STUDI DESKRIPTIF TENTANG PENDAMPING ANAK JALANAN DENGAN VOLUNTEER PROCESS MODEL

  

STUDI DESKRIPTIF TENTANG PENDAMPING ANAK

JALANAN DENGAN

VOLUNTEER PROCESS MODEL

  Skripsi Diajukan untuk Menenuhi Salah Satu Syarat

  Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi

  Disusun oleh: Elycia Widiastuti

  069114084

  

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2010

  

MOTO

Menerima dan bersyukur atas kelemahan dan kelebihan yang

dimiliki adalah sebuah kemenangan sejati

  

Karya ini ku persembahkan bagi:

Kemuliaan nama Sang Pengampu kehidupan,

Tuhanku “Yesus Kristus”

Bapak dan Mama tercinta

  

Abang dan Adik-adikku

Teman, sahabat, dan semua jiwa terbaik yang hadir

di sekelilingku.

  

STUDI DESKRIPTIF TENTANG PENDAMPING ANAK JALANAN

DENGAN

  VOLUNTEER PROCESS MODEL

Elycia Widiastuti

ABSTRAK

  Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pengalaman para pendamping dalam

mendampingi anak jalanan dengan menggunakan model volunteer process. Model volunteer

process merupakan kerangka konseptual yang mendeskripsikan pengalaman pendamping dalam

tiga tahap yaitu tahap antecedents, experiences, dan consequences. Pengambilan data dilakukan

dengan cara melakukan wawancara mendalam dengan 1 orang pendamping dari Rumah singgah

Diponegoro, 2 orang pendamping dari Rumah singgah Ahmad Dahlan, dan 2 orang pendamping

Rumah singgah Girlan Nusantara. Analisis data dilakukan dengan cara organisasi data dan koding

hingga ditemukan tema-tema hasil penelitian. Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa Pada

tahap Antecendents motif-motif para pendamping dalam mendamping anak jalanan adalah motif

generativitas, motif agama, motif pemenuhan diri, dan motif afiliasi. Pada tahap Experiences,

pendamping memperoleh kepuasan, hubungan yang erat dengan komunitas serta pengalaman

mengahadapi masalah. Masalah yang dihadapi oleh para pendamping meliputi masalah yang

bersumber dari anak jalanan, masalah struktural rumah singgah, dan masalah yang bersumber dari

luar rumah singgah. Para pendamping melakukan beberapa upaya untuk menyelesaikan

permasalahan yang dihadapi dengan cara bekerjasama dengan pihak lain, melakukan usaha

mandiri, menentukan sikap terhadap anak jalanan, menyakinkan diri untuk mampu menghadapi

masalah, dan berserah kepada Tuhan. Pada tahap Consequences, Para pendamping memperoleh

hasil adanya perubahan yang lebih baik pada anak jalanan serta masyarakat. para pendamping juga

tetap bertahan dalam pendampingan anak jalanan didorong oleh rasa tanggung jawab.

  Kata Kunci : Pendamping anak jalanan, Volunteer process model, Analisis tematik

  

A DESCRIPTIVE STUDY OF THE STREET CHILDREN COUNSELOR

USING VOLUNTEER PROCESS MODEL

Elycia Widiastuti

ABSTRACT

  This reserach aims at describing the experiences of counselors in the process of street

children guidance using volunteer process model. This model is a conceptual framework which

describes the experiences of the counselors in three stages; antecedents, experiences, and

consequences. Data sampling are done by doing in depth interview with a counselor from rumah

singgah Diponegoro, two counselors from rumah singgah Ahmad Dahlan, and two counselors

from rumah singgah Girlan Nusantara. Data analysis is done by organizing the data and coding

until the themes of research are found. Based on the data analysis, it is found that on the

Antecedents strage, the motives of the counselors are generativity, religion, self fulfillment, and

afiliation. On the Experiences stage, councelors received satisfation, relation with community and

also the experience face the problems. The common problems of the counselors are problem from

the street children themselves, problem from inside and/or outside rumah singgah. The counselors

did some efforts to solve the problems by making a cooperation with other parties, independent

efforts, decide the attitude for the children, convince themselves that they can do this, and

surrender to the God. On the Consequences stage, the councelors found tha positif changes with

the street children and society. The counselors still survive in the process of the guidance because

they feel it is their responsibility.

  Key word: The street children counselor, volunteer process model, thematic analysis

KATA PENGANTAR

  Proses penulisan skripsi ini bukan hanya sekedar syarat untuk menyelesaikan kuliah ataupun mendapatkan gelar Sarjana tetapi juga merupakan sebuah proses yang membuat penulis semakin mengenal kekuatan dan kelamahan di dalam diri. Banyak sekali pengalaman yang penulis peroleh selama menyelesaikan proses penulisan skripsi ini. Mulai dari semangat yang menggebu- gebu untuk mengerjakan skripsi hingga upaya memotivasi diri sendiri ketika semangat mulai pudar. Pengalaman bertemu dengan para subjek dan anak jalanan juga telah memberikan pembelajaran tersendiri bagi penulis tentang kehidupan.

  Tentunya ini merupakan sepenggal pengalaman hidup yang akan memberikan senyum dan tawa haru ketika mengenangnya.

  Keberhasilan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini tentunya tidak terlepas dari campur tangan Dia yang tak terlihat namun selalu ada dalam lubuk jiwa. Terima kasih kepada My Super Hero “Yesus Kristus” yang selalu memberikan kekuatan dalam pengharapan. Semua tak kan berarti apa-apa tanpa penyertaanMu.

  Penyertaan Tuhan sangat penulis rasakan dalam diri setiap pribadi yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Seluruh bantuan kalian tentunya sangat berharga bagi penulis, untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

  1. Bapak V. Didik Suryo Hartoko S.Psi., M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak membantu melalui bimbingan, bantuan, dan masukan- masukan dalam proses pengerjaan skripsi ini. Terima kasih banyak ya Pak.

  2. Ibu Dr. Ch. Siwi Handayani, M.Si selaku Dekan Fakultas Psikologi yang telah membantu dalam proses perijinan.

  3. Bapak Minta Istono, S. Psi, M.Si selaku dosen pembimbing akademik yang telah banyak memberikan dorongan agar segera lulus.

  4. Segenap staf Fakultas, Mas Gandung, yang sudah sangat membantu dalam proses surat menyurat, kroscek nilai serta pendaftaran ujian, Bu Nanik, atas kerjasamanya saat mengurusi LPJ-LPJ ketika penulis mengikuti kegiatan kepanitiaan di kampus, Mas Doni, yang telah memberikan palayanan yang menyenangkan saat mencari buku-buku referensi, Mas Muji, yang telah membantu penulis saat mengambil mata kuliah praktikum, maaf ya Mas gak

  bisa bantu jadi asisten saya mau cepat lulus hehehe , Pak Gie, yang baik hati dan selalu memberikan senyum tulus ketika berpapasan di kampus.

  5. Bang “Eko”, Pak “Fahri”, Mba “Bunda”, Pak “Bowo”, dan Om “Yanto, yang telah bersedia berbagi cerita dan pengalaman untuk membantu proses penulisan skripsi ini.

  6. Bapak Priyono, SH, selaku pimpinan Rumah singga Girlan Nusantara, Bapak Fauzan Setianegara, selaku pimpinan Rumah singga Diponegoro, dan Bapak Suyadi, selaku pimpinan Rumah singgah Ahmad Dahlan, atas segala kesempatan yang diberikan bagi saya dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

  7. Bapak C.Siswa Widyatmoko, S.Psi, M.Si yang telah memberikan kesempatan untuk menjadi asisten di kelas MPP dan kesempatan bekerjasama di Tim PBB.

  8. Bapak “C. Ayan Dihin”, atas doa dan cinta yang tak henti-hentinya untukku “Anda adalah inspirator saya”, Mama “Filisitas”, yang telah mendidikku untuk mandiri sejak kecil “Sekarang saya sudah dewasa ma, terima kasih

  sudah melahirkan saya ke dunia ini” , Adik-adikku “Maria Vieany Pariani” dan

  “Diki Ferdinand”, atas canda tawa dan air mata ketika kita berantem, jangan bosan-bosan mendengar nasihatku ya, Abangku “Merryo Andreas Chrismana”, yang telah menemaniku saat pertama kali di Jogja. cepatlah kau menikah.

  9. Keluarga keduaku di Kost Palem: Miranda, Noby, Atha, Mba Adel, Mba Babay, Mbandoels, Aprina, Mba Nana, Mba Wening, Mba Lusi, Mba Puput, Wene, dan Lia; di Kost Welcome: Karla, Eka, Widya, Mami, Dika, Mba Lily, Shinta, Shelly, dan Tyas; di Kost Puri liberty: Mida, Ani, Dinar, Irna, Afgred, dll. Terima kasih telah menjadi rumah dan keluarga bagiku ketika beada di Jogja, semoga kita masih bisa saling kontak dan maaf kalau aku ada salah ya.

  10. Teman-teman yang pernah menyebut diri sebagai BBF “Best Friend

  Forever” , Eurike “Ike” Christiani Hutauruk, Lenny Lolita “Zippo” Ginting,

  Yohana “Jojo” Yuliastuti Sihombing, terima kasih karena pernah menjadi rumah untukku, rumah itu sepertinya sekarang sedang sepi kapan-kapan marilah kita berkumpul lagi di rumah itu. Terima kasih atas persahabatan yang pernah kalian berikan untukku, maaf atas segala kesalahanku, tak bermaksud apa-apa hanya berusaha menjadi diri yang sebenarnya di hadapan kalian, doa dan cintaku selalu untuk kalian, sukses buat kita semua.

  11. Teman-teman di Great tim PBB : Pak Siswo, Mba Haksi, Mba Devi, Mba Via, Mba Astuti, Corry, Budi, Pudji, Nita, dan anggota tim yang sebelumnya, terima kasih ya atas kebersamaan kita selama ini, banyak pengalaman luar biasa yang aku dapatkan bersama kalian mulai dari pengalaman meneliti, bekerja dalam tim, jalan-jalan ke Malang, jalan-jalan ke Bantul serta persahabatan yang telah kita bina. Sangat senang bertemu dengan kalian semua.

  12. Teman-teman angkatan 2006 : Ari, Timo, Abe, Christ, Yoga, Yupha, Hermin, Thea, Andien, Nita, Bhekti, Jenny, Riana, Yaya, Emak, Viany, Erisa, Mia, Lolita, Yesica, serta teman-teman yang lainnya atas kebersamaan kita di Psikologi Sanata Dharma.

  

DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL ……………………………………………………..... i HALAMAN PERSETUJUAN ……………………………………………... ii HALAMAN PENGESAHAN ……………………………………………... iii HALAMAN MOTTO ……………………………………………………… iv HALAMAN PERSEMBAHAN …………………………………………… v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA …………………………………… vi ABSTRAK …………………………………………………………………. vii ABSTRACT ………………………………………………………………... viii LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH …………….. ix KATA PENGANTAR ……………………………………………………... x DAFTAR ISI ……………………………………………………………….. xiv DAFTAR SKEMA …………………………………………………………. xviii DAFTAR TABEL ………………………………………………………….. xix DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………….. xx BAB I. PENDAHULUAN ………………………………………………….

  1 A. Latar Belakang Masalah …………………………………....

  1 B. Rumusan Masalah…………………………………………...

  7 C. Tujuan Penelitian …………………………………………..

  8 D. Manfaat Penelitian …………………………………………

  8 BAB II. LANDASAN TEORI …………………………………………….

  9 A. Anak Jalanan ....………………………………..…………....

  9

  1. Definisi ....………………………………..…………........

  9 2. Faktor-faktor penyebab munculnya anak jalanan . ……..

  10 3. Kehidupan anak jalanan ………………………………...

  12 4. Pendampingan anak jalanan …………………………….

  13 B. Pendamping Anak Jalanan ………………………………...

  15

  1. Sukarelawan ……………………………………………

  17 a. Definisi ……………………………………………...

  17

  b. Faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang ingin menjadi sukarelawan ………………………………..

  19 c. Sukarelawan dan perilaku prososial ………………...

  21 C. Model Volunteerr Process ……………………..…….........

  22

  1. Tahap Antecedents……………..……..……..……..……

  22 2. Tahap Experiences …………..……..……..……..……..

  25 3. Tahap Consequences….……..……..……..……..……..

  29 C. Pendamping dan Tahap Perkembangan Generativitas vs Stagnasi ……………………………………………………..

  31 BAB III. METODE PENELITIAN ………………………………………...

  33

  33 A. Jenis Penelitian …………………………………………….

  B. Subjek Penelitian …………………………………..……....

  34 1. Teknik pengambilan data ………………………………..

  34 2. Karakteristik subjek ……………………………………..

  35 C. Pengambilan Data ……..……..……..……..……..………..

  36

  1. Metode pengambilan data ………………………………

  36 2. Pelaksanaan pengambilan data ………………………....

  38

  D. Analisis Data…………………………………….………...

  38 E. Pemeriksaan Keabsahan Data ………………………….....

  40 1. Kredibilitas …………………………………………….

  40 2. Dependability ……………………………………….....

  41 BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ………………….

  43 A. Para Pendamping dan Pertemuannya dengan Anak Jalanan ..

  43 1. Latar belakang pendamping anak jalanan ……………….

  43 2. Pertemuan pendamping dengan anak jalanan …………...

  48 B. Pengalaman Pendamping Pada Tahap Antecendents ………

  50 1. Motif-motif dalam mendampingi anak jalanan ………....

  50 C. Pengalaman Pendamping Pada Tahap Experiences ………..

  56

  1. Kepuasan yang diperoleh dalam mendampingi anak jalanan …………………………………………………..

  56 2. Hubungan yang erat dengan komunitas pendampingan....

  57 3. Masalah dan cara penyelesaiannya ……………………..

  58 D. Pengalaman Pendamping Pada Tahap Consequences ……...

  70 1. Perubahan anak jalanan ke arah yang lebih baik ………...

  70 2. Perubahan pandangan masyarakat terhadap anak jalanan..

  71 3. Keberlanjutan dalam pendampingan …………………….

  71 E. Pembahasan Umum …………………………………………

  75 BABV. KESIMPULAN DAN SARAN …………………………………..

  83 A. Kesimpulan ………………………………………………....

  83 B. Saran …………………………………………………….....

  85

  C. Keterbatasan Penelitian ……………………………………

  86 DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………

  88 LAMPIRAN ………………………………………………………………

  92

DAFTAR SKEMA

  Skema 1: Skema Pengalaman Pendamping Anak Jalanan Menurut

Volunteer Process Model ………………………………………….

  30 Skema 2: Skema Pengalaman Pendamping Anak Jalanan Menurut

  Volunteer Process Model ………………………………………..... 126

  

DAFTAR TABEL

Tabel 1: Data Demografik Subjek Penelitian ……………………………....

  35 Tabel 2: Panduan Wawancara ………………………………………………

  36 Tabel 3: Jadwal Pelaksanaan Wawancara ………………………………......

  38 Tabel 4: Jadwal Pelaksanaan Konfirmasi Hasil Wawancara ……………….

  41 Tabel 5: General Summary Pengalaman Pendamping Pada Tahap Antecedents ……………………………………………………….

  55 Tabel 6: General Summary Pengalaman Pendamping Pada Tahap Experiences ……………………………………………………….

  68 Tabel 7: General Summary Pengalaman Pendamping Pada Tahap Consequences …………………………………………………….

  73 Tabel 8: General Summary Pengalaman Pendamping Anak Jalanan Berdasarkan Volunteer Process Model ……………………………

  73

  

DAFTAR LAMPIRAN

  Koding hasil wawancara subjek 1 …………………………….……………

  92 Koding hasil wawancara subjek 2 ………………………………………… 101 Koding hasil wawancara subjek 3 ………………………………......…….. 109 Koding hasil wawancara subjek 4 ……………….………………………… 117 Koding hasil wawancara subjek 5 ………………………………………… 124 Lembar verifikasi hasil analisis data subjek 1 …………………………..... 126 Lembar verifikasi hasil analisis data subjek 2 …………………………..... 128 Lembar verifikasi hasil analisis data subjek 3…………………………...... 130 Lembar verifikasi hasil analisis data subjek 4 …………………………..... 132 Lembar verifikasi hasil analisis data subjek 5 …………………………..... 134 Surat ijin penelitian 1 ……………………………………………………… 135 Surat ijin penelitian 2 ……………………………………………………… 136 Surat ijin penelitian 3 ……………………………………………………… 137 Surat ijin penelitian 4 ……………………………………………………… 138

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jumlah anak-anak yang berkeliaran di jalanan dari tahun ke tahun terus

  mengalami peningkatan. Khusus di kota Yogyakarta, jumlah anak jalanan pada tahun 2009 meningkat sebanyak 50% dari tahun 2008. Sebagian besar anak-anak jalanan ini bukanlah penduduk asli Yogyakarta. Dari 1.363 anak jalanan yang ada, hanya 312 anak jalanan (22,18%) yang merupakan penduduk asli kota Yogyakarta, 967 anak jalanan (70,98%) berasal dari luar Yogyakarta, dan sisanya tidak jelas asalnya (“Jumlah Anak Jalanan”, 2009).

  Rata-rata anak jalanan ini merupakan anak-anak di bawah umur dan ketika berada di jalanan, berprofesi sebagai pengamen, pemulung, penyemir sepatu, peminta-minta, tukang parkir tidak resmi, pembantu di warung lesehan dan kerajinan kaki lima serta pekerja serabutan. Ada pula anak jalanan yang bekerja sebagai street guide atau Thethek yaitu pemberi jasa pengantaran bagi wisatawan yang datang ke Yogyakarta (Surjono, 2000)

  Masalah anak jalanan ini sebenarnya sudah sejak lama menjadi perhatian pemerintah. Sejak tahun 1970 hingga tahun 2000 pemerintah telah melakukan berbagai tindakan untuk menangani masalah anak jalanan (Surjono, 2000). Mulai dari melakukan upaya yang bersifat represif, pembinaan dan kemudian pendampingan. Mulanya pemerintah memandang anak jalanan sebagai komunitas yang harus diminimalisasi keberadaannya, kemudian anak jalanan dipandang sebagai komunitas yang perlu didampingi hingga diberikan pembinaan.

  Pendampingan anak jalanan merupakan upaya yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan anak jalanan. Pendampingan anak jalanan bukan hanya sekedar upaya menghapus anak-anak dari jalanan melainkan juga meningkatkan kualitas hidup anak-anak jalanan (Tomy, 2010). Tujuan utama dari sebuah pendampingan yang diberikan kepada anak jalanan pada intinya adalah agar anak-anak jalanan tidak lagi kembali ke jalanan dan mengkondisikan mereka agar tetap memiliki nilai-nilai kemanusiaan tanpa menimbulkan suatu pola keterikatan kepada para pendamping (Petter Coping dalam Surjono, 2000).

  Pendampingan anak jalanan dapat dilakukan dengan membentuk pos-pos atau basis-basis yang dijadikan sebagai pusat pelayanan. Secara umum, terdapat lima basis pendampingan anak jalanan, yaitu Basis Jalanan, Basis Rumah Singgah, Basis Panti, Basis Masyarakat dan Basis Keluarga (Astutik, 2001). Basis pendampingan yang paling banyak dilaksanakan di Yogyakarta adalah Basis Rumah Singgah, mengingat karakteristik anak jalanan yang ada di Yogyakarta sebagian besar berasal dari luar Yogyakarta. Hal ini pulalah yang mendorong peneliti melakukan penelitian di Rumah Singgah.

  Pendampingan di Rumah Singgah bertujuan untuk mengkaji kondisi anak jalanan dan mempersiapkan anak jalanan untuk kembali kepada orang tuanya.

  Di rumah singgah, para pendamping berusaha memberikan sarana-sarana bagi anak jalanan sehingga kebutuhannya dapat terpenuhi. Mulai dari kebutuhan makan, kesehatan, dan pendidikan. Selain itu, pembinaan moral juga diberikan kepada anak jalanan agar mereka dapat memiliki sikap dan perilaku yang sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat (Setiawati, 2005). Proses pendampingan tentunya tidak berhenti sampai di situ saja, mengingat kemiskinan merupakan faktor yang paling banyak menyebabkan munculnya anak jalanan maka di rumah singgah, para pendamping berusaha untuk memberikan alternatif solusi dengan mengadakan program keterampilan usaha dan memberikan modal (Hartanti, 2008). Pembekalan keterampilan usaha kepada anak jalanan, diharapkan dapat membantu anak-anak jalanan mendapatkan penghidupan yang layak.

  Upaya pendampingan anak jalanan ini dilaksanakan oleh tenaga kerja yang disebut dengan pendamping anak jalanan. Tenaga kerja tersebut ada dua macam yaitu yang disebut pekerja sosial profesional dan relawan sosial anak. Pekerja sosial profesional adalah seseorang yang bekerja baik di lembaga pemerintaha maupun swasta yang memiliki kompetensi dan profesi pekerjaan sosial (Keputusan MenSos RI, 2010). Pekerja sosial dalam kerangka birokrasi merupakan salah satu saluran pembinaan karir PNS melalui jalur jabatan fungsional (Hidayat, 2000). Sedangkan Relawan sosial anak adalah seseorang dan atau kelompok masyarakat baik yang berlatar belakang pekerjaan sosial maupun bukan, tetapi melaksanakan kegiatan penyelenggaraan di bidang kesejahteraan sosial anak bukan dari instansi sosial pemerintah atas kehendak sendiri dengan atau tanpa imbalan (Keputusan MenSos RI, 2010).

  Pendamping pada dasarnya memiliki peran besar dalam menentukan keberhasilan program penanganan anak jalanan. Peran pendamping dalam pendampingan anak jalanan umumnya mencakup empat peran utama, yaitu sebagai fasilitator, pendidik, perwakilan masyarakat, dan peran-peran teknis bagi anak jalanan yang didampinginya (Tomy, 2010).

  Peran pendamping sebagai fasilitator merupakan peran yang berkaitan dengan pemberian motivasi, kesempatan, dan dukungan bagi anak jalanan.

  Beberapa tugas yang berkaitan dengan peran ini antara lain menjadi model dan memberi dukungan bagi anak jalanan. Sebagai pendidik, pendamping berperan aktif sebagai agen yang memberi masukan positif dan direktif berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya bagi anak jalanan.

  Peran pendamping sebagai perwakilan masyarakat dilakukan berhubungan dengan interaksi antara pendamping dengan lembaga-lembaga eksternal atas nama dan demi kepentingan anak jalanan yang didampinginya. pendamping dapat bertugas mencari sumber-sumber, melakukan pembelaan, menggunakan media, meningkatkan hubungan masyarakat, dan jaringan kerja. Para pendamping dituntut pula untuk dapat melaksanakan tugas-tugas teknis sesuai dengan berbagai keterampilan dasar, seperti melakukan analisis sosial, mengelola dinamika kelompok, menjalin relasi, bernegosiasi, dan mencari serta mengatur sumber dana.

  Pada kenyataannya usaha para pendamping untuk menjalankan perannya dalam mengatasi permasalahan anak jalanan melalui pendampingan di rumah singgah bukanlah hal yang mudah. Terdapat banyak kendala yang dialami oleh para pendamping yang terjun secara langsung dalam mendampingi anak jalanan. Pertama-tama, para pendamping dihadapkan pada permasalahan dari dalam rumah singgah seperti keterbatasan dana untuk menjalankan program- program pendampingan Dana yang terbatas membuat para pendamping tidak bisa menjalankan program yang telah disiapkan untuk mendampingi anak jalanan. Hal ini hampir sama dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Harmaini (2008) mengenai masalah dana, para pendamping kesulitan untuk menjalankan program-program bagi anak jalanan karena biaya yang dibutuhkan sangat banyak sedangkan dana yang dimiliki sangat minim. Kondisi yang demikian membuat para pendamping mau tidak mau harus menentukan skala prioritas untuk menjalankan program yang paling dibutuhkan anak jalanan terlebih dahulu, seperti program pelatihan untuk peningkatan ekonomi anak jalanan.

  Permasalahan lain yang juga dihadapi para pendamping dalam rumah singgah meliputi lingkungan kerja dan kebijakan seperti imbalan yang tidak memadai untuk mencukupi kebutuhan. Terbatasnya fasilitas kerja seperti transportasi dan jaminan kesehatan, serta kurangnya penghargaan dari lembaga terhadap para pendamping (Moeliono dan Dananto, 2004).

  Permasalahan selanjutnya yang dihadapi para pendamping adalah masalah anak jalanan. Masih banyak masyarakat yang belum bisa menerima keberadaan anak jalanan sebagai bagian dari masyarakat. Di lingkungan sosial, stigma-stigma negatif masih menempel pada anak jalanan (Astutik, 2001). Harmaini (2008) menemukan bahwa anak jalanan masih dipandang sebelah mata dan mendapatkan perlakuan yang diskriminatif dari masyarakat.

  Begitu kompleksnya permasalahan dalam pendampingan anak jalanan telah menghadapkan para pendamping kepada permasalahan baru yang berpengaruh pada kinerja pendamping. Para pendamping dihadapkan pada masalah-masalah internal seperti menurunnya motivasi kerja, kejenuhan dengan pola kerja, dan kehilangan kesabaran karena berbagai masalah pribadi dan pekerjaan (Moeliono dan Dananto, 2004). Permasalahan ini berpengaruh pada kelanjutan keterlibatan pendamping dalam pendamping. Dengan adanya permasalahan-permasalahan tersebut banyak pendamping hanya bertahan kurang dari dua tahun. Hanya ada segelintir yang tetap bertahan untuk mendampingi anak-anak jalanan lebih dari lima tahun.

  Walaupun usaha pendampingan anak jalanan kerap diwarnai dengan berbagai masalah, namun pendampingan di rumah singgah juga memberikan pengalaman yang menyenangkan tersendiri bagi para pendamping. Sebagaimana yang dialami oleh salah seorang pendamping bernama Muhammad Yunus, seorang pendamping anak jalanan di Makasar.

  Keterlibatannya sebagai pendamping memberikan kebahagiaan tersendiri baginya. Pendamping merasa bahagia ketika dapat menolong anak-anak memberikan pendidikan kepada anak jalanan dengan mengajari anak-anak jalanan membaca dan menulis, pengetahuan umum dan berbagai keterampilan. Hal ini terus dilakukan Yunus bahkan setelah program Lakzis selesai (“Di jalanan”, 2009).

  Berdasarkan fenomena yang telah disebutkan, peneliti tertarik untuk mengungkap pengalaman para relawan pendamping yang mendedikasikan hidupnya untuk membantu dan mendampingi anak jalanan di rumah singgah. Pada penelitian ini, peneliti berusaha mengungkap perjalanan karir pendamping anak jalanan dengan menggunakan kerangka konseptual model

  volunteer process tersebut. Menurut model Volunteer process, secara

  konseptual perjalanan karir seorang relawan termasuk pendamping anak jalanan meliputi tiga tahap yaitu antecedents, experiences, dan consequenses (Omoto dan Snyder, 1995). Tahap antecedents merupakan tahap awal keterlibatan relawan yang berusaha menggambarkan mengenai hal-hal yang membuat seseorang dapat terlibat sebagai sukarelawan. Tahap experiences merupakan tahap yang berisi berbagai pengalaman yang dirasakan oleh sukarelawan saat melaksanakan tugas-tugasnya sebagai pendamping anak jalanan. Tahap yang terakhir yaitu consequenses merupakan tahap terakhir dari perjalanan karir sukarelawan yang berusaha mengungkap konsekuensi apa yang akan diterima atau dilakukan oleh relawan selanjutnya.

B. Rumusan masalah

  Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah: Bagaimanakah pengalaman pendamping dalam mendampingi anak jalanan?

  C. Tujuan Penelitian

  Penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut: Mengetahui pengalaman pendamping dalam mendampingi anak jalanan

  D. Manfaat Penelitian

  1. Manfaat teoritis Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah sebagai tambahan pengetahuan dalam ilmu psikologi sosial tentang perilaku menolong khususnya perilaku menolong sebagai seorang sukarelawan.

  2. Manfaat praktis Manfaat praktis penelitian ini adalah sebagai informasi tambahan bagi

  Rumah singgah, Organisasi sosial dan Yayasan sosial tentang pengalaman pendamping anak jalanan yang sanggup bertahan dalam kurun waktu yang cukup lama sehingga dapat dijadikan sebagai acuan untuk merekruit pendamping baru. Hasil penelitian ini juga dapat dimanfaatkan sebagai materi penyuluhan tentang pengalaman mendampingi anak jalanan kepada pendamping-pendamping baru.

BAB II LANDASAN TEORI A. Anak Jalanan

1. Definisi

  Anak jalanan adalah seseorang yang berumur di bawah 18 tahun, yang menghabiskan sebagian atau seluruh waktunya di jalanan dengan melakukan kegiatan-kegiatan guna mendapatkan uang atau mempertahankan hidupnya (Shalahuddin, 2004). Agustin (2002) dalam studi kualitatifnya mendefinisikan anak jalanan sebagai anak berusia 5 sampai dengan 15 tahun yang tidak bersekolah lagi, tidak tinggal bersama orang tua mereka, serta bekerja di jalanan dan tempat-tempat umum untuk memperoleh penghasilan.

  Secara garis besar anak jalanan dikelompokan dalam tiga kategori (Surbakti, 1997), yaitu sebagai berikut:

  a. Children on the street

  Adalah anak-anak yang melakukan kegiatan ekonomi sebagai pekerja anak di jalan dan masih memiliki hubungan yang kuat dengan orang tua mereka. Anak-anak jalanan ini bekerja dengan tujuan untuk membantu perekonomian keluarga karenan tekanan kemiskinan yang tidak dapat diselesaikan sendiri oleh orang tua.

  b. Children of the street

  Adalah anak-anak yang berpartisipasi penuh di jalanan, baik secara sosial maupun ekonomi. Beberapa di antara anak jalanan ini masih tidak menentu. Anak-anak ini turun ke jalanan didorong oleh suatu penyebab, misalnya seperti lari dari rumah.

c. Children from families of the street Yakni anak-anak yang berasal dari keluarga yang hidup di jalanan.

  Anak-anak ini hidup bersama-sama orang tuanya dengan gaya hidup yang berpindah-pindah dari tempat yang satu ke tempat yang lain. Kelompok anak jalanan ini dapat ditemui dengan mudah di sekitar kolong jembatan, rumah-rumah liar sepanjang rel kereta api dan bantaran sungai. Salah satu ciri penting dari kategori ini adalah pemampangan kehidupan jalanan sejak anak masih bayi dan bahkan sejak masih dalam kandungan.

2. Faktor-faktor penyebab munculnya anak jalanan

  Literatur menunjukkan bahwa ada berbagai macam faktor penyebab anak- anak di bawah umur turun ke jalan. Menurut Departemen sosial secara umum ada tiga tingkatan penyebab keberadaan anak jalanan, yaitu:

a. Tingkat mikro

  Pada tingkat mikro faktor penyebab anak turun ke jalan berkaitan dengan anak dan keluarganya. Biasanya anak turun ke jalan dapat dikarenakan anak lari dari rumah, disuruh bekerja, ingin berpetualang, bermain-main atau diajak teman.

  Dari sisi keluarga, dapat pula dikarenakan anak terlantar dan ketidakmampuan orangtua menyediakan kebutuhan dasar bagi anak. Tidak jarang pula anak jalanan mengalami penolakan dari orangtua dan menjadi korban kekerasan di rumah.

  b. Tingkat meso

  Pada tingkat meso, faktor keberadaan anak di jalanan terkait dengan faktor-faktor yang ada di dalam masyarakat. Faktor pertama adalah kemiskinan, anak-anak merupakan aset dalam masyarakat miskin untuk membantu meningkatkan kondisi keluarga. Sehingga banyak anak-anak yang diajarkan untuk bekerja yang berakibat keluar dari sekolah.

  Kedua, urbanisasi yang sering terjadi dalam masyarakat turut diikuti oleh anak-anak yang masih di bawah umur. Hal ini kemudian menyebabkan semakin banyaknya anak-anak yang berada di kota dan akhirny harus bekerja untuk mempertahankan hidup.

  Ketiga, faktor penolakan masyarakan terhadap anak jalanan yang dianggap sebagai calon kriminal. Hal ini membuat anak-anak yang telah turun ke jalan mengalami kesulitan untuk kembali ke masyarakat.

  c. Tingkat makro

  Tingkat macro merupakan faktor yang berhungan dengan struktur makro. Beberapa diantaranya adalah faktor ekonomi, pendidikan dan keterbatasan cara penanganan anak jalanan.

  Faktor ekonomi meliputi adanya peluang pekerjaan sektor informal yang tidak terlalu membutuhkan modal keahlian. Sehingga anak-anak lebih memilih berada di jalan dibanding di bangku sekolah. Hal ini ditambah pula dengan biaya pendidikan yang tinggi serta adanya perlakuan guru yang diskriminatif. Anak jalanan juga dihadapkan pada ketentuan- ketentuan teknis dan birokratis yang mengalahkan kesempatan belajar.

3. Kehidupan anak jalanan

  Paparan mengenai kategori anak jalanan sebelumnya menunjukkan bahwa terdapat beberapa anak jalanan yang masih berhubungan dengan orangtua dan keluarganya serta ada pula yang tidak. Sebagian besar anak jalanan telah putus sekolah dan harus bekerja di jalan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Rata-rata anak jalanan ini bekerja sebagai pengamen, pemulung, penyemir sepatu, dan peminta-minta. Selain itu ada pula yang bekerja sebagai tukang parkir tidak resmi, pembantu di warung lesehan dan kerajinan kaki lima serta perkeja serabutan. Profesi lainnya yang dimiliki anak jalanan di Yogyakarta adalah

  

street guide atau Thetek, yaitu pemberi jasa pengantaran bagi wisatawan

(Surjono, 2000).

  Kaminsky (dalam Harmaini, 2008) menyebutkan bahwa kondisi kehidupan di jalan dan bekerja di sektor informal bagi anak jalanan memiliki risiko yang tinggi. Beberapa masalah dan risiko yang biasa menimpa anak jalanan tersebut adalah gangguan lalu lintas dapat berupa kecelakaan atau gangguan kesehatan, gangguan preman dan pelacur, tindak kenakalan bahkan kriminalitas. Anak jalanan kerap menjadi korban kekerasan baik yang dilakukan oleh sesama anak jalanan yang lebih tua, preman, masyarkat serta aparat (Surjono, 2000). Tindak kekerasan yang dialami anak jalanan meliputi kekerasan secara mental, fisik maupun kekerasan seksual. Ejekan dan hinaan merupakan bentuk kekerasan mental yang paling sering dialami anak. Bentuknya seperti makian, ancaman dan pemerasan. Kekerasan fisik yang dialami anak jalanan seperti dipukul, ditendang, dikeroyok hingga ditusuk dengan penda tajam.

  Risiko lainnya yang dialami anak-anak jalanan adalah pelecehan seksual terutama pada anak jalanan perempuan (Shalahuddin, 2010). Risiko ini merupakan salah satu bentuk kekerasan sesual yang dialami anak jalanan. Anak jalanan perempuan kerap menjadi korban pelecahan bahkan perkosaan. Anak jalanan sering dipaksa untuk melayani hawa nafsu orang-orang jalanan yang lebih tua bahkan ada pula yang menjadi korban pelecehan aparat keamanan. Perilaku seks bebas pun tidak dapat terhindarkan pada anak jalanan. Irwanto (1998) pernah melakukan penelitian tentang perilaku seksual anak jalanan. Hasil penelitiannya menemukan banyak anak jalanan yang telah melakukan aktivitas seksual sejak usia yang masih sangat dini dengan berganti- ganti pasangan. Akibatnya penularan HIV/AIDS tidak dapat terhindarkan.

4. Pendampingan anak jalanan

  Mengingat tingginya risiko yang dihadapi anak jalanan di lingkungan kehidupannya, maka diperlukan suatu usaha untuk melindungi anak jalanan dari risiko tersebut. Salah satu usaha yang dapat dilakukan adalah pendampingan. Pendampingan anak jalanan merupakan upaya yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan anak jalanan. Pendampingan anak jalanan bukan hanya sekedar usaha menghapus keberadaan anak-anak dari jalanan melainkan juga meningkatkan kualitas hidup anak jalanan (Tomy, 2010).

  Tujuan utama dari sebuah pendampingan yang diberikan kepada anak jalanan pada intinya adalah agar anak-anak jalanan tidak lagi kembali ke jalanan dan mengkondisikan mereka agar tetap memiliki nilai-nilai kemanusiaan tanpa menimbulkan suatu pola keterikatan kepada para pendamping (Petter Coping dalam Surjono, 2000). Untuk itu, kesejahteraan anak jalanan tentunya menjadi fokus yang utama dalam pendampingan anak jalanan. Para pendamping berupaya untuk memfasilitasi anak-anak jalanan dengan sarana-sarana berupa modal dan peltihan keterampilan usaha sehingga dapat dijadikan untuk memenuhi kebutuhan ekonomi (Harmaini, 2008; Astutik, 2001).

  Pendampingan anak jalanan dapat dilakukan dengan membentuk pos-pos atau basis-basis yang dijadikan sebagai pusat pelayanan. Secara umum, terdapat lima basis pendampingan anak jalanan, yaitu Basis Jalanan, Basis Rumah Singgah, Basis Panti, Basis Masyarakat dan Basis Keluarga (Astutik, 2001).

  Pendampingan anak jalanan pada Basis Jalanan merupakan pendampingan yang dipusatkan di jalanan yang bertujuan sebagai tahap awal penjangkauan anak jalanan dari lingkungan yang paling dekat dengan mereka. Pendampingan di Rumah Singgah merupakan pendampingan anak jalanan yang dipusatkan pada sebuah panti dan bersifat sementara.

  Pendampingan berbasis panti merupakan kelanjutan dari pendampingan di Rumah Singgah dan lebih ditujukan kepada anak-anak jalanan yang tidak memiliki keluarga. Pendampingan berbasis masyarakat merupakan pendampingan yang mengikut sertakan keterlibatan masyarakat dan lembaga sosial terutama aparat keamanan dan ketertiban yang berkaitan dengan anak jalanan. Selanjutnya, pendampingan berbasis keluarga merupakan pendampingan yang menekankan pada pemberdayaan dan peningkatan keluarga, khususnya orang tua melalui usaha ekonomi produktif serta peningkatan pemahaman fungsi keluarga dan peran orang tua terhadap anak.

  Penelitian mengenai pengalaman pendamping anak jalanan ini berfokus pada pendampingan yang dilakukan di rumah singgah. Pendampingan di rumah singgah bertujuan untuk menjangkau anak-anak yang berkeliaran di jalanan serta memberi keterampilan yang dapat digunakan sebagai mata pencaharian (Harmaini, 2008). Di rumah singgah, kebutuhan anak jalanan akan makanan, kesehatan dan pendidikan berusaha terpenuhi sehingga kelak anak-anak jalanan ini dapat menemukan cara untuk memenuhi kebutuhan mereka selanjutnya (Astutik, 2001). Nilai-nilai dan norma dalam berelasi dengan sesama dan orang tua turut ditanamkan oleh para pendamping kepada anak-anak jalanan melalui pendampingan di rumah singgah (Saripudin dan Ahmad, 2006).