ANALISIS PENEGAKAN HUKUM TERHADAP IKLAN RAMALAN YANG DITAYANGKAN OLEH MEDIA ELEKTRONIK

  

ABSTRAK

ANALISIS PENEGAKAN HUKUM TERHADAP IKLAN RAMALAN YANG

DITAYANGKAN OLEH MEDIA ELEKTRONIK

Oleh

ARTANTO ADI P

  Kebudayaan masyarakat di Nusantara sejak dulu terkenal sangat beragam jenis nya dan masih terjaga dengan cukup baik keberadaan nya hingga saat ini, namun seiring dengan pembentukan Negara Republik Indonesia yang merupakan Negara hukum, menimbulkan konsekuensi penghapusan atau setidaknya mempersulit ruang bergerak bagi sebuah hasil budaya peninggalan masyarakat kuno Indonesia di masa lampau, Budaya yang dimaksud adalah ramalan. Ramalan dikategorikan oleh KUHP sebagai sebuah larangan yang termuat di dalam buku ketiga atau bagian terakhir dari tiga bagian aturan yang dimiliki oleh kitab ini dan dikarenakan aturan ini telah dikodifikasikan ke dalam KUHP dan membuat nya menjadi aturan formil yang memiliki konsekuensi berupa sanksi kepada para pelanggarnya. Maka dapat dikatakan budaya meramal yang dulu sering dilakukan oleh masyarakat Indonesia telah mati dan tidak boleh dilakukan sama sekali di wilayah Republik Indonesia. Dalam skripsi ini akan dibahas beberapa masalah sebagai berikut. Bagaimanakah proses penegakan hukum terhadap iklan ramalan yang ditayangkan oleh media elektronik? Apakah faktor-faktor penghambat penegakan hukum terhadap iklan ramalan yang di tayangkan oleh media elektronik? Pendekatan masalah yang digunakan dalam penelitian adalah pendekatan yuridis normatif yaitu dengan cara mempelajari bahan-bahan pustaka yang ada hubungan dengan materi skripsi ini, serta pendekatan yuridis empirirs dilakukan dengan cara mengumpulkan informasi-informasi dilapangan. Dan sumber data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data lapangan dan data kepustakaan.

  Artanto Adi Pratama

  Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat diambil kesimpulan bahwa upaya penanganan kasus ramalan ini apabila nanti terjadi di dalam masyarakat adalah dengan yang tadinya adalah penanggulangan pidana namun karena alasan tertentu, dilakukan kebijakan untuk tidak melakukan penanggulangan tindak pidana dapat diterapkan pada kasus ramalan ini. Berdasarkan kesimpulan maka yang menjadi saran dari penulis adalah, hendaknya aparat penegak hukum bekerja tanpa membeda-beda kan besar kecil nya sebuah kasus demi tegak nya supremasi hukum di Indonesia. Karena sekecil apapun sebuah kasus itu tetap harus mendapatkan sanksi bagi para pelaku nya meskipun ringan hukuman yang akan diterima nya nanti. Tetapi bila hal ini tidak dapat dilakukan oleh aparat penegak hukum keputusan mendepenalisasi Pasal 545 tentang aturan larangan melakukan ramalan ini adalah solusi terbaik untuk menyelamatkan supremasi hukum di Indonesia.

V. PENUTUP A. Kesimpulan

  Berdasarkan dengan hasil penelitian dan pembahasan yang telah penulis lakukan maka kesimpulan dari penelitian ini adalah :

  1. Kesimpulan yang didapat dalam rangka penegakan hukum terhadap iklan ramalan yang ditayangkan oleh media elektronik adalah, penegakan hukum terhadap iklan ramalan yang ditayangkan oleh media elektronik pilihan yang paling banyak dilakukan oleh aparat penegak hukum adalah dilakukan dengan cara preventif atau pencegahan oleh aparat penegak hukum. Peraturan yang ada di dalam KUHP tidak memungkinkan para pelaku dari penyebaran praktek ramalan dengan menggunakan media massa elektronik ini untuk mendapatkan hukuman yang berat, dan sangat memungkinkan untuk dilakukan Dekriminalisasi atau proses penggolongan suatu perbuatan yang semula dinilai sebagai perbuatan melawan hukum atau pidana di dalam masyarakat, tetapi kemudian dinilai atau dijadikan sebagai perbuatan yang biasa dan bukan lagi tergolong perbuatan yang termasuk tindak pidana atau pelanggaran hukum. Karena kenyataan yang ada di kehidupan

  49 pelanggaran hukum terjadi begitu saja dan terlihat sebagai hal yang biasa bahkan menjadi mata pencaharian atau pekerjaan oleh beberapa individu di dalam masyarakat Indonesia, dan hal membuat sia-sia peraturan di dalam Pasal 545 KUHP yang mengatur larangan tentang praktek meramal oleh setiap individu di dalam wilayah Republik Indonesia.

  2. Faktor penghambat di dalam penegakan hukum terhadap iklan ramalan yang ditayangkan oleh media elektronik adalah, aturan hukum, karena aturan hukum yang ada saat ini kenyataan nya adalah aturan hukum peninggalan kolonial Belanda, yang hukumannya dianggap tidak akan mampu memberi efek jera bagi para pelakunya dikarenakan terlalu ringan sanksinya. Selain dari pada itu faktor yang juga berperan besar didalam penghambatnya penegakan hukum terhadap iklan ramalan yang ditayangkan oleh media elektronik ini adalah faktor aparat penegak hukum itu sendiri, yang terjadi sebagai refleksi dari buruknya aturan yang ada di dalam KUHP, mereka para aparat penegak hukum tersebut terkesan membiarkan begitu saja praktek-praktek ramalan yang terjadi di dalam masyarakat dengan bermacam variasi promosinya tersebut, disebabkan aturan yang ada dianggap tidak mampu untuk memberikan efek jera bagi para individu atau kelompok pelakunya.

B. Saran

  Berdasarkan kesimpulan yang ada di atas maka saran yang dapat diberikan oleh penulis adalah :

  50

  1. Berkaitan halnya dengan upaya penegakan hukum terhadap iklan ramalan yang ditayangkan oleh media elektronik hendaknya dilakukan upaya preventif oleh aparat penegak hukum, khususnya kepolisian sebagai barisan terdepan dalam upaya penegakan hukum di Indonesia dengan cara penyuluhan kepada media terkait yang melakukan promosi terhadap suatu praktek ramalan, agar tidak mengizinkan iklan- iklan seperti itu masuk ke dalam redaksi publik dalam hal ini tentang iklan yang memang mereka sediakan untuk keperluan promosi dagang atau usaha masyarakat. Bila memang cara seperti ini sudah tidak bisa efektif lagi untuk mencegah kasus ramalan di masyarakat hal yang paling bijak adalah dengan melakukan dekriminalisasi demi menjaga supremasi hukum di Indoenesia.

  2. Pemerintah Indonesia dalam hal ini Dewan Perwakilan Rakyat segera melakukan proses Amandemen terhadap Kitab Undang-Undang Hukum Pidana untuk tujuan memperkuat dan mempertegas aturan yang bersifat samar dan lemah dalam memberikan sanksi pidana.

  51