IDENTIFIKASI JENIS UDANG DI SUNGAI BLANG BALEEKECAMATAN SAMATIGA KABUPATEN ACEH BARAT SKRIPSI

  

IDENTIFIKASI JENIS UDANG

DI SUNGAI BLANG BALEEKECAMATAN SAMATIGA

KABUPATEN ACEH BARAT

SKRIPSI

ROSIFA DEWI

  

09C10432003

PROGRAM STUDI PERIKANAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS TEUKU UMAR

MEULABOH

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

  Produksi perikanan di Aceh Barat berasal dari hasil budidaya dan perikanan tangkap. Budidaya perikanan di daerah ini berupa tambak, kolam dan perairan umum.Perikanan tangkap di laut dan pantai merupakan komoditi unggulan disini. Perikanan tangkap di laut adalah mata pencarian utama penduduk Aceh Barat yang merupakan daerah pesisir. Peningkatan produksi budidaya udang terus dilakukan untuk memenuhi kebutuhan pasar yang masih luas untuk produk udang. Udang ini juga mempunyai pasar baik lokal maupun ekspor. Usaha budidaya udang yang hidupnya diperairan tawar dan juga payau ini juga boleh dikatakan baru populer dan potensi pengembangannya cukup cerahkarena permintaan pasar cukup besar.

  Umumnya udang yang terdapat di pasar sebagian besar terdiri dari udang laut dan sebagian kecil saja yang terdiri dari udang air tawar. Udang air tawar pada umumnya termasukdalam keluarga Palaemonidae sehingga para ahli sering menyebutnya sebagai kelompok udang palaemonid (Effendie, 2002).

  Selama ini, data dan informasi mengenai jenis-jenis udang di Sungai Blang Balee Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat belum memadai. Selain itu, penelitianyang sejenis belum pernah dilakukan di Sungai Blang Balee Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat.

  Mengingat masih kurangnya informasi tentang jenis-jenis udang yang ada di Sungai Blang Balee Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat maka perlu dilakukan suatu penelitian mengenai identifikasi jenis udang yang ada diSungai

  1.2 Perumusan Masalah

  Sampai saat ini belum ada informasi ataupun suatu penelitian tentang apa sajakah Jenis-jenis Udang yang terdapat di Sungai Blang Balee sehingga perlu dilakukan kajian dasar seperti identifikasi udang-udang yang ada di sungai Blang Balee dengan harapan didapatkan data sementara tentang jenis-jenis udang yang ada di sungai tersebut.

  1.3 Tujuan Penelitian

  Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Jenis-jenis Udang yang ada di Sungai Blang Balee Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat.

  1.4 Manfaat Penelitian

  Manfaat dari penelitian ini adalah :

  1. Memberikan informasi mengenai jenis-jenis udang yang ada di Sungai Blang Balee Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat khususnya kepada masyarakat gampong Cot Seumeureng dan masyarakat diluar gampong Cot Seumeureng umumnya.

  2. Sebagai sumber informasi ataupun literature bagi peneliti selanjutnya yang berminat meneliti mengenai jenis-jenis udang sungai.

  3. Sebagai penambah ilmu dan intelektual penulis.

II. TINJAUAN PUSTAKA

  2.1 Pengertian Udang

  Udang ialah sejenis hewan yang hidup didalam air. Udang dapat hidup didalam air laut, air tawar dan air payau. Pada saat ini, udang dibudidayakan secara besar-besaran dikebanyakan Negara. Secara umum terdapat beberapa jenis udang di Indonesia, dimana salah satu diantaranya yang dikenal oleh masyarakat adalah udang galah (Effendie, 2002). Disamping itu udang terbagi kedalam udang air tawar, udang air laut dan udang air payau. Udang air tawar terdiri dari udang galah, udang lar, udang palemon merah, udang muara, udang ragang

  

(Macrobrachium sintangense) , udang palemon bening, udang beras (Murtidjo,

  1992). Sedangkan udang air laut terdiri dari Udang putih, Udang windu, Udang dogol Udang belang,Udang barong (lobster).

  2.2 Klasifikasi Udang

  Klasifikasi udang (Holthuis, 1950 dalam Hadie, 2007) sebagai berikut : Phyllum : Arthopoda, Sub phylum : Mandibula, Class : Crustacea, Sub class : Malacostraca, Ordo/bangsa : Decapoda, Sub ordo : Natantia, Familie/suku : Palaemonidae, Genus/marga : Macrobrachium, Species/jenis :

  2.3 Morfologi Udang Tubuh udang terdiri dari dua bagian yaitu bagian kepala dan bagian badan.

  Bagian kepala dan dada disebut Cephalothorax terdiri dari 13 ruas yaitu, 5 ruas dibagian kepala dan 8 ruas dibagian dada. Bagian badan dan ekor disebut

  

Abdomen terdiri dari 6 ruas, tiap-tiap ruas (segmen) mempunyai sepasang anggota

  badan (kaki renang) yang beruas-ruas pula. Pada ujung ruas keenam terdapat ekor kipas 4 lembar dan satu telson yang berbentuk runcing (Hadie, 1992).

  Menurut Hadie (1992), bagian kepala udang dilindungi oleh cangkang kepala atau carapace. Bagian depan meruncing dan melengkung membentuk huruf S yang disebut cucuk kepala atau rostrum. Pada bagian atas rostrum terdapat 7 gerigi atas dan bagian bawahnya 3 gerigi.

  Bagian badan dan perut (abdomen) tertutup oleh 6 ruas, yang satu sama lainnya dihubungkan oleh selaput tipis. Ada lima pasang kaki renang (pleopoda) yang melekat pada ruas pertama sampai dengan ruas kelima, sedangkan pada ruas keenam, kaki renang mengalami perubahan bentuk menjadi ekor kipas (uropoda).

  Di antara ekor kipas terdapat ekor yang meruncing pada bagian ujungnya yang disebut telson. Organ dalam yang bisa diamati adalah usus (intestine) yang bermuara pada anus yang terletak pada ruas keenam (Hadie, 1992).

  Untuk membedakan antara udang jantan dan betina (Ling, 1967 dalam Hadie, 1992) menunjukkan beberapa ciri yang dapat digunakan antara lain bentuk badan, letak alat kelamin dan bentuk serta ukuran dari pasangan kaki jalan kedua.

  Bentuk badan udang jantan dibagian perut lebih ramping dan ukuran pleuron lebih pendek. Sedangkan udang betina bagian perutnya tumbuh melebar dan pleuron agak memanjang. Letak alat kelamin udang jantan terdapat pada basis pasangan kaki jalan kelima. Sedangkan pada udang betina alat kelamin terletak pada basis pasangan kaki jalan ketiga.

  Bentuk dan ukuran kaki jalan kedua pada udang jantan pertumbuhannya terlihat sangat mencolok, menjadi sangat besar dan panjang, terdapat duri-duri (spina) yang tumbuh merata disepanjang kaki jalan tersebut. Pada udang betina pasangan kaki jalan kedua ini tidak tumbuh begitumencolok, jauh lebih kecil dibandingkan dengan udang jantan (Hadie, 1992).

2.4 Habitat Udang

  a. Kualitas Air

  Dalam siklus hidupnya secara alami memerlukan lingkungan perairan tawar dan payau. Udang tumbuh dan menjadi dewasa di perairan tawar, terutama sungai-sungai dan rawa-rawa yang mempunyai hubungan dengan laut. Setelah dewasa dan matang kelamin mereka mulai beruaya ke muara sungai. Daur hidup udang dimulaidari telur yang sudah dibuahidan dierami induknya selama19-21 hari dan menetas menjadi larva. Larva yang baru menetas memerlukan air payau sebagai tempat kehidupannya. Apabila larva tidak berada dilingkungan air payau selama 3-5 hari semenjak menetas, maka larva tersebut akan mati (Ling, 1969 dalam Hadie, 1992).

  b. Siklus Hidup

  Apabila larva yang baru menetas itu menemukan lingkungan hidup yang cocok maka larva akan dapat tumbuh menjadi pascalarva. Untuk mencapai tingkatan pascalarva, larva tersebut harus melalui 11 tahap perkembangan larva. Pada setiap tahap terjadi pergantian kulit yang diikuti dengan perubahan struktur mofologinya. Setelah tahap juvenil dicapai, udang galah mulai memerlukan lingkungan air tawar sampai udang tersebut dewasa (D’Abramo,dkk, 2001).

  Udang ini mengalami proses ganti kulit (molting) sepanjang hidupnya. Pertumbuhan udang merupakan fungsi dari pergantian kulit dan pertambahan bobot pada waktu pergantian kulit tersebut. Karena tubuh udang ditutupi oleh karapas yang keras, maka untuk tumbuh karapas yang lama harus dilepas dan diganti dengan yang baru dan lebih besar. Pada udang fase periode intermoult berlangsung selama 30-80 hari, fase premoult selama 10-12 hari, dan fase

  o postmoult selama 2-6 hari pada suhu 27-28 C (Saravanan, dkk, 2008).

  Pergantian kulit pada udang dapat terjadi pada kondisi lingkungan yang baik dan ketersediaan makanan yang cukup. Frekuensi molting udang akan meningkat pada temperatur yang lebih tinggi. Sesaat setelah molting, karapas masih lunak dan menjadi rentan terhadap predasi dari sesamanya (D’Abramo, dkk, 2001).

c. Kebiasaan Makan

  Pengetahuan tentang pola makan spesies di alam adalah penting untuk pembentukan kebutuhan gizi dan interaksi dengan organisme lain. Setiap organisme dalam mendapatkan sumber makanannya diperoleh dengan cara yang berbeda. Pada crustacea, khususnya udang kebutuhan makanan ini berpengaruh pada siklus molting dan pertumbuhannya.Makanan yang telah digunakan oleh udang akan mempengaruhi sisa persediaan makanan dan sebaliknya dari makanan yang diambilnya akan mempengaruhi pertumbuhan, kematangan bagi tiap faktor yang menentukan pertumbuhan udang. Dimana kualitas makanan udang dapat diketahui lewat kebiasan makanannya (Hadie. W., dkk, 2001) Udang merupakan hewan omnivora penghuni dasar termasuk pemakan organisme dasar yang makanan alaminya berupa plankton, cacing, siput, kerang, ikan, moluska, biji-bijian serta tumbuh-tumbuhan. Menurut Hendro (2006), sebagian jenis serangga dan organisme tak dikenal beserta butiran pasir dan biji- bijian juga ditemukan. Organisme yang tidak dikenal yang mungkin merupakan bagian dari materi detritus juga banyak ditemukan. Udang merupakan pemakan hewan kecil atau bentik. chlorophytadan Baciolaryphyta (diatom) menjadi makanan paling dominan dari udang. Namun yang perlu diwaspadai adalah saat keadaan udang cukup lapar mereka bisa menjadi kanibal pada sesamanya, bahkan udang dewasa yang sedang proses ganti cangkang dimakan juga. Maka untuk menghindari kanibalisme ini, pada tempat budidaya udang selalu diberi makanan supaya sifat kanibalismenya dapat dikendalikan (Hadie. W, 2001).

  Beberapa pendapat yang menyatakan bahwa udang dewasa termasuk kedalam kelompok omnivora merupakan suatu hal yang benar adanya. Melihat faktanya bahwa hewan ini hidup dipengaruhi oleh ketersediaan pakan di habitatnya. Udang bisa menyesuaikan diri untuk kelangsungan hidupnya dengan cara memakan baik hewan maupun tumbuhan yang ada disekitar (Jimoh. A, 2011).

  Udang mengambil makanannya dari dasar habitatnya atau dari fauna terkait yang terendam vegetasi pantai di badan air. Udang memiliki pergerakan yang terbatas dalam mencari makanan dan mempunyai sifat dapat menyesuaikan artinya aktif mencari makan pada malam hari atau apabila intensitas cahaya berkurang. Sedangkan pada siang hari yang cerah lebih banyak pasif, berbenam diri dalam lumpur, di balik batu, karena udang-udang jenis ini tidak menyukai sinar matahari (Hendro, 2006).

  Udang memakan makananya dengan cara menangkapnya kemudian dicerna. M. Rosenbergii yang diberi makan dengan ukuran yang beraneka ragam, menunjukkan hasil bahwa udang dapat menangkap dan mencerna makanan tersebut keukuran yang sesuai dengan kapasitas konsumsi mereka. Sehingga disini ukuran makanan tidak menjadi batasan untuk jenis makanannya. Hal lainnya seperti konsistensi, tekstur dan kepadatan dari makanan tersebut dapat mempengaruhi pilihan dari konsumsi udang (Hadi. W., dkk, 2001).

  Makanan yang mengandung senyawa organik seperti protein, asam amino, dan asam lemak maka udang akan merespon dengan cara mendekati sumber pakan tersebut. Saatmendekati sumber pakan, udang akan berenang menggunakan kaki jalan yang memiliki capit. Pakan langsung dijepit menggunakan capit kaki jalan, kemudian dimasukkan ke dalam mulut. Selanjutnya, pakan yang berukuran kecil masuk kedalam kerongkongan (esophagus). Bila pakan yang dikonsumsi berukuran lebih besar, akan dicerna secara kimiawi terlebih dahulu oleh

  

maxilliped didalam mulut. Sementara mengerat atau mengunyah, kaki lainnya

  mencari dan memegang makanan lain yang siap dimakan juga. Kaki udang ini dilengkapi sensor aktif dan sensitif yang mampu mendeteksi makanannya (Roy.

  D., dkk, 1997). Bila kita telusur seksama kebiasaan cara memakan udang ini, tidaklah aneh bila dikatakan udang termasuk hewan rakus. Saat masih mengunyah

  Periode makan udang terjadi 2 kali dalam sehari yaitu pada pagi dan sore atau malam hari. Intensitas makan akan mengalami peningkatan pada ukuran udang yang semakin besar dan dewasa. Intensitas makanan yang ada pada usus udang yang diberi atau memperoleh makan secara aktif menunjukkan isi perut terisi sebanyak tiga per empat hingga setengah penuh, sementara isi perut yang hanya seperempat menunjukkan intensitas makan yang kurang atau tidak cukup (Hadi. W., dkk, 2001).

  Beberapa contoh makanan udang yang terdiri dari fitoplankton, zooplankton, hewan bentik menunjukkan korelasi dengan musim yang sedang berlangsung. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa jenis makanan ini tergantung pada musimnya. Pada musim hujan makanan yang dominannya adalah fitoplankton. Begitu sebaliknya, dimana zooplankton mendominasi saat musim kemarau. Kondisi musim ternyata menjadi bagian penting juga yang perlu diketahui yang mempengaruhi kebiasan makan dari udang. Pada musim hujan, makanannya terkait dengan perubahan mendadak kondisi ekologi lingkungannya.

  Saat musim hujan bila diamati isi makanan perut udang lebih lengkap dibandingkan musim kemarau yang isi perutnya kosong. Pada musim hujan intensitas makan udang lebih tinggi. Jenis makanan yang banyak ditemukan yaitu tumbuhan, tetapi pada saat air perairan surut terendah pakan utamanya bergeser ke jenis pakan berupa hewan seperti serangga, cacing dan moluska (Roy. D., dkk, 1997).

  Hal ini mengakibatkan udang dapat memanfaatkan tumbuhan ataupun hewan yang hidup ditempatnya termanfaatkan secara optimal. Kebiasaan makanan dan cara memakan pada udang ini secara alami bergantung pada lingkungan tempat hidupnya.

d. Reproduksi Udang Udang galah memijah sepanjang tahun, tidak mengenal masa kawin.

  Pemijahan biasanya terjadi pada malam hari, meskipun dapat berpijah pada siang hari. Udang galah yang siap pijah dapat dilihat dari gonadnya dengan warna merah orange yang menyebar keseluruh bagian gonad sampai

  

cephalotorax. Dengan sistem reproduksi yang dimiliki oleh udang baik jantan

maupun betina, maka perkawinan udang dilakukan di luar tubuh.

  Perkawinan/mating pada udang biasanya terjadi sebelum dan sesudah matahari terbenam (Hadi. W., dkk, 2001)

  2.5 Identifikasi Udang

  Identifikasi udang dilakukan berdasarkan bentuk, pola warna, ciri-ciri taksonomi penting dan ukuran-ukuran tubuh morfologi mengikuti kunci identifikasi Crustacea yang dibuat oleh Afiati dkk. (2007).

  2.6 Jenis - Jenis Udang

2.6.1 Udang Air Tawar

  Di wilayahperairan Indonesia cukup banyak jenis udang air tawar, yang sangat potensial untuk dibudidayakan. Namun kita perlu mengenal beberapa jenis udang air tawar antara lain adalah udang galah (Macrobrachium rosenbergii), udang lar (Macrobrachium lar), udang palemon merah (Palaemon styliferus), udang muara (Macrobrachium equidens), udang ragang (Macrobrachium

  

sintangense) , udang palemon bening (Palaemon concinnus), udang beras

(Caridina gracillirostris) (Murtidjo, 1992).

  3.1 Waktu dan Tempat

  Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan Mei 2014 di Sungai Blang Balee Gampong Cot Seumeureng Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat. Identifikasi jenis udang dilakukan langsung dilapangan.

  3.2 Alat dan Bahan Penelitian

  Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 1 dibawah ini.

  Tabel 1. Alat dan Bahan Penelitian No Jenis Alat yang Dipakai Kegunaan

  1 Alat tulis Untuk mencatat kegiatan penelitian

  2 Penggaris Mengukur sampel penelitian

  3 Kamera Sebagai alat dokumentasi

  Jenis Bahan yang Dipakai Kegunaan

  4 Udang Sebagai sampel penelitian

  3.3 Metode Penelitian

  Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey, meliputi instrument yang berupa wawancara. Wawancara pada penelitian ini dilakukan untuk mendapat informasi terkait dengan udang yang ada di sungai Blang Balee, seperti nama lokal udang dari hasil tangkapan nelayan, daerah penangkapan, kedalaman, dan jarak penangkapan udang. Selain itu, penelitian ini lokasi penelitian yaitu di gampong Cot Seumeureng Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat. Metode observasi dalam penelitian ini digunakan untuk melihat hasil tangkapan nelayan, melakukan dokumentasi dan dilanjutkan dengan studi pustaka untuk mengidentifikasi udang dengan acuan buku-buku identifikasi.

  3.3.1 Teknik Pengambilan Data

  Teknik pengambilan data dalam penelitian ini menggunakan metode

  

purposive sampling atau secara sengaja. Purposive sampling adalah teknik

  pengambilan dengan memilih orang-orangsebagai responden yang dianggap menguasai atau memiliki kemampuan terhadap masalah yang diteliti. Adapun yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah nelayan yang menangkap udang di Sungai Blang Balee sebanyak 5 orang.

  3.3.2 Teknik Pengumpulan Data

  Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini meliputi dua macam data, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasi kuisioner, wawancara dan observasi langsung dilapangan, sedangkan data sekunder diperoleh dari berbagai tulisan melalui penelusuran pustaka (studi pustaka) yang berhubungan dengan masalah penelitian.

  Adapun jenis data yang dikumpulkan adalah :

  1. Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan langsung dilapangan oleh orang yang melakukan penelitian atauyang bersangkutan melakukannya. Data ini diperoleh secara langsung dengan melakukan aktif (Hasan, 2002). Dalam penelitian ini data primer diperoleh dari masyarakat nelayan dengan observasi, wawancara dan diskusi berdasarkan kuisioner yang telah disusun sesuai dengan tujuan penelitian. Data yang dikumpulkan menyangkut identifikasi jenis udang di Sungai Blang Balee Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat.

  2. Datasekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh orang lain yang melakukan penelitian dari sumber-sumber yang terdahulu. Data ini biasanya diperoleh dari perpustakaan atau laporan-laporanpenelitian terdahulu. Data sekunder disebut juga data tresedia (Hasan, 2002). Dalam penelitian ini data sekunder diperoleh dari berbagai tulisan melalui penelusuran pustaka (studi pustaka) yang berhubungan dengan objek penelitan.

3.4 Prosedur Penelitian

3.4.1 Metode Pengambilan Sampel

  Pengambilan sampel udang krueng diperoleh dengan cara membeli dari hasil tangkapan nelayan di sungai Blang Balee dengan kondisi masih dalam keadaan segar. Dimana sampel yang menjadi bahan penelitian sebanyak 5 ekor dari setiap jenis udang yang tertangkap oleh nelayan sungai Blang Balee, kemudian sampel tersebut langsung dilakukan identifikasi jenis dan klasifikasinya.

  Deskripsi terhadap setiap jenis sampel yang ditemukan dilakukan berdasarkan data morfometrik. Pengukuran menggunakan centimeter yang meliputi panjang standar (SL), panjang total (TL), kemudian pengamatan terhadap identifikasi udang krueng dilakukan secara visual dengan mengamati bentuk morfologi seperti warna, bentuk tubuh udang, rostrum, carapace, ekor, dan lain

  • sebagainya dari masing masing jenis udang yang menjadi sampel penelitian.Identifikasi dilakukan sampai tingkat spesies dengan bantuan buku Ajar Avertebrata Air (2014).

3.5 Analisa Data

  Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dalam bentuk identifikasi yaitu menggambarkan, menguraikan, dan menganalisis semua data penelitian yang diperoleh. Teknik pengolahan data yang digunakan adalah setelah data terkumpul dari hasil penelitian kemudian ditabulasi dan dideskripsikan.

  IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Letak Geografis Lokasi Penelitian

  Gambar 1. Peta Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat Ket : : Lokasi Penelitian

  Samatiga merupakan salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten Aceh Barat dengan luas wilayah 15.721 Ha, jarak tempuh dari ibu kota Kabupaten 11

  o

  Km, dengan batas-batasnya.Kecamatan Samatiga terletak di antara 04 11’30” dan

  2

  wilayah 140,69 km , kecamatan ini berbatasan langsung dengan kecamatan Bubon yang terletak dibagian utara, Samudera Indonesia dibagian selatan sehingga menjadi sumber mata pencaharian sebagian besar masyarakat pesisir. Sedangkan dibagian barat kecamatan ini berbatasan langsung dengan kecamatan Arongan Lambalek dan disebelah timur dibatasi oleh kecamatan Johan Pahlawan(http://acehbaratkab.bps.go.id).

  Penelitian ini dilakukanGampong Cot Seumeureng Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat yang merupakan salah satu desa yang ada di Kecamatan Samatigadengan jumlah penduduk 1.122 jiwa mempunyai 299 rumah tangga yang tersebar di 4 dusun. Gampong Cot Seumeureung terdapat 4 dusun yaitu Cot Puntong, Ujung Padang Ban, Padang Bayu dan Blang Balee.

4.2 Letak Geografis Gampong

  Letak geografis Gampong Cot Seumeureung Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat dapat dilihat pada tabel 2 dibawah ini.

  Tabel 2. Letak Geografis Gampong Batasan Dengan

No Batas Wilayah Batas Lain

Gampong

  1 Sebelah Utara Paya Lumpat Lueng Hutan

  2 Sebelah Timur Masyarakat/Perkebunan

  Rawa-

  3 Sebelah Barat Krueng Bubon rawa/Rumbia Saluran/Rawa-

  4 Sebelah Selatan Cot Mesjid rawa

  Dari tabel 2 diatas dapat diketahui bahwa batas wilayah gampong cot seumeureung disebelah Utara berbatasan dengan gampong Paya Lumpat dan batas lain Lueng, disebelah Timur berbatasan dengan gampong Hutan masyarakat/perkebunan, disebelah Barat berbatasan dengan gampong Krueng Bubon dan batas lain rawa-rawa rumbia, serta disebelah Selatan berbatasan dengan gampong Cot Mesjid dan batasan lain saluran/rawa-rawa.

  4.3 Kondisi Perairan

  Sungai atau krueng yang ada di Blang Balee merupakan krueng yang disekelilingnya ditumbuhi oleh tumbuhan nipah, rumbia, eceng gondok dan sayuran kangkung serta tumbuh-tumbahan air lainnya. Air krueng ini berwarna hitam pada musim panas dan berwarna coklat pada musim penghujan, ini disebabkan karena air hujan yang bercampur dengar air krueng. Krueng Blang Balee ini memiliki panjang 10 Km dengan tiga permukiman yaitu Woyla Induk.

  Samatiga dan Bubon. Krueng ini mengalir dari hulu Woyla Induk menuju muara Kuala bubon (Warga).

  4.4 Nelayan

  Nelayan adalah suatu kelompok masyarakat yang kehidupannya tergantung langsung pada hasil laut, baik dengan cara melakukan penangkapan ataupun budi daya. Mereka pada umumnya tinggal di pinggir pantai, sebuah lingkungan pemukiman yang dekat dengan lokasi kegiatannya (Mulyadi, 2007).

  Nelayan adalah istilah bagi orang-orang yang sehari-harinya bekerja perairan. Perairan yang menjadi daerah aktivitas nelayan ini dapat merupakan perairan tawar, payau maupun laut (Kusnadi, 2009).

  Nelayan dapat didefinisikan sebagai orang atau komunitas orang yang secara keseluruhan atau sebagian dari hidupnya tergantung dalam kegiatan menangkap ikan. Beberapa kelompok nelayan memiliki beberapa perbedaan dalam karakteristik social dan kependudukan. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari kellompok umur, pendidikan, status social dan kepercayaan. Dalam satukelompok nelayan juga sering ditemukan perbedaan kohesi internal, dalam artian hubungan diantara sesame nelayan maupun didalam hubungan bermasyarakat (Widodo, J dan Suadi, 2006).

  Sementara itu nelayan di Gampong Cot Seumeureng Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat merupakan nelayan yang memiliki sarana penangkapan masih kurang memadai. Seperti alat transportasi, nelayan ini menggunakan transprtasi perahu dengan alat tangkapyaitu bubu.Terdapat dua kelompok nelayan di Gampong Cot Seumeureng denga masing-masing anggota sebanyak 7 orang.

  Para nelayan ini mengankap udang dengan menggunakan umpan seperti umpan Plik u , ikan runcah dan pellet.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian litian

  Berdasarkan p penelitian dan identifikasi jenis-jenis udang d g di Krueng Blang Balee Gampong Cot ot Semeureung Kecamatan Samatiga Kabupa bupaten Aceh Barat bahwa terdapat 5 sp spesies udang dari 2 genus yang berbed beda yaitu genus

  macrobrachium dan ge n genus caridina serta 2 family yaitu family Pal Palaemonidae dan family atydae. Untuk l uk lebih jelas dapat dilihatpada tabel 3dibawah i h ini.

  Tabel 3. Jenis-jenis U is Udang di Sungai Blang Balee Gampong C Cot Semeureung Kecamatan atan Samatiga Kabupaten Aceh Barat

No Family Genus Spesies Nama Nama Gambar

Indonesia Lokal

  1. Palaemonidae Macrobrachium Macrobrachium Udang lar Ud Udeung lar

  2. Palaemonidae Macrobrachium Macrobrachium Udang Ud Udeung equidens muara

  3. Palaemonidae Macrobrachium Macrobrachium Udang Udeung Ud Rosenbergii galah g galah

  4. Atyidae Caridina Caridina Udang Ud Udeung gracilirostris beras Breuh B

  5. Atyidae Caridina Caridina Udang Udeung Ud temasek nipah nipah n

5.2 Pembahasan

5.2.1 Jenis Jenis Udang di Krueng Blang Balee Kecamatan Samatiga

  1. SpesiesUdang Lar (Macrobrachium lar) Dari hasil identifikasi udang ini merupakan udang yang tergolong kedalam family Palaemonidae dan termasuk genus Macrobrachium, karena secara morfologi udang ini memiliki warna hijau kekuningan, dengan panjang total 6 - 7 cm, panjang standar 2 - 4 cm. Memiliki 5 pasang kaki renang, dan 5 pasang kaki jalan. Bentuk rostrum panjang meruncing mencapai 1 – 1,5 cm, memiliki gerigi bagian atas sebanyak 9 dan bagian bawah sebanyak 5 gerigi.

  Udang lar (Macrobrachium lar) merupakan udang hasil tangkapan nelayan Sungai Blang Balee yang tertangkap pada kedalaman 2 - 4 meter menggunakan alat tangkap yaitu bubu dengan umpan sepertiPlik ‘U, ikan runcah dan pellet, dengan transportasi yaitu perahu. Para nelayan mendapat hasil tangkapan sebanyak 1 - 10 kg per orang atau lebih tergantung pada musim penangkapannya.

  Pada saat penangkapan udang, salinitas air sungai Blang Balee 5 ppt menurut nelayan udang. Menurut Mudjiono (1992), bahwa habitat udang lar (Macrobrachium lar) berada didaerah hilir sungai yang bermuara kelaut yang memiliki salinitas yang tinggi.

  2. SpesiesUdang Nipah (Macrobrachium equidens) Dari hasil identifikasi udang ini merupakan udang yang tergolong kedalam family Palaemonidae dan termasuk genus Macrobrachium, karena secara morfologi udang ini memiliki warna kuning cerah dan ada titik-titik hitam dibadannya, memiliki panjang total 5 – 7,5 Cm, panjang standar 2 - 2,5 Cm. gerigi atas sebanyak 9 dan gerigi bawah sebanyak 5 buah, serta memiliki kaki jalan 5 pasang dan kaki renang 5 pasang.

  Udang muara (Macrobrachium equidens) tertangkap oleh nelayan di Sungai Blang Balee pada kedalaman 2 - 4 meter menggunakan alat tangkap yaitu bubu dengan umpan antara lain Plik ‘U, ikan runcah dan peletdengan transportasi yaitu perahu. Para nelayan mendapat hasil tangkapan sebanyak 1 -10 kg per orang atau lebih (tergantung pada musim). Pada saat penangkapan udang ini salinitas air sungai 5 ppt menurut seorang nelayan udang. Sedangkan menuurut Mudjiono (1992), udang tumbuh dan menjadi dewasa di perairan tawar, terutama sungai- sungai dan rawa-rawa yang mempunyai hubungan dengan laut atau berada didaerah muara sungai.

  3. Spesies Udang Galah (Macrobrachium rosenbergii) Dari hasil identifikasi udang ini merupakan udang yang tergolong kedalam family Palaemonidae dan termasuk genus Macrobrachium, karena secara morfologi udang ini memiliki warna biru kekuning-kuningan, memiliki panjang total 6 – 9,5 cm, panjang standar 3 – 3,5 Cm. Bentuk rostrummemanjang dengan panjang 2 Cm dan memiliki gerigi atas sebanyak 10 dan gerigi bawah sebanyak 5 buah, serta memiliki kaki jalan 5 pasang dan kaki renang 5 pasang.

  Udang Galah (Macrobrachium rosenbergii) tertangkap oleh nelayan di Sungai Blang Balee pada kedalaman 2 - 4 meter menggunakan alat tangkap yaitu bubu dengan umpan antara lain Plik ‘U, ikan runcah dan dengantransportasi yaitu perahu. Para nelayan mendapat hasil tangkapan sebanyak 2 - 10 kg per orang atau lebih (tergantung pada musim). Pada saat penangkapan udang ini salinitas air pada stadia larva hidup di air payau dan kembali keair tawar pada stadia juvenil hingga dewasa. Pada stadia larva perubahan metamorfose terjadisebanyak 11 kali dan berlangsung selama 30‐35 hari. Udang galah bersifat omnivora, cenderung aktifpada malam hari (Hadie W, 2001).

  Dialam udang galah dapat berpijah didaerah tawar pada jarak lebih dari 100 km dari muara sungai dan membiarkan larvanya ikut terbawa aliran sungai mencapai perairan payau dengan resiko kematian yang tinggi.Secara alami penyebaran udang galah meliputi daratan Indopasifik mulai dari bagian timur benua Afrika sampai dengan kepulauan Malaysia termasuk Indonesia, Diperairan Indonesia sendiri udang galah tersebar luas mulai dari Sumatra, Jawa, Kal i mantan sampai dengan ke Papua (Nontiji, 2007).

  4. Spesies Udang Beras(Caridina gracilirostris) Dari hasil identifikasi udang ini merupakan udang yang tergolong kedalam family Atyidae dan termasuk genus Caridina, karena secara morfologi udang ini memilikiwarna kuning jingga, panjang total 3 - 5 Cm, panjang standar 1,5 - 2 Cm. Bentuk rostrum panjang agak melengkung dan tajam dengan panjang 1 Cm. Rostrum memiliki gerigi dibagian atas 9 dan bagian bawah 4. Udang ini memiliki 5 pasang kaki jalan dan 5 pasang kaki renang.

  Udang beras (Caridina gracilirostris) tertangkap oleh nelayan di Sungai Blang Balee pada kedalaman 2 - 4 meter menggunakan alat tangkap yaitu bubu dengan umpan antara lain Plik ‘U, ikan runcah dan peletdengan transportasi yaitu perahu,. Para nelayan mendapat hasil tangkapan sebanyak 1 - 10 kg per orang atau lebih (tergantung pada musim). Pada saat penangkapan udang ini salinitas air bahwa habitat udang beras (Caridina gracilirostris) berada didaerah hilir sungai yang bermuara kelaut yang memiliki salinitas yang tinggi.

  5. Spesies Udang Temasek (Caridina temasek) Dari hasil identifikasi udang ini merupakan udang yang tergolong kedalam family Atyidae dan termasuk genus Caridina, karena secara morfologi udang ini memiliki garis-garis disepanjang tubuh dan capitnya, memiliki panjang total 4 - 7 Cm, panjang standar 1,5 – 2,5 Cm. Bentuk rostrum melengkung dan memanjang serta tajam. Panjang rostrum 2 Cm. memiliki gerigi atas sebanyak 11 dan di bawah 5. Memiliki 5 pasang kaki renang dan 5 pasang kaki jalan.

  Dengan transportasi perahuudang nipah (Caridina temasek) tertangkap oleh nelayan di Sungai Blang Balee pada kedalaman 2 - 4 meter menggunakan alat tangkap yaitu bubu dengan umpan antara lain Plik ‘U, ikan runcah dan pelet. Para nelayan mendapat hasil tangkapan sebanyak 1 - 10 kg per orang atau lebih (tergantung pada musim). Pada saat penangkapan udang ini salinitas air sungai 5 ppt menurut seorang nelayan udang. Menurut Mudjiono (1992), bahwa habitat udang nipah (Caridina temaek) berada didaerah hilir sungai yang bermuara kelaut yang memiliki salinitas yang tinggi seperti sungai-sungai dan rawa-rawa yang mempunyai hubungan dengan laut.

  Dari ke-lima spesies udang air tawar tersebut yang terbanyak ditangkap adalah spesies Caridina gracilirostris. Sedangkan spesies yang paling sedikit adalah spesies Macrobrachium equidens dan Caridina temasek.Penangkapan udang ini dilakukan dipertengahan sungai dan di hilir sungai. Hasil tangkapan udang ini tegantung pada musim karena dapat mempengaruhi salinitas air sungai. musim. Ke arah darat, salinitas muara cenderung lebih rendah. Tetapi selama musim kemarau pada saat aliran air sungai berkurang, air laut dapat masuk lebih jauh ke arah darat sehingga salinitas muara meningkat. Sebaliknya pada musim hujan, air tawar mengalir dari sungai ke laut dalam jumlah yang lebih besar sehingga salinitas air di muara menurun. Pada saat peneliti melakukan penelitian dalam keadaan musim kemarau, sehingga kondisi sungai atau krueng Blang Balee memilik salinitas atau kadar garam yang tinggi.

  Pada musim kemarau yaitu bulan Februari 2014 peneliti melakukan penelitian dan mendapatkan hasil sebanyak 4 spesies udang antara lain udang lar (Macrobrachium lar), Udang beras (Caridina gracilirostris), udang muara(Macrobrachium equidens), danudangnipah (Caridina temasek), dengan salinitas mencapai ± 5ppt. Ke empat spesies udang tersebut menurut Murtidjo (1992) habitatnya didaerah hilir sungai yang bermuara ke laut dan memiliki salinitas yang tinggi.

  Pada bulan Mei 2014 peneliti melakukan penelitian dengan kondisi musim penghujan memiliki salinitas 0.ppt dan menemukan satu spesies yaitu

  

Macrobrachium rosenbergii (udang galah). Udang ini mempunyai dua habitat

  dalam siklus hidupnya. Udang tersebut tumbuh dan menjadi dewasa pada perairan tawar, namun pada fase larva hidup di air payau. Di alam larva udang galah hidup pada salinitas 5-10 ppt (Hadie W, 2001).

5.3 Habitat dan Penyebaran Udang

  Udang hidup disemua jenis habitat perairan dengan 89% diantaranya hidup merupakan tipe yang tidak mampu atau mempunyai kemampuan terbatas dan mentolelir perubahan salinitas. Kelompok ini biasanya hidup terbatas pada daerah terjauh pada estuari yang umumnya mempunyai salinitas 30% atau lebih. Kelompok yang memunyai kemampuan untuk mentolelir variasi penurunan salinitas sampai dibawah 30% hidup di daerah terestrial dan menembus hulu estuari dengan tingkat kejauhan bervariasi sesuaidengan kemampuan spesies untuk mentolelirpenurunan tingkat salinitas.Kelompok terakhir adalah udang air tawar. Udang darikelompok ini biasanya tidak dapat mentolerir salinitas diatas 5%. Udang menempatiperairan dengan berbagai tipe pantai seperti: pantai berpasir, berbatu ataupunberlumpur. Spesies yang dijumpai pada ketiga tipe pantai ini berbeda-beda sesuaidengan kemampuan masing-masing spesies menyesuaikan diri dengan kondisi fisikkimiaperairan(Nontji, 2005).

  Distribusi udang galah kebanyakan di daerah tropis dan subtropics yang termasuk bagian indofasifik.kebanyakan habitat udang galah adalah sungai yang dipengaruhi oleh pasang surut, danau, waduk dan kolam. Di Indonesia, udang galah terdapat di Sumatera, Kalimantan, Jawa, Sulawesi dan Irian Jaya. Mereka hidup di danau-danau, saluran-saluran air dan perairan lainnya yang secara langsung maupun tidak langsung mempunyai hubungan dengan sungai bahkan, mereka juga ditemukan di sungai-sungai hingga sejauh 200 km dari muara (Effendie, 2002).

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

  6.1 Kesimpulan

  Dari hasil pembahasan di atas maka dapatdisimpulkan bahwa jenis-jenis udang di Sungai Blang Balee Gampong Cot Seumeureng Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Baratterdapat 5 spesies udang air tawar,terdiri dari 2 genus dan 2 family. Kelima spesies tersebut antara lain udang Lar (Macrobrachium lar), udang Muara(Macrobrachium equidens), udang Galah (macrobrachium

  

rosenbergii), udang Beras (Caridina gracilirostris),danudang Temasek (Caridina

temasek) , dengan genus Caridina dan Macrobrachium serta family Palaemonidae

  dan Atyidae.

  6.2 Saran

  Adapun yang menjadi saran dari penulis adalah :

  1. Penelitian ini masih perlu dilanjutkan dengan pengkajian tingkat kematangan gonad udang di Sungai Blang Balee.

  2. Penelitian seperti ini juga perlu dilanjutkan identifikasi di daerah-daerah lain untuk mengetahui lebih jauh lagi sumber daya udang air tawar maupun udang air laut yang merupakan sumber protein bagi masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

  Afiatai, N., Djuito, Haeruddin, Sulardiono,

  B. 2007.Buku Ajar TentangMatakuliahAvertebrata Air. Program StudiManajemenSumberdayaPerairanFakultasPerikanandanIlmuKelautan UniversitasDiponegoro. Semarang.

  D’Abramo, R. Louis, W. Brunson, danW.H. Daniels, 2001. Freshwater Prawns

  Biology and Life History. Extension Service of Mississippi State University.

  Effendie, M., I, 2002.BiologiPerikanan. YayasanPustakaNusatama.

  Yogyakarta.163 halaman. Hadie, W., E.L.Hadie, 1992.PembenihanUdangGalah, Usaha IndustriRumahTangga. Kanisius. 2007.

  Hadie. W, Hadie.

  E. Lies, MuljanahIjahdanMurniyati. 2001.

  TingkahLakuMakandan Molting PadaUdang.ProsidingPenelitian Budi DayaUdangGalah .PusatRisetPerikananBudidaya.

  Hendro, Didik W., dan Sri E.P. 2006.

  KebiasaanMakandanStrategiMakanUdangGalahHasilPenebaran di WadukDarma .Prosiding Seminar NasionalIkan.

  Jimoh A. Abayomi, Edwin O. Clarke, Olusegun O. WhenudanHaleemah B.

  Adeoye. Food and feeding habits of the African river prawn

  ( Macrobrachiumvollenhovenii, Herklots, 1857) in Epe Lagoon,

  southwest Nigeria. 2011. International Journal of Fisheries and Aquaculture . Vol. 3(1), pp. 10-15. Kusnadi,

  2009.KeberdayaanNelayandanDinamikaEkonomiPesisir.PusatPenelitiani layahPesisirdanPulau-pulau Kecil.Jember.LembagaPenelitiasUniversitasJember. Ling, S.W., 1967, The General Biology and Development of (Macro-brachium

  rosenbergii de Man, FAO Word Sci. Conf. Biol. Cult.Shrimps. Prawn, F.R:BSCP/67/E/30: 18 p.

  Mulyadi, S. 2007. EkonomiKelautan. PT. Raja GrafindoPersada: Jakarta. Murtidjo, A.B., 1992. BudidayaUdangGalahSistemMonokultur.Kanisius 1992.

  Nontji, A. , 2007. Laut Nusantara. Jakarta :Djambatan. Rahcman M. 1999. StrategidanLangkah-LangkahPenelitian. Jakarta; IIKIP

  Semarang Press Roy, D and S.R. Singh. 1997. The Food and Feeding Habits of Freshwater Prawn

  

Macrobrachiumchoprai . Asian Fisheries Science. Vol. 10 : 51-63

  Saravanan S, S. Biju, S. John. 2008. Moulting and behaviour changes in

  Freshwater Prawn . http://www.thefishsite.com. Dikinjungi 04 November

  2013] Widodo,J., danSuadi. 2006. PengelolaanSumberdayaPerikananLaut. Gajah Mada University Press: Yogyakarta.