EKSISTENSI INDUSTRI KOPI DI KABUPATEN ACEH TENGAH.
EKSISTENSI INDUSTRI KOPI DI KABUPATEN
ACEH TENGAH
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
OLEH
MUSLIM ANSHARI NIM . 308131008
JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2012
(2)
(3)
(4)
vi
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Muslim Anshari
NIM : 308131008
Jurusan : Pendidikan Geografi
Fakultas : Fakultas Ilmu Sosial
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
benar-benar merupakan hasil karya sendiri atau bukan merupakan pengambilalihan
tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai hasil tulisan atau hasil
pikiran saya sendiri.
Apabila kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan hasil ciplakan
plagiasi, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
Medan, Agustus 2012
Saya yang membuat pernyataan
Muslim Anshari NIM. 308131008
(5)
v ABSTRAK
Muslim Anshari, NIM : 308131008, Eksistensi Industri Kopi di Kabupaten Aceh
Tengah. Skripsi, Jurusan Pendidikan Geografi FIS Unimed 2012.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) bagaimana eksistensi industri kopi berdasarkan faktor-faktor industri (modal, bahan baku, tenaga kerja, transportasi, dan pemasaran) di Kabupaten Aceh Tengah. (2) bagaimana pendapatan pemilik usaha kopi di Kabupaten Aceh Tengah. (3) bagaimana pendapatan pekerja pada industri kopi di Kabupaten Aceh Tengah.
Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Aceh Tengah dengan populasi sekaligus sampel adalah seluruh pemilik usaha pada Industri Kopi di Kabupaten Aceh Tengah yang berjumlah 40 pemilik usaha. Teknik pengumpulan data mengunakan teknik komunikasi langsung dan dianalisis secara deskriptif kualitatif.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) modal operasional yang digunakan pemilik usaha rata-rata dalam 1 bulan terakhir adalah Rp 2.975.897.033,00. Bahan baku yang digunakan adalah kopi gabah dan kopi gelondongan dengan jenis Arabika dan Robusta. Seluruh pemilik usaha mendapatkan bahan baku dari Kabupaten Aceh Tengah dan 50,00 % lainnya juga mendapatkan bahan baku dari Kabupaten Bener Meriah. Tenaga kerja tetap berjumlah 964 tenaga kerja. Moda transportasi yang digunakan truk pribadi dan jasa angkutan truk travel. Produk akhir dalam industri adalah Greenbeans (arabika,robusta), Greenbeans ready eksport (arabika) dan bubuk kopi. Cara pemasaran langsung digunakan oleh seluruh unit usaha dengan jangkauan pemasaran meliputi wilayah lokal, Medan, Bali, Riau, Jakarta, Benua Amerika, Benua Asia, dan Benua Eropa. (2) Pendapatan seluruh pemilik usaha berada di atas UMP Aceh (Rp 1.400.000,-). Dengan pendapatan rata-rata pemilik usaha adalah Rp. 2.723.295.226,-. (3) Pendapatan 2,60 % tenaga kerja berada dibawah UMP Aceh sedangkan 8,40% lainnya berpendapatan di atas UMP tersebut.
(6)
vii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ... i
LEMBAR PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN. ... ii
KATA PENGANTAR. ... iii
ABSTRAK ... v
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN. ... vi
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR. ... xi
DAFTAR LAMPIRAN. ... xii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 7
C. Pembatasan Masalah. ... 8
D. Perumusan masalah. ... 8
E. Tujuan Penelitian ... 9
F. Manfaat Penelitian. ... 9
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 10
A. Kerangka Teori... 10
B. Penelitian yang Relevan ... 28
C. Kerangka Berpikir ... 31
BAB III METODE PENELITIAN ... 33
A. Lokasi Penelitian ... 33
B. Populasi dan Sampel ... 33
C. Variabel dan Defenisi Operasional Penelitian ... 34
D. Teknik Pengumpulan Data ... 35
E. Teknik Analisis Data. ... 35
BAB IV DESKRIPSI WILAYAH KABUPATEN ACEH TENGAH ... 36
A. Keadaan Fisik ... 36
B. Keadaan Non Fisik ... 41
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 50
A. HasilPenelitian ... 50
(7)
viii
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 79
A. Kesimpulan. ... 79
B. Saran ... 80
DAFTAR PUSTAKA ... .81
(8)
ix
DAFTAR TABEL
No. Uraian Hal
1. Luas Wilayah Menurut Kecamatan Di Kabupaten Aceh Tengah
Tahun 2011 ... 39
2. Penggunaan Lahan Di Kabupaten Aceh TengahTahun 2011 ... 40
3. Jumlah Penduduk Dan Kepadatan Penduduk Di Kabupaten Aceh Te- ngah Berdasarkan Kecamatan Tahun 2011 ... 41
4. Komposisi penduduk menurut kelompok jenis kelamin di Kabupaten Aceh Tengah tahun 2011 ... 43
5. Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian Di Kabupaten Aceh Tengah Tahun 2011 ... 44
6. Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Di Kabupaten Aceh Tengah Tahun 2011 ... 45
7. Sarana Pendidikan Di Kabupaten Aceh Tengah Tahun 2011 ... 46
8. Komposisi Penduduk Menurut Agama Di Kabupaten Aceh Tengah Tahun 2011 ... 47
9. Sarana Peribadatan Di Kabupaten Aceh Tengah Tahun 2011 ... 47
10.Sarana Kesehatan Di Kabupaten Aceh Tengah Tahun 2011 ... 48
11.Usia Responden Industri Kopi di Kabupaten Aceh Tengah Tahun 2012 ... 50
12.Tingkat Pendidikan Responden Industri Kopi di Kabupaten Aceh Tengah Tahun 2012 ... 51
13.Sumber Modal yang Digunakan Pemilik Usaha Industri Kopi di Kabupaten Aceh Tengah Tahun 2012 ... 51
14.Jumlah Modal Operasional Pemilik Usaha dalam 1 Bulan Terakhir Pada Industri Kopi Di Kabupaten Aceh Tengah Tahun 2012 ... 52
15.Jumlah dan Jenis bahan Baku yang Pemilik Usaha dalam 1 Bulan Terakhir Pada Industri Kopi Di Kabupaten Aceh Tengah Tahun 2012 ... 55
16.Jumlah Tenaga Kerja Pemilik Usaha dalam 1 Bulan Terakhir Pada Industri Kopi Di Kabupaten Aceh Tengah Tahun 2012 ... 57
17.Asal PekerjaPemilik Usaha dalam 1 Bulan Terakhir Pada Industri Kopi Di Kabupaten Aceh Tengah Tahun 2012 ... 58
18.Tabel Biaya Transportasi Pemilik Usaha dalam 1 Bulan Terakhir Pada Industri Kopi Di Kabupaten Aceh Tengah Tahun 2012 ... 59
19.Jenis Produk Kopi Yang Dihasilkan Masing-Masing Responden Pada Industri Kopi Di Kabupaten Aceh Tengah Tahun 2012 ... 66
20.Cara Pemasaran Produk Industri Kopi Di Kabupaten Aceh Tengah Tahun 2012 ... 68
21.Jangkauan Wilayah Pemasaran Produk Industri Kopi Di Kabupaten Aceh Tengah Tahun 2012 ... 69
(9)
x
22.Pendapatan Bersih Responden Industri Kopi Di Kabupaten Aceh
Tengah Tahun 2012 ... 70 23.Pendapatan Tenaga Kerja Responden Pada Industri Kopi di Kabupaten
(10)
xi
DAFTAR GAMBAR
No. Uraian Hal
1. Skema Kerangka Berfikir... 32
2. Gambar Peta Administrasi Kabupaten. ... 37
3. Gambar Peta Persebaran Industri kopi. ... 38
4. Gambar Kopi Gabah. ... 54
5. Gambar Kopi Gelondongan. ... 55
6. Diagram Jenis Bahan Baku yang Digunakan Dalam Industri Kopi... 56
7. Kopi Proses Pengeringan. ... 63
8. Proses Penggilingan Kopi Gabah Menjadi Kopi Labu. ... 64
9. Kopi Asalan Atau Kopi Cacat. ... 65
10. Kopi Greenbeans (kopi hijau siap jual). ... 66
11. Para Tenaga Kerja Melakukan Sortir Greenbeans Manual (Handsortir) ... 67
12. Alat Tester Penguji Kualitas Kadar Air Kopi. ... 68
(11)
xii
DAFTAR LAMPIRAN
No. Uraian Hal
1. Pedoman Wawancara ...39
2. Penyusustan Bahan Baku ... 40
3. Jumlah Penduduk Dan Kepadatan Penduduk Di Kabupaten Aceh Te- ngah Berdasarkan Kecamatan Tahun 2011 ... 41
4. Analisis Biaya Dalam 1 Bulan Terakhir Industri Kopi ... 43
5. Produksi Dan Pemasaran Industi Kopi ... 45
6. Harga Jual Dan Penjualan Pada Industri Kopi Kabupaten Aceh Tengah. ... 47
(12)
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan salah satu negara agraris yang memiliki wilayah
pertanian yang sangat luas dengan sebagian besar dari angkatan kerja dan kegiatan
ekonomi nasional Indonesia berputar di sekitar kegiatan sektor pertanian. Untuk
mewujudkan arah pembangunan nasional yang sejahtera, konsep industri
pertanian (agroindustri) diharapkan mampu mewujudkan tujuan nasional bangsa
ini.
Salah satu produk perkebunan yang menjadi andalan Indonesia adalah
kopi. Menurut data Statistik Perkebunan luas areal perkebunan kopi di Indonesia
pada tahun 2010 adalah 1.210.365 ha dengan produksi pada tahun yang sama
mencapai 686.921 ton biji kering. Di dukung dengan iklim dan ketinggian tempat
yang sesuai dengan agriklimat tanaman kopi, industri kopi ini berkembang dan
tersebar di seluruh provinsi di Indonesia mulai dari Aceh hingga Papua dengan
kualitas dan kuantitas yang berbeda.
Secara garis besar menurut AEKI (Asosiasi eksportir dan industri kopi
indonesia) industri kopi dalam negeri dapat digolongkan kedalam 3 Kelompok,
yaitu: 1) Industri kopi olahan kelas kecil (Home Industri), pada industri ini
umumnya produk-produknya dipasarkan di warung atau pasar yang ada
disekitarnya dengan brand name atau tanpa brand name. Industri yang tergolong
pada kelompok ini pada umumnya tidak terdaftar di Dinas Perindustrian maupun
(13)
2
di Dinas POM. Industri pada kelompok ini tersebar di seluruh daerah penghasil
kopi. 2) Industri kopi olahan kelas menengah, Industri kopi yang tergolong pada
kelompok ini merupakan industri pengolahan kopi yang menghasilkan kopi bubuk
atau produk kopi olahan lainnya seperti minuman kopi yang produknya
dipasarkan di wilayah Kecamatan atau Kabupaten tempat produk tersebut
dihasilkan. Produknya dalam bentuk kemasan sederhana yang pada umumnya
telah memperoleh Izin dari Dinas Perindustrian sebagai produk Rumah tangga.
Industri kopi olahan kelas menengah banyak dijumpai di sentra produksi kopi
seperti di Lampung, Bengkulu, Sumatera Selatan, Sumatera Utara dan Jawa
Timur. 3) Industri kopi olahan kelas Besar, Industri kopi kelompok ini merupakan
industri pengolahan kopi yang menghasilkan kopi bubuk, kopi instant atau kopi
mix dan kopi olahan lainnya yang produknya dipasarkan di berbagai daerah di
dalam negeri atau diekspor. Produknya dalam bentuk kemasan yang pada
umumnya telah memperoleh, nomor Merek Dagang dan atau label lainnya.
Beberapa nama industri kopi yang tergolong sebagai industri kopi ini adalah PT
Sari Incofood Corp, PT. Nestle Indonesia, PT Santos Jaya Abadi, PT Aneka
Coffee Industri, PT Torabika Semesta dan lain sebagainya.
Salah satu sentra produksi kopi nasional yang cukup terkenal dengan kopi
specialty-nya adalah Kabupaten Aceh Tengah yang terletak di Provinsi Aceh.
Kopi asal Kabupaten Aceh Tengah terkenal dengan Kopi Gayo yang sudah
mendapatkan sertifikasi Indikasi Geografis (http://ditjenbun.deptan.go.id/
(14)
3
Kabupaten Aceh Tengah berada pada ketinggian antara 1.250 meter
sampai dengan 2.600 meter Dpl. Topografi Kabupaten Aceh Tengah yang
bergunung dan berbukit memiliki iklim tropis, dimana musim kemarau biasanya
jatuh pada bulan Januari sampai dengan Juli, musim hujan berlangsung dari bulan
Agustus sampai bulan Desember. Rata-rata curah hujan berkisar antara 1.082
sampai dengan 2.409 mm/tahun dengan jumlah hari hujan antara 113 sampai
dengan 160 hari per tahun (sumber data: BPS Kab.Aceh Tengah 2011). Suhu
udara 20,10°C, bulan terpanas adalah Bulan April dan Mei yaitu 20,6°C dan
terdingin pada Bulan September yaitu 19,70°C. Keadaan udara tidak terlalu
lembab dengan rata-rata kelembaban nisbi 80% dengan keadaan alam yang seperti
ini sangat mendukung bagi tanaman kopi.
Tanaman kopi di Kabupaten Aceh Tengah tersebar di setiap kecamatan
yang ada. Perkebunan kopi di Kabupaten Aceh Tengah diawali pada tahun 1918
oleh kolonial Belanda. Kopi ini sebagai ganti tanaman teh yang awalnya
dibudidayakan oleh Belanda namun tidak mendapatkan hasil yang memuaskan.
Pemerintah belanda mulai membuka perkebunan kopi dengan mempekerjakan
buruh perkebunan dari pulau jawa. Perkebunan pertamanya terletak di Kampung
Blang Gele dengan luas perkebunan kurang lebih 100 hektar yang sebelumnya
juga telah ditempati oleh beberapa kepela keluarga pribumi. Selanjutnya pada
tahun 1920 munculah sebuah perkampungan baru disekitar perkebunan kopi
tersebut. Hingga pada akhir tahun 1930 berkembang menjadi empat buah
kampung baru berdiri disekitar perkebuan kopi belanda tersebut yakni Kampung
(15)
4
Perkembangan kampung ini juga diiringi dengan perkembangan perkebunan kopi
oleh masyarakat pribumi yang mendapatkan pengetahuan dari petani yang
bertetangga dengan perkebunan belanda tersebut. Pabrik pertamanya terdapat di
Kabupaten Bener Meriah yang merupakan pemekaran dari Kabupaten Aceh
Tengah.
Jenis kopi yang banyak dibudidayakan di Kabupaten Aceh Tengah adalah
jenis kopi Arabika dan kopi Robusta. Kopi jenis Arabika ini hampir
seluruhnya dikembangkan oleh petani dengan total keterlibatan petani sebanyak
33.474 KK petani. Kopi jenis Arabika dianggap sangat istimewa dan
dikategorikan sebagai kopi spesial dimana menurut hasil uji citarasa (cupping test)
yang dikenalkan oleh Erna Knutsen sejak tahun 1974, kopi arabika gayo
memperoleh nilai antara 86-90. Kopi Arabika dari Kabupaten Aceh Tengah,
telah diknal dunia karena memiliki citarasa khas dengan ciri utama antara lain
aroma dan perisa yang kompleks dan kekentalan yang kuat. International
Conference on Coffee Science, Bali, Oktober 2010 menominasikan kopi Dataran
Tinggi Gayo ini sebagai the Best No 1, dibanding kopi arabika yang berasal dari
tempat lain (sumber: Berita Antara,2011).
Kopi Arabika organik ini mulai dikembangkan sejak tahun 1990. Tanaman
kopi Arabika di wilayah Kabupaten Aceh Tengah seluas 48.001 ha, terdiri dari
tanaman menghasilkan 39.203 ha, tanaman belum menghasilkan 5.230 ha,
tanaman rusak 3.568 ha dengan total produksi 28.344 ton dan rata-rata produksi
kopi arabika ditingkat petani di Kabupaten Aceh Tengah baru mencapai 723
(16)
5
kabupaten aceh tengah dengan luas 3.301 ha, terdiri dari tanaman menghasilkan
2.089 ha, tanaman belum menghasilkan 286 ha, tanaman rusak 926 ha dengan
total produksi 1.137 ton dan rata-rata produksi Kopi Robusta ditingkat petani di
Kabupaten Aceh Tengah mencapai 544 kg/ha (sumber data: BPS Kab.Aceh
Tengah 2011).
Tanaman kopi di Kabupaten Aceh Tengah umumnya dikelola dengan pola
perkebunan rakyat. Pola perkebunan yang seperti ini pengelolaannya masih
bersifat tradisional dan belum menggunakan teknologi budidaya kopi secara baik
dan benar. Petani mengolah bulir kopi gelondongan hingga menjadi biji kopi
tanpa daging kopi (pulp). Bahan baku berupa biji kopi kering tanpa daging buah
(pulp) ini kemudian dikumpulkan pada pengepul-pengepul kopi (agen) yang
selanjutnya mutu kopi tersebut dipengaruhi oleh pengolahan lebih lanjut di
pabrik-pabrik kopi yakni dengan proses penggilingan kopi dengan huller yang
akan mengupas kulit kopi menjadi biji hijau, selanjutnya kopi ini akan
dikeringkan kembali dengan di jemur di bawah sinar matahari. Pengeringan ini
membutuhkan waktu dan suhu tertentu yang mempengaruhi mutu kopi. Proses
selanjutnya adalah pemilihan (sortir), proses ini berguna untuk mengelompokkan
kopi pada kelas-kelas kualitas tertentu terakhir adalah proses pengemasan apabila
kopi yang dipasarkan hanya berupa coffca beans . Tetapi apabila kopi yang
dipasarkan berupa olahan bubuk kopi, maka langkah selanjutnya adalah
penyangraian biji kopi hijau hingga berubah menjadi coklat kehitaman. Hasil
(17)
6
Industri kopi di Kabupaten Aceh Tengah sangat bervariasi, dari industri
olahan kopi rumah tangga hingga pabrik kopi. Di Kabupaten Aceh Tengah
terdapat 40 pabrik kopi dengan jumlah pekerja tetap 377 jiwa, sedangkan pekerja
tidak tetap bergantung pada banyak tidaknya produksi kopi. Berdasarkan jumlah
pekerja tetapnya 13 unit usaha diantaranya tergolong industri rumah tangga, 26
unit usaha tergolong industri kecil dan 1 unit usaha merupakan industri besar.
Pabrik-pabrik tersebut tersebar 12 kecamatan di Kabupaten Aceh Tengah.
Topografi wilayah Kabupaten Aceh Tengah yang bergunung-gunung
mengakibatkan permasalahan dalam distribusi bahan baku karena tidak semua
wilayah penghasil kopi tersebut memiliki lokasi yang dekat dan mudah di jangkau
dari lokasi pabrik untuk pengolahan selanjutnya. Pengelolaan kopi ini
memerlukan waktu yang panjang membutuhkan biaya.
Beberapa negara pengimpor kopi di dunia telah bekerjasama dengan
Kabupaten Aceh Tengah, bahkan franchice seperti Starbucks juga telah menjalin
kerjasama ini. Dari sekian banyak permintaan yang ada, terkadang tidak
seluruhnya dapat terpenuhi, hal ini disebabkan banyaknya permintaan tidak
sebanding dengan produksi dan kualitas produk kopi yang ada (hasil wawancara
dengan Humas Koperasi Baitul Qirad Baburrayyan (KBQB) Kab.Aceh tengah).
Pemasaran kopi dari Kabupaten Aceh Tengah juga terkendala oleh adanya hak
paten yang digunakan oleh perusahaan kopi asal belanda. Sehingga berpengaruh
terhadap harga komoditas kopi yang tidak lagi memiliki nilai tawar tinggi. (
(18)
7
Usaha untuk meningkatkan kehidupan yang layak bagi pelaku industri
mulai dari petani kopi, pekerja, hingga pemilik usaha kopi harus didukung oleh
pemerintah setempat terutama dalam hal pembenahan kegiatan tataniaga komoditi
kopi, karena besarnya pendapatan mereka sangat ditentukan oleh pembentukan
harga jual. Masalah yang sering terjadi adalah ketidakstabilan harga pasar dimana
harga ini ditentukan oleh mutu kopi itu sendiri. Mutu kopi dipengaruhi oleh
proses pengolahan kopi dari hulu oleh petani hingga hilir dalam proses
pengolahan pabrik. Perbaikan mutu kopi tentu akan berpengaruh terhadap harga
jual kopi tersebut, dimana harga jual ini akan menentukan ketersediaan modal
yang berpengaruh pada ketersediaan bahan baku dan pekerja dalam
keberlangsungan proses produksi kopi yang pada akhinya akan berpengaruh
terhadap pendapatan pemilik usaha, pekerja dan petani sehingga akan menjadikan
tolak ukur dalam eksistensi industri ini.
B. Identifikasi Masalah
Sesuai dengan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka
yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah adanya kendala dalam
pengembangan industri kopi ini yakni dalam hal pengelolaan kopi yang belum
maksimal oleh petani, transportasi yang disebabkan topografi wilayah dan letak
pabrik yang jauh, produksi yang rendah pemasaran, kualitas kopi (mutu), dan
modal yang berpengaruh terhadap harga jual kopi tersebut. Keadaan ini tentu
(19)
8
berupa modal, bahan baku, tenga kerja, transportasi, pemasaran serta pendapatan
pemilik usaha yang berpengaruh pula pada pendapatan pekerja.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan pada identifikasi masalah di atas, maka masalah dalam
penelitian ini dibatasi pada faktor-faktor produksi industri kopi di Kabupaten
Aceh Tengah. Faktor-faktor tersebut antara lain modal, bahan baku, tenaga kerja,
transportasi, pemasaran, serta pendapatan pemilik usaha dan pekerjanya.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas maka yang menjadi
permasalahan pokok dari penelitian ini adalah:
1. Bagaimana eksistensi industri kopi berdasarkan faktor-faktor produksi
industri (modal, bahan baku, tenaga kerja, transportasi, dan pemasaran)
yang mendudung berdirinya industri kopi di Kabupaten Aceh Tengah.
2. Bagaimana pendapatan pemilik usaha industri kopi di Kabupaten Aceh
Tengah.
3. Bagaimana pendapatan pekerja pada industri kopi di Kabupaten Aceh
(20)
9
E. Tujuan Penelitian
Bertitik tolak dari perumusan masalah, adapun yang menjadi tujuan yang
hendak dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui bagaimana eksistensi industri kopi berdasarkan
faktor-faktor industri (modal, bahan baku, tenaga kerja, transportasi, dan
pemasaran) di Kabupaten Aceh Tengah.
2. Untuk mengetahui bagaimana pendapatan pemilik usaha kopi di
Kabupaten Aceh Tengah.
3. Untuk mengetahui bagaimana pendapatan pekerja pada industri kopi di
Kabupaten Aceh Tengah.
F. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1. Sebagai bahan masukan bagi departemen perindustrian Kabupaten Aceh
Tengah dalam mengambil kebijakan untuk mengembangkan industri kopi
di Kabupaten Aceh Tengah.
2. Sebagai bahan masukan bagi pemilik usaha industri kopi di Kabupaten
Aceh Tengah.
3. Menambah wawasan bagi penulis dalam menyusun karya ilmiah dalam
bentuk skripsi.
4. Bahan bandingan bagi peneliti lain khususnya objek yang sama pada
(21)
81
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pembahasan yang telah diuraikan, maka diperoleh
beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Modal operasional produksi tertinggi pada industri kopi adalah Rp17.058.615.700,- dan terendah Rp 182.774.750,-. Sumber modal paling
banyak adalah dana sendiri (30 unit) dan paling sedikit kemitraan (1 unit).
Sedangkan 10 unit usaha juga menggunakan modal yang bersumber dari
bank. Bahan baku yang digunakan adalah kopi gabah (35 unit) dan kopi
gelondongan (5 unit). Tenaga kerja berjumlah 644 tenaga kerja yang berasal
dari keluarga, lokal, Luar kabupaten dan luar provinsi. Alat transportasi yang
digunakan adalah truk pribadi dan angkutan umum truk travel.Produk akhir
adalahgreenbeans arabika (diproduksi oleh 32 unit), greenbeans arabikadan
greenbeans robusta (11 unit), greenbeans ready (8 unit) dan bubuk kopi (4
unit). Wilayah pemasaran meliputi wilayah luar Provinsi Aceh (35 unit),
mancanegara (8 unit).
2. Pendapatan pemilik usaha seluruhnya telah dapat memenuhi kebutuhan primernya. Karena pendapatan pemilik usaha telah berada di atas UMP
Provinsi Aceh (Rp 1.400.000). Pendapatan pemilik usaha terendah 1 bulan
terakhir adalah Rp 150.374.750dan tertinggi adalah Rp 14.774.003.800,-.
Dengan pendapatan rata-rata pemilik usaha adalah Rp. 2.723.295.226,-
(22)
82
3. Pendapatan pekerja pada industri kopi ini sangat bervariasi. Berdasarkan UMP Provinsi Aceh, terdapat 25 pekerja dengan upah dibawah UMR yakni
antara Rp 1.200.000 - Rp 1.399.900,-. Sedangkan 931 pekerja diberikan upah
di atas UMR Provinsi Aceh dengan nilai tertinggi Adalah Rp 2.500.000,-.
B. SARAN
Berdasarkan hasil pembahasan yang telah diuraikan, maka dalam
penelitian ini diperlukan beberapa saran antara lain sebagai berikut:
1. Pemerintah diharapkan untuk lebih memperhatikan keberadaan perindustrian
kopi dengan membantu memberikan modal bagi para pemilik usaha terutama
pemilik usaha dengan skala kecil. Bahan baku yang memiliki harga yang
variatif membuat sebagian pemilik usaha sulit dalam bersaing, karena itu
dibutuhkan kesetabilan harga yang disesuaikan terutama oleh dinas-dinas
terkait agar tidak terjadi kerugian dalam industri ini.
2. Pendapatan seluruh pemilik usaha berada diatas angka UMP Provinsi Aceh
sehingga diharapkan mampu mempertahankan kesetabilan usaha industri kopi
dan dapat mengembangkan industri ini menjadi lebih baik. Pemilik usaha
hendaknya mampu bersaing sehat dengan menjaga kesetabilan harga agar
persaingan pada industri ini menjadi lebih sehat.
3. Dalam industri kopi di Kabupaten Aceh Tengah masih terdapat tenaga kerja
yang berpendapatan di bawah UMP Provinsi Aceh. Hal ini diharapkan
mampu diubah dengan peningkatan produktifitas tenaga kerja sehingga dapat
(23)
83
DAFTAR PUSTAKA
Adisaputro, Gunawan dan Asri, Marwan.1984. Anggaran Perusahaan. Yogyakarta:BPFE
Alamsyah, Idham 2007. Analisis Nilai Tambah Dan Pendapatan Usaha Industri
”Kemplang” Rumah Tangga Berbahan Baku Utama Sagu Dan Ikan.
Jurnal. Palembang: Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya. Diakses
tanggal 23 Mei 2012
Asri, Ika wahyu yuni. 2010. Analisis Usaha Industri Emping Melinjo Skala Rumah Tangga Di Kabupaten Magetan. Skripsi. Surakarta: Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret. Diakses tanggal 25 Mei 2012
Bintarto, 1977. Geografi Sosial. Yogyakarta:Spring
BPS. 2012. Aceh Tengah dalam Angka 2012. BPS: Aceh tengah
Binaria.2010.Studi Tentang Kerajinan Tenun Ulos Di Desa Papande Kecamatan Muara. Skripsi. Medan: Jurusan Pendidikan Geografi FIS-Unimed
Kartasapoetra, G (Et.al). 1987. Pembangunan Perumusan Industri. Jakarta: PT Bina Aksara
Kotler, Philip. 2008. Manajemen Pemasaran. Jakarta: Indeks
Mulyadi.1990.Akuntansi Biaya.Yogyakarta:BPFE
Nafarin, M. 2004. Penganggaran Perusahaan. Jakarta: Salemba Empat
Octavia, Aristiya. 2011. Eksistensi Gerabah Di Kecamatan Bunut Kabupaten Asahan. Skripsi. Medan: Jurusan Pendidikan Geografi FIS-Unimed
(24)
84
Ranupandojo, Heidjrachman (dkk). 1985. Pengantar ekonomi perusahaan. Yogyakarta: BPFE
Ritonga .2010. Kajian Industri Mebel Di Kelurahan Sei Kambing D Kecamatan Medan Petisah. Skripsi. Medan: Jurusan Pendidikan Geografi FIS-Unimed
Sumaatmadja.1998. Studi Geografi: Suatu Pendekatan Dan Analisis Geografi. Bandung:Alumni
Wie, The Kian. 1989.pembangunan ekonomi dan pemerataan. Jakarta: LP3ES
Aeki. Industri Kopi Indonesia,(online), (http://www.aeki-aice.org/index . Diakses pada hari tanggal 4 juni 2012)
Burhanudin,M.2012. Selasa 31 Mei. Kopi Gayo, Warisan yang Menghidupi. Harian seputaraceh, (online), (http://seputaraceh.com/read. Diakses tanggal 16 Juni 2012)
Departemen Pertania. 2012. Jum’at 1 Juni. Kopi Gayo Tembus Pasaran Amerika,
(online), (http://ditjenbun.deptan.go.id/perbenpro/index. Diakses tanggal 4 Juni 2012)
Sajo, Daud. 2009.Klasifikasi Industri, (Online), (http://geografibumi.blogspot.com /2009/10/klasifikasi-industri.html diakses tgl 11 Januari 2012)
Haliah, Novaria. 2006. Pengertian, Definisi, Macam, Jenis dan Penggolongan
Industri di Indonesia - Perekonomian Bisnis, (online), (http://organisasi.org. Diakses tanggal 4 Juni 2012)
Sulhadi. 2010. Sumber Modal Atau Dana Untuk Bisnis, (online), (http://sulhadi.com .html Diakses tanggal 23 mei 2012)
(25)
85
Syamrilaode. 2010. Pengertian Bahan Baku dan Jenis-Jenisnya, (online), (http://id.shvoong.com Diakses tanggal 23 mei 2012)
Wikipedia. 2012. Faktor Produksi, (online), (http://www.aeki-aice.org/index. Diakses tanggal 24 Mei 2012)
Zulkarnain. 2012. Minggu 20 Mei. Jejak Kopi Gayo. Harian Atjehpost, (online), (http://atjehpost.com. Diakses tanggal 16 Juni 2012)
(1)
E. Tujuan Penelitian
Bertitik tolak dari perumusan masalah, adapun yang menjadi tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui bagaimana eksistensi industri kopi berdasarkan faktor-faktor industri (modal, bahan baku, tenaga kerja, transportasi, dan pemasaran) di Kabupaten Aceh Tengah.
2. Untuk mengetahui bagaimana pendapatan pemilik usaha kopi di Kabupaten Aceh Tengah.
3. Untuk mengetahui bagaimana pendapatan pekerja pada industri kopi di Kabupaten Aceh Tengah.
F. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1. Sebagai bahan masukan bagi departemen perindustrian Kabupaten Aceh Tengah dalam mengambil kebijakan untuk mengembangkan industri kopi di Kabupaten Aceh Tengah.
2. Sebagai bahan masukan bagi pemilik usaha industri kopi di Kabupaten Aceh Tengah.
3. Menambah wawasan bagi penulis dalam menyusun karya ilmiah dalam bentuk skripsi.
4. Bahan bandingan bagi peneliti lain khususnya objek yang sama pada tempat dan waktu yang berbeda.
(2)
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pembahasan yang telah diuraikan, maka diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Modal operasional produksi tertinggi pada industri kopi adalah Rp17.058.615.700,- dan terendah Rp 182.774.750,-. Sumber modal paling banyak adalah dana sendiri (30 unit) dan paling sedikit kemitraan (1 unit). Sedangkan 10 unit usaha juga menggunakan modal yang bersumber dari bank. Bahan baku yang digunakan adalah kopi gabah (35 unit) dan kopi gelondongan (5 unit). Tenaga kerja berjumlah 644 tenaga kerja yang berasal dari keluarga, lokal, Luar kabupaten dan luar provinsi. Alat transportasi yang digunakan adalah truk pribadi dan angkutan umum truk travel.Produk akhir adalahgreenbeans arabika (diproduksi oleh 32 unit), greenbeans arabikadan greenbeans robusta (11 unit), greenbeans ready (8 unit) dan bubuk kopi (4 unit). Wilayah pemasaran meliputi wilayah luar Provinsi Aceh (35 unit), mancanegara (8 unit).
2. Pendapatan pemilik usaha seluruhnya telah dapat memenuhi kebutuhan primernya. Karena pendapatan pemilik usaha telah berada di atas UMP Provinsi Aceh (Rp 1.400.000). Pendapatan pemilik usaha terendah 1 bulan terakhir adalah Rp 150.374.750dan tertinggi adalah Rp 14.774.003.800,-. Dengan pendapatan rata-rata pemilik usaha adalah Rp. 2.723.295.226,-
(3)
3. Pendapatan pekerja pada industri kopi ini sangat bervariasi. Berdasarkan UMP Provinsi Aceh, terdapat 25 pekerja dengan upah dibawah UMR yakni antara Rp 1.200.000 - Rp 1.399.900,-. Sedangkan 931 pekerja diberikan upah di atas UMR Provinsi Aceh dengan nilai tertinggi Adalah Rp 2.500.000,-.
B. SARAN
Berdasarkan hasil pembahasan yang telah diuraikan, maka dalam penelitian ini diperlukan beberapa saran antara lain sebagai berikut:
1. Pemerintah diharapkan untuk lebih memperhatikan keberadaan perindustrian kopi dengan membantu memberikan modal bagi para pemilik usaha terutama pemilik usaha dengan skala kecil. Bahan baku yang memiliki harga yang variatif membuat sebagian pemilik usaha sulit dalam bersaing, karena itu dibutuhkan kesetabilan harga yang disesuaikan terutama oleh dinas-dinas terkait agar tidak terjadi kerugian dalam industri ini.
2. Pendapatan seluruh pemilik usaha berada diatas angka UMP Provinsi Aceh sehingga diharapkan mampu mempertahankan kesetabilan usaha industri kopi dan dapat mengembangkan industri ini menjadi lebih baik. Pemilik usaha hendaknya mampu bersaing sehat dengan menjaga kesetabilan harga agar persaingan pada industri ini menjadi lebih sehat.
3. Dalam industri kopi di Kabupaten Aceh Tengah masih terdapat tenaga kerja yang berpendapatan di bawah UMP Provinsi Aceh. Hal ini diharapkan mampu diubah dengan peningkatan produktifitas tenaga kerja sehingga dapat merubah penghasilan pekerja itu sendiri.
(4)
DAFTAR PUSTAKA
Adisaputro, Gunawan dan Asri, Marwan.1984. Anggaran Perusahaan. Yogyakarta:BPFE
Alamsyah, Idham 2007. Analisis Nilai Tambah Dan Pendapatan Usaha Industri ”Kemplang” Rumah Tangga Berbahan Baku Utama Sagu Dan Ikan. Jurnal. Palembang: Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya. Diakses tanggal 23 Mei 2012
Asri, Ika wahyu yuni. 2010. Analisis Usaha Industri Emping Melinjo Skala Rumah Tangga Di Kabupaten Magetan. Skripsi. Surakarta: Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret. Diakses tanggal 25 Mei 2012 Bintarto, 1977. Geografi Sosial. Yogyakarta:Spring
BPS. 2012. Aceh Tengah dalam Angka 2012. BPS: Aceh tengah
Binaria.2010.Studi Tentang Kerajinan Tenun Ulos Di Desa Papande Kecamatan Muara. Skripsi. Medan: Jurusan Pendidikan Geografi FIS-Unimed Kartasapoetra, G (Et.al). 1987. Pembangunan Perumusan Industri. Jakarta: PT
Bina Aksara
Kotler, Philip. 2008. Manajemen Pemasaran. Jakarta: Indeks Mulyadi.1990.Akuntansi Biaya.Yogyakarta:BPFE
Nafarin, M. 2004. Penganggaran Perusahaan. Jakarta: Salemba Empat
Octavia, Aristiya. 2011. Eksistensi Gerabah Di Kecamatan Bunut Kabupaten Asahan. Skripsi. Medan: Jurusan Pendidikan Geografi FIS-Unimed
(5)
Ranupandojo, Heidjrachman (dkk). 1985. Pengantar ekonomi perusahaan. Yogyakarta: BPFE
Ritonga .2010. Kajian Industri Mebel Di Kelurahan Sei Kambing D Kecamatan Medan Petisah. Skripsi. Medan: Jurusan Pendidikan Geografi FIS-Unimed
Sumaatmadja.1998. Studi Geografi: Suatu Pendekatan Dan Analisis Geografi. Bandung:Alumni
Wie, The Kian. 1989.pembangunan ekonomi dan pemerataan. Jakarta: LP3ES Aeki. Industri Kopi Indonesia,(online), (http://www.aeki-aice.org/index . Diakses
pada hari tanggal 4 juni 2012)
Burhanudin,M.2012. Selasa 31 Mei. Kopi Gayo, Warisan yang Menghidupi. Harian seputaraceh, (online), (http://seputaraceh.com/read. Diakses tanggal 16 Juni 2012)
Departemen Pertania. 2012. Jum’at 1 Juni. Kopi Gayo Tembus Pasaran Amerika, (online), (http://ditjenbun.deptan.go.id/perbenpro/index. Diakses tanggal 4 Juni 2012)
Sajo, Daud. 2009.Klasifikasi Industri, (Online), (http://geografibumi.blogspot.com /2009/10/klasifikasi-industri.html diakses tgl 11 Januari 2012)
Haliah, Novaria. 2006. Pengertian, Definisi, Macam, Jenis dan Penggolongan
Industri di Indonesia - Perekonomian Bisnis, (online),
(http://organisasi.org. Diakses tanggal 4 Juni 2012)
Sulhadi. 2010. Sumber Modal Atau Dana Untuk Bisnis, (online), (http://sulhadi.com .html Diakses tanggal 23 mei 2012)
(6)
Syamrilaode. 2010. Pengertian Bahan Baku dan Jenis-Jenisnya, (online), (http://id.shvoong.com Diakses tanggal 23 mei 2012)
Wikipedia. 2012. Faktor Produksi, (online), (http://www.aeki-aice.org/index. Diakses tanggal 24 Mei 2012)
Zulkarnain. 2012. Minggu 20 Mei. Jejak Kopi Gayo. Harian Atjehpost, (online), (http://atjehpost.com. Diakses tanggal 16 Juni 2012)