HUBUNGAN ANTARA INTERAKSI TEMAN SEBAYA DENGAN ORIENTASI MASA DEPAN PADA MAHASISWA UNIVERSITAS Hubungan Antara Interaksi Teman Sebaya Dengan Orientasi Masa Depan Pada Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surakarta.

(1)

HUBUNGAN ANTARA INTERAKSI TEMAN SEBAYA DENGAN ORIENTASI MASA DEPAN PADA MAHASISWA UNIVERSITAS

MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Psikologi Fakultas Psikologi

Oleh :

AZIZAINI LATHIFAH F 100 120 009

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2017


(2)

i

HALAMAN PERSETUJUAN

HUBUNGAN ANTARA INTERAKSI TEMAN SEBAYA DENGAN ORIENTASI MASA DEPAN PADA MAHASISWA UNIVERSITAS

MUHAMMADIYAH SURAKARTA

PUBLIKASI ILMIAH HALAMAN

oleh :

AZIZAINI LATHIFAH F 100 120 009

Telah disetujui untuk dipertahankan Di depan Dewan Penguji oleh :

Dosen Pembimbing


(3)

ii

HALAMAN PENGESAHAN

HUBUNGAN ANTARA INTERAKSI TEMAN SEBAYA DENGAN ORIENTASI MASA DEPAN PADA MAHASISWA UNIVERSITAS

MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Oleh:

AZIZAINI LATHIFAH F 100 120 009

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Fakultas Psikologi

Universitas Muhammadiyah Surakarta Pada hari Selasa, 10 Februari 2017 dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Dewan Penguji:

1. Soleh Amini, M.Si, Psi (……..……..)

(Ketua Dewan Penguji)

2. Drs. Mohammad Amir, M.Si, Psi (………)

(Anggota I Dewan Penguji)

3. Rini Lestari, S.Psi, M.Si (……….)

(Anggota II Dewan Penguji)

Dekan,

Taufik M.Si, Ph.D NIK. 799/0629037401


(4)

iii

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam naskah publikasi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya diatas, maka akan saya pertanggungjawabkan sepenuhnya.

Surakarta, 31 Januari 2017

Penulis

AZIZAINI LATHIFAH F 100 120 009


(5)

1

HUBUNGAN ANTARA INTERAKSI TEMAN SEBAYA DENGAN ORIENTASI MASA DEPAN PADA MAHASISWA UNIVERSITAS

MUHAMMADIYAH SURAKARTA Abstrak

Orientasi masa depan adalah gambaran seorang individu memandang dirinya sendiri di masa mendatang, gambaran tersebut meliputi tujuan, harapan, serta bagaimaan cara mencapai tujuan tersebut. Salah satu faktor yang mempengaruhi orientasi masa depan adalah teman sebaya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara interaksi teman sebaya dengan orientasi masa depan pada mahasiswa, tingkat orientasi masa depan dan sumbangan efektif dari interaksi teman sebaya terhadap orientasi masa depan. Peneliti menggunakan metode kuantitatif untuk mencapai tujuan penelitian ini. Subjek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah mahasiswa semester akhir di seluruh fakultas Universitas Muhammadiyah Surakarta yang berjumlah 120 mahasiswa. Hasil analisis data menunjukkan nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0,625 dengan signifikansi (p) = 0,000 (p<0,01). Hal ini menunjukkan ada hubungan positif yang sangat signifikan antara interaksi teman sebaya dengan orientasi masa depan bidang pekerjaan pada mahasiswa semester akhir. Berdasarkan hasil analisis diketahui variabel orientasi masa depan pada subjek penelitian tergolong tinggi, dan variabel interaksi teman sebaya subjek penelitian tergolong tinggi. Sumbangan efektif dari interaksi teman sebaya sebesar 39,06% terhadap orientasi masa depan.

Kata kunci: orientasi masa depan, interaksi teman sebaya, mahasiswa semester akhir

Abstract

Future orientation is a description of individual who sees himself in the future, it includes aims, expectations, and how to achieve that goal. One of the factors that affect the future orientation is peers. This study aims to determine the relationship between peer interaction with future-oriented, the level of future orientation and effective contribution from the interaction of peers to the orientation of the future. Researchers used quantitative methods to achieve the objectives of this research. The subjects were the final semester students in Muhammadiyah University of Surakarta totaling 120 students. The results showed a correlation coefficient (r) of 0.625 with significance (p) = 0.000 (p <0.01). This indicated a significant positive correlation between peer interaction with future-oriented to the final semester students. The future orientation of research subjects is high, peer interaction research subject is high. Effective contribution from peer interaction by 39.06% against future orientation.


(6)

2 1. PENDAHULUAN

Dunia kerja pada tahun 2016 terdapat persaingan ketat dalam memperoleh pekerjaan. Hal ini dikarenakan lapangan pekerjaan tidak sebanding dengan jumlah peningkatan pencari kerja setiap tahunnya yang berasal dari lulusan seluruh Universitas di Indonesia. Badan Pusat Statistik (BPS), mencatat jumlah pengangguran sarjana atau lulusan Universitas pada febuari 2016 mencapai 695.304 ribu orang atau 6,22 persen dari total pengangguran yang mencapai 7,02 juta orang (BPS, 2016). Mahasiswa semester akhir merupakan calon lulusan yang kemudian akan melanjutkan masa depan ke dunia kerja, sebab pada umumnya mahasiswa semester akhir mulai berpikir tentang masa depannya mengenai pekerjaaan di bidang sesuatu setelah lulus dari perkuliahan. Calon sarjana diharapkan memiliki kemampuan sesuai dengan bidangnya, menghayati kode etik keilmuan, mampu mengembangkan pengetahuan serta memiliki wawasan yang luas dengan harapan mereka dapat bersaing dengan mahasiswa lain di dunia kerja (Agusta, 2015).

Berdasarkan tahapan perkembangannya, mahasiswa yang sedang menempuh pendidikan semester akhir dapat digolongkan pada usia dewasa muda (Papalia, Olds, & Feldman, 2009). Menurut Dariyo (dalam Gloria, 2014) masa dewasa muda ditandai dengan adanya keinginan untuk mengaktualisasikan segala bentuk ide dan pemikiran yang diperoleh selama menjalankan pembelajaran di pendidikan tinggi ataupun di lembaga akademi untuk persiapan masa depannya. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Schaie dan Wills (Papalia, Old, & Feldman, 2009) bahwa pada masa dewasa muda, individu menggunakan pengetahuan yang diketahui untuk mengejar tujuan di masa depan, seperti karir dan keluarga.

Menurut Rice & Dolgin (2008), masa dewasa muda memiliki tugas-tugas perkembangan yang berhubungan dengan masa depan terutama dalam hal karir, pendidikan, dan pernikahan atau pembentukan keluarga. Orang dewasa muda diharapkan dapat memainkan peran baru, seperti peran suami/istri, orang tua, dan pencari nafkah dan juga mengembangkan sikap-sikap baru, keinginan-keinginan dan nilai-nilai baru sesuai dengan tugas-tugas baru ini. Oleh karena itu, periode ini


(7)

3

merupakan periode penting di mana keputusan mengenai pendidikan dan karir harus dibuat. Namun pada kenyataannya, tidak semua mahasiswa semester akhir sudah mempunyai pemikiran dan perencanaan yang jelas untuk kehidupannya di masa depan, misalnya mengenai bidang pendidikan atau karir yang akan ditekuninya (Marliani, 2013).

Nurmi (dalam McCabe & Bernett, 2000) menyatakan bahwa orientasi masa depan merupakan gambaran mengenai masa depan yang terbentuk dari sekumpulan skemata, atau sikap dan asumsi dari pengalaman masa lalu, yang berinteraksi dengan informasi dari lingkungan untuk membentuk harapan mengenai masa depan, membentuk tujuan dan aspirasi serta memberikan makna pribadi pada kejadian di masa depan. Orientasi masa depan juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan serta bagaimana perilaku dari orangtua mereka (Mcloyd, 2013).

Marliani (2013) mengemukakan bahwa berdasarkan studi pendahuluan melalui wawancara kepada 8 orang mahasiswa tingkat akhir di Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati Bandung, diketahui bahwa 3 orang (37,5%) diantaranya mengindikasikan mereka sudah mempunyai pemikiran dan perencanaan yang jelas berkaitan dengan pekerjaannya di masa depan. Perencanaan tersebut antara lain sudah mempunyai pilihan instansi yang ingin dimasukinya beserta tujuan yang ingin dicapainya dengan memasuki instansi tersebut, kemudian mempunyai alternatif pekerjaan jika mereka gagal dalam satu pilihan. Selain itu, agar rencana pekerjaannya tersebut bisa terwujud, mahasiswa tersebut mencari informasi mengenai pekerjaan yang diminati kepada dosen, keluarga, alumni bahkan melalui internet. Sedangkan sebanyak 5 orang (62, 5%) dari 8 mahasiswa yang menjadi responden dalam studi pendahuluan, mereka mengindikasikan belum mempunyai pemikiran dan perencanaan yang jelas berkaitan dengan pekerjaannya di masa depan. Dalam hal ini mahasiswa belum mempunyai pilihan pekerjaan yang ingin dimasukinya nanti, serta masih bingung menentukan jenis pekerjaan yang akan dipilih karena mahasiswa tersebut belum mempunyai informasi yang cukup banyak mengenai jenis pekerjaan yang sesuai dengan jurusan yang dipilihnya sekarang.


(8)

4

Mouw (Papalia, Old, & Feldman, 2009) menyatakan dalam suatu penelitian longitudinal secara nasional terhadap 5.646 orang dewasa awal, sebanyak 77 persen dari laki-laki dan 82 persen perempuan telah menyelesaikan pendidikan mereka pada usia 22 tahun, tetapi sebanyak 15 persen dari laki-laki dan 22 persen perempuan melanjutkan kembali pendidikan mereka. Di akhir usia 20-an, sebanyak 75 persen laki-laki dan perempuan telah bekerja penuh waktu, tetapi 16 persen kembali ke rumah dimana mereka menghabiskan masa kecilnya sebelum berusia 35 tahun. Wallace (dalam Trommsdorf, 1983) menyebutkan bahwa seseorang yang memiliki orientasi masa depan yang tersturktur maka individu tersebut memiliki karakteristik kepribadian yang baik.

Dalam menghadapi tantangan dunia kerja berikutnya, mahasiswa membutuhkan komponen-komponen yang mendukung. Pada usia ini kebutuhan fisiologis dan kasih sayang orangtua akan di kesampingkan dan digantikan oleh kebutuhan akan kehadiran teman sebaya. Dengan adanya kehadiran teman-teman sebaya, mahasiswa merasa dihargai dan dapat diterima oleh lingkungannya. Santrock (2003) mendefinisikan teman sebaya (peers) adalah anak-anak atau remaja yang memiliki usia atau tingkat kematangan yang kurang lebih sama yang memiliki peran penting dalam kehidupan remaja. Buhrmester, dkk (Papalia, Old, Feldman, 2009) menyebutkan bahwa kelompok teman sebaya adalah suatu sumber dari afeksi, simpati, pemahaman dan panduan moral. Berdasarkan uraian di atas maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah apakah ada hubungan antara interaksi teman sebaya dengan orientasi masa depan bidang pekerjaan pada mahasiswa semester akhir.

2. METODE

Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode kuantitatif dengan menggunakan skala interaksi teman sebaya dan skala orientasi masa depan. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa semester akhir seluruh Fakultas Universitas Muhammadiyah Surakarta yang berjumlah 120 mahasiswa. Adapun teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini yakni uji validitas dengan melakukan proffesional judgement dan dihitung menggunakan rumus formula Aiken’s, uji reliabilitas menggunakan formula koefisien Alpha Cronbach,


(9)

5

uji asumsi meliputi uji normalitas dan uji linearitas, serta uji hipotesis menggunakan korelasi product moment.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan dengan teknik analisis korelasi product moment dari Pearson dengan koefisien korelasi sebesar 0,625 dengan signifikansi (p) = 0,000 (p<0,01). Hal ini menunjukkan ada hubungan positif yang sangat signifikan antara interaksi teman sebaya dengan orientasi masa depan bidang pekerjaan pada mahasiswa semester akhir. Artinya semakin tinggi interaksi dengan teman sebaya, maka akan semakin tinggi orientasi masa depan bidang pekerjaan. Sebaliknya, semakin rendah interaksi teman sebaya maka semakin rendah gambaran orientasi masa depan bidang pekerjaan pada mahasiswa semester akhir.

Menurut Nurmi, (1991) Banyak faktor yang mempengaruhi orientasi masa depan, salah satunya adalah faktor kontekstual yaitu teman sebaya. Teman sebaya dapat mempengaruhi orientasi masa depan dengan cara bervariasi. Teman sebaya berarti teman sepermainan dengan jenjang usia yang sama, dimana teman sebaya dapat saling bertukar pemikiran serta informasi. Kelompok teman sebaya juga memberikan kesempatan bagi individu untuk membandingkan tingkah lakunya dengan teman yang lain. Partowisastro (1983) menjelaskan aspek-aspek yang terdapat pada interaksi teman sebaya menurut yaitu : (1) keterbukaan individu, sejauh mana individu memiliki sikap terbuka terhadap kelompok dan penerimaan individu dalam kelompoknya (2) kerjasama individu, keterlibatan individu dalam kegiatan kelompoknya dan mau memberikan ide bagi kemajuan kelompoknya serta saling berbicara dalam hubungan yang erat (3) frekuensi hubungan individu, intensitas individu dalam bertemu dengan anggota kelompok dan saling berbicara dalam hubungan yang dekat. Adapun faktor-faktor lain yang mempengaruhi orientasi masa depan yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri individu yang meliputi konsep diri dan perkembangan kognitif. Sedangkan faktor kontekstual meliputi jenis kelamin, status sosial ekonomi, usia, teman sebaya, dan hubungan dengan orangtua.


(10)

6

Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Marliani (2013) mengenai religiusitas dan orientasi masa depan bidang pekerjaan pada mahasiswa tingkat akhir sebanyak 63 responden, didapatkan hasil bahwa terdapat 52,4% (33 orang) memiliki orientasi masa depan yang jelas dan 47,6% (30 orang) memiliki orientasi yang belum jelas. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Triana (2013) mengenai orientasi masa depan dan prokrastinasi pada mahasiswa di dapatkan hasil bahwa 37 orang (33,3%) orientasi masa depan mahasiswa tergolong sedang. Sedangkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Gloria (2014) self efficacy dengan orientasi masa depan pada mahasiswa semester akhir didapatkan hasil bahwa 64% subjek memiliki gambaran orientasi masa depan yang cukup jelas

Berdasarkan kategorisasi diketahui variabel orientasi masa depan memiliki rerata empirik (RE) sebesar 156,43 dan rerata hipotetik (RH) sebesar 130. Diketahui bahwa terdapat 16,67% (20 orang) subjek memiliki orientasi masa depan yang tergolong sedang, 75,83% (91 orang) memiliki orientasi masa depan tinggi, dan 7,5% (9 orang) memiliki orientasi masa depan sangat tinggi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa orientasi masa depan dalam penelitian ini tergolong tinggi. Sedangkan variabel interaksi teman sebaya memiliki rerata empirik (RE) sebesar 121,17 dan rerata hipotetik (RH) sebesar 95. Diketahui bahwa terdapat 7,5% (9 orang) memiliki interaksi teman sebaya dalam kategori sedang, 75% (90 orang) memiliki interaksi teman sebaya dalam kategori tinggi, dan 17,5% (21 orang) memiliki interkasi teman sebaya dalam kategori sangat tinggi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa interaksi teman sebaya dalam peneitian ini tergolong tinggi. Sumbangan efektifitas interaksi teman sebaya terhadap orientasi masa depan sebesar 39,06%, Hal ini berarti masih terdapat 60,4% variabel lain yang mempengaruhi orientasi masa depan.

4. PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dijabarkan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Ada hubungan positif yang sangat signifikan


(11)

7

antara interaksi teman sebaya dengan orientasi masa depan bidang pekerjaan. Tingkat interaksi teman sebaya dalam penelitian ini tergolong tinggi. Tingkat orientasi masa depan bidang pekerjaan dalam penelitian ini tergolong tinggi. Sumbangan efektifitas interaksi teman sebaya terhadap orientasi masa depan sebesar 39,06%. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi orientasi masa depan yaitu sebesar 60,4% seperti usia, jenis kelamin, status sosial ekonomi, hubungan dengan orangtua dan faktor internal individu.

Dari kesimpulan di atas penulis dapat memberikan saran, Bagi subjek khususnya mahasiswa semester akhir, peneliti menyarankan untuk mampu mempertahankan dan meningkatkan interaksi dengan teman sebaya baik di lingkungan kampus maupun lingkungan sekitarnya supaya dapat saling bertukar pikiran serta berbagi informasi-informasi seputar pekerjaan. Bagi peneliti selanjutnya, disarankan untuk mencari variabel lain yang diduga berhubungan dengan orientasi masa depan bidang pekerjaan, sehingga dapat memperkaya referensi.

DAFTAR PUSTAKA

Agusta, Y. N. (2015). Hubungan Antara Orientasi Masa Depan Dan Daya Juang Terhadap Kesiapan Kerja Pada Mahasiswa Tingkat Akhir. Journal psikologi , 3 (1), 369-381

Badan Pusat Statistik (BPS). Diunduh dari http://www.bps.go.id/ diakses pada tanggal 21 September 2016

Gloria A. Tangkeallo, R. P. (2014). Hubungan Antara Self-Efficacy Dengan Orientasi Masa Depan. Jurnal Psikologi , 10 (1), 25-32.

Marliani, R. (2013). Hubungan antara religiusitas dengan orientasi masa depan . Jurnal psikologi. 9 (2), 130-137

McCabe, Kristen M & Douglas Barnett. (2000). First come work, then comes marriage future orientation among African American young adolescents. Family Relations, 49, (1), 63-70

Mcloyd, V.C & Partell, K.M. (2013). Parents’ participationin a work-based anti-poverty program can enchance their children future orientation : understanding pathway of influence. Journal youth adolescene. 42: 777-791


(12)

8

Nurmi, J.E. (1991). How do adolescents see their future? A review of the development of future orientation and planning. University of Helsinski. Academic Press, Inc.

Papalia, D.E., Olds, S.W, & Feldman, R.D. (2009). Human Development Perkembangan manusia. Jakarta : Salemba humanika

Partowisastro. 1983. Dinamika Psikologi Sosial. Jakarta : Binarupa

Rice, F.P. & Dolgin, K.G. (2008). The adolescent development, relationships, and culture. (12 th ed.). United States of America: Pearson International Edition.

Santrock, J.W. (2003). Life Span Development : Perkembangan Masa Hidup. Jakarta: Erlangga

Triana, K. A. (2013). Hubungan Antara Orientasi Masa Depan Dengan Prokastinasi Dalam Menyusun Skripsi Pada Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik (FISIPOL). eJournal Psikologi , 1(3), 280-291.. Trommsdorf, G. (1983). “Future Orientation and Socialization”. International


(1)

3

merupakan periode penting di mana keputusan mengenai pendidikan dan karir harus dibuat. Namun pada kenyataannya, tidak semua mahasiswa semester akhir sudah mempunyai pemikiran dan perencanaan yang jelas untuk kehidupannya di masa depan, misalnya mengenai bidang pendidikan atau karir yang akan ditekuninya (Marliani, 2013).

Nurmi (dalam McCabe & Bernett, 2000) menyatakan bahwa orientasi masa depan merupakan gambaran mengenai masa depan yang terbentuk dari sekumpulan skemata, atau sikap dan asumsi dari pengalaman masa lalu, yang berinteraksi dengan informasi dari lingkungan untuk membentuk harapan mengenai masa depan, membentuk tujuan dan aspirasi serta memberikan makna pribadi pada kejadian di masa depan. Orientasi masa depan juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan serta bagaimana perilaku dari orangtua mereka (Mcloyd, 2013).

Marliani (2013) mengemukakan bahwa berdasarkan studi pendahuluan melalui wawancara kepada 8 orang mahasiswa tingkat akhir di Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati Bandung, diketahui bahwa 3 orang (37,5%) diantaranya mengindikasikan mereka sudah mempunyai pemikiran dan perencanaan yang jelas berkaitan dengan pekerjaannya di masa depan. Perencanaan tersebut antara lain sudah mempunyai pilihan instansi yang ingin dimasukinya beserta tujuan yang ingin dicapainya dengan memasuki instansi tersebut, kemudian mempunyai alternatif pekerjaan jika mereka gagal dalam satu pilihan. Selain itu, agar rencana pekerjaannya tersebut bisa terwujud, mahasiswa tersebut mencari informasi mengenai pekerjaan yang diminati kepada dosen, keluarga, alumni bahkan melalui internet. Sedangkan sebanyak 5 orang (62, 5%) dari 8 mahasiswa yang menjadi responden dalam studi pendahuluan, mereka mengindikasikan belum mempunyai pemikiran dan perencanaan yang jelas berkaitan dengan pekerjaannya di masa depan. Dalam hal ini mahasiswa belum mempunyai pilihan pekerjaan yang ingin dimasukinya nanti, serta masih bingung menentukan jenis pekerjaan yang akan dipilih karena mahasiswa tersebut belum mempunyai informasi yang cukup banyak mengenai jenis pekerjaan yang sesuai dengan jurusan yang dipilihnya sekarang.


(2)

4

Mouw (Papalia, Old, & Feldman, 2009) menyatakan dalam suatu penelitian longitudinal secara nasional terhadap 5.646 orang dewasa awal, sebanyak 77 persen dari laki-laki dan 82 persen perempuan telah menyelesaikan pendidikan mereka pada usia 22 tahun, tetapi sebanyak 15 persen dari laki-laki dan 22 persen perempuan melanjutkan kembali pendidikan mereka. Di akhir usia 20-an, sebanyak 75 persen laki-laki dan perempuan telah bekerja penuh waktu, tetapi 16 persen kembali ke rumah dimana mereka menghabiskan masa kecilnya sebelum berusia 35 tahun. Wallace (dalam Trommsdorf, 1983) menyebutkan bahwa seseorang yang memiliki orientasi masa depan yang tersturktur maka individu tersebut memiliki karakteristik kepribadian yang baik.

Dalam menghadapi tantangan dunia kerja berikutnya, mahasiswa membutuhkan komponen-komponen yang mendukung. Pada usia ini kebutuhan fisiologis dan kasih sayang orangtua akan di kesampingkan dan digantikan oleh kebutuhan akan kehadiran teman sebaya. Dengan adanya kehadiran teman-teman sebaya, mahasiswa merasa dihargai dan dapat diterima oleh lingkungannya. Santrock (2003) mendefinisikan teman sebaya (peers) adalah anak-anak atau remaja yang memiliki usia atau tingkat kematangan yang kurang lebih sama yang memiliki peran penting dalam kehidupan remaja. Buhrmester, dkk (Papalia, Old, Feldman, 2009) menyebutkan bahwa kelompok teman sebaya adalah suatu sumber dari afeksi, simpati, pemahaman dan panduan moral. Berdasarkan uraian di atas maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah apakah ada hubungan antara interaksi teman sebaya dengan orientasi masa depan bidang pekerjaan pada mahasiswa semester akhir.

2. METODE

Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode kuantitatif dengan menggunakan skala interaksi teman sebaya dan skala orientasi masa depan. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa semester akhir seluruh Fakultas Universitas Muhammadiyah Surakarta yang berjumlah 120 mahasiswa. Adapun teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini yakni uji validitas dengan melakukan proffesional judgement dan dihitung menggunakan rumus formula Aiken’s, uji reliabilitas menggunakan formula koefisien Alpha Cronbach,


(3)

5

uji asumsi meliputi uji normalitas dan uji linearitas, serta uji hipotesis menggunakan korelasi product moment.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan dengan teknik analisis korelasi product moment dari Pearson dengan koefisien korelasi sebesar 0,625 dengan signifikansi (p) = 0,000 (p<0,01). Hal ini menunjukkan ada hubungan positif yang sangat signifikan antara interaksi teman sebaya dengan orientasi masa depan bidang pekerjaan pada mahasiswa semester akhir. Artinya semakin tinggi interaksi dengan teman sebaya, maka akan semakin tinggi orientasi masa depan bidang pekerjaan. Sebaliknya, semakin rendah interaksi teman sebaya maka semakin rendah gambaran orientasi masa depan bidang pekerjaan pada mahasiswa semester akhir.

Menurut Nurmi, (1991) Banyak faktor yang mempengaruhi orientasi masa depan, salah satunya adalah faktor kontekstual yaitu teman sebaya. Teman sebaya dapat mempengaruhi orientasi masa depan dengan cara bervariasi. Teman sebaya berarti teman sepermainan dengan jenjang usia yang sama, dimana teman sebaya dapat saling bertukar pemikiran serta informasi. Kelompok teman sebaya juga memberikan kesempatan bagi individu untuk membandingkan tingkah lakunya dengan teman yang lain. Partowisastro (1983) menjelaskan aspek-aspek yang terdapat pada interaksi teman sebaya menurut yaitu : (1) keterbukaan individu, sejauh mana individu memiliki sikap terbuka terhadap kelompok dan penerimaan individu dalam kelompoknya (2) kerjasama individu, keterlibatan individu dalam kegiatan kelompoknya dan mau memberikan ide bagi kemajuan kelompoknya serta saling berbicara dalam hubungan yang erat (3) frekuensi hubungan individu, intensitas individu dalam bertemu dengan anggota kelompok dan saling berbicara dalam hubungan yang dekat. Adapun faktor-faktor lain yang mempengaruhi orientasi masa depan yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri individu yang meliputi konsep diri dan perkembangan kognitif. Sedangkan faktor kontekstual meliputi jenis kelamin, status sosial ekonomi, usia, teman sebaya, dan hubungan dengan orangtua.


(4)

6

Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Marliani (2013) mengenai religiusitas dan orientasi masa depan bidang pekerjaan pada mahasiswa tingkat akhir sebanyak 63 responden, didapatkan hasil bahwa terdapat 52,4% (33 orang) memiliki orientasi masa depan yang jelas dan 47,6% (30 orang) memiliki orientasi yang belum jelas. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Triana (2013) mengenai orientasi masa depan dan prokrastinasi pada mahasiswa di dapatkan hasil bahwa 37 orang (33,3%) orientasi masa depan mahasiswa tergolong sedang. Sedangkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Gloria (2014) self efficacy dengan orientasi masa depan pada mahasiswa semester akhir didapatkan hasil bahwa 64% subjek memiliki gambaran orientasi masa depan yang cukup jelas

Berdasarkan kategorisasi diketahui variabel orientasi masa depan memiliki rerata empirik (RE) sebesar 156,43 dan rerata hipotetik (RH) sebesar 130. Diketahui bahwa terdapat 16,67% (20 orang) subjek memiliki orientasi masa depan yang tergolong sedang, 75,83% (91 orang) memiliki orientasi masa depan tinggi, dan 7,5% (9 orang) memiliki orientasi masa depan sangat tinggi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa orientasi masa depan dalam penelitian ini tergolong tinggi. Sedangkan variabel interaksi teman sebaya memiliki rerata empirik (RE) sebesar 121,17 dan rerata hipotetik (RH) sebesar 95. Diketahui bahwa terdapat 7,5% (9 orang) memiliki interaksi teman sebaya dalam kategori sedang, 75% (90 orang) memiliki interaksi teman sebaya dalam kategori tinggi, dan 17,5% (21 orang) memiliki interkasi teman sebaya dalam kategori sangat tinggi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa interaksi teman sebaya dalam peneitian ini tergolong tinggi. Sumbangan efektifitas interaksi teman sebaya terhadap orientasi masa depan sebesar 39,06%, Hal ini berarti masih terdapat 60,4% variabel lain yang mempengaruhi orientasi masa depan.

4. PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dijabarkan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Ada hubungan positif yang sangat signifikan


(5)

7

antara interaksi teman sebaya dengan orientasi masa depan bidang pekerjaan. Tingkat interaksi teman sebaya dalam penelitian ini tergolong tinggi. Tingkat orientasi masa depan bidang pekerjaan dalam penelitian ini tergolong tinggi. Sumbangan efektifitas interaksi teman sebaya terhadap orientasi masa depan sebesar 39,06%. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi orientasi masa depan yaitu sebesar 60,4% seperti usia, jenis kelamin, status sosial ekonomi, hubungan dengan orangtua dan faktor internal individu.

Dari kesimpulan di atas penulis dapat memberikan saran, Bagi subjek khususnya mahasiswa semester akhir, peneliti menyarankan untuk mampu mempertahankan dan meningkatkan interaksi dengan teman sebaya baik di lingkungan kampus maupun lingkungan sekitarnya supaya dapat saling bertukar pikiran serta berbagi informasi-informasi seputar pekerjaan. Bagi peneliti selanjutnya, disarankan untuk mencari variabel lain yang diduga berhubungan dengan orientasi masa depan bidang pekerjaan, sehingga dapat memperkaya referensi.

DAFTAR PUSTAKA

Agusta, Y. N. (2015). Hubungan Antara Orientasi Masa Depan Dan Daya Juang Terhadap Kesiapan Kerja Pada Mahasiswa Tingkat Akhir. Journal psikologi , 3 (1), 369-381

Badan Pusat Statistik (BPS). Diunduh dari http://www.bps.go.id/ diakses pada tanggal 21 September 2016

Gloria A. Tangkeallo, R. P. (2014). Hubungan Antara Self-Efficacy Dengan Orientasi Masa Depan. Jurnal Psikologi , 10 (1), 25-32.

Marliani, R. (2013). Hubungan antara religiusitas dengan orientasi masa depan . Jurnal psikologi. 9 (2), 130-137

McCabe, Kristen M & Douglas Barnett. (2000). First come work, then comes marriage future orientation among African American young adolescents. Family Relations, 49, (1), 63-70

Mcloyd, V.C & Partell, K.M. (2013). Parents’ participationin a work-based anti-poverty program can enchance their children future orientation : understanding pathway of influence. Journal youth adolescene. 42: 777-791


(6)

8

Nurmi, J.E. (1991). How do adolescents see their future? A review of the development of future orientation and planning. University of Helsinski. Academic Press, Inc.

Papalia, D.E., Olds, S.W, & Feldman, R.D. (2009). Human Development Perkembangan manusia. Jakarta : Salemba humanika

Partowisastro. 1983. Dinamika Psikologi Sosial. Jakarta : Binarupa

Rice, F.P. & Dolgin, K.G. (2008). The adolescent development, relationships, and culture. (12 th ed.). United States of America: Pearson International Edition.

Santrock, J.W. (2003). Life Span Development : Perkembangan Masa Hidup. Jakarta: Erlangga

Triana, K. A. (2013). Hubungan Antara Orientasi Masa Depan Dengan Prokastinasi Dalam Menyusun Skripsi Pada Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik (FISIPOL). eJournal Psikologi , 1(3), 280-291.. Trommsdorf, G. (1983). “Future Orientation and Socialization”. International


Dokumen yang terkait

HUBUNGAN ANTARA INTERAKSI TEMAN SEBAYA DENGAN ORIENTASI MASA DEPAN PADA MAHASISWA UNIVERSITAS Hubungan Antara Interaksi Teman Sebaya Dengan Orientasi Masa Depan Pada Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surakarta.

0 3 18

BAB 1 PENDAHULUAN Hubungan Antara Interaksi Teman Sebaya Dengan Orientasi Masa Depan Pada Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surakarta.

1 4 7

HUBUNGAN ANTARA INTERAKSI TEMAN SEBAYA DENGAN PENYESUAIAN SOSIAL PADA SISWA Hubungan Antara Interaksi Teman Sebaya Dengan Penyesuaian Sosial Pada Siswa.

0 3 15

HUBUNGAN ANTARA INTERAKSI TEMAN SEBAYA DENGAN PENYESUAIAN SOSIAL PADA SISWA Hubungan Antara Interaksi Teman Sebaya Dengan Penyesuaian Sosial Pada Siswa.

0 3 13

HUBUNGAN ANTARA INTERAKSI TEMAN SEBAYA DENGAN Hubungan antara interaksi teman sebaya dengan penyesuaian sosial siswa SMPN 2 Surakarta.

0 3 17

HUBUNGAN ANTARA INTERAKSI TEMAN SEBAYA DENGAN PERILAKU PACARAN PADA REMAJA Hubungan Antara Interaksi Teman Sebaya Dengan Perilaku Pacaran Pada Remaja.

0 2 18

HUBUNGAN ANTARA INTERAKSI TEMAN SEBAYA DENGAN PERILAKU PACARAN PADA REMAJA Hubungan Antara Interaksi Teman Sebaya Dengan Perilaku Pacaran Pada Remaja.

0 3 17

HUBUNGAN ANTARA INTERAKSI TEMAN SEBAYA DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA REMAJA Hubungan antara interaksi teman sebaya dengan Perilaku merokok pada remaja.

1 5 11

HUBUNGAN ANTARA INTERAKSI TEMAN SEBAYA DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA REMAJA Hubungan antara interaksi teman sebaya dengan Perilaku merokok pada remaja.

0 1 15

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN TEMAN SEBAYA DENGAN PENYESUAIAN SOSIAL PADA MAHASISWA BARU UNIVERSITAS Hubungan antara dukungan teman sebaya dengan Penyesuaian sosial pada mahasiswa baru universitas Muhammadiyah surakarta tahun akademik 2013.

0 1 17