Konversi Diagram Path ke dalam Model Struktural

10 Seperti telah dijelaskan dalam Analisis Path, bahwa panah satu arah menunjukkan hubungan pengaruh kausalitas, sedangkan panah bolak-balik menunjukkan adanya korelasi. Dapat dengan mudah dipahami bahwa variabel motivasi, task- spesific self-esteem, dan job satisfaction merupakan variabel yang bersifat unobservable . Untuk mengukur variabel-variabel tersebut dikembangkan indikator sebagai variabel manifest: a Motivasi : X 1 dan X 2 b Task-spesific self-esteem : X 3 dan X 4 c Intelligence : X 5 d Performance : Y 1 e Job satisfaction : Y 2 dan Y 3 . Gambar 7. Diagram Path Model Struktural dan Model Pengukuran Dengan demikian, bilamana measurement model ini dimasukkan ke dalam diagram path, maka diperoleh diagram path model struktural dan model pengukuran secara terintegrasi seperti pada Gambar 7.

c. Konversi Diagram Path ke dalam Model Struktural

Konversi diagram path, Model Struktural, ke dalam model matematika menjadi sebagai berikut: 1 = 1 2 + 2 ξ 2 + 3 ξ 3 + 1 2 = 2 1 + 1 ξ 1 + 2 atau: Job satisfaction = 1 Performance + 2 Task + 3 Intelligence + 1 Performance = 2 Job satisfaction + 1 εotivasi + 2 Motiv Task Inteligenc Perform Satisfac Y3 Y2 Y1 X1 X2 X3 X4 X5 11 Konversi diagram path, model pengukuran, ke dalam model matematika menjadi sebagai berikut: X 1 = λ 1 ξ 1 + 1 X 2 = λ 2 ξ 1 + 2 X 3 = λ 3 ξ 2 + 3 X 4 = λ 4 ξ 2 + 4 X 5 = λ 5 ξ 3 + 5 d. Memilih Matriks Input Data input untuk SEM dapat berupa matriks korelasi atau matriks kovarians. Kalau dalam Prinsile Component Analysis atau Factor Analysis , data input berupa matriks korelasi, bilamana data dari variabel yang akan dianalisis memiliki unit satuan dan atau skala yang berbeda- beda, sedangkan digunakan matriks ragam-peragam bilamana data dari variabel yang akan dianalisis memiliki unit satuan skala sama. Dalam SEM input data berupa matriks kovarian, bilamana tujuan dari analisis adalah pengujian suatu model yang telah mendapatkan justifikasi teori. Sehingga tidak dilakukan interpretasi terhadap besar- kecilnya pengaruh kausalitas pada jalur-jalur yang ada di dalam model. Hal ini sulit dilakukan, mengingat setiap koefisien harus dilakukan interpretasi sesuai dengan unit satuan variabel latennya. Di samping itu, bilamana input data berupa matriks kovarian, maka interpretasi hasil analisis setara dengan pendugaan parameter pada ILS atau TSLS atau Model Rekursif. Dengan demikian hasil analisis SEM mirip dengan Analisis Regresi, dimana model yang diperoleh dapat digunakan untuk penjelasan fenomena yang dikaji atau dapat digunakan untuk kepentingan prediksi prakiraan. Sedangkan input data matrik korelasi dapat digunakan bilamana tujuan analisis ingin mendapatkan penjelasan mengenai pola hubungan kausal antar variabel laten. Dengan input data berupa matrik korelasi, peneliti dapat melakukan eksplorasi jalur-jalur mana yang memiliki pengaruh kausalitas lebih dominan dibandingkan jalur lainnya. Demikian juga dapat diketahui variabel eksogen mana yang kontribusi pengaruhnya lebih besar terhadap variabel endogen dibandingkan yang lainnya. Pembandingan ini dapat dilakukan, mengingat dalam proses perhitungan matriks korelasi, semua variabel ditransformasikan ke variabel baku normal standar sehingga semuanya tidak memiliki satuan dan mempunyai skala sama -4 sd +4. Y 1 = λ 6 1 + 1 Y 2 = λ 7 2 + 2 Y 3 = λ 8 2 + 3 12

e. Menilai Masalah Identifikasi