Makna Pesan Verbal Comic (Analisis Pesan Pandji Pragiwaksono dalam Video Standup Special Bhineka Tunggal Tawa 28 Desember 2011 di Usmar ismail Hall Jakarta)

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Strata Satu (S1) pada Program Studi Ilmu Komunikasi Konsentrasi Humas

Oleh :

Teja Darmawan

41809705

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI KONSENTRASI HUMAS

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS KOMUPTER INDONESIA

BANDUNG


(2)

(3)

ix

DAFTAR ISI

Hal

LEMBAR PENGESAHAN ... i

LEMBAR PERNYATAAN ... ii

ABSTRAK ... iii

ABSTRACT ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2Rumusan Masalah ... 6

1.2.1Pertanyaan Makro ... 6

1.2.2 Pertanyaan Mikro ... 6

1.3Maksud dan Tujuan Penelitian ... 7

1.3.1 Maksud Penelitian ... 7

1.3.2 Tujuan Penelitian ... 7

1.4Kegunaan Penelitian ... 7

1.4.1 Kegunaan Teoritis ... 7


(4)

x

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1 Tinjauan Pustaka ... 9

2.1.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 9

2.1.2 Tinjauan Tentang Komunikasi Publik ... 11

2.1.3 Tinjauan Tentang Komunikator ... 14

2.1.4 Tinjauan Tentang Pesan ... 17

2.1.5 Tinjauan Tentang Makna ... 20

2.1.6 Tinjauan Tentang Humor ... 22

2.1.6.1 Jenis Humor ... 23

2.1.7 Tinjauan Tentang Comic ... 24

2.1.8 Tinjauan Tentang StandUp Special ... 24

2.1.9 Tinjauan Tentang Video ... 24

2.2 Kerangka Pemikiran ... 25

2.2.1 Speech Act Theory (Teori Tindak Tutur) ... 25

2.2.2 Interaksi Simbolik (symbolic Interactionism) ... 30

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian ... 39

3.1.1 Pandji Pragiwaksono ... 39

3.1.2Bhineka Tunggal Tawa (BTT) ... 41

3.1.3 Pesan yang Mengandung Tindak Tutur Ilokusi ... 42

3.2Metode Penelitian ... 45


(5)

xi

3.2.2 Teknik Pengumpulan Data ... 47

3.2.2.1 Instrumen Penelitian... 48

3.2.2.2 Studi Pustaka ... 49

3.2.2.3 Studi Lapangan... 50

3.2.3 Teknik Penentuan Informan ... 51

3.2.3.1 Informan Pendukung ... 52

3.2.4 Teknik Analisis Data ... 53

3.2.5 Uji Keabsahan Data... 55

3.2.6 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 56

3.2.6.1 Lokasi Penelitian ... 56

3.2.6.2 Waktu Penelitian ... 57

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 59

4.1.1 Tindak Tutur Lokusi Pandji Pragiwaksono dalam video Standup Special Bhineka Tunggal Tawa... 59

4.1.2 Tindak Tutur Ilokusi Pandji Pragiwaksono dalam video Standup Special Bhineka Tunggal Tawa... 71

4.1.3 Tindak Tutur Perlokusi Pandji Pragiwaksono dalam video Standup Special Bhineka Tunggal Tawa... 86

4.2Pembahasan ... 95

4.2.1 Tindak Tutur Lokusi Pandji Pragiwaksono dalam video Standup Special Bhineka Tunggal Tawa... 97


(6)

xii

4.2.2 Tindak Tutur Ilokusi Pandji Pragiwaksono dalam video Standup

Special Bhineka Tunggal Tawa... 98

4.2.3 Tindak Tutur Perlokusi Pandji Pragiwaksono dalam video Standup Special Bhineka Tunggal Tawa... 99

BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan ... 101

5.2 Saran ... 104

5.2.1 Saran bagi Khalayak Standup Comedy ... 104

5.2.2 Saran bagi Comic ... 104

5.2.3 Saran bagi Mahasiswa ... 104

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(7)

xiii

DAFTAR TABEL

Hal

Tabel 3.1Tuturan yang Mengandung Tindak Tutur Ilokusi ... 43

Tabel 3.2Daftar Informan Pendukung ... 52

Tabel 4.1Tindak Tutur Lokusi Pesan Kesatu ... 60

Tabel 4.2Tindak Tutur Lokusi Pesan Kedua ... 61

Tabel 4.3Tindak Tutur Lokusi Pesan Ketiga ... 63

Tabel 4.4Tindak Tutur Lokusi Pesan Keempat ... 65

Tabel 4.5Tindak Tutur Lokusi Pesan Kelima ... 66

Tabel 4.6Tindak Tutur Lokusi Pesan Keenam... 68

Tabel 4.7Tindak Tutur Lokusi Pesan Ketujuh ... 70

Tabel 4.8Tindak Tutur Ilokusi Pesan Kesatu ... 72

Tabel 4.9Tindak Tutur Ilokusi Pesan Kedua ... 73

Tabel 4.10Tindak Tutur Ilokusi Pesan Ketiga ... 75

Tabel 4.11Tindak Tutur Ilokusi Pesan Keempat ... 77

Tabel 4.12Tindak Tutur Ilokusi Pesan Kelima ... 79

Tabel 4.13Tindak Tutur Ilokusi Pesan Keenam... 81

Tabel 4.14Tindak Tutur Ilokusi Pesan Ketujuh ... 84

Tabel 4.15Tindak Tutur Perlokusi Pesan Kesatu ... 87

Tabel 4.16Tindak Tutur Perlokusi Pesan Kedua ... 88

Tabel 4.17Tindak Tutur Perlokusi Pesan Ketiga ... 89


(8)

xiv

Tabel 4.19Tindak Tutur Perlokusi Pesan Kelima ... 91

Tabel 4.20Tindak Tutur Perlokusi Pesan Keenam... 92


(9)

xv

DAFTAR GAMBAR

Hal

Gambar 1.1Bhineka Tunggal Tawa ... 3

Gambar 2.1Model Alur Kerangka Pemikiran... 34

Gambar 3.1Instrumen Penelitian ... 48


(10)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1Surat Persetujuan Menjadi Pembimbing Skripsi ... 105

Lampiran 2Surat Rekomendasi Pembimbing ... 106

Lampiran 3Berita Acara Bimbingan ... 107

Lampiran 4Lembar Revisian Usulan Penelitian ... 108

Lampiran 5Surat Pengajuan Pendaftaran Sidang ... 109

Lampiran 6Pedoman Wawancara ... 110

Lampiran 7Lembar Revisi Skripsi ... 116


(11)

v Assalamua’laikum Wr. Wb.

Puji dan syukur penulis panjatkan ke khadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan

skripsi dengan judul “Makna Pesan Verbal Comic (Analisis Pesan Pandji

Pragiwaksono dalam Video Standup special Bhineka Tunggal Tawa 28 Desember 2011 di Usmar Ismail Hall Jakarta”. Tak lupa shalawat dan salam kepada junjungan nabi besar kita Rasulullah, Nabi Muhammad SAW serta para sahabat dan seluruh pengikutnya semoga rahmat dan hidayah selalu dilimpahkan padanya.

Peneliti mengucapkan terima kasih dan rasa bangga kepada kedua orangtua tercinta yang selalu memberikan rasa kasih sayangnya dan semangat pada penulis

dan juga memberikan do‟a serta dukungan moril maupun materi.

Terwujudnya penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini perkenankanlah penulis mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak terutama yang terhormat:

1. Dr. Ir. Eddy Soeryanto Soegoto, selaku Rektor Universitas Komputer Indonesia sekaligus Entrepreneur, yang turut memberikan ilmunya secara


(12)

vi

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia, yang telah mengeluarkan surat pengantar penelitian.

3. Drs. Manap Solihat, M.Si., selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi dan Public Relations FISIP UNIKOM sekaligus sebagai Dosen Wali penulis yang telah banyak memberikan pengetahuan dan berbagi ilmu serta wawasan selama peneliti melakukan perkuliahan serta memberikan pengesahan pada skripsi untuk disidangkan.

4. Melly Maulin P, S.Sos., M.Si., selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Komunikasi juga sebagai dosen yang telah banyak memberikan pengetahuan dan berbagi ilmu serta wawasan selama peneliti melakukan perkuliahan.

5. Sangra Juliano P., S.I.Kom., M.I.Kom., selaku Dosen Pembina Kemahasiswaan yang telah banyak memberikan pengetahuan dan berbagi ilmu serta wawasan selama penulis melakukan perkuliahan.

6. Dr. Phil Dadang Kurnis, MSc., selaku Dosen Pembimbing peneliti yang senantiasa memberikan arahan, bimbingan, dan motivasi kepada peneliti sebelum peneliti melaksanakan penelitian skripsi.

7. Seluruh staf Dosen Ilmu Komunikasi dan Public Relations UNIKOM : Dr. Drs. H.M. Ali Syamsuddin Amin, S.Ag., M.Si., Desayu Eka Surya, S.Sos., M.Si., Rismawaty, S.Sos., M.Si., Olih Solihin, S.Sos., M.Si.,


(13)

vii

persatu. Yang telah memberikan ilmu dan pengetahuannya kepada peneliti selama perkuliahan berlangsung.

8. Ratna W., A.Md., selaku sekretariat Dekan FISIP, Ibu Astri Ikawati, A.Md, selaku Sekretariat Program Studi Ilmu Komunikasi yang telah banyak membantu dalam administrasi selama berkuliah di UNIKOM dan selama proses penyusunan skripsi.

9. Para Informan Penelitian, terima kasih sebesar-besarnya telah meluangkan waktu serta memberikan apa yang telah dialami, dirasakan, dilihat, serta pemikiran-pemikiran lainnya sebagai data penelitian yang dibutuhkan oleh peneliti.

10. Nurry Yunia Sunarno S.Kom, teman dekat penulis yang selalu siap sedia membantu penulis. Terimakasih atas segala bantuan, motivasi semangat, keceriaan dan kebersamaan serta keikhlasannya dalam membantu penulis.

11. Angga Syahbudin, Agus Chandra, Dita, Dessy, dan Sahabat-sahabat yang lain Farli, Indra, Adisetia, sahabat-sahabat terbaikku yang dibanggakan dan yang selalu memberikan motivasi semangat, arahan, keceriaan dan kebersamaan untuk selalu berbagi dalam suka maupun duka.

12. Victor Supriatna, Dannu Prakoso, Wellie Kesuma, dan Aulia Rahman

yang telah memberikan semangat, dukungan, motivasi, cerita, dan canda-tawanya selama penyusunan skripsi.


(14)

viii

IK Jurnal 1, & IK Jurnal 2 Semangat, teruskan langkah kita meraih harapan dan cita-cita kita. Terima kasih semuanya.

15. Dan semua pihak, yang telah membantu yang tidak bisa disebutkan satu per satu, terima kasih atas do‟a dan dukungannya.

Peneliti menyadari bahwa dalam skripsi ini masih diperlukan penyempurnaan dari berbagai sudut, baik dari segi isi maupun pemakaian kalimat dan kata-kata yang tepat, oleh karena itu, peneliti mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk kesempurnaan penelitian ini, dan penelitian selanjutnya di masa yang akan datang.

Akhirnya peneliti mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam penyusunan usulan penelitian ini. Semoga dibalas setimpal dari Allah SWT, dan dapat memberikan manfaat yang berarti. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat berguna di masa yang akan datang. Amin.

Wassalamu’alaikum. Wr. Wb

Bandung, juli 2013 Peneliti

Teja Darmawan NIM. 41809705


(15)

Grapindo Persada.

Effendi, Uchjana, Onong. 2011. Ilmu Komunikasi : Teori dan Praktek, Bandung : PT. Remaja Rosda Karya.

Fansury, El, Ozi. 2012. Genius Comedy. Yogyakarta: Laras Media Prima Kuswarno, Engkus. 2008. Etnografi Komunikasi Suatu Pengantar dan Contoh

Penelitiannya. Bandung : Widya Padjajaran.

Maer, Maria, Natalia, Damayanti. 2008. Pengantar Teori Komunikasi ; Analisis dan Aplikasi Edisi 3. Jakarta: Salemba Humantika.

Moleong, Lexy. 2001. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Mulyana, Deddy, dan Solatun. 2008. Metode Penelitian Komunikasi: Contoh-contoh Penelitian Kualitatif dengan Pendekatan Praktis. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Mulyana Dedy, 2012. Ilmu Komunikasi : Suatu Pengantar. Bandung : PT. Remaja Rosda Karya.

Pragiwaksono, Pandji. 2012. Nasional.Is.Me. Yogyakarta: Bentang.

__________________. 2012. Merdeka Dalam Bercanda. Yogyakarta: Bentang.

Rakmat, Jalaludin. 2008, Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Rahyono, FX. 2012, Studi Makna. Jakarta: Penaku.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung : Alphabeta.

Sunarto, Kamanto. 2000. Pengantar Sosiologi. Jakarta : Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.


(16)

kepada Khalayak”, Skripsi Sarjana (S1), UNIKOM, Bandung.

Hidayati, 2009. “Analisis Pragmatik Nasaruddin Hoja”, Skripsi Sarjana (S1), Universitas Dipenogoro, Semarang.

Rahmanadji, Didiek. 2007 “Sejarah, Teori, Jenis dan Fungsi Humor”,

Universitas Negri Malang, Malang.

Internet Searching :

Priahoky. 2011. Pengertian Humor, (Online), http://id.shvoong.com/social-sciences/sociology/2206314-pengertian-humor/ (Di unggah pada hari rabu, 27 maret 2013, pukul 11. 23 WIB)

Ardibhironx. 2012. Bhineka Tunggal Tawa, (Online),

http://catatansibironk.blogspot.com/2012/03/bhinneka-tungal-tawa.html (Di unggah pada hari rabu, 17 April 2013, pukul 13. 26 WIB)

Ute, Tamie. 2011. Pandji Pragiwaksono, (Online),

http://tammyutamijoyo.blogspot.com/2011/02/pandji-pragiwaksono.html (Di unggah pada hari Kamis, 19 April 2013, pukul 12. 08 WIB)

http://www.infoskripsi.com/2013/01/4-kesalahan-umum-dalam-desain-penelitian.html (Di unggah pada hari Senin, 22 April 2013, pukul 22.50 WIB)

www.pandji.com www.standupindo.com


(17)

(18)

1

1.1 Latar Belakang Masalah

Standup comedy adalah salah satu jenis humor baru yang ada di Indonesia,

dimana pada pertengahan tahun 2011 tepatnya pada bulan juni, Standup Comedy

Indonesia lahir melalui sebuah program televisi StandUp Comedy Indonesia

(SUCI) di Kompas TV. Jenis humor ini lebih menekankan pada olah logika, dimana Standup comedy ialah humor yang memerlukan proses berfikir baik dari

penutur maupun mitra tuturnya1. Tujuan utama dari Standup comedy bukan hanya membuat mitra tutur tertawa, tetapi humor jenis ini membuat mitra tutur untuk berfikir maksud dari pesan yang penutur tersebut tuturkan.

Standup comedy ialah komedi yang disampaikan secara monolog kepada

penonton dalam memberikan pengamatan, pendapat, menceritakan pengalaman pribadi, mengutarakan keresahan, mengangkat kenyataan, memotret kehidupan sosial masayarakat dan menyuguhkannya dengan jenaka (Pragiwaksosno, 2012 : xxi). Dari definisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa standup comedy bukan hanya menyampaikan pesan dengan nuansa humor saja, tetapi dengan menonton dan mendengar Standup comedy diharpakan mendapatkan ilmu dan wawasan

baru.

1

Penutur adalah komunikator atau pelaku Standup comedy yaitu Comic. Sedangkan Mitra Tutur ialah khalayak atau penonton.


(19)

StandUp Comedy merupakan comedy yang lebih mengedepankan olah bahasa

(verbal) dalam menyampaikan pesannya dan sedikit gerak tubuh (non verbal)

untuk mempertegas pesan yang disampaikan. Dimana dalam pertunjukan Standup comedy, pesan adalah komponen utamanya. Ketika penutur mengutarakan

pesannya, maka mitra tuturlah yang selanjutnya memaknai setiap pesannya sehingga pada akhirnya dapat mengetahui maksud dari pesan yang disampaikan oleh penutur. Disinilah terjadi proses pemaknaan, ada pesan yang dapat langsung diterima oleh mitra tutur, tetapi ada juga pesan yang tidak langsung diterima oleh mitra tutur.

Pelaku Standup comedy ini disebut sebagai Comic. Comic sendiri kependekan dari Comedy Mic, mengapa Comedy Mic karena disetiap penampilannya

menggunakan Microphone (Mic) sebagai media untuk menyampaikan pesannya

agar dapat didengar oleh khalayak. Dalam penampilannya Comic selalu

memberikan beragam pesan kepada khalayak baik itu berupa sindiran mengenai pemerintah, politik, ekonomi dan masih banyak lagi. Terkadang dalam penyampaian pesannya cenderung frontal, akan tetapi dibalik itu semua ada makna yang terkandung.

Sebagai salah satu yang mempopulerkan Standup comedy, Pandji

Pragiwaksono ingin mengenalkan Standup comedy ke masyarakat yang lebih luas. Dimana akhirnya Pandji Pragiwaksono membuat sebuah event yang pertama kali

diadakan di Indonesia pada tahun 2011, yaitu sebuah pertunjukan tunggal StandUp Special dimana Pandji Pragiwaksono melakukan Standup comedy


(20)

selama satu jam. Dengan tema StandUp Special tersebut adalah Bhineka Tunggal Tawa.

Gambar 1.1 Bhineka Tunggal Tawa

Sumber : www.pandji.com

Bhineka Tunggal Tawa itu sendiri mempunyai arti Walau Berbeda, Tapi Tetap Satu Dalam Tawa. Tema ini diambil karena ketika adanya perbedaan dari status sosial, umur dan suku, tetapi ketika tertawa kita menjadi bersatu seakan perbedaan tersebut tidak ada (Pragiwaksono, 2012, pp. 117-118).

Bhineka Tunggal Tawa disenggarakan pada tanggal 28 Desember 2011 yang bertempat di Gedung Perfilman Usmar Ismail Hall. Dalam StandUp Special ini

Pandji Pragiwaksono banyak menuturkan pesan yang bersifat mengkritik keadaan sosial, ekonomi, politik, kehidupan pribadi Pandji Pragiwaksono maupun hiburan di Indonesia.

Dalam penampilan Standup comedy, seorang Comic mempunyai pesan yang


(21)

mengkombinasinya dengan unsur humor. Pesan yang disampikan oleh Pandji Pragiwaksono tidak hanya dapat membuat penonton tertawa, tetapi, juga mendapatkan ilmu dan wawasan baru bagi penonton. Materi Standup comedy

yang dibuat Pandji Pragiwaksono selalu berbeda dengan Comic-Comic lainnya,

yang kebanyakan mengambil materi dari pengalaman pribadinya. Pandji Pragiwaksono selalu memasukan materi mengenai keadaan Indonesia saat ini, baik itu dari politik, ekonomi ataupun keadaan sosial. Terkadang orang malas atau bosan mendengar pembahasaan mengenai politik, ekonomi atau apapun mengenai Indonesia. Tapi Pandji Pragiwaksono dapat membawakannya dalam Standup

comedy dengan harapan, maksud dari pesan yang disampaikan dapat mudah

dimengerti oleh penonton, dengan begitu penonton mendapatkan pemahaman yang berbeda mengenai Indonesia, inilah yang menjadi daya tarik serta ciri khas Standup comedy dari Pandji Pragiwaksono dibandingkan dengan Comic lain.

Secara umum humor ialah segala rangsangan mental yang menyebabkan orang tertawa. Cerita penghibur hati pada umumnya mengisahkan kejenakaan atau kelucuan akibat kecerdikan, kebodohan, kemalangan, dan keberuntungan tokoh utama. Kadang-kadang tokoh utama sangat bodoh dan tidak dapat menangkap maksud orang lain sehingga menimbulkan kesalahpahaman (Hidayati, 2009, p 2).

Dalam kehidupan sehari-hari, manusia dihadapkan dengan situasi yang sangat rumit dengan semua masalah yang dihadapinya, dalam melaksanakan aktivitasnya manusia lebih banyak marah dan mudah emosi, dibandingkan bercanda gurau. Pada


(22)

dasarnya manusia butuh bercanda gurau dalam menjalani kehidupannya agar tidak terus menerus menangis (Pragiwaksono, 2012, p. 44).

Pada dasarnya humor dapat membuat ketenangan bagi penikmatnya, maka dari itu baiknya humor menjadi bagian hidup sehari-hari. Karna dengan humor kita dapat menghilangkan stres, dengan humor dan tertawa seakan kita lupa dengan masalah yang sedang dihadapi dan dengan humor itu juga status sosial serta ekonomi melebur dan menguap seakan tidak ada jarak diantara si kaya dan si miskin (Pragiwaksono, 2012, p. 64).

Seorang comic dalam menyampaikan pesannya terhadap khalayak, tentulah

terjadi interaksi simbolik antara comic dengan khalayak. Dimana dalam bertindak tutur bahasalah yang digunakan dalam berkomunikasi dengan mitra tutur. Menurut John L. Austin bahwa dengan bahasa, tepatnya dengan kata-kata, penutur tidak hanya dapat mendeskripsikan atau mengatakan sesuatu, melainkan melakukan sesuatu (Rahyono, 2012, p. 211). Austin mengelompokan tindak tutur kedalam tiga tindakan, yakni Tindak Lokusi (Locutionary Act), Tindak Ilokusi

(Illocutionary Act) dan Tindak Perlokusi (Perlucutionary Act) (Ibid, p. 212).

Teori Tindak Tutur dikembangkan kembali oleh John R. Searle dengan menggunakan ide dari Teori Tindak Tutur Austin sebagai dasar mengembangkan teorinya. Searle mengembangkan Teori Tindak Tutur yang berpusat pada Tindak Tutur Ilokusi (Illocutionary Act). Searle membagi tindak tutur Ilokusi menjadi

lima yaitu (1) Tindak Asertif (Assertives), (2) Tindak Direktif (Directives), (3)

Tindak Komisif (Commisives), (4) Tindak Ekspresif (Exspressives) dan (5)


(23)

Penting untuk mengetahui maksud dibalik pesan yang disampaikan oleh penutur kepada kawan tutur, seperti halnya ketika seorang comic menyampaikan

pesan kepada khalayak, karena seorang comic tidak selalu mengatakan apa yang

dimaksudkan, sama dengan apa yang dikatakan. Dengan mengetahui maksud yang terkandung dalam pesan yang disampaikan, khalayak pun dapat melakukan tindakan sesuai dengan apa yang dimaksudkan oleh comic tersebut. Hingga

akhirnya, tercapai kesamaan makna antara comic dengan khalayak. Untuk

sebagian orang, percakapan ialah interaksi sehari-sehari yang tidak formal, tetapi dalam teori komunikasi, percakapan memiliki makna khusus. Percakapan adalah sebuah rangkaian interaksi dengan awal dan akhir serta adanya beberapa maksud dan tujuan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan dari latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka dalam penelitian ini peneliti merumuskan masalah menjadi dua, yakni :

1.2.1 Pertanyaan Makro

Bagaimana Tindak Tutur Pandji Pragiwaksono dalam video StandUp Special Bhineka Tunggal Tawa ?

1.2.2 Pertanyaan Mikro

1. Bagaimana Tindak Tutur Lokusi Pandji Pragiwaksono dalam video StandUp Special Bhineka Tunggal Tawa?


(24)

2. Bagaimana Tindak Tutur Ilokusi Pandji Pragiwaksono dalam video StandUp Special Bhineka Tunggal Tawa?

3. Bagaimana Tindak Tutur Perlokusi Pandji Pragiwaksono dalam video StandUp Special Bhineka Tunggal Tawa?

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui serta menguraikan

Tindak Tutur Pandji Pragiwaksono dalam video StandUp Special Bhineka Tunggal Tawa.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah :

1. Untuk Mengetahui Tindak Tutur Lokusi Pandji Pragiwaksono dalam video StandUp Special Bhineka Tunggal Tawa.

2. Untuk Mengetahui Tindak Tutur Ilokusi Pandji Pragiwaksono dalam video StandUp Special Bhineka Tunggal Tawa.

3. Untuk Mengetahui Tindak Tutur Perlokusi Pandji Pragiwaksono dalam video StandUp Special Bhineka Tunggal Tawa.


(25)

1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoritis

Kegunaan secara teoritis dari penelitian ini berguna untuk mengembangkan Ilmu Komunikasi secara umum dan Komunikasi Publik secara khusus.

1.4.2 Kegunaan Praktis

Penelitian yang dilakukan oleh peneliti ini diharapkan dapat berguna ke depannya nanti. Kegunaan praktis dari penelitian ini sebagai berikut : 1. Bagi Khalayak Standup Comedy

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan baru bagi khalayak standup comedy dalam menanggapi isu yang ada disekitar yang

tentunya dilihat dari sudut pandang Pandji Pragiwaksono. 2. Bagi Comic

Penelitian ini dapat menambah wawasan baru bagi Para Comic, khususnya mengenai kualitas Pesan yang akan disampaikan Comic kepada khalayak. 3. Bagi Mahasiswa

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan memberikan gambaran yang berguna sebagai referensi bagi mahasiswa Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM).


(26)

9

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai humor bukanlah yang pertama peneliti lakukan, berikut adalah penelitian terdahulu mengenai humor yang peneliti lihat sebagai rujukan dalam menyelesaikam penelitian tersebut.

1. Judul Skripsi :

“ Analisis Pragmatik Humor Nasruddin Hoja “

Skripsi dari Hidayati, Universitas Diponegoro Semarang, dibuat untuk melengkapi persyaratan guna mencapai gelar sarjana jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra Universitas Diponegoro.

Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan jenis tindak tutur dan penerapan prinsip kerja sama beserta penyimpangan yang terjadi dalam humor Nasruddin Hoja.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah meliputi beberapa tahap. Pengumpulan data dilakukan dengan metode simak yang dilanjutkan dengan teknik lanjutannya berupa teknik catat. Kemudian data dianalisis secara fungsional dengan metode kontekstual. Data dikaji dan dianalisis dengan menggunakan teori pragmatik. Penyajian hasil analisis dilakukan dengan menggunakan kata-kata biasa. Penyajian penjelasan


(27)

tuturan didukung dengan penceritaan kembali isi cerita yang dimaksudkan untuk memudahkan pemahaman terhadap tuturan humor.

Hasil dari penelitian tersebut humor Nasruddin Hoja sebagai media humor verbal yang tuturan humornya mempunyai tujuan untuk merangsang atau membangkitkan perasaan geli. Semua humor Nasruddin Hoja mengandung semua tindak tutur, yaitu tindak lukosi, ilokusi dan perlukosi.

Perbedaan :

Penelitian ini memiliki perbedaan dari segi objek dan subjek yang diteliti serta teori yang dipergunakan.

2. Judul Skripsi

“Tindak Tutur Comic (Studi Etnometodologi Komunikasi Analisis Percakapan ComicStandUp Indo Bandung Kepada Khalayak)” Skripsi dari Firmansyah Akbar, Universitas Komputer Indonesia Bandung. Dibuat untuk melengkapi persyaratan guna mencapai gelar sarjana jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Komputer Indonesia.

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis komunikasi dari Comic StandUp Indo Bandung kepada khalayak. Metode yang digunakan

dengan pendekatan kualitatif, dimana terdapat kajian teori yang mendukung dalam penelitian ini adalah teori tindak tutur dari Jhon L


(28)

Austin yaitu tindak tutur ilokusi, tindak tutur ilokusi dan tindak tutur

perlokusi. Dengan metode wawancara langsung dengan comic agar

mendapatkan informasi yang akurat, informan dipilih dengan menggunakan teknik purposive sampling, dimana terdapat dua comic dan

dua audience yang dipilih menjadi informan. Teknik analisa data yang

dilakukan adalah dengan mengumpulkan data, mengelompokannya, menyajikannya lalu dilakukan penarikan kesimpulan.

Hasil dari penelitian tersebut pesan yang disampaikan dengan gaya yang baku akan kurang dipahami, dengan kesamaan makna komunikasi berjalan efektif, terdapat efek yang ditimbulkan berupa tawa.

Perbedaan :

Penelitian ini memiliki perbedaan dari segi subjek yang diteliti serta teori yang dipergunakan.

2.1.2 Tinjauan Tentang Komunikasi Publik

Standup comedy identik dengan komunikasi publik (Public

Communication) karena dalam prakteknya seorang Comic berbicara

didepan banyak penonton yang tidak dikenali sebelumnya.

Komunikasi publik (Public Communication) dapat diartikan sebagai

penyebaran pesan berupa ide, gagasan, informasi, ajakan dan sebagainya yang dilakukan oleh satu orang kepada khalayak yang belum dikenal satu persatu (Maer, 2008, p. 40). Komunikasi public dapat dilakukan oleh


(29)

siapapun, yang terpenting orang tersebut memiliki keterampilan dalam berkomunikasi secara lisan agar pesan yang akan disampaikan kepada khalayak dapat disampaikan dengan efektif dan efisien.

Dengan kata lain, komunikasi public dapat disamakan seperti pidato, ceramah, kuliah dan StandUp Special. Biasanya komunikasi public

berlangsung lebih formal, karena diperlukannya persiapan yang cukup matang dari mempersiapkan materi yang baik untuk pesan yang akan disampaikan, serta keberanian dan kemampuan seorang komunikator dalam menghadapi banyak orang yang hampir semuanya belum dikenal oleh komunikator.

Komunikasi publik tidak sama dengan komunikasi antar pribadi, dimana komunikasi publik cenderung lebih pasif dibandingkan dengan komunikasi antar pribadi. Karena umpan balik (Feedback) yang khalayak

berikan sangat terbatas, terutama umpan balik yang bersifat verbal. Umpan balik nonverbal lebih jelas diberikan oleh khalayak yang berada dibarisan

depan, Karena merekalah yang paling jelas terlihat (Mulyana, 2012, pp. 82-83). Dalam penampilannya seorang Comic akan mendapatkan suatu

umpan balik (Feedback) yang bersifat serempak, seperti tertawa atau tepuk tangan.

Ketika seorang Comic sedang menyampaikan pesannya didepan

khalayak, setidaknya Comic harus memiliki tiga tujuan utama yaitu


(30)

Sama seperti halnya seorang Comic yang harus mempersiapkan

materi yang akan disampaikan saat Standup comedy, seorang Comic harus

memiliki keterampilan dalam berbicara dihadapan orang banyak yang sebelumnya mereka belum kenal dan sebisa mungkin dapat memberikan sebuah informasi yang menghibur serta dapat mempersuasi khalayak yang ada.

Dalam prakteknya komunikasi publik memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

1. Terjadi ditempat umum (public), misalnya di auditorium, kelas, tempat ibadah atau tempat lainnya yang dapat dihadiri oleh sejumlah besar orang.

2. Merupakan peristiwa sosial yang biasanya telah direncanakan alih-alih peristiwa relatif informal yang tidak terstruktur.

3. Terdapat agenda.

4. Beberapa orang ditunjuk untuk menjalankan fungsi-fungsi khusus, seperti memperkenalkan pembicara, dan sebagainya.

5. Acara-acara lain mungkin sebelum atau sesudah ceramah disampaikan pembicara (Ibid, p. 83).


(31)

2.1.3 Tinjauan Tentang Komunikator

Komunikator didalam proses komunikasinya bertugas sebagai pengirim pesan kepada komunikan, dengan kata lain komunikator dapat disebut sebagai sumber dalam sebuah proses komunikasi.

Peran komunikator tidak hanya menyampaikan pesan kepada komunikan, tetapi sebagai komunikator juga diharapkan dapat memberikan respon serta tanggapan kepada komunikan yang terkena dampak dari proses komunikasi yang sedang berlangsung, baik itu secara langsung maupun tidak langsung.

Terdapat beberapa hal yang perlu dimiliki untuk menjadi seorang komunikator yang baik, salah satunya ialah seorang komunikator harus memiliki kemampuan dalam menyusun pesan yang akan disampaikan, sehingga komunikan dapat menerima maksud dari pesan yang disampaikan tersebut. Selain mempunyai kemampuan dalam menyusun pesan, seorang komunikator harus memperhatiakan bagaimana keadaan dirinya, karena ketika sedang berbicara didepan public, yang berpengaruh bukan saja apa yang komunikator katakan, tetapi publik sebagai komunikan juga akan memperhatikan siapa yang menjadi komunikator, terkadang siapa lebih penting dari apa.

Komunikator adalah orang yang selalu memperhatikan umpan balik (feedback), sehingga ia dapat segera mungkin merubah gaya


(32)

(feedback) dari komunikan yang bersifat negatif (Effendy, 2011, p. 15).

Deddy Mulyana mempunyai definisi lain mengenai komunikator, menurut Mulyana komunikator sebagai pihak yang berinisiatif atau mempunyai kebutuhan untuk berkomunikasi, komunikator boleh jadi seorang individu, kelompok, organisasi, perusahaan atau bahkan suatu Negara, yang memiliki kebutuhannya masing-masing (Mulyana, 2012, p. 69).

Untuk menyampaikan apa yang ada didalam pikiran komunikator, seorang komunikator harus mengubah apa yang ada didalam pikirannya tersebut, kedalam seperangkat simbol verbal dan atau non verbal yang dapat dipahami oleh komunikan sebagai penerima pesan.

Salah satu kemampuan yang harus dimiliki seorang komunikator ialah mempersuasi komunikan. Aristoteles pernah menuliskan, persuasi tercapai karena karakteristik personal pembicara, yang ketika ia menyampaikan pembicaraannya kita menganggapnya dapat dipercaya. Kita lebih penuh dan cepat percaya pada orang-orang baik dari pada orang lain. Tidak benar anggapan sementara penulis retorika bahwa kebaikan personal yang diungkapkan pembicara tidak berpengaruh apa-apa pada kekuatan persuasinya, sebaliknya karakternya hampir bisa disebut sebagai alat persuasi yang paling efektif (Rakhmat, 2008, p. 255).

Berikut adalah beberapa hal yang harus diperhatikan ketika menjadi seorang komunikator :


(33)

1. Penampilan

Khusus dalam komunikasi tatap muka atau yang menggunakan media pandang dengan audio visual, seorang komunikator harus menyesuaikan diri dengan lingkungan dan komunikan. Penampilan ini sesuai dengan tata krama dengan memperlihatnkan keadaan waktu dan tempat.

2. Penguasaan masalah

Seseorang yang tampil atau ditampilkan menjadi seorang komunikator haruslah betul-betul menguasai masalahnya. Apabila tidak, maka setelah proses komunikasi berlangsung akan menimbulkan ketidak percayaan terhadap komunikator dan akhirnya terhadap pesan itu sendiri yang akan menghambat terhadap efektivitas komunikasi. Dalam suatu proses komunikasi timbal balik, yang lebih menguasai masalah akan cenderung memenangkan tujuan komunikasi.

3. Penguasaan bahasa

Komunikator harus menguasai bahasa dengan baik. Bahasa ini adalah bahasa yang digunakan yang dikuasai oleh komunikan, komunikator mutlak menguasai istilah-istilah umum yang digunakan oleh lingkungan tertentu atau khusus. Penggunaan bahasa akan sangat membantu menjelaskan pesan apa yang ingin kita sampaikan kepada audience itu. Tanpa penguasaan bahasa secara baik dapat menimbulkan kesalahan penafsiran ataupun menimbulkan ketidak percayaan kepada


(34)

komunikator. menggunaan bahasa yang baik dan benar (Akbar, 2012, p. 37-39).

Dengan begitu keefektifan sebuah komunikasi bukan saja ditentukan oleh kemampuan komunikator dalam berkomunikasi, tetapi karakter dari seorang komunikator pun menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi bahwa komunikasi tersebut berjalan efektif. Komunikator haruslah mempunyai unsur trustworthiness (dapat dipercaya) (Rakhmat, 2008, p.

256). Karena komunikan akan melihat siapa yang menjadi pembicara, apabila apa yang diutarakan oleh komunikator tidak sesuai dengan diri komunikator, maka komunikasi yang dihasilkan pun tidak akan sesuai dengan yang diharapkan.

2.1.4 Tinjauan Tentang Pesan

Pesan adalah bagian terpenting dari komunikasi, tidak ada pesan maka komunikasi pun tidak pernah terjadi. Menurut Deddy Mulyana pesan yaitu apa yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan (Mulyana, 2012, p. 70). Pesan merupakan seperangkat symbol verbal dan non verbal yang mewakili perasaan, nilai, gagasan atau maksud komunikator tersebut.

Menurut Rudolph F. Verderber Pesan memiliki tiga komponen, yaitu makna, symbol yang digunakan untuk menyampaikan makna dan bentuk atau organisasi pesan (Ibid, p. 70).


(35)

Didalam proses komunikasi, pesan dibagi menjadi dua bagian yaitu pesan verbal dan pesan non verbal.

1. Pesan Verbal

Symbol atau pesan verbal adalah semua jenis symbol yang menggunakan satu kata atau lebih. Hampir semua rangsangan wicara yang kita sadari termasuk kedalam kategori pesan verbal disengaja (Mulyana, 2012, pp. 260-261).

Terdapat dua cara untuk mendefinisikan bahasa, definisi bahasa secara fungsional dan formal.

A. Fungsional

Melihat bahasa dari segi fungsinya, sehingga bahasa diartikan sebagai alat yang dimiliki bersama untuk mengungkapkan gagasan, bahasa hanya dapat dipahami apabila ada kesepakatan diantara anggota-anggota kelompok social untuk menggunakannya.

B. Formal

Bahasa sebagai semua kalimat yang terbayangkan, yang dapat dibuat menurut peraturan tata bahasa. Setiap bahasa memiliki peraturan bagaimana kata-kata harus disusun dan dirangkaikan supaya dapat member arti (Rakhmat, 2008, p. 269).


(36)

2. Pesan Non Verbal

Secara sederhana pesan non verbal adalah sebuah isyarat yang tidak memakai kata-kata. Menurut Larry A. Samovar dan Richard E. Porter mengungkapkan bahwa pesan non verbal mencakup semua rangsangan kecuali rangsangan verbal dalam suatu setting

komunikasi, yang dihasilkan oleh individu dan penggunaan lingkungan oleh individu, yang memiliki nilai pesan potensial bagi pengirim atau penerima (Mulyana, 2012, p. 343).

Mengapa pesan non verbal masih digunakan hingga sekarang, Mark L. Knapp memberikan lima fungsi dari pesan non verbal seperti berikut :

1. Repetasi

Mengulang kembali gagasan yang sudah disajikan secara verbal. 2. Substitusi

Menggantikan lambing-lambang verbal 3. Kontradiksi

Menolak pesan verbal atau memberikan makna yang lain terhadap pesan verbal.

4. Komplemen


(37)

5. Aksentuasi

Menegaskan pesan verbal atau menggarisbawahinya (Rakhmat, 2008, p. 287).

2.1.5 Tinjauan Tentang Makna

Makna muncul dari hubungan khusus antara kata sebagai symbol verbal dan manusia. Makna tidak melekat pada kata-kata, namun kata-kata yang membangitkan makna dalam pikiran orang (Mulyana, 2012, p. 281). Dengan kata lain, bukan kata-kata yang mempunyai makna, tetapi manusialah yang memberiakan makna kepada kata.

Setiap makna yang diberikan kepada kata yang sama bisa berbeda-beda karena tergantung kepada ruang dan waktu. Menurut R. Brown makna adalah sebuah kecenderungan (disposisi) total untuk menggunakan atau bereaksi terhadap suatu bentuk bahasa (Ibid, p. 281).

Makna digolongkan kedalam dua jenis, makna denotatif dan makna konotatif, berikut penjelasanya :

1. Makna Denotatif

Makna denotatif adalah makna yang sebenarnya (faktual), seperti yang dapat ditemukan dalam kamus. Karena itu sifat dari makna denotatif lebih bersifat publik.


(38)

2. Makna Konotatif

Makna konotatif adalah sebuah makna yang sifatnya lebih pribadi, atau dengan kata lain makna konotatif yakni makna diluar objektifnya. Makna konotatif lebih bersifat subjektif dan emosional daripada makna denotative (Ibid, p. 282).

Didalam studi mengenai makna, Cruse membagi makna berdasarkan bidang-bidang perhatian, seperti berikut :

1. Semantik Leksikal

Semantik Leksikal mempelajari makna kata yang fokus kepada kandungan “makna” yang ada pada kata, bukan pada bentuk gramatikal.

2. Semantik Gramatikal

Semantik Gramatikal mempelajari makna (satuan bahasa) yang memiliki kaitan langsung dengan tata kalimat.

3. Semantik Logikal

Semantik Logikal memeplajari hubungan antara bahasa alamiah dengan system ligika formal. Focus perhatian semantik logikal adalah studi makna proposisi atau makna kalimat, semantik logikal tidak ditujukan untuk menelliti makna kata.

4. Pragmatik Linguistik

Pragmatik Linguistik berkenaan dengan aspek informasi (dalam pengertian luas) yang tidak dinyatakan dengan menggunakan


(39)

bahasa yang secara konvensional diterima menurut kaidah semantik (Rahyono, 2012, pp. 17-18).

2.1.6 Tinjauan Tentang Humor

Humor pasti ada didalam kehidupan sehari-hari kita, setiap orang pasti memiliki rasa humor, karena dengan humor sesaat kita dapat menghilangkan stres dan masalah yang sedang dihadapi.

Menurut filosof kebangsaan perancis Henry Berguson, berpendapat bahwa tawa merupakan perkembangan logika dan rasa social (Fansury, 2013, p. vi). Dengan humor seakan tidak mengenal status social dan ekonomi, semua itu seakan melebur menjadi satu.

Humor ialah suatu kegiatan yang mengungkapkan suatu pikiran baik itu menggunakan bahasa (verbal) atau dengan gerakan tubuh (non verbal), dengan kata lain humor memerlukan proses berfikir baik dari pelaku humor maupun penikmat humor itu sendiri. Karena humor bukan hanya hiburan semata yang membuat penikmatnya tertawa saja, tetapi humor juga mengajak penikmatnya untuk berfikir maksud dari humor tersebut.

Humor sendiri berasal dari kata latin yang mempunyai arti “cairan

dalam tubuh”. Seseorang akan sehat apabila proposisi cairan didalam

tubuh tersebut seimbang. Dalam Ensiklopedia Nasional Indonesia jilid ke-6 melalui Rozak (2003) dikatakan :

Cairan dalam tubuh tersebut dianggap menentukan temperamen seseorang. Temperamen seseorang akan


(40)

seimbang apabila cairan tersebut berada dalam proposisi seimbang. Jika jumlah cairan berlebih, timbullah ketidakseimbangan temperamen. Orang yang mempunyai kelebihan cairan (humor) disebut „humoris‟, dan ia menjadi objek ketawaan orang lain. Tertawa dianggap dapat menyembuhkan kelebihan tersebut. Kemudian humoris juga berarti orang yang dapat membuat orang tertawa, yaitu seseorang yang terampil mengungkapkan humor. (Hidayati, 2009, p. 21).

2.1.6.1 Jenis Humor

Menurut Arwah Setiawan humor dibedakan menjadi tiga jenis yakni :

1. Humor Personal, yaitu kecenderungan tertawa pada diri sendiri, apabila melihat sesuatu yang dianggap lucu.

2. Humor Pergaulan, yaitu bercanda gurau di antara teman atau lelucon yang diselipkan dalam pidato atau ceramah di depan umum.

3. Humor dalam Kesenian, atau seni humor. Humor jenis ini dibagi menjadi tiga, seperti berikut :

1. Humor lakuan, misalnya: lawak, tari humor, dan pantomim lucu.

2. Humor grafis, misalnya: kartun, karikatur, foto jenaka, dan patung lucu.

3. Humor literatur, misalnya: cerpen lucu, esei satiris, sajak jenaka, dan semacamnya (Rahmanadji, 2007, p. 217-218).


(41)

2.1.7 Tinjauan Tentang Comic

Comic atau Standup comedy Comic adalah seorang komunikator atau

penutur, dimana setiap tuturannya tersebut dibawakan dengan cara humor agar dapat mudah dimengerti oleh khalayak ataupun penonton. Comic

dalam setiap penampilannya mengambil materi dari pengamatan, pendapat atau pengalaman pribadinya. Dapat juga mengutarakan keresahan, mengangkat kenyataan, memotret kehidupan masyarakat dan menyuguhkannya kembali dengan jenaka (Pragiwaksono, 2012, p. 6).

2.1.8 Tinjauan Tentang StandUp Special

StandUp Special adalah sebuah pertunjukan komersial yang khusus

menampilkan Standup comedy dengan seorang Comic yang menjadi inti

dari pertunjukan tersebut (Pragiwaksono, 2012, p. 114). Biasanya pertunjukan dilaksanakan di café-café, aula, gedung dll, tergantung seberapa besar pertunjukan yang akan dibuat. Dalam penelitian ini StandUp Special dari Pandji Pragiwaksono dilaksanakan di Gedung

Kesenian Usamar Ismail Hall.

2.1.9 Tinjauan Tentang Video

Video StandUp Special Bhineka Tunggal Tawa dalam penelitian ini

dipergunakan sebagai bahan untuk menganalisis tindak tutur ilokusi dari Pandji Pragiwaksono.


(42)

Video adalah sebuah teknologi untuk menangkap, merekam, memproses, mentransmisikan dan menata ulang gambar bergerak. Biasanya menggunakan film seluloid, sinyal elektronik, atau media digital seperti kamera dan handycam.1

2.1 Kerangka Pemikiran

Kerangka berfikir dalam suatu penelitian dikemukakan apabila penelitian tersebut berkaitan dengan variabel atau fokus atau penelitian. Maksud dari kerangka berfikir sendiri supaya terbentuknya suatu alur penelitian yang jelas dan dapat diterima secara akal (Sugiyono, 2011, p. 92).

Dalam kerangka pemikiran ini, peneliti akan membahas masalah pokok dari penelitian tersebut. Dalam penelitian ini peneliti menitikberatkan kepada tindak tutur lokusi, ilokusi dan perlokusi dari pesan yang disampaikan oleh Pandji

Pragiwaksono dalam video standup special bhineka tunggal tawa. Untuk membantu menjawab masalah pokok yang ada, pembahasan ini akan coba menjelaskan mengenai konsep serta teori-teori yang ada hubungannya dengan penelitian.

2.2.1 Speech ActTheory (Teori Tindak Tutur)

Setiap harinya manusia melakukan tindak tutur, entah sudah berapa banyak kalimat yang telah diucapkan. Tidak pernah terpkirkan bagaimana

1 Pti08, “Definisi Video”,

www.wordpress.com, http://pti08.wordpress.com/2008/10/15/definisi-video/ diakses tanggal 21 april 2013, jam 13.41


(43)

kalimat-kalimat tersebut terbentuk, bagaimana kalimat tersebut dapat diterima oleh lawan tutur dan bagaimana dapat memberikan feedback

terhadap pesan yang disampaikan, sehingga peristiwa tutur berlangsung dengan efektif.

Teori tindak tutur pertama kali dikemukan oleh John L. Austin, dengan tulisannya mengenai “How To Do Things With Words” menunjukan pandangan bahwa kebanyakan kalimat tidak memiliki kondisi kebenaran (Have No Truth Condition).

Karya Austin mengenai teori tindak tutur (Theory of Speech Act)

merupakan sebuah upaya untuk mengatasi keterbatasan teori “Truth Conditional Semantics”. Austin berpendapat bahwa dengan bahasa, tepatnyadengan kata-kata penutur tidak hanya dapat mendeskripsikan atau mengatakan sesuatu “to make statement”, akan tetapi melakukan sesuatu

“perform action” (Rahyono, 2012, p. 211). Misalnya, ketika seseorang mengatakan “Kalau bisa mengerjakan soal itu dalam waktu lima menit, saya akan bayar satu juta” pada tuturan tersebut seorang penutur tidak hanya mengucapkan saja, tetapi juga melakukan tindakan berjanji akan memberikan uang. Tuturan tersebut dikelompokan sebagai tuturan performatif, yakni ujaran yang pengungkapannya bertujuan melakukan

(perform) sesuatu.

Menurut Austin tindak tutur dikelompokan kedalam tiga tindakan yaitu Tindak Lokusi (Locutionary Act), Tindak Ilokusi (Illocutionary Act),


(44)

Tindak Perlokusi (Perlucutionary). Berikut adalah uraiannya (Rahyono,

2012, p. 212).

1. Locutionary Act (Tindak Lokusi)

Tindak lokusi (Locutionary act) adalah tindak tutur yang dimaksudkan untuk menyatakan sesuatu dengan kata dan makna kalimat tersebut tanpa ada maksud, tujuan apalagi mempengaruhi lawan tutur tersebut. Contoh : “Saya lelah sekali”, dalam kalimat tersebut penutur mengungkapkan bahwa dirinya dalam kondisi lelah atau capek, tanpa bermaksud untuk meminta perhatian dari mitra tutur seperti minta untuk dipijitkan.

2. Illocutionary Acts (Tindak Ilokusi)

Tindak ilokusi (Illocutionary act), yaitu suatu tuturan yang berfungsi bukan saja untuk menginformasikan tetapi tuturan ini juga mengandung maksud, fungsi atau daya tuturan. Contoh : “Panas sekali ya” kalimat tersebut mengandung maksud bahwa penutur meminta agar mitra tutur untuk membuka jendela atau menyalakan kipas angin agar udara tidak panas lagi.

3. Perlocutionary Acts (Tindak Perlokusi)

Tindak perlokusi (Perlocutionary act), yaitu hasil atau efek yang ditimbulkan oleh ungkapan itu pada pendengar, sesuai dengan situasi dan kondisi pengucapan kalimat itu. Tanggapan tersebut tidak hanya berbentuk kata-kata, tetapi juga berbentuk tindakan atau perbuatan.


(45)

Efek atau daya pengaruh ini dapat secara sengaja atau tidak sengaja dikreasikan oleh penuturnya. Contoh : “Kalau bisa mengerjakan soal ini dalam waktu lima menit, saya bayar satu juta” kalimat ini memberikan efek kepada mitra tutur, sesegera mungkin untuk menyelesaikan soal tersebut agar mendapatkan uang satu juta.

Cruse menyatakan bahwa tidak ada komunikasi yang tidak memiliki daya ilokusi, dalam komunikasi penutur menyampaikan maksudnya melalui tuturan dengan daya ilokusi tertentu (Rahyono, 2012, p. 213). Daya Ilokusi terwujud dalam jenis-jenis tindakan, seperti pemberitahuan, janji, peringatan dan lain-lain.

Menurut Searle tindak tutur Ilokusi dibagi menjadi lima. Tindak Asertif (Assertives), Tindak Direktif (Directives), Tindak Komisif

(Commisives), Tindak Ekspresif (Exspressives), Tindak Deklarasi

(Declaration) (Rahyono, 2012, p. 216).

1. Tindak Asertif

Yakni tindak tutur yang membuat penutur terlibat dengan kebenaran atas apa yang dituturkan. Tindak tutur ilokusi yang termasuk kedalam kategori asertif adalah tuturan menyatakan, menuntut, mengakui, menunjukkan, melaporkan, memberikan kesaksian, membual, mengeluh.


(46)

2. Tindak Direktif

Yakni tindak tutur yang bermaksud mempengaruhi kawan tutur melakukan sesuatu yang sesuai dengan apa yang disebutkan didalam tuturannya. Tindak tutur ilokusi yang termasuk kedalam kategori direktif adalah tuturan meminta, mengajak, memaksa, menyarankan, mendesak, menyuruh, menagih, memerintah, mendesak, memohon, menantang.

3. Tindak Komisif

Yakni tindak tutur yang menuntut komitmen penutur pada tindakan yang akan dilakukan pada waktu yang akan datang. Tindak tutur ilokusi yang termasuk kedalam kategori komisif adalah bersumpah, berjanji, mengancam, menyatakan kesanggupan.

4. Tindak Ekspresif

Yakni tindak tutur yang berfungsi untuk mengutarakan sikap perasaan penutur terhadap keadaan yang tersirat. Tindak tutur ilokusi yang termasuk kedalam kategori ekspresif adalah berterima kasih, mengeluh, mengucapkan selamat, menyanjung, memuji, meyalahkan, dan mengkritik.

5. Tindak Deklarasi

Yakni tindak tutur yang digunakan untuk menyatakan perubahan realitas status menurut isi tuturan yang dinyatakan penutur kepada kawan tutur. Tindak tutur ilokusi yang termasuk kedalam kategori


(47)

deklarasi adalah mengundurkan diri, menamakan, menunjuk, menghukum, memutuskan, melarang, membatalkan, mengabulkan, mengizinkan, memaafkan, mengampuni (Rahyono, 2012, p. 216).

2.2.2 Interaksi Simbolik (symbolic interactionism)

Bahasa dan komunikasi merupakan dua bagian yang saling melengkapi, komunikasi tidak akan berlangsung bila tidak ada bahasa (simbol-simbol) yang dipertukarkan, begitu juga sebaliknya, bahasa tidak akan memiliki makna jika tidak dilihat dalam konteks sosial atau ketika diperukarkan (Kuswarno, 2008, p. 6). Dalam perspektif interaksional yang memandang komunikasi sebagai jalan bagi individu-individu untuk mengembangkan dirinya. Individu memiliki nilai yang sangat tinggi diatas hal lainnya, karena dalam diri individu tersebut tercakup esensi kebudayaan, masyarakat dan pikiran. Perspektif interaksional ini juga membahas bahasa atau lambang sebagai hal yang dipertukarkan ketika manusia saling berinteraksi (Ibid, p. 9).

Dalam interaksi simbolik (symbolic interactionism) seorang

komunikator memberikan informasi hasil dari pemaknaan symbol dari pemikirannya kepada komunikan, dan komunikan yang menerima informasi tersebut akan memiliki pemikiran lain dalam memaknai informasi yang diberikan oleh komunikator. Herbert Blumer, salah seorang penganut pemikiran Mead menjabarkan pemikiran Mead bahwa pokok


(48)

pikiran interaksionisme simbolik ada tiga, yang pertama ialah bahwa manusia bertindak (act) terhadap sesuatu (thing) atas dasar makna (meaning) (Sunarto, 2000, pp. 35-36).

Interaksi simbolik pertama kali dikemukakan oleh George Herbert Mead, yang kemudian dimodifikasi oleh Blummer. Karakteristik ide ini adalah suatu hubungan yang terjadi secara alami antara manusia dalam masyarakat dan hubungan masyarakat dengan individu. Interaksi yang terjadi antar individu berkembang melalui simbol-simbol yang mereka ciptakan. Realitas sosial merupakan rangkaian peristiwa yang terjadi pada beberapa individu dalam masyarakat. Interaksi yang dilakukan antar individu itu berlangsung secara sadar dan berkaitan dengan gerak tubuh, vokal, suara dan ekspresi tubuh, yang kesemuanya itu mempunyai maksud dan dimaksud dengan simbol (Kuswarno, 2008, p. 22).

Pendekatan interaksi simbolik yang dimaksud Blumer mengacu pada tiga premis utama, yaitu :

1. Manusia bertindak terhadap sesuatu berdasarkan makna-makna yang ada pada sesuatu itu bagi mereka.

2. Makna itu diperoleh dari hasil interaksi sosial yang dilakukan oleh orang lain.

3. Makna-makna tersebut disempurnakan disaat proses interaksi sosial sedang berlangsung (Ibid).


(49)

Dalam penelitian ini, peneliti akan menganalisa makna yang terkadung dari pesan yang Pandji Pragiwaksono utarakan kepada khalayak saat standup special Bhineka Tunggal Tawa di Gedung Perfilman Usmar

Ismail Hall. Makna muncul dari hubungan antara kata sebagai bahasa (simbol) dan manusia. Makna tidak melekat pada kata, namun kata-kata membangkitkan makna dalam pikiran orang (Mulyana, 2012, p. 281). Dengan begitu sebenarnya kitalah yang memberikan makna pada kata. Setiap makna yang kita berikan pada kata yang sama bisa berbeda-beda, tergantung konteks ruang dan waktu.

Dalam Teori Tindak Tutur (Speech act Theory) ini, peneliti lebih

menitik beratkan pada Teori Tindak Tutur yang dikemukakan oleh John R. Searle. Pada prosesnya Pandji Pragiwaksono selaku Comic dalam

menyampaikan pesan yang sudah dikonsep sedemikian rupa agar dapat diterima dengan baik oleh khalayak, secara otomatis akan terjadi proses pemaknaan yang dilakukan oleh khalayak.

Tentu dalam proses penyampaian pesan oleh Pandji Pragiwaksono kepada khalayak, terjadi proses komunikasi yang didalamnya mengandung berbagai macam makna. Seperti yang telah diungkapkan oleh Cruse bahwa setiap komunikasi memiliki daya ilokusi (Rahyono, 2012, p. 213). Untuk mengetahui makna yang terkandung didalam pesan yang Pandji Pragiwaksono sampaikan dapat dilihat dari tuturan yang disertakan dengan intonasi. Teori Tindak Tutur ini membantu peneliti agar tahu lebih rinci


(50)

maksud dari setiap pesan yang disampaikan oleh Pandji Pragiwaksono pada standup special Bhineka Tunggal Tawa. Untuk mendukung teori yang ada,

maka peneliti akan membuat gambar alur pikir dari peneliti, berikut adalah :


(51)

Gambar 2.1

Model Alur Kerangka Pemikiran

Sumber : Peneliti, 2013

Dari gambar model alur kerangka pemikiran diatas, dapat digambarkan kerangka penelitian yang akan penulis lakukan dalam penelitian ini, adapaun penjelasan mengenai gambar diatas sebagai berikut.

Interaksi Simbolik (symbolic interactionism)

Komunikasi Publik (Public Communication)

StandUp Special Bhineka Tunggal Tawa

Makna Pesan Verbal Pandji Pragiwaksono Tindak Tutur Ilokusi (Illocutionary Act)

Tindak Tutur Perlokusi (Perlucutionary Act) Tindak Tutur lokusi

(Locutionary Act)

Teori Tindak Tutur (Speech Act Theory)


(52)

Manusia melakukan tindakan komunikasi yang dapat dilakukan oleh dua orang ataupun lebih. Standup special bhineka tunggal tawa ini termasuk kedalam komunikasi publik, dimana Pandji Pragiwaksono sebagai comic

berbicara didepan banyak orang yang pada dasarnya belum dikenalinya satu persatu. Ketika Pandji menyampaikan pesan kepada khalayak, maka Pandji berharap, maksud dari pesan yang disampaikannya tersebut dapat dimengerti oleh khalayak, sehingga terdapat kesamaan makna antara Pandji dengan khalayak.

Dalam menyampaikan pesan, tentunya tidak terlepas dari interaksi simbolik. Dimana menurut Hebert Blumer pendekatan interaksi simbolik yang dimaksud Blumer mengacu pada tiga premis utama, yaitu. (1) Manusia bertindak terhadap sesuatu berdasarkan makna-makna yang ada pada sesuatu itu bagi mereka. (2) Makna itu diperoleh dari hasil interaksi sosial yang dilakukan oleh orang lain. (3) Makna-makna tersebut disempurnakan disaat proses interaksi sosial sedang berlangsung.

Manusia bertindak terhadap sesuatu berdasarkan makna-makna yang ada pada sesuatu itu bagi mereka. Ketika Pandji menyampaikan pesan kepada khalayak, maka pada saat itulah terdapat kalimat yang diucapkan, dimana kalimat tersebut berupa kata-kata yang mempunyai makna. Maka khalayak bertindak sesuai apa yang dikatakan oleh Pandji kepada khalayak.

Makna itu diperoleh dari hasil interaksi sosial yang dilakukan oleh orang lain. Makna tidak timbul begitu saja, akan tetapi makna terbentuk dari


(53)

hubungan khusus antara kata (sebagai simbol verbal) dan manusia, dimana kata-kata membangkitkan makna dalam pikiran manusia. Pemahaman mengenai makna pesan yang disampaikan oleh Pandji, tentunya diterima berbeda-beda oleh khalayak.

Makna-makna tersebut disempurnakan disaat proses interaksi sosial sedang berlangsung. Ketika proses penyampaian pesan oleh Pandji kepada khalayak, tentunya terjadi interaksi antara Pandji dengan khalayak. Pada saat itulah makna-makna tersebut disempuranakan, hingga akhirnya tercapai kesamaan makna terhadap pesan yang disampaikan.

Setelah mengaplikasikan interaksi simbolik yaitu proses penyampaian pesan, maka hasil yang dicapai adalah tindak tutur komunikasi yang dilakukan oleh Pandji kepada khalayak, baik itu secara lokusi, ilokusi dan perlokusi.

Teori yang dipakai dalam penelitian ini ialah teori tindak tutur, yang menghasilkan tindak lokusi (locutionary act), tindak ilokusi (illocutionary

act), tindak pelokusi (perlocutionary act). Ketika Pandji menyampaikan

pesan tentu melakukan suatu tindak tutur komunikasi, mulai dari pembentukan suatu kalimat, menyampaikan informasi hingga pada pengaruh informasi yang disampaikan kepada khalayak. Dalam hal ini peneliti akan mencoba menghubungkan teori tindak tutur ini terhadap, pesan yang disampaikan oleh Pandji kepada khalayak.


(54)

Tindak lokusi adalah tindak tutur yang dimaksudkan untuk menyatakan sesuatu dengan kata dan makna kalimat tersebut tanpa ada maksud, tujuan apalagi mempengaruhi lawan tutur tersebut, berikut contoh dari tindak lokusi.

“Sudah tiga minggu kamar ini tidak dibersihkan”

Dari contoh pesan diatas, maka penutur hanya menyampaikan informasi tanpa ada maksud untuk mempengaruhi kawan tutur. Dalam pesan tersebut penutur hanya menyampaikan kepada kawan tutur, bahwa

„sudah tiga minggu kamar ini tidak dibersihkan‟.

Tindak ilokusi adalah suatu tuturan yang berfungsi bukan saja untuk menginformasikan tetapi tuturan ini juga mengandung maksud, fungsi atau daya tuturan, berikut adalah contoh dari tindak ilokusi.

“Sudah tiga minggu kamar ini tidak dibersihkan”

Penjelasan dari pesan diatas, bukan hanya sekedar memberikan informasi, tetapi mempunyai maksud serta daya tuturan untuk melakukan sesuatu ketika penutur mengatakan “sudah tiga minggu kamar ini tidak

dibersihkan” maka maksud dari pesan tersebut, penutur meminta kawan

tutur untuk membersihkan kamar tersebut atau mengajak kawan tutur untuk membersihkan bersama kamar tersebut. Dalam pesan yang disampaikan, tentu akan ada beberapa penafsiran dari kawan tutur.


(55)

Tindak perlokusi adalah hasil atau efek yang ditimbulkan oleh ungkapan itu pada pendengar, sesuai dengan situasi dan kondisi pengucapan kalimat itu, berikut ialah contoh dari tindak perlokusi.

“Sudah tiga minggu kamar ini tidak dibersihkan”

Dari contoh pesan diatas, maka apa yang dituturkan oleh penutur akan memberikan efek kepada kawan tutur yang mendengar, yaitu dengan langsung mengambil sapu dan lain-lain untuk segera membersihkan kamar tersebut.

Untuk mengetahui makna pesan yang disampaikan oleh Pandji, peneliti menggunakan teori tindak tutur, yang menitik beratkan kepada tindak lokusi, tindak ilokusi dan tindak perlokusi. Pada saat proses penyampaian pesan oleh Pandji kepada khalayak, terjadilah interaksi simbolik antara Pandji sebagai comic dengan khalayak. Pada saat itulah

peneliti dapat mengetahui tentang Makna Pesan Verbal Pandji Pragiwaksono.


(56)

39

3.1 Objek Penelitian

Dalam objek penelitian ini, peneliti memfokuskan kepada makna pesan verbal yang dilihat dari tindak tutur lokusi, ilokusi dan perlokusi Pandji Pragiwaksono selaku Comic dalam video StandUp Special Bhineka Tunggal

Tawa.

Dalam Standup comedy, Comic bebas memakai materi apa yang akan

disampaikan kepada penonton, tetapi Comic yang ada saat ini di Indonesia biasa

memakai materi tentang pengalaman pribadinya. Sehingga yang melihat hanya mendapatkan tawa tanpa mendapatkan ilmu atau wawasan baru.

Berbeda dengan Pandji Pragiwaksono, materi yang disampaikan lebih bervariatif tidak hanya pengalaman pribadinya, melainkan tentang kondisi Indonesia saat ini, dengan begitu pesan yang disampaikan pun lebih menarik dan berbobot. Sehingga ketika StandUp Special Bhineka Tunggal Tawa selesai,

penonton bukan saja mendapatkan tawa tetapi juga mendapatkan ilmu dan wawasan yang lebih terbuka mengenai Indonesia.

3.1.1 Pandji Pragiwaksono

Pandji Pragiwaksono adalah seorang penyiar radio, presenter televisi, penyanyi hiphop dan penulis buku. Pandji Pragiwaksono lahir di


(57)

Singapura pada tanggal 18 Juni 1979, pria yang akrab dipanggil Pandji ini tercatat sebagai mahasiswa ITB (Institut Teknologi Bandung) Fakultas Seni Rupa dan Design. Pandji Pragiwaksono yang mengawali karir menjadi seorang penyiar radio yang pada akhirnya mulai terkenal sebagai pembawa sebuah program reality show Kena Deh dan kuis Hole in the

Wall di televisi swasta Indonesia (Pragiwaksono, 2012, p. 233).

Awal mula Pandji Pragiwaksono ingin menjadi seorang Standup

comedy ialah ketika Pandji Pragiwaksono melihat video StandUp Special

dari Robin Williams yang bejudul Robin Williams Live in Boardway

(Pragiwaksono, 2012, p. 2). Tetapi niat dari Pandji Pragiwaksono untuk menjadi seorang Comic tidak langsung terealisasikan, karena beberapa

faktor yang kurang mendukung seperti, kurang populernya Standup

comedy di Indonesia pada saat itu.

Akhirnya pada tahun 2010 Pandji Pragiwaksono membuat sebuah event bulanan yang diberi nama “Twivate Concert”, dimana maksud dari event ini adalah sebuah konser musik mini yang diperuntukan untuk

followers nya di twitter. Pada event inilah Pandji Pragiwaksono

memberanikan dan memakasakan diri untuk melakukan Standup comedy

secara rutin selama 30 menit (Ibid, p. 3).

Akhirnya Pandji Pragiwaksono memantapkan diri untuk membangun pengetahuan masyarakat mengenai Standup comedy. Dengan mengunggah video Standup comedy nya di youtube, niatan Pandji Pragiwaksono pun


(58)

disambut baik oleh pihak Kompas TV setelah melihat video Pandji Pragiwaksono di youtube, pihak Kompas TV akhirnya memutuskan untuk membuat sebuah acara pencarian bakat Standup comedy yang diberi nama

Standup comedy Indonesia atau yang disingkat menjadi SUCI.

Tanggal 13 Juli 2011 adalah tanggal yang sangat penting bagi StandUp Comedi Indonesia, dimana tanggal tersebut adalah tanggal

berdirinya komunitas Standup comedy Indonesia, yang diprakarsai oleh

Ernest Prakasa dan Ryan Adriandhy dimana mereka adalah pemenang pencarian bakat Standup comedy Indonesia (Ibid, p. 8).

Setelah terbentuknya komunitas Standup comedy Indonesia ini,

akhirnya bermunculanlah komunitas-komunitas Standup comedy

dikota-kota Indonesia seperti Samarinda, Palembang, Bogor, Bali, Medan, Surabaya, Yogyakarta, Bandung, Cilegon, Solo, Lampung, Padang, Purwokerto, Sukabumi, Semarang dan Jabodetabek.1 Semua ini tidak akan terjadi apabila seorang Pandji Pragiwaksono tidak nekad dalam obsesinya untuk menjadi seorang Comic dan mengenalkan Standup comedy kepada

masyarakat Indonesia.

3.1.2 Bhineka Tunggal Tawa (BTT)

Bhineka Tunggal Tawa adalah sebuah tema dari StandUp Special

dari Pandji Pragiwaksono. StandUp Special ini menjadi sejarah dalam

1


(59)

dunia Standup comedy Indonesia. Karena, ini StandUp Special pertama

yang pernah dilakukan di Indonesia.

Bhineka Tunggal Tawa memiliki arti “Walau Berbeda, Tetap Satu

Dalam Tawa”. StandUp Special Bhineka Tunggal Tawa digelar pada

tanggal 28 Desember 2011 yang bertempat di Gedung Perfilman Usmar Ismail Hall, Kuningan, Jakarta Selatan.

Dalam Bhineka Tunggal Tawa, sebelum Pandji Pragiwaksono tampil, terdapat lima Comic yang membuka acara tersebut, yaitu, Sammy D. Putra (@notaslimboy), Rindra (@ponakannyaom), Asep Suaji (@asepsuaji), Luqman Baihaqi (@luqmanbhq), dan yang terakhir Ernest Prakarsa (@ernestprakarsa).

3.1.3 Pesan yang Mengandung Tindak Tutur

Dalam standup comedy, ada beberapa istilah yang harus diketahui.

Seperti set, set adalah keseluruhan satuan show standup comedy yang

terdiri atas sejumlah materi yang digabungkan, hingga pada akhirnya menjadi sebuah rangkaian yang berdurasi (Pragiwaksono, 2012, p. xxii). Materi dalam standup comedy dinamakan bit.2 Dalam penelitian ini,

peneliti hanya mengambil tujuh pesan dari keseluruhan pesan yang disampaikan oleh Pandji Pragiwaksono dalam Standup Special Bhineka

Tunggal Tawa. Peneliti hanya mengambil pesan dari beberapa bit yang ada

2


(60)

pada Standup Special Bhineka Tunggal Tawa, lalu memilih pesan dalam

setiap bit, yang mana dalam menyampaikan pesannya, tidak menggunakan komunikasi non verbal untuk mempertegas pesan verbal yang disampaikan.

Standup special bhineka tungga tawa dari Pandji Pragiwaksono ini di

dokumentasikan melalui sebuah rekaman video, berikut adalah beberapa potongan bit standup special bhineka tunggal tawa yang dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 3.1 Tuturan yang Mengandung Tindak Tutur

Timeline Tuturan

Durasi Video

00:32” – 00:40

Terima kasih tujuh puluh lima puluh ribu dan seratus ribu terimakasih penghargaan


(61)

urasi Video 01:13 – 01:26

Selamat datang di Usmar Ismail Hall Jakarta, gua yakin beberapa diantar kalian

baru pertama kali kesini.

Tempatnya bagus sekali, ini adalah fasilitas pemerintah, tapi dijalankan oleh swasta,

itulah kenapa bagus sekali

Durasi Video 02:00 – 02:23

AA Gatot Brajamusti, katanya untuk jadi anggota PARFI, minimalnya harus main satu film, apalagi jadi ketua. Dia adalah ketua PARFI, katanya dia pernah main film

misteri, ada yang pernah nonton film misterinya?


(62)

3.2 Metode Penelitian

Penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif dan menggunakan Teori Tindak Tutur. Mulyanamenjelaskan bahwa:

“Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bersifat interpretif

(menggunakan penafsiran) yang melibatkan banyak metode, dalam menelaah masalah penelitiannya. Sebagian ilmuwan menerjemahkan penelitian kualitatif deskriptif (tanpa angka-angka), tanpa usaha untuk membangun proposisi, model, atau teori (secara induktif) berdasarkan data yang diperoleh di lapangan”. (Mulyana, 2008:5)

Analisis pesan menggunakan Teori Tindak Tutur merupakan salah satu cara untuk menganalisis suatu pesan verbal dalam memberikan maksud yang terkandung didalam pesan yang disampaikan. Teori Tindak Tutur Ilokusi dari John R. Searle melihat maksud pesan dari sisi khalayak, dimana khalayaklah yang memberikan makna terhadap pesan yang disampaikan (Mulyana, 2012, p. 281).

Fokus penelitian dalam peneliti ini ialah pesan verbal yang terkandung dalam video StandUp Special Bhineka Tunggal Tawa dari Pandji Pragiwaksono, dengan menggunakan teori Tindak Tutur Ilokusi dan menganalisis video StandUp Special Bhineka Tunggal Tawa Pandji Pragiwaksono. Sehingga penelitian ini, bertujuan untuk menjelaskan dan mendeskripsikan Tindak Tutur Ilokusi Asertif, Direktif, Ekspresif dan Deklaratif yang terdapat pada video StandUp Special Bhineka

Tunggal Tawa Pandji Pragiwaksono. .


(63)

3.2.1 Desain Penelitian

Dalam melakukan penelitian, tentu diperlukan sebuah perencangan dan perancanaan dalam penelitian, agar penelitan tersusun secara sistematis dan mendapatkan hasil yang baik.

Desain penelitian adalah sebuah peta jalan bagi peneliti yang menuntun serta menentukan arah berlangsungnya proses penelitian secara benar dan tepat sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.3

Tanpa desian yang benar, peneliti tidak akan dapat melakukan penelitian dengan baik, karena tidak adanya pedoman serta arah yang jelas. Maka langkah-langkah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Menetapkan judul yang akan diteliti, sehingga dapat diketahui apa yang akan diteliti dan masalah dalam penelitian. Dalam penelitian ini penulis mengambil judul Makna Pesan Verbal Comic dengan sub judul Analisis Pesan Pandji Pragiwaksono dalam Video Standup Special Bhineka Tunggal Tawa 28 Desember 2011 di Usmar Ismail Hall Jakarta.

2. Menetapkan masalah-masalah yang akan dianalisis. Dalam penelitian ini, yang menjadi rumusan masalah adalah :

1. Tindak Tutur Lokusi 2. Tindak Tutur Ilokusi 3. Tindak Tutur Perlokusi

3

4 Kesalahan Umum dalam Desain Penelitian, www.infoskripsi.com,

http://www.infoskripsi.com/2013/01/4-kesalahan-umum-dalam-desain-penelitian.html, Diakses 22 April 2013, pukul 22.50


(64)

3. Memberi definisi terhadap pengukuran subfokus. Penelitian ini hanya terdapat satu subfokus yaitu makna pesan verbal.

4. Memilih teknik pengumpulan data

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dua teknik pengumpulan data, yaitu pengumpulan data melalui Studi Pustaka, seperti, referensi buku, skripsi terdahulu dan dokumentasi.

5. Memilih teknik analisa data

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik analisa data menggunakan model interaksi dari Miles dan Huberman, dimana tahapannya ialah mereduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.

6. Hasil Penelitian

Mendapatkan jawaban dari rumusan masalah yang telah dirumuskan sejak awal yaitu Makna Pesan Verbal dari Pandji Pragiwaksono

3.2.2 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah cara yang dipakai untuk mengumpulkan data dengan menggunakan metode-metode tertentu. Metode-metode yang akan digunakan dalam penelitian ini, antara lain :


(65)

3.2.2.1 Instrumen Penelitian

Semua alat yang digunakan untuk mengumpulkan, memeriksa, menyelidiki suatu masalah, atau mengumpulkan, mengolah, menganalisa dan menyajikan data-data secara sistematis serta objektif dengan tujuan memecahkan suatu persoalan. Jadi semua alat yang mendukung dalam suatu penelitian, dapat disebut instrumen penelitian.4 Berikut adalah instrument penelitian yang digunakan :

Gambar 3.1 Instrumen Penelitian

4

http://rosididi.blogspot.com/2013/01/instrumen-penelitian.html diakses 1 Juli 2013, pukul 14.34

Teori Tindak Tutur Tindak Tutur Lokusi Tindak Tutur Ilokusi Tindak Tutur Perlokusi Informatif Media Kemasan Pesan Maksud, Fungsi atau Daya Tuturan

Tindak Deklaratif Tindak Ekspresif Tindak Komisif Tindak Direktif Tindak Asertif


(66)

3.2.2.2 Studi Pustaka

Peneliti disini dalam melakukan penelitian tentu tidak terlepas dari adanya pencarian data dengan menggunakan studi kepustakaan. Disini peneliti menggunakan studi pustaka dengan mencari berbagai data sebagai pendukung dari penelitian yang dilakukan oleh peneliti, yaitu dengan menggunakan :

1. Referensi Buku

Referensi buku adalah buku yang dapat memberikan keterangan topik perkataan, tempat peristiwa, data statistika, pedoman, alamat, nama orang, riwayat orang-orang terkenal. Dalam hal ini peneliti melihat dan membaca buku yang dianggap memiliki keterangan dengan penelitian yang sedang diteliti

2. Peneliti Terdahulu

Disini peneliti menggunakan studi pustaka dengan melihat hasil karya ilmiah para peneliti terdahulu, yang mana pada dasarnya peneliti mengutip beberapa pendapat yang dibutuhkan oleh peneliti sebagai pendukung penelitian. Tentunya dengan melihat hasil karya ilmiah yang memiliki pembahasan serta tinjauan yang sama.

3. Pencarian Data Secara Online

Pada penelitian bisa juga dalam pengumpulan data dilakukan secara online atau media internet dengan mencari dan


(67)

mengumpulkan informasi-informasi berupa data-data yang berkaitan dengan penelitian yang sedang diteliti oleh peneliti.

4. Dokumentasi

Dengan adanya dokumentasi berupa rekaman video yang dibuat oleh management dari Pandji Pragiwaksono, peneliti dapat mengamati video StandUp Special Bhineka Tunggal Tawa secara teliti. Makna pesan yang terkandung pada video StandUp Special Bhineka Tunggal Tawa, selanjutnya akan diteliti dengan cara mengidentifikasi tindak tutur ilokusi yang terdapat pada pesan yang disampaikan oleh Pandji Pragiwaksono.

3.2.2.3 Studi Lapangan

Adapun studi lapangan yang dilakukan oleh peneliti dalam mengumpulkan data dengan menggunakan teknik sebagai berikut :

1. Wawancara

Dalam sebuah penelitian perlu adanya data-data yang relevan untuk dijadikan sebagai penunjang dalam penelitian yang sedang diteliti, salah satunya adalah melalui wawancara.

Menurut Esterberg wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui Tanya jawab,


(68)

sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam topik tertentu (Sugiyono, 2011, p. 231).

A.Wawancara Semiterstruktur

Wawancara ini termasuk kategori in-deptinterview, tujuan dari

wawancara jenis ini adalah untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka, dimana pihak yang diajak wawancara diminta pendapat, dan ide-idenya.

Dalam memperkuat penelitian yang diteliti, peneliti menggunakan wawancara semiterstruktur untuk mendapatkan informasi yang relevan dari narasumber terkait untuk mengetahui kebenaran dan menjadikan keyakinan bagi peneliti.

3.2.3 Teknik Penentuan Informan

Dalam Penelitian ini, peneliti menggunakan informan (narasumber) penelitian adalah seseorang yang memiliki informasi mengenai objek yang sedang diteliti, untuk dimintai informasi mengenai objek penelitian tersebut. A.M Huberman & M.B Miles mengemukakan bahwa informan juga berfungsi sebagai umpan balik terhadap data penelitian dalam ruang cross check data (Bungin, 2001, p. 87).

”seorang Informan adalah sumber data yang dibutuhkan oleh peneliti dalam sebuah penelitian. Dipilih guna mendapatkan informasi yang sesuai dengan permasalahan penelitian, dimana terlebih dahulu peneliti menetapkan siapa saja informannya dan kemudian mendelegasikan tugas dibidangnya yang sesuai dengan tema penelitian, berbicara atau membandingkan suatu


(69)

kejadian yang ditemukan oleh subjek lain” (Moleong, 2001, p. 90).

3.2.3.1 Informan Pendukung

Pemilihan informan pendukung pada penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling. Teknik purposive sampling ialah teknik

pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu. Sebagaimana dapat diliat dalam tabel dibawah ini.

Tabel 3.2

Daftar Informan Pendukung No Nama Status

1 Informan Pendukung 1 Comic

2 Informan Pendukung 2 Penikmat Standup comedy

Informan pendukung terpilih satu orang dari Comic Standup Indo Bandung dan satu orang penikmat Standup comedy, Informan pendukung dipilih menggunakan teknik purposive sampling, dimana teknik ini mencakup orang-orang yang diseleksi atas dasar kriteria-kriteria tertentu yang dibuat peneliti berdasarkan tujuan penelitian. Adapun kriteria-kriteria tersebut adalah informan pendukung yang menonton langsung

standup comedy special bhineka tunggal tawa dan informan pendukung yang berkecimpung dalam standup comedy. Sedangkan orang-orang dalam populasi yang tidak sesuai dengan kriteria tersebut tidak dijadikan sampel atau informan (Sugiyono, 2011, pp. 218-219). Atas permintaan


(70)

dari kedua informan pendukung, untuk tidak mencantumkan nama mereka dalam penelitian ini.

3.2.4 Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi, sehingga dapat mudah dipahami dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain. Analisis data dilakukan dengan mengorganisasikan data, menjabarkannya kedalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan yang dapat diceritakan kepada orang lain (Sugiyono, 2011, p. 244).

Miles and Huberman mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data yaitu data reduction, data display dan conclusion drawing / verifying. Berikut adalah model interaktif dalam analisis data :


(71)

Gambar 3.2

Analisis data model Interaktif (Interractive Model) dari Miles dan Huberman

Sumber : (Sugiyono, 2011, p. 247)

Data yang diperoleh dari lapangan dilakukan analisis melalui tahap-tahap sebagai berikut :

1. Reduksi Data (Data Reduction) : kategorisasi dan mereduksi data, yaitu melakukan pengumpulan terhadap informasi penting yang terkait dengan masalah penelitian, selanjutnya data dikelompokan sesuai topik masalah.

2. Penyajian Data (Data Display) : data yang telah terkumpul dan telah dikelompokan itu kemudian disusun secara sistematis sehingga peneliti dapat melihat dan menelaah komponen-komponen penting dari sajian data.

3. Penarikan Kesimpulan (Conclusion verification) : pada tahap ini peneliti melakukan intepretasi data sesuai dengan konteks masalah dan tujuan penelitian. Dari intrepetasi yang dilakukan dapat diperoleh kesimpulan dalam menjawab masalah penelitian.

Tahapan-tahapan dalam analisis data diatas merupakan bagian yang tidak saling terpisahkan, sehingga saling berhubungan antara tahapan yang

Data Display Data

Collection

Data Reduction

conclusion drawing / verifying


(1)

3.2.6.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan sesuai dengan jadwal penulisan skripsi yang berlangsung selama 6 (enam) bulan, terhitung mulai bulan Februari 2013 hingga bulan Juli 2013.


(2)

101

5.1 Simpulan

Banyak orang yang mengenal standup comedy adalah salah satu hiburan komedi, dimana seseorang (comic) menyampaikan pesan kepada khalayak yang menonton secara monolog diatas panggung. Dalam perkembangannya, standup comedy tidak selalu harus menampilkan pesan yang lucu atau membuat khalayak yang menonton tertawa, akan tetapi dengan menonton standup comedy bukan saja hanya tawa yang didapat, melainkan mendapatkan ilmu, wawasan baru yang dilihat dari sudut pandang seorang comic. Maka dari itu seorang comic harus dapat mengemas pesan sedemikian rupa agar dapat dipahami oleh khalayak yang menonton. Dalam standup comedy, pesan yang disampaikan oleh seorang comic melalui tutur kata, dapat berarti sebuah ajakan, perintah ataupun saran.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan dan dianalisa peneliti terkait dengan Makna Pesan Verbal Comic Dengan Analisis Pesan Pandji Pragiwaksono dalam Video Standup Special Bhineka Tunggal Tawa 28 Desember 2011 di Usmar Ismail Hall Jakarta pada Bab sebelumnya, peneliti menarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Standup comedy ialah sebuah seni berbicara dihadapan publik, ketika berbicara dihadapan publik tentu saja ada pesan yang disampaikan oleh


(3)

Pandji Pragiwaksono kepada khalayak. Pesan sendiri ialah salah satu unsur yang terdapat pada komunikasi, komunikasi dilakukan dengan menggunakan bahasa, bahasa terbentuk dari simbol-simbol verbal yang dinyatakan oleh Pandji dalam bentuk ucapan kepada khalayak, sehingga terciptanya kesamaan makna antara Pandji dengan khalayak. Dalam menyampaikan pesan, standup comedy dinilai lebih efektif, karena khalayak akan lebih mendengarkan pesan apabila pesan tersebut disampaikan dengan gaya humor dan santai, karena lebih ringan dan mudah dipahami oleh khalayak. Memang tujuan akhir dari standup comedy ini adalah untuk mendapatkan tawa, tetapi pesan yang disampaikan dalam standup comedy bukan hanya sekedar untuk mendapatkan tawa saja, melainkan ada sesuatu yang memang serius untuk ditanggapi.

2. Dalam komunikasi, adanya kesamaan makna akan berdampak pada efektifitas komunikasi. Begitu juga dengan standup comedy, dalam standup comedy terkadang memang diperlukan proses berfikir yang cukup agar mengerti maksud dari pesan yang disampaikan oleh Pandji sebagai seorang comic. Maka dari itu, pesan yang akan disampikan harus dikemas sesederhana mungkin agar dapat dipahami oleh khalayak. Tidak semua pesan verbal yang disampaikan oleh Pandji pada standup special bhineka tunggal tawa mengandung tindak asertif, direktif, komisif, ekspresif dan


(4)

deklarasi. Karena tidak semua pesan yang disampaikan berisikan saran, ajakan ataupun perintah.

3. Tujuan dari pesan yang disampaikan oleh seorang comic dalam hal ini Pandji Pragiwaksono pada standup comedy bukan saja untuk mendapatkan tawa dari khalayak, akan tetapi pesan tersebut juga dapat menyuarakan pendapat, ilmu dan pengalaman yang dapat dibagikan kepada khalayak, hingga pada akhirnya khalayak mendapatkan wawasan baru. Dampak yang terjadi akibat pesan yang disampaikan oleh Pandji ini bermacam-macam, bagi penonton tanggapan yang terjadi bukan hanya mendapatkan tawa akibat lelucon yang dilontarkan oleh Pandji, tetapi juga dapat mengangguk-anggukan kepalanya seakan sedang menyerap ilmu yang didapat dari Pandji serta khalayak akan melaksanakan apa yang disarankan dan diperintahakan oleh Pandji


(5)

5.2 Saran

5.2.1 Saran bagi Khalayak Standup Comedy

Dengan adanya hasil dari penelitian ini diharapkan, bagi khalayak penikmat Standup Comedy, memahami maksud dari pesan yang disampaikan oleh comic pada acara standup comedy itu sangat penting.

5.2.2 Saran bagi Comic

Dengan adanya penelitian ini, disarankan agar para comic dapat lebih dapat meningkatkan kualitas dari pesan yang disampaikan dalam setiap Standup comedy, sehingga khalayak yang menonton mendapatkan pesan yang bermanfaat dan tentunya dapat bergunakan dalam menghadapi satu masalah.

5.2.3 Saran bagi Mahasiswa

1. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi rujukan bagi mahasiswa yang ingin melakukan penlitian dibidang yang sama serta mampu menimbulkan ketertarikan bagi mahasiswa untuk lebih memahami lagi mengenai tindak tutur dalam standup comedy.

2. Bagi mahasiswa yang akan melakukan penelitian selanjutnya disarankan untuk mencari dan membaca referensi-referensi lain lebih banyak lagi, sehingga hasil penelitian selanjutnya akan semakin baik.


(6)

.: Data Pribadi

Nama Lengkap : Teja Darmawan

Tempat Tanggal Lahir : Bandung, 22 September 1986

Jenis Kelamin : Pria

Agama : Islam

Status Perkawinan : Belum Menikah

Kewarganegaraan : Indonesia

Alamat : Komplek Riung Bandung Permai Jalan Keadilan II no.40 Blok 1-N Kec. Rancasari, Kel. Derwati Bandung 40296

Telepon : 082128121986

.: Riwayat Pendidikan Pendidikan Formal

2009 – 2013 : Ilmu Komunikasi, Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM) 2006 – 2007 : Teknik Informatika, Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM) 2004 – 2006 : Teknik Informatika, Universitas Pasundan (UNPAS)

2002 – 2004 : SMA Pasundan 1 Bandung

2000 – 2002 : SMP Kartika Chandra III-I Bandung

1995 – 2000 : SDN Soka 46 Bandung

.: Riwayat Pekerjaan

2012 : Praktek Kerja Lapangan di PT. Pos Indonesia Wilayah Bandung

2008 : McDonalds Cabang Gatsu

2007 : Rawayan Outdor activity

.: Kemampuan

Operating System : Windows.

Office : Microsoft Word, Excel.

Software : Photoshop, Coreldraw.

Demikian Daftar Riwayat Hidup ini saya buat dengan sebenarnya.

Bandung, Juli 2013