ulumul quran (2)

(1)

1

Al Qur’an yang ditururunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui malaikat JIbril merupakan surat dari Allah kepada seluruh manusia. Pesan Al Qur’an tidak terbatas pada pewarnaan kehidupan orang-orang tertentu, untuk lingkungan serta kurun waktu tertentu, akan tetapi diperuntukkan kepada seluruh umat manusia.

Al Qur’an juga perlu diterjemahkan dalam berbagai bahasa agar mudah dimengerti kaum muslim. Setiap kaum muslimin mengetahui sejarah pembukuan Al Qur’an, sehingga tidak terjadi kesalahan dalam menyikapi sebuah ayat dari Al Qur’an sebuah aayat dari Al Qur'an. Hal ini yang menjadi tujuan dari tulisan tentang terjemah Al Qur'an ini.

Al Qur'an Al Karim adalah wahyu illahi yang diturunkan kepada penutup para nabi, Muhammad bin Abdullah SAW baik secara lafadz, maupun gaya bahasa yang ditulis dalam berbagai mushaf (kitab/buku lengkapnya), dan diriwayatkan darinya secara Mutawatir.

Al Qur'an merupakan sandaran Islam yang senantiasa dinamis dan mukjizat abadi, yang mampu mengalihkan dan senantiasa dapat mengalahkan kekuatan manusia manapun, sepanjang sejarah kehidupan umat manusia ini merupakan aturan Islam yang mencakup dengan fitrah manusia dan bersumber dari kedalaman hati nurani manusia.

B. Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang diatas adapun rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:

1. Sejarah pembukuan Al Qur'an pada masa modern secara global 2. Pengertian terjemahan Al Qur'an secara umum dan secara khusus 3. Tujuan penerjemahan Al Qur'an


(2)

BAB II PEMBAHASAN

A. Sejarah Pembukuan Al Qur'an pada Masa Modern Secara Global Membukukan Al Qur'an Al Karim

Al Qur'an Al Karim adalah kitab Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW mengandung hal-hal yang berhubungan keimanan, ilmu pengetahuan, kisah-kisah filsafah, peraturan-peraturan yang mengatur tingkah laku tata cara kehidupan manusia baik sebagai makhluk individu ataupun sebagai makhluk sosial, sehingga berbahagia di dunia dan akhirat. Al Qur'an Al Karim dalam menerangkan hal-hal tersebut diatas, ada yang dikemukakan secara terperinci, seperti yang berhubungan dengan hokum perkawinan, hokum warisan, dan sebagainya dan ada pula yang dikemukakan secara umum dan garis besarnya saja.

Yang diterangkan secara umum dan garis besarnya ini, ada yang diperinci dan dijelaskan oleh hadits-hadits Nabi Muhammad SAW dan ada yang diserahkan kepada kaum muslimin sendiri, memperincinya sesuai dengan keperluan suatu kelompok manusia, keadaan, masa dan tempat, sperti dalam soal kenegaraan.

Al Qur'an mengemukakan “Prinsip Musyawarah” adanya suatu badan yang mewakili rakyat, keharusan berlaku adil dan sebagainya. Disamping itu agama Islam membuka pintu ijtihad bagi kaum muslimin dalam hal yang tidak diterangkan oleh Al Qur'an dan Hadits secara qath’I (tegas) pembuka pintu ijtihat inilah yang memungkinkan manusia memberi komentar, memberi keterangan dan mengeluarkan pendapat tentang hal yang tidak disebut atau yang masih umum dan belum terperinci dikemukakan oleh Al Qur'an. Nabi Muhammad sendiri beserta sahabat-sahabat beliau adalah orang-orang yang menjadi pelopor, kemudian diikuti oleh para tabi’in, para tabi’iet tabi’in dan generasi-generasi yang tumbuh dan hidup pada masa-masa berikutnya.


(3)

Nabi Muhammad SAW sangat menganjurkan agar para sahabat-sahabat menghafal ayat-ayat Al Qur'an. Karena itu banyak sahabat yang menghafalnya baik satu surat, maupu menghafal Al Qur'an seluruhnya.1

Pada zaman sekarang di Mesir di sekolah-sekolah Awaliyah diwajibkan menghafal Al Qur'an. Kalau ingin menamatkan pelajaran di sekolah-sekolah awaliyah dan hendaknya meneruskan pelajarannya ke sekolah-sekolah mu’alimin, maka hafalan mereka tentang Al Qur'an selalu diuji.

Terjemahan Al Qur'an adalah menjadi keinginan bagi tiap-tiap muslim untuk membaca dan memahami Al Qur'an dalam bahasanya yang aslinya, ialah bahasa Arab, tetapi karena tiap orang itu tidak mempunyai kemampuan atau kesempatan yang sama, maka tindaklah keinginan tersebut dapat dicapai oleh setiap muslim. Untuk itulah maka Al Qur'an diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa (di barat dan timur).

A. Terjemahan ke dalam bahasa barat

Sebelum berkembangnya bahasa-bahasa Eropa Modern, maka yang berkembang di Eropa adalah Bahasa Latin. Terjemahan itu dilakukan untuk diperlukan biara CLUDNY pada kira-kira tahun 1135 dari terjemahan bahasa latin inilah kemudian Al Qur'an diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa Eropa.

B. Terjemahan dalam bahasa-bahasa Afrika

Mempelajarai dan mengajarkan Al Qur'an merupakan keharusan bagi orang muslim. Sekolah-sekolah Al Qur'an banyak terdapat di Afrika bahkan sebagai wadah dalam prose islamisasi. Di antara lembaga pendidikan itu adalah “School Of Learning” dimana didalamnya termasuk belajar membaca dan menulis naskah bahasa Arab dan mempelajari arti dan pesan-pesan, komentar-komentar, serta artikel atau terjemahan dari Al Qur'an.

Perkembangan Ulumul Qur’an pada Zaman Modern.


(4)

Bahwa setelah wafatnya As-Suyuthi tahun 911 H atau abad moderen itu bangkit kembali penulisan Ulumul qur’an dan perkembangan kitab-kitabnya. Hal itu ditengarai dengan banyaknya ulama yang mengarang ulumul Qur’an dan menulis kitab-kitabnya , perkembangan Ulumul Qur’an pada Zaman Modern sangat pesat karena ditengarai dengan banyaknya pengarang dan karya-karyanya yang membahas Al-Qur’an sampai ilmu yang berkaitan Al-Qur’an.seperti :2

- Ad-dahlawi: Al-fauzul kabir fi Ushulul tafsir - Thahir Al-Jazairi: At-tibyan Fi ulumil Qur’an - Abu daqiqah: Ulumul Qur’an

- M. Ali salmah: Minhajil Furon Fi Ulumil Qur’an

B. Penerjemahan Al Qur'an Secara Umum dan Khusus

Secara bahasa terjemahan bermakna penjelasan atau keterangan secara istilah terjemahan bermakna mengungkapkan perkataan atau kalimat dengan menggunakan bahasa lain. Menerjemahkan Al Qur'an adalah mengungkapkan makna Al Qur'an dengan menggunakan bahasa lain.

a. Terjemahan harfiah (khusus) yaitu terjemahan dengan kata perkata

b. Terjemahan maknawiyah atau tafsiriyah atau umum, yaitu mengungkapkan makna perkataan atau kalimat dengan menggunakan bahasa lain tanpa terikat mufrodal (kosakata) dan tartib (susunan kata). Sebagai contoh, firman Allah: sesungguhnya kami menjadikan Al Qur'an dalam Bahasa Arab, supaya kamu memahamin (Nya). Maka terjemahan harfiyah adalah dengan cara menerjemah kata perkata

Adapun terjemah maknawiyahnya yaitu dengan menerjemahkan makna ayat secara keseluruhan tanpa memperhatikan makna kata perkata dan tartib (urutan) nya. Penerjemahan semacam ini lebih dekat kepada makna tafsir ijmah (umum), menurut jumhur ulama terjemahan Al Qur'an secara harfiah (khusus) adalah hal mustahil, karena dalam metode menerjemahkan semacam ini ada beberapa syarat yang tidak bisa terpenuhi, diantaranya:


(5)

 Harus ada kesesuaian antara kosakata bahasa asli dengan bahasa terjemahan

 Harus ada kesesuaian antara perangkat makna antara bahasa terjemah

 Adanya kesamaan antara bahasa asli dengan bahasa terjemahan dalam hal sususnan kata dan kalimat, sifat dan kalimat, sifat dan khofah (penyadaran)

Menurut sebagian ulama terjemahan harfiah (khusus) ini dapat diterapkan pada sebagian ayat atau semisalnya. Akan tetap diharamkan, karena terjemah harfiah itu tidak mungkin dapat mengungkapkan makna secara sempurna dan tidak bisa pengaruh jiwa seperti, pengaruh Al Qur'an yang berbahasa Arab dan tidak ada hal yang mendesak untuk menggunakan terjemah secara harfiah, karena sudah cukup dengan terjemah secara maknawiyah (umum).

Berdasarkan uraian diatas, meskipun dirasa memungkinkan menggunakan terjemah harfiah pada sebagian kata, namun hal itu tetap juga terlarang secara syar’I, kecuali untuk menerjemahkan suatu kata yang khusus dengan bahasa orang yang diajak bicara supaya dia memahaminya, tanpa menerjemahkan seluruh susunannya, maka hal ini diperbolehkan.

Adapun menerjemahkan Al Qur'an secara maknawiyah. Maka hal itu diperbolehkan karena tidak ada yang perlu dikhawatirkan dalam hal tersebut. Terkadang hal itu justru menjadi wajib ketika menjadi washilah (perantara) untuk menyampaikan Al Qur'an dan Islam kepada orang-orang yang tidak bisa berbahasa Arab. Karena menyampaikan hal itu adalah wajib.

Segala sesuatu yang tidak akan menjadi sempurna kecuali dengannya, maka ia menjadi wajib hukumnya. Terjemahan Al Qur'an secara maknawiyah (umum0 diperbolehkan dengan syarat berikut:

 Tidak menjadikan terjemahan maknawiyah tersebut sebagai pengganti dari Al Qur'an, sehingga merasa cukup dengan terjemah maknawiyah saja serta tidak butuh lagi kepada Al Qur'an.

C. Tujuan Penerjemahan Al Qur'an


(6)

2. Bisa membantu menghafalkan Al Qur'an (diakui oleh penghafal Al Qur'an) dengan memahami arti ayat yang akan dihafalkan

3. Mempelajari bahasa Arab terutama dalam menambah kosa kata yang bersumber dari Al Qur'an

4. Membantu dalam menyampaikan ceramah (pengajian) kultum 5. Terejemahan tidak boleh dijadikan sebagai pengganti Al Qur'an Dimensi-dimensi tujuan asasi. Diturunkannya Al Qur'an.

Perubahan Mendasar

Unsur yang pertama adalah mengadakan perubahan secara mendasar, dengan kata lain dalam bahasa yang lebih modern disebut revolusi. Sementara itu Al Qur'an sendiri mengsitilahkannya dengan sebutan proses untuk keluar dari alam kegelapan menuju alam yang penuh dengan cahaya ilahi.

Allah SWT Berfirman:

“Allah pelindung orang-orang yang berfirman: Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman). Dan orang-ornag yang kafir, pelindung-pelindungnya adalah setan, yang mengeluarkan mereka dari cahaya kepada kegelapan (Kekafiran). Mereka itu adalah penghuni neraka mereka kekal di dalamnya.3

TUJUAN LAIN DARI PENERJEMAHAN AL QUR’AN


(7)

Selain untuk lebih cepat dalam memaknai isi kandungan Al Qur'an diantaranya untuk menanggulangi terjadiny/munculnya beragam tulisan yang sengaja untuk menyerang Al Qur'an, baik dari segi bentuk maupun substansinya. Dalam dunia pendidikan muncul banyak tokoh yang bergelut dalam bidang ilmu-ilmu Al Qur'an tanpa didasari ilmu, petunjuk dan kitab suci yang mencerahkan seperti mereka yang berusaha menghembuskan paham sekulerisme dengan paham ini mereka ingin memadamkan cahaya agama Allah SWT, dan Allah tidak menghendaki selain menyempurnakan cahaya agamaNya. Kendati orang-orang kafir, orang-orang musyrik/orang-orang sekuler tidak menyukai terhadap yang berbahaya dalam situasi semacam ini adalah “mereka yang mengaku-aku mendalami ayat-ayat Al Qur'an, sejarah penerjemahan Al Qur'an, dan pemikiran-pemikiran Islam berkehendak setiap kali mereka disudutkan untuk menegaskan kalau mereka bertujuan membela agama Islam, dan mereka merasa memiliki iman yang lebih kokoh disbanding orang lain”.

Tapi untuk para penganut katakanlah sekuler, kehancuran mmereka menunggu akan hancur kendati suara-suara mereka nyaring tikus-tikus mondok mereka berhimpun dan anjing-anjing mereka menggonggong.

D. Macam-Macam Terjemahan Al Qur'an dan Pengertian Masing-Masing

1.Terjemah Harfiyah(ةييفررحي(: Memindah perkataan atau ungkapan dari satu bahasa ke bahasa yang lain,dengan menjaga tatanan dan susunan kosa kata Al-Quran.

Terjemah Harfiyah memiliki dua bagian:

a) Terjemah Harfiyahbil-misli(للثرمللابل ةييفلررحي): Menerjemah susunan Al-Quran dengan bahasa lain, susunan dan kosa katanya menempati pada susunan dan kosa kata Al-Quran. Dan terjemahan tersebut masih menyimpan nilai-nalai yang dimiliki Al-Quran.


(8)

Terjemahan model seperti ini mustahil untuk dilakukan karena tidak mungkin aturan bahasa yang lain mengikuti aturan bahasa Al-Quran yang cukup rumit, dan perlu diketahui bahwa setiap bahasa memiliki spesifikasi, dan aturan main masing-masing.Kalau memang hal tersebut terjadi (terjemah Harfiyah bil-misli), maka terjemahan Harfiyan bil-misli secara primer adalah Al-Quran, hanya saja konteks tulisannya berbeda (antara Al-Quran dan bahasa yang dibuat terjemahan). Dalam terjemahan ini tidak terdapat penjelasan dan keterangan tambahan, di sini hanya terjadi pemindahan dari satu bahasa ke bahasa lain.

b) Terjemah Harfiah bi ghairi-misli(للثرمل رليرغيبل ةييفلررحي) : Menerjemah susunan Al-Quran dengan bahasa lain, dengan meninjau kemampuan penerjemah dan keluasan bahasa yang dimiliki penerjemah.

Terjemahan model seperti ini mungkin-mungkin saja secara adat, dan hukumnya boleh, bila obyek sasarannya adalah perkataan manusia, dan tidak boleh, apabila sasaran obyeknya adalah Kitabullah Al-Qur’an al-Karim, karena akan merusak dan menggeser makna dari yang seharusnya.

2. Terjemah Tafsiriyah (ةلييرسلقرتي ): Terjemahan yang dilakukan penerjemah(mutarjim) dengan lebih mengedepankan maksud atau isi kandungan yang terdapat dalam bahasa asal di terjemahkan. Terjemahan ini tidak terikat dengan susunan dan struktur gaya bahasa yang diterjemahkan atau biasa disebut dengan penerjemahan bebas 4

Cara praktek terjemahan semacam ini, dengan cara memahami Makna yang dikehendaki dari naskah aslinya, kemudian kita mengungkapkan pemahaman tersebut dengan gaya bahasa terjemah yang kita pakai, sesuai dengan tujuan dari makna tersebut.

Perbedaan Harfiyah dan Tafsiriyah Contoh ayat :

(QS:Al-Isra’[17]:29)“طلسربيلرا لليكك اهيطرسكبرتي ليوي كيقلنكعك ىليإل ةةليولكغرمي كيدييي لرعيجرتي ليوي “. 5

4 Muhammad Amin Suma, Studi Ilmu-ilmu Al-Qur’an (1) (Jakarta:pustaka firdaus,2000), h.

131-132.


(9)

 Jika diterjemahkan dengan terjemahan Harfiyah adalah :

“larangan menjadikan tangan terikat pada leher dan larangan mengenai melebarkan tangan selebar-lebarnya”. Hal tersebut menyimpang dari makna Al-Qur’an.

 Jika diterjemahkan dengan terjemahan Tafsiriyah adalah :

“janganlah engkau menahan untuk bersodakoh (kikir), dan jangan pula terlalu pemurah (royal)” .6

Perbedaan sangat kelihatan antara terjemahan Harfiyah yang mustahil dan terjemahan Tafsiriyah yang Ulama sepakat akan kebolehannya.

Hukum terjemahan Harfiyah

Jadi mengenai hukum pembuatan terjemah Harfiyah, baik bil-misli atau ghairi-misli. Ulama sepakat akan keharamannya. Sebab di sana terdapat penyelewengan tujuan diturunkannya Al-Quran yang primer. Yakni:

1) Menunjukkan atas kebenaran Nabi SAW, terhabap apa yang disampaikan Allah pada Nabi

2) Dan sebagai petunjuk bagi umat manusia, pada apa yang dilakukan mereka baik di dunia maupun di akhirat.

Bila terjemah Harfiyah dilakukan maka kedua fungsi tersebut akan lenyap. Menurut jumhur ulama terjemah al-qur’an secara harfiyah adalah hal yang mustahil, karena dalam metode menerjemahkan semacam ini ada beberapa syarat yang tidak bisa terpenuhi, diantaranya;

a) Harus ada kesesuaian antara kosa kata bahasa asli dengan bahasa terjemahan

b) Harus ada kesesuaian antar perangkat-perangkat makna antara bahasa asli dengan bahasa terjemah.

c) Adanya kesamaan antara bahasa asli dengan bahasa terjemahan dalam hal susunan kata dan kalimat, sifat dan idhofah (penyandaran).

Karena terjemah harfiah itu tidak mungkin dapat mengungkapkan makna secara sempurna dan tidak bisa memberi pengaruh jiwa seperti pengaruh Al-6 Guesdur, Desakralasi dalam Terjemahan Al-Qur’an, dalam


(10)

Qur’an yang berbahasa arab, dan tidak ada hal yang mendesak untuk menggunakan terjemah secara harfiah, karena sudah cukup dengan terjemah secara maknawiyah.

Hukum terjemah Tafsiriyah

Adapun menerjemahkan al-qur’an secara tafsiriah, maka hal itu diperbolehkan, karena tidak ada yang perlu dikhawatirkan dalam hal tersebut. Dan terkadang hal itu justru menjadi wajib ketika menjadi washilah (perantara) untuk menyampaikan al-qur’an dan islam kepada orang-orang yang tidak bisa berbahasa arab, karena menyampaikan hal itu adalah wajib, “segala sesuatu yang tidak akan menjadi sempurna kecuali dengannya, maka ia menjadi wajib hukumnya”.

Akan tetapi diperbolehkannya terjemah al-qur’an secara Tafsiriyah dengan beberapa syarat berikut :

a) Tidak menjadikan terjemahan Tafsiriyah tersebut sebagai pengganti dari al-qur’an. Oleh karena itu mesti menuliskan al-qur’an dengan bahasa arab, kemudian meletakkan terjemahan tersebut di sampingnya, sehingga kedudukannya seperti tafsir bagi ayat al-qur’an.

b) Orang yang menerjemahkan harus benar-benar menguasai kedua bahasa tersebut dan mengetahui makna-makna lafadz syar’i dalam al-qur.an

c) Dan tidaklah diterima terjemah al-qur’an, kecuali dari orang-orang yang dapat dipercaya untuk melakukannya, yaitu seorang muslim yang istiqomah di dalam agamanya7

BAB III PENUTUP


(11)

Kesimpulan

Berdasarkan kesimpulan diatas dapat disimpulkan bahwa pembukuan Al Qur'an Al Karim adalah menjadi keinginan bagi tiap-tiap muslim untuk membaca dan memahami Al Qur'an dalam bahasanya yang asli, ialah bahasa Arab, tetapi karena tiap orang itu tidak mempunyai kemampuan atau kesempatan yang sama, maka Al Qur'an diterjemahkan dalam bahasa (barat dan timur).

Terjemahan Al Qur'an terdiri 2 macam yaitu terjemahan harfiah (khusus) dan terjemahan maknawiyah atau tafsirilah atau umum. Tujuan dari penerjemahan Al Qur'an yaitu untuk mengetahui makna san isi kan kandungan Al Qur'an. Bisa membantu menghafal Al Qur'an, mempelajari bahasa Arab, membantu dalam menyampaikan ceramah dan terjemahan tidak boleh dijadikan sebagai pengganti Al Qur'an.

Macam terjemahan terdiri dari 3 yaitu terjemahan harfiyyah (littrelijk), terjemahan tafsiriyah (maknawiyah), terjemahan harfiyah di dzuni al mislt.


(12)

Amin Suma, Muhammad. 2000. Studi Ilmu-ilmu Al-Qur’an (1), Jakarta: pustaka firdaus.

Anwar, Rosihon.2008.Ulumul Qur’an ,Bandung:Pustaka Setia.

Departemen Agama RI.1992. Al-Qur’an dan Terjemahnya (Semarang:Tanjung Mas Inti

Guesdur, Desakralasi dalam Terjemahan Al-Qur’an, dalam http://guesdur.wordpress.com/2012/05/04/desakralisasi-dalam-terjemahan-al-quran/

Jabbar, Abdul. 1995. Sejarah dan Pengembangan Islam. Surabaya: CV. Anika Bahagia Offset

Syaikh, Muhammad. 1432. Kitab Ushul Fi. Mekah: Ibnu Jarzy

Sholih al-utsaimin,Muhammad bin.1432. ushul fi tafsir Daru ibnu jauzy. Reynazarnazwar.blogspot.com

Alasillah.blogspot.com

http/haniehisyam.wordpress.com


(1)

Selain untuk lebih cepat dalam memaknai isi kandungan Al Qur'an diantaranya untuk menanggulangi terjadiny/munculnya beragam tulisan yang sengaja untuk menyerang Al Qur'an, baik dari segi bentuk maupun substansinya. Dalam dunia pendidikan muncul banyak tokoh yang bergelut dalam bidang ilmu-ilmu Al Qur'an tanpa didasari ilmu, petunjuk dan kitab suci yang mencerahkan seperti mereka yang berusaha menghembuskan paham sekulerisme dengan paham ini mereka ingin memadamkan cahaya agama Allah SWT, dan Allah tidak menghendaki selain menyempurnakan cahaya agamaNya. Kendati orang-orang kafir, orang-orang musyrik/orang-orang sekuler tidak menyukai terhadap yang berbahaya dalam situasi semacam ini adalah “mereka yang mengaku-aku mendalami ayat-ayat Al Qur'an, sejarah penerjemahan Al Qur'an, dan pemikiran-pemikiran Islam berkehendak setiap kali mereka disudutkan untuk menegaskan kalau mereka bertujuan membela agama Islam, dan mereka merasa memiliki iman yang lebih kokoh disbanding orang lain”.

Tapi untuk para penganut katakanlah sekuler, kehancuran mmereka menunggu akan hancur kendati suara-suara mereka nyaring tikus-tikus mondok mereka berhimpun dan anjing-anjing mereka menggonggong.

D. Macam-Macam Terjemahan Al Qur'an dan Pengertian Masing-Masing

1.Terjemah Harfiyah(ةييفررحي(: Memindah perkataan atau ungkapan dari satu bahasa ke bahasa yang lain,dengan menjaga tatanan dan susunan kosa kata Al-Quran.

Terjemah Harfiyah memiliki dua bagian:

a) Terjemah Harfiyahbil-misli(للثرمللابل ةييفلررحي): Menerjemah susunan Al-Quran dengan bahasa lain, susunan dan kosa katanya menempati pada susunan dan kosa kata Al-Quran. Dan terjemahan tersebut masih menyimpan nilai-nalai yang dimiliki Al-Quran.


(2)

Terjemahan model seperti ini mustahil untuk dilakukan karena tidak mungkin aturan bahasa yang lain mengikuti aturan bahasa Al-Quran yang cukup rumit, dan perlu diketahui bahwa setiap bahasa memiliki spesifikasi, dan aturan main masing-masing.Kalau memang hal tersebut terjadi (terjemah Harfiyah bil-misli), maka terjemahan Harfiyan bil-misli secara primer adalah Al-Quran, hanya saja konteks tulisannya berbeda (antara Al-Quran dan bahasa yang dibuat terjemahan). Dalam terjemahan ini tidak terdapat penjelasan dan keterangan tambahan, di sini hanya terjadi pemindahan dari satu bahasa ke bahasa lain.

b) Terjemah Harfiah bi ghairi-misli(للثرمل رليرغيبل ةييفلررحي) : Menerjemah susunan Al-Quran dengan bahasa lain, dengan meninjau kemampuan penerjemah dan keluasan bahasa yang dimiliki penerjemah.

Terjemahan model seperti ini mungkin-mungkin saja secara adat, dan hukumnya boleh, bila obyek sasarannya adalah perkataan manusia, dan tidak boleh, apabila sasaran obyeknya adalah Kitabullah Al-Qur’an al-Karim, karena akan merusak dan menggeser makna dari yang seharusnya.

2. Terjemah Tafsiriyah (ةلييرسلقرتي ): Terjemahan yang dilakukan penerjemah(mutarjim) dengan lebih mengedepankan maksud atau isi kandungan yang terdapat dalam bahasa asal di terjemahkan. Terjemahan ini tidak terikat dengan susunan dan struktur gaya bahasa yang diterjemahkan atau biasa disebut dengan penerjemahan bebas 4

Cara praktek terjemahan semacam ini, dengan cara memahami Makna yang dikehendaki dari naskah aslinya, kemudian kita mengungkapkan pemahaman tersebut dengan gaya bahasa terjemah yang kita pakai, sesuai dengan tujuan dari makna tersebut.

Perbedaan Harfiyah dan Tafsiriyah Contoh ayat :

(QS:Al-Isra’[17]:29)“طلسربيلرا لليكك اهيطرسكبرتي ليوي كيقلنكعك ىليإل ةةليولكغرمي كيدييي لرعيجرتي ليوي “. 5

4 Muhammad Amin Suma, Studi Ilmu-ilmu Al-Qur’an (1) (Jakarta:pustaka firdaus,2000), h.

131-132.


(3)

 Jika diterjemahkan dengan terjemahan Harfiyah adalah :

“larangan menjadikan tangan terikat pada leher dan larangan mengenai melebarkan tangan selebar-lebarnya”. Hal tersebut menyimpang dari makna Al-Qur’an.

 Jika diterjemahkan dengan terjemahan Tafsiriyah adalah :

“janganlah engkau menahan untuk bersodakoh (kikir), dan jangan pula terlalu pemurah (royal)” .6

Perbedaan sangat kelihatan antara terjemahan Harfiyah yang mustahil dan terjemahan Tafsiriyah yang Ulama sepakat akan kebolehannya.

Hukum terjemahan Harfiyah

Jadi mengenai hukum pembuatan terjemah Harfiyah, baik bil-misli atau ghairi-misli. Ulama sepakat akan keharamannya. Sebab di sana terdapat penyelewengan tujuan diturunkannya Al-Quran yang primer. Yakni:

1) Menunjukkan atas kebenaran Nabi SAW, terhabap apa yang disampaikan Allah pada Nabi

2) Dan sebagai petunjuk bagi umat manusia, pada apa yang dilakukan mereka baik di dunia maupun di akhirat.

Bila terjemah Harfiyah dilakukan maka kedua fungsi tersebut akan lenyap. Menurut jumhur ulama terjemah al-qur’an secara harfiyah adalah hal yang mustahil, karena dalam metode menerjemahkan semacam ini ada beberapa syarat yang tidak bisa terpenuhi, diantaranya;

a) Harus ada kesesuaian antara kosa kata bahasa asli dengan bahasa terjemahan

b) Harus ada kesesuaian antar perangkat-perangkat makna antara bahasa asli dengan bahasa terjemah.

c) Adanya kesamaan antara bahasa asli dengan bahasa terjemahan dalam hal susunan kata dan kalimat, sifat dan idhofah (penyandaran).

Karena terjemah harfiah itu tidak mungkin dapat mengungkapkan makna secara sempurna dan tidak bisa memberi pengaruh jiwa seperti pengaruh

Al-6 Guesdur, Desakralasi dalam Terjemahan Al-Qur’an, dalam


(4)

Qur’an yang berbahasa arab, dan tidak ada hal yang mendesak untuk menggunakan terjemah secara harfiah, karena sudah cukup dengan terjemah secara maknawiyah.

Hukum terjemah Tafsiriyah

Adapun menerjemahkan al-qur’an secara tafsiriah, maka hal itu diperbolehkan, karena tidak ada yang perlu dikhawatirkan dalam hal tersebut. Dan terkadang hal itu justru menjadi wajib ketika menjadi washilah (perantara) untuk menyampaikan al-qur’an dan islam kepada orang-orang yang tidak bisa berbahasa arab, karena menyampaikan hal itu adalah wajib, “segala sesuatu yang tidak akan menjadi sempurna kecuali dengannya, maka ia menjadi wajib hukumnya”.

Akan tetapi diperbolehkannya terjemah al-qur’an secara Tafsiriyah dengan beberapa syarat berikut :

a) Tidak menjadikan terjemahan Tafsiriyah tersebut sebagai pengganti dari al-qur’an. Oleh karena itu mesti menuliskan al-qur’an dengan bahasa arab, kemudian meletakkan terjemahan tersebut di sampingnya, sehingga kedudukannya seperti tafsir bagi ayat al-qur’an.

b) Orang yang menerjemahkan harus benar-benar menguasai kedua bahasa tersebut dan mengetahui makna-makna lafadz syar’i dalam al-qur.an

c) Dan tidaklah diterima terjemah al-qur’an, kecuali dari orang-orang yang dapat dipercaya untuk melakukannya, yaitu seorang muslim yang istiqomah di dalam agamanya7

BAB III PENUTUP


(5)

Kesimpulan

Berdasarkan kesimpulan diatas dapat disimpulkan bahwa pembukuan Al Qur'an Al Karim adalah menjadi keinginan bagi tiap-tiap muslim untuk membaca dan memahami Al Qur'an dalam bahasanya yang asli, ialah bahasa Arab, tetapi karena tiap orang itu tidak mempunyai kemampuan atau kesempatan yang sama, maka Al Qur'an diterjemahkan dalam bahasa (barat dan timur).

Terjemahan Al Qur'an terdiri 2 macam yaitu terjemahan harfiah (khusus) dan terjemahan maknawiyah atau tafsirilah atau umum. Tujuan dari penerjemahan Al Qur'an yaitu untuk mengetahui makna san isi kan kandungan Al Qur'an. Bisa membantu menghafal Al Qur'an, mempelajari bahasa Arab, membantu dalam menyampaikan ceramah dan terjemahan tidak boleh dijadikan sebagai pengganti Al Qur'an.

Macam terjemahan terdiri dari 3 yaitu terjemahan harfiyyah (littrelijk), terjemahan tafsiriyah (maknawiyah), terjemahan harfiyah di dzuni al mislt.


(6)

Amin Suma, Muhammad. 2000. Studi Ilmu-ilmu Al-Qur’an (1), Jakarta: pustaka firdaus.

Anwar, Rosihon.2008.Ulumul Qur’an ,Bandung:Pustaka Setia.

Departemen Agama RI.1992. Al-Qur’an dan Terjemahnya (Semarang:Tanjung Mas Inti

Guesdur, Desakralasi dalam Terjemahan Al-Qur’an, dalam http://guesdur.wordpress.com/2012/05/04/desakralisasi-dalam-terjemahan-al-quran/

Jabbar, Abdul. 1995. Sejarah dan Pengembangan Islam. Surabaya: CV. Anika Bahagia Offset

Syaikh, Muhammad. 1432. Kitab Ushul Fi. Mekah: Ibnu Jarzy

Sholih al-utsaimin,Muhammad bin.1432. ushul fi tafsir Daru ibnu jauzy. Reynazarnazwar.blogspot.com

Alasillah.blogspot.com

http/haniehisyam.wordpress.com