Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perancangan Iklan Layanan Masyarakat “Stop Penggunaan Kata Autis dalam Candaan Sehari-hari” T1 362008006 BAB I

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Perancangan

Anak dengan Autism Spectrum Disorder (ASD) sering digambarkan sebagai anak yang hidup dalam dunianya sendiri. Banyak dijumpai anak autis

menunjukkan perilaku “aneh”, misalnya suka melihat benda-benda berputar, suka menekuk-nekukkan jari, melihat orang dengan cara melirik. Sebenarnya anak autis sama dengan anak-anak yang lain, hanya saja mereka memiliki keistimewaan yang tidak dimiliki anak lainnya dan mereka membutuhkan perhatian yang lebih.

Seiring berjalannya waktu, pertumbuhan anak yang terkena gangguan autis ini semakin mengalami peningkatan dari tahun ke tahunnya. Berdasarkan data Centre for Disease Control and Prevention Amerika Serikat menyebutkan bahwa autis kini sudah menjadi permasalahan gangguan perkembangan yang mendalam di seluruh dunia, temasuk di Indonesia. Ini dikarenakan jumlah anak autis yang semakin bertambah setiap tahunnya, pada tahun 1987 rasio jumlah orang dengan autis adalah 1 : 5.000, kemudian tahun 2002 naik menjadi 1:150, tahun 2006 menjadi 1:110 anak. Tahun 2008 rasio anak autis meningkat lagi menjadi 1:100 anak, dan di 2012 terjadi peningkatan yang cukup memprihatinkan dengan jumlah rasio 1 dari 88 orang anak saat ini mengalami autisme (Putro Agus,2012) .

Di Salatiga sendiri berdasarkan wawancara dengan psikolog sekaligus pendiri Sekolah Autis Talenta Kids Salatiga, Dra. Hj. Lilik Sriyanti, M.SI. mengatakan bahwa walaupun kota kecil tapi pertumbuhan anak dengan gangguan autis di Salatiga cukup tinggi. Lilik menambahkan per sepuluh ribu kelahiran hampir dipastikan 7 kelahiran merupakan anak autis. Jika di kota ini jumlah penduduknya sekitar 170 ribu jiwa, bisa ditebak pasti banyak juga anak yang menderita autis, belum lagi di wilayah sekitarnya.

Selain masalah dari diri mereka sendiri yang sulit untuk berkomunikasi dengan lingkungan sosial mereka ternyata masalah lain juga datang dari lingkungan mereka, dimana sebagian besar masyarakat Indonesia memiliki pandangan berbeda-beda terhadap anak autis, anak autis bahkan sering diejek dan


(2)

dijadikan bulan-bulanan oleh teman sebayanya. Para tentangga tidak mau jika anak autis ini main ke rumah mereka. Begitu melihat saja, mereka langsung menutup rumah mereka. (Ciptono,2009:186)

Di sisi lain, belakangan ini kita sering mendengar, membaca ada sebagian anggota masyarakat yang menggunakan kata autis dengan demikian mudahnya. Dari pengamatan, penulis menemukan beberapa bentuk penyalahgunaan kata autis yang dilakukan oleh remaja.

Gambar 1


(3)

Gambar 2

Pemakaian Kata Autis Pada Profil dan Percakapan

Siti Khatijah (Suara Merdeka,2013:20) menyebutkan ;

“Nggak banyak yang menyadari, guyonan remaja zaman sekarang itu terkadang melampaui batas. Salah satunya yaitu sebutan “autis”yang disematkan kepada mereka yang asyik sendiri bermain gadget atau suka menyendiri. Sadarkah lontara itu sebenarnya sebuah pelecehan terhadap para penyandang autisme ?”.


(4)

Kita sadari keberadaan anak dengan gangguan autis itu ada, bahkan semakin bertambah tiap tahunnya. Meski dalam kenyataannya mereka sulit untuk bersosialisasi, bukan berarti kita bisa memandang sebelah mata keberadaan mereka. Demikian rumit dan banyak permasalahan dalam hal kemampuan berkomunikasi, interaksi sosial dan tingkah laku serta emosi, yang mungkin dialami penyandang autisme. Tak terhitung betapa banyak waktu, tenaga dan perhatian serta biaya dicurahkan orangtua dalam rangka menanggulangi masalah gangguan autisme pada anaknya. Maka, bisa kita bayangkan, betapa sedih bila sementara itu, ada orang lain yang dengan seenaknya menggunakan kata “autis” sebagai bahan olok-olokan misalnya.

Jika tekanan dari masyarakat dan juga teman sebayanya ini dibiarkan terus berlanjut pada anak, maka dalam jangka panjang akan menjadi penghambat bagi terbentuknya psiko-sosial anak (Hendra,2006:18). Selain itu dampak akhirnya kita akan kehilangan generasi mendatang karena anak autisme tidak mendapat penanganan yang baik.

Dari beberapa alasan diatas, penulis kemudian berencana untuk membuat sebuah perancangan iklan layanan masyarakat yang berisi kampanye sosial untuk mengajak remaja berhenti menggunakan kata-kata autis secara sembarangan. Sehingga dengan adanya iklan layanan masyarakat ini stereotipe yang memandang anak autis sebelah mata akan hilang secara perlahan.

Segmentasi iklan layanan masyarakat ini nantinya akan ditujukan kepada remaja. Mengapa remaja, karena dari pengamatan penulis saat ini hampir sebagian besar yang memakai kata autis sebagai bahan bercandaan adalah remaja. Pada kisaran usia remaja (12thn – 22thn) merupakan masa peralihan dimana individu mengalami ketidakjelasan dan memiliki keraguan akan peran yang harus dilakukan, karena remaja bukanlah anak-anak tetapi juga belum bisa dikatakan dewasa, ketidakjelasan status menyebabkan masa remaja sebagai masa dimana individu mencari eksistensi diri. Sehingga, sebagian besar anak remaja sangat mudah terpengaruh oleh hal-hal yang ada di sekelilingnya, termasuk pengaruh pergaulan yang mendorong ke hal-hal yang negatif (Hurlock, 2004:207).


(5)

Untuk menentukan bentuk media dan isi pesan yang akan dibuat, penulis memakai cara consumer insight1 dan consumer journey2. Dengan cara ini penulis akan dengan mudah menemukan isi pesan apa yang bisa dicerna dan mudah dipahami oleh target segmentasi, selain itu penulis juga bisa menemukan media-media apa saja yang cocok dan memang menjadi kebutuhan bagi target segmentasi.

1.2Rumusan Perancangan

Dengan memperhatikan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka penulis merumuskan permasalahan

1.2.1 Jenis media iklan layanan masyarakat apa yang komunikatif dalam menyadarkan adanya penyalahgunaan kata autis dan mengajak remaja untuk tidak memakai kata autis secara sembarangan ?

1.2.2 Bagaimana merancang iklan layanan masyarakat yang komunikatif sehingga dapat menyadarkan adanya penyalahgunaan kata autis dan mengajak remaja untuk tidak memakai kata autis secara sembarangan?

1.3Tujuan Perancangan

Mengacu pada rumusan masalah di atas, maka tujuan penulis membuat perancangan media promosi ini adalah sebagai berikut

1.3.1 Menemukan jenis-jenis media iklan layanan masyarakat yang sesuai dan efektif untuk menyadarkan adanya penyalahgunaan kata autis dan mengajak remaja untuk tidak memakai kata autis secara sembarangan. 1.3.2 Merancang sebuah iklan layanan masyarakat yang komunikatif dan

diharapkan mampu menyadarkan adanya penyalahgunaan kata autis

1 Consumer insight

adalah proses mencari tahu secara lebih mendalam, tentang latar belakang perbuatan, pemikiran dan perilaku seorang konsumen yang berhubungan dengan produk (Kasilo,2008:21)

2 Consumer journey

adalah kegiatan yang biasa dilakukan untuk mencari tahu apa yang sebenarnya benar-benar dibutuhkan oleh target market, memahamo consumer journey akan membuat strategi perancangan bisa disampaikan secara lebih efisien. Dan consumer journey akan selalu berhubungan dengan totalitas kegiatan target market (Kasilo,2008:73)


(6)

dan mengajak remaja untuk tidak memakai kata autis secara sembarangan.

1.4Pembatasan Perancangan

Tugas akhir ini berfokus pada upaya merancang iklan layanan masyarakat yang berisi kampanye sosial mengajak remaja untuk berhenti menggunakan kata-kata autis secara sembarangan. Iklan ini memiliki karakteristik sebagai berikut ;

1.4.1 Berisi tentang penyadaran diri adanya penyalahgunaan kata autis, dan juga ajakan untuk tidak memakai kata autis dalam candaan sehari-hari 1.4.2 Penyajian media akan ditentukan setelah penulis melakukan riset

consumer insight dan consumer journey

1.4.3 Pendekatan iklan layanan masyarakat ini dengan menggunakan ilustrasi kegiatan remaja yang sering dianggap “autis”, banyaknya orang dengan gangguan autis yang telah tersakiti saat kita memakai kata autis secara sembarangan

1.4.4 Segmentasi :

1. Segmen Geografi Primer : Kota Salatiga

Sekunder : Seluruh wilayah Indonesia 2. Segmen Demografi

Umur : 12 tahun – 22 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki dan Perempuan Agama : Semua kepercayaan

Kelas Sosial : Semua lapisan masyarakat

1.4.5 Gaya penyampaian iklan layanan masyarakat akan disesuaikan segmentasi umur remaja, maka gaya penyampaian pun akan bersifat bebas, kreatif, dan lebih berekspresi

1.5Manfaat Perancangan

Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi semua pihak yang berkepentingan dan berhubungan dengan obyek perancangan, antara lain :


(7)

1.5.1Manfaat Teoritis

Melalui perancangan ini diharapkan dapat memberikan tambahan informasi bagi mahasiswa lain dalam hal perancangan media kampanye sosial yang efektif tidak hanya untuk kepentingan lembaga tapi juga untuk kepentingan masyarakat luas

1.5.2Manfaat Praktis

Perancangan ini diharapkan dapat mengurangi atau bahkan menghilangkan penyalahgunaan kata autis, juga menghilangkan perbedaan antara anak autis dengan anak lainnya, Sehingga nantinya anak-anak ini tidak mengalami kesulitan di kemudian hari.

1.6 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data menurut Buchari.A (2008:97), adalah cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data.Pada perancangan ini metode yang digunakan penulis adalah sebagai berikut;

1.6.1Metode kepustakaan

Disini penulis akan mencari beberapa informasi pustaka mengenai autisme melalui buku-buku, majalah, surat kabar maupun internet yang memuat artikel tentang autisme.

1.6.2Metode Consumer Journey dan Consumer Insight

Dalam pencarian consumer insight penulis memakai sistem wawancara dengan target segmentasi mengenai penggunaan kata autis dikalangan para remaja, dari sini nantinya penulis bisa menggali isi pesan yang tepat bagi target segmentasi. Penulis juga akan memasukkan metode consumer journey, penulis akan mengikuti kegiatan dari salah satu remaja, mulai dari dia bangun tidur sampai dia akan tidur kembali. Tujuannya adalah mencari tahu bentuk media apa saja yang cocok untuk target segmentasi dan memang media ini yang dibutuhkan oleh target segmentasi.


(8)

1.6.3Metode Triangulasi Sumber Data

Selain melakukan pengamatan, penulis akan menggali data tambahan dari pakar yang ahli dibidang pencarian ide sampai tahap pengeksekusian iklan. Penulis akan mengkroscek data dengan ahli iklan

yaitu Djito Kasilo. Djito atau sering disebut “Ayah” dalam dunia

periklanan ini, telah menjabat dibeberapa bagian periklanan diantaranya sebagai copywriter Matari Advertising, creative director Binamark, Poliyama, Fortune Indonesia, Hotline, TBWA Indonesia. Jabatan terakhirnya adalah Strategic Planning Head & Creative Advisor Tatcticoms Indonesia. Berbagai produk atau jasa maupun partai politik dan calon kepala daerah juga pernah ditanganinya.

1.6.4Metode Observasi

Disini penulis akan melakukan observasi di dalam lingkungan target segmentasi.

1.7 Konsep Perancangan

Autisme merupakan gangguan pada beberapa anak yang saat ini sudah menjadi permasalahan gangguan perkembangan yang mendalam di seluruh dunia, temasuk di Indonesia. Namun sayangnya saat ini masyarakat masih belum mengerti apa itu sebenarnya autisme, sehingga mereka cenderung menganggap beda anak-anak dengan gangguan autis. Selain itu akhir-akhir ini sering didengar kalangan remaja memakai kata autis dengan seenaknya, dan seakan kata autis sudah menjadi kosakata wajib bagi remaja jaman sekarang.

Konsep perancangan akan diarahkan kepada penyadaran diri adanya penyalahgunaan kata-kata autis dan berlanjut pada ajakan untuk tidak memakai kata autis dalam candaan sehari-hari, dan kampanye sosial ini akan disampaikan melalui media-media yang ditemukan saat penulis mencari consumer insight dan consumer journey dari target segmentasi.


(9)

1.8 Kerangka Pikir

Gambar 3 Kerangka Pikir

Latar Belakang :

Keberadaan anak dengan gangguan autis itu ada, bahkan semakin bertambah tiap tahunnya.

Masalah :

 Penyalahgunaan kata autis secara sembarangan oleh anak muda

 Jika dibiarkan terus maka akan menjadi penghambat perkembangan anak dengan gangguan autis

Solusi :

Perancangan iklan layanan masyarakat yang berisi kampanye ajakan berhenti memakai kata autis secara sembarangan

Tujuan :

Menyadarkan adanya penyalahgunaan kata autis

Mengajak untuk tidak memakai kata autis secara sembarangan

Consumer insight :

Untuk menentukan isi pesan

Consumer journey :

Untuk menentukan pemilihan media

Hasil :

Iklan Layanan Masyarakat

“Stop Penggunaan Kata Autis Sembarangan dalam Candaan Sehari-hari”


(1)

Kita sadari keberadaan anak dengan gangguan autis itu ada, bahkan semakin bertambah tiap tahunnya. Meski dalam kenyataannya mereka sulit untuk bersosialisasi, bukan berarti kita bisa memandang sebelah mata keberadaan mereka. Demikian rumit dan banyak permasalahan dalam hal kemampuan berkomunikasi, interaksi sosial dan tingkah laku serta emosi, yang mungkin dialami penyandang autisme. Tak terhitung betapa banyak waktu, tenaga dan perhatian serta biaya dicurahkan orangtua dalam rangka menanggulangi masalah gangguan autisme pada anaknya. Maka, bisa kita bayangkan, betapa sedih bila sementara itu, ada orang lain yang dengan seenaknya menggunakan kata “autis” sebagai bahan olok-olokan misalnya.

Jika tekanan dari masyarakat dan juga teman sebayanya ini dibiarkan terus berlanjut pada anak, maka dalam jangka panjang akan menjadi penghambat bagi terbentuknya psiko-sosial anak (Hendra,2006:18). Selain itu dampak akhirnya kita akan kehilangan generasi mendatang karena anak autisme tidak mendapat penanganan yang baik.

Dari beberapa alasan diatas, penulis kemudian berencana untuk membuat sebuah perancangan iklan layanan masyarakat yang berisi kampanye sosial untuk mengajak remaja berhenti menggunakan kata-kata autis secara sembarangan. Sehingga dengan adanya iklan layanan masyarakat ini stereotipe yang memandang anak autis sebelah mata akan hilang secara perlahan.

Segmentasi iklan layanan masyarakat ini nantinya akan ditujukan kepada remaja. Mengapa remaja, karena dari pengamatan penulis saat ini hampir sebagian besar yang memakai kata autis sebagai bahan bercandaan adalah remaja. Pada kisaran usia remaja (12thn – 22thn) merupakan masa peralihan dimana individu mengalami ketidakjelasan dan memiliki keraguan akan peran yang harus dilakukan, karena remaja bukanlah anak-anak tetapi juga belum bisa dikatakan dewasa, ketidakjelasan status menyebabkan masa remaja sebagai masa dimana individu mencari eksistensi diri. Sehingga, sebagian besar anak remaja sangat mudah terpengaruh oleh hal-hal yang ada di sekelilingnya, termasuk pengaruh pergaulan yang mendorong ke hal-hal yang negatif (Hurlock, 2004:207).


(2)

Untuk menentukan bentuk media dan isi pesan yang akan dibuat, penulis memakai cara consumer insight1 dan consumer journey2. Dengan cara ini penulis akan dengan mudah menemukan isi pesan apa yang bisa dicerna dan mudah dipahami oleh target segmentasi, selain itu penulis juga bisa menemukan media-media apa saja yang cocok dan memang menjadi kebutuhan bagi target segmentasi.

1.2Rumusan Perancangan

Dengan memperhatikan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka penulis merumuskan permasalahan

1.2.1 Jenis media iklan layanan masyarakat apa yang komunikatif dalam menyadarkan adanya penyalahgunaan kata autis dan mengajak remaja untuk tidak memakai kata autis secara sembarangan ?

1.2.2 Bagaimana merancang iklan layanan masyarakat yang komunikatif sehingga dapat menyadarkan adanya penyalahgunaan kata autis dan mengajak remaja untuk tidak memakai kata autis secara sembarangan?

1.3Tujuan Perancangan

Mengacu pada rumusan masalah di atas, maka tujuan penulis membuat perancangan media promosi ini adalah sebagai berikut

1.3.1 Menemukan jenis-jenis media iklan layanan masyarakat yang sesuai dan efektif untuk menyadarkan adanya penyalahgunaan kata autis dan mengajak remaja untuk tidak memakai kata autis secara sembarangan. 1.3.2 Merancang sebuah iklan layanan masyarakat yang komunikatif dan

diharapkan mampu menyadarkan adanya penyalahgunaan kata autis

1 Consumer insight

adalah proses mencari tahu secara lebih mendalam, tentang latar belakang perbuatan, pemikiran dan perilaku seorang konsumen yang berhubungan dengan produk (Kasilo,2008:21)

2 Consumer journey

adalah kegiatan yang biasa dilakukan untuk mencari tahu apa yang sebenarnya benar-benar dibutuhkan oleh target market, memahamo consumer journey akan membuat strategi perancangan bisa disampaikan secara lebih efisien. Dan consumer journey akan selalu berhubungan dengan totalitas kegiatan target market (Kasilo,2008:73)


(3)

dan mengajak remaja untuk tidak memakai kata autis secara sembarangan.

1.4Pembatasan Perancangan

Tugas akhir ini berfokus pada upaya merancang iklan layanan masyarakat yang berisi kampanye sosial mengajak remaja untuk berhenti menggunakan kata-kata autis secara sembarangan. Iklan ini memiliki karakteristik sebagai berikut ;

1.4.1 Berisi tentang penyadaran diri adanya penyalahgunaan kata autis, dan juga ajakan untuk tidak memakai kata autis dalam candaan sehari-hari 1.4.2 Penyajian media akan ditentukan setelah penulis melakukan riset

consumer insight dan consumer journey

1.4.3 Pendekatan iklan layanan masyarakat ini dengan menggunakan ilustrasi kegiatan remaja yang sering dianggap “autis”, banyaknya orang dengan gangguan autis yang telah tersakiti saat kita memakai kata autis secara sembarangan

1.4.4 Segmentasi :

1. Segmen Geografi Primer : Kota Salatiga

Sekunder : Seluruh wilayah Indonesia 2. Segmen Demografi

Umur : 12 tahun – 22 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki dan Perempuan Agama : Semua kepercayaan

Kelas Sosial : Semua lapisan masyarakat

1.4.5 Gaya penyampaian iklan layanan masyarakat akan disesuaikan segmentasi umur remaja, maka gaya penyampaian pun akan bersifat bebas, kreatif, dan lebih berekspresi

1.5Manfaat Perancangan

Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi semua pihak yang berkepentingan dan berhubungan dengan obyek perancangan, antara lain :


(4)

1.5.1Manfaat Teoritis

Melalui perancangan ini diharapkan dapat memberikan tambahan informasi bagi mahasiswa lain dalam hal perancangan media kampanye sosial yang efektif tidak hanya untuk kepentingan lembaga tapi juga untuk kepentingan masyarakat luas

1.5.2Manfaat Praktis

Perancangan ini diharapkan dapat mengurangi atau bahkan menghilangkan penyalahgunaan kata autis, juga menghilangkan perbedaan antara anak autis dengan anak lainnya, Sehingga nantinya anak-anak ini tidak mengalami kesulitan di kemudian hari.

1.6 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data menurut Buchari.A (2008:97), adalah cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data.Pada perancangan ini metode yang digunakan penulis adalah sebagai berikut;

1.6.1Metode kepustakaan

Disini penulis akan mencari beberapa informasi pustaka mengenai autisme melalui buku-buku, majalah, surat kabar maupun internet yang memuat artikel tentang autisme.

1.6.2Metode Consumer Journey dan Consumer Insight

Dalam pencarian consumer insight penulis memakai sistem wawancara dengan target segmentasi mengenai penggunaan kata autis dikalangan para remaja, dari sini nantinya penulis bisa menggali isi pesan yang tepat bagi target segmentasi. Penulis juga akan memasukkan metode

consumer journey, penulis akan mengikuti kegiatan dari salah satu remaja, mulai dari dia bangun tidur sampai dia akan tidur kembali. Tujuannya adalah mencari tahu bentuk media apa saja yang cocok untuk target segmentasi dan memang media ini yang dibutuhkan oleh target segmentasi.


(5)

1.6.3Metode Triangulasi Sumber Data

Selain melakukan pengamatan, penulis akan menggali data tambahan dari pakar yang ahli dibidang pencarian ide sampai tahap pengeksekusian iklan. Penulis akan mengkroscek data dengan ahli iklan yaitu Djito Kasilo. Djito atau sering disebut “Ayah” dalam dunia periklanan ini, telah menjabat dibeberapa bagian periklanan diantaranya sebagai copywriter Matari Advertising, creative director Binamark, Poliyama, Fortune Indonesia, Hotline, TBWA Indonesia. Jabatan terakhirnya adalah Strategic Planning Head & Creative Advisor

Tatcticoms Indonesia. Berbagai produk atau jasa maupun partai politik dan calon kepala daerah juga pernah ditanganinya.

1.6.4Metode Observasi

Disini penulis akan melakukan observasi di dalam lingkungan target segmentasi.

1.7 Konsep Perancangan

Autisme merupakan gangguan pada beberapa anak yang saat ini sudah menjadi permasalahan gangguan perkembangan yang mendalam di seluruh dunia, temasuk di Indonesia. Namun sayangnya saat ini masyarakat masih belum mengerti apa itu sebenarnya autisme, sehingga mereka cenderung menganggap beda anak-anak dengan gangguan autis. Selain itu akhir-akhir ini sering didengar kalangan remaja memakai kata autis dengan seenaknya, dan seakan kata autis sudah menjadi kosakata wajib bagi remaja jaman sekarang.

Konsep perancangan akan diarahkan kepada penyadaran diri adanya penyalahgunaan kata-kata autis dan berlanjut pada ajakan untuk tidak memakai kata autis dalam candaan sehari-hari, dan kampanye sosial ini akan disampaikan melalui media-media yang ditemukan saat penulis mencari consumer insight dan consumer journey dari target segmentasi.


(6)

1.8 Kerangka Pikir

Gambar 3 Kerangka Pikir Latar Belakang :

Keberadaan anak dengan gangguan autis itu ada, bahkan semakin bertambah tiap tahunnya.

Masalah :

 Penyalahgunaan kata autis secara sembarangan oleh anak

muda

 Jika dibiarkan terus maka akan menjadi penghambat

perkembangan anak dengan gangguan autis

Solusi :

Perancangan iklan layanan masyarakat yang berisi kampanye ajakan berhenti memakai kata autis secara sembarangan

Tujuan :

Menyadarkan adanya penyalahgunaan kata autis

Mengajak untuk tidak memakai kata autis secara sembarangan

Consumer insight :

Untuk menentukan isi pesan

Consumer journey :

Untuk menentukan pemilihan media

Hasil :

Iklan Layanan Masyarakat

“Stop Penggunaan Kata Autis Sembarangan dalam Candaan Sehari-hari”


Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perancangan Iklan Layanan Masyarakat “Stop Penggunaan Kata Autis dalam Candaan Sehari-hari” T1 362008006 BAB II

0 0 17

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perancangan Iklan Layanan Masyarakat “Stop Penggunaan Kata Autis dalam Candaan Sehari-hari” T1 362008006 BAB IV

0 0 15

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perancangan Iklan Layanan Masyarakat “Stop Penggunaan Kata Autis dalam Candaan Sehari-hari” T1 362008006 BAB V

0 0 2

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perancangan Iklan Layanan Masyarakat “Stop Penggunaan Kata Autis dalam Candaan Sehari-hari”

0 0 16

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perancangan Iklan Layanan Masyarakat “Stop Penggunaan Kata Autis dalam Candaan Sehari-hari”

0 0 21

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Propaganda Politik dalam Iklan (Analisis Wacana Kritis Iklan Layanan Masyarakat Nasional Demokrat) T1 362007075 BAB I

0 0 7

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Propaganda Politik dalam Iklan (Analisis Wacana Kritis Iklan Layanan Masyarakat Nasional Demokrat) T1 362007075 BAB II

0 0 12

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Propaganda Politik dalam Iklan (Analisis Wacana Kritis Iklan Layanan Masyarakat Nasional Demokrat) T1 362007075 BAB IV

0 0 18

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Propaganda Politik dalam Iklan (Analisis Wacana Kritis Iklan Layanan Masyarakat Nasional Demokrat) T1 362007075 BAB V

0 0 26

T1__BAB I Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Produksi Iklan Layanan Masyarakat Infografis tentang Tips Cerdas Menyikapi Berita Hoax T1 BAB I

0 0 7