PERANAN KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA DA

“PERANAN KERUKUNAN
ANTAR UMAT BERAGAMA
DALAM MENDUKUNG
STABILITAS PEMBANGUNAN
NASIONAL KHUSUSNYA DI
BIDANG KEFARMASIAN”

NAMA : TREZZAH
FIRMANSYAH
NIM

: 1351610143

BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia adalah negara hukum yang mewajibkan warga negaranya memilih
satu dari 5 agama resmi di Indonesia. Namun kerukunan antar umat
beragama di Indonesia dinilai masih banyak menyisakan masalah. Kasuskasus yang muncul terkait masalah kerukunan beragama pun belum bisa
terhapus secara tuntas. Kasus Ambon, Kupang, Poso, forum-forum islam
ekstrimis dan lainnya menyisakan masalah ibarat api dalam sekam yang

sewaktu-waktu siap membara dan memanaskan suasana di sekelilingnya.
Hal ini mengindikasikan bahwa pemahaman masyarakat tentang kerukunan
atar umat beragama perlu ditinjau ulang. Dikarenakan banyaknya ditemukan
ketidak adanya kerukunan antar agama, yang menjadikan adanya saling
permusuhan, saling merasa ketidak adilan.Maka dari itulah pentingnya
kerukunan umat beragama, agar semua masyarakat yang mengalami dan
tidak mengalami efek negative dari ketidak rukunan agama bahwa
kerukunan agama itu sangatlah penting.
Islam Agama Rahmat bagi Seluruh Alam. Kata islam berarti damai, selamat,
sejahtera, penyerahan diri, taat dan patuh. Pengertian tersebut menunjukkan
bahwa agama islam adalah agama yang mengandung ajaran untuk
menciptakan kedamaian, keselamatan, dan kesejahteraan hidup umat
manusia pada khususnya dan seluruh alam pada umumnya. Agama islam
adalah agama yang Allah turunkan sejak manusia pertama, Nabi pertama,
yaitu Nabi Adam AS. Agama itu kemudian Allah turunkan secara
berkesinambungan kepada para Nabi dan Rasul-rasul berikutnya.
Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang terdiri dari
beragam agama. Kemajemukan yang ditandai dengan keanekaragaman
agama itu mempunyai kecenderungan kuat terhadap identitas agama
masing- masing dan berpotensi konflik.

Indonesia merupakan salah satu contoh masyarakat yang multikultural.
Multikultural masyarakat Indonesia tidak saja kerena keanekaragaman suku,
budaya,bahasa, ras tapi juga dalam hal agama. Agama yang diakui oleh
pemerintah Indonesia adalah agama islam, Katolik, protestan, Hindu, Budha,
Kong Hu Chu.
Dari agama-agama tersebut terjadilah perbedaan agama yang dianut
masing-masing masyarakat Indonesia. Dengan perbedaan tersebut apabila
tidak terpelihara dengan baik bisa menimbulkan konflik antar umat
beragama yang bertentangan dengan nilai dasar agama itu sendiri yang
mengajarkan kepada kita kedamaian, hidup saling menghormati, dan saling
tolong menolong.
Oleh karena itu, untuk mewujudkan kerukunan hidup antar umat beragama
yang sejati, harus tercipta satu konsep hidup bernegara yang mengikat
semua anggota kelompok sosial yang berbeda agama guna menghindari
”ledakan konflik antarumat beragama yang terjadi tiba-tiba”.

Tujuan
Tujuan pada makalah ini adalah :

1.

2.
3.

Mengetahui definisi dari kerukunan.
Mengetahui manfaat dari terciptannya kerukunan antar umat
beragama dibidang kefarmasian.
Mengetahui dampak kerukunan antar umat beragama dalam
ketahanan/stabilitas nasional.

BAB II
DASAR TEORI
Beberapa pendapat/pandangan tentang kerukunan dalam
setiap agama yang ada di Indonesia
Pandangan Islam
Dalam mewujudkan kerukunan umat Islam melalui wadah politik temyata
sangat sulit dilaksanakan. Untuk itu perlu diupayakan melalui wadah atau
metode yang lain. Hal itu tergantung dad kesadaran dan kemauan baik para
pemimpin Islam itu sendiri. Tentunya mereka harus bisa memilih-milih antara
tujuan dengan alat.
Kerukunan dan persatuan umat Islam adalah termasuk tujuan, sebab

merupakan bagian dari nilai-nilai dasar ajaran Islam. Sedangkan organisasi,
baik orpol maupun ormas, hanyalah alat untuk mencapai tujuan tersebut.
Pertama, memilih wadah. sejarah kepartaian di Indonesia menunjukan
bahwa melalui bidang politik umat Islam sulit bersatu. Tetapi melalui bidang
sosial keagamaan atau non politik, kelompok-kelompok umat Islam boleh
dikatakan tidak sulit untuk diajak bekerja sama.
Kita ambil beberapa contoh, misalnya saja melalui wadah Majelis Ulama
Indonesia (MUI) kita melihat para pemuka Islam dari berbagai ormas Islam
dapat duduk bersama dalam satu meja. Dalam upaya untuk membina dan
memantapkan kerukunan hidup umat beragama kita sangat mengharapkan
reran aktif dari pemerintah melalui Departemen Agama dengan segenap
aparatnya memberikan bimbingan dan pelayanan kepada masyarakat juga
dijiwai oleh semangat untuk merukunkan umat beragama secara
menyeluruh.
Kedua, memilih metode. Telah banyak cara yang dicoba untuk memperkukuh
kerukunan hidup antar umat Islam, seperti : mengadakan musyawarah,
sarasehan, silaturahmi, diskusi, seminar, kerja sama sosial kemasyarakatan
dan lain-lain.
Kita mengetahui bahwa dalam menyampaikan informasi kepada umat, maka
yang menjadi ujung tombak kita adalah para mubaligh/da'i dan dosen/guru

agama, karena merekalah yang berhadapan langsung dengan masyarakat.
Oleh karena itu perlu dibentuk semacam forum komunikasi para
mubaligh/da'i dan forum komunikasi dosen/guru agama.
Mereka dipertemukan untuk bermusyawarah guna untuk menyamakan misi
dan visi serta program kerja. Sesuai kondisi saat ini, maka prioritas pertama
ialah memberikan bimbingan kepada masyarakat melalui khutbah, ceramah,
pengajian, kuliah, pelajaran, dan lain-lain; dengan materi tentang pentingnya
memperkukuh ukhuwah Islamiah. Khususnya kepada para remaja dan
pemuda yang akan menjadi pemimpin di masa depan perlu ditanamkan nilalnilai tentang ukhuwah Islamiah khususnya, dan alakhlaqul karimah pada
umumnya.

Pandangan Kristen Protestan
Masalah kerukunan di lingkungan umat Kristen Protestan selama lebih dari
dua dasa warsa tidak mengalami permasalahan yang berarti dan
menunjukkan semangat keberagamaan yang mengembirakan. Mengenai
nila-nilai kerukunan yang terdapat dalam umat Kristen Protestan yang perlu
diingat yaitu terciptanya kesatuan pelayanan bersama yang berpusat pada
kasih Kristus. Di depan kita ada kebinekaan masyarakat, pluralisme agama,
kemiskinan maupun kekayaan yang dapat menggangu iman dan kepercayaan seseorang, adanya banyak krisis isu Kristenisasi dan isu-isu Peta
Kerukunan Propinsi jawa Tengah yang lain yang menyibukkan kita sepanjang

masa.
Begitu banyak masalah yang dihadapi oleh masyarakat Jawa Tengah pada
khususnya, akan tetapi Tuhan menempatkan umat-Nya dalam rangka
rencana menyelamatkannya.
Kita sadar bahwa banyak masalah-masalah yang dihadapi, namun kita harus
bersyukur bahwa sudah banyak masalah yang dapat diselesaikan walaupun
hasilnya belum memuaskan.
Karena situasi umum masyarakat kita komplek dan menantang, begitu juga
situasi kekristenan yang memprihatinkan karena berkaitan dengan pertumbuhan baik yang bersifat kuantitas maupun kualitas yang semu. Oleh
karena itu perlu lebih kritis dalam menilai pertumbuhan yang bersifat ke
dalam, artinya berkaitan dengan gereja-gereja, agar jangan terlalu gegabah
untuk mengatakan sudah banyak yang kita perbuat dalam kesatuan
pelayanan
Pandangan Kristen Katolik
Pembebasan Menuju Persaudaraan Sejati. Masa depan bangsa ada di tangan
kita juga. Kalau kita berkutat hanya memikirkan luka-luka bathin, kita akan
menetap dalam status quo identitas kelompok.
Dalam konteks Indonesia dewasa ini kalau kelompok-kelompok masyarakat
mampu membebaskan diri dari kepentingan kelompok dan berorientasi ke
kesejahteraan umum (bonum commune), proses membangun Indonesia

menuju persaudaraan sejati terjadi. Dalam orientasi itu diandaikan mampu
melihat nilai-nilai luhur yang ingiri diraih. Mungkin tidak disadari oleh
kelompok, tetapi dalam proses akan ditemukan, bahwa yang digali adalah
penghormatan terhadap martabat manusia sebagai pribadi. Dasar
kemanusiaan ini akan mengembangkan semangat solidaritas. Selanjutnya
kalau makin berkembang akan memiliki sikap mengutamakan keberpihakan
pada yang lemah. Nilai-nilai universal itulah yang hendaknya disasar dalam
membangun persaudaraan sejati. Kedua, Dialog Hidup Menuju Dialog Karya
dan Sharing Iman.
Pandangan Hindu
Dalam upaya membina dan meningkatkan kerukunan umat agar senantiasa
melaksanakan atau mewujudkan dharma dalam bentuk karma sesuai
dengan swadharma masing-masing dan senantiasa memahami dan
mengaplikasikan ajaran Tri Rita Karana dalam kehidupan sehari-hari, tidak
hanya di hafal ataupun diucapkan saja. Dengan pemahaman swadharma,
akan terhindar dari pola pikir meremehkan orang lain, merendahkan orang
lain, ataupun agama orang lain, karena derajat manusia sesama ciptaan
Tuhan adalah sama.

Orang akan bekerja sesuai dengan profesi, dan menghargai profesi orang

lain sesuai dengan swadharmanya, karena pada hakikatnya bekerja yang
sesuai dengan dharma adalah merupakan pengabdian kepada Tuhan.
Dengan demikian akan tercipta rasa kedamaian dan keadilan sebagai atas
penunjang terciptanya kerjasama dan akhirya menciptakan kerukunan
sebagaimana yang diharapkan.
Pandangan Budha
Nilai-nilai kerukunan yang terdapat dalam agama Budha yaitu tercermin
bagi umat Budha dalam menjalankan pelajaran 8 jalan utama, yaitu
Pengertian yang benar dan Pikiran yang benar, yang akan membawa
Kebijaksanaan dalam kehidupannya di dunia ini.
Selanjutnya dengan Ucapan, Perbuatan dan Mata Pencahariannya yang baik
akan membawanya kepada Sila atau Budi Pekertinya yang luhur. Sehingga
bila mereka-mereka ini telah dapat menjalankannya, setidak-tidaknya
berusaha memenuhi lima jalan utamanya terlebih dahulu, yaitu pengertian,
pikiran, ucapan, perbuatan, dan mata pencaharian yang baik, berarti bisa
menjalankan kehidupan di dunia ini yang lumrah sebagai manusia.
Umat Budha itu berpandangan bahwa manusia hidup di dunia ini pada
dasarnya mengalami penderitaan, maka dalam perjalanan hidup ini
hindarilah hal-hal yang akan menambah penderitaannya, dengan kunci,
yaitu pengertian yang benar. Salah satu penyebab konflik antar umat

beragama adalah disebabkan oleh pemahaman terhadap ajaran agama
secara parsial, sehingga pemahamannya tidak menjadi utuh.
Pemahaman seperti ini akan melahirkan kelompok masyarakat yang
memiliki cara pandang yang sangat sempit, yang sering mengakibatkan
kekeliruan yang tidak mereka sadari. Ajaran agama, seharusnya dipahami
secara integral sosial menyeluruh sehingga pemahamannya menjadi lurus
sosial terhindar dari pemahaman yang ekstrim.

BAB III
PEMBAHASAN
1. Definisi Kerukunan
Kerukunan adalah istilah yang dipenuhi oleh muatan makna “baik” dan
“damai”. Intinya, hidup bersama dalam masyarakat dengan “kesatuan hati”
dan “bersepakat” untuk tidak menciptakan perselisihan dan pertengkaran
(Depdikbud, 1985:850) Bila pemaknaan tersebut dijadikan pegangan, maka
“kerukunan” adalah sesuatu yang ideal dan didambakan oleh masyarakat
manusia
Kerukunan juga bisa bermakna suatu proses untuk menjadi rukun karena
sebelumnya ada ketidakrukunan; serta kemampuan dan kemauan untuk
hidup berdampingan dan bersama dengan damai serta tenteram. Langkahlangkah untuk mencapai kerukunan seperti itu, memerlukan proses waktu

serta dialog, saling terbuka, menerima dan menghargai sesama, serta cintakasih. Kerukunan antarumat beragama bermakna rukun dan damainya
dinamika kehidupan umat beragama dalam segala aspek kehidupan, seperti
aspek ibadah, toleransi, dan kerja sama antarumat beragama.
Manusia ditakdirkan Allah Sebagai makhluk social yang membutuhkan
hubungan dan interaksi sosial dengan sesama manusia. Sebagai makhluk

social, manusia memerlukan kerja sama dengan orang lain dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya, baik kebutuhan material maupun spiritual.
Ajaran Islam menganjurkan manusia untuk bekerja sama dan tolong
menolong (ta’awun) dengan sesama manusia dalam hal kebaikan. Dalam
kehidupan sosial kemasyarakatan umat Islam dapat berhubungan dengan
siapa saja tanpa batasan ras, bangsa, dan agama.
Selain itu islam juga mengajarkan manusia untuk hidup bersaudara karena
pada hakikatnya kita bersaudara. Persaudaraan atau ukhuwah, merupakan
salah satu ajaran yang pada hakikatnya bukan bermakna persaudaraan
antara orang-orang Islam, melainkan cenderung memiliki arti sebagai
persaudaraan yang didasarkan pada ajaran Islam atau persaudaraan yang
bersifat Islami.
Sungguh bahwa Allah telah menempatkan manusia secara keseluruhan
sebagai Bani Adam dalam kedudukan yang mulia, walaqad karramna bani

Adam (QS 17:70).
Manusia diciptakan Allah SWT dengan identitas yang berbeda-beda agar
mereka saling mengenal dan saling memberi manfaat antara yang satu
dengan yang lain (QS 49:13).
2. Manfaat Kerukunan Antar Umat Beragama Dalam Bidang
Kefarmasian Khususnya.
Umat Beragama Diharapkan menjunjung tinggi Kerukunan antar umat
beragama sehingga dapat dikembangkan sebagai faktor pemersatu maka
yang akan memberikan stabilitas dan kemajuan negara khususnya dalam
bidang kefarmasian.
Dalam pemberian stabilitas dan kemajuan negara, perlu diadakannya dialog
singkat membahas tentang kerukunan antar umat beragama dan masalah
yang dihadapi dengan selalu berpikir positif dalam setiap penyelesaiannya,
khususnya dalam bidang kefarmasian.
Menteri Agama Muhammad Maftuh Basyuni berharap dialog antar-umat
beragama dapat memperkuat kerukunan beragama dan menjadikan agama
sebagai faktor pemersatu dalam kehidupan berbangsa, khususnya dalam
bidang kefarmsian "Sebab jika agama dapat dikembangkan sebagai faktor
pemersatu maka ia akan memberikan sumbangan bagi stabilitas dan
kemajuan suatu negara," katanya dalam Pertemuan Besar Umat Beragama
Indonesia.
Pada pertemuan yang dihadiri tokoh-tokoh agama Islam, Kristen, Katolik,
Hindu, Buddha, dan Konghucu itu Maftuh menjelaskan, kerukunan umat
beragama di Indonesia pada dasarnya telah mengalami banyak kemajuan
dalam beberapa dekade terakhir namun beberapa persoalan, baik yang
bersifat internal maupun antar-umat beragama, hingga kini masih sering
muncul.
Dalam hal ini, Maftuh menjelaskan, tokoh dan umat beragama dapat
memberikan kontribusi dengan berdialog secara jujur, berkolaborasi dan
bersinergi untuk menggalang kekuatan bersama guna mengatasi berbagai
masalah sosial termasuk kemiskinan dan kebodohan.Ia juga mengutip
perspektif pemikiran Pendeta Viktor Tanja yang menyatakan bahwa misi
agama atau dakwah yang kini harus digalakkan adalah misi dengan tujuan
meningkatkan sumber daya insani bangsa, baik secara ilmu maupun
karakter. "Hal itu kemudian perlu dijadikan sebagai titik temu agenda
bersama lintas agama," katanya.

Mengelola kemajemukan Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Ma'ruf
Amin mengatakan masyarakat Indonesia memang majemuk dan
kemajemukan itu bisa menjadi ancaman serius bagi integrasi bangsa jika
tidak dikelola secara baik dan benar.
"Kemajemukan adalah realita yang tak dapat dihindari namun itu bukan
untuk dihapuskan. Supaya bisa menjadi pemersatu, kemajemukan harus
dikelola dengan baik dan benar," katanya. Ia menambahkan, untuk
mengelola kemajemukan secara baik dan benar diperlukan dialog
berkejujuran guna mengurai permasalahan yang selama ini mengganjal di
masing-masing kelompok masyarakat.Senada dengan Ma'ruf, Ketua
Konferensi Waligereja Indonesia Mgr.M.D Situmorang, OFM. Cap mengatakan
dialog berkejujuran antar umat beragama merupakan salah satu cara untuk
membangun persaudaraan antar- umat beragama.
Menurut Ketua Umum Majelis Tinggi Agama Khonghucu Budi S Tanuwibowo,
agenda agama-agama ke depan sebaiknya difokuskan untuk menjawab tiga
persoalan besar yang selama ini menjadi pangkal masalah internal dan
eksternal umat beragama yakni rasa saling percaya, kesejahteraan bersama
dan penciptaan rasa aman bagi masyarakat.
"Energi dan militansi agama seyogyanya diarahkan untuk mewujudkan tiga
hal mulia itu," demikian Budi S Tanuwibowo.Dengan adanya dialog antar
agama ini juga diharapkan dapat menumbuh kembangkan sikap optimis
terhadap tujuan untuk mencapai kerukunan antar umat beragama.
3. Mengetahui dampak kerukunan antar umat beragama dalam
ketahanan/stabilitas nasional.
Kerukunan hidup beragama adalah keharmonisan hubungan dalam dinamika
pergaulan dan kehidupan bermasyarakat yang saling menguatkan dan diikat
oleh sikap pengendali diri dalam wujud:
1) Saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan
agamanya;
2) Saling hormat menghormati dan bekerja sama intem pemeluk agama,
antara berbagai golongan agama dan antara umatumat beragama dengan
pemerintah yang sama-sama beitanggung jawab membangun bangsa dan
negara;
3) Saling tenggang rasa dengan tidak memaksakan agama kepada orang
lain. Dalam rangka inilah Pemerintah melalui Departeman agama bertugas
membina, membimbing rakyat untuk beragama guna menjalankan
agamanya, sesuai dengan salah satu tugas pokok Dapertemen Agama, yaitu
memelihara dan melaksanakan falsafah negara pancasila dengan jalan
membina, memelihara dan melayani rakyat agar menjadi bangsa Indonesia
yang beragama.
Peranan agama secara pribadi adalah penting, yaitu keyakinan dan
ketentuan beragama tiap-tiap individu untuk tidak menjalankan hal-hal yang
terlarang oleh agama. Karenanya sasaran penataan agama-agama dengan
sendirinya tidak lain ditujukan kepada pemeluk agamanya masing-masing,
supaya lebih mendalami penghayatan dan pengamalan ajaran-ajaran
agamanya.
Dengan demikian kerukunan akan mudah terbina jika setiap umat beragama
taat ajaran agamanya masing-masing. Setiap agama mengajarkan
kerukunan dan kebaikan, maka kalau orang sungguh-sungguh mentaati
ajaran agama diharapkan kerukunan akan terbina.

Dalam kehidupan manusia yang demikian majemuk peran serta agama
sangat berpengaruh untuk memberikan pengertian bagi setiap umat
bagaimana hidup bertetangga dengan rukun dan penuh persahabatan dan
tidak ada saling mencurigai serta mampu memahami bahwa agama yang
dipeluk oleh orang lain juga mengajarkan hidup berdampingan dengan baik
bahkan mampu saling menerima, serta mencairkan kehidupan yang bersifat
elitisme yang berarti hanya kelompok tertentu yang diakui atau disegani.
Dialog serta diskusi pengembangan wawasan multikultural para pemuka
agama pusat dan daerah yang berlangsung selama 2 - 3 tahun ini benarbenar memberikan perubahan bagi para pemuka agama baik di pusat dan di
daerah, hanya saja karena komunitas kehadiran yang terbatas kami ragu halhal yang dicapai atau didiskusikan dalam kunjungan ini tidak sampai kepada
yang paling bawah atau umat binaan.
Pluralitas bangsa Indonesia tercermin dengan berbagai perbedaan, baik
vertikal maupun horizontal namun perbedaan itu disatu sisi dapat menjadi
penghalang dalam menciptakan integrasi masyarakat, tetapi di sisi lain
dapat juga menjadi aset dan kekayaan bangsa yang dapat mempermudah
tercapainya kemajuan untuk seluruh warga.
Apakah perbedaan itu menjadi asset atau beban, terletak bagaimana cara
kita mengelola perbedaan perbedaan itu. Kehidupan sosial yang tidak
mengelompok dalam suatu komunitas dan adanya interaksi di antara
sesama warga komunitas dapat di lihat sebagai potensi untuk terciptanya kerukunan antargolongan masyarakat, termasuk antaragama. Oleh karena itu,
perlu diciptakan arena-arena interaksi yang dapat menjebatani perbedaanperbedaan sosial yang dapat digalang untuk menciptakan solidaritas sosial.
Ada sejumlah struktur kegiatan dalam kehidupan sosial yang dapat dijadikan
akomodatif dan terbuka bagi semua golongan sehingga dapat ineredam isu
dan konflik yang dapat muncul, terutama konflik yang bersifat antaar
golongan atau antar kelompok. Dalam kehidupan ekonomi tidak terlihat
adanya identitas agama yang diaktifkan untuk memenangkan persaingan
dalam kehidupan ekonomi.
Dalam kehiduan ekonomi hubungan-hubungan itu berlangsung atas dasar
keuntungan yang diperoleh oleh masing-masing pihak yang terlibat. Di
bidang politik potensi rukun juga dapat terwujud apabila kebijakan-kebijakan
yang diambil tidak didasarkan alas pertimbangan-pertimbangan subjektif
karena persamaan agama dan etnik.
Penempatan pejabat dalam pemerintah yang tidak didasarkan alas
kesamaan etnik oleh pejabat yang menyangkutnya telah dapat meredam
konflik antar golongan etnik. Kegiatan kerja bakti di lingkungan ketetanggaan
juga berpotensi menciptakan kerukunan. Kegiatan kerja bakti atau gotong
royong dapat dilihat sebagai kegiatan kerjasama sosial kemasyarakatan
yang didasarkan kebutuhan bersama yang sama diperlukan oleh kelompok
komunitas yang bersangkutan. Kegiatan kerja sama untuk kepentingan
bersama ini dapat menjembatani keterpisahan yang disebabkan perbedaaan
keyakinan keagamaan yang dianut.
Kerja sama dan arena interaksi lainnya dalam komunitas ketetanggaan
dalam berbagai kelompok masyarakat dapat dikembangkan untuk
menciptakan suasana kerukunan hidup antar umat beragama karena
didasarkan atas keterikatan kepada tempat tinggal yang merasa dimiliki
bersama. Kegiatan sosial yang dilandasi oleh semangat kemanusiaan
merupakan potensi untuk tercipta kerukunan.

Bantuan yang diberikan atas dasar kemanusiaan, tanpa menonjolkan kelompok keagamaaan yang mendukungnya, dapat menghilangkan prasangka
dan stereotip terhadap kelompok keagamaan yang bersangkutan.
Hal ini disebabkan adanya kerja sama dengan pemerintah setempat dalam
mendistribusikan bantuan itu sehingga terasa lebih netral dan tidak ada
maksud terselubung di balik pemberian bantuan itu. Adanya masalah yang
dirasakan sebagai masalah bersama yang harus diatasi telah mendorong
pula munculnya forum antar golongan yang bisa menjebatani perbedaan dan
membatasi hubungan di antara mereka yang dapat menghambat interaksi
dan kerja sama. Potensi Kerukunan Hidup Umat Beragama.
Indonesia yang terdiri dari berbagai macam suku, budaya dan agama dalam
penyelenggaraan pemerintahan sangat menjunjung tinggi demokrasi.
Salah satu wujud dari terselenggaranya demokrasi itu di antaranya
memberikan kebebasan kepada warga negara untuk memilih/memeluk
agama yang menjadi keyakinan setiap warga negara dan senantiasa dalam
koridor saling menghormati satu dengan lainnya. Dalam kurun waktu dua
tahun belakangan ini, Indonesia tengah di koyak oleh kondisi politik yang
tentunya berdampak pada ekonomi kerakyatan dan segala uborampenya
ikut-ikutan porak-poranda.
Permasalahan-permasalahan yang dihadapi, meliputi : kesenjangan ekonomi
antar umat beragama dan perlakuan yang berbeda terhadap tenaga kerja
yang beragama lain, adanya pengakomodiran agama sebagai alat untuk
mempertahankan suatu kekuasaan (agama dipolitisasikan), merebaknya
budaya yang bertentangan dengan nilal-nilai moral, adanya ketidaksamaan
terhadap aset-aset yang dimiliki oleh tempat-tempat beribadah.
Mengenai situasi dan kondisi kehidupan umat beragama yang diharapkan,
yaitu adanya kesamaan berusaha/berkarir di sektor ekonomi, mengadakan
peningkatan kegiatan bersama untuk kepentingan kebaikan bersama,
menciptakan/menjadikan agama sebagai suatu yang netral dan bukan
merupakan salah satu alat untuk mensukseskan sebuah politik, terciptanya
budaya yang didasari dengan kemuliaan ajaran-ajaran agama, menciptakan
sistem keamanan yang baik dalam rangka menghindarkan penjarahan
terhadap aset-aset yang dimiliki oleh tempat-tempat ibadah.
Sedangkan usaha-usaha yang ditempuh untuk meningkatkan kerukunan
hidup umat beragama meliputi peningkatan sumber berdaya umat
beragama lewat pendidikan dan pelatihan di bidang ekonomi, mengadakan
peningkatan
silaturahmi
dengan
mengedepankan
keluhuran
dan
kebersamaan antar agama, menciptakan stabilitas politik yang dinamis serta
mensosialisasikan pengetahuan tentang politik kepada masyarakat luas,
mengadakan peningkatan pengajaran tentang nilai-nilai agama untuk
menanggulangi budaya yang merusak moral umat beragama, mengadakan
konsolidasi dengan pemuka-pemuka agama di suatu wilayah untuk
menata/mengatur strategi pengamanan tempat-tempat ibadah, mengadakan
peningkatan kewaspadaan, terpadu antara pemuka-pemuka agama demi
terciptanya keamanan bersama sehingga terciptanya tujuan pembangunan
nasional yang diharapkan dengan demikian Ketahanan Nasional (Tannas)
yang kokoh akan terwujud dengan sendirinya.
Ketahanan Nasional (Tannas) adalah kondisi dinamik bangsa Indonesia yang
meliputi segenap aspek kehidupan nasional yang terintegrasi berisi keuletan
dan ketangguhanyang mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan
nasional .
Dalam menghadapi dan mengatasi segala Tantangan, Ancaman, Hambatan,
dan Gangguan baik yang datang dari luar maupun dari dalam, yang

langsung maupun yang tidak langsung untuk menjamin identitas, integritas,
kelangsungn hidup bangsa dan Negara serta perjuangan mencapai Tujuan
Nasional.
Hakikat Ketahanan Nasional adalah kemampuan dan kekuatan bangsa untuk
dapat menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara dalam mencapai
tujuan nasional.
Dalam uraian tersebut diatas, Ketahanan Nasional adalah kondisi kehidupan
nasional yang diinginkan. Proses untuk mewujudkan kondisi tersebut
memerlukan konsepsi yang dinamakan konsepsi Ketahanan Nasional
(Konsepsi Tannas).
Konsepsi Tannas adalah konsepsi pengembangan kemampuan dan kekuatan
nasional melalui pengeturan dan penyelenggaraan kesejahteraan dan
keamanan yang seimbang, serasi, dan selaras dalam seluruh aspek
kehidupan secara utuh, menyeluruh dan terpadu berlandaskan Pancasila,
UUD 1945 dan Wasantara.
Konsepsi Tannas merupakan sarana untuk mewujudkan kemampuan dan
kekuatan nasional. Hakekat konsepsi Tannas adalah pengaturan dan
penyelenggaraan kesejahteraan dan keamanan secara seimbang, serasi dan
selaras dalam kehidupan nasional.

BAB IV
Kesimpulan
Pentingnya kerukunan hidup antar umat beragama dalam memdukug stabilitas
pembangunan nasional khusunya dibidang farmasi adalah terciptanya kehidupan
masyarakat yang harmonis dalam kedamaian, saling tolong menolong, dan tidak
saling bermusuhan agar agama bisa menjadi pemersatu bangsa Indonesia yang
secara tidak langsung memberikan stabilitas dan kemajuan Negara. Cara menjaga
sekaligus mewujudkan kerukunan hidup antar umat beragama adalah dengan
mengadakan dialog antar umat beragama yang di dalamnya membahas tentang
hubungan antar sesama umat beragama. Selain itu ada beberapa cara menjaga
sekaligus mewujudkan kerukunan hidup antar umat beragama antara lain:
a)
lain

Menghilangkan perasaan curiga atau permusuhan terhadap pemeluk agama

b) Jangan menyalahkan agama seseorang apabila dia melakukan kesalahan tetapi
salahkan orangnya.
c)
Biarkan umat lain melaksanakan ibadahnya jangan mengganggu umat lain
yang sedang beribadah.
d) Hindari diskriminasi terhadap agama lain.
e) Memajukan bidang farmas sesuai falsafat yang benar.

DAFTAR PUSTAKA
Wahyuddin.dkk. 2009. Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi. Jakarta; PT.
Gramedia Widiasarana Indonesia
Daud Ali, Mohammad, 1998. Pendidikan Agama Islam, Jakarata: Rajawalu pers.
Sairin, Weinata. 2002. Kerukunan
berbangsa: butir-butir pemikiran
http://koswara .wordpress.com
http://www.hidayatulah.com

umat

beragama

pilar

utama

kerukunan