SKRIPSI D iajukan U n tu k M em en u h i K ew ajiban dan M elen gk ap i S yarat Guna M em p eroleh G elar Sarjana S tra ta I D alam Ilm u T arbiyah

  

PERSEPSI SISWA TERHADAP SISWA BERJILBAB

DI SMA 1 DAN SMA 3 SALATIGA

TAHUN 2 0 0 7 /2 0 0 8

  S K R I P S I

  

D iajukan U ntuk M em en u h i K ew ajiban dan M elengkapi Syarat

Guna M em peroleh Gelar Sarjana S trata I

D alam Ilm u Tarbiyah

  

NIM : 111 04 008

JURUSAN TARBIYAH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

  JL S ta d io n 0 3 Telp. (0298) 3 2 3 7 0 6 3 2 3 4 3 3 S a la tig a 50721 ,

  Website :

DEKLARASI

  Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, peneliti menyatakan bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang pernah ditulis oleh orang lain atau pernah diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan.

  Apabila di kemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran orang lain di luar referensi yang peneliti cantumkan, maka peneliti sanggup mempertanggung jawabkan kembali keaslian skripsi ini di hadapan sidang munaqosah skripsi.

  Demikian deklarasi ini dibuat oleh penulis untuk dapat dimaklumi.

  Salatiga, 7 Agustus 2008 Penulis,

  Nur Alfivatur Rosidah

  NIM. 111 04 008

  J l S ta d io n 03 Telp. (0298) 323706, 32 3 4 3 3 S a la tig a 50721 Website : \vw\v.stainsalati»a.ac.id E-mail:

  Fatchurrahman, M.Pd DOSEN STAIN SALATIGA

NOTA PEMBIMBING

  Lamp : 3 eksemplar Hal : Naskah skripsi

  Saudari Nur AIfiyatur Rosidah Kepada Yth. Ketua STAIN Salatiga di Salatiga

  A ssalam u'alaikunu W r. Wb.

  Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka bersama ini, kami kirimkan naskah skripsi saudari: Nama :

NUR ALFIYATUR ROSIDAH

  NIM : 11104 008 Jurusan/Progdi : TARBIYAH / PAI

  Judul : PERSEPSI SISWA TERHADAP SISWA

  BERJILBAB DI SMA 1 DAN SMA 3 SALATIGA TAHUN 2007/2008

  Dengan ini kami mohon skripsi Saudari tersebut di atas supaya segera dimunaqosyahkan. Demikian agar menjadi perhatian.

  Wassalamu 'alaikum, wr, wb

  Salatiga, 7 Agustus 2008 Pembimbing

  JL S ta d io n 03 Telp. (0298) 3 2 3 7 0 6 , 3 2 3 4 3 3 S a la tig a 50721 Website :

  

P E N G E S A H A N

  Skripsi Saudari : NUR ALFIYATUR RASYIDAH dengan Nomor Induk Mahasiswa : 111 04 008 yang berjudul : "PERSEPSI SISWA TERHADAP

  

SISWA BERJILBAB DI SMA 1 DAN SMA 3 SALATIGA TAHUN

2007/2008", Telah dimunaqasahkan dalam sidang panitia ujian Jurusan Tarbiyah

  Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga pada hari:

  Kamis, 28 Agustus

2008 yang bertepatan dengan tanggal 26 Sya'ban 1429 H dan telah diterima

  sebagai bagian dari syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dalam Ilmu Tarbiyah.

  28 Agustus 2008 M Salatiga, ---------------------------------------

  26 Sya'ban 1429 H Panitia Ujian

  Ketua Sidang Sekretaris Sidang

  >r. Imam Sutomo. M.Ag Dr. Muh. Saerbzi M.Ag

  NIP. 150 2 1 6 81 4 NIP. 150 2 4 7 01 4 Penguji II

  Drs. Abdul Syukur. M.Si Maslikhah, M.Si

  NIP. 150 268 212 NIP. 150 302 272 Pembimbing

  

MOTTO

Jfa i anakJAdam, Sesungguhnya hgmi Tehah menurunkan kepadamu

(Pakpian u n tukjnenutup auratmu dun (Pakgian indah untuk,

perhiasan, dan (Pahgian takw a ItuCah yang paling 6aif^ yang

demikian itu adaCah se6ahagian dari tanda-tanda kekuasaan JACCah,

  

M udah-mudahan mere kg sehaCu ingat (jACjAr'raf: 26)

  PERSEMBAHAN Skripsi in i penuRs persembahkan untuki Orang tuabu tercinta dan m anusia-m anusia yang cinta ahgn kedam aian

KATA PENGANTAR

  Dengan nama Allah yang Maha Pengasih dan Penyayang. Alhamdulillah penulis panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan taufiq, hidayah serta inayahnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tanpa halangan yang tidak dapat penulis selesaikan. Sholawat serta salam semoga selalu Allah limpahkah kepada Nabi Agung Muhammad SAW, serta keluarga dan para sahabatnya.

  Penulisan skripsi yang berjudul "PERSEPSI SISWA BERJILBAB DI SMA 1 DAN SMA 3 SALATIGA TAHUN 2007/2008".

  Selanjutnya dengan hormat dan ucapan terima kasih yang sedalam- dalamnya penulis sampaikan kepada:

  1. Drs. Imam Sutomo selaku Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga.

  2. Fatchurrahman, M.Pd, selaku Kaprogdi PAI sekaligus pembimbing yang penuh kesabaran telah meluangkan waktunya untuk memberikan pengarahan serta bimbingan dalam penulisan skripsi sejak awal hingga akhir ini dapat terselesaikan.

  3. Semua dosen yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan yang menunjang demi tersusunya skripsi ini.

  5. Bapak dan Ibuku, dengan doa dan kesabarannya yang selalu mendorong penulis agar cepat menyelesaikan studinya.

  6. Adik-Adikku (Nia dan Ari) serta calon adik Iparku (Toha) yang telah banyak membantu sampai terselesaikannya skripsi ini.

  7. Kepada seluruh keluarga besarku yang telah memberikan do'a dan motivasinya.

  8. Sahabat-sahabatku yang selalu mendukungku (Irma, Ani, Fauzul dan Arfi)

  9. Teman-teman terbaikku Mabk Firoh, Mbak Nafi, Atina, lir, Azizah dan Fatih, teman-teman se KKN (Farida, Eka, Sibro, Mutaqin, Makruf, Ari, Taufan)

  10. Serta teman-teman seangkatan lain yang tak bisa tersebut satu persatu.

  11. Kepada Pak Dhe, Mas Ali, Mas Arif, Mas Lilik yang telah banyak membantu.

  Semoga amal mereka diterima sebagai amal ibadah oleh Allah SWT serta mendapatkan balasan yang berlipat ganda. Amin Penulis menyadari dan mengakui bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, semua itu dikarenakan keterbatasan kemampuan serta pengetahuan penulis. Oleh karena itu kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan dalam kesempurnaan skripsi ini.

  Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini memberikan sumbangan bagi pengembangan dunia pendidikan khususnya pendidikan agama Islam.

  Salatiga, 7 Agustus 2008

  DAFTAR ISI

  

  BAB I PENDAHULUAN

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  BAB III METODE PENELITIAN

  

  

  

  

   BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN

  A. Gambaran Umum SMA Negeri 1 dan SMA Negeri 3 Salatiga 41

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

   BAB V ANALISIS DATA

  A. Tingginya Kesadaran Siswa SMA Negeri 1 dan SMA

  

   C. Faktor-faktor yang Melatar Belakangi Pandangan Siswa

  BAB VI PENUTUP

  

  

   DAFTAR PUSTAKA DAFTAR RIWAYAT HIDUP LAMPIRAN-LAMPIRAN

  DAFTAR TABEL

  Tabel I Sarana dan Prasarana S MAN 1 Salatiga

  43 Tabel II Daftar Guru SMAN 1 Salatiga

  44 Tabel III Daftar Siswa SMAN 1 Salatiga

  48 Tabel IV Data Keberagamaan Siswa SMA N 1 Salatiga

  48 Tabel V Data Siswi Beijilbab SMA N 1 Salatiga

  49 Tabel VI Staf Tata Usaha SMAN 1 Salatiga

  50 Tabel VII Struktur Organisasi SMA N 1 Salatiga

  51 Tabel VIII Sarana dan Prasarana SMA N 3 Salatiga

  52 Tabel IX Daftar Guru SMAN 3 Salatiga

  54 Tabel X Daftar Siswa SMAN 3 Salatiga

  56 Tabel XI Daftar Keberagamaan siswa

  56 Tabel XII Data Siswi Berjilbab SMAN 3 Salatiga

  57 TABEL XIII Struktur organisasi SMAN 3 Salatiga

  58

  

BABI

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

  Banyak anggapan bahwa agama dipandang sebagai sumber inspirasi manusia dalam bertingkah laku. Bila agama seseorang dinilai baik oleh orang lain, maka baik pula prilakunya. Akan tetapi, bila orang tersebut kurang baik dalam menjalankan perintah agama, maka banyak pula yang menganggap orang tersebut kurang baik prilakunya. Karena orang tersebut dianggap tidak bisa menjalankan perintah agama dengan baik. Dalam hal ini, agama Islam telah mengatur berbagai hal dalam kehidupam manusia yang juga dianggap sebagai petunjuk jalan hidup, termasuk berpakaian dan menutup aurat.

  Pada dasarnya, semua agama mengajarkan dan memberi petunjuk pada kebaikan. Sedangkan motivasi berbuat baik atau buruk ada pada diri seseorang, dan bukan agama yang disalahkan ketika seseorang berbuat tidak sesuai dengan norma. Begitu juga dengan menutup aurat, seorang wanita yang menutup aurat dengan mengenakan jilbab tetapi prilakunya tidak sesuai dengan norma, maka persepsi tentang menutup aurat itupun menjadi bermacam-macam. Nilai-nilai positif dan negatif akan mengikuti persepsi tersebut, termasuk juga nilai-nilai agama.

  Berkenaan dengan hal ini, agama Islam telah mengatur tentang

  2 Artinya : "Hai nabi, Katakanlah kepada isteri-isterimu, anaK-anaK perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka". Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, Karena itu mereka tidak di ganggu, dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.1 2

  Yang dimaksud dengan jilbab disini adalah sejenis baju kurung yang lapang yang dapat menutup kepala, muka dan dada. Akan tetapi, seiring dengan perkembangan zaman, arti jilbab mengalami kemunduran dari arti aslinya. Banyak yang mengartikan jilbab hanya sebagai penutup rambut.

  Bukan penutup aurat, karena jilbab menjadi tren pada saat ini. Hal itulah yang menjadi salah satu faktor pendorong para remaja memakai jilbab.

  Masa remaja merupakan saat terjadinya emosi yang belum stabil dan mudah terpengaruh, menurut Zakiah Daradjat, remaja adalah golongan masyarakat yang paling mudah terkena pengaruh dari luar, karena mereka sedang mengalami kegoncangan emosi akibat perubahan dan pertumbuhan yang mereka lalui.3 Masa ini mempengaruhi pola pikir dan tingkah laku, baik yang bernilai positif maupun negatif.

  Para ahli mengambil patokan usia remaja antara 13-21 tahun.4 Usia tersebut merupakan usia yang penuh gejolak, terutama pada usia 16 tahun yaitu pada masa SMA. Seiring dengan perubahan zaman, siswa SMA lah yang mudah mendapat pengaruh, terutama mode. Seperti jilbab, bukanlah hal yang langka jika banyak siswa yang mengenakan jilbab.

  Pada dasarnya, motivasi seorang siswa memakai jilbab ada pada diri mereka sendiri. Entah karena kesadaran diri atau karena faktor-faktor yang lain. Inilah yang memunculkan banyaknya persepsi terhadap siswa berjilbab. Salah satu faktor munculnya persepsi tersebut adalah perbedaan latar belakang keluarga. Siswa yang latar belakang keluarganya biasa saja, akan berbeda dengan siswa yang latar belakang keluarganya adalah santri. Siswa yang latar belakang keluarganya santri akan berpendapat bahwa, memakai jilbab adalah suatu kewajiban yang didasari kesadaran diri. Sedangkan siswa yang berasal dari keluarga biasa, akan menilai bahwa siswa yang berjilbab dikarenakan takut ketinggalan zaman dan lain sebagainya. Fenomena seperti inilah yang banyak muncul dikalangan anak SMA, termasuk siswa SMA 1 dan SMA 3

  Salatiga.

  Banyak dari sekolah yang bercirikan Islam mewajibkan siswanya untuk mengenakan jilbab. Jadi tidak heran jika mereka menggunakannya pada waktu sekolah saja. Hal ini tentu berbeda dengan sekolah-sekolah umum, disana peraturan memakai jilbab tidak diwajibkan. Namun diperbolehkan sesuai dengan kemauan siswa itu sendiri. Di SMA 1 Salatiga dan SMA 3 Salatiga, peraturan seperti itu juga tidak diwajibkan. Akan tetapi dalam setiap hari karena kesadaran atas kewajiban dan ada pula yang mengenakan pada hari-hari tertentu. Misalnya ketika ada mata pelajaran agama Islam.

  Kasus seperti ini juga memunculkan berbagai persepsi dikalangan siswa SM A tersebut. Siswa yang mengenakan jilbab dihari-hari tertentu itu dinilai hanya ingin menarik perhatian guru saja agar mendapat nilai baik dalam mata pelajaran tersebut. Mereka yang mengenakan jilbab, dianggap sudah mendapat nilai plus dimata guru. Karena mereka dinilai menirukan gaya wanita muslimah.

  Selain itu, ada pula yang menganggap untuk apa berjilbab. Jika antara yang mengenakan jilbab dengan yang tidak mengenakannya tidak ada bedanya dalam bertingkah laku. Serta jilbab hanya dinilai sebagai budaya bangsa Arab. Yang pemakaiannya lebih cocok disana dari pada di Indonesia. Bahkan tidak perlu diterapkan di sekolah. Padahal, jilbab adalah pakaian ciri khas muslimah yang membedakannya dengan yang lain, serta bukan merupakan budaya Arab.

  Berdasarkan analisis tersebut, penulis berkeinginan untuk mengangkatnya menjadi sebuah bahasan dengan judul PERSEPSI SISWA TERHADAP SISWA BERJILBAB DI SMA 1 DAN SMA 3 SALATIGA TAHUN 2007/2008. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui persepsi siswa terhadap siswa berjilbab khususnya siswa SMA Negeri 1 dan SMA Negeri 3 Salatiga.

B. Penegasan Istilah

  Untuk menghindari adanya salah pengertian dalam memahami judul penelitian di atas, perlu ditegaskan beberapa istilah dalam judul diatas, yaitu:

  1. Persepsi Pengertian Persepsi menurut beberapa sumber, yaitu:

  a. Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, persepsi dalam tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu, atau proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui panca indera.5 b. Menurut kamus sosiolagi perception sosial adalah kondisi-kondisi yang mempengaruhi persepsi terhadap orang lain (persepsi sosial).6 c. Sedangkan dalam kamus psikologi, perception adalah proses untuk mengingat atau mengidentifikasikan sesuatu biasanya dalam persepsi rasa, bila benda yang kita ingat atau identitaskan adalah obyek yang mempengaruhi organ perasaan.7

  2. Berjilbab Jilbab menurut berbagai pendapat, yaitu:

  a. Dewan redaksi Ensiklopedi Islam mendefinisikan jilbab adalah sejenis baju kurung yang lapang yang dapat menutup kepala, muka dan dada8.

5 WJS.Poerwadarminto, Kamus Umum Bahasa Indonesia, PN.Balai Pustaka, Jakarta,

  6

  b. Riwayat Ibnu Jarir dan Abu Mayyan, jilbab ialah pakaian yang menutup pelipis dan hidung, walaupun kedua belah mata pemakainya nampak, akan tetapi pakaian itu menutup dada dan muka pemakainya.9

  Adapun indikator-indikator siswa berjilbab, yaitu:

  a. Beijilbab setiap hari

  b. Beijilbab saat ada acara tertentu

  c. Mengikuti tren mode

  d. Beijilbab saat keluar rumah saja Sedangkan indikator yang mempengaruhi persepsi siswa tentang siswa beijilbab yaitu: a. Perbedaan sikap keberagamaan

  b. Latar belakang keluarga

  c. Lingkungan masyarakat

  d. Perkembangan zaman atau tren

  e. Latar belakang pendidikan

  C. Pokok Permasalahan Berdasarkan pada latar belakang dan penegasan istilah diatas, maka penulis merumuskan beberapa pokok permasalahan dalam penelitian ini, yaitu:

  1. Bagaimana kesadaran siswa SM A Negeri 1 dan SMA Negeri 3 Salatiga

  7

  2. Bagaimana pandangan siswa SMA Negeri 1 dan SMA Negeri 3 Salatiga terhadap siswa yang berjilbab ?

  3. Apa faktor-faktor yang melatar belakangi pandangan siswa SMA Negeri 1 dan SMA Negeri 3 Salatiga terhadap siswa yang berjilbab?

D. Tujuan Penelitian

  Dari rumusan pokok permasalahan tersebut, dapat dirumuskan tujuan penelitian sebagai berikut:

  1. Untuk mengetahui bagaimana kesadaran siswa SMA Negeri 1 dan SMA Negeri 3 Salatiga untuk berjilbab.

  2. Untuk mengetahui pandangan siswa SMA Negeri 1 dan SMA Negeri 3 Salatiga terhadap siswa yang berjilbab.

  3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang melatar belakangi pandangan siswa SMA Negeri 1 dan SMA Negeri 3 Salatiga terhadap siswa yang berjilbab.

  E. Manfaat Penelitian Secara praktis, penelitian ini akan memberikan manfaat bagi siswa dalam memberikan persepsi terhadap siswa yang berjilbab. Baik dari segi positif ataupun segi negatif.

  Secara teoritis, diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi

F. Tahap-Tahap Penelitian

  1. Kegiatan Administratif yang meliputi: pengajuan ijin operasional untuk penelitian dari ketua STAIN Salatiga kepada pihak sekolah yaitu SMA Negeri 1 dan SMA Negeri 3 Salatiga, menyusun pedoman wawancara, pembuatan angket dan administrasi lainnya.

  2. Kegiatan lapangan yang meliputi:

  a. Survey awal untuk mengetahui gambaran lokasi penelitian yaitu di SMA Negeri 1 Salatiga dan SMA Negeri 3 Salatiga

  b. Memilih sejumlah siswa sebagai informen yang dilajutkan dengan responden penelitian, siswa yang dipilih adalah siswa yang memiliki ciri-ciri yang telah ditentukan yaitu siswa kelas 2 yang beragama Islam

  c. Melakukan observasi lapangan dengan membagikan angket dan mewawancarai sejumlah responden maupun informen sebagai langkah pengumpulan data

  d. Menyaji data dengan susunan dan urutan yang memungkinkan memudahkan untuk melakukan pemaknaan e. Mereduksi data dengan cara membuat data-data yang lemah atau menyimpang, sehingga akan tampak data yang akan dipakai dan data yang akan dibuang. Kemudian dilanjutkan dengan display data untuk melihat gambaran keseluruhan hasil penelitian f. Melakukan verifikasi untuk membuat kesimpulan-kesimpulan sebagai

G. Sistematika Penulisan Skripsi

  Agar teijadi pemikiran yang urut dalam memahami skripsi ini, maka perlu diketahui tata urutan penulisannya, adapun tata urutannya sebagai berikut: B A B I : PENDAHULUAN

  Pendahuluan memuat: latar belakang masalah, penegasan istilah, pokok permasalahan, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tahap-tahap penelitian dan sistematika penulisan skripsi.

  BAB I I : LAND ASAN TEORI Landasan teori berisi tentang teori-teori yang berhubungan dengan variable penelitian yaitu: Parsepsi yang meliputi Pengertian persepsi dan faktor yang mempengaruhi persepsi. Jilbab, berisi tentang hukum, syarat-syarat dan tipologi berjilbab, dan Persepsi siswa terhadap siswa berjilbab terdiri dari segi positif dan segi negatif.

  BAB III: METODE PENELITIAN Metode penelitian berisi tentang jenis penelitian, subyek dan obyek penelitian, teknik pengumpulan data, teknik pengambilan sampel dan analisis data.

  BAB IV: LAPORAN HASIL PENELITIAN Bab ini menguraikan tentang gambaran umum SMA Negeri 1 umum SMA Negeri 3 Salatiga, identitas sekolah, sarana dan prasarana, keadaan guru dan siswa, struktur organisasi SMA Negeri 3 Salatiga, serta hasil wawancara SMA Negeri 1 Salatiga dan SMA Negeri 3 Salatiga.

  BAB V : ANALISIS DATA Pada bab ini akan menguraikan analisis tentang tingginya kesadaran siswa SMA Negeri 1 dan SMA Negeri 3 Salatiga untuk berjilbab, analisis tentang pandangan siswa SMA Negeri 1 dan SMA Negeri 3 terhadap siswa yang berjilbab, analisis tentang faktor yang melatar belakangi pandangan siswa SMA Negeri 1 dan SMA Negeri 3 Salatiga terhadap siswa yang berjilbab.

  BAB V I : PENUTUP Berisi kesimpulan hasil penelitian dan saran-saran yang berhubungan dengan pihak terkait (subyek penelitian).

BAB II LANDASAN TEORI A. Persepsi

  1. Pengertian Persepsi Pengertian Persepsi menurut beberapa kamus, yaitu:

  a. Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, persepsi dalam tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu, atau proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui panca indera.10 b. Menurut kamus sosiolagi perception sosial adalah kondisi-kondisi yang mempengaruhi persepsi terhadap orang lain (persepsi sosial).11 * c. Sedangkan dalam kamus psikologi, perception adalah proses untuk mengingat atau mengidentifikasikan sesuatu; biasanya dipakai dalam persepsi rasa, apabila benda yang kita ingat atau identitaskan adalah obyek yang mempengaruhi organ perasaan.72

  Sedangkan menurut Slameto, persepsi adalah proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi ke dalam otak manusia.

  Melalui persepsi manusia terus-menerus mengadakan hubungan dengan lingkungannya. Hubungan ini dilakukan lewat inderanya, yaitu indera penglihat, pendengar, peraba, perasa dan pencium.13

10 WJS.Poerwadarminto, Kamus Umum Bahasa Indonesia, PN.Balai Pustaka, Jakarta,

  12 Berbeda dengan Stephen P. Robbins, yang mengartikan persepsi

  sebagai suatu proses dengan mana individu-individu mengorganisasikan dan menafsirkan kesan-kesan indera mereka agar memberikan makna bagi lingkungan mereka.14 Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa persepsi selalu terkait dengan adanya hubungan antara indera dan lingkungan pelaku persepsi.

  2. Faktor yang Mempengaruhi Persepsi Menurut Jalaludin Rakhmad, Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi ada 3, yaitu: a. Perhatian

  Perhatian adalah proses mental ketika stimuli atau rangkaian stimuli menjadi menonjol dalam kesadaran pada saat stimuli lainnya melemah. Perhatian terjadi bila kita mengkonsentrasikan diri pada salah satu alat indera kita, dan mengesampingkan masukan-masukan melalui alat indera yang lain.

  b. Faktor-Faktor Fungsional Faktor fungsional meliputi kebutuhan, pengalaman masa lalu dan hal-hal lain yang termasuk apa yang disebut sebagai faktor-faktor personal. Dalam hal ini yang menentukan persepsi bukan jenis atau bentuk stimuli, tetapi karakteristik orang yang memberikan respons pada stimuli itu.

  13

  c. Faktor-Faktor Struktural Faktor-faktor struktural berasal semata-mata dari sifat stimuli fisik dan efek-efek saraf yang menimbulkan pada sistem saraf individu.15

  Sedangkan menurut Stephen P. Robbins, individu-individu yang memandang pada satu benda yang sama, kemungkinan akan memiliki persepsi yang berbeda. Hal ini dikarenaka ada faktor yang bekerja untuk membentuk persepsi dan kadang memutar balik persepsi. Faktor-faktor ini dapat berada pada pihak pelaku persepsi (perceiver), dalam obyeknya atau target yang dipersepsikan atau dalam konteks dari situasi mana persepsi itu dilakukan.16 Diantaranya:

  1) Pelaku Persepsi Bila seorang individu memandang pada suatu target, dan mencoba menafsirkan apa yang dilihatnya, maka penafsiran itu sangat dipengaruhi oleh karakteristik-karakteristik pribadi dari pelaku pemersepsi individual itu. Diantara karakteristik pribadi yang lebih relevan mempengaruhi persepdi adalah sikap, motif, kepentingan atau minat, pengalaman masa lalu, dan pengharapan (ekspektasi). Faktor- faktor yang dikaitkan pada pelaku pemersepsi itu mempengaruhi apa yang dipersepsikannya.

  14

  2) Obyek atau Target Karakteristi-karakteristik dalam target yang akan diamati dapat mempengaruhi apa yang dipersepsikan. Karena target tidak dipandang dalam keadaan terpencil, hubungan suatu target dengan latar belakangnya dapat mempengaruhi persepsi. Seperti, kecenderungan untuk mengelompokkan benda-benda yang berdekatan atau yang mirip.

  3) Situasi Situasi merupakan konteks penting dalm melihat obyek-obyek, peristiwa-peristiwa, atau unsur-unsur lingkungan sekitar yang mempengaruhi persepsi. Seperti, waktu, lokasi atau sejumlah faktor situasional yang dapat mempengaruhi persepsi.17

  Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi tersebut dapat

  15 B. Jilbab

  1. Pengertian dan Fungsi Jilbab Jilbab berasal dari kata jalaba yang berarti menghimpun dan membawa, dahulu lebih dikenal sebagai hijab, yang artinya menyembunyikan manusia dibalik tirai. Menurut Ibn Khaldun, hijab berarti penghalang dan tirai perekat, dan bukan bermakna pakaian.

  Penggunaannya dimaksudkan sebagai penutup atau penghalang antara laki-laki dan perempuan yang bukan muhrim. Akan tetapi seiring dengan perkembangan zaman arti hijab bagi wanita dalam Islam adalah agar menutup badannya ketika berbaur dengan laki-laki, tidak mempertontonkan kecantikannya, dan tidak pula mengenakan perhiasan

  

1R

kecuali pada pihak-pihak tertentu.

  Secara terminologi, kata jalabib adalah bentuk jamak dari jilbab. Pakar tafsir al-Biqo’i memaknai jilbab sebagai baju yang longgar atau kerudung penutup kepala (Al-Khimar) atau pakaian yang menutupi baju dan kerudung yang dipakainya, atau semua pakaian yang menutupi badan wanita.1

  8 Jilbab dan Al-khimar erat kaitannya dengan hijab, karena jilbab menunjukkan fungsi hijab, yaitu fungsi mempertegas dan memperjelas.

  19

  Artinya, eksistensi jilbab terhadap hijab menjadi penguat bagi eksistensi hijab. Jika kita menyebut jilbab, otomatis kita menyebut bagian dari hijab.20 Hijab dan jilbab mempunyai maksud yang sama sebagai penutup aurat. Sebagaimana disebutkan dalam Qs.Al-Ahzab ayat 59 yaitu:

  Artinya: ‘‘'Hai nabi, Katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak

  perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh m e r e k a y a n g demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, Karena itu mereka tidak di ganggu . Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. ”21

  Dari ayat tersebut, dapat disimpulkan bahwa jilbab mempunyai dua fungsi pokok yaitu: a. Melindungi kesucian, kehormatan dan kemuliaan sebagai seorang wanita.

  b. Untuk menjaga identitas sebagai wanita muslimah yang membedakannya dengan wanita yang lain.

  Disamping dua fungsi pokok tersebut jilbab juga mempunyai fungsi tambahan yaitu sebagai pelindung dari suhu panas dan dingin serta sebagai perhiasan.

  Perhiasan (Az-Zinah) adalah sesuatu yang termasuk dalam kategori perhiasan yang dipakai wanita untuk berhias diri, baik berupa pakaian

  17

  maupun perhiasan. Bila Imam Fakhrur Razi memutlakkan az-zinah sebagai bentuk tubuh, maka pengertiannya dapat diimplikasikan menjadi tiga macam: (a), kosmetik, seperti celak, lipstik dan bedak; (b), perhiasan, seperti cincin, gelang dan kalung; (c), pakaian, seperti kerudung, baju, dan selendang.22

  Dari sini dapat disimpulkan bahwa wanita adalah perhiasan. Dan perhiasan wanita itu diupayakan untuk disembunyikan, kecuali yang tidak bisa disembunyikan. Sebagaimana firman Allah dalam Qs.An-Nur:31

  “....dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya... ”.

  Para ulama mengatakan bahwa ayat ini juga menunjukkan akan haramnya menampakkan anggota badan tempat perhiasan tersebut. Sebab jika perhiasannya saja dilarang untuk ditampakkan apalagi tempat perhiasan itu berada.23

  2. Hukum Mengenakan Jilbab Sejak Islam mengenal jilbab, sejak itu pula Islam mewajibkan jilbab bagi para perempuan. Menurut Al-Hafidz Ibn Katsir, perintah tentang kewajiban berjilbab dalam Qs.Al-Ahzab:59 bukan hanya untuk istri-istri nabi, anak-anak gadis nabi, tetapi juga wanita-wanita yang beriman. Demi kemuliaan mereka sendiri. Dengan mengulurkan jilbabnya,

  18

  mereka berbeda dengan wanita-wanita jahiliyah dan budak-budak perempuan pada zaman nabi.24 Dalam Qs.An-Nur ayat 31 disebutkan: * * z , y > ' t ' . , ? ' • ' ' A ' ’ ’ ' ' ’ ' \ \ i - /

  cr^iJ Of cr^-^- % Cnr-y^f 0 ^ 0 ^ i 'jrf j & ^ Crfr^O j‘ flit j' j' X! i& y

  M

j' oH j' # j' j' j'

i ■ > ' k J ' ' < 4 5-ijy Jj'y^ ^ j' o ^ 1-^

  C f ^ i 'P'Jjf' ^ ' j

  V3 f ^-4^' J-4^'

  • l

  Artinya: “Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka

  menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya, dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau Saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak- budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki- laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita, dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan, dan bertaubatlah kamu

  sekalian kepada Allah, Hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.

  Ayat ini menunjukkan empat hal yang dijadikan argumentasi atas jilbab yaitu: a. Perintah untuk menahan pandangan dari yang diharamkan oleh Allah

  SWT

  b. Perintah untuk menjaga kemaluan dari perbuatam yang haram

  c. Larangan untuk menampakkan perhiasan yang biasa tampak

  d. Perintah untuk menutupkan khimar ke dada2

  5

  26 Menurut Syaikh Abu Bakr Al-Jaza’iri, ayat ini menunjukkan hijab yang paling sempurna dan lebih kuat dari pada ayat sebelumnya. Dengan alasan:

  “Picuan fitnah karena mendengar suara gelang kaki perempuan yang memukul-mukul kakinya saat berjalan jauh lebih agistatif daripada rangsangan fitnah memandang wajah perempuan dan mendengar ucapannya. Apabila ayat ini Allah mengharamkan wanita memukul-mukul kakinya karena khawatir bila suaranya terdengar akan menyebabkan fitnah bagi pendengarnya, maka pengharaman memandang wajah perempuan yang merupakan pusat keelokannya, lebih dan sangat dikharamkan.” 27 Selain kedua ayat ini, masih ada ayat-ayat dari Al-Qur’an yang menjelaskan tentang hukum memakai jilbab yang lain. Serta ada pula hadis yang menjadi penguatkan atas perintah tersebut. Salah satunya adalah hadis menurut Abu Dawud yang diriwayatkan oleh Aisyah ra. Yang artinya:

  20 “Semoga Allah mengasihi kaum wanita Muhajirin generasi pertama. Tatkala Alia menurunkan ayat (Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya) mereka langsung merobek pakaian-pakaian bulunya, lalu digunakan sebagai kerudung”28

  3. Syarat-Syarat Jilbab Dalam buku yang berjudul Wanita berjilbab vs wanita pesolek Ada delapan syarat yang harus dipenuhi agar pakaian bisa disebut sebagai jilbab syar’i diantaranya:

  a. Menutupi seluruh tubuh, sebagaimana dalam Qs. Al-Ahzab : 59

  “...Hendaklah mereka mengulurkan jilbab mereka keseluruh tubuh

  Dari ayat tersebut ada ulama yang berpendapat bahwa

  mereka.... ”

  mengulurkan jilbab keseluruh tubuh termasuk wajah dan kedua telapak tangan adalah wajib. Dan sebagian ulama lain, berpendapat mewajibkan menutup wajah dan telapak tangan. Akan tetapi mereka tetap sepakat bahwa menutup wajah hukumnya lebih utama. Dan diperbolehkan membuka wajahya selama ia tidak berniat menampakkan kecantikan dan menggoda lawan jenis.

  b. Tidak terbuat dari bahan yang tipis menerawang, sehingga tidak terlihat bentuk tubuh pemakainya. Karena tujuan utama hijab adalah menutupi.

  c. Tidak menjadi hiasan by design atau overdecorated dengan beragam warna yang menyolok. d. Longgar, tidak ketat, tidak memperlihatkan lekuk-lekuk badan, tidak menonjolkan aurat, dan tidak memperlihatkan bagian-bagian tubuh yang memancing fitnah.

  e. Tidak menggunakan parfum yang dapat membangkitkan gairah laki- laki. Sebagaimana hadis yang disetujui oleh Adz-Dzahabi yang artinya: “Sesungguhnya apabila seorang wanita memakai parfum,

  kemudian melintas di hadapan kaum agar mereka mencium aroma parfumnya, maka ia adalah wanita pezina ”

  f. Tidak menyerupai busana laki-laki, menurut hadis Abu Hurairah ra.

  “Nabi melaknat laki-laki yang memakai pakaian ala busana wanita

  ”

  dan wanita yang memakai pakaian ala pakaian laki-laki

  g. Tidak mirip dengan pakaian kaum kafir. Hal ini didasarkan pada sabda nabi: “Barang siapa yang meniru (menyerupai) suatu kaum, maka ia 'Q

  adalah bagian dari mereka ”z

  h. Tidak merupakan pakaian syuhroh, yaitu pakaian yang menarik perhatian, dianggap aneh, sedangkan pakaian yang menutup aurat tidak termasuk syuhroh 2

  9

   30

  4. Tipologi Jilbab Menurut M. Subhan Zam-zami, jilbab merupakan fenomena yang membawa pesan beragam. Bila hanya mengikuti satu persepsi, maka akan terjerumus dalam penghakiman yang sewenang-wenang. Dan bila besar. Paling tidak ada empat tipologi yang bisa dipakai saat melihat fenomena jilbab. Tipologi itu berhubungan dengan motif, bentuk jilbab dan gaya hidup pemakainya.31 Diantaranya:

  a. Jilbab atas alasan teologis Yaitu kewajiban agama. Mereka yang mengenakan jilbab ini akan memahaminya sebagai kewajiban yang tidak bisa ditinggakan.

  Bentuk jilbab pun sesuai dengan standar-standar syariat, tidak hanya sebagai penutup rambut dan kepala, namun menurut sebagian dari mereka hingga sampai ke dada. Jilbab yang lebar, bila perlu menutupi seluruh tubuh. Perempuan yang mengenakan jilbab seperti ini juga akan berhati-hati dalam bergaul di ruang publik.

  b. Alasan Psikologis.

  Perempuan yang berjilbab atas motif ini, sudah tidak memandang lagi jilbab sebagai kewajiban agama, namun sebagai budaya dan kebiasaan yang bila ditinggalkan, akan membuat suasana hati tidak tenang. Kita bisa menemukan muslimah yang progresif dan liberal masih mengenakan jilbab, karena motif kenyamanan psikologis tersebut. Bentuk jilbab yang dikenakan berbeda dengan model pertama, dan disesuaikan dengan konteks dan fungsinya. Demikian juga dengan gaya hidup yang memakainya, jauh lebih terbuka, dan pergaulan mereka sangat luas, berbeda dari model pertama.

  23

  c. Jilbab Modis Jilbab sebagai produk dari fesyen. jilbab model ini dipandang sebagai jawaban terhadap tantangan dunia model yang sangat akrab dengan perempuan, namun disisi lain, ada nilai-nilai agama yang berusaha dipertahankan dan sebagai merek dagang. Munculnya outlet- outlet dan acara-acara peragaan busana muslimah, mampu menghadirkan model jilbab dan busana muslimah yang telah melampaui persoalan agama. Dalam laporan jurnalistik dari Maroko dan Aljazair di harian al-Hayat, ulama-ulama agama di dua negara itu mengecam munculnya jilbab-j ilbab modis. Menurut mereka, bentuk- bentuk jilbab tersebut tidak sesuai dengan standar syariat, demikian pula prilaku yang memakainya.32 Kata seorang ulama dari mereka, bagaimana seorang muslimah bisa mengenakan jilbab yang mini dan transparan, kadang rambut dan leher terlihat, dan dipadukan dengan kaos yang ketat.

  Arus modernisasi dan fesyen pada fenomena ketiga tak bisa dibendung oleh apapun, ia bisa menciptakan fenomena baru. Dan asumsi-asumsi yang dipakai untuk memandangnya pun tak bisa seperti yang ditunjukkan oleh ulama-ulama itu. Sedangkan di Indonesia, jilbab modis ini sangat menjamur, sangat digemari kawula muda, dan kalangan selebritis. Salah satu simbol yang bisa disebutkan adalah Gita

  24

  ketat, namun tetap setia berjilbab. Jilbab dan busana Gita, tak bisa lagi dilihat melalui model pertama yaitu teologis, karena dalam aturan syariat, jangankan bergoyang, menyanyi saja bisa menimbulkan masalah, d. Jilbab Politis.

  Fenomena ini muncul dari kelompok-kelompok Islam yang menggunakan simbol-simbol agama sebagai dagangan politik. Dalam konteks ini, jilbab tidak lagi menjadi persoalan keimanan, kesalehan, dan kesadaran pribadi, namun akan dipaksakan ke ruang publik. Inilah fenomena yang sebenarnya terjadi di Pakistan, di Aceh, dan di beberapa daerah di Indonesia yang berdalih ingin menerapkan syariat Islam. Apabila ada muslimah yang ingin mengenakan jilbab sebagai bentuk keyakinan pribadi, tanpa harus memakai standar pribadi tersebut terhadap orang lain, misalnya, yang memakai jibab lebih soleh dan terhormat dari yang tidak memakai. Disinilah, pihak yang selama ini mencurigai jilbab perlu melihatnya secara cermat.

  Jilbab sebagai keyakinan pribadi tak perlu dimusuhi. Bila hal ini terjadi, akan menjadi senjata bagi varian keempat untuk mempolitisir peristiwa tersebut. Bila benar, jilbab berhubungan dengan masalah keyakinan dan kesadaran, ia tak perlu peraturan. Disini, jilbab akan dipakai dan dipahami secara sehat, karena sebagai bentuk dari

  25 Jilbab sebagai model pakaian yang bisa memperkaya khazanah

  busana. Terserah apakah ia dipandang sebagai pakaian agama, ataupun pakaian adat-istiadat. Namun yang pasti dan perlu disadari adalah, ia tetaplah sebagai pakaian individu, yang tidak bisa dijadikan sebagai pakaian publik. Apabila jilbab dijadikan pakaian publik atas dasar motif agama, namun orang yang tidak meyakini agama tersebut tetap diwajibkan memakai jilbab, sama saja dengan mewajibkan non- muslim untuk shalat (Mohamad Guntur Romli).33

C. Persepsi Siswa terhadap Siswa Berjilbab

  Jumlah siswa berjilbab semakin meningkat akhir-akhir ini, yang pasti ada banyak alasan bagi siswa berjilbab. Sebagian memutuskan berjilbab dengan alasan teologis setelah melalui perjuangan panjang dan akhirnya meyakini bahwa itulah pakaian yang diwajibkan Islam. Sebagian memakai jilbab karena dipaksakan oleh aturan, terutama karena peraturan sekolah mengharuskan berjilbab. Sebagian lagi karena alasan psikologis, tidak merasa nyaman karena semua orang di lingkungannya memakai jilbab. Ada lagi karena alasan modis, agar tampak lebih cantik dan trendi, sebagai respon terhadap tantangan dunia model yang sangat akrab dengan perempuan. Ini dibuktikan dengan semakin banyaknya toko-toko busana muslim dan butik yang memamerkan jilbab dengan model mutakhir dan tentu saja dengan harga

  26

  tuntutan kelompok Islam tertentu yang cenderung mengedepankan simbol- simbol agama sebagai dagangan politik.34 Berbagai motivasi siswa mengenakan jilbab menyebabkan timbulnya persepsi positif dan negatif dikalangan siswa tersebut. Persepsi ini muncul karena adanya perbedaan sikap keberagamaan, latar belakang keluarga, lingkungan masyarakat, latar belakang pendidikan dan perkembangan zaman.

  Diantaranya:

  1. Segi negatif

  a. Jilbab merupakan budaya Arab Pada dasarnya jilbab telah ada sebelum Islam datang. Di antara mereka yang telah mengenal jilbab adalah masyarakat di Iran (Persia), kelompok-kelompok Yahudi dan besar kemungkinan sudah ada di India. Hal ini tidak sesuai dengan yang diungkapkan banyak orang bahwa pemakaian jilbab oleh para perempuan muslimah hanyalah melanjutkan tradisi Arab, atau dengan kata lain, tradisi jilbab merupakan wujud dari kultur Arab.

  Bangsa Arab ternyata belum mengenal jilbab kecuali setelah datangnya Islam. Pendapat ini diperkuat oleh Will Durant, seorang ahli sejarah yang telah mengungkapkan fakta naratif dan diskriptif tentang sejarah jilbab dalam The Story o f Civilization jilid 12. Dalam pemaparannya, kelompok Yahudi dan Syari’at Talmud menyatakan:

  27

  kerudung atau berceloteh di jalan umum atau asyik mengobrol bersama laki-laki dari kelas apapun, atau bersuara keras di rumahnya sehingga terdengar oleh tetangga-tetangganya, maka dalam keadaan seperti itu, suaminya boleh menceraikannya tanpa membayar mahar kepadanya.33 Bahkan kata Eipstein yang dikutip Nasaruddin Umar dalam tulisannya yang pernah dimuat di Ulumul Quran konsep h ijab dalam arti penutup kepala sudah dikenal sebelum adanya agama-agama Samawi (Yahudi dan Nasrani). Bahkan menurut Nasarudin, pakaian seperti ini sudah menjadi wacana dalam Code Bilalama (3.000 SM), kemudian berlanjut di dalam Code Hammurabi (2.000 SM) dan Code Asyiria (1.500 SM). Ketentuan penggunaan jilbab sudah dikenal di beberapa kota tua seperti Mesopotamia, Babilonia, dan Asyiria.

  CKompas, 25/11/02). 36 Selain sebagian komunitas Yahudi, komunitas Iran tempo dulupun telah mengenalnya. Bahkan nasib perempuan Iran tempo dulu sangat terkekang. Perempuan dari kelas terpandang tidak akan berani keluar rumah tanpa hijab dan kain kerudung. Mereka tidak diperbolehkan berbaur dengan laki-laki. Dan bagi wanita yang telah menikahpun tidak berhak melihat bapak atau saudaranya sendiri.

  Perlakuan terhadap perempuan tempo dulu ternyata sangat keras dan mengekang kebebasan mereka, padahal konsepsi seperti ini tidak ada 'l*?

  5

  7 3 * dalam Islam. 3

  28 Setelah Islam datang, Islam meluruskan konsepsi jilbab yang

  telah mengekang mereka. Hal ini sesuai dengan pujian Jawaharlal Nehru dalam bukunya Selayang Pandang tentang Sejarah Dunia yaitu :

  Sungguh telah terjadi pula perubahan besar dan menyedihkan secara berangsur-angsur dalam hal yang menyangkut kaum wanita. Karena, hijab belum pernah ada di kalangan-kalangan Arab dan tidak pula wanita-wanita Arab itu hidup terpisah dengan laki-laki ataupun disembunyikan darinya, bahkan mereka turut hadir di tempat-tempat umum dan mendatangi masjid-masjid, majlis-majlis pengajian dan ceramah-ceramah, sedang dia sendirilah yang berceramah dan menyampaikan nasihat-nasihatnya. Namun bangsa Arab setelah mencapai kemenangan demi kemenangan, mereka mengambil sedikit demi sedikit aturan-aturan dan tradisi-tradisi yang pernah berkembang di dua kekaisaran yang bertetangga dengan mereka, yaitu kekaisaran Romawi Timur dan kekaisaran Iran.38 b. Berjibab agar terlihat trendi

  Globalisasi Islam terjadi melalui perkembangan televisi dan media massa. Seperti halnya dengan jilbab, yang merupakan akibat gerakan revolusi Islam di negara Iran yang mewajibkan perempuan berjilbab, sampai pada akhirnya jilbab terkenal di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Di Indonesia pakaian muslim dan jilbab menjadi popular sekitar tahun 1980. Meskipun popularitas jilbab pada dasawarsa itu melalui berbagai hambatan, tetapi jilbab bisa bertahan sampai menjadi mode atau tren sekarang.39

  29 Jilbab yang menjadi tren saat ini sering disebut sebagai

  “kudung gaul, jilbab gaul, atau jilbab gaya selebritis” oleh para remaja Islam modern. Jilbab seperti ini muncul pada awal tahun 2000 menjelang millennium ketiga di saat media cetak dan elektronik mencapai puncak kejayaan. Era ini memberikan kebebasan mengekspresikan segala ide yang cenderung kebablasan.40 Termasuk ide dalam mengkreasikan jilbab yang banyak diperagakan oleh artis- artis di televisi.

  Fenomena ini menjadikan jilbab semakin menjamur di Indonesia. Berbagai model jilbab dapat ditemukan ditoko manapun.

  Pemakainya bukan hanya seorang muslimah yang taat tetapi seoranng muslimah yang kurang taat juga dapat memakainya.

Dokumen yang terkait

An al i s i s T ak s o n om i S i as at P e r m u k aan T u t u r an M ah as i s w a d al am S e m i n ar P r op os al S k r i p s i M ah as i s w a P r ogr a m S t u d i Pe n d i d i k a n B ah as a d an S as t r a I n d on e s i a Un i ve r s i t as J e

0 8 14

D i a j u k a n Gu n a Me me n u h i S a l a h S a t u S y a r a t u n t u k Me n y e l e s a i k a n Pe n d i d i k a n Pr o g r a m S t r a t a Sa t u Program Studi Agribisnis Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Jember

1 7 150

H U BU N G A N K A R A K TE R I S T I K I N D I V I D U D A N K O N D I S I K E R JA D EN G A N K EJA D I A N CARP AL T U N N EL S Y N D R O M E (C T S ) (S tu d i p a d a O p e r at o r K om p u te r War u n g I n te r n e t d i K e l u r ah an S u m b e

0 6 21

Hu b u n gan P e n ge tahu an d an S ik a p Orang T u a te n tang K e se h at an R e p r od u k si d e n gan T in d ak an Oran g T u a M e n gaw in k an P u te r in ya d i Usia Re m aj a (Stud i d i K e c a m at an S u k o w on o K ab u p at e n Je m b e

0 16 19

I M P L E M E N T A S I P R O G R A M P E N Y A L U R A N B E R A S U N T U K K E L U A R G A M I S K I N ( R A S K I N ) D A L A M U P A Y A M E N I N G K A T K A N K E S E J A H T E R A A N M A S Y A R A K A T M I S K I N ( S t u d i D e s k r i p t i f

0 15 18

I M PL E M E N T A S I S PE K T R U M R E S PO N S G E M PA PA D A N G PA D A G E D U N G L A B O R M I C R O T E A C H I N G U N I V E R S I T A S N E G E R I PA D A N G D E N G A N M E T O D E A N A L I S I S S PE K T R U M R E S PO N S

0 4 10

I n ve n t ar i s as i K u p u k u p u

0 4 16

A J I A N F I S I O L O G I S P E M B E R I A N N I T R O G E N Y A N G B E R B E D A T E R H A D A P P E R T U M B U H A N T A N A M A N S U W E G ( A m o r p h o p h a l l u s c a m p a n u l a t u s )

0 3 15

S E G N E P r i h k A s a g u T

0 0 64

D ia ju k a n U n tu k M e m e n u h i K e w a jib a n d a n M e le n g k a p i S y a r a t G u n a M e m p e ro le h G e la r S a ija n a P e n d id ik a n Is la m D a la m Ilm u T a rb iy a h

0 0 98