T BIO 1302842 Chapter3

(1)

BAB III

METODE PENELITIAN A.DESAIN PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan adalah Quasy Experiment atau eksperimen semu. (Frankel,1993). Metode ini digunakan karena banyak faktor dari subjek penelitian yang tidak dapat dikendalikan. Adapun desain penelitian yang digunakan adalah PosttestOnly Design (Creswell, 2012). Pelaksanaan eksperimen dilakukan dengan memberi perlakuan (X) terhadap satu kelompok eksperimen dan satu kelompok kontrol. Perlakuan dalam penelitian ini adalah penggunaan apersepsi di awal pembelajaran melalui tayangan video keanekaragaman tumbuhan pada pembelajaran klasifikasi tumbuhan Spermatophyta untuk kelas eksperimen dan penggunaan apersepsi di awal pembelajaran tanpa melalui tayangan video keanekaragaman tumbuhan pada pembelajaran klasifikasi tumbuhan Spermatophyta untuk kelas kontrol. Setelah perlakuan, kelompok tersebut diberi posttest.

Tabel 3.1. Desain Penelitian PosttestOnly Design Select Control Group Routine Treatment Posttest Select Experimental Group Experimental Treatment Posttest

Sumber: (Creswell, 2012)

B.DEFINISI OPERASIONAL

Penjelasan istilah-istilah dari judul penelitian yang dikemukakan agar lebih terperinci, sebagai berikut:

a) Beban Kognitif dalam penelitian ini adalah beban melakukan tugas klasifikasi tumbuhan pada sistem pengolahan kognitif dalam pembelajaran klasifikasi tumbuhan Spermatophyta. Beban kognitif yang diukur pada penelitian ini terdiri dari 3 (tiga) komponen, yakni ICL, ECL dan GCL. Selama kegiatan pembelajaran, ketiga komponen beban kognitif tersebut saling berkaitan. Beban kognitif dikatakan dapat dikendalikan apabila korelasi usaha mental terhadap hasil belajar bernilai negatif dan korelasi antara kemampuan menerima dan mengolah informasi terhadap hasil belajar bernilai positif.


(2)

b) Apersepsi melalui tayangan video keanekaragaman tumbuhan dengan panjang durasi 2-3 menit digunakan untuk membantu siswa dalam menghubungkan pelajaran yang lalu dengan pelajaran yang baru dalam bentuk menyenangkan, menarik, mudah dimengerti dan jelas.

c) Pembelajaran klasifikasi tumbuhan pada penelitian ini dilakukan dengan langkah-langkah (1) kegiatan apersepsi, (2) kegiatan inti, dengan rincian kegiatan: membentuk kelompok siswa (4-5 orang), memfasilitasi siswa dalam melakukan pengamatan dan diskusi kelompok, memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempresentasikan hasil kerja kelompok, memberikan penguatan hasil pembelajaran dan membuat kesimpulan hasil pembelajaran, dan (3) kegiatan akhir.

d) Kategorisasi gaya belajar diperoleh melalui angket skala Likert berdasarkan instrumen yang biasanya digunakan di sekolah dengan mengacu pada karakteristik gaya belajar pada buku Quantum Learning (DePorter & Hernacki, 2003). Aspek-aspek yang diukur meliputi item pernyataan kebiasaan siswa dalam belajar berdasarkan gaya belajar visual, auditorial dan kinestetik.

B. SUBJEK PENELITIAN

Subjek pada penelitian ini adalah beban kognitif siswa kelas X MA Ar-Rosyidiyah Kota Bandung pada tahun pelajaran 2014/2015 yaitu kelas X.1 sebagai kelas eksperimen dan kelas X.2 sebagai kelas kontrol yang dilakukan dengan cluster random sampling. Berdasarkan data yang diperoleh dari guru BP/BK, kedua kelas penelitian memiliki latar belakang sosial ekonomi pada golongan kurang mampu dan mampu.

Tabel 3.2. Data Latar Belakang Sosial Ekonomi Siswa

pada Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen

No Rata-Rata Nilai

Sosial Ekonomi Golongan Keterangan

Jumlah Siswa Kelas

Kontrol

Kelas Eksperimen

1 0 – 25 1 Tidak mampu - -

2 >25 – 50 2 Kurang mampu 12 14

3 >50 – 75 3 Mampu 18 16

4 >75 – 100 4 Sangat mampu - -


(3)

C. INSTRUMEN PENELITIAN

Dalam mendapatkan data-data yang diperlukan dalam penelitian ini, peneliti menggunakan instrumen sebagai berikut:

1) Instrumen Beban Kognitif

a. Instrumen ICL: adalah lembar kerja (worksheet) berupa pertanyaan uraian untuk mengukur kemampuan siswa dalam menerima dan mengolah informasi berdasarkan standar pengolahan informasi dari Marzano (1993) yaitu komponen informasi, integrasi informasi dan aplikasi informasi selama pembelajaran berisi pertanyaan berstruktur dimulai dari yang paling sederhana hingga pertanyaan yang kompleks (task complexity) menurut Brunken, et al. (2010). Skala penilaian yang digunakan mulai dari 1hingga 4 dilihat dari tingkat kompleksitas jawaban yang diberikan siswa. Skor kemampuan menerima dan mengolah informasi kemudian dikonversi dalam bentuk kualitatif dengan merujuk pada kategorisasi dari Arikunto (2012).

Task complexity worksheet yang dikembangkan dalam penelitian untuk aspek kemampuan menganalisis informasi selengkapnya tercantum pada lampiran.

b. Instrumen ECL: merupakan lembar kuesioner yang digunakan untuk mengetahui usaha mental yang dilakukan siswa dalam menerima dan mengolah informasi selama pembelajaran dan untuk mengetahui keterkaitan rancangan pembelajaran yang diberikan oleh guru yang diberikan pada akhir pembelajaran. Lembar kuesioner berisi pertanyaan-pertanyaan yang mengungkap kesesuaian rancangan pembelajaran yang disampaikan dan kesulitan siswa dalam menerima dan mengolah informasi. Pertanyaan kuesioner merupakan subjective rating scale dengan skala Likert menggunakan lima pilihan jawaban, yaitu: sangat mudah (skor 1); mudah (skor 2); tidak mudah tapi tidak sulit (skor 3); sulit (skor 4); dan sangat sulit (skor 5). Skor usaha mental kemudian dikonversi dalam bentuk kualitatif dengan merujuk pada kategorisasi dari Arikunto (2012). Lembar kuesioner yang dikembangkan dalam penelitian selengkapnya dapat dilihat pada lampiran.


(4)

c. Instrumen GCL: merupakan tes uraian (essay) kemampuan penguasaan konsep berdasarkan kerangka kerja penalaran Marzano (1993). Kerangka kerja penalaran Marzano yang digunakan adalah dimensi tiga yaitu perluasan dan pendalaman pengetahuan dengan aktivitas yang meliputi membandingkan, mengklasifikasi, membuat induksi, membuat deduksi, menganalisis kesalahan, menganalisis dukungan dan mengabstraksi. Butir tes uraian kemampuan penguasaan konsep materi klasifikasi tumbuhan selengkapnya tercantum pada lampiran.

2) Angket gaya belajar: data mengenai gaya belajar diperoleh melalui angket skala Likert berdasarkan instrumen DePorter & Hernacki (2003). Aspek-aspek yang diukur meliputi gaya belajar visual, auditorial dan kinestetik. Butir angket dinyatakan dalam dua bentuk, yaitu pernyataan yang bersifat positif dan pernyataan yang bersifat negatif. Angket gaya belajar selengkapnya tercantum pada lampiran.

D. PROSEDUR PENELITIAN

Penelitian yang dilakukan dibagi menjadi tiga tahap yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap akhir. Ketiga tahap tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:

1) Tahap Persiapan

a. Penyusunan rencana pelakasanaan pembelajaran (RPP)

b. Pemilihan video keanekaragaman tumbuhan yang tepat untuk digunakan pada apersepsi

c. Membuat instrumen task complexity worksheet untuk pengukuran ICL, instrumen kuesioner untuk pengukuran ECL, dan soal uraian untuk mengukur GCL

d. Membuat angket gaya belajar untuk mengukur gaya belajar siswa e. Meminta judgement semua instrumen kepada dosen ahli.

f. Meminta pertimbangan instrumen pada dosen ahli, kemudian dilakukan perbaikan.


(5)

g. Observasi terhadap sekolah yang akan dijadikan tempat penelitian, menentukan dua kelas yang akan dijadikan sampel penelitian, serta mengurus surat izin penelitian

h. Melakukan uji coba instrumen penelitian

2) Tahap Pelaksanaan

a. Memberikan angket gaya belajar siswa untuk mengetahui gaya belajar siswa pada kelas yang dijadikan sampel penelitian

b. Melaksanakan pembelajaran pada kelas penelitian yang telah ditentukan. Berikut tabel perbedaan pembelajaran pada kelas penelitian:

Tabel 3.3. Perbedaan Pembelajaran

pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

No Tahapan Kelas Kontrol Kelas Eksperimen

1. Kegiatan

Pendahuluan 

Apersepsi dengan menggunakan tanya jawab

 Penyampaian tujuan pembelajaran

 Apersepsi dengan

tayangan video

keanekaragaman tumbuhan

 Penyampaian tujuan pembelajaran

2. Kegiatan Inti  Guru mengelompokkan siswa 4-5 orang secara heterogen

 Membimbing siswa dalam kelompok melakukan pengamatan Spermatophyta

 Meminta siswa mencatat hasil pengamatan

 Memfasilitasi siswa dalam mempresentasikan hasil kerja kelompok

 Guru memberikan penguatan materi 3. Kegiatan

Penutup 

Guru membantu siswa menyimpulkan pembelajaran  Guru memberikan tes ICL, EC dan GCL


(6)

Tabel 3.4. Daftar Pertanyaan pada Apersepsi

Pembelajaran Klasifikasi Tumbuhan di Kelas Kontrol

Pertemuan 1

Klasifikasi Tumbuhan Gymnospermae

1. Pernahkah kamu melihat tumbuhan pinus? Seperti apakah daun dan batangnya? Apakah memiliki bunga? 2. Pernahkah kamu mengamati tumbuhan tangkil (Gnetum

gnemon)? Seperti apakah daunnya? Apakah memiliki

bunga? Bagian apakah yang dapat kamu makan?

3. Tahukah tumbuhan pakis haji? Bagaimanakah bentuk daun dan batangnya?

4. Pernahkan kamu mengamati tumbuhan Ginko biloba? Seperti apakah daunnya?

Pertemuan 2

Klasifikasi Tumbuhan Angiospermae

1. Bagaimanakah daun dan bunga pada peuteuy selong? 2. Bagaimanakah bentuk bunga pada bunga pukul empat? 3. Bagaimanakah pertulangan daun pisang? Bagaimana

batangnya?

4. Bagaimanakah bunga pada anggrek?

5. Bagaimanakah daun dan bunga pada bunga kana?

6. Tumbuhan pisang, bunga kana, peuteuy selong, anggrek dan bunga pukul empat, manakah yang tergolong Liliopsida? Mengapa?

Tabel 3.5. Deskripsi Tayangan Video pada Apersepsi

Pembelajaran Klasifikasi Tumbuhan di Kelas Eksperimen

Pertemuan 1

Judul Gymnospermae Durasi 3 menit

Isi Video Penayangan gambar ciri morfologi habitus, daun, batang, dan strobilus pada tumbuhan Gymnospermae Tampilan Video Gambar bergerak disertai narasi, teks dan label-label

konsep penting penting disertai alunan musik selama penayangan video (narasi dan teks berbahasa inggris)

Pertemuan 2

Judul Angiospermae Durasi 2 menit

Isi Video Penayangan gambar ciri morfologi bunga sebagai ciri khas tumbuhan Angiospermae dan pengenalan bagian-bagian bunga

Tampilan Video Gambar bergerak disertai narasi, teks dan label-label konsep penting penting (narasi dan teks berbahasa inggris)


(7)

c. Proses pembelajaran pada masing-masing kelas penelitian dilaksanakan dalam dua pertemuan. Di setiap akhir pertemuan pada masing-masing kelas penelitian diberikan tes ICL dan ECL.

d. Pada akhir pembelajaran siswa melaksanakan postest untuk menjaring hasil belajar berupa tes GCL.

3) Tahap Akhir

a. Mengolah data hasil penelitian

b. Membuat pembahasan berdasarkan data hasil penelitian c. Menarik kesimpulan

E. ANALISIS DATA HASIL UJI COBA INSTRUMEN

Tujuan utama dari analisis data hasil uji coba instrumen adalah untuk memperbaiki atau meningkatkan kualitas tes yang dipakai dan mengidentifikasi soal-soal yang baik, kurang baik dan soal yang jelek agar dapat diperbaiki. Untuk mengetahui kualitas instrumen yang akan digunakan, berikut ini beberapa hal yang harus diperhatikan:

1) Menghitung Validitas

Validitas diartikan sebagai ukuran yang menunjukan tingkat kevalidan atau keshahihan suatu instrumen. Untuk mengetahui validitas dari suatu soal dapat menggunakan rumus korelasi Pearson Product Moment berikut (Arikunto, 2012):

N∑XY –(∑X)(∑Y)

rxy =

√ (N ∑X2 –(∑X)2) (N ∑Y2 –(∑Y)2 Keterangan :

rxy = koefisien korelasi n = banyaknya subyek ∑x = jumlah nilai tiap soal ∑y = jumlah nilai total

Setelah diperoleh korelasinya, selanjutnya dilakukan proses pengambilan keputusan valid atau tidaknya. Pengambilan keputusan didasarkan pada uji hipotesa dengan kriteria sebagai berikut:


(8)

1) Jika r hitung positif, dan r hitung ≥ 0,3, maka item pernyataan valid 2) Jika r hitung negatif, dan r hitung < 0,3, maka item pernyataan tidak valid Menurut Masrun dalam Sugiyono (2007) menyatakan bahwa item yang

dipilih (valid) adalah yang memiliki tingkat korelasi ≥ 0,3. Jadi, semakin tinggi validitas suatu alat ukur, maka alat ukur tersebut semakin mengenai sasarannya atau semakin menunjukkan apa yang seharusnya diukur. Untuk lebih jelasnya tetang uji validitas, berikut adalah rekapitulasi hasil perhitungan uji validitas data.

Tabel 3.6. Rekapitulasi Hasil Perhitungan Uji Validitas Data No r Hitung r Tabel Kriteria

1 0.61 0.30 Valid

2 0.54 0.30 Valid

3 0.22 0.30 Invalid

4 0.64 0.30 Valid

5 -0.15 0.30 Invalid

6 0.39 0.30 Valid

7 0.54 0.30 Valid

8 0.23 0.30 Invalid

9 -0.22 0.30 Invalid

10 0.48 0.30 Valid

11 0.44 0.30 Valid

12 0.66 0.30 Valid

13 0.15 0.30 Invalid

14 0.55 0.30 Valid

15 0.48 0.30 Valid

Berdasarkan Tabel 4 di atas diperoleh bahwa dari 15 item diperoleh bahwa item yang valid ada 10 item dan yang tidak valid ada 5 item yaitunomor 3, 5, 8, 9, dan 13.

2) Menghitung Reliabilitas

Reliabilitas suatu tes adalah tingkat atau derajat konsistensi tes yang bersangkutan. Reliabilias berkenaan dengan pertanyaan, apakah suatu tes teliti dan dapat dipercaya sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Suatu tes dapat dikatakan reliabel jika selalu memberikan hasil yang sama bila diteskan


(9)

pada kelompok yang sama pada waktu atau kesempatan yang berbeda (Suherman, 2003).

Untuk mengetahui koefisien reliabilitas perangkat tes berupa bentuk uraian dipergunakan rumus Cronbach Alpha sebagai berikut (Suherman, 2003):

11 r =               

2

2 1 1 t i s s n n Keterangan : 11

r = Reliabilitas tes secara keseluruhan n = Banyak butir soal (item)

2 i

s = Jumlah varians skor tiap item s2t = Varians skor total

Dengan varian 2 i s dirumuskan

 

n n x x s

  2 2 2

Sebagai patokan menginterprestasikan derajat reliabilitas digunakan kriteria menurut Guilford (Suherman, 2003). Dalam hal ini r11 diartikan sebagai koefisien reliabilitas.

Tabel 3.7. Klasifikasi Koefisien Reliabilitas

Koefisien Reliabilitas Keterangan

rxy≤ 0,20 Reliabilitas Sangat Rendah

0,20 <r11≤ 0,40 Reliabilitas Rendah 0,40 <r11≤ 0,70 Reliabilitas Sedang 0,70 <r11 ≤ 0,90 Reliabilitas Tinggi

0,90 <r11≤ 1,00 Reliabilitas Sangat Tinggi Rekapitulasi hasil perhitungan uji reliabilitas data tersaji berikut ini.

Tabel 3.8.

Data Hasil Uji Reliabilitas Butir Soal

Data rhitung Kriteria Kategori


(10)

Hasil analisis menunjukkan data kemampuan penalaran telah memenuhi karakteristik yang memadai untuk digunakan dalam penelitian yaitu reliabel dengan kategori sedang.

3) Daya Beda

Daya pembeda (DP) dari sebuah butir soal menyatakan seberapa jauh kemampuan butir soal tersebut mampu membedakan antara testi yang mengetahui jawabannya dengan benar dengan testi yang tidak dapat menjawab soal tersebut (atau testi yang menjawab salah). Dengan perkataan lain daya pembeda sebuah butir soal adalah kemampuan butir soal itu untuk membedakan antara testi (siswa) yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah (Suherman, 2003).

Rumusan untuk menentukan daya pembeda (DP) soal menurut Suherman (2003) adalah :

�� = � −��� atau �� =� −�

��

Keterangan :

�� = daya pembeda

� = jumlah siswa kelompok atas yang menjawab soal dengan benar, atau jumlah benar untuk kelompok kelas atas

� = jumlah siswa kelompok bawah yang menjawab soal

dengan benar, atau jumlah benar untuk kelompok kelas bawah = jumlah siswa kelompok atas (diambil 5% dari skor tertinggi) = jumlah siswa kelompok rendah (diambil 5% dari skor terendah)

Siswa yang termasuk ke dalam kelompok kelas atas adalah siswa yang mendapatkan skor tinggi dalam tes tersebut, sedangkan siswa yang tergolong ke dalam kelompok kelas rendah adalah mereka yang mendapatkan skor rendah.

Selanjutnya Suherman (2003) mengemukakan hasil perhitungan daya pembeda yang kemudian diinterpretasikan dengan klasifikasi sebagai berikut:


(11)

Gambar 3.9. Klasifikasi Koefisien Daya Pembeda

Besarnya DP Interpretasi

DP ≤ 0,00 SangatJelek

0,00 <DP ≤ 0,20 Jelek 0,20 <DP ≤ 0,40 Cukup 0,40 <DP ≤ 0,70 Baik 0,70 <DP ≤ 1,00 SangatBaik

Hasil rekapitulasi daya pembeda soal penguasaan materi tersaji pada Tabel 3.10. berikut:

Tabel 3.10.

Data Hasil Uji Daya Pembeda Soal Kemampuan Penalaran

No Daya Beda Kriteria

1 0.37 Cukup

2 0.55 Baik

3 0.15 Jelek

4 0.50 Baik

5 -0.20 Jelek

6 0.35 Cukup

7 0.47 Baik

8 0.25 Cukup

9 -0.05 Jelek

10 0.50 Baik

11 0.40 Cukup

12 0.55 Baik

13 0.20 Jelek

14 0.60 Baik

15 0.40 Cukup

4) Menentukan Tingkat Kesukaran

Derajat kesukaran suatu butir soal (Suherman, 2003) dinyatakan dengan indeks kesukaran (Difficulty Index) yang diukur berdasarkan perhitungan berikut:

� + � +


(12)

Tabel 3.11 berikut menyajikan secara lengkap tentang klasifikasi indeks kesukaran.

Tabel 3.11.

Klasifikasi Indeks Kesukaran

Tingkat Kesukaran Kategori Soal

= Soal terlalu sukar

< ≤ , Soal sukar

, < ≤ ,7 Soal sedang ,7 < < Soal mudah

= Soal terlalu mudah

Hasil rekapitulasi tingkat kesukaran soal penguasaan materi tersaji pada Tabel 3.12 berikut:

Tabel 3.12.

Data Hasil Uji Tingkat Kesukaran Tes Kemampuan Penalaran

No Koefisien Interpretasi

1 0.62 Sedang

2 0.73 Mudah

3 0.58 Sedang

4 0.68 Sedang

5 0.65 Sedang

6 0.68 Sedang

7 0.67 Sedang

8 0.58 Sedang

9 0.68 Sedang

10 0.50 Sedang

11 0.55 Sedang

12 0.68 Sedang

13 0.50 Sedang

14 0.30 Sukar

15 0.55 Sedang

Berdasarkan hasil analisa uji coba intrumen, berikut rekapitulasi hasil pengujian dapat dilihat pada Tabel 3.13.


(13)

Tabel 3.13. Rekapitulasi Hasil Uji Coba Soal Kemampuan Penalaran

Materi Klasifikasi Tumbuhan

No DP Reliabilitas Tingkat Kesukaran

Korelasi Validitas Keterangan

1

0.37

0,60

Sedang 0.61 Valid

Digunakan

2

0.55 Mudah 0.54 Valid

Digunakan

3

0.15 Sedang 0.22 Invalid

Tidak digunakan 4

0.50 Sedang 0.64 Valid

Digunakan

5

-0.20 Sedang -0.15 Invalid

Tidak digunakan 6

0.35 Sedang 0.39 Valid

Digunakan

7

0.47 Sedang 0.54 Valid

Digunakan

8

0.25 Sedang 0.23 Invalid

Tidak digunakan 9

-0.05 Sedang -0.22 Invalid

Tidak digunakan 10

0.50 Sedang 0.48 Valid

Digunakan

11

0.40 Sedang 0.44 Valid

Digunakan

12

0.55 Sedang 0.66 Valid

Digunakan

13

0.20 Sedang 0.15 Invalid

Tidak digunakan 14

0.60 Sukar 0.55 Valid

Digunakan

15

0.40 Sedang 0.48 Valid

Digunakan

Hasil analisis pengolahan uji instrumen selengkapnya dapat dilihat pada lampiran.

Indikator yang digunakan dalam penelitian berdasarkan hasil uji coba instrumen dipaparkan dalam Tabel 3.14 berikut.


(14)

Tabel 3.14 Indikator Instrumen Tes Kemampuan Penalaran No.

Soal

Dimensi Belajar

Penalaran Indikator

Tingkat Kesukaran

1

Perluasan dan Penghalusan Pengetahuan

Membandingkan Sedang

2 Mudah

3

Mengklasifikasi Sedang

4 Sedang

5 Membuat induksi Sedang

6 Membuat deduksi Sedang

7

Menganalisis Kesalahan Sedang

8 Sedang

9 Membangun dukungan Sukar

10 Absraksi Sedang

F. ANALISIS DAN PENGOLAHAN DATA

Pengumpulan data pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui beban kognitif siswa melalui posttest yang diberikan. Nilai yang diperoleh dari tes kemampuan penalaran sebelum dilakukan analisis dan pengolahan data dirumuskan sebagai berikut:

Nilai = � �� �

(Arikunto, 2012)

Nilai tingkat kemampuan penalaran siswa diadaptasi dari kategorisasi Arikunto (2012), sebagai berikut:

Tabel 3.15. Kategorisasi Kemampuan Penalaran

Skor Keterangan

75 – 100 Baik sekali

61 – 74 Baik

51 – 60 Cukup

35 – 50 Kurang

25 – 34 Gagal

Analisis dan pengolahan data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan bantuan program/software analisis statistik software SPSS™ 16.0

(Priyanto, 2010). Taraf kepercayaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 95% atau 0,5%.


(15)

1. Pengolahan dan analisis data beban kognitif

a) Dilakukan perhitungan nilai posttest yang diperoleh dari masing-masing kelas penelitian. Seluruh data posttest yang telah diperoleh diolah dengan menggunakan softwareSPSS™ 16.0(Priyanto, 2010).

b) Uji Normalitas

Uji Shapiro-Wilk (Shapiro-Wilk Test), uji normalitas yang sangat direkomendasikan untuk jumlah sampel kecil (n<50). Dengan menggunakan

taraf signifikansi 5%, maka kriteria pengujiannya adalah “jika signifikansi (Sig.) ≥ 0,05 maka data berdistribusi normal” (Sugiyono, 2011).

c) Uji homogenitas

Uji homogenitas dilakukan dengan menggunakan uji Levene. Dengan

menggunakan taraf signifikansi 5%, maka kriteria pengujiannya adalah “jika signifikansi (sig.) ≥ 0,05 maka data homogen” (Sugiyono, 2011).

d) Uji Perbedaan Rata-rata

Uji hipotesis atau uji perbedaan rata-rata dilakukan menggunakan

Independent Sample T-test jika data berdistribusi normal. Namun jika terdapat data yang tidak berdistribusi normal, dilakukan uji U Mann-Whitney.

Hipotesis pengujian uji perbedaan rata-rata adalah sebagai berikut (Sugiyono, 2011).

H0: μ1= μ2

Artinya tidak terdapat perbedaan rata-rata antara kelas kontrol dengan kelas eksperimen.

Dengan menggunakan taraf signifikansi 5% maka kriteria

pengujiannya adalah “jika signifikansi (Sig.) ≥ 0,05 maka H0 diterima”. Artinya jika H0 diterima, maka tidak terdapat perbedaan rata-rata.

2. Pengolahan instrumen ICL

Instrumen ICL menggunakan task complexity worksheet berbasis standar pengolahan informasi dari Marzano (1993). Nilai tingkat kemampuan siswa dalam menganalisis informasi merujuk pada kategorisasi dari Arikunto (2012), sebagai berikut:


(16)

Tabel 3.16.

Kategorisasi Kemampuan Menganalisis Informasi

Skor Keterangan

80-100 Baik Sekali

66-79 Baik

56-65 Cukup

40-55 Kurang

30-39 Gagal

3. Pengolahan instrumen ECL

Dalam proses pengolahan instrumen ECL, teknik pengolahan yang digunakan adalah dengan menggunakan skala Likert. Pengolahan ini dilakukan dengan cara menghitung rata-rata skoring setiap jawaban dari responden. Berikut adalah formulasi dari perhitungan angket respon siswa beserta interpretasinya. Rekapitulasi hasil jawaban responden dicari rata-ratanya dengan perhitungan sebagai berikut:

Selanjutnya ditentukan dalam bentuk persentase dengan perhitungan sebagai berikut:

Sehingga, apabila dimasukkan kedalam kategori persentase menurut Sugiyono (2011).

Tabel 3.17.

Interpretasi Respon Angket berdasarkan Skala Likert

Rumus Nilai Interpretasi

R = (a*1) + (b*2) + (c*3) + (d*4)

0-25%R Rata-rata responden sangat tidak setuju

<50%R Rata-rata responden tidak setuju

<75%R Rata-rata responden setuju <100%R Rata-rata responden

sangat setuju (Sugiyono, 2011)

Keterangan:

R= tingkat respon tingkat persetujuan

Rata-rata skor = total skor/jumlah item


(17)

a= jumlah responden menjawab Sangat Tidak Setuju b= jumlah responden menjawab Tidak Setuju

c= jumlah responden menjawab Setuju

d= jumlah responden menjawab Sangat Setuju 4. Analisis Korelasi

Korelasi dimaksudkan untuk menganalisis sejauh mana hubungan diantara ketiga komponen beban kognitif dan gaya belajar siswa. Jika korelasi bernilai positif, maka hubungan antara dua variabel bersifat searah. Sebaliknya jika korelasi bernilai negatif, maka hubungan antara dua variabel berlawanan arah.Untuk mengetahui seberapa besar hubungan keduanya dengan menggunakan rumus koefisien korelasi Produk Momen Pearson dengan rumus dan interpretasinya sebagai berikut:

Keterangan : n = Jumlah data

X = Investasi Aktiva Tetap Y = Return On Investment

Tabel 3.18. Koefisien Korelasi

Interval Koefisien Interpretasi

0,00 - 0,199 Korelasi sangat rendah 0,20 - 0,399 Korelasi rendah 0,40 - 0,599 Korelasi sedang 0,60 - 0,799 Korelasi kuat 0,80 - 1,000 Korelasi sangat kuat

(Sugiyono, 2011)

5. Analisis Regresi

Korelasi dan regresi memiliki hubungan yang erat. Analisis regresi dilakukan bila hubungan dua variabel berupa hubungan kausal atau fungsional. Analisis regresi digunakan apabila ingin mengetahui bagaiamana variabel dependen/kriteria dapat diprediksi melalui variabel independen atau prediktor, secara individual. Dampak dari penggunaan analisis regresi dapat digunakan untuk memutuskan apakah naik dan menurunnya variabel dependen dapat

 

   

 

2 2 2 2

Y Y X X n Y X -XY n r           n


(18)

dilakukan melalui menaikkan dan menurunkan keadaan variabel independen atau untuk meningkatkan keadaan variabel dependen dapat dilakukan dengan meningkatkan variabel independent atau sebaliknya (Sugiyono, 2011). Berikut adalah rumus-rumus yang digunakan pada analisis regresi.

Keterangan:

Y : Subyek dalam variabel dependen yang diprediksikan A : Harga Y bila X = 0 (harga kosntan)

B : Angka arah atau koefisien regresi yang menunjukkan angka

pengingkatan ataupun penurunan variabel dependen yang didasarkan pada variabel independen. Bila b(+) maka naik, dan bila (-) maka terjadi penurunan

X : Subyek pada variabel independen yang mempunyai nilai tertentu

R : Koefisien korelasi product moment antara variabel X dengan variabel Y Sx : Simpangan baku variabel X

Sy : Simpangan baku variabel Y 6. Analisis Gaya Belajar

Data mengenai gaya belajar diperoleh melalui angket skala Likert berdasarkan instrumen DePorter & Hernacki (2003). Data yang diperoleh kemudian dianalisa dengan rumus:

Berikut dibawah ini disajikan indikator dari instrumen gaya belajar

visual, auditori dan kinestetik dengan butir soal yang bernilai positif dan negatif pada tiap indikator instrumen.


(19)

Tabel 3.19. Indikator Instrumen Gaya Belajar

Dimensi Indikator No. Butir Soal

(-) (+)

Gaya Belajar Visual

 Memahami sesuatu dengan asosiasi visual

5 7, 8

 Rapi dan teratur 6, 10 1

 Mengerti dengan baik mengenai posisi, bentuk, angka dan warna

3 4

 Sulit menerima instruksi verbal 2 9

Gaya Belajar Auditori

 Belajar dengan cara mendengar 15, 20 18

 Lemah terhadap aktivitas visual 16 11

 Memiliki kepekaan terhadap music - 13, 14

 Baik dalam aktivitas lisan 12, 19 17

Gaya Belajar Kinestetik

 Belajar melalui aktivitas fisik 27 22, 24

 Selalu berorientasi pada fisik dan banyak bergerak

21, 25 30

 Peka terhadap ekspresi dan bahasa tubuh

29 28

 Menyukai kegiatan coba-coba 23 26

Jumlah 15 soal 15 soal

30

Adapun skor tiap butir angket pada masing-masing gaya belajar ditentukan sesuai dengan Tabel dibawah ini.

Tabel 3.20. Skor Butir Angket Gaya Belajar Pilihan

Sifat

Selalu Sering Kadang-kadang

Jarang Tidak pernah

Positif 5 4 3 2 1


(20)

G. PROSEDUR PENELITIAN

Pengolahan data &

Kesimpulan dan Pelaporan Tes gaya belajar siswa Penyusunan RPP

Pembuatan Instrumen Penelitian

Perizinan Penelitian

Pelaksana Uji Coba dan Revisi

Instrumen

Judgement Instrumen Penentuan Sampel Penelitian Perizinan Penelitian

Sekolah

Pertemuan pertama pada kelas kontrol

Pertemuan pertama pada kelas eksperimen

Tes beban kognitif

intrinsic dan extraneous

Tes beban kognitif intrinsic

dan extraneous

Pertemuan kedua pada kelas kontrol

Tes beban kognitif

intrinsic dan extraneous

Pertemuan keduapada kelas eksperimen

Tes beban kognitif intrinsic

dan extraneous

Pertemuan ketiga pada kelas kontrol

Tes beban kognitif

intrinsic dan extraneous

Pertemuan ketiga pada kelas eksperimen

Tes beban kognitif intrinsic

dan extraneous

Posttest


(21)

(1)

Tabel 3.16.

Kategorisasi Kemampuan Menganalisis Informasi

Skor Keterangan

80-100 Baik Sekali

66-79 Baik

56-65 Cukup

40-55 Kurang

30-39 Gagal

3. Pengolahan instrumen ECL

Dalam proses pengolahan instrumen ECL, teknik pengolahan yang digunakan adalah dengan menggunakan skala Likert. Pengolahan ini dilakukan dengan cara menghitung rata-rata skoring setiap jawaban dari responden. Berikut adalah formulasi dari perhitungan angket respon siswa beserta interpretasinya. Rekapitulasi hasil jawaban responden dicari rata-ratanya dengan perhitungan sebagai berikut:

Selanjutnya ditentukan dalam bentuk persentase dengan perhitungan sebagai berikut:

Sehingga, apabila dimasukkan kedalam kategori persentase menurut Sugiyono (2011).

Tabel 3.17.

Interpretasi Respon Angket berdasarkan Skala Likert

Rumus Nilai Interpretasi

R = (a*1) + (b*2) + (c*3) + (d*4)

0-25%R Rata-rata responden sangat tidak setuju

<50%R Rata-rata responden tidak setuju

<75%R Rata-rata responden setuju <100%R Rata-rata responden

sangat setuju (Sugiyono, 2011)

Keterangan:

R= tingkat respon tingkat persetujuan

Rata-rata skor = total skor/jumlah item


(2)

a= jumlah responden menjawab Sangat Tidak Setuju b= jumlah responden menjawab Tidak Setuju

c= jumlah responden menjawab Setuju

d= jumlah responden menjawab Sangat Setuju 4. Analisis Korelasi

Korelasi dimaksudkan untuk menganalisis sejauh mana hubungan diantara ketiga komponen beban kognitif dan gaya belajar siswa. Jika korelasi bernilai positif, maka hubungan antara dua variabel bersifat searah. Sebaliknya jika korelasi bernilai negatif, maka hubungan antara dua variabel berlawanan arah.Untuk mengetahui seberapa besar hubungan keduanya dengan menggunakan rumus koefisien korelasi Produk Momen Pearson dengan rumus dan interpretasinya sebagai berikut:

Keterangan : n = Jumlah data

X = Investasi Aktiva Tetap Y = Return On Investment

Tabel 3.18. Koefisien Korelasi

Interval Koefisien Interpretasi

0,00 - 0,199 Korelasi sangat rendah 0,20 - 0,399 Korelasi rendah 0,40 - 0,599 Korelasi sedang 0,60 - 0,799 Korelasi kuat 0,80 - 1,000 Korelasi sangat kuat

(Sugiyono, 2011) 5. Analisis Regresi

Korelasi dan regresi memiliki hubungan yang erat. Analisis regresi dilakukan bila hubungan dua variabel berupa hubungan kausal atau fungsional. Analisis regresi digunakan apabila ingin mengetahui bagaiamana variabel dependen/kriteria dapat diprediksi melalui variabel independen atau prediktor, secara individual. Dampak dari penggunaan analisis regresi dapat digunakan untuk memutuskan apakah naik dan menurunnya variabel dependen dapat

 

   

 

2 2 2 2

Y Y X X n Y X -XY n r           n


(3)

dilakukan melalui menaikkan dan menurunkan keadaan variabel independen atau untuk meningkatkan keadaan variabel dependen dapat dilakukan dengan meningkatkan variabel independent atau sebaliknya (Sugiyono, 2011). Berikut adalah rumus-rumus yang digunakan pada analisis regresi.

Keterangan:

Y : Subyek dalam variabel dependen yang diprediksikan A : Harga Y bila X = 0 (harga kosntan)

B : Angka arah atau koefisien regresi yang menunjukkan angka

pengingkatan ataupun penurunan variabel dependen yang didasarkan pada variabel independen. Bila b(+) maka naik, dan bila (-) maka terjadi penurunan

X : Subyek pada variabel independen yang mempunyai nilai tertentu

R : Koefisien korelasi product moment antara variabel X dengan variabel Y Sx : Simpangan baku variabel X

Sy : Simpangan baku variabel Y 6. Analisis Gaya Belajar

Data mengenai gaya belajar diperoleh melalui angket skala Likert berdasarkan instrumen DePorter & Hernacki (2003). Data yang diperoleh kemudian dianalisa dengan rumus:

Berikut dibawah ini disajikan indikator dari instrumen gaya belajar

visual, auditori dan kinestetik dengan butir soal yang bernilai positif dan negatif pada tiap indikator instrumen.


(4)

Tabel 3.19. Indikator Instrumen Gaya Belajar

Dimensi Indikator No. Butir Soal

(-) (+)

Gaya Belajar Visual

 Memahami sesuatu dengan asosiasi visual

5 7, 8

 Rapi dan teratur 6, 10 1

 Mengerti dengan baik mengenai posisi, bentuk, angka dan warna

3 4

 Sulit menerima instruksi verbal 2 9

Gaya Belajar Auditori

 Belajar dengan cara mendengar 15, 20 18

 Lemah terhadap aktivitas visual 16 11

 Memiliki kepekaan terhadap music - 13, 14

 Baik dalam aktivitas lisan 12, 19 17

Gaya Belajar Kinestetik

 Belajar melalui aktivitas fisik 27 22, 24

 Selalu berorientasi pada fisik dan banyak bergerak

21, 25 30

 Peka terhadap ekspresi dan bahasa tubuh

29 28

 Menyukai kegiatan coba-coba 23 26

Jumlah 15 soal 15 soal

30

Adapun skor tiap butir angket pada masing-masing gaya belajar ditentukan sesuai dengan Tabel dibawah ini.

Tabel 3.20. Skor Butir Angket Gaya Belajar Pilihan

Sifat

Selalu Sering

Kadang-kadang

Jarang Tidak

pernah

Positif 5 4 3 2 1


(5)

G. PROSEDUR PENELITIAN

Pengolahan data &

Kesimpulan dan Pelaporan Tes gaya belajar siswa Penyusunan RPP

Pembuatan Instrumen Penelitian

Perizinan Penelitian

Pelaksana Uji Coba dan Revisi

Instrumen

Judgement Instrumen Penentuan Sampel Penelitian Perizinan Penelitian

Sekolah

Pertemuan pertama pada kelas kontrol

Pertemuan pertama pada kelas eksperimen

Tes beban kognitif

intrinsic dan extraneous

Tes beban kognitif intrinsic

dan extraneous

Pertemuan kedua pada kelas kontrol

Tes beban kognitif

intrinsic dan extraneous

Pertemuan keduapada kelas eksperimen

Tes beban kognitif intrinsic

dan extraneous

Pertemuan ketiga pada kelas kontrol

Tes beban kognitif

intrinsic dan extraneous

Pertemuan ketiga pada kelas eksperimen

Tes beban kognitif intrinsic

dan extraneous

Posttest


(6)