah hasil dari unsur-unsur yang terdapat dalam individu, masyarakat, dan keadaan fisik. Sedangkan unsur tetap yang penting menurutnya adalah individu. Pengertian individu ini unsur yang seperti dikemukakan oleh C. Lombroso.

Aliran ini mendapat penganut yang banyak serta berpengaruh lama, misalnya Ad. Prins di Brussel, F. R. Von Liszt di Beerlin, G. A. Van Hamel di Amsterdam. Tetapi akhirnya Von Liszt pada saat menjelang tuanya cenderung kearah sosiologis.25

Dua orang yang benar-benar hidup dalam keadaan yang sama mempunyai hidup yang baik untuk melakukan kejahatan dan keduanya tidak terhalang oleh rasa budi pekertinya. Pada saat berbuat sesuatu yang seorang berani bertindak. Jadi, Sehubungan dengan mazhab Bio-sosiologi ini Ferri memberikan rumusan : Tiap kejahatan = keadaan sekelilingnya ditambah bakat dengan keadaan sekelilingnya. Jadi keadaan sekelilingnya terhadap manusia selalu berpengaruh dua kali dilakukan terdiri dari dua unsur khusus yakni keadaan yang mempengaruhi individu dari lahirnya sehingga pada saat melakukan perbuatan tersebut dan dengan bakatnya terdapat dalam individu. Dalam hal ini penting artinya keadaan sekelilingnya yang merupakan unsur menentukan.

Dengan adanya perbaikan dari rumusan Ferri ini, dalam arti yang terbatas rumus ini dapat mengarah kearah yang benar. Dalam hal ini W. A. Bonger memajukan beberapa contoh serta penjelasan :

25


(43)

Taufiq Mustakim : Pembunuhan Yang Dilakukan Oleh Orang Tua Terhadap Anak Ditinjau Dari Psikologi Kriminal (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2008.

USU Repository © 2009

keberanian adalah unsur kejahatan dan ketakutan, dan ketakutan unsur dari kebaikan. Memang ini banyak terjadi mungkin satu demikian licinnya hingga mengetahui bahwa besar kemungkinannya diketahui lalu tidak berbuat. Apakah juga dapat dikatakan bahwa kepandaian adalah unsur kebaikan dan kebodohan unsur kejahatan.

Memang hal ini juga terjadi tetapi juga sebaliknya tidak dapat terjadi. Dengan kata lain sifat-sifat manusia dapat menjadi pendorong untuk berbuat jahat atau dapat mencegah berbuat jahat.

Di samping itu sifat tidak susila belum berkembang, jika keadaan membantunya untuk tidak melanggar Undang-Undang. Suatu Kenyataan banyak penjahat besar yang belum pernah mendapat hukuman terutama dari kalangan pejabat tinggi.

W. A. Bonger ada juga mengupas tentang perbedaan individu. Individu dari suatu jenis termasuk manusia terdapat perbedaan, misalnya jika melihat suatu gerombolan manusia dengan sekejap mata sudah terlihat padanya. Dalam hal ini Ad Quetelet ahli statistik Bangsa Belgia juga telah membuat suatu pendapat yaitu semua individu dari suatu jenis berbeda dalam sifatnya.

5. Mazhab Agama

W. A. Bonger mengemukakan juga dalam tulisan-tulisannya disamping mazhab-mazhab yang telah dikemukakan diatas yakni mazhab agama.26

26


(44)

Taufiq Mustakim : Pembunuhan Yang Dilakukan Oleh Orang Tua Terhadap Anak Ditinjau Dari Psikologi Kriminal (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2008.

USU Repository © 2009

Kemudain aliran ini mengalami perubahan-perubahan dan sekarang lebih tepat dinamakan aliran neo-agama, yakni mementingkan unsur kerohanian dalam mencari sebab-sebab kejahatan.

Antara lain tokoh dari aliran ini seperti A. Von Oettingen, H. Stursberg, F. A. Krauss, L. Proal dan H. Joly di Prancis dan M. Baets dari Belgi. Mereka ini umumnya berpendapat bahwa jumlah orang yang beribadah berkurang maka kejahatan akan bertambah, jadi terdapat hubungan sebab akibat.27

Terhadap aliran keagamaan Ini W. A. Bonger memberikan kritikan, yakni menganut aliran ini memajukan alasan-alasan kurang teliti. Seandainya dua keadaan tadi memang bergerak kearah yang sama dengan demikian adanya hubungan dua hal tadi dapat dimengerti tetapi hubungan sebab akibatnya belum dua-duanya dapat bergabung dari unsur yang ketiga. Berdasarkan penelitian sama sekali tidak terdapat hubungan antara kejahatan dengan kurangnya orang beribadah. Tetapi ia sependapat bahwa manusia yang patuh terhadap sanksi hukuman di akhirat, juga merupakan faktor pencegah dari perbuatan jahat.

B. Faktor-Faktor Penyebab terjadinya Tindak Pidana Pembunuhan terhadap Anak

27


(45)

Taufiq Mustakim : Pembunuhan Yang Dilakukan Oleh Orang Tua Terhadap Anak Ditinjau Dari Psikologi Kriminal (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2008.

USU Repository © 2009

1. Faktor Intern

Kehidupan masyarakat dewasa ini terutama masyarakat perkotaan diwarnai dengan persaingan-persaingan hidup. Kebutuhan hidup yang selalu bertambah dan tidak sedikit tuntutan-tuntutan serba kontradiktif sehingga semuanya ini akan merangsang tumbuhnya tingkah laku yang menyimpang (abnormal). Tingkah laku yang menyimpang ini sangat erat hubungannya dengan keadaan jiwa individu. Gangguan jiwa yang dialami ini disamping merugiakan si penderita sendiri juga merugikan orang lain sebagai anggota masyarakat karena satu sama lain hidup dalam lingkungan masyarakat.

Oleh sebab itu masalah gangguan jiwa ini sudah merupakan suatu hal yang serius karena telah menjadi penyebab terjadinya perbuatan kejahatan.

Selanjutnya penulis akan memaparkan pembagian atau penggolongan gangguan jiwa oleh para sarjana, misalnya :

a). Kartini Kartono membagi sebagai berikut : 1) Psycopat

2) Psychoneurosa (histeria, fugue, somnabulisme, physterisis, multiple personality, psychosomatisme, peptic ulcer, hypertension).

3) Psychosa fisis (alcoholic psychosa, psychosa obat bius, syphilitic psychosa, senile psychosa) dan psychosa fungsional (schizopherenia, paranoia, mania deppressip). 28

28

B. Simanjuntak SH, 1981, Beberapa Aspek Patologi Sosial, Alumni, Bandung. Halaman 66.

b). Dr. Zakiah Drajat mengetengahkan pembagian gangguan jiwa sebagai berikut : 1) Neurosa (gangguan jiwa)


(46)

Taufiq Mustakim : Pembunuhan Yang Dilakukan Oleh Orang Tua Terhadap Anak Ditinjau Dari Psikologi Kriminal (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2008.

USU Repository © 2009

- Histeria : lumpuh histeria, cramp histeria, kejang histeria, mitism (hilang gangguan bicara), kedalam ini masih dapat dimasukkan amnesia (hilang ingatan), kepribadian kembar, fugue (berkelana secara tidak sadar), somnabulisme (berjalan tidur).

- Psychastenia : phobia, obsessi kompulsi (repetitive colpulsive), serial compulsives, compulsive onderlinese, compulsive magic, anti sosial, compulsive kleptomani, fetishism compulsive sexuil.

- Gagap bicara - Ngompol

- Kepribadian psychopat

- Keabnormalan sexual : onani, homo sexual, sadism.

2) Psychose (sakit jiwa) : Shizopereni, paranoia, manic depressive (mania, melancholia). 29

- das uber ich.

Untuk memahami kehidupan psikis perlu diketahui bahwa di dalam diri manusia itu terdapat lapisan kepribadian.

Seorang sarjana yang bernama Sigmund Freud mencoba membahas unsur-unsur intern kehidupan manusia itu.

Unsur-unsur intern kehidupan jiwa manusia dinamakan Struktur Personality yang terdiri atas tiga instansi yaitu :

- das es - das ich

30

29

Ibid, halaman 66. 30


(47)

Taufiq Mustakim : Pembunuhan Yang Dilakukan Oleh Orang Tua Terhadap Anak Ditinjau Dari Psikologi Kriminal (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2008.

USU Repository © 2009

Das es adalah alam tak sadar yang berisikan dorongan-dorongan dan keinginan atau nafsu yang meminta harus direalisir

Das ich merupakan pusat seluruh perawakan jiwa dan khususnya inti daripada alam sadar. Berfungsi menyelaraskan tuntutan das es sesuai dengan norma kehidupan. Lapisan ini menyeleksi keinginan das es.

Das uber ich merupakan instansi tertinggi dalam mengatur tindakan manusia serta bernilai moral. Das Uber Ich mengawasi das ich tentang apa yang boleh dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan.

Sehubungan dengan uraian-uraian diatas jika titik tolak peninjauan kita dasarkan pada sifat-sifat pelaku dengan memperhatikan beberapa peristiwa pembunuhan, mereka melakukan perbuatan-perbuatan pembunuhan karena mengalami kekalutan mental yang merupakan manifestasi berbagai kondisi kehidupan, yaitu antara lain :

- Tekanan ekonomi yang sangat memprihatinkan

- Tidak adanya komunikasi yang baik antara sesama anggota keluarga - Tingkat pendidikan yang relatif rendah

- Lingkungan hidup yang kurang baik

- Tidak ada rasa tanggung jawab antar sesama anggota

Dengan adanya kondisi-kondisi tersebut diatas yang diderita atau dialami oleh seseorang akan mendorong untuk melakukan perbuatan-perbuatan berupa kesilapan tanpa disadari. Jadi terdapatnya perbuatan-perbuatan tanpa sadar yang muncul dari alam tak sadar yang dapat menimbulkan perbuatan yang menyimpang maupun cenderung pada perbuatan kejahatan.


(48)

Taufiq Mustakim : Pembunuhan Yang Dilakukan Oleh Orang Tua Terhadap Anak Ditinjau Dari Psikologi Kriminal (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2008.

USU Repository © 2009

a. Faktor Ekonomi

Didalam kehidupan manusia sehari-hari, faktor ekonomi memegang peranan penting untuk menentukan arah hidupnya. Demikian juga hubungan antara perekonomian dengan kejahatan senantiasa mendapat banyak perhatian dan selalu menjadi objek penelitian para ahli.

Plato menyatakan bahwa :

“Kekayaan dan kemiskinan menjadi bahaya besar bagi jiwa orang, yang miskin sukar memenuhi kebutuhan hidupnya dan merasa rendah diri dan timbul hasrat untuk melakukan kejahatan, sebaliknya juga orang kaya hidup mewah untuk segala hiburannya”. 31

2) Sesuatu kenaikan dalam kesejahteraan.

Oleh sebab itu kesenjangan kehidupan sosial ekonomi antara golongan kaya dan miskin perlu diperbaiki. Perubahan dan perbedaan dalam kesejahteraan sosial ekonomi menimbulkan banyak konflik yang mendorong orang melakukan kejahatan.

Dalam masalah ini Prof. Noach menganalisa sebagai berikut bahwa perubahan kesejahteraan pada seseorang dapat berupa :

1) Sesuatu kemunduran dalam kesejahteraan 32

31

Noach Simanjuntak SH, 1984. Kriminologi, Tarsito, Bandung, halaman 53. 32

Ibid, halaman 54.

Dewasa ini para ahli ekonomipun sependapat mengatakan bahwa sebab dari kejahatan itu adalah kondisi ekonomi intern dan ekstern pelaku. Maksudnya bahwa kemiskinan selalu berhubungan erat dengan situasi ekonomi kemasyarakatan dan ini secara relatif sangat mempengaruhi terhadap perkembangan kejahatan. Jadi dalam hal ini keadaan ekonomi itu bukan terbatas pada pengertian kondisi kehidupan pelaku yang sangat terdesak tetapi sering juga karena pengaruh dari korban itu sendiri.


(49)

Taufiq Mustakim : Pembunuhan Yang Dilakukan Oleh Orang Tua Terhadap Anak Ditinjau Dari Psikologi Kriminal (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2008.

USU Repository © 2009

Penyebab terjadinya kejahatan berupa pembunuhan dalam keluarga dengan latar belakang faktor ekonomi menurut hemat penulis dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain :

1). Tingkat pendidikan pelaku yang relatif rendah.

Di dalam lingkungan sosial yang miskin kebanyakan orang yang memiliki tingkat pendidikan yang rendah. Dalam hal ini tingkat pendidikan yang rendah pada umumnya bersamaan dengan informasi dan pengetahuan yang terbatas. Dengan demikian segala kesempatan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan menjadi terhambat. Cara berfikir dan bertindak untuk melakukan sesuatu perbuatan akibat daya nalar yang rendah sering irrasional akan tetapi lebih dominan dipengaruhi oleh emosi semata.

2). Lingkungan hidup (tempat tinggal) yang kurang baik

Pada hakekatnya keadaan lingkungan yang kurang baik dapat digolongkan dalam dua hal yaitu :

- lingkungan hidup internal (keluarga) - lingkungan hidup eksternal

Pada lingkungan internal, masalah ketidak-harmonisan hubungan para anggota keluarga merupakan faktor utama yang tidak kecil pengaruhnya.

Lembaga keluarga merupakan sosial kontrol yang kuat terhadap tingkah laku anggota keluarga. Penyimpangan tindakan anggota keluarga akan menjatuhkan martabat keluarga, sehingga anggota keluarga takut melakukan tindakan yang bertentangan dengan norma yang hidup dalam masyarakat. Tetapi akibat pengaruh modernisasi timbul perubahan nilai pada masyarakat. Komunikasi antar anggota jadi kurang serta rasa kasih dan perhatian terhadap sesama anggota keluarga menjadi minim. Anggota keluarga kehilangan pegangan dan mengikuti jalannya sendiri.


(1)

Taufiq Mustakim : Pembunuhan Yang Dilakukan Oleh Orang Tua Terhadap Anak Ditinjau Dari Psikologi Kriminal (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2008.

USU Repository © 2009

a. Pembinaan dalam Lembaga Pemasyarakatan sesuai dengan konsep lembaga, bahwa istilah hukuman penjara telah tergeser titik beratnya kepada pembinaan.

Maka dalam Lembaga Pemasyarakatan perlu kegiatan : - pembinaan ketrampilan.

- pembinaan agama dan moral. - pembinaan mental dan spiritual.

- pemupukan kesegaran jasmani dan rohani. b. Pembinaan di luar Lembaga Pemasyarakatan :

- belajar di tempat latihan kerja milik industri/dinas lain (Balai Latihan Kerja) - beribadah dengan sembahyang di mesjid, gereja.

- berolahraga bersama masyarakat. - pemberian pembebasan bersyarat.

Dari pengetahuan yang diperoleh sebagai sebab-sebab terjadinya pembunuhan dalam keluarga di kotamadya Medan, maka usaha-usaha reformatif yang dapat dilakukan khusus terhadap pelaku pembunuhan dalam keluarga menurut hemat penulis adalah sebagai berikut :

a. Mengupayakan suatu tempat yang terpisah bagi pelaku pembunuhan dalam keluarga dengan pelaku kejahatan lainnya, sehingga tidak memungkinkan terjadinya pertukaran informasi dan pengalaman antara pelaku pembunuhan dengan pelaku kejahatan lainnya.

b. Mengadakan pengawasan/pengamatan secara terpadu terhadap perkembangan jiwa ataupun tingkah laku dari pelaku pembunuhan dalam keluarga, khususnya yang oleh karena kelainan jiwa.


(2)

Taufiq Mustakim : Pembunuhan Yang Dilakukan Oleh Orang Tua Terhadap Anak Ditinjau Dari Psikologi Kriminal (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2008.

USU Repository © 2009

pembunuhan dalam keluarga yang bermanfaat bagi tumbuh dan berkembangya iman pelaku.

d. Membina para pelaku dalam bidang ketrampilan yang dapat bermanfaat sebagai bekal pelaku apabila suatu saat dia kembali ke tengah masyarakat.

e. Mengaktifkan para pelaku dengan berbagai bidang kegiatan seperti olah raga dan seni yang bertujuan untuk membebaskan pelaku dari derita batin yang menghantui pikirannya sebagai akibat dari perbuatannya.

f. Dan lain sebagainya.

Untuk tercapainya hal-hal di atas bukanlah mudah dan bukan pula hanya tanggung jawab petugas Lembaga Pemasyarakatan semata, melainkan adalah tanggung jawab semua pihak. Tanpa terkecuali masyarakat juga dan khususnya keluarga pelaku sangat besar peranannya dalam upaya penanggulangan pembunuhan dalam keluarga ini di kotamadya Medan, sebab menjadi pertanyaan adalah bagaimana sikap/reaksi penerimaan masyarakat/keluarga pelaku itu sendiri apabila kelak di kemudian hari pelaku pembunuhan dalam keluarga itu selesai menjalani masa hukumannya. Apabila masyarakat/keluarga bersikap mengucilkannya apabila telah kembali, maka semua upaya penanggulangan yang telah dikemukakan diatas akan jadi sia-sia. Dan bahkan tidaklah mustahil sikap yang demikian akan menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya pembunuhan dalam keluarga di kotamadya Medan.


(3)

Taufiq Mustakim : Pembunuhan Yang Dilakukan Oleh Orang Tua Terhadap Anak Ditinjau Dari Psikologi Kriminal (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2008.

USU Repository © 2009

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Pada akhirnya penulisan skripsi ini, penulis mengambil beberapa kesimpulan yang berupa inti sari dari penguraian skripsi ini. Kesimpulan ini juga merupakan jawaban dari permasalahan-permasalahan yag diajukan pada awal penulisan skripsi ini sekaligus merupakan hasil pengujian hipotesa yang telah dilakukan dalam pembahasan materinya. Maka dari penguraian skripsi ini penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Bahwa disamping faktor-faktor penyebab timbulnya kejahatan pada umumya, maka faktor-faktor pendorong meningkatnya tindak pidana pembunuhan oleh orang tua terhadap anak dapat digolongkan atas beberapa faktor yaitu :

- Faktor intern - Faktor ekstern

Disharmoni keluarga, ketidakmampuan orang tua dalam keluarga serta semakin menipisnya rasa kasih dalam keluarga juga merupakan gejala awal dari sebab terjadinya tindak pidana pembunuhan dalam keluarga.


(4)

Taufiq Mustakim : Pembunuhan Yang Dilakukan Oleh Orang Tua Terhadap Anak Ditinjau Dari Psikologi Kriminal (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2008.

USU Repository © 2009

terjadinya tindak pembunuhan anak oleh orang tua dalam keluarga. Oleh sebab itu kriminologi dalam peranannya untuk menanggulangi terjadinya tindak pidana pembunuhan anak oleh orang tua dalam keluarga dengan mengarahkan pemikiran dan penyelidikan kriminologi kepada hubungan kondisi rumah tangga dengan kejahatan. 2. Bahwa upaya-upaya yang dapat diambil dalam penanggulangan terjadinya tindak

pidana pembunuhan anak oleh orang tua dalam keluarga adalah sebagai berikut : - Upaya preventif.

- Upaya represif.

B. Saran

Adapun saran-saran yang dikemukakan oleh penulis adalah sebagai berikut 1. Dalam rangka penyusunan konsep KUHP Nasional yang akan datang perlu

dipertimbangkan penempatan tersendiri dalam pasal-pasal KUHP, tentang tindak pidana pembunuhan dalam keluarga khusunya pembunuhan orang tua kepada anaknya.

2. Di dalam rumah tangga perlu dijaga dan diperhatikan suasana kehidupan keluarga yang harmonis sehingga rasa kasih dan sayang tetap terpelihara antara orang tua dan anak

3. Hendaknya pemerintah dalam menentukan arah kebijaksanaan pembangunan, terutama dalam bidang ekonomi lebih memperhatikan kesejahteraan masyarakat ekonomi lemah sebagai kelompok masyarakat terbanyak di kotamadya Medan. 4. Hendaknya pemerintah dapat menertibkan dan membatasi peredaran baik film-film

maupun bacaan-bacaan yang mengutamakan/menyajikan adegan-adegan kekerasan dan kesadisan.


(5)

Taufiq Mustakim : Pembunuhan Yang Dilakukan Oleh Orang Tua Terhadap Anak Ditinjau Dari Psikologi Kriminal (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2008.

USU Repository © 2009

5. Dalam mengatasi dan menanggulangi gangguan jiwa yang dialami oleh anggota keluarga dalam masyarakat, sudah saatnya pemerintah mendirikan klinik bimbingan psikologi yang ditangani oleh psikiater dan psikolog.

DAFTAR PUSTAKA

Arrasjid, Chainur, SH,1988, Pengantar Psikologi Kriminal, Penerbit Yani Corporation, Medan.

Bassar, Sudradjat, M 1986 , Tindak-tindak Pidana tertentu di dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana, Remaja Karya, Bandung.

Bonger, WA, 1981, Pengantar tentang Psikologi Kriminal, ghalia-Indonesia, edisi ke empat. Jakarta

Bonger, WA, 1982, Pengantar Tentang Kriminologi, PT Pembangunan, Jakarta.

Bouman, 1961, Sosiologi Pengertian dan masalah, cetakan keenam, Yayasan Kanisius, Semarang.

Chazawi, Adami, 2000, Hukum Pidana II, Grafindo Persada, Jakarta. Godwin, Godwin, 1957, Criminal Man, New York

Guilford, 1954, General Psychology, edisi kedua, Kanada.

Kartini -kartono, 1981, Psycology abnormal, Alumni Bandung.Bandung. Kusumah, Mulyana, 1981, Aneka Permasalahan Dalam Ruang Lingkup Kriminologi, Alumni, Bandung


(6)

Taufiq Mustakim : Pembunuhan Yang Dilakukan Oleh Orang Tua Terhadap Anak Ditinjau Dari Psikologi Kriminal (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2008.

USU Repository © 2009

Medan.

Noach Simanjuntak SH, 1984. Kriminologi, Tarsito, Bandung,

Prakoso, Joko, SH, 1986 Peranan Psikologi dalam Pemeriksaan Tersangka pada tahap penyidikan.

Simanjuntak, B, SH, 1981, Beberapa Aspek Patologi Sosial, Alumni, Bandung.

Soedjono D. SH, 1983, Penanggulangan Kejahatan, Alumni, Bandung,

Soemitro, Irma Setyowati , 1990, Aspek Hukum Perlindungan Anak, Bumi Aksara, Jakarta.

Soesilo, R, 1985, Kriminologi, Politea, Bogor,

Sutherland-Cressey, 1955, Principle of Criminology. Edisi kelima. New York Terry, R. George.1986, Azas-azas Manajemen,

Wadong, Maulana Hasan , 2000, Advokasi dan Hukum Perlindungan Anak, Gramedia Wirasarana Indonesia, Jakarta.