PLURALISME DALAM BINGKAI BUDAYA LOKAL UNTUK MENINGKATKAN KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA : Studi Kasus Di Kelurahan Cigugur Kabupaten Kuningan.

(1)

No.Daftar FPIPS: 2005/UN.40.2.2/PL/2014

PLURALISME DALAM BINGKAI BUDAYA LOKAL UNTUK MENINGKATKAN KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA (STUDI KASUS DI KELURAHAN CIGUGUR KABUPATEN KUNINGAN)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan

Oleh

PERA DENIAWATI 1003458

JURUSAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG


(2)

PLURALISME DALAM BINGKAI BUDAYA

LOKAL UNTUK MENINGKATKAN

KERUKUNAN ANTARUMAT BERAGAMA

(Studi Kasus di Kelurahan Cigugur Kabupaten Kuningan)

Oleh Pera Deniawati

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

© Pera Deniawati 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Januari 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

PERA DENIAWATI

PLURALISME DALAM BINGKAI BUDAYA LOKAL UNTUK MENINGKATKAN KERUKUNAN ANTARUMAT BERAGAMA (STUDI KASUS DI KELURAHAN CIGUGUR KABUPATEN KUNINGAN)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING :

Pembimbing 1

Prof. Dr. Karim Suryadi, M.Si. NIP.19700814 199402 1 001

Pembimbing II

Dr. Muhammad Halimi, M.Pd. NIP.19580605 198803 1 001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan

Prof. Dr. H. Sapriya, M.Ed. NIP. 19630820 198803 1 001


(4)

ABSTRAK

PLURALISME DALAM BINGKAI BUDAYA LOKAL UNTUK MENINGKATKAN KERUKUNAN ANTARUMAT BERAGAMA (STUDI KASUS DI KELURAHAN CIGUGUR KABUPATEN KUNINGAN)

PERA DENIAWATI : NIM 1003458

Kelurahan Cigugur merupakan kelurahan yang dibangun dengan perbedaan agama dan kepercayaan yang beranekaragam (Pluralisme). Agama Islam, Khatolik dan Pengahayat Kepercayaan merupakan salah satu agama dan kepercayaan yang banyak dianut oleh warga Kelurahan Cigugur. Adanya nilai-nilai seperti toleransi, menghormati, menghargai, kerjasama, serta pembauran antarumat beragama itu merupakan hasil dari proses interaksi sosial yang telah dilakukan oleh masyarakat Cigugur dalam kehidupan yang harmonis guna meningkatkan kerukunan antarumat beragama. Penelitian ini didasarkan pada empat permasalahan, yaitu: realitas pemahaman pluralisme masyarakat Cigugur, realitas kerukunan antarumat beragama, implikasi dari pluralisme yang dibingkai budaya lokal serta upaya pengembangan pluralisme dalam meningkatkan kerukunan umat beragama.

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dengan metode studi kasus. Peneliti langsung bertindak sebagai subjek yang turun langsung ke lapangan serta untuk melengkapi hasil pengamatan, data-data diperoleh melalui teknik wawancara, observasi, dan studi dokumentasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa realitas pemahaman masyarakat Kelurahan Cigugur terhadap pluralisme yang dibingkai oleh budaya lokal telah dipahami dengan baik. Hal ini terlihat dengan adanya sikap dan perilaku masyarakat Cigugur yang menerima dan memahami perbedaan agama dan kepercayaan sebagai kenyataan hidup yang telah ada di lingkungannya. Selain itu, adanya pemaknaan yang telah melekat dalam diri pribadi masyarakat Cigugur yang memahami bahwa agama dan kepercayaan yang ia peluk adalah yang terbaik, dan mempersilahkan orang lain untuk mempercayai bahwa agama yang dipeluknya adalah agama yang paling baik (agree in disagreement). Adanya upacara seren taun sebagai budaya lokal merupakan implikasi dari pluralisme yang dibingkai budaya lokal untuk meningkatkan kerukunan antarumat beragama. Pembauran yang dilakukan antarumat beragama ini mampu menunjukkan kerukunan yang tetap terjaga serta nilai toleransi, menghargai, menghormati, kerjasama antarumat beragama yang dilakukan oleh masyarakat Cigugur ini mampu meningkatkan kerukunan antarumat beragama di Kelurahan Cigugur.

Beberepa rekomendasi untuk keberlangsungan pluralisme yang lebih permanen pada masyarakat Cigugur peneliti ajukan kepada para pihak yang berkepentingan.


(5)

ABSTRACT

PLURALISM IN THE FRAME OF LOCAL CULTURE TO IMPROVE INTERRELIGIOUS HARMONY

(A CASE STUDY AT CIGUGUR ADMINISTRATIVE VILLAGE, KUNINGAN REGENCY)

PERA DENIAWATI; STUDENT ID: 1003458

Cigugur Administrative Village is a village built with religious differences and various beliefs (pluralism). Islam, Catholic, and Traditional Beliefs or Credence are some of the religions and beliefs followed by the majority of the people of Cigugur Administrative Village. The existences of the values, such as tolerance, respect, appreciation, cooperation, and interreligious assimilation are resulted from the social interaction of the people in their harmonious life in order to improve interreligious harmony. The research was based on four issues, namely: The actual understanding of Cigugur people on pluralism, the reality of interreligious harmony, the implication of pluralism framed by local culture, and the efforts to develop pluralism in improving interreligious harmony.

The research used qualitative approach with a case study method. The researcher directly participated as the subject in the field in order to complete the observation results, while the data were gained through interview, observation, and documentary study.

The research results showed that in reality, the people of Cigugur Administrative Village have well understood pluralism as framed by local culture. This can be observed from the attitude and behaviour of Cigugur people who accepted and understood differences in religions and beliefs as a long-existing fact in their environment. In addition, the people of Cigugur had an inherent understanding that the religion and traditional belief they follow are the best while allowing for other people to also believe that their religion is the best (agree in disagreement). The existence of seren taun ceremony as a local culture is an implication of the pluralism framed by local culture as an attempt to improve interreligious harmony. The assimilation among these followers of different religions and traditional beliefs could show a maintained harmony such as reflected in the values of tolerance, respect, appreciation, and cooperation among the followers, and these values could improve interreligious harmony in Cigugur Administrative Village.

Some recommendations for the more sustainable pluralism among Cigugur people have been given by the researcher for the interested parties.


(6)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ...i

ABSTRAK ...ii

KATA PENGANTAR ...iii

DAFTAR ISI ...vi

DAFTAR LAMPIRAN ...vii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Struktur Organisasi ... 8

BAB II KERANGKA TEORI ... 10

A. Konsep Pluralisme ... 10

1. Pengertian dan Ruang Lingkup Pluralisme ... 10

2. Pluralisme sebuah Realitas yang Perlu Ditangani ... 15

3. Urgensi Pluralisme dalam Kehidupan Masyarakat ... 17

B. Konsep Budaya Lokal ... 18

1. Pengertian dan Ruang Lingkup Budaya Lokal ... 18

2. Unsur-Unsur Budaya ... 21

3. Wujud Budaya ... 21

4. Komponen Budaya ... 23

C. Kontribusi Kerukunan Antarumat Beragama ... 23

1. Pengertian Kerukunan Antarumat Beragama ... 23

2. Kerukunan Kehidupan Antarumat Beragama ... 25

3. Kerukunan Antarumat Beragama sebagai Wujud Toleransi ... 31


(7)

1. Prasangka Sosial ... 34

2. Stereotipe ... 36

3. Etnosentrisme ... 37

E. Pluralisme sebagai Dimensi Pendidikan Kewarganegaraan ... 38

1. Pengertian dan Hakekat Pendidikan Kewarganegaraan ... 38

2. Hakekat Pendidikan mengenai Keberagaman ... 40

F. Implikasi Pluralisme terhadap Kerukunan Antarumat Beragama ... 42

1. Pemahaman mengenai Ruang Privat dan Ruang Publik ... 43

2. Penyikapan mengenai Ruang Privat dan Ruang Publik ... 45

3. Penataan Ruang Privat dan Ruang Publik ... 45

G. PKn terhadap Pluralisme & Kerukunan Antarumat Beragama ... 46

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 50

A. Pendekatan dan Metode Penelitan ... 50

B. Teknik Pengumpulan Data ... 51

C. Definisi Operasional ... 53

D. Instrumen Penelitian ... 54

E. Lokasi dan Subjek penelitian ... 55

F. Tahap-tahap Penelitian ... 56

G. Tahap Analisis dan Pengolahan Data ... 57

H. Validitas Data ... 59

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 61

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 61

B. Deskripsi Hasil Penelitian ... 65

1. Realitas Pemahaman Wawasan Pluralisme yang dibingkai Budaya Lokal Masyarakat Cigugur ... 65

2. Realitas Kerukunan Antarumat Beragama Masyarakat Cigugur yang dibingkai Budaya Lokal ... 67

3. Implikasi Pemahaman Pluralisme dalam Kerukunan Antarumat Beragama yang dibingkai oleh Budaya Lokal ... 70


(8)

4. Upaya Pengembangan Wawasan Pluralisme yang dibingkai Budaya Lokal untuk Meningkatkan Kerukunan

Antarumat Beragama ... 72

C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 73

1. Realitas Pemahaman Wawasan Pluralisme yang dibingkai Budaya Lokal Masyarakat Cigugur ... 73

2. Realitas Kerukunan Antarumat Beragama yang dibingkai oleh Budaya Lokal ... 78

3. Implikasi Pemahaman Pluralisme dalam Kehidupan Antarumat Beragama yang dibingkai oleh Budaya Lokal ... 93

4. Upaya Pembangunan Wawasan Pluralisme yang dibingkai Budaya Lokal untuk Meningkatkan Kerukunan Antarumat Beragama ... 100

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 110

A. Kesimpulan ... 110

1. Kesimpulan Umum ... 110

2. Kesimpulan Khusus ... 110

B. Rekomendasi ... 111

DAFTAR PUSTAKA ... 113

LAMPIRAN ... 118 SURAT PERIZINAN


(9)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Indonesia adalah negara-bangsa pluralistik yang dihuni penduduk dari berbagai suku, budaya, adat-istiadat, agama, ras, gender, bahasa, strata sosial dan golongan yang sangat jelas melekat dalam diri masyarakat Indonesia. Pluralisme menjadi sebuah realita dan mesti diterima sebagai kekayaan nasional bangsa Indonesia.

Namun, seiring perkembangan lmu Pengetahuan Teknologi dan Seni (IPTEKS) yang sangat pesat itu mengakibatkan terjadinya pergeseran nilai-nilai kemasyarakatan seperti nilai toleransi, saling menghargai, dan menghormati. Selain itu, wajah pluralisme dalam negeri ini sewaktu-waktu bisa muncul akibat suhu politik, agama, sosial budaya yang memanas dan memungkinkan konflik muncul kembali.

Realitasnya, sejumlah konflik pun pernah terjadi di beberapa daerah di Indonesia seperti konflik di Kalimantan Barat, Maluku, Poso, Aceh, Papua dan Timor Timur yang terakhir lepas dari Indonesia. Sejumlah konflik itu masing-masing memiliki penyebabnya tersendiri. Ada yang dipicu karena perbedaan dan kesenjangan etnis, agama, politik dan persoalan-persoalan suku, agama, ras, dan antar golongan (SARA) lainnya. Namun, kebanyakan konflik tersebut dipicu oleh sentimen keagamaan dan kepercayaan yang berbeda.

Selain itu, salah satu penyebab terjadinya konflik adalah akibat dari lemahnya pemahaman dan pemaknaan masyarakat tentang konsep kearifan budaya lokal masyarakat Indonesia yang plural. Konflik sosial akan muncul apabila tidak ada distribusi nilai yang adil kepada masyarakat. Terdapatnya perbedaan agama dan kepercayaan pada masyarakat menjadi penanda awal yang secara realitasnya sudah dilabelkan hambatan-hambatannya, yakni prasangka. Rasa prasangka ini sangat sensitif karena melibatkan sikap seseorang ataupun kelompok tertentu terhadap yang lainnya. Padahal, keberagaman merupakan inti dari kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia, tanpa semangat keragaman


(10)

bangsa Indonesia akan mengalami kehancuran karena konflik antar agama dan kepercayaan akan terjadi di setiap wilayah. Mengingat bangsa Indonesia sangat beragam dan salah satunya agama merupakan fungsi untuk menjaga keragaman.

Menurut Budhi Muanawar Rahman (1995 : 31) yang dikutip oleh Ahmad Baso (1999 : 23-24) menyatakan bahwa :

Pluralisme hadir dalam rangka membangun toleransi di tengah perbedaan dan keragaman. Karena itu, pluralisme bukan hanya berarti actual plurality (kemajemukan atau keanekaragaman) yang justru menggambarkan kesan fragmentasi, bukan juga sekedar “kebaikan negatif” sebagai lawan dari fanatisme, melainkan harus dipahami sebagai “pertalian sejati kebhinekaan dalam ikatan-ikatan keadaban” (genuine engagement of diversity within the bonds of civility).

Berdasarkan kutipan diatas, pandangan yang seharusnya dimiliki oleh bangsa ini adalah pandangan dan sikap yang menghargai kemajemukan serta penghormatan terhadap yang lain yang berbeda, membuka diri terhadap warna-warni keyakinan, kerelaan untuk berbagi, keterbukaan untuk saling belajar, serta keterlibatan diri secara aktif di dalam dialog dalam rangka mencari persamaan-persamaan dan menyelesaikan konflik-konflik. Oleh karena itu, tanpa adanya keterlibatan aktif dalam pengembangan sikap dialogis ini, tidak akan ada keragaman. Karena menurut pendapat Misrawi (Baehaqi, 2008 : 60-61) yang menyatakan bahwa :

Pluralisme memandang, karena perbedaanlah pada umumnya manusia lebih mungkin untuk berseteru antara satu komunitas dengan komunitas yang lainnya. Karena itu, diperlukan pluralisme untuk menjadikan perbedaan sebagai potensi toleransi, bahkan lebih dari itu untuk memajukan masyarakat dari keterbelakangan dan keterpurukan. Tujuan yang hendak dicapai pluralisme adalah mewujudkan masyarakat yang dialogis, toleran, dan dinamis.

Perbedaan dalam kehidupan bangsa ini merupakan suatu realitas yang perlu ditangani. Karena tidak ada kehidupan tunggal, apalagi dengan tingkat homogenitas yang tinggi. Sehingga perbedaan pada hakekatnya merupakan fitrah manusia yang memang heterogen.

Meskipun perbedaan sudah menjadi realitas dalam kehidupan plural, namun perbedaan tersebut sering disalah artikan dengan menonjolkan kelebihan (ego)


(11)

dari masing-masing kelompok. Egoisme yang menonjol pada gilirannya akan memperparah relasi yang ada di masyarakat, karena dalam pandangan yang seperti ini nilai dan kebenaran hanya ada di kelompoknya dengan mengabaikan kebenaran dari yang lain.

Namun, pengembangan masyarakat pluralisme yang demokratis menjadi kebutuhan bagi bangsa Indonesia yang ditandai oleh kemajemukan (pluralitas) dan keanekaragaman (heterogenitas), karena keberagaman pada dasarnya menekankan pada kesederajatan kebudayaan dan perbedaan yang ada dalam sebuah masyarakat, serta mengusung semangat untuk hidup berdampingan secara damai dalam perbedaan agama dan kepercayaan yang ada, baik secara individual maupun secara kelompok dalam sebuah masyarakat.

Masyarakat yang beragam dan demokratis di Indonesia yang sehat tidak bisa dibangun secara taken for granted atau trial and error, sebaliknya harus diupayakan secara sistematis, programatis, integrated dan berkesinambungan. Salah satu strategi dan wadahnya adalah melalui Pendidikan Kewarganegaraan. Pendidikan Kewarganegaraan yang dimaksudkan di sini adalah Pendidikan Kewarganegaraan dalam arti luas (citizenship education) yang memiliki perspektif kewarganegaraan yang terkenal dengan sebutan kewarganegaraan multidimensi yang salah satu cirinya memiliki karakteristik keberagaman (Cogan, 1998:116).

Oleh sebab itulah, di tengah banyak perbedaan tersebut, sebagai suatu kesatuan nasional bangsa Indonesia harus hidup dan bergaul agar integritas nasional tetap terjaga. Implikasi logisnya adalah perlu membangun sikap inklusif, pluralis, toleran dan saling berdampingan dengan cinta dan perdamaian.

Namun, adanya kemunculan gerakan-gerakan sosial keagamaan di awal abad ke-20 memberikan arti penting dalam gerakan politisasi agama. Sartono Kartodirdjo menyebutkan bahwa gerakan keagamaan ini muncul sebagai reaksi atas kekerasan kolonialisme yang dikaitkan beberapa unsur gerakan nativisme, mesianisme, revivalisme dan lain-lain. Salah satu gerakan keagamaan yang muncul pada awal abad ke-20 adalah gerakan Agama Djawa Sunda di Kuningan, Karesidenan Cirebon. Gerakan ini dipimpin oleh Ki Madrais sebagai bentuk perlawanan terhadap kolonialisme dan keinginan untuk menghidupkan agama


(12)

leluhur. Gerakan ini kemudian masih lestari hingga kini dengan nama penghayat kepercayaan di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat.

Gerakan keagamaan yang ada di Kuningan tentu saja sangat menarik untuk diteliti. Selain adanya penghayat kepercayaan, terdapat pula kelompok keagamaan yang berasal dari India bernama Ahmadiyah. Kelompok ini berada di wilayah Desa Manis Kidul, Kabupaten Kuningan. Kelompok ini mengaku sebagai agama Islam namun mengakui Mirza Gulam Ahmad sebagai nabinya. Hal ini mengakibatkan Ahmadiyah dibenci oleh kalangan Islam sehingga mengalami kekerasan.

Fenomena ini tentu menarik perhatian kita karena Kuningan mayoritasnya menganut agama Islam tetapi banyak kepercayaan yang hidup di wilayah itu meskipun tidak semuanya berjalan beriringan dengan damai. Dalam menghadapi perbedaan yang dimiliki, Kelurahan Cigugur merupakan salah satu tempat yang terdiri dari keberagaman agama dan kepercayaan. Dengan terdapatnya tiga penganut agama yang mendominasi di Cigugur, yakni Islam, Katolik dan Penghayat Kepercayaan maka terdapat sikap toleransi dan kebebasan dalam meyakini serta menjalankan ritual agama. Bahkan dalam kehidupan keberagamaan yang terjadi di Cigugur terjadi sinergi yang saling mengisi. Dalam kaitan ini, masing-masing kelompok agama dapat menerima perbedaan tersebut, dan pada akhirnya dapat menumbuhkan universalitas pandangan baru tanpa kehilangan jati diri identitas masing-masing.

Selain itu, karena keragaman yang terdapat pada masyarakat Cigugur baik dalam lingkup keluarga maupun masyarakat sekitar, itu bisa dijadikan sebagai bahan kajian bagi penulis. Adapun yang perlu dijadikan sebagai bahan kajiannya, yaitu cara atau pun etnipedagogi yang ditanamkan pada setiap masyarakat dalam bingkai masyarakat budaya lokal guna menjaga keragaman sehingga dapat terwujudnya kerukunan antarumat beragama.

Keragaman bagi masyarakat Cigugur nampaknya dinilai sebagai potensi untuk mengembangkan kehidupan keberagamaan yang harmonis. Mereka dapat hidup rukun dan dapat berkerjasama dalam beberapa bidang. Namun, diantara keharmonisan yang ada, terjadi pula proses negosiasi-negosiasi antar kelompok


(13)

agama untuk menjadi kelompok agama yang dominan. Selain itu, pernah terjadi penghasutan atau provokasi yang mengarah pada konflik antar agama sehingga menimbulkan kesalahapahaman terutama terhadap penghayat kepercayaan yang dianggap mengsinkretismekan semua agama.

Sehingga pada perkembangan selanjutnya dalam pergaulan sosialnya antara tiga komunitas ini selalu terjadi pergumulan dan perebutan pengaruh di Kelurahan Cigugur dan persoalan menjadi kompleks ketika “kepentingan” menjadi landasan pergaulan sosial. Seperti persaingan dalam pemilihan kepala kelurahan atau kepala desa. Tetapi ini adalah hal yang wajar karena ketika sebuah ajaran atau keyakinan yang dimiliki oleh satu komunitas, tidak terkecuali komunitas Islam, mengalami penyebaran meluas ke berbagai daerah, ketegangan yang berpusat pada hubungan agama dengan kehidupan sehari-harinya akan muncul.

Keberagaman itu terlihat dengan jelas di wilayah Cigugur. Di sini terdapat agama-agama formal yang diakui oleh pemerintah maupun agama lokal. Untuk itu penulis sangat tertarik untuk meneliti fenomena keberagaman agama yang ada di Cigugur karena wilayah ini terdiri dari beberapa agama. Mereka hidup dalam satu kelurahan dan berbeda dengan wilayah lainnya di Kuningan karena mampu mempertahankan keberagaman dan pluralisme agamanya dalam waktu yang cukup lama.

Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik terhadap masalah tersebut dan dijadikan sebagai bahan penyusunan skripsi untuk penyelesaian studi dengan mengangkat judul Pluralisme dalam Bingkai Budaya Lokal untuk Meningkatkan Kerukunan Antarumat Beragama (Studi Kasus di Kelurahan Cigugur Kabupaten Kuningan Jawa Barat).

B. Rumusan Masalah

Untuk memperjelas dan mengarahkan penelitian ini, penulis merumuskan masalah pokok penelitian yaitu: “Bagaimana pluralisme membingkai budaya lokal untuk meningkatkan kerukunan antarumat beragama di Kelurahan Cigugur


(14)

Berdasarkan masalah pokok tersebut, untuk mempermudah pembahasan penelitian, penulis menjabarkan masalah tersebut kedalam beberapa sub masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana realitas pemahaman wawasan masyarakat terhadap pluralisme yang dibingkai oleh budaya lokal di Kelurahan Cigugur ?

2. Bagaimana realitas kerukunan antarumat beragama masyarakat setempat yang dibingkai oleh budaya lokal di Kelurahan Cigugur ?

3. Bagaimana implikasi pemahaman masyarakat terhadap pluralisme yang dibingkai oleh budaya lokal untuk meningkatkan kerukunan antarumat beragama di Kelurahan Cigugur ?

4. Bagaimana upaya pengembangan pluralisme yang dibingkai oleh budaya lokal untuk meningkatkan kerukunan antarumat beragama di Kelurahan Cigugur?

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk menggali dan mengungkapkan tentang pluralisme yang dibingkai oleh budaya lokal terhadap kerukunan antarumat beragama di Kelurahan Cigugur Kabupaten Kuningan yang telah mampu hidup berdampingan dengan keragaman agama dan kepercayaan namun saling toleransi, menghargai dan menghormati satu sama lain tanpa adanya perpecahan.

2. Tujuan Khusus

Secara khusus tujuan penelitian ini adalah untuk mengungkapkan :

a. Pemahaman masyarakat terhadap pluralisme yang dibingkai oleh budaya lokal di Kelurahan Cigugur.

b. Kerukunan antarumat beragama yang dibingkai oleh budaya lokal di Kelurahan Cigugur.

c. Implikasi pemahaman pluralisme dalam meningkatkan kerukunan antarumat beragama yang dibingkai oleh budaya lokal di Kelurahan Cigugur.


(15)

d. Upaya pengembangan pluralisme yang dibingkai budaya lokal untuk meningkatkan kerukunan antarumat beragama di Kelurahan Cigugur.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat secara teoritis

Penelitian ini diharapkan mampu menggali cara pandang masyarakat Kelurahan Cigugur tentang pluralisme yang dibingkai oleh budaya lokal sebagai kemajemukan khazanah sosial budaya dalam berinteraksi yang rukun serta mampu meningkatkan kerukunan antarumat beragama melalui pendekatan PKn yaitu pendekatan socio-cultural development merupakan pendekatan sosial budaya yang menghargai nilai-nilai budaya yang sudah ada di masyarakat Kelurahan Cigugur berupa nilai-nilai dari budaya lokal upacara seren taun dan kemudian mengangkat nilai-nilai budaya itu untuk menjadi pedoman berperilaku dalam masyarakat meliputi PKn kemasyarakatam (community civics).

2. Manfaat secara praktis

Penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai pluralisme yang ada pada lingkungan masyarakat Cigugur, nilai toleransi antar sesama masyarakat, saling menghargai, menjaga keutuhan dalam perbedaan yang kontras yang dibahas pada pengajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Bagi jurusan Pendidikan Kewarganegaraan sendiri perlunya pembelajaran yang berbasis keberagaman dan kearifan lokal. Karena pada kenyataannya, Pendidikan Kewarganegaraan itu merupakan ujung tombak dan bagian dari proses membangun cara hidup keberagaman yang berguna untuk memperkuat wawasan kebangsaan dan penghargaan akan keberagaman. Selain itu, penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan informasi dan pemahaman bagi mahasiswa dan masyarakat mengenai pluralisme yang dibingkai oleh budaya lokal di Kelurahan Cigugur guna mengetahui bagaimana proses atau cara menanamkan jiwa toleransi beragama dalam kerukunan antarumat beragama.


(16)

3. Manfaat secara kebijakan

PKn sebagai bagian pembelajaran dan pendidikan kemajemukan serta keanekaragaman baik di perguruan tinggi maupun persekolahan dipandang sangat penting dikukuhkan eksistensinya, berguna untuk menjawab persoalan yang ada dengan mengakomodir ide-ide keberagaman, demokratis, humanistik dan toleransi terhadap keragaman masyarakat Indonesia terutama masyarakat Kelurahan Cigugur. Selain itu, penelitian ini bermanfaat untuk mengkukuhkan eksistensi Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) sebagai mediator dan sarana untuk dialog antarumat beragama dalam menyikapi permasalahan keberagaman agama dan kepercayaan terutama dalam masyarakat Kelurahan Cigugur

4. Manfaat secara isu

Keberagaman agama dan kepercayaan itu dalam kenyataannya tidak selalu diterima oleh kelompok mayoritas atau pemerintah yang berkuasa sebagai realitas sosial yang perlu dipelihara. Sehingga penelitian ini berguna untuk menunjukkan bahwa perbedaan dari keberagaman agama dan kepercayaan yang ada dalam masyarakat Kelurahan Cigugur itu bukanlah perpecahan melainkan tonggak awal dari persatuan guna meningkatkan kerukunan antarumat beragama.

E. Struktur Organisasi

Adapun untuk memudahkan dalam penulisan skripsi serta bisa berjalan dengan sistematis. Maka peneliti akan membuat sistematika penulisan/struktur organisasi. Struktur organisasi akan disusun sebagai berikut:

1. Bab I Pendahuluan : Bab ini berisikan mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, struktur organisasi.

2. Bab II Kajian Teori : Bab ini berisikan mengenai kajian tentang pluralisme, kajian tentang budaya lokal, kajian tentang kerukunan antarumat bergama, kajian tentang hambatan dalam masyarakat pluralisme, kajian pluralisme sebagai dimensi Pendidikan Kewarganegaraan, serta kajian mengenai implikasi pluralisme terhadap


(17)

kerukunan antarumat beragama, dan kajian mengenai Pendidikan Kewarganegaraan terhadap pluralisme dan kerukunan antarumat beragama.

3. Bab III Metode Penelitian : Bab ini berisikan pendekatan dan metode penelitian, teknik pengumpulan data, definisi operasional, instrumen penelitian, lokasi dan subjek penelitian, tahap-tahap penelitian, tahap analisis dan pengolahan data, dan validasi data.

4. Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan : Bab ini berisikan mengenai hasil penelitian dan pembahasan yang terdiri dari pengolahan data atau analisis data untuk menghasilkan penemuan yang berkaitan dengan masalah penelitian, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, analisis data dan pembahasan dari analisis data yang sudah dilakukan oleh peneliti. 5. Bab V Kesimpulan dan Saran : Bab ini berisikan mengenai kesimpulan dan

saran yang memaparkan penafsiran peneliti terhadap hasil temuan penelitian.


(18)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Metode Penelitian 1. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan pada penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. untuk mengamati subjek penelitian secara langsung. Hal ini senada dengan yang dikemukakan oleh Nasution (2003 : 5) bahwa “penelitian kualitatif atau naturalistik pada hakekatnya ialah mengamati orang dalam lingkungan hidupnya berinteraksi dengan mereka, berusaha memahami”.

Berdasarkan pendapat diatas bahwa penelitian kualitatif bersifat naturalistik sesuai dengan fokus kajian yang peneliti lakukan yaitu dapat mengamati gejala-gejala sosial yang timbul di lingkungan kehidupan masyarakat Kelurahan Cigugur yang mempunyai perbedaan agama dan kepercayaan serta mampu meningkatkan kerukunan antarumat beragama.

Peneliti memilih pendekatan kualitatif karena ingin mengamati kejadian atau peristiwa mengenai kehidupan keberagaman masyarakat Kelurahan Cigugur dilihat dari perspektif perbedaan agama dan kepercayaan serta budaya lokal yang dijunjung tinggi oleh masyarakat setempat. Pendekatan tersebut dianggap tepat untuk kajian penelitian ini, karena fokus penelitian ini adalah kasus keberagaman perbedaan agama dan kepercayaan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat Kelurahan Cigugur Kabupaten Kuningan.

2. Metode Penelitian

Metode penelitian yang peneliti gunakan adalah metode penelitian studi kasus. Metode studi kasus adalah suatu metode yang menekankan pada suatu aspek lingkungan baik dalam meneliti secara individu, kelompok maupun yang lainnya secara mendalam guna mendapatkan data yang sebenarnya. Sesuai dengan pendapat Nasution (2003 : 55) yang menyatakan bahwa :

Studi kasus atau case study adalah untuk penelitian yang mendalam tentang suatu aspek lingkungan sosial termasuk manusia di dalamnya. Case study


(19)

dapat dilakukan terhadap seorang individu, kelompok atau suatu golongan manusia, lingkungan hidup manusia atau lembaga sosial.

Berdasarkan pendapat diatas, peneliti memilih metode studi kasus karena peneliti bisa mengungkapkan gejala-gejala sosial dilihat dari kebiasaan masyarakat Kelurahan Cigugur dalam menjalankan kehidupann sehari-hari yang mempunyai perbedaan agama dan kepercayaan yang dibingkai budaya lokal serta mampu meningkatkan kerukunan antarumat beragama.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa metode penelitian kasus atau studi kasus merupakan sebuah metode yang sesuai untuk mengkaji gejala-gejala sosial dari suatu kasus dan menganalisisnya secara mendalam. Subjek penelitian kasus tersebut berupa seseorang, kelompok/ komunitas, masyarakat, peristiwa/ kejadian, proses, atau satuan kehidupan sosial. Adapun subjek penelitian yang penulis amati secara langsung yaitu masyarakat Kelurahan Cigugur Kabupaten Kuningan.

B. Teknik Pengumpulan Data

Peneliti dalam melakukan penelitian ini menggunakan beberapa teknik penelitian untuk memperoleh data atau informasi yang sesuai dengan fokus penelitian yaitu pluralisme dalam bingkai budaya lokal untuk meningkatkan kerukunan antarumat beragama di Kelurahan Cigugur. Adapun teknik penelitian yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini, antara lain :

1. Wawancara

Wawancara adalah teknik pengumpulan data dengan cara mengandalkan dialog, tanya jawab antara peneliti dan responden secara sungguh-sungguh. Menurut Mulyana ( 2002 : 180) “wawancara adalah bentuk komunikasi antara dua orang, melibatkan seseorang yang ingin memperoleh informasi dari seseorang lainya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan berdasarkan tujuan tertentu.”

Berdasarkan pendapat diatas, wawancara dilakukan dengan teknik tanya jawab secara mendalam dan bersifat terbuka yang membuka kepada informan untuk menyampaikan pandangan dan pendapatnya tentang fenomena analisis. Wawancara atau interview yang dilakukan oleh peneliti yaitu dengan mendatangi


(20)

langsung ke kantor Kelurahan Cigugur, kantor FKUB, dan kantor Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Kuningan, serta mendatangi rumah-rumah warga setempat yang mempunyai peranan penting dalam masyarakat Kelurahan Cigugur.

Adapun jenis wawancara yang peneliti gunakan adalah wawancara terstruktur. Wawancara terstruktur adalah suatu kegiatan tanya jawab yang dilakukan peneliti dengan menggunakan instrumen tanya jawab. Menurut Idrus (2009 : 107) menyatakan bahwa “kegiatan wawancara terstruktur ini biasanya dilakukan oleh peneliti dengan cara terlebih dahulu mempersiapkan bahan pertanyaan yang akan diajukan dalam wawancaranya nanti.”

Wawancara dalam penelitian ini, peneliti tujukan kepada aparatur Kelurahan Cigugur, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Kuningan, tokoh agama, aparatur Forum Kerukunan Umat Beragama, tokoh masyarakat Cigugur, masyarakat Kelurahan Cigugur. Peneliti menganggap bahwa responden yang telah disebutkan diatas itu dapat mempermudah peneliti untuk memperoleh data yang akurat mengenai pluralisme yang dibingkai oleh budaya lokal guna meningkatkan kerukunan antarumat beragama di Kelurahan Cigugur.

2. Observasi (Observation)

Observasi merupakan teknik pengumpulan data dengan cara peneliti mengadakan pengamatan secara langsung terhadap objek yang diteliti. Dalam penelitian kualitatif ini, observasi sangat penting karena observasi ini dijadikan sebagai alat pengumpul data, yakni dengan melihat dan mendengarkan.

Observasi yang peneliti lakukan untuk memperoleh data yang akurat sesuai dengan fokus kajian pluralisme dalam bingkai budaya lokal untuk meningkatkan kerukunan antarumat beragama di Kelurahan Cigugur.

3. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi dilakukan dengan cara mempelajari dan mencatat data-data maupun informasi dari dokumen dan laporan-laporan hasil penelitian. Sebagaimana diungkap Bogdan (Sugiyono, 2008 : 329) mengungkapkan bahwa


(21)

In most tradition of qualitative research, the phrase personal document is used broadly to refer to any first person narrative produced by an individual which describes his or her own actions, experience and belief”.

Pada penelitian ini, studi dokumentasi dilakukan untuk mengumpulkan sejumlah dokumen yang diperlukan sebagai bahan data informasi sesuai dengan masalah penelitian, seperti peta Kelurahan Cigugur, gambar aktivitas masyarakat Cigugur yang mencerminkan pluralisme dan kerukunan, gambar kegiatan upacara seren taun yang mencerminkan pluralisme yang dibingkai oleh budaya lokal, dan lain-lain.

4. Studi Literatur

Studi literatur dilakukan peneliti untuk mempelajari buku-buku dan bahan-bahan yang berhubungan dengan masalah yang menjadi pokok bahasan dengan objek penelitian guna mendapatkan informasi teoretis. Studi literatur ini dimaksudkan untuk memperoleh data teoritis yang sekiranya dapat mendukung kebenaran data yang digunakan dalam penelitian ini.

Studi literatur yang peneliti dapatkan itu berasal dari buku, jurnal, karya ilmiah, tesis, disertasi yang berkaitan dengan pluralisme dalam bingkai budaya lokal guna meningkatkan kerukunan antarumat agama di Kelurahan Cigugur.

C. Definisi Operasional

Untuk menghindari kekeliruan dalam mengartikan istilah-istilah yang peneliti gunakan dalam penelitian ini, maka penulis membatasi pengertian dari setiap istilah tersebut sebagai berikut :

1. Pluralisme menurut Budhi Muanawar Rahman, (1995 : 31) yang dikutip oleh Ahmad Baso (1999 : 23-24) hadir dalam rangka membangun toleransi di tengan perbedaan dan keragaman. Karena itu, pluralisme bukan hanya berarti actual plurality (kemajemukan atau keanekaragaman) yang justru menggambarkan kesan fragmentasi, bukan juga sekedar “kebaikan negatif” sebagai lawan dari fanatisme, melainkan harus dipahami sebagai “pertalian


(22)

sejati kebhinekaan dalam ikatan-ikatan keadaban” (genuine engagement of diversity within the bonds of civility).

2. Budaya lokal menurut Koentjaraningrat memandang bahwa budaya lokal itu terkait dengan istilah suku bangsa, dimana menurutnya, suku bangsa sendiri adalah suatu golongan manusia yang terikat oleh kesadaran dan identitas akan kesatuan kebudayaan. Dalam hal ini unsur bahasa adalah ciri khasnya. 3. Kerukunan umat beragama dalam Peraturan Bersama Menteri Agama dan

Menteri Dalam Negeri No. 9 Tahun 2006 Tanggal 21 Mei 2006/ No. 8 Tahun 2006 bahwa kerukunan umat beragama adalah keadaan hubungan sesama umat beragama yang dilandasi toleransi, saling pengertian, saling menghormati, menghargai kesetaraan dalam pengamalan ajaran agamanya dan kerjasama dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara di dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

4. Toleransi menurut Hasyim (1979 : 22) pada umumnya, diartikan sebagai pemberian kebebasan kepada sesama manusia atau kepada sesama warga masyarakat untuk menjalankan keyakinannya atau mengatur hidupnya dan menentukan nasibnya masing-masing, selama di dalam menjalankan dan menetukan sikapnya itu tidak melanggar dan tidak bertentangan dengan syarat-syarat azas terciptanya ketertiban dan perdamaian dalam masyarakat.

D. Instrumen Penelitian

Penelitian ini menggunakan dalil yang dikemukakan oleh Lincoln dan Guba (1985 : 39) bahwa “peneliti berperan sebagai instrumen (human instrument) yang utama” yang secara penuh mengadaptasikan diri ke dalam situasi yang dimasukinya, sehingga proses penelitian sangat penting daripada hasil yang diperoleh. Human instrument ini dibangun atas dasar pengetahuan dan menggunakan metode yang sesuai dengan tuntutan penelitian. Hal tersebut diperkuat oleh pendapat Creswell (2010 : 264) bahwa “peneliti terlibat dalam pengalaman yang berkelanjutan dan terus-menerus dengan para partisipan”.


(23)

Instrumen utama dalam penelitian adalah peneliti sendiri yang terjun langsung ke lapangan untuk mencari informasi melalui observasi dan wawancara. Di dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan antar manusia, artinya selama proses penelitian, peneliti akan lebih banyak mengadakan kontak dengan orang-orang di sekitar lokasi penelitian yaitu Kelurahan Cigugur Kabupaten Kuningan.

Instrumen penelitian ini dijabarkan dari rumusan permasalahan yang ingin peneliti cermati sehingga menghasilkan beberapa pertanyaan dari rumusan masalah tersebut. Instrumen ini sangat membantu memudahkan baik bagi responden maupun bagi peneliti dalam mendapatkan informasi yang detail sehingga mampu menjawab semua rumusan masalah yang ada.

E. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini berlangsung atau berlokasi di Kelurahan Cigugur Kabupaten Kuningan Jawa Barat. Alasan pemilihan tempat ini, karena peneliti menemukan suatu masyarakat yang memiliki keanekaragaman agama dan kepercayaan sehingga satu sama lain mampu saling menghormati, toleransi, bertenggang rasa dan saling menghargai. Menurut Nasution (2003 : 43) mengatakan bahwa “lokasi penelitian adalah lokasi situasi yang mengandung tiga unsur yaitu tempat, pelaku dan kegiatan. Tempat adalah tiap lokasi dimana manusia melakukan sesuatu, pelaku adalah semua orang yang terdapat di lokasi tersebut, sedangkan kegiatan adalah apa yang dilakukan orang dalam situasi sosial tersebut.”

2. Subjek Penelitian

Subjek penelitian sangat dibutuhkan oleh penulis dalam penelitian. Hal ini dilakukan supaya ada perbandingan antara pernyataan yang satu dengan pernyataan yang lain. Selain itu juga penulis memperoleh informasi dari informan lain yang dapat menambah dan memperkuat data.

Penelitian ini dilakukan secara mendalam oleh peneliti, maka subjek yang diteliti adalah masyarakat Kelurahan Cigugur Kabupaten Kuningan. Dalam hal ini


(24)

sesuai menurut S. Nasution (2003 : 9) “manusia yang dimaksud orang yang terlibat langsung dalam penelitian. Terdiri dari para tokoh-tokoh masyarakat, pemuka agama, tokoh pemuda, pemuka adat dan aparatur pemerintah setempat.”

Adapun yang menjadi subjek penelitian untuk memperoleh data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Kepala Kelurahan Cigugur yaitu Ujang Sutrisna, S.Sos.

2. Kepala Sub Bagian Umum Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Kuningan yaitu Ade JM Gandhi,S.E. M.Si.

3. Tokoh agama yaitu H. Yusron Kholid, S.Ag, Pst. Drs.YC.Abu Kasman, OSC dan Pangeran Djatikusumah.

4. Sekretaris Forum Kerukunan Umat Beragama yaitu Drs. Dedi Supriadi. 5. Tokoh masyarkat Kelurahan Cigugur yaitu Diding, S.E. dan Drs.H.

Durahman.

6. Masyarakat Kelurahan Cigugur yaitu Sri Jojo, Gumirat, Setiawan,S.E. dan Dewi Sri Mulya.

F. Tahap-Tahap Penelitian

Adapun tahap-tahap penelitian yaitu :

1. Tahap Pra Penelitian

Peneliti akan mengadakan pengamatan terhadap lokasi yang akan dijadikan daerah penelitian yaitu Kelurahan Cigugur. Kemudian peneliti akan mengadakan perkenalan sebagai langkah awal dimulainya penelitian. Tahap ini terdiri dari : a. Peneliti mengajukan surat permohonan untuk melakukan penelitian kepada

Ketua Jurusan PKn, FPIPS UPI Bandung.

b. Mengajukan surat rekomendasi permohonan izin untuk mengadakan penelitian, dari Dekan FPIPS UPI Bandung c.q Pembantu Dekan I untuk disampaikan kepada Rektor UPI Bandung.

c. Rektor UPI Bandung c.q Pembantu Rektor I mengeluarkan surat permohonan izin untuk disampaikan kepada Kepala Kesbang dan Politik Provinsi Jawa Barat.


(25)

d. Kepala Kesbang dan Politik Provinsi Jawa Barat mengeluarkan surat rekomendasi permohonan izin penelitian kepada Kepala Kesbang dan Politik Kabupaten Kuningan.

e. Kepala Kesbang dan Politik Kabupaten Kuningan mengeluarkan surat rekomendasi permohonan izin penelitian untuk disampaikan kepada Kepala Kelurahan Cigugur dan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Kuningan serta Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kabupaten Kuningan memberikan izin penelitian untuk mengadakan penelitian.

f. Kelurahan Cigugur mengeluarkan izin untuk penelitian.

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan penelitian dilakukan setelah perizinan selesai untuk mencari data-data dan informasi yang diperlukan untuk penelitian. Pelaksanaan dilakukan dengan mencari data-data dan informasi baik dari kepala kelurahan, tokoh masyarakat, tokoh agama, aparatur FKUB, aparatur Disparbud, ataupun dari warga masyarakat setempat serta mencari informasi dari sumber-sumber lain, yang nantinya akan menghasilkan suatu hasil penelitian yang detail mengenai pluralisme dalam bingkai budaya lokal untuk meningkatkan kerukunan antarumat beragama di Kelurahan Cigugur.

G. Tahap Analisis dan Pengolahan data

Pengolahan dan analisis data dilakukan dalam seluruh rangkaian kegiatan penelitian lapangan yang dimulai sejak penelitian dilaksanakan yaitu dari bulan Februari 2013 secara berkesinambungan sampai dengan penelitian berakhir tanggal 29 Oktober 2013. Menurut Moleong (2002 : 97) bahwa :

Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data kedalam pola kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data.


(26)

Adapun tahapan analisis dan pengolahan data, yaitu sebagai berikut :

1. Reduksi Data (Data Reduction)

Reduksi data yaitu data atau laporan yang didapat dari lapangan dikumpulkan, dipilah-pilah atau ditulis dengan rapih, terinci secara sistematis, kemudian memilih hal-hal yang pokok yang sesuai dengan fokus penelitiannya yaitu pluralisme dalam bingkai budaya lokal untuk meningkatkan kerukunan antarumat beragma di Kelurahan Cigugur. Semula penulis memperoleh data bahwa masyarakat Cigugur ini terbentuk dari budaya dan etnis yang beranekaragam. Namun, setelah dilakukan penelitian secara mendalam, peneliti menemukan bahwa masyarakat Cigugur itu terbentuk atas perbedaan agama dan kepercayaan bukan atas perbedaan budaya maupun etnis. Jadi, data-data yang peneliti ambil adalah masyarakat Cigugur terbentuk atas dasar perbedaan agama dan kepercayaan sehingga peneliti meyakini akan adanya pluralisme yang telah ada di lingkungan masyarakat Cigugur. Data-data yang telah direduksi diharapkan memberikan gambaran yang lebih tajam tentang hasil pengamatan dan mempermudah peneliti dalam melakukan analisis berikutnya.

2. Display Data

Penyajian data adalah sekumpulan informasi yang tersusun dan akan memberikan gambaran penelitian secara menyeluruh. Penyajian data yang disusun secara singkat, jelas, terperinci, dan menyeluruh akan memudahkan dalam memahami gambaran terhadap aspek yang diteliti, baik secara keseluruhan maupun secara parsial. Display data pada penelitian ini dipergunakan untuk menyusun informasi mengenai pluralisme dalam bingkai budaya lokal untuk meningkatkan kerukunan antarumat beragama di Kelurahan Cigugur untuk menghasilkan suatu gambaran dan hasil penelitian secara tersusun.


(27)

3. Pengambilan Keputusan Verifikasi (Conclucion/ Verification)

Kesimpulan diambil secara bertahap yaitu pertama berupa kesimpulan sementara. Namun, dengan bertambahnya data kemudian dilakukan verifikasi data yaitu dengan mempelajari kembali data-data yang ada (yang direduksi maupun disajikan). Disamping itu, dilakukan dengan cara meminta pertimbangan dengan pihak-pihak yang berkenaan dengan penelitian ini. Setelah hal itu dilakukan, peneliti baru mengambil keputusan akhir. Kesimpulan/ Verifikasi dalam penelitian ini merupakan hasil dari penelitian yang telah dilaksanakan sehingga dapat menyimpulkan apa yang terjadi dan bagaimana pluralisme membingkai bingkai budaya lokal untuk meningkatkan kerukunan antarumat beragama di Kelurahan Cigugur.

H. Validasi Data

Untuk mempermudah data yang akurat dan absah, terutama yang diperoleh melalui observasi, wawancara maupun dokumentasi dibutuhkan suatu teknik yang tepat. Salah satu teknik yang digunakan adalah memeriksa derajat kepercayaan atau kredibilitasnya. Kredibilitas data dapat diperoleh melalui beberapa cara yaitu sebagai berikut :

1. Memperpanjang Masa Observasi

Usaha peneliti dalam memperpanjang waktu penelitian guna memperoleh data dan informasi yang sahih (valid) dari sumber data adalah dengan meningkatkan intensitas pertemuan dan melakukan penelitian dalam kondisi yang wajar dengan mencari waktu yang tepat guna berinteraksi dengan sumber data. Misalnya mencari waktu yang tepat kepada nara sumber yaitu saat dalam suasana santai atau istirahat. Pada saat ini, peneliti menyempatkan untuk melakukan penggalian data pada saat aktivitas masyarakat berlangsung. Penelitian ini dimulai dari bulan Februari 2013 sampai tanggal 29 Oktober 2013.

2. Pengamatan Terus-menerus secara seksama

Pengamatan secara seksama dilakukan secara terus-menerus untuk memperoleh gambaran yang nyata tentang upaya yang dilakukan masyarakat


(28)

dalam meningkatkan kerukunan antarumat beragama sehingga terwujudnya keharmonisan dalam kehidupan. Dalam penelitian ini, agar tingkat validitas data yang diperoleh mencapai tingkat yang tertinggi, peneliti mengadakan pengamatan secara terus-menerus terhadap masyarakat Kelurahan Cigugur untuk memperoleh gambaran nyata tentang interaksi sosial mereka dalam berbaur menjalankan keberagaman perbedaan agama dan kepercayaan.

3. Triangulasi Data

Triangulasi menurut Nasution (2003 : 115) merupakan “pengecekan kebenaran data tertentu dengan membandingkannya melalui data yang diperoleh dari sumber lain, pada berbagai fase penelitian lapangan, pada waktu yang berlainan, dan sering dengan menggunakan metode yang berlainan”.

Adapun tujuan triangulasi data adalah mengecek kebenaran data tertentu dan membandingkannya dengan data yang diperoleh dari sumber lain. Triangulasi dalam penelitian ini, dilakukan dengan membandingkan hasil wawancara dan observasi yang peneliti lakukan di kelurahan Cigugur dengan wawancara sumber data yang berbeda-beda sehingga dengan proses triangulasi data ini, peneliti mampu memperoleh data yang akurat.

4. Menggunakan Referensi yang Cukup

Sebagai bahan referensi untuk meningkatkan kepercayaan dan kebenaran data, peneliti menggunakan bahan dokumentasi yakni hasil rekaman wawancara dengan subjek penelitian, foto-foto dan lainnya yang diambil dengan cara yang tidak mengganggu atau menarik perhatian informasi, sehingga informasi yang diperlukan akan diperoleh dengan tingkat kesahihan yang tinggi. Upaya ini dilakukan untuk meningkatkan keabsahan informasi yang dibutuhkan dengan menggunakan dukungan bahan referensi yang cukup baik melalui media elektronika maupun media cetak.


(29)

BAB V KESIMPULAN

Pada bab V ini peneliti akan menarik beberapa kesimpulan yang terdiri dari kesimpulan umum dan kesimpulan khusus. Kesimpulan tersebut diperoleh/ditarik dari hasil penelitian dan observasi dalam menjawab pertanyaan penelitian. Adapun kesimpulan tersebut, sebagai berikut :

A. Kesimpulan Umum

Pluralisme dalam bingkai budaya lokal secara umum mampu meningkatkan kerukunan antarumat beragama di Kelurahan Cigugur. Adanya toleransi, kerjasama, menghargai, menghormati yang tercermin dalam upacara seren taun sebagai salah satu bentuk budaya lokal, telah mewujudkan pluralisme di Kelurahan Cigugur sehingga mampu meningkatkan kerukunan antarumat beragama.

B. Kesimpulan Khusus

Adapun kesimpulan khusus yang dapat peneliti rumuskan dari hasil penelitian yang telah dilakukan, sebagai berikut :

1. Keberagaman masyarakat Kelurahan Cigugur ini baik dari segi agama dan kepercayaan telah mampu direalisasikan dengan baik. Adanya toleransi, kerjasama, menerima perbedaan, menghormati dan menghargai segala perbedaan yang ada dalam masyarakatnya tanpa mempermasalahkan jelas menandakan bahwa pemahaman pluralisme mereka sudah terkontruksi secara bagus dan melekat dalam pribadi masyarakat Cigugur. Selain itu, pemahaman tersebut didukung oleh budaya lokal yang mampu membingkai pluralisme sehingga bisa melebur dalam upacara seren taun.

2. Perbedaan agama dan kepercayaan yang timbul di Kelurahan Cigugur mampu mendorong masyarakat untuk lebih kuat dan bisa berbaur dalam realitas mewujudkan kerukunan antarumat beragama. Pembauran hidup


(30)

yang mampu mereka lakukan, tentu akan membawa mereka pada gerbang pintu kerukunan antarumat beragama yang terjalin dengan kuat.

3. Implikasi dari pemahaman pluralisme dalam meningkatkan kerukunan antarumat beragama ini telah dilakukan melalui interaksi sosial antarumat beragama serta kerjasama dalam segala hal, adanya kebebasan dalam menjalankan ritual keagamaan jelas akan membuka cakrawala pandangan kita bahwa implikasi dari keberagaman itu tidak selamanya berakhir dengan konflik, melainkan berakhir dengan perdamaian, kerukunan yang tetap terjalin secara terus-menerus dan terikat dalam ikatan kekerbatan.

4. Kesadaran pemahaman pluralisme mampu meningkatkan kerukunan antarumat beragama. Beberapa upaya yang telah dilakukan dalam menanamkan sifat pluralisme yaitu melalui Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) sebagai pendidikan kemasyarakatan (community civics). Beberapa upaya lainnya yang dilakukan baik oleh masyarakat, aparatur Kelurahan Cigugur, FKUB Kabupaten Kuningan, Aparatur Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Kuningan serta peranan tokoh masyarakat dan tokoh agama Kelurahan Cigugur yang mampu menguatkan keberagaman yang telah ada di masyarakat Cigugur sehingga mampu meningkatkan kerukunan antarumat beragama di Kelurahan Cigugur.

C. Rekomendasi

Berdasarkan hasil temuan di lapangan, dalam kesempatan ini peneliti memberikan sumbang saran untuk direkomendasikan kepada pihak-pihak yang terkait, sebagai berikut :

1. Pihak aparatur Kelurahan Cigugur supaya lebih mempertahankan sikap pro aktif dalam meningkatkan kerukunan antarumat beragama dengan terus melakukan kerjasama, komunikasi yang baik dengan Forum Kerukunan Umat Beragama serta utamanya dengan masyarakat setempat. 2. Pihak Kabupaten Kuningan juga harus bisa lebih pro aktif dalam

memberikan pengalokasian dana supaya rencana serta kegiatan yang bisa meningkatkan kerukunan antarumat beragama ini akan terus terjaga.


(31)

3. Pihak FKUB Kabupaten Kuningan untuk bisa lebih gesit lagi kinerjanya sehingga kerukunan antarumat beragama di Kelurahan Cigugur khususnya, akan terus berlangsung tanpa mengenal waktu. Sehingga bisa diperkuat lagi keeksistensian FKUB yang berperan sebagai wadah pemersatu bangsa.

4. Pihak Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Kuningan untuk terus berupaya dalam mensosialisasikan budaya lokal yang bisa mengangkat Kuningan sebagai Kabupaten yang peka dan cinta terhadap budaya lokal. Tentu akan menjadi suatu kebanggaan tersendiri manakala budaya lokal upacara seren taun ini menjadi ciri khasnya Kabupaten Kuningan, tepatnya di Kelurahan Cigugur.

5. Pihak tokoh masyarakat dan tokoh agama untuk terus meningkatkan kerukunan antarumat beragama baik melalui kegiatan RT/RW yang telah ada terus ditingkatkan sehingga keharmonisan Kelurahan Cigugur ini akan terjaga secara terus-menerus.

6. Pada masyarakat Kelurahan Cigugur untuk tetap terus menjunjung tinggi nilai-nilai budaya lokal dan nilai-nilai sosial yang telah didapatkan melalui lingkungan setempat yang diusung dengan latar belakang yang berbeda-beda. Lingkungan lain, belum tentu akan mendapatkan pembelajaran cara pembauran hidup, toleransi yang tinggi terhadap perbedaan agama dan kepercayaan.

7. Untuk peneliti selanjutnya agar bisa meneliti lebih detail lagi mengenai keberagaman agama dan kepercayaan di daerah lain sehingga mampu membuka pemikiran masyarakat lain bahwa perbedaan agama dan kepercayaan itu bukanlah suatu hal yang patut dipermasalahkan melainkan dijadikan sebagai dasar pembelajaran.


(32)

DAFTAR PUSTAKA

Abdillah, Masykuri. 2003. Formalisasi Syariat Islam di Indonesia. Yogyakarta : Renaisan.

Ahmad, Baso. 1999. Civil Society versus Masyarakat Madani, Arkeologi Pemikiran Civil Society dalam Islam Indonesia. Bandung : Pustaka Hidayah.

Ainul Yaqin. 2005. Pendidikan Multikultural : Cross-Cultural Understanding untuk Demokrasi dan Keadilan. Yogyakarta : Pilar Media.

Amin Abdullah, dkk. 2000. Antologi Studi Islam : Theori dan Metodelogi. Yogyakarta : DIP PTA IAIN Sunan Kalijaga.

Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta.

Asy’ari, Musa. 2003. “Desentralisasi Pemikiran Keagamaan Muhammadiyah

dalam Konteks Budaya Lokal” dalam Zakiyuddin Baidhaway dan

Muthoharun Jinan, Agama, dan Pluralistas Budaya Lokal. Surakarta : Muhammadiyah University Press.

Basyuni, M. 2006. Kebijakan dan Strategi Kerukunan Umat Beragama. Pidato Menteri Agama Muhammad Basyuni, disampaikan pada Kursus Singkat Angkatan (KSA) XIV Lemhamnas tanggal 29 Mei 2006. Jakarta: Badan Litbang dan Diklat Departemen Agama RI.

Budimansyah, Dasim. 2009. Membangun Karakter Bangsa di Tengah Arus Globalisasi dan Gerakan Demokrasi. Bandung : Prodi PKn SPS UPI Press. Budimansyah, Dasim. 2010. Penguatan Pendidikan Kewarganegaraan untuk

Membangun Karakter Bangsa. Bandung : Widya Aksara Press.

Budimansyah, Dasim dan Karim Suryadi. 2008. PKN dan Masyarakat Multikultural. Bandung: Program Studi Pendidikan Kewarganegara.

Cogan, J.J and Ray Derricott (eds) (1998). Citizenship for The 21 Century : An International Perspective on Education. London : Kogan page.

Creswell, John W. 2010. Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.


(33)

Darwis, Ranidar. 2008. Hukum Adat. Bandung : Laboratorium Pendidikan Kewarganegaran.

Dawam, Ainurrafiq. 2003. Emoh Sekolah. Yogyakarta : Inspeal Ahimsa Karya Press.

Edhy, A Efendi. 1999. Islam dan Dialog Budaya. Jakarta : Puspa Swara.

Effendi, Djohan. 2011. Pluralisme dan Kebebasan Beragama. Yogyakarta : Institut Dian/Interfidei.

Ely, M. Setiadi, dkk. 2007. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.

Fatah, Abdul. 2003. Analisis Fatwa Keagamaan. Bandung : Bumi Aksara.

FKUB. 2012. Memelihara Kerukunan Umat Beragama. Kuningan : FKUB Kab. Kuningan.

Frans Magnis, Suseno. 1985. Etika Dasar Masalah-Masalah Pokok Filsafat Moral. Yogyakarta : Kanisius.

Garna, Judistira K. 2008. Budaya Sunda : Melintasi Waktu Menantang Masa Depan. Bandung : Lemlit Unpad.

Hasyim, Umar. 1979. Toleransi dan Kemerdekaan Beragama dalam Islam sebagai Dasar dalam Menuju Diaolog dan Kerukunan Antar Agama. Surabaya : PT. Bina Ilmu Offset..

Hefner, R.W. 2007. Politik Multikulturalisme : Menggugat Realitas Kebangsaan, Terjemahan oleh Bernardus Hidayat dari judul asli “The Politics of Multiculturalism, Pluralism and Citizenship in Malaysia, Singapore, and Indonesia. Yogyakarta : Kanisius.

Idrus, Muhammad. 2009. Metode Penelitian Ilmu Sosial. Jakarta : PT Gelora Aksara Pratama Erlangga.

Kardiman, Yunus. 2008. Membangun Kembali Karakter Bangsa melalui Situs-Situs Kewarganegaraan : Studi Fenomenologi terhadap Pelatihan


(34)

Majanemen Qolbu, Pelatihan Emotional Spiritual Quotient dan Majelis Taklim. Bandung : Pasca Sarjana UPI.

Koentjaraningrat, Prof. Dr. 2009. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta : PT Rineka Cipta.

Lembaga Pengkajian Kebudayaan Nusantara. 2013. Cigugur Miniatur Pluralisme Indonesia. Bogor : PT Rana Genta Nusantara.

Lembaga Pengkajian Kebudayaan Nusantara. 2013. Seren Taun Pesona Budaya dan Refleksi Rohani Masyarakat Cigugur. Bogor : PT Rana Genta Nusantara.

Liliweri, Alo. 2005. Prasangka dan Konflik Komunikasi Lintas Budaya Masyarakat Multikultural. Yogyakarta : LkIS.

Lincoln, Y.S & Guba, EG. 1985. Naturalistic Inquiry. Baverly Hills : Sage Publications.

Moleong, J, Lexy. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Mu’arif, Syamsul. 2005. Pendidikan Pluralisme di Indonesia. Yogyakarta : Logung Pustaka.

Muchtar, Ade Ghazali. 2004. Ilmu Studi Agama. Jakarta : Pustaka Media.

Muchtar, Rusdi Prof. (Ris), M.A. 2009. Harmonisasi Agama dan Budaya di Indonesia. Jakarta : PT Nusantaralestari Ceriapratama.

Mulyana, D. (2002). Metode Penelitian Kualitatif: Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya. Bandung : PT Remaja Rosda.


(35)

Mutakin, Awan. 2006. Studi Masyarakat Indonesia. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Nasikun. 2007. Sistem Sosial Masyarakat Indonesia. Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Nasution, S. 2003. Metode penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung : Tarsito. Ngainun, Naim dan Achmad Sauqi. 2012. Pendidikan Multikultural Konsep dan

Aplikasi. Yogyakarta : Ar-Ruzz Media.

Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri No. 9. 2006. Pedoman Pelaksanaan Tugas Kepala Daerah dalam Pemeliharaan Kerukunan Antarumat Beragama. Jakarta : Badan Litbang dan Diklat Departemen Agama RI.

Ranjabar Jacobus. 2006. Sistem Sosial Budaya Indonesia Suatu Pengantar. Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia.

Shihab, Alwi. 1998. Islam Inklusif : Menuju Sikap Terbuka dalam Agama. Bandung : Mizan

Soekanto, Soerjono. 2012 Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung : Alfabeta.

Sumartana, Th dkk. 2005. Pluralisme, Konflik dan Pendidikan Agama di Indonesia. Yogyakarta : Institut Dian/ Interfidei.

Suardi, Abubakar, dkk. 2000. PPKn Edisi 2 untuk Kelas 1. Jakarta : Yudistira. Tilaar, H.A.R. 2002. Perubahan Sosial dan Pendidikan Pengantar Pedagogik


(36)

Tobroni, M.Si, Prof. Dr. 2012. Relasi Kemanusiaan dalam Keberagamaan (Mengembangkan Etika Sosial melalui Pendidikan). Bandung : Karya Putra Darwati.

Toha, Anis Malik. 2007. Tren Pluralisme Agama. Jakarta : Perspektif Gema Insani.

Utsman, Ali. 2008. Menegakkan Pluralisme. Yogyakarta : Kelompok Penerbit Ar-Ruzz.

UU Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Depdiknas, Ditjen Dikdasmen

Winaputra, Udin.S. 2001. Jati diri Pendidikan Kewarganegaraan sebagai Wahana Sistematik Pendidikan Demokrasi. Suatu Kajian Konseptual dalam Konteks Pendidikan IPS. Bandung : UPI

Wirawan S, Sarlito. 2003. Psikologi Sosial, Psikologi Kelompok dan Psikologi Terapan. Jakarta : Balai Pustaka.

Zainal, Abidin Bagir, dkk. 2011. Pluralisme Kewargaan : Arah Baru Politik Keragaman di Indonesia. Bandung : Mizan Media Utama.

Tesis :

Baehaqi, Dikdik. 2008. Pengembangan Warga Negara Multikultural Implikasinya terhadap Kompetensi Kewarganegaraan. Tesis pada Pascasarjana UPI. Bartolomeus, Samho. 2005. Internalisasi Sikap Dan Perilaku Toleransi Antar

Peserta Didik Berbeda Agama Berdasarkan Visi Pendidikan Umum. Tesis Pascasarjana UPI.

Hemafitria. 2009. Pengembangan Wawasan Multikulturalisme dalam Menciptakan Kerukunan Umat Beragama. Tesis : Pascasarjana UPI.


(37)

Jurnal :

Chang, S and Phyllis Tharenou. 2004. Compotencies Needed for Managing a Multicultural Workgroup. Asia Pasific Jurnal of Human Resources, Volume 42 (1), 57-74.

Rivai, Ahmad. 2007. Multikuturalisme dan Penerapannya dalam Pemeliharaan Kerukunan Umat Beragama. Jurnal KUB Edisi 2 Tahun 2006.

Zainuddin, Daulay. 2005. Implementasi Kebijakan Pengembangan Wawasan Multikultural : Solusi Mengatasi Persoalan Pluralitas Kehidupan Masyarakat dan Bangsa. Vol IV No. 15 Juli-September Tahun 2005.

Z. Arifin Nurdin. 2005. Pemahaman Multikultural dan Pluralisme dalam Konteks Kerukunan Umat Beragama, dalam Majalah Pembina No. 300/ Tahun XXV April 2005, Medan- Grasindo Monoratama.

Internet :

(http://islamlib.com/id/artikel/tantangan-pluralisme-dan-kebebasan-beragama diakses tanggal 05/04/2013).


(1)

DAFTAR PUSTAKA

Abdillah, Masykuri. 2003. Formalisasi Syariat Islam di Indonesia. Yogyakarta : Renaisan.

Ahmad, Baso. 1999. Civil Society versus Masyarakat Madani, Arkeologi Pemikiran Civil Society dalam Islam Indonesia. Bandung : Pustaka Hidayah.

Ainul Yaqin. 2005. Pendidikan Multikultural : Cross-Cultural Understanding untuk Demokrasi dan Keadilan. Yogyakarta : Pilar Media.

Amin Abdullah, dkk. 2000. Antologi Studi Islam : Theori dan Metodelogi. Yogyakarta : DIP PTA IAIN Sunan Kalijaga.

Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta.

Asy’ari, Musa. 2003. “Desentralisasi Pemikiran Keagamaan Muhammadiyah

dalam Konteks Budaya Lokal” dalam Zakiyuddin Baidhaway dan

Muthoharun Jinan, Agama, dan Pluralistas Budaya Lokal. Surakarta : Muhammadiyah University Press.

Basyuni, M. 2006. Kebijakan dan Strategi Kerukunan Umat Beragama. Pidato Menteri Agama Muhammad Basyuni, disampaikan pada Kursus Singkat Angkatan (KSA) XIV Lemhamnas tanggal 29 Mei 2006. Jakarta: Badan Litbang dan Diklat Departemen Agama RI.

Budimansyah, Dasim. 2009. Membangun Karakter Bangsa di Tengah Arus Globalisasi dan Gerakan Demokrasi. Bandung : Prodi PKn SPS UPI Press. Budimansyah, Dasim. 2010. Penguatan Pendidikan Kewarganegaraan untuk

Membangun Karakter Bangsa. Bandung : Widya Aksara Press.

Budimansyah, Dasim dan Karim Suryadi. 2008. PKN dan Masyarakat Multikultural. Bandung: Program Studi Pendidikan Kewarganegara.

Cogan, J.J and Ray Derricott (eds) (1998). Citizenship for The 21 Century : An International Perspective on Education. London : Kogan page.

Creswell, John W. 2010. Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.


(2)

Darwis, Ranidar. 2008. Hukum Adat. Bandung : Laboratorium Pendidikan Kewarganegaran.

Dawam, Ainurrafiq. 2003. Emoh Sekolah. Yogyakarta : Inspeal Ahimsa Karya Press.

Edhy, A Efendi. 1999. Islam dan Dialog Budaya. Jakarta : Puspa Swara.

Effendi, Djohan. 2011. Pluralisme dan Kebebasan Beragama. Yogyakarta : Institut Dian/Interfidei.

Ely, M. Setiadi, dkk. 2007. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.

Fatah, Abdul. 2003. Analisis Fatwa Keagamaan. Bandung : Bumi Aksara.

FKUB. 2012. Memelihara Kerukunan Umat Beragama. Kuningan : FKUB Kab. Kuningan.

Frans Magnis, Suseno. 1985. Etika Dasar Masalah-Masalah Pokok Filsafat Moral. Yogyakarta : Kanisius.

Garna, Judistira K. 2008. Budaya Sunda : Melintasi Waktu Menantang Masa Depan. Bandung : Lemlit Unpad.

Hasyim, Umar. 1979. Toleransi dan Kemerdekaan Beragama dalam Islam sebagai Dasar dalam Menuju Diaolog dan Kerukunan Antar Agama. Surabaya : PT. Bina Ilmu Offset..

Hefner, R.W. 2007. Politik Multikulturalisme : Menggugat Realitas Kebangsaan, Terjemahan oleh Bernardus Hidayat dari judul asli “The Politics of Multiculturalism, Pluralism and Citizenship in Malaysia, Singapore, and Indonesia. Yogyakarta : Kanisius.

Idrus, Muhammad. 2009. Metode Penelitian Ilmu Sosial. Jakarta : PT Gelora Aksara Pratama Erlangga.

Kardiman, Yunus. 2008. Membangun Kembali Karakter Bangsa melalui Situs-Situs Kewarganegaraan : Studi Fenomenologi terhadap Pelatihan


(3)

Majanemen Qolbu, Pelatihan Emotional Spiritual Quotient dan Majelis Taklim. Bandung : Pasca Sarjana UPI.

Koentjaraningrat, Prof. Dr. 2009. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta : PT Rineka Cipta.

Lembaga Pengkajian Kebudayaan Nusantara. 2013. Cigugur Miniatur Pluralisme Indonesia. Bogor : PT Rana Genta Nusantara.

Lembaga Pengkajian Kebudayaan Nusantara. 2013. Seren Taun Pesona Budaya dan Refleksi Rohani Masyarakat Cigugur. Bogor : PT Rana Genta Nusantara.

Liliweri, Alo. 2005. Prasangka dan Konflik Komunikasi Lintas Budaya Masyarakat Multikultural. Yogyakarta : LkIS.

Lincoln, Y.S & Guba, EG. 1985. Naturalistic Inquiry. Baverly Hills : Sage Publications.

Moleong, J, Lexy. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Mu’arif, Syamsul. 2005. Pendidikan Pluralisme di Indonesia. Yogyakarta : Logung Pustaka.

Muchtar, Ade Ghazali. 2004. Ilmu Studi Agama. Jakarta : Pustaka Media.

Muchtar, Rusdi Prof. (Ris), M.A. 2009. Harmonisasi Agama dan Budaya di Indonesia. Jakarta : PT Nusantaralestari Ceriapratama.

Mulyana, D. (2002). Metode Penelitian Kualitatif: Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya. Bandung : PT Remaja Rosda.


(4)

Mutakin, Awan. 2006. Studi Masyarakat Indonesia. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Nasikun. 2007. Sistem Sosial Masyarakat Indonesia. Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Nasution, S. 2003. Metode penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung : Tarsito. Ngainun, Naim dan Achmad Sauqi. 2012. Pendidikan Multikultural Konsep dan

Aplikasi. Yogyakarta : Ar-Ruzz Media.

Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri No. 9. 2006. Pedoman Pelaksanaan Tugas Kepala Daerah dalam Pemeliharaan Kerukunan Antarumat Beragama. Jakarta : Badan Litbang dan Diklat Departemen Agama RI.

Ranjabar Jacobus. 2006. Sistem Sosial Budaya Indonesia Suatu Pengantar. Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia.

Shihab, Alwi. 1998. Islam Inklusif : Menuju Sikap Terbuka dalam Agama. Bandung : Mizan

Soekanto, Soerjono. 2012 Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung : Alfabeta.

Sumartana, Th dkk. 2005. Pluralisme, Konflik dan Pendidikan Agama di Indonesia. Yogyakarta : Institut Dian/ Interfidei.

Suardi, Abubakar, dkk. 2000. PPKn Edisi 2 untuk Kelas 1. Jakarta : Yudistira. Tilaar, H.A.R. 2002. Perubahan Sosial dan Pendidikan Pengantar Pedagogik


(5)

Tobroni, M.Si, Prof. Dr. 2012. Relasi Kemanusiaan dalam Keberagamaan (Mengembangkan Etika Sosial melalui Pendidikan). Bandung : Karya Putra Darwati.

Toha, Anis Malik. 2007. Tren Pluralisme Agama. Jakarta : Perspektif Gema Insani.

Utsman, Ali. 2008. Menegakkan Pluralisme. Yogyakarta : Kelompok Penerbit Ar-Ruzz.

UU Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Depdiknas, Ditjen Dikdasmen

Winaputra, Udin.S. 2001. Jati diri Pendidikan Kewarganegaraan sebagai Wahana Sistematik Pendidikan Demokrasi. Suatu Kajian Konseptual dalam Konteks Pendidikan IPS. Bandung : UPI

Wirawan S, Sarlito. 2003. Psikologi Sosial, Psikologi Kelompok dan Psikologi Terapan. Jakarta : Balai Pustaka.

Zainal, Abidin Bagir, dkk. 2011. Pluralisme Kewargaan : Arah Baru Politik Keragaman di Indonesia. Bandung : Mizan Media Utama.

Tesis :

Baehaqi, Dikdik. 2008. Pengembangan Warga Negara Multikultural Implikasinya terhadap Kompetensi Kewarganegaraan. Tesis pada Pascasarjana UPI. Bartolomeus, Samho. 2005. Internalisasi Sikap Dan Perilaku Toleransi Antar

Peserta Didik Berbeda Agama Berdasarkan Visi Pendidikan Umum. Tesis Pascasarjana UPI.

Hemafitria. 2009. Pengembangan Wawasan Multikulturalisme dalam Menciptakan Kerukunan Umat Beragama. Tesis : Pascasarjana UPI.


(6)

Jurnal :

Chang, S and Phyllis Tharenou. 2004. Compotencies Needed for Managing a Multicultural Workgroup. Asia Pasific Jurnal of Human Resources, Volume 42 (1), 57-74.

Rivai, Ahmad. 2007. Multikuturalisme dan Penerapannya dalam Pemeliharaan Kerukunan Umat Beragama. Jurnal KUB Edisi 2 Tahun 2006.

Zainuddin, Daulay. 2005. Implementasi Kebijakan Pengembangan Wawasan Multikultural : Solusi Mengatasi Persoalan Pluralitas Kehidupan Masyarakat dan Bangsa. Vol IV No. 15 Juli-September Tahun 2005.

Z. Arifin Nurdin. 2005. Pemahaman Multikultural dan Pluralisme dalam Konteks Kerukunan Umat Beragama, dalam Majalah Pembina No. 300/ Tahun XXV April 2005, Medan- Grasindo Monoratama.

Internet :

(http://islamlib.com/id/artikel/tantangan-pluralisme-dan-kebebasan-beragama diakses tanggal 05/04/2013).