Teori Berdasar Undang-Undang Secara Positif Positif Wttelijke Beweijs Teori Pembuktian Berdasarkan Keyakinan Hakim Melulu Conviction

yang berperkara di pengadilan tidak perlu memberitahukan dan membuktikan peraturan hukumnya.

2.2 Teori-Teori Pembuktian

Dalam sistem atau teori pembuktian secara umum terbagi atas:

A. Teori Berdasar Undang-Undang Secara Positif Positif Wttelijke Beweijs

Theorie Teori ini hanya didasarkan pada undang-undang, artinya jika sesuatu perbuatan terbukti sesuai dengan alat bukti yang disebutkan dalam undang-undang, maka keyakinan hakim tidak diperlukan lagi. Sistem pembuktian ini disebut juga pembuktian formal formale bewijstheori. Menurut Simons, bahwa sistem atau teori pembuktian berdasar undang-undang secara positif bertujuan untuk menyingkirkan semua pertimbangan subjektif hakim dan mengikat hakim secara ketat menurut pembuktian yang keras. 7 Menurut Wirjono Prodjodikoro teori ini sudah selayaknya tidak dianut lagi din Indonesia, karena bagaimana hakim dapat menetapkan kebenaran selaian dengan cara menyatakan keyakinannya tengang suatu kebenaran. Keyakinan seorang hakim yang jujur dan berpengalaman mungkin sekali sesuai dengan keyakinan masyarakat. 8 7 Andi Hamzah, Pengantar Hukum Acara Pidana Indonesia, Jakarta, Ghalia Indonesia, 1983, hal 229. 8 Wirjono Prodjodikoro, Hukum Acara Pidana di Indonesia, Bandung, Sumur Bandung, 1983, hal 111.

B. Teori Pembuktian Berdasarkan Keyakinan Hakim Melulu Conviction

Intivie Perlu disadari bahwa alat bukti pengakuan seorang terdakwa tidak harus membuktikan kebenaran kesalahan terdakwa, sehingga pengakuan itu kadang-kadang tidak menjamin terdakwa benar-benar telah melakukan perbuatan yang didakwakan. Oleh karena itu diperlukan keyakinan hakim sendiri untuk memutuskan kesalahan atau tidaknya terdakwa. Menurutu teori ini, tidak dibutuhkan suatu peraturan tentang pembuktian, dan menyerahkan segala sesuatunya pada kebijaksanaan dan pendapat hakim, yang bersifat perseorangan. 9 Keberatan terhadap teori ini ialah, bahwa terkandung di dalamnya suatu kepercayaan yang terlalu besar kepada ketepatan kesan-kesan perseoranagan belaka dari seorang hakim. Pengawasan terhadap putusan-putusan hakim seperti ini sukar untuk dilakukan, karena badan pengawas tidak tahu apa yang menjadi pertimbangan hakim yang menghasilkan pendapat terhadap suatu putusan.

C. Teori Pembuktian Bebas

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perlindungan Hukum terhadap Pemegang Uang Elektronik (E-Money) dalam Transaksi Elektronik T1 312012063 BAB II

5 58 73

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pembuktian dalam Transaksi Elektronik di Indonesia dan Singapura T1 312012009 BAB I

0 0 14

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pembuktian dalam Transaksi Elektronik di Indonesia dan Singapura

0 0 11

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pembuktian dalam Transaksi Elektronik di Indonesia dan Singapura

0 0 122

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kedudukan Hukum Tanda Tangan Elektronik (Digital Signature ) dalam Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik T1 312009062 BAB II

2 20 43

T1 Judul Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Jaringan dan Informasi serta Transaksi Elektronik

0 7 10

T1__BAB III Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Jaringan dan Informasi serta Transaksi Elektronik T1 BAB III

0 0 3

T1__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Jaringan dan Informasi serta Transaksi Elektronik T1 BAB II

0 1 52

T1__BAB I Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Jaringan dan Informasi serta Transaksi Elektronik T1 BAB I

0 0 10

T1__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perbandingan Lembaga Pengawas Persaingan Usaha di Singapura dan di Indonesia T1 BAB II

0 0 61