BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian 4.1.1. Letak Geografis Kota Gorontalo - Kehidupan Subkultur Punk di Kota Gorontalo (Studi Kasus di Kota Gorontalo Provinsi Gorontalo) - Tugas Akhir

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

4.1.1. Letak Geografis Kota Gorontalo

  Kota Gorontalo adalah ibu kota Provinsi Gorontalo. Kota ini memiliki luas wilayah 64,79 km², 0,55% dari luas Provinsi Gorontalo. Secara geografis, Kota Gorontalo terletak antara 00° 28’ 17” – 00° 35’ 56” LU dan 122° 59’ 44” – 123° 05’ 59” BT. Daerah ini berbatasan langsung dengan Kecamatan Tapa Kabupaten Bone Bolango di sebelah utara, kecamatan Kabila Kabupaten Bone Bolango di sebelah timur, Teluk Tomini di sebelah selatan, serta kecamatan Telaga dan Batudaa Kabupaten Gorontalo disebelah barat.

  Kota ini merupakan dataran rendah dengan ketinggian 0–500 m di atas permukaan laut dengan curah hujan rata–rata 129 mm per bulan dan suhu rata-rata 26,5 °C. Wilayah ini menempati satu lembang yang sangat luas yang membentang hingga di wilayah Kabupaten Bone Bolango dan Kabupaten Gorontalo. Wilayah pinggiran pantainya berupa perbukitan yang tersusun dari batuan Karst termasuk yang berbatasan dengan pantai yang berada di Teluk Tomini.

  Menurut sejarah, Jazirah Gorontalo terbentuk kurang lebih 400 tahun lalu dan merupakan salah satu kota tua di Sulawesi selain Kota Makassar, Pare-pare dan Manado. Gorontalo pada saat itu menjadi salah satu pusat penyebaran agama Islam di Indonesia Timur yaitu dari Ternate, Gorontalo, Bone. Seiring dengan penyebaran agama tersebut Gorontalo menjadi pusat pendidikan dan perdagangan masyarakat di wilayah sekitar seperti Bolaang Mongondow (Sulut), Buol Toli- Toli, Luwuk Banggai, Donggala (Sulteng) bahkan sampai ke Sulawesi Tenggara.Gorontalo menjadi pusat pendidikan dan perdagangan karena letaknya yang strategis menghadap Teluk Tomini (bagian selatan) dan Laut Sulawesi (bagian utara).

  Kedudukan Kota Kerajaan Gorontalo mulanya berada di Kelurahan Hulawa Kecamatan Telaga sekarang, tepatnya di pinggiran sungai Bolango.

  Menurut Penelitian, pada tahun 1024 H, kota Kerajaan ini dipindahkan dari Keluruhan Hulawa ke Dungingi Kelurahan Tuladenggi Kecamatan Kota Barat sekarang.

  Kemudian dimasa Pemerintahan Sultan Botutihe kota Kerajaan ini dipindahkan dari Dungingi di pinggiran sungai Bolango, ke satu lokasi yang terletak antara dua kelurahan yaitu Kelurahan Biawao dan Kelurahan Limba B.

  Dengan letaknya yang stategis yang menjadi pusat pendidikan dan perdagangan serta penyebaran agama islam maka pengaruh Gorontalo sangat besar pada wilayah sekitar, bahkan menjadi pusat pemerintahan yang disebut dengan Kepala Daerah Sulawesi Utara Afdeling Gorontalo yang meliputi Gorontalo dan wilayah sekitarnya seperti Buol ToliToli dan, Donggala dan Bolaang Mongondow.

  Sebelum masa penjajahan keadaaan daerah Gorontalo berbentuk kerajaan- kerajaan yang diatur menurut hukum adat ketatanegaraan Gorontalo. Kerajaan- kerajaan itu tergabung dalam satu ikatan kekeluargaan yang disebut "Pohala'a". Menurut Haga (1931) daerah Gorontalo ada lima pohala'a :

  • Pohala'a Gorontalo Pohala'a Limboto • Pohala'a Suwawa • Pohala'a Boalemo • Pohala'a Atinggola •

  Dengan hukum adat itu maka Gorontalo termasuk 19 wilayah adat di Indonesia. Antara agama dengan adat di Gorontalo menyatu dengan istilah "Adat bersendikan Syara' dan Syara' bersendikan Kitabullah".

  Pohalaa Gorontalo merupakan pohalaa yang paling menonjol diantara kelima pohalaa tersebut. Itulah sebabnya Gorontalo lebih banyak dikenal.

  Asal usul nama Gorontalo terdapat berbagai pendapat dan penjelasan antara lain :

  • Berasal dari "Hulontalangio", nama salah satu kerajaan yang dipersingkat menjadi hulontalo.
  • Berasal dari "Hua Lolontalango" yang artinya orang-orang Gowa yang berjalan lalu lalang. Berasal dari "Hulontalangi" yang artinya lebih mulia. • Berasal dari "Hulua Lo Tola" yang artinya tempat berkembangnya ikan Gabus. • Berasal dari "Pongolatalo" atau "Puhulatalo" yang artinya tempat menunggu. • Berasal dari Gunung Telu yang artinya tiga buah gunung. • Berasal dari "Hunto" suatu tempat yang senantiasa digenangi air •

  Jadi asal usul nama Gorontalo (arti katanya) tidak diketahui lagi, namun jelas kata "hulondalo" hingga sekarang masih hidup dalam ucapan orang Gorontalo dan orang Belanda karena kesulitan dalam mengucapkannya diucapkan dengan Horontalo dan bila ditulis menjadi Gorontalo.Pada tahun 1824 daerah Limo Lo Pohalaa telah berada di bawah kekusaan seorang asisten Residen disamping Pemerintahan tradisonal. Pada tahun 1889 sistem pemerintahan kerajaan dialihkan ke pemerintahan langsung yang dikenal dengan istilah "Rechtatreeks Bestur". Pada tahun 1911 terjadi lagi perubahan dalam struktur pemerintahan Daerah Limo lo pohalaa dibagi atas tiga Onder Afdeling yaitu :

  • Onder Afdeling Kwandang • Onder Afdeling Boalemo • Onder Afdeling Gorontalo Selanjutnya pada tahun 1920 berubah lagi menjadi lima distrik yaitu :
  • Distrik Kwandang • Distrik Limboto • Distrik Bone • Distrik Gorontalo • Distrik Boalemo Pada tahun 1922 Gorontalo ditetapkan menjadi tiga Afdeling yaitu :
  • Afdeling Gorontalo • Afdeling Boalemo • Afdeling Buol Sebelum kemerdekaan Republik Indonesia, rakyat Gorontalo dipelopori oleh Bpk. H. Nani Wartabone berjuang dan merdeka pada tanggal 23 Januari 1942. Selama kurang lebih dua tahun yaitu sampai tahun 1944 wilayah Gorontalo berdaulat dengan pemerintahan sendiri. Perjuangan patriotik ini menjadi tonggak
kemerdekaan bangsa Indonesia dan memberi imbas dan inspirasi bagi wilayah sekitar bahkan secara nasional. Oleh karena itu Bpk H. Nani Wartabone dikukuhkan oleh Pemerintah RI sebagai pahlawan perintis kemerdekaan.

  Pada dasarnya masyarakat Gorontalo mempunyai jiwa nasionalisme yang tinggi. Indikatornya dapat dibuktikan yaitu pada saat "Hari Kemerdekaan Gorontalo" yaitu 23 Januari 1942 dikibarkan bendera merah putih dan dinyanyikan lagu Indonesia Raya. Padahal saat itu Negara Indonesia sendiri masih merupakan mimpi kaum nasionalis tetapi rakyat Gorontalo telah menyatakan kemerdekaan dan menjadi bagian dari Indonesia.

  Selain itu pada saat pergolakan PRRI Permesta di Sulawesi Utara masyarakat wilayah Gorontalo dan sekitarnya berjuang untuk tetap menyatu dengan Negara Republik Indonesia dengan semboyan "Sekali ke Djogdja tetap ke Djogdja" sebagaimana pernah didengungkan pertama kali oleh Ayuba Wartabone di Parlemen Indonesia Timur ketika Gorontalo menjadi bagian dari Negara Indonesia Timur.

  Kota Gorontalo lahir pada hari Kamis, 18 Maret 1728 M atau bertepatan dengan Kamis, 06 Syakban 1140 Hijriah. Tepat tanggal 16 Februari 2001 Kota Gorontalo secara resmi ditetapkan sebagai ibu kota Provinsi Gorontalo (UU Nomor 38 Tahun 2000 Pasal 7).

  Sebelum terbentuknya Provinsi Gorontalo, Kota Gorontalo merupakan bagian dari Provinsi Sulawesi Utara. Gorontalo merupakan sebuah Kotapraja yang secara resmi berdiri sejak tanggal 20 Mei 1960, yang kemudian berubah menjadi Kotamadya Gorontalo pada tahun 1965. Nama Kotamadya Gorontalo ini tetap dipakai hingga pada tahun 1999. Selanjutnya, sejak diberlakukan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, di mana istilah Kotamadya sudah tidak dipakai lagi, digantikan dengan Kota, maka Gorontalo pun menyesuaikan namanya menjadi Kota Gorontalo hingga sekarang.

  Gorontalo dikenal sebagai salah kota perdagangan, pendidikan, dan pusat pengembangan kebudayaan Islam di Indonesia Timur. Sejak dulu Gorontalo dikenal sebagai Kota Serambi Madinah. Hal itu disebabkan pada waktu dahulu Pemerintahan Kerajaan Gorontalo telah menerapkan syariat Islam sebagai dasar pelaksanaan hukum, baik dalam bidang pemerintahan, kemasyarakatan, maupun pengadilan. Hal ini dapat dilihat dari filosofi budaya Gorontalo yang Islami berbunyi, "Adat bersendikan syarak; dan syarak bersendikan Kitabullah (Al- Quran)." Syarak adalah hukum yang berdasarkan syariat Islam. Karena itu, Gorontalo ditetapkan sebagai salah satu dari 19 daerah hukum adat di Indonesia.

  Raja pertama di Kerajaan Gorontalo yang memeluk agama Islam adalah Sultan Amai, yang kemudian namanya diabadikan sebagai nama perguruan tinggi Islam di Provinsi Gorontalo, STAIN Sultan Amai.

  Gorontalo juga dikenal sebuah salah satu dari empat kota utama di Sulawesi, yaitu (1) Makassar, (2) Manado, (3) Gorontalo, dan (4) Parepare. Dalam catatan sejarah Hulontalo sebagai singkatan dari Hulontalangi yang selanjutnya disebut Gorontalo. Pendiri Kota Gorontalo adalah Sultan Botutihe yang telah berhasil melaksanakan tugas-tugas pemerintahan atas dasar Ketuhanan dan prinsip-prinsip masyarakat.

  Walaupun Gorontalo telah ada dan terbentuk sejak tahun 1728 (sekitar 3 abad yang lalu), namun sebagai daerah otonom Kota Gorontalo secara resmi terbentuk pada tanggal 20 Mei 1960 sebagai pelaksanaan UU No. 29/1959 tentang pembentukan Dati II di Sulawesi. Wilayah hukum Kotapraja Gorontalo dibagi 3 kecamatan berdasarkan UU No. 29/1959 tersebut dan melalui Keputusan Kepala Daerah Sulawesi Utara No. 102 tanggal 4 Maret 1960 ditetapkan 39 kampung yang masih termasuk dalam wilayah Kotapraja Gorontalo yang terbagi atas 3 kecamatan yaitu Kecamatan Kota Selatan, Kecamatan Kota Barat dan Kecamatan Kota Utara.

  Sebutan Kotapraja sesuai dengan istilah yang digunakan dalam UU No. 18/1965 tentang Pemerintahan Daerah yang diganti dengan UU No. 5/1974 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan Daerah yang menggantikan istilah Kotapraja menjadi Kotamadya dan saat ini disebut Kota.

  Kota Gorontalo sejak dulu dikenal sebagai pusat perdagangan, pelayanan jasa lainnya, pendidikan dan pusat pengembangan kebudayaan Islam di Indonesia Timur. Sejak dulu Gorontalo dikenal sebagai Kota Serambi Madinah. Gorontalo juga dikenal sebagai salah satu kota tua dan empat kota utama di Sulawesi, yaitu Makassar, Manado, Gorontalo, dan Parepare.

  Kota Gorontalo lahir pada hari Kamis, 18 Maret 1728 M atau bertepatan dengan Kamis, 06 Syakban 1140 Hijriah. Walaupun Gorontalo telah ada dan terbentuk sejak tahun, namun sebagai daerah otonom Kota Gorontalo secara resmi terbentuk pada tanggal 20 Mei 1960 sebagai pelaksanaan UU No. 29/1959 tentang pembentukan Dati II di Provinsi Sulawesi Utara sebagai sebuah Kotapraja.

  Wilayah hukum Kotapraja Gorontalo dibagi 3 kecamatan berdasarkan UU No. 29/1959 tersebut dan melalui Keputusan Kepala Daerah Sulawesi Utara No.102 tanggal 4 Maret 1960 ditetapkan 39 kampung yang masih termasuk dalam wilayah Kotapraja Gorontalo yang terbagi atas 3 kecamatan yaitu Kecamatan Kota Selatan, Kecamatan Kota Barat dan Kecamatan Kota Utara.

  Pada tahun 1965, Nama Kotapraja Gorontalo ini disesuaikan dengan istilah yang digunakan dalam UU No.18/1965 tentang Pemerintahan Daerah yang diganti dengan UU No.5/1974 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan Daerah yang menggantikan istilah Kotapraja menjadi Kotamadya, sehingga kemudian berubah menjadi Kotamadya Gorontalo dan digunakan hingga tahun 1999.

  Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, di mana istilah Kotamadya sudah tidak dipakai lagi, digantikan dengan Kota, maka Gorontalo pun menyesuaikan namanya menjadi Kota Gorontalo hingga sekarang. Tepat tanggal 16 Februari 2001 Kota Gorontalo secara resmi ditetapkan sebagai ibu kota Provinsi Gorontalo.

  Sejak terbentuknya Provinsi Gorontalo, pada tahun 2003 terjadi pemekaran wilayah kecamatan di Kota Gorontalo sehingga bertambah menjadi 6 kecamatan yang sebelumnya memiliki 3 kecamatan, yaitu :

  1. Kecamatan Kota Selatan

  2. Kecamatan Kota Utara

  3. Kecamatan Kota Barat

  4. Kecamatan Kota Timur

  5. Kecamatan Kota Tengah

  6. Kecamatan Dungingi Lalu terjadi pemekaran wilayah lagi pada Maret 2011 menjadi 9 kecamatan, yaitu :

  1. Kecamatan Kota Selatan

  2. Kecamatan Kota Utara

  3. Kecamatan Kota Barat

  4. Kecamatan Kota Timur

  5. Kecamatan Kota Tengah

  6. Kecamatan Dungingi

  7. Kecamatan Dumbo Raya

  8. Kecamatan Hulonthalangi

  9. Kecamatan Sipatana Kesembilan kecamatan tersebut terdiri atas 50 kelurahan, 459 RW dan 1.302

  RT. Penduduk Kota Gorontalo pada tahun 2010 adalah 179.991 jiwa dengan tingkat kepadatan penduduk 2.778 jiwa/km². 9 kecamatan dan 50 kelurahan yang merupakan wilayah hokum Kota Gorontalo adalah sebagai berikut :

  1. Kota Selatan, terdiri atas 5 kelurahan, yaitu: (1) Biawao; (2) Biawu; (3) Limba B; (4) Limba U I ; dan (5) Limba U II.

  2. Kota Utara, terdiri atas 6 kelurahan, yaitu: (1) Dembe II; (2) Dembe Jaya; (3) Dulomo; (4) Dulomo Selatan; (5) Wongkaditi; dan (6) Wongkaditi Barat.

  3. Kota Barat, terdiri atas 7 kelurahan, yaitu: (1) Buladu; (2) Buliide; (3) Dembe I; (4) Lekobalo; (5) Molosipat W; (6) Pilolodaa; dan (7) Tenilo.

  4. Kota Timur, terdiri atas 6 kelurahan, yaitu: (1) Heledulaa; (2) Heledulaa Selatan; (3) Ipilo; (4) Moodu; (5) Padebuolo; dan (6) Tamalate.

  4 Kota Timur

  5 Total

  9 Hulonthalangi

  5

  8 Sipatana

  5

  7 Dumbo Raya

  6

  6 Kota Tengah

  5

  5 Dungingi

  6

  7

  5. Kota Tengah, terdiri atas 6 kelurahan, yaitu: (1) Dulalowo; (2) Dulalowo Timur; (3) Liluwo; (4) Paguyaman; (5) Pulubala; dan (6) Wumialo.

  3 Kota Barat

  5

  2 Kota Selatan

  6

  1 Kota Utara

  No Nama Kecamatan Jumlah Kelurahan

  Tabel 1. Jumlah Kecamatan Di Kota Gorontalo

  9. Sipatana, terdiri atas 5 kelurahan, yaitu: (1) Bulotadaa; (2) Bulotadaa Timur; (3) Molosipat U; (4) Tanggikiki; dan (5) Tapa.

  8. Hulonthalangi, terdiri atas 5 kelurahan, yaitu: (1) Donggala; (2) Pohe; (3) Siendeng; (4) Tanjung Kramat; dan (5) Tenda.

  7. Dumbo Raya, terdiri atas 5 kelurahan, yaitu: (1) Botu; (2) Bugis; (3) Leato Selatan; (4) Leato Utara; dan (5) Talumolo.

  6. Dungingi, terdiri atas 5 kelurahan, yaitu: (1) Huangobotu; (2) Libuo; (3) Tomulabutao; (4) Tomulabutao Selatan; dan (5) Tuladenggi.

  50 Sumber: Bps Gorontalo

  1

  4.1.3. Demografi Kota Gorontalo

  . Pada tahun 2007 jumlah penduduk di Kota Gorontalo sebesar 162.325 jiwa dengan kepadatan penduduk 2.505 jiwa/Km

  2

  . Pada tahun 2006 jumlah penduduk berjumlah 158.36 dengan kepadatan penduduk sebesar 2.444 jiwa/Km

  2

  . Pada tahun 2005 berjumlah 156.39 jiwa dengan kepadatan penduduk sebesar 2.414 jiwa/Km

  2

  sehingga kepadatan penduduk menjadi 2.286 jiwa/Km

  2

  Jumlah penduduk Kota Gorontalo setiap tahun mengalami perubahan, dari tahun 2004 sejumlah 148.080 jiwa dengan luas wilayah sebesar 64.79 Km

  9. H. Adhan Dambea, S.Sos Tahun 2008 – sekarang (2013)

  4.1.2 Daftar Walikota

  8. Dr.H. Medi Botutihe Tahun 1998-2008

  7. Drs. Achmad Arbie Tahun 1993-1997

  6. Ir.H. Jusuf Dalie Tahun 1988-1993

  5. A.H Nadjamudin Tahun 1983-1988

  4. Drs. H.A. Nusi Tahun 1978-1983

  3. Letkol. Drs. Jusuf Bilondatu Tahun 1971-1978

  2. Taki Niode Tahun 1963-1971

  1. A.T.J.E Slamet Tahun 1961-1963

  Sejak terbentuknya Kota Gorontalo hingga saat ini telah dipimpin oleh 9 orang Walikota yang masing – masing adalah sebagai berikut : Tabel. 2. Daftar Wali Kota Gorontalo

  2 . Sedangkan pada tahun 2008 jumlah penduduk Kota Gorontalo naik

  2 sebesar 165.175 jiwa dengan kepadatan penduduk mencapai 2.549 jiwa/Km .

  Untuk tahun 2009 jumlah penduduk Kota Gorontalo naik sebesar 181.102 jiwa

  2

  dengan kepadatan penduduk mencapai 2.759 jiwa/Km , tahun 2010 jumlah penduduk Kota Gorontalo naik sebesar 184.185 jiwa dengan kepadatan penduduk

  2

  mencapai 2.842 jiwa/Km . dan untuk tahun 2011 jumlah penduduk Kota Gorontalo naik sebesar 194.153 jiwa dengan kepadatan penduduk mencapai 2.996

  2

  jiwa/Km . (Sumber,BPS Gorontalo.Kota Gorontalo dalam angka 2012 Daerah ini berbatasan langsung dengan Kecamatan Tapa Kabupaten Bone

  Bolango di sebelah utara, kecamatan Kabila Kabupaten Bone Bolango di sebalah timur, Teluk Tomini di sebelah selatan, kecamatan Telaga dan Batudaa Kabupaten gorontalo disebelah barat. Kota Gorontalo sejak dulu dikenal sebagai pusat perdagangan dan pelayanan jasa lainnya bagi Gorontalo dan sekitarnya, gorontolo merupakan kota tua di Sulawesi sama dengan Makasar.

  Keunggulan posisinya sangat menguntungkan kota Gorontalo yakni di poros pertumbuhan ekonomi antara dua kawasan ekonomi terpadu Batui (Sulawesi Tengah) dan Manado-Bitung (Sulut). Letaknya yang strategis ini sebagai daerah transit seluruh komoditas dari dan kedua Kapet tersebut. Fungsi dan peranan pelabuhan lautnya menjadi sangat vital dalam kerangka perdagangan di Teluk Tomini, sehingga kota gorontalo berperan sebagai pintu arus barang dan orang di kawasan barat Sulawesi utara, termasuk Teluk Tomini dan sekitarnya. Komoditas yang banyak dikirim lewat Pelabuhan, baik untuk perdagangan regional maupun ekspor untuk mancanegara antara lain jagung, rotan, hasil laut dan damar. Komoditas itu berasal dari daerah penghasil beragam hasil hutan dan pertanian seperti Kabupaten Gorontalo dan kabupaten Boalemo. Ramainya kegiatan bongkar muat mengindikasikan betapa pelabuhan ini menjadi tulang punggung laulintas barang masuk dan keluar Gorontalo maupun antar Provinsi di Sulawesi. Tingginya mobilitas arus barang menjadikan sektor perdagangan mendominasi kegiatan ekonomi Gorontalo. Di Kota Gorontalo sendiri yang menjadi produk unggulan berupa rotan polis dan kursi rotan. Komoditas ini terutama di ekspor ke Amerika serikat, komoditas lainnya yaitu produk yang menadi nilai identitas daerah ini yakni sulaman Kerawang. Pemasaran hasil produk kerajinan sulaman telah memenuhi permintaan pasar lokal, regional bahkan sampai Pulau Jawa. Kota Gorontalo memang kurang memiliki sumber daya alam. Walau terletak di daerah pesisir, namun sektor perikana belum tergarap maksimal. Untuk terus memajukan perekonomiannnya, beberapa sarana dan prasrana pendukung perlu dibenahi terutama pelabuhan laut yang telah menjadi sarana vital kegiatan perekonomian kota Gorontalo.

4.2. Rekam Jejak Punk Di Gorontalo

  Tidak banyak data dan informasi yang terdokumentasi tentang masuknya punk di Indonesia apa lagi di Gorontalo. Secara general masuknya punk di

  2 2 Indonesia ditandai dengan masuknya musik Punk Rock pada tahun 1990-an yang

Tidak banyak data pasti tentang tahun berapa musik punk masuk di Indonesia, dalam Living the Punk Lifestyle in Jakarta oleh Jeremy Wallach tahun 2008 di paparkan bahwa musik punk mengawali masuknya komunitas punk di Indonesia sejak tahun 1990-an. Pada pertengahan tahun 1990-an, dengan masuknya band musik seperti Green Day, Rancid, dan the Offspring, anak muda Indonesia seperti Jakarta, Bandung, dan Denpasar mulai membuat jejaring tidak begitu saja diikuti dengan komunitas punk sendiri. Punk di Indonesia pada awalnya hanyalah sebuah komunitas kecil yang tidak terang-terangan menunjukkan gaya hidup Punk. Kemudian anak-anak muda mulai meniru gaya berpakaian dan mulai memahami ideologi dan akhirnya menjadikan Punk sebagai gaya hidupnya.

  Banyak pendapat, termasuk saya pribadi sebagai peneliti, bahkan para punkers sendiri, bahwa kehadiran punk di Indonesia bukan karena gejolak sebagaimana awal kemunculannya di daerah asalnya di Inggris ataupun di

3 Amerika . Subkultur punk dan variannya dikenal pertama kali di Indonesia

  sebagai sebuah bentuk musikal dan fasion statement tidak terkecuali di Gorontalo.

  Masuknya punk di Gorontalo tidak bisa dilepaskan dari influes komunitas punk di Manado sebagai ibu kota provinsi saat itu, sehingga dapat dikatakan bahwa punk di Gorontalo berasal dari Manado.

  “Torang dulu jaga iko party punk di Manado, nanti so lama-lama

  4 baru torang beking komunitas punk di Gorontalo, ” jawab OI.

  Berdasarkan hasil penelitian, perkembangan punk di Gorontalo dapat dikelompokan kedalam 3 periode, dimana terdapat beberapa penanda perbedaan pada 3 periode tersebut yaitu jumlah, aktivitas dan perkembangan. Pembagian secara periodikal ini dimaksudkan agar mempermudah merunut sejarah dan perkembangan punk di Gorontalo.

  punk di Indonesia gerakan punk terbesar di Asia Tenggara, dan salah satu yang terbesar di 3 Dunia. 4 Lihat Jeremy Wallach (2008) Living the Punk Lifestyle in Jakarta

Terj: “Kami dulu sering ikut party punk di Manado, setelah lama-kelamaan baru kami

1. Periode 2000 – 2003

  Punk mulai masuk di gorontalo pada awal tahun 2000-an yang merupakan

  5

  hasil influens dari punk manado. Dengan mengikuti kegiatan party di Manado, beberapa anak muda Gorontalo, mulai tertarik dengan musik punk rok dan menginspirasi mereka untuk menjadi punkers, walau tidak mengerti asal-usul dan idiologi punk itu sendiri. Pada awal kemunculannya punk di gorontalo hanya berjumlah sekitar 6-9 orang, dan terbatas pada mereka yang tergabung dalam grup

  6 band punk, yang semuanya adalah mahasiswa .

  Gambar 1. Wawancara dengan Informan kunci (lokasi: Depan RM.Mie Ayam Jakarta) 5 (Sumber Foto: Dokumentasi Sakti)

  

Party atau Gigs merupakan acara musik punk, dimana kegiatan ini merupakan wadah ekspresi

para punkers dalam bentuk life performance band , lapak buku dan zine-zine punk serta wadah 6 diskusi internal di kalangan punkers

Mengingat pada waktu itu, hanya mahasiswa yang memilik akses terhadap internet dan

  Pada awal perkembangannya, punkers di Gorontalo tidak terlalu menampakkan penampilan punk dengan tampilan berbagai macam asesoris.

  Secara penampilan para punkers gorontalo pada waktu itu tidak dapat dibedakan

  7

  dengan para penganut musik rok lainnya . Para punkers gorontalo melakukan berbagai macam aktifitas, seperti nogkrong yang diisi dengan pecakapan tentang

  8

  m punk, mengikuti party, dan mengamen . Tahun 2000-an beberapa anak punk Gorontalo membentuk band dengan nama ITENEPS yang beraliran punk rock dan bisa di bilang band punk pertama di Gorontalo.

  Bundaran HI (Hulonthalo Indah) Menjadi saksi Bisu yang merekam jejak awal komunitas ini masuk di Gorontalo. HI menjadi sentral pertemuan para punkers, setiap malamnya sekitar bundaran HI dipenuhi oleh komunitas ini. Rumah makan sekitaran jalan panjaitan, taman kota, dan di depan pintu gerbang Universitas Negeri Gorontalo merupakan tempat tongkrongan yang menorehkan catatan perjalanan punk Gorontalo dalam kertas kenangan yang hanya terbingkai dalam setiap memori penganutnya. Punk Gorontalo bahkan juga melakukan aktifitas sosial seperti membersikan sepanjang jalan panjaitan walau hanya memungut sampah yang berserakan di sepanjang jalan itu. Secara kolektif Punk Gorontalo waktu itu juga mengumpulkan beras yang disumbangangkan disalah satu panti asuhan di kelurahan Ipilo.

7 Para punkers saat itu hanya menggunakan pakaian hitam-hitam dengan gambar band-band

  punk rock yang tenar saat itu seperti ranchid, green day dan sex pistols. (Hasil wawancara dengan informan kunci.)

  “ Itu baras torang kumpulkan dari anak-anak punk dan siapa saja

  

yang suka basumbang, torang masih bisa berbagi meski

  9 dalam kekurangan” , tutur Oi

  Gambar 2. Punk Dalam Media Lokal Gorontalo (Gorontalo post) (Sumber foto: Dokumentasi Pribadi Aa & At)

  Gambar di atas adalah bukti keberadaan punk di tahun 2000-an, tampilan punk yang tidak biasa mampu menarik lampu sorot media pers Gorontalo, media menembak kelompok anak muda ini. Liputan media menangkap dan menyebarluaskan subkultur punk Gorontalo sebagai peristiwa- peristiwa yang pantas mendapat perhatian meski tanpa sadar di eksploitasi demi tujuan pemasaran.

2. Periode 2003 – 2006

  Pada tahun 2003 punk Gorontalo tak lagi menampakkan diri dan aktifitasnya. Sekitaran bundaran HI yang biasanya jadi tempat tongrongan punk Gorontalo kala itu juga menjadi sepi, tak ada pemandangan sekelompok pemuda 9 dengan pakaian hitam dan tak terdengar lagi suara gaduh dan nyanyian yang

  

Terj: “Beras tersebut kami kumpulkan dari anak-anak punk dan siapa saja yang suka kadang tak jelas di telinga apa yang sedang dinyayikan. Menurut OI salah sesorang informan kunci, tak ada yang tahu jelas penyebab punk tak terlihat lagi saat itu, tapi OI memperjelas bahwa tidak ada masalah dalam internal punk saat itu, hanya menghilang begitu saja.

3. Periode 2006 – sekarang

  Awal 2006 Punk kembali terlihat dengan jumlah yang lebih dari sebelumnya, bahkan punk di tahun 2006 lebih memperlihatkan diri dengan pemampilan yang tidak biasa dari sebelumnya, memakai sepatu boots, potongan rambut mohowak yang berwarna, pakaian yang jelas tak biasa.

  Punk Gorontalo di tahun 2006 hingga tahun 2011 mudah di temui di sekitaran kampus Universitas Negeri Gorontalo karena tidak sedikit dari mereka yang berstatus sebagai mahasiswa saat itu, juga tidak lepas dari kampus yang dijadikan tempat nongkrong anak punk selain bundaran HI.

  Selain ITENEPS punk Gorontalo juga mulai membentuk berbagai macam band menciptakan berbagai macam lagu yang bernada protes terhadap pemerintah dan negara hingga lagu yang bernada romantisme. (Sumber: wawancara dengan OI).

  Pada Tahun 2008, 2009,dan 2010 punkers Gorontalo secara berturut- turut memperingati hari buruh dengan melakukan aksi solidaritas untuk kaum buruh di depan gerbang kampus Universitas Negeri Gorontalo hingga bundaran HI, menuntut kesejatraan buruh, melakukan pengalangan dana untuk para korban gempa, juga membagikan paket buka puasa di sekitaran bundaran HI walau paket seadanya.

  Gambar 2. Aksi Punk Gorontalo Mendukung Gerakan Buruh.

  (Sumber Foto: dokumentasi pribadi/Aan) Gambar 2 adalah aksi para punkers Gorontalo dalam mendukung aksi gerakan buruh di tahun 2010, bukti bahwa punk memang sebuah subkultur pelawanan. Kapitalisme adalah sasaran perlawanan, paham atau tidak tentang sebuah perlawanan, lepas dari itu para punkers Gorontalo menunjukan eksistensinya dengan aksi ini.

  “torang beken aksi ini memperingati hari buruh, tapi tahun lalu

  

dengan tahun ini torang so tidak turun aksi lagi, taman- taman

lain mungkin masih sibuk, sebenarrnya suka skali torang mo

turun aksi lagi

  10 tutur Aa.

  Jumlah punk gorontalo saat ini berjumlah sekitar 30 orang tapi tidak semua dapat dengan mudah ditemui, hanya ada beberapa orang yang tetap setia dengan tongkrongan, alasanya pun beragam. A yang mulai nongkrong sejak tahun 10 Terj: “Kami melakukan aksi ini untuk memperingati hari buruh, tapi tahun lalu dan tahun ini

  kami tidak lagi turun aksi, teman-teman yang lain mungkin masih sibuk, sebenarnya kami suka

  2006 dan AA, sejak 2008 adalah 2 orang punkers yang tidak pernah absen dari tongkrongan. Alasannya di tongkrongan mereka mendapatkan kebersamaan, susah dan senang mereka nikmati bersama tidak pandang siapa dan dari mana mereka berasal, latar belakang yang seperti apa bagi mereka punk menjunjung tinggi kebersamaan yang terpenting tidak ada hirarki dalam komunitas punk.

  “Jumlah punk gorontalo tidak pasti, mar boleh 30 orang skarang,

  

tapi tidak samua torang mangarti apa sebenarnya punk, ada juga

yang Cuma iko-iko nongkrong, nanti mo ta kumpul kalau ada

party, itupun tidak samua cuma yang suka iko, dengan tidak

  11 sibuk, soalnya torang banyak juga yang kerja kalau siang ” jelas A.

  Walau demikian punk Gorontalo tetap menjaga solidaritas agar terhindar dari konflik, meski beberapa kali juga tidak bisa menghindari konflik di internal mereka yang pada akhirnya masih tetap bisa di atasi.

  Periodisasi sejarah dan perkembangan punk di Gorontalo dapat di lihat dalam tabel berikut.

  Tabel. 3. Penanda Periodisasi Punk Di Gorontalo

  

No Periode Jumlah Aktivitas Perkembangan

  1 2000 – 2003 6 - 9 orang Nongkrong Pengetahun Punk

  Mengikuti party di

  • masih sebatas musik
  • Manado Belum

  Melakukan aktivitas asesoris punk sosial (bersih-bersih

  • menggunakan
  • sekitar tongkrongan Masih seputaran dan membagikan mahasiswa
  • 11 sumbangan)

      

    Terj: “ jumlah punk Gorontalo tidak pasti, tapi sekarang sekitar 30 orang, tapi tidak semua

    kami mengerti apa sebenarnya punk, ada juga yang hanya ikut-ikutan nongrkong, nanti terkumpul semua kalau ada party. Itupun tidak semua, hanya yang ingin ikut dan tidak sibuk,

      2 2003 – 2006 -

    • Aktivitas punk secara kolektif ataupun individu tidak lagi terlihat
    • Perkembangan punk dalam periode inib tidak juga terlihat 2006 – Sekarang (2013)

      Kurang lebih 30 orang

      Mulai telihat beberap individu yang menggunakan asesoris dan simbol punk dalam kehidupan sehari- hari, sementara yang lain memilih menggunakannya di waktu – waktu tertentu Lebih banyak menciptaka band dan lagu punk sendiri Terdiri dari berbagai macam elemen, di mulai dari anak sekolah, mahasiswa , para pekerja dan juga ibu rumah tangga

    • Nongkrong
    • Party di berbagai kota (manado, palu )
    • Street ke berbagai kota, (manodo, palu, makassar)
    • Melakukan aksi peduli buruh (may day 2008,2009,2010, 2011)
    • Mengamen
    • Manggung di cafe dan festifal band Gorontalo
    • Membuat party punk

    4.3. Gaya Hidup

      Gaya hidup menimbulkan suatu bentuk kebudayaan sendiri yang berbeda dengan masyarakat umum. Perbedaan ini menjadikan Punk sebuah subkultur dalam masyarakat. Dengan gaya hidup, cara berpakaian, aliran musik, ideologi dan berbagai hal lainnya yang berbeda dari masyarakat umum semakin menguatkan eksistensi subkultur Punk dalam Masyarakat. Gaya berpakaiannya yang sangat khas menjadi suatu ciri tersendiri dari budaya Punk. Dengan menggunakan apa saja yang ingin digunakan dalam berpakaian bahkan yang tidak lazim seperti penggunaan rantai, peniti, dan barang-barang lainnya yang bagi oleh pria dan berbagai hal lain dalam berpenampilan menjadikan budaya Punk benar-benar ingin berbeda dari masyarakat umum yang merupakan masyarakat pemuja kemapanan.

      Pertama kali saat melihat mereka, apa yang terlintas di pikiran kita? Aneh. Menakutkan. Liar. Mengganggu kenyamanan. Mungkin juga biang keonaran. Dan masih banyak lagi berbagai persepsi negatif sering kita tujukan kepada mereka..

      Apakah persepsi negatif yang kita tujukan kepada mereka adalah salah, tidak sepenuhnya demikian, kita mungkin hanya terlalu cepat untuk memberikan penilaian kepada mereka. Namun bagaimana pun budaya mempengaruhi persepsi kita atas segala sesuatu, sedangkan apa yang ditunjukan oleh para punker itu kepada kita memang tidak lazim atau berbeda. Itulah sebabnya wajar apabila kita memiliki persepsi negatif. Disisi lain, persepsi tentang bagaimana menjadi punk itu sendiri juga sering disalahpahami oleh sebagian generasi muda yang menyebut dirinya punker. Sebagian pemuda itu berpendapat dengan berpakaian ala punk, ditemani nyanyian Johny Rotten (Sex Pistols) setiap akan tidur, dan setiap pagi dibangunkan oleh musiknya Exploited, lalu muncul di jalan dengan dandanan rambut mohawk, jaket penuh berbagai macam model pin, celana jeans penuh tambalan dan sepatu boot usang yang setia menemani, ditindik, ditato, maka mereka sudah berhak di sebut punker.

      Sebagian pemuda ini mengartikan punk sebagai hidup bebas tanpa aturan. Pemahaman tidak tepat dan setengah-setengah inilah yang mengakibatkan banyak dari mereka kemudian melakukan tindakan yang jauh dari gaya hidup punk yang sebenarnya.

      Masyarakat yang awam mengenai punk kemudian menarik kesimpulan bahwa punk adalah segerombolan pemuda yang berperilaku negatif. Dandanan mereka yang dianggap nyeleneh itu bagi sebagian besar masyarakat dianggap menyimpang, dicela, bahkan diperlakukan sekali waktu sebagai segerombol badut jalanan, perusuh, yang mengganggu keindahan kota dan lain kali sebagai ancaman bagi ketentraman dan ketertiban umum, kriminal kelas rendah, pemabuk berbahaya. Apalagi dengan musik hingar bingar dengan lirik yang berisi kritikan kasar, kecaman, dan perlawanan semakin menyempurnakan miringnya persepsi masyarakat tentang punk. Bahkan ada pula yang menganggap punk hanya sekedar aliran musik keras. Padahal apabila kita mau mengupas lebih dalam tentang apa yang dimaksud dengan punk, itu semua bukanlah cerminan dari punk sebenarnya. Dengan kata lain kita dan sebagian mereka yang menyebut dirinya punker hanya melihat kulit luarnya saja. Memang juga banyak para punker yang benar-benar menerapkan sejatinya punk, namun stigma yang terbentuk dari apa yang ditunjukan oleh sebagian pemuda yang mengaku sebagai punker namun tidak memahami arti sebenarnya punk di masyarakat telah membuat stereotip, yaitu penyamarataan atas sekelompok orang dengan mengabaikan ciri-ciri mereka yang individual.

      Permasalahan di sini adalah komunikasi yang tidak efektif karena persepsi yang tidak akurat antara para punker dengan masyarakat. Setiap orang memiliki gambaran yang berbeda mengenai realita disekelilingnya, ditentukan oleh nilai- nilai sosial di mana seseorang itu berada. Itulah kenapa perbedaan yang ditunjukan oleh para punker itu dianggap menyimpang, selanjutnya dengan mudah dinilai negatif oleh masyarakat, karena kita memang memiliki kecenderungan untuk bersikap etnosentris, yaitu menggunakan cara pandang budaya kita sendiri untuk melihat atau memaknai segala sesuatu.

      Gaya punk adalah mode pemaknaan yang terdislokasi, sadar diri dan ironis. Gaya tersebut “mereprduksi keseluruhan sejarah perajutan budaya anak muda kelas pekerja pasca perang dalam bentuk yang terpotong” menggaungkan elemen yang semula berasal dari zaman yang berbeda, gaya punk mengandung

      12 refleksi-refleksi terdistorsi semua subkultur pasca perang.

      Gambar 3. Punk Gorontalo (Sumber foto : Dokumentasi Pribadi Aa/Punk Gorontalo) Gambar 4. Punk Gorontalo di sekitaran kampus UNG (Sumber foto : Dokumentasi pribadi Aa/Punk Gorontalo)

      Gaya hidup punk Gorontalo dari hasil penelitian, tidak lagi seperti gaya hidup para punk terdahulu atau sejak awal munculnya punk. Sekilas mungkin akan terlihat masih sangat mencerminkan pola dan gaya hidup punk pada awalnya, tetapi jika di telusuri lebih lanjut dalam kehidupan sehari- hari para punker Gorontalo ini jauh dari kata seorang punk sejatinya. Ini dibuktikan dengan dengan paham komunisme maupun anarkisme punk yang tidak di terapkan.

      Secara perkataan mungkin dapat di jawab iya, mereka mengerti tentang komunisme maupun anarkisme, apalagi lirik lagu yang mereka ciptakan bercerita tentang sosial politik, kritik terhadap pemerintah, kekecewaan terhadap negara.

      Gaya hidup para punker Gorontalo yang juga menjunjung anti kemapanan dan anti kapital teryanta perlu di tinjau kembali. Punker Gorontalo yang mulai mengkonsumsi produk- produk kapitalisme mulai dari sandal bermerek ‘kiddrock” sampai telpon genggam bermerek “ BlackBerry”. Aa salah satu punker Gorontalo yang juga mengkonsumsi ke-2 produk tersebut, mungkin memang tidak lepas dari perkeembangan dan tuntutan zaman. “ Cuma suka pake blackberry (sambil tersenyum lebar) ungkap aa.

      Dari hasiil penilitian menunjukan bahwa sekarang ini gaya punk Gorontalo hanyalah brikolase tanpa acuan pada makna-makna keaslian. Gaya punk Gorontalo tak lagi memiliki makna tersembunyi atau transformasi ironi.

      Gaya punk Gorontalo adalah yang tampak dan tak lebih dari itu. Gaya punk Gorontalo hanyalah salah satu mode fesyen, Ia lebih merupakan pastiche (imitasi) tanpa makna.

      Tabel. 4. Asesoris Simbolis dan Pemaknaan Emik Punk di Gorontalo No Simbol Makna

      1 Rambut Mowhak Bentuk perlawanan, rambut yang berdiri tegak dan ujung rambut yang runcing sebagai simbol untuk menusuk pemerintah kebanyakan anak punk tidak ada yang tau jelas

      2 Rantai makna pemakaian rantai. Dari hasil wawancara, mereka hanya memakainya karena mengikuti teman-teman yang lain

      3 Persing Dari hasil wawancara dengan anak punk yang menggunakan persing, mereka hanya menggunakannya karena suka dan melihat dari teman-teman lain

      4 Sepatu Boots Sepatu boots bukan saja milik aparat yang di gunakan untuk menginjak-injak masyarakat, punk pun bisa melakukan hal sama menggunakan spatu boots sbgai simbol perlawanan melakukan hal yang sama menginjak-injak aparat

      5 Emblem Bentuk perlawanan bahwa punk bisa berbuat sendiri Tatoo Salah satu bentuk mengekspresikan diri

      6 Kalung taring Simbol perlawanan bahwa punk mempunyai taring 7 untuk melawan

      Benntuk spike yang lancip menandakan perlawanan

      Spike

      8 yang juga untuk menusuk pemerintah

    4.3.1. Idiologi

      Punk adalah ideologi. Ideologi yaitu cara berpikir seseorang atau kelompok yang membentuk sekumpulan konsep bersistem, berupa pemahaman, maupun teori dengan tujuan tertentu. Kegagalan Reaganomic dan kekalahan Amerika Serikat dalam Perang Vietnam di tahun 1980-an turut memanaskan suhu dunia punk pada saat itu. Band-band punk gelombang kedua (1980-1984), seperti Crass, Conflict, dan Discharge dari Inggris, The Ex dan BGK dari Belanda, MDC dan Dead Kennedys dari Amerika telah mengubah kaum punk menjadi pemendam jiwa pemberontak (rebellious thinkers) daripada sekadar pemuja rock n’ roll. Ideologi anarkisme yang pernah diusung oleh band-band punk gelombang pertama (1972-1978), antara lain Sex Pistols dan The Clash, dipandang sebagai satu-satunya pilihan bagi mereka yang sudah kehilangan kepercayaan terhadap otoritas negara, masyarakat, maupun industri music.

      Menurut Craig O’Hara dikutip dari buku Philosophy of Punk (1999) mengatakan, ”filosofi yang mendasari semua aktivitas dan usaha punk dalam menjalankan komunitasnya adalah DIY (Do It Yourself). Kita tidak perlu bergantung pada para pengusaha berduit untuk mengatur dan menyokong kesenangan kita, hanya untuk profit yang akhirnya juga akan jatuh ke dompet mereka.

      Dalam komunitas punk ini bisa bikin pertunjukan sendiri, mengorganisir demonstrasi, merilis rekaman-rekaman kita sendiri, menerbitkan buku dan zine, mengelola distribusi sendiri untuk hal-hal yang kita produksi (kaset, zine, mechandise), buka toko kaset sendiri, mendistribusikan literatur, mengkampanyekan boikot, dan berpartisipasi aktif dalam aktivisme sosial-politik. Kita yang mampu melakukan ini semua, bukan mereka (businessman, pemerintah, perusahaan) dan kita bisa melakukannya dengan efektif.

      Berdasarkan hasil penelitian, Punk Gorontalo telah jauh dari idiologi punk sebenarnya, pada awal kemunculan punk. Kaum punk memaknai anarkisme tidak hanya sebatas pengertian politik semata. Dalam keseharian hidup, anarkisme berarti tanpa aturan pengekang, baik dari masyarakat maupun kapital, karena mereka bisa menciptakan sendiri aturan hidup dan produk sesuai keinginan mereka. Punk etika semacam inilah yang lazim disebut DIY (do it your self

      /lakukan sendiri ).

      Keterlibatan kaum punk dalam ideologi anarkisme memberikan warna baru dalam ideologi anarkisme itu sendiri, karena punk memiliki ke-khasan tersendiri dalam gerakannya. Gerakan punk yang mengusung anarkisme sebagai ideologi lazim disebut dengan gerakan anarco-punk. Punk sering dibaca sebagai tampilan tampak muka dengan segala simbol dan atribut khas mereka. ketika dibaca dari generasi pertama kemunculannya, Punk selalu dihadapkan pada relasi serba salah dengan berbagai konvensi budaya manapun, baik tradisi, norma maupun pasar. Dari peta makna yang mereka representasikan, punk menjadi bentuk subkultur dengan bentuk simbolik dan berusaha menegosiasikan posisinya dalam peta struktural yang dominatif dan tidak setara. Hasil penelitian menujukan punk Gorontalo tidak lagi berpedoman pada idiologi punk sebenarnya.

    4.3.2. Varian –Varian Punk di Gorontalo

      Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, terdapat beberapa varian punk di Gorontalo yaitu:

      1. Street Punk Street Punk adalah komunitas punk yang sebenarnya tidak terlalu peduli dengan musik, mereka merupakan kelompok anak muda yang menghabiskan seluruh aktifitasnya di jalanan. Street punk identik dengan paham komunisme, yang mengambil jargon equality dan sering terlibat demonstrasi buruh.

      Gambar. Aksi punk Gorontalo dalam memperingati hari buruh tahun 2010 (sumber foto : Dokumentasi pribadi Aa/Punk Gorontalo) Gambar. Aksi punk Gorontlo di palu saat street untuk solidaritas punk aceh (sumber foto: Dokumentasi pribadi Aa? Pungkers Gorontalo)

      Punk Gorontalo masuk dalam varian street punk, Sejak kemunculannya dan awal masuknya di Gorontalo sudah mulai terlibat dengan aksi demonstrasi buruh, walau hanya beberapa orang, sehingganya tidak terlihat terlalu mencolok karena memang belum begitu menampilkan sebagaimana gaya punk yang ramai dengan asesorisnya, sekilas mungkin orang akan beranggapan bahwa mereka aliansi mahasiswa karena tampilan yang masih terlihat biasa.

      Di tahun 2008, 2009, dan 2010, punk Gorontalo kembali melakukan aksi demonstrasi, menuntut untuk kesejahtraan buruh dimulai dari depan kampus Univesitas Negeri Gorontalo, bahkan dengan tampilan yang tak biasa lagi, mulai memperlihatkan dandanan ala punk, memakai sepatu boots, potongan rambut

      

    mohawk , celana ketat , rantai yang bergantung di celana, anting dan asesoris

      lainnya yang menandakan anti kemapanan. A salah satu street punk Gorontalo, yang tubuhnya tidak asing lagi dengan jarum tatto, juga dandanan ala punk lengkap dengan asesorisnya membuat tampilannya berbeda dengan punkers lain yang terlihat biasa-bisa saja hanya menggunakan asesoris dan dandanan ala punk di waktu – waktu tertentu.

      

    “Nyaman saja dengan gaya punk, walau sebenarnya tidak

    sepenuhnya mengerti simbol dan maknanya, masih sementara

    belajar juga ini.”. (Sumber A)

      2. Punk Rock Hard Core Punk mulai berkembang pada tahun 1980an di Amerika Serikat bagian utara. Musik dengan nuansa Punk Rock dengan beat-beat yang cepat menjadi musik wajib mereka. Jiwa pemberontakan juga sangat kental dalam kehidupan mereka sehari-hari, terkadang sesama anggota pun mereka sering bermasalah.

      Di Gorontalo sendiri musik dengan nuasa punk Rock menjadi aliran musik kebanyakan band punk di Gorontalo. “Hulonthalo on fire” adalah salah satu contoh dari sekian band beraliran punk rock di Gorontalo.

      Gambar. Salah satu band Punk Gorontalo yang beraliran Punk Rock (Sumber Foto : Dokumentasi Pribadi Personil Band HOF)

      Walaupun memainkan lagu dengan aliran ini dan lirik-lirik lagu yang bernada kritikan, tetapi dalam kenyataannya hanya menjadi sebatas lagu. Tidak ada tindakan lebih yang dilakukan oleh punk aliran ini bahkan tidak jarang punk aliran ini hanya berfokus di musik saja tanpa tau dan paham tentang punk itu sendiri. I salah satunya, tergabung dalam band punk Gorontalo “Batu tela” vokalis dan juga gitaris pada band ini teryata tak mengerti dan paham tentang idiologi, asal-usul dan arti gaya punk, dia hanya tertarik dengan musik punk rock.

      “ kalo sejarah kita tau asalnya dari barat, inggris. Tapi kalu asal

      

    usul, idiologi punk kita nintau. Kita suka di punk lantaran musik,

    di punk bebas berekspresi. Mar sadiki- sadiki kita so mulai tahu