Hubungan antara pola asuh demokratis orang tua dengan prokrastinasi akademik mahasiswa psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

(1)

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS ORANG TUA DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK MAHASISWA PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

Evi Oktarina Damayanthi Hutajulu ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pola asuh demokratis orang tua dengan prokrastinasi akademik mahasiswa Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Hipotesis yang diajukan adalah ada hubungan yang negative dan signifikan antara pola asuh demokratis orang tua dengan prokrastinasi akademik mahasiswa Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan metode korelasional. Subjek yang digunakan berjumlah 120 mahasiswa di fakultas Psikologi Univrsitas Sanata Dharma, yang berada pada semester 2-8. Metode pengambilan data yang digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan skala Likert. Skala yang digunakan terdiri dari skala prokrastinasi akademik mahasiswa dan skala pola asuh demokratis orang tua yang disusun oleh peneliti. Koefisien reliabilitas skala prokrastinasi akademik mahasiswa 0.926 sedangkan skala pola asuh demokratis orang tua 0.919. analisis data menggunakan teknik korelasi Product Moment Carl Pearson dengan Program SPSS for Windows versi 17.0. Hasil analisis data menunjukkan adanya korelasi yang negatif dan signifikan antara variabel pola asuh demokratis orang tua dengan prokrastinasi akademik mahasiswa, yaitu sebesar r =-0,479 (p=0,000), sehingga hipotesis dalam penelitian ini diterima kesimpulannya, terdapat hubungan negatif antara kedua variabel, yang berarti semakin tinggi pola asuh demokratis orang tua semakin rendah prokrastinasi akademik mahasiswa dan semakin rendah pola asuh demokratis orang tua semakin tinggi prokratinasi akademik mahasiswa.


(2)

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS ORANG TUA DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK MAHASISWA PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

Evi Oktarina Damayanthi Hutajulu ABSTRACT

The research aims to know the correlation between democratic parenting and Sanata Dharma

University students’ procrastination. The suggested hypothesis says there is a negative and significant correlation between democratic parenting and student’s procrastination in Sanata Dharma University Yogyakarta. The research is a correlational study using quantitative method. The subject of the research involved 120 Psychology students in Sanata Dharma University ranged from semesters 2-8. The data instruments used Likert scale technique. The scale consisted of

students’ academic procrastination scale and democratic parenting scale, which were composed by the researcher. The reliability coefficient of the students’ academic procrastination scale is signed

0.926 and the democratic parenting scale is 0.919. The data were analyzed using Pearson Product Moment correlation coefficient and calculated using SPSS Statistics software for Windows version 17.0. The result of the data analysis showed there is a negative and significant correlation between

variables in the democratic parenting and the students’ academic procrastination; the number is r

=-0.479 (p=0,00). Thus, the hypothesis in this research was accepted which means the higher the democratic parenting, the lower the students’ academic procrastination.


(3)

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS ORANG TUA DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK MAHASISWA PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi

Disusun Oleh :

Evi Oktarina Damayanthi Hutajulu 119114169

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2016


(4)

i

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS ORANG TUA DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK MAHASISWA PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi

Disusun Oleh :

Evi Oktarina Damayanthi Hutajulu 119114169

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2016


(5)

(6)

(7)

iv MOTTO

Bersukacitalah dalam pengharapan, bersabarlah dalam kesesakan dan bertekunlah dalam doa.

(Roma 12:12)

Aku tahu, bahwa Engkau sanggup melakukan segala sesuatu, dan tidak ada rencanaMu yang gagal

(Ayub 42:2)

Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya (Pengkhotbah 3:11)

Hiduplah dengan bijaksana sedari mudamu dan jangan

mempergunakannyasesuka hatimu, maka kehidupanmu akan jadi buah yang ranum bagi allah.

Kesusahan kita hanya sementara dan kuasa tuhan akan memampukan kita untuk bertahan.

Never givu up and still rely on God. Terimakasih Tuhan Yesus untuk kebaikanMu.


(8)

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

Dengan penuh rasa syukur, skripsi ini kupersembahkan kepada Tuhan Yesus Kristus yang sungguh teramat baik dalam kehidupan saya. Kedua Orang Tuaku terkasih, Bapak Bitner Hutajulu dan Mamak A.

Magdalena Br Tambunan yang selalu mendoakan, mendukung dan membiayayi semua keperluanku selama kuliah

Abangku Mulia Parlindungan Hutajulu, adiku Roy Hutajulu dan Odi Hutajulu yang selalu mendukungku hingga perkuliahan ini selesai.


(9)

(10)

vii

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS ORANG TUA DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK MAHASISWA PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

Evi Oktarina Damayanthi Hutajulu ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pola asuh demokratis orang tua dengan prokrastinasi akademik mahasiswa Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Hipotesis yang diajukan adalah ada hubungan yang negative dan signifikan antara pola asuh demokratis orang tua dengan prokrastinasi akademik mahasiswa Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan metode korelasional. Subjek yang digunakan berjumlah 120 mahasiswa di fakultas Psikologi Univrsitas Sanata Dharma, yang berada pada semester 2-8. Metode pengambilan data yang digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan skala Likert. Skala yang digunakan terdiri dari skala prokrastinasi akademik mahasiswa dan skala pola asuh demokratis orang tua yang disusun oleh peneliti. Koefisien reliabilitas skala prokrastinasi akademik mahasiswa 0.926 sedangkan skala pola asuh demokratis orang tua 0.919. analisis data menggunakan teknik korelasi Product Moment Carl Pearson dengan

Program SPSS for Windows versi 17.0. Hasil analisis data menunjukkan adanya korelasi yang

negatif dan signifikan antara variabel pola asuh demokratis orang tua dengan prokrastinasi akademik mahasiswa, yaitu sebesar r =-0,479 (p=0,000), sehingga hipotesis dalam penelitian ini diterima kesimpulannya, terdapat hubungan negatif antara kedua variabel, yang berarti semakin tinggi pola asuh demokratis orang tua semakin rendah prokrastinasi akademik mahasiswa dan semakin rendah pola asuh demokratis orang tua semakin tinggi prokratinasi akademik mahasiswa.


(11)

viii

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS ORANG TUA DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK MAHASISWA PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

Evi Oktarina Damayanthi Hutajulu ABSTRACT

The research aims to know the correlation between democratic parenting and Sanata Dharma

University students’ procrastination. The suggested hypothesis says there is a negative and

significant correlation between democratic parenting and student’s procrastination in Sanata Dharma University Yogyakarta. The research is a correlational study using quantitative method. The subject of the research involved 120 Psychology students in Sanata Dharma University ranged from semesters 2-8. The data instruments used Likert scale technique. The scale consisted of

students’ academic procrastination scale and democratic parenting scale, which were composed by the researcher. The reliability coefficient of the students’ academic procrastination scale is signed 0.926 and the democratic parenting scale is 0.919. The data were analyzed using Pearson Product

Moment correlation coefficient and calculated using SPSS Statistics software for Windows version

17.0. The result of the data analysis showed there is a negative and significant correlation between

variables in the democratic parenting and the students’ academic procrastination; the number is r

=-0.479 (p=0,00). Thus, the hypothesis in this research was accepted which means the higher the democratic parenting, the lower the students’ academic procrastination.


(12)

(13)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kasih dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan antara Pola Asuh Demokratis Orang Tua dengan Prokrastinasi Akademik Mahasiswa Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta”.

Skripsi ini juga tidak akan selesai tanpa adanya dukungan dari pihak-pihak lain. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. T. Priyo Widiyanto, M.Si., Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Bapak P. Eddy Suhartanto M. Psi., Ketua Program Studi Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Ibu Sylvia Carolina M.Y.M. S.Psi., M.Si., Dosen pembimbing skripsi yang senantiasa menyediakan waktu untuk mendampingi dan membimbing penulis dalam menyusun dan menyelesaikan skripsi ini.

4. Seluruh dosen Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah memberikan wawasan, ilmu pengetahuan, dan pembelajaran selama masa studi di Fakultas Psikologi.

5. Seluruh staff Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang senantiasa membantu segala proses administrasi dan juga dalam proses pembelajaran selama masa studi.

6. Kedua orang tuaku terkasih Bapak Bitner Hutajulu dan Mamak Magdalena Tambunan yang tak pernah lelah memberikan kasih sayang serta doa yang tulus buat penulis selama proses perkuliahan hingga penulisan skripsi ini


(14)

xi

selesai. Terima kasih ma pa buat semua dukungan, semangat, nasihat bahkan kerja keras kalian berdua yang telah bersusah payah untuk menyekolahkan anakmu hingga lulus sarjana. Doaku buat mamak dan bapak supaya mamak bapak senantiasa diberikan sukacita dan panjang umur sehingga bisa melihat setiap kesuksesan anak anakmu. Tuhan Yesus Memberkati Mamak dan bapak.

7. Abangku Mulia Parlindungan hutajulu, Evi mengasihimu bang. Terima kasih untuk doa dan dukunganmu selama Evi kuliah. Terima kasih telah menjagaiku ketika Evi mulai masuk kuliah dan membantu semua yang Evi butuhkan. Tetaplah jadi abang yang terbaik buat adek adekmu bang. 8. Adek-Adekku Roy Timotius Marujohan Hutajulu dan Odi Ramot Petrus

Hutajulu yang selalu memberikan semangat dan pemecah suasana ketika lagi stress mengerjakan skripsi. Canda dan tawamu akan selalu kakak ingat dek. Terima kasih juga untuk setiap pulsa yang diberikan ketika kakak tak punya pulsa. Terima kasih adek kakak tersayang.

9. Abang Tony Hendrikson Sianturi yang tidak pernah lelah dan bosan menanyakan “kapan wisuda?’’. Terima kasih buat abangku yang senantiasa memberikan semangat, menemani ketika susah, sedih maupun ketika senang. Selalu sabar menghadapi adekmu yang sangat labil ini. Dengan semua semangat yang abang berikan adek bisa melanjutkan skripsi yang sempat berhenti hingga terselesaikan dengan baik. Terima kasih ya sayangku, semoga tetap jadi kebanggan dedek ya bang.


(15)

xii

10.Kakak Jeni Carolina, Mas Darius Abram dan Adek Nia Sulastry Siagian terima kasih banyak untuk semua waktu kalian yang selalu ada menemani penulis ketika suntuk mengerjakan skripsi. Kalian adalah saudara, teman dan sahabat yang selalu setia menemaniku selama proses perkuliahan hingga penulisan skripsi. Kalian luar biasa.

11.Tante dan Udaku, Nantulang dan Tulang Eben, Adek Grace Uli Turnip serta seluruh keluarga yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, penulis mengucapkan banyak terima kasih untuk semua dukungan serta doa yang senantiasa kalian sebut dalam setiap doamu.

12.Adekku Anju Turnip yang selalu menemani kakak makan ketika kakak bosan dengan skripsi. Terimakasih juga selalu ada buat kakak, ketika kakak sakit dan selalu memberikan kakak obat supaya kakak cepat sembuh. Makasih adekku sayang.

13.Seluruh teman-teman G-Fellowship Jogyakarta penulis mengucapkan terima kasih buat semua doa teman-teman dalam setiap persekutuan. Tuhan Yesus Memberkati

14.Teman-teman psikologi Siska, Sendy dan Pascha terima kasih buat semua bantuan selama proses perkuliahan dan teman yang selalu mengingatkan ketika malas kuliah dan malas untuk bimbingan.

15.Teman-Teman seperantauan dari Jayaloka Yesi, Teguh dan Kak Krisna terima kasih untuk semangat yang terus kalian berikan. Sukses buat kita semua.


(16)

(17)

xiv DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... xi

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiv

DAFTAR TABEL ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II LANDASAN TEORI A. Prokrastinasi Akademik 1. Pengertian ... 8

2. Aspek Prokrastinasi ... 11

3. Bentuk Prokrastinasi ... 13

4. Faktor Yang Mempengaruhi ... 14

B. Pola Asuh Demokratis 1. Pengertian ... 18

2. Pengaruh Pola Asuh Demokratis ... 21

3. Aspek Pola Asuh ... 23

C. Mahasiswa ... 25


(18)

xv

E. Hipotesis ... 31

F. Dinamika ... 32

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 33

B. Variabel Penelitian ... 33

C. Definisi Operasional ... 33

D. Subjek Penelitian ... 35

E. Metode dan Alat Pengumpulan Data ... 35

1. Skala Pola Asuh Demokratis ... 35

2. Skala Prokrastinasi Akademik ... 38

F. Kredibilitas Alat Ukur ... 40

1. Estimasi Validitas ... 40

2. Seleksi Item ... 4

3. Estimasi reliabilitas ... 45

G. Metode Analisis Data ... 45

1. Uji Asumsi ... 45

2. Uji Hipotesis ... 46

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Penelitian ... 47

B. Deskripsi Data Penelitian ... 47

C. Uji Asumsi dan Hasi Penelitian ... 50

D. Pembahasan ... 54

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 60

B. Saran ... 60

DAFTAR PUSTAKA ... 63


(19)

xvi

DAFTAR TABEL

1. Spesifikasi Item-item Skala Pola Asuh ... 37

2. Skor Butir-butir Favorable dan Unfavorable Skala Pola Asuh ... 38

3. Spesifikasi Item-item Prokrastinasi... 39

4. Skor Butir-butir Favorable dan Unfavorable Skala Prokrastinasi... 40

5. Spesifikasi Pola Asuh Sebelum dan Setelah Try Out ... 43

6. Spesifikasi Prokrastinasi Sebelum dan Setelah Try Out ... 44

7. Deskripsi Statistik ... 49

8. Data Teoritis dan Empiris ... 50

9. Hasil Uji Normalitas ... 52

10. Hasil Uji Linieritas ... 53


(20)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Skala Penelitian Sebelum Try Out ... 68

Skala Penelitian Setelah Try Out ... 75

Analisis Reliabilitas Prokrastinasi... 86

Analisis Reliabilitas Pola Asuh ... 90

Uji Normalitas ... 95

Uji Linieritas ... 97

Uji Hipotesis ... 99


(21)

1 BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Memasuki era teknologi dan globalisasi, manusia dituntut untuk dapat menggunakan waktu dengan efektif sehingga efisiensi waktu menjadi sangat penting, namun sampai sekarang masih dijumpai ketidaksiapan dalam melaksanakan tuntutan tersebut. Mengulur waktu dan melakukan penundaan terhadap tugas dan kewajiban adalah salah satu ketidaksiapan yang masih terjadi sekarang (Yemima, 2008).

Prokrastinasi dalam American College Dictionary (Burka & Yuen, 1983) berasal dari kata procrastinate yang diartikan menunda untuk melakukan sampai waktu atau hari berikutnya. Orang yang melakukan perilaku menunda disebut penunda (prokrastinator). Gejala-gejala perilaku menunda lebih banyak terjadi dalam pendidikan yang sering disebut prokrastinasi akademik. Prokrastinasi akademik itu sendiri terjadi karena kebanyakan mahasiswa salah dalam mempresepsikan tugas akademik, mereka memandang bahwa tugas sebagai sesuatu yang berat dan tidak menyenangkan, sehingga merasa tidak mampu untuk menyelesaikan tugasnya secara memadai, sehingga menunda-nunda dalam menyelesaikan.


(22)

Penelitian di Amerika Utara menggambarkan keadaan pendidikan yaitu, kurang lebih 70% pelajar memunculkan prokrastinasi. Konsekuensi negatif dari prokrastinasi ini seperti perfoma yang kurang, mutu kehidupan individu berkurang, pengaruh negatif dan menurunnya prestasi (Knaus, 1992). Penelitian Kartadinata dan Tjundjing (2007) di salah satu Perguruan Tinggi di Surabaya terdapat 95% atau 60 subyek dari angket yang disebarkan mengaku pernah melakukan prokrastinasi. Alasan terbesar yang membuat mahasiswa tersebut melakukan prokrastinasi adalah rasa malas mengerjakan tugas (42%) dan banyak tugas lain yang harus dilakukan (25%). Berdasarkan hasil penelitian Nela (2013) dari 157 mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Surabaya diketahui bahwa sebanyak 56,7% mahasiswa memiliki prokrastinasi akademik yang tergolong cenderung tinggi hingga sangat tinggi.

Adanya kecenderungan prokrastinasi akademik pada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta juga dibuktikan dengan hasil pra survey kepada 30 mahasiswa Jurusan Psikologi yang dilakukan pada tanggal 17 Maret 2016 dengan menyebarkan kuisioner yang mengacu pada indikator prokrastinasi akademik menurut Ferrari, Jhonson, & McCown (1995) yaitu sebagai berikut: (1) penundaan untuk memulai maupun menyelesaikan kerja pada tugas yang dihadapi; (2) keterlambatan dalam mengerjakan tugas; (3) kesenjangan waktu antara rencana dan kinerja aktual; (4) melakukan aktivitas yang lebih menyenangkan.


(23)

Dari hasil pra survey dapat disimpulkan bahwa pada mahasiswa Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta terdapat 16% yang mengaku melakukan kecenderungan prokrastinasi akademik dengan kategori sangat tinggi, terdapat 10% mahasiswa yang melakukan kecenderungan prokrastinasi akademik dengan kategori tinggi, 49% mahasiswa melakukan kecenderungan prokrastinasi akademik dengan kategori sedang, dan juga 25% mahasiswa melakukan kecenderungan prokrastinasi akademik dengan kategori kurang. Dari 30 mahasiswa tersebut diketahui bahwa 33% merupakan mahasiswa semester 2, 46,7% mahaiswa semester 8, 10% mahasiswa semester 6 dan 10% mahasiswa semester 4. Jadi, dapat di simpulkan dari 100% terdapat 75% atau dari 30 mahasiswa terdapat 23 mahasiswa yang melakukan kecenderungan prokrastinasi akademik dalam kategori sangat tinggi hingga sedang.

Menurut Ferrari, dkk (1995) prokrastinasi akademik berdampak negatif dan merupakan masalah penting yang perlu mendapatkan perhatian karena berpengaruh bagi mahasiswa itu sendiri dan bagi orang lain atau lingkungan berupa hasil yang tidak optimal. Mahasiswa yang memiliki prestasi yang baik belum tentu tidak pernah melakukan prokrastinasi, hanya saja kadarnya berbeda. Sirois (2004) menyebutkan prokrastinasi memberikan konsekuensi negatif kepada pelakunya, dampak yang diberikan dari prokrastinasi tersebut adalah performa akademik yang rendah, stress yang tinggi, menyebabkan penyakit, menimbulkan kecemasan. Djamarah (2002) menyebutkan prokrastinasi dapat menimbulkan ketidaknyamanan dalam


(24)

kehidupan prokrastinator. Perilaku prokrastinasi merasa tidak nyaman dengan aktivitasnya yang diakibatkan penundaan yang dilakukan terhadap suatu aktivitas. Bruno (1998) menyatakan prokrastinasi dapat mempengaruhi mutu kehidupan seseorang. Kebiasaan menunda yang muncul terus menerus pada diri mahasiswa akan memberikan efek negatif pada kehidupan mahasiswa tersebut begitu juga pada akademiknya.

Gufron dan Rini (2010) menyatakan bahwa faktor- faktor yang mempengaruhi prokrastinasi dapat dikategorikan menjadi dua macam, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal, yaitu faktor-faktor yang terdapat dalam diri individu yang mempengaruhi prokrastinasi. Faktor-faktor internal itu antara lain: (a) fatigue (kelelahan fisik), (b) keyakinan-keyakinan irrasional, (c) trait kepribadian, (d) motivasi dan (e) batas waktu. Sedangkan faktor eksternal, yaitu faktor-faktor yang terdapat di luar diri individu yang mempengaruhi prokrastinasi. Faktor-faktor itu antara lain : (a) pola asuh orang tua dan (b) lingkungan.

Ferrari (dalam Yemima, 2008) menjelaskan bahwa prokrastinasi muncul tidak terlepas dari trauma masa kanak-kanak dan kesalahan dalam pengasuhan anak. Anak cenderung dituntut oleh orang tua dalam bidang apapun sehingga memunculkan kecemasan, kekhawatiran, dan ketidakberartian jika tidak bisa memenuhi harapan para orang tua yang pada akhirnya memicu anak menunda-nunda melakukan pekerjaan.


(25)

Hasil penelitian Ferrari menemukan bahwa tingkat pengasuhan otoriter dari ayah menyebabkan munculnya kecenderungan prilaku prokrastinasi yang kronis pada subyek penelitian anak wanita. Setiap orang tua pasti menginginkan hal yang terbaik untuk anaknya, sehingga seringkali orang tua menetapkan aturan-aturan dan disiplin untuk dipatuhi oleh anak. Seringkali apa yang dianggap baik oleh orang tua belum tentu dianggap baik pula oleh anak, sehingga hukuman dan disiplin yang diterima cenderung dipahami negatif oleh anak.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Candra (2014) tentang faktor-faktor penyebab prokrastinasi akademik pada siswa kelas XI SMA N Kabupaten Temanggung menunjukkan bahwa 75% faktor penyebab prokrastinasi adalah kondisi keluarga. Menurut Bruno (1998) seorang mahasiswa memiliki kecenderungan prokrastinasi akademik disebabkan karena pengaruh internal yang meliputi kondisi fisik seperti kelelahan dan kondisi psikologis seperti rendahnya kontrol diri, dan penghargaan diri.

Dalam penelitian ini, faktor eksternal diangkat untuk diteliti yaitu pola asuh orang tua yang demokratis. Pola asuh demokratis adalah pola mengasuh orang tua dengan memprioritaskan kepentingan anak, bersikap realistis pada kemampuan anak dan memberi kebebasan anak. Seseorang yang memiliki kecenderungan prokrastinasi akademik yang tinggi atau rendah pasti tidak terlepas dari kondisi keluarga anak tersebut. Ketika dalam pengasuhan orang tua banyak memberikan dampak yang negatif kepada anak maka anak akan merefleksikannya kepada bidang akademik. Hal ini juga terefleksi ketika anak


(26)

mendapatkan tugas dari guru, dosen atau pengajar lainnya, anak cenderung melakukan prokrastinasi akademik atau tidak dalam melakukan tugasnya, ini bisa terjadi karena anak terbiasa diperlakukan demikian didalam lingkungan keluarga.

Pola asuh demokratis adalah suatu bentuk pola asuh yang memperhatikan dan menghargai kebebasan anak, namun kebebasan itu tidak mutlak dan dengan bimbingan yang penuh pengertian antara orang tua dan anak (Gunarsa, 1995). Dengan kata lain, pola asuh demokratis ini memberikan kebebasan kepada anak untuk mengemukakan pendapat, melakukan apa yang diinginkannya dengan tidak melewati batas-batas atau aturan-aturan yang telah ditetapkan orang tua. Orang tua juga selalu memberikan bimbingan dan arahan dengan penuh pengertian terhadap anak mana yang boleh dilakukan dan mana yang tidak. Hal tersebut dilakukan orang tua dengan lemah lembut dan penuh kasih sayang.

Berdasarkan latar belakang di atas pola asuh orang tua merupakan salah satu faktor penyebab kecenderungan prokrastinasi akademik, dalam penelitian ini mencoba untuk mencari hubungan antara pola asuh orang tua yang demokratis dengan prokrastinasi akademik dewasa muda, dimana antara keduanya ini berlawanan. Semakin baik tingkat pola asuh demokratis maka semakin rendah prokrastinasi akademik mahasiswa, sehingga peneliti tertarik untuk meneliti “apakah ada hubungan antara pola asuh orang tua yang demokratis dengan kecenderungan prokrastinasi akademik pada


(27)

mahasiswa Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta”.

B. Rumusan Masalah

Apakah pola asuh orang tua yang demokratis mempunyai hubungan dengan prokrastinasi akademik pada mahasiswa Psikologi Fakultas Psikologi di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta?

C. Tujuan Penelitian

Mengetahui apakah terdapat hubungan antara pola asuh orang tua yang demokratis dengan prokrastinasi akademik pada mahasiswa Psikologi Fakultas Psikologi di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini dapat memberikan tambahan ilmu dalam bidang psikologi pendidikan dan perkembangan khususnya berkaitan dengan prokrastinasi akademik. Selain itu hasil penelitian dapat dijadikan sumber bacaan lagi bagi penelitian selanjutnya terkait dengan prokrastinasi akademik.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini dapat memperlihatkan bagaimana pola pengasuhan masa kecil akan mempengaruhi kecenderungan prokrastinasi akademik saat menempuh pendidikan. Dengan demikian dapat membantu pihak-pihak yang terkait ( seperti orang tua dan individu) untuk meminimalisir


(28)

8 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Prokrastinasi Akademik

1. Pengertian Prokrastinasi Akademik

Prokrastinasi menurut Solomon dan Rothblum ( Ghufron & Risnawati, 2010), merupakan kecenderungan individu untuk menunda-nunda tugas dalam memulai atau menyelesaikan tugas dan mengalihkan pada pekerjaan atau kegiatan lain yang tidak penting dan tidak berkaitan. Sementara itu Stell (2007) menyimpulkan prokrastinasi sebagai penundaan kegiatan yang seharusnya dikerjakan dengan segera secara suka rela tanpa memikirkan konsekuensi yang akan dihadapi ketika akan melakukan penundaan tersebut.

Ghufron (2003) menyebutkan bahwa prokrastinasi merupakan suatu bentuk perilaku yang tidak efisien dalam pengguanaan waktu dan adanya kecenderungan untuk tidak segera memulai pekerjaan pada saat menghadapi tugas.

Istilah prokrastinasi lebih ditunjukkan pada kecenderungan individu untuk menunda-nunda suatu pekerjaan yang harus diselesaikan. Ferrari, Jhonson, dan McCown (1995) menyebutkan prokrastinasi sebagai sebuah tindakan menunda kegiatan, khususnya pada saat memiliki alasan yang jelas. Selanjutnya Surijah dan Tjundjing


(29)

(2007) mengkategorikan tindakan dikatakan sebagai penundaan pada saat individu telah merencanakan untuk melakukan sebuah kegiatan akan tetapi individu tersebut menundanya. Pada saat individu menunda kegiatannya, penundaan tersebut menimbulkan sebuah ketidaknyamanan seperti perasaan cemas.

Ghufron dan Risnawati (2010) menyatakan individu dikatakan melakukan tindakan prokrastinasi apabila individu tersebut tidak bisa menyelesaikan kegiatannya sesuai dengan batas waktu yang telah direncanakannya, sering mengalami keterlambatan, berlebihan dalam mempersiapkan kegiatan atau bahkan gagal dalam menyelesaikan tugas sesuai dengan target yang telah ditentukan.

Terdapat dua kategori utama pada saat membahas prokrastinasi, yaitu pada kehidupan sehari-hari dan pada bidang akademik. Ferrari, dkk (1995) menyebutkan prokrastinasi yang dilakukan pada kehidupan sehari-hari adalah penundaan yang berhubungan dengan tugas-tugas non formal seperti tugas rumah tangga, tugas sosial, dan tugas kantor.

Ferrari, dkk (1995) mendefinisikan prokrastinasi akademik sebagai suatu kecenderungan untuk selalu atau hampir menunda pengerjaan tugas akademik, dan selalu atau hampir selalu mengalami kecemasan yang mengganggu pada saat melakukan prokrastinasi.


(30)

Prokrastinasi Akademik adalah suatu bentuk perilaku untuk kecenderungan menunda dalam mengerjakan atau menyelesaikan tugas-tugas akademik, dan biasanya tugas-tugas baru mulai dikerjakan pada saat-saat terakhir batas pengumpulan tugas (Herasti, 2012)

Burka dan Yuen (1983) mengatakan bahwa tugas-tugas akademik yang sering diprokrastinasi antara lain menghindari kelas, mengerjakan pekerjaan rumah (PR), belajar untuk ujian, menulis paper (karangan), mendaftar kuliah, konsultasi dengan guru atau dosen, mengembalikan buku perpustakaan, dan melengkapi program kelulusan (menyelesaikan karya ilmiah/skripsi/tesis, presentasi).

Stya (2014) menyatakan bahwa prokrastinasi akademik adalah jenis penundaan yang dilakukan pada tugas formal yang berhubungan dengan tugas akademik, sebagai contoh mahasiswa cenderung menunda sesuatu yang penting dalam mencapai tujuan demi melakukan aktivitas lain yang lebih menyenangkan. Rothblum (dalam Tjundjing, 2006) memberikan definisi prokrastinasi akademik adalah kecenderungan individu untuk menunda mengerjakan tugas akademiknya dan hampir dilakukan terus menerus.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa prokrastinasi akademik yaitu penundaan yang dilakukan dalam area akademik. Penundaan tersebut dilakukan baik dalam hal memulai, melaksanakan ataupun menyelesaikan tugas yang diberikan. Prokrastinasi akademik ditandai dengan penundaan memulai tugas, keterlambatan dalam


(31)

menyelesaikan tugas, tidak sesuai antara rencana dengan praktek, serta penundaan tugas karena mengerjakan hal lain yang lebih menyenangkan. Penundaan yang dilakukan dapat menimbulkan kecemasan pada pelaku prokrastinasi. Misalnya pada seorang mahasiswa yang menunda mengerjakan skripsi sebagai salah satu tugas akademik, mahasiswa yang terlambat mengerjakan tugas dan mahasiswa yang menunda dalam konsultasi dengan dosen.

2. Aspek-aspek Prokrastinasi Akademik

Menurut Ferarri dkk ( 1995) mengatakan bahwa sebagai suatu perilaku penundaan, prokrastinasi akademik dapat termanifestasikan dalam indikator tertentu yang dapat diukur dan diamati ciri-ciri tertentu. a. Penundaan untuk memulai dan menyelesaikan tugas

Seseorang yang melakukan prokrastinasi suka menunda-nunda dalam pengerjaan tugas. Mereka terkadang sudah memulai mengerjakan tugas, tetapi di tengah-tengah mereka menunda pengerjaan tugas tersebut, sehingga dengan penundaan-penundaan yang dilakukannya tugas yang dikerjakannya tidak selesai.

b. Keterlambatan dalam mengerjakan tugas

Seorang prokrastinator memerlukan waktu yang lama untuk menyelesaikan tugasnya. Mereka merencanakan tugasnya dan kurang memperhatikan waktu yang tersedia. Sehingga mereka mengalami keterlambatan waktu dalam pengerjaan. Dan merasa


(32)

waktu yang seharusnya cukup untuk mengerjakan tugas menjadi kurang.

c. Kesenjangan waktu antara rencana dan kinerja aktual

Seorang prokrastinator biasanya merasa kurang dengan waktu yang telah ditentukan. Sebelumnya mereka telah menentukan waktu untuk mengerjakan tugasnya. Merencanakan pengerjaan tugas dengan sedemikian dan mengatur waktu sesuai tugas yang akan dikerjakannya, tetapi pada prakteknya seorang procrastinator tidak mampu mengerjakan tugas sesuai dengan rencana awal.

d. Melakukan aktivitas yang lebih menyenangkan

Seorang prokrastinator biasanya lebih memilih untuk melakukan kegiatan yang dianggapnya lebih menyenangkan daripada mengerjakan tugas. Mengalihkan waktu untuk melakukan hal-hal seperti menonton, membaca, bermain. Sehingga hal-hal tersebut menyita waktu untuk mengerjakan tugas-tugasnya.

Jadi dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri prokrastinasi akademik adalah penundaan untuk memulai maupun menyelesaikan kerja pada tugas yang dihadapi, keterlambatan dalam mengerjakan tugas, kesenjangan waktu antara rencana dan kinerja, aktual dan melakukan aktivitas lain yang lebih menyenangkan aripada melakukan tugas yang harus dikerjakan.


(33)

3. Bentuk-bentuk Tugas Prokrastinasi Akademik

Menurut Ferarri (Ghufron dan Risnawati, 2010), bentuk prokrastinasi ada dua yaitu :

a. Prokrastinasi fungsional ( Functional prokrastination), yaitu penundaan mengerjakan tugas yang bertujuan untuk memperoleh informasi yang lebih lengkap dan akurat.

b. Prokrastinasi disfungsional ( Disfungsional procrastination), yaitu penundaan yang tidak bertujuan, berakibat jelek dan menimbulkan masalah. Prokrastinasi disfungsional ada dua macam berdasarkan tujuannya yaitu, decisional procrastination dan advoidance

procrastination.

Decisional procrastination adalah segala bentuk penundaan

dalam mengambil keputusan. Bentuk perilaku decisional

procrastination ini merupakan suatu anteseden yang bersifat

kognitif dalam menunda tugas atau kerja untuk menyegerakan kerja pada kondisi seseorang yang dipersepsikan dengan penuh tekanan dan stress. Perilaku decisional procrastination merupakan bentuk copyng yang dilakukan untuk menyesuaikan diri. Penyesuaian yang dimaksud adalah, dalam membuat keputusan pada situasi yang dipersepsikan penuh tekanan dan stress. Jenis prokrastinasi ini terjadi akibat kegagalan dalam mengidentifikasi tugas, kemudian menimbulkan konflik dalam diri individu,


(34)

sehingga menyebabkan seorang menunda menyelesaikan masalah.

Decisional procrastination ini berhubungan dengan kelupaan,

kegagalan proses kognitif, tetapi tidak berkaitan dengan kurangnya tingkat intelegensi seseorang. Sedangkan advoidance procrastination yaitu penundaan perilaku yang tampak. Penundaan

ini dilakukan sebagai cara menghindari tugas yang dirasa tidak menyenangkan dan sulit dikerjakan. Advoidance procrastination. Dilakukan untuk menghindari kegagalan dalam menyelesaikan pekerjaan yang akan mendatang.

Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa bentuk prokrastinasi akademik terbagi menjadi dua macam yaitu prokrastinasi fungsional dan prokrastinasi disfungsional. Prokrastinasi disfungsional sendiri ada dua yaitu decisional

procrastination dan advoidance procrastination.

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prokrastinasi Akademik

Menurut Ghufron dan Risnawati (2010), faktor-faktor yang mempengaruhi prokrastinasi akademik dapat dikategorikan menjadi dua macam, yaitu faktor internal dan eksternal.

a. Faktor Internal

Faktor Internal adalah faktor-faktor yang terdapat dalam diri individu yang mempengaruhi prokrastinasi. Faktor-faktor itu meliputi kondisi fisik dan kondisi psikologis dari individu.


(35)

1) Kondisi fisik individu

Menurut Bruno (Ghufron dan Risnawati, 2010), faktor dari dalam diri individu yang turut mempengaruhi munculnya prokrastinasi akademik adalah keadaan fisik dan kondisi kesehatan individu, misalnya fatigue. Seseorang yang mengalami fatigue akan memiliki kecenderungan yang lebih tinggi untuk melakukan prokrastinasi daripada yang tidak. Sedangkan tingkat intelegensi seseorang tidak mempengaruhi perilaku prokrastinasi.

2) Kondisi psikologis Individu

Menurut Miligram, dkk (Rizvi, 1998), trait kepribadian individu yang turut mempengaruhi munculnya perilaku penundaan, misalnya trait kemampuan sosial yang tercermin dalam self regulation dan tingkat kecemasan dalam berhubungan sosial. Besarnya motivasi yang dimiliki seseorang juga akan mempengaruhi prokrastinasi secara negatif. Semakin tinggi motivasi instrinsik yang dimiliki individu ketika menghadapi tugas, akan semakin rendah kecenderungannya untuk pokrastinasi akademik.

b. Faktor Eksternal

Faktor eksternal adalah faktor-faktor yang mempengaruhi prokrastinasi yang berasal dari luar individu sendiri. Faktor-faktor tersebut ialah pengasuhan orang tua dan kondisi lingkungan.


(36)

1) Pola Asuh Orang Tua

Penelitian Ferarri dan Ollivete ( Ghufron, 2003) menemukan bahwa tingkat pengasuhan otoriter ayah menyebabkan munculnya kecenderungan perilaku prokrastinasi yang kronis pada subjek penelitian anak perempuan. Ibu yang memiliki kecenderungan melakukan advoidance procrastination menghasilkan anak perempuan yang memiliki

kecenderungan untuk melakukan advoidance procrastination pula.

2) Kondisi Lingkungan

Menurut Millgram ( Rizvi, 1998), kondisi lingkungan lenient prokrastinasi akademik lebih banyak dilakukan pada lingkungan yang rendah dalam pengawasan daripada lingkungan yang penuh pengawasan. Tingkat atau level sekolah, juga terletak di desa ataupun di kota tidak mempengaruhi perilaku prokrastinasi seseorang (Ghufron, 2003).


(37)

Sementara itu Surijah dan Tjundjing (2007) dari penelitian yang dilakukan menemukan empat faktor yang dapat mempengaruhi prokrastinasi, yaitu :

a) Tingkat Asertivitas Sebuah Tugas

Stell (2007) mengungkapkan secara alami individu akan menghindari situasi yang tidak menyenangkan bagi dirinya. Demikian juga dengan tugas akademik, karakteristik tugas yang mempunyai porsi lebih berat cenderung dihindari. Contoh tugas skripsi yang memiliki beban berat membuat mahasiswa cenderung untuk menghindarinya.

b) Orientasi terhadap Waktu

Stell (2007) menyebutkan individu akan semakin besar kecenderungan melakukan prokrastinasi apabila tenggang waktu yang diberikan masih longgar.

c) Perfeksionisme

Penelitian Gunawinata, Nanik dan Lasmono (2008) memberikan kesimpulan bahwa perfeksionisme turut berperan pada mahasiswa skripsi, namun hanya dapat menjelaskan sebesar 7,7% dari hubungannya dengan prokrastinasi.


(38)

d) Usia dan Gender

Stell (2007) menyebutkan penelitian mengenai demografi prokrastinasi tidak ditemukan adanya perbedaan signifikan antara laki-laki dan perempuan dalam kemunculan perilaku prokrastinasi, akan tetapi laki-laki dapat dikatakan lebih rentan daripada perempuan. Semakin matang usia, semakin terjadi penurunan perilaku prokrastinasi dengan korelasi sebesar -0.15.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa prokrastinasi akademik dapat dipengaruhi oleh faktor internal, yaitu faktor yang ada dalam diri individu dan faktor eksternal berupa faktor dari luar individu. Faktor tersebut dapat memunculkan perilaku prokrastinasi maupun menjadi faktor kondusif yang akan menjadi katalisator.

B. Pola Asuh Demokratis

1. Pengertian Pola Asuh Demokratis

Dalam kamus Bahasa Indonesia (1995) pola asuh terdiri dari kata pola dan asuh, pola adalah sistem atau cara kerja. Sedangkan asuh mempunyai arti menjaga (merawat dan mendidik) anak kecil, membimbing (membantu, melatih, dan sebagainya) supaya dapat berdiri sendiri.


(39)

Menurut Nurcahyani (2013) pola asuh orang tua adalah suatu keseluruhan interaksi antara orang tua dengan anak, di mana orang tua bermaksud menstimulasi anaknya dengan mengubah tingkah laku, pengetahuan serta nilai-nilai yang dianggap paling tepat oleh orang tua, agar anak dapat mandiri, tumbuh dan berkembang secara sehat dan optimal.

Jadi pola asuh dapat diartikan suatu cara terbaik yang dapat dtempuh orang tua dalam mendidik anak-anaknya sebagai perwujudan dari rasa tanggung jawabnya serta bagaimana orang tua memperlakukan anak, mendidik, membimbing, mendisiplinkan, serta melindungi anak dalam mencapai proses kedewasaan.

Pola asuh demokratis adalah suatu cara mendidik dan membimbing anak, di mana orang tua bersikap terbuka terhadap tuntutan dan pendapat yang dikemukakan anak, kemudian mendiskusikan hal tersebut bersama-sama (Purwanto, 2010)

Pola asuh orang tua yang demokratis dapat didefinisikan sebagai pola pemeliharaan anak atau kendali orang tua terhadap anak dengan cara kesederajatan dan lebih mengutamakan kepentingan anak atau

child centeredness (Hurlock dalam Handayani, 2001).

Tipe pola asuh demokratis adalah tipe pola asuh terbaik di antara tipe pola asuh yang ada. tipe pola asuh ini tidak banyak menggunakan kontrol terhadap anak (Djamarah, 2014). Dimana orang tua bersikap


(40)

lebih mau mendengar keluhan dari anaknya, mau memberikan masukan. Ketika anaknya diberi hukuman, orang tua menjelaskan kenapa dia harus dihukum. Contoh dari pola asuh ini dimana orang tua mau mendengarkan curhat dari anaknya, mau memberikan solusi dari masalah yang dihadapi anaknya. Orang tua lebih mengajarkan anak untuk lebih baik, misalnya mengetuk pintu sebelum masuk rumah dan menjelaskan kenapa harus melakukan hal itu.

Pola asuh demokratis menurut Baumrind (dalam Santrock, 2003) yaitu pola asuh yang mendorong remaja untuk bebas tetapi tetap memberikan batasan dan mengendalikan tindakan mereka, adanya komunikasi verbal secara timbal balik yang berlangsung secara bebas dan sikap orang tua yang hangat dan bersifat membebaskan hati remaja. Baumrind (dalam Santrock, 2003) mengumpulkan informasi tentang praktik membesarkan anak dengan mengamati interaksi orangtua dengan anak-anak prasekolah mereka di rumah dan di laboratorium. Temuan Baumrind mengungkapkan bahwa anak-anak dari orang tua otoritatif yang berkembang dengan sangat baik. Penilaian oleh psikologi menunjukkan bahwa mereka hidup bahagia, percaya diri dalam penguasaan taks baru, dan mampu mengendalikan diri untuk menolak terlibat dalam tindakan kurang baik (Berk,1995).


(41)

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pola asuh demokratis yaitu pola asuh yang memberikan kebebasan kepada anak. Tetapi dalam kebebasan ini masih ada batasan-batasan dan pengawasan dari orang tua. Orang tua memberikan kesempatan kepada anak untuk menyampaikan ide dan mengambil keputusan dalam setiap pemecahan masalah.

2. Pengaruh Pola Asuh Demokratis

Hubungan baik yang tercipta antara anak dan orang tua anak menimbulkan perasaan aman dan kebahagiaan dalam diri anak. Sebaliknya hubungan yang buruk akan mendatangkan akibat yang sangat buruk pula, perasaan aman dan kebahagiaan yang seharusnya dirasakan anak tidak lagi dapat terbentuk, anak akan mengalami trauma emosional yang kemudian dapat ditampilkan anak dalam berbagai bentuk tingkah laku seperti menarik diri dari lingkungan, bersedih hati, pemurung, temper dan sebagainya (Hurlock, 1994).

Hasil penelitian Ferrari dan Ollivete (2007) menemukan bahwa tingkat pengasuhan otoriter ayah menyebabkan munculnya kecenderungan perilaku prokrastinasi. Berbeda dengan pengasuhan otoriter, orangtua yang mendidik anaknya dengan demokratis akan menyebabkan timbulnya sikap asertif karena anak merasa diberi kebebasan dalam mengekspresikan diri sehingga memunculkan rasa percaya diri. Seseorang dikatakan asertif hanya jika dirinya mampu


(42)

bersikap tulus dan jujur dalam mengekspresikan perasaan, pikiran dan pandangannya pada pihak lain sehingga tidak merugikan atau mengancam integritas pihak lain.

Mahasiswa yang memiliki asertivitas cenderung dapat bekerja sama dan dapat berkembang untuk mencapai tujuan yang lebih baik, tingkat sensitivitas yang dimiliki cukup tinggi sehingga ia dapat membaca situasi yang terjadi di sekelilingnya dan memudahkannya untuk menempatkan diri dan melakukan aktivitasnya secara strategis, terarah, dan terkendali mantap sedangkan mahasiswa yang kurang asertif akan mengalami kesulitan dalam menempatkan dirinya dalam kehidupannya, cenderung pasif, tidak mau meminta pertolongan, tidak bisa mengekspresikan keinginan yang ada dalam perasaanya sehingga tugas-tugas yang diberikan tidak dapat dikerjakan dan melakukan prokrastinasi (Yemima, 2008).

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pola asuh otoriter orang tua akan menyebabkan kecenderungan prokrastinasi pada anak, sedangkan pola asuh orang tua yang demokratis dapat memunculkan sikap asertifitas. Dengan adanya sikap asertifitas pada diri anak menjadikan prokrastinasi pada anak akan cenderung lebih rendah.


(43)

3. Aspek-aspek Pola Asuh Demokratis

Menurut Santrock (2003) aspek-aspek pola asuh demokratis adalah sebagai berikut :

a. Aspek keseimbangan antara kendali dan otonomi yang diberikan oleh orang tua

1) Anak dilibatkan dalam pengambilan keputusan.

2) Orang tua memberikan motivasi dan kebebasan yang terarah kepada anak.

3) Orang tua menerapkan peraturan berdasarkan kesepakatan bersama.

b. Aspek komunikasi antara anak dan orang tua (memberi dan menerima secara verbal)

1) Orang tua memberikan kesempatan pada anak untuk menyampaikan ide atau pendapatnya.

c. Aspek kehangatan dan keterlibatan orang tua terhadap perkembangan anak.

1) Orang tua mampu memberikan teladan perilaku kepada anak. 2) Orang tua mampu mengikuti perkembangan anak.


(44)

Beberapa ciri dari tipe pola asuh yang demokratis adalah sebagai berikut (Djamarah : 2014) :

a. Dalam proses pendidikan terhadap anak selalu bertitik tolak dari pendapat bahwa manusia itu adalah makhluk yang termulia di dunia.

b. Orang tua selalu berusaha menyelaraskan kepentingan dan tujuan pribadi dengan kepentingan anak.

c. Orang tua senang menerima saran, pendapat, dan bahkan kritik dari anak.

d. Mentolerir ketika anak membuat kesalahan dan memberikan pendidikan kepada anak agar jangan berbuat kesalahan dengan tidak mengurangi daya kreativitas, inisiatif dan prakarsa dari anak. e. Lebih menitik beratkan kerja sama dalam mencapai tujuan.

f. Orang tua selalu berusaha untuk menjadikan anak lebih sukses darinya.

Menurut Nurmasyithah (2012) tipe demokratis cirinya adalah menerima, kooperatif, terbuka terhadap anak, mengajar anak untuk mengembangkan disiplin diri, jujur, dan ikhlas dalam menghadapi masala anak-anak, memberikan penghargaan positif kepada anak tanpa dibuat-buat, mengajarkan kepada anak untuk mengembangkan tanggung jawab atas setiap perilaku dan tindakannya, bersikap akrab dan adil, tidak cepat menyalahkan, memberikan kasih saying dan kemesraan kepada anak. Ciri orang tua seperti ini merupakan refleksi


(45)

dari kepribadian yang matang, dewasa, sehat, produktif, normal, dan tidak mengalami hambatan.

Berdasarkan uraian aspek-aspek atau ciri-ciri pola asuh orang tua yang demokratis dalam penelitian ini menggunakan aspek-aspek pola asuh demokratis menurut pendapat Santrock. Karena menurut pendapat santrock aspek-aspek pola asuh demokratis disusun secara detail dan terperinci. Sehingga dalam penelitian ini berpacu pada pendapat Santrock. C. Mahasiswa

Menurut Peraturan Pemerintah R No. 60 Tahun 1999 tentang Pendidikan Tinggi, Bab I Ketentuan Umum, pasal 1, ayat (6) dinyatakan bahwa mahasiswa adalah peserta didik yang terdaftar dan belajar pada perguruan tinggi tertentu. Sarwono (1978) memerinci bahwa mahasiswa adalah setiap orang yang resmi terdaftar untuk mengikuti pelajaran-pelajaran di perguruan tinggi dengan batas usia antara 18-30 tahun.

Mahasiswa di dalam kehidupannya mempunyai tugas dan tanggung jawab yang harus dipenuhi. Mahasiswa yang berhasil mencapai tugas perkembangan akan meraih kebahagiaan dan keberhasilan pada tugas perkembangan berikutnya. Sebaliknya, mahasiswa yang gagal menyelesaikan tugas perkembangan tersebut akan mengalami ketidakbahagiaan, celaan sosial dan kesukaran menyelesaikan tugas perkembangan berikutnya (Havinghurst & Heugarten, 1962).


(46)

Mahasiswa pada usia 18-30 selain harus menyelesaikan tugas perkembangan juga dihadapkan dengan berbagai tugas akademik dalam perkuliahan seperti menulis, mengarang, tugas membaca mingguan, belajar menghadapi ujian, kewajiban dalam hal kehadiran, serta tugas-tugas administratif.

D. Hubungan antara Pola Asuh Demokratis dengan Prokrastinasi Akademik

Pembelajaran di Perguruan Tinggi atau Universitas menuntut mahasiswa lebih mandiri dan kreatif. Kemandirian dan kreatifitas mahasiswa merupakan aset bagi masa depan dalam menjalankan berbagai tantangan dunia kerja. Menurut Adler (Sujanto, Lubis, & Hadi, 2008), diri yang kreatif mampu memberi arti hidup, menetapkan tujuan, serta membuat alat untuk mencapainya. Jenjang kuliah merupakan masa persiapan dan pemantapan bagi individu sebelum masuk dunia kerja. Mahasiswa yang tidak mampu mengikuti perubahan, rentan mengalami berbagai masalah psikologis seperti stress, yang dikarenakan cemas, dan takut gagal menyelesaikan tugas.

Dalam kondisi tertentu, tugas kuliah yang menumpuk dan dirasa terlalu berat, terkadang dipersepsikan sebagai stressor oleh mahasiswa yang tidak siap dengan perubahan di jenjang kuliah. Berbeda bagi mahasiswa yang siap dengan perubahan di Perguruan Tinggi atau Universitas, menghadapi tugas kuliah yang menumpuk dan berat


(47)

dipersepsi sebagai tantangan. Kebiasaan dari kecil dan peran orang tua sangat berpengaruh dalam hal ini.

Seorang prokrastinator menyadari bahwa tugas yang diberikan kepadanya adalah tugas yang harus ia selesaikan dengan segera dan membutuhkan perencanaan yang maksimal, akan tetapi pelaku prokrastinasi biasanya dengan sengaja menunda-nunda atau mengulur waktu menyelesaikan tugasnya dengan memberikan berbagai alasan. Selain itu prokrastinator juga akan mengalihkan diri dari tugas yang seharusnya diselesaikannya kepada aktivitas lain yang dirasa lebih menyenangkan oleh prokrastinator tersebut.

Adapun aspek prokrastinasi akademik menurut Solomon dan Rothblum (Yusuf, Yanuvianti, & Coralia, 2012), meliputi menunda tugas menulis, belajar menghadapi ujian, tugas membaca per minggu, tugas administrative, menghadiri pertemuan dan kinerja akademik secara umum. Menurut Ferrari (Ghufron & Risnawati, 2010), hambatan atau dorongan memulai atau menyelesaikan tugas akademik meliputi dua faktor. Faktor intern meliputi kondisi secara fisik dan psikis. Kedua faktor ekstern meliputi keluarga, lingkungan, dan kuantitas tugas.

Keluarga mempunyai peran yang penting terhadap perkembangan anak. Orang tua sebagai pengasuh anak memainkan peranan yang sangat menentukan dalam perkembangan anak. Bila orang tua berhasil mendidik dan membimbing anaknya di rumah, tentu saja pendidikan di sekolah akan berhasil dengan baik. Namun sebaliknya, apabila orang tua gagal mendidik


(48)

anaknya di rumah, tentu saja akan lahir generasi yang rusak, seperti anak yang berperilaku agresif, bahkan perilaku-perilaku yang bermasalah lainnya (Nurmasyithah, 2014).

Keluarga merupakan lingkungan sosial pertama, tempat berinteraksi anak dengan anggota keluarga yang lainnya. Pengaruh keluarga terhadap pembentukan kepribadian anak sangat besar. Orang tua sebagai pembina pibadi yang pertama dalam hidup anak. Kepribadian orang tua, sikap dan cara hidupnya merupakan unsur pendidikan yang tidak langsung yang dengan sendirinya akan mempengaruhi pertumbuhan kepribadian anak. Salah satu faktor yang berpengaruh dalam pembentukan kepribadian anak adalah pola asuh orang tua (Muryono, 2011).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Pychyl (2002) yang menunjukkan bahwa ada hubungan negatif yang signifikan antara gaya pengasuhan ibu yang otoriter dengan prokrastinasi, juga gaya pengasuhan ayah yang otoriter terhadap prokrastinasi akademik. Namun demikian secara keseluruhan Pychyl (2002) menemukan hasil bahwa anak perempuan yang diasuh dengan pola asuh otoriter cenderung lebih sering menghindari tugas – tugas berat yang diberikan.

Penelitian Buri, Ferrrari (dalam Rachmahana, 2001) menjelaskan bahwa pengasuhan anak dapat mempengaruhi bagaimana anak akan bertindak. Orang tua yang cenderung menuntut putra-putrinya supaya dapat berkembang dan menguasai bermacam-macam bidang di dunia pendidikan akan memunculkan kecemasan, kekhawatiran, dan


(49)

ketidakberartian pada diri anak jika anak tidak dapat memenuhi semua harapan itu. Hal inilah yang menjadikan anak menjadi kurang asertif atau memiliki asertivitas yang rendah.

Hasil penelitian Ferrari dan Ollivete (Ghufron & Risnawati, 2010) menemukan bahwa tingkat pengasuhan otoriter ayah menyebabkan munculnya kecenderungan perilaku prokrastinasi yang kronis pada sujek penelitian anak perempuan. Ibu yang memiliki kecenderungan melakukan

advoidance procrastination menghasilkan anak perempuan yang memiliki

kecenderungan untuk melakukan advoidance procrastination pula.

Pola asuh otoriter yaitu pola asuh dimana semua keinginan orang tua harus dituruti oleh anak tanpa pengecualian. Pola asuh otoriter orang tua menyebabkan kecenderungan prokrastinasi pada anak. Berbeda dengan pola asuh demokratis, yaitu pola asuh yang memprioritaskan kepentingan anak, akan tetapi tidak ragu-ragu dalam mengendalikan mereka. Pola asuh demokratis orang tua berkebalikan dengan pola asuh otoriter orang tua, sehingga pola asuh ini dapat mengurangi kecenderungan prokrastinasi pada anak.

Pola asuh demokratis menggunakan komunikasi dua arah (two

ways communication). Kedudukan antara orang tua dan anak dalam

berkomunikasi sejajar. Suatu keputusan diambil bersama dengan mempertimbangkan (keuntungan) kedua belah pihak (win-win solution). Anak diberi kebebasan yang bertanggung jawab. Artinya, apa yang dilakukan anak tetap harus ada di bawah pengawasan orang tua dan dapat


(50)

dipertanggungjawabkan secara moral ( Helmawati, 2014). Orang tua yang menerapkan pola asuh demokratis lebih memberikan kebebasan kepada anak dalam berkomunikasi. Segi positif dari komunikasi adalah menjadikan anak lebih bertanggung jawab dengan tindakan-tindakannya, dan mampu mempercayai orang lain serta dapat menjadikan anak percaya diri karena mendapatkan kepercayaan dari orang tua untuk menyampaikan pendapat.

Menurut teori psikodinamik ( Ghufron & Risnawati, 2010), bahwa pengalaman masa kanak-kanak akan mempengaruhi perkembangan proses kognitif seseorang ketika dewasa, terutama trauma. Orang yang pernah mengalami trauma akan gagal dalam suatu tugas tertentu, misalnya gagal menyelesaikan tugas sekolahnya, akan cenderung melakukan prokrastinasi ketika dihadapkan lagi pada suatu tugas yang sama. Dia akan teringat kepada pengalaman kegagalan dan perasaan tidak menyenangkan yang pernah dialami. Oleh sebab itu, orang tersebut menunda mengerjakan tugas yang dipersepsikan akan mendatangkan perasaan seperti masa lalu.

Dari uraian di atas ada hubungan antara pola asuh demokratis dengan prokrastinasi akademik mahasiswa. Gaya pengasuhan orang tua dapat menjadi salah satu faktor penyebab kecenderungan prokrastinasi akademik, dalam penelitian ini mencoba untuk mencari hubungan antara pola asuh orang tua yang demokratis dengan prokrastinasi akademik mahasiswa, dimana antara keduanya ini berlawanan. Semakin baik tingkat


(51)

pola asuh demokratis maka semakin rendah prokrastinasi akademik mahasiswa.

E. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan uraian dua variabel di atas, maka hipotesis yang dikemukakan penelitian ini adalah : Ada hubungan negatif antara pola asuh demokratis dengan prokrastinasi akademik mahasiswa. Semakin tinggi pola asuh demokratis, maka semakin rendah prokrastinasi akademik mahasiswa. Sebaliknya, semakin rendah pola asuh demokratis maka, semakin tinggi prokrastinasi akademik pada mahasiswa


(52)

F. Dinamika Hubungan Pola Asuh Demokratis Orang Tua Dengan Prokrastinasi Akademik Mahasiswa

POLA ASUH DEMOKRATIS

KEBEBASAN BERPENDAPAT DAN KOMUNIKASI

PADA ANAK

ANAK TANGGUNG JAWAB TERHADAP TINDAKANNYA

KEPERCAYAAN YANG TINGGI

PADA ANAK


(53)

33 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif korelasional. Tujuannya untuk melihat hubungan pola asuh demokratis dengan prokrastinasi akademik mahasiswa.

B. Identifikasi Variabel

Variabel adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2009). Terdapat dua variabel yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu :

1. Variabel bebas : Pola asuh demokratis

2. Variabel terikat : Prokrastinasi akademik mahasiswa C. Definisi Operasional

1. Pola Asuh Demokratis

Pola asuh demokratis yaitu pola asuh yang memberikan kebebasan kepada anak. Tetapi dalam kebebasan ini masih ada batasan-batasan dan pengawasan dari orang tua. Orang tua memberikan kesempatan kepada anak untuk menyampaikan ide dan mengambil keputusan dalam setiap pemecahan masalah.


(54)

Pola asuh demokratis dalam penelitian ini diukur dengan skala pola asuh demokratis yang disusun berdasarkan ciri-ciri yang dipaparkan oleh Santrock (2004) yaitu :

a. Aspek keseimbangan antara kendali dan otonomi yang diberikan oleh orang tua

1) Anak dilibatkan dalam pengambilan keputusan.

2) Orang tua memberikan motivasi dan kebebasan yang terarah kepada anak.

3) Orang tua menerapkan peraturan berdasarkan kesepakatan bersama.

b. Aspek komunikasi antara anak dan orang tua (memberi dan menerima secara verbal)

1) Orang tua memberikan kesempatan pada anak untuk menyampaikan ide atau pendapatnya.

c. Aspek kehangatan dan keterlibatan orang tua terhadap perkembangan anak.

1) Orang tua mampu memberikan teladan perilaku kepada anak. 2) Orang tua mampu mengikuti perkembangan anak.

3) Orang tua peka terhadap kebutuhan anak. 2. Prokrastinasi Akademik Mahasiswa

Prokrastinasi akademik yaitu penundaan yang dilakukan dalam area akademik. Penundaan tersebut dilakukan baik dalam hal memulai, melaksanakan ataupun menyelesaikan tugas yang diberikan.


(55)

Prokrastinasi akademik ditandai dengan penundaan memulai tugas, keterlambatan dalam menyelesaikan tugas, tidak sesuai antara rencana dengan praktek, serta penundaan tugas karena mengerjakan hal lain yang lebih menyenangkan.

Prokrastinasi akademik dalam penelitian ini diukur dengan skala Prokrastinasi akademik yang disusun berdasarkan ciri-ciri yang dipaparkan oleh Ferarri (1995) yaitu :

a. Penundaan untuk memulai dan menyelesaikan tugas b. Keterlambatan dalam mengerjakan tugas

c. Kesenjangan waktu antara rencana dan kinerja actual d. Melakukan aktivitas lain yang lebih menyenangkan D. Subjek Penelitian

Karakteristik subjek penelitian ini adalah : 1. Mahasiswa Psikologi

2. Dewasa Muda Usia 18-30

Pemilihan subjek dalam penelitian ini menggunakan teknik

probability sampling dengan simple random sampling. Simple random sampling yaitu pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan

secara acak (Sugiono, 2009). E. Metode Pengambilan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode summated rating, yang disusun dengan menggunakan metode penskalaan model likert. Skala yang digunakan dalam penelitian


(56)

ini ada dua, yaitu skala pola asuh demokratis dan skala prokrastinasi akademik mahasiswa.

Adapun skala untuk masing-masing variabel penelitian ini adalah : 1. Skala Pola Asuh Demokratis

Alat ukur yang digunakan untuk mengukur pola asuh demokratis adalah skala pola asuh. Skala tersebut menggunakan pernyataan

favorable dan unfavorable dengan empat alternatif jawaban yaitu

Sangat Setuju, Setuju, Tidak Setuju, dan Sangat Tidak Setuju.

Berdasarkan aspek-aspek di atas, penulis menyusun 48 pernyataan terdiri dari 24 butir pernyataan favorable dan 24 pernyataan

unfavorable. Pernyataan-pernyataan tersebut dapat dilihat pada tabel


(57)

Tabel 1

Tabel Spesifikasi Item-item Skala Pola Asuh Aspek No Item

Favorable

No Item Unfavorable

Jumlah Presentase Aspek

keseimbangan antara kendali dan otonomi yang diberikan oleh orang tua

24, 18, 33, 13, 6, 21, 29, 19

25, 32, 2, 5, 30, 40, 14, 12

16 33,3%

Aspek komunikasi antara anak dan orang tua (memberi dan menerima secara verbal)

39, 16, 3, 7, 41, 43, 45,47

36, 20, 9, 4, 42, 44, 46, 48

16 33,3%

Aspek

kehangatan dan keterlibatan orang tua terhadap

perkembangan anak.

35, 22, 1, 15, 8, 10, 31, 26,

37, 34, 38, 28, 11, 23, 17,27

16 33,3%

Semakin tinggi skor subjek pada item favorable dan

unfavorable berarti semakin tinggi pola asuh demokratis. Sebaliknya

semakin rendah skor subjek pada item favorable dan unfavorable semakin rendah juga pola asuh demokratis yang diterima subjek pada aspek tertentu. Penilaian subyek untuk pernyataan positif (favorable) dan negative (unfavorable) pada skala pola asuh yaitu :


(58)

Tabel 2

Skor Butir-butir Favorable dan Unfavorable Skala Pola Asuh

Respon Skor

Favorable Unfavorable

Sangat Setuju (SS) 4 1

Setuju (S) 3 2

Tidak Setuju (TS) 2 3

Sangat Tidak Setuju (STS) 1 4

Semakin rendah skor subjek pada item favorable dan unfavorable berarti semakin rendah pola asuh demokratis. Sebaliknya semakin tinggi skor subjek pada item favorable dan unfavorable semakin tinggi juga pola asuh demokratis yang diterima subjek pada aspek tertentu. 2. Skala Prokrastinasi Akademik Mahasiswa

Alat ukur yang digunakan untuk mengukur prokrastinasi akademik mahasiswa adalah skala prokrastinasi akademik mahasiswa. Skala tersebut menggunakan pernyataan favorable dan unfavorable dengan empat alternatif jawaban yaitu Sangat Setuju, Setuju, Tidak Setuju, dan Sangat Tidak Setuju( Azwar, 2007).

Berdasarkan aspek-aspek di atas, penulis menyusun 40 pernyataan terdiri dari 20 butir pernyataan favorable dan 20 pernyataan

unfavorable. Pernyataan-pernyataan tersebut dapat dilihat pada tabel


(59)

Tabel 3

Tabel Spesifikasi Item-item Skala Prokrastinasi Akademik Mahasiswa Aspek No Item

Favorable

No Item Unfavorable

Jumlah Presentase Penundaan

untuk memulai dan

menyelesaikan tugas

2, 35, 15, 11, 27

4, 30, 25, 19, 16

10 25%

Keterlambatan dalam

mengerjakan tugas

34, 13, 8, 22, 37

33, 21, 29, 24, 1

10 25%

Kesenjangan waktu antara rencana dan kinerja actual

40, 38, 23, 30, 12

28, 10, 18, 32, 5

10 25%

Melakukan aktivitas lain yang lebih menyenangkan

36, 7, 31, 9, 39

17, 26, 20, 6, 14

10 25%

Semakin tinggi skor subjek pada item favorable dan

unfavorable berarti semakin tinggi prokrastinasi akademik mahasiswa.

Sebaliknya semakin rendah skor subjek pada item favorable dan

unfavorable semakin rendah juga prokrastinasi akademik mahasiswa

yang diterima subjek pada aspek tertentu. Penilaian subyek untuk pernyataan positif (favorable) dan negative (unfavorable) pada skala prokrastinasi akademik mahasiswa yaitu :


(60)

Tabel 4

Skor Butir-butir Favorable dan Unfavorable Skala Prokrastinasi Akademik Mahasiswa

Respon Skor

Favorable Unfavorable

Sangat Setuju (SS) 4 1

Setuju (S) 3 2

Tidak Setuju (TS) 2 3

Sangat Tidak Setuju (STS) 1 4

Semakin rendah skor subjek pada item tertentu berarti semakin rendah prokrastinasi akademik mahasiswa. Sebaliknya semakin tinggi skor subjek pada item tertentu semakin tinggi juga prokrastinasi akademik mahasiswa yang diterima subjek pada aspek tertentu.

F. Kredibilitas Alat Ukur 1. Estimasi Validitas

Validitas seringkali dikonsepkan sebagai sejauhmana tes mampu mengukur atribut yang seharusnya diukur (Sugiyono, 2006). Sebuah instrumen dikatakan valid apabila alat ukur yang digunakan dapat mengukur apa yang hendak diukur.

Pada penelitian ini skala pola asuh demokratis orang tua dan prokrastinasi akademik mahasiswa akan diukur validitas isinya melalui analisis rasional terhadap isi alat ukur yang penilainannya berdasarkan atas pertimbangan subjektif individual. Validitas isi bertujuan untuk mengetahui sejauhmana aitem-aitem dalam alat ukur tersebut mencakup keseluruhan kawasan dari isi yang diukur.


(61)

Salah satu cara mengetahui validitas isi telah terpenuhi dengan melihat kesesuaian aitem (pernyataan) dalam alat ukur dengan blue

print dan memeriksa kesesuaian masing-masing aitem dengan

indikator perilaku yang hendak diukur . peneliti menggunakan pendapat dari ahli (expert judgement) untuk melakukan validasi isi yang dalam hal ini adalah dosen pembimbing. Setelah itu, kumpulan aitem yang telah melewati proses review diujicobakan.

Selanjutnya skala pola asuh demokratis dan prokrastinasi akademik yang telah diujicobakan akan dilihat daya beda butir aitem untuk membedakan kelompok yang mempunyai dengan kelompok yang tidak mempunyai atribut yang diukur (Azwar, 2007). Daya beda ini diperoleh dengan cara mengkorelasikan tiap butir aitem dengan menggunakan teknik korelasi Product Moment. Perhitungannya menggunakan spss versi. 17.00.

2. Seleksi Item

Tahap pertama yang dilakukan untuk seleksi item adalah analisis dan seleksi aitem berdasarkan evaluasi kualitatif. Evaluasi ini melihat apakah aitem yang ditulis sudah sesuai dengan blue

print dan indikator perilaku yang hendak diungkapkan, melihat

apakah aitem telah ditulis sesuai dengan kaidah penulisan yang benar dan melihat apakah aitem yang ditulis masih mengandung


(62)

Tahap kedua adalah prosedur seleksi aitem berdasarkan data empiris ( data hasil uji-coba pada kelompok subjek yang karakteristiknya setara dengan subjek yang hendak dikenai skala itu nantinya).

Data dianalisis secara kuantitatif untuk memilih item-item yang benar yaitu item-item yang memiliki daya beda tinggi. Daya beda item adalah sejauhmana item mampu membedakan antara individu atau kelompok individu yang memiliki dan tidak memiliki atribut yang diukur (Azwar, 2007). Kualitas item yang diukur dengan analisis butir yang menggunakan parameter daya beda item. Kriteria yang digunakan batasan adalah 0,30 keatas (>0,30) dianggap memenuhi kriteria item yang sahih sedangkan item yang memiliki koefisien korelasi dibawah 0,30 (<0,30) digugurkan (Azwar, 2007)

Uji coba dalam penelitian ini melibatkan 60 mahasiswa. Setelah data terkumpul, skala pola asuh demokratis kemudian diproses menggunakan SPSS 17.0 for windows. Hasil analisis pengukuran skala pola asuh demokratis menunjukkan bahwa dari 48 item yang diujikan, terdapat 38 item yang baik dan 10 item yang tidak baik. Besarnya koefisien korelasi berkisar 0,303 dari sampai 0,679. Pada skala ini, proporsionalitas tiap aspek tidak seimbang. Hal ini dapat dipertanggung jawabkan karena masing-masing aspek tidak mempunyai tujuan ukur yang berbeda secara


(63)

spesifik satu sama lain melainkan dimensi saja dari satu tujuan ukur yang lebih luas (Azwar, 2007). Selain itu, dari 38 item yang terpilih berdasarkan koefisien korelasi yang tinggi, item-item tersebut masih menghasilkan reliabilitas yang memuaskan.

Tabel 5

Tabel Spesifikasi Pola Asuh Demokratis sebelum dan sesudah Try Out

Aspek No.Item Baik No. Item Tidak Baik

Favorable Unfavorable Favorable Unfavorable

Aspek

keseimbangan antara kendali dan otonomi yang

diberikan oleh orang tua

18, 33, 6, 21, 24, 19

25, 32, 2, 5, 30, 40, 14, 12

29,13

Aspek komunikasi antara anak dan orang tua (memberi dan menerima secara verbal)

38, 41, 43, 45, 47

36, 20, 42, 46, 48

16,3,7 44,4,9

Aspek kehangatan dan

keterlibatan orang tua terhadap perkembangan anak.

35, 22, 1, 15 10, 31, 26,

37, 38, 11, 12, 23, 17

8 34

Hasil analisis pengukuran skala prokrastinasi akademik mahasiswa menunjukkan bahwa dari 40 item yang diujikan, terdapat 33 item yang baik dan 7 item yang tidak baik. Besarnya


(64)

koefisien korelasi berkisar 0,308 dari sampai 0,787. Pada skala ini, proporsionalitas tiap aspek tidak seimbang. Hal ini dapat dipertanggung jawabkan karena masing-masing aspek tidak mempunyai tujuan ukur yang berbeda secara spesifik satu sama lain melainkan dimensi saja dari satu tujuan ukur yang lebih luas (Azwar, 2007). Selain itu, dari 33 item yang terpilih berdasarkan koefisien korelasi yang tinggi, item-item tersebut masih menghasilkan reliabilitas yang memuaskan.

Tabel 6

Tabel Spesifikasi Prokrastinasi Akademik Mahasiswa sebelum dan sesudah Try Out

Aspek No.Item Baik No. Item Tidak Baik

Favorable Unfavorable Favorable Unfavorable

Penundaan untuk memulai dan

menyelesaikan tugas

2, 35, 15, 11, 27

4, 30, 19, 16 25

Keterlambatan dalam

mengerjakan tugas

34, 8, 22, 37, 13

33, 21, 24, 1 29

Kesenjangan waktu antara rencana dan kinerja actual 38, 23, 30, 12

10, 18, 5 40 32, 28

Melakukan aktivitas lain yang lebih menyenangkan

36, 7, 31, 9,

17, 26, 20, 14


(65)

3. Estimasi Reliabilitas

Sugiyono (2009) menjelaskan bahwa reliabilitas mengacu pada konsistensi atau kepercayaan hasil ukur yang mengandung makna instrumen bila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan data yang sama. Instrumen yang reliabel sudah dapat dipercaya dan akan menghasilkan data yang sangat dipercaya juga. Pengukuran reliabilitas dan uji analisis dalam penelitian ini dilakukan perhitungan reliabilitas koefisien

alpha dari Cronbach. Pengukuran reliabilitas dianggap reliabel

apabila mencapai rxx= 0,700.

Berdasarkan pengolahan data diperoleh reliabilitas untuk alat ukur prokrastinasi akademik mahasiswa adalah 0,926, sehingga dapat dikatakan reliabilitas skala prokrastinasi akademik mahasiswa memuaskan. Sedangkan untuk alat ukur pola asuh demokratis adalah 0,919 sehingga dapat dikatakan reliabilitas skala pola asuh demokratis memuaskan.

G. Metode Analisis Data 1. Uji Asumsi

Uji asumsi dilakukan unuk melihat apakah data yang digunakan sudah memenuhi syarat untuk dilakukan korelasi. Uji asumsi terdiri dari uji normalitas dan linearitas.


(66)

a. Uji Normalitas

Pada penelitian ini uji normalitas data dilakukan dengan menggunakan rumus One Sample Kolmogorov Smornov Test pada program SPSS Versi 17. Distribusi data dinyatakan normal apabila nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 (p>0,05). Sebaliknya nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 (p<0,05) maka distribusi data dinyatakan tidak normal. b. Uji Linearitas

Uji linearitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Test

for Linearity pada program SPSS Versi 17.0. suatu hubungan

dinyatakan 2. Uji Hipotesis

Uji hipotesis dilakukan untuk melihat apakah terdapat hubungan negatif antara pola asuh demokratis dengan prokrastinasi akademik mahasiswa. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis korelasi Product Moment dengan perangkat SPSS 17.0 for


(67)

47 BAB IV

PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

A. PELAKSANAAN PENELITIAN

Pengambilan data dilakukan pada tanggal 7 Juni 2016. Penelitian ini dilaksanakan di Kampus III Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Subjek penelitian ini adalah mahasiswa semester II,IV,VI dan VIII Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Jumlah skala yang disebarkan oleh peneliti berjumlah 120 eksemplar dan setelah melakukan penyebaran terhadap 120 subjek penelitian kesemuanya kembali ke tangan peneliti dengan keadaan baik dan terisi.

B. DESKRIPSI DATA PENELITIAN

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma, peneliti memperoleh deskripsi data hasil penelitian sebagai berikut ini :


(68)

Tabel 7

Deskripsi data hasil penelitian

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation PROKRASTINASI 120 35 103 74.35 13.184 POLAASUH 120 78 152 119.48 15.336 Valid N (listwise) 120

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa variabel pola asuh demokratis orang tua mempunyai mean sebesar 119.48, nilai minimum sebesar 78, nilai maximum sebesar 152, dan standar deviasi sebesar 15.336. sedangkan untuk variabel prokrastinasi akademik mahasiswa diperoleh mean sebesar 74,35, nilai minimum sebesar 35, nilai maximum sebesar 103 dan standar deviasi sebesar 13,184.

Selanjutnya untuk mengetahui tinggi rendahnya tingkat pola asuh demokratis orang tua dan tingkat prokrastinasi akademik mahasiswa dapat diketahui melalui mean teoritis dan mean empiris yang diperoleh dari masing-masing subjek pada skala pola asuh demokrasi orang tua dan skala prokrastinasi akademik mahasiswa.


(69)

Tabel 8

Data Teoritis dan Empiris Skala Pola Asuh Demokratis dan Prokrastinasi Akademik Mahasiswa

Variabel N T P

Mean Teoritis Empiris Pola Asuh Demokratis

120

17.482 0.000 95 119.48 Prokrastinasi Akademik -6.772 0.000 82,5 74.35

Nilai t pada skala penelitian pola asuh sebesar 17.482 sedangkan nilai P adalah 0,000 hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara mean teoritis dan mean empiris pada skala pola asuh demokratis orang tua. Mean teoritis adalah rata-rata skor pada alat ukur sedangkan mean empiris adalah rata-rata skor pada data penelitian. Mean teoritis skala pola asuh demokratis sebesar 95 dan mean empirisnya sebesar 119,48. Hal ini menunjukkan bahwa mean empiris lebih besar dari pada mean teoritis, sehingga dapat diartikan bahwa subjek penelitian mempunyai pola asuh demokratis yang tinggi.

Nilai t pada skala penelitian prokrastinasi akademik mahasiswa sebesar -6.772 sedangkan nilai P adalah 0,000 hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara mean teoritis dan mean empiris pada skala prokrastinasi akademik mahasiswa. Mean teoritis adalah rata-rata skor pada alat ukur sedangkan mean empiris adalah rata-rata skor pada data penelitian. Mean teoritis skala prokrastinasi akademik mahasiswa


(70)

sebesar 82,5 dan mean empirisnya sebesar 74.35. Hal ini menunjukkan bahwa mean empiris lebih kecil dari pada mean teoritis, sehingga dapat diartikan bahwa subjek penelitian mempunyai prokrastinasi akademik mahasiswa yang rendah.

C. UJI ASUMSI DAN HASIL PENELITIAN 1. Uji Asumsi

a. Uji Normalitas

Uji normalitas dimaksudkan untuk melihat apakah bentuk sebaran dari skor jawaban subjek normal atau tidak dalam penelitian ini. Pengujian normalitas dilakukan terhadap distribusi skor pola asuh demokratis orang tua dengan jumlah skor prokrastinasi akademik mahasiswa. Kaidah yang digunakan dalam penelitian ini untuk mengetahui normal atau tidaknya sebuah data adalah jika nilai signifikansi yang diperoleh lebih besar dari 0,05 (p>0,05). Uji normalitas pada penelitian ini menggunakan teknik

One Sample Kolmogrov Smirnov Test pada program SPSS versi


(71)

Tabel 9

Hasil Uji Normalitas

Varibel Kolmogrov Sminorv p>0.05 Keterangan

Pola Asuh 1,164 0,133 Normal

Prokrastinasi 1,276 0,077 Normal

Hasil uji normalitas untuk skala pola asuh demokrasi orang tua dan prokrastinasi akademik mahasiswa dengan subjek 120 dapat memenuhi distribusi normal. Untuk skala pola asuh koefisien sebesar 1,164 dengan p sebesar 0,133 dan untuk skala prokrastinasi akademik mahasiswa koefisien sebesar 1,276 dan p sebesar 0,077.

b. Uji Linieritas

Uji linieritas dilakukan untuk mengetahui apakah ada hubungan yang linier antara variabel pola asuh demokrasi orang tua dengan prokrastinasi akademik mahasiswa. Uji linier yang digunakan dalam penelitian ini dengan Test for Linearity pada program SPSS versi 17.0. Suatu hubungan dikatakan linier jika nilai signifikansi yang diperoleh lebih kecil dari 0,05 (p<0,05). Adapun hasil uji linieritas dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel sebagai berikut ini :


(72)

Tabel 10

Hasil Uji Linieritas

Variabel F p(<0,05) Keterangan Pola asuh demokratis*

Prokrastinasi akademik

34,9431 0,000 Linier

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa nilai signifikansi dari uji linieritas antara variabel pola asuh orang tua dengan prokrastinasi akademik mahasiswa adalah sebesar 0,00 (p<0,05). Dengan demikian antara variabel pola asuh demokrasi orang tua dengan prokrastinasi akademik mahasiswa dalam penelitian ini linier (p<0,05).

2. Uji Hipotesis

Teknik uji hipotesis dalam penelitian ini adalah korelasi Pearson

Product Moment yang terdapat dalam program SPSS versi 17.0. Hasil

uji hipotesis dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel sebagai berikut ini :


(73)

Tabel 11

Hasil Uji Hipotesis

Correlations

PROKRASTINA

SI POLAASUH PROKRASTINASI Pearson Correlation 1 -.479**

Sig. (1-tailed) .000 N 120 120 POLAASUH Pearson Correlation -.479** 1

Sig. (1-tailed) .000

N 120 120 **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Berdasarkan hasil perhitungan, koefisien korelasi antara pola asuh demokratis orang tua dengan prokrastinasi akademik mahasiswa sebesar -0,479 dengan signifikansi sebesar 0.000. Hasil tersebut menunjukkan adanya hubungan yang negatif dan signifikan antara variabel pola asuh demokratis orang tua dengan variabel prokrastinasi akademik mahasiswa. Semakin tinggi tingkat pola asuh demokratis orang tua maka semakin rendah tingkat prokrastinasi akademik mahasiswa. Begitu pula sebaliknya, semakin rendah tingkat pola asuh demokratis orang tua maka semakin tinggi tingkat prokrastinasi akademik mahasiswa. Dengan demikian hipotesis dalam penelitian ini terpenuhi.


(74)

D. PEMBAHASAN

Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara pola asuh demokratis orang tua sebagai variabel bebas dengan prokrastinasi akademik mahasiswa sebagai variabel terikat. Berdasarkan hasil penelitian pada 120 sampel mahasiswa dengan menggunakan perhitungan korelasi Pearson Product Moment memperoleh hasil koefisien korelasi sebesar -0,479 dengan signifikansi sebesar 0,000 (p<0,01). Dengan demikian dapat diketahui bahwa terdapat hubungan yang negatif dan signifikan antara pola asuh demokratis orang tua dengan prokrastinasi akademik mahasiswa.

Mean teoritis skala pola asuh demokratis sebesar 95 dan mean empirisnya sebesar 119,73. Hal ini menunjukkan bahwa mean empiris lebih besar dari pada mean teoritis, sehingga dapat diartikan bahwa subjek penelitian mempunyai pola asuh demokratis yang tinggi.

Esensi hubungan antara orang tua dengan anak sangat ditentukan oleh sikap orang tua dalam mengasuh anak, bagaimana perasaan dan apa yang dilakukan orang tua. Hal ini bercermin pada pola asuh orang tua, yakni cara-cara yang dipilih dan dilakukan oleh orang tua dalam mengasuh anak (Fini, 2008).

Pola asuh demokratis orang tua adalah pola asuh yang memberikan kebebasan kepada anak dengan batasan dan pengendalian perilaku sesuai nilai-nilai standar yang ada, serta terdapat komunikasi timbal balik yang


(1)

kegiatan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid fokus kuliah 63 52.5 52.5 52.5

kursus 9 7.5 7.5 60.0

organisasi 26 21.7 21.7 81.7

organisasi dan parttime 5 4.2 4.2 85.8

parttime 17 14.2 14.2 100.0

Total 120 100.0 100.0

Tinggal

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid kos 81 67.5 67.5 67.5

orang tua 39 32.5 32.5 100.0

Total 120 100.0 100.0

polaasuh_demokrasi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 78 1 .8 .8 .8

89 1 .8 .8 1.7

90 2 1.7 1.7 3.3

92 2 1.7 1.7 5.0

93 1 .8 .8 5.8

94 1 .8 .8 6.7


(2)

102 1 .8 .8 10.0

104 1 .8 .8 10.8

105 2 1.7 1.7 12.5

106 2 1.7 1.7 14.2

107 7 5.8 5.8 20.0

108 1 .8 .8 20.8

109 4 3.3 3.3 24.2

110 4 3.3 3.3 27.5

111 3 2.5 2.5 30.0

112 1 .8 .8 30.8

113 4 3.3 3.3 34.2

114 10 8.3 8.3 42.5

115 5 4.2 4.2 46.7

116 6 5.0 5.0 51.7

117 1 .8 .8 52.5

118 2 1.7 1.7 54.2

119 2 1.7 1.7 55.8

120 3 2.5 2.5 58.3

121 4 3.3 3.3 61.7

122 5 4.2 4.2 65.8

123 3 2.5 2.5 68.3

124 1 .8 .8 69.2

125 1 .8 .8 70.0

126 1 .8 .8 70.8

127 1 .8 .8 71.7

128 1 .8 .8 72.5

130 3 2.5 2.5 75.0

131 1 .8 .8 75.8


(3)

134 1 .8 .8 77.5

135 7 5.8 5.8 83.3

137 1 .8 .8 84.2

138 2 1.7 1.7 85.8

139 1 .8 .8 86.7

140 1 .8 .8 87.5

142 3 2.5 2.5 90.0

144 2 1.7 1.7 91.7

145 2 1.7 1.7 93.3

148 2 1.7 1.7 95.0

150 3 2.5 2.5 97.5

151 1 .8 .8 98.3

152 1 .8 .8 99.2

161 1 .8 .8 100.0

Total 120 100.0 100.0

Prokrastinasi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 35 1 .8 .8 .8

46 2 1.7 1.7 2.5

48 2 1.7 1.7 4.2

49 4 3.3 3.3 7.5

50 1 .8 .8 8.3

53 3 2.5 2.5 10.8

55 1 .8 .8 11.7

56 2 1.7 1.7 13.3


(4)

62 1 .8 .8 16.7

63 4 3.3 3.3 20.0

64 2 1.7 1.7 21.7

65 1 .8 .8 22.5

66 4 3.3 3.3 25.8

68 2 1.7 1.7 27.5

69 5 4.2 4.2 31.7

71 2 1.7 1.7 33.3

72 3 2.5 2.5 35.8

73 4 3.3 3.3 39.2

74 2 1.7 1.7 40.8

75 3 2.5 2.5 43.3

76 7 5.8 5.8 49.2

77 5 4.2 4.2 53.3

78 6 5.0 5.0 58.3

79 1 .8 .8 59.2

80 5 4.2 4.2 63.3

81 10 8.3 8.3 71.7

82 4 3.3 3.3 75.0

83 3 2.5 2.5 77.5

84 3 2.5 2.5 80.0

85 1 .8 .8 80.8

86 3 2.5 2.5 83.3

87 4 3.3 3.3 86.7

88 4 3.3 3.3 90.0

89 3 2.5 2.5 92.5

90 3 2.5 2.5 95.0

91 1 .8 .8 95.8


(5)

99 1 .8 .8 97.5

102 1 .8 .8 98.3

103 2 1.7 1.7 100.0

Total 120 100.0 100.0

One-Sample Statistics

N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

PROKRASTINASI 120 74.35 13.184 1.203

One-Sample Test

Test Value = 82.5

t df

Sig. (2-tailed)

Mean Difference

95% Confidence Interval of the Difference

Lower Upper

PROKRASTI NASI

-6.772 119 .000 -8.150 -10.53 -5.77

One-Sample Statistics

N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

POLAASUH 120 119.48 15.336 1.400

One-Sample Test

Test Value = 95

t df

Sig. (2-tailed)

Mean Difference

95% Confidence Interval of the Difference

Lower Upper

POLAASU H


(6)

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

PROKRASTINASI 120 35 103 74.35 13.184

POLAASUH 120 78 152 119.48 15.336