PERBEDAAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA YANG BELAJAR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) DAN TIPE STUDENTS TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DI SMA NEGERI 1 SOSA TAHUN AJARAN 2014/2015.
PERBEDAAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA YANG
BELAJAR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
THINK PAIR SHARE (TPS) DAN TIPE STUDENT TEAM
ACHIEVEMEN DIVISION DI SMA NEGERI 1
SOSA TAHUN AJARAN 2014/2015
Oleh :
Sundut Azhari Hasibuan
NIM. 4101111051
Program Studi Pendidikan Matematika
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2015
i
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, atas segala rahmat
dan karunia-Nya yang senantiasa dianugrahkan kepada penulis sehingga skripsi
ini dapat diselesaikan dengan baik sesuai waktu yang direncanakan.
Skripsi berjudul “Perbedaan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa yang
Belajar dengan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dan tipe
Students Team Achievement Division (STAD) di SMA Negeri 1 Sosa Tahun Ajaran
2014/2015”, disusun untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Matematika,
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Unimed.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada:
Ibu Dr. Izwita Dewi, M.Pd sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah banyak
memberikan bimbingan dan saran - saran kepada penulis sejak awal sampai
selesainya penulisan skripsi ini. Ucapan terimakasih juga disampaikan kepada
Bapak Drs. Zul Amry, M.Si,Ph.D, Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si, dan Ibu Dra.
Nerly Khairani, M.Si. yang telah memberikan masukan dan saran dalam
penyusunan skripsi ini. Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada Bapak
Prof. Dr. Hasratuddin, M.Pd selaku dosen Pembimbing Akademik, kepada Bapak
Prof. Dr. Ibnu Hajar, M.Si, selaku Rektor Unimed, Bapak Prof. Drs. Motlan,
M.Sc, Ph.D, selaku Dekan FMIPA Unimed, dan Bapak Dr. Edy Surya, M.Si,
selaku Ketua Jurusan Matematika. Serta Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si selaku
Sekretaris jurusan dan Bapak Drs. Zul Amry, M.Si, Ph.D selaku Ketua Prodi
Jurusan Matematika FMIPA Unimed yang telah membantu penulis.
Penghargaan juga disampaikan kepada Bapak Drs. Parluhutan Siregar
selaku Kepala Sekolah dan Ibu Siti Masgorgor, S.Pd , Ibu Astita Siregar, S.Pd
selaku guru mata pelajaran matematika di SMA Negeri 1 Sosa yang telah
membantu selama penelitian. Teristimewa penulis sampaikan terima kasih kepada
Ayahanda R. Baringin, Ibunda tersayang D. Harahap, dan Adinda Ahmad Zuhri
Hasibuan yang selalu memberikan dorongan beserta seluruh keluarga besar yang
sudah berdoa, memberikan kasih sayang yang dalam dan dorongan semangat serta
dana kepada penulis dalam menyelesaikan studi di Unimed.
v
Terima kasih juga penulis ucapkan kepada teman-teman terbaikku, temanteman seangkatan 2010 yang tidak bisa disebutkan namanya satu per satu,
khususnya buat kelas C Reguler. Terima kasih juga buat teman-teman kos di Jl.
Tombak No. 53 serta teman-teman PPL, adik-adik junior dan kakak-kakak senior
di jurusan Matematika Unimed yang selalu memberi doa, mendukung dan
menemani penulis dalam suka maupun duka.
Penulis telah berupaya dengan semaksimal mungkin dalam penyelesaian
skripsi ini, namun penulis menyadari masih banyak kelemahan, baik isi maupun
tata bahasa, karenanya penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Kiranya skripsi ini bermanfaat dalam
memperkaya ilmu pendidikan.
Medan,
Penulis,
Maret 2015
Sundut Azhari Hasibuan
NIM. 4101111051
iii
PERBEDAAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA YANG
BELAJAR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
THINK PAIR SHARE (TPS) DAN TIPE STUDENT TEAM
ACHIEVEMEN DIVISION DI SMA NEGERI 1
SOSA TAHUN AJARAN 2014/2015
Sundut Azhari Hasibuan (NIM 410111051)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah kemampuan komunikasi
matematis siswa yang belajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair
Share (TPS) lebih baik dari kemampuan komunikasi matematis siswa yang belajar
dengan tipe Students Team Achievement Division (STAD) di SMA Negeri 1 SOSA Tahun
Ajaran 2014/2015.
Penelitian ini merupakan penelitian quasi experimental dengan populasi seluruh
siswa kelas X SMA Negeri 1 SOSA Tahun Ajaran 2014/2015, sebagai sampel diambil
dua kelas secara acak yaitu satu sebagai kelas eksperimen I dan satu sebagai kelas
eksperimen II. Kelas eksperimen I diberikan pembelajaran matematika dengan model
pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dan kelas eksperimen II dengan
model pembelajaran kooperatif tipe Students Team Achievement Division (STAD). Data
hasil penelitian dianalisis menggunakan uji statistik-t. Aspek kemampuan komunikasi
matematis yang diukur adalah aspek drawing/menggambar (membuat gambar dan
membacai gambar), aspek writing text/menjelaskan, dan aspek mathematical expression
(mengekspresikan).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai rata-rata selisih kemampuan
komunikasi matematis siswa di kelas eksperimen I sebesar 2,6544, dengan rincian ratarata selisih kemampuan membuat gambar sebesar 2,7941, membaca gambar sebesar
2,7647, sedangkan kemampuan menjelaskan dan mengekspresikan berturut-turut sebesar
2,7054 dan 2,3525. Rata-rata selisih kemampuan komunikasi matematis siswa di kelas
eksperimen II sebesar 2,1357, dengan rincian rata-rata selisih kemampuan membuat
gambar sebesar 2,3143 membaca gambar sebesar 2,2286, sedangkan kemampuan
menjelaskan dan mengekspresikan berturut-turut sebesar 2,2 dan 1,8.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa kemampuan
komunikasi matematis siswa yang belajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe
Think Pair Share (TPS) lebih baik dari kemampuan komunikasi matematis siswa yang
belajar dengan tipe Students Team Achievement Division (STAD) di SMA Negeri 1 SOSA
Tahun Ajaran 2014/2015.
vi
DAFTAR ISI
Halaman
Lembar Pengesahan
i
Riwayat Hidup
ii
Abstrak
iii
KataPengantar
iv
Daftar Isi
vi
Daftar Gambar
viii
Daftar Tabel
ix
Daftar Lampiran
xi
BAB I : PENDAHULUAN
1
1.1.Latar Belakang Masalah
1
1.2.Identifikasi Masalah
6
1.3.Batasan Masalah
7
1.4.Rumusan Masalah
7
1.5.Tujuan Penelitian
7
1.6.Manfaat Penelitian
7
1.7. Defenisi Operasional
8
BAB II TINJAUAN TEORITIS
10
2.1.Kerangka Teoritis
10
2.1.1. Hakekat Matematika
10
2.1.2. Kemampuan Komunikasi Matematis
14
2.1.2.1.Pengertian Komunikasi
14
2.1.2.2.Komunikasi Matematis
16
2.1.2.3.Kemampuan Komunikasi Matematis
17
2.1.3. Model Pembelajaran Kooperatif
20
2.1.3.1.Model Pembelajaran
20
2.1.3.2.Model Pembelajaran Kooperatif
21
2.1.3.3.Model Pembelajaran Kooperatif tipe TPS
23
2.1.3.4.Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD
24
2.1.4. Materi Grafik Fungsi Kuadrat
31
2.2.Kerangka Konseptual
41
2.3.Penelitian yang Relevan
42
vii
2.4.Hipotesis Penelitian
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN
44
45
3.1.Tempat dan Waktu Penelitian
45
3.2.Populasi dan Sampel
45
3.2.1. Populasi Penelitian
45
3.2.2. Sampel Penelitian
46
3.3.Variabel Penelitian
46
3.4.Jenis dan Desain Penelitian
46
3.5.Prosedur Penelitian
47
3.6.Instrumen Pengumpulan Data
49
3.6.1. Validasi Ahli Terhadap Instrumen Penelitian
50
3.6.2. Uji Coba Instrumen Penelitian
50
3.7.Tehnik Analisa Data
57
3.7.1. Tehnik Analisa Data Awal
57
3.7.2. Tehnik Analisa Data Akhir
57
BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN
62
4.1 Deskripsi Hasil Penelitian
4.1.1
4.1.2
62
Data Kemampuan komunikasi matematis awal (pre-test) 62
Data Kemampuan komunikasi matematis akhir (post-test)66
4.2 Uji Persyaratan Data
71
4.2.1
Uji Normalitas
71
4.2.2
Uji Homogenitas
71
4.3 Uji Hipotesis
73
4.4 Pembahasan
76
4.4.1 Perbedaan Kemampuan Komunikasi Matematis Yang Belajar
dengan TPS dan STAD
76
4.4.2 Faktor Pembelajaran
78
4.4.3 Keterbatasan Penelitian
78
BAB V : KESIMPUALAN DAN SARAN
80
5.1 Kesimpulan
80
5.2 Saran
80
DAFTAR PUSTAKA
81
ix
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1. Perhitungan Skor Perkembangan Individu
27
Tabel 2.2. Perhitungan Skor Perkembangan Kelompok
27
Tabel 2.3. Keunggulan Model Pembelajaran TPS dan STAD
29
Tabel 3.1. Jadwal Penelitian
45
Tabel 3.2. Populasi Penelitian
45
Tabel 3.3. Desain Penelitian two group
46
Tabel 3.4. Hasil Validasi Tes Kemampuan Komunikasi Matematis
50
Tabel 3.5. Hasil Validasi Uji Coba Inetrumen
51
Tabel 3.6. Klasifikasi Reliabilitas
52
Tabel 3.7. Klasifikasi Indeks Kesukaran
53
Tabel 3.8. Hasil Indeks Kesukaran
53
Tabel 3.9. Klasifikasi Daya Pembeda
54
Tabel 3.10. Hasil Daya Pembeda
54
Tabel 3.11. Rekapitulasi Hasil Analisis Instrumen Keseluruhan
55
Tabel 3.12. Indikator Kemampuan Komunikasi Matematis
55
Tabel 3.13. Pedoman Pemberian Skor Kemampuan Komunikasi
56
Tabel 4.1. Rekaitulasi Hasil Pre-test Eksperimen I
63
Tabel 4.2. Predikat Hasil Pre-test Eksperimen I
63
Tabel 4.3. Rekaitulasi Hasil Pre-test Eksperimen II
64
Tabel 4.4. Predikat Hasil Pre-test Eksperimen II
65
Tabel 4.5. Rekaitulasi Hasil Post-test Eksperimen I
66
Tabel 4.6. Predikat Hasil Post-test Eksperimen I
67
Tabel 4.7. Rekaitulasi Hasil Post-test Eksperimen II
68
Tabel 4.8. Predikat Hasil Post-test Eksperimen II
68
Tabel 4.9. Hasil Analisis Normalitas Data Penelitian
71
Tabel 4.10. Hasil Analisis Homogenitas Data Penelitian
72
Tabel 4.11. Hasil Uji Perbedaan Kemampuan Membuat Gambar
73
Tabel 4.12. Hasil Uji Perbedaan Kemampuan Membaca Gambar
74
Tabel 4.11. Hasil Uji Perbedaan Kemampuan Menjelaskan
74
Tabel 4.11. Hasil Uji Perbedaan Kemampuan Mengekspresikan
75
Tabel 4.11. Hasil Uji Perbedaan Rata-Rata Total Kemampuan
75
viii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 3.1. Skema Prosedur Penelitian
49
Gambar 4.1. Persentase Perolehan Predikat Nilai Pre-test Eksperimen I
64
Gambar 4.2. Persentase Perolehan Predikat Nilai Pre-test Eksperimen II 65
Gambar 4.3. Persentase Perolehan Predikat Nilai Post-test Eksperimen I 67
Gambar 4.4. Persentase Perolehan Predikat Nilai Post-test Eksperimen II 69
Gambar 4.5. Perbandingan Nilai Pre-test-Post-test Eksperimen I
69
Gambar 4.6. Perbandingan Nilai Pre-test-Post-test Eksperimen II
70
Gambar 4.7. Perbandingan Selisih Pre-test-Post-test Eksperimen I dan II 70
x
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Silabus
83
Lampiran 2. RPP 1 Kelas Eksperimen 1
87
Lampiran 3. RPP 2 Kelas Eksperimen 1
92
Lampiran 4. RPP 3 Kelas Eksperimen 1
98
Lampiran 5. RPP 1 Kelas Eksperimen 2
103
Lampiran 6. RPP 2 Kelas Eksperimen 2
108
Lampiran 7. RPP 3 Kelas Eksperimen 2
114
Lampiran 8. LAS 1
119
Lampiran 9. LAS 2
124
Lampiran 10. LAS 3
128
Lampiran 11. Perhitungan Skor Perkembangan Individu Kelas STAD
132
Lampiran 12. Kisi-Kisi Komunikasi Matematis
133
Lampiran 13. Pedoman Pemberian Skor Kemampuan Komunikasi
134
Lampiran 14. Kisi-Kisi Tes dan Butir Soal Komunikasi
135
Lampiran 15. Lembar Soal Pre-Test
136
Lampiran 16. Alternatif Jawaban Pre-Test
138
Lampiran 17. Lembar Soal Pos-Test
141
Lampiran 18. Alternatif Jawaban Pos-Test
143
Lampiran 19. Hasil Uji Coba Instrumen
147
Lampiran 20. Analisis Validitas Uji Coba
148
Lampiran 21. Analisis Realibilitas
149
Lampiran 22. Analisis Indeks Kesukaran Soal
150
Lampiran 23. Analisis Daya Beda
152
Lampiran 24. Daftar Nilai Pre-test Kelas Eksperimen I
155
Lampiran 25. Daftar Nilai Pre-test Kelas Eksperimen II
156
Lampiran 26. Daftar Nilai Post-test Kelas Eksperimen I
157
Lampiran 27. Daftar Nilai Post-test Kelas Eksperimen II
158
Lampiran 28. Perbandingan Pre-test dan post-test Eksperimen I dan II
159
Lampiran 29. Hasil Uji Normalitas Kelas Eksperimen I
160
xi
Lampiran 30. Hasil Uji Normalitas Kelas Eksperimen II
161
Lampiran 31. Hasil Uji Homogenitas
162
Lampiran 32. Hasil Uji Hipotesis
163
Lampiran 33. Hasil Validasi Instrumen
164
Lampiran 34. Tabel Harga Kritis r Product Momen
165
Lampiran 35. Tabel Nilai Kritis Uji Lilliefors
166
Lampiran 36. Tabel Distribusi F
167
Lampiran 37. Tabel Nilai Kritis t
168
Lampiran 38. Foto Penelitian
169
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang sangat penting dan
berperan dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Berbagai aplikasi
matematika dapat digunakan untuk memecahkan masalah kehidupan sehari-hari.
Seperti diungkapkan Cornelius (dalam Abdurrahman, 2009 ) bahwa :
Lima alasan perlunya belajar matematika karena matematika merupakan
(1) sarana berpikir yang jelas dan logis, (2) sarana untuk memecahkan
masalah kehidupan sehari-hari, (3) sarana mengenal pola-pola hubungan
dan generalisasi pengalaman, (4) sarana untuk mengembangkan
kreativitas. Dan (5) sarana untuk meningkatkan kesadaran terhadap
perkembangan budaya.
Matematika sebagai ilmu yang sangat penting harusnya menjadi pelajaran
yang disenangi oleh siswa yang sedang mempelajarinya. Namun, pada
kenyataannya matematika termasuk pelajaran yang tidak disukai banyak siswa.
Ketakutan-ketakutan dari siswa tidak hanya disebabkan oleh siswa itu sendiri,
melainkan kurangnya kemampuan guru dalam menciptakan situasi yang dapat
membawa siswa tertarik pada matematika. Penyebab utama dari kegagalan dari
seorang guru dalam menjalankan tugas mengajar di depan kelas adalah
kedangkalan pengetahuan guru terhadap siapa siswa dan bagaimana cara
belajarnya. Sehingga setiap tindakan pembelajaran yang diprogramkan justru
lebih banyak kesalahan daripada kebenaran dari kebijakan yang diambil. Akibat
ketakutan-ketakutan siswa tersebut maka tujuan pendidikan matematika tidak
tercapai. (Bahri: 2011)
Komunikasi merupakan bagian penting dalam setiap kegiatan manusia.
Setiap saat orang melakukan kegiatan kumunikasi. Untuk dapat berkomunikasi
secara baik orang memerlukan bahasa. Matematika merupakan salah satu bahasa
yang juga dapat digunakan dalam berkomunikasi. Tetapi kenyataannya banyak
siswa yang mengalami kesulitan dalam bermatematika. Matematika dianggap
sebagai barang mewah, dimana wajar kalau banyak orang yang tidak mampu
2
memilikinya. Dilain pihak, siswa-siswa yang cerdas dalam matematika seringkali
kurang mampu menyampaikan hasil pemikirannya. Mereka kurang mampu
berkomunikasi dengan baik, seakan apa yang mereka pikirkan hanyalah untuk
dirinya sendiri. Suatu keadaan yang sangat kontradiksi, dimana matematika itu
sendiri merupakan bahasa, tatapi banyak siswa yang kurang mampu
berkomunikasi dengan matematika. (Armiati:2009)
Komunikasi diperlukan dalam proses pembelajaran di sekolah. Dalam hal
ini komunikasi sangat diperlukan siswa dalam berinteraksi dengan siswa lain
maupun dengan guru. Bila seorang siswa mampu menguasai komunikasi belajar
dengan baik, maka hal ini akan berdampak positif pada hasil belajar siswa itu
sendiri. Hal ini sesuai dengan pendapat Umar (2012) yang menyatakan bahwa
“kemampuan komunikasi merupakan aspek yang sangat penting yang perlu
dimiliki oleh siswa yang ingin berhasil dalam studinya”.
Kemampuan
komunikasi
matematis
siswa
sangat
perlu
untuk
dikembangkan, karena melalui komunikasi matematis siswa dapat melakukan
organisasi berpikir matematisnya baik secara tulisan, siswa bisa memberi respon
dengan tepat, baik di antara siswa itu sendiri maupun antara siswa dengan guru
selama proses pembelajaran berlangsung. Komunikasi matematis berperan untuk
memahami ide-ide matematis secara benar. Siswa yang memiliki kemampuan
komunikasi matematis yang baik, cenderung dapat membuat berbagai representasi
yang beragam, sehingga lebih memudahkan siswa dalam mendapatkan alternatifalternatif penyelesaian berbagai permasalahan matematis. (Suhaedi:2012)
Tujuan pendidikan matematika yang dirumuskan oleh National Council of
Teachers of Mathematics (NCTM:2000) (dalam Ansari :2009) yang dikenal
dengan kemampuan matematis (mathematical Power) yaitu:
1. Kemampuan pemecahan masalah (problem solving)
2.
Kemampuan penalaran (reasoning)
3.
Kemampuan berkomunikasi (communication)
4.
Kemampuan membuat koneksi (connection)
5.
Kemampuan representasi (representation).
3
Salah satu tujuan tersebut adalah kemampuan untuk berkomunikasi secara
matematis. Kemampuan komunikasi matematis dapat diartikan sebagai suatu
kemampuan siswa dalam
menyampaikan sesuatu ide atau gagasan yang
diketahuinya secara matematis melalui tulisan yang terjadi di lingkungan kelas
Komunikasi tersebut dapat berlangsung antara siswa dengan guru, siswa dengan
siswa ataupun siswa dengan buku.
Menurut Baroody (Ansari,2009) sedikitnya ada 2 alasan penting yang menjadikan
komunikasi dalam pembelajaran matematika perlu menjadi fokus perhatian yaitu
(1) mathematics as language (matematika sebagai bahasa); matematika tidak
hanya sekedar alat bantu berpikir (a tool to aid thinking), alat untuk menemukan
pola, atau menyelesaikan masalah namun matematika juga “an invaluable tool for
communicating a variety of ideas clearly, precisely, and succintly, dan
(2)mathematics learning as social activity; sebagai aktivitas sosial, dengan
adanya interaksi antar siswa, serta dengan guru dalam mengkomunikasikan ide
matematika.
Kendatipun kemampuan komunikasi matematika itu penting, namun
ironisnya,pembelajaran matematika selama ini masih kurang memberikan
perhatian terhadap pengembangan kemampuan ini, sehingga penguasaan
kompetensi ini bagi siswa masih rendah. Hasil penelitian yang dilakukan oleh
Fauzan(2008),
(dalam
Izzati:
2010)
menunjukkan
bahwa
kemampuan
berkomunikasi secara matematis masih menjadi titik lemah siswa dalam
pembelajaran matematika. Jika kepada siswa diajukan suatu pertanyaan, pada
umumnya reaksi mereka adalah menunduk, atau melihat kepada teman yang
duduk di sebelahnya. Mereka kurang memiliki kepercayaan diri untuk
mengomunikasikan ide yang dimiliki karena takut salah dan ditertawakan teman
Lebih jauh Fauzan
(2008) mengemukakan rendahnya kemampuan
komunikasi matematik siswa disebabkan oleh praktik pembelajaran di sekolah
yang menunjukkan adanya “pergeseran” tujuan pembelajaran matematika. Guruguru matematika cenderung “melupakan” tujuan yang tercantum dalam kurikulum
sewaktu merancang pembelajaran. Akibatnya, indikator-indikator pencapaian
yang dirumuskan dalam rencana pembelajaran lebih banyak berbentuk
pemahaman fakta-fakta dan konsep-konsep matematik. Disamping itu, guru juga
lebih terfokus untuk menyajikan materi dan soal-soal yang kiranya nanti akan
muncul dalam ujian (ujian semester, dan UAN).
4
Hal yang sama juga diungkapkan oleh Nugraha (dalam Solikhah: 2012),
bahwa kemampuan komunikasi matematis siswa masih rendah, Hal ini terbukti
dari hasil penelitian eksperimen yang dilakukannya bahwa kemampuan
komunikasi matematis siswa masih di bawah KKM. Berbagai perlakuan dilakukan
untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis tetapi tidak terdapat
perbedaan peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang signifikan.
Dengan kata lain, pengaruh perlakuan yang diberikan tidak memiliki perbedaan
yang signifikan dalam peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa.
Dalam kegiatan diskusi ada beberapa siswa yang kesulitan dalam menyampaikan
hasil pemikirannya, siswa kurang memahami apa yang disampaikan siswa lain,
siswa hanya mampu menyelesaikan soal sejenis dengan soal yang sudah
diselesaikan oleh guru. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan komunikasi
matematis beberapa siswa masih kurang.
Disamping itu siswa terlihat kurang terampil berkomunikasi untuk
menyampaikan informasi seperti menyatakan ide, mengajukan pertanyaan, dan
menanggapi pertanyaan/pendapat orang lain. Mereka cenderung bersikap
pasif/diam ketika guru mengajukan pertanyaan untuk mengecek pemahaman
siswa, padahal sebenarnya mereka sudah memahami materi yang telah diajarkan
dilihat dari tugas yang diberikan, baik disekolah maupun dirumah. Situasi tersebut
terjadi kemungkinan karena siswa jarang diberikan kesempatan untuk berbicara,
karena kebanyakan guru mengajar siswa dengan yang konvensional seperti model
ceramah dan mencatat di papan tulis.
Ini berarti masih terjadi pelaksanaan proses pembelajaran dikelas jarang
melatihkan dan mengembangkan keterampilan komunikasi dan proses interaksi
antar siswa, seperti bekerja sama, menyatakan ide, mengajukan pertanyaan, dan
menanggapi pertanyaan/pendapat siswa lain. Para guru memang sudah
menerapkan model pembelajaran diskusi, namun yang dilakukan adalah model
pembelajaran diskusi yang konvensial. Dalam mengarahkan diskusi, guru hanya
memberikan sejumlah pertanyaan kepada siswa/kelompok yang memuat hampir
seluruh isi materi yang ada dalam pokok bahasan tersebut, sehingga pola berpikir
5
siswa menjadi tidak berkembang dan tidak dirangsang untuk berpikir kritis. Tentu
paradigma pembelajran ini perlu direnovasi.
Kenyataan yang sama juga ditemukan di SMA Negeri 1 SOSA. Hal ini
ditunjukkan oleh nilai matematika siswa pada tahun ajaran 2013/2014 semester 2
kelas X memilki rata-rata 2,21. Nilai tersebut masih di bawah KKM matematika
yaitu 2,67. Hasil ini menunjukkan kemampuan matematika siswa yang masih
rendah termasuk kemampuan komunikasi matematis yang ada di dalamnya.
Salahh satu faktor yang mempengaruhi hasil tersebut adalah faktor pembelajaran
yang masih bersifat konvensional.
Untuk itu, adapun usaha yang harus dilakukan untuk memperbaiki
kemampuan komunikasi matematis siswa tersebut adalah dengan meningkatkan
kompetensi guru dalam memilih model pembelajaran. Sebaiknya model
pembelajaran yang dipilih adalah yang dapat meningkatkan keterlibatan siswa
dalam proses pembelajaran karena sampai sekarang ini masih banyak siswa yang
mengeluh bahkan menjadikan matematika sebagai momok yang menakutkan.
Sehingga mereka menjadi malas untuk lebih mendalami lagi pelajaran
matematika. Hal ini membuat siswa cenderung kurang aktif yang menyebabkan
perbuatan-perbuatan atau tingkah laku dari siswa kurang terampil dalam
menyampaikan ide dan gagasan mereka.
Berkaitan dengan uraian tersebut maka perlu dipikirkan cara dan strategi
untuk mengatasi permasalahan di atas. Salah satu model pembelajaran yang
diterapkan dalam belajar matematika adalah model pembelajaran kooperatif tipe
Think Pair Share (TPS). Think Pair Share (TPS) pertama kali dikembangkan oleh
Frank Lyman dan koleganya di Universitas Maryland. Menurut Arends (2001)
(dalam Ansari: 2009) Menyatakan bahwa:
”Think Pair Share (TPS) merupakan suatu cara yang efektif untuk
mengganti pola diskusi kelas. Dengan asumsi bahwa semua resitasi atau
diskusi membutuhkan pengaturan untuk mengendalikan kelas secara
keseluruhan, dan prosedur yang digunakan dalam think pair share dapat
memberi siswa lebih banyak waktu untuk berpikir, untuk merespon, dan
untuk saling membantu.”
6
Model pembelajaran yang lain yang dapat diterapkan dalam belajar
matematika adalah model pembelajaran kooperatif tipe Student Team
Achievement Division (STAD). Pembelajaran kooperatif tipe STAD ini
merupakan salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif dengan
menggunakan kelompok-kelompok kecil dengan jumlah anggota tiap kelompok
4-5 orang siswa secara heterogen. Diawali dengan penyampaian tujuan
pembelajaran, penyampaian materi, kegiatan kelompok, kuis, dan penghargaan
kelompok.
Model pembelajaran TPS dan STAD diharapkan dapat memperbaiki
kemampuan komunikasi matematis siswa yang rendah khususnya pada materi
fungsi kuadrat. Mempelajari fungsi kuadrat bukan hanya kemampuan menemukan
kebenaran jawaban akhir dan mutlak tetapi juga untuk memperoleh ketangkasan
dan keterampilan berkomunikasi. Namun, diantara kedua model tersebut pasti
terdapat salah satu model yang lebih baik diterapkan pada materi fungsi kuadrat.
Oleh sebab itu, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul
“Perbedaan kemampuan komunikasi matematis siswa yang belajar dengan
model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dan tipe Student
Team Achievement Division (STAD) di SMA Negeri 1 SOSA Tahun Ajaran
2014/2015.”
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka dapat
diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut:
1. Matematika merupakan pelajaran yang tidak disukai oleh siswa.
2. Kemampuan komunikasi matematis siswa di SMA N 1 SOSA masih
rendah.
3. Siswa tidak terlibat aktif dalam proses pembelajaran.
4. Guru cenderung melupakan tujuan pembelajaran sewaktu merancang
pembelajaran.
5. Model pembelajaran masih bersifat konvensional.
7
6. Proses pembelajaran dikelas jarang melatih dan mengembangkan
keterampilan komunikasi dan proses interaksi antar siswa.
1.3 Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas maka batasan masalah pada
penelitian ini yaitu:
1. Kemampuan komunikasi matematis siswa di SMA N 1 SOSA masih
rendah.
2. Model pembelajaran masih bersifat konvensional.
1.4 Rumusan Masalah
Sesuai pembatasan masalah di atas, maka yang menjadi rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah “Apakah kemampuan komunikasi matematis siswa
yang belajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS)
lebih baik dari kemampuan komunikasi matematis siswa yang belajar dengan tipe
Student Team Achievement Division (STAD) di SMA N 1 SOSA Tahun Ajaran
2014/2015?
1.5 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan
penelitian ini adalah “Untuk mengetahui apakah kemampuan komunikasi
matematis siswa yang belajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe Think
Pair Share (TPS) lebih baik dari kemampuan komunikasi matematis siswa yang
belajar dengan tipe Student Team Achievement Division (STAD) di SMA N 1
SOSA Tahun Ajaran 2014/2015.”
1.6 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1. Bagi guru: Sebagai bahan masukan kepada guru matematika tentang
perbedaan pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dan tipe
Student Team Achievement Division (STAD).
2. Bagi siswa: Sebagai pengalaman belajar dan memberikan variasi
pembelajaran guna meningkatkan kemampuan komunikasi matematis
8
siswa dalam memahami dan menguasai konsep demi mencapai prestasi
yang lebih baik.
3. Bagi peneliti: Sebagai bahan masukan dan bekal ilmu pengetahuan bagi
peneliti dalam mengajar matematika dimasa yang akan datang.
4. Sebagai bahan informasi bagi peneliti lain yang ingin melakukan
penelitian sejenis.
1.7 Defenisi Operasional
Penelitian ini berjudul perbedaan kemampuan komunikasi matematis
siswa yang belajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share
(TPS) dan tipe Student Team Achievement Division (STAD) di SMA Negeri 1
SOSA Tahun Ajaran 2014/2015.
Untuk menghindari kesalahpahaman penelitian ini memberi batasan
definisi operasional sebagai berikut :
1. Think Pair Share merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat variasi
suasana diskusi kelas. Dengan saumsi bahwa semua resitasi atau diskusi
membutuhkan pengaturan untuk mengendalikan kelas secara keseluruhan, dan
prosedur yang digunakan dalam Think Pair Share dapat memberi siswa lebih
banyak waktu berpikir, untuk merespon dan saling membantu. Pada penelitian
ini, Think Pair Share digunakan pada siswa kelompok eksperimen satu.
2. Pembelajaran kooperatif tipe STAD ini merupakan salah satu tipe dari model
pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil
dengan jumlah anggota tiap kelompok 4-5 orang siswa secara heterogen.
Diawali dengan penyampaian materi, kegiatan kelompok, kuis, dan
penghargaan kelompok, STAD digunakan pada siswa kelompok eksperimen
dua.
3. Komunikasi Matematis
Komunikasi
matematis
adalah
suatu
kemampuan
siswa
dalam menyampaikan sesuatu ide atau gagasan yang diketahuinya secara
matematis melalui tulisan yang terjadi di lingkungan kelas.
9
4. Kemampuan komunikasi matematis
Indikator kemampuan komunikasi matematis siswa pada pembelajaran
matematika dapat diukur dengan indikator:
a. Kemampuan menyajikan dan memvisualisasikan masalah matematika ke
dalam gambar dan memaknai gambar,dan menyajikannya dalam
ide
matematika (Drawing).
b. Kemampuan membaca dan menafsirkan data ke dalam model matematika
atau dengan kata lain mengexpresikan ide matematika (Mathematical
Expression).
c. Kemampuan menjelaskan/menulis (Written text) permasalahan matematika
dalam bentuk tulisan dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar.
81
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman.Mulyono.(2009). Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar.
Jakarta: Rineka Cipta
Ansari, Bansu. (2005). Komunikasi Matematik.Banda Aceh: PeNa
Armiati. (2009). Komunikasi Matematis dan Kecerdasan Emosiaonal. Prosiding
UNY. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta
Asmin. (2012). Pengukuran dan Penilaian Hasil Belajar dengan Analisis Klasik
dan Modern. Medan : Larispa.
Bahri,Syaiful.(2011).Psikologi Belajar.Banjarmasin:Rineka Cipta
Badan Standar Nasional Pendidikan. (2006). Standar Isi. Jakarta : BSNP.
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan.
(2012). Pedoman Penulisan Proposal dan Skripsi Mahasiswa Program
Studi Kependidikan FMIPA Universitas Negeri Medan: FMIPA UNIMED
Harianto, Erwin. (2013). Penerapan Model Pembelajaran Tipe Student Team
Achievement Divisiaon (STAD) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa
Kelas VIII Di SMP Trisakti 2 Medan Tahun Ajaran 2012/2013. Skripsi.
Medan: UNIMED
Izzati,Nur.(2010). Komunikasi Matematik dan Pendidikan Matematika
Realistik.Prosiding UNY. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta
Kemendikbud. (2013). Kurikulum 2013. Jakarta : Badan Penelitian dan
Pengembangan.
Hudojo, Herman. (2005). Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran
Matematika. Malang : Universitas Negeri Malang.
Mahmudi, Ali.(2009). Komunikasi Dalam Pembelajaran Matematika. Makalah
UNY. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta
Mudjiono.(2009).Belajar dan Pembelajaran.Jakarta: Rineka Cipta
NCTM. (2000). Principles and Standards for School Mathematics. Tersedia :
http://www.k12academics.com/education-reform.
Diakses
:
20
September 2014.
Nurbaidhia’ah. (2010). Perbedaan Hasil Belajar Siswa Dengan Menggunakan
Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS Dan Tipe STAD Pada Pokok Bahasan
Persamaan Kuadrat Di Kelas X SMA Al-Washliyah 1 Medan Tahun Ajaran
2010/2011. Skripsi. Medan: UNIMED
Nurhadi,dkk.(2003). Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam
KBK.Malang: Universitas Negeri Semarang
82
Sanjaya,Wina.(2011). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Saputri, Andrayana.(2013). Perbedaan Hasil Belajar Siswa Yang Diajar Dengan
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Piar Share (TPS) Dan Tipe
Student Team Achievement Divisiaon (STAD) Pada Materi Relasi Dan
Fungsi Di Kelas VIII SMP Swasta Brigjend Katamso Medan Tahun Ajaran
2013/2014. Skripsi. Medan:UNIMED
Sinaga, Sakiben.(2009). Perbedaan Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematika Siswa Yang Diajar Dengan Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS
Dan Tipe STAD Di Kelas X SMK-BM Raksana Medan T.A 2009/2010.
Skripsi. Medan:UNIMED
Sipangkar, Teodora.(2012). Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis
Siswa Melalui Model Pembelajaran Think Pair Share di kelas VIII SMP
Swasta St.Thomas 3 Medan Tahun Ajaran 2011/2012. Skripsi.
Medan:UNIMED
Slavin,R,E. (2005). Cooperative
Bandung:Nusa Dua
Learning
Teori,
Riset
dan
Praktik.
Soedjadi ,R. (2000). Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia. Dirjen Pendidikan
Tinggi Departemen Pendidian Nasional.
Solikhah, Umdatus. (2012). Meningkatkan kemampuan komunikasi matematis
siswa smp melalui penerapan metode accelerated learning Document
Transcript. Jurnal UPI. Bandung:Universitas Pendidikan Indonesia
Sudjana.(2002). Metoda Statistika.Tarsito:Bandung
Sugiono.(2009). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif
dan R&D. Bandung : Alfabeta.
Suhaedi,Didi. (2012). Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa
smp Melalui Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik. Jurnal UIB.
Bandung: Universitas Islam Bandung
Suherman, E. (2001). Strategi Belajar Mengajar Matematika. Jakarta: Penerbit
Universitas Terbuka Depdikbud.
Sumardyono. (2004). Karakteristik Matematika dan Implikasinya Terhadap
Pembelajaran Matematika. Yogyakarta : Departemen Pendidikan Nasional.
Trianto. (2009). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif dan Progresif.
Jakarta:Kencana Prenada Media Group.
Umar, Wahid. 2012. Membangun Kemampuan Komunikasi Matematis Dalam
Pembelajaran Matematika. Jurnal Ilmiah Program Studi Matematika
STKIP Siliwangi Bandung / Vol 1, No.1, Februari 2012.
ii
RIWAYAT HIDUP
Sundut Azhari Hasibuan lahir di Aer Bale, 29 Desember 1991. Ayah
bernama Ranto Baringin, Ibu bernama Deliner Harahap dan merupakan anak
pertama dari dua bersaudara. Pada tahun 1998 penulis masuk SD Negeri 148053
Ujung Batu/Aer Bale dan lulus pada tahun 2004. Pada tahun 2004 penulis
diterima di SMP Negeri 1 Sosa dan lulus pada tahun 2007. Selanjutnya penulis
bersekolah di SMA Negeri 1 Sosa dan selesai pada tahun 2010. Pada tahun 2010
penulis melanjutkan pendidikan di Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas
MIPA UNIMED dan lulus pada tahun 2015.
BELAJAR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
THINK PAIR SHARE (TPS) DAN TIPE STUDENT TEAM
ACHIEVEMEN DIVISION DI SMA NEGERI 1
SOSA TAHUN AJARAN 2014/2015
Oleh :
Sundut Azhari Hasibuan
NIM. 4101111051
Program Studi Pendidikan Matematika
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2015
i
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, atas segala rahmat
dan karunia-Nya yang senantiasa dianugrahkan kepada penulis sehingga skripsi
ini dapat diselesaikan dengan baik sesuai waktu yang direncanakan.
Skripsi berjudul “Perbedaan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa yang
Belajar dengan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dan tipe
Students Team Achievement Division (STAD) di SMA Negeri 1 Sosa Tahun Ajaran
2014/2015”, disusun untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Matematika,
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Unimed.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada:
Ibu Dr. Izwita Dewi, M.Pd sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah banyak
memberikan bimbingan dan saran - saran kepada penulis sejak awal sampai
selesainya penulisan skripsi ini. Ucapan terimakasih juga disampaikan kepada
Bapak Drs. Zul Amry, M.Si,Ph.D, Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si, dan Ibu Dra.
Nerly Khairani, M.Si. yang telah memberikan masukan dan saran dalam
penyusunan skripsi ini. Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada Bapak
Prof. Dr. Hasratuddin, M.Pd selaku dosen Pembimbing Akademik, kepada Bapak
Prof. Dr. Ibnu Hajar, M.Si, selaku Rektor Unimed, Bapak Prof. Drs. Motlan,
M.Sc, Ph.D, selaku Dekan FMIPA Unimed, dan Bapak Dr. Edy Surya, M.Si,
selaku Ketua Jurusan Matematika. Serta Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si selaku
Sekretaris jurusan dan Bapak Drs. Zul Amry, M.Si, Ph.D selaku Ketua Prodi
Jurusan Matematika FMIPA Unimed yang telah membantu penulis.
Penghargaan juga disampaikan kepada Bapak Drs. Parluhutan Siregar
selaku Kepala Sekolah dan Ibu Siti Masgorgor, S.Pd , Ibu Astita Siregar, S.Pd
selaku guru mata pelajaran matematika di SMA Negeri 1 Sosa yang telah
membantu selama penelitian. Teristimewa penulis sampaikan terima kasih kepada
Ayahanda R. Baringin, Ibunda tersayang D. Harahap, dan Adinda Ahmad Zuhri
Hasibuan yang selalu memberikan dorongan beserta seluruh keluarga besar yang
sudah berdoa, memberikan kasih sayang yang dalam dan dorongan semangat serta
dana kepada penulis dalam menyelesaikan studi di Unimed.
v
Terima kasih juga penulis ucapkan kepada teman-teman terbaikku, temanteman seangkatan 2010 yang tidak bisa disebutkan namanya satu per satu,
khususnya buat kelas C Reguler. Terima kasih juga buat teman-teman kos di Jl.
Tombak No. 53 serta teman-teman PPL, adik-adik junior dan kakak-kakak senior
di jurusan Matematika Unimed yang selalu memberi doa, mendukung dan
menemani penulis dalam suka maupun duka.
Penulis telah berupaya dengan semaksimal mungkin dalam penyelesaian
skripsi ini, namun penulis menyadari masih banyak kelemahan, baik isi maupun
tata bahasa, karenanya penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Kiranya skripsi ini bermanfaat dalam
memperkaya ilmu pendidikan.
Medan,
Penulis,
Maret 2015
Sundut Azhari Hasibuan
NIM. 4101111051
iii
PERBEDAAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA YANG
BELAJAR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
THINK PAIR SHARE (TPS) DAN TIPE STUDENT TEAM
ACHIEVEMEN DIVISION DI SMA NEGERI 1
SOSA TAHUN AJARAN 2014/2015
Sundut Azhari Hasibuan (NIM 410111051)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah kemampuan komunikasi
matematis siswa yang belajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair
Share (TPS) lebih baik dari kemampuan komunikasi matematis siswa yang belajar
dengan tipe Students Team Achievement Division (STAD) di SMA Negeri 1 SOSA Tahun
Ajaran 2014/2015.
Penelitian ini merupakan penelitian quasi experimental dengan populasi seluruh
siswa kelas X SMA Negeri 1 SOSA Tahun Ajaran 2014/2015, sebagai sampel diambil
dua kelas secara acak yaitu satu sebagai kelas eksperimen I dan satu sebagai kelas
eksperimen II. Kelas eksperimen I diberikan pembelajaran matematika dengan model
pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dan kelas eksperimen II dengan
model pembelajaran kooperatif tipe Students Team Achievement Division (STAD). Data
hasil penelitian dianalisis menggunakan uji statistik-t. Aspek kemampuan komunikasi
matematis yang diukur adalah aspek drawing/menggambar (membuat gambar dan
membacai gambar), aspek writing text/menjelaskan, dan aspek mathematical expression
(mengekspresikan).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai rata-rata selisih kemampuan
komunikasi matematis siswa di kelas eksperimen I sebesar 2,6544, dengan rincian ratarata selisih kemampuan membuat gambar sebesar 2,7941, membaca gambar sebesar
2,7647, sedangkan kemampuan menjelaskan dan mengekspresikan berturut-turut sebesar
2,7054 dan 2,3525. Rata-rata selisih kemampuan komunikasi matematis siswa di kelas
eksperimen II sebesar 2,1357, dengan rincian rata-rata selisih kemampuan membuat
gambar sebesar 2,3143 membaca gambar sebesar 2,2286, sedangkan kemampuan
menjelaskan dan mengekspresikan berturut-turut sebesar 2,2 dan 1,8.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa kemampuan
komunikasi matematis siswa yang belajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe
Think Pair Share (TPS) lebih baik dari kemampuan komunikasi matematis siswa yang
belajar dengan tipe Students Team Achievement Division (STAD) di SMA Negeri 1 SOSA
Tahun Ajaran 2014/2015.
vi
DAFTAR ISI
Halaman
Lembar Pengesahan
i
Riwayat Hidup
ii
Abstrak
iii
KataPengantar
iv
Daftar Isi
vi
Daftar Gambar
viii
Daftar Tabel
ix
Daftar Lampiran
xi
BAB I : PENDAHULUAN
1
1.1.Latar Belakang Masalah
1
1.2.Identifikasi Masalah
6
1.3.Batasan Masalah
7
1.4.Rumusan Masalah
7
1.5.Tujuan Penelitian
7
1.6.Manfaat Penelitian
7
1.7. Defenisi Operasional
8
BAB II TINJAUAN TEORITIS
10
2.1.Kerangka Teoritis
10
2.1.1. Hakekat Matematika
10
2.1.2. Kemampuan Komunikasi Matematis
14
2.1.2.1.Pengertian Komunikasi
14
2.1.2.2.Komunikasi Matematis
16
2.1.2.3.Kemampuan Komunikasi Matematis
17
2.1.3. Model Pembelajaran Kooperatif
20
2.1.3.1.Model Pembelajaran
20
2.1.3.2.Model Pembelajaran Kooperatif
21
2.1.3.3.Model Pembelajaran Kooperatif tipe TPS
23
2.1.3.4.Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD
24
2.1.4. Materi Grafik Fungsi Kuadrat
31
2.2.Kerangka Konseptual
41
2.3.Penelitian yang Relevan
42
vii
2.4.Hipotesis Penelitian
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN
44
45
3.1.Tempat dan Waktu Penelitian
45
3.2.Populasi dan Sampel
45
3.2.1. Populasi Penelitian
45
3.2.2. Sampel Penelitian
46
3.3.Variabel Penelitian
46
3.4.Jenis dan Desain Penelitian
46
3.5.Prosedur Penelitian
47
3.6.Instrumen Pengumpulan Data
49
3.6.1. Validasi Ahli Terhadap Instrumen Penelitian
50
3.6.2. Uji Coba Instrumen Penelitian
50
3.7.Tehnik Analisa Data
57
3.7.1. Tehnik Analisa Data Awal
57
3.7.2. Tehnik Analisa Data Akhir
57
BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN
62
4.1 Deskripsi Hasil Penelitian
4.1.1
4.1.2
62
Data Kemampuan komunikasi matematis awal (pre-test) 62
Data Kemampuan komunikasi matematis akhir (post-test)66
4.2 Uji Persyaratan Data
71
4.2.1
Uji Normalitas
71
4.2.2
Uji Homogenitas
71
4.3 Uji Hipotesis
73
4.4 Pembahasan
76
4.4.1 Perbedaan Kemampuan Komunikasi Matematis Yang Belajar
dengan TPS dan STAD
76
4.4.2 Faktor Pembelajaran
78
4.4.3 Keterbatasan Penelitian
78
BAB V : KESIMPUALAN DAN SARAN
80
5.1 Kesimpulan
80
5.2 Saran
80
DAFTAR PUSTAKA
81
ix
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1. Perhitungan Skor Perkembangan Individu
27
Tabel 2.2. Perhitungan Skor Perkembangan Kelompok
27
Tabel 2.3. Keunggulan Model Pembelajaran TPS dan STAD
29
Tabel 3.1. Jadwal Penelitian
45
Tabel 3.2. Populasi Penelitian
45
Tabel 3.3. Desain Penelitian two group
46
Tabel 3.4. Hasil Validasi Tes Kemampuan Komunikasi Matematis
50
Tabel 3.5. Hasil Validasi Uji Coba Inetrumen
51
Tabel 3.6. Klasifikasi Reliabilitas
52
Tabel 3.7. Klasifikasi Indeks Kesukaran
53
Tabel 3.8. Hasil Indeks Kesukaran
53
Tabel 3.9. Klasifikasi Daya Pembeda
54
Tabel 3.10. Hasil Daya Pembeda
54
Tabel 3.11. Rekapitulasi Hasil Analisis Instrumen Keseluruhan
55
Tabel 3.12. Indikator Kemampuan Komunikasi Matematis
55
Tabel 3.13. Pedoman Pemberian Skor Kemampuan Komunikasi
56
Tabel 4.1. Rekaitulasi Hasil Pre-test Eksperimen I
63
Tabel 4.2. Predikat Hasil Pre-test Eksperimen I
63
Tabel 4.3. Rekaitulasi Hasil Pre-test Eksperimen II
64
Tabel 4.4. Predikat Hasil Pre-test Eksperimen II
65
Tabel 4.5. Rekaitulasi Hasil Post-test Eksperimen I
66
Tabel 4.6. Predikat Hasil Post-test Eksperimen I
67
Tabel 4.7. Rekaitulasi Hasil Post-test Eksperimen II
68
Tabel 4.8. Predikat Hasil Post-test Eksperimen II
68
Tabel 4.9. Hasil Analisis Normalitas Data Penelitian
71
Tabel 4.10. Hasil Analisis Homogenitas Data Penelitian
72
Tabel 4.11. Hasil Uji Perbedaan Kemampuan Membuat Gambar
73
Tabel 4.12. Hasil Uji Perbedaan Kemampuan Membaca Gambar
74
Tabel 4.11. Hasil Uji Perbedaan Kemampuan Menjelaskan
74
Tabel 4.11. Hasil Uji Perbedaan Kemampuan Mengekspresikan
75
Tabel 4.11. Hasil Uji Perbedaan Rata-Rata Total Kemampuan
75
viii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 3.1. Skema Prosedur Penelitian
49
Gambar 4.1. Persentase Perolehan Predikat Nilai Pre-test Eksperimen I
64
Gambar 4.2. Persentase Perolehan Predikat Nilai Pre-test Eksperimen II 65
Gambar 4.3. Persentase Perolehan Predikat Nilai Post-test Eksperimen I 67
Gambar 4.4. Persentase Perolehan Predikat Nilai Post-test Eksperimen II 69
Gambar 4.5. Perbandingan Nilai Pre-test-Post-test Eksperimen I
69
Gambar 4.6. Perbandingan Nilai Pre-test-Post-test Eksperimen II
70
Gambar 4.7. Perbandingan Selisih Pre-test-Post-test Eksperimen I dan II 70
x
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Silabus
83
Lampiran 2. RPP 1 Kelas Eksperimen 1
87
Lampiran 3. RPP 2 Kelas Eksperimen 1
92
Lampiran 4. RPP 3 Kelas Eksperimen 1
98
Lampiran 5. RPP 1 Kelas Eksperimen 2
103
Lampiran 6. RPP 2 Kelas Eksperimen 2
108
Lampiran 7. RPP 3 Kelas Eksperimen 2
114
Lampiran 8. LAS 1
119
Lampiran 9. LAS 2
124
Lampiran 10. LAS 3
128
Lampiran 11. Perhitungan Skor Perkembangan Individu Kelas STAD
132
Lampiran 12. Kisi-Kisi Komunikasi Matematis
133
Lampiran 13. Pedoman Pemberian Skor Kemampuan Komunikasi
134
Lampiran 14. Kisi-Kisi Tes dan Butir Soal Komunikasi
135
Lampiran 15. Lembar Soal Pre-Test
136
Lampiran 16. Alternatif Jawaban Pre-Test
138
Lampiran 17. Lembar Soal Pos-Test
141
Lampiran 18. Alternatif Jawaban Pos-Test
143
Lampiran 19. Hasil Uji Coba Instrumen
147
Lampiran 20. Analisis Validitas Uji Coba
148
Lampiran 21. Analisis Realibilitas
149
Lampiran 22. Analisis Indeks Kesukaran Soal
150
Lampiran 23. Analisis Daya Beda
152
Lampiran 24. Daftar Nilai Pre-test Kelas Eksperimen I
155
Lampiran 25. Daftar Nilai Pre-test Kelas Eksperimen II
156
Lampiran 26. Daftar Nilai Post-test Kelas Eksperimen I
157
Lampiran 27. Daftar Nilai Post-test Kelas Eksperimen II
158
Lampiran 28. Perbandingan Pre-test dan post-test Eksperimen I dan II
159
Lampiran 29. Hasil Uji Normalitas Kelas Eksperimen I
160
xi
Lampiran 30. Hasil Uji Normalitas Kelas Eksperimen II
161
Lampiran 31. Hasil Uji Homogenitas
162
Lampiran 32. Hasil Uji Hipotesis
163
Lampiran 33. Hasil Validasi Instrumen
164
Lampiran 34. Tabel Harga Kritis r Product Momen
165
Lampiran 35. Tabel Nilai Kritis Uji Lilliefors
166
Lampiran 36. Tabel Distribusi F
167
Lampiran 37. Tabel Nilai Kritis t
168
Lampiran 38. Foto Penelitian
169
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang sangat penting dan
berperan dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Berbagai aplikasi
matematika dapat digunakan untuk memecahkan masalah kehidupan sehari-hari.
Seperti diungkapkan Cornelius (dalam Abdurrahman, 2009 ) bahwa :
Lima alasan perlunya belajar matematika karena matematika merupakan
(1) sarana berpikir yang jelas dan logis, (2) sarana untuk memecahkan
masalah kehidupan sehari-hari, (3) sarana mengenal pola-pola hubungan
dan generalisasi pengalaman, (4) sarana untuk mengembangkan
kreativitas. Dan (5) sarana untuk meningkatkan kesadaran terhadap
perkembangan budaya.
Matematika sebagai ilmu yang sangat penting harusnya menjadi pelajaran
yang disenangi oleh siswa yang sedang mempelajarinya. Namun, pada
kenyataannya matematika termasuk pelajaran yang tidak disukai banyak siswa.
Ketakutan-ketakutan dari siswa tidak hanya disebabkan oleh siswa itu sendiri,
melainkan kurangnya kemampuan guru dalam menciptakan situasi yang dapat
membawa siswa tertarik pada matematika. Penyebab utama dari kegagalan dari
seorang guru dalam menjalankan tugas mengajar di depan kelas adalah
kedangkalan pengetahuan guru terhadap siapa siswa dan bagaimana cara
belajarnya. Sehingga setiap tindakan pembelajaran yang diprogramkan justru
lebih banyak kesalahan daripada kebenaran dari kebijakan yang diambil. Akibat
ketakutan-ketakutan siswa tersebut maka tujuan pendidikan matematika tidak
tercapai. (Bahri: 2011)
Komunikasi merupakan bagian penting dalam setiap kegiatan manusia.
Setiap saat orang melakukan kegiatan kumunikasi. Untuk dapat berkomunikasi
secara baik orang memerlukan bahasa. Matematika merupakan salah satu bahasa
yang juga dapat digunakan dalam berkomunikasi. Tetapi kenyataannya banyak
siswa yang mengalami kesulitan dalam bermatematika. Matematika dianggap
sebagai barang mewah, dimana wajar kalau banyak orang yang tidak mampu
2
memilikinya. Dilain pihak, siswa-siswa yang cerdas dalam matematika seringkali
kurang mampu menyampaikan hasil pemikirannya. Mereka kurang mampu
berkomunikasi dengan baik, seakan apa yang mereka pikirkan hanyalah untuk
dirinya sendiri. Suatu keadaan yang sangat kontradiksi, dimana matematika itu
sendiri merupakan bahasa, tatapi banyak siswa yang kurang mampu
berkomunikasi dengan matematika. (Armiati:2009)
Komunikasi diperlukan dalam proses pembelajaran di sekolah. Dalam hal
ini komunikasi sangat diperlukan siswa dalam berinteraksi dengan siswa lain
maupun dengan guru. Bila seorang siswa mampu menguasai komunikasi belajar
dengan baik, maka hal ini akan berdampak positif pada hasil belajar siswa itu
sendiri. Hal ini sesuai dengan pendapat Umar (2012) yang menyatakan bahwa
“kemampuan komunikasi merupakan aspek yang sangat penting yang perlu
dimiliki oleh siswa yang ingin berhasil dalam studinya”.
Kemampuan
komunikasi
matematis
siswa
sangat
perlu
untuk
dikembangkan, karena melalui komunikasi matematis siswa dapat melakukan
organisasi berpikir matematisnya baik secara tulisan, siswa bisa memberi respon
dengan tepat, baik di antara siswa itu sendiri maupun antara siswa dengan guru
selama proses pembelajaran berlangsung. Komunikasi matematis berperan untuk
memahami ide-ide matematis secara benar. Siswa yang memiliki kemampuan
komunikasi matematis yang baik, cenderung dapat membuat berbagai representasi
yang beragam, sehingga lebih memudahkan siswa dalam mendapatkan alternatifalternatif penyelesaian berbagai permasalahan matematis. (Suhaedi:2012)
Tujuan pendidikan matematika yang dirumuskan oleh National Council of
Teachers of Mathematics (NCTM:2000) (dalam Ansari :2009) yang dikenal
dengan kemampuan matematis (mathematical Power) yaitu:
1. Kemampuan pemecahan masalah (problem solving)
2.
Kemampuan penalaran (reasoning)
3.
Kemampuan berkomunikasi (communication)
4.
Kemampuan membuat koneksi (connection)
5.
Kemampuan representasi (representation).
3
Salah satu tujuan tersebut adalah kemampuan untuk berkomunikasi secara
matematis. Kemampuan komunikasi matematis dapat diartikan sebagai suatu
kemampuan siswa dalam
menyampaikan sesuatu ide atau gagasan yang
diketahuinya secara matematis melalui tulisan yang terjadi di lingkungan kelas
Komunikasi tersebut dapat berlangsung antara siswa dengan guru, siswa dengan
siswa ataupun siswa dengan buku.
Menurut Baroody (Ansari,2009) sedikitnya ada 2 alasan penting yang menjadikan
komunikasi dalam pembelajaran matematika perlu menjadi fokus perhatian yaitu
(1) mathematics as language (matematika sebagai bahasa); matematika tidak
hanya sekedar alat bantu berpikir (a tool to aid thinking), alat untuk menemukan
pola, atau menyelesaikan masalah namun matematika juga “an invaluable tool for
communicating a variety of ideas clearly, precisely, and succintly, dan
(2)mathematics learning as social activity; sebagai aktivitas sosial, dengan
adanya interaksi antar siswa, serta dengan guru dalam mengkomunikasikan ide
matematika.
Kendatipun kemampuan komunikasi matematika itu penting, namun
ironisnya,pembelajaran matematika selama ini masih kurang memberikan
perhatian terhadap pengembangan kemampuan ini, sehingga penguasaan
kompetensi ini bagi siswa masih rendah. Hasil penelitian yang dilakukan oleh
Fauzan(2008),
(dalam
Izzati:
2010)
menunjukkan
bahwa
kemampuan
berkomunikasi secara matematis masih menjadi titik lemah siswa dalam
pembelajaran matematika. Jika kepada siswa diajukan suatu pertanyaan, pada
umumnya reaksi mereka adalah menunduk, atau melihat kepada teman yang
duduk di sebelahnya. Mereka kurang memiliki kepercayaan diri untuk
mengomunikasikan ide yang dimiliki karena takut salah dan ditertawakan teman
Lebih jauh Fauzan
(2008) mengemukakan rendahnya kemampuan
komunikasi matematik siswa disebabkan oleh praktik pembelajaran di sekolah
yang menunjukkan adanya “pergeseran” tujuan pembelajaran matematika. Guruguru matematika cenderung “melupakan” tujuan yang tercantum dalam kurikulum
sewaktu merancang pembelajaran. Akibatnya, indikator-indikator pencapaian
yang dirumuskan dalam rencana pembelajaran lebih banyak berbentuk
pemahaman fakta-fakta dan konsep-konsep matematik. Disamping itu, guru juga
lebih terfokus untuk menyajikan materi dan soal-soal yang kiranya nanti akan
muncul dalam ujian (ujian semester, dan UAN).
4
Hal yang sama juga diungkapkan oleh Nugraha (dalam Solikhah: 2012),
bahwa kemampuan komunikasi matematis siswa masih rendah, Hal ini terbukti
dari hasil penelitian eksperimen yang dilakukannya bahwa kemampuan
komunikasi matematis siswa masih di bawah KKM. Berbagai perlakuan dilakukan
untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis tetapi tidak terdapat
perbedaan peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang signifikan.
Dengan kata lain, pengaruh perlakuan yang diberikan tidak memiliki perbedaan
yang signifikan dalam peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa.
Dalam kegiatan diskusi ada beberapa siswa yang kesulitan dalam menyampaikan
hasil pemikirannya, siswa kurang memahami apa yang disampaikan siswa lain,
siswa hanya mampu menyelesaikan soal sejenis dengan soal yang sudah
diselesaikan oleh guru. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan komunikasi
matematis beberapa siswa masih kurang.
Disamping itu siswa terlihat kurang terampil berkomunikasi untuk
menyampaikan informasi seperti menyatakan ide, mengajukan pertanyaan, dan
menanggapi pertanyaan/pendapat orang lain. Mereka cenderung bersikap
pasif/diam ketika guru mengajukan pertanyaan untuk mengecek pemahaman
siswa, padahal sebenarnya mereka sudah memahami materi yang telah diajarkan
dilihat dari tugas yang diberikan, baik disekolah maupun dirumah. Situasi tersebut
terjadi kemungkinan karena siswa jarang diberikan kesempatan untuk berbicara,
karena kebanyakan guru mengajar siswa dengan yang konvensional seperti model
ceramah dan mencatat di papan tulis.
Ini berarti masih terjadi pelaksanaan proses pembelajaran dikelas jarang
melatihkan dan mengembangkan keterampilan komunikasi dan proses interaksi
antar siswa, seperti bekerja sama, menyatakan ide, mengajukan pertanyaan, dan
menanggapi pertanyaan/pendapat siswa lain. Para guru memang sudah
menerapkan model pembelajaran diskusi, namun yang dilakukan adalah model
pembelajaran diskusi yang konvensial. Dalam mengarahkan diskusi, guru hanya
memberikan sejumlah pertanyaan kepada siswa/kelompok yang memuat hampir
seluruh isi materi yang ada dalam pokok bahasan tersebut, sehingga pola berpikir
5
siswa menjadi tidak berkembang dan tidak dirangsang untuk berpikir kritis. Tentu
paradigma pembelajran ini perlu direnovasi.
Kenyataan yang sama juga ditemukan di SMA Negeri 1 SOSA. Hal ini
ditunjukkan oleh nilai matematika siswa pada tahun ajaran 2013/2014 semester 2
kelas X memilki rata-rata 2,21. Nilai tersebut masih di bawah KKM matematika
yaitu 2,67. Hasil ini menunjukkan kemampuan matematika siswa yang masih
rendah termasuk kemampuan komunikasi matematis yang ada di dalamnya.
Salahh satu faktor yang mempengaruhi hasil tersebut adalah faktor pembelajaran
yang masih bersifat konvensional.
Untuk itu, adapun usaha yang harus dilakukan untuk memperbaiki
kemampuan komunikasi matematis siswa tersebut adalah dengan meningkatkan
kompetensi guru dalam memilih model pembelajaran. Sebaiknya model
pembelajaran yang dipilih adalah yang dapat meningkatkan keterlibatan siswa
dalam proses pembelajaran karena sampai sekarang ini masih banyak siswa yang
mengeluh bahkan menjadikan matematika sebagai momok yang menakutkan.
Sehingga mereka menjadi malas untuk lebih mendalami lagi pelajaran
matematika. Hal ini membuat siswa cenderung kurang aktif yang menyebabkan
perbuatan-perbuatan atau tingkah laku dari siswa kurang terampil dalam
menyampaikan ide dan gagasan mereka.
Berkaitan dengan uraian tersebut maka perlu dipikirkan cara dan strategi
untuk mengatasi permasalahan di atas. Salah satu model pembelajaran yang
diterapkan dalam belajar matematika adalah model pembelajaran kooperatif tipe
Think Pair Share (TPS). Think Pair Share (TPS) pertama kali dikembangkan oleh
Frank Lyman dan koleganya di Universitas Maryland. Menurut Arends (2001)
(dalam Ansari: 2009) Menyatakan bahwa:
”Think Pair Share (TPS) merupakan suatu cara yang efektif untuk
mengganti pola diskusi kelas. Dengan asumsi bahwa semua resitasi atau
diskusi membutuhkan pengaturan untuk mengendalikan kelas secara
keseluruhan, dan prosedur yang digunakan dalam think pair share dapat
memberi siswa lebih banyak waktu untuk berpikir, untuk merespon, dan
untuk saling membantu.”
6
Model pembelajaran yang lain yang dapat diterapkan dalam belajar
matematika adalah model pembelajaran kooperatif tipe Student Team
Achievement Division (STAD). Pembelajaran kooperatif tipe STAD ini
merupakan salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif dengan
menggunakan kelompok-kelompok kecil dengan jumlah anggota tiap kelompok
4-5 orang siswa secara heterogen. Diawali dengan penyampaian tujuan
pembelajaran, penyampaian materi, kegiatan kelompok, kuis, dan penghargaan
kelompok.
Model pembelajaran TPS dan STAD diharapkan dapat memperbaiki
kemampuan komunikasi matematis siswa yang rendah khususnya pada materi
fungsi kuadrat. Mempelajari fungsi kuadrat bukan hanya kemampuan menemukan
kebenaran jawaban akhir dan mutlak tetapi juga untuk memperoleh ketangkasan
dan keterampilan berkomunikasi. Namun, diantara kedua model tersebut pasti
terdapat salah satu model yang lebih baik diterapkan pada materi fungsi kuadrat.
Oleh sebab itu, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul
“Perbedaan kemampuan komunikasi matematis siswa yang belajar dengan
model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dan tipe Student
Team Achievement Division (STAD) di SMA Negeri 1 SOSA Tahun Ajaran
2014/2015.”
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka dapat
diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut:
1. Matematika merupakan pelajaran yang tidak disukai oleh siswa.
2. Kemampuan komunikasi matematis siswa di SMA N 1 SOSA masih
rendah.
3. Siswa tidak terlibat aktif dalam proses pembelajaran.
4. Guru cenderung melupakan tujuan pembelajaran sewaktu merancang
pembelajaran.
5. Model pembelajaran masih bersifat konvensional.
7
6. Proses pembelajaran dikelas jarang melatih dan mengembangkan
keterampilan komunikasi dan proses interaksi antar siswa.
1.3 Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas maka batasan masalah pada
penelitian ini yaitu:
1. Kemampuan komunikasi matematis siswa di SMA N 1 SOSA masih
rendah.
2. Model pembelajaran masih bersifat konvensional.
1.4 Rumusan Masalah
Sesuai pembatasan masalah di atas, maka yang menjadi rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah “Apakah kemampuan komunikasi matematis siswa
yang belajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS)
lebih baik dari kemampuan komunikasi matematis siswa yang belajar dengan tipe
Student Team Achievement Division (STAD) di SMA N 1 SOSA Tahun Ajaran
2014/2015?
1.5 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan
penelitian ini adalah “Untuk mengetahui apakah kemampuan komunikasi
matematis siswa yang belajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe Think
Pair Share (TPS) lebih baik dari kemampuan komunikasi matematis siswa yang
belajar dengan tipe Student Team Achievement Division (STAD) di SMA N 1
SOSA Tahun Ajaran 2014/2015.”
1.6 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1. Bagi guru: Sebagai bahan masukan kepada guru matematika tentang
perbedaan pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dan tipe
Student Team Achievement Division (STAD).
2. Bagi siswa: Sebagai pengalaman belajar dan memberikan variasi
pembelajaran guna meningkatkan kemampuan komunikasi matematis
8
siswa dalam memahami dan menguasai konsep demi mencapai prestasi
yang lebih baik.
3. Bagi peneliti: Sebagai bahan masukan dan bekal ilmu pengetahuan bagi
peneliti dalam mengajar matematika dimasa yang akan datang.
4. Sebagai bahan informasi bagi peneliti lain yang ingin melakukan
penelitian sejenis.
1.7 Defenisi Operasional
Penelitian ini berjudul perbedaan kemampuan komunikasi matematis
siswa yang belajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share
(TPS) dan tipe Student Team Achievement Division (STAD) di SMA Negeri 1
SOSA Tahun Ajaran 2014/2015.
Untuk menghindari kesalahpahaman penelitian ini memberi batasan
definisi operasional sebagai berikut :
1. Think Pair Share merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat variasi
suasana diskusi kelas. Dengan saumsi bahwa semua resitasi atau diskusi
membutuhkan pengaturan untuk mengendalikan kelas secara keseluruhan, dan
prosedur yang digunakan dalam Think Pair Share dapat memberi siswa lebih
banyak waktu berpikir, untuk merespon dan saling membantu. Pada penelitian
ini, Think Pair Share digunakan pada siswa kelompok eksperimen satu.
2. Pembelajaran kooperatif tipe STAD ini merupakan salah satu tipe dari model
pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil
dengan jumlah anggota tiap kelompok 4-5 orang siswa secara heterogen.
Diawali dengan penyampaian materi, kegiatan kelompok, kuis, dan
penghargaan kelompok, STAD digunakan pada siswa kelompok eksperimen
dua.
3. Komunikasi Matematis
Komunikasi
matematis
adalah
suatu
kemampuan
siswa
dalam menyampaikan sesuatu ide atau gagasan yang diketahuinya secara
matematis melalui tulisan yang terjadi di lingkungan kelas.
9
4. Kemampuan komunikasi matematis
Indikator kemampuan komunikasi matematis siswa pada pembelajaran
matematika dapat diukur dengan indikator:
a. Kemampuan menyajikan dan memvisualisasikan masalah matematika ke
dalam gambar dan memaknai gambar,dan menyajikannya dalam
ide
matematika (Drawing).
b. Kemampuan membaca dan menafsirkan data ke dalam model matematika
atau dengan kata lain mengexpresikan ide matematika (Mathematical
Expression).
c. Kemampuan menjelaskan/menulis (Written text) permasalahan matematika
dalam bentuk tulisan dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar.
81
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman.Mulyono.(2009). Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar.
Jakarta: Rineka Cipta
Ansari, Bansu. (2005). Komunikasi Matematik.Banda Aceh: PeNa
Armiati. (2009). Komunikasi Matematis dan Kecerdasan Emosiaonal. Prosiding
UNY. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta
Asmin. (2012). Pengukuran dan Penilaian Hasil Belajar dengan Analisis Klasik
dan Modern. Medan : Larispa.
Bahri,Syaiful.(2011).Psikologi Belajar.Banjarmasin:Rineka Cipta
Badan Standar Nasional Pendidikan. (2006). Standar Isi. Jakarta : BSNP.
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan.
(2012). Pedoman Penulisan Proposal dan Skripsi Mahasiswa Program
Studi Kependidikan FMIPA Universitas Negeri Medan: FMIPA UNIMED
Harianto, Erwin. (2013). Penerapan Model Pembelajaran Tipe Student Team
Achievement Divisiaon (STAD) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa
Kelas VIII Di SMP Trisakti 2 Medan Tahun Ajaran 2012/2013. Skripsi.
Medan: UNIMED
Izzati,Nur.(2010). Komunikasi Matematik dan Pendidikan Matematika
Realistik.Prosiding UNY. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta
Kemendikbud. (2013). Kurikulum 2013. Jakarta : Badan Penelitian dan
Pengembangan.
Hudojo, Herman. (2005). Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran
Matematika. Malang : Universitas Negeri Malang.
Mahmudi, Ali.(2009). Komunikasi Dalam Pembelajaran Matematika. Makalah
UNY. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta
Mudjiono.(2009).Belajar dan Pembelajaran.Jakarta: Rineka Cipta
NCTM. (2000). Principles and Standards for School Mathematics. Tersedia :
http://www.k12academics.com/education-reform.
Diakses
:
20
September 2014.
Nurbaidhia’ah. (2010). Perbedaan Hasil Belajar Siswa Dengan Menggunakan
Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS Dan Tipe STAD Pada Pokok Bahasan
Persamaan Kuadrat Di Kelas X SMA Al-Washliyah 1 Medan Tahun Ajaran
2010/2011. Skripsi. Medan: UNIMED
Nurhadi,dkk.(2003). Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam
KBK.Malang: Universitas Negeri Semarang
82
Sanjaya,Wina.(2011). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Saputri, Andrayana.(2013). Perbedaan Hasil Belajar Siswa Yang Diajar Dengan
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Piar Share (TPS) Dan Tipe
Student Team Achievement Divisiaon (STAD) Pada Materi Relasi Dan
Fungsi Di Kelas VIII SMP Swasta Brigjend Katamso Medan Tahun Ajaran
2013/2014. Skripsi. Medan:UNIMED
Sinaga, Sakiben.(2009). Perbedaan Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematika Siswa Yang Diajar Dengan Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS
Dan Tipe STAD Di Kelas X SMK-BM Raksana Medan T.A 2009/2010.
Skripsi. Medan:UNIMED
Sipangkar, Teodora.(2012). Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis
Siswa Melalui Model Pembelajaran Think Pair Share di kelas VIII SMP
Swasta St.Thomas 3 Medan Tahun Ajaran 2011/2012. Skripsi.
Medan:UNIMED
Slavin,R,E. (2005). Cooperative
Bandung:Nusa Dua
Learning
Teori,
Riset
dan
Praktik.
Soedjadi ,R. (2000). Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia. Dirjen Pendidikan
Tinggi Departemen Pendidian Nasional.
Solikhah, Umdatus. (2012). Meningkatkan kemampuan komunikasi matematis
siswa smp melalui penerapan metode accelerated learning Document
Transcript. Jurnal UPI. Bandung:Universitas Pendidikan Indonesia
Sudjana.(2002). Metoda Statistika.Tarsito:Bandung
Sugiono.(2009). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif
dan R&D. Bandung : Alfabeta.
Suhaedi,Didi. (2012). Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa
smp Melalui Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik. Jurnal UIB.
Bandung: Universitas Islam Bandung
Suherman, E. (2001). Strategi Belajar Mengajar Matematika. Jakarta: Penerbit
Universitas Terbuka Depdikbud.
Sumardyono. (2004). Karakteristik Matematika dan Implikasinya Terhadap
Pembelajaran Matematika. Yogyakarta : Departemen Pendidikan Nasional.
Trianto. (2009). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif dan Progresif.
Jakarta:Kencana Prenada Media Group.
Umar, Wahid. 2012. Membangun Kemampuan Komunikasi Matematis Dalam
Pembelajaran Matematika. Jurnal Ilmiah Program Studi Matematika
STKIP Siliwangi Bandung / Vol 1, No.1, Februari 2012.
ii
RIWAYAT HIDUP
Sundut Azhari Hasibuan lahir di Aer Bale, 29 Desember 1991. Ayah
bernama Ranto Baringin, Ibu bernama Deliner Harahap dan merupakan anak
pertama dari dua bersaudara. Pada tahun 1998 penulis masuk SD Negeri 148053
Ujung Batu/Aer Bale dan lulus pada tahun 2004. Pada tahun 2004 penulis
diterima di SMP Negeri 1 Sosa dan lulus pada tahun 2007. Selanjutnya penulis
bersekolah di SMA Negeri 1 Sosa dan selesai pada tahun 2010. Pada tahun 2010
penulis melanjutkan pendidikan di Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas
MIPA UNIMED dan lulus pada tahun 2015.