6
Edisi Keenam 2014
1922013, salah satu kewajiban dari Pemenang Seleksi adalah membayar lunas BHP IPSFR yang terdiri dari
Biaya Izin Awal Upfront Fee dan Biaya IPSFR Tahunan untuk tahun pertama selambat-lambatnya 7 tujuh
hari kerja setelah ditetapkan sebagai Pemenang Seleksi.
Kedua Pemenang Seleksi sebagaimana dimaksud, yaitu PT Telekomunikasi Selular dan PT XL Axiata, Tbk
pada pelaksanaannya telah melunasi Biaya Izin Awal Upfront Fee dan Biaya IPSFR Tahunan untuk tahun
pertama sebelum tanggal 18 Maret 2013 sehingga untuk
2155 2160
2165 2170
2110 2115
2120 2125
2130 2135
2140 2145
2150 XL
TSEL XL
5 5
5 5
5 5
5 5
5 5
5 5
HCPT AXIS
AXIS TSEL
TSEL HCPT
ISAT ISAT
XL 1965
1970 1975
1980
Blok 1 Blok 2
Blok 3 Blok 4
Blok 5 Blok 6
Blok 7 Blok 8
Blok 9 Blok 10
Blok 11 Blok 12
1920 1925
1930 1935
1940 1945
1950 1955
1960
Keterangan gambar: Alokasi penggunaan pita spektrum frekuensi radio 2.1
GHz setelah pelaksanaan Seleksi. Nomor paling atas
merepresentasikan frekuensi radio untuk keperluan Uplink, nomor berwarna merah merepresentasikan lebar spektrum per
blok dalam MHz, nomor paling bawah merepresentasikan frekuensi radio untuk keperluan Downlink.
Dari hasil keseluruhan rangkaian Seleksi di tahun 2013, maka Direktorat Jenderal Sumber Daya dan
Perangkat Pos dan Informatika membukukan perolehan Penerimaan Negara Bukan Pajak PNBP sebesar Rp.
1.129.088.920.196 Satu Trilyun Seratus Dua Puluh Sembilan Milyar Delapan Puluh Delapan Juta Sembilan Ratus Dua
Puluh Ribu Seratus Sembilan Puluh Enam Rupiah
.
1. PT Telekomunikasi Selular
Biaya Izin Awal Upfront fee : Rp.
513.222.236.452 Biaya IPSFR Tahunan Tahun Ke-1
: Rp. 51.322.223.646
Total : Rp.
564.544.460.098 2. PT XL Axiata, Tbk
Biaya Izin Awal Upfront fee : Rp.
513.222.236.452 Biaya IPSFR Tahunan Tahun Ke-1
: Rp. 51.322.223.646
Total : Rp.
564.544.460.098
itu dapat diterbitkan Izin Pita Spektrum Frekuensi Radio IPSFR. Dengan diterbitkannya kedua IPSFR
sebagaimana dimaksud, maka alokasi penggunaan pita spektrum frekuensi radio 2.1 GHz menjadi sebagaimana
gambar di bawah ini.
Jika dikorelasikan dengan target PNBP Ditjen SDPPI dan target PNBP Kementerian di tahun 2013,
maka secara kasat mata dapat disimpulkan perolehan PNBP dari Seleksi 3rd Carrier 3G 2.1 GHz memberikan
kontribusi: • 10.40 dari total pencapaian PNBP dari BHP
Frekuensi Radio; • 10.32 dari total pencapaian PNBP Ditjen SDPPI;
• 8.31 dari total pencapaian PNBP Kementerian Komunikasi dan Informatika.
Penulis adalah Staf pada Direktorat Penataan Sumber Daya, Ditjen SDPPI
Berdasarkan kedua KM yang telah disebutkan, batas waktu pelunasan Biaya Izin Awal Upfront Fee dan
Biaya IPSFR Tahunan untuk tahun pertama adalah pada tanggal 18 Maret 2013. Adapun rincian BHP IPSFR
tersebut yang wajib dilunasi adalah sebagai berikut:
Edisi Keenam 2014
7
Penulis :
TATA HADINATA
Sebagai instansi yang berwenang dalam pengelolaan spektrum frekuensi radio, Direktorat Jenderal SDPPI
setiap tahunnya diberikan target pencapaian Penerimaan Negara Bukan Pajak PNBP dari Biaya Hak Penggunaan
BHP Frekuensi Radio, yang merupakan sumber PNBP terbesar kedua setelah sektor Migas.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 2009 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara
Bukan Pajak yang Berlaku pada Departemen Komunikasi dan Informatika, sebagaimana diubah dengan Peraturan
Pemerintah No. 76 Tahun 2010, bahwa BHP Frekuensi Radio terdiri dari BHP Frekuensi Radio untuk Izin
Stasiun Radio ISR dan BHP Frekuensi Radio untuk Izin Pita Spektrum Frekuensi Radio IPSFR, dimana
IPSFR menyumbang PNBP terbesar dari total BHP
Frekuensi Radio. Graik penerimaan BHP Frekuensi Radio untuk periode 3 tiga tahun terakhir ditunjukkan
pada Gambar 1.
Gambar 1. Graik Penerimaan BHP Frekuensi Radio Periode Tahun 2011-2013
Pengelolaan perizinan penggunaan frekuensi radio termasuk penanganan PNBP dari BHP Frekuensi Radio
tidak terlepas dari peranan Sistem Informasi Manajemen Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika SIMS
sebagai sarana pelayanan publik yang dikembangkan secara terintegrasi di lingkungan Direktorat Jenderal
SDPPI.
Diawali dengan pengelolaan perizinan yang masih dilakukan secara manual dimana data penggunaan
frekuensi radio ditulis pada buku besar yang cover- nya berwarna biru, sehingga sering disebut “Buku
Biru” dan terus dikembangkan dengan menggunakan sistem perizinan berbasis teknologi informasi dan
komunikasi TIK dari mulai penggunaan sistem AFMS Automated Frequency Management System, SIMF Sistem
Informasi Manajemen Frekuensi, dan saat ini sedang dikembangkan SIMS menuju terselenggaranya pelayanan
secara online e-licensing yang semakin memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam pengajuan dan
pengelolaan perizinan serta percepatan pelaksanaan pelayanan perizinan secara transparan.
Gambar 2. Sistem Pengelolaan Perizinan Pengunaan Frekuensi Radio
OPTIMALISASI PENGGUNAAN SIMS
DALAM MENDULANG PNBP
Info
Teknologi