HUBUNGAN ANTARA SIBLING RIVALRY DENGAN JARAK USIA KELAHIRAN DAN JUMLAH SAUDARA KANDUNG PADA REMAJA AWAL

   HUBUNGAN ANTARA DENGAN JARAK USIA KELAHIRAN DAN JUMLAH SAUDARA KANDUNG PADA REMAJA AWAL SKRIPSI

  Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

  Program Studi Psikologi Oleh :

  Birgitta Dyah Pramushinta NIM : 069114060 PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2012

  i ii

iii

  HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI

  iv

  

MOTTO

PENELITIAN INI, AKU PERSEMBAHKAN UNTUK : TUHAN YESUS yang membuat segalanya menjadi mudah dan mungkin.... KELUARGAKU yang selalu percaya dan menyemangatiku... SAHABAT, TEMAN, DAN SEMUA ORANG yang telah hadir dalam hidupku... KECERIAAN ANAK5ANAK , sumber inspirasi...

  v

  

HUBUNGAN ANTARA DENGAN JARAK USIA

KELAHIRAN DAN JUMLAH SAUDARA KANDUNG PADA

REMAJA AWAL

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara dengan jarak usia

kelahiran dan jumlah saudara kandung pada remaja awal. Hipotesis yang diajukan adalah ada

hubungan antara dengan jarak usia kelahiran dan jumlah saudara kandung pada

remaja awal. Subjek dalam penelitian ini adalah 116 siswa SMP N 16 Yogyakarta dan SMP PGRI

Kasihan dengan rata(rata usia 12 sampai 14 tahun. Alat pengumpulan data yang digunakan berupa

Skala yang disusun sendiri oleh penulis berdasarkan aspek(aspek dari teori Shaffer

(dalam Yati & Mangunsong, 2008). Skala tersebut terdiri dari 38 item dengan

reliabilitas sebesar 0.922. Metode analisis data yang digunakan adalah korelasi parsial dengan

bantuan versi 16 . Berdasarkan analisis korelasi parsial diketahui bahwa ada

hubungan negatif yang signifikan antara dengan jarak usia kelahiran dan jumlah

saudara kandung, ditunjukkan dengan koefisien korelasi antara dan jarak usia

kelahiran sebesar (0.631 dengan signifikansi 0.00 (p<0.01), serta dan jumlah

saudara kandung sebesar (0.290 dengan signifikansi 0.00 (p<0.01). Artinya, semakin dekat jarak

usia kelahiran antarsaudara kandung, maka tingkat nya semakin tinggi dan semakin

sedikit jumlah saudara kandung, maka tingkat nya juga semakin tinggi. Sebaliknya,

semakin jauh jarak usia kelahiran antarsaudara kandung, maka tingkat nya semakin

rendah dan semakin banyak jumlah saudara kandung, maka tingkat nya semakin

rendah. Kata kunci: jarak usia kelahiran, dan jumlah saudara kandung

  vi

  

THE RELATION BETWEEN SIBLING RIVALRY WITH THE SPACE OF

BIRTH AGE AND NUMBER OF SIBLINGS ON THE BEGINNING OF

TEENAGER

!!" # $ !" % # & ' ( !) !*

  % , # )--./ + 0.

  • - 1))

  2 !"

  3

  2

  • - "0* - -- + 4- -!/
  • - ).! - -- + 4- -!/ '

  5 Key words : sibling rivalry, the space of birth age, and number of siblings

  vii viii

KATA PENGANTAR

  Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus yang begitu besar sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Hubungan antara dengan Jarak Usia dan Jumlah Saudara Kandung pada Remaja Awal”. Tanpa bimbingan(Nya, tentu skripsi ini tidak akan tersusun dengan baik.

  Penulis juga menyadari banyak pihak yang telah memberikan waktu, tenaga, pikiran, informasi, dan dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar( besarnya kepada:

  1. Ibu Dr. Christina Siwi Handayani, selaku Dekan Fakultas Psikologi beserta Bapak C. Siswa Widyatmoko, S.Psi., M.Psi selaku Wakil Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  2. Ibu Ratri Sunar Astuti, S.Psi., M.Psi., selaku Kaprodi Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.

  3. Ibu Sylvia Carolina M.Y.M., S.Psi., M.Si., selaku dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu dan dengan penuh kesabaran memberikan kritik serta nasihat kepada penulis sehingga skripsi ini dapat selesai.

  4. Bapak Drs. Wahyudi, M.Si. dan Ibu A. Tanti Arini, S.Psi., M.Si., selaku dosen pembimbing akademik yang selalu memberi nasihat dan semangat selama penulis menyelesaikan studi ini.

  5. Ibu Titik Kristiyani, S.Psi., M.Psi., selaku dosen penguji II yang telah bersedia memberikan masukan untuk kesempurnaan skripsi ini. ix

  6. Ibu Debri Pristinella, S.Psi., M.Si., selaku dosen penguji III yang telah bersedia memberikan masukan untuk kesempurnaan skripsi ini.

  7. Bapak/ Ibu Dosen Fakultas Psikologi yang telah membagikan segala pengetahuan tentang dunia psikologi yang sangat bermanfaat dan menarik.

  Terima kasih atas bimbingan Bapak/ Ibu selama ini kepada penulis.

  8. Segenap karyawan Fakultas Psikologi: Mbak Nani, Mas Gandung, dan Pak Gi di sekretariat Fakultas Psikologi, serta Mas Mudji dan Mas Doni di Laboratorium Fakultas Psikologi yang telah memperlancar dan membantu proses studi penulis selama ini.

  9. Ibu dan bapak tercinta yang telah memberikan kepercayaan dan semangat kepada penulis untuk bertanggungjawab dengan keputusan yang telah penulis pilih, serta Nanto kakak penulis atas diskusinya yang selalu menarik.

  10. Teman(teman angkatan 2006 dan seperjuangan yang akan selalu penulis kenang : Riana teman terbaikku atas kebersamaan dan diskusi selama studi, Lisol, Jojo, Fitria, Kris, Bruder Budi, Timmo, Guntur, Komenk, dan Aji teman seperjuangan mengurus surat perpanjangan studi; Ratri, Ance, Maria, Marcel, Cik Denis, Nur, Lingga, Yaya, Jina, Yupa, Lolita, Wayan, serta teman(teman lain yang tidak bisa disebutkan satu persatu, terima kasih atas kebersamaan dan canda tawanya sehingga membuat kampus terasa seperti rumah dengan keluarga yang begitu besar. Semoga semua kenangan dan kebersamaan kita tetap terjalin dan menjadi kenangan yang indah bagi kita. x

  11. Keluarga besar Perpustakaan Universitas Sanata Dharma Paingan baik Mitra ataupun staf. Terima kasih telah mengizinkan penulis menjadi bagian dalam keluarga selama dua tahun ini.

  12. Keluarga besar Pusat Studi Individu Berkebutuhan Khusus (PSIBK) dan Pusat Kuliah Kerja Nyata (PKKN) Universitas Sanata Dharma yang sering melibatkan penulis dalam penting. Terima kasih atas kesempatan yang diberikan sehingga penulis mendapatkan pengalaman yang tidak terlupakan di waktu luang penulis selama pengerjaan skripsi.

  13. Keluarga besar Spy di Bantul : Galih yang telah menyediakan waktu dan tenaganya membantu penulis menyempurnakan kata(kata dalam pernyataan skala, Spy yang dengan senang hati mengajari penulis cara menghitung skala melalui SPSS, dan Bu Shanti yang berbaik hati membantu penulis ketika menyusun abstrak dalam Bahasa Inggris.

  14. Teman(teman angkatan 2007 yang akan selalu penulis ingat : Oppie, Gallo, Erin, Nenis, Tina, Sari, serta Wiwid teman seperjuangan Mitra Perpustakaan Paingan; Susan, Nyak (Putri), Damar, dan Valle teman seperjuangan ketika harus antri lama menunggu giliran bimbingan dengan Bu Sylvi; serta teman( teman lain yang tidak bisa disebutkan satu persatu, terima kasih atas kebersamaan dan canda tawanya sehingga membuat penulis lebih semangat dalam menyelesaikan penulisan skripsi.

  15. Kepala sekolah, para guru, serta para siswa SMP N 3 Godean, SMP N 16 Yogyakarta, dan SMP PGRI Kasihan yang sudah membantu peneliti dalam mengumpulkan data penelitian. xi

  16. Keluarga besar KB dan TK Pedagogia FIP UNY serta TK Indriyasari Pugeran. Terima kasih atas kesempatan yang diberikan sehingga penulis bisa belajar mengenal dan memahami dunia anak(anak yang begitu menyenangkan.

  17. Teman(teman penulis semasa sekolah dulu : Cecil (Nana), Savi, Febri, Asih, Ana, Dini, Dilla, serta teman(teman lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Terima kasih atas semangat dan dukungannya kepada penulis supaya segera menyelesaikan penulisan skripsi.

  18. Kepada semua pihak yang telah membantu dan teman(teman yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, terima kasih atas kehadirannya dalam hidup penulis dan atas segala dukungan yang telah diberikan. Akhir kata, penulis mohon maaf apabila dalam penulisan skripsi ini terdapat berbagai kekurangan. Namun, penulis berharap hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua yang membaca.

  Yogyakarta, 29 Oktober 2012 Penulis xii

  DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL ................................................................................................... ..i HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING............................................. ii HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI .................................................................... iii HALAMAN MOTTO .................................................................................................. iv HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................................. iv HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .................................................. v ABSTRAK ................................................................................................................ vi

  

63 62 ............................................................................................................... vii

  HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH .............................. viii KATA PENGANTAR ................................................................................................. ix DAFTAR ISI ............................................................................................................. xiii DAFTAR TABEL..................................................................................................... xvii DAFTAR SKEMA .................................................................................................. xviii DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... xvix

  BAB I. PENDAHULUAN ......................................................................................... 1 A. Latar Belakang Masalah......................................................................... 1 B. Tujuan Penelitian .................................................................................... 7 C. Manfaat Penelitian .................................................................................. 7

  1. Manfaat Teoritis ............................................................................... 7

  2. Manfaat Praktis ................................................................................. 7 xiii

  BAB II. LANDASAN TEORI ..................................................................................... 8 A. Saudara Kandung ( ) ..................................................................... 8

  1. Pengertian Saudara Kandung ( ) ............................................. 8 2. Faktor(faktor yang Mempengaruhi Hubungan Antarsaudara ............

  Kandung ............................................................................................ 9

  B. ...................................................................................... 12

  1. Pengertian .............................................................. 12

  2. Aspek ..................................................................... 14

  3. Faktor(faktor yang Mempengaruhi ........................ 17

  C. Remaja Awal ......................................................................................... 20

  1. Pengertian dan Batasan Usia Remaja Awal .................................... 20 2. pada Remaja Awal ................................................. 22

  D. Jarak Usia Kelahiran ............................................................................. 23

  1. Pengertian Jarak Usia Kelahiran ..................................................... 23

  2. Dampak Jarak Usia Kelahiran terhadap ................ 24

  E. Jumlah Saudara Kandung...................................................................... 26

  F. Jenis Kelamin Antarsaudara Kandung .................................................. 27

  G. Hubungan antara dengan Jarak Usia Kelahiran dan Jumlah Saudara Kandung pada Remaja Awal ...................................... 29

  H. Hipotesis................................................................................................ 34

  BAB III. METODOLOGI PENELITIAN .................................................................. 35 A. Jenis Penelitian...................................................................................... 35 xiv

  B. Identifikasi Variabel Penelitian............................................................. 35

  C. Definisi Operasional.............................................................................. 35 1. ................................................................................. 35

  2. Jarak Usia Kelahiran ....................................................................... 36

  3. Jumlah Saudara Kandung................................................................ 36

  4. Jenis Kelamin Antarsaudara Kandung ............................................ 37

  D. Subjek Penelitian................................................................................... 37

  E. Metode dan Alat Pengumpulan Data .................................................... 38

  F. Kredibilitas Alat Ukur........................................................................... 40

  1. Validitas .......................................................................................... 40

  2. Seleksi Item ..................................................................................... 41

  3. Reliabilitas ...................................................................................... 43

  G. Metode Analisis Data............................................................................ 43

  H. Pelaksanaan

  5 ............................................................................. 44

  BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ........................................... 45 A. Pelaksanaan Penelitian .......................................................................... 45 B. Deskripsi Karakteristik Subjek Penelitian ............................................ 45 C. Deskripsi Data Penelitian...................................................................... 47 D. Hasil Penelitian ..................................................................................... 48

  1. Uji Asumsi ...................................................................................... 48

  2. Uji Hipotesis ................................................................................... 50

  E. Pembahasan........................................................................................... 52 xv

  BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN.................................................................... 56 A. Kesimpulan ........................................................................................... 56 B. Saran...................................................................................................... 57 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 59 LAMPIRAN ............................................................................................................... 63 xvi

  DAFTAR TABEL

  Tabel 1 Skor Jawaban Subjek pada Skala ................................. 39 Tabel 2

  3 Skala Sebelum Uji Coba............................. 40

  Tabel 3 Spesifikasi Item Skala Setelah Uji Coba...................... 42 Tabel 4 Spesifikasi Item Skala Setelah Uji Coba dan untuk

  Penelitian............................................................................................... 42 Tabel 5 Deskripsi Usia Subjek Penelitian .......................................................... 46 Tabel 6 Deskripsi Jumlah Saudara Kandung Subjek ......................................... 46 Tabel 7 Deskripsi Jenis Kelamin Subjek dan Saudara Kandung Berdasarkan

  Kedekatan Usia ..................................................................................... 46 Tabel 8 Deskripsi Kedekatan Jarak Usia Subjek dengan Saudara

  Kandungnya .......................................................................................... 47 Tabel 9 Deskripsif Data Penelitian..................................................................... 47 Tabel 10 Ringkasan Uji Normalitas ..................................................................... 49 Tabel 11 Ringkasan Uji Linearitas....................................................................... 49 Tabel 12 Hasil Analisis Korelasi Parsial antara , Jarak Usia

  Kelahiran, dan Jumlah Saudara Kandung dengan Variabel Kontrol (Jenis Kelamin Antarsaudara Kandung) ............................................... 50 xvii

DAFTAR SKEMA

  Skema 1 Hubungan antara dengan Jarak Usia Kelahiran dan Jumlah Saudara Kandung pada Remaja Awal ...................................... 33 xviii

  DAFTAR LAMPIRAN

  Lampiran 1 Format Skala untuk Uji Coba ...................................... 64 Lampiran 2 Uji Reliabilitas dan Seleksi Item (Uji Coba) ........................................ 72 Lampiran 3 Format Skala untuk Penelitian..................................... 80 Lampiran 4 Uji Asumsi............................................................................................ 84 Lampiran 5 Uji Hipotesis (Korelasi Parsial)............................................................ 86 Lampiran 6 Surat Keterangan Penelitian dari SMP N 3 Godean ............................. 87 Lampiran 7 Surat Izin Pemerintah Kota Yogyakarta ............................................... 88 Lampiran 8 Surat Keterangan Penelitian dari SMP N 16 Yogyakarta..................... 89 Lampiran 9 Surat Keterangan Penelitian dari SMP PGRI Kasihan......................... 90 xix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saudara kandung adalah orang yang paling penting dalam kehidupan

  anak setelah orang tua. Bersama saudaranya, anak bisa bermain bersama, belajar untuk saling menolong, berbagi, dan mengajari. Selain itu, saudara kandung juga bisa bertindak sebagai dukungan emosional dan mitra komunikasi bagi saudaranya yang lain (Carlson dalam Santrock, 2007). Akan tetapi, hubungan antarsaudara kandung tidak selalu berjalan dengan baik. Adakalanya, perkelahian atau persaingan bisa saja terjadi (Carlson dalam Santrock, 2007), bahkan berlanjut ke hubungan yang agresif dan kasar (Noller, 2005; Volling, 2002; Zukow(Goldring, 2002, dalam Santrock, 2007).

  Menurut Susilowati (2006), persaingan antarsaudara merupakan hal wajar pada anak yang sedang menyesuaikan dengan kondisi baru. Biasanya persaingan muncul ketika ada kelahiran anak kedua, dan anak pertama belum dipersiapkan terlebih dahulu bahwa dia akan memiliki adik. Selama ini, anak pertama atau anak sulung selalu mendapat kasih sayang dan perhatian penuh dari orang tuanya. Namun, sejak kehadiran saudara baru, perhatian dan waktu orang tua akan lebih tersita olehnya. Bisa dipastikan dengan perubahan itu, anak sulung merasa iri dan tersaingi (Priatna & Yulia, 2006).

  Kondisi tersebut sesuai dengan pendapat Getlieb dan Mendelson (dalam Kail, 2001) yang mengemukakan bahwa lahirnya adik baru menimbulkan

  1

  2 suatu permasalahan bagi anak sulung, dimana anak sulung harus berbagi cinta, kasih sayang, dan perhatian orang tua kepada adiknya. Keadaan inilah yang kemudian memicu timbulnya perasaan permusuhan dan iri terhadap saudara kandung, dimana saudara dianggap sebagai saingan atau lebih dikenal sebagai (Cholid, 2004).

  Menurut Dwiputri (2010), bisa berlangsung dari usia anak(anak sampai remaja bahkan dewasa. Konsep tersebut sejalan dengan pendapat Priatna dan Yulia (2006) yang mengungkapkan bahwa yang terus dipupuk sejak anak(anak bisa membuat mereka akan terus bersaing dan mendengki saat beranjak dewasa. Akan tetapi, dibandingkan dengan usia tahapan lainnya, tingkat konflik antarsaudara kandung pada masa remaja termasuk sangat tinggi (Buhrmester & Furman, 1990, dalam Santrock, 2003). Remaja adalah usia yang rentan dimana kemampuan analisis serta kontrol emosinya masih rendah. Selain itu, konsep dirinya juga belum matang dan masih terlalu mudah meniru perilaku dari idola. Seorang remaja tidak lagi dapat disebut sebagai anak kecil, tetapi belum dapat dianggap sebagai orang dewasa. Di satu sisi remaja ingin bebas dan mandiri, lepas dari pengaruh orang tua, tetapi di sisi lain remaja masih tetap membutuhkan bantuan dan dukungan dari orang tuanya. Salah satunya remaja ingin dimengerti oleh orang tua bahwa dia dan saudara kandungnya adalah individu berbeda.

  Hal ini terkait dengan tahap perkembangan remaja yang sedang berusaha mengembangkan identitas berbeda untuk dirinya sendiri (Woolfson, 2004).

  Pada tahap ini, remaja sudah mampu melihat bahwa ada perbedaan antara

  3 dirinya dengan saudaranya dalam hal nilai akademis, bakat, selera atau ketertarikan terhadap bidang(bidang tertentu, misalnya selera musik, berpakaian, buku bacaan, dan ketertarikan pada seni rupa, bermusik, atau teater. Terkadang, remaja mengagumi dan ingin meniru saudaranya, tetapi perbedaan karakter tersebut juga dapat memunculkan rasa iri hati dan perasaan tersaingi hingga akhirnya timbul (Apter dalam Kartika, 2010).

  Bomb (dalam Binotiana, 2008) berpendapat bahwa bisa membawa dampak positif bagi hubungan antarsaudara kandung, terutama terlihat dari penyelesaian pertengkaran pada pasangan saudara kandung. Pertengkaran pada pasangan saudara kandung akan melatih anak untuk belajar bernegosiasi, berkompromi, dan menyelesaikan konflik dengan saudara kandungnya. Namun, tidak semua anak siap untuk bersaing dengan saudara kandungnya (Steinberg 2003, dalam Binotiana, 2008). Anak bisa menjadi tertekan, rendah diri, dan mungkin bisa memicu tindakan yang menyakiti saudaranya karena tidak siap bersaing dengan saudaranya (Cholid, 2004). Menurut Gultom (2011), dampak yang paling nyata akibat bagi remaja adalah rasa minder atau rendah diri jika berhadapan dengan orang lain. Selain rendah diri, dampak lain yang bisa ditimbulkan akibat antara lain , merasa diabaikan, labil, merasa tidak nyaman, mudah stres, serta kurang sensitif dengan lingkungan.

  Hal ini tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Feinberg dan Hetherinton (2000) terhadap 720 pasangan saudara kandung berusia

  4 remaja. Berdasarkan penelitian tersebut diketahui bahwa pasangan saudara kandung yang mengalami konflik cenderung menunjukkan perilaku antisosial dan tanggung jawab sosial yang rendah. Di Indonesia sendiri, termasuk alasan yang paling sering mendasari individu melakukan sesuatu di luar dugaan terhadap keluarganya sendiri (Gultom, 2010). Misalnya saja, kasus Ical yang tega membunuh orang tua dan adik(adiknya beberapa tahun yang lalu karena telah lama memendam perasaan ‘dianaktirikan’ (Gultom, 2010). Kasus Ical tersebut menjadi bukti bahwa perasaan cemburu dan teracuhkan yang dialami ketika masih anak(anak bisa terbawa atau bahkan muncul ketika seseorang sudah dewasa. Menurut Gultom (2010), sebagai seorang remaja yang memiliki emosi labil, Ical seperti menyimpan bom waktu yang bisa meledak suatu waktu atau pada situasi tertentu karena terus menerus menekan perasaan ‘dianaktirikan’. Itu sebabnya banyak fenomena yang terjadi, seorang remaja secara tidak terduga tega membunuh orang tua atau saudaranya sendiri. Padahal dalam kesehariannya, orang tersebut dikenal baik dan sopan terhadap keluarganya. tidak selalu hanya dialami oleh anak pertama atau saudara yang lebih tua. Seiring dengan bertambahnya usia, saudara yang berusia lebih muda juga bisa memiliki perasaan iri terhadap kakaknya. Si adik merasa bahwa kakaknya diberi lebih banyak kebebasan oleh orang tua mereka (Woolfson, 2004). Hal ini dapat dilihat dari pengalaman pribadi Linda Ziskind yang dimuat dalam buku ( karangan Terri Apter (Zizkind dalam Kartika, 2010). Menurut cerita Linda, dia merasa tersaingi

  5 dan benci saat adiknya perempuannya lahir karena membuat orang(orang di sekelilingnya beralih memperhatikan adiknya. Bahkan, perasaan tersebut terus berlanjut sampai dia berusia remaja. Di sisi lain, adiknya yang mulai beranjak dewasa juga sering memprotes sikap orangtua karena mengizinkan Linda pulang lebih larut atau pergi ke luar kota dengan teman(temannya. yang dialami oleh Linda Ziskind dan saudaranya di atas salah satunya dapat disebabkan karena jarak usia kelahiran mereka yang berdekatan. Kedekatan usia membuat potensi munculnya persaingan menjadi semakin hebat karena mereka memiliki kebutuhan yang serupa sehingga antara satu saudara dengan saudaranya yang lain saling bersaing untuk memperebutkan cinta dan perhatian yang sama dari orang tuanya (Faber & Mazlish, 1987; Freud, 1955; Ihinger, 1975, dalam Raffaelli, 1992). Hal tersebut didukung oleh Pope (2009) yang mengatakan bahwa jarak usia antara satu saudara dengan saudara kandung yang lain memiliki pengaruh yang besar terhadap perkembangan emosi, tingkat agresivitas, dan juga hubungan saudara kandung. Semakin dekat jarak usia antarsaudara kandung, kemungkinan munculnya perilaku menyakiti saudara kandungnya secara fisik dan agresivitas akan semakin besar.

  Puspitasari (2003) menambahkan bahwa anak yang berjenis kelamin sama dan memiliki jarak usia kelahiran yang berdekatan dengan saudara kandungnya seperti pengalaman pribadi Linda Ziskind tersebut akan cenderung lebih mudah merasa cemburu dan benci terhadap saudaranya. Hal itu didukung juga oleh beberapa pendapat yang mengatakan bahwa pasangan

  6 saudara berjenis kelamin sama dengan jarak usia yang berdekatan, serta kurangnya interaksi yang positif akan lebih banyak mengalami persaingan dan konflik (Dunn & Kendrick, 1981; Minnett, Vandell & Santrock, 1983).

  Menurut Ambarini (2006), kurangnya interaksi yang positif antarsaudara kandung disebabkan oleh jumlah saudara kandung di dalam sebuah keluarga.

  Semakin sedikit jumlah anak di dalam keluarga, kesempatan anak untuk berinteraksi dengan saudara kandungnya akan semakin kurang bervariasi (Ambarini, 2006). Hal tersebut membuat intensitas kebersamaan antara satu saudara dengan saudara yang lain menjadi tinggi sehingga kemungkinan munculnya akan lebih besar (Susilowati, 2011). Oleh Hurlock (2000), keluarga yang terdiri dari dua atau tiga orang anak disebut sebagai keluarga kecil. Artinya, anak yang tinggal di dalam keluarga kecil memiliki jumlah saudara yang sedikit pula. Padahal, hampir sebagian besar keluarga di Indonesia pada umumnya adalah keluarga kecil dimana anggota keluarganya hanya terdiri dari orang tua dan dua atau tiga orang anak saja (Survei Demografi dan Kesehatan, 2007, dalam Wahyuningsih, 2011).

  Melihat pentingnya jarak usia dan jumlah saudara kandung bagi hubungan antarsaudara kandung tersebut, membuat peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut mengenai hubungan antara dengan jarak usia dan jumlah saudara kandung khususnya pada anak usia remaja awal.

  7 B. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara dengan jarak usia kelahiran dan jumlah saudara kandung khususnya pada usia remaja awal.

C. Manfaat Penelitian

  1. Manfaat Teoritis

  Memberikan manfaat untuk menambah kajian ilmiah bagi dunia ilmu pengetahuan khususnya ilmu psikologi perkembangan mengenai , jarak usia kelahiran, dan jumlah saudara kandung.

  2. Manfaat Praktis

  Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi pembaca dalam memahami perkembangan remaja awal, terutama mengenai .

BAB II LANDASAN TEORI A. Saudara kandung ( )

1. Pengertian Saudara Kandung ( )

  Saudara kandung ( ) adalah dua individu atau lebih yang memiliki orang tua biologis yang sama, baik itu saudara laki(laki ataupun perempuan (Reber & Reber, 2010). Selain itu, saudara kandung ( ) dapat juga diartikan sebagai suatu hubungan sedarah antara dua atau lebih kakak beradik di dalam keluarga inti (Corsini, 1994, dalam Permatasari, 2009). Keluarga inti yang dimaksud adalah keluarga yang terdiri dari orang tua dan anak(anaknya, tidak termasuk orang(orang yang tinggal serumah seperti kakek, nenek, paman, bibi, atau pembantu (Corsini, 1994, dalam Permatasari, 2009). Kakak beradik yang terikat dalam hubungan saudara kandung biasanya tinggal bersama dengan orang tua dalam satu rumah. Kondisi ini jelas memberi kesempatan bagi saudara kandung untuk saling mempengaruhi satu sama lain dalam sebuah interaksi longitudinal dengan melibatkan kontak fisik dan emosional (Hapsari, 2001, dalam Ambarini, 2006).

  Konsep di atas sesuai dengan pendapat Berkell (dalam Hurlock, 2000) yang mengatakan bahwa saudara kandung adalah suatu hubungan yang bertahan paling lama dan paling berpengaruh dalam kehidupan seorang anak. Menurut Patterson (dalam Susilowati, 2011), bagi sebagian

  8

  9 besar anak, saudara kandung yang lebih tua merupakan seseorang yang memiliki pengaruh besar dalam kehidupan mereka, khususnya dalam memberi dukungan, kerja sama, dan petunjuk. Namun, saudara yang lebih tua juga bisa menjadi sumber konflik dan model peran yang negatif. Cicirelli (dalam Susilowati, 2011) menambahkan bahwa hubungan saudara kandung dapat mengarah pada perasaan positif, yaitu rasa kasih sayang, melindungi, dan membantu atau justru perasaan negatif yang dapat menimbulkan persaingan dan permusuhan seperti rasa iri, benci, dan marah. Ikatan emosional yang positif ataupun negatif selalu akan memunculkan reaksi perilaku yang berbeda terhadap saudara kandungnya.

  Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa saudara kandung ( ) merupakan hubungan sedarah antara dua atau lebih saudara laki(laki ataupun perempuan yang tinggal serumah di dalam keluarga inti sehingga memungkinkan bagi saudara sekandung untuk memiliki pengaruh yang amat besar bagi saudara yang lain.

2. Faktor5faktor yang Mempengaruhi Hubungan Antarsaudara Kandung

  Hurlock (2000) mengemukakan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi hubungan antarsaudara kandung, antara lain : a. Sikap Orang Tua

  Tanpa disadari sebagian orang tua cenderung memberikan perhatian yang berbeda terhadap anak(anaknya. Menurut Hurlock (2000),

  10 sikap orang tua terhadap anak dipengaruhi oleh perilaku dan usaha anak tersebut dalam memenuhi keinginan dan harapan orang tuanya.

  b. Urutan Kelahiran Orang tua cenderung memberi peran anak menurut urutan kelahirannya. Anak yang lebih tua diharapkan dapat memberikan contoh yang baik, bertanggung jawab, bersikap dewasa, mengalah, dan membimbing adik(adiknya. Di sisi lain, anak yang lebih muda bisa merasa terintimidasi karena wewenang yang diberikan orang tua terhadap kakaknya tersebut (Zainal, 2003). Menurut Hurlock (2000), peran yang diberikan orang tua kepada anak bukanlah peran yang mereka pilih sendiri. Oleh karena itu, kemungkinan terjadi perselisihan besar sekali jika anak tidak menyukai peran yang orang tua berikan kepadanya.

  c. Jenis Kelamin Saudara Kandung Perbedaan jenis kelamin mempengaruhi kualitas hubungan antarsaudara kandung dalam hal kedekatan dan konflik. Menurut Leder (dalam Waluyo, 2010), ada tiga tipe pasangan antarsaudara kandung yaitu laki(laki dengan laki(laki, perempuan dengan perempuan, dan perempuan dengan laki(laki. Namun, diantara pasangan di atas, pasangan kakak dan adik perempuan cenderung memiliki hubungan yang dekat. Sebaliknya, persaingan akan lebih banyak terjadi pada pasangan kakak dan adik laki(laki.

  11

  d. Jarak Usia Antarsaudara Kandung Berbanding terbalik dengan jarak usia kelahiran yang jauh, jarak usia yang dekat memiliki pengaruh negatif terhadap kedekatan antarsaudara kandung, tetapi berpengaruh positif dengan konflik dan persaingan (Susilowati, 2011).

  e. Jumlah Saudara Kandung Semakin sedikit jumlah anak dalam sebuah keluarga (dua sampai tiga orang anak), kesempatan untuk berinteraksi secara ekstensif antara orang tua dan anak semakin besar. Namun, kesempatan untuk interaksi yang bervariasi antara saudara kandung semakin sedikit (Ambarini, 2006). Kondisi ini membuat anak yang memiliki jumlah saudara relatif sedikit akan lebih banyak mengalami perselisihan dibanding mereka yang memiliki jumlah saudara yang banyak, yakni lebih dari lima orang saudara kandung (Hurlock, 2000).

  f. Jenis Disiplin Hubungan antarsaudara kandung tampak lebih rukun dalam keluarga yang menggunakan disiplin otoriter dibanding dengan keluarga yang menerapkan pola disiplin autoritatif atau permisif. Di sisi lain, keluarga yang menerapkan pola disiplin autoritatif dengan membuat batasan dan kendali yang tegas terhadap anak(anaknya akan membuat hubungan antarsaudara kandung akan terjalin lebih terkendali dibanding pola disiplin permisif yang membiarkan anak bertindak sesuka hati (Hurlock, 1996).

  12

  g. Pengaruh Orang Lain Menurut Hurlock (2000), kehadiran orang luar di rumah, tekanan orang luar pada anggota keluarga, atau perbandingan anak dengan saudara kandungnya oleh orang luar dapat mempengaruhi hubungan antarsaudara kandung.

  Berdasarkan uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa ada dua faktor yang dapat mempengaruhi hubungan antarsaudara kandung.

  Pertama, faktor yang berkaitan dengan ciri(ciri saudara kandung itu sendiri, yaitu jarak usia antarsaudara kandung, urutan kelahiran, jumlah saudara kandung, dan jenis kelamin saudara kandung. Kedua, faktor yang lebih berkaitan dengan orang tua, seperti pola disiplin dan sikap orang tua, serta sikap sanak keluarga lainnya (pengaruh orang lain).

  B.

1. Pengertian

  Menurut Shaffer (dalam Yati & Mangunsong, 2008), adalah perasaan iri hati, kompetisi atau persaingan, dan kebencian yang timbul di antara dua atau lebih saudara kandung. Pendapat tersebut sejalan dengan Phelan (dalam Binotiana, 2008) yang mendefinisikan sebagai hubungan antarsaudara kandung yang negatif dimana di dalamnya terkandung unsur(unsur kompetisi, kecemburuan, kemarahan, dan kebencian.

  13 biasa muncul ketika anak berusia antara satu sampai tiga tahun dan lebih terlihat ketika anak berusia tiga sampai lima tahun (Milman & Schaefer, 1989). Selanjutnya, akan terjadi lagi di usia 8 ( 12 tahun pada usia sekolah. Schacfhter (dalam Feinberg dan Hetherington, 2000) menambahkan bahwa anak di usia 6 ( 14 tahun pada usia sekolah juga bisa mengalami . Hal tersebut sesuai dengan pendapat Brody, Stoneman, dan McCoy (dalam Feinberg & Hetherington, 2000) yang menyatakan bahwa biasa muncul pada masa kanak(kanak pertengahan sampai remaja awal. dapat terjadi antara adik dan kakak laki(laki, adik dan kakak perempuan dengan kakak laki(laki ataupun sebaliknya (Chaplin,

  2001). Namun, seringkali muncul saat si kakak memiliki saudara yang lebih muda (Milman & Schaefer, 1989). Menurut Shaffer (dalam Binotiana, 2008), tidak semata(mata timbul saat anak berusaha merebut perhatian orang tua karena kehadiran anggota keluarga baru, yaitu adik. Akan tetapi, di awali dengan kehadiran adik kemudian berkembang untuk merebut cinta, kasih sayang orang tua, serta penghargaan lain. Konsep Shaffer di atas sesuai dengan pendapat VandenBos (2007) yang mengungkapkan bahwa persaingan antara pasangan kakak adik tidak hanya memperebutkan kasih sayang dan perhatian orang tua, tetapi juga prestasi sekolah atau penghargaan( penghargaan lainnya di luar sekolah seperti olahraga, seni, dan lainnya.

  14 Seiring dengan bertambahnya usia, tidak hanya terjadi pada anak yang lebih tua. Anak yang lebih muda juga dapat memiliki perasaan iri terhadap kakaknya, khususnya bila mereka menganggap kakaknya diberi lebih banyak kebebasan, boleh tidur lebih malam, atau mendapatkan lebih banyak pakaian baru (Woolfson, 2004).

  Berdasarkan pemikiran yang telah dipaparkan di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud merupakan kecenderungan persaingan antara individu dengan saudara kandungnya yang lebih tua ataupun muda baik itu berjenis kelamin sama maupun berbeda yang disertai perasaan negatif berupa iri hati dan benci terhadap saudara kandungnya tersebut.

2. Aspek

  Menurut Shaffer (dalam Yati & Mangunsong, 2008), merupakan perasaan iri hati, kompetisi atau persaingan, dan kebencian yang timbul di antara dua atau lebih saudara kandung. Berdasarkan konsep tersebut maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa aspek(aspek

  , meliputi :

  a. Aspek iri Menurut Thompson (dalam Binotiana, 2008), iri dapat didefinisikan sebagai emosi atau perasaan negatif yang diikuti ancaman kehilangan kasih sayang dan perhatian dari orang tua karena adanya saingan ( ) yaitu saudara kandungnya. Biasanya, iri muncul ketika anak yang lebih tua merasa bahwa hubungan antara dirinya

  15 dan orang tua mulai berubah dari pusat perhatian menjadi ‘salah satu anak’ karena kehadiran adik. Namun, perasaan iri tidak hanya terjadi pada anak yang lebih tua. Anak yang lebih muda juga dapat merasa iri dengan saudara tuanya ketika dia merasa kalah atau lebih rendah (rendah diri) melihat saudaranya lebih berkembang atau berprestasi (Wigley, 2000, dalam Faturochman, 2006). Ada tiga hal yang terdapat dalam iri, yaitu orang yang mengalami iri, atau orang lain yang menjadi saingannya, dan objek iri. Dalam , tersebut adalah saudara kandungnya dan objek iri dapat berupa kasih sayang dan perhatian dari orang tua (Dunn & Kendrick, 1981).

  b. Aspek bersaing Bersaing dalam lingkup saudara kandung dapat diartikan sebagai usaha memperlihatkan keunggulan atau kelebihan diri sendiri untuk menunjukkan bahwa dia lebih baik dari saudara kandungnya dengan tujuan memperebutkan perhatian orang tua (VandenBos 2007).

  Menurut Anderson (dalam Binotiana, 2008), persaingan untuk memperebutkan perhatian orang tua merupakan manifestasi yang dapat memunculkan reaksi emosi yang ekstrim pada pasangan kakak adik. Klagsburn (dalam Binotiana, 2008) menambahkan bahwa ada dua tipe , yaitu bersaing untuk cinta dan perhatian dari orang tua mereka dan bersaing untuk kekuatan dan penghargaan. Awalnya, kakak atau adik saling bersaing untuk merebut perhatian dari orang tua mereka. Akan

  16 tetapi, seiring bertambahnya usia, persaingan mereka berkembang menjadi persaingan untuk kekuatan dan penghargaan seperti prestasi sekolah atau kejuaraan di bidang olahraga. Persaingan pada anak umumnya akan berlanjut selama usia prasekolah dan usia sekolah dimana anak yang lebih tua menjadi pihak yang mendominasi dan anak yang lebih muda menjadi pihak yang mengeluh (Abramovitch, Pelper, Corter & Stanhope, 1986, dalam Marvin & Stewart, 1984).

  c. Aspek benci Dalam lingkup saudara kandung, benci adalah perasaan negatif berupa rasa sakit, kemarahan, dan permusuhan yang disertai dengan keinginan individu untuk melukai atau menyakiti saudara kandungnya tersebut (Reber & Reber, 2010). Menurut Freud (dalam Bank & Kahn, 1982), dalam hubungan saudara, seorang anak tidak sepenuhnya mencintai saudaranya. Mereka membenci saudaranya seperti musuh atau saingan karena dianggap sebagai ancaman atau penghalang untuk mendapatkan perhatian orang tua secara penuh.

  Hal tersebut sesuai dengan pendapat Hurlock (1992) yang mengungkapkan bahwa perilaku bisa membuat anak bersikap berpura(pura mencintai saudaranya. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa aspek dalam penelitian ini adalah iri, bersaing, dan benci. Dalam konteks , orang yang menjadi saingan ( ) adalah saudara kandung dan perhatian orang tua merupakan objek yang

  17 dipersaingkan. Sedangkan, dalam konteks persaingan lainnya, orang yang menjadi saingan bisa teman kuliah, teman kerja, sahabat, tetangga, atau pacar, tetapi jelas bukan saudara kandung. Selain itu, objek yang dipersaingkan juga lebih luas bisa dalam hal pengembangan pribadi, akademis, relasi sosial, cinta, atau materi.

3. Faktor5faktor yang Mempengaruhi

  Menurut Priatna dan Yuliana (2006), ada dua faktor yang dapat mempengaruhi , yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah faktor yang tumbuh dan berkembang dalam diri seseorang anak, sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari kesalahan orang tua dalam mendidik anak(anaknya.

  Berikut ini beberapa faktor yang mempengaruhi (Priatna & Yuliana, 2006), antara lain :

  a. Faktor Internal 1). Temperamen

  Temperamen dapat mempengaruhi reaksi anak akibat kehadiran adik dalam keluarga, serta mempengaruhi besarnya yang terjadi pada anak tersebut. Misalnya, anak yang lebih aktif dan cenderung akan memiliki masalah tingkah laku yang berkaitan dengan kecemburuan, pertengkaran, dan konflik dengan saudara kandungnya (Dunn & Plomin, 1989, dalam Bonitiana, 2008).

  18 2). Sikap Anak dalam Mencari Perhatian Orang Tua

  Tanpa disadari sebagian orang tua cenderung memberikan perhatian yang berbeda pada anak(anaknya, khususnya pada anak yang memiliki masalah kesehatan atau berkebutuhan khusus. Perhatian orang tua akan terfokus pada anak yang mengalami masalah dan terkesan mengabaikan anak lain yang dianggap ‘normal’. Hal tersebut membuat anak yang dianggap ‘normal’ tersebut merasa iri dan berusaha untuk mencari perhatian orang tuanya baik dengan cara yang menyenangkan ataupun menjengkelkan (Priatna & Yulia, 2006). 3). Jarak Usia Kelahiran

  Jarak usia kelahiran antara anak pertama, kedua, ataupun ketiga memiliki pengaruh yang penting dalam hubungan mereka.

  Semakin kecil jarak usia kelahiran mereka, kemungkinan terjadinya antara satu saudara dengan saudara yang lain cenderung semakin besar (Woolfson, 2004). Sebaliknya, semakin besar jarak usia kelahiran antarsaudara kandung, hubungan mereka cenderung lebih ramah, kooperatif, dan saling mengasihi (Susilowati, 2011). 4). Jenis Kelamin lebih sering terjadi pada pasangan anak yang berjenis kelamin sama (Millman & Schaefer, 1989). Namun, memiliki saudara kandung yang berbeda jenis kelaminnya juga

  19 bisa membuat anak merasa dibedakan dalam hal pembagian tugas. Salah satu contohnya, kakak laki(laki selalu diminta tolong orang tua untuk membantu saudara perempuannya mengerjakan pekerjaan rumah yang lebih berat (Priatna & Yulia, 2006). Di sisi lain, anak perempuan bisa membenci anak laki( laki karena mereka memiliki tugas(tugas rumah tangga lebih sedikit, dan mendapatkan keistimewaan untuk mengabaikannya (Hurlock, 1996).

  5). Ambisi Anak untuk Mengalahkan Anak yang Lain Untuk mendapatkan kembali perhatian orang tua yang pernah diperoleh sebelum kehadiran seorang adik, si kakak berusaha tampil menjadi anak yang terbaik dibanding saudaranya atau justru berusaha menjatuhkan adiknya dihadapan orang lain (Priatna & Yulia, 2006).

  b. Faktor Eksternal 1). Sikap Orang Tua yang Membanding(bandingkan

  Sikap membanding(bandingkan ataupun memberi pelabelan nama yang dilakukan orang tua kepada anak(anaknya dapat memupuk kemarahan, kebencian, dan iri hati anak kepada saudaranya (Sadarjoen, 2007). Hal tersebut bisa menyebabkan terjadinya peningkatan .

  20 2). Sikap Orang Tua yang Menganakemaskan Salah Satu Anak

  Menurut Kowal dan Kramer (dalam Kail, 2001), sikap orang tua yang mengistimewakan salah satu anak membuat saudara yang lain akan merasa tersisih sehingga bisa memunculkan

  . akan semakin kuat jika orang tua benar( benar menunjukkan anak favoritnya, terlebih apabila ayah cenderung memilih salah satu anak sebagai anak kesayangan (Anderson, 2006, dalam Binotiana, 2008).

  Berdasarkan uraian faktor di atas dapat disimpulkan bahwa faktor yang dapat mempengaruhi adalah faktor internal seperti temperamen, sikap anak dalam mencari perhatian orang tua, jarak usia, jenis kelamin, dan ambisi anak untuk mengalahkan anak lain, serta faktor eksternal yaitu sikap orang tua yang membanding(bandingkan anak dan adanya anak emas di antara anak yang lain.