Identifikasi Masalah Tujuan Penelitian Kegunaan Penelitian Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : Tinjauan Pustaka

Persepsi merupakan proses mengindera suatu fenomena, Sikap merupakan mengindera suatu fenomena kemudian mengevaluasi didalam hati dan pikiran, sedangkan perilaku merupakan pengambilan tindakan terhadap sesuatu yang telah di evaluasi di dalam hati dan pikiran. Semua gerakan pembangunan pertanian saat ini berbasis Demokrasi dan Partisipatory, dimana sikap dan perilaku petani sangat berpengaruh terhadap suatu perencanaan, kekuatan suatu lembaga, pembuatan suatu kebijakan, dan dalam pengambilan sebuah keputusan. Hal ini yang membuat peneliti tertarik untuk meneliti sikap dan perilaku petani terhadap kinerja perkumpulan petani pemakai air P3A di Kelurahan Tualang, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimana kinerja perkumpulan petani pemakai air P3A di daerah penelitian? 2. Bagaimana sikap petani terhadap perkumpulan petani pemakai air P3A di daerah penelitian? 3. Bagaimana perilaku petani terhadap perkumpulan petani pemakai air P3A di daerah penelitian? Universitas Sumatera Utara

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui kinerja perkumpulan petani pemakai air P3A di daerah penelitian? 2. Untuk menganalisis sikap petani terhadap perkumpulan petani pemakai air P3A di daerah penelitian? 3. Untuk menganalisis perilaku petani terhadap perkumpulan petani pemakai air P3A di daerah penelitian?

1.4 Kegunaan Penelitian Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Sebagai bahan informasi dan masukan bagi Pemerintah Daerah tempat penelitian dilakukan. 2. Sebagai referensi bagi pembaca, khususnya Mahasiswa Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. 3. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana.. Universitas Sumatera Utara 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2.1 Tinjauan Pustaka

Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang masih diandalkan negara kita, karena sektor pertanian mampu memberikan pemulihan dalam mengatasi krisis. Keadaan inilah yang menampakkan sektor pertanian sebagai sektor yang mempunyai potensi besar untuk berperan dalam pemulihan ekonomi nasional. Hal ini terbukti bahwa di tengah krisis nasional, sektor ini masih memperlihatkan nilai positif Husodo, dkk, 2004. Pembangunan pertanian tidak terlepas dari pengembangan kawasan pedesaan yang menempatkan pertanian sebagai penggerak utama perekonomian. Lahan, potensi tenaga kerja menjadi faktor utama pengembangan pertanian. Pembangunan pertanian memerlukan integrasi dengan kawasan dan dukungan sarana serta prasarana yang tidak saja berada di pedesaan Anonimus, 2010. Dalam usaha, sektor pertanian tidak terlepas dari pengairan untuk lahan usaha tani masyarakat. Untuk meningkatkan produksi dibutuhkan air yang cukup. Oleh karena itu irigasi pertanian sangat diperlukan. Irigasi sudah lama dikenal di Indonesia. Petani membangun irigasi untuk memenuhi kebutuhan air di areal persawahan mereka. Jaringan yang dibangun umumnya berskala kecil dan sederhana. Kegiatan membangun irigasi biasanya dilakukan dengan mendayagunakan sumber daya manusia, secara swadaya dan bergotong royong Ambler, 1992. Universitas Sumatera Utara Kegiatan-kegiatan keirigasian selalu menuntut kerja sama antar petani. Pembangunan dan pemeliharaan bangunan pengairan dan saluran, pembagian air antar hamparan sawah dan antar petak sawah membutuhkan kerja sama yang terorganisasi secara baik antara petani Siskel dan Hutapea, 1995. Dalam rangka pengelolaan irigasi, pemerintah telah melakukan upaya Pembaharuan Kebijakan Pengelolaan Irigasi PKPI dengan menerbitkan hukum sebagai dasar pijakan : 1. Peraturan Pemerintah No. 77 tahun 2001 tentang irigasi 2. Keputusan Menteri Pemukiman dan prasarana wilayah No. 529KPTSM2001 tentang pedoman penyerahan kewenangan pengelolaan irigasi kepada perkumpulan petani pemakai air 3. Keputusan Menteri dalam Negeri No. 50 tahun 2001, tentang pedoman pemberdayaan perkumpulan petani pemakai air Anonimus, 2010 . Dalam mengelola air irigasi secara bersama, selalu ada organisasi, walaupun lembaga itu kerap tidak dibentuk secara formal. Petani biasanya tidak bersedia meluangkan waktu untuk membentuk organisasi yang terlalu rumit jika ekologi dan luas arealnya tidak menuntut adanya organisasi formal Ambler, 1992. Untuk menangani irigasi, yang merupakan salah satu sumber daya alam yang harus ditangani secara bersama menurut aturan dan hak-hak yang telah dikembangkan secara bersama pula, petani telah membentuk lembaga-lembaga yang dapat mewadahi kemampuan dan aspirasi petani mengenai pengelolaan air irigasi. Lembaga tradisional, baik formal maupun informal, bersifat dinamis dan terus berkembang bentuk dan fungsinya. Bertahannya lembaga-lembaga Universitas Sumatera Utara tradisional hingga sekarang adalah bukti nyata bahwa organisasi tradisonal dapat tetap aktif dan dinamis Pasandaran, 1991. Organisasi adalah wadah untuk menyatukan orang untuk bersama-sama melakukan apa yang tidak dapat mereka lakukan sendirian. Menurut Hicks 1972 organisasi adalah suatu proses interaksi dari orang-orang yang mengikuti suatu struktur tertentu dalam rangka mencapai tujuan-tujuan pribadi dan tujuan bersama Ginting, 1999. Perkumpulan Petani Pemakai Air adalah kelembagaan pengelolaan irigasi yang menjadi wadah petani pemakai air dalam suatu daerah pelayanan irigasi yang dibentuk oleh petani pemakai air itu sendiri secara demokratis DPAI, 2011. Organisasi petani pemakai air terkait dengan pemerintahan desa yang merupakan pusat pengaturan kegiatan kemasyarakatan di desa, meskipun ada yang dibentuk sendiri oleh petani dan sesuai dengan kebutuhannya sehingga telah mengakar dalam masyarakat Anonimus, 2011. Perkumpulan Petani Pemakai Air merupakan organisasi sosial dari petani yang tidak berinduk pada golongan maupun partai politik, tetapi organisasi yang bergerak di bidang pertanian, dalam kegiatan pengelolaan air sehubungan dengan kepentingan pelaksanaaan usaha tani Kartasapoetra dan Mul, 1994. Berbeda dengan organisasi petani yang bersifat tradisional, P3A merupakan organisasi yang bersifat formal, dengan adanya Anggaran Dasar AD dan Anggaran Rumah Tangga ART dan terstruktur Siskel dan Hutapea, 1995. Universitas Sumatera Utara Organisasi P3A menurut peraturannya, rapat anggota harus membuat secara tertulis suatu Anggaran Dasar AD dan Anggaran Rumah Tangga ART mengenai tata laksana kegiatanya dan harus disetujui oleh pemerintah daerah Pasandaran, 1991. Agar P3A mencapai sasaran seperti yang diinginkan pemerintah atas dasar pasal 20 PP No. 23 tahun 1982, maka Presiden RI menginstruksikan kepada tiga menteri, yakni: 1. Menteri Dalam Negeri memberi petunjuk kepada Gubernur dalam usaha membina dan mendorong terbentuknya P3A di daerah masing-masing, 2. Menteri Pekerjaan Umum melakukan pembinaan dalam eksploitasi irigasi dan pemeliharaan jaringan irigasi, guna terselenggara pengelolaan air secara tepat guna, berdaya guna, dan berhasil guna, 3. Menteri Pertanian melakukan pembinaan dalam pemanfaatan air secara adil dan tepat guna di tingkat petak kuarter dengan memperhatikan faktor tersediannya air sesuai dengan kebutuhan usaha tani dan aspirasi masyarakat setempat Ambler, 1992. Kelembagaan pengelolaan irigasi yang diharapkan adalah kelembagaan yang sifatnya merupakan kerjasama antara pemerintah daerah dan para pengguna air, karena keduanya mempunyai potensi yang sangat baik untuk disinergikan. Keberadaan kelembagaan pemakai air sebagian besar sudah berstatus badan hukum. Ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa P3A harus kuat dan mapan serta bermanfaat Anonimous, 2003. Universitas Sumatera Utara Organisasi petani pemakai air P3A betujuan : 1. untuk menampung masalah dan aspirasi petani yang berhubungan dengan air. 2. Wadah bertemunya petani untuk saling bertukar pikiran dan pendapat serta membuat keputusan-keputusan guna memecahkan masalah yang dihadapi bersama, baik yang dapat dipecahkan sendiri maupun yang memerlukan bantuan dari luar. 3. Memberikan pelayanan kebutuhan petani terutama memenuhi kebutuhan air irigasi untuk usaha taninya dan juga berperan dalam pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi Anonimus, 2010. Adapun maksud dan tujuan P3A adalah: 1. Agar pengelolaan irigasi dapat dilakukan secara teratur melalui perkumpulan yang mengeluarkan ketentuan yang dapat mengikat dan memuaskan anggota, 2. Dengan adanya ketentuan, perkumpulan dengan didukung kewajiban para anggota akan dapat melaksanakan dan meningkatkan pemeliharaan pengairan, 3. Dengan adanya perkumpulan, para petani dapat dengan tenang dan bergairah melaksanakan usaha taninya, karena selain kebutuhan air tercukupi, pelaksanaan usaha taninya itu juga dapat menyesuaikan dengan perkembangan teknologi pertanian dan pengairan Kartasapoetra dan Mul, 1994 . Menurut peraturannya, P3A harus mempunyai struktur organisasi yang lengkap, karena dapat menjawab kebutuhan akan organisasi pada lokasi tertentu, walaupun terkadang dianggap berlebihan oleh petani yang lebih menyukai organisasi yang sederhana, sesuai kebutuhan yang nyata di lapangan Pasandaran, 1991. Universitas Sumatera Utara Struktur organisasi adalah kerangka antara hubungan satuan-satuan organisasi yang masing-masing mempunyai peranan tertentu dan kesatuan yang utuh. Struktur organisasi ini akan tampak lebih tegas apabila dituangkan dalam bagan organisasi berikut Sutarto, 1998. Keterangan: : menyatakan hubungan Gambar: Skema Struktur Organisasi 2.2 Landasan Teori Kinerja Sedarmayanti 2004 mengemukakan bahwa kinerja Performance adalah hasil kerja seorang pekerja, sebuah proses manajemen atau organisasi secara keseluruhan, dimana hasil kerja tersebut harus dapt diukur dengan dibandingkan dengan standar yang diperlukan Untuk mengetahui tingkat keberhasilan suatu kinerja maka perlu dilakukan pengukuran atau penilaian kinerja. Dalam penerapannya dibutuhkan suatu artikulasi yang jelas mengenai visi, misi, tujuan dan sasaran yang dapat diukur dari satu dan kesuluruhan program. Ukuran tersebut bisa dikaitkan dengan hasil KETUA BENDAHARA SEKRETARIS PELAKSANA TEKNIS ULU- ULUPEMBANTU ULU-ULU Anggota P3A Para Petani Pemakai Air Universitas Sumatera Utara dari setiap program yang dilaksanakan. Dengan demikian, pengukuran kinerja organisasi merupakan dasar yang beralasan untuk pengambilan keputusan Bastian, 2006 Sikap Sikap merupakan kencenderungan individu untuk bereaksi terhadap suatu objek untuk mendekati atau menjauh. Sikap negatif memunculkan kecenderungan untuk menjauh, membenci, menghindar atau tidak menyukai keberadaan objek. Sikap positif memunculkan kecenderungan untuk menyenangi, mendekati atau bahkan menginginkan kehadiran objek tertentu. Sikap adalah kecenderungan individu untuk memahami, merasakan, bereaksi dan berperilaku terhadap suatu objek Azwar, 2002. Sikap adalah keadaan diri manusia yang menggerakkan untuk bertindak atau berbuat dalam kegiatan sosial dengan perasaan tertentu di dalam menanggapi obyek situasi atau kondisi di lingkungan sekitarnya dengan memberi respon terhadap obyek tersebut yakni respon positif maupun negatif Anonimus, 2012. Sikap ini dapat dibedakan menjadi dua bentuk, yaitu sikap dalam bentuk fisik dan sikap dalam bentuk nonfisik. Sikap dalam bentuk fisik adalah tingkah laku yang terlahir dalam bentuk gerakan dan perbuatan fisik. Sikap dalam bentuk nonfisik, yang sering juga disebut mentalitas, merupakan gambaran keadaan kepribadian seseorang yang tersimpan dan mengendalikan setiap tindakannya, tidak dapat dilihat serta sulit dibaca Azwar, 1995. Sikap diklasifikasikan menjadi sikap individu dan sikap sosial. Sikap sosial dinyatakan melalui kegiatan yang sama dan berulang-ulang terhadap suatu objek Universitas Sumatera Utara sosial dan biasanya dinyatakan oleh sekelompok orang yang bergerak dalam sebuah organisasi. Sikap individu, adalah sikap yang dimiliki dan dinyatakan oleh seseorang. Sikap seseorang pada akhirnya dapat membentuk sikap sosial, manakala ada seragaman sikap terhadap suatu obyek Anonimus, 2012. Struktur sikap terdiri dari tiga komponen yang saling menunjang yaitu: 1. Komponen kognitif, merupakan reprentasi apa yang dipercayai oleh individu pemilik sikap, 2. Komponen afektif merupakan perasaan yang menyangkut emosional 3. Komponen konatif merupakan aspek kecenderungan berperilaku tertentu sesuai sikap yang dimiliki seseorang Azwar, 2002 . Jika ingin menumbuhkan sikap, maka faktor bawaan berupa bakat dan faktor lingkungan pendidikan dan belajar. Pandangan ini sejalan dengan hukum konvergensi perkembangan yang menyeimbangkan antara faktor bawaan dengan faktor lingkungan tanpa mengorbankan faktor apapun Anonimus, 2012. Beberapa dimensi arti sikap yang dipandang sebagai karakteristik sikap, dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Sikap didasarkan pada konsep evaluasi berkenaan dengan obyek tertentu, menggunakan motif tertentu, 2. Sikap digambarkan juga dalam berbagai kualitas dan intensitas yang berbeda dan bergerak secara kontiniu dari penambahan malalui arah netral ke arah negatif, 3. Sikap lebih dipandang sebagai hasil belajar dari pada sebagai hasil perkembangan atau sesuatu yang diturunkan, Universitas Sumatera Utara 4. Sikap mempunyai sasaran tertentu, 5. Tingkat keterpaduan sikap berbeda beda, 6. Sikap bersifat relatif menetap dan berubah ubah. Anonimus, 2010 Proses belajar sosial terbentuk dari interaksi sosial. Dalam interaksi sosial, individu membentuk pola sikap tertentu terhadap berbagai objek psikologis yang dihadapinya. Diantara berbagai faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap adalah: 1. Pengalaman Pribadi Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi harus meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu, sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut melibatkan faktor emosional. Dalam situasi yang melibatkan emosi, penghayatan akan pengalaman akan lebih mendalam dan lebih lama berbekas. 2. Kebudayaan Pengaruh lingkungan termasuk kebudayaan dalam membentuk kepribadian seseorang. Kepribadian tidak lain daripada pola perilaku yang konsisten yang menggambarkan sejarah reinforcement penguatan, ganjaran yang dimiliki. Pola reinforcement dari masyarakat untuk sikap dan perilaku tersebut, bukan untuk sikap dan perilaku yang lain. 3. Orang lain yang dianggap penting Pada umumnya, individu bersikap konformis atau searah dengan sikap orang- orang yang dianggapnya penting. Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan keinginan untuk menghindari konflik Universitas Sumatera Utara dengan orang yang dianggap penting tersebut. 4. Media massa Sebagai sarana komunikasi, berbagai media massa seperti televisi dan radio mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan orang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut. Pesan-pesan sugestif yang dibawa informasi tersebut, apabila cukup kuat, akan memberi dasar afektif dalam mempersepsikan dan menilai sesuatu hal sehingga terbentuklah arah sikap tertentu. 5. Pendidikan Sebagai suatu sistem, institusi pendidikan dan agama mempunyai pengaruh kuat dalam pembentukan sikap, dikarenakan keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu. Pemahaman akan baik dan buruk, garis pemisah antara sesuatu yang boleh dan tidak boleh dilakukan, diperoleh dari pendidikan dan dari pusat keagamaan serta ajaran-ajarannya. 6. Faktor emosi dalam diri Tidak semua bentuk sikap ditentukan oleh situasi lingkungan dan pengalaman pribadi seseorang. Kadang-kadang, suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego. Sikap demikian bersifat sementara dan segera berlalu begitu frustasi telah hilang. Akan tetapi dapat juga merupakan sikap yang lebih persisten dan lebih tahan lama, contohnya bentuk sikap yang didasari oleh faktor emosional adalah prasangka. Anonimus, 2012. Universitas Sumatera Utara Keragaman sikap di antara anggota-anggota kelompok sebagian besar disebabkan oleh kenyataan bahwa anggota kelompok tersebut ternyata mempunyai keyakinan yang sama mengenai obyek, orang, peristiwa dan masalah Krech dkk, 1996. Sikap konsisten dengan perilaku. Perilaku seseorang dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan hereditas. Faktor lingkungan yang mempengaruhi perilaku di antaranya adalah pendidikan, nilai dan budaya masyarakat. Sedangkan faktor hereditas merupakan faktor bawaan seseorang yang telah ada dalam diri manusia sejak lahir, yang banyak ditentukan oleh faktor genetik. Kedua faktor secara bersama-sama mempengaruhi perilaku manusia. Seandainya sikap tidak konsisten dengan perilaku, mungkin ada faktor dari luar diri manusia yang membuat sikap dan perilaku tidak konsisten. Faktor tersebut adalah sistem nilai yang berada di masyarakat, diantaranya adalah norma, politik, budaya Anonimus, 2012. Sikap memiliki komponen yaitu pertama, komponen kognitif merupakan aspek sikap yang berkenaan dengan penilaian individu terhadap obyek. Kedua, komponen afektif dapat dikatakan sebagai perasaan individu terhadap obyek yang sejalan dengan hasil penilaiannya. Ketiga, komponen kecenderungan bertindak berkenaan dengan keinginan individu untuk melakukan perbuatan sesuai dengan keinginannya. Ketiga komponen sikap tersebut bertindak secara bersama-sama membentuk perilaku. Oleh karena itu, sikap secara konsisten sangat mempengaruhi perilaku Anonimus, 2012. Universitas Sumatera Utara Skala Likert Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dalam penelitian, fenomena sosial ini telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang selanjutnya disebut sebagai variabel penelitian Sugiono, 2004. Skala likert ini berhubungan dengan pernyataan tentang sikap seseorang terhadap sesuatu, misalnya setuju-tidak setuju, senang-tidak senang, dan baik-tidak baik. Dengan menggunakan skala likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi sub variabel kemudian sub variabel dijabarkan lagi menjadi indikator- indikator yang terukur ini dapat dijadikan titik tolak untuk membuat item instrumen yang berupa pertanyaan atau pertanyaan yang perlu dijawab responden Kuncoro dan Ridwan, 2007 . Indriantoro dan supomo 2002, skala likert merupakan metode yang mengukur sikap dengan menyatakan setuju atau ketidaksetujuannya terhadap subjek, objek atau kejadian tertentu. Metode pengukuran yang paling sering digunakan ini dikembangkan oleh Rensis Likert sehingga dikenal dengan nama skala likert. Nama lain dari skala ini adalah summated rating method. Skala likert umumnya menggunakan lima angka penilaian, yaitu : 1. Sangat setuju, 2. Setuju, 3. Netral, 4. Tidak setuju, 5. Sangat tidak setuju. Urutan setuju atau tidak setuju dapat juga dibalik mulai dari sangat tidak setuju sampai dengan sangat setuju. Alternatif angka penilaian dalam skala ini dapat bervariasi dari tiga sampai dengan sembilan. Universitas Sumatera Utara Perilaku Perilaku adalah tindakan kegiatan atau tindak-tanduk manusia yang dapat diamati. Sebaliknya sikap merupakan pencerminan dari dorongan-dorongan yang datang dari dalam diri seseorang dan reaksi terhadap stimulus yang datang dari lingkungan. Bila sikap tersebut disalurkan keluar, terjadilah perilaku. Jadi sikap adalah kecenderungan untuk berperilaku Sastrodiningrat, 1986. Afektif atau afek adalah suatu penilaian positif atau negatif terhadap suatu objek Azwar, 2002. Berkaitan dengan adopsi teknologi, seorang individu petani akan selalu menilai suatu inovasi terhadap kemampuannya, kesesuaian terhadap kondisi lingkungan, tujuan yang ingin dicapai serta norma-norma dalam masyarakat. Terdapat keterkaitan antara perilaku, karakteristik individu dan lingkungan. Bentuk-bentuk perilaku manusia sangat beragam, sehingga tidak ada satu teoripun yang bisa menjelaskan secara detail bentuk dan arah berperilaku manusia. Bentuk- bentuk perilaku kompleks dan mempunyai ruang lingkup yang sangat luas. Bloom 1908, dalam Notoatmodjo, 2007 seorang ahli psikologi pendidikan membagi perilaku kedalam tiga domain atau ranahkawasan yaitu ranah kognitif cognitive domain, ranah afektif affective domain dan ranah psikomotor psychomotor domain, meskipun kawasan-kawasan tersebut tidak mempunyai batasan yang jelas dan tegas. Perilaku Dalam Perkumpulan Petani Pemakai Air P3A dibagi menjadi 2 yaitu : Perilaku Mendukung Perilaku mendukung merupakan Respon positif dari dalam diri petani yaitu dengan mendukung program dan melaksanakan kegiatan yang dibuat Universitas Sumatera Utara Perkumpulan Petani Pemakai Air P3A antara lain ikut serta berpartisipasi dalam kegiatan Perkumpulan Petani Pemakai Air, mengikuti rapat yang diadakan Perkumpulan Petani Pemakai Air, ikut serta memelihara jaringan irigasi dan membayar iuran tepat waktu. Perilaku Tidak Mendukung Perilaku tidak mendukung merupakan respon negatif dari dalam diri petani yaitu dengan tidak mendukung program dan kegiatan yang dibuat oleh Perkumpulan Petani Pemakai Air. antara lain tidak ikut berpartisipasi dalam kegiatan Perkumpulan Petani Pemakai Air, tidak mengikuti rapat, tidak ikut serta memelihara jaringan irigasi dan tidak membayar iuran tepat waktu. Hubungan Sikap dengan Perilaku Sikap dan tingkah laku sangat berkaitan, karena manusia akan bertingkah laku ataupun berperilaku biasanya sesuai dengan sikap yang ada dalam diri manusia itu sendiri. Dari sebuah sikap maka terciptalah sebuah perilaku. 2.3 Kerangka Pemikiran Perkumpulan petani pemakai air yang selanjutnya disebut P3A sebagai wadah petani pemakai air dalam suatu daerah layananpetak tersier atau desa yang termasuk pada kategori lembaga lokal pengelola irigasi perlu dibentuk oleh petani pemakai air di setiap daerah irigasi. Kinerja Perkumpulan Petani Pemakai Air P3A dikatakan berjalan dengan lancar apabila sikap petani terhadap kinerja perkumpulan petani pemakai air P3A tersebut positif yang akhirnya menghasilkan perilaku yang mendukung, begitu Universitas Sumatera Utara juga sebaliknya. Dengan demikian tingkat keberhasilan Perkumpulan Petani Pemakai Air P3A dipengaruhi oleh sikap dan perilaku petani. Skema Kerangka Pemikiran Keterangan: : Menyatakan Pengaruh

2.4 Hipotesis Penelitian