BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teori 1. Rasa Ingin Tahu - PENINGKATAN RASA INGIN TAHU DAN PRESTASI BELAJAR IPS SISWA MATERI PERJUANGAN MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN RI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DI KELAS V SD NEGERI PANGEBATAN - repository per

BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teori 1. Rasa Ingin Tahu Rasa ingin tahu diartikan sebagai sikap untuk selalu mengetahui

  yang belum dipahami, didengar atau dilihatnya, sikap tersebut dapat menjadikan seseorang lebih tahu dan memahami suatu hal secara mendalam. Karakter ini dapat menjadi modal penting dalam hidup bermasyarakat. Orang yang memilki rasa ingin tahu yang tinggi adalah orang yang senang mengeksplorasi, belajar, dan menemukan hal-hal baru yang belum pernah ditemukan sebelumnya, sesuai pernyataan Mustari (2014: 85) menyatakan bahwa “rasa ingin tahu adalah emosi yang dihubungkan dngan perilaku menggali secara alamiah seperti eksplorasi, investigasi dan belajar”. Pendapat lain juga dikemukakan oleh Suyadi (2013: 9) bahwa “rasa ingin tahu yakni cara berfikir, sikap dan perilaku yang mencerminkan penasaran dan keingintahuan terhadap segala hal yang dilihat, didengar, dan dipelajari secara mendalam”.

  Penjelasan para ahli di atas dapat di simpulkan bahwa rasa ingin tahu merupakan sikap penasaran siswa kemudian mencari dan menggali informasi terhadap sesuatu yang belum diketahui dan muncul ketika siswa melihat, mendengar atau mempelajari sesuatu. Adanya rasa ingin tahu, siswa akan berusaha memecahkan masalah yang membuatnya penasaran. Rasa ingin tahu membuat pikiran siswa menjadi aktif terhadap

  7 keadaan sekitarnya, siswa yang pikirannya akan lebih mudahmelakukan kegiatan belajar dengan baik. Sikap rasa ingin tahu diperlukan siswa dalam pembelajaran untuk mendorong agar siswa tertarik mempelajari dan menggali informasi dalam kegiatan pembelajaran. Terutama menggali informasi tentang pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial terkait dengan materi sejarah uang, dalam memahami materi ini siswa harus memiliki rasa ingin tahu yang tinggi akan tetapi pada kenyataannya siswa belum memiliki rasa ingin tahu yang tinggi ketika mengikuti proses pembelajaran di kelas.

  Indikator rasa ingin tahu mempunyai keberhasilan untuk meningkatkan pembelajaran di kelas yang harus dikuasai siswa..

  Kemendiknas, (2010: 34) menyebutkan yaitu adanya keterkaitan nilai dan indikator untuk sekolah dasar, khususnya sikap rasa ingin tahu. Adapun indikator sikap rasa ingin tahu tersebut, antara lain:

  1. Siswa cenderung bertanya selama pembelajaran jika ada hal yang tidak dipahami.

  2. Membaca sumber di luar buku teks tentang materi yang terkait dengan materi pembelajaran.

  3. Membaca atau menduskusikan gejala alam atau pembelajaran yang baru terjadi.

  4. Bertanya tentang suatu yang terkait dengan materi pelajaran tetapi diluar yang di bahas di kelas.

  Uraian indikator rasa ingin tahu di atas dapat disimpulkan bahwa dalam proses pembelajaran salah satunya dapat ditunjukkan aktivitas siswa mencari informasi materi yang sedang diajarkan dengan membaca dari berbagai macam sumber dan bertanya kepada guru atau teman jika ada yang belum dipahami atau dimengerti, dan mendiskusikan sesuatu. Proses pembelajaran dapat ditunjukkan dengan cara siswa mencari tahu tentang sesuatu gejala alam yang terjadi di sekitar dengan bertanya kepada guru ketika proses pembelajaran berlangsung. Ketika proses pembelajaran dapat ditunjukkan aktivitas siswa dengan cara siswa bertanya kepada guru terhadap apa yang telah dicari melalui radio maupun televisi. Pada saat proses pembelajaran dapat ditunjukkan aktivitas siswa dengan cara mencari berita tentang peristiwa yang sedang terjadi di sekitar melalui media cetak.

2. Prestasi Belajar

  Prestasi belajar merupakan hasil dari proses hasil belajar mengajar yang dilakukan oleh guru, seperti yang diungkap Mulyasa (2014: 189) bahwa “prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh seseorang setelah menempuh kegiatan belajar”. hal tersebut senada dengan Winkel dalam Hamdani (2011: 138) yang mengemukakan bahwa “prestasi belajar merupakan hasil pengukuran dari penilaian usaha belajar yang dinyatakan dalam bentuk symbol, huruf, maupun kalimat yang menceritakan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak pada periode tertentu”.

  Penjabaran di atas dapat dipahami bahwa prestasi belajar adalah hasil yang diketahui setelah mengalami proses belajar dan kemudian diadakan evaluasi untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa. Hasil dari evaluasi akan dapat memperlihatkan tinggi rendahnya prestasi belajar siswa dalam pembelajaran. Prestasi belajar dalam pembelajaran ini dinyatakan dalam bentuk angka-angka (nilai), jadi bentuk angka (nilai yang diperoleh siswa menunjukkan prestasi belajar yang baik.

  Peningkatan prestasi belajar siswa membutuhkan kreativitas guru dalam pembelajaran agar siswa merasa tertarik, nyaman dan senang dalam belajar. salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk senang bagi siswa ketika proses belajar dengan pemberian reward atau hadiah kepada siswa. Hadiah atau reward ini merupakan suatu pancingan bagi siswa untuk selalu berusaha menyelesaikan dan memahami tugas dari guru.

  a. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar Prestasi belajar yang dicapai seseorang merupakan hasil interaksi berbagai faktor yang mempengaruhinya baik dalam individu maupun luat diri individu. Pengenalan faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar penting artinya dalam rangka membantu siswa dalam mencapai prestasi belajar yang sebaik-baiknya. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar banyak jenisnya, tetapi dapat digolongkan menjadi dua golongan saja, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang ada di luar individu. Hamdani (2011: 139-146) menyatakan ada dua faktor dalam prestasi belajar yaitu faktor dalam (internal) dan faktor luar (eksternal) sebagai berikut : 1) Faktor Internal

  a) Kecerdasan (inteligensi) Kecerdasan adalah kemamapuan belajar disertasi kecakapan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan yang dihadapinya.

  b) Faktor Jasmaniah atau psikologis Pada umumnya kondisi jasmaniah atau psikologis sangat berpengaruh terhadap kemampuan belajar seseorang.

  c) Sikap

  Yaitu kecenderungan untuk merekasi terhadap suatu hal, orang atau benda dengan suka, tidak suka, atau acuh tak acuh.

  d) Minat Minat ini erat kaitannya dengan perasaan, terutama perasaan senang. Dapat dikatakan minat itu terajadi karena perasaan senang pada sesuatu.

  e) Bakat Bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki seeorang untuk mencapai kebebasan pada masa yang akan datang.

  f) Motivasi Motivasi adalah segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu.

  2) Faktor Eksternal

  a) Keadaan Keluarga Keluarga adalah lembaga pendidikan pertama dan utama. Keluarga yang sehat besar artinya untuk pedidikan kecil, tetapi bersifat menentukan dalam ukuran besar, yaitu pendidikan bangsa, negara dan dunia.

  b) Keadaan sekolah Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal pertama yang sangat penting menentukan keberhasilan belajar siswa. Oleh karena itu, lingkungan sekolah yang baik dapat mendorong siswa untuk belajar lebih giat.

  c) Lingkungan Masyarakat Lingkungan alam sekitar sangat berpengaruh terhadap perkembangan pribadi siswa sebab dalam kehidupan sehari- hari anak akan lebih banyak bergaul dengan lingkungan tempat berada. Penjelasan di atas mengenal faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa meliputi 2 faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal keduanya berpengaruh besar dalam hasil prestasi belajar siswa.

  Prestasi belajar yang dicapai siswa pada hakekatnya merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhinya baik dari dalam diri (faktor internal) maupun faktor eksternal) individu. karena itu pengenalan guru terhadap faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa penting sekali artinya dalam membantu mencapai prestasi belajar yang sebaik-baiknya sesuai dengan kemampuan masing-masing siswa. b. Fungsi utama prestasi belajar Prestasi belajar memiliki fungsi dalam proses pembelajaran.

  Arifin (2013: 12) mengemukakan prestasi belajar mempunyai beberapa fungsi utama, antar lain: 1) Sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai siswa. 2) Sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu, dan merupakan kebutuhan umum manusia. 3) Sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan, dengan asumsi bahwa prestasi belajar dapat dijadikan sebagai pendorong bagi siswa dalam mingkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi dan berperan sebagai umpan balik dalam meningkatkan mutu pendidikan. 4) Sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu institusi pendidikan. Indikator intern dalam arti bahwa prestasi belajar dapat dijadikan indikator tingkat produktivitas suatu institusi pendidikan. Indikator ekstern dalam arti bahwa tinggi rendahnya prestasi belajar dapat dijadikan indikator tingkat kesuksesan siswa di masyarakat. 5) Dapat dijadikan indikator daya serap (kecerdasan) siswa, dalam proses pembelajaran siswa menjadi fokus utama yang harus diperhatikan karena siswalah yang diharapkan menyerap seluruh materi pokok pembelajaran.

  Prestasi belajar memiliki beberapa fungsi untuk siswa. Fungsi tersebut diantaranya yaitu bahwa prestasi belajar dijadikan sebagai indikator kesuksesan dalam mencapai proses pembelajaran, selain itu mengetahui prestasi belajar siswa juga bermanfaat sebagai umpan balik bagi guru dalam melaksanakan proses pembelajaran sehingga dapat menentukan apakah perlu melakukan bimbingan terhadap siswa.

3. Model Pembelajaran Make A Match

  Pembelajaran yang menyenangkan dibutuhkan model pembelajaran yang membuat siswa aktif dalam pembelajaran. Suprijono.

  A, (2015: 113) “make a match adalah kartu-kartu. Kartu-kartu terdiri dari kartu berisi pertanyaan-pertanyaan dan kartu-kartu lainnya berisi jawaban dari pertanyaan- pertanyaan tersebut.” Make A Match adalah sebuah model pembelajaran yang mengutamakan aktivitas siswa dalam mencari, mengolah serta menyampaikan informasi yang diperolehnya di depan kelas. Pembelajaran ini menuntut siswa supaya aktif dan tidak pasif.

  Model pembelajaran make a match merupakan model pembelajaran yang dirancang untuk menumbuhkan sikap rasa ingin tahu siswa dalam menyampaikan pendapatnya dalam pembelajaran di kelas. Lie, (2008: 55) yang dikemba ngkan oleh Lorna Curran (1994) “Pada dasarnya model pembelajaran make a match siswa mendapatkan satu kartu pertanyaan atau jawaban kemudian setiap siswa mencari pasangan dari kartunya. Siswa yang dapat menemukan pasangan kartunya sebelum batas waktu yang ditentukan akan mendapatkan poin. Dalam pembelajaran Make a Match ini siswa saling bekerjasama untuk saling mencari jawaban dengan teman yang ada dihadapannya untuk mencari pasangan pertanyaan dan jawaban yang cocok. Diharapkan dengan model pembelajaran ini siswa memiliki rasa ingin tahu yang lebih meningkat serta mampu memahami materi pelajaran yang diberikan guru. a. Langkah-langkah model pembelajaran Make a Match Model pembelajaran make a match memilki langkah- langkah. Suprijono. A, (2015: 113). Hal-hal yang perlu dipersiapkan jika pembelajaran dikembangkan dengan make a match adalah kartu- kartu. Kartu-kartu tersebut terdiri dari kartu berisi jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut.

  Langkah berikutnya adalah guru membagi komunitas kelas menjadi 3 kelompok. Kelompok pertama merupakan kelompok pembawa kartu-kartu berisi pertanyaan-pertanyaan. Kelompok kedua adalah kelompok pembawa kartu-kartu berisi jawaban. Kelompok ketiga adaah kelompok penilai. Aturlah posisi kelompok-kelompok terbentuk huruf U. upayakan kelompok pertama dan kedua berjajar saling berhadapan.

  Langkah selanjutnya jika masing-masing kelompok sudah berada di posisi yang telah ditentukan, maka guru membunyikan peluit sebagai tanda agar kelompok pertama maupun kelompok kedua saling bergerak mereka bertemu, mencari pasangan pertanyaan-jawaban yang cocok. Berikan kesempatan kepada mereka untuk berdiskusi. Ketika mereka diskusi alngkah baiknya jika ada music instrumentalia yang lembut untuk mengiringi aktivitas belajar mereka. Hasil-hasil diskusi ditandai oleh pasangan- pasangan antara anggota kelompok pembawa kartu pertanyaan dan anggota kelompok pembawa kartu jawaban.

  Pasangan-pasangan yang sudah terbentuk wajib menunjukkan pertanyaan-jawaban kepada kelompok penilai.

  Kelompok ini kemudian membaca apakah pasangan pertanyaan- jawaban itu cocok. Setelah penilaian dilakukan, ataurlah sedemikian rupa kelompok pertama dan kedua bersatu kemudian memposisikan dirinya menjadi kelompok penilai. Sementara, kelompok penilai pada sesi pertama tersebut di atas dipecah menjadi dua, sebagaian lainnya memegang kartu jawaban. Posisikan mereka dalam bentuk huruf U. Guru kembali membunyikan peluitnya menandai kelompok pemegang kartu pertanyaan dan jawaban bergerak untuk mencari, mencocokan, dan mendiskusikan pertanyaan-jawaban. Berikutnya adalah masing masing pasangan pertanyaan-jawaban menunjukkan hasil kerjanya kepada tim penilai.

  Model pembelajaran make a match tersebut dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah model pembelajaran make a

  match adalah membuat potongan kertas berisi pertanyaan dengan

  jawabannya, kocok sehingga tercampur semua. Dengan aktivitas berpasangan maka separuh siswa mendapat pertanyaan dan separuh yang lain mendapat jawaban. Siswa diminta untuk mencari pasangan kelompoknya. Setelah semua berpasangan siswa harus membaca pertanyaan dan jawabannya. Akhir teknik ini yaitu dengan memberi klarifikasi dan kesimpulan. Perlu diketahui bahwa tidak semua siswa baik yang berperan sebagai pemegang kartu pertanyaan, pemegang kartu jawaban, maupun penilai mengetahui dan memahami secara pasti apakah betul kartu pertanyaa-jawaban yang mereka pasangkan sudah cocok. Demikian halnya bagi siswa kelompok penilai. Mereka juga belum mengetahui pasti apakah penilaian mereka benar atas pasangan pertanyaan-jawaban. Berdasarkan kondisi inilah guru memfasilitasi diskusi untuk memberikan kesempatan kepada seluruh siswa dan mengkonfirmasikan hal-hal yang mereka telah lakukan yaitu memasangkan pertanyaan-jawaban dan melaksanakan penilaian.

  b. Kelebihan dan kelemahan model pembelajaran Make a Match Model pembelajaran Make A Match mempunyai kelebihan dan kekurangan. Huda (2013: 253) kelebihan dan dan kekurangan model pembelajaran Make A Match sebagai berikut: Kelebihan:

  1) Dapat meningkatkan aktivitas siswa belajar siswa, baik secara kognitif maupun fisik. 2) Karena ada unsure permainan, model pembelejaran ini menyenangkan. 3) Meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari dan dapat dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. 4) Efektif sebagai sarana melatih keberanian siswa untuk tampil presentasi. 5) Efektif melatih kedisiplinan siswa mengahrgai waktu untuk belajar. Kelemahan:

  1) Jika strategi ini tidak dipersiapkan dengan baik, akan banyak waktu yang terbuang. 2) Pada awal-awal penerapan metode, banyak siswa yang akan malu berpasangan dengan lawan jenisnya.

  3) Jika guru tidak mengarahkan siswa dengan baik, akan banyak siswa yang kurang memperhatikan pada saat presentasi pasangan

  4) Guru harus berhati-hati dan bijaksana saat memberi hukuman pada siswa yang tidak mendapat pasangan, karena mereka bisa malu. 5) Menggunakan metode ini secara terus-manerus akan menimbulkan kebosanan.

  Model pembelajaran make a match memang terdapat kekurangan tetapi apabila guru sudah menguasai model ini dengan baik maka guru dapat mengelola kelas dan perilaku siswa disamping itu manajemen kelas juga bisa dilakukan dengan baik. Karena itu guru harus terlatih dan memiliki pemahaman yang baik terlebih dahulu sebelum menerapkan model pembelajaran ini dikelas. Supaya ketika proses pembelajaran sedang berlangsung dapat berjalan dengan baik dan prestasi belajar lebih meningkat.

4. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di SD

  a. Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar Pembelajaran merupakan suatu proses kegiatan yang memungkinkan guru dapat mengajar dan siswa dapat menerima materi pelajaran yang diajarkan oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Aunurrahman, (2012: 176) menjelaska n bahwa “keberhasilan proses pembelajaran merupakan muara dari seluruh aktifitas yang dilakukan guru dan siswa. Untuk mencapai keberhasilan pada pembelajaran maka dibutuhkan keterlibatan aktif siswa agar dapat memperoleh pengetahuannya”.

  Pembelajaran IPS sangat penting bagi siswa. Sapriya, (2008: 2) istilah “Ilmu Pengetahuan Sosial” disingkat “IPS merupakan nama mata pelajaran di tingkat sekolah dasar dan menengah atau nama program studi di perguruan tinggi”. Pendapat tersebut didukung oleh Susanto, (2013: 153) yang menjelaskan bahwa “pendidikan IPS di sekolah dasar diberikan kepada siswa mulai dari materi yang bersifat konkret menuju ke yang abstrak, dengan mengikuti pola pendekatan lingkungan yang semakin luas dan pendekatan spiral”. IPS merupakan suatu mata pelajaran yang mempelajari hubungan antara manusia dengan lingkungannya.

  Lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan dimana dia tumbuh. Mereka akan dihadapkan pada berbagai permasalahan yang ada dan terjadi di lingkungan sekitarnya.

  Simpulan dari beberapa pendapat para ahli di atas bahwa Pembelajaran IPS di SD adalah pembelajaran yang harus dari yang nyata atau bersumber kepada masyarakat yang dimulai dari lingkungan sekolah, tempat tinggal, kemudian desa, kecamatan, kabupaten, provinsi, negara dan akhiranya dunia. Gejala atau masalah yang ada di lingkungan sekitar siswa dapat dijadikan perangsang untuk menarik perhatian siswa dalam pembelajaran IPS di SD. Pembelajaran IPS sebagai bidang studi yang diberikan pada jenjang pendidikan persekolahan. Bukan hanya memberikan bekal pengetahuan saja, tetapi juga memberikan bekal nilai dan sikap serta keterampilan dalam kehidupan masyarakat. Sikap rasa ingin tahu bagi siswa dapat diterapkan melalui pembelajaran, salah satunya

  IPS. Karena IPS merupakan mata pelajaran yang mempersiapkan siswa untuk kehidupan masyarakat, Sebab sikap rasa ingin tahu perlu ditanamkan ke siswa sejak dini, yaitu pada jenjang sekolah dasar

  Pembelajaran IPS di SD yang perlu diketahui siswa diantaranya kenampakan alam dan keragaman sosial budaya, pemanfaatan SDA dalam kegiaatan ekonomi, keanekaragaman suku bangsa, peninggalan sejarah, peristiwa masa lampau serta masalah sosial di lingkungan setempat, dan lain-lain. Penelitian yang akan dilaksanakan materi yang akan digunakan yaitu Sejarah Uang.

  Standar Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD) dan Indikator dapat dilihat pada tabel 2.1 berikut:

Tabel 2.1 Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, dan Indikator

  Standar

  2. Menghargai peranan tokoh pejuang dan Kompetensi masyarakat dalam mempersiapkan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

  Kompetensi 2.3 menghargai perjuangan para tokoh dalam Dasar mempertahankan kemerdekaan Indikator 2.3.1 menyebutkan peristiwa dan pertempuran dalam rangka mempertahankan kemerdekaan (pertempuran Surabaya, Pertempuran Semarang, Pertempuran Ambarawa, Pertempuran medan area, Pertempuran Bandug Lautan api).

  2.3.2 Menjelaskan peristiwa/ pertempuran- pertempuran dalam rangka mempertahankan kemerdekaan. (Pertempuran Surabaya, Pertempuran Semarang, Pertempuran Ambarawa, Pertempuran medan area, Pertempuran Bandung lautan api).

  2.3.3 Menjelaskan peristiwa agresi militer Belanda I dan II.

  2.3.4 Menjelaskan pengakuan kedaulatan Indonesia oleh Belanda.

  2.3.5 Menyebutkan beberapa tokoh perjuangan dalam mempertahankan kemerdekaan.

  2.3.6 Menjelaskan peranan beberapa tokoh dalam mempertahankan kemerdekaan (Ir.

  Soekarno. Drs. Moh Hatta, Jendral Soedirman, Sri Sultan Hamengkubuwono

  IX, Bung Tomo) Materi yang diajarkan tentang mengharagai perjuangan tokoh dalam mempertahankan kemerdekaan mencakup:

  Kemenangan Sekutu atas Jepang tanggal 29 September 1945 tentara Inggris mendarat di Jakarta. Tentara Inggris dalam hal ini mewakili Sekutu. Pasukan tersebut dipimpin Letnan Jenderal Sir Philip Christison. Tentara Inggris datang ke Indonesia bertujuan melucuti tentara Jepang.

  1) Peristiwa 10 November 1945 di Surabaya Pada tanggal 25 Oktober 1945, pasukan Sekutu dari Inggris mendarat di Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya.

  Pasukan ini dipimpin oleh Brigadir Jenderal A.W.S. Mallaby. Mereka diberi tugas untuk melucuti persenjataan pasukan Jepang di Indonesia dan menyelamatkan tawanan perang. Meskipun telah tercapai gencatan senjata, akan tetapi masih terjadi pertempuran berskala kecil di beberapa penjuru kota Surabaya. Masalah ini ditangani oleh Kontak Biro, sebuah lembaga yang menangani masalah insiden rakyat Surabaya dan pasukan Inggris. Pemuda Surabaya meminta pasukan Inggris menyerahkan senjata dan meninggalkan Gedung Bank Internatio di Jalan Jembatan Merah. Permintaan ini ditolak oleh pihak Inggris. Kontak Biro gagal menyelesaikan perselisihan sehingga meletus pertempuran. Dalam peristiwa tersebut Mallaby terbunuh.

  Mallaby terbunuh menimbulkan kemarahan pasukan Inggris. Pada tanggal 9 November 1945, Mayor Jenderal E. C.

  Mansergh memberi ultimatum kepada rakyat Surabaya dan pemimpin Republik Indonesia untuk menyerah. Ancaman ditolak sehingga pasukan Inggris melancarkan serangan besar- besaran pada tanggal 10 November 1945. Kota Surabaya dibom dari pesawat udara, kapal perang, dan tank Inggris. Pasukan

  Inggris yang dilengkapi persenjataan modern ini dilawan oleh rakyat Surabaya dengan menggunakan bambu runcing. Tokoh pemuda Surabaya, Bung Tomo, mengobarkan semangat rakyat Surabaya. Pertempuran rakyat Surabaya melawan pasukan Inggris pada tanggal 10 November 1945 hingga kini diperingati sebagai Hari Pahlawan.

  2) Pertempuran Ambarawa Pertempuran Ambarawa terjadi pada tanggal 20

  November

  • –15 Desember 1945. Pembebasan tawanan perang oleh pasukan Sekutu dimanfaatkan tentara NICA (Netherland

  

Indies Civil Administration ). Tentara NICA adalah tentara

  Belanda yang ingin kembali menguasai Indonesia. Tentara NICA mempersenjatai bekas tawanan perang yang dibebaskan. Hal ini menyebabkan pecahnya Perang Ambarawa, yang diawali dengan serangan fajar oleh pasukan TKR dari Magelang. Pertempuran antara Sekutu dan TKR (Tentara Kemanan Rakyat) tidak bisa dihindari lagi.

  Pada tanggal 26 November 1945, pimpinan TKR dari Puwokerto yaitu Letnan Kolonel Isdiman gugur dalam pertempuran. Akhirnya, pimpinan pertempuran diambil alih oleh Kolonel Soedirman. Kehadiran Kolonel Soedirman, menumbuhkan semangat baru bagi pasukan TKR. Pasukan TKRdi bawah pimpinan Kolonel Soedirman menggunakan siasat gerilya. Pada tanggal 15 Desember 1945, TKR berhasil mengusir Sekutu. Untuk mengenang pertempuran Ambarawa didirikanlah monumen Palagan Ambarawa.

  3) Pertempuran Medan Area Gelombang kedatangan pasukan Sekutu ke Indonesia memasuki kota Medan. Pasukan yang dipimpin T.E.D. Kelly mendarat di Medan tanggal 9 Oktober 1945. Tugas tentara Sekutu adalah membebaskan tentara Belanda yang ditawan Jepang. Namun ternyata tawanan itu kemudian dipersenjatai dan dijadikan anggota KNIL. Tindakan ini membuat rakyat Medan marah. Di bawah pimpinan Ahmad Tahir, para pemuda membentuk lascar perjuangan dan TKR Sumatra Timur. Pada tanggal 13 Oktober 1945, terjadi sebuah insiden di sebuah hotel di Jalan Bali. Awalnya, anggota NICA merampas dan menginjak lencana Merah Putih milik seorang pemuda. Peristiwa tersebut memicu kemarahan para pemuda. Akhirnya berkembang menjadi pertempuran di berbagai tempat.

  Terjadinya pertempuran tersebut, Sekutu mengeluarkan ultimatum. Isi ultimatum yaitu melucuti senjata yang dibawa para pemuda dan larangan membawa senjata. Puncak kemarahan rakyat Medan terjadi pada tanggal 10 Desember 1945. Waktu itu Sekutu memasang papan pembatas bertuliskan

  

Fixed Boundaries Medan Area (batas wilayahkekuasaan

Sekutu). TKR dan para pemuda pun mengadakan perlawanan.

  Pertempuran yang terjadi di Kota Medan dikenal dengan Pertempuran Medan Area.

  4) Peristiwa Bandung Lautan Api (23 Maret 1946) Tentara Sekutu (Inggris) menuntut agar rakyat menyerahkan senjata- senjata yang diperoleh dari tangan

  Jepang. Pada tanggal 23 Maret 1946 sekutu mengekuarkan ultimatum yang isinya “Agar kota Bandung seluruhnya

  dikosongkan

  ”. Menanggapi ultimatum tersebut TRI Bandung menerima perintah dari Jakarta agar kota Bandung dikosongkan.

  Rakyat Bandung mematuhi perintah dari Jakarta, namun sebelum meninggalkan kota mereka membumihanguskan kota Bandung bagian selatan. Tujuan tindakan ini agar pos-pos penting dan tempat-tempat yang vital tidak dapat dipergunakan oleh pihak lawan. Peristiwa politik bumi hangus itulah kemudian dikenal dengan sebutan “Bandung Lautan Api”.

  Dalam peristiwa tersebut gugur pahlawan Mohammad Toha.

  b. Tujuan pembelajaran IPS di Sekolah Dasar Tujuan utama pembelajaran IPS ialah untuk mengembangkan potensi siswa agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari hari baik menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat.

  Tujuan pembelajaran IPS di Sekolah menurut Mutakin dalam Ahmad Susanto, (2013: 145), dirumuskan sebagai berikut: 1) Memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap masyarakat atau lingkungannya, melalui pemahaman terhadap nilai-nilai sejarah dan kebudayaan masyarakat. 2) Mengetahui dan memahami konsep dasar dan mampu menggunakan metode yang diadaptasi dari ilmu-ilmu sosial yang kemudian dapat digunakan untuk memecahkan masalah- masalah sosial. 3) Mampu menggunakan model-model dan proses berpikir serta membuat keputusan untuk menyelsaikan isu dan masalah yang berkembang di masyarakat. 4) Menaruh perhatian terhadap isu-isu dan masalah-masalah sosial, serta mampu membuat analisis yang kritis, selanjutnya mampu mengambil tindakan yang tepat.

  5) Mampu mengembangkan berbagai potensi sehingga mampu

  membangun diri agar survive yang kemudian bertanggung jawab membangun masyarakat.

  Uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan IPS agar siswa dapat memahami lingkungan sekitar dan mampu berinteraksi di lingkungannya.Siswa dapat mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengn kehidupan masyarakat di lingkungan. IPS juga memberikan kemampuan dasar siswa untuk mengembangkan diri sesuai dengan bakat dan minat siswa.

5. Media Film Dokumenter

  a. Pengertian Media Media adalah alat yang digunakan untuk mempermudah atau menunjang sebuah pembelajaran. Anitah (2008: 2) menyebutkan bahwa media pembelajaran adalah setiap orang, bahan, alat, atau peristiwa yang dapat menciptakan kondisi yang memungkinkan peserta didik menerima pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Briggs (Sadiman, 2008: 6) berpendapat bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang peserta didik untuk belajar. namun asosiasi pendidikan nasional (National

  

Education Assosiation/ NEA) memiliki pengertian yang berbeda.

  Media adalah bentuk-bentuk komunikasi baik tercetak maupun audiovisual serta peralatannya.

  Media hendaknya dapat dimanipulasi, dapat dilihat, didengar, dan dibaca. Adapun batasan yang diberikan, ada persamaan antara batasan tersebut yaitu bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, peraba, perhatian dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi. Adapun ciri-ciri media yang dikemukakan oleh Arsyad (2007: 6), yaitu: 1) Memilki pengertian fisik yang dewasa ini dikenal sebagai

  

hardware (perangkat keras), yaitu sesuatu benda yang dapat

dilihat, didengar, atau diraba dengan panca indra.

  2) Memilki pengertian nonfisik yang dikenal sebagai software (perangkat lunak), yaitu kandungan pesan yang terdapat dalam perangkat keras yang merupakan isi yang ingin disampaikan kepada peserta didik. 3) Penekanan media terdapat pada visual dan audio 4) Memilki pengertian, alat bantu pada proses belajar baik di dalam maupun di luar kelas.

  5) Digunakan dalam rangka komunikasi dan interaksi guru dan siswa dalam proses pembelajaran. 6) Dapat digunakan secara asal (misalnya: radio, televise, kelompok besar dan kelompok kecil (misalnya: film, slide, video, Overhead Project, atau perorangan (misalnya: modul, komputer, radio, tape/kaset, video recorder). 7) Sikap, perbuatan, organisasi, strategi, dan manajemen yang berhubungan dengan pendapatan atau ilmu.

  Media pembelajaran mempunyai manfaat yang sangat baik agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan lancer. Kemp dan Dayton (dalam Arsyad, 2007: 21) menyebutkan manfaat media pembelajaran adalah sebagai berikut: 1) Penyampaian pembelajaran menjadi lebih baku. 2) Pembelajaran bisa lebih menarik. 3) Pembelajaran menjadi lebih interaktif dengan diterapkannya teori belajar dan prinsip-prinsip psikologis yang diterima dalam partisisipasi siswa, umpan baik dan penguatan. 4) Lama waktu pembelajaran yang diperlukan dapat dipersingkat karena kebanyakan media hanya memerlukan waktu singkat untuk mengantarkan pesan-pesan dan isi pelajaran dalam jumlah yang cukup banyak dan kemungkinan dapat diserap oleh siswa. 5) Kualitas hasil belajar dapat ditingkatkan bilamana integrasi kata dan gambar sebagai media pembelajaran dapat mengkomunikasikan elemen-elemen pengetahuan dengan cara yang terorganisasikan dengan baik, spesifik dan jelas. 6) Pembelajaran dapat diberikan kapan dan dimana diinginkan atau diperlukan terutama jika media pembelajaran dirancang untuk secara individu. 7) Sikap positif siswa terhadap apa yang mereka peajari dan terjhadap proses pembelajaran dapat ditingkatkan. 8) Peran guru dapat berubah ke arah yang lebih positif.

  Berdasarkan pendapat para ahli di atas mengenai media yang sudah dipaparkan secara jelas maka dapat disimpulkan bahwa media adalah sebuah alat untuk memudahkan menyampaikan pesan kepada siswa dari gurunya, dapat dimanipulasi sesuai keinginan untuk memudahkan pembelajaran, dapat dirasakan oleh panca indera manusia dan dapat memotivasi siswa ketika belajar. media dikatakan berhasil ketika pesan yang terkandung dalam media tersebut dapat tersampaikan dengan baik kepada siswa serta menimbulkan motivasi belajar. b. Film atau Gambar Hidup Film atau gambar hidup adalah perkembangan dari gambar biasa. Pada sebuah film, setiap gambar disebut frame. Hamalik

  (1983: 102) film itu diproyeksikan melalui lensa proyektor secara mekanis, dan pada layar yang terlihat gambar yang hidup. Film itu bergerak frame demi frame de depan lensa dan pada layar, gambar- gambar itu juga dengan cepat bergantian dan memberikan proses visual yang kontinu, kecepatan bergerak didepan lensa itu siantar gambar demi gambar tak ada celah-celah, tetapi bergerak dengan cepat dan pada layar itu terlihat gambar-gambar yang berurutan dan melukiskan satu peristiwa, cerita-cerita, benda-benda murni seperti pada kejadian yang sebenarnya. Di bawah ini akan dijelaskan secara singkat jenis-jenis film menurut Hamalik (1983: 111) diantaranya adalah: 1) Film Dokumenter

  Film Dokumenter memberikan gambaran yang sebenarnya tentang satu cerita. Film ini bukan pengulangan sesuatu kejadian atau dibuat sepertin film-film yang diproduksi, tetapi menggunakan masyarakat yang nyata dan dalam situasi- situasi yang nyata pula. 2) Film Episode

  Film yang terdiri dari edisi-edisi yang pendek. Biasanya muncul dalam jenis film rekreasi, industry atau film televisi.

  3) Film Provokasi Film provokasi dimaksudkan untuk melayani tujuan- tujuan kelompok studio orang dewasa, tetapi juga diperhunakan untuk anak-anak di sekolah dalam pelajaran tertentu seperti studi sosial, etika dan sebagainya.

  Fungsi film bagi pendidikan menurut Hamalik (1983: 103) adalah sebagai berikut: 1) Film adalah suatu media yang baik digunakan guna melengkapi pengalaman-pengalaman dasar bagi kelas untuk membaca, diskusi, konstruksi dan kegiatan belajar lainnya. 2) Film memberikan penyajian yang lebih baik tk terikat pada kemampuan intelektual, baik anak-anak yang kurang pandai maupun anak yang pandai akan merasakan manfaat dari film, walaupun tingkatnya berbeda. 3) Mengikat perhatian anak dan terjadi berbagai asoasiasi dalam jiwanya. 4) Mengatasi pembatasan-pembatasan dalam jarak dan waktu, melalui film, hal-hal yang terlalu kecil, terlalu lambat, dapat diamati dengan penglihatan mata. 5) Film memperuntukan satu subyek dengan perbuatan, film dapat mendemonstrasikan berbagai hal yang tak mungkin dialami secara langsung misalnya jatuhnya bom di Hiroshima, kekejaman Nazi jerman dan sebagainya.

  Fungsi film di atas dapat disimpulkan bahwa film dapat digunakan sebagai salah satu media yang menjanjikan karena dapat menarik perhatian siswa, membantu siswa melihat peristiwa yang tidak mungkin dilihat langsung oleh siswa dikarenakan ada batasan.

  Namun guru juga harus film yang akan ditayangkan agar informasi yang disampaikan sesuai dengan kriteria pada jenjang usia tertentu.

B. Penelitian Yang Relevan

  1. Penelitian dengan menggunakan model pembelajaran Cooperative

  Learning tipe Make a Match yang dilakukan oleh Ayu Febriana (2011)

  dalam jurnalnya dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Make A Match untuk Meningkatkan kualitas pembelajaran IPS siswa kelas V SDN Kalibanteng Kidul 01 kota Semarang ” terbukti dapat meningkatkan proses dan hasil belajar siswa. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran Kooperatif tipe Make A Match mengalami peningkatan pada setiap siklusnya yaitu pada siklus I nilai rata-rata 62,67

  ℅, pada siklus II yaitu 71,46 ℅, dan siklus III 79,90℅.

  Berdasarkan penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Make A Match dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar belajar siswa. Terkait dengan hal ini peneliti ingin mengetahui dan menganalisis lebih lanjut tentang upaya meningkatkan prestasi belajar IPS materi perjuangan mempertahankan kemerdekaan di kelas V melalui model pembelajaran Make A Match di SD Negeri Pangebatan, Kecamatan Karanglewas. Inovasi perbedaan antara penelitian saya dengan penelitian orang lain yaitu penelitian yang akan dilaksanakan, yaitu pada pemilihan mata pelajaran. Diharapkan penelitian tersebut dapat menjadi dasar penelitian yang akan dilaksanakan.

  2. Penelitian yang dilakukan oleh Vivit Nurul Fadilah (2014) dalam penelitiannya yang berjudul “Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe make a match untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas III mata pelajaran Pkn tema harga diri di SDN 04 Ampel wuluhan Jember” terbukti dapat meningkatkan penilaian proses dan hasil belajar siswa. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran Cooperative Learning tipe Make A Match mengalami peningkatan pada setiap siklusnya yaitu pada siklus I nilai rata-rata 53,25℅, pada siklus II yaitu 71,19℅, dan meningkat lagi di siklus III menjadi 73,78

  ℅. Kesimpulannya bahwa model kooperatif tipe make a

  

match dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan nilai yang diperoleh

  pada setiap siklusnya selalu meningkat. Selain itu, penelitian tersebut juga memiliki perbedaan dengan penelitian yang akan dilaksanakan, yaitu pada pemilihan mata pelajaran.

  3. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ratna Zawil (2016) yang berjudul

  

“Using Make A Match Technique to Each Vocabulary” menyatakan

  bahwa menggunakan model pembelajaran Cooperative Learning tipe

  

Make A Match lebih dari 75% siswa mengalami peningkatan yaitu dalam

  peningkatan penguasaan kosakata. Hasil uji t disimpulkan bahwa siswa diajarkan menggunakan teknik make a match teknik pertandingan mendapat skor lebih baik dalam penggunaan kosakata . Teknik Make a

  

Match ini baik digunakan untuk mengajar membaca sebagai alternative

untuk diterapkan dalam pembelajaran bahasa inggris.

  4. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Mahmudatin Arifah (2013) yang berjudul

  “The Effectivenes Of Make A Match Technique For Teaching

Writing Descriptive Text To The Seventh Grade Of Smpn 1

Karangbinangun Lamongan” menjelaskan bahwa penelitian ini tentang

  eksperimen dengan menggunakan dua kelompok. Data diperoleh sari skor menulis siswa dalam pre test dan post test. Kemudian skor siswa dikumpulkan untuk mengetahui hasil dari pre test dan post test. Uji t digunakan untuk menghitung test dan pos test para siswa. Berdasarkan hasil di atas dapat disimpulkan bahwa penggunan model kooperatif tipe dapat membantu siswa untuk mendapatkan skor yang lebih

  make a match tinggi dalam menulis tes deskriptif.

  Inovasi perbedaan antara penelitian saya dengan penelitian yang dilakukan oleh orang lain adalah di dalam penelitian saya menggunakan model pembelajaran make a match berbantu media film dokumenter materi perjuangan mempertahankan di kelas V SD Negeri Pangebatan.

  Selain itu perbedaan lainnya yaitu pada variabel yang akan diukur, yaitu motivasi, prestasi belajar dan rasa ingin tahu serta pemahaman materi yang akan digunakan dalam penelitian. Model pembelajaran make a

  

match yaitu pembelajaran dengan menggunakan kartu-kartu. Kartu-kartu

  ini berisi kartu pertanyaan-jawaban. Kemudian di tambahkan dengan kartu make a match dan media film dokumenter untuk meningkatkan rasa ingin tahu siswa dalam pembelajaran.

C. Kerangka Pikir

  Proses pembelajaran merupakan interaksi antara siswa dengan guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. proses pembelajaran yang dilakukan baik guru maupun siswa dituntut untuk aktif sehingga membutuhkan sebuah metode pembelajaran yang tepat yaitu model pembelajaran Make a Match yang dapat memberikan kepada siswa untuk bekerja sama dengan orang lain.

  Tahap awal guru mengadakan pembelajaran dengan metode ceramah atau bercerita, materi sejarah uang menggunakan metode pembelajaran ceramah atau bercerita kurangnya rasa ingin tahu dan prestasi belajar siswa belum meningkat ditunjukkan dengan perolehan nilai ulangan dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Berdasarkan penjelasan tersebut maka peneliti ingin mencoba melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan tipe Make a Match ini berupa permainan untuk mencari pasangan pertanyaan- jawaban yang cocok dan siswa harus memiliki rasa ingin tahu yang tinggi untuk untuk menemukan pasangan masing-masing. Model pembelajaran

  Make a Match ini membuat proses belajar mengajar menjadi lebih menarik

  dan menyenangkan sehingga dapat meningkatkan rasa ingin tahu dan prestasi belajar siswa terutama pada materi Ilmu Pengetahuan Sosial materi sejarah uang melalui model pembelajaran Make a Match (mencari pasangan). Secara sistematis kerangka pikir dapat dilihat pada gambar 2.3 sebagai berikut:

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir Penelitian D.

  untuk meningkatkan rasa ingin tahu dan prestasi belajar siswa di kelas V SD Negeri Pangebatan

  Make a Match dapat

  pembelajaran Penggunaan model pembelajaran

  Make a Match dalam

  pembelajaran Siklus II Penggunaan model pembelajaran

  Match dalam

  Siklus I Penggunaan model pembelajaran tipe Make a

  Make a Match

   Hipotesis Tindakan

  Tindakan Menggunakan model pembelajaran

  Kurangnya rasa ingin tahu siswa terhadap materi yang disampaikan oleh guru. Prestasi belajar siswa yang masih rendah

  Masih menggunakan metode ceramah, penggunaan alat peraga yang seadanya,

  2. Model pembelajaran Make a Match dapat meningkatkan prestasi belajar pada mata pelajaran IPS materi mengahargai perjuangan para tokoh dalam mempertahankan kemeerdekaan di kelas V SD Negeri Pangebatan. Kondisi Awal

  1. Model pembelajaran Make a Match dapat meningkatkan sikap rasa ingin tahu pada mata pelajaran IPS materi menghargai perjuangan para tokoh dalam mempertahankan kemerdekaan di kelas V SD Negeri Pangebatan.

  Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir diatas, maka dapat dirumuskan hipotesis tindakannya sebagai berikut:

  secara maksimal sehingga dapat meningkatkan rasa ingin tahu dan prestasi belajar siswa

Dokumen yang terkait

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR IPS MELALUI COOPERATIVE LEARNING TIPE MAKE A MATCH PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 2 SUKOYOSO SUKOHARJO KABUPATEN PRINGSEWU

0 6 41

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR IPS MELALUI COOPERATIVE LEARNING TIPE MAKE A MATCH PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 2 SUKOYOSO SUKOHARJO KABUPATEN PRINGSEWU

0 5 31

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TEKNIK MAKE A MATCH SISWA KELAS V A SD NEGERI 2 METRO TIMUR TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 14 115

PENGGUNAAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE MAKE A MATCH IPS DI KELAS V SD

0 0 13

PENINGKATAN AKTIVITAS SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS MENGGUNAKAN MAKE A MATCH DI KELAS V SD

0 0 13

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS V SD 1 NGEMBAL KULON KUDUS

0 0 23

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPS MATERI PERJUANGAN MEMPERSIAPKAN KEMERDEKAAN INDONESIA MELALUI PROBLEM SOLVING DI KELAS V SEMESTER II TAHUN 20142015 SD NEGERI 2 SUMBERINGIN KECAMATAN KARANGAN KABUPATEN TRENGGALEK

0 0 10

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MATERI PROKLAMASI KEMERDEKAAN INDONESIA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH PADA SISWA KELAS V SEMESTER II MIN SALATIGA TAHUN PELAJARAN 2015/2016 - Test Repository

0 0 136

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MATERI PERJUANGAN MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN MELALUI STRATEGICROSSWORD (TEKA-TEKI SILANG) DAN MEDIA PEMBELAJARAN GAMBAR PADA SISWA KELAS V MI MA’ARIF BLOTONGAN SALATIGA PELAJARAN 2017/2018 - Test Repository

0 5 148

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMPREDIKSI DAN RASA INGIN TAHU MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INTERACTIVE DEMONSTRATION PADA SISWA KELAS XI SMA

0 0 16