Perancangan film dokumenter sejarah gedung new majestic

(1)

SI'RAT KETERANGAN

PENYENAHAN HAK EKSKLUSIF

Bahwa yang bertanda tangan dibawah ini, penulis bersedia :

"Bahwa hasil penelitian dapat dionlinekaa sesuai dengan peraturan yang berlaku" untuk kepertingan . riset.dan pendidikan".

Bandung, 27 Agustus 2013

Penuliq Pembimbing,

@

J*Frhmnozi

FrrM. s19utlt3

Ilrs. Agus

Xehet

Mutyana" M.fu I\ilP. 4202 00103


(2)

LEMBAR PERJ\TYATAAN ORISINALITAS KARYA TUGAS AKHIR

Yang bertanda tangan dibawah ini Nama: Alfian Falrurozi

NIM: 51909183

Program Studi: Desain Komunikasi Visual

Dengan

ini menyatakan

batrwa beserta Laporan Tugas Akhir ini adalah benar merupakan hasil karya sendiri dan bukan duplikasi dari hasil karya orang lain. Pernyataan

ini

saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pemyataan

ini

maka saya bersedia menerima sanlai akademik sesuai dengan aturan yang berlaku.

Bandung, 27 Agustus 2013

Fahnrozi 51909183


(3)

LEMBAR

PENCESAHAN

PERANCANGAN

FILM DOKUMENTER

SEJARAH

GEDUNG

NEW

MAJESTIC

Alfian,Fahrurozi

N[r}r.51909183

Telah disetujui dan disahkan di Bandung sebagai Tugas SlaipsilTA pada tanggal:

17 Agustus 2013

Menyetujui,

Pembimbing

Drs, Asus Rahmat ilIulyana. ilI.Sn NIP. ,4202 ml{X}

n Fakultas

-

f")-Upsair

#ffi

NrP. 4127 70 00 016

Ketua Program Sludi unikasi Yisual

W

*


(4)

Curriculum Vitae

Personal Details

Name : Alfian Fahrurozi

Sex : Male

Place, Date of Birth : Bekasi, 29 January 1990 Nationality : Indonesia

Religion : Islam

Addrress : Jl. Bukit Dago Utara 1 No 402 Dago, Bandung Mobile : +62 85782145200

E-mail : v_ansetia507@yahoo.co.id

Educational Background

1996-2002 : SDN Mustika Jaya IV 2004-2009 : SMA Islam Cipasung 2007-2008 : Sublette High School

2009-Present : Universitas Komputer Indonesia Certificate & Seminar

Visual Arts Center of Fort Hays State University 2008

International Exchange Program from American Field Service 2008 The Western Kansas Scholastic Art Awards 2008

Graphic Design Class Sublette High School Kansas 2008 Konvensional Vs Digital UNIKOM 2010

1001 Senyum UNIKOM

Road to Success of a Movie maker UNIKOM 2011 Judge The Book by Its Cover UNIKOM 2011


(5)

Laporan Pengantar Tugas Akhir

PERANCANGAN FILM DOKUMENTER

SEJARAH GEDUNG NEW MAJESTIC DI JALAN BRAGA

DK 38315/Tugas Akhir Semester II 2012-2013

Oleh :

Alfian Fahrurozi 51909183

Program Studi Desain Komunikasi Visual

FAKULTAS DESAIN

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG


(6)

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan ridho-Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah Kolokium. Makalah ini menjelaskan tentang sejarah gedung New Majestic yang merupakan salah satu bangunan cagar budaya di kawasan jalan Braga, kota Bandung.

Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan mata kuliah Tugas Akhir di jurusan Desain Komunikasi Visual, fakultas Desain. Judul Makalah ini adalah : Sejarah Gedung New Majestic

Penulis mengambil Sejarah Gedung New Majestic sebagai judul Makalah Tugas Akhir karena penulis sangat tertarik dengan keindahan bangunan tersebut yang terdapat di jalan Braga. Gedung ini merupakan salah satu dari sebelas Bangunan Cagar Budaya kelas A yang terdapat di jalan Braga dan memiliki nilai sejarah dan gaya arsitektur yang menarik. Oleh karena itu penulis tertarik untuk menulis Makalah Tugas Akhir tentang Sejarah Gedung New Majestic.

Selama penelitian tentang Sejarah Gedung New Majestic, penulis mendapat banyak sekali pengalaman dan pengetahuan tentang sejarah. Penulis sangat bersyukur kepada Allah SWT atas pengalaman dan pengetahuan yang didapatkan selama meneliti Sejarah Gedung New Majestic.

Penulis berharap semoga Makalah Tugas Akhir ini membantu dan memberikan manfaat bagi semua pembaca dan terhadap diri penulis sendiri dan membantu pihak pihak yang membutuhkan.

Bandung, 2012


(7)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... i

LEMBAR HAK EKSLUSIF ... ii

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRAK ... v

ABSTRACT ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I Pendahuluan ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 2

1.3 Rumusan Masalah ... 3

1.4 Pembatasan Masalah ... 3

1.5 Tujuan Perancangan ... 3

BAB II Film Dokumenter & Bandungan Cagar Budaya New Majestic di Jalan Braga ... 4

2.1 Film Dokumenter ... 4

2.1.1 Pengertian Film Dokumenter ... 4

2.1.2 Tujuan Pembuatan Film Dokumenter ... 4

2.1.3 Perkembangan Film Dokumenter ... 7

2.2 Pengertian Cagar Budaya ... 10

2.2.1 Pembagian Kelas pada Bangunan Cagar Budaya ... 10

2.3 Sejarah Jalan Braga ... 11

2.3.1 Bangunan Cagar Budaya di Jalan Braga ... 13

2.4 Gedung New Majestic ... 14

2.4.1 Sejarah Bangunan ... 14

2.4.2 Perkembangan Bioskop Majestic ... 17


(8)

2.4.4 Data Teknis Bangunan ... 19

2.5 Analisis Masalah ... 21

2.5.1 Kondisi Bangunan Cagar Budaya di Jalan Braga ... 21

2.5.2 Solusi Pemecahan 5W1H+E ... 22

2.5.3 Target Audien ... 23

BAB III Strategi Perancangan dan Konsep Visual ... 25

3.1 Strategi Perancangan ... 25

3.1.1 Pendekatan Komunikasi ... 26

3.1.1.1 Pendekatan Visual ... 26

3.1.1.2 Pendekatan Verbal ... 27

3.1.1.3 Keyword ... 28

3.1.2 Strategi Kreatif ... 28

3.1.3 Strategi Media ... 29

3.1.4 Strategi Distribusi ... 30

3.2 Konsep Visual ... 32

3.2.1 Format Film ... 31

3.2.2 Tata Letak (Layout) ... 32

3.2.3 Tipografi ... 33

3.2.4 Warna ... 35

3.2.5 Musik ... 36

3.2.6 Ide Cerita ... 36

3.2.7 Film Statement ... 37

3.2.8 Storyline ... 37

3.2.9 Shooting List (Sasaran Tembak Kamera) ... 39

BAB IV Teknis Produksi media ... 43

4.1. Perlengkapan ... 43

4.1.1 Perlengkapan Pengambilan Gambar ... 43

4.1.2 Software Penunjang ... 45

4.2 Anggota Tim ... 45

4.3 Proses Pengambilan Gambar ... 46

4.4 Tahap Editing ... 52


(9)

DAFTAR PUSTAKA ... 61 LAMPIRAN ... 62


(10)

DAFTAR PUSTAKA

Kunto, Haryoto. (1986). Semerbak Bunga di Bandung Raya. Bandung: PT. Granesia

Hutagalung, Ridwan & Nugraha, Taufanny. (2008). BRAGA Jantung Parijs van Java. Jakarta: Ka Bandung

Kunto, Haryoto. (1984). Wajah Bandung Tempo Doeloe. Bandung: PT. Granesia

Kartodiwirio, Sudarsono Katam.(2006). Bandung Kilas Peristiwa di Mata Filatelis Sebuah Wisata Sejarah. Bandung: PT Kiblat Buku Utama

Katam, Sudarsono & Abadi, Lulus. (2005). Album Bandoeng Tempo Doeloe. Bandung: Lima Enam Tujuh

Nugroho, Fajar (2007). Cara Pinter Bikin Film Dokumenter. Yogyakarta : Indonesia Cerdas

Richard Barsam (2010). Looking at Movies. New York: W. W. Norton & Company

Departemen Pendidikan Nasional. (2008). Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa

Wawancara :

R.A Goeryama (Pengurus Bandung Heritage, 2012) Dibyo Hartono (Dosen Arsitektur ITB, 2013)

Aji Bimarsono (Ketua Bandung Heritage) Dokumen Film:

Film Bandung Tempo Doeloe (Arsip Paguyuban Pelestarian Budaya Bandung/ Bandung Heritage )


(11)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kota Bandung merupakan salah satu dari tiga kota di dunia yang menyisakan bangunan berarsitektur Art Deco terbesar setelah kota Miami & Mumbai. Hal ini terjadi karena sejarah Kota Bandung yang pernah direncanakan menjadi pusat pemerintahan Hindia Belanda oleh Gubernur Jendral J.P Graaf van Limburg Stirum pada tahun 1916-1921. Walaupun rencana tersebut akhirnya tidak terwujud karena terjadi resesi ekonomi ditahun 1930an, kota ini menjadi salah satu kota yang kaya dengan peninggalan sejarah dan seni budaya bangunan. Salah satu peninggalan bangunan bersejarah yang paling banyak terdapat di kawasan jalan Braga. Menurut R.A Goerjama (Pengurus Bandung Heritage), jalan Braga dulunya bernama jalan Pedati, yaitu jalan penghubung antara Gudang Kopi yang sekarang menjadi balaikota dengan jalan Raya Pos (Jln. Asia Afrika), kemudian pada perkembangan selanjutnya, jalan Pedati berganti nama menjadi

KareenwegBaragaweg dan akhirnya berubah lagi menjadi jalan Braga. Nama jalan Braga berasal dari bahasa Sunda yaitu ngabaraga, yang artinya berjalan menyusuri sisi kiri dan kanan sungai. Adapun sungai yang dimaksud disini adalah sungai Cikapundung yang terletak disebelah barat kawasan jalan Braga. Adapun pendapat lain kata “Braga” berasal dari perkumpulan tonil “Braga” yang didirikan oleh Pieter Sijthoff pada tanggal 18 Juni 1882.

Pada awal tahun 1900 jalan Braga mengalami perkembangan yang sangat pesat, banyak orang Belanda yang membuat toko disepanjang jalan Braga. Sehingga jalan Braga sempat dijuluki “De meest Europeesche winkelstraat van Indie” yang artinya komplek pertokoan Eropa yang paling terkemuka di Hindia (Haryoto Kunto 1984). Oleh karena itu di jalan Braga banyak terdapat bangunan bergaya arsitektur Eropa terutama bangunan bergaya arsitetktur Art Deco.


(12)

Pemerintah kota Bandung pada tahun 2009 mengeluarkan perda No 19 tahun 2009 tentang Kawasan dan Bangunan Cagar Budaya. Dalam perda Kota Bandung No. 19 Bangunan-bangunan yang terdaftar sebagai Bangunan Cagar Budaya di jalan Braga ada 11 bangunan. Diantaranya adalah New Majestic, Apotek Kimia Farma, Aubon Marce, Bank BJB, Dekranas Jabar, LKBN Antara, Gas Negara, Bank Indonesia, Bank BJB Syariah, Centre Point, Landmark. Namun pemerintah kurang berperan dalam pelestarian bangunan-Bangunan Cagar Budaya tersebut, terlihat beberapa bangunan seperti Aubon Marche dan Gedung Gas Negara yang tidak terurus dan dibiarkan kosong.

Namun permasalahan Bangunan Cagar Budaya bukan itu saja, menurut Frances B. Affandy, Executive Director Paguyuban Pelestarian Budaya Bandung atau sering disebut dengan Bandung Heritage Society letak permasalahan konservasi Bangunan Cagar Budaya umumnya bukan pada anggaran atau biaya, melainkan kecintaan serta rasa memiliki. Menurutnya rasa memiliki serta kecintaan akan sejarah itu yang kurang dimiliki oleh generasi sekarang. Bangunan Cagar Budaya tersebut memiliki sejarah penting dalam perkembangan kota Bandung pada saat penjajahan hindia Belanda. Berikut ini adalah hasil survey terhadap pengetahuan masyarakat kota Bandung terhadap bangunan cagar budaya:

Gambar 1.1 Grafik Survey tentang Bangunan Heritage di Jalan Braga Sumber: Dokumen Pribadi

Namun untuk mendapatkan nilai-nilai sejarah, budaya dan pengetahuan tentang Bangunan Cagar Budaya tersebut sulit untuk didapatkan karena belum


(13)

banyaknya media pembelajaran sejarah yang menarik terutama media audio visual Bangunan Cagar Budaya.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan paparan latar belakang masalah dapat di identifikasikan bahwa masyarakat di kota Bandung banyak yang belum mengetahui akan sejarah, budaya, dan pengetahuan tentang Bangunan Cagar Budaya di Bandung khususnya Bangunan Cagar Budaya yang berada di jalan Braga sehingga mereka kurang mempunyai rasa memiliki dan mencintai akan Bangunan Cagar Budaya yang ada di jalan Braga.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan paparan latar belakang diatas, dapat disimpulkan rumusan masalahnya adala sebagai berikut:

• Dari hasil survey yang dilakukan terhadap 70 remaja dikota Bandung 72% belum mengetahui tentang sejarah Bangunan Cagar Budaya yang ada di jalan Braga.

• Perubahan fungsi bangunan menyebabkan sulitnya mengetahui informasi tentang sejarah Bangunan Cagar Budaya tersebut.

• Kurangnya rasa memiliki dan kecintaan yang dimilliki remaja di kota Bandung akan Bangunan Cagar Budaya terutama yang ada di jalan Braga. • Tidak adanya media audio visual untuk menarik pemuda mengetahui

tentang Bangunan Cagar Budaya di jalan Braga

1.4 Pembatasan Masalah

Melihat latar belakang masalah maka pada penelitian ini dititik beratkan pada salah satu objek Bangunan Cagar Budaya yang berada di jalan Braga yaitu Gedung New Majestic. Yang akan dibahas dalam penilitan ini adalah mengenai


(14)

sejarah dan gaya arsitektur dari mulai didirikan tahun 1925 sampai 2012, serta kaitanya dengan kota Bandung dan kawasan Jalan Braga.

1.5 Tujuan Perancangan

Tujuan dari perancangan media informasi audio visual tentang Bangunan Cagar Budaya New Majestic yang ada di jalan Braga ini adalah sebagai berikut:

• Memberikan informasi tentang sejarah, budaya dan ilmu pengetahuan terutama ilmu tentang arsitektur tentang Bangunan Cagar Budaya New Majestic yang berada di jalan Braga pada pemuda kota Bandung. • Dapat mengangkat serta memperkenalkan Bandung sebagai salah satu

kota yang memiliki bangunan Art Deco terbesar di dunia kepada pemuda Bandung, umumnya pemuda Indonesia.

• Setelah remaja mengetahui informasi tentang sejarah, budaya dan ilmu pengetahuan yang ada pada Bangunan Cagar Budaya New Majestic secara mendalam, harapan yang dituju agar masyarakat lebih mencintai dan ikut berperan dalam melestarikannya.


(15)

BAB II

FILM DOKUMENTER & BANGUNAN CAGAR BUDAYA

NEW MAJESTIC DI JALAN BRAGA

2.1 Film Dokumenter

2.1.1 Pengertian Film Dokumenter

Film dokumenter adalah film non fiksi yang merekam tentang realita atau kejadian yang pernah terjadi serta memberikan informasi dan edukasi kepada penonton. Artinya film dokumenter menceritakan tentang suatu keadaan yang sebenarnya terjadi dari mulai orang, tempat dan semua objek yang dibahas dalam film tersebut. Selain mengandung fakta, film dokumenter juga mengandung subyektivitas si pembuatnya. Artinya, apa yang direkam dalam film memang berdasarkan fakta yang ada, namun dalam penyajianya, kita juga memasukan pemikiran-pemikiran, ide-ide dan sudut pandang idealism kita.(Fajar Nugroho, 2007,h.34)

Didalam buku “Looking at Movies an introduction to Film” Ricard Barsam, menuliskan: Film dokumenter pertama kali dibuat oleh John Grieson untuk film Moana (1926) karya Robert Flaherty. Grierson berpendapat dokumenter merupakan salah satu cara kreatif merepresentasikan realitas. Sekalipun Grierson mendapat tentangan dari berbagai pihak, pendapatnya tetap relevan sampai saat ini.

2.1.2 Tujuan Pembuatan Film Dokumenter

Film dokumenter menyajikan realita melalui berbagai cara dan dibuat untuk berbagai macam tujuan. Namun harus diakui, film dokumenter tak pernah lepas dari tujuan penyebaran informasi, pendidikan, dan propaganda bagi orang atau kelompok tertentu. Film dokumenter dibagi menjadi empat dasar pendekatan.


(16)

Yaitu pendekatan faktual, intruksional, persuasif, dan propaganda. Berikut ini adalah penjelasan tentang empat dasar pendekatan film dokumenter:

1. Film faktual

Film faktual termasuk film Nanook of the North yang dibuat pada tahun 1920. Film yang bercerita tentang kehidupan daerah Kanada Artik, memperlihatkan orang, tempat dan diproses dengan cara yang sangat sederhana untuk menghibur dan berpesan tanpa terlalu mempengaruhi penonton atau audien.

Gambar 2.1 Poster Film Nanook of The North

Sumber: Looking at the movies An Introduction to Film “Richard Barsam”Hal 66.

2. Film Intruksional

Film intruksional dibuat untuk memberi pelajaran kepada penonton tentang sesuatu hal yang menarik, lebih dari hanya sekedar membujuk mereka untuk menerima ide tertentu. Sekarang banyak film yang memberikan mengajarkan kepada penonton tentang kemampuan dasar seperti memasak, yoga, atau bermain golf. Dalam pembuatan film ini tidak dibutuhkan penelitian secara mendalam. 3. Film Persuasi


(17)

perubahan. Salah satu contohnya adalah film garapan Davis Guggenheim's yang diangkat dari pendapat Al Gore's tentang pemanasan global kemudian dijadikan sebuah film yang berjudul “An Inconvenient Truth” (2006). Contoh lainnya adalah tentang kesehatan (Sicko, 2007), tentang pengendalian senjata api (Bowling for Columbine, 2002), dan peran Presiden Bush dalam perang di Irak (Fahrenheit 9/11, 2004).

Gambar 2.2 Cover Film An inconvenient Truth Sumber: http://stonehillblogs.org/sustainability/wp-content/uploads/2012/04/an_inconvenient_truth_by_al_gore.jpg

Tanggal Akses: 10 Januari 2013

4. Film propaganda

Propaganda mengandung arti penerangan, pendapat atau paham yang disiarkan dengan maksud mencari pengikut atau bantuan. Film dokumenter jenis ini biasanya ada dalam film persuasi dicampur adukan dengan pesan yang ingin disampaikan sehingga secara sistematis menyebarluaskan kebohongan dan merusak informasi. Film propaganda yang paling terkenal yang pernah dibuat adalah “Triumph of the Will” (1935), direkam dari beberapa acara yang berlangsung pada tahun 1934 tentang Nazi sebagai partai nomor satu


(18)

di Jerman dan kekeliruan yang dijadikan film tersebut sebagai film faktual. Di Indonesia juga pernah beredar film Propaganda Jepang, pada saat itu tentara Dai Nippon telah memproduksi sekitar 350 judul fim propaganda. Saat itu film-film propagada tersebut diputar dibioskop-bioskop. (Richard Barsam, 2010,h.66)

Gambar 2.3 Poster Film Truimph of the Will

Sumber: http://en.wikipedia.org/wiki/File:Triumph_des_Willensposter.jpg Tanggal Akses: 10 Januari 2013

Dari penjelasan tentang dasar-dasar film dokumenter diatas dapat disimpulkan bahwa film dokumenter selalu berpijak pada realita yang ada, dan memiliki sebuah tujuan yang beragam dari mulai penyebaran informasi, pendidikan, persuasi dan propaganda atau menyebarkan sebuah paham.

2.1.3 Perkembangan Film Dokumenter

Kemudian pada perkembangannya muncul beberapa istilah baru dalam film dokumenter, diantaranya adalah sebagai berikut

1. Laporan Perjalanan

Sekarang ini banyak televisi yang membuat program dengan pendekatan dokumenter perjalanan, misalnya Jelajah (Trans TV),


(19)

Jejak Petualang (Trans7), Travel and Living (Discovery Channel) dan sebagainya.

2. Sejarah

Dalam film dokumenter, jenis ini menjadi salah satu yang sangat kental aspek referential meaning-nya (makna yang sangat bergantung pada referensi peristiwanya) sebab keakuratan data sangat dijaga dan hampir tidak boleh ada yang salah baik pemaparan datanya maupun penafsirannya. Sekarang ini di Metro TV sering ditayangkan Metro Files, program dokumenter yang mengupas sejarah yang tidak terungkap di Indonesia.

3. Biografi

Sesuai dengan namanya, jenis ini lebih berkaitan dengan sosok seseorang. Mereka yang diangkat menjadi tema utama biasanya seseorang yang dikenal luas di dunia atau masyarakat tertentu atau seseorang yang biasa namun memiliki kehebatan, keunikan ataupun aspek lain yang menarik. Isinya bisa berupa sanjungan, simpati, krtitik pedas atau bahkan pemikiran sang tokoh.

4. Rekonstruksi

Dokumenter jenis ini mencoba memberi gambaran ulang terhadap peristiwa yang terjadi secara utuh. Biasanya ada kesulitan tersendiri dalam mempresentasikannya kepada penonton sehingga harus dibantu rekonstruksi peristiwanya.

5. Investigasi

Jenis dokumenter ini memang kepanjangan dari investigasi jurnalistik. Biasanya aspek visualnya yang tetap ditonjolkan. Peristiwa yang diangkat merupakan peristiwa yang ingin diketahui lebih mendalam, baik diketahui oleh publik ataupun tidak.

6. Perbandingan & Kontradiksi

Dokumenter ini mentengahkan sebuah perbandingan, bisa dari seseorang atau sesuatu seperti Michael Moore dalam film Sicko (2007) membandingkan kebijakan dan pelayanan kesehatan di Amerika Kesehatan dengan tiga negara maju lainnya, yaitu Kanada,


(20)

Inggris dan Perancis serta satu negara berkembang yang justru tetangga Amerika Serikat sendiri yaitu Kuba.

7. Ilmu Pengetahuan

Film dokumenter genre ini sesungguhnya yang paling dekat dengan masyarakat Indonesia, misalnya saja pada masa Orde Baru, TVRI sering memutar program berjudul Dari Desa Ke Desa ataupun film luar yang banyak dikenal dengan nama Flora dan Fauna.

8. Musik

Film Dokumentasi jenis ini adalah film yang mengabadikan konser musik ataupun perjalanan tur keliling ini biasanya untuk mempromosikan sebuah album.

9. Association Picture Story

Jenis dokumenter ini dipengaruhi oleh film eksperimental. Sesuai dengan namanya, film ini mengandalkan gambar–gambar yang tidak berhubungan namun ketika disatukan dengan editing, maka makna yang muncul dapat ditangkap penonton melalui asosiasi yang terbentuk di benak mereka. Contohnya dalam film Baraka, Fricke mencoba mengangkat aspek kebudayaan manusia dari bentuk primitif hingga modern, bahkan hingga saat manusia merusak alamnya sendiri.

10.Dokudrama

Selain menjadi sub-tipe film, dokudrama juga merupakan salah satu dari jenis dokumenter. Film jenis ini merupakan penafsiran ulang terhadap kejadian nyata, bahkan selain peristiwanya hampir seluruh aspek filmnya (tokoh, ruang dan waktu) cenderung untuk direkonstruksi. Ruang (tempat) akan dicari yang mirip dengan tempat aslinya bahkan kalau memungkinkan dibangun lagi hanya untuk keperluan film tersebut. Begitu pula dengan tokoh, pastinya akan dimainkan oleh aktor yang sebisa mungkin dibuat mirip dengan tokoh aslinya. Salah satu contoh film dokudrama Indonesia adalah tentang Soe Hok Gie yang diproduksi Miles Film, 2005.


(21)

Perkembangan film dokumenter di Indonesia menurut Riri Riza (Sutradara Film) yaitu bahwa semenjak era revormasi memberi banyak peluang kepada pembuat film dokumenter untuk lebih berkembang, mengingat Indonesia ini punya sejarah yang panjang dalam pembentukannya sehingga menjadi negara yang cukup demokratis seperti sekarang ini. Dari hal tersebut banyak sekali subjek yang bisa difilm kan menjadi cerita di dalam film dokumenter. Banyak sekali dari sejarah Indonesia yang dapat ditulis dan kemudian dijadikan episode-episode film dokumenter. Selain bicara soal kesejarahan tetapi ada nilai dramatikanya. Tentu saja ini sebuah peluang untuk film dokumenter untuk lebih berkembang, dan diharapkan dapat membuat perubahan sosial, penyebaran informasi, media untuk pendidikan. Dibanyak negara film dokumenter diputar bukan hanya ditelevisi dan punya nilai jual, tetapi diputar sampai ke bioskop. Di Indonesia kita mempunyai semua itu, stasiun TV dari mulai TV lokal atau daerah sampai TV nasional. Jadi film dokumenter adalah salah satu media yang tepat dan menarik untuk digunakan sebagai media pembelajaran penyampaian informasi terutama yang berkaitan dengan budaya dan sejarah.

2.2 Pengertian Cagar Budaya

Menurut KBBI pengertian Cagar Budaya adalah daerah yang kelestarian hidup masyarakat dan perikehidupannya dilindungi oleh undang-undang karena yang semacam itu sudah sangat jarang terdapat yang diperkirakan sudah hampir punah. Sedangkan pengertian Cagar Budaya menurut UU no 5 tahun 1992, benda Cagar Budaya dibagi dalam 2 jenis yaitu :

1. Benda buatan manusia, bergerak atau tidak bergerak, yang berupakesatuan atau kelompok, atau bagian-bagian atau sisa sisanya, yang berumur sekurang-kurangnya 50 tahun atau mewakili masa gaya yang khas dan mewakili masa gaya sekurang-kurangnya 50 tahun, serta dianggap mempunyai nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan. 2. Benda alam yang dianggap mempunyai nilai penting bagi sejarah, ilmu


(22)

2.2.1 Pembagian kelas pada Bangunan Cagar Budaya

Benda Cagar Budaya dibagi kedalam kelas-kelas berdasarkan kriteria yang dimiliki oleh benda tersebut. Kriteria tersebut adalah benda buatan manusia atau alam yang melewati masa / zaman tertentu sekurang-kurangnya 50 tahun dan dianggap memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Penentuan kawasan dan Bangunan Cagar Budaya di atur oleh PERDA Kota Bandung No : 19 tahun 2009 BAB VII, bagian kesatu, pasal 18 tentang kriteria Bangunan Cagar Budaya, yaitu :

a. nilai sejarah; b. nilai arsitektur;

c. nilai ilmu pengetahuan; d. nilai sosial budaya; e. umur.

Dari kriteria-kriteria diatas kemudian Bangunan Cagar Budaya dibagi menjadi 3 golongan, yaitu:

• Bangunan Cagar Budaya golongan A (Kelas A) Yaitu bangunan yang memenuhi 4 kriteria dari Cagar Budaya.

• Bangunan Cagar Budaya golongan B (Kelas B) Bangunan yang memenuhi 3 kriteria.

• Bangunan Cagar Budaya golongan C (Kelas C) Bangunan yang memenuhi 2 kriteria.

2.3 Sejarah Jalan Braga

Kata Braga menurut Goerjama (Pengurus Bandung Cagar Budaya), Braga berasal dari bahasa Sunda yaitu “ngabaraga” yang artinya berjalan menyusuri sisi kiri kanan sungai. Sungai yang dimaksud disini adalah sungai Cikapundung yang berada di sebelah barat jalan Braga. Ada juga beberapa sumber yang mengaitkan jalan Braga dengan dengan penulis drama dari Portugis yaitu Theifilo Braga (1843-1924), tetapi menurut Goeryama (Pengurus Bandung Cagar Budaya) hal tersebut tidak benar dan tidak ada bukti dari pernyataan tersebut. Penulis tersebut


(23)

tidak pernah singgah ke Bandung, mana mungkin jalan Braga berasal dari nama tersebut. J.P Verhoek (seperti dikutip Haryoto Kunto, 1884) ada juga yang mengaitkan dengan nama Dewa Puisi “Bragi” dalam cerita Mitologi Jerman dan pahlawan bangsa Viking. Tetapi hal tersebutpun tidak berlandaskan bukti-bukti yang ada.

Dari jalan inilah sebenarnya julukan Bandung sebagai “Parijs van Java” berasal. (Haryoto Kunto, 1984, h.296). Jadi dari beberapa pengertian Braga diatas, kata “Baraga” yang berasal dari bahasa Sunda lah yang memiliki landasan yang masuk akal. Karena jalan Braga dahulu adalah jalan yang berada ditepi sungai Cikapundung, tetapi karena dijaman sekarang ini daerah kawasan Braga yang sangat padat, sungai Cikapundung sudah tidak terlihat lagi dari jalan Braga.

Perkembangan jalan Braga dimulai dari tahun 1856, sewaktu bandung menjadi ibukota Priangan, beberapa hunian Eropa dibangun di Jalan Braga, jalan ini masih berupa tanah liat, rumah-rumah masih beratapkan ijuk, rumbia, dan ilalang, yang tidak lama kemudain diganti dengan genteng dan bahan tembok. Hingga tahun 1874 hanya ada enam atau tujuh dengan konstruksi bahan tembok di Jalan Braga. Dibawah ini perkembangan jalan Braga diliat dari perkembangan arsitekturnya:

1893 : Kawasan Jalan Braga mulai menjadi daerah pertokoan yang

terkemuka di Hindia Belanda.

1900 : Penggal Jalan Gereja sampai dengan Jalan Braga merupakan jalan

yang pertama di aspal.

1906 : Diadakan standarisasi dan peraturan bangunan-bangunan toko di Braga:

 Tipe bangunan gaya barat yang semula terbuka diubah menjadi bangunan perdagangan tertutup.

 Bentuk bervariasi mulai dari langgam klasik hingga gaya arsitektur modern.


(24)

1920-1930 : Modernisasi Jalan Braga dengan rencana menjadikannya sebagai pertokoan ekslusif, diadakan juga rencanan Cikapundung Boulevard sebagai penghubung utara dan selatan untuk membebaskan Jalan Braga dari lalu lintas

1937-1939 : Jalan Braga semakin ramai dan padat lalu lintas,kondisi pertokoan mengalami kemajuan pesat dan dijuluki " De meest Europeesche winkelstraat van indie" ( komplek pertokoan paling terkemuka di Hindia)

1942 : Masa pendudukan Jepang. Pengaruh kebijakan yang ada pada saat

itu mengakibatkan merosotnya tingkat perekonomian di Jalan Braga.

1955 : Digelarnya Konferensi Asia-Afrika. Wajah bangunan di Jalan

Braga dipercantik, Braga menjadi kembali ramai dikunjungi.

1960 : Dibangunnya kembali toko Hellerman dengan bentuk lain, mulai

saat itu dapat dikatakan terjadi perubahan di Jalan Braga, dan muncul reklame dan elemen-elemen baru.

1980-Sampai sekarang: Jalan Braga mulai suram, citra Braga yang begitu

dipuja keindahannya, sebagai salah satu kawasan pertokoan elit di Kota Bandung, kini hanya tinggal kenangan.

Gambar 2.4 Suasana Jalan Braga tahun 1937 Sumber: Wajah Bandoeng Tempoe Doeloe (1984)


(25)

Melihat dari perkembangan sejarahnya jalan Braga ini sudah sangat popiler baik di Indonesia maupun di masyarakat International. Kawasan ini merupakan kawasan bersejarah yang menjadi simbol dari kejayaan dan keindahan masa lalu Kota Bandung, bisa dilihat pada gambar diatas menggambarkan suasaa Jalan Braga pada tahun 1937.

2.3.1 Bangunan Cagar Budaya di Jalan Braga

Kota Bandung menurut majalah National Geographic (29 Februari 2013) merupakan salah satu dari tiga kota di dunia yang menyisakan bangunan berarsitektur Art Deco. Tentu saja hal ini erat kaitannya dengan Bangunan Cagar Budaya yang ada di jalan Braga karena di jalan ini banyak sekali banguanan bergaya arsitektur Art Deco yang berdiri. Menurut Perda kota Bandung no 19 tahun 2009 di jalan Braga terdapat sebelas bangunan yang termasuk kategori golongan A. Diantaranya adalah:

1. Gedung New Majestic (Asia Africa Culture Centre) 2. Apotek Kimia Farma

3. Gedung Aubon Marche 4. Bank BJB

5. Gedung Dekranas Jabar 6. LKBN Antara

7. Gedung Gas Negara 8. Bank Indonesia 9. Centre Point 10. Landmark

11. Bank BJB Syariah

Dari sebelas Bangunan Cagar Budaya kelas A diatas, masing-masing memiliki gaya arsitektur dan sejarah yang berbeda-beda. Namun dalam penelitian ini akan dibahas lebih mendalam tentang Gedung New Majestic.


(26)

2.4 Gedung New Majestic 2.4.1 Sejarah Bangunan

Gedung New Majestic pada awalnya dikenal dengan Bioskop Majestic adalah merupakan salah satu elemen tak terpisahkan dari kegemilangan jalan Braga masa lalu. Nama Majestic ini diambil dari bahasa Belanda yang artinya megah. Dipertengahan tahun 1920-an, jalan yang awalnya pada abad 18 hanya merupakan jalan pedat tersebut menjelma menjadi pusat pertokoan yang sangat bergengsi. Banyak para tuan tanah Belanda dan pengelola perkebunan di seputar Bandung (Preanger Planters) yang sedang menikmati keadaan pertumbuhan ekonomi yang pesat di kota Bandung. Karena banyak dari mereka yang membutuhkan sarana untuk berbelanja dan bersantai, maka tumbuhlah pertokoan dan fasilitas hiburan elit Eropa di jalan Braga tersebut. Segala macam perlengkapan kehidupan kalangan atas dapat ditemui di sana, mulai dari toko penjual senapan berburu sampai butik-butik mewah yang menjual pakaian terbaru dari paris. Pakaian-pakaian mode baru yang muncul di paris pada saat itu, dalam hitungan hari sudah muncul sudah dapat ditemui di Braga.

Kemudian pada awal dekade 1920-an, dimintalah Technisch Bereau Soenda untuk melaksanakan pembangunan suatu bioskop berkelas, yang representatif bagi kalangan atas saat itu. Bioskop ini didesain arsitektur Prof.C.P. Wolff Schoemaker, guru besar Technische Hoogeschool te Bandoeng (sekarang ITB), yang karya-karyanya tersebar di seluruh kota Bandung dan sebagian besar masih berdiri sampai saat ini. Gedung yang didirikan awal dekade 1920-an selesai dibangun pada sekitar tahun 1925, kemudian dikenal dengan nama Gedung Bioskop Majestic yang dikelola secara langsung oleh Pemerintahan Belanda pada saat itu.


(27)

Gambar 2.5 Gedung Bioskop Majestic Sumber: komunitas aleut

Letaknya berdampingan dengan Societeit Concordia (Museum Asia Afrika), tepatnya di jalan Braga No.1. Bangunan bergaya Art Deco ini dipadukan dengan ornamen lokal yaitu diambil dari kebudayaan Hindu di Jawa tengah “Batara Kala”. Batara kala adalah ornamen tradisional Hindu Jawa yang banyak dipergunakan pada bangunan-bangunan tradisional. Maksud dari penggunaaan ornamen ini adalah menangkal aspek negatif yang akan masuk kedalam bangunan. Batara kala pada gedung Majestic ini terletak di fasad depan dan diatas pintu masuk utama. Hal ini merupakan upaya Wolff Schoemaker untuk mengadopsi elemen lokal pada bangunan, baik pada eksteriornya maupun interiornya, dimaksudkan agar dapat dengan mudah diterima dan diingat oleh masyarakat setempat. Bentuk luar bagian depan bangunan yang melengkung menyerupai kaleng biskuit, menyebabkan Gedung Majestic ini dijuluki Blikken Trommel (Kaleng Biskuit).


(28)

Gambar 2.6 Ornamen Batara Kala Gedung New Majestic Sumber: Dokumen Pribadi

Bioskop Majestic pada saat itu hanya boleh dimasuki orang-orang Eropa. Seperti halnya gedung Societeit Concordia, dibangunan ini juga tertulis “Verbodden voor Honder en irlander” yang artinya dilarang masuk bagi anjing dan pribumi. Kursi bagi penonton didalamnya dibuat bertingkat, mirip dengan bioskop yang ada dimasa sekarang. Namun yang membedakan tempat duduk adalah harga tiket masuknya. Semakin bawah posisi tempat duduknya maka semakin murah pula harganya. Sedangkan tiket yang paling mahal berada di balkon. Posisi duduk di balkon cukup eksklusif, karena para penonton yang membayar untuk menonton dibalkon akan diposisikan seperti café. Hal ini cukup unik, karena letak duduk lelaki dan perempuan dipisahkan di sisi kanan dan kiri bioskop, meskipun bagi para pasangan yang telah menikah aturan ini dilanggar juga.

Pertunjukkan diadakan hanya pukul 19.30 dan 21.00. Mendekati saat tersebut, pelataran bioskop biasanya sudah ramai oleh berbagai kegiatan, mulai dari pedagang yang menawarkan barangnya hingga orkes yang disewa bioskop untuk memainkan lagu-lagu gembira penarik perhatian. Menjelang film dimulai, orkes mini yang biasanya terdiri atas alat musik biola, gitar, chelo dan tambur ini pindah ke dalam bioskop, untuk memberikan musik latar pada film yang dimainkan. Pertengahan tahun 20-an film bicara belum dikenal di Bandung,


(29)

Pemain-pemain orkes kerap ikut menjadi terkenal, selain karena ditonton banyak orang, juga skill musik yang dimiliki umumnya cukup tinggi. Maklumlah, permainannya harus sangat disesuaikan dengan cerita yang tengah berlangsung di layar.

Film yang diputar, jangan harap berjalan selancar sekarang. Proyektor yang ada hanya cukup untuk memutar satu reel film, yaitu rol film sepanjang sekitar 300 m. dengan durasi 15 menit. Bayangkan saja untuk film sepanjang satu setengah jam pastilah harus ada jeda lima kali sepanjang beberapa menit untuk mengganti reel. Untuk mengisi waktu, biasanya ditayangkan slide waktu itu populer dengan sebutan “gambar mati” reklame dari rekanan bioskop. Masa itu, dengan alasan sopan santun penonton bioskop dibagi menjadi dua bagian, deretan kanan dan kiri menurut menurut jenis kelaminnya. Namun aturan yang longgar ini kerap dilanggar oleh pasangan yang telah menjalin ikatan, dengan alasan takut terpisah saat ramai-ramainya bubar bioskop.

2.4.2 Perkembangan Bioskop Majestic

Pada tahun 31 Desember 1926, bioskop ini juga memutar film lokal pertama di Hindia Belanda, yaitu “Loetoeng Kasaroeng” yang diproduksi oleh NV Java Film Company. Film ini diputar hingga 6 Januari 1927. Film ini dibuat di sekitar Bandung dan Padalarang, pemeran-pemeran di film ini merupakan pribumi terpilih dari golongan priayi yang berpendidikan. Namun, karena sutradara film ini berkebangsaan Belanda, film ini tidak dianggap sebagai film pertama di Indonesia (Hindia Belanda merupakan sebutan bagi Indonesia saat masih dibawah kependudukan Belanda).


(30)

Gambar 2.7 Iklan Film Loetoeng Kasaroeng

Sumber: http://en.wikipedia.org/wiki/File:Loetoeng_Kasaroeng_p67.jpg Tanggal Akses: 10 Januari 2013

Setelah masa kemerdekaan, gedung ini juga masih berfungsi sebagai bioskop bagi masayarakat Indonesia. Bioskop inipun sempat menampilkan film-film bergenre action dari Cina. Namun seiring bermunculannya bioskop-bioskop modern, pada tahun 80-an Majestic mulai ditinggalkan, dan hanya segelintir orang yang menonton sampai pada akhirnya bangunan ini tidak berfungsi sebagai bioskop lagi.

Hingga akhirnya pada tanggal 8 januari 2002 Majestic direvitalisasi menjadi gedung pertemuan dan berganti nama menjadi Asia Africa Cultural Centre (AACC). Selain sebagai tempat pertunjukkan kesenian tradisional, gedung ini juga disewakan untuk kegiatan lainnya. Tidak hanya itu, karena kurangnya ruangan/tempat bagi musisi lokal untuk berkreasi, gedung ini juga digunakan sebagai tempat konser. Dan yang memilukan, pada 9 Februari 2008, 10 orang meninggal saat menonton konser band Beside di gedung ini. Kemudian setelah itu nama Asia Africa Culture Centre berubah lagi menjadi New Majestic sampai sekarang.


(31)

sebagia salah satu elemen fisik spasial pembentuk ruang kota pada kawasan Jalan Braga. Gedung yang beralamat pada Jl. Braga No 1 in termasuk kedalam salah satu Bangunan Cagar Budaya kelas A dan salah satu bagian dari tipologi fisik bentuk bangunan"berjajar" (ensemble) yang ada pada segmen kawasan Jalan Braga bagian selatan. Bangunan yang dibuat oleh arsitektur Prof C.P W Schoemaker ini memiliki ciri khas langgam arsitektur yang mewarisi zamannya, sebagai bentuk pemberontakan terhadap "jajahan" aliran internasionalisme yang dinilai Schoemaker sebagi tidak efisien dan terlalu boros ornamen. Jawabannya ditemui dalam desain arsitektur bangunan ini mengandung elemen-elemen arsitektur (eksterior dan interior) dan seni ukir regional dipadu dengan teknik konstruksi dari barat, dengan tidak kehilangan monumentalitasnya. Sebuah wacana baru yang dikembangkan saat itu, sebagai langgam klasik yang tidak merujuk kepada ornamentasi Yunani dan Romawi, namun sebaliknya menggalinya dari kekayaan arsitektur dalam negeri. Gedung ini, dengan garis-garis vertikal dan horizontal yang menonjol, adalah merupakan salah satu karya penting dari perkembangan arsitektur Art Deco yang menghidupkan kawasan Braga dan sekitarnya pada masa kejayaannnya.

Konsep dari bangunan ini pada awalnya diperuntukan sebagai gedung bioskop tempo dulu, dan secara tidak langsung juga turut mempengaruhi kondisi jumlah lantai, tatanan dan organisasi ruang yang ada di dalam bangunan. Walaupun secara fisik kini fungsi bangunan sebagai balai pertemuan, tetapi secara garis besar hal tersebut tidak terlalu berpengaruh kepada kondisi asli ruang dalam yang ada pada bangunan tersebut seperti pada mulanya. Ruang utama yang ada di dalam bangunan ini sebagaian didominasi oleh ruang area duduk penonton dan panggung pertunjukan, sedangkan ruang-ruang lainnya (ruang proyektor, kantor, ruang service, dll) berfungsi sebagai ruang-ruang penunjang yang ada pada bangunan.

2.4.4 Data Teknis Bangunan


(32)

Nama bangunan : Gedung Bioskop Majestik, Gedung Bioskop Dewi, Gedung Asia Afrika Culural Centre, Gedung New Majestic sampai sekarang.

Lokasi: Jl. Braga No. 1, Kelurahan Braga, Kecamatan Sumur Bandung, Kota Bandung

Umur Bangunan: 88 Tahun

Pemilik: BUMD Jawa Barat

Pengelola: Manajemen Asia Afrika Cultural Center

Fungsi awal: Gedung Bioskop

Fungsi saat ini: Gedung pusat kebudayaan Asia Afrika Arsitek: Prof. C. P. Wolff Schoemaker

Tahun dibangun: 1925

Gaya Arsitektur: Arsitektur Neo-Klasik (Art Deco Ornamental/ Deco El Decorative)

Orientasi massa: Massa bangunan menghadap ke timur (kearah Jl. Braga) Entrance

bangunan:

entrance utama bangunan terletak pada ruang tengah bangunan, sedangkan untuk entrance tambahan berada pada bagian samping kiri dan kanan bangunan.

Luas tanah: ± 700 m2 Luas Bangunan: ± 515 m2 Jumlah lantai: 2 lantai

Tebal bangunan: dinding 2 bata 40 cm (bangunan lama) dinding ½ bata 15 cm (bangunan baru)

Tinggi dinding depan :

Lantai 1=3.5 m, lantai 2=3.5 m dan 4.5 m (bagian depan)

Tinggi atap: 1 m Total tinggi

bangunan :

8 m


(33)

Panjang bangunan :

34.75 m

Bentang antar kolom :

5.5 m

Batas-batas : - Utara : Bangunan Aubon Marche - Selatan : Museum Asia Afrika - Barat : Gedung Merdeka

- Timur : eks Hotel Braga (Sekarang Hotel Ibis Braga)

Tabel 2.1 Data Teknis Bangunan

Dari data sejarah dan data teknis bangunan, gedung New Majestic ini memiliki beberapa alasan mengapa bangunan ini menjadi Bangunan Cagar Budaya kelas A diantaranya adalah:

1. Bangunan New Majestic memiliki nilai sejarah yang penting dalam pembangunan dan perkembangan kota Bandung.

2. Bangunan New Majestic memiliki nilai estetika karena dirancang oleh arsitektur Prof. C.P Wolff Schoemaker.

3. Bangunan New Majestic mewakili gaya arsitektur Neo Klasik (Art Deco Ornamental).

4. Bangunan New Majestic memiliki peranan sebagai elemen bangunan penting dalam suatu kawasan dilihat dari segi visual.

5. Bangunan New Majestic merupakan bangunan langka dan unik dengan bentuk bangunan spesifik “berjajar (ensemble) dalam satu kawasan.

6. Bangunan New Majestic berada dalam kawasan Jalan Braga (Kawasan Pusat Kota) yang merupakan kawasan yang dilindungi pemerintah daerah. 7. Bangunan New Majestic menjadi objek penting dalam penelitian

bidang-bidang ilmu pengetahuan (arsitektur, seni, desain, film, budaya, dll)

8. Bangunan New Majestic berfungsi sebagai gedung pentas/pertunjukan budaya (dahulu sebagai bioskop).


(34)

2.5 Analisis Masalah

2.5.1 Kondisi Bangunan Cagar Budaya di Jalan Braga

Dalam penelitian ini telah dilakukan metode survey yang dimulai pada 28 maret - 5 April 2013 dengan jumlah responden 70 orang yang 70% nya adalah pemuda di kota Bandung. Jumlah pertanyaan dalam survey yang diajukan sebanyak sepuluh pertanyaan yang dianggap ada keterkaitan dengan Bangunan Cagar Budaya di jalan Braga.

Gambar 2.8 Grafik Survey Pengetahuan tentang Sejarah Bangunan Heritage Sumber: Dokumen Pribadi

Dari hasil kuantitatif data yang diperoleh maka dapat ditarik kesimpulan bahwa masyarakat di kota Bandung khususnya pemuda sudah mengetahui apa itu Bangunan Cagar Budaya. Pada umumnya Bangunan Cagar Budaya di kota Bandung banyak berada di kawasan Jalan Braga. Masyarakat menganggap Bangunan Cagar Budaya yang berada di jalan Braga ini harus dilestarikan dan penting untuk dipelajari sejarahnya, terutama dipenelitian ini dikhususkan pada satu Bangunan Cagar Budaya New Majestic. Masyarakat di kota Bandung hanya sekedar mengetahui letak Bangunan tetapi belum mengetahui tentang sejarah dari Bangunan Cagar Budaya New Majestic.


(35)

2.5.2 Solusi Pemecahan 5W1H + E

Dalam pemecahan masalah yang telah di jelaskan pada sub bab sebelumnya, diperlukan sebuah media informasi audio visual berupa film dokumenter tentang Bangunan Cagar Budaya New Majestic untuk memberikan pengetahuan tentang sejarah Gedung New Majestic kepada masyarakat kota Bandung khurusnya para pemuda dan secara tidak langsung untuk melestarikan Bangunan Cagar Budaya di jalan Braga. Dalam hal ini, digunakan metode 5W1H + E sebagai strategi agar informasi yang dikomunikasikan sampai pada penerima pesan dengan efektif, berikut adalah uraiannya:

WHAT

Sejarah jalan Braga dan Bangunan Cagar Budaya New Majestic secara mendalam. Karena Gedung ini merupakan salah satu Bangunan Cagar Budaya kelas A, dan memiliki nilai sejarah,budaya, dan ilmu pengetahuan tentang perkembangan sejarah Kota Bandung.

WHO

Ditujukan kepada pemuda Kota Bandung dengan status sosial menengah ke atas yang peka akan sejarah, dan warisan Cagar Budaya. Karena generasi muda memiliki semangat yang tinggi untuk terus belajar.

WHY

Agar khalayak dapat memahami informasi tentang sejarah Gedung New Majestic lebih mendalam, dan kaitanya dengan sejarah Jalan Braga dan Kota Bandung. Ketika mereka sudah memahami diharapkan dapat mulai membantu melestarikan dan mencintai Bangunan Cagar Budaya New Majestic.

WHERE

Kota Bandung. Karena letak dari Gedung New Majestic berada tepat dipusat kota Bandung dan juga erat kaitannya dengan perkembangan kota Bandung.


(36)

WHEN

Di putar bertepatan dengan acara Braga Festival pada tanggal 27-29 September 2013. Alasannya karena Braga Festival merupakan sebuah festival untuk memperingati ulang tahun kota Bandung dan jalan Braga itu sendiri. Maka sangat tepat pemutaran film dokumenter ini ketika berlangsungnya Braga Festival 2013.

HOW

Melalui film dokumenter sejarah Gedung New Majestic.

EFFECT

Menumbuhkan rasa kecintaan dan pemahaman yang lebih mendalam sehingga masyarakatnya terutama pemuda kota Bandung dapat ikut serta untuk melestarikan salah satu peninggalan bersejarah kota Bandung.


(37)

BAB III

STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL 3.1 Target Audien

Segmentasi dari target masyarakat yang dituju dalam perancangan media informasi film dokumenter ini meliputi beberapa faktor diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Demografis

Dilhat dari segi demografis, sasaran dari perancangan film dokumenter Bangunan Cagar Budaya New Majestic adalah:

 Usia : 18-24 Tahun

 Jenis Kelamin : Laki-laki & Perempuan

 Kelas Sosial : Menengah ke atas

 Pendidikan : Mahasiswa

 Status : Belum Menikah

 Agama : Semua agama

Alasan memilih target audien usia 18-24 tahun adalah karena pada usia ini lebih tertarik pada hal-hal baru, oleh karena itu diharapkan dapat mereka dapat mempelajari sejarah dan budaya yang belum mereka ketahui.

2. Geografis

Dari segi geografis target audien yang disasar dalam film dokumenter ini meliputi kota Bandung dan sekitarnya, namun tidak menutup kemungkinan untuk orang diluar kota Bandung yang ingin mengetahui tentang sejarah Bangunan Cagar Budaya New Majestic.


(38)

Menurut Gunarsa (1989) psikografis pada target audien usia 18-24 tahun adalah sebagai berikut:

 Ketidakstabilan emosi.

 Senang bereksperimentasi dan bereksplorasi.

 Mempunyai banyak fantasi, khayalan dan bualan.

 Kecenderungan membentuk kelompok dan kecenderungan kegiatan berkelompok.

3.2 Strategi Perancangan

Dari hasil survey terhadap tujuh puluh pemuda yang ada di kota Bandung, sebanyak 75% memilih film dokumenter untuk penyampaian informasi tentang Bangunan Cagar Budaya di jalan Braga. Hal ini menunjukan bahwa remaja di kota Bandung lebih menyukai media audio visual dibandingkan media lainnya.

Selain itu, karena Bangunan Cagar Budaya New Majestic ini sejarahnya adalah pernah menjadi salah satu bioskop pertama di kota Bandung, maka film dokumenter menjadi media yang menarik dan tepat untuk penyampain informasi sejarahnya.

Gambar 3.1 Grafik Survey Media yang tepat untuk Penyampaian Informasi tentang Bangunan Cagar Budaya di jalan Braga


(39)

Perancangan Film Dokumenter ini menggunakan teknik penyajian faktual dan persuasi. Teknik faktual digunakan untuk mengungkap tentang sejarah Bangunan Cagar Budaya New Majestic. Sedangkan teknik persuasi digunakan untuk menarik pemuda kota Bandung untuk lebih mencintai dan membangkitkan rasa memiliki mereka akan peninggalan-peninggalan bersejarah yang ada dikota Bandung, khususnya Bangunan Cagar Budaya New Majestic di jalan Braga.

3.1.1 Pendekatan Komunikasi 3.1.1.1 Pendekatan Visual

Dari penjelasan tentang target audien yang dibahas pada bab sebelumnya dapat disimpulkan pendekatan visual yang akan dimunculkan dalam film dokumenter ini adalah gaya cinematografi vintage. Kata vintage dalam Bahasa

Inggris memiliki arti “antik”. Sedangkan dalam dunia fotografi atau cinematografi mengacu pada sesuatu yang sudah tua, oldstyle, gaya kuno, masa lalu, sesuatu yang usang dan berumur. Visual vintage di dominasi warna hijau dan warna-warna pudar yang khas dari foto-foto di jaman dulu dan juga diberi efek

vignetting ditiap-tiap sisinya. Dilihat dari kesannya, warna yang bergaya vintage

ini memberikan kesan kuno dan suasana yang dingin. Tetapi akhir-akhir ini warna

vintage dalam dunia fotografikembali popular dan banyak digemari oleh remaja. Salah satu aplikasi untuk membuat foto terlihat bergaya vintage adalah aplikasi

“Instagram” yang biasa digunakan di Smartphone. Oleh karena itu pendekatan visual film dokumenter Sejarah Gedung New Majestic dengan bergaya vintage

ini sangat tepat selain memberikan kesan kuno terhadap bangunan dan suasana sekitarnya, visual ini juga sedang popular dikalangan anak remaja saat ini jadi dapat menarik dan mudah diterima oleh target audien yang dituju.

Dibawah ini adalah foto gedung De Vries yang berada diujung jalan Braga, dapat dilihat perbedaannya sebelum dan sesudah diberikan efek vintage.


(40)

Gambar 3.2 Foto Gedung De Vries (Sebelum Diberi efek Vintage) Sumber: Dokumen Pribadi

Gambar 3.3 Foto Gedung De Vries (Setelah Diberi efek Vintage)

Sumber: Dokumen Pribadi

3.1.1.2 Pendekatan Verbal

Pendekatan komunikasi dalam film dokumenter ini lebih menitik beratkan pada narasi dan narasumber dengan menggunakan bahasa Indonesia, sehingga film ini akan mudah dan cepat dipahami oleh audien. Adapun narasi dalam film ini untuk menjelaskan cerita secara mendetail dari sebuah peristiwa atau objek yang dibahas dalam film ini. Kemudian narasumber yang dimunculkan dalam film ini adalah narasumber yang berkompeten dibidangnya masing-masing.


(41)

Narasumber tersebut diantaranya adalah perwakilan dari Bandung Cagar Budaya, arsitektur, sejarawan, dan pengamat bioskop di kota Bandung.

Kemudian audio atau lagu yang digunakan adalah lagu tempo dulu agar kesan sejarahnya dalam film ini semakin terasa.

3.1.1.3 Keyword

Keyword atau kata kunci dari film ini adalah “Bioskop tua, Saksi bisu

sejarah.”

3.1.2 Strategi Kreatif

Strategi kreatif yang akan dimunculkan dalam ini adalah menggunakan beberapa teknik pengambilan gambar video timelapse. Video timelapse adalah sekumpulan still foto yang diambil dengan periode yang beraturan untuk menggambarkan proses, pergerakan, atau perubahan suatu objek. lalu diproses editing dengan menambah kecepatan (speed Duration). Misalnya, matahari terbenam atau terbit, pergerakan suasana kota, pergerakan bintang-bintang, siang-malam, dan lain sebagainya. Dalam film ini digunakan untuk memerlihatkan keramaian suasana kota Bandung, jalan Braga dan gedung New Majestic dari sore sampai menjelang malam hari. Dibawah ini adalah contoh pengambilan still foto untuk dijadikan timelapse gedung New Majestic.

Gambar 3.4 Timelapse Gedung New Majestic dari sore ke malam Sumber: Dokumen Pribadi


(42)

3.1.3 Strategi Media

Untuk menyampaikan informasi tentang sejarah Bangunan Cagar Budaya New Majestic ini menggunakan media berupa sebuah film dokumenter.

 Media utama

Media utama yang dipilih adalah film dokumenter yang membahas tentang informasi Bangunan Cagar Budaya New Majestic dari mulai sejarah, gaya arsitektur, dan perkembanganya dari masa kemasa.

 Media Pendukung

Beberapa media pendukung yang dipilih untuk menunjang media utama adalah sebagai berikut:

 Poster

 X Banner

Gambar 3.5 X Banner


(43)

 Diunggah ke media sosial Youtube dan Vimeo (www.youtube.com, www.vimeo.com )

 Media Kreatif

Beberapa media kreatif yang dipilih untuk menunjang media utama adalah sebagai berikut:

 Stiker

Gambar 3.6 Stiker

 Pembatas Buku

Gambar 3.7 Pembatas Buku


(44)

Gambar 3.8 Pin

 Mug

Gambar 3.9 Mug

3.1.4 Strategi Distribusi

Jadwal penyebaran film dokumenter sejarah banguan Cagar Budaya New Majestic dijadwalkan bersamaan dengan diselenggarakannya Braga Festival 2013 yang jatuh pada tangal 27-29 September 2013. Tempat penayangannya di Bus Megaplex. Bus Megaplex merupakan tempat pemutaran film-film independent

karya mahasiswa seluruh kota Bandung. Kemudian karena pembuatan film dokumenter ini bekerjasama dengan Bandung Cagar Budaya, maka film ini akan diputar pada beberapa acara yang akan diadakan oleh Bandung Cagar Budaya sebagai media pembelajaran sejarah Cagar Budaya di kota Bandung.


(45)

Gambar 3.10 Suasana Braga Festival 2013 Sumber: Dokumen Pribadi

3.2 Konsep Visual 3.2.1 Format Film

Format film yang akan digunakan adalah format video digital dengan resolusi full High Definition 1920x1080 pixel berdurasi 17 menit. Karena pemutaran film ini menggunakan media proyektor dan DVD player, maka format film akan dibagi menjadi dua resolusi. Untuk pemutaran dengan proyektor menggunakan resolusi 1920x1280 pixel dengan frame rate 25fps, sedangkan untuk resolusi DVD adalah 720x576 pixel. Studi visual pada film dokumenter ini menggunakan pengembangan pengambilan gambar film dokumenter non-verbal yang berjudul “Samsara” karya Ron Fricke dan Mark Magidson. Penggunaan referensi film tersebut dikarenakan banyak menggunakan teknik pengambilan gambar timelapse. Objek filmnya pun banyak mengambil bangunan-Bangunan Cagar Budaya dan dikombinasikan dengan perkembangan kota tersebut.


(46)

Gambar 3.11 Scene Film Dokumenter “Samsara” Sumber: Film Samsara

Gambar 3.12 Foto Gedung New Majestic Sumber: Dokumen Pribadi

3.2.2 Tata Letak (Layout)

Tata letak dalam film dokumenter ini menggunakan Intersection of thirds (Rule of Thirds). Komposisi Rule of third adalah petunjuk bagaimana caranya mengkomposisikan obyek di satu per tiga bagian dalam foto agar lebih enak dilihat. Tujuannya adalah agar film dokumenter ini terlihat menarik karena komposisi objek tidak selalu harus ada ditengah agar kreatifitas pengambilan gambar objek tidak membosankan untuk ditonton.


(47)

Gambar 3.13 Pembagian komposisi Rule of thirds

Sumber: Dokumen Pribadi

Dan untuk memberikan kesan tentang kemegahan banguan Cagar Budaya New Majestic tentu menggunakan aspek rasio yang lebar agar semua bagian bangunan terekam oleh kamera. Aspek rasio yang digunakan dalam film dokumenter ini adalah 16:9. Saat ini aspek rasio 16:9 merupakan rasio standar untuk film-film yang ditayangkan di bisokop Indonesia.

Sedangkan untuk layout cover dari label DVD film dokumenter ini adalah seperti dibawah ini:

Gambar 3.14 Format Desain Cover DVD Sumber: Dokumen Pribadi


(48)

3.2.3 Tipografi

Tipografi yang digunakan dalam film dokumenter ini adalah huruf-huruf yang bergaya Art Deco, karena dilihat dari gaya arsitektur bangunan New Majestic yang menggunakan Art Deco, dan dipadukan dengan font jenis serif untuk digunakan keterangan nama narasumber, cover DVD dan Manual Book . Maka huruf yang digunakan dalam film ini adalah sebagai berikut:

American Typerwriter

ABCDEFGHIJKLMOPQRSTUVWXYZ

abcdefghijklmnopqrstuvwxyz

1234567890

!@#$%^&*()_-=+

Mouse DecO

ABCDEfghijklmnopqrstuvwxyz

1234567890

!@#$%^&*()_-=+

COPPERPLATE

ABCDEFGHIJKLMNOPQRSTUVWX

YZ


(49)

!@#$%^&*()_-=+

Untuk judul film menggunakan font yang ada di Gedung New Majestic saat ini dan dipadukan dengan huruf Mouse Deco.

Gambar 3.15 Judul Film Dokumenter New Majestic Sumber: Dokumen Pribadi

Penggunaan font Cooperplate pada keterangan nama narasumber diletakan dibagian bawah frame, dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Gambar 3.16 Judul keterangan nara sumber Sumber: Dokumen Pribadi

3.2.4 Warna

Dalam penggunaan warna, digunakan warna-warna vintage yang dapat

menambah kesan klasik dan ciri khas dari objek film. Warna-warna klasik ini dipadu dengan warna-warna yang ada di objek film (Gedung New Majestic). Berikut contoh warna yang digunakan pada film dokumenter:


(50)

Gambar 3.17 Color Picker

Sumber: Dokumen Pribadi

Warna RGB digunakan untuk kepentingan digital, sedangkan warna CMYK digunakan untuk kepentingan cetak.

Penggabungan antara kesan warna klasik dan tipografi Art Deco terlihat

pada judul film dokumenter New Majestic dibawah ini.

Gambar 3.18 Judul Film Dokumenter New Majestic Sumber: Dokumen Pribadi


(51)

Bambang semedhi (2005) Musik dalam film merupakan elemen yang tidak bisa dipisahkan, dan merupakan salah satu elemen yang memperkuat mood,

nuansa, serta efek dramatisasi dalam film sebuah film. Adapun dalam film ini musik dibagi menjadi dua bagian, diantaranya adalah ilustrasi musik dan lagu. Ilustrasi musik digunakan untuk mengiringi narasi dan percakapan narasumber, sedangkan lagu digunakan untuk pengiring pembukaan film. 2011 (hal.77).

Elemen musik yang akan digunakan dalam film ini adalah sebagai berikut: Ilustrasi musik : Musik Kontemporer Instrumental, Musik Belanda di era 1920an Judul lagu : Hallo! Bandung! Karya Willy Derby

3.2.6 Ide Cerita

Membuat film dokumenter tentang Bangunan Cagar Budaya New Majestic yang memiliki nilai sejarah tinggi dan pengaruhnya terhadap perkembangan kota Bandung, serta memperlihatkan secara mendalam tentang ilmu-ilmu yang bisa dipelajari dari Gedung New Majestic dengan tujuan agar masyarakat di kota Bandung, khususnya pemuda di kota Bandung lebih mengetahui tentang sejarah dan ilmu pengetahuan tentang banguan Cagar Budaya.

3.2.7 Film Statement

Bangunan Cagar Budaya New Majestic yang berada di kawasan Cagar Budaya jalan Braga. Apakah pemuda di kota Bandung mengetahui tentang keberadaan Gedung New Majestic? Bila tahu, Apakah pemuda di kota Bandung mengetahui tentang sejarahnya? Apa yang mereka akan lakukan bila mengetahui tentang sejarah Gedung New Majestic? Apabila tidak ada banguan Gedung New Majestic apakah identitas kota Bandung ?

3.2.8 Storyline

Storyline atau alur cerita yang akan dimunculkan dalam film dokumenter ini adalah sebagai berikut:


(52)

Film ini dimulai dengan memperlihatkan suasana kota Bandung ditahun 1900-1940. Ditahun inilah Perkembangan pesat yang terjadi di kota Bandung.

Scene 2:

Scene ini menceritakan tentang keadaan kota Bandung saat ini dengan peninggalan-peninggalan bangunan Cagar Budaya yang tersebar hampir diseluruh kota Bandung.

Scene 3:

Pada scene ini menampilkan narasumber dari Bandung Cagar Budaya, menceritakan sekilas tentang keadaan banguan Cagar Budaya yang ada di kota Bandung, dan upaya pelestarian yang telah dilakukan oleh Bandung Cagar Budaya maupun pemerintah.

Scene 4:

Pembukaan film dokumenter “Heritage of New Majestic” dengan

menampilkan timelapse gedung New Majestic dari sore menjelang malam

kemudian muncul judul film “Heritage of New Majestic”.

Scene 5:

Scene ini merupakan penjelasan sekilas tentang jalan Braga, narasumber yang akan dimunculkan pada scene ini adalah H.RA Goerjama, selaku saksi sejarah jalan Braga yang masih hidup. Visual yang akan dimunculkan pada scene ini adalah suasana Braga zaman pemerintahan Hindia Belanda, berupa video dan slideshow foto. Kemudian setelah menjelaskan sekilas tentang jalan Braga, pembicaraan difokuskan kepada Gedung New Majestic.

Scene 6:

Penjelasan tentang awal berdirinya Gedung New Majestic. Siapa yang arsitektur yang merancangnya? Dan apa fungsi dari gedung New Majestic?. Visual yang dimunculkan pada scene ini adalah foto-foto Gedung New Majestic tempo dulu.


(53)

Scene ini membahas sedikit tentang riwayat tentang arsitek C.P Wolff Schoemaker yang telah berperan penting dalam perkembangan kota Bandung pada bidang arsitektur.

Scene 8:

Pembahasan tentang gaya arsitektur yang digunakan pada gedung New Majestic. Menampilkan visual tentang bagian eksterior, interior dan ornamen-ornamen yang ada pada gedung New Majestic.

Scene 9:

Pembahasan tentang sejarah perkembangan bioskop di kota Bandung dan bioskop New Majestic, kemudian dikaitkan dengan sejarah perfilman nasional. Kemudian perubahan nama gedung New Majestic dari masa ke masa.Visual yang ditampilkan adalah slideshow

Scene 10:

Kesimpulan akan disampaikan oleh ketua dari Bandung Cagar Budaya untuk mengajak masyarakat, khususnya pemuda kota Bandung untuk lebih menjaga dan mencintai Bangunan Cagar Budaya di kota Bandung.

3.2.9 Shooting List (Sasaran Tembak Kamera)

Shooting list atau sasaran tembak kamera adalah daftar gambar atau visual apa saja yang akan ditambilkan dalam film, dan shooting list berdasarkan pada storyline.

Shooting list film dokumenter Gedung New Majestic adalah sebagai berikut:

1. Perkembangan kota Bandung di visualisasikan dengan banyaknya gedung-gedung megah yang dibangun dikota ini pusat kota.

2. Objek wisata Bangunan Cagar Budaya tersebut divisualisasikan dengan menampilkan gedung-gedung bersejarah di kota Bandung antara lain:

a. Gedung Pensil b. Gedung Sate c. Villa Isola d. Bank Indonesia e. Gedung Merdeka


(54)

f. Gedung 3 warna BTPN g. Gereja Bathel

h. Masjid Cipaganti i. Landmark j. Centre Point k. Gedung BJB l. Gas Negara m. De vries

n. Hotel Savoy Homman o. Kimia Farma

3. Narasumber dari Bandung Cagar Budaya, Forum film Bandung, dan Sejarawan. Untuk menjelaskan tentang sejarah gedung New Majestic.

4. Makam Prof. C.P Wolff Schoemaker

5. Gedung New Majestic bagian eksterior dan interior secara mendetail. 6. Ornamen yang ada pada gedung New Majestic secara mendetail.

3.2.10 Storyboard

Storyboard Keterangan

Durasi : 10 Detik

Sound Effect: Springly “Apple

Loops”


(55)

Durasi: 2 Menit 30 Detik

Sound : Hallo Bandung

“Wieteke Van Dort”

Ket: Menampilkan Suasana Kota Bandung diawal tahun 1900-1940

Durasi: 3 Menit

Sound effect: Human Nurture Ket: Menjelaskan tentang Bandung yang merupakan Kota Art Deco terbesar ke 3 di Dunia.

Durasi: 30 Detik

Sound effect: Human Nurture Ket: Suasana keramaian Kota Bandung

Durasi : 1 Menit

Sound effect : Human Nurture Ket: Menjelaskan dari awal pusat kota Bandung


(56)

Durasi: 3 Menit

Sound effect: Human Nurture Ket: Menjelaskan tentang Braga pernah menjadi pusat pertokoan paling elit di Kota Bandung

Durasi: 5 Menit

Sound effect: Human Nurture Ket: Sambutan dan penjelasn dari Ketua Bandung Heritage tentang kota bandung

Durasi: 7 Menit

Sound effect: Human Nurture Ket: Narasumber menjelaskan tentang Sejarah Jalan Braga dan Gedung New Majestic

Durasi: 5 Menit

Sound effect: Human Nurture Ket: Menjelaskan tentang Arsitektur C.P Wolff

Schoemaker dan karya-karya yang telah dia buat.


(57)

Durasi: 2 Menit

Sound effect: Human Nurture Ket: Menjelaskan tentang ornament dan ruangan-ruangan yang ada digedung New Majestic

Durasi: 30 Detik

Sound effect: Pleasure Cooker Ket: Kesimpulan tentang Gedung New Majestic

Durasi: 5 Detik

Sound effect: Pleasure Cooker Ket: Judul Film Heritage of New Majestic. Kemudian muncul credit title.

Tabel 3.1 Storyboard Sumber: Dokumen Pribadi


(58)

BAB IV

TEKNIS PRODUKSI MEDIA 4.1 Perlengkapan

4.1.1 Perlengkapan Pengambilan Gambar Nama Barang Gambar

Sony Nex 5n

Lensa SEL 16 mm F/2.8 Lensa SEL 18-55 mm Lensa SAM 50 mm F/1.8 Lensa SAL 35 mm F/1.8


(59)

GoPro Hero 3

Tripod

SD Card Sandisk 16 GB

Slider

Komputer iMac 24 inch Intel Core2Duo RAM 8Gb

Hardisk 640 GB


(60)

Hardisk 500 GB Hard Disk WD 2TB

Tabel 4.1 Perlengkapan pengambilan Sumber: Dokumen Pribadi

4.1.2 Software Penunjang

 Final Cut Pro X

Digunakan untuk mengedit video dan audio

 iPhoto

Digunakan untuk mengedit slide show  Adobe After Effect CS 4

Digunakan untuk membuat timelapse dan animasi tipografi

 Adobe Photoshop CS 4

Digunakan untuk mengedit foto

 Adobe Ilustrator CS 4

Digunakan untuk membuat media pendukung

 Video Monkey

Digunakan untuk mengkompres video

 Adobe Photoshop Lightroom 3.5

Digunakan untuk editing foto untuk timelapse

4.2 Anggota Tim

 Alfian Fahrurozi : Sutradara, Kameraman, Editor  Hasnah Amini : Kameraman, Desain Grafis


(61)

Proses pengambilan gambar menggunakan kamera mirrorless Sony Nex 5n yang menggunakan sensor CMOS 24x16 mm sehingga pengambilan gambar tidak menggunakan lighting tambahan. Pengambilan gambar menggunakan

long shoot, medium shoot, dan close up. Pengambilan gambar disesuaikan dengan shooting list, yaitu :

Keterangan Gambar

Logo Hi.fivestudio sebagai perusahaan yang memproduksi Heritage of New Majestic Documentary Film

Suasana kota Bandung tahun 1900-1940, didapat dari arsip Bandung Heritage.

Suasana jalan Asia Afrika sebagai pusat hiburan orang belanda pada zaman penjajahan, video didapat dari arsip Bandung Heritage


(62)

Suasana kota Bandung tahun 2013, diambil dengan Handheld.

Contoh bangunan Art-Deco di Bandung, villa ISOLA, bangunan yang berada di Universitas Pendidikan Indonesia, jalan Setiabudi, diambil dengan menggunakan slider untuk mendapatkan efek dramatis. Suasana jalan Asia Afrika pada tahun 2013, sebagai pusat bangunan Art Deco dikota Bandung.

Tugu Nol, di jalan Asia Afrika, sebagai tugu penanda pusat kota Bandung


(63)

Suasana alun alun, untuk menceritakan pusat keramaian kota Bandung yang berada di alun-alun.

Kereta Api, yang merupakan salah satu faktor yang membuat kota bandung lebih ramai.

Perbandingan bangunan majestic sebagai salah satu bangunan heritage yang ada dikota bandung dengan bangunan yang baru dibangun.

Pembukaan oleh Ketua Bandung Heritage Aji Bimarsono,

pengambilan gambar dilakukan di kantor Bandung Heritage jalan RE Martadinata No. 209 Bandung. Pengambilan gambar dilakukan dengan menggunakan 2 kamera untuk mendapatkan angle yang berbeda.


(64)

Narasumber : Bapak Goerjama sebagai sesepuh Bandung Heritage, pengambilan gambar menggunakan 2 kamera untuk mendapatkan angle yang berbeda.

Narasumber : Bapak Dibyo Hartono sebagai dosen Arsitektur ITB, pengambilan gambar

menggunakan 2 kamera untuk mendapatkan angle yang berbeda.

Jalan braga pada pusat hiburan orang belanda sebagai zaman penjajahan

Kota bandung sebagai kota perfilman, dengan film pertama yang diproduksi di kota Bandung, yaitu Loetoeng Kasaroeng.

Bangunan Majestic sebagai bioskop paling elit dizaman penjajahan Belanda yang terletak di jalan Braga.


(65)

C.P Wolff Schoemaker sebagai arsitek bangunan Majestic, video didapat dari arsip Bandung Heritage

Percandian suku Inca yang diadopsi oleh bangunan Art Deco di Amerika

Percandian jawa timur yang diadopsi oleh bangunan Art Deco di Indonesia

Bangunan New Majestic yang mengadopsi bangunan candi Jawa Timur dengan mengadopsi Kala yang merupakan ornament khas percandian Jawa Timur.

Bagian dalam bangunan New Majestic pada tahun 2013, diambil dengan menggunakan slider untuk menghasilkan kesan dramatis pada video


(66)

Bangunan New Majestic pada tahun 2013 yang telah mengalami sedikit perubahan dari bangunan aslinya.

Sulur sulur yang terdapat pada tiang bangunan New Majestic yang berfungsi sebagai hiasan bangunan

Orkestra belanda yang digunakan sebagai penarik perhatian dan juga tampil mengiringi fil ketika sedang diputar.

Gedung New Majestic yang telah beralih fungsi menjadi gedung pertemuan pada tahun 2002.

Gedung majestic yang disegel oleh polisi disebabkan oleh kasus kematian pada saat launching salah satu grup band metal pada tahun 2009


(67)

Gedung New Majestic tampak depan, video ditampilkan dalam bentuk timelapse.

Judul film Heritage of New Majestic yang ditampilkan pada akhir film

Credit title, menjelaskan orang orang yang terlibat dalam pembuatan film.

Tabel 4.2 Pengambilan Gambar Sumber: Dokumen Pribadi

4.4 Tahap Editing

Editing dengan menggunakan


(68)

Tampilan timeline edi ting video dan audio pada software Final Cut Pro X

Panel efek video dan audio

Importing file avchd ke software

Final Cut Pro

Tampilan video yang sudah di import ke software Final Cut Pro X


(69)

Panel library sound effect

Panel library transitions

Panel library titles

Tabel 4.3 Tahap Editing Sumber: Dokumen Pribadi


(70)

Musik yang digunakan pada film ini adalah musik klasik dan music instrumental, antara lain :

1. Hallo Bandoeng By Wieteke Van Dort

2. Human Nurture

3. Pleasure Cooker By Amour

4.5. Perhitungan Biaya Produksi

No Nama Barang Jumlah Harga Satuan Harga Jumlah (RP)

1. Gantungan Kunci 10 10.000 100.000

2. Kotak Tisu 10 7000 70.000

3. Pembatas Buku 10 10.000 100.000

4. Mug 10 25.000 250.000

5. Cover Box DVD 10 3000 30.000

6. Label Box DVD 10 3000 30.000

7. Label DVD 10 2500 25.000

8. Box DVD 10 5000 50.000

9. Buku Keterangan 10 5000 50.000

10. Sewa kamera 2 175.000 350.000

11. Sewa Crew 2 500.000 1.000.000

12. Slider 1 150.000 150.000

Jumlah 2.205.000

Tabel 4.4 Tabel Perhitungan Biaya Produksi Sumber: Dokumen Pribadi


(1)

C.P Wolff Schoemaker sebagai arsitek bangunan Majestic, video didapat dari arsip Bandung Heritage

Percandian suku Inca yang diadopsi oleh bangunan Art Deco di Amerika

Percandian jawa timur yang diadopsi oleh bangunan Art Deco di Indonesia

Bangunan New Majestic yang mengadopsi bangunan candi Jawa Timur dengan mengadopsi Kala yang merupakan ornament khas percandian Jawa Timur.

Bagian dalam bangunan New Majestic pada tahun 2013, diambil dengan menggunakan slider untuk menghasilkan kesan dramatis pada video


(2)

Bangunan New Majestic pada tahun 2013 yang telah mengalami sedikit perubahan dari bangunan aslinya.

Sulur sulur yang terdapat pada tiang bangunan New Majestic yang berfungsi sebagai hiasan bangunan

Orkestra belanda yang digunakan sebagai penarik perhatian dan juga tampil mengiringi fil ketika sedang diputar.

Gedung New Majestic yang telah beralih fungsi menjadi gedung pertemuan pada tahun 2002.

Gedung majestic yang disegel oleh polisi disebabkan oleh kasus kematian pada saat launching salah satu grup band metal pada tahun 2009


(3)

Gedung New Majestic tampak depan, video ditampilkan dalam bentuk timelapse.

Judul film Heritage of New Majestic yang ditampilkan pada akhir film

Credit title, menjelaskan orang orang yang terlibat dalam pembuatan film.

Tabel 4.2 Pengambilan Gambar

Sumber: Dokumen Pribadi

4.4 Tahap Editing

Editing dengan menggunakan


(4)

Tampilan timeline edi ting video dan audio pada software Final Cut Pro X

Panel efek video dan audio

Importing file avchd ke software

Final Cut Pro

Tampilan video yang sudah di import ke software Final Cut Pro X


(5)

Panel library sound effect

Panel library transitions

Panel library titles

Tabel 4.3 Tahap Editing


(6)

Musik yang digunakan pada film ini adalah musik klasik dan music instrumental, antara lain :

1. Hallo Bandoeng By Wieteke Van Dort 2. Human Nurture

3. Pleasure Cooker By Amour

4.5. Perhitungan Biaya Produksi

No Nama Barang Jumlah Harga Satuan Harga Jumlah (RP)

1. Gantungan Kunci 10 10.000 100.000

2. Kotak Tisu 10 7000 70.000

3. Pembatas Buku 10 10.000 100.000

4. Mug 10 25.000 250.000

5. Cover Box DVD 10 3000 30.000

6. Label Box DVD 10 3000 30.000

7. Label DVD 10 2500 25.000

8. Box DVD 10 5000 50.000

9. Buku Keterangan 10 5000 50.000

10. Sewa kamera 2 175.000 350.000

11. Sewa Crew 2 500.000 1.000.000

12. Slider 1 150.000 150.000

Jumlah 2.205.000

Tabel 4.4 Tabel Perhitungan Biaya Produksi Sumber: Dokumen Pribadi