KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN CIREBON : Kajian Historis: 1990-2006.
KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN
GEBANG KABUPATEN CIREBON
(
Kajian Historis: 1990-2006)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Departemen Pendidikan Sejarah
oleh :
Niza Egal Septhiady 1006809
DEPARTEMEN PENDIDIKAN SEJARAH
FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2015
(2)
KABUPATEN CIREBON (Kajian Historis: 1990-2006)
Oleh :
NIZA EGAL SEPTHIADY 1006809
Sebuah Skripsi Yang Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu
Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Departemen Pendidikan Sejarah
© Niza Egal Septhiady 2015 Universitas Pendidikan Indonesia
Oktober 2015
Hak cipta dilindungi oleh undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difotokopi, atau cara lainya tanpa ijin dari penulis
(3)
KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN CIREBON (Kajian Historis: 1990-2006)
Oleh :
NIZA EGAL SEPTHIADY 1006809
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH:
Pembimbing I,
Dra. Murdiyah Winarti, M.Hum. NIP. 19600529 198703 2 002
Pembimbing II,
Wawan Darmawan S.Pd., M.Hum NIP. 19710101 199903 1 003
Mengetahui,
Ketua Departemen Pendidikan Sejarah,
Dr. Agus Mulyana , M.Hum. NIP. 19660808 199103 1 002
(4)
Niza Egal Septhiady, 2015
KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
perubahan sosial-ekonomi masyarakat nelayan Gebang. Dalam mengkaji skripsi ini penulis menggunakan metode penelitian historis yang merupakan proses menguji dan menganalisis secara kritis rekaman peninggalan masa lampau. Daerah penghasil hasil laut potensial di Kabupaten Cirebon salah satunya ialah Kecamatan Gebang akan tetapi masyarakatnya masih banyak yang hidup dalam garis kemiskinan. Kemiskinan masyarakat nelayan Gebang sudah lama dirasakan bahkan ketika sebelum tahun 1990-an. Awal tahun 1990-an terjadi modernisasi alat tangkap ikan yang bertujuan untuk meningkatkan hasil tangkapan para nelayan. Banyak permasalahan yang harus dihadapi oleh nelayan Gebang salah satunya hubungan kerja dengan bakul yang seringkali merugikan. Permasalahan tersebut telah mendorong nelayan Gebang untuk melakukan terobosan dalam meningkatkan kesejahteraannya seperti membentuk Kelompok Usaha Bersama tujuannya untuk mengembangkan strategi kemandirian berdasarkan kemampuan sumber daya yang dimiliki untuk menyelesaikan berbagai persoalan yang dihadapi. Selain itu, upaya nelayan dalam meningkatkan kehidupan sosial-ekonominya melakukan sistem pembagian kerja dimana keterlibatan istri/kaum perempuan terlibat dalam kegiatan ekonomi seperti berdagang. Kaum perempuan/istri di masyarakat nelayan tidak sekedar membantu suami mencari nafkah tetapi mereka juga menentukan kelangsungan hidup keluarga. Dari rentan waktu tahun 1990-2006 terjadi perubahan sosial-ekonomi yang dialami oleh masyarakat nelayan Gebang diantaranya: perubahan pola melaut nelayan dari satu hari melaut menjadi satu minggu melaut dan gaya hidup nelayan yang selama ini dikenal tidak efektif menjadi lebih berorientasi ke masa depan.
(5)
Niza Egal Septhiady, 2015
KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ii
used Historical study method which is a process of testing and critical analysis of the past records. Gebang sub-district is one of the fishery producers in Cirebon area. However, most of its people live under the poverty line. The poverty among the fisherman at Gebang could be felt in the early 1990s. In the early 1990s, there was a change to modernize the fishing tools in order to enhance the number of products. There were problems faced by the fishermen at Gebang. One of them was working with bakul (basket) which was often disadvantaging. Those problems forced them to create an innovation to improve the prosperity such as formed a Joint Business Group (Kelompok Usaha Bersama) to develop an independent strategy based on the available resources to solve the encountered problems. Moreover, in order to improve their socio-economic life, they employed sharing work system which involves their wives/the women in the economic activity such as trading. The wives/women helped their husbands to make a living as well as to determine the survival of family. Within years 1990-2006 there were socio-economic changes among the fishermen at Gebang, one of them is the change of their sailing pattern from one day sailing to one week sailing and their lifestyle from ineffective old lifestyle to more future oriented lifestyle.
(6)
Niza Egal Septhiady, 2015
KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... iii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iv
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Rumusan Masalah ... 5
1.3. Tujuan Penelitian ... 6
1.4. Manfaat Penelitian ... 6
1.5. Metode Penelitian ... 7
1.6. Stuktur Organisasi Skripsi ... 10
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORITIS ... 11
2.1. Teori Perubahan Sosial ... 11
2.2 Kelautan ... 13
2.3. Perikanan ... 14
2.4. Masyarakat Nelayan ... 15
2.5. Koperasi ... 20
2.6. Penelitian Terdahulu ... 23
2.6.1. Penelitian Dalam Bentuk Skripsi ... 23
(7)
vi
Niza Egal Septhiady, 2015
KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3.1.1. Penentuan dan Pengajuan Tema Penelitian ... 29
3.1.2. Penyusunan Rancangan Penelitian ... 30
3.1.3. Proses Bimbingan ... 30
3.2. Pelaksanaan Penelitian ... 31
3.2.1. Mengurus Perijinan Penelitian ... 31
3.2.2. Menyiapkan Perlengkapan Penelitian ... 31
3.2.3. Pengumpulan Sumber (Heuristik) ... 32
3.2.3.1 Pengumpulan Sumber Lisan ... 34
3.2.3.2. Analisis Sumber (Kritik) ... 35
3.2.3.3. Kritik Eksternal ... 36
3.2.3.4. Kritik Internal ... 38
3.2.3.5. Penafsiran Sumber (Interpretasi) ... 39
3.2.3.6. Historiografi ... 39
BAB IV KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN CIREBON (Kajian Historis: 1990-2006) ... 42
4.1. Gambaran Umum Kehidupan Masyarakat Nelayan Kecamatan Gebang ... 42
4.1.1. Kondisi Geografis, Administratif dan Demografi ... 42
4.1.2. Kondisi Umum Masyarakat Nelayan Gebang ... 49
4.2. Upaya Nelayan di Kecamatan Gebang Dalam Meningkatkan Kehidupan Sosial Ekonomi ... 56
4.2.1. Kelompok Usaha Bersama (KUB) ... 56
4.2.2. Industri Pengolahan Ikan ... 63
4.3. Peranan Pemerintah Kabupaten Cirebon Dalam Upaya Meningkatkan Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarkat Nelayan di Kecamatan Gebang ... 69
(8)
vii
Niza Egal Septhiady, 2015
KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4.4.1. Pola Melaut Nelayan Gebang ... 80
4.4.2. Gaya Hidup Nelayan Gebang ... 85
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 89
5.1. Simpulan ... 89
5.2. Saran ... 92
DAFTAR PUSTAKA ... 94 LAMPIRAN
(9)
Niza Egal Septhiady, 2015
KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Indonesia merupakan negara maritim yang memiliki potensi alam di sektor perikanan yang melimpah yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakatnya. Salah satu sumber daya yang dapat dimanfaatkan adalah sumber daya perikanan yang dibagi menjadi dua sektor yaitu perikanan tangkap dan perikanan budidaya.
Sektor perikanan merupakan salah satu sektor ekonomi yang memiliki peranan dalam pembangunan nasional, khususnya dalam penyediaan bahan pangan protein, perolehan devisa dan penyediaan lapangan kerja. Pada saat krisis ekonomi, peranan sektor perikanan semakin signifikan, terutama dalam hal mendatangkan devisa. Akan tetapi ironisnya, sektor perikanan selama ini belum mendapat perhatian yang serius dari pemerintah dan kalangan pengusaha, padahal bila sektor perikanan dikelola secara serius akan memberikan kontribusi yang lebih besar terhadap pembangunan ekonomi nasional serta dapat mengentaskan kemiskinan masyarakat Indonesia terutama masyarakat nelayan dan petani ikan.
Nelayan adalah suatu kelompok masyarakat yang kehidupannya tergantung langsung pada hasil laut, baik dengan cara melakukan penangkapan ataupun budi daya. Mereka pada umumnya tinggal di wilayah pesisir, sebuah lingkungan pemukiman yang dekat dengan lokasi kegiatannya (Mulyadi, 2007:7).
Wilayah pesisir merupakan sumberdaya potensial di Indonesia umumnya dan Kabupaten Cirebon khususnya, dimana merupakan suatu wilayah peralihan antara daratan dan lautan. Kabupaten Cirebon adalah sebuah Kabupaten di Jawa Barat yang terletak dibagian timur yang berbatasan langsung dengan Jawa Tengah, Kabupaten Cirebon juga merupakan salah satu wilayah pesisir di utara pulau Jawa yang terkenal dengan hasil lautnya seperti: udang rebon, rajungan, ikan asin dan sebagainya.
Daerah penghasil hasil laut di Kabupaten Cirebon salah satunya ialah Kecamatan Gebang akan tetapi masyarakatnya masih banyak yang hidup dibawah
(10)
Niza Egal Septhiady, 2015
KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
garis kemiskinan.Kemiskinan dan masalah sosial ekonomi yang dihadapi oleh masyarakat nelayan Gebang berakar pada faktor-faktor kompleks yang saling berkaitan satu sama lainnya. Tingkat sosial-ekonomi yang rendah merupakan ciri umum kehidupan nelayan dimana pun berada. Tingkat kehidupan mereka berada sedikit diatas pekerja migran atau setaraf dengan petani kecil, bahkan jika dibandingkan secara seksama dengan kelompok masyarakat lain di sektor pertanian, nelayan (khususnya nelayan buruh dan nelayan kecil atau nelayan tradisional) dapat digolongkan sebagai lapisan sosial yang paling miskin.
Sebagian besar kategori sosial nelayan Gebang adalah nelayan tradisional dan nelayan buruh. Meraka adalah penyumbang utama kuantitas produksi perikanan tangkap di wilayah tersebut. Walaupun demikian, kondisi kesejahteraan mereka dapat dikatakan buruk karena diakibatkan dari proses transaksi ekonomi yang timpang dan eksploitatif. Nelayan tidak memperoleh bagian pendapatan yang besar. Pihak yang paling beruntung ialah para pedagang ikan berskala besar atau pedagang perantara (bakul). Para bakul inilah yang sesungguhnya menjadi
“penguasa ekonomi” di desa-desa nelayan.
Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah untuk mengatasi kemiskinan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat nelayan. Pada tahun 1974 pemerintah mengluarkan program bantuan kredit kepada nelayan, seperti Kredit Investasi Kecil (KIK) dan Kredit Modal Kerja Permanen (KMKP). Akan tetapi program tersebut belum mampu mengatasi kesulitan sosial-ekonomi masyarakat nelayan. Program-program tersebut tidak berjalan lancar melainkan mengalami kemacetan sehingga pemerintah harus mengkaji ulang kebijakan program bantuan kredit tersebut. Hambatan pengembalian bantuan kredit tersebut dikarenakan oleh beberapa hal seperti, tingkat penghasilan nelayan sangat kecil sebagai akibat dari kesulitan memperoleh hasil tangkapan, besarnya biaya operasi, kerusakan peralatan. (Kusnadi, 2003:38-39)
Pada tahun 1990-an dimana pada saat itu terjadi modernisasi alat penangkapan ikan di masyarakat nelayan Kecamatan Gebang yang bertujuan untuk meningkatkan hasil tangkapan ikan demi kebutuhan ekspor ke luar negeri. Modernisasi alat penagkapan ikan yang terjadi tahun 1990-an dilakukan
(11)
Niza Egal Septhiady, 2015
KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pemerintah dengan cara memberikan bantuan berupa perahu yang terbuat fiber, mesin perahu, jaring ikan dan sebagainya akan tetapi tidak semua nelayan Gebang mendapatkan bantuan tersebut.
Masyarakat nelayan Kecamatan Gebang terbagi menjadi beberapa golongan nelayan yang dapat dilihat dari beberapa sudut pandang. Pertama, nelayan pemilik dan nelayan buruh. Nelayan pemilik biasanya memiliki alat-alat produksi seperti perahu, jaring dan perlengkapan lainnya. Sedangkan nelayan buruh tidak memiliki alat-alat produksi melainkan hanya menyumbangkan jasa tenaganya dengan memperoleh hak-hak yang sangat terbatas dalam masyarakat pertanian nelayan buruh identik dengan buruh tani. Kedua, dapat dilihat dari modal usahanya struktur masyarakat nelayan terbagi ke dalam kategori nelayan besar dan nelayan kecil. Disebut nelayan besar karena jumlah modal untuk usaha perikanan relatif banyak sedangkan nelayan kecil justru sebaliknya.
Banyak masalah yang dihadapi oleh para nelayan seperti masalah struktural dan kultural. Beberapa faktor yang menjadi permasalahan struktural bagi masyarakat nelayan Gebang diantaranya, keterbatasan modal usaha dan teknologi penangkapan. Misalnya, upaya untuk memperoleh hasil tangkapan yang memadai sering terhambat oleh teknologi peralatan tangkap. Sedangkan yang menjadi masalah kultural seperti, metode penangkapan yang masih bersifat tradisional. Sekalipun alat tangkap yang digunakan tergolong canggih akan tetapi metode pendeteksian pergerakan ikan di dalam laut masih tetap menggunakan cara yang didasari dari pengalaman dan pengetahuan kelautan tradisional. Oleh sebab itu nelayan Gebang masih belum bisa memanfaatkan alat tangkap ikan untuk mendapatkan hasil tangkapan yang maksimal karena metode yang digunakan masih bersifat tradisional.
Disamping itu, penegakan hukum oleh pemerintah terhadap perusakan lingkungan seperti perusakan terumbu karang dan pencemaran laut masih dirasa lemah. Sedangkan hal tersebut menjadi salah satu faktor yang menjadi permasalahan bagi nelayan karena perusakan lingkungan dapat berakibat pada rusaknya ekosistem laut dan berkurangnya jumlah populasi ikan di laut. Faktor lain yang menjadi permasalahan bagi nelayan adalah hubungan kerja dalam kerja
(12)
Niza Egal Septhiady, 2015
KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dalam organisasi penangkapan yang seringkali kurang menguntungkan nelayan dan sistem bagi hasil pemasaran perikanan yang lebih menguntungkan pedagang perantara (bakul).
Kemunculan bakul pada awal 1990-an mulanya dipandang sebagai penyelamat ditengah kesulitan ekonomi yang dialami oleh masyarakat nelayan Gebang akan tetapi kenyataannya berbeda karena terjadinya kesenjangan yang sangat besar antara bakul dan nelayan. Ketidakpuasan nelayan terhadap sistem bagi hasil yang demikian akan bertambah karena jika operasi perahu tidak memperoleh penghasilan, nelayan tidak mendapatkan suatu kompensasi dalam bentuk apapun dari bakul. Jaminan sosial tenaga kerja nelayan juga tidak ada sehingga jika ia sakit harus ditanggung sendiri biaya pengobatannya. Dalam menghadapi ketimpangan tersebut, nelayan tidak dapat berbuat banyak karena tingkat ketergantungan terhadap bakul cukup tinggi. Nelayan menerima kenyataan-kenyataan seperti ini karena dipaksa oleh keadaan dan biasanya terikat pinjaman kontrak kerja dengan bakul.
Kalaupun nelayan Gebang dapat memperoleh hasil tangkapan yang relatif banyak, seperti pada saat musim ikan, keadaan demikian belum tentu menjamin bahwa nelayan akan memperoleh nilai tukar (uang) yang memadai. Jaringan pemasaran ikan dikuasai sepenuhnya oleh para bakul. Hubungan antara nelayan dan bakul sangat kuat dan berorientasi pada kepentingan jangka panjang. Nelayan menjalin hubungan kerja sama dangan bakul untuk mengatasi kesulitan modal usaha dan memasarkan hasil tangkapan yang mudah menurun kualitasnya. Akan tetapi, dalam hubungan kerja sama tersebut nelayan selalu kurang diuntungkan.
Selain menyediakan pinjaman modal usaha kepada para nelayan, tugas utama bakul adalah menyelenggarakan kegiatan pasar secara terus-menerus agar ikan tetap tersedia untuk konsumen dan menyelamatkan harga ikan ketika hasil tangkapan nelayan sedikit atau berlimpah. Keterlibatan bakul dalam proses produksi dan pemasaran hasil tangkapan nelayan telah menggantikan kedudukan dan peranan organisasi formal, seperti Koperasi Unit Desa (KUD) Mina. Sebelum koperasi-koperasi tersebut berdiri atau didirikan, bakul telah memainkan peranan ekonomi yang strategis. Oleh karena itu, berdirinya sebuah koperasi
(13)
Niza Egal Septhiady, 2015
KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
formal tidak banyak berpengaruh terhadap pengurangan peranan strategis bakul. Akibatnya, banyak koperasi nelayan yang ada di Gebang harus gulung tikar karena kalah bersaing dengan bakul.
Di Kecamatan Gebang kehadiran KUD Mina justru dianggap oleh nelayan sebagai ancaman terhadap dasar-dasar kerja sama nelayan dengan bakul. Karena berbagai kelemahan manajeman, KUD setempat tersingkir dengan sendirinya dan akhirnya tidak berfungsi sama sekali dalam kehidupan sosial-ekonomi masyarakat nelayan Kecamatan Gebang Kabupaten Cirebon.
Pemaparan di atas menjadikan ketertarikan peneliti untuk meneliti dan mengkaji lebih dalam mengenai kehidupan masyarakat nelayan Kecamatan Gebang. Peneliti menganggap penting penelitian ini karena ingin mengangkat
kehidupan sosial ekonomi masyarakat nelayan Kecamatan Gebang Kabupaten Cirebon. Maka dalam penelitian ini penulis mengambil judul “Kehidupan Masyarakat Nelayan di Kecamatan Gebang Kabupaten Cirebon (Kajian Historis: Tahun 1990-2006)”.
Adapun untuk pemilihan kurun waktu tahun 1990-2006, karena pada tahun 1990-an terjadi modernisasi dalam hal alat penangkap ikan di masyarakat nelayan Kecamatan Gebang yang bertujuan untuk meningkatkan hasil tangkapan ikan untuk kebutuhan ekspor ke luar negeri. Selain itu modernisasi tersebut berdampak pada munculnya para bakul yang dinilai lebih mempersulit keadaan masyarakat nelayan Kecamatan Gebang Kabupaten Cirebon.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, masalah utama
yang dikaji adalah “Kehidupan Masyarakat Nelayan di Kecamatan Gebang Kabupaten Cirebon (Kajian Historis: Tahun 1990-2006)” untuk memfokuskan permasalahan yang dikaji lebih jelas dan terarah, maka peneliti mengkajinya dalam beberapa pokok permasalahan yang dirumuskan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:
1. Bagaimana gambaran umum kehidupan masyarakat nelayan Kecamatan Gebang di Kabupaten Cirebon tahun 1990?
(14)
Niza Egal Septhiady, 2015
KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2. Bagaimana upaya nelayan di Kecamatan Gebang dalam meningkatkan kehidupan sosial-ekonomi dari tahun 1990-2006?
3. Bagaimana peranan pemerintah Kabupaten Cirebon dalam upaya meningkatkan kehidupan sosial ekonomi masyarakat nelayan di Kecamatan Gebang tahun 1990-2006?
4. Bagaimana perubahan sosial ekonomi masyarakat nelayan Kecamatan Gebang Kabupaten Cirebon dari tahun 1990-2006?
1.3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tentang Kehidupan Masyarakat Nelayan Kecamatan Gebang Kabupaten Cirebon (Kajian Historis: tahun 1990-2006). Selain itu penulisan karya ilmiah ini bertujuan untuk:
1. Menganalisis gambaran umum kehidupan masyarakat nelayan Kecamatan Gebang di Kabupaten Cirebon tahun 1990.
2. Mendeskripsikan upaya nelayan di Kecamatan Gebang dalam meningkatkan kehidupan sosial-ekonomi dari tahun 1990-2006.
3. Mendeskripsikan peranan pemerintah Kabupaten Cirebon dalam upaya meningkatkan kehidupan sosial-ekonomi masyarakat nelayan di Kecamatan Gebang tahun 1990-2006.
4. Menganalisis perubahan sosial-ekonomi masyarakat nelayan Kecamatan Gebang Kabupaten Cirebon dari tahun 1990-2006.
1.4. Manfaat Penelitian
1. Secara Teoritis
Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah untuk memberikan penjelasan mengenai dua konsep yaitu sosial dan ekonomi. Dimana dua konsep tersebut dalam kehidupan bernegara seringkali saling mempengaruhi satu sama lain. 2. Secara praktik
a. Manfaat bagi penulis adalah sebagai salah satu karya ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
(15)
Niza Egal Septhiady, 2015
KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
b. Bagi lembaga terkait adalah memperkaya pengetahuan akan sejarah lokal yang ada di daerahnya sendiri.
c. Karya ilmiah ini dapat dijadikan bahan pertimbangan, pemikiran dan perbandingan dalam penulisan sejarah lainnya.
1.5. Metode Penelitian
Sebagaimana halnya prosedur kerja dalam penyusunan sejarah pada umumnya, maka kajian sejarah lokal juga perlu memperhatikan empat langkah utama dalam kegiatannya. Keempat langkah itu yaitu:
a. Heuristik
Heuristik berasal dari kata Yunani “heuriskein” yang berarti menemukan.
Jadi kegiatan ini terutama ditujukan untuk menemukan serta mengumpulkan jejak-jejak dari peristiwa sejarah yang sebenarnya mencerminkan berbagai aspek aktivitas manusia di waktu yang lampau. (Widja, I Gde 1989:18), secara umum sumber sejarah dibagi menjadi dua jenis yaitu sumber primer atau kesaksian dari seseorang saksi yang secara langsung melihat peristiwa sejarah tersebut melalui panca indera yang dimiliki atau secara langsung ada pada saat peristiwa itu terjadi. Kedua adalah sumber sekunder kesaksian dari orang yang tidak melihat secara langsung peristiwa dan tidak ada di tempat berlangsungnya peristiwa sejarah.
Dalam proses pengumpulan data dan informasi dilakukan beberapa teknik penelitian diantaranya yaitu melalui studi literatur dan teknik wawancara. Dalam studi literatur peneliti melakukan studi kepustakaan dengan cara mengumpulkan sumber dari buku-buku, arsip, koran, jurnal dan buku-buku yang terdapat dalam internet yang sudah dipercaya kebenarannya. Studi literatur ini dilakukan untuk mencari sumber primer dan sekunder dari penelitian yang akan ditulis.
Dalam proses mencari sumber-sumber ini, peneliti mendatangi beberapa perpustakaan resmi, diantaranya: Perpustakaan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Perpustakaan Universitas Padjajaran (UNPAD), Perpustakaan Batu Api Jatinangor, Perpustakaan 400 Cirebon, Badan Pusat Statistik Cirebon,
(16)
Niza Egal Septhiady, 2015
KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Perpustakaan Daerah Kabupaten Cirebon. Kemudian peneliti juga mencari buku-buku yang berkaitan dengan permasalahan yang dikaji, seperti di Gramedia, Toga Mas, Palasari dan toko-toko buku lainnya, pameran buku dan mencari juga dari literatur internet. Selain menggunakan studi kepustakaan pada penelitian ini juga dilengkapi dengan menggunakan oral history melalui teknik wawancara dengan para nelayan di wilayah Kecamatan Gebang guna memperoleh informasi mengenai keadaan sosial ekonomi nelayan.
Teknik penelitian yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu melalui studi kepustakaan, teknik wawancara dan studi dokumentasi. Adapun tenik penelitian yang dimaksud adalah sebagai berikut :
1) Studi Kepustakaan
Studi kepustakaan merupakan cara mempelajari sumber-sumber yang terkumpul dalam bentuk tulisan atau sumber tertulis lainnya yang berhubungan dan mendukung permasalahan dari kajian ini. Setelah kepustakaan terkumpul, serta fakta yang telah ditemukan dianggap memadai untuk penelitian ini, maka akan lebih mempermudah dalam proses penelitiannya. Studi kepustakaan juga merupakan teknik yang digunakan oleh peneliti dengan membaca berbagai sumber yang berhubungan, serta mengkaji sumber lain baik dari buku maupun arsip yang membantu peneliti dalam menentukan landasan teori dan keterangan tentang permasalahan yang akan dikaji.
2) Teknik Wawancara
Wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan mewawancarai narasumber. Untuk teknik wawancara ini, peneliti mendatangi tempat responden dan informan yang mengetahui tentang kondisi pada waktu itu dan dapat memberikan informasi secara lisan (oral history).
3) Studi dokumentasi
Studi dokumentasi adalah mencari dokumen-dokeumen dan sumber arsip baik berupa lembar catatan singkat maupun foto-foto yang berkaitan dengan permasalahan penelitian
(17)
Niza Egal Septhiady, 2015
KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Kritik sumber umumnya dilakukan terhadap sumber-sumber. Kritik ini menyangkut verifikasi sumber yaitu pengujian mengenai kebenaran atau ketepatan (akurasi) dari sumber itu. Kritik sumber dalam metode sejarah terbagi menjadi dua yaitu kritik eksternal dan kritik internal. Kritik eksternal adalah cara melakukan verifikasi atau pengujian terhadap aspek-aspek luar dari sumber sejarah yang dilakukan dengan pemeriksaan yang ketat. Sedangkan kritik internal lebih menekankan pada aspek dalam yaitu isi dari sumber tersebut, apakah isi dari sumber tersebut dapat dipercaya atau tidak.
c. Interpretasi
Interpretasi adalah sebuah kegiatan menuliskan dari apa yang telah diperoleh seperti sumber-sumber. Dalam hal ini bukan hanya keterampilan teknik pengutipan dan catatan-catatan akan tetapi menggunakan seluruh daya pikirannya terutama pikiran-pikiran yang bersifat kritis. Fakta-fakta yang diperoleh dikaitkan-kaitkan satu sama lain sehingga terlihat antara fakta yang satu dengan yang lainnya memiliki keterhubungan yang jelas.
Dalam hal ini peneliti memberikan penafsiran terhadap sumber-sumber yang telah dikumpulkan selama penelitian berlangsung. Dalam tahap ini, peneliti mengerahkan seluruh kemampuan intelektual dalam membuat deskripsi, analisis kritis serta seleksi dari fakta-fakta tentang Kehidupan Nelayan di Kecamatan Gebang, sehingga akan menghasilkan bentuk penulisan sejarah yang utuh. Kegiatan penafsiran ini dilakukan dengan jalan menafsirkan fakta dan data dengan konsep-konsep yang telah diteliti sebelumnya oleh peneliti. Peneliti juga melakukan pemberian makna terhadap fakta dan data yang kemudian disusun, ditafsirkan, dan dihubungkan satu sama lain. Fakta dan data yang telah diseleksi dan ditafsirkan selanjutnya dijadikan pokok pikiran sebagai kerangka dasar penyusunan penelitian ini.
d. Historiografi
Historigrafi memilki pengertian penulisan sejarah. Dalam tahap historiografi perlu memperhatikan prinsip serialisasi (urutan peristiwa), prinsip kronologis (urutan-urutan waktu) dan prinsip kausalitas (hubungan sebab akibat).
(18)
Niza Egal Septhiady, 2015
KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 1.6. Struktur Organisasi Skripsi
Hasil yang diperoleh melalui telaah pustaka kemudian disusun kedalam sebuah struktur organisasi penulisan skripsi yang terdiri dari:
Bab I Pendahuluan. Dalam bab ini dijelaskan mengenai latar belakang masalah yang di dalamnya memuat penjelasan mengapa masalah yang diteliti timbul dan penting untuk dikaji, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan.
Bab II, Kajian Pustaka dan Landasan Teoretis. Bab ini berisi tentang berbagai landasan teoritis dan informasi sejarah bersumber pada literatur yang berkaitan dengan permasalah yang akan dikaji.
Bab III, Metode Penelitian. Dalam bab ini diuraikan tentang metode dan teknik penelitian yang digunakan penulis dalam mencari sumber-sumber dan cara pengolahan sumber yang dianggap relevan dengan permasalahan yang dikaji.
Bab IV, Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Nelayan di Kecamatan Gebang. Dalam bab ini akan diuraikan mengenai hal-hal yang berhubungan dengan seluruh hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis. Uraian tersebut berdasarkan pertanyaan penelitian yang dirumuskan pada bab pertama.
Bab V, Simpulan dan Saran. Pada bab ini berisi kesimpulan dari keseluruhan deskripsi dan beberapa saran yang bermanfaat bagi beberapa pihak yang berhubungan baik langsung maupun tidak langsung dengan masalah yang dikaji.
(19)
Niza Egal Septhiady, 2015
KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dalam mengkaji permasalahan dalamskripsi yang berjudul “Kehidupan Nelayan Kecamatan Gebang Kabupaten Cirebon (Kajian Historis Tahun 1990-2006)”. Adapun metode penelitian yang digunakan adalah metode historis, yaitu proses menguji dan menganalisis secara kritis rekaman dan peninggalan masa lampau (Gottschalk, 2006:39). Di dalamnya termasuk proses menggali sumber, memberikan penilaian, mengartikan, serta menafsirkan fakta dari masa lampau untuk kemudian dapat dianalisis dan ditarik sebuah kesimpulan mengenai peristiwa tersebut. Sementara menurut Gilbert J. Carraghan dijelaskan bahwa metode historis atau metode sejarah merupakan seperangkat aturan-aturan dan prinsip-prinsip yang sistematis untuk mengumpulkan sumber-sumber sejarah secara efektif, menilainya secara kritis, dan menyajikan sintesa dari hasil-hasil yang dipakai dalam bentuk tertulis.
Adapun menurut Ismaun (2005: 34), metode historis terdiri atasempat langkah penting sebagai berikut :
1. Heuristik, yaitu pencarian dan pengumpulan sumber sejarah yang relevan (Ismaun, 2005: 49). Secara sederhana, sumber-sumber sejarah itu dapat berupa: sumber benda, sumber tertulis dan sumber lisan. Secara lebih luas lagi, sumber sejarah juga dapat dibeda-bedakan ke dalam sumber resmi formal dan informal. Selain itu, dapat diklasifikasikan dalam sumber primer dan sekunder.
2. Kritik, yaitu suatu usaha menilai sumber-sumber sejarah (Ismaun, 2005: 50). Semua sumber dipilih melalui kritik eksternal dan internal sehingga diperoleh fakta-fakta yang susuai dengan permasalahan penelitian. Dalam tahapkritik sumber terdapat dua macam, yaitu kritik ekternal dan internal.
(20)
Niza Egal Septhiady, 2015
KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3. Interpretasi, yaitu sebagai usaha memahami dan mencari hubungan antar fakta sejarah sehingga menjadi kesatuan yang utuh dan rasional. Satu peristiwa dihubungkan dengan peristiwa lain.
4. Historiografi, yaitu proses penyusunan hasil penelitian yang telah diperoleh sehingga menjadi satu kesatuan yang utuh dalam bentuk skripsi, sehingga dihasilkan suatu tulisan yang logis dan sistematis, dengan demikian akan diperoleh suatu karya ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
Selanjutnya, peneliti membagi langkah-langkah penelitian tersebut kedalam tiga pembahasan yaitu pembahasan mengenai persiapan penelitian, pelaksanaan penelitian dan laporan penelitian.
3.1 Persiapan Penelitian
3.1.1 Penentuan dan Pengajuan Tema Penelitian
Penentuan dan pengajuan topik penelitian merupakan kegiatan yang penting dan harus pertama kali dalam penelitian karya ilmiah. Awal ketertarikan peneliti untuk mengkaji masalah kehidupan masyarakat nelayan ketika peneliti membaca buku karya Kusnadi yang berjudul akar kemiskinan nelayan. Dari buku tersebut peneliti merasa tertarik mengenai penyebab kemiskinan yang diderita oleh nelayan.
Pada tahap awal penelitian, peneliti terlebih dahulu memilih dan menentukan topik yang akan dibahas. Kemudian, peneliti upaya pencarian berbagai sumber literatur yang berkaitan dengan tema yang peneliti kaji dan melakukan pra penelitian di Kecamatan Gebang Kabupaten Cirebon. Berdasarkan hasil dari pencarian data tersebut, peneliti selanjutnya mengajukan usul penelitian kepada Tim Pertimbangan dan Penelitian Skripsi (TPPS) Jurusan Pendidikan Sejarah FPIPS UPI, peneliti mengajukan tema mengenai sejarah lokal dengan
judul awal “Perubahan Sosial Ekonomi Masyarakat Nelayan di Kecamatan
Gebang Kabupaten Cirebon Tahun 1998-2004”. Namun selanjutnya judul berganti
tetapi masih dalam satu tema kajian “Kehidupan Masyarakat Nelayan Kecamatan Gebang Kabupaten Cirebon (Kajian Historis: 1990-2006). Setelah pengajuan
(21)
Niza Egal Septhiady, 2015
KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
judul tersebut disetujui, maka selanjutnya peneliti melakukan tahap selanjutnya yaitu dengan melakukan rancangan penelitian dalam bentuk proposal skripsi.
3.1.2 Penyusunan Rancangan Penelitian
Setelah peneliti melakukan pengajuan Judul ke TPPS, kemudian peneliti menyusun proposal penelitian. Yang terdiri dari :
1. Judul
2. Latar Belakang Penelitian 3. Rumusan Masalah
4. Tujuan Penelitian 5. Manfaat Penelitian 6. Metode Penelitian 7. Kajian Pustaka
8. Struktur Organisasi Skripsi 9. Daftar Pustaka
Setelah proposal disetujui oleh TPPS, peneliti akhirnya diizinkan untuk melakukan seminar proposal skripsi yang dilakukan pada tanggal19 November 2014di Laboratorium Jurusan Pendidikan Sejarah, lantai 4 Gedung FPIPS, Universitas Pendidikan Indonesia.
Hasil dari seminar proposal skripsi tersebut di antaranya adalah perubahan judul yang semula “Perubahan Sosial Ekonomi Masyarakat Nelayan di Kecamtan Gebang Kabupaten Cirebon Tahun 1998-2004” menjadi “Kehidupan Masyarakat Nelayan Kecamatan Gebang Kabupaten Cirebon (Kajian Historis: 1990-2006).. Penggantian judul ini dilakukan semata-mata agar permasalahan dalam penelitian skripsi ini sedikit lebih luas. Perubahan yang dilakukan terhadap judul, serta merta latar belakang masalah, rumusan masalah, serta tujuan penelitianpun ikut berubah menjadi lebih spesifik dan sesuai dengan judul yang peneliti. Perubahan tersebut harus dilakukan agar sesuai dan memudahkan peneliti dalam penelitian skripsi ke depannya.
(22)
Niza Egal Septhiady, 2015
KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Bimbingan merupakan proses konsultasi dalam penelitian skripsi yang dilaksanakan dengan dua orang dosen pembimbing yang memiliki kompetensi sesuai dengan tema permasalahan yang dikaji. Dalam hal ini, kompetensi yang dimiliki oleh kedua dosen pembimbing itu adalah kajian dalam sejarah lokal. Berdasarkan surat penunjukkan pembimbing skripsi yang telah dikeluarkan oleh Tim Pertimbangan Penelitian Skripsi (TPPS), dalam penyusunan skripsi ini peneliti dibimbing oleh Dra. Murdiyah Winarti, M.Hum sebagai pembimbing I dan Wawan Darmawan, S.Pd.,M.Hum. sebagai pembimbing II. Konsultasi merupakan proses yang harus dilakukan oleh peneliti guna mendapatkan masukan-masukan yang sangat membantu dalam rangka penyelesaian skripsi ini. Konsultasi dilakukan oleh peneliti dengan dosen pembimbing setelah sebelumnya menghubungi masing-masing dosen pembimbing dan kemudian membuat jadwal pertemuan.
3.2 Pelaksanaan Penelitian
3.2.1 Mengurus Perijinan Penelitian
Dalam tahap ini peneliti berhubungan dengan lembaga-lembaga dan intansi terkait untuk mempermudah dan memperlancar dalam melakukan penelitian. Surat perijinan dilakukan dari Jurusan Pendidikan Sejarah kemudian diserahkan kepada bagian Akademik FPIPS agar memperoleh ijin dari Dekan FPIPS. Keberadaan dari surat perijinan tersebut sebagai bukti bahwa peneliti memiliki ijin yang legal untuk melakukan penelitian yang berasal dari pihak akademis yaitu Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung.
Adapun surat-surat tersebut ditunjukan kepadalembaga Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat Kabupaten Cirebon. Kemudian mendapat tembusan ke instansi-instansi lain seperti:
1. Kepala Kantor Kecamatan Gebang Kabupaten Cirebon 2. Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Cirebon
3. Kantor Pengelola Tempat Pelelangan Ikan
(23)
Niza Egal Septhiady, 2015
KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Untuk memperoleh hasil penelitian yang baik, terlebih dahulu peneliti menyiapkan perlengkapan yang diperlukan dalam pelaksanaan penelitian. Adapun perlengkapan penelitian yang perlu disiapkan sebelum melakukan penelitian antara lain:
1. Surat izin penelitian dari Dekan FPIPS Universitas Pendidikan Indonesia. Surat ini diperlukan agar sumber yang dituju oleh peneliti merasa yakin dengan keberadaan peneliti dan narasumber akan memberikan informasi sebaik-baiknya karena mengetahui bahwa ini untuk kepentingan ilmiah. 2. Instrumen wawancara
Instrumen wawancara diperlukan agar pembicaraan dengan narasumber tidak melebar sehingga peneliti akan mendapatkan data yang lebih fokus dan akurat.
3. Alat perekam
Berfungsi untuk merekam semua percakapan atau pembicaraan terhadap narasumber.
4. Kamera foto
Alat ini digunakan untuk mengambil gambar narasumber atau pun kegiatan para nelayan di Kecamatan Gebang.
5. Field notes (catatan lapangan)
Berfungsi untuk mencatat hal-hal penting dalam wawancara.
3.2.3 Pengumpulan Sumber (Heuristik)
Heuristik yaitu mencari, menemukan, dan mengumpulkan data dan fakta dari berbagai sumber baik itu berupa buku-buku maupun artikel yang berkaitan dengan masalah penelitian.Sumber sejarah yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber literatur berupa buku-buku dan artikel yang dapat membantu peneliti dalam memecahkan berbagai permasalahan yang dikaji.Heuristik (Heuristics) atau dalam bahasa Jerman Quellenkunde, sedangkan dalam bahasa Yunani disebut Heurishein yang berarti memperoleh. Heuristik merupakan suatu kegiatan mencari sumber-sumber untuk mendapatkan data-data atau materi sejarah, atau evidensi sejarah yang berhubungan dengan permasalahan yang akan
(24)
Niza Egal Septhiady, 2015
KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dikaji oleh peneliti (Sjamsuddin, 2007:86). Sedangkan menurut Renier yang dikutipAbdurahman (2007:64) dijelaskan heuristik adalah suatu teknik, suatu seni, dan bukan suatu ilmu. Oleh karena itu, heuristik tidak mempunyai peraturan-peraturan umum. Namun, heuristik sering kali merupakan suatu keterampilan dalam menemukan, menangani dan merinci bibliografi atau mengklasifikasi dan merawat catatan-catatan.
Dalam pencarian sumber yang peneliti lakukan di perpustakaan UPI, peneliti memperoleh sumber-sumber mengenai teori pertumbuhan wilayah berbasis sumber daya alam,. Di Perpustakaan Daerah Kabupaten Cirebon peneliti memperoleh buku mengenai anatomi konflik dan solidaritas masyarakat nelayan. Sedangkan di Badan Kepustakaan dan Arsip Daerah Jawa Barat yang ada di Bandung peneliti mendapatkan buku ekonomi kelautan. Peneliti pun memperoleh sumber literatur berupa artikel atau jurnal yang diperoleh dari pencarian di Internet, artikel-artikel tersebut berisikan informasi mengenai kehidupan masyarakat nelayan. Selain itu peneliti mendapat sumber-sumber yang menjelaskan tentang nelayan dari toko-toko buku seperti Palasari dan Dewi Sartika.
Buku-buku yang berkenaan dengan nelayan antara lain buku karya Mulyadi (2007) Ekonomi Kelautan;Sabian Utsman (2006) Anatomi Konflik & Solidaritas Masyarakat Nelayan; Kusnadi (2002) Konflik Sosial Nelayan: Kemiskinan dan Perebutan Sumber Daya Perikanan; Kusnadi (2003) Akar Kemiskinan Nelayan; Kusnadi (2007) Jaminan Sosial Nelayan; Adisasmita (2013) Teori-teori Pembangunan Ekonomi: Pertumbuhan Ekonomi dan Pertumbuhan Wilayah; Mutakin dan Gurniwan (2000) Masyarakat Indonesia Dalam Dinamika. Buku-buku tersebut dijadikan referensi oleh peneliti untuk dapat memberikan gambaran tentang nelayan dan juga sebagai gambaran oleh peneliti untuk dapat memperjelas tujuan penelitian.
Pengumpulan sumber yang lainnya dilakukan di Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Cirebon, Unit Pelayanan Teknik (UPT) Kecamatan Gebang dan Kantor Kecamatan Gebang Kabupaten Cirebon. Sumber tertulis yang didapatkan dari instansi-instansi tersebut merupakan data-data seperti kondisi
(25)
Niza Egal Septhiady, 2015
KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
geografis, demografi dan kehidupan masyarakat nelayan yang didalamnya mencakup kondisi sosial ekonomi masyarakat nelayan.
3.2.3.1 Pengumpulan Sumber Lisan
Sumber lisan sangat diperlukan apabila sumber tertulis yang diperoleh dianggap kurang dan sedikit yang membahas tentangmasalah yang dikaji, yaitumengenai“Kehidupan Masyarakat Nelayan Kecamatan Gebang Kabupaten Cirebon (Kajian Historis: 1990-2006)”. Pengumpulan sumber lisan dilakukan oleh peneliti dengan mencari narasumber yang dianggap sebagai pelaku dan saksi sejarah yang relevan dengan permasalahan yang dikaji. Pengumpulan data melalui sumber lisan ini dilakukan dengan menggunakan teknik wawancara. Metode wawancara merupakan suatu cara untuk mendapatkan informasi secara lisan dari narasumber yang sifatnya sebagai pelengkap dari sumber tertulis.
Secara umum pelaksanaan wawancara dibedakan atas dua jenis yaitu: a. Wawancara terstruktur yaitu wawancara yang berdasarkan pada
pedoman wawancara yang terdapat dalam instrumen penelitian, terdiri dari suatu daftar pertanyaan yang telah direncanakan dan disusun sebelumnya. Semua responden yang diseleksi untuk diwawancarai diajukan pertanyaan yang sama dengan kata-kata dan tata urutan yang seragam.
b. Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang tidak mempunyai suatu persiapan sebelumnya dari suatu daftar pertanyaan dengan susunan kata-kata dan tata urut yang tetap yang harus dipatuhi peneliti. Penggabungan kedua jenis wawancara tersebut dilakukan agar wawancara lebih fokus serta narasumber lebih bebas untuk mengungkapkan segala sesuatu yang diketahuinya. Teknis pelaksanaan wawancara tersebut dengan mencoba menyusun daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan sebelumnya kemudian diikuti wawancara yang tidak terstruktur yaitu peneliti memberikan pertanyaan-pertanyaan yang sesuai dengan pertanyaan-pertanyaan sebelumnya dengan tujuan untuk mencari jawaban dari setiap pertanyaan yang berkembang kepada tokoh atau pelaku sejarah yang terkait dengan kehidupan masyarakat nelayan Kecamatan Gebang Kabupaten Cirebon Tahun 1990-2006.
(26)
Niza Egal Septhiady, 2015
KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Narasumber yang diwawancarai oleh peneliti adalah mereka yang bekerja atau pernah bekerja sebagai nelayan lebih dari 30 tahun. Pencarian narasumber yang diwawancara oleh peneliti dilakukan dengan cara mengunjungi desa nelayan di Kecamatan Gebang serta meminta bantuan dari aparat desa untuk mencari beberapa narasumber yang diperlukan oleh peneliti. Setelah mendapatkan beberapa orang yang dapat dijadikan sebagai sumber lisan, peneliti meminta izin kepada setiap narasumber untuk bersedia memberikan informasi yang diperlukan oleh peneliti melalui wawancara. Dalam penelitian ini peneliti melakukan wawancara kepada berbagai narasumber yang mengetahui secara jelas tentang kondisi sosial ekonomi masyarakat nelayan dari tahun 1990-2006.
Peneliti kemudian menyusun instrumen wawancara berupa pertanyaan yang disesuaikan dengan kedudukan narasumber tersebut dalam penelitian. Wawancara dilakukan terhadap beberapa narasumber, yaitu sebagai nelayan pemilik, nelayan buruh dan nelayan tradisional di Kecamatan Gebang. Alasan peneliti memilih narasumber tersebut dikarenakan narasumber tersebut sebagian besar merupakan orang-orang yang sudah cukup lama terlibat di sektor perikanan baik sebagai pemilik perahu, nelayan tardisional maupun nelayan buruh.
Selain itu juga narasumber bias berasal dari instansi yang terkait seperti Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Cirebon. Dengan teknik wawancara ini peneliti diharapkan memperoleh data-data yang sesuai dengan permasalahan penelitian skripsi yang berjudul“Kehidupan Masyarakat Nelayan Kecamtan Gebang Kabupaten Cirebon (Kajian Historis: 1990-2006)”. Beberapa narasumber yang diwawancara terlampir di daftar narasumber.
3.2.3.2 Analisis Sumber (Kritik)
Setelah melakukan kegiatan pengumpulan sumber (heuristik), langkah selanjutnya adalah melaksanakan kritik sumber. Pada tahap ini, peneliti melakukan kritik terhadap sumber-sumber sejarah yang telah diperoleh, baik sumber utama maupun sumber penunjang lainnya. Kritik sumber dilakukan karena sumber-sumber yang diperoleh tidak dapat diterima begitu saja oleh peneliti dan tidak semua sumber memiliki tingkat kebenaran yang sama. Fungsi
(27)
Niza Egal Septhiady, 2015
KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
kritik sumber bagi sejarawan erat kaitannya dengan tujuan sejarawan itu untuk mencari kebenaran. Terdapat lima pertanyaan yang harus digunakan untuk mendapatkan kejelasan keamanan sumber-sumber tersebut, yaitu:
a. Siapa yang mengatakan itu?
b. Apakah dengan satu atau cara lain kesaksian itu telah diubah?
c. Apakah sebenarnya yang dimaksud oleh orang itu dengan kesaksiannya?
d. Apakah orang yang memberikan kesaksian itu seorang saksi mata yang kompeten, apakah ia mengetahui fakta itu?
e. Apakah saksi itu mengatakan yang sebenarnya dan memberikan kepada kita fakta yang diketahui itu? (Sjamsuddin, 2007: 133).
Kritik sumber memiliki fungsi dalam mencari kebenaran. Kritik sumber sangat penting dilakukan karena menyangkut verifikasi sumber. Pengujian tersebut mengenai kebenaran dan ketepatan sumber-sumber yang akan digunakan. Dengan demikian dapat membedakan apa yang benar, apa yang tidak benar, apa yang mungkin dan apa yang meragukan. Kritik sumber bagi sejarawan erat kaitannya dengan tujuan sejarawan itu dalam rangka mencari kebenaran (Sjamsuddin, 2007: 131). Adapun kritik sumber yang dilakukan oleh peneliti dalam penyusunan skripsi ini terbagi kedalam dua bagian yaitu kritik eksternal dan kritik internal.
3.2.3.3 Kritik Eksternal
Kritik ekternal merupakan suatu cara melakukan verifikasi atau pengujian terhadap aspek-aspek luar dari sumber sejarah (Sjamsuddin, 2007: 132). Peneliti melakukan kritik sumber baik terhadap sumber tertulis maupun sumber lisan. Kritik eksternal terhadap sumber tertulis dilakukan dengan cara memilih dokumen atau buku-buku yang ada kaitannnya dengan permasalahan yang dikaji serta menganalisis secara seksama terhadap sumber-sumber yang diperoleh sehingga diketahui unsur latar belakang peneliti, penerbit, tahun terbit dan keasliannya, karena kekinian tahun terbitnya maka semakin bagus kualitas yang didapat dalam buku tersebut, serta keyakinan dari peneliti bahwa dokumen -dokumen
(28)
Niza Egal Septhiady, 2015
KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
tersebut memang dikeluarkan oleh instansi terkait. Kritik eksternal ini dilakukan untuk memperoleh apakah sumber tersebut otentik (asli) atau tidak.
Adapun kritik eksternal terhadap sumber lisan dilakukan dengan cara mengidentifikasi narasumber apakah mengetahui, mengalami atau melihat peristiwa yang menjadi objek kajian dalam penelitian. Faktor-faktor yang harus diperhatikan dari narasumber adalah mengenai usia, kedudukan, pekerjaan, pendidikan, agama, tempat tinggal, kesehatan baik mental maupun fisik, kejujuran narasumber dan yang terpenting adalah daya ingat narasumber dan keberadaannya pada kurun waktu 1990-2006. Kritik eksternal yang dilakukan peneliti ialah terhadap narasumber yang bernama bapak Rasidi yang bermata pencaharian sebagai nelayan. Beliau berumur 46 tahun dan sudah menjadi nelayan selama lebih dari 30 tahun. Bapak Rasidi merupakan warga asli Kecamatan Gebang. Apabila dilihat dari umur serta kesehatannya, bapak Rasidi masih memiliki daya ingat yang kuat dalam mengingat perubahan serta kehidupan nelayan Kecamatan Gebang pada kurun waktu 1990-2006.
Proses ini dilakukan karena semua data yang diperoleh baik dari sumber lisan maupun tertulis tingkat kebenarannya tidak sama. Sehingga dengan mengetahui kedudukan, pekerjaan, pendidikan dan agama seorang narasumber, peneliti dapat mengerti jika ada subjektivitas yang kemudian terdapat dalam perkataannya. Selain itu juga kritik yang dilakukan terhadap sumber lisan peneliti mengamatinya dari aspek usia para narasumber untuk melihat ketepatan antara kurun waktu kajian, dengan usia mereka pada waktu itu, sehingga dapat diputuskan bahwa mereka benar-benar mengetahui tentang Kehidupan nelayan di Kecamatan Gebang. Daya ingat narasumber sangat penting karena daya ingat sangat berpengaruh terhadap hasil kajian untuk dapat memberikan informasi yang benar-benar sesuai dengan apa yang dialaminya dan apa yang benar-benar terjadi. Dilihat pula kesehatan fisik dan mental serta kejujuran narasumber sangat penting untuk diperhatikan, karena akan sangat menentukan informasi yang akan diberikannya.
(29)
Niza Egal Septhiady, 2015
KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 3.2.3.4. Kritik Internal
Kritik internal merupakan kebalikan dari kritik eksternal. Kritik internal bertujuan untuk menguji reliabilitas dan kredibilitas sumber. Kritik ini mempersoalkan isinya, kemampuan pembuatannya, tanggung jawab dan moralnya. Isinya dinilai dengan membandingkan kesaksian-kesaksian di dalam sumber dengan kesaksian-kesaksian dari sumber lain. Untuk menguji kredibilitas sumber (sejauh mana dapat dipercaya) diadakan penilaian intrinsik terhadap sumber dengan mempersoalkan hal-hal tersebut. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan Sjamsuddin (2007 : 143) bahwa “Kritik internal merupakan
penilaian terhadap aspek “dalam”, yaitu isi dari sumber sejarah setelah sebelumnya disaring melalui kritik eksternal.
Dalam tahapan ini peneliti melakukan kritik internal baik terhadap sumber tertulis maupun terhadap sumber lisan. Kritik terhadap sumber tertulis yang telah diperoleh berupa buku-buku referensi dilakukan dengan cara melakukan cross check (cek silang) dengan membandingkan data dan fakta serta pendapat yang terdapat dalam buku-buku atau dokumen-dokumen yang dikategorikan sebagai sumber tertulis. Hal ini bertujuan untuk memperoleh data yang lebih akurat karena tidak semua orang memiliki pandangan yang sama terhadap suatu permasalahan.
Adapun kritik internal terhadap sumber lisan dilakukan dengan cara membandingkan hasil wawancara antara narasumber yang satu dan narasumber lainnya sehingga peneliti mendapatkan fakta yang dibutuhkan mengenai kondisi nelayan di Gebang. Setelah peneliti melakukan kaji banding pendapat narasumber yang satu dan lainnya kemudian membandingkan pendapat narasumber dengan sumber tertulis. Kegiatan yang dilakukan setelah sumber-sumber tersebut telah mengalami pengujian, maka peneliti menetapkan apakah fakta yang diperoleh dari sumber tertulis maupun lisan dapat diandalkan atau tidak. Kaji banding ini bertujuan untuk memperoleh kebenaran dari fakta yang didapat dari sumber tertulis maupun sumber lisan yang dibutuhkan dalam penelitian ini.
(30)
Niza Egal Septhiady, 2015
KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 3.2.3.5 Penafsiran Sumber (Interpretasi)
Interpretasi merupakan langkah selanjutnya yang dilakukan setelah dilakukan kritik sumber. Interpretasi adalah kegiatan menafsirkan fakta-fakta yang sudah diperoleh melalui cara mengolah fakta yang telah dikritisi dengan merujuk beberapa referensi yang mendukung penelitian.Interpretasi perlu dilakukan agar data atau fakta yang telah dikumpulkan sebelumnya dapat digunakan sebagai bahan penelitian skripsi. Sjamsuddin (2007: 158-159) menjelaskan disadari atau tidak para sejarawan berpegang pada pada salah satu atau kombinasi beberapa filsafat sejarah tertentu yang menjadi dasar penafsirannya.
Dalam melakukan penafsiran terhadap sumber-sumber yang diperoleh, digunakan juga pendekatan interdisipliner agar mempermudah peneliti dalam merangkaikan fakta-fakta yang didapat. Pendekatan ini dilakukan terhadap permasalahan yang dikaji dengan menggunakan sudut pandang disiplin ilmu satu rumpun yaitu ilmu sosiologi dan ekonomi. Pendekatan sosiologi dapat dilihat aspek perubahan sosial dan stratifikasi dalam tatanan masyarakat nelayan di Kecamatan Gebang Kabupaten Cirebon. Pendekatan ekonomi adalah apakah dalam kurun waktu 1990-2006 terjadi peningkatan produksi ikan dan peningkatan pendapatan bagi nelayan dan berkontribusi pada kesejahteraan masyarakat nelayan Kecamatan Gebang Kabupaten Cirebon tahun 1990-2006.
3.2.3.6 Historiografi
Tahap ini merupakan tahap terakhir dari penelitian yang memaparkan dan melaporkan seluruh hasil penelitian dalam bentuk tertulis setelah melalui tahap interpretasi fakta. Pada tahap ini seluruh daya pikiran dikerahkan bukan saja keterampilan teknis penggunaan kutipan-kutipan dan catatan-catatan. Namun yang paling utama adalah penggunaan pikiran-pikiran kritis dan analitis sehingga menghasilkan suatu sintesis dari seluruh hasil penelitian dan penemuan dalam suatu penelitian utuh yang disebut dengan historiografi.
Historiografi berarti pelukisan sejarah, gambaran sejarah tentang peristiwa yang terjadi pada waktu yang telah lalu (Ismaun, 2005: 28). Dengan kata lain,pendekatan historiografi merupakan penelitian yang dilakukan setelah selesai
(31)
Niza Egal Septhiady, 2015
KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
melakukan analisis dan penafsiran terhadap data dan fakta sejarah. Dalam historiografi peneliti menceritakan hal-hal yang didapat disertai dengan penafsiran-penafsirannya sehingga hasil dari historiografi berupa rekonstruksi dari peristiwa sejarah. Peneliti dalam hal ini bebas menentukan sendiri cara menulis sehingga menghasilkan karya mandiri yang menjadi tanggung jawabnya. Namun dalam kebebasanya tersebut peneliti tetap harus memperhatikan ketentuan-ketentuan umum baik dalam penelitiannya maupun dalam penafsiranya. Ketentuan-ketentuan tersebut adalah penafsiran (Interpretasi), penjelasan (Eksplanasi), dan penyajian (Ekspose, Darstellung) (Ismaun, 2005 : 157).
Pada tahapan historiografi merupakan hasil dari upaya peneliti dalam mengerahkan kemampuan menganalisis dan mengkritisi sumber yang diperoleh dan kemudian dihasilkan sintesis dari penelitiannya yang terwujud dalam penelitian skripsi berjudul “Kehidupan Masyarakat Nelayan Kecamatan Gebang Kabupaten Cirebon (Kajian Historis: 1990-2006)”. Laporan hasil penelitian ini disusun dalam bentuk tulisan yang disesuaikan dengan teknik penelitian karya ilmiah dan menggunakan tata bahasa penelitian yang baik dan benar. Adapun sistematika yang digunakan dalam penelitian laporan ini disesuaikan dengan buku pedoman penelitian karya ilmiah yang dikeluarkan oleh UPI Bandung. Dalam penyusunan laporan penelitian ini, setiap bab memiliki fungsi dan kaitan dengan bab lainnya.
BAB I Pendahuluan. Dalam bab ini dijelaskan latar belakang penelitian yang didalamnya memuat penjelasan alasan pemilihan masalah tersebut sebagai judul penelitian. Bab ini terdiri dari sub-bab yaitu mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode dan teknik penelitian, serta sistematika penelitian.
BAB II Kajian Pustaka. Dalam bab ini berisi tentang pemaparan terhadap sejumlah beberapa karya tulis atau literatur ditambah dengan hasil wawancara terhadap berbagai narasumber yang digunakan sebagai acuan dan dipergunakan peneliti dalam menelaah dan mengkaji tentang kehidupan masyarakat nelayan yang ada di Indonesia, salah satunya kehidupan masyarakat nelayan Gebang. Adapun sejumlah literatur yang dikaji merupakan tulisan dari para ahli sosial
(32)
Niza Egal Septhiady, 2015
KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ekonomi dan laporan-laporan yang disusun dalam bentuk buku berkaitan dengan kajian yang dibahas. Sedangkan wawancara dilakukan terhadap dinas-dinas terkait, misalnya Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Cirebon, Pengelola Tempat Pelelangan Ikan, pegawai Kecamatan Gebang, dan sejumlah nelayan di wilayah Kecamatan Gebang. Semua literatur dan narasumber tersebut berkaitan dengan kajian permasalahan penelitian yaitu mengenai kehidupan masyarakat nelayan Kecamatan Gebang, khususnya ketika terjadi modernisasi dan maraknya bakul di masyarakat nelayan tahun 1990-2006.
BAB III Metodologi Penelitian. Dalam bab ini diuraikan tentang metode dan teknik penelitian yang digunakan peneliti dalam mencari sumber-sumber dan cara pengolahan sumber-sumber yang dianggap relevan dengan permasalahan yang dikaji. Dalam bab ini juga, peneliti mendeskripsikan langkah-langkah penelitian yang dilakukan peneliti antara lain: tahap persiapan penelitian, tahap pelaksanaan penelitian, dan langkah terakhir adalah tahap proses penyusunan dan penelitian akhir dari kegiatan penelitian.
BAB IV Pembahasan. Dalam bab ini akan diuraikan mengenai hal-hal yang berhubungan dengan seluruh hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Uraian tersebut berdasarkan permasalahan atau pertanyaan-pertanyaan penelitian yang dirumuskan pada bab pertama. Adapun sistematika dalam bab ini, peneliti membaginya ke dalam beberapa sub-bab judul. Yang pertama,Bagaimana gambaran umum kehidupan masyarakat nelayan Kecamatan Gebang Kabupaten Cirebon tahun 1990. Kedua,Bagaimana upaya nelayan di Kecamatan Gebang dalam meningkatkan kehidupan sosial-ekonomi dari tahun 1990-2006. Ketiga, Bagaimana peranan pemerintah Kabupaten Cirebon dalam upaya meningkatkan kehidupan sosial ekonomi masyarakat nelayan di Kecamatan Gebang tahun 1990-2006 Dan keempat,Bagaimana perubahan sosial ekonomi masyarakat nelayan Kecamatan Gebang Kabupaten Cirebon dari tahun 1990-2006.
BAB V Simpulan dan Saran Dalam bab ini akan dikemukakan hasil temuan dan pandangan peneliti, serta jawaban secara umum dari permasalahan yang dikaji. Bab kesimpulan merupakan bagian akhir dari penelitian.
(33)
Niza Egal Septhiady, 2015
KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
diperoleh setelah melakukan pengkajian dan sekaligus memberikan analisis terhadap permasalahan yang dibahas. Kesimpulan tersebut merujuk pada jawaban atas permasalahan penelitian yang telah dikemukakan oleh peneliti di dalam bab sebelumnya.
5.1 SIMPULAN
Sektor perikanan yang ada di Kecamatan Gebang merupakan salah satu sektor ekonomi yang memiliki peranan dalam pembangunan ekonomi wilayah tersebut, khususnya dalam penyediaan bahan pangan protein dan penyediaan lapangan kerja. Akan tetapi ironisnya sektor perikanan selama ini belum mendapat perhatian yang serius dari pemerintah padahal bila sektor perikanan dikelola secara serius akan memberikan kontribusi yang lebih besar terhadap pembangunan ekonomi di Kecamatan Gebang atau Kabupaten Cirebon dan bahkan bisa memberikan kontribusi yang lebih besar terhadap pembangunan ekonomi nasional serta dapat mengentaskan kemiskinan masyarakat nelayan.
Kemunculan bakul pada awal tahun 1990-an mulanya dipandang sebagai penyelamat ditengah kesulitan ekonomi yang dialami masyarakat nelayan Gebang pada saat itu, karena selain memberikan pinjaman modal usaha kepada para nelayan tugas utama bakul adalah menyelenggarakan kegiatan pasar secara terus-menerus agar ikan tetap tersedia untuk konsumen dan menyelamatkan harga ikan ketika hasil tangkapan nelyan sedikit atau berlimpah. Istilah lain untuk bakul yang
ada di masyarakat nelayan Gebang ialah “langgan".
Kemunculan dan semakin banyaknya jumlah bakul yang ada di Gebang sebenarnya tidak muncul dengan sendirinya akan tetapi disebabkan oleh beberapa hal antara lain masalah-masalah yang dihadapi nelayan yang menuntut mereka untuk meminta bantuan terhadap bakul. Seperti masalah produksi dimana nelayan membutuhkan perahu serta alat tangkap ikan untuk kegiatan menangkap ikan dan bakul lah yang memiliki modal untuk menyediakan perahu dan alat tangkap ikan
(34)
Niza Egal Septhiady, 2015
KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
tersebut. Selain masalah produksi, maka masalah pemasaran juga dihadapi oleh nelayan Gebang, untuk mengatasi permasalahan itu nelayan berusaha terobosan untuk meningkatkan pendapatan dengan cara megandalkan bakul untuk memasarkan hasil tangkapannya dan meminjam uang kepada pemilik modal untuk perbaikan maupun pengadaan alat tangkap ikan. Akan tetapi, ternyata berbagai upaya yang dilakukan oleh nelayan Gebang untuk meningkatkan kesejahteraannya telah menjebak mereka dalam ketergantungan dengan pihak lain, sekaligus menempatkan mereka pada posisi yang lemah.
Ketidakpuasan nelayan terhadap sistem bagi hasil yang demikian akan bertambah karena jika operasi perahu tidak memperoleh penghasilan, nelayan tidak mendapatkan suatu kompensasi dalam bentuk apapun dari bakul. Jaminan sosial tenaga kerja nelayan juga tidak ada sehingga jika ia sakit harus ditanggung sendiri biaya pengobatannya. Dalam menghadapi ketimpangan tersebut, nelayan tidak dapat berbuat banyak karena tingkat ketergantungan terhadap bakul cukup tinggi. Nelayan menerima kenyataan-kenyataan seperti itu karena dipaksa oleh keadaan dan biasanya terikat pinjaman kontrak kerja dengan bakul.
Banyak permasalahan yang harus dihadapi oleh nelayan Gebang, akan tetapi hal tersebut tidak menyurutkan usaha nelayan untuk meningkatkan kesejahteraannya. Walaupun dalam meningkatkan kesejahteraan hidup nelayan, nelayan masih mengalami kesulitan yang disebabkan oleh beberapa faktor seperti, hubungan kerja dengan bakul yang sering kali merugikan nelayan. hal tersebut senada dengan apa yang dikatakan oleh bapak Ali selaku nelayan Gebang beliau mengatakan bahwa “bakul memperoleh fee atau jatah 15% dari hasil tangkapan
nelayan”. jatah 15% dari hasil tangkapan yang dilakukan nelayan didapatkan
bakul karena bakul yang memberikan modal serta pengadaan alat tangkap ikan kepada para nelayan. modal pinjaman tersebut biasanya tidak berbunga bahkan tidak dikembalikan oleh nelayan melainkan sebagai bentuk hubungan kerja antara nelayan tersebut dengan bakul. Selain beberapa faktor tersebut, hal lain yang menambah kesulitan dalam meningkatkan kesejahteraan nelayan adalah tidak adanya pihak-pihak yang membantu secara total dan sungguh-sungguh dalam membangun masyarakat nelayan Gebang.
(35)
Niza Egal Septhiady, 2015
KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Beberapa permasalahan tersebut telah mendorong nelayan Gebang untuk melakukan terobosan dalam meningkatkan kesejahteraannya seperti membentuk Kelompok Usaha Bersama (KUB) yang bertujuan untuk mengembangkan strategi kemandirian berdasarkan kemampuan sumber daya yang dimiliki untuk menyelesaikan berbagai persoalan yang mereka hadapi. Kemandirian ini membangkitkan sikap-sikap otonom di kalangan nelayan merupakan modal sosial yang sangat berharga sebagai basis kelangsungan kehidupan mereka. Bentuk perwujudan dari sikap-sikap otonom nelayan terlihat dalam sususnan tingkah laku sosial, seperti perkumpulan simpan pinjam, arisan, dan jaringan sosial yang berfungsi untuk menggalang kemampuan sumber daya ekonomi kolektif dalam hubungan timbal balik sehingga eksistensi masyarakat nelayan tetap terjamin.
Sikap saling membantu dan jaringan pinjam-meminjam sumber daya ekonomi dan jasa merupakan salah satu unsur karakteristik sosial yang sangat penting. Sikap tersebut telah menjadi mentalitas secara sosial kehidupan nelayan dan yang harus dilihat dalam kasus yang ada pada Kelompok Usaha Bersama di Gebang yaitu adanya rasa saling percaya diantara anggota kelompok nelayan tersebut. Seandainya saja tidak ada rasa saling percaya, masyarakat nelayan Gebang akan menghadapi situasi diintegrasi sosial dan menyulitkan mereka menjaga kelangsungan hidup.
Di dalam masyarakat nelayan Gebang terdapat kelompok perempuan terlibat penuh dalam kegiatan sosial ekonomi. Kegiatan sosial ekonomi tersebut yaitu dalam hal pengolahan ikan. Kelompok pengolahan ikan terdiri dari: (1) kelompok pengolah ikan menjadi baso, (2) kelompok pengolah ikan menjadi ikan asin, (3) kelompok pengolah ikan menjadi pakan ikan dari limbah ikan. Namun, untuk pengolahan pakan ikan dapat beroperasi secara maksimal apabila jumlah sumber limbah ikan melimpah. Sebaliknya, akan terkendala ketika apabila limbah ikan sulit didapat dan biasanya kelompok pengolah ikan menjadi pakan ikan tidak beroperasi.
Memasuki awal tahun 2000-an dimana segala macam harga kebutuhan pokok melonjak naik dikarenakan krisis yang melanda Indonesia pada akhir tahun 1990-an dan sumber daya perikanan yang semakin menurun hasilnya yang
(36)
Niza Egal Septhiady, 2015
KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
disebabkan oleh masa paceklik yang terjadi sepanjang tahun, persaingan dengan nelayan lain yang menggunakan perahu yg lebih besar seperti perahu porsen yang juga beroperasi di perairan Gebang. Selain itu, kerusakan ekosistem dan eksploitasi sumber daya perikanan yang terus menerus secara berlebihan mengakibatkan nelayan Gebang untuk merubah gaya hidup yang selama ini dinilai boros dan tidak berorientasi ke masa depan. Perubahan sosial dibidang ekonomi terlihat dari kesadaran masyarakat nelayan Gebang untuk menabung yang semakin meningkat untuk menghadapi masa dimana nelayan kurang mendapatkan hasil yang mencukupi kebutuhannya dari melaut atau yang dimasa dikenal dengan masa paceklik.
Perubahan selanjutnya yang dialami oleh masyarakat nelayan Gebang adalah mulai tumbuhnya tingkat kesadaran akan kelestarian lingkungan alam dengan adanya gerakan sukarela menghijaukan kembali terumbu karang dan bakau, dengan adanya larangan untuk tidak melakukan penangkapan ikan menggunakan bom atau racun yang sangat membahayakan keberlangsungan ekosistem alam. Hal ini dilakukan karena daerah pesisir Kecamatan Gebang merupakan daerah pertemuan antara muara sungai dengan laut lepas menyebabkan kondisi air yang payau, sehingga menjadi daerah habitat ikan dan aneka satwa laut lainnya.
5.2 SARAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti. Peneliti memiliki beberapa masukan dan saran diantaranya:
a. Diperlukan kebijakan pemerintah seperti kebijakan sosial yang diterbitkan harus benar-benar menyentuh masyarakat miskin termasuk dalam fokus bahasan ini adalah kehidupan masyarakat nelayan Kecamatan Gebang. b. Diperlukan kebijakan pemberdayaan ekonomi yang bersifat berkelanjutan,
artinya seperti dalam kebijakan modernisasi alat tangkap ikan seharusnya ada penyuluhan kepada nelayan agar dapat menggunakan alat tangkap ikan tersebut secara maksimal dan cara menggunakan alat tangkap tersebut agar tidak cepat rusak.
(37)
Niza Egal Septhiady, 2015
KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
c. Diperlukan adanya pengawasan dari pemerintah ataupun dinas peikanan dan kelautan dalam mengawasinya jalannya program jaminan sosial bagi nelayan Gebang agar adanya transparansi dalam pengelolaan dana retribusi dan konsisten dalam pendistribusian kembali sebagai dana retribusi tersebut untuk menyantuni kebutuhan sosial nelayan.
d. Harus adanya pembinaan bagi Kelompok Usaha Bersama (KUB) yang terdapat pada nelayan Gebang karena KUB memiliki beberapa manfaat seperti, nelayan dapat meningkatkan produksi melalui kemudahan dalam memperoleh informasi teknologi, permodalan dan pemasaran serta kemudahan dalam penyelesaian permasalahan terkait dengan usaha dibidang perikanan tangkap.
e. Bagi nelayan Gebang perlu dijalankannya gaya hidup yang berorientasi ke masa depan seperti, tidak boros, kesadaran menabung dan meningkatkan mutu pendidikan dalam keluarganya.
f. Diharapkan penelitian ini dapat memberikan pengetahuan dan wawasan yang lebih mendalam khususnya mengenai sejarah lokal yang berkaitan dengan kehidupan sosial ekonomi maupun budaya dan diharapkan bisa dijadikan pembelajaran sejarah lokal baik ditingkat pendidikan dasar maupun ditingkap pendidikan menengah khususnya di lembaga pendidikan formal di Kabupaten Cirebon.
g. Diaharapkan pemerintah daerah juga bisa menjadikan kehidupan masyarakat nelayan sebagai salah satu mata pelajaran muatan lokal (Mulok) yang ada di sekolah penelitian ini diharapkan bisa masuk kedalam mata pelajaran yang ada di SMK-SMK yang berbasis kelautan atau mata pelajaran di SMA yang berkaitan tentang kebijakan masa orde baru sampai reformasi dan pengaruhnya terhadap kehidupan masyarakat nelayan.
(38)
Niza Egal Septhiady, 2015
KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dan pertumbuhan wilayah. Yogyakarta: Graha ilmu.
Budiman, A (1995). Teori Pembangunan Dunia Ketiga. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Gottschalk, L. (2008). Mengerti Sejarah. Jakarta: Universitas Indonesia Press. Ismaun. (2005). Pengantar Belajar Sejarah Sebagai Ilmu dan Wahana
Pendidikan. Bandung: Historia Utama Press.
Kusnadi, (2007). Jaminan Sosial Nelayan. Yogyakarta: LKiS Kusnadi, (2003). Akar Kemiskinan Nelayan. Yogyakarta: LKiS
Kusnadi, (2002). Konflik Sosial Nelayan: Kemiskinan dan Perebutan Sumber Daya Perikanan. Yogyakarta: LKis
Lauer R .H (1993) Perspektif Tentang Perubahan Sosial . Jakarta : PT. Rineka Cipta Mutakin, A & Gurniwan K.P. (2000). Masyarakat Indonesia Dalam Dinamika.
Bandung: Buana Nusa
Mulyadi, S. (2007). Ekonomi Kelautan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Rahardjo, S. (2000). Hukum Koperasi Indonesia. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Ranjabar, J. (2008). Perubahan Sosial Dalam Teori Makro. Bandung: Alfabeta Simandjutak, B. (2007). Sosiologi Pembangunan. Jakarta: Bina Ilmu.
Sumaatmadja, (1986). Perspektif studi Sosial. Bandung: Alumni.
Suharto, Edi (2007). Kebijakan Sosial sebagai kebijakan publik, Bandung: Alfabeta.
Sharif, C.S. (2013). Our Blue Economy: An Odyssey to Prosperity. Jakarta: Departemen Kelautan dan Perikanan.
Sjamsuddin, H. (2007). Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Ombak.
Utsman, S. (2006). Anatomi Konflik & Solidaritas Masyarakat Nelayan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
(39)
Niza Egal Septhiady, 2015
KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Widja, I.G.(1989).Sejarah Lokal Suatu Perspektif Dalam Pengajaran Sejarah. Jakarta: Depdikbud
SUMBER ARTIKEL JURNAL:
Adharti, et al. (2012). “Model Kurikulum Pemberdayaan Masyarakat Pesisir Berbasis Ekonomi Produktif di Kabupaten Cirebon dan Kabupaten Jeneponto”. Jakarta: Insentif Peningkatan Peneliti dan Perekayasa Kementerian Riset dan Teknologi.
Mardjoeki. (2012). “Pemberdayaan Masyarakat Pesisir Pantai Utara Daerah
Kabupaten Cirebon”. Jurnal Ekonomi. 1, (1), 52-57
Muflikhati, Dkk. (2010). “Kondisi Sosial Ekonomi Dan Tingkat Kesejahteraan Keluarga: Kasus Di Wilayah Pesisir Jawa Barat”. Jurnal Ilmu Kelautan. 1, (3), 1-10
Watung, et al. (2013). “Karakteristik Sosial Ekonomi Masyarakat Nelayan Di Desa Lopana Kecamatan Amurang Timur Propinsi Sulawesi Utara”. Jurnal Ilmiah PS. Agrobisnis Perikanan UNSRAT 2, (1), 9
SUMBER INTERNET:
Dasira, A. (2014). Antara Konsep Kelautan atau Kemaritiman. Tersedia [Online]: http://batampos.co.id/30-10-2014/antara-konsep-kelautan-atau-kemaritiman/ [diakses tanggal 26 Maret 2015].
Kaya, I.R.G (2013). Nelayan Sebagai Masyarakat Pesisir. Tersedia [Online] :
https://gracelliaraystika.wordpress.com/2013/01/17/nelayan-sebagai-masyarakat-pesisir/ [diakses tanggal 25 Maret 2015]
SUMBER SKRIPSI ATAU TESIS:
Husen, I. (2014). Dinamika Perubahan Sosial Masyarakat Nelayan Dalam Meningkatkan Taraf Hidup Di Kelurahan Mafututu Kota Tidore Kepulauan. Manado: Universitas Sam Ratulangi.
(1)
91
Niza Egal Septhiady, 2015
KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Beberapa permasalahan tersebut telah mendorong nelayan Gebang untuk melakukan terobosan dalam meningkatkan kesejahteraannya seperti membentuk Kelompok Usaha Bersama (KUB) yang bertujuan untuk mengembangkan strategi kemandirian berdasarkan kemampuan sumber daya yang dimiliki untuk menyelesaikan berbagai persoalan yang mereka hadapi. Kemandirian ini membangkitkan sikap-sikap otonom di kalangan nelayan merupakan modal sosial yang sangat berharga sebagai basis kelangsungan kehidupan mereka. Bentuk perwujudan dari sikap-sikap otonom nelayan terlihat dalam sususnan tingkah laku sosial, seperti perkumpulan simpan pinjam, arisan, dan jaringan sosial yang berfungsi untuk menggalang kemampuan sumber daya ekonomi kolektif dalam hubungan timbal balik sehingga eksistensi masyarakat nelayan tetap terjamin.
Sikap saling membantu dan jaringan pinjam-meminjam sumber daya ekonomi dan jasa merupakan salah satu unsur karakteristik sosial yang sangat penting. Sikap tersebut telah menjadi mentalitas secara sosial kehidupan nelayan dan yang harus dilihat dalam kasus yang ada pada Kelompok Usaha Bersama di Gebang yaitu adanya rasa saling percaya diantara anggota kelompok nelayan tersebut. Seandainya saja tidak ada rasa saling percaya, masyarakat nelayan Gebang akan menghadapi situasi diintegrasi sosial dan menyulitkan mereka menjaga kelangsungan hidup.
Di dalam masyarakat nelayan Gebang terdapat kelompok perempuan terlibat penuh dalam kegiatan sosial ekonomi. Kegiatan sosial ekonomi tersebut yaitu dalam hal pengolahan ikan. Kelompok pengolahan ikan terdiri dari: (1) kelompok pengolah ikan menjadi baso, (2) kelompok pengolah ikan menjadi ikan asin, (3) kelompok pengolah ikan menjadi pakan ikan dari limbah ikan. Namun, untuk pengolahan pakan ikan dapat beroperasi secara maksimal apabila jumlah sumber limbah ikan melimpah. Sebaliknya, akan terkendala ketika apabila limbah ikan sulit didapat dan biasanya kelompok pengolah ikan menjadi pakan ikan tidak beroperasi.
Memasuki awal tahun 2000-an dimana segala macam harga kebutuhan pokok melonjak naik dikarenakan krisis yang melanda Indonesia pada akhir tahun 1990-an dan sumber daya perikanan yang semakin menurun hasilnya yang
(2)
disebabkan oleh masa paceklik yang terjadi sepanjang tahun, persaingan dengan nelayan lain yang menggunakan perahu yg lebih besar seperti perahu porsen yang juga beroperasi di perairan Gebang. Selain itu, kerusakan ekosistem dan eksploitasi sumber daya perikanan yang terus menerus secara berlebihan mengakibatkan nelayan Gebang untuk merubah gaya hidup yang selama ini dinilai boros dan tidak berorientasi ke masa depan. Perubahan sosial dibidang ekonomi terlihat dari kesadaran masyarakat nelayan Gebang untuk menabung yang semakin meningkat untuk menghadapi masa dimana nelayan kurang mendapatkan hasil yang mencukupi kebutuhannya dari melaut atau yang dimasa dikenal dengan masa paceklik.
Perubahan selanjutnya yang dialami oleh masyarakat nelayan Gebang adalah mulai tumbuhnya tingkat kesadaran akan kelestarian lingkungan alam dengan adanya gerakan sukarela menghijaukan kembali terumbu karang dan bakau, dengan adanya larangan untuk tidak melakukan penangkapan ikan menggunakan bom atau racun yang sangat membahayakan keberlangsungan ekosistem alam. Hal ini dilakukan karena daerah pesisir Kecamatan Gebang merupakan daerah pertemuan antara muara sungai dengan laut lepas menyebabkan kondisi air yang payau, sehingga menjadi daerah habitat ikan dan aneka satwa laut lainnya.
5.2 SARAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti. Peneliti memiliki beberapa masukan dan saran diantaranya:
a. Diperlukan kebijakan pemerintah seperti kebijakan sosial yang diterbitkan harus benar-benar menyentuh masyarakat miskin termasuk dalam fokus bahasan ini adalah kehidupan masyarakat nelayan Kecamatan Gebang. b. Diperlukan kebijakan pemberdayaan ekonomi yang bersifat berkelanjutan,
artinya seperti dalam kebijakan modernisasi alat tangkap ikan seharusnya ada penyuluhan kepada nelayan agar dapat menggunakan alat tangkap ikan tersebut secara maksimal dan cara menggunakan alat tangkap tersebut agar
(3)
93
Niza Egal Septhiady, 2015
KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
c. Diperlukan adanya pengawasan dari pemerintah ataupun dinas peikanan dan kelautan dalam mengawasinya jalannya program jaminan sosial bagi nelayan Gebang agar adanya transparansi dalam pengelolaan dana retribusi dan konsisten dalam pendistribusian kembali sebagai dana retribusi tersebut untuk menyantuni kebutuhan sosial nelayan.
d. Harus adanya pembinaan bagi Kelompok Usaha Bersama (KUB) yang terdapat pada nelayan Gebang karena KUB memiliki beberapa manfaat seperti, nelayan dapat meningkatkan produksi melalui kemudahan dalam memperoleh informasi teknologi, permodalan dan pemasaran serta kemudahan dalam penyelesaian permasalahan terkait dengan usaha dibidang perikanan tangkap.
e. Bagi nelayan Gebang perlu dijalankannya gaya hidup yang berorientasi ke masa depan seperti, tidak boros, kesadaran menabung dan meningkatkan mutu pendidikan dalam keluarganya.
f. Diharapkan penelitian ini dapat memberikan pengetahuan dan wawasan yang lebih mendalam khususnya mengenai sejarah lokal yang berkaitan dengan kehidupan sosial ekonomi maupun budaya dan diharapkan bisa dijadikan pembelajaran sejarah lokal baik ditingkat pendidikan dasar maupun ditingkap pendidikan menengah khususnya di lembaga pendidikan formal di Kabupaten Cirebon.
g. Diaharapkan pemerintah daerah juga bisa menjadikan kehidupan masyarakat nelayan sebagai salah satu mata pelajaran muatan lokal (Mulok) yang ada di sekolah penelitian ini diharapkan bisa masuk kedalam mata pelajaran yang ada di SMK-SMK yang berbasis kelautan atau mata pelajaran di SMA yang berkaitan tentang kebijakan masa orde baru sampai reformasi dan pengaruhnya terhadap kehidupan masyarakat nelayan.
(4)
dan pertumbuhan wilayah. Yogyakarta: Graha ilmu.
Budiman, A (1995). Teori Pembangunan Dunia Ketiga. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Gottschalk, L. (2008). Mengerti Sejarah. Jakarta: Universitas Indonesia Press. Ismaun. (2005). Pengantar Belajar Sejarah Sebagai Ilmu dan Wahana
Pendidikan. Bandung: Historia Utama Press.
Kusnadi, (2007). Jaminan Sosial Nelayan. Yogyakarta: LKiS Kusnadi, (2003). Akar Kemiskinan Nelayan. Yogyakarta: LKiS
Kusnadi, (2002). Konflik Sosial Nelayan: Kemiskinan dan Perebutan Sumber Daya Perikanan. Yogyakarta: LKis
Lauer R .H (1993) Perspektif Tentang Perubahan Sosial . Jakarta : PT. Rineka Cipta Mutakin, A & Gurniwan K.P. (2000). Masyarakat Indonesia Dalam Dinamika.
Bandung: Buana Nusa
Mulyadi, S. (2007). Ekonomi Kelautan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Rahardjo, S. (2000). Hukum Koperasi Indonesia. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Ranjabar, J. (2008). Perubahan Sosial Dalam Teori Makro. Bandung: Alfabeta Simandjutak, B. (2007). Sosiologi Pembangunan. Jakarta: Bina Ilmu.
Sumaatmadja, (1986). Perspektif studi Sosial. Bandung: Alumni.
Suharto, Edi (2007). Kebijakan Sosial sebagai kebijakan publik, Bandung: Alfabeta.
Sharif, C.S. (2013). Our Blue Economy: An Odyssey to Prosperity. Jakarta: Departemen Kelautan dan Perikanan.
Sjamsuddin, H. (2007). Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Ombak.
Utsman, S. (2006). Anatomi Konflik & Solidaritas Masyarakat Nelayan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
(5)
95
Niza Egal Septhiady, 2015
KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Widja, I.G.(1989).Sejarah Lokal Suatu Perspektif Dalam Pengajaran Sejarah. Jakarta: Depdikbud
SUMBER ARTIKEL JURNAL:
Adharti, et al. (2012). “Model Kurikulum Pemberdayaan Masyarakat Pesisir Berbasis Ekonomi Produktif di Kabupaten Cirebon dan Kabupaten Jeneponto”. Jakarta: Insentif Peningkatan Peneliti dan Perekayasa Kementerian Riset dan Teknologi.
Mardjoeki. (2012). “Pemberdayaan Masyarakat Pesisir Pantai Utara Daerah Kabupaten Cirebon”. Jurnal Ekonomi. 1, (1), 52-57
Muflikhati, Dkk. (2010). “Kondisi Sosial Ekonomi Dan Tingkat Kesejahteraan Keluarga: Kasus Di Wilayah Pesisir Jawa Barat”. Jurnal Ilmu Kelautan. 1, (3), 1-10
Watung, et al. (2013). “Karakteristik Sosial Ekonomi Masyarakat Nelayan Di Desa Lopana Kecamatan Amurang Timur Propinsi Sulawesi Utara”. Jurnal Ilmiah PS. Agrobisnis Perikanan UNSRAT 2, (1), 9
SUMBER INTERNET:
Dasira, A. (2014). Antara Konsep Kelautan atau Kemaritiman. Tersedia [Online]: http://batampos.co.id/30-10-2014/antara-konsep-kelautan-atau-kemaritiman/ [diakses tanggal 26 Maret 2015].
Kaya, I.R.G (2013). Nelayan Sebagai Masyarakat Pesisir. Tersedia [Online] :
https://gracelliaraystika.wordpress.com/2013/01/17/nelayan-sebagai-masyarakat-pesisir/ [diakses tanggal 25 Maret 2015]
SUMBER SKRIPSI ATAU TESIS:
Husen, I. (2014). Dinamika Perubahan Sosial Masyarakat Nelayan Dalam Meningkatkan Taraf Hidup Di Kelurahan Mafututu Kota Tidore Kepulauan. Manado: Universitas Sam Ratulangi.
(6)
Ruswandi, A (2014). Pasang Surut Kehidupan Masyarakat Nelayan Ujung
Genteng (suatu tinjauan sosial-ekonomi 1990-2006). Universitas
Pendidikan Indonesia: Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Sarjulis, (2011). Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Nelayan Tanjung Mutiara Kabupaten Agam (1970-2009). Universitas Padang: Fakultas Sastra.
Walangadi, H. (2003). Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Ikan Di Propinsi Gorontalo. Makassar: Thesis Program Pasca Sarjana Universitas Hasanuddin.
Zubair, S. (2011). Analisis Pendapatan Nelayan Pada Unit Alat Tangkap Payang Di Desa Pabbaressang Kec. Bua Kab. Luwu. Makassar: Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan. Skripsi. Universitas Hasanudin.
SUMBER DOKUMEN:
Badan Pusat Statistik. (2005). Kabupaten Cirebon Dalam Angka. Cirebon: Kantor Statistik Kabupaten Cirebon
__________________. (1996). Kecamatan Gebang Dalam Angka. Cirebon: Kantor Kecamatan Gebang.
__________________. (2003). Kecamatan Gebang Dalam Angka. Cirebon: Kantor Kecamatan Gebang.
__________________. (2004). Kecamatan Gebang Dalam Angka. Cirebon: Kantor Kecamatan Gebang.
__________________. (2005). Kecamatan Gebang Dalam Angka. Cirebon: Kantor Kecamatan Gebang.
__________________. (2006). Kecamatan Gebang Dalam Angka. Cirebon: Kantor Kecamatan Gebang.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 1992 Tentang Perkoperasian