ANALISIS PENEGAKAN HUKUM TERHADAP IKLAN RAMALAN YANG DITAYANGKAN OLEH MEDIA ELEKTRONIK

(1)

ANALISIS PENEGAKAN HUKUM TERHADAP IKLAN RAMALAN YANG DITAYANGKAN OLEH MEDIA ELEKTRONIK

Oleh

ARTANTO ADI P

Kebudayaan masyarakat di Nusantara sejak dulu terkenal sangat beragam jenis nya dan masih terjaga dengan cukup baik keberadaan nya hingga saat ini, namun seiring dengan pembentukan Negara Republik Indonesia yang merupakan Negara hukum, menimbulkan konsekuensi penghapusan atau setidaknya mempersulit ruang bergerak bagi sebuah hasil budaya peninggalan masyarakat kuno Indonesia di masa lampau, Budaya yang dimaksud adalah ramalan. Ramalan dikategorikan oleh KUHP sebagai sebuah larangan yang termuat di dalam buku ketiga atau bagian terakhir dari tiga bagian aturan yang dimiliki oleh kitab ini dan dikarenakan aturan ini telah dikodifikasikan ke dalam KUHP dan membuat nya menjadi aturan formil yang memiliki konsekuensi berupa sanksi kepada para pelanggarnya. Maka dapat dikatakan budaya meramal yang dulu sering dilakukan oleh masyarakat Indonesia telah mati dan tidak boleh dilakukan sama sekali di wilayah Republik Indonesia. Dalam skripsi ini akan dibahas beberapa masalah sebagai berikut. Bagaimanakah proses penegakan hukum terhadap iklan ramalan yang ditayangkan oleh media elektronik? Apakah faktor-faktor penghambat penegakan hukum terhadap iklan ramalan yang di tayangkan oleh media elektronik?

Pendekatan masalah yang digunakan dalam penelitian adalah pendekatan yuridis normatif yaitu dengan cara mempelajari bahan-bahan pustaka yang ada hubungan dengan materi skripsi ini, serta pendekatan yuridis empirirs dilakukan dengan cara mengumpulkan informasi-informasi dilapangan. Dan sumber data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data lapangan dan data kepustakaan.

Artanto Adi Pratama Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat diambil kesimpulan bahwa upaya penanganan kasus ramalan ini apabila nanti terjadi di dalam masyarakat adalah dengan menggunakan upaya preventif atau pencegahan sebelum kasus ini terjadi dibandingkan bila menggunakan upaya represif atau penekanan pidana setelah terjadi kasus. Faktor-faktor penghambat yang dihadapi adalah dari faktor hukumnya sendiri, penegak hukum, sarana dan pra sarana penunjang, serta budaya dan kesadaran hukum masyarakat. Dikarenakan pada kenyataan dilapangan bahwa aparat penegak hukum memiliki sikap keengganan untuk memproses kasus ramalan ini maka sebuah kebijakan bernama Depenalisasi yaitu proses


(2)

ramalan ini.

Berdasarkan kesimpulan maka yang menjadi saran dari penulis adalah, hendaknya aparat penegak hukum bekerja tanpa membeda-beda kan besar kecil nya sebuah kasus demi tegak nya supremasi hukum di Indonesia. Karena sekecil apapun sebuah kasus itu tetap harus mendapatkan sanksi bagi para pelaku nya meskipun ringan hukuman yang akan diterima nya nanti. Tetapi bila hal ini tidak dapat dilakukan oleh aparat penegak hukum keputusan mendepenalisasi Pasal 545 tentang aturan larangan melakukan ramalan ini adalah solusi terbaik untuk menyelamatkan supremasi hukum di Indonesia.


(3)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan sebuah negara yang memiliki akar budaya yang mengakar begitu kuat dari masa ke masa, ada begitu banyak jenis budaya yang ada dari yang rasional sampai yang irasional yang terus terjaga keberadaanya sampai sekarang. Banyak sekali kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat Indonesia dijadikan sebagai sumber penghidupan, utamanya oleh masyarakat yang masih tradisional. Salah satu peninggalan budaya kuno yang masih ada keberadaannya adalah ramalan. Ramalan adalah warisan turun temurun yang oleh sebagian masyarakat dipergunakan untuk menentukan nasib suatu individu, kelompok individu bahkan menentukan keadaan lingkungan sebuah wilayah di suatu tempat. Ramalan yang dahulunya hanya diyakini oleh masyarakat tradisional yang berada di wilayah pedesaan kini mulai menyebar kedalam lingkup yang lebih luas lagi yaitu masyarakat perkotaan yang sejatinya adalah masyarakat dengan pola pikir modern.

Hal ini mulai terlihat dengan begitu jelas pada saat krisis ekonomi yang melanda Indonesia dan beberapa negara yang berada pada regional yang sama, krisis ekonomi telah menyeret masyarakat Indonesia kedalam krisis multi dimensi yang sangat parah, hal-hal yang bersifat klenik yang tadinya hanya menjadi milik masyarakat tradisional mendadak masuk dengan begitu cepat kealam kehidupan masyarakat modern yang ada di


(4)

perkotaan di Indonesia. Salah satu hal irasional yang paling kuat kemunculannya adalah ramalan. Kebutuhan ekonomi yang begitu besar ditengah krisis ekonomi yang melanda negeri ini, telah menghilangkan rasionalitas sebagian dari masyarakat Indonesia, metode ramalan dijadikannya sebagai pedoman untuk menentukan langkah atau kebijakan apa yang harus diambil dalam menjalani kehidupan.

Praktek-praktek ramalan ini semakin lama semakin mengkhawatirkan di Indonesia, terlebih lagi setelah memasuki era milenium baru yaitu pada tahun 2000 media informasi berkembang sangat pesat di seluruh dunia termasuk di Indonesia, media yang perkembangannya paling signifikan kehadirannya antara lain adalah internet dan juga ponsel atau telepon genggam yang berubah fungsi dari barang media komunikasi menjadi suatu kebutuhan hidup dan juga gaya hidup, lalu internet yang awalnya hanya media untuk menggali informasi kini telah berubah menjadi ladang bisnis dan juga sarana pergaulan masyarakat khususnya anak muda, bahkan pada akhir tahun 90-an tepatnya pada tahun 1999 sempat muncul isu akan terjadinya sebuah peristiwa mengerikan yang akan menimpa umat manusia di dunia tepatnya pada tanggal 09-09-1999 yang membuat gempar dan kepanikan yang begitu hebat pada kehidupan masyarakat saat itu, sebab akibat isu yang menyesatkan yang disebabkan oleh ramalan yang muncul dari pemberitaan di media elektronik dalam hal ini internet yang tidak jelas asalnya tersebut, sempat membuat berhentinya aktivitas di dalam masyarakat seperti berdagang dan sebagainya dikarenakan ketakutan akan terjadinya sebuah musibah. Praktek ramalan tumbuh pesat di dua media ini dikarenakan telah dijadikan surga bisnis oleh para pebisnis yang berkecimpung pada dua media ini, kehadiran praktek meramal pada media ponsel dan juga internet dianggap sebagai nilai tambah yang ada pada media elektronik tersebut,


(5)

ramalan dianggap sebagai hiburan dan hal menyenangkan oleh para penggunanya dalam menggunakan media-media tersebut. Namun lama kelamaan ramalan-ramalan yang bermunculan pada dua media tersebut semakin menyesatkan perkembangannya dan tidak terkontrol oleh pemerintah dan hal ini menyebabkan masyarakat menjadi resah.

Keresahan yang melanda masyarakat akibat ramalan ini sangatlah jelas alasannya, karena ramalan-ramalan yang bermunculan pada media elektronik tersebut mulai menyentuh hal yang sangat sensitif pada masyarakat seperti ramalan akan terjadinya suatu bencana pada suatu wilayah atau daerah tertentu, sehingga hal ini membuat takut masyarakat yang berada atau tinggal pada daerah tersebut atau yang berada di sekitarnya. Dan kasus seperti ini bukan terjadi sekali dua kali saja tapi sudah berkali-kali, dan jika hal seperti ini tidak secepatnya ditangani maka akan semakin membuat masyarakat resah dan menjadi takut pada sesuatu yang tidak dapat di pertanggung jawabkan kebenarannya..

Kasus-kasus ramalan tersebut telah memasuki wilayah hukum di karenakan dampaknya yang begitu besar pada masyarakat seperti, membuat resah masyarakat, dan pembodohan masyarakat, karena ramalan yang beredar pada media elektronik mengajak orang yang menyaksikannya untuk percaya pada hal-hal klenik yang tidak logis dan tidak dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya. sebagimana yang telah diatur didalam Pasal 545 ayat 1 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) yang menyatakan bahwa :

”Barang siapa menjadikan sebagai pencariannya, untuk menyatakan peruntungan seseorang, untuk mengadakan peramalan atau penafsiran impian, diancam dengan kurungan paling lama enam hari atau denda paling banyak dua puluh rupiah’.


(6)

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penulisan dan penelitian tentang : “Analisis Penegakan Hukum terhadap iklan Ramalan yang di Tayangkan oleh Media Elektronik”.

B. Permasalahan dan Ruang Lingkup Penelitian

1. Permasalahan Penelitian

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas maka yang menjadi permasalahan adalah : a. Bagaimanakah Penegakan Hukum Terhadap Iklan Ramalan Yang di Tayangkan oleh

Media elektronik ?

b. Apakah faktor -faktor penghambat Penegakkan Hukum Terhadap Iklan Ramalan Yang di tayangkan oleh Media Elektronik ?

2. Ruang Lingkup

Berdasarkan permasalahan yang diajukan, agar tidak terlalu luas dan tidak terjadi kerancuan dalam pembahasan permasalahan, maka ruang lingkup penulisan skripsi ini dibatasi pada yaitu di batasi pada analisis penegakkan hukum terhadap iklan ramalan yang di tayangkan oleh media elektronik, dan hal-hal penghambat Penegakkan hukum terhadap iklan ramalan yang di tayangkan oleh media elektronik


(7)

C. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui upaya Penegakan Hukum Terhadap Iklan Ramalan Yang di tayangkan oleh media elektronik

b. Untuk mengetahui faktor -faktor penghambat Penegakkan Hukum terhadap Iklan ramalan yang di tayangkan oleh media elektronik

2. Kegunaan Penelitian

a. Kegunaan Teoritis

Memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu hukum, khususnya hukum pidana yang berkaitan dengan tindak pidana Iklan Ramalan Yang di tayangkan Oleh Media Elektronik.

b. Kegunaan Praktis

1) Sebagai bahan sumbangan bagi pengembangan ilmu hukum, khususnya di bidang hukum pidana materiil.

2) Sebagai bahan pertimbangan maupun referensi bagi aparat penegak hukum, khususnya di wilayah hukum Bandar Lampung di dalam menjalankan tugas dan wewenangnya.


(8)

D. Kerangka Teori dan Konseptual

1. Kerangka Teori

Kerangka teori adalah konsep-konsep yang sebenarnya adalah abstraksi dari hasil pemikiran atau kerangka acuan yang ada, yang pada dasarnya untuk mengadakan identifikasi terhadap dimensi yang dianggap tidak relevan oleh peneliti.

Penegakan hukum dalam arti luas adalah penegakan seluruh norma tatanan hidup dalam bermasyarakat sedangkan dalam arti sempit penegakan hukum adalah diartikan sebagai proses peradilan. Secara konsepsional, inti dari arti penegakkan hukum terletak pada kegiatan menyerasikan hubungan nilai-nilai yang terjabarkan dalam kaidah-kaidah yang mantap dan rangkaian tindak penjabaran nilai tahap akhir, untuk menciptakan, untuk memelihara, dan mempertahankan perdamaian pergaulan hidup (Barda Nawawi Arief, 2001 : 21).

Penegakan hukum menurut Yoseph Goldstein adalah salah satu tindakan penanggulangan pidana, yakni yang pertama “total enforcement” (penegakkan hukum sepenuhnya/total), penegakkan hukum kedua, yaitu “full enforcement” (penegakkan hukum secara penuh) dalam ruang lingkup dimana penegak hukum diharapkan menegakkan hukum secara maksimal. (Barda Nawawi arief, 2002:42).

Proses penegakkan hukum yang rasional melibatkan lima faktor/hal yang saling terkait. Adapun lima faktor/hal tersebut adalah :

a. Faktor hukumnya sendiri

Adanya ketentuan hukum yang akomodatif, yaitu ketentuan hukum yang ada harus mampu memecahkan masalah yang terjadi.


(9)

b. Faktor penegak hukum

Adanya penegak hukum yang tangguh, terampil, dan bermoral dalam hal penegakkan hukum.

c. Faktor sarana dan prasarana yang menunjang proses penegakkan hukum. Adanya fasilitas yang mendukung kearah proses penegakkan hukum itu sendiri. d. Faktor masyarakat yaitu faktor lingkungan dimana hukum tersebut diterapkan.

e. Faktor kebudayaan sebagai hasil karya cipta rasa didasarkan pada karsa manusia didalam pergaulan hidup.

(Soerjono Soekanto, 1985).

Penulisan skripsi ini, perlu dibuat sebuah kerangka teoritis untuk mengidentifikasi data yang menjadi pengantar bagi penulis dalam menjawab permasalahan yang diangkat. Sebab penayangan iklan ramalan yang ditayangkan melalui media elektronik merupakan ancaman serius bagi masyarakat Indonesia sebab itu adalah sebuah bentuk pembodohan yang nyata kepada publik karena berisi tentang :

1) Ajakan untuk mempercayai sesuatu yang tidak dapat dipertanggung jawabkan kebenaranya.

2) Pelanggaran hukum terhadap KUHP dan juga norma agama khususnya Islam.

2. Konseptual

Kerangka konseptual, merupakan kerangka yang menghubungkan atau menggambarkan konsep-konsep khusus yang merupakan kumpulan dari arti yang berkaitan dengan istilah (Soerjono Soekanto, 1986 : 32).

Konseptual ini menguraikan pengertian-pengertian yang berhubungan erat dengan penulisan skripsi ini. Uraian ini ditujukan untuk memberikan kesatuan pemahaman yaitu :


(10)

a. Analisis adalah suatu proses berfikir manusia tentang sesuatu kejadian atau peristiwa untuk memberikan suatu jawaban atas kejadian atau peristiwa tersebut. (Tim penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, hal 32, 1989)

b. Penegakan hukum dalam arti luas penegakan hukum yaitu penegakan seluruh norma tatanan kehidupan bermasyarakat sedangkan dalam artian sempit penegakan hukum diartikan sebagai praktek peradilan (Barda Nawawi Arief 2001: 21). Penegakan hukum dapat ditempuh dengan cara penerapan hukum pidana (criminal law aplication), pencegahan tanpa pidana (prevention without punishment), mempengaruhi pandangan masyarakat mengenai kejahatan dan pemidanaan lewat media massa (Barda Nawawi Arief, 2002 : 42).

c. Iklan adalah berita yang berisi pesanan untuk membujuk, mendorong kepada khalayak ramai tentang benda atau jasa yang ditawarkan ( Tim penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, hal 322, 1989 ).

d. Ramalan adalah hasil dari proses meramal yang dilakukan seseorang kepada orang lain. (Pengertian ramalan, wikipedia.org, 27/1/2010)

e. Media Elektronik adalah sarana informasi media massa yang mempergunakan alat-alat elektronik seperti televisi, radio, ponsel / telpon seluler.

(Pengertian media, wikipedia.org, 28/1/2010) D. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan pemahaman terhadap skripsi ini secara keseluruhan, maka disajikanlah sistematika penulisan sebagai berikut :


(11)

I. Pendahuluan

Bab ini merupakan pendahuluan yang akan menguraikan tentang latar belakang permasalahan, ruang lingkup penelitian, tujuan, kegunaan penulisan, kerangka teori serta konseptual dan sistematika penelitian.

II. Tinjauan Pustaka

Bab ini merupakan pengantar yang berisikan tentang pengertian-pengertian umum tentang analisis, penegakkan hukum, iklan, ramalan, media elektronik kemudian dasar penuntutan bagi pelaku yang menayangkan iklan ramalan melalui media elektronik.

III. Metode Penelitian

Pada bagian ini berisi tentang penjelasan metode penelitian atau cara-cara yang dipergunakan dalam pengumpulan informasi sebelum dirangkum untuk penulisan skripsi yang meliputi pendekatan masalah, sumber, jenis data, populasi, sampel, cara pengumpulan data dan pengolahan data

IV. Hasil penelitian dan Pembahasan

Bab ini berisi hasil analisis tentang bagaimanakah proses penegakkan hukum tentang iklan ramalan yang ditayangkan oleh media elektronik, serta mengetahui kebijakan dari pihak kepolisisan dalam mengatur bentuk pertanggung jawabban pidana bagi pelaku yang menayangkan iklan ramalan yang ditayangkan oleh media elektronik.


(12)

V. Penutup

Bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran. Kesimpulan adalah hasil akhir dari pembahasan dan saran diberikan berdasarkan hasil penelitian yang merupakan tindak lanjut dalam pembenahan dan juga perbaikan.


(13)

DAFTAR PUSTAKA

Andrisman, Tri. 2007. Asas-Asas dan Aturan Umum Hukum Pidana Indonesia. Fakultas Hukum Unila. Bandar Lampung.

Arief, Barda Nawawi. 2001. Masalah Kebijakan Hukum dan Kebijakan Penanggulan Kejahatan. PT. Citra Aditya Bakti : Bandung.

.

Soekanto, Soerjono. 1988. Pengantar Penelitian Hukum. Universitas Indonesia Jakarta

Tim Penyusun, 1989. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta

Universitas Lampung. 2005. Format Penulisan Karya Ilmiah. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Undang-Undang No1 Tahun 1946 tentang. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana. Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1981 tentang kitab

Undang-Undang Hukum Acara Pidana.

Bahan Internet

http://en.wikipedia.org/wiki/Pengertian Iklan diakses 27/1/2010 pada jam10.37 http://en.wikipedia.org/wiki/Pengertian Ramalan diakses 27/1/2010 pada jam 11.43. http://en.wikipedia.org/wiki/Pengertian Media Elektronik diakses 28/1/2010 pada jam14.30


(14)

(15)

V. PENUTUP

A.Kesimpulan

Berdasarkan dengan hasil penelitian dan pembahasan yang telah penulis lakukan maka kesimpulan dari penelitian ini adalah :

1. Kesimpulan yang didapat dalam rangka penegakan hukum terhadap iklan ramalan yang ditayangkan oleh media elektronik adalah, penegakan hukum terhadap iklan ramalan yang ditayangkan oleh media elektronik pilihan yang paling banyak dilakukan oleh aparat penegak hukum adalah dilakukan dengan cara preventif atau pencegahan oleh aparat penegak hukum.

Peraturan yang ada di dalam KUHP tidak memungkinkan para pelaku dari penyebaran praktek ramalan dengan menggunakan media massa elektronik ini untuk mendapatkan hukuman yang berat, dan sangat memungkinkan untuk dilakukan Dekriminalisasi atau proses penggolongan suatu perbuatan yang semula dinilai sebagai perbuatan melawan hukum atau pidana di dalam masyarakat, tetapi kemudian dinilai atau dijadikan sebagai perbuatan yang biasa dan bukan lagi tergolong perbuatan yang termasuk tindak pidana atau pelanggaran hukum. Karena kenyataan yang ada di kehidupan nyata di Negara Indonesia ini segala bentuk praktek meramal yang jelas merupakan


(16)

pelanggaran hukum terjadi begitu saja dan terlihat sebagai hal yang biasa bahkan menjadi mata pencaharian atau pekerjaan oleh beberapa individu di dalam masyarakat Indonesia, dan hal membuat sia-sia peraturan di dalam Pasal 545 KUHP yang mengatur larangan tentang praktek meramal oleh setiap individu di dalam wilayah Republik Indonesia.

2. Faktor penghambat di dalam penegakan hukum terhadap iklan ramalan yang ditayangkan oleh media elektronik adalah, aturan hukum, karena aturan hukum yang ada saat ini kenyataan nya adalah aturan hukum peninggalan kolonial Belanda, yang hukumannya dianggap tidak akan mampu memberi efek jera bagi para pelakunya dikarenakan terlalu ringan sanksinya.

Selain dari pada itu faktor yang juga berperan besar didalam penghambatnya penegakan hukum terhadap iklan ramalan yang ditayangkan oleh media elektronik ini adalah faktor aparat penegak hukum itu sendiri, yang terjadi sebagai refleksi dari buruknya aturan yang ada di dalam KUHP, mereka para aparat penegak hukum tersebut terkesan membiarkan begitu saja praktek-praktek ramalan yang terjadi di dalam masyarakat dengan bermacam variasi promosinya tersebut, disebabkan aturan yang ada dianggap tidak mampu untuk memberikan efek jera bagi para individu atau kelompok pelakunya.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang ada di atas maka saran yang dapat diberikan oleh penulis adalah :


(17)

1. Berkaitan halnya dengan upaya penegakan hukum terhadap iklan ramalan yang ditayangkan oleh media elektronik hendaknya dilakukan upaya preventif oleh aparat penegak hukum, khususnya kepolisian sebagai barisan terdepan dalam upaya penegakan hukum di Indonesia dengan cara penyuluhan kepada media terkait yang melakukan promosi terhadap suatu praktek ramalan, agar tidak mengizinkan iklan-iklan seperti itu masuk ke dalam redaksi publik dalam hal ini tentang iklan-iklan yang memang mereka sediakan untuk keperluan promosi dagang atau usaha masyarakat. Bila memang cara seperti ini sudah tidak bisa efektif lagi untuk mencegah kasus ramalan di masyarakat hal yang paling bijak adalah dengan melakukan dekriminalisasi demi menjaga supremasi hukum di Indoenesia.

2. Pemerintah Indonesia dalam hal ini Dewan Perwakilan Rakyat segera melakukan proses Amandemen terhadap Kitab Undang-Undang Hukum Pidana untuk tujuan memperkuat dan mempertegas aturan yang bersifat samar dan lemah dalam memberikan sanksi pidana.


(18)

(1)

DAFTAR PUSTAKA

Andrisman, Tri. 2007. Asas-Asas dan Aturan Umum Hukum Pidana Indonesia. Fakultas Hukum Unila. Bandar Lampung.

Arief, Barda Nawawi. 2001. Masalah Kebijakan Hukum dan Kebijakan Penanggulan Kejahatan. PT. Citra Aditya Bakti : Bandung.

.

Soekanto, Soerjono. 1988. Pengantar Penelitian Hukum. Universitas Indonesia Jakarta

Tim Penyusun, 1989. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta

Universitas Lampung. 2005. Format Penulisan Karya Ilmiah. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Undang-Undang No1 Tahun 1946 tentang. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana. Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1981 tentang kitab

Undang-Undang Hukum Acara Pidana.

Bahan Internet

http://en.wikipedia.org/wiki/Pengertian Iklan diakses 27/1/2010 pada jam10.37 http://en.wikipedia.org/wiki/Pengertian Ramalan diakses 27/1/2010 pada jam 11.43. http://en.wikipedia.org/wiki/Pengertian Media Elektronik diakses 28/1/2010 pada jam14.30


(2)

12


(3)

V. PENUTUP

A.Kesimpulan

Berdasarkan dengan hasil penelitian dan pembahasan yang telah penulis lakukan maka kesimpulan dari penelitian ini adalah :

1. Kesimpulan yang didapat dalam rangka penegakan hukum terhadap iklan ramalan yang ditayangkan oleh media elektronik adalah, penegakan hukum terhadap iklan ramalan yang ditayangkan oleh media elektronik pilihan yang paling banyak dilakukan oleh aparat penegak hukum adalah dilakukan dengan cara preventif atau pencegahan oleh aparat penegak hukum.

Peraturan yang ada di dalam KUHP tidak memungkinkan para pelaku dari penyebaran praktek ramalan dengan menggunakan media massa elektronik ini untuk mendapatkan hukuman yang berat, dan sangat memungkinkan untuk dilakukan Dekriminalisasi atau proses penggolongan suatu perbuatan yang semula dinilai sebagai perbuatan melawan hukum atau pidana di dalam masyarakat, tetapi kemudian dinilai atau dijadikan sebagai perbuatan yang biasa dan bukan lagi tergolong perbuatan yang termasuk tindak pidana atau pelanggaran hukum. Karena kenyataan yang ada di kehidupan nyata di Negara Indonesia ini segala bentuk praktek meramal yang jelas merupakan


(4)

49

pelanggaran hukum terjadi begitu saja dan terlihat sebagai hal yang biasa bahkan menjadi mata pencaharian atau pekerjaan oleh beberapa individu di dalam masyarakat Indonesia, dan hal membuat sia-sia peraturan di dalam Pasal 545 KUHP yang mengatur larangan tentang praktek meramal oleh setiap individu di dalam wilayah Republik Indonesia.

2. Faktor penghambat di dalam penegakan hukum terhadap iklan ramalan yang ditayangkan oleh media elektronik adalah, aturan hukum, karena aturan hukum yang ada saat ini kenyataan nya adalah aturan hukum peninggalan kolonial Belanda, yang hukumannya dianggap tidak akan mampu memberi efek jera bagi para pelakunya dikarenakan terlalu ringan sanksinya.

Selain dari pada itu faktor yang juga berperan besar didalam penghambatnya penegakan hukum terhadap iklan ramalan yang ditayangkan oleh media elektronik ini adalah faktor aparat penegak hukum itu sendiri, yang terjadi sebagai refleksi dari buruknya aturan yang ada di dalam KUHP, mereka para aparat penegak hukum tersebut terkesan membiarkan begitu saja praktek-praktek ramalan yang terjadi di dalam masyarakat dengan bermacam variasi promosinya tersebut, disebabkan aturan yang ada dianggap tidak mampu untuk memberikan efek jera bagi para individu atau kelompok pelakunya.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang ada di atas maka saran yang dapat diberikan oleh penulis adalah :


(5)

1. Berkaitan halnya dengan upaya penegakan hukum terhadap iklan ramalan yang ditayangkan oleh media elektronik hendaknya dilakukan upaya preventif oleh aparat penegak hukum, khususnya kepolisian sebagai barisan terdepan dalam upaya penegakan hukum di Indonesia dengan cara penyuluhan kepada media terkait yang melakukan promosi terhadap suatu praktek ramalan, agar tidak mengizinkan iklan-iklan seperti itu masuk ke dalam redaksi publik dalam hal ini tentang iklan-iklan yang memang mereka sediakan untuk keperluan promosi dagang atau usaha masyarakat. Bila memang cara seperti ini sudah tidak bisa efektif lagi untuk mencegah kasus ramalan di masyarakat hal yang paling bijak adalah dengan melakukan dekriminalisasi demi menjaga supremasi hukum di Indoenesia.

2. Pemerintah Indonesia dalam hal ini Dewan Perwakilan Rakyat segera melakukan proses Amandemen terhadap Kitab Undang-Undang Hukum Pidana untuk tujuan memperkuat dan mempertegas aturan yang bersifat samar dan lemah dalam memberikan sanksi pidana.


(6)