PENGARUH MODEL PEER TEACHING TERHADAP MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR KETERAMPILAN HOCKEY.

(1)

PENGARUH MODEL PEER TEACHING TERHADAP MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR KETERAMPILAN HOCKEY

TESIS

Diajukan Sebagai Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Program Studi Pendidikan Olahraga

Oleh Irwan Hermawan

1202622

PRODI PENDIDIKAN OLAHRAGA

SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2015


(2)

PENGARUH MODEL PEER TEACHING TERHADAP MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR KETERAMPILAN HOCKEY

Oleh Irwan Hermawan

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Pendidikan Olahraga

irwanhermawan23@yahoo.co.id Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia

Januari 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,


(3)

LEMBAR PENGESAHAN TESIS

IRWAN HERMAWAN, S.Pd 1202622

PENGARUH MODEL PEER TEACHING TERHADAP MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR

KETERAMPILAN HOCKEY

(Studi Eksperimen Pada Siswa Yang Mengikuti Ekstrakurikuler Hockey SMAN 26 Kota Bandung)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH:

Pembimbing I

Agus Rusdiana, M. Sc., Ph. D. NIP. 1917608122001121001

Pembimbing II

Dr. Nuryadi, M.Pd NIP. 197101171998021001

Diketahui oleh

Ketua Program Studi Pendidikan Olahraga

Dr. Yudy Hendrayana, M.Kes, AIFO NIP. 196207181988031004


(4)

Irwan Hermawan, 2015

Pengaruh model peer teaching terhadap motivasi dan hasil belajar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRAK

PENGARUH MODEL PEER TEACHING TERHADAP MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR

KETERAMPILAN HOCKEY

Irwan Hermawan, S.Pd (2015): “Pengaruh Model Pembelajaran Peer Teaching

Terhadap Motivasi Dan Hasil Belajar Keterampilan Hockey”. Tesis, Bandung. Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia. Pembimbing:

(1) Agus Rusdiana, M. Sc., Ph. D (2) Dr. Nuryadi, M.Pd.

Penelitian ini hendak mengkaji mengenai efektivitas model peer teaching

terhadap motivasi dan hasil belajar keterampilan hockey. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai alternatif solusi dalam rangka pengembangan kualitas pembelajaran hockey. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Experiment dengan desain The Static Pretest-Posttest Design. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa yang mengikuti ekstrakurikuler hockey di SMAN 26 Bandung sebanyak 30 siswa. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik sampling seadanya. Waktu penelitian yaitu selama 6 minggu, jumlah perlakuan 16 kali pertemuan, dengan frekuensi 1 minggu 3 kali. Instrumen yang dipilih penulis untuk mengukur peningkatan motivasi adalah menggunakan angket motivasi, Sedangkan instrumen yang dipakai untuk menjaring data hasil belajar siswa dalam penelitian ini adalah tes praktek keterampilan pada materi tes keterampilan hockey (dribbling, passing, dan

stopping). Berdasarkan hasil analisis maka dapat disimpulkan: (1) Model peer teaching dan model pembelajaran konvensional berpengaruh terhadap motivasi, (2) Model peer teaching dan model pembelajaran konvensional berpengaruh terhadap hasil belajar keterampilan hockey, (3) Pretest motivasi berpengaruh terhadap posttest motivasi, (4) Pretest hasil belajar keterampilan hockey berpengaruh terhadap posttest hasil belajar keterampilan hockey, (5) Pretest motivasi, model peer teaching dan model pembelajaran konvensional berpengaruh terhadap posttest motivasi, (6) Pretest hasil belajar, model peer teaching dan model pembelajaran konvensional berpengaruh terhadap posttest hasil belajar keterampilan hockey.


(5)

Irwan Hermawan, 2015

Pengaruh model peer teaching terhadap motivasi dan hasil belajar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRACT

THE EFFECT OF PEER TEACHING MODEL ON MOTIVATION AND LEARNING RESULTS

HOCKEY SKILLS

Irwan Hermawan, S.Pd (2015): “The effect on Peer Teaching learning model to

Motivation and learning results on hockey skills”. Thesis, Bandung. Postgraduate

School University Education of Indonesia. Preceptor: (1) Agus Rusdiana, M. Sc., Ph. D

(2) Dr. Nuryadi, M.Pd.

This research seeks to examine the effectiveness of peer teaching models on motivation and learning results in hockey skills. The results of this study can be used as an alternative solution in order to develop the quality of learning hockey. The method used in this research is the Experiment method. It’s designed to The Static Pretest-Posttest Design. The population in this study was students who following the hockey extracurricular time at 26 Senior High School, in Bandung. It involved as much as 30 students in it. The sampling technique used, is an improvised sampling techniques. The research times spent are 6 weeks exactly, with a total of 16 treatment sessions, within a frequency of 3 times in 1 week. The amount of treatment of 16 sessions, with 1 week 3 times frequencies. The instrument that has been chosen by the author to measure the enhancement motivation is the motivation questionnaire. While the instrument is in use to collecting the result of students learning data, this research is a practice test on the hockey material skills such as (dribbling, passing, and stopping). Based on the analysis results then, it can be concluded in this following conclusion: (1) Peer teaching model and the conventional learning model have effect to motivation, (2) Peer teaching model and the conventional learning model have effect to result of learning hockey skills, (3) Pretest of motivation have effect to posttest of motivation, (4) Pretest result of learning hockey skills have effect to posttest result of learning hockey skills, (5) Pretest of motivation, Peer teaching model and the conventional learning model have effect to posttest of motivation, (6) Pretest result of learning hockey skills, peer teaching model and the conventional learning model have effect to posttest result of learning hockey skills.


(6)

Irwan Hermawan, 2015

Pengaruh model peer teaching terhadap motivasi dan hasil belajar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu


(7)

Irwan Hermawan, 2015

Pengaruh model peer teaching terhadap motivasi dan hasil belajar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... i

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... i

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Identifikasi Masalah Penelitian ... 7

C. Rumusan Masalah Penelitian ... 8

D. Tujuan Penelitian ... 9

E. Manfaat Penelitian ... 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka ... 12

1. Belajar dan Pembelajaran ... 12

2. Model Pembelajaran Peer Teaching ... 13

3. Motivasi ... 21

4. Hasil Belajar ... 23

5. Olahraga Hockey ... 27

B. Penelitian Yang Relevan ... 29

C. Kerangka Pikir ... 31

D. Hipotesis ... 33

BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi, Populasi, Sampel dan Teknik Sampling ... 35


(8)

Irwan Hermawan, 2015

Pengaruh model peer teaching terhadap motivasi dan hasil belajar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

C. Metode Penelitian... 38

D. Definisi Oprasional ... 38

E. Instrumen Penelitian... 43

F. Pengujian Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 52

G. Teknik pengumpulan Data ... 54

H. Analisis Data ... 55

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 59

B. Pembahasan Penelitian ... 71

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan ... 77

B. Rekomendasi ... 78

DAFTAR PUSTAKA ... 80


(9)

Irwan Hermawan, 2015

Pengaruh model peer teaching terhadap motivasi dan hasil belajar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR TABEL

Gambar Halaman

3.1 3.2 3.5 4.1 4.2 4.3 4.4 4.5 4.6 4.7 4.8 4.9 4.10 4.11 4.12 Materi pembelajaran………..………... Skenario pembelajaran..………...……….

Kisi-kisi angket motivasi……….………...

Deskripsi Data Motivasi………

Deskripsi Data Keterampilan Hockey………..

Hasil uji normalitas pre-test dan post-test motivasi…………. Hasil uji normalitas pre-test dan post-test keterampilan

hockey………..

Hasil uji homogenitas data motivasi dan keterampilan

hockey……….. Hasil uji homogenitas matriks varian/covarian……… Hasil Uji Linieritas………...

Test of Between-Subject Effects……….. Uji Hipotesis Pengaruh Model Peer Teaching dan model konvensional Terhadap Motivasi siswa.. ……… Uji Hipotesis Pengaruh Model Peer Teaching dan Model Konvewnsional Terhadap Hasil Belajar Keterampilan

Hockey.. ……….. Pengaruh Pretest Motivasi Terhadap Posttest Motivasi ……

Pengaruh Pretest Hasil Belajar Terhadap Posttest Hasil

37 38 46 57 58 60 61 62 63 64 65 66 67 68


(10)

Irwan Hermawan, 2015

Pengaruh model peer teaching terhadap motivasi dan hasil belajar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4.13

4.14

Belajar Keterampilan Hockey………..

Pengaruh pretest motivasi, model peer teaching dan model

pembelajaran konvensional terhadap posttest motivasi…….

Pengaruh pretest hasil belajar keterampilan hockey, model

peer teaching dan model pembelajaran konvensional

terhadap posttest hasil belajar keterampilan hockey……….

69

70

71

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

3.3 3.4 3.7 3.8 3.9

Bagan Alur Penelitian………...

Desain The Static Pretest-Posttest Design………..

Papan Target Teknik Push………...

Test Stopping………....

Tes Dribble………...

42 43 48 49 50


(11)

Irwan Hermawan, 2015

Pengaruh model peer teaching terhadap motivasi dan hasil belajar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR LAMPIRAN


(12)

Irwan Hermawan, 2015

Pengaruh model peer teaching terhadap motivasi dan hasil belajar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

A B C D E F G H I J K L M N O

Skenario Model Peer Teaching………. Skenario Model Pembelajaran Konvensional………

Kisi-Kisi Angket Motivasi………..

Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen ………..…………

Hasil Uji Validitas instrument motivasi……… Angket Motivasi………

Data Tes Awal Motivasi Kelompok Model Peer Teaching Siswa SMAN 26 Bandung………..

Data Tes Akhir Motivasi Kelompok Model Peer Teaching

Siswa Sman 26 Bandung……….

Data Tes Awal Motivasi Kelompok Model Pembelajaran Konvensional Siswa Sman 26 Bandung……… Data Tes Akhir Motivasi Kelompok Model Pembelajaran Konvensional Siswa SMAN 26 Bandung……….. Data Tes Awal Hasil Belajar Keterampilan Hockey Kelompok Model Peer Teaching Siswa SMAN 26

Bandung………

Data Tes Akhir Hasil Belajar Keterampilan Hockey Kelompok Model Peer Teaching Siswa SMAN 26

Bandung………

Data Tes Awal Hasil Belajar Keterampilan Hockey Kelompok Model Pembelajaran Konvensional Siswa

SMAN 26 Bandung……….

Data Tes Akhir Hasil Belajar Keterampilan Hockey Kelompok Model Pembelajaran Konvensional Siswa

SMAN 26 Bandung……….

Data Tes Awal, Tes Akhir dan Selisih Motivasi Kelompok Model PeerTeaching Siswa SMAN 26 Bandung…………

84 110 135 138 147 149 151 152 153 154 155 156 157 158 159


(13)

Irwan Hermawan, 2015

Pengaruh model peer teaching terhadap motivasi dan hasil belajar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

P Q R S T U V W X Y Z AA AB

Data Tes Awal, Tes Akhir dan Selisih Motivasi Kelompok Model KonvensionalSiswa SMAN 26 Bandung………… Data Tes Awal, Tes Akhir dan Selisih Hasil Belajar Keterampilan Hockey Kelompok Model Peer Teaching Siswa SMAN 26 Bandung………..

Data Tes Awal, Tes Akhir dan Selisih Hasil Belajar Keterampilan Hockey Kelompok Model Konvensional

Siswa SMAN 26 Bandung………

Hasil Uji Normalitas Lilliefors Tes Awal Motivasi menggunakan ModelPeer Teaching………. Hasil Uji Normalitas Lilliefors Tes Akhir Motivasi menggunakan ModelPeer Teaching………. Hasil Uji Normalitas Lilliefors Gain Motivasi menggunakan ModelPeer Teaching………. Hasil Uji Normalitas Lilliefors Tes Awal Motivasi menggunakan ModelKonvensional………. Hasil Uji Normalitas Lilliefors Tes Akhir Motivasi menggunakan ModelKonvensional………. Hasil Uji Normalitas Lilliefors Gain Motivasi menggunakan ModelKonvensional……….. Hasil Uji Normalitas Lilliefors Tes Awal Keterampilan Hockey menggunakan ModelPeer Teaching……….. Hasil Uji Normalitas Lilliefors Tes Akhir Keterampilan Hockey menggunakan ModelPeer Teaching……….. Hasil Uji Normalitas Lilliefors Gain Keterampilan Hockey menggunakan Model Peer Teaching……….

Hasil Uji Normalitas Lilliefors Tes Awal Keterampilan Hockey menggunakan ModelKonvensional……….

160 161 162 163 164 165 166 167 168 169 170 171 172


(14)

Irwan Hermawan, 2015

Pengaruh model peer teaching terhadap motivasi dan hasil belajar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

AC AD AE AF AG AH AI AJ AK AL AM AN AO AP AQ

Hasil Uji Normalitas Lilliefors Tes Akhir Keterampilan Hockey menggunakan ModelKonvensional………. Hasil Uji Normalitas Lilliefors Gain Keterampilan Hockey menggunakan ModelKonvensional……….. Uji Homogenitas Menggunakan Uji Kesamaan Dua

Variansi……….. Uji Homogenitas Matriks Varian/Covarian………. Uji Linieritas………..

Uji Signifikansi Pengaruh Model Peer Teaching dan model

konvensional Terhadap Motivasi siswa.. ………

Uji Signifikansi Pengaruh Model Peer Teaching dan Model Konvennsional Terhadap Hasil Belajar

Keterampilan Hockey………

Uji Signifikansi Pengaruh Pretest Motivasi Terhadap

Posttest Motivasi………..

Uji Signifikansi Pengaruh Pretest Hasil Belajar Terhadap

Posttest Hasil Belajar Keterampilan Hockey ……….

Uji Signifikansi Pengaruh pretest motivasi, model peer teaching dan model pembelajaran konvensional terhadap

posttest motivasi ………..

Uji Signifikansi Pengaruh pretest hasil belajar keterampilan hockey, model peer teaching dan model pembelajaran konvensional terhadap posttest hasil belajar keterampilan

hockey………

Foto penelitian... Surat Keterangan Pembimbing Tesis... Surat Keterangan Permohonan Izin Penelitian... Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian...

173 174 175 177 178 179 180 181 182 183 185 187 189 192 194


(15)

Irwan Hermawan, 2015

Pengaruh model peer teaching terhadap motivasi dan hasil belajar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

AR Daftar Riwayat Hidup... 195


(16)

1

Irwan Hermawan, 2015

Pengaruh model peer teaching terhadap motivasi dan hasil belajar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Hockey merupakan jenis olahraga permainan bola kecil yang dimainkan di atas permukaan rumput atau karpet yang khusus untuk bermain hockey. Setiap regunya mempunyai tujuan untuk berusaha memasukan bola sebanyak-banyaknya ke gawang lawan dengan menggunakan stik, dan mempertahankan gawang sendiri agar tidak kemasukan. Tabrani (2002, hlm. 1) menjelaskan “hoki adalah suatu permainan yang dimainkan antara dua regu yang setiap pemainnya memegang sebuah tongkat bengkok yang disebut stik (stick) untuk menggerakan sebuah

bola”.

Dalam pergerakannya, setiap pemain harus menguasai teknik bermain baik teknis dasar maupun teknis lanjutan yang meliputi teknik “push (mendorong bola), hit (memukul bola), stop (menahan bola), dribble (menggiring bola), flick

(mencungkil bola), jab (menjangkau bola), tackle (merampas bola), dan scoop

(mengangkat bola)” Dawkins (1990, hlm. 54). Masing-masing teknik mempunyai fungsi dan tujuan yang berbeda, seperti push digunakan untuk mengumpan bola kepada rekan yang jaraknya dekat dengan posisi pemain yang menguasai bola, Ryan & Brown (1985, hlm. 49) menjelaskan ‘Pushing: moving or passing the ball

along the ground with the stick without first raising the stick in back-swing.’

Artinya push: menggerakan atau mengoper bola di permukaan tanah dengan stik tanpa menaikkan stik terlebih dahulu selama mengayunkan stik. Stop digunakan untuk menahan bola hasil passing dari orang lain, Ryan & Brown (1985, hlm. 49) menjelaskan ‘Trapping/stopping : the action of controlling, stopping or receiving the ball.‟ Artinya Trapping/stopping adalah aksi mengendalikan, menghentikan

atau menerima bola. Dribble digunakan untuk menguasai dan membawa bola dari satu tempat ke tempat lain. Ryan & Brown (1985, hlm. 49) menjelaskan ‘Dribbling; as in soccer or basketball, describes the movement of a player with


(17)

2

Irwan Hermawan, 2015

Pengaruh model peer teaching terhadap motivasi dan hasil belajar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

the ball in control.‟ Artinya dribbling seperti dalam sepak bola atau bola basket, yaitu pergerakan pemain dengan bola dalam penguasaannya.

Selain dituntut penguasaan teknik dasar secara perorangan, diperlukan juga penguasaan teknik secara berpasangan atau secara unit, misalnya penguasaan bola yang dilakukan oleh dua orang atau lebih, baik di tempat maupun dalam keadaan bergerak. Hal ini diperlukan karena seorang pemain tidak mungkin menguasai bola sendirian dari daerah pertahanan sendiri sampai daerah pertahanan lawan walaupun penguasaan teknik dribbling-nya baik. Kalaupun bisa, hal semacam ini tidak efektif dan efisien.

Penguasaan terhadap teknik-teknik dasar dalam olahraga hockey membutuhkan model pembelajaran yang tepat, karena olahraga ini dinilai sebagai olahraga yang baru dikenal siswa di sekolah. Oleh karena itu pelaksanaan pembelajarannya tidak menggunakan model pembelajaran konvensional lagi. Pembelajaran konvensional merupakan pembelajaran yang biasa dilakukan oleh guru. Pendapat Ainshworth & Fox (1989, dalam Suherman, 2009, hlm. 130) menyebutkan bahwa direct teaching sebagai pendekatan traditional (konvensional), kemudian Suherman (2009, hlm. 149) menjelaskan : "dalam

direct teaching, dominasi pembuatan keputusan berada pada gurunya, sebaliknya, dalam indirect teachingdominasi berada pada siswanya”.

Dampak yang ditimbulkan dari model pembelajaran semacam ini yaitu rendahnya motivasi diri siswa. Kebosanan dalam belajar merupakan salah satu indikasi rendahnya motivasi diri siswa. Ini jelas akan merugikan siswa karena Chen (2001, dalam Walhead, 2004, hlm. 4) menjelaskan „Motivation has been viewed as a key factor influencing student learning outcomes’. Artinya motivasi dilihat sebagai factor kunci yang mempengaruhi hasil belajar siswa. Oleh sebab itu, permasalahan semacam ini harus segera ditindak lanjuti dengan merubah kebiasaan yang dilakukan oleh guru penjas sekarang ini. Saylor (dalam Mulyasa, 2013, hlm. 99) mengatakan bahwa ‘instruction is thus the implementation of curriculum plan, usually, but not necessarily, involving teaching in the sense of


(18)

3

Irwan Hermawan, 2015

Pengaruh model peer teaching terhadap motivasi dan hasil belajar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

student, teacher interaction in an educational setting‟. Artinnya instuksi adalah pelaksanaan dalam rencana kurikulum, tapi tidak selalu melibatkan siswa dalam pengajaran, guru yang mengatur interaksi dalam pembelajaran. Dalam hal ini, guru harus dapat mengambil keputusan atas dasar penilaian yang tepat ketika peserta didik belum dapat membentuk kompetensi dasar, apakah kegiatan pembelajaran dihentikan, diubah modelnya atau mengulang dulu pembelajaran yang lalu.

Alderman (1974, dalam Hidayat 2009, hlm. 52) menyebutkan bahwa “tidak ada prestasi tanpa motivasi” dan ditegaskan oleh Straub (1980, dalam Hidayat 2009, hlm. 52) bahwa “prestasi adalah perpaduan antara latihan keterampilan dengan motivasi”. Artinya disini bahwa motivasi memiliki peranan yang sangat penting dalam mencapai suatu tujuan tertentu khususnya dalam pembelajaran pendidikan jasmani, karena motivasi adalah pendorong siswa untuk melakukan pembelajaran. Dengan demikian, motivasi belajar merupakan dorongan untuk melakukan kegiatan belajar dengan sepenuh hati. Bagi siswa, motivasi itu diibaratkan bahan bakar sebuah kendaraan. Tidak akan berarti betapapun bagusnya mesin dan halusnya penyetelan kalau tidak memiliki bahan bakar! Bahan bakar menjadi unsur vital bagi sebuah kendaraan. Begitu pula halnya dengan motivasi bagi siswa untuk belajar. Motivasi inilah yang menggerakkan mereka untuk belajar.

Dari perspektif kognitif, Pintrich and Schunk (1996, dalam Walhead 2004, hlm. 4) menjelaskan: ‘motivation as the process in which a goal-directed activity is instigated and sustained’. Artinya motivasi sebagai proses mencapai tujuan dengan aktifitas yang didorong dan berkelanjutan. Dalam kajian ilmu psikologi, motivasi merupakan dorongan baik itu dari internal seseorang maupun merupakan hasil pengkondisian terhadap suatu keadaan yang memungkinkan seseorang meraih tujuan yang telah ia tetapkan sebelumnya. Seorang siswa yang termotivasi belum tentu ia mau belajar, sebaliknya seorang siswa yang mau belajar belum tentu ia memiliki motivasi. Oleh sebab itu, motivasi belajar siswa adalah sebuah


(19)

4

Irwan Hermawan, 2015

Pengaruh model peer teaching terhadap motivasi dan hasil belajar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

poin utama untuk membantu mengarahkan perhatian dan fokus siswa terhadap proses pembelajaran yang dilakukan. Melalui dorongan semangat serta bentuk penguatan positif yang diberikan kepada siswa, akan sangat mendorong keberhasilan dalam proses pembelajaran itu sendiri. Tanpa upaya tersebut sangat mustahil siswa akan mampu menjalani proses pembelajaran yang dilaluinya dengan baik. Siswa yang tidak memiliki motivasi akan cenderung menganggap bahwa proses pembelajaran adalah suatu hal yang membosankan dan dihindari. Kemudian siswa akan mencari kompensasi lain di luar tujuan proses pembelajaran itu sendiri. Tugas berat tentunya bagi guru untuk dapat menciptakan dan menjaga motivasi belajar siswa

Motivasi belajar siswa akan menentukan bagaimana mereka belajar nantinya. Penanamanan target serta tujuan pembelajaran yang jelas, dukungan sosial yang baik, materi serta metode yang sangat menyenangkan dalam proses pembelajaran, lingkungan yang kompetitif, akan sangat membantu seorang siswa untuk mengoptimalkan motivasi belajar yang dimilikinya. Hamzah (2011, hlm.

23) menjelaskan “motivasi belajar dapat timbul karena factor instrinsik, berupa

hasrat dan keinginan berhasil dan dorongan kebutuhan belajar, harapan akan cita-cita. Sedangkan factor ekstrinsiknya adalah adanya penghargaan, lingkungan

belajar yang kondusif, dan kegiatan belajar yang menarik.” Perwujudan kondisi yang ideal seperti ini, nantinya diharapkan agar memunculkan kesadaran kepada diri siswa bahwa proses pembelajaran yang dilalui bukanlah merupakan suatu tugas berat yang harus dijalani, melainkan sudah merupakan kebutuhan serta tantangan yang harus mereka lalui untuk mencapai tujuan pembelajaran serta memberikan modal yang permanen agar siswa mampu memiliki motivasi belajar siswa yang baik

Keberhasilan sebuah pembelajaran bergantung pada pemilihan materi pelajaran, merencanakan kegiatan belajar-mengajar, pemilihan model pembelajaran, dan media yang akan digunakan dalam pembelajaran. Selain


(20)

hal-5

Irwan Hermawan, 2015

Pengaruh model peer teaching terhadap motivasi dan hasil belajar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

hal tersebut, hal yang paling penting adalah keterampilan guru dalam memperlakukan perangkat pembelajaran tersebut.

Pelaksanaan pembelajaran hendaknya bermakna bagi siswa, jangan sampai siswa hanya datang dan duduk di kelas tanpa memperoleh sesuatu yang bermanfaat. Berliner (1986, dalam Chotran, 2006:166) menjelaskan „suggests that expert teachers use a range of instructional strategies based on the task and learners' needs’. Artinya guru menggunakan berbagai strategi pengajaran berdasarkan tugas dan kebutuhan peserta didik. Oleh karena itu hendaknya guru pandai memilih model yang dapat menjadikan pembelajaran bermakna bagi siswa. Lasley and Matczynski (1997, dalam Chotran 2006:166) menjelaskan ‘only teachers who utilize a variety of instructional models will be successful in maximizing the achievement of all students‟. Artinya hanya para guru yang memanfaatkan berbagai model pembelajaran yang akan sukses dalam memaksimalkan pencapaian prestasi siswa. Hal lain yang harus dijadikan pertimbangan dalam memilih model pembelajaran adalah kesesuaiannya dengan tujuan instruksional serta pelaksanaannya dilihat dari sarana dan waktu yang tersedia. Model pembelajaran yang dinilai memiliki efektivitas tinggi, menurut Boud, et al. (2001, hlm 186) adalah peer teaching atau disebut juga peer learning

bahwa:

Peer teaching involves students learning from and with each other in ways which are mutually beneficial and involve sharing knowledge, ideas and experience between participants. The emphasis is on the learning process, including the emotional support that learners offer each other, as much as the learning itself.

Ini berarti bahwa peer teaching itu melibatkan siswa belajar dari dan dengan satu sama lain dalam cara-cara yang saling menguntungkan dan di sana terlibat suasana berbagi pengetahuan, ide dan pengalaman antara peserta. Penekanannya adalah pada proses pembelajaran, termasuk dukungan emosional yang ditawarkan peserta didik satu sama lain, sejauh menyangkut pembelajaran itu sendiri.


(21)

6

Irwan Hermawan, 2015

Pengaruh model peer teaching terhadap motivasi dan hasil belajar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Menurut Metzler (2000, hlm. 337) „Peers can often be as or more effective than adult teachers’. Artinya bahwa teman sebaya sering dapat seperti guru atau lebih efektif daripada orang dewasa. Teman sebaya membuat siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran, memberi mereka lebih banyak tanggung jawab dan tingkat keterlibatan mereka dalam tugas lebih banyak karena mereka tidak akan segan atau merasa malu kepada rekannya sendiri. Terlebih lagi Metzler (2000, hlm. 337) menjelaskan „to structure a learning environment in whichsome students assume and carry out many of the key operations of instruction to assist other students in the learning process‟. Artinya bahwa struktur sebuah lingkungan belajar di mana beberapa siswa menganggap dan melaksanakan banyak dari kunci operasi instruksi untuk membantu siswa lainnya dalam proses pembelajaran, sehingga model peers teaching ini akan lebih efektif digunakan dalam pembelajaran.

Disamping itu Westberg dan Jason dalam Juliantine (2013, hlm. 192) menekankan alasan penting penggunaan model peer teaching salah satunya adalah

“pembelajaran bersifat aktif dan terindividualisasi”. Di dalam konteks peer teaching yang menekankan kerja sama, setiap individu terlibat aktif dalam proses pembelajaran begitu mereka mengidentifikasi kebutuhan pembelajaran, sasaran maupun gaya belajar mereka. Kemudian Juliantine (2013, hlm. 192)

menambahkan bahwa “Individualisasi terhadap proses pembelajaran seseorang di dalam peer teaching dapat meningkatkan konsep diri, antusiasme, kepercayaan diri, dan motivasi untuk belajar”. Karena bersifat aktif dan pribadi, kemungkinan besar pembelajaran tersebut dapat memberikan manfaat dan mudah dicapai.

Greenwood, dkk (1988, dalam Fuchs, 1997, hlm. 197) melaporkan bahwa

peer tutoring produces academic gains equivalent to and even greater than conventional procedures involving lecture and student discussion’. Artinya peer tutoring menghasilkan keuntungan akademis setara dengan dan bahkan lebih besar daripada prosedur konvensional yang melibatkan ceramah dan diskusi siswa". Sementara Mille, dkk (1996, dalam Colvin, 2007, hlm. 165)menjelaskan


(22)

7

Irwan Hermawan, 2015

Pengaruh model peer teaching terhadap motivasi dan hasil belajar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

manfaat model peer teaching yaitu ‘increased motivation and learning for

students and tutors’.Artinyamanfaat peer teaching adalah meningkatkan motivasi dan belajar bagi siswa dan tutor. Terlebih lagi Falchikov (2001, dalam Colvin, 2007, hlm. 166) menjelaskan „In general, peer tutors help other students either on a one-to-one basis or in small groups by continuing classroom discussions, developing study skills, evaluating work, resolving specific problems, and encouraging independent learning„. Artinya secara umum, siswa yang menjadi tutor membantu siswa lain secara satu-satu atau dalam kelompok kecil dengan melanjutkan diskusi kelas, mengembangkan kemampuan belajar, mengevaluasi kerja, menyelesaikan masalah-masalah tertentu, dan mendorong belajar mandiri.

Berdasarkan beberapa ulasan di atas untuk memperkuat hasil penelitian, beberapa penelitian yang telah dilakukan yaitu: Penelitian yang dilakukan Kathryn R. Wentzel (1998) dari University of Maryland College Park yang berjudul Social Relationships and Motivation in Middle School: The Role of Parents, Teachers, and Peer. Penelitian ini memaparkan bahwa dukungan dari teman sebaya memliki pengaruh yang positif terhadap motivasinya disekolah.

Selain itu, penelitian Tomoko Ogiwara, dkk (2011) dengan judul Teaching strategy for correcting naïve conception in an overhand volleyball pass skill among seventh grade PE student. Dalam penelitian ini 43 siswa belajar passing atas bolavoly dengan menggunakan model peer teaching dan dibandingkan dengan variable control sebanyak 38 siswa. Hasilnya bahwa siswa yang menggunakan model peer teaching menunjukan peningkatan yang signifikan dalam menguasai keterampilan passing atas. Hasil menunjukkan bahwa peer teaching adalah model yang efektif untuk meningkatkan hasil belajar baik kognitif ataupun penguasaan keterampilan passing atas bolavoly.

Berdasarkan pengamatan, observasi di lapangan, dan hasil penelitian terdahulu, isu-isu yang terjadi di lingkungan sekolah khususnya di SMA saat ini adalah efektivitas serta efisiensi penerapan model pembelajaran yang belum tepat, tanpa memperhatikan kebutuhan, karakteristik siswa, serta kemampuan siswa


(23)

8

Irwan Hermawan, 2015

Pengaruh model peer teaching terhadap motivasi dan hasil belajar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

khususnya pada cabang olahraga hockey yang dinilai olahraga yang baru dipelajari.

Dibutuhkan study untuk mengatasi persoalan yang telah dipaparkan sebelumnya dengan mengkaji model-model pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa dalam mengimplementasikan model peer teaching.

B. Identifikasi Masalah Penelitian

Implementasi kurikulum 2013 menjadi tantangan bagi guru, karena dalam hal ini guru dituntut untuk secara profesional merancang pembelajaran efektif dan bermakna (menyenangkan), mengorganisasikan pembelajaran, memilih pendekatan pembelajaran yang tepat, menentukan prosedur pembelajaran dan pembentukan kompetensi secara efektif, serta menetapkan criteria keberhasilan. Selaras dengan itu Mulyasa (2013, hlm. 99) menjelaskan bahwa “Tema kurikulum 2013 adalah menghasilkan insan Indonesia yang: produktif, kreatif, inovatif, afektif; melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang

terintegrasi“. Tetapi pada kenyataannya, temuan di lapangan saat ini adalah guru masih menggunakan model konvensional dalam mengajar siswanya.

Dari beberapa kajian di atas, penulis mengidentifikasi masalah penelitiannya sebagai berikut:

1. Guru belum kreatif dalam mengembangkan model pembelajaran, sehingga masih menggunakan model konvensional.

2. Model pembelajaran konvensional cenderung membuat siswa menjadi tidak begitu antusias dalam mengikuti pembelajaran.

3. Gurunya yang selalu aktif dan muridnya yang selalu acuh dalam proses KBM

Dalam menjawab permasalahan ini, salah satu hal yang perlu diperbaiki adalah cara belajar yang salah serta pemilihan model pembelajaran yang tepat. Untuk itu guru selain harus mencapai hasil belajar yang baik bagi siswanya, dia


(24)

9

Irwan Hermawan, 2015

Pengaruh model peer teaching terhadap motivasi dan hasil belajar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

juga harus menciptakan suasana belajar yang dapat membangkitkan motivasi siswanya dalam belajar. Model pembelajaran peer teaching diharapkan akan menjawab persoalan ini. Model ini diharapkan akan membantu meningkatkan motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran, dan diharapkan akan meningkatkan hasil belajarnya juga.

C. Rumusan Masalah Penelitian

Sesuai dengan apa yang telah dipaparkan dalam identifikasi masalah penelitian, maka rumusan masalah penelitian secara umum adalah „Apakah model pembelajaran berpengaruh terhadap peningkatan motivasi dan hasi belajar siswa?‟ Sedangkan rumusan masalah secara khusus adalah sebagai berikut:

1. Apakah model peer teaching dan model pembelajaran konvensional berpengaruh terhadapmotivasi siswa di SMAN 26 Bandung?

2. Apakah model peer teaching dan model pembelajaran konvensional berpengaruh terhadap hasil belajar keterampilan hockey siswa di SMAN 26 Bandung?

3. Apakah pretest motivasi berpengaruh terhadap posttest motivasi siswa di SMAN 26 Bandung?

4. Apakah pretest hasil belajar keterampilan hockey berpengaruh terhadap posttest hasil belajar keterampilan hockey siswa di SMAN 26 Bandung? 5. Apakah pretest motivasi, model peer teaching dan model pembelajaran

konvensional berpengaruh terhadap posttest motivasi siswa di SMAN 26 Bandung?

6. Apakah pretest hasil belajar, model peer teaching dan model pembelajaran konvensional berpengaruh terhadap posttest hasil belajar keterampilan hockey siswa di SMAN 26 Bandung?


(25)

10

Irwan Hermawan, 2015

Pengaruh model peer teaching terhadap motivasi dan hasil belajar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran peer teaching pada peningkatan motivasi dan hasil belajar keterampilan siswa SMA. Berikut merupakan tujuan secara khusus dalam penelitian ini:

1. Mengetahui pengaruh model peer teaching dan model pembelajaran konvensional terhadap motivasisiswa di SMAN 26 Bandung.

2. Mengetahui pengaruh model peer teaching dan model pembelajaran konvensional terhadap hasil belajar keterampilan hockey di SMAN 26 Bandung.

3. Mengetahui pengaruh pretest motivasi terhadap posttest motivasi siswa di SMAN 26 Bandung.

4. Mengetahui pengaruh pretest hasil belajar keterampilan hockey terhadap posttest hasil belajar keterampilan hockey siswa di SMAN 26 Bandung. 5. Mengetahui pengaruh pretest motivasi, model peer teaching dan model

pembelajaran konvensional terhadap posttest motivasi siswa di SMAN 26 Bandung.

6. Mengetahui pengaruh pretest hasil belajar, model peer teaching dan model pembelajaran konvensional terhadap posttest hasil belajar keterampilan hockey siswa di SMAN 26 Bandung.

E. Manfaat Penelitian

Metzler (2000, hlm. 288) memaparkan bahwa, „The peer teaching model is based on accepted trade off to help reduce the problem of too little teacher observation of practice and limited feedback recieved by student‟. Sesuai dengan

pernyataan ini bahwa model pembelajaran peer teaching merupakan model pembelajaran untuk membantu siswa mengurangi masalahnya dalam belajar, pengawasan guru yang sedikit dan feedback yang diberikan guru juga terbatas. Siswa belajar dengan kelompoknya sendiri untuk mencari solusi jawaban pada


(26)

11

Irwan Hermawan, 2015

Pengaruh model peer teaching terhadap motivasi dan hasil belajar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

setiap tugas yang diberikan guru dalam. Oleh karena itu, penelitian ini akan bermanfaat secara:

1. Teoritis

Penelitian ini berusaha menguatkan teori Greenwood, dkk (1988, dalam Fuchs, 1997, hlm. 179) yang melaporkan bahwa „peer tutoring produces academic gains equivalent to and even greater than conventional procedures involving lecture and student discussion’. Artinya peer tutoring menghasilkan keuntungan akademis setara dengan dan bahkan lebih besar daripada prosedur konvensional yang melibatkan ceramah dan diskusi siswa. Sementara Mille, dkk (1996, dalam Colvin, 2007, hlm. 165) menjelaskan manfaat model peer teaching yaitu ‘increased motivation and learning for

students and tutors’. Selain itu (Falchikov, 2001 dalam Colvin, 2007, hlm.

166) menjelaskan „In general, peer tutors help other students either on a one-to-one basis or in small groups by continuing classroom discussions, developing study skills, evaluating work, resolving specific problems, and encouraging independent learning„. Artinya secara umum, siswa yang menjadi tutor membantu siswa lain secara satu-satu atau dalam kelompok kecil dengan melanjutkan diskusi kelas, mengembangkan kemampuan belajar, mengevaluasi kerja, menyelesaikan masalah-masalah tertentu, dan mendorong belajar mandiri.

Penelitian ini diharapkan dapat melengkapi penelitian sebelumnya serta dapat memberikan informasi terkait dengan model pembelajaran peer teahing dan bahan referensi kepada pihak yang berkepentingan dalam mengembangkan keilmuan pendidikan jasmani dan olahraga seperti guru pendidikan jasmani, guru ekstrakurikuler, lembaga FPOK, atau lembaga lainnya sebagai rujukan untuk dilakukan penelitian lebih jauh terkait model pembelajaran.


(27)

12

Irwan Hermawan, 2015

Pengaruh model peer teaching terhadap motivasi dan hasil belajar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengidentifikasi implikasi penerapan model pembelajaran peer teaching untuk meningkatkan efektifitas pembelajaran khususnya pembelajaran hockey dalam rangka meningkatkan motivasi dan hasil belajar keterampilan siswa. Sehingga penelitian ini dapat dijadikan acuan oleh para guru sebagai pertimbangan bahan pengajaran di sekolah dalam proses belajar mengajar dengan menerapkan model pembelajaran peer teahing.


(28)

35

Irwan Hermawan, 2015

Pengaruh model peer teaching terhadap motivasi dan hasil belajar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi, Populasi, Teknik Sampling Penelitian, dan Sampel 1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di SMAN 26 Bandung yang beralamat di Jalan Sukaluyu Cibiru Kota Bandung. Alasan mengambil lokasi penelitian ini adalah karena SMAN 26 Bandung merupakan sekolah yang sedang berkembang, oleh karena itu peneliti tertarik untuk mengembangkan model pembelajaran dalam meningkatkan motivasi dan juga hasil belajar siswa.

2. Populasi

Arikunto (2006, hlm. 130), menjelaskan bahwa: “Populasi adalah keseluruhan objek penelitian”. Lebih lanjut Sugiyono (2010, hlm. 80)

menjelaskan sebagai berikut: “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri

atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMAN 26 Bandung yang mengikuti ekstrakurikuler hockey berjumlah 30 siswa. Populasi ini diambil dengan alasan siswa yang mengikuti ekstrakurikuler hockey adalah siswa pemula yang baru mengenal hockey di SMA. Motivasi dan hasil belajar keterampilan hockey harus ditingkatkan sejak mereka masih pemula. Diharapkan model peer teaching dapat meningkatkan motivasi dan juga hasil belajar keterampilan hockey siswa.

3. Sampling

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampling seadanya. Sudjana (2001, hlm. 167) menjelaskan, “Pengambilan sebagian dari populasi berdasarkan seadanya data atau kemudahannya mendapatkan data tanpa perhitungan kerepresentatifannya, dapat digolongkan ke dalam sampling

seadanya” 4. Sampel


(29)

36

Irwan Hermawan, 2015

Pengaruh model peer teaching terhadap motivasi dan hasil belajar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Menurut Sugiyono (2010, hlm. 81), “Sampel adalah bagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”. Sampel pada penelitian ini adalah siswa yang mengikuti ekstrakurikuler hockey berjumlah 30 siswa dengan alasan jumlah populasi kurang dari 100 orang. Arikunto (2002, hlm. 112) menjelaskan: “Untuk sekedar ancer-ancer maka apabila subyek kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi”. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka untuk jumlah sampel penelitian ini ditetapkan oleh penulis sebesar 100% atau sebanyak 30 orang, sehingga penelitian ini merupakan penelitian populasi atau sampel total (total sampling). Dalam penentuan kelompok eksperimen dan kelompok control dilakukan random assigment dengan cara mengundi para responden menjadi dua kelompok, sehingga didapat kelompok eksperimen sebanyak 15 orang dan kelompok control 15 orang.

B. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperiment. Penelitian ini dilaksanakan selama 16 kali pertemuan yang dilaksanakan 3 kali dalam seminggu, dari mulai tanggal 26 Agustus sampai 3 Oktober 2014. Hal ini didasarkan menurut Harre yang dikutip oleh Harsono (1988, hlm. 106) yang menyatakan bahwa: “Macro-cycle adalah suatu siklus latihan jangka panjang yang bisa memakan waktu 6 bulan, satu tahun, sampai beberapa tahun; Meso-cycle lamanya antara 3-6 minggu; dan untuk micro-cycle kurang dari 3 minggu, bisa 1 atau 2 minggu.”. Lebih lanjut Sajoto (1995, hlm. 35) menegaskan bahwa, “Para pelatih dewasa ini pada umumnya setuju untuk menjalankan program latihan 3 kali setiap minggu, agar tidak terjadi kelelahan yang kronis.”

Berikut adalah langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian eksperimen menggunakan model pembelajaran peer teaching dalam meningkatkan motivasi dan

hasil belajar siswa:


(30)

37

Irwan Hermawan, 2015

Pengaruh model peer teaching terhadap motivasi dan hasil belajar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pelaksanaan pre test dilakukan sebelum perlakuan diberikan. Pre test

dilakukan untuk mengidentifikasi sejauh mana motivasi dan hasil belajar yang telah dimiliki siswa baik pada kelompok eksperimen maupun kontrol. Untuk mengetahui skor pre test tersebut kelompok eksperimen dan kontrol diberikan angket yang mengacu pada skala motivasi dan tes performa untuk hasil belajar dalam permainan hockey.

2. Treatment

Treatment atau perlakuan yang diberikan pada kelompok eksperimen adalah model pembelajaran peer teaching dengan materi permainan bola kecil yaitu hockey. Perlakuan ini dilakukan sebanyak 3 kali seminggu selama 6 minggu berturut-turut atau dengan kata lain sebanyak 16 kali pertemuan.

Berikut adalah materi yang akan diajarkan melalui model pembelajaran peer teaching dan model konvensioanal.

PERTEMUAN MODEL PEER TEACHING MODEL KONVENSIONAL

1 Pretest motivasi dan hasil belajar hockey

Pretest motivasi dan hasil belajar hockey

2-3 Menguasai teknik dasar dribble dalam bermain hockey

Menguasai teknik dasar dribble dalam bermain hockey 4-5 Menguasai teknik dasar push dan

stopping dalam bermain hockey

Menguasai teknik dasar push dan stopping dalam bermain hockey

6-7

Menguasai teknik dasar dribbling, passing dan stoping dalam bermain

hockey

Menguasai teknik dasar dribbling, passing dan stoping dalam bermain

hockey

8-9

Menguasai teknik dasar dribbling melewati lawan, passing dan stoping

dalam bermain hockey

Menguasai teknik dasar dribbling melewati lawan, passing dan stoping

dalam bermain hockey 10-11 Menguasai teknik dasar shooting

dalam bermain hockey

Menguasai teknik dasar shooting dalam bermain hockey

12-13

Menguasai teknik dasar dribbling, passing, stopping, dan taktik penyerangan dalam bermain hockey

Menguasai teknik dasar dribbling, passing, stopping, dan taktik penyerangan dalam bermain hockey


(31)

38

Irwan Hermawan, 2015

Pengaruh model peer teaching terhadap motivasi dan hasil belajar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

14-15 Menguasai taktik pertahanan dalam bermain hockey

Menguasai taktik pertahanan dalam bermain hockey

16-17 Menguasai taktik penyerangan dan pertahanan dalam bermain hockey

Menguasai taktik penyerangan dan pertahanan dalam bermain hockey 18 Pretest motivasi dan hasil belajar

hockey

Pretest motivasi dan hasil belajar hockey

Tebel 3.1 Materi pembelajaran

Adapun sekenario pembelajaran pada materi pertama adalah sebagai berikut :

Sekenario Model peer teaching Model konvensional

Pendahuluan  Berbaris, berdoa, presensi, apersepsi, penjelasan tujuan pembelajaran.

 Guru menjelaskan konsep peer teaching dan memberikan masukan mengenai bagimana cara menjadi tutor (pelatih pribadi /personal trainer) yang efektif

 Pemilihan pasangan (tutor-lerner).  Siswa melakukan peregangan

statis, lari lima keliling dan peregangan dinamis

 Berbaris, berdoa, presensi, apersepsi, penjelasan tujuan pembelajaran.

 Guru menjelaskan materi yang akan dipelajari

 Siswa melakukan peregangan statis, lari lima keliling dan peregangan dinamis.

Inti A. Dribble di tempat

Siswa melakukan dribble ditempat

 Siswa yang memliki keterampilan dribble hockey yang lebih baik dijadikan tutor.

A. Dribble di tempat

Siswa melakukan dribble ditempat

 Guru mengajari siswa pegangan stik yang baik untuk melakukan dribble dan siswa mengikutinya.


(32)

39

Irwan Hermawan, 2015

Pengaruh model peer teaching terhadap motivasi dan hasil belajar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

 Kemudian siswa dibagi secara berpasangan (siswa yang menjadi tutor dipasangkan dengan siswa yang memiliki keterampilan rendah)

 Guru menjelaskan kepada tutor tentang apa yang harus mereka ajarkan kepada rekannya yang menjadi lerner, yaitu cara melakukan dribble yang baik dalam olahraga hockey.

 Tutor mengajari rekannya pegangan stik yang baik untuk melakukan dribble

 Tutor mengajari rekanya dribble ditempat, dengan memperhatikan posisi badan, perkenaan stik dengan bola, dan jarak bola ke kaki.

 Lakukan gerakan dribble dengan perlahan-lahan dulu sampai pegangan dan perkenaan stik dengan bola tampak benar, kemudian tambah kecepatannya.

 Lakukan secara berulang – ulang sampai waktu yang

 Guru mengajari siswa dribble ditempat, dengan memperhatikan posisi badan, perkenaan stik dengan bola, dan jarak bola ke kaki.

 Siswa melakukan gerakan dribble dengan perlahan-lahan dulu sampai pegangan dan perkenaan stik dengan bola tampak benar,

kemudian tambah

kecepatannya.

 Lakukan secara berulang – ulang sampai waktu yang ditentukan guru

B. Dribble bergerak

Siswa melakukan dribble sambil berjalan/ bergerak lurus ke depan

 Guru mengajari siswa

dribble sambil

berjalan/bergerak lurus ke

depan dengan

memperhatikan posisi badan, perkenaan stik dengan bola, dan jarak bola ke kaki.


(33)

40

Irwan Hermawan, 2015

Pengaruh model peer teaching terhadap motivasi dan hasil belajar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ditentukan guru

 Guru mengawasi dan memberikan masukan kepada tutor

B. Dribble bergerak

Siswa melakukan dribble sambil berjalan/ bergerak lurus ke depan

 Tutor mengajari rekanya

dribble sambil

berjalan/bergerak lurus ke

depan dengan

memperhatikan posisi badan, perkenaan stik dengan bola, dan jarak bola ke kaki.

 Tutor dan rekannya melakukan dribble secara bergantian agar rekannya dapat melihat dan meniru gerakan yang benar.

 Lakukan secara berulang – ulang sampai waktu yang ditentukan guru

 Tutor sambil mengoreksi gerakan rekannya saat melakukan latihan

 Guru mengawasi dan memberikan masukan kepada tutor

dari cones 1 ke cones 2 dengan jarak yang telah ditentukan guru

 Lakukan secara berulang – ulang sampai waktu yang ditentukan guru

C. Dribble melewati rintangan Siswa melakukan dribble melewati rintangan yang disusun menggunakan cones

 Guru mengajari siswa dribble melewati cones yang telah disusun dengan memperhatikan posisi badan, perkenaan stik dengan bola, dan jarak bola ke kaki.

 Siswa melakukan dribble secara bergantian sesuai dengan apa yang diajari guru.

 Lakukan secara berulang – ulang sampai waktu yang ditentukan guru


(34)

41

Irwan Hermawan, 2015

Pengaruh model peer teaching terhadap motivasi dan hasil belajar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

C. Dribble melewati rintangan

Siswa melakukan dribble melewati rintangan yang disusun menggunakan cones

 Tutor mengajari rekanya dribble melewati rintangan yang telah disusun dengan memperhatikan posisi badan, perkenaan stik dengan bola, dan jarak bola ke kaki.

 Tutor dan rekannya melakukan dribble secara bergantian agar rekannya dapat melihat dan meniru gerakan yang benar, sedangkan tutornya akan lebih mahir melakukan dribble.

 Lakukan secara berulang – ulang sampai waktu yang ditentukan guru

 Tutor sambil mengoreksi gerakan rekannya saat melakukan latihan

 Guru mengawasi dan memberikan masukan kepada tutor


(35)

-42

Irwan Hermawan, 2015

Pengaruh model peer teaching terhadap motivasi dan hasil belajar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Penutup  Berbaris, guru melakukan tanya jawab dengan siswa mengenai apa yang telah mereka kerjakan,  Guru meminta siswa melakukan

kembali gerakan dribble yang telah mereka pelajari sebagai bentuk pengulangan dan evaluasi.  Pendinginan

 berdoa

 Berbaris, guru melakukan tanya jawab dengan siswa mengenai apa yang telah mereka kerjakan,  Guru meminta siswa melakukan

kembali gerakan dribble yang telah mereka pelajari sebagai bentuk pengulangan dan evaluasi.  Pendinginan

 Berdoa

Table 3.2

Sekenario pembelajaran

3. Post test

Setelah diberikan perlakuan selama 16 kali pertemuan yang dilakukan 3 kali setiap minggunya dengan durasi 2x45 menit setiap pertemuannya, selanjutnya sampel diberikan kembali angket dan tes performa, kemudian dianalisis untuk melihat peningkatan motivasi dan hasil belajar siswa. Dan langkah terakhir hasil analisis diuji hipotesis untuk menjawab semua pertanyaan penelitian yang telah diajukan sebelumnya.

Agar alur penelitian lebih jelas, berikut ini disajikan bagan alur penelitiannya:

POPULASI

SAMPEL


(36)

43

Irwan Hermawan, 2015

Pengaruh model peer teaching terhadap motivasi dan hasil belajar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gambar 3.3. Bagan Alur Penelitian

C. Desain Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan desain The-Static Group Pretest-Posttest Design. Adapun bentuk desainnya sebagai berikut:

The Static-Group Pretest-Postest Design O1 X O2 O1 C O2

Gambar 3.4.

Desain Penelitian : Fraenkel (2012, hlm. 270)

Keterangan :

KEL A: PEMBELAJARAN HOCKEY DENGAN MODEL PEER

TEACHING

KEL B: PEMBELAJARAN HOCKEY DENGAN MODEL

KONVENSIONAL

TES AKHIR: MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA

PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS


(37)

44

Irwan Hermawan, 2015

Pengaruh model peer teaching terhadap motivasi dan hasil belajar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

O1 : Tes motivasi dan hasil belajar keterampilan hockey sebelum perlakuan X : Perlakuan (treatment) model pembelajaran peer teaching

C : Model pembelajaran konvensional

O2 : Tes motivasi dan hasil belajar keterampilan hockey setelah perlakuan

Alasan menggunakan desain ini karena dalam penelitian ini ingin mengetahui pengaruh model peer teaching dengan variable control model konvensional terhadap motivasi dan hasil belajar siswa, jadi dilakukan tes awal dan tes akhir untuk melihat sejauh mana pengaruh kedua kelompok tersebut.

D. Definisi Operasional

1. Pembelajaran

Surya (2005, dalam Rusman, 2012, hlm. 21) mengatakan bahwa Pembelajaran adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya

2. Model peer teaching

Metzler (2000, hlm. 288) memaparkan bahwa, „The peer teaching model is based on accepted trade off to help reduce the problem of too little teacher observation of practice and limited feedback recieved by student‟. Sesuai

dengan pernyataan ini bahwa model pembelajaran peer teaching merupakan model pembelajaran untuk membantu siswa mengurangi masalahnya dalam belajar, pengawasan guru yang sedikit dan feedback yang diberikan guru juga terbatas.

3. Model pembelajaran konvensional

Pembelajaran konvensional merupakan pembelajaran yang biasa dilakukan oleh guru. Pendapat Ainshworth & Fox (1989, dalam Suherman, 2009, hlm. 130) menyebutkan bahwa direct teaching sebagai pendekatan traditional (konvensional), kemudian Suherman (2009, hlm. 149) menjelaskan : "dalam


(38)

45

Irwan Hermawan, 2015

Pengaruh model peer teaching terhadap motivasi dan hasil belajar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

direct teaching, dominasi pembuatan keputusan berada pada gurunya,

sebaliknya, dalam indirect teaching dominasi berada pada siswanya”

4. Motivasi

Menurut Sumiati (2009, hlm. 59) “motivasi merupakan keinginan (wants) yang ingin dipenuhi (dipuaskan), maka ia timbul jika ada rangsangan, baik karena

adanya kebutuhan (needs) maupun minat (interest) terhadap sesuatu”. Motivasi memiliki peranan yang sangat penting dalam mencapai suatu tujuan tertentu khususnya dalam pembelajaran, karena motivasi adalah pendorong siswa untuk melakukan pembelajaran.

5. Hasil belajar

Berdasarkan hasil revisi taksonomi Bloom (dalam Sumiati, 2009, hlm. 214),

“bentuk perilaku sebagai hasil belajar digolongkan dalam tiga domain (kognitif, afektif, dan psikomotor)”

a. Domain kognitif

Domain kognitif berkenaan dengan perilaku yang berhubungan dengan berpikir, mengetahui dan pemecahan masalah.

b. Domain afektif

Domain afektif berkaitan dengan sikap, nilai-nilai, interes, apresiasi (penghargaan) dan penyesuaian perasaan social.

c. Domain psikomotor

Domain psikomotor mencakup tujuan berkaitan dengan keterampilan (skill) yang bersigat manual atau motorik

6. Hockey

Tabrani (2002, hlm. 1) menjelaskan hoki adalah suatu permainan yang dimainkan antara dua regu yang setiap pemainnya memegang sebuah tongkat bengkok yang disebut stik (stick) untuk menggerakan sebuah bola. Teknik dasar dalam olahraga hoki meliputi push (mendorong bola), hit (memukul bola), stop (menahan bola), dribble (menggiring bola), flick (mencungkil bola), jab (menjangkau bola), tackle (merampas bola), dan scoop (mengangkat bola).


(39)

46

Irwan Hermawan, 2015

Pengaruh model peer teaching terhadap motivasi dan hasil belajar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

E. INSTRUMEN PENELITIAN

Instrumen yang digunakan untuk pengukuran motivasi pada penelitian ini adalah menggunakan angket. Angket terlebih dahulu di ujikan kepada sampel yang homogen. Pengujian instrumen dilakukan untuk: uji coba, uji skala per item, uji validitas per item, dan uji reliabilitas. Sedangkan instrumen yang dipakai untuk menjaring data hasil belajar siswa dalam penelitian ini adalah tes praktek keterampilan pada materi tes keterampilan teknik dasar hockey (dribbling, passing, dan stopping).

Ali (2010, hlm. 300) memaparkan bahwa: Sebelum penyusunan instrumen, terlebih dahulu dibuat kisi-kisi instrumen. Menurut Ali (2010, hlm. 303), „Kisi-kisi bertujuan untuk merencanakan sampel domain konstrak, sampel bentuk-bentuk prilaku dari setiap domain konstrak, dan berapa besar jumlah butir soal pertanyaan

yang akan digunakan untuk mengukur setiap bentuk prilaku itu.‟ Dari kisi-kisi ini maka akan diketahui berapa jumlah butir soal pada instrumen yang akan dikembangkan. Ali (2010, hlm. 303) juga memaparkan bahwa:

Mengacu pada kisi-kisi selanjutnya dikembangkan buti-butir soal tes atau pernyataan untuk skala yang berfungsi mengukur variabel sesuai dengan indikator-indikatornya. Butir-butir soal tes atau pertanyaan yang dijadikan instrumen adalah hanya sampel saja.

1. Instrument pengukuran motivasi

Instrument pengukuran motivasi yang dipergunakan dalam penelitian ini menggunakan skala motivasi. Skala motivasi ini berdasarkan pengembangan dari motivasi instrinsik dan ekstrinsik. Valerand, dkk (dalam Barkaukis, 2008, hlm. 40)

supported the notion that IM is a global construct that can be differentiated into three more specific motives, the intrinsic motivation to know, to accomplish, and to experience stimulation. Sementara Deci and Ryan (dalam Barkaukis, 2008, hlm. 41) mengungkapkan Three types of extrinsic motivation are defined in the


(40)

self-47

Irwan Hermawan, 2015

Pengaruh model peer teaching terhadap motivasi dan hasil belajar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

determination theory tradition: external regulation, introjection, and identification.

Adapun kisi-kisi angketnya adalah sebagai berikut :

Tabel 3.6

Kisi-Kisi Angket

No SUB ASPEK Nomor Pertanyaan Jumlah

Positif Negatif

1

Instrinsic Motivation to Know (Motivasi Intrinsik untuk mengetahui)

Memiliki rasa ingin tahu terhadap olahraga yang diikutinya

5, 22 7, 42 4

Memiliki keinginan untuk bereksplorasi terhadap aktifitas baru

25, 33 44, 4 4

2 Instrinsic Motivation towards accomplishment (Motivasi Intrinsik terhadap prestasi)

Memiliki rasa ingin lebih baik dari orang lain

43, 39 31, 48 4

Memiliki keinginan untuk mencapai standar yang baru

3, 40 12, 41 4

3 Motivation to Experience Stimulation (Motivasi untuk mendapatkan rangsangan) Memiliki keinginan untuk memperoleh pengalaman yang menyenangkan

20, 9 17, 10 4

Memiliki keinginan mendapatkan sensasi yang positif

27, 36 24, 6 4

4 External Regulation (aturan dari luar)

Mendapatkan reward /

imbalan dari orang lain 21, 13 2, 46 4

Memiliki keinginan

untuk dihargai 1, 37 11, 28 4

5

Introjection Regulation (penanaman sikap)

Dapat menanamkan kesadaran akan suatu hal yang bermanfaat

16, 47 34, 19 4

Dapat menanamkan kesadaran akan suatu kewajiban

26, 45 18, 32 4

6

Identified regulation (identifikasi)

Dapat menjalin hubungan baik dengan orang lain

25, 14 45, 30 4

Dapat mengambil nilai-nilai yang terkandung dalam olahraga

23, 29 38, 8 4

Jumlah 48

Jenis angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis angket tertutup. Maksudnya adalah angket tersebut telah tersusun atas pertanyaan atau


(41)

48

Irwan Hermawan, 2015

Pengaruh model peer teaching terhadap motivasi dan hasil belajar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pernyataan yang tegas, teratur, konkrit, lengkap dan tidak menuntut jawaban, hanya sesuai dengan alternatif jawaban.

Untuk mengetahui tiap item tes tersebut valid atau tidak valid dengan membandingakan hasil perhitungan (thitung) dengan ttabel. Dengan signifikansi untuk α = 0,05 dengan nilai r = 1,72. Kaidah keputusannya adalah jika thitung > dari nilai

ttabel berarti valid dan jika thitung < dari ttabel berarti tidak valid. Berdasarkan hasil

perhitung diatas sebanyak 30 item butir tes dinyatakan valid, dan item tes ini memiliki nilai reliabilitas sebesar 0,71, maka item tes tersebut digunakan sebagai instrumen penelitian.

2. Instrument tes ketrampilan hockey

Instrument tes keterampilan bermain hockey adalah sebagai berikut :

1. Tes Teknik Push.

Memiliki validitas 0,92 dan reliabilitas 0,74. Adapun pelaksanaan tesnya adalah sebagai berikut:

a. Testee berdiri di garis yang telah ditentukan dalam sikap siap melakukan push dengan posisi menghadap daerah papan target yang telah ditentukan dengan jarak 10 m.

b. Melakukan push sesuai peraturan yang berlaku

c. Kesempatan melakukan teknik push sebanyak 5 kali dalam dan hasilnya dijadikan data testee yang bersangkutan.


(42)

49

Irwan Hermawan, 2015

Pengaruh model peer teaching terhadap motivasi dan hasil belajar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Tes Stoping

Memiliki validitas 0,91 dan reliabilitas 0,70. Adapun pelaksanaan tesnya adalah sebagai berikut:

a. Tujuan : mengukur keterampilan stoping dalam permainan hockey b. Alat dan perlengkapan : bola 2 buah, stop watch, bangku swedia 2 buah

(papan ukuran 3m x 60cm), format isian dan kapur

c. Pelaksanaan : teste berdiridi belakang garis tembak yang berjarak 2 meter dari sasaran/papan, posisi kaki harus berada di belakang garis yang telah ditentukan. Pada aba-aba Y, teste mulai menembak bola ke sasaran/papan (depan) dan menahannya kembali dengan stik dan kaki di belakang garis tembak, setelah itu bersiap untuk langsung menembak bola berikutnya kea rah berbeda dengan tembakan pertama (samping kanan). Lakukan kegiatan ini bergantian selama 60 detik. Apabila bola keluar dari daerah tempat melakukan test, maka teste menggunakan bola cadangan yang telah disediakan.

d. Penyekoran : jumlah menahan bola yang sah selama 60 detik, hitungan 1 diperoleh dari satu kali kegiatan menahan bola.

5 4 3 2 1

1 2 3 4

10 m

Gambar 3.7

Papan Target Teknik Push Richard, dkk (1984, hlm. 252)


(43)

50

Irwan Hermawan, 2015

Pengaruh model peer teaching terhadap motivasi dan hasil belajar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Mengenai pelaksanaan tes stopping dapat dilihat pada gambar 3.8 dibawah ini.

2 meter

teste

2 meter

Gambar 3.8 Test stopping

Richard, dkk (1984, hlm. 253)

3. Tes Dribble.

Memiliki validitas 0,93 dan reliabilitas 0,74. Adapun pelaksanaan tesnya adalah sebagai berikut:

a. Tujuan: mengukur kecepatan

b. Alat dan perlengkapan: lapangan, tiang, peluit, stopwatch dan format isian


(44)

51

Irwan Hermawan, 2015

Pengaruh model peer teaching terhadap motivasi dan hasil belajar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

c. Pelaksanaan: Pada aba-aba “Ya” testee melakukan dribble dari garis start sesuai alur lari yang ditetapkan sampai ke garis finish.

d. Penyekoran: waktu tempuh terbaik dalam menyelesaikan dribble dicatat sebagai data penelitian. Mengenai pelaksanaan tes dribble dapat dilihat pada gambar 3.9 berikut ini.

Gambar 3.9 Tes Dribble

Richard, dkk (1984, hlm. 252)

F. PENGUJIAN VALIDITAS DAN RELIABILITAS INSTRUMEN

Motivasi dan hasil belajar siswa akan dilihat pengaruhnya melalui pembelajaran pendidikan jasmani menggunakan model pembelajaran peer teaching dengan materi ajar hockey. Oleh karena itu, angket dan tes keterampilan hockey akan diuji kembali validitas dan realibilitasnya. Uji coba instrument akan dilakukan pada siswa yang mengikuti ekstrakurikuler selain hockey yang mempunyai karakteristik bermain seperti hockey yaitu futsal. Setelah angket dan tes keterampilan hockey diberikan pada kelompok tersebut, dilakukan dengan analisa uji validitas dan uji reliabilitas untuk mengetahui tingkat keterandalan atau kesahihan alat ukur.

START/ FINISH

2 m 2 m 1 m


(45)

52

Irwan Hermawan, 2015

Pengaruh model peer teaching terhadap motivasi dan hasil belajar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 1. Uji Validitas

Adapun langkah-langkah pengerjaan yang dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Data yang diperoleh dari hasil uji coba dikumpulkan dan dipisahkan antara skor tertinggi dan skor terendah.

2. Menentukan 27% responden yang memiliki skor tertinggi dan 27% responden yang mempunyai skor terendah.

3. Kelompok dengan skor tinggi disebut kelompok atas dan kelompok yang memiliki skor rendah disebut kelompok bawah.

4. Mencari nilai rata-rata untuk setiap kelompok yaitu kelompok atas dan bawah, dengan menggunakan rumus :

5. Mencari simpangan baku S setiap pertayaan kelompok atas dan bawah dengan rumus sebagi berikut :

6. Mencari simpangan baku gabungan (S2) untuk setiap butir pertanyaan kelompok atas dan bawah dengan rumus sebagai berikut :

7. Mencari nilai t-hitung untuk setiap pernyataan dengan rumus sebagai berikut :

∑(X-X)2

S = √

n – 1

(n1– 1) S12 + (n2– 1) S22

S2 =

n1 + n2– 2

X1 - X2 t =

s √ (1 / n1 + 1 / n2)

∑ Xi

X = n


(46)

53

Irwan Hermawan, 2015

Pengaruh model peer teaching terhadap motivasi dan hasil belajar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 2. Uji Reliabilitas

Dalam menentukan tingkat reliabilitas butir soal penulis menyusun langkah-langkah sebagai berikut :

1. Membagi butir pertanyaan menjadi dua bagian yang bernomor genap dan ganjil.

2. Skor dari butir pernyataan yang bernomor ganjil dikelompokan menjadi variable X dan skor dari butir pernyataan bernomor genap dijadikan variable Y kemudian menjadi harga-harga ∑x, ∑y, ∑x2, ∑y2, ∑xy.

3. Mengkorelasikan antara skorbutir-butir pernyataan yang bernomor genap dengan butir-butir pernyataan yang bernomor ganjil dengan menggunakan rumus korelasi Person product Moment sebagai berikut :

G. TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Teknik pengumpulan data yang dipilih pada penelitian ini adalah angket yang mengacu pada skala motivasi sedangkan alat pengumpulan data untuk hasil belajar merupakan tes tindakan dalam hal ini tes performa. Alasan pengambilan teknik pengumpulan data menggunakan angket adalah data yang dikumpulkan lebih objektif karena menggunakan pertanyaan-petanyaan yang dibagikan pada setiap kelompok eksperimen dan kelompok kontrol yang akan mendeskriptifkan motivasi belajar mereka. Menurut Ali (2010, hlm. 285) menjelaskan bahwa:

n∑ xy –(∑x) (∑y)

rxy =

√ {n∑x2(∑x)2} {n∑y2 (∑y)2


(47)

54

Irwan Hermawan, 2015

Pengaruh model peer teaching terhadap motivasi dan hasil belajar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Keuntungan menggunakan kuisioner (angket) adalah dapat mengumpulkan data dari jumlah bear subjek; data yang dikumpulkan lebih objektif daripada menggunakan wawancara; responden dapat menjawab dengan lebih leluasa, tidak dipengaruhi sikap mental hubungan antara periset dan subjek riser, atau waktu yang tersedia dalam memikirkan jawaban; data yang dikumpulkan lebih mudah dianalisis, karena pertanyaan-pertanyaan yang diajukan bersifat tetap dan sama antara yang diajukan kepada satu responden dan yang diajukan pada responden lainnya.

Sedangkan alasannya memilih tes performa untuk hasil belajar, karena dalam penelitian ini hasil belajar yang akan diukur adalah keterampilan gerak anak dalam pembelajaran hockey.

H. ANALISIS DATA

Sugiyono (2010, hlm. 147) menegaskan bahwa “bila peneliti ingin membuat kesimpulan yang berlaku untuk populasi, maka teknik yang digunakan adalah

statistic inferensial”. Setelah data terkumpul selanjutnya melakukan pengolahan data dan analisis data. Teknik analisis data menggunakan teknik analisis statistik, yang digunakan adalah uji t.

1. Menghitung skor rata-rata kelompok sampel dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

 Xi

X = n

Arti dari tanda-tanda dalam rumus tersebut adalah: X = Skor rata-rata yang dicari

Xi = Nilai data  = Jumlah

n = Jumlah sampel


(48)

55

Irwan Hermawan, 2015

Pengaruh model peer teaching terhadap motivasi dan hasil belajar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

S =  (X-X)2

n – 1

Arti dari tanda-tanda dalam rumus tersebut adalah: S = Simpangan baku yang dicari

n = Jumlah sampel

 (X-X)2

= Jumlah kuadrat nilai data dikurangi rata-rata

3. Menguji normalitas data menggunakan uji kenormalan Lilliefors. Prosedur yang digunakan adalah sebagai berikut:

a. Pengamatan X1, X2, … Xn dijadikan bilangan baku Z1, Z2, ..., Zn dengan

menggunakan rumus: Xi – X Z1 =

S

(X dan S masing-masing merupakan rata-rata dan simpangan baku dari sampel).

b. Untuk bilangan baku ini digunakan daftar distribusi normal baku, kemudian dihitung peluang F(Z1) = P(Z Z1).

c. Selanjutnya dihitung proporsi Z1, Z2, … Zn Zi. Jika proporsi ini

dinyatakan S(Zi), maka:

Banyaknya Z1, Z2, ... , Zn  Zi

S (Zi) =

n

d. Menghitung selisih F (Zi) - S (Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya.

Ambil harga yang paling besar diantara harga-harga mutlak selisih tersebut. Untuk menolak atau menerima hipotesis, kita bandingkan Lo


(49)

56

Irwan Hermawan, 2015

Pengaruh model peer teaching terhadap motivasi dan hasil belajar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dipilih. Kriterianya adalah: tolak hipotesis nol jika Lo yang diperoleh

dari data pengamatan melebihi L dari daftar tabel. Dalam hal lainnya hipotesis nol diterima.

4. Menguji homogenitas. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut: 1) Uji Kesamaan Dua Variansi:

Variansi terbesar F =

Variansi terkecil

Kriteria pengujian adalah: terima hipotesis jika hitung lebih kecil dari F-tabel distribusi dengan derajat kebebasan = (V1,V2) dengan taraf nyata (a) =

0,05.

5. uji homogenitas matriks varian/covarian, uji ini dilakukan dengan menggunakan Box’s Test Of Equality Covariance Matrice menggunakan SPSS.

6. uji linieritas, uji ini dilakukan dengan memperhatikan nilai F Deviation From Linearity menggunakan SPSS

7. Pengujian signifikansi perbedaan peningkatan motivasi dan hasil belajar keterampilan hockey, menggunakan uji mancova melalui Tests of Between-Subjects Effects menggunakan SPSS.


(50)

Irwan Hermawan, 2015

Pengaruh model peer teaching terhadap motivasi dan hasil belajar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN, LIMITASI DAN REKOMENDASI

Merujuk kepada hasil penelitian dan pembahasan sebagaimana diuraikan pada bab IV, maka dapat penulis mengambil kesimpulan, limitasi, dan rekomendasi saran sebagai berikut:

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan sebagaimana diuraikan sebelumnya, kesimpulan umum yang didapat dikemukakan dari hasil penelitian ini adalah model peer teaching memberikan pengaruh yang lebih baik dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional terhadap motivasi dan hasil belajar keterampilan hockey. Selanjutnya, berkaitan dengan pertanyaan dan hipotesis penelitian, secara khusus dapat dikemukakan beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Model peer teaching dan model pembelajaran konvensional berpengaruh terhadap motivasisiswa di SMAN 26 Bandung.

2. Model peer teaching dan model pembelajaran konvensional berpengaruh terhadap hasil belajarketerampilanhockey di SMAN 26 Bandung.

3. Pretest motivasi berpengaruh terhadap posttest motivasi siswa di SMAN 26 Bandung.

4. Pretest hasil belajar keterampilan hockey berpengaruh terhadap posttest hasil belajar keterampilan hockey siswa di SMAN 26 Bandung.

5. Pretest motivasi, model peer teaching dan model pembelajaran konvensional berpengaruh terhadap posttest motivasi siswa di SMAN 26 Bandung.

6. Pretest hasil belajar, model peer teaching dan model pembelajaran konvensional berpengaruh terhadap posttest hasil belajar keterampilan hockey siswa di SMAN 26 Bandung.


(1)

Irwan Hermawan, 2015

Pengaruh model peer teaching terhadap motivasi dan hasil belajar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

B. Limitasi

Limitasi atau kelemahan pada penelitian terletak pada proses penelitian. Peneliti menyadari bahwa dalam suatu penelitian pasti terjadi banyak kendala dan hambatan. Salah satu factor yang menjadi kendala dan hambatan dalam penelitian ini adalah waktu dan tempat penelitian. Lapangan yang bisa digunakan untuk ekstrakurikuler hockey adalah hari selasa, rabu dan jum’at. Waktu latihan dari pukul 16.00 – 17.30, karena KBM di SMA 26 sampai pukul 15.45. Karena keterbatasan waktu dan tempat penelitian, peneliti melibatkan guru untuk melaksanakan pembelajaran pada kelompok konvensional, sehingga siswa pada kelompok konvensional mendapat perlakuan dari guru yang mengawasinya. Hal ini berpengaruh pada signifikansinya pengaruh model pembelajaran konvensional yang dijadikan variable kontrol terhadap motivasi dan hasil belajar keterampilan hockey.

C. Rekomendasi

Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan, dapat disampaikan beberapa rekomendasi berkaitan dengan peningkatan motivasi dan hasil belajar keterampilan hockey melalui model peer teaching dan model pembelajaran konvensional. Saran ini ditujukan kepada pihak yang berkepentingan dalam pendidikan, yaitu: Departemen Pendidikan, Instansi sekolah, para guru dan para peneliti selanjutnya. Beberapa rekomendasi tersebut sebagai berikut:

1. Bagi Departemen Pendidikan

Kepada Departemen Pendidikan Kota Bandung untuk bekerjasama dengan instansi terkait untuk memanfaatkan temuan dalam penelitian ini dengan cara mensosialisasikannya kepada para guru melalui penataran atau pelatihan, agar mereka memiliki pengetahuan dan kemampuan tentang penerapan model pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran.


(2)

Irwan Hermawan, 2015

Pengaruh model peer teaching terhadap motivasi dan hasil belajar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

a. Pada dasarnya untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran dapat diterapkan berbagai model pembelajaran yang ada dengan mengacu pada materi pengajaran yang akan disampaikan. Dalam kaitannya dengan pembelajaran pendidikan jasmani dengan menggunakan model peer teaching karena terbukti mampu meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa.

b. Bagi para guru yang ingin menerapkan model peer teaching sebaiknya dilakukan pada kelas-kelas tertentu.

c. Dalam menggunakan model peer teaching, guru hendaknya melakukan persiapan yang lebih baik dan matang, terutama dalam menyusun materi yang jelas dan terstruktur, sehingga dapat mudah dipahami oleh siswa.

d. Guna mencapai hasil belajar keterampilan yang baik, disarankan bagi guru penjas dapat memilih model pembelajaran yang efektif, mampu menggunakan fasilitas, dan waktu yang sangat terbatas serta mampu memotivasi siswa yang kurang berbakat. Dengan cara demikian, maka siswa akan mencapai hasil belajar keterampilan yang maksimal.

3. Bagi Para Peneliti Selanjutnya

Berkaitan dengan penelitian yang telah dilakukan dalam mengembangkan motivasi dan hasil belajar keterampilan hockey, masih diperlukan penelitian-penelitian lanjutan baik bersifat pengembangan maupun kedalamannya. Oleh karena itu, rekomendasi yang disampaikan bagi peneliti selanjutnya adalah sebagai berikut:

1. Penelitian yang dilakukan ini, ruang lingkupnya masih terbatas pada siswa dari lingkungan SMA NEGERI 26 Kota Bandung. Oleh karena itu masih terbuka untuk dilakukan penelitian dengan mengambil sampel dari siswa yang berada di daerah perkotaan atau di daerah lainnya.

2. Ruang lingkup penelitian ini hanya pada tingkat SMA/MA, sehingga masih terbuka untuk diadakan penelitian lanjutan yang dihubungkan dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi atau lebih rendah.

3. Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai model pembelajaran yang dapat memberikan pengaruh dalam perkembangan olahraga, dengan lebih memperluas


(3)

Irwan Hermawan, 2015

Pengaruh model peer teaching terhadap motivasi dan hasil belajar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ruang lingkup penelitian seperti pada aspek fisik, psikologis, iptek, sosial dan budaya agar hasil yang diharapkan bisa tercapai dengan tepat.


(4)

Irwan Hermawan, 2015

Pengaruh model peer teaching terhadap motivasi dan hasil belajar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Aggiss, Richard, dkk (1984). Coaching Hockey The Australian Way. Melbourne: Renwick Pride

Ali, Muhammad. (2010). Metodologi dan Aplikasi Risep Pendidikan. Bandung: Pustaka Cendikia Utama.

Arikunto, Suharsimi. (2002). Prosedur Penelitian Ilmiah Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta. Rineka Cipta.

Boud, D., Cohen, R., and Sampson, J. (2001). Peer learning in higher education: Learning from and with each other. London: Kogan Press.

Cothran, D.J & Kulinna, H.P (2006). Students' Perspectives on Direct, Peer,and Inquiry Teaching Strategies. Journal of Teaching in Physical Education, (25) 166-18.

Dawkins, Jhon, dkk (1990). Hockey Aussie Sports Coaching Program. South Australia: Achper

Fraenkel, dkk. (2013). How to design and evaluate research in education. USA: McGraw hill. Inc.

Fuchs, Douglas, dkk. (1997) Peer-Assisted Learning Strategies: Making Classrooms More Responsive to Diversity. American Educational Research JournalSpring: Vol. 34, No. 1, pp. 174-206

Geok Cheong, Jadeera Phaik (2012) Practicing field hockey skills along the contextual interference continuum: A comparison of five practice schedules. Journal of Sports Science and Medicine : 11, 304-311

Griffin, Linda et al.(1997) Teaching Sport Concepts and Skills, a Tactical Games Approach. USA:Human Kinetics

Harsono (1988). Coaching dan Aspek-aspek Psikologi Dalam Coaching. Jakarta: CV. Tambak Kusuma

Hidayat, Yusuf. (2009). Psikologi Olahraga. Bandung: CV. Bintang Warli Artika. Hidayat, dkk. (2010). Jurnal Pendidikan Jasmani dan Olahraga.


(5)

Irwan Hermawan, 2015

Pengaruh model peer teaching terhadap motivasi dan hasil belajar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Juliatine, dkk. (2013). Model-model Pembelajaran Pendidikan Jasmani. Bandung: Redpoint.

Maksum, Ali. (2012). Metode Penelitian dalam Olahraga. Surabaya: Unesa University Press.

Metzler, Michael W. (2000). Intrictional Model For Physical Education. Massachusetts: Allyn & Bacon.

Mulyasa (2013). Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

M.Sajoto. (1995). Peningkatan & Pembinaan Kekuatan Kondisi Fisik Dalam Olahraga. Semarang: Dahara Prize

Ogiwara, Tomoko, dkk. (2011) Teaching strategy for correcting naïve conception in an overhand volleyball pass skill among seventh grade PE student. University of Limerick, Ireland, 22nd -‐ 25th,June, AIESEP

Rink, E. Judith. (1993). Teaching Physical Education for Learning (Secon Edition). USA: Mosbi Years Book.

Rusman. (2012). Model-Model Pembelajaran. Depok: PT Rajagrapindo Persada. Ryan, Susan, dkk (1985). Hockey Children in Sport Coaching Program. Australia:

Achper

Saripudin. (1992). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Angkasa. Sudjana, Nana. (2002). Metode Statistika. Bandung: Tarsito.

Sugiyono (2010). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif & RND. Bandung : Alfabeta.

Suherman, Adang. (2009). Revitalisasi Pengajaran dalam Pendidikan Jasmani. Bandung: CV. Bintang Warli Artika.

Sumiati, & Asra. (2009). Metode Pembelajaran. Bandung: CV Wacana Prima Tabrani, Primadi. (2002). Hoki Kreatifitas dan Riset dalam Olahraga. Bandung :


(6)

Irwan Hermawan, 2015

Pengaruh model peer teaching terhadap motivasi dan hasil belajar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Wallhead, Tristan & Ntoumanis, Nikos (2004). Effects of a Sport Education

Intervention on Students’ Motivational Responses in Physical Education.

Journal of teaching in physical education, (23) 4-18

Wentzel, Kathryn R. (1998). Social Relationships and Motivation in Middle School: The Role of Parents, Teachers, and Peer. Journal of Educational Psychology: Vol. 90, No. 2, 202-209

W. Colvin, Janet (2007) Peer tutoring and social dynamics in higher education.