STRATEGI PEMBELAJARAN OPERASI HITUNG PADA SISWA TUNANETRA KELAS IV SLB NEGERI A PAJAJARAN BANDUNG.

(1)

STRATEGI PEMBELAJARAN OPERASI HITUNG

PADA SISWA TUNANETRA KELAS IV

SLB NEGERI A PAJAJARAN BANDUNG

Tesis

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar

Magister Pendidikan

Program Studi Pendidikan Kebutuhan Khusus

Hidayah

1204707

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEBUTUHAN KHUSUS

SEKOLAH PASCA SARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2014


(2)

Strategi Pembelajaran Operasi Hitung Pada Siswa Tunanetra SLB Negeri A Pajajaran bandung

Oleh Hidayah

S.Pd Universitas Negeri Makassar, 2009

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Prodi Pendidikan Kebutuhan Khusus

© Hidayah 2014

Universitas Pendidikan Indonesia Februari 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,


(3)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH

PEMBIMBING

Dr. Djadja Rahardja, M.Ed. NIP. 19590414 198503 1 005

Mengetahui

Ketua Program Studi Pendidikan Khusus

Dr. Djadja Rahardja, M.Ed. NIP. 19590414 198503 1 005


(4)

ABSTRAK

STRATEGI PEMBELAJARAN OPERASI HITUNG PADA SISWA TUNANETRA KELAS IV SLB NEGERI A PAJAJARAN BANDUNG

Hidayah/1204707/Prodi Pendidikan Kebutuhan Khusus/SPs UPI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang strategi pembelajaran operasi hitung yang sesuai dengan kebutuhan siswa tunanetra. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Subjek penelitian terdiri dari delapan siswa dan guru yang berada di SLB Negeri A Pajajaran Bandung. Teknik pengumpulan data berupa wawancara, observasi, dan studi dokumen. Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan dan verifikasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) masih menggunakan RPP yang ada di sekolah, alat bantu yang digunakan dalam strategi belajar siswa adalah alat bantu abakus dalam menanamkan konsep operasi hitung bilangan dan belum ada alat bantu yang dimodifikasi dalam belajar siswa. (2) pelaksanaan pembelajaran dalam proses KBM, kegiatan guru harus menyesuiakan dengan kondisi dan kebutuhan siswa tunanetra (stimulus) dan apa yang diekspresikan oleh siswa tunanetra (respons) harus di amati dan diukur. (3) rancangan yang dibutuhkan oleh siswa tentang operasi hitung bilangan bulat menghasilkan jenis alat bantu peraga yang bisa disesuikan dengan kondisi siswa penggunaan sistem baca tulis braille, alat bantu dan bentuk dimodifikasi yang bisa diraba oleh siswa tunanetra kertas yang berukuran 30cm x 20cm yang berbahan dari karton/kertas continous form yang biasa dipakai untuk print Brille. (4) validasi alat bantu melalui expert judgment dari tingkat kualitas isi, tingkat kebutuhan siswa, tingkat kualitas rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dalam hal memahami konsep bilangan sudah baik dan sesuai. Rekomendasi yang dapat dikemukakan berdasarkan hasil penelitian (1) guru yang mengajar di kelas perlu mengembangan alat bantu/media/sarana prasarana yang dibutuhkan oleh siswa tunanetra. (2) sekolah harus memfasilitasi agar ada waktu khusus untuk menyiapkan perangkat pembelajaran utamanya alat bantu yang bisa di modifikasi digunakan sebagai bahan ajar yang lebih menarik dan interaktif sesuai kebutuhan siswa.


(5)

ABSTRACT

TEACHING AND LEARNING STRATEGIES FOR COUNTING OPERATION AMONG VISUALLY IMPAIRED STUDENTS OF THE FOURTH GRADE OF

STATE SPECIAL NEEDS SCHOOL A PAJAJARAN BANDUNG Hidayah/1204707/Special Needs Education Program/School of Postgraduate

Studies Indonesia University of Education

The research aimed to find teaching and learning strategies forcounting operation that are appropriate to the needs of visually impaired students. The method employed was descriptive using qualitative approach. The subjects consisted of eight students and teachers at State Special Needs School Children A Pajajaran Bandung. The data were collected through interview, observation, and documentary study. Meanwhile, data analysis in this research was conducted through data reduction, data display, conclusion drawing, and verification. The results of the research demonstrated that: (1) The lesson plans used were still those owned by the school, while the media usedin students’ learning strategies were abacuses, used to teach the concept of number counting operation, and there had been no modified media for student learning process; (2) The instruction given during the teaching and learning activities should suit the conditions and needs of visually impaired students (stimulating) and what expressed by the students (responses) should be observed and measured; (3) The design needed by students for even number counting operation resulted in instructional media suitable to the condition of the students through the use of braille system of writing and reading, teaching aids, and 30x20 cm modified papers that can be touched by students made of carton/continuous form paper that can be used to print braille; and (4) the media validation was done through expert judgement, considered from the quality level of content, the students’ levels of needs, and the quality level of lesson plans in making students understand the concepts of number,which were already assessed as good and appropriate. Some recommendations put forward based on the outcomes of the research are: (1) Teachers teaching in the classroom should develop tools/media/infrastructure needed by visually impaired students; and (2) Schools have to facilitate this by providing special time for teachers to prepare for teaching and learning aids, ultimately modifiable media so that the teaching materials will be more interesting and interactive according to students’ needs.


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN ………. i

UCAPAN TERIMA KASIH ……….. ii

ABSTRAK ………. iv

KATA PENGANTAR .………... vi

DAFTAR ISI ………..…… viii

DAFTAR TABEL ………. xi

DAFTAR GAMBAR ……… xii

DAFTAR LAMPIRAN ……… xiii

BAB I PENDAHULUAN ……….. 1

A. Latar Belakang Penelitian ………...………... 1

B. Identifikasi Masalah Penelitian .………...….………….. 7

C. Batasan Masalah Penelitian ..….……….………. 7

D. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian ..……….. 8

E. Tujuan Penelitia ….……… 8

F. Manfaat Penelitian……….. 9

G. Defisi Operasional ………. 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ………. 11

A. Ketunanetraan .……..,,……….……… 11


(7)

C. Strategi Pembelajaran Anak Tunanetra .……..……….. 21

D. Strategi Pembelajaran Matematika ……….. 24

BAB III METODE PENELITIAN ……… 38

A. Metode dan Pendekatan Penelitian ……….. 38

B. Lokasi dan Subjek Penelitian ……… 43

C. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian…… 44

D. Teknik Analisis Data ………..……...……… 56

E. .Teknik Keabsahan Data …….………..……... 57

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ……… 59

A. Hasil Penelitian ……….. 59

1. Strategi Pembelajaran Operasi Hitung Saat ini Sesuai dengan Kebutuhan Siswa kelas IV SLBN A Pajajaran Bandung. ……… 60

2. Pertimbangan-pertimbangan yang harus Diperhatikan dalam Menerapkan Strategi Pembelajaran Operasi Hitung Pada Siswa Tunanetra Kelas IV SLBN A Pajajaran Bandung.……… 74

3. Rancangan Strategi pembelajaran Operasi Hitung yang Sesuai Kebutuhan Siswa Tunanetra kelas IV SLBN A jajaran Bandung. ….……….. 83

4. Hasil Validasi Rancangan Alat Pembelajaran Operasi Hitung Siswa Tunanetra kelas IV SLBN A Pajajaran Bandung. .……… 97


(8)

1. Strategi Pembelajaran Operasi Hitung Saat ini Sesuai dengan Kebutuhan Siswa kelas IV SLBN A

Pajajaran Bandung……… 111

2. Pertimbangan-pertimbangan Yang Harus Diperhatikan Dalam Menerapkan Strategi Pembelajaran Operasi Hitung Pada Siswa tunanetra kelas IV SLBN A Pajajaran Bandung. ………. 114

3. Rancangan Strategi Pembelajaran Operasi Hitung yang Sesuai Kebutuhan Siswa Tunanetra Kelas IV SLBN A Pajajaran Bandung.……….. 116

4. Hasil Validasi Rancangan Alat Pembelajaran Operasi Hitung Siswa Tunanetra kelas IV SLBN A Pajajaran Bandung. .……… 117

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ……..……… 121

A. Kesimpulan …..……….. 121

B. Rekomendasi ……….. 122

DAFTAR PUSTAKA ……… 124


(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1. Skema Proses Belajar dan Pembelajaran ……. 21

2.2. Skema Bilangan ……… 35

4.1. Pengenalan Konsep Garis bilangan ……….. 105

4.2. Pengenalan Bilangan Bulat……… 105

4.2a. Alat yang di Braillekan ………. 106

4.3. Pengenalan Bilangan Bulat ………... 106

4.3a. Alat yang di Braillekan ………. 107

4.4. Pengurangan Bilangan Posisif dengan Positif…... 107

4.4a. Alat yang di Braillekan Pengurangan Bilangan Positif dengan Positif .……….. 108

4.5. Pengurangan Bilangan Positif dengan Negatif …. 108

4.5a Alat yang di Braillekan Pengurangan Bilangan Positif dengan Negatif ……….. 109

4.6. Pengurangan Bilangan Negaitif dengan Positif … 109

4.6a Alat yang di Braillekan Pengurangan Bilangan Negatif dengan Positif ……….………. 110

4.7 Pengurangan Bilangan Negatif dengan Negatif 110 4.7a Alat yang di Braillekan Pengurangan Bilangan Negatif dengan Negatif ………. 111


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1. Kompetensi Dasar dan Standar Kompetesi ……… 36 3.1. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian ……… 51 4.1. Data Hasil Wawancara Strategi Perencanaan

Pengajaran ……….. 61 4.2. Data Hasil Wawancara Pelaksanaan Pembelajaran 64 4.3. Data Hasil Wawancara Penilaian Siswa …………. 66 4.4. Data Hasil Wawancara Kendala-kendala ………… 68 4.5. Data Hasil Observasi tentang Strategi

Pembelajaran Operasi Hitung.……… 69 4.6. Data Hasil Wawancara Siswa tentang Strategi

Pembelajaran Operasi………. 72 4.7. Data Hasil Wawancara Pemahaman Terhadap

Kondisi Siswa ……… 76

4.8. Data Hasil Wawancara Ketersediaan Sarana/media

Belajar ……… 77

4.9. Data Hasil Wawancara Penerapan Materi …………. 79 4.10 Data Hasil Wawancara Penguasaan Materi ……….. 80 4.11. Data Hasil Observasi Pertimbangan-Pertimbangan

Yang harus Diperhatikan dalam Menerapkan Strategi

Pembelajaran Operasi hitung ..………. 82 4.12. Data Hasil Wawancara Tingkat Kualitas Isi Alat


(11)

4.13. Data Hasil Wawancara Tingkat Kebutuhan Siswa

Tantang Operasi Hitung bilangan Bulat ……….. 100 4.14. Data Hasil Wawancara Tingkat Kualitas Rancangan 102 4.15. Data Hasil Saran Rekomendasi Secara Umum …….. 104


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1 Pedoman Wawancara dan Observasi .……… 128 2 Alat bantu garis bilangan hasil pengembangan I… 141 3 Alat bantu garid bilangan hasil pengembangan II.. 144 4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)……… 151


(13)

BAB I PENDAHULUAN

A. latar Belakang Penelitian

Setiap anak berpotensi mengalami masalah dalam belajarnya, hanya saja masalah tersebut ada yang bisa diatasi sendiri tanpa memerlukan perhatian khusus dari orang lain, namun demikian ada juga yang masalah dalam belajarnya cukup berat sehingga perlu mendapatkan perhatian dan bantuan dari orang lain. Anak luar biasa atau disebut sebagai anak berkebutuhan khusus (children with special needs) tidak selalu mengalami masalah dalam belajarnya, namun demikian ketika mereka berinteraksikan dengan anak-anak sebaya lainnya yang mendapatkan pendidikan regular, dalam beberapa hal tertentu harus mendapatkan perhatian khusus dari guru dan sekolah untuk mendapatkan hasil belajar yang optimal. Karakteristik dari anak berkebutuhan khusus pada umumnya berkaitan dengan tingkat perkembangan fungsional, meliputi tingkat perkembangan sensori motor, kognitif, kemampuan berbahasa, keterampilan diri, konsep diri, kemampuan berinteraksi sosial serta kreativitasnya.

Anak tunanetra sebagai bagian dari anak berkebutuhan khusus juga membutuhkan perhatian yang khusus. Anak tunanetra sebagaimana anak lainnya, membutuhkan pendidikan untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya secara optimal. Oleh karena adanya gangguan penglihatan, anak tunanetra membutuhkan layanan khusus untuk merehabilitasi kelainannya, yang meliputi: latihan membaca dan menulis huruf Braille, penggunaan tongkat, orientasi dan mobilitas, serta latihan visual/fungsional penglihatan. Anak tunanetra adalah anak yang indera penglihatannya tidak berfungsi sebagai saluran penerima informasi dalam kegiatan sehari-hari seperti halnya anak yang awas, ia tidak mampu lagi memanfaatkan indera penglihatannya, tetapi menggunakan indera peraba yang lebih dominan, sehingga memberi informasi kepada anak tunanetra tidak melewati penglihatannya tetapi lewat indera lainnya.


(14)

2

Strategi pembelajaran bagi anak tunanetra pada dasarnya sama dengan strategi pembelajaran bagi anak yang normal, hanya dalam pelaksanaannya memerlukan modifikasi sehingga pesan atau materi pelajaran yang disampaikan dapat diterima atau ditangkap oleh anak tunanetra melalui indera-indera laninnya yang masih berfungsi. Permasalahan strategi pembelajaran anak tunanetra dalam pendidikan anak tunanetra didasarkan pada dua hal yakni: upaya memodifikasi lingkungan agar sesuai dengan kondisi anak di satu sisi, dan di sisi yang lain adalah upaya memanfaatkan secara optimal indera-indera yang masih berfungsi, untuk mengimbangi kelemahan yang disebabkan hilangnya atau kurang berfungsinya penglihatan. Strategi pembelajaran anak tunanetra pada hakekatnya adalah strategi pembelajaran umum yang diterapkan dalam kerangka dua pemikiran di atas. Pertama guru harus menguasai strategi pembelajaran umum untuk anak awas, meliputi tujuan, materi, alat, cara, lingkungan, dengan aspek-aspek lainnya. Langkah berikutnya adalah menganalisis komponen-komponen mana saja yang perlu dimodifikasi atau tidak, dan sejauh mana modifikasi bisa dilakukan. Pada langkah selanjutnya pemanfaatan indera yang masih berfungsi secara optimal dan terpadu dalam proses pembelajaran, karena hal ini sangat menentukan keberhasilan belajar siswa tunanetra.

Terdapat empat prinsip dalam pembelajaran bagi anak tunanetra bila dibandingkan anak awas pada umumnya Subagya (2004), yakni: 1) melakukan duplikasi, dengan mengambil seluruh materi dan strategi pembelajaran pada anak awas ke dalam pembelajaran pada anak tunanetra tanpa melakukan perubahan, penambahan, dan pengurangan apapun; 2). melakukan modifikasi terhadap materi, media dan strategi pembelajaran baik sebagian atau keseluruhan materi, media, prosedur dan strategi pembelajaran yang dipergunakan pada pembelajaran anak awas dimodifikasi, sedemikian rupa sehingga baik materi, media, dan strategi pembelajarannya sesuai dengan karakteristik anak; 3). melakukan substitusi, dengan mengganti materi, media, dan strategi pembelajaran yang berlaku pada pembelajaran anak awas, bahkan mengganti mata pelajaran tertentu, misalnya mata


(15)

3

pelajaran menggambar diganti dengan apresiasi seni suara atau sastra; 4). melakukan omisi, dengan menghilangkan materi tertentu yang berlaku pada pembelajaran anak awas, apabila ketiga prinsip di atas sudah tidak dapat dilakukan.

Pada hakekatnya belajar tidak lebih dari sekedar mengingat, akan tetapi merupakan kegiatan yang lebih kompleks dari itu. Karena bagi siswa, untuk benar-benar mengerti dan menerapkan ilmu pengetahuan, mereka harus bekerja untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu bagi dirinya sendiri dan selalu bergulat dengan ide. Tugas pendidikan tidak hanya menuangkan sejumlah informasi ke benak siswa, tetapi mengusahakan bagaimana agar konsep-konsep penting dan sangat berguna tertanam kuat dalam benak siswa (Nur dan Wulandari 2000). Hal ini menjadi kendala bagi siswa pada umumnya, khususnya bagi siswa tunanetra karena keterbatasan indera yang dimilikinya, dan oleh karena itu strategi pembelajaran juga dirasakan sangat diperlukan agar mereka dapat mengikuti proses pembalajaran dengan baik.

Pembelajaran matematika merupakan bagian integral dari pendidikan nasional, dan memegang peranan penting bagi perkembangan ilmu dan teknologi. Sepanjang jaman matematika selalu memberi kontribusi yang cukup bermanfaat bagi kemajuan dan perkembangan peradaban umat manusia. Oleh karenanya guru-guru bidang studi matematika perlu membekali siswa dengan pengetahuan dan keterampilan yang bermanfaat dalam menghadapi tantangan masa depan yang penuh dengan persaingan. Sehubungan dengan itu matematika sebagai ilmu dasar, baik ditinjau dari aspek terapan maupun penalarannya mempunyai peranan yang sangat penting dalam penguasaan ilmu dan teknologi.

Khusus bagi anak tunanetra dalam menyelesaikan permasalahan matematika tidak dapat diperoleh secara lengkap dan utuh, sehingga perkembangan kognitif anak tunanetra cenderung terhambat jika dibandingkan dengan anak-anak awas pada umumnya. Hal ini disebabkan perkembangan kognitif tidak saja erat kaitannya dengan kecerdasan, tetapi juga kemampuan indera penglihatan. Melalui indera ini pula sebagian besar


(16)

4

rangsang atau informasi akan diterima dan diolah di otak, sehingga timbul persepsi dan pengertian tertentu terhadap rangsang tersebut. Dengan demikian anak tunanetra memiliki keterbatasan atau bahkan ketidakmampuan menerima rangsang atau informasi dari luar melalui indera penglihatannya, mereka hanya memanfaatkan indera-indera lainnya, khususnya indera pendengarannya sebagai saluran utama penerima informasi. Berdasarkan suara seseorang hanya akan mampu mendeteksi dan menggambarkan tentang arah, sumber, jarak suatu obyek informasi, tetapi ukuran dan kualitas ruangan mereka tidak mampu memberikan gambaran yang kongkrit mengenai bentuk, kedalaman, warna, dan dinamika perubahannya. Namun demikian berdasarkan pengalaman beberapa guru pembimbing khusus bagi anak tunanetra di SLB, banyak keluhan guru kelas dan para orang tua mengenai sulitnya belajar matematika.

Anak kelas IV tingkat Sekolah Dasar memiliki pemahaman dasar operasi hitung utamanya operasi hitung bilangan bulat, pemahaman itu ditandai dengan kemampuan dalam menyelesaikan soal yang diberikan dengan benar dan mencapai kriteria ketuntasan minimal pada mata pelajaran matematika. Hal ini berbeda dengan anak tunanetra kelas IV tingkat dasar SLB A, mereka mempunyai kendala dalam pemahaman konsep operasi hitung bilangan bulat, sehingga memerlukan upaya untuk mengatasi permasalahan tersebut bagi anak tunanetra.

Tujuan umum diberikannya mata pelajaran matematika pada siswa tunanetra di tingkat SLB Bagian A adalah untuk mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan di dalam kehidupan dan dunia yang selalu berkembang melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran logis, rasional, kritis, cermat, dan efektif, walaupun mereka berada dalam keterbatasan indera yang dihadapinya. Hal itu menjadi acuan bahwa mata pelajaran matematika pada umumnya dan operasi hitung khususnya begitu penting diberikan siswa, walaupun sebagian besar orang memandangnya sebagai mata pelajaran yang sulit, akan tetapi semua orang harus mempelajarinya karena merupakan sarana untuk memecahkan persoalan dalam kehidupan sehari-hari.


(17)

5

Bertitik tolak dari kenyataan di lapangan seperti tersebut di atas, guru memegang peranan yang sangat menentukan dalam proses pembelajaran, guru perlu menguasai bahan ajar, strategi pembelajaran yang dapat mengembangkan metode pembelajaran sesuai dengan topik yang akan diajarkan, sehingga materi yang akan disampaikan dapat mudah dipahami siswa (khususnya anak tunanetra), serta dimanfaatkan sebagai sumber belajar. Tidak kalah pentingnya perlu dipertimbangkan oleh guru, bagaimana memberikan umpan balik, memilih alat peraga, metode permainan yang menarik minat belajar siswa, menggugah semangat dan motivasi belajar, sehingga siswa merasa senang dalam mempelajari matematika, tidak terkecuali siswa tunanetra.

Berbagai usaha dan upaya telah dilakukan untuk meningkatkan kemampuan operasi hitung pada kelas IV ke bawah SLB A, baik oleh guru-guru SLB A maupun beberapa peneliti yang konsens pada permasalahan ini, antara lain :

1. Susanto (2009), meneliti tentang proses berpikir anak tunanetra kelas IV dalam menyelesaikan operasi aljabar, dan menyimpulkan bahwa anak tunanetra menggunakan strategi penyelesaian masalah dengan menggunakan cara coba-coba (trial and error) yang diperoleh dari hasil pemikirannya secara lisan, dan mereka enggan menggunakan strategi yang lain (misalnya membuat model), dan ini disebabkan oleh kesulitan mereka dalam menulis secara sistematis dalam bentuk huruf Braile dan menuliskannya dengan ringlet, serta anak tunanetra lebih cocok memilih cara yang dipilihnya sendiri.

2. Dessy H. dan kawan-kawan (2011) meneliti tentang pengaruh metode jarimatika terhadap prestasi belajar matematika tunanetra SD SLB Negeri 1 Pemalang, mereka menyimpulkan bahwa metode jarimatika dapat metode alternatif untuk belajar berhitung, dan ada pengaruh yang signifikan dari metode itu terhadap prestasi belajar siswa tunanetra. 3. Kurniadi, D. (2007) melakukan lokakarya penerapan pelatihan tindakan


(18)

6

(SLB A) Wilayah Bandung Timur, untuk membantu guru-guru SLB A dalam memecahkan masalah yang timbul di kelas, antara lain : bagaimana pendekatan realistik dalam pembelajaran soal cerita melalui diskusi, bagaimana model pembelajaran realistik pada soal cerita melalui diskusi.

Adanya permasalahan yang berkaitan dengan pemahaman dasar operasi hitung dalam mata pelajaran matematika pada siswa tunanetra diasumsikan dapat berdampak pada pemahaman konsep pembelajaran matematika, maka meningkatkan peran guru dalam proses pembelajaran matematika merupakan suatu upaya yang harus dilakukan agar tujuan dan target pembelajaran tercapai secara optimal, dan perlu juga disimak apakah strategi pembelajaran operasi hitung yang selama ini dilakukan sesuai dengan strategi pembelajaran pada siswa tunanetra pada umumnya.

Dari beberapa penelitian tersebut di atas jika disimak dengan seksama semuanya akan bermuara pada bagaimana sebaiknya strategi yang tepat harus dilakukan dalam pembelajaran matematika untuk siswa tunanetra, karena dari model pembelajaran, metode pembelajaran, rencana pembelajaran semuanya diturunkan dari bagaimana merancang strategi pembelajaran matematika yang tepat untuk anak tunanetra. Dengan demikian dalam proses pembelajaran operasi hitung, khususnya untuk siswa tunanetra, perlu dirancang strategi pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa dikelas IV. Rancangan ini harus dapat memotivasi belajar siswa, siswa merasa nyaman, nikmat, senang, dan percaya diri dalam belajar matematika, khususnya dalam mempelajari operasi hitung bilangan bulat. Dalam rancangan ini juga perlu dievaluasi untuk mendapatkan masukan yang bermanfaat untuk guru dalam merancang strategi pembelajaran, yang akhirnya akan berdampak positip bagi hasil belajar siswa, khususnya dalam mata pelajaran operasi hitung bilangan bulat. Bertitik tolak dari permasalahan di atas, peneliti ingin mengkaji lebih

dalam mengenai “Strategi Pembelajaran Operasi Hitung Pada Siswa


(19)

7

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan dapat diidentifikasi sebagai berikut:

1. Tidak berfungsinya indera penglihatan pada siswa tunanetra merupakan faktor penyebab yang utama kurangnya pemahaman mereka terhadap materi mata pelajaran matematika.

2. Siswa tunanetra mengalami keterlambatan dalam pembelajaran matematika pada umumnya, khususnya mengenai operasi hitung (penjumlahan, pengurangan) bilangan bulat pada siswa Kelas IV SLB A. 3. Diduga strategi pembelajaran yang digunakan siswa tunanetra Kelas IV

SLB A dalam mata pelajaran operasi hitung tidak sesuai dengan kebutuhan siswa dalam memahami dan menyelesaikan opersi hitung bilangan bulat.

C. Batasan Masalah Penelitian

Agar penelitian ini dapat lebih terfokus terhadap masalah penelitian, maka batasan masalah dalam melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mengungkap hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam menerapkan strategi pembelajaran operasi hitung dibidang operasi hitug bilangan bulat siswa tunanetra kelas IV SLB A.

2. Merancang strategi pembelajaran operasi hitung bilangan bulat yang sesuai dengan kebutuhan belajar siswa tunanetra kelas IV SLB A.

D. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian

Bertitik tolak dari latar belakang masalah tersebut di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana strategi pembelajaran operasi hitung pada siswa tunanetra kelas IV di SLB Negeri A Pajajaran Bandung?. Adapun pertanyaan penelitian yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:


(20)

8

1. Apakah strategi pembelajaran operasi hitung saat ini sesuai dengan kebutuhan siswa tunanetra kelas IV di SLB Negeri A Pajajaran Bandung?.

2. Pertimbangan-pertimbangan apa saja yang harus diperhatikan dalam menerapkan strategi pembelajaran operasi hitung bagi siswa tunanetra kelas IV di SLB Negeri A Pajajaran Bandung?.

3. Rancangan strategi pembelajaran operasi hitung seperti apakah yang sesuai dengan kebutuhan siswa tunanetra kelas IV di SLB Negeri A Pajajaran Bandung?.

4. Bagaimana hasil validasi alat strategi pembelajaran operasi hitung siswa tunanetra di SLB Negeri A Pajajaran Bandung?.

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan secara umum dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran yang objektif mengenai rancanagan strategi pembelajaran operasi hitung siswa tunanetra di kelas IV SLBN A Pajajaran Bandung . Adapun tujuan khusus dari penelitian ini nantinya peneleti akan mendapatkan hasil:

1. Untuk mengetahui strategi pembelajaran operasi hitung siswa tunanetra kelas IV di SLB Negeri A Pajajaran Bandung saat ini. 2. Untuk mengetahui beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam

menerapkan strategi pembelajaran operasi hitung bagi siswa tunanetra kelas IV SLB Negeri A Pajajaran Bandung.

3. Untuk mengetahui hasil validasi alat bantu strategi pembelajaran operasi hitung yang akan dicobakan pada siswa tunanetra kelas IV di SLB Negeri A Pajajaran Bandung.


(21)

9

F. Manfaat Penelitian

Beberapa manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagi Guru:

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dan informasi yang bermanfaat bagi guru, dalam menerapkan strategi pembelajaran operasi hitung yang sesuai dengan kebutuhan siswa tunanetra kelas IV di SLB Negeri A Pajajaran Bandung khususnya dan SLB A pada umumnya.

2. Bagi Sekolah:

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara aplikatif bagi sekolah yang memiliki siswa tunanetra. Dan sebagai masukan untuk menerapkan strategi pembelajaran operasi hitung yang tepat dalam pembelajaran matemetika bagi siswa tunanetra.

G. Definisi Konsep

Untuk menghindari adanya kesalahan pahaman mengenai istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini, peneliti memberikan penjelasan istilah yang digunakan yaitu :

1. Strategi Pembelajaran

Strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. (Kemp dalam Sanjaya, 2008).

Strategi pembelajaran terdapat suatu rencana atau tindakan (rangkaian kegiatan) yang didalamnya termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya atau kekuatan dalam pembelajaran.

Dalam penelitian ini strategi pembelajaran yang dimaksud adalah serangkaian kegiatan guru dalam pembelajaran meliputi menyusun rencana program pembelajaran, metode pengajaran evaluasi siswa dan alat bantu yang digunakan.


(22)

10

2. Operasi Hitung

Operasi hitung adalah konsep yang mendasari operasi hitung dasar yang meliputi penjumlahan (penambahan), pengurangan, perkalian dan pembagian. (Caniago, 2011).

Dalam penelitian ini operasi hitung dibatasi dalam penjumlah dan pengurangan. Penjumlahan, yaitu operasi hitung untuk memperoleh dua bilangan bulat atau lebih. Pengurangan, yaitu operasi hitung untuk memperoleh selisih dari dua bilangan atau lebih.

3. Tunanetra

Tunanetra adalah mereka yang mempunyai kombinasi ketajaman penglihatan hampir kurang dari 0,3 (60/200) atau mereka yang mempunyai tingkat kelainan fungsi penglihatan yang lainnya lebih tinggi, yaitu mereka yang tidak mungkin atau berkesulitan secara signifikan untuk membaca tulisan atau ilustrasi awas meskipun dengan mempergunakan alat bantu kaca pembesar (Nakata dalam Rahardja, 2010;8).

Strategi pembelajaran operasi hitung pada siswa tunanetra dalam penelitian ini yaitu rencana kegiatan guru dalam pembelajaran operasi hitung bagi siswa tunanetra. Rencana kegiatan guru meliputi persiapan mengajar dalam menyusun program, melaksanakan program, melakukan evaluasi dan penggunaan alat bantu yang mendukung dalam pembelajaran operasi hitung penjumlahan dan pengurangan.


(23)

38

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode dan teknik pengumpulan data merupakan faktor yang sangat penting dalam menentukan berhasil atau tidaknya suatu penelitian. Metode penelitian adalah cara berfikir dan bertindak yang dipersiapkan dengan baik untuk melakukan suatu penelitian dan untuk mencapai tujuan penelitian sebagaimana yang direncanakan.

A. Metode dan Pendekatan Penelitian

Berdasarkan sifat data dalam penelitian ini maka digunakan metode deskriptif. Terkait dalam penelitian ini, maka penelitian deskriptif ini digunakan untuk memperoleh informasi yang mendalam kemudian dilakukan analisis dan menggambarkan Strategi Pembelajaran Operasi Hitung Siswa Tunanetra Kelas IV SLB Negeri A Pajajaran Bandung. Whitney dalam Nasir (2009: 54), menjelaskan bahwa “penelitian deskriptif adalah pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat. Metode deskriptif berusaha untuk mendekripsikan dan menginterpretasikan data yang ada, mengenai kondisi dan hubungan yang ada, proses yang sedang berlangsung akibat efek yang tengah terjadi, dan sesuai untuk bisa mengungkap berbagai fenomena di lapangan yang terkait dengan penelitian. Tujuan dari penelitian deskripsi adalah untuk membuat deskripsi atau gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki kedudukan (status) fenomena atau faktor dan melihat hubungan antar satu faktor dengan faktor yang lain.

Penelitian deskriptif ini diarahkan untuk mengidentifikasi situasi pada waktu penyelidikan (investigasi) dilakukan, melukiskan variabel atau kondisi “apa yang ada” dalam situasi menurut Nasution (1992). Dari kepustakaan tersebut juga dijelaskan karakteristik penelitian deskriptif sebagai berikut:


(24)

39

1. Penelitian deskriptif menuturkan sesuatu secara sistematis tentang data atau karakteristik populasi tertentu atau bidang tertentu secara faktual dan cermat, serta menganalisis dan menginterpretasikan data yang ada;

2. Penelitian deskriptif lebih menekankan pada observasi dan suasana alamiah (natural setting), ia mencari teori (Hypothesis-generating) dan bukan menguji teori (Hypothesis-testing), serta heuristic bukan verivikatif;

3. Terdapat beberapa jenis penelitian deskriptif, antara lain: studi kasus (case study), survei, studi peningkatan (development study), studi perkembangan (longitudinal study), studi tindak lanjut (follow-up studies), analisis dokumen (document analysis), analisis kecenderungan (trend analysis), analisis tingkah laku (behavior analysis), studi waktu dan gerak (time and motion studies), dan studi korelasional (correlational study).

Berdasarkan pendapat yang telah dikemukakan sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa substansi penelitian ini tidak dirancang untuk menguji hipotesis, tetapi hanya mendeskripsikan kecenderungan-kecenderungan fenomena-fenomena simbolik dan merefleksikan secara apa adanya, sehingga penelitian ini dapat dikategorikan sebagai penelitan yang menggunakan pendekatan kualitatif dengan mengutamakan teknik studi deskriptif.

Studi deskriptif dalam penelitian ini merupakan studi eksplorasi yang difokuskan pada penelaahan subjek dan lokasi penelitian sebagai pra-kondisi dalam memperoleh informasi tentang strategi pembelajaran operasi hitung siswa tunanetra kelas IV di SLB Negeri A Pajajaran Bandung saat ini. Data berkaitan dengan beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam merancang strategi pembelajaran operasi hitung bagi siswa tunanetra kelas IV di SLB Negeri A Pajajaran Bandung. Kebutuhan informasi untuk merancang strategi pembelajaran operasi hitung yang sesuai dengan kebutuhan siswa tunanetra kelas IV di SLB Negeri A Pajajaran Bandung. Untuk memperoleh data hasil validasi rancangan strategi pembelajaran pada siswa tunanetra kelas IV SLBN A Padjadjaran Bandung.


(25)

40

Penelitian pada dasarnya merupakan alat untuk menemukan kebenaran atau untuk lebih membenarkan kebenaran. Dalam usaha untuk mengejar atau memperoleh kebenaran diperlukan suatu cara pendekatan pada fakta-fakta empiris agar dapat dipahami dalam suatu keteraturan. Pendekatan biasanya dimaksudkan dengan arah atau cara yang diambil untuk menuju sesuatu sasaran. Dalam pengertian yang lebih luas pendekatan juga dapat diartikan sebagai to come near to in any sense atau jalan yang diambil untuk melakukan sesuatu. Pendekatan-pendekatan yang dipilih biasanya berasaskan teori-teori atau generalisasi tertentu.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah Sugiyono (2010:9). Selain itu, masalah dalam penelitian kualitatif bersifat sementara, tentatif dan akan berkembang atau berganti setelah peneliti berada di lapangan Sugiyono (2010: 238).

Berdasarkan fokus, tujuan, subjek penelitian dan karakteristik data maka pendekatan penelitian yang digunakan adalah kualitatif yang bertujuan untuk mengkaji permasalahan dan memperoleh informasi/data yang lebih mendalam mengenai strategi pembelajaran operasi hitung siswa tunanetra kelas IV di SLB Negeri A Pajajaran Bandung saat ini. Data berkaitan dengan beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam merancang strategi pembelajar operasi hitung bagi siswa tunanetra kelas IV di SLB Negeri A Pajajaran Bandung. Kebutuhan informasi untuk merancang strategi pembelajaran operasi hitung yang sesuai dengan kebutuhan pada siswa tunanetra kelas IV di SLB Negeri A Padjadjaran Bandung. Untuk mengetahui data hasil validasi rancangan strategi pembelajaran pada siswa tunanetra kelas IV SLBN A Pajajaran Bandung.

Penelitian ini menggunakan paradigma alamiah (naturalistic paradigm) dengan pendekatan penelitian kualitatif. Dengan menggunakan paradigma alamiah dan pendekatan kualitatif serta jenis penelitian deskriptif maka penelitian ini dimaksudkan untuk melihat gambaran dan gejala-gejala


(26)

41

dari kerangka acuan si pelaku sendiri. Melalui pendekatan ini, diharapkan terangkat gambaran mengenai aktualitas, realitas sosial dan persepsi sasaran penelitian tanpa tercemar oleh pengukuran formal sehingga dapat memberikan gambaran yang otentik terhadap apa yang terjadi serta bagaimana mereka memahami kejadian-kejadian tersebut.

Teknik penelitian melalui pengungkapan banyak cerita yang bersifat ideosinkratis namun penting, yang diceritakan oleh orang-orang yang ada dilapangan, tentang peristiwa-peristiwa nyata dengan cara-cara yang alamiah. Karena itu akan diusahakan keterlibatan peneliti, namun tanpa intervensi terhadap variabel-variabel proses yang sedang berlangsung apa adanya. Penelitian ini disebut penelitian naturalistik, karena situasi lapangan penelitian bersifat “natural” atau wajar, sebagaimana adanya, tanpa manipulasi yang diatur dengan eksperimen atau test.

Dengan penelitian ini maka apa yang terlaksana dilapangan, dianalisis dan dievaluasi berdasarkan suatu kriteria tertentu sesuai dengan topik permasalahan yang menjadi fokus. “Dalam hal ini masalah penelitian merupakan fokus penelitian”, (Nasution 2002). Selanjutnya Nasution (2002), mengemukakan bahwa “penelitian kualitatif pada hakekatnya ialah mengamati orang dalam lingkungan hidupnya, berintegrasi dengan mereka, berusaha memahami bahasa dan tafsiran mereka tentang dunia sekitarnya”. Lebih jauh ciri-ciri pokok dari penelitian kualitatif (Qualitative Inquiry) dijelaskan sebagai berikut :

1. Sumber data: situasi yang wajar atau “natural setting”, data dikumpulkan berdasarkan observasi situasi yang wajar, sebagaimana adanya. Peneliti berhubungan langsung dengan situasi dan orang yang diselidikinya.

2. Peneliti sebagai instrumen penelitian atau memegang peranan utama sebagai alat penelitian. Karena sebagai instrumen dapat memahami makna interaksi antar manusia, membaca gerak muka, menyelami perasaan dan nilai yang terkandung dalam ucapan atau perbuatan responden.

3. Sangat deskriptif: data yang dikumpulkan adalah data deskriptif, bukan angka atau statistik yang akan dituangkan dalam bentuk laporan atau uraian.


(27)

42

4. Mementingkan proses maupun produk, sehingga juga memperhatikan bagaimana perkembangan terjadinya sesuatu. 5. Mencari makna di belakang kelakuan atau perbuatan, sehingga

dapat memahami masalah atau situasi.

6. Mengutamakan data langsung atau “first hand”. Peneliti sendiri terjun langsung ke lapangan mengadakan observasi atau wawancara.

7. Triangulasi: membandingkan data atau informasi yang sama dengan cek silang menggunakan metode berbeda untuk mencegah subjektivitas.

8. Menonjolkan rincian kontekstual. Data tidak dipandang lepas-lepas tetapi saling berkaitan dan merupakan suatu keseluruhan atau struktur.

9. Subyek yang diteliti dipandang berkedudukan sama dengan peneliti.

10. Mengutamakan perspektif emic, artinya mementingkan pandangan responden, yakni bagaimana ia memandang dan menafsirkan dunia dari segi pendiriannya.

11. Verifikasi: antara lain melalui kasus yang bertentangan atau negatif. Maksudnya untuk memperoleh hasil yang lebih tinggi tingkat kepercayaannya yang mencakup situasi yang lebih luas, sehingga apa yang semula tampak berlawanan akhirnya dapat diliputi dan tidak lagi mengandung aspek-aspek yang tidak sesuai. 12. Sampling yang purposif bukan random atau acak tetapi dipilih

menurut tujuan penelitian.

13. Menggunakan “audit trail”: yaitu mengikuti jejak atau melacak untuk mengetahui apakah laporan penelitian sesuai dengan data yang dikumpulkan.

14. Partisipasi tanpa mengganggu untuk memperoleh situasi yang “natural” atau wajar.

15. Mengadakan analisis sejak awal penelitian. Disain penelitian tampil dalam proses penelitian, bersifat “emergent, envolving, developing”, artinya tidak tetap.

16. Disain yang telah dibuat harus di disain kembali. Peneliti tidak perlu terikat pada rumusan semula dan dapat mengubahnya kembali bila diperoleh data baru.

Dari pendapat di atas nampak bahwa penelitian kualitatif merupakan penelitian yang memerlukan kecermatan dalam pelaksanaannya, hal ini tidak lain karena setting alamiah perlu tetap terjaga agar data yang diperoleh dapat benar-benar menunjukkan kondisi lapangan yang sebenarnya. Selain itu analisis dilakukan bersifat induktif dari hal-hal khusus berdasarkan fakta lapangan untuk kemudian dipahami dan ditafsirkan dalam konteks


(28)

43

keseluruhan kejadian yang bersifat holistik, serta data yang dikumpulkan merupakan data yang berkategori kualitatif.

Di samping itu penelitian kualitatif juga menunjukkan suatu penelitian yang menunjukkan penggunaan manusia sebagai alat dalam pengumpulan data dengan titik berat kepada proses ketimbang hasil dari suatu fenomena lapangan dan karena apa yang terjadi di lapangan banyak yang sulit atau tidak mungkin diperkirakan sebelumnya maka desain penelitian ini bersifat fleksibel dalam arti memungkinkan untuk berubah sesuai dengan perkembangan yang terjadi.

Penelitian kualitatif tidak hanya mengumpulkan data, tetapi merupakan pendekatan dunia empiris, seperti yang dijelaskan oleh Bogdan dan Taylor dalam Moleong (2013: 4), bahwa ”metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati”. Selanjutnya Bogdan dan Biklen dalam Sugiyono (2012: 13) menjelaskan bahwa “karakteristik dari penelitian kualitatif dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting), langsung ke sumber data dan peneliti adalah instrumen kunci, lebih bersifat deskriptif dengan data yang terkumpul berbentuk kata-kata atau gambar, sehingga tidak menekankan pada angka”.

B. Lokasi dan Subjek Penelitian

Adapun pemilihan sekolah untuk menjadi lokasi penlitian dilatar belakangi oleh:

1. SLB ini merupakan sekolah khusus yang menangani siswa tunanetra. 2. SLB ini sebagai pengambilan data tentang strategi pembelajaran operasi

hitung pada siswa tunanetra.

Subjek dari penelitian ini adalah tiga orang guru, dan delapan siswa dengan kebutuhan khusus tunanetra. Tiga guru yang dipilih sebagai guru yang bertanggung jawab lansung kepada siswa tunanetra. Kedelapan siswa tunanetra terpilih menjadi subjek dalam penelitian ini karena siswa tunanetra


(29)

44

merupakan siswa yang menjadi subjek berdasarkan informasi dari guru dan pihak sekolah.

C. Teknik Pengumpulan Data dan Intrumen Penelitian 1. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang tepat dan relevan akan bermanfaat dalam mengungkap masalah yang akan diteliti dan sesuai dengan tujuan penelitian. Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting, berbagai sumber, dan berbagai cara, dan data dikumpulkan pada setting alamiah.

Bila dilihat dari sumbernya, dapat menggunakan sumber primer yaitu data yang langsung memberikan langsung pada pengumpul data, dan data sekunder yakni data yang diperoleh dari sumber yang tidak langsung dari pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau dokumen Sugiyono (2012).

Berdasarkan tujuan penelitian, dan pendekatan yang digunakan serta model penelitian maka teknik untuk mengumpulkan data dan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah teknik observasi (pengamatan), wawancara, dan dokumentasi.

a. Observasi

Observasi digunakan selama penelitian berlangsung untuk mencermati beragam fenomena sejak tahap studi orientasi suasana lingkungan penelitian hingga evaluasi hasil. Observasi yang dilakukan dalam penelitian ini bertujuan untuk melihat fenomena-fenomena yang berkaitan dengan Strategi Pembelajaran Operasi Hitung pada Siswa Tunanetra Kelas IV SLB Negeri A Pajajaran Bandung.

Adapun observasi tersebut bersifat langsung non partisipatori, artinya dalam penelitian ini peneliti melakukan pengamatan secara langsung tanpa terlibat secara aktif dalam berbagai kegiatan sehingga tidak mempengaruhi kealamian dari segala sesuatu yang terjadi di lokasi penelitian. Observasi dilakukan sistematis terhadap perilaku dan


(30)

45

fenomena yang berkaitan dengan Strategi Belajar Operasi Hitung Siswa Tunanetra.

Ada beberapa alasan mengapa dalam penelitian kualitatif obervasi (pengamatan) dimanfaatkan sebesar-besarnya, seperti yang dikemukakan oleh Guba dan Lincoln dalam Moleong (2013:174), bahwa:

observasi didasarkan atas pengalaman langsung, observasi bisa melihat dan mengamati sendiri, memungkinkan mencatat peristiwa dalam situasi yang berkaitan dengan pengetahuan yang langsung dari data, untuk menghindari data yang bias, peneliti mampu memahami situasi yang rumit, dan jika teknik komunikasi tidak memungkinkan observasi menjadi alat yang bermanfaat.

Penelitian kualitatif pada hakekatnya adalah mengamati orang dalam lingkungan, berinteraksi dengan mereka, berusaha memahami bahasa dan tafsiran tentang dunia sekitarnya. Metode kualitatif lebih manusiawi karena manusia sebagai instrumen utama, peneliti mendengarkan, berbicara, melihat, berinteraksi, bertanya, meminta penjelasan, mengekspresikan kesungguhan, dan menangkap yang tersirat dari semua perilaku manusia. Di dalam penelitian kualitatif metode observasi ini sangat penting karena memungkinkan peneliti untuk mendapatkan informasi yang lengkap sesuai dengan latar yang dikehendaki.

Dalam penelitian ini, observasi yang dilakukan peneliti mengambil peran sebagai pengamat partisipan aktif, yaitu peneliti terlibat langsung dalam proses pembelajaran matematika kelas IV SLB Negeri A Pajajaran Bandung. Alasan peneliti menggunakan model pengamatan ini dimaksudkan agar peran serta peneliti dapat terwujud seutuhnya apabila membaur secara fisik dengan kelompok komunitas yang ditelitinya. Di samping itu peran serta peneliti akan mudah diterima kelompok komunitas yang diteliti dengan jalan memberi bantuan tertentu yang dibutuhkan mereka dalam hal ini


(31)

46

upaya pemecahan masalah yang dibahas dalam kegiatan manajemen hubungan sekolah dengan masyarakat. Peneliti berusaha untuk selalu hadir di tempat penelitian dengan maksud agar terjalin hubungan yang akrab antara peneliti dengan informan dan lebih lanjut diharapkan para informan tidak ragu-ragu atau bebas memberikan informasi berkisar pada fokus penelitian. Dengan langkah tersebut diharapkan dapat terungkap data obyektif yang terjadi di lapangan.

b. Wawancara

Selain pengamatan, untuk menjaring data digunakan teknik wawancara. Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu yang dilakukan oleh dua belah pihak, yaitu wawancara yang memberikan pertanyaan dan yang diwawancarai yang memberikan jawaban atas pertanyaan.

Teknik wawancara digunakan untuk mewawancarai para responden yang dianggap sebagai tokoh kunci dalam penelitian ini. Peneliti menggunakan pedoman wawancara agar tidak keluar dari fokus yang telah ditentukan. Data yang dikumpulkan melalui wawancara bersifat uraian kata. Dalam penelitian ini, wawancara ditujukan terhadap guru matematika dan siswa tunanetra di SLB Negeri A Pajajaran Bandung.

Dengan wawancara seperti yang ditegaskan oleh Guba dan Lincoln dalam Moleong (2013: 186) bahwa:

Peneliti dapat mengkonstruksi mengenai orang, kejadian, organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian, merekonstruksi kebulatan-kebulatan sebagai yang dialami masa lalu, memproyeksikan kebulatan-kebulatan yang akan dialami masa yang datang, memverifikasi, mengubah, dan memperluas informasi yang diperoleh dari orang lain, baik manusia ataupun bukan. Teknik pengumpulan data jenis ini didasarkan pada laporan tentang diri sendiri, atau setidak-tidaknya pada pengetahuan dan atau keyakinan pribadi.


(32)

47

Sutrisno dalam Sugiyono (2012:138), mengemukakan bahwa anggapan peneliti menggunakan metode wawancara adalah sebagai berikut:

1) Bahwa subjek (informan atau responden) adalah orang yang paling tahu dirinya sendiri.

2) Bahwa apa yang dikatakan kepada peneliti adalah benar dan dapat dipercaya.

3) Bahwa interpretasi subjek tentang pertanyaan-pertanyaan yang diajukan peneliti adalah sama dengan apa yang dimaksudkan oleh peneliti.

Kegiatan wawancara dilakukan untuk memperoleh data dan informasi yang berhubungan dengan pengetahuan, pengalaman, pendapat, perasaan, latar belakang. Wawancara dilakukan secara mendalam kepada informan kunci, dalam hal ini guru yang aktif mengajar di kelas IV SLB Negeri A Pajajaran Bandung, siswa kelas IV SLB Negeri A Pajajaran Bandung, dan melakukan wawancara terhadap informan lain di sekolah tersebut bila diperlukan.

Teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara terstruktur dan wawancara tak terstruktur. Wawancara terstruktur adalah pertanyaan-pernyataan yang diajukan peneliti kepada informan telah dipersiapkan sebelumnya dan sebaliknya wawancara tak terstruktur adalah pertanyaan yang tidak dipersiapkan terlebih dahulu. Wawancara terstruktur dilakukan untuk memperoleh keterangan secara umum mengenai pelaksanaan kegiatan proses pembelajaran di kelas IV SLB Negeri A Pajajaran Bandung. Wawancara tak terstruktur digunakan pula apabila ada jawaban-jawaban dari wawancara terstruktur yang berkembang namun masih relevan dengan masalah penelitian yang dilaksanakan. Wawancara terstruktur dilakukan untuk mengumpulkan informasi mengenai berbagai komponen yang meliputi:


(33)

48

a) Strategi pembelajaran operasi hitung siswa tunanetra kelas IV di SLB Negeri A Pajajaran Bandung saat ini.

b) Data berkaitan dengan beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam merancang strategi pembelajaran operasi hitung pada siswa tunanetra kelas IV di SLB Negeri A Pajajaran Bandung. c) Kebutuhan informasi untuk merancang strategi pembelajaran

operasi hitung yang sesuai dengan kebutuhan siswa tunanetra kelas IV di SLB Negeri A Pajajaran Bandung.

d) Untuk memperoleh data hasil validasi rancangan strategi pembelajaran pada siswa tunanetra kelas IV SLB NEegeri A Pajajaran Bandung.

c. Dokumentasi

Guna melengkapi data yang diperoleh melalui observasi dan wawancara maka peneliti menggunakan dokumentasi. Dokumen berkaitan dengan masalah yang diteliti. Sugiyono (2011: 326) mengemukakan bahwa “dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu”. Dokumen dapat berupa tulisan, gambar atau karya-karya monumental dari seseorang. Dokumen yang berbentuk karya-karya misalnya karya seni, yang dapat berupa gambar, patung dan lain-lain.

Mengutip pendapat Guba dan Lincoln dalam Moleong (2013: 217), yang menyatakan bahwa:

Dokumen dapat digunakan untuk keperluan penelitian karena alasan-alasan yang dapat dipertanggungjawabkan seperti berikut: (1) dokumen merupakan sumber yang stabil, kaya dan mendorong; (2) berguna sebagai bukti untuk suatu pengujian; (3) berguna dan sesuai dengan penelitian kualitatif karena sifatnya yang alamiah, sesuai dengan konteks, lahir dan berada dalam konteks; (4) hasil pengkajian isi akan membuka kesempatan untuk lebih memperluas tubuh pengetahuan terhadap sesuatu yang diselidiki.


(34)

49

Untuk menentukan dokumen yang tepat dan mendukung pelaksanaan penelitian, maka peneliti akan melakukan telaah terhadap keaslian dokumen, kebenaran isi dokumen itu dan menentukan relevan tidaknya isi dari dokumen yang dimaksud dalam penelitian. Secara rinci yang dikumpulkan melalui dokumen adalah : (1) Gambaran umum sasaran penelitian, (2) Identitas guru, guru pemandu mata pelajaran, dan Pembina, (3) Notulen kegiatan manajemen hubungan sekolah dengan masyarakat, (4) Program-program kegiatan manajemen hubungan sekolah dengan masyarakat, dan (5) Catatan penting lainnya yang terkait dengan kegiatan manajemen hubungan sekolah dengan masyarakat.

2. Instrumen Penelitian

Kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif cukup rumit. Sesuai metode dan karakteristik penelitian kualitatif, maka instrumen penelitian untuk penggalian data adalah peneliti sendiri dibantu oleh pedoman wawacara secara terbuka. Ia berperan sebagai perencana, pelaksana pengumpulan data, analis, penafsir data, dan pada akhirnya ia menjadi pelapor hasil penelitiannya. Pengertian peneliti sebagai instrumen disini karena ia menjadi segalanya dari keseluruhan proses penelitian. Sehingga di dalam penelitian ini, peneliti berupaya seoptimal mungkin untuk mempelajari, memahami, mendalami dan menerapkan hal-hal seperti tersebut di atas. Dengan demikian diharapkan data yang terkumpul memiliki tingkat kepercayaan yang cukup meyakinkan peneliti sehingga hasil penelitian yang diperoleh memenuhi syarat untuk penelitian kualitatif.

Peneliti sebagai instrumen penelitian atau memegang peranan utama sebagai alat penelitian. Karena sebagai instrumen dapat memahami makna interaksi antar manusia, membaca gerak muka, menyelami perasaan dan nilai yang terkandung dalam ucapan atau


(35)

50

perbuatan responden. Nasution dalam Sugiono (2011), menjelaskan bahwa:

Dalam penelitian kualitatif, tidak ada pilihan lain daripada menjadikan manusia sebagai intrumen penelitian utama. Alasannya ialah bahwa, segala sesuatunya belum mempunyai bentuk yang pasti, masalah, fokus penelitian, prosedur penelitian, hipotesis yang digunakan, bahkan hsil yang diharapkan, itu semuanya tidak dapat ditentukan secara pasti dan jelas sebelumnya. Segala sesuatu masih perlu dikembangkan sepanjang penelitian itu. Dalam keadaan yang serba tidak pasti dan tidak jelas itu, tidak ada pilihan lain dan hanya peneliti itu sendiri sebagai alat satu-satunya yang dapat mencapainya.

Dalam penelitian kualitatif ini adalah peneliti itu sendiri, maka peneliti harus memiliki kesiapan ketika melakukan penelitian, mulai dari tahap persiapan sebelum ke lokasi, maka peneliti ketika akan kegiatan dilakukan, maka sebagai pedoman dalam melakukan penelitian sebagai intrumen utama dalm menjarin data, peneliti menggunakan intrumen pengumpulan data berupa pedoman wawancara, observasi dan dokumentasi untuk mendukung hasil wawancara dan observasi.

Seperti yang dijelaskan sebelumnya dapat dijabarkan dalam bentuk kisi-kisi instrument penelitian yang peneliti susun berdasarkan dari rumusan masalah dan pertanyaan penelitian yang kemudian peneliti perjelas ke dalam aspek dan indikator seperti dalam tabel 3.1 sebagai berikut:


(36)

51

Tabel 3.1

KISI-KISI INSTRUMEN PENELITIAN

STRATEGI PEMBELAJARAN OPERASI HITUNG PADA SISWA TUNANETRA KELAS IV SLB NEGERI A PAJAJARAN BANDUNG

No Pertanyaan

Penelitian Aspek Indikator Informan

Tehnik pengumpulan

data

1 2 3 4 5 6

1. Apakah strategi pembelajaran operasi hitung saat ini sesuai dengan kebutuhan siswa tunanetra kelas IV SLB Negeri A Pajajaran Bandung ?

1. Strategi guru dalam membuat perencanaan pengajaran materi operasi hitung bilangan bulat

 Bentuk perencaannya.

 Isi perencanaan

 Penyiapan alat yang dibutuhkan siswa tunanetra

 Kurikulum

 Kerja sama guru

1. Guru 2. Siswa Pedoman Wawancara Observasi Dokumentasi

2. Pelaksanaan pembelajaran operasi hitung bilangan bulat

 Apersepsi

 Metode yang digunakan

 Cara pengelolaan kelas

 Strategi pembelajaran dibutuhkan siswa


(37)

52

1 2 3 4 5 6

3. Penilaian Siawa  Evaluasi yang dikembangkan

 Waktu pelaksanaan evaluasi

 Kerja sama guru dalam memberikan nilai 4. Kendala-kendala  Faktor pemghambat

 Faktor pendukung 2.

Pertimbangan-pertimbangan apakah yang harus diperhatikan dalam menerapkan strategi pembelajaran operasi hitung siswa tunanetra kelas IV SLB Negeri A Pajajaran Bandung

1. Pemahaman guru terhadap kondisi siswa.

 Pemahaman guru terhadap

kebutuhan siswa dan pemahaman strategi guru dalam strategi belajar.

 Latar belakang pendidikan guru

 Pengalaman lamanya guru mengajar anak tunanetra

 Cara guru menyusun atau

menyiapkan rencana pembelajaran.

1. Guru

Pedoman observasi Wawancara Dokumentasi

2. Ketersedian sarana/media belajar.

 Strategi belajar didukung oleh ketersediaan sarana/media


(38)

53

1 2 3 4 5 6

yang tidak dimiliki oleh sekolah

 Alat- alat yang dibutuhkan siswa 3. Penerapan materi  Penerapan materi

 Kenyamanan mengerjakan operasi hitung bilangan bilangan bulat

 Kesesuaia materi 4. Penguasaan materi  Tingkat kesulitan

 Tingkat pengusaan 3.

Rancangan strategi pembelajaran operasi hitung seperti apakah yang sesuai dengan kebutuhan siswa tunanetra kelas IV SLB Negeri A Pajajaran Bandung ?

1. Strategi rancangan materi  Perencanaan rancangan strategi operasi hitung bilangan bulat.

 Pembuatan rancangan operasi hitung bilangan bulat sesuai kebutuhan siswa tunanetra di kelas IV tentang operasi hitung bilangan bulat.

 Pelaksanaan Rancangan yang telah dikembangkan.

Guru dan peneliti

Studi Dokumentasi


(39)

54

1 2 3 4 5 6

4. Bagaimana hasil validasi rancangan strategi

pembelajaran operasi hitung siswa tunanetra kelas IV SLB Negeri A Pajajaran Bandung ?

Penilaian rancangan pengembangan

pembelajaran operasi hitung biilangan bulat tentang

a. Tingkat kualitas isi pembelajaran

 Ketepatan

 Sistimatika penyusunan

 Kelengkapan

 Kesesuain kebutuhan siswa

guru Dokementasi

b. Tingkat kebutuhan siswa

 Lebih nyaman

 Lebih paham

 Lebih mampu

 Lebih mudah

 Lebih trampil c. Tingkat kualitas

rancangan program pelaksanaan

pembelajaran

 Memberi dampak kepada siswa

 Memberi kemudahan bagi siswa

 Memberi kesempatan belajar

 Dapat membawa dampak bagi dan guru

d. Rekomendasi terhadap rancangan


(40)

55

1 2 3 4 5 6

Rencana Program Pembelajaran.


(41)

56

D. Teknik Analisis Data

Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu dari wawancara, pengamatan, dokumen pribadi, dokumen resmi. Data yang telah terkumpul tersebut diolah sesuai dengan kaidah pengolahan data yang relevan dengan pendekatan penelitian kualitatif. Bogdan & Biklen dalam Moleong (2013: 248), menjelaskan bahwa “analisis data merupakan upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja sama dengan data, memilah-milah menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskan, mencari dan menemukan pola, dan selanjutnya menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, serta memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain”. Sementara itu menurut Seiddel masih dalam Moleong (2013: 248), menjelaskan bahwa “analisis data merupakan proses mencatat sebagai catatan lapangan, diberi kode agar sumber datanya mudah ditelusuri, mengumpulkan, mengklasifikasikan, mensintesiskan, membuat ikhtisar, dan membuat indeks, dan selanjutnya berpikir dengan jalan membuat kategori data agar mempunyai makna, mencari dan menemukan pola dan hubungan-hubungan, dan membuat temuan-temuan umum”. Sedangkan Miles dan Huberman (1992), mengemukakan bahwa “aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya menjadi jenuh”. Aktivitas dalam analisis data itu menurutnya dibagi menjadi tiga proses sebagai berikut:

a. Reduksi data: data yang dikoleksi dari lapangan cukup banyak dan perlu dicatat secara teliti dan rinci, kemudian merangkum dan memilih hal-hal yang pokok dan fokus pada hal-hal yang penting, mengkategorisasikan, serta dicari tema dan polanya. Dalam mereduksi data, setiap peneliti akan dipandu oleh tujuan yang akan dicapai, yakni temuan yang dipandang asing, tidak dikenal, dan belum memiliki pola, dan itu harus dijadikan perhatian peneliti dalam melakukan reduksi data. Misalnya dalam penelitian ini, setelah peneliti memasuki setting sekolah sebagai tempat penelitian, dalam mereduksi data peneliti akan memfokuskan pada siswa yang mememiliki hambatan dalam belajarnya dengan mengkategorikan


(42)

57

pada aspek strategi belajar, perilaku sosial di kelasnya, interaksi dengan teman dan gurunya di kelas.

b. Penyajian data: setelah data direduksi, langkah selanjutnya adalah penyajian data baik dalam bentuk teks naratif maupun dalam bentuk tabel, grafik, phie chard, network (jejaring kerja) atau pictogram agar data dapat terorganisasikan dengan baik, tersusun dalam bentuk hubungan sehingga mudah dipahami. Karena fenomena sosial bersifat kompleks dan dinamis, sehingga apa yang ditemukan pada saat memasuki lapangan dan setelah berlangsung di lapangan akan mengalami perkembangan data. Untuk itu peneliti harus menguji apa yang ditemukan pada saat memasuki lapangan ternyata hipotesis yang dirumuskan selalu didukung oleh data pada saat dikumpulkan di lapangan, maka hipotesis tersebut terbukti.

c. Penarikan kesimpulan dan verifikasi: kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya, akan tetapi bila kesimpulan awal didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan bersifat kredibel. Sehingga kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin saja dapat menjawab rumusan masalah atau mungkin saja tidak. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada, temuan itu dapat berupa deskripsi suatu obyek yang sebelumnya masih bersifat abu-abu akan menjadi jelas setelah diteliti, apakah merupakan hubungan kausal, hipotesis atau teori.

E. Teknik Keabsahan Data

Sebagai tehnik keabsahan data mempunyai tujuan untuk menetapkan keabsahan (trustworthiness) suatu data. Pelaksanaan pemeriksaan keabsahan data itu sendiri didasarkan pada kriteria yang digunakan dalam suatu penelitian. Moleong (2013: 234) menjelaskan bahwa “teknik pemeriksaan


(43)

58

keabsahan data didasarkan atas empat kriteria, yakni : derajad kepercayaan (credibility), keteralihan (transferability), kebergantungan (dependability), dan kepastian (confirmability)”.

“Pencapaian keabsahan data menggunakan derajad kepercayaan (crebility) dapat menggunakan teknik pemeriksaan data, yakni: perpanjangan keikutsertaan, ketekunan atau keajegan pengamatan, triangulasi, pemeriksaan teman sejawat melalui diskusi, analisis kasus negatif, pengecekan anggota, uraian rinci, dan auditing” (Moleong, 2013: 327). Namun dalam penelitian ini, dengan pertimbangan untuk keefektifan dan efisiensi pemeriksaan keabsahan data, maka peneliti hanya memilih triangulasi dan pemeriksaan teman sejawat melalui diskusi sebagai pemeriksa keabsahan data.


(44)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan rekomendasi, maka penelitian strategi pembelajaran operasi hitung pada siswa tunanetra SLB Negeri A Pajajaran Bandung dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Dalam menerapkan strategi pembelajaran operasi hitung di kelas IV di SLBN A Pajajaran, tidak ada yang salah dengan rancangan strategi pembelajaran yang dibuat oleh guru, bahwa sarana yang tersedia cukup lengkap untuk membantu siswa dalam kebutuhan sehari-harinya dalam mengerjakan soal matematika. Guru juga menyiapkan alat-alat paraga sebelum proses kegiatan belajar mengajar, yang sesuai dengan karakteristik siswa dalam hal memahami konsep bilangan, guru sudah menyiapkan alat peraga yang bisa mendukung dalam proses belajar operasi hitung bilangan bulat di kelas IV. Hanya saja dalam proses KBM perlu adanya rekayasa sistem lingkungan yang mendukung siswa, perangkat pembelajaran yang perlu disesuiakan dengan karakteristik siswa dan seperangkat keterampilan yang perlu dikuasai, menciptakan kondisi lingkungan yang kondusif termasuk penyediaan sarana/prasarana media, alat bantu peraga, yang perlu dimodifikasi.

2. Perlu dipertimbangkan dalam menerapkan strategi pembelajaran kepada siswa tunanetra guru perlu mengetahui kebutuhan siswa di kelas dalam hal memahami karakteritik siswa dengan memperhatikan keterbatasannya, memahami kondisi siswa dalam pelaksanaan pembelajaran atau dalam proses KBM, kerja guru harus disesuiakan dengan berkebutuhan khusus untuk hambatan penglihatan (Tunanetra). Oleh karena itu, apa yang diberikan oleh guru (stimulus) dan apa yang diekspresikan oleh siswa (respons) harus dapat di amati dan diukur. 3. Rancangan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang dilakukan


(45)

122

bisa disesuikan dengan kondisi siswa penggunaan sistem baca tulis braille, alat bantu dan bentuk dimodifikasi yang bisa diraba oleh siswa tunanetra kertas yang berukuran 30cm x 20cm yang berbahan dari karton/kertas continus from yang biasa dipakai untuk print Brille.

4. Validasi dengan Expert Judgment terhadap alat bantu pembelajaran pada operasi hitung bilangan bulat yang telah dikembangkan bagi siswa tunanetra di SLBN A Pajajaran bahwa: a) dari aspek tingkat kualitas isi dari alat bantu peraga, dapat dijadikan sebagai alat bantu alternatif dalam pembelajaran operasi hitung bilangan bulat. Isi dan tujuan dapat dijadikan pelengkap penyampaian materi operasi hitung bilangan bulat bagi siswa, b) dari aspek tingkat kebutuhan siswa pada operasi hitung bilangan bulat yang telah dikembangkan akan membawa dampak yang positif karena siswa bisa lebih fokus menerima materi yang disampikan guru, c) dari aspek tingkat kualiatas RPP dapat lebih membantu guru dan siswa dalam proses KBM dan siswa lebih memahami konsep bilangan dalam hal garis bilangan yang dirubah menjadi alat bantu peraga yang telah dimodifikasi dan setelah diperbaiki berdasarkan rekomendasi yang telah dikembangkan dan mudah digunakan oleh siswa.

B. Rekomendasi

Bagi guru:

1. Sebaiknya para guru yang mengajar di kelas, untuk mengembangkan pembelajaran di kelas perlu disediakan alat bantu/media/sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh siswa. Media atau alat bantu yang telah dikembangkan untuk anak yang berkebutuhan khusus, kebutuhan bahan, jenis, dan bentuk alat peraga yang berbeda dapat membantu siswa dalam pembelajran, karena mengingat karakteristik siswa yang berbeda-beda, gaya belajar yang berbeda, dan pemahaman materi yang berbeda dan berbeda pula dalam hal individu tersebut.


(46)

123

Bagi sekolah:

2. Pihak sekolah harus memfasilitasi agar waktu khusus untuk yang digunakan untuk menyiapkan perangkat pembelajaran utamanya alat bantu yang bisa di modifikasi digunakan sebagai bahan ajar yang lebih menarik dan interaktif sesuai kebutuhan siswa.


(47)

DAFTAR PUSTAKA

Arends, R.I. (1997). Classroom Instruction and Management. New York: The McGraw Hill Companies, Inc.

Chaniago, Amran YS. (1995). Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Bandung: CV Pustaka Setia.

Caniago, R. (2011) Operasi Hitung Dasar Matematika, Tersedia online:

http://best-profesi.blogspot.com/2011/12/operasi-hitung-dasar-matematika.html. Diakses tanggal 3 Januari 2014. Dahar, R.W. (1998). Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga.

Depdiknas. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Depdiknas.

Dessy, H. Zainal A dan Jati A. (2011). Pengaruh Metode Jaritmatika Terhadap Prestasi Belajar Tunanetra SD SLB Negeri Pemalang. [Online]

tersedia:http://ejournal.undip.ac.id/index.php/psikologi/article/view/2880 [25 Februari 2012]

Gintings A. (2010). Belajar dan Pembejaran. Bandung: Humaniora

Heruman. (2010). Model Pembelajaran Matematika. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Ismunanto, (2011) Ensiklopedia Matematika. Jakarta: PT. Ikrar Mandiri Abadi Johnsen B.H dan Skjorten M.D (2003). Pendidikan Kebutuhan Khusus Sebuah

Pengantar. Bandung: Unipud Forlaq.

Kurniadi, D (2007), Alternatif Penerapan Pelatihan Tindakan Kelas Pada Bidang [Online] Studi Matematika SD bagi Guru-guru SLB A Wilayah Bandung Timur.[Online]

http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/195603221 982031-DEDY_KURNIADI/ULASAN/Penelitian_Tindakan_Kelas.pdf [21 April 2013]

Kusuma D. (2012). Tunanetra (Hambatan Dalam Penglihatan). [Online] http://dakubelajar.blogspot.com/2012/03/tunenetra-hambatan-dalam-penglihatan.html [28 Maret 2013]

Miles, Matthew B dan Huberman, A Michael. (1992). Analisis Data Kualitatif. Jakarta : Universitas Indonesia Press.


(48)

125

Moleong, L.J. (2013). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Nasir, M. (2009). Metode Penelitian. Bandung: Ghalia Indonesia Nasution, S. (1992). Metode Risearch. Bandung: Jemmard

Nasution, S. (2002). Metode Penelitian Naturalistik Kuantitatif. Bandung: Penerbit PT Tarsito.

Negoro,ST dan Harahap (2005). Ensiklopedia Matematika. Bogor: Chalia Indonesia.

Nur, M. dan Wulandari, P. R. (2000). Pengajaran Berpusat Pada Siswa dan Pendekatan Kontruktivis Dalam Pengajaran. Surabaya: Pusat Study Matematika dan IPA Sekolah UNESA.

Pakasi Supartina. (1970). Didaktik Berhitung. Jakarta: Bhratara.

Pertuni (2004). Anggaran Rumah Tangga Persatuan Tunanetra Indonesia. Jakarta: Pertuni.

Rahardja D. (2010) Sistem Pengajaran Modul Orientasi dan Mobilitas. Jurasan Pendidikan Luar Biasa Upi Bandung.

Rahardja,D.(2008).Ketunanetraan.[Online]

tersedia:blogspot.com/2008/09/ketunanetraan.html. [6 Juni 2013]. Rahardja,D.(2010).Ketunanetraan.[Online]

tersedia:http://file.upi.edu/Direktori/FIP/Jur. Pendidikan Luar Biasa. [7 Juni 2013].

Rahyubi H. (2012). Teori-teori Belajar dan Aplikasi pembelajaran Motorik. Bandung: Nusa Media.

Ruseffendi. (1979). Dasar-dasar Matematika Modern. Bandung: Tarsito

Seifert K. (1983). Pedoman Pembelajaran dan Instruksi Pendidikan. Jokjakarta: IRCisoD

Silver , F, Harvey & Strong W. Richard dkk (2012). Strategi-Strategi Pengajaran. Jakarta, PT. Indeks

Sanjaya, W. (2008). Strategi Pembelajaran; Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.


(49)

126

Subagya. (2004). Adaptasi WECHSLER INTELLIGENCE SCALE FOR CHILDREN (WISC) untuk anak tunanetra. Jurnal Penelitian Widya Tama Vol 1, Desember 2004, LPMP, Semarang.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan pendekatan kuantitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Suherman, E. Putra W.U. (2003). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: JICA Universitas Pendidikan Indonesia.

Supriadi D. (2013). Menjadikan Matematika lebih Mudah dan Menyenangkan. Bandung: Nuansa

Susanto. (2009). Proses Berpikir Anak Tunanetra Kelas IV Dalam Menyelesaikan Operasi Aljabar [online]

Tersedia http://eprints.uny.ac.id/7422/1/m-6.pdf [25 Februari 2012] Sutowijoyo. (2002). Penerapan Strategi Belajar Peta Konsep yang Dilatihkan

dengan Direct Instruction pada Pokok Bahasan Struktur Belajar Siswa Madrasah Aliyah Negeri Sidoarjo untuk Meningkatkan Hasil Belajar Tesis Magister Pendidikan tidak dipublikasikan. Surabaya: PPs Universitas Negeri Surabaya.

Soemantri S. (2007). Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: PT. Rafika Adhitama Soemanto Y. dan Kusumawati H.(2009). Gemar Matematika Kelas IV. Jakarta:

Pusat Pembukuan Depertemen Pendidikan Nasional.

Sopandi A.A. (2006). Aksebilitas Belajar Bagi Siswa Tunanetra Dalam Kelas Inklusif Pada Sekolah Menengah Pertama, Tesis Pkkh UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Tarsidi, D. (2011). Definisi Tunanetra. [Online]

tersedia:http://d-tarsidi.blogspot.com/2011/10/ definisi-tunanetra.html. [7 Juni 2013].

Tarsidi, D. (2010). Belajar Braille Dalam 6 Modul. Bandung: Program Studi Pendidikan Kebutuhan Khusus

Thobroni, M. Dan Mustofa A. (2011). Belajar dan Pembelajaran Pengembangan Wacana dan Praktik Pembelajaran dalam Pembangunan Nasional. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Tohirin. (2012). Metode Penelitian Kualitatif Dalam Pendidikan dan Bimbingan Konseling. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.


(50)

127

Walle, J.A.V. (2008). Metematika Sekolah Dasar dan Menengah. Jakarta: Erlangga.

Wardani, I Herawati. Astati ( 2007). Pengantar Pendidikan Luar Biasa. Jakarta: Universitas Terbuka.


(1)

Hidayah, 2014

bisa disesuikan dengan kondisi siswa penggunaan sistem baca tulis braille, alat bantu dan bentuk dimodifikasi yang bisa diraba oleh siswa tunanetra kertas yang berukuran 30cm x 20cm yang berbahan dari karton/kertas continus from yang biasa dipakai untuk print Brille.

4. Validasi dengan Expert Judgment terhadap alat bantu pembelajaran pada operasi hitung bilangan bulat yang telah dikembangkan bagi siswa tunanetra di SLBN A Pajajaran bahwa: a) dari aspek tingkat kualitas isi dari alat bantu peraga, dapat dijadikan sebagai alat bantu alternatif dalam pembelajaran operasi hitung bilangan bulat. Isi dan tujuan dapat dijadikan pelengkap penyampaian materi operasi hitung bilangan bulat bagi siswa, b) dari aspek tingkat kebutuhan siswa pada operasi hitung bilangan bulat yang telah dikembangkan akan membawa dampak yang positif karena siswa bisa lebih fokus menerima materi yang disampikan guru, c) dari aspek tingkat kualiatas RPP dapat lebih membantu guru dan siswa dalam proses KBM dan siswa lebih memahami konsep bilangan dalam hal garis bilangan yang dirubah menjadi alat bantu peraga yang telah dimodifikasi dan setelah diperbaiki berdasarkan rekomendasi yang telah dikembangkan dan mudah digunakan oleh siswa.

B. Rekomendasi Bagi guru:

1. Sebaiknya para guru yang mengajar di kelas, untuk mengembangkan pembelajaran di kelas perlu disediakan alat bantu/media/sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh siswa. Media atau alat bantu yang telah dikembangkan untuk anak yang berkebutuhan khusus, kebutuhan bahan, jenis, dan bentuk alat peraga yang berbeda dapat membantu siswa dalam pembelajran, karena mengingat karakteristik siswa yang berbeda-beda, gaya belajar yang berbeda, dan pemahaman materi yang berbeda dan berbeda pula dalam hal individu tersebut.


(2)

123

Bagi sekolah:

2. Pihak sekolah harus memfasilitasi agar waktu khusus untuk yang digunakan untuk menyiapkan perangkat pembelajaran utamanya alat bantu yang bisa di modifikasi digunakan sebagai bahan ajar yang lebih menarik dan interaktif sesuai kebutuhan siswa.


(3)

Hidayah, 2014

DAFTAR PUSTAKA

Arends, R.I. (1997). Classroom Instruction and Management. New York: The McGraw Hill Companies, Inc.

Chaniago, Amran YS. (1995). Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Bandung: CV Pustaka Setia.

Caniago, R. (2011) Operasi Hitung Dasar Matematika, Tersedia online:

http://best-profesi.blogspot.com/2011/12/operasi-hitung-dasar-matematika.html. Diakses tanggal 3 Januari 2014. Dahar, R.W. (1998). Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga.

Depdiknas. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Depdiknas.

Dessy, H. Zainal A dan Jati A. (2011). Pengaruh Metode Jaritmatika Terhadap Prestasi Belajar Tunanetra SD SLB Negeri Pemalang. [Online]

tersedia:http://ejournal.undip.ac.id/index.php/psikologi/article/view/2880 [25 Februari 2012]

Gintings A. (2010). Belajar dan Pembejaran. Bandung: Humaniora

Heruman. (2010). Model Pembelajaran Matematika. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Ismunanto, (2011) Ensiklopedia Matematika. Jakarta: PT. Ikrar Mandiri Abadi Johnsen B.H dan Skjorten M.D (2003). Pendidikan Kebutuhan Khusus Sebuah

Pengantar. Bandung: Unipud Forlaq.

Kurniadi, D (2007), Alternatif Penerapan Pelatihan Tindakan Kelas Pada Bidang

[Online] Studi Matematika SD bagi Guru-guru SLB A Wilayah Bandung Timur.[Online]

http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/195603221 982031-DEDY_KURNIADI/ULASAN/Penelitian_Tindakan_Kelas.pdf [21 April 2013]

Kusuma D. (2012). Tunanetra (Hambatan Dalam Penglihatan). [Online] http://dakubelajar.blogspot.com/2012/03/tunenetra-hambatan-dalam-penglihatan.html [28 Maret 2013]

Miles, Matthew B dan Huberman, A Michael. (1992). Analisis Data Kualitatif. Jakarta : Universitas Indonesia Press.


(4)

125

Moleong, L.J. (2013). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Nasir, M. (2009). Metode Penelitian. Bandung: Ghalia Indonesia Nasution, S. (1992). Metode Risearch. Bandung: Jemmard

Nasution, S. (2002). Metode Penelitian Naturalistik Kuantitatif. Bandung: Penerbit PT Tarsito.

Negoro,ST dan Harahap (2005). Ensiklopedia Matematika. Bogor: Chalia Indonesia.

Nur, M. dan Wulandari, P. R. (2000). Pengajaran Berpusat Pada Siswa dan Pendekatan Kontruktivis Dalam Pengajaran. Surabaya: Pusat Study Matematika dan IPA Sekolah UNESA.

Pakasi Supartina. (1970). Didaktik Berhitung. Jakarta: Bhratara.

Pertuni (2004). Anggaran Rumah Tangga Persatuan Tunanetra Indonesia. Jakarta: Pertuni.

Rahardja D. (2010) Sistem Pengajaran Modul Orientasi dan Mobilitas. Jurasan Pendidikan Luar Biasa Upi Bandung.

Rahardja,D.(2008).Ketunanetraan.[Online]

tersedia:blogspot.com/2008/09/ketunanetraan.html. [6 Juni 2013]. Rahardja,D.(2010).Ketunanetraan.[Online]

tersedia:http://file.upi.edu/Direktori/FIP/Jur. Pendidikan Luar Biasa. [7 Juni 2013].

Rahyubi H. (2012). Teori-teori Belajar dan Aplikasi pembelajaran Motorik. Bandung: Nusa Media.

Ruseffendi. (1979). Dasar-dasar Matematika Modern. Bandung: Tarsito

Seifert K. (1983). Pedoman Pembelajaran dan Instruksi Pendidikan. Jokjakarta: IRCisoD

Silver , F, Harvey & Strong W. Richard dkk (2012). Strategi-Strategi Pengajaran. Jakarta, PT. Indeks

Sanjaya, W. (2008). Strategi Pembelajaran; Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.


(5)

Hidayah, 2014

Subagya. (2004). Adaptasi WECHSLER INTELLIGENCE SCALE FOR CHILDREN (WISC) untuk anak tunanetra. Jurnal Penelitian Widya Tama Vol 1, Desember 2004, LPMP, Semarang.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan pendekatan kuantitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Suherman, E. Putra W.U. (2003). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: JICA Universitas Pendidikan Indonesia.

Supriadi D. (2013). Menjadikan Matematika lebih Mudah dan Menyenangkan. Bandung: Nuansa

Susanto. (2009). Proses Berpikir Anak Tunanetra Kelas IV Dalam Menyelesaikan Operasi Aljabar [online]

Tersedia http://eprints.uny.ac.id/7422/1/m-6.pdf [25 Februari 2012] Sutowijoyo. (2002). Penerapan Strategi Belajar Peta Konsep yang Dilatihkan

dengan Direct Instruction pada Pokok Bahasan Struktur Belajar Siswa Madrasah Aliyah Negeri Sidoarjo untuk Meningkatkan Hasil Belajar

Tesis Magister Pendidikan tidak dipublikasikan. Surabaya: PPs Universitas Negeri Surabaya.

Soemantri S. (2007). Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: PT. Rafika Adhitama Soemanto Y. dan Kusumawati H.(2009). Gemar Matematika Kelas IV. Jakarta:

Pusat Pembukuan Depertemen Pendidikan Nasional.

Sopandi A.A. (2006). Aksebilitas Belajar Bagi Siswa Tunanetra Dalam Kelas Inklusif Pada Sekolah Menengah Pertama, Tesis Pkkh UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Tarsidi, D. (2011). Definisi Tunanetra. [Online]

tersedia:http://d-tarsidi.blogspot.com/2011/10/ definisi-tunanetra.html. [7 Juni 2013].

Tarsidi, D. (2010). Belajar Braille Dalam 6 Modul. Bandung: Program Studi Pendidikan Kebutuhan Khusus

Thobroni, M. Dan Mustofa A. (2011). Belajar dan Pembelajaran Pengembangan Wacana dan Praktik Pembelajaran dalam Pembangunan Nasional.

Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Tohirin. (2012). Metode Penelitian Kualitatif Dalam Pendidikan dan Bimbingan Konseling. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.


(6)

127

Walle, J.A.V. (2008). Metematika Sekolah Dasar dan Menengah. Jakarta: Erlangga.

Wardani, I Herawati. Astati ( 2007). Pengantar Pendidikan Luar Biasa. Jakarta: Universitas Terbuka.