PENINGKATAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR IPS MELALUI COOPERATIVE LEARNING TIPE MAKE A MATCH PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 2 SUKOYOSO SUKOHARJO KABUPATEN PRINGSEWU

(1)

ABSTRAK

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR IPS MELALUI COOPERATIVE LEARNING TIPE MAKE A MATCH PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 2 SUKOYOSO SUKOHARJO

KABUPATEN PRINGSEWU Oleh

LISRINAHATI

Dalam proses pembelajaran sering kita jumpai gurunya yang lebih aktif, seharusnya yang aktif siswanya. Hal ini dikarenakan guru kurang menguasai metode dan model-model pembelajaran. Guru masih dominan menggunakan metode ceramah, pembelajaran yang demikian kurang memotivasi belajar siswa. Hal ini menyebabkan siswa tidak kreatif, kurang berminat dalam pembelajaran. Siswa kurang bisa bekerja dalam kelompok diskusi. Mereka cenderung belajar sendiri-sendiri. Pengetahuan yang didapat bukan dibangun sendiri secara bertahap oleh siswa atas dasar pemahaman sendiri.

Perumusan masalah dalam penelitian tindakan kelas ini adalah : “Bagaimana Peningkatan Aktivitas dan Prestasi Belajar IPS Melalui Model Cooperative Learning Tipe Make A Match pada Siswa Kelas IV SD NegeriI 2 Sukoyoso Sukoharjo Kabupaten Pringsewu?”.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan peningkatan aktivitas dan prestasi belajar siswa dalam mata pembelajaran IPS kelas IV SDN 2 Sukoyoso Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Pringsewu.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata presentase aktivitas belajar siswa mengalami peningkatan, siklus I sebesar 57,20% dan pada siklus II menjadi 72,00%, dengan rata-rata prestasi belajar siswa mengalami peningkatan, siklus I sebesar 67,50 dan pada siklus II menjadi 75,00.


(2)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam proses pembelajaran sering kita jumpai gurunya yang lebih aktif, seharusnya yang aktif siswanya. Hal ini dikarenakan guru kurang menguasai metode dan model-model pembelajaran. Guru masih dominan menggunakan metode ceramah, pembelajaran yang demikian kurang memotivasi belajar siswa. Hal ini menyebabkan siswa tidak kreatif, kurang berminat dalam pembelajaran. Siswa kurang bisa bekerja dalam kelompok diskusi. Mereka cenderung belajar sendiri-sendiri. Pengetahuan yang didapat bukan dibangun sendiri secara bertahap oleh siswa atas dasar pemahaman sendiri. Hal ini disebabkan karena siswa jarang menemukan jawaban atas permasalahan atau konsep yang dipelajari. Untuk mengatasi permasalahan tentang suasana belajar di kelas perlu dikembangkan kerjasama antar siswa dengan menggunakan model pembelajaran yang sesuai. Salah satu model pembelajaran yang diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa adalah dengan model Cooperative Learning tipe Make A Match (mencari pasangan). Model ini lebih menekankan pada kerjasama antar siswa, sehingga melatih siswa dalam ketelitian, ketepatan, dan kecepatan.

Dalam proses belajar mengajar penilaian merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan untuk mengukur dan menilai tingkat pencapaian kurikulum, penilaian dalam KTSP yaitu dengan menggunakan Kriteria Ketuntasan


(3)

Minimal (KKM) di SD Negeri 2 Sukoyoso Sukoharjo Kabupaten Pringsewu kelas IV pada mata pelajaran IPS yaitu 63.

Berdasarkan hasil prasurvey yang dilakukan di kelas IV SD Negeri 2 Sukoyoso Sukoharjo Kabupaten Pringsewu menunjukan bahwa siswa yang telah mencapai KKM sebanyak 10 orang siswa (35,71%) dan 18 orang siswa (64,29%) yang belum mencapai KKM dari jumlah siswa 28 siswa.

Rendahnya pencapaian prestasi belajar siswa ini, menjadi indikasi bahwa pembelajaran yang dilakukan selama ini belum efektif. Untuk memperbaiki hal tersebut perlu menggunakan pendekatan pembelajaran yang lebih komprehensip dan dapat mengaitkan materi atau teori dengan kenyataan yang ada di lingkungan sekitarnya. Atas dasar ini peneliti menerapkan model Cooperative Learning dengan tipe make a match untuk memperbaiki pembelajaran.

Dari uraian di atas penulis mencoba untuk mengadakan penelitian yang berjudul tentang: Peningkatan Aktivitas dan Prestasi Belajar IPS Melalui model Cooperative Learning Tipe Make A Match pada Siswa Kelas IV SD NegeriI 2 Sukoyoso Sukoharjo Kabupaten Pringsewu.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, maka identifikasi masalah penelitian ini adalah:

1. Masih kurangnya aktivitas siswa dalam pembelajaran 2. Guru selalu menggunakan metode ceramah.


(4)

4.Guru belum menggunakan model yang sesuai dengan proses pembelajaran. 5. Sebagaian besar prestasi belajar siswa di bawah KKM.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang dikemukakan di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian tindakan kelas ini adalah : Peningkatan Aktivitas dan Prestasi Belajar IPS Melalui Model Cooperative LearningTipeMake A Match pada Siswa Kelas IV SD NegeriI 2 Sukoyoso Sukoharjo Kabupaten Pringsewu? .

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian dalam penelitian tindakan kelas ini adalah:

1. Untuk meningkatkan aktivitas belajar IPS Melalui Model Cooperative LearningTipeMake A Match pada Siswa Kelas IV SD NegeriI 2 Sukoyoso Sukoharjo Kabupaten Pringsewu.

2. Untuk meningkatkan prestasi belajar IPS Melalui Model Cooperative LearningTipeMake A Matchpada Siswa Kelas IV SD NegeriI 2 Sukoyoso Sukoharjo Kabupaten Pringsewu.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian dalam penelitian tindakan kelas ini diperuntukan:

1. Bagi siswa, dengan menggunakan model Cooperative Learning tipe Make A Match dapat melatih siswa dalam hal ketelitian, kecermatan, ketepatan dan kecepatan, sehingga prestasi belajar meningkat.


(5)

2. Bagi Guru, penelitian ini dapat memperbaiki cara mengajar mata pelajaran IPS dengan menggunakan model Cooperative Learning tipe Make A Match.

3. Bagi Sekolah:

a. Dengan penelitian ini dapat dimanfaatkan sekolah untuk menciptakan suasana pembelajaran yang aktif dan dapat meningkatkan mutu pendidikan.

b. Memiliki gambaran tentang pembelajaran IPS yang efektif

c. Dipergunakan untuk menyusun program peningkatan efektivitas pembelajaran IPS pada tahap berikutnya.

F. Hipotesis Tindakan

Hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian adalah aktivitas dan prestasi belajar siswa akan meningkat dengan signifikan apabila menggunakan model Cooperative LearningTipeMake A Matchdalam proses pemebelajaran IPS.


(6)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Belajar

Belajar merupakan peristiwa yang terjadi di dalam proses pembelajaran baik di dalam kelas maupun luar kelas. Belajar merupakan hal yang komplek, kompleksitas belajar tersebut dapat dipandang dari dua subyek, yaitu dari siswa dan dari guru. Menurut Sadiman (1994 : 34) belajar merupakan suatu proses yang komplek yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup, sejak ia masih bayi hingga ke liang lahat nanti. Salah satu pertanda bahwa seseorang telah belajar adalah adanya perubahan tingkah laku dalam dirinya, perubahan tingkah laku tersebut menyangkut baik perubahan yang bersifat pengetahuan (kognitif) dan ketrampilan (psikomotor), maupun yang menyangkut nilai dan sikap (afektif). Sedangkan menurut Slameto (dalam Rofiqoh, 2007: 5) bahwa belajar merupakan proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan tersebut akan nyata dalam tingkah laku. Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan proses perubahan tingkah laku sebagai interaksi dalam lingkungan dengan perubahan baru tanpa mengenal batas usia. B. Pengertian Aktivitas Belajar


(7)

Keberhasilan proses pemebelajaran yang dilakukan di dalam kelas ditandai dengan adanya aktivitas belajar. Hal ini sejalan dengan pendapat Hamalik (2004: 99) menyatakan bahwa aktivitas dalam proses belajar mengajar merupakan rangkaian kegiatan yang meliputi keaktifan siswa dalam mengikuti pelajaran, bertanya hal yang belum jelas, mencatat, mendengar, berfikir, membaca, dan segala kegiatan yang dilakukan, yang dapat menunjang prestasi belajar. Sedangakan menurut Sardiman (1994: 95) bahwa di dalam belajar diperlukan aktivitas, sebab pada prinsipnya belajar adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku. Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas. Itulah sebabnya aktivitas merupakan prinsip atau asas yang sangat penting di dalam interaksi belajar mengajar.

Berdasarkan kedua pendapat tersebut di atas, keberhasilan kegiatan pembelajaran ditentukan aktivitas siswa dalam pembelajaran. Semakin banyak aktivitas belajar yang dilakukan siswa dalam kegiatan pembelajaran, maka semakin ingat anak akan pentingnya pembelajaran itu, dan tujuan pembelajaran akan lebih cepat tercapai.

Selanjutnya Hamalik (2004: 175-176) mengungkapkan bahwa penggunaan asas aktivitas besar nilainya bagi pengajaran pada siswa karena:

1. Para siswa mencari pengalaman sendiri dan langsung mengalami sendiri 2. Berbuat sendiri akan mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara

integral

3. Memupuk kerjasama yang harmonis di kalangan siswa 4. Siswa bekerja menurut minat dan kemampuan sendiri


(8)

5. Memupuk disiplin kelas secara wajar dan suasana belajar menjadi demokratis

6. Mempererat hubungan sekolah, masyarakat dan orang tua dengan guru 7. Pengajaran diselenggarakan secara realistis dan konkrit sehingga

mengembangkan pemahaman dan berfikir kritis serta menghindarkan verbalitas

8. Pengajaran di sekolah menjadi lebih hidup sebagaimana aktivitas dalam kehidupan masyarakat

Sedangkan Diedrich (dalam Sardiman 1994: 100) membuat suatu daftar yang berisi 177 macam kegiatan siswa yang digolongkan kedalam 8 kelompok, yaitu 1. Visual activities, yang termasuk didalamnya misalnya, membaca,

memperhatikan gambar demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain

2. Oral activities, seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan, wawancara, diskusi, interupsi

3. Listening activities, sebagai contoh, mendengarkan: uraian, percakapan, diskusi, musik, pidato

4. Writing activities, seperti misalnya menulis cerita, karangan laporan, angket, menyalin

5. Drawing activities, misal: menggambar, membuat grafik, peta, diagram 6. Motor activities, yang termasuk didalamnya antara lain: melakukan

percobaan, membuat konstruksi, model mereparasi, bermain, berkebun, beternak

7. Mental activities, sebagai contoh misalnya: menanggap, mengingat, memecahkan soal, menganalisa, melihat hubungan, mengambil keputusan


(9)

8. Emotional activities, seperti misalnya, menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup

Dari beberapa jenis aktivitas yang dijelaskan tersebut, aktivitas yang diamati selama kegiatan pembelajaran lebih spesifik adalah memperhatikan penjelasan guru, berdiskusi/bertanya antar siswa dengan guru, berdiskusi dalam kelompok/mengerjakan LKS, mempresentasikan/memperhatikan hasil diskusi, memberikan tanggapan terhadap presentasi dan menyimpulkan materi pelajaran.

C. Pengertian Prestasi Belajar

Prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai dari kegiatan siswa yang mengalami pendidikan dalam beberapa waktu tertentu yang telah ditentukan sebelumnya yang kemudian dituangkan dalam suatu angka sebagai wakilnya dari hasil belajar. Proses belajar mengajar dikatakan efektif apabila terjadi transfer yaitu materi pelajaran yang disajikan oleh guru dapat diserap kedalam struktur kognitif Siswa. Siswa dapat menguasai materi tersebut tidak hanya terbatas pada ingatan tanpa pengertian tetapi bahan pelajaran dapat diserap

secara bermakna. Menurut Mudjiono (20 prestasi

belajar merupakan Prestasi belajar tersebut

terjadi terutama berkat evaluasi guru. Hasil belajar dapat berupa dampak pengajaran dan dampak pengiring, kedua dampak tersebut bermanfaat bagi guru dan siswa. Hal ini sejalan dengan pendapat Abu Ahmadi (dalam Sadia 1998: 35 ) belajar adalah hasil yang telah dicapai dalam


(10)

usaha belajar, sedangkan belajar merupakan usaha untuk mengadakan perubahan dalam mencapai tujuan .

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar yaitu kemampuan yang dimiliki oleh siswa dalam menangkap dan memahami konsep yang telah diberikan oleh guru dengan kata lain prestasi belajar adalah hasil pengukuran mengenai kemampuan, kesanggupan dan penguasaan Siswa tentang materi.

D. Model Cooperative Learning Tipe Make A Match

1.Model Cooperative Learning,merupakan suatu model pembelajaran dimana

siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil, saling membantu untuk memahami materi, memeriksa dan memperbaiki jawaban teman, serta kegiatan lainnya dengan tujuan mencapai prestasi belajar. Cooperative Learningberasal dari kata Cooperative yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai satu kelompok, sedangkan Learningartinya belajar atau proses belajar mengajar.

Model Cooperative Learning memberi kesempatan kepada siswa untuk bersama-sama dengan guru dan siswa lain mengkonstruksikan pengetahuan mereka sendiri. Roger (dalam Lie 2002 : 37

Cooperative Learning memberikan kesempatan kepada siswa untuk bersama-sama dengan pendidik dan siswa lain mengkonstruksikan pengetahuan mereka


(11)

Model pembelajaran kooperatif didasarkan atas falsafah homo homini socius, falsafah ini menekankan bahwa manusia adalah mahluk sosial Lie (2002: 27). Sedangkan menurut Ibrahim (2000: 2) model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang membantu siswa mempelajari isi akademik dan hubungan sosial. Ciri khusus pembelajaran kooperatif mencakup lima unsur yang harus diterapkan, yang meliputi; saling ketergantungan positif, tanggung jawab perseorangan, tatap muka, komunikasi antar anggota dan evaluasi proses kelompok Lie (2003: 30), lima unsur model pembelajaran Cooperative Learningyang harus diterapkan yaitu:

a. Ketergantungan positif, Kebehasilan kelompok sangat tergantung pada setiap anggotanya. Guru memberikan soal kepada siswa, soal tersebut berkaitan dengan soal teman sekelompoknya dan tugas kelompok. Tugas satu dengan lainnya tetapi saling berkaitan, setiap siswa harus menyelesaikan tugasnya sendiri, selanjutnya siswa berkumpul dan bertukar informasi untuk menyelesaikan tugas kelompok dan tugas guru memberikan evaluasi dengan tugas individu dan kelompok, yang masing-masing mempunyai nilai tersendiri.

b. Tanggungjawab perseorangan, Guru memberi tugas individu kepada seluruh siswa, sehingga masing-masing siswa harus melaksanakan tanggung jawabnya sendiri, sehingga terbentuk tanggung jawab perseorangan, karena tugas yang diberikan berbeda maka akan mudah diketahui siapa yang tidak melaksanakan tugasnya.

c. Tatap muka, Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertemu muka dan berdiskusi. Kegiatan ini akan memberikan siswa untuk membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota antara lain


(12)

menghargai perbedaan, memanfatkan kelebihan, dan mengisi kekurangan masing-masing siswa.

d. Komunikasi antar anggota, Komunikasi antar siswa menghendaki agar guru dibekali dengan berbagai ketrampilan berkomunikasi. Untuk itu guru memberitahukan secara eksplisit cara cara berkomunikasi. Karena keberhasilan suatu kelompok bergantung pada kesediaan para anggota kelompok untuk saling mendengarkan dan mengutarakan pendapat.

e. Evaluasi proses kelompok

Guru perlu menjadwal khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerjasama mereka agar selanjutnya dapat berkerjasama dengan lebih efektif.

Model pembelajaran kooperatif bukanlah hal yang sama sekali baru bagi guru. Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok. Setiap siswa yang ada dalam kelompok mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang dan rendah) dan jika memungkinkan anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan jender. Model pembelajaran kooperatif mengutamakan kerja sama dalam menyelesaikan permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Pelaksanakaan model Cooperative Learning membutuhkan partisipasi dan kerja sama kelompok pembelajaran. Tujuan utama dalam penerapan model pembelajaranCooperative Learningadalah agar peserta didik dapat belajar secara berkelompok bersama temannya dengan cara saling menghargai pendapat dan menyampaikan pendapat mereka secara berkelompok.


(13)

2. Pembelajaran TipeMake A Match

Kegiatan yang dilakukan guru merupakan upaya guru untuk menarik perhatian sehingga pada akhirnya dapat menciptakan keaktifan dan motivasi siswa dalam diskusi. Hal ini sejalan dengan pendapat Hamalik (2004: 116),

yang dapat dilakukan dengan strategi pembelajaran tertentu dan motivasi belajar dapat ditujukan ke arah kegiatan-kegiatan kreatif. Apabila motivasi yang dimiliki oleh siswa diberi berbagai tantangan, akan tumbuh kegiatan Cooperative Learning Make A Match diharapkan dapat membangkitkan keingintahuan dan kerja sama diantara siswa serta mampu menciptakan kondisi yang menyenangkan. Hal ini sesuai dengan tuntutan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) bahwa pelaksanaan proses pembelajaran mengikuti standar kompetensi, yaitu: berpusat pada siswa; mengembangkan keingintahunan dan imajinasi; memiliki semangat mandiri, bekerja sama, dan kompetensi; menciptakan kondisi yang menyenangkan; mengembangkan beragam kemampuan dan pengalaman belajar; karakteristik mata pelajaran.

Guna meningkatkan motivasi dan keaktifan siswa dalam kelas, penulis menerapkan model Cooperative Learning Make A match. Metode Make A Match atau mencari pasangan merupakan salah satu alternatif yang dapat diterapkan kepada siswa. Penerapan metode ini dimulai dari teknik yaitu siswa disuruh mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban/soal sebelum batas waktunya, siswa yang dapat mencocokkan kartunya diberi poin.


(14)

Teknik modelCooperative Learning Make A Matchatau mencari pasangan dikembangkan oleh Lorna Curran (dalam Faiq, 2009). Salah satu keunggulan tehnik ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan. Langkah-langkah penerapan model Cooperative Learning Make A Match sebagai berikut:

1. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review, satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban.

2. Setiap siswa mendapatkan sebuah kartu yang bertuliskan soal/jawaban. 3. Tiap siswa memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang.

4. Setiap siswa mencari pasangan kartu yang cocok dengan kartunya. Misalnya: pemegang kartu yang bertuliskan nama tumbuhan dalam bahasa Indonesia akan berpasangan dengan nama tumbuhan dalam bahasa latin (ilmiah).

5. Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin.

6. Jika siswa tidak dapat mencocokkan kartunya dengan kartu temannya (tidak dapat menemukan kartu soal atau kartu jawaban) akan mendapatkan hukuman, yang telah disepakati bersama.

7. Setelah satu babak, kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya, demikian seterusnya.

8. Siswa juga bisa bergabung dengan 2 atau 3 siswa lainnya yang memegang kartu yang cocok.


(15)

9. Guru bersama-sama dengan siswa membuat kesimpulan terhadap materi pelajaran.

Keunggulan Tipe Make A Match dari Cooperative yaitu: mampu menciptakan suasana belajar aktif dan menyenangkan, materi yang disampaikan lebih menarik perhatian siswa dan mampu melatih siswa untuk meningkatkan ketelitian, kecermatan, kecepatan dan ketepatan dalam menjawab soal. Sehingga prestasi belajar siswa pun akan lebih meningkat. Disamping itu Cooperative Learning TipeMake AMatch juga memiliki sedikit kelemahan yaitu: diperlukan bimbingan dari guru untuk melakukan kegiatan dan perlu pembatasan waktu agar siswa tidak terlalu banyak bermain-main dalam proses pembelajaran.

E. Ilmu Pengetahuan Sosial

Menurut Zainal Aqib (2006 : 85) IPS adalah salah satu mata pelajaran di SD yang terdiri atas dua bahan kajian pokok; pengetahuan sosial dan sejarah. Pengetahuan social mencakup antropologi, sosiologi, geografi, ekonomi dan tata negara. Bahan kajian sejarah meliputi perkembangan masyarakat Indonesia sejak masa lalu hingga masa kini. Agar pelaksanaan pembelajaran IPS tersebut menjadi Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAKEM), salah satu solusinya adalah dengan pembelajaran Cooperative LearnningtipeMake A Match.Di bawah ini Menurut Zainal Aqib (2006: 85) ada beberapa hal penting yang berhubungan dengan IPS di SD, yaitu sebagai berikut:

1. Fungsi, IPS di Sekolah Dasar berfungsi untuk mengembangkan pengetahuan sikap dan ketrampilan dasar untuk memahami kenyataan


(16)

sosial yang dihadapi siswa dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan pengajaran sejarah berfungsi menumbuhkan rasa kebangsaan dan bangga terhadap perkembangan masyarakat Indonesia sejak masa lalu hingga masa kini

2. Tujuan, IPS di Sekolah Dasar bertujuan agar siswa mampu mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan dasar yang berguna bagi dirinya dalam kehidupan sehari-hari. Pengajaran sejarah bertujuan agar siswa mampu mengembangkan pemahaman tentang perlembangan masyarakat Indonesia sejak masa lalu hingga masa kini, sehingga siswa memiliki kebanggaan sebagai bangsa Indonesia dan cinta tanah air.

3. Pendekatan dan Metode Pembelajaran IPS, dalam pelaksanaan belajar mengajar guru dapat memilih dan menentukan pendekatan dan metode yang disesuaikan. Beberapa pendekatan dan metode pembelajaran IPS adalah pembelajaran melelui Lingkungan, Penemuan (inquiry), Induktif-Deduktif dan Pendekatan Nilai seperti pendekatan nilai moral, nilai estetika dan sebagainya.


(17)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Setting Penelitian

1. Tempat dan Waktu

Tempat penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri 2 Sukoyoso Sukoharjo Kabupaten Pringsewu. Waktu penelitian dilaksanakan dari bulan Maret sampai Mei 2012.

2. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah siswa kelas IV SD Negeri 2 Sukoyoso Sukoharjo Kabupaten Pringsewu tahun pelajaran 2011/2012 yang berjumlah 28 orang siswa, yang terdiri laki-laki 18 orang siswa dan perempuan 10 orang siswa.

B. Alat Pengumpulan Data

1. Pedoman wawancara, instrumen ini juga dirancang oleh peneliti berkolaborasi dengan guru mitra. Pedoman ini digunakan untuk menjaring data berkaitan dengan rencana pelaksanaan tindakan, pandangan dan pendapat tim serta siswa terhadapcooperative learningtipemake a match. 2. Soal tes, instumen ini digunakan untuk menjaring data mengenai

peningkatan prestasi belajar siswa khususnya mengenai penguasaan terhadap materi yang telah dibelajarkan dengan menggunakan model


(18)

cooperative learning tipe make a match. Tes prestasi belajar yang digunakan adalah berbentuk esai (uraian).

3. Lembar observasi, untuk menjaring data mengenai peningkatan aktivitas belajar.

C. Teknik Analisis Data

1. Analisis Data Hasil Belajar

Data prestasi belajar yang bersifat kuantitatif diperoleh dari hasil tes formatif dari setiap akhir siklus. Hal ini dilakukan untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa.

a. Analisis

maka hasil belajar siswa tersebut dikatakan baik dan sudah mencapai KKM.

Untuk menghitung presentase digunakan rumus:

S

S

X

%

x 100%

Keterangan:

X % = Presentase siswa yang mendapatkan 3

S = Jumlah s 3

S = Jumlah seluruh siswa.


(19)

Data kuantitatif data penelitian ini didapatkan dengan menghitung nilai rata-rata kelas dengan rumus:

n Xi X

Keterangan:

X = nilai rata-rata kelas

Xi = total nilai yang diperoleh siswa n = banyak siswa

3. Analisis Data Aktivitas Siswa.

Data aktivitas pembelajaran bersifat kualitatif diperoleh dari hasil pengamatan dari setiap siklus. Hal ini dilakukan untuk mengetahui peningkatan aktivitas siswa.

Rumus penilaian dengan persen dari aktivitas siswa dan guru sebagai berikut:

Keterangan :

NP = Nilai persen yang dicari atau diharapkan R = Skor mentah yang diperloleh

SM = Skor maksimum ideal dari tes yang bersangkutan 100 = Bilangan tetap

Tabel 1

Kriteria Skor Aktivitas Siswa dan Guru

Aktivitas Siswa ( persen ) Predikat

1. 76% - 100% Baik

2. 56% - 75% Cukup

3. 55% Kurang

Sumber: Diadopsi dari Muncarno (2001 : 32)

D. Metode Penelitian

NP = R X 100 SM


(20)

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang difokuskan kepada situasi kelas atau yang lazim dikenal denganclassroom action research yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjannya sebagai guru, sehingga prestasi belajar siswa menjadi meningkat Hal ini didasarkan atas masalah dan tujuan penelitian yang menuntut sejumlah informasi dan tindak lanjut yang terjadi di lapangan, dan hasilnya akan dikaji dan ditindak lanjuti secara reflektif, kolaboratif, dan partisipatif.

E. Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus, masing-masing siklus dengan tahapan perencanaan-tindakan-observasi-refleksi, dan dilaksanakan dengan kolaborasi partisipatif antara peneliti dengan guru, prosedur penelitian yang akan ditempuh adalah suatu bentuk proses pengkajian berdaur siklus yang terdiri dari 4 tahapan dasar yang saling terkait dan berkesinambungan yaitu (1) Perencanaan(planning),

(2) Pelaksanaan (acting), (3) Pengamatan(observing), (4) Refleksi(reflecting).

Adapun urutan kegiatan secara garis besar dapat dilihat pada skema berikut :

ANALISIS & REFLEKS

I

RENCANA TINDAKAN

PELAKSANAAN TINDAKAN OBSERVASI


(21)

Gambar 3.1. Skema Tahap Pelaksanaan Tindakan (Dimyati dan Mulyono, 2002:124).

Prosedur penelitian seperti tergambar di atas di terjemahkan sebagai berikut : 1. Perencanaan, yaitu merupakan langkah pertama dalam setiap kegiatan.

Rencana akan menjadi acuan dalam melaksanakan tindakan. Menyusun rencana tindakan yang hendak diselenggarakan di dalam pembelajaran dengan menyiapkan RPP, alat peraga, LKS, lembar observasi dan soal tes. 2. Pelaksanaan, sebagai langkah ke dua merupakan realisasi dari rencana

yang kita buat. Praktek pembelajaran berdasarkan rencana tindakan yang telah disusun bersama-sama sebelumnya dengan menggunakan model cooperative learning tipe make a match.

3. Observasi, yaitu merupakan kegiatan melakukan pengamatan terhadap pelaksanaan tindakan. Berdasarkan pengamatan ini kita akan dapat menentukan apakah ada hal-hal yang perlu segera diperbaiki agar dapat mencapai tujuan yang kita inginkan dengan menggunakan lembar


(22)

observasi dan soal tes.

4. Refleksi, yaitu merupakan kegiatan yang dilakukan setelah tindakan berahir. Pada kegiatan ini kita akan mencoba melihat atau merenungkan kembali apa yang telah kita lakukan dan apa dampaknya bagi proses belajar siswa.

F. Urutan Penelitian Tindakan Kelas

Pada penelitian tindakan kelas ini direncanakan dengan dua siklus, dan setiap siklus mencakup empat tahapan yaitu :

a. Tahap Perencanaan b. Tahap pelaksanaan c. Tahap observasi d. Refleksi

Siklus I

a) Tahap Perencanaan

1. Menganalisis pokok bahasan/sub pokok bahasan yang akan dituangkan dalam pembelajaran dengan pemecahan masalah.

2. Membuat Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). 3. Media pembelajaran, dan alat evaluasi.

4. Membuat lembar instrumen atau alat observasi selama pembelajaran.

b) Tahap Pelaksanaan

Tahap ini merupakan tahap pelaksanaan skenario pembelajaran yang termuat dalam rencana pelaksanaan pembelajaran. Guru melaksanakan tes awal (Pretest) untuk mengetahui tentang pengetahuan awal siswa sebelum


(23)

materi diberikan. Pada Siklus I

sumber daya alam, kegiatan ekonomi, dan kemajuan teknologi di

transportasi serta pengala

alam pelaksanaan pembelajaran guru menggunakan model cooperative learning tipe make a match dengan memperhatikan langkah-langkah atau tahapan-tahapan dengan tepat. Langkah-langakah yang harus ditempuh dalam pembelajaran IPS adalah : (1) Membuat rencana penyelesaian, dengan cara menentukan strategi

pemecahan yang didasarkan pada jenis masalah atau soal. Strategi tersebut diantaranya adalah membuat tabel, membuat gambar, menduga, menggunakan penalaran, menggunakan rumus, dan lain-lain.

(2) Melaksanakan perencanan pemecahan dengan menggunakan pendekatan cooperative learning tipe make a match.

(3) Penijauan kembali hasil pemecahan masalah, yaitu dengan mengecek hasil penghitungan dan permasalahannya serta mengevaluasi langkah-langkah secara keseluruhan.

c) Tahap Observasi

Tahap ini dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar observasi dan soal tes. Sebagai observer adalah guru mitra yang telah ditunjuk dan siswa sebagai subjek belajar. Dari tahap ini akan diperoleh komentar langsung dari guru mitra secara lisan mengenai kekurangan dalam proses pembelajaran, menganalisis keadaan siswa untuk mempertimbangkan kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa dalam proses


(24)

pembelajaran, mencatat pada lembar observasi setiap kegiatan dan perubahan yang terjadi pada saat pembelajaran berlangsung.

d) Refleksi

Kegiatan menganalisis informasi yang terkumpul dan dicari kaitan antara satu dengan lainnya serta membandingkan dengan sebelumnya. Guru merefleksikan kegiatan pembelajaran yang berlansung dengan membuat kesimpulan, hasil refleksi digunakan untuk menentukan langkah-langkah lebih lanjut dalam rangka mencapai tujuan PTK. Apabila masalah PTK dirasa belum tuntas atau indikator belum tercapai maka PTK akan dilanjutkan pada siklus berikutnnya.

Siklus II

Pada dasarnya tahap demi tahap pembelajaran pada Siklus II sama seperti pada siklus pertama, hanya saja dalam pelaksanaan siklus II ini akan diawali dengan perbaikan dari rekomendasi yang dihasilkan pada kegiatan refleksi siklus I. Pada akhir siklus, dilakukan refleksi oleh tim peneliti untuk mengkaji proses pembelajaran yang dilakukan guru dan mengkaji hasil belajar siswa, sebagai acuan dalam membuat rencana tindakan pembelajaran baru pada siklus-siklus berikutnya.

G. Indikator Keberhasilan

Pembelajaran dalam penelitian ini dikatakan berhasil jika:

1. Persentase aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran yang memperoleh skor dengan kreteria aktif minimal 75%


(25)

(26)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian tindakan kelas dengan menggunakan model Cooperative Learning Tipe Make A Match dan pembahasan yang telah dipaparkan di atas, maka peneliti dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut:

Pembelajaran dengan model Cooperative Learning Tipe Make A Match dapat meningkatkan aktivitas sampai 57% pada siklus I dan 72% pada siklus II. Sedangkan rata-rata prestasi belajar siswa sampai dengan ketuntasan sebesar 67,50 pada siklus I dan 75,00 pada siklus II.

B. Saran

Berdasarkan hasil pembahasan dan kesimpulan di atas maka peneliti dapat memberikan saran-saran yang dapat sampaikan untuk peningkatan prestasi belajar siswa dalam proses pembelajaran IPS adalah sebagai berikut:

1. Bagi siswa, agar lebih meningkatkan aktivitas belajar dengan menggunakan fasilitas yang ada supaya prestasi belajar juga meningkat.


(27)

2. Bagi guru, khususnya guru IPS dalam proses pembelajaran dengan menggunakan Cooperative Learning Tipe Make A Macth peneliti menyarankan sebagai berikut:

a. Mempersiapkan RPP (Rencana Pelaksanakan Pembelajaran). b. Memanfaatkan waktu sebaik-aiknya sesuai dengan RPP. c. Mempersiapkan rangkuman materi agar waktu lebih efektif.

d. Mempersiapkan kartu-kartu yang akan digunakan sesuai dengan materi.

e. Menggunakan kartu yang berwarna agar siswa lebih tertarik.

f. Membuat kartu berpasangan lebih dari 2 kartu agar siswa lebih aktif. g. Memberikan point pada siswa yang bisa menemukan pasangannya

terlebih dahulu kurang dari waktu yang ditentukan agar siswa lebih termotivasi.

h. Memberikan hukuman berupa nilai yang lebih kecil bagi siswa yang tidak dapat menemukan pasangannya lebih dari waktu yang ditentukan agar siswa mengurangi banyak bermainnya.

3. Bagi Sekolah, karena hasil yang dicapai melalui penelitian tindakan kelas cukup nyata, maka diharapkan agar kegiatan ini dapat dikembangkan di Sekolah.


(28)

xi

Halaman

Halaman Sampul ... i

Abstrak ... ii

Persetujuan ... iii

Lembar Pengesahan ... iv

Pernyataan ... v

Riwayat Hidup ... vi

Persembahan ... vii

Motto ... viii

Kata Pengantar ... ix

Daftar Isi ... xi

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 2

C. Rumusan Masalah ... 3

D. Tujuan Penelitian ... 3

E. Manfaat Penelitian ... 3

F. Hipotesis Tindakan ... 4

BAB II. KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar ... 5

B. Pengertian Aktivitas Belajar ... 6

C. Pengertian Prestasi Belajar ... 8

D. Model Cooperative Learning Type Make a Match... 9

E. Ilmu Pengetahuan Sosial ... ... 14

BAB III. METODE PENELITIAN A. Setting Penelitian ... 16

B. Alat Pengumpulan Data ... 16

C. Teknik Analisis Data ... 17

D. Metode Penelitian ... 19

E. Prosedur Penelitian ... 19

F. Urutan Penelitian Tindakan Kelas ... 21

G. Indikator Keberhasilan ... 24

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Siklus I ... 25


(29)

xii

A. Kesimpulan ... 30 B. Saran ... 30

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(30)

xiii

Halaman Sampul ... i

Abstrak ... ii

Persetujuan ... iii

Lembar Pengesahan ... iv

Pernyataan ... v

Persembahan ... vi

Motto ... vii

Kata Pengantar ... viii

Daftar Isi ... ix

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 2

C. Rumusan Masalah ... 3

D. Tujuan Penelitian ... 3

E. Manfaat Penelitian ... 3

F. Hipotesis Tindakan ... 4

BAB II. KAJIAN PUSTAKA ... 5

A. Pengertian Belajar ... 5

B. Pengertian Aktivitas Belajar ... 6

C. Pengertian Prestasi Belajar ... 8

D.Cooperative LearningTipeMake A Match ... 8

E. Ilmu Pengetahuan Sosial ... 13

BAB III. METODE PENELITIAN ... 15

A. Setting Penelitian ... 15

B. Alat Pengumpulan Data ... 15

C. Teknik Analisis Data ... 15

D. Metode Penelitian ... 17

E. Prosedur Penelitian ... 17

F. Urutan Penelitian Tindakan Kelas ... 19

G. Indikator Keberhasilan ... 21


(31)

Ahmadi, Abu. 1994.Dikdatik Metodik. Semarang. CV Toha Putra

Arikunto, Suharsimi. 1997.Dasar Dasar Evalusi Pendidikan.Jakarta: Bumi Aksara.

Arikunto, Suharsimi. 1997. Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta, 2006. Undang-undang Guru dan Dosen (UU RI No. 14 Tahun 2005)Jakarta: Sinar Grafika

Aqip, Zaenal. 2006.Penelitian Tindakan Kelas.Bandung: CV. Yrama Wijaya.

Faiq. M, 2009. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match (mencari pasanga) langkah langkah pembelajarannya. Makalah dipublikasikan melalui

http://penelitiantindakankelas.blogspot.com/2009/03/model-pembelajaran-kooperatif-tipe-make.html.Diakses pada tanggal 30 maret 2009.

Hamalik, Oemar. 2005.Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung: Bumi Aksara. Ibrahim, H. Muslimin. 2000.Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: University Press

Lie, Anita. 2002. Cooperative Learning. Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta: PT. Grasindo.

Nurkancana, Wayan. 1996.Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Usaha Nasional.

Sadiman Arief S, Raharjo, Anung Haryono, Rahardjito. 2008. Media Pendidikan (Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya ). Jakarta: Raja Grafindo Persada Winkel, WS. 1983.Evaluasi Pendidikan.Jakarta: Gramedia


(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian tindakan kelas dengan menggunakan model Cooperative Learning Tipe Make A Match dan pembahasan yang telah dipaparkan di atas, maka peneliti dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut:

Pembelajaran dengan model Cooperative Learning Tipe Make A Match dapat meningkatkan aktivitas sampai 57% pada siklus I dan 72% pada siklus II. Sedangkan rata-rata prestasi belajar siswa sampai dengan ketuntasan sebesar 67,50 pada siklus I dan 75,00 pada siklus II.

B. Saran

Berdasarkan hasil pembahasan dan kesimpulan di atas maka peneliti dapat memberikan saran-saran yang dapat sampaikan untuk peningkatan prestasi belajar siswa dalam proses pembelajaran IPS adalah sebagai berikut:

1. Bagi siswa, agar lebih meningkatkan aktivitas belajar dengan menggunakan fasilitas yang ada supaya prestasi belajar juga meningkat.


(2)

2. Bagi guru, khususnya guru IPS dalam proses pembelajaran dengan menggunakan Cooperative Learning Tipe Make A Macth peneliti menyarankan sebagai berikut:

a. Mempersiapkan RPP (Rencana Pelaksanakan Pembelajaran). b. Memanfaatkan waktu sebaik-aiknya sesuai dengan RPP. c. Mempersiapkan rangkuman materi agar waktu lebih efektif.

d. Mempersiapkan kartu-kartu yang akan digunakan sesuai dengan materi.

e. Menggunakan kartu yang berwarna agar siswa lebih tertarik.

f. Membuat kartu berpasangan lebih dari 2 kartu agar siswa lebih aktif. g. Memberikan point pada siswa yang bisa menemukan pasangannya

terlebih dahulu kurang dari waktu yang ditentukan agar siswa lebih termotivasi.

h. Memberikan hukuman berupa nilai yang lebih kecil bagi siswa yang tidak dapat menemukan pasangannya lebih dari waktu yang ditentukan agar siswa mengurangi banyak bermainnya.

3. Bagi Sekolah, karena hasil yang dicapai melalui penelitian tindakan kelas cukup nyata, maka diharapkan agar kegiatan ini dapat dikembangkan di Sekolah.


(3)

xi DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Sampul ... i

Abstrak ... ii

Persetujuan ... iii

Lembar Pengesahan ... iv

Pernyataan ... v

Riwayat Hidup ... vi

Persembahan ... vii

Motto ... viii

Kata Pengantar ... ix

Daftar Isi ... xi

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 2

C. Rumusan Masalah ... 3

D. Tujuan Penelitian ... 3

E. Manfaat Penelitian ... 3

F. Hipotesis Tindakan ... 4

BAB II. KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar ... 5

B. Pengertian Aktivitas Belajar ... 6

C. Pengertian Prestasi Belajar ... 8

D. Model Cooperative Learning Type Make a Match... 9

E. Ilmu Pengetahuan Sosial ... ... 14

BAB III. METODE PENELITIAN A. Setting Penelitian ... 16

B. Alat Pengumpulan Data ... 16

C. Teknik Analisis Data ... 17

D. Metode Penelitian ... 19

E. Prosedur Penelitian ... 19

F. Urutan Penelitian Tindakan Kelas ... 21

G. Indikator Keberhasilan ... 24

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Siklus I ... 25


(4)

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 30 B. Saran ... 30

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(5)

xiii DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Sampul ... i

Abstrak ... ii

Persetujuan ... iii

Lembar Pengesahan ... iv

Pernyataan ... v

Persembahan ... vi

Motto ... vii

Kata Pengantar ... viii

Daftar Isi ... ix

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 2

C. Rumusan Masalah ... 3

D. Tujuan Penelitian ... 3

E. Manfaat Penelitian ... 3

F. Hipotesis Tindakan ... 4

BAB II. KAJIAN PUSTAKA ... 5

A. Pengertian Belajar ... 5

B. Pengertian Aktivitas Belajar ... 6

C. Pengertian Prestasi Belajar ... 8

D.Cooperative LearningTipeMake A Match ... 8

E. Ilmu Pengetahuan Sosial ... 13

BAB III. METODE PENELITIAN ... 15

A. Setting Penelitian ... 15

B. Alat Pengumpulan Data ... 15

C. Teknik Analisis Data ... 15

D. Metode Penelitian ... 17

E. Prosedur Penelitian ... 17

F. Urutan Penelitian Tindakan Kelas ... 19

G. Indikator Keberhasilan ... 21


(6)

Ahmadi, Abu. 1994.Dikdatik Metodik. Semarang. CV Toha Putra

Arikunto, Suharsimi. 1997.Dasar Dasar Evalusi Pendidikan.Jakarta: Bumi Aksara.

Arikunto, Suharsimi. 1997. Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta, 2006. Undang-undang Guru dan Dosen (UU RI No. 14 Tahun 2005)Jakarta: Sinar Grafika

Aqip, Zaenal. 2006.Penelitian Tindakan Kelas.Bandung: CV. Yrama Wijaya.

Faiq. M, 2009. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match (mencari pasanga) langkah langkah pembelajarannya. Makalah dipublikasikan melalui

http://penelitiantindakankelas.blogspot.com/2009/03/model-pembelajaran-kooperatif-tipe-make.html.Diakses pada tanggal 30 maret 2009.

Hamalik, Oemar. 2005.Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung: Bumi Aksara. Ibrahim, H. Muslimin. 2000.Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: University Press

Lie, Anita. 2002. Cooperative Learning. Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta: PT. Grasindo.

Nurkancana, Wayan. 1996.Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Usaha Nasional.

Sadiman Arief S, Raharjo, Anung Haryono, Rahardjito. 2008. Media Pendidikan (Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya ). Jakarta: Raja Grafindo Persada Winkel, WS. 1983.Evaluasi Pendidikan.Jakarta: Gramedia


Dokumen yang terkait

Pendekatan pembelajaran cooperative learning type make a match di kelas V MI Nurul Jihad Kota Tangerang : penelitian tindakan kelas di MI Nurul Jihad Tangerang

0 5 125

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR IPS MELALUI COOPERATIVE LEARNING TIPE MAKE A MATCH PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 2 SUKOYOSO SUKOHARJO KABUPATEN PRINGSEWU

0 6 41

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR PKn MELALUI METODE PEMBERIAN TUGAS PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 2 PRINGSEWU TIMUR KABUPATEN PRINGSEWU

0 4 36

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR IPA MELALUI METODE DEMONTRASI PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 2 PRINGSEWU TIMUR KABUPATEN PRINGSEWU

0 5 48

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS IVB SD NEGERI 2 BUMIHARJO

2 9 80

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PKn MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE MAKE A MATCH PADA SISWA KELAS IV C SD NEGERI 5 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2015/2016

0 5 57

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Dalam Meningkatkan Minat Belajar Peserta Didik Di SMA Negeri 11 Tangerang Selatan

0 4 11

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI METODE MAKE A MATCH PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI Peningkatan Aktivitas Dan Hasil Belajar IPS Melalui Metode Make A Match Pada Siswa Kelas Iv SD Negeri 3 Keden Tahun Pelajaran 2012/2013.

0 1 14

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI METODE MAKE A MATCH PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI Peningkatan Aktivitas Dan Hasil Belajar IPS Melalui Metode Make A Match Pada Siswa Kelas Iv SD Negeri 3 Keden Tahun Pelajaran 2012/2013.

0 0 17

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR IPS MATERI PENINGGALAN SEJARAH MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH DI KELAS IV SD N 2 BANTARWUNI

0 0 12