KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN DI SEKITAR TERMINAL PELABUHAN DESA SIDOMUKTI KECAMATAN MANYAR KABUPATEN GRESIK.

(1)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Negeri Sunan Ampel Surabaya untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial

(S.sos) dalam Bidang Sosiologi

Oleh:

ELY NOVITA

NIM: B05213003

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

J U R U S A I L M U S O S I A L

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

ABSTRAK

ELY NOVITA, 2017, KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN DI SEKITAR TERMINAL PELABUHAN DESA SIDOMUKTI KECAMATAN MANYAR KABUPATEN GRESIK, “Skripsi Program Studi Sosiologi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Sunan Ampel Surabaya.”

Kata Kunci: Kehidupan Masyarakat Nelayan Di Sekitar Terminal Pelabuhan

Dari berbagai permasalahan yang ada, peneliti membatasi rumusan masalah yang hendak dikaji dalam skripsi ini ialah sebagai berikut, bagaimana kehidupan masyarakat nelayan sebelum dan sesudah adanya terminal pelabuhan. Dan peneliti juga mengkaji beberapa fenomena yang terjadi di sekitar terminal pelabuhan, yang salah satunya adalah perubahan cara beradaptasi masyarakat sekitar setelah adanya terminal pelabuhan.

Untuk menjawab rumusan masalah di atas, metode yang digunakan oleh peneliti adalah metode kualitatif deskriptif, dengan teknik pengumpulan data observasi, wawancara dan dokumentasi. Metode ini dipilih agar diperoleh data penelitian yang bersifat mendalam dan menyeluruh mengenai kehidupan masyarakat nelayan di sekitar terminal pelabuhan. Teori yang digunakan dalam menganalisis data yang diperoleh adalah teori AGIL Talcot Parsons.

Dari hasil penelitian ini ditemukan bahwa; Kehidupan masyarakat nelayan sebelum adanya terminal pelabuhan masih dalam kondisi yang baik-baik saja, mulai dari pendapatan yang tinggi, hasil tangkapan banyak, kesehatan yang terjaga dan lingkungan yang masih belum tercemar oleh dampak industri. Sedangkan kehidupan masyarakat nelayan setelah adanya terminal pelabuhan banyak sekali Masalah-masalah yang dialami masyarakat nelayan, mulai dari pendapatan yang rendah, hasil tangkapan sedikit, kesehatan yang tidak terkontrol dan lingkungan yang sudah tercemar akibat reklamasi besar-besaran.


(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………i

PERSETUJUAN PEMBIMBING………ii

MOTTO……….…iii

PERSEMBAHAN……….…iv

PERNYATAAN PERTANGGUNG JAWABAN PENULISAN SKRIPSI…..…v

ABSTRAK……….…vi

KATA PENGANTAR………...vii

DAFTAR ISI……….viii

BAB I :PENDAHULUAN……….……ix

A. Latar Belakang……….….1

B. Fokus Masalah……….……….7

C. Tujuan Penelitian………..7

D. Manfaat Penelitian………7

E. Definisi Konseptual………..8

F. Sistematika Pembahasan……….12

BAB II :KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN DI SEKITAR TERMINAL PELABUHAN DALAM BINGKAI ANALISIS TALCOT PARSONS (AGIL)………...15

A. Penelitian Terdahulu…..……….….15

B. Kajian Pustaka………17

C. Kerangka Teori………30

BAB III :METODE PENELITIAN……….…..42

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian……….………….42

B. Lokasi dan Waktu Penelitian……….……….………….43

C. Pemilihan Subyek Penelitian……….……….………….44

D. Tahap-Tahap Penelitian……….…………..45

E. Teknik Pengumpulan Data………..47

F. Teknik Analisis Data….……….….50

G. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data……….…51

BAB IV :KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN DI SEKITAR TERMINAL PELABUHAN DI DESA SIDOMUKTI MANYAR………53


(8)

A. Deskripsi Umum Lokasi Penelitian………53

B. Deskripsi Hasil Penelitian………..……….61

1. Kondisi Kehidupan Masyarakat Sebelum Adanya Terminal Pelabuhan………..…….61

2. Kondisi Kehidupan Masyarakat Setelah Adanya Terminal Pelabuhan………..…….75

C. Analisis Data………..…….91

BAB V :PENUTUP………...…….97

A. Kesimpulan………...……..97

B. Saran………..….……98

DAFTAR PUSTAKA………..……100

LAMPIRAN-LAMPIRAN

1. Pedoman Wawancara 2. Jadwal Penelitian

3. Surat Keterangan Melakukan Penelitian 4. Dokumentasi Peneliti


(9)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia terdiri dari 17.508 pulau, dimana antar pulau dipisahkan oleh perairan. Dengan kondisi geografis yang demikian, memiliki wilayah pantai sepanjang 81.000 Km dan luas sekitar 3,1 juta Km2 atau 62% dari luas teritorialnnya. Indonesia memiliki jumlah penduduk yang besar jumlahnya, dan sebagian besar penduduk Indonesia bermukim di wilayah tepi pantai. Oleh karena itu sebagian besar masyarakat Indonesia menggantungkan hidupnya kepada sumberdaya alam pesisir dan lautan. Pemerintah melakukan berbagai upaya dalam menunjang aktivitas perikanan, salah-satunya dengan mendirikan berbagai fasilitas pembangunan pelabuhan di sejumlah daerah termasuk di Propinsi Jawa Timur.1

Masyarakat nelayan merupakan salah satu bagian masyarakat yang hidup dengan mengelola potensi sumber daya perikanan. Sebagai suatu masyarakat yang tinggal di kawasan pesisir, masyarakat nelayan mempunyai karakteristik sosial tersendiri yang berbeda dengan masayarakat yang lain. Di beberapa kawasan pesisir yang relatif berkembang pesat, struktur masyarakat bersifat heterogen, memiliki etos kerja yang tinggi, solidaritas yang kuat, serta terbuka terhadap perubahan dan interaksi sosial. Sekalipun demikian, masalah

1


(10)

kemiskinan masih melanda sebagian masyarakat pesisir, sehingga fakta sosial ini terkesan ironi di tengah-tengah kekayaan sumber daya pesisir dan lautan yang ada.2

Masyarakat nelayan yang ada di Manyar adalah masyarakat yang mengandalkan hidup mereka dengan mencari ikan di sungai-sungai, mulai dari nelayan darat dan nelayan laut. Nelayan darat adalah nelayan yang menggunakan pancing dan jaring kecil di pingir sungai, sedangkan nelayan laut adalah nelayan yang menggunakan perahu dan jaring yang lumayan besar dan mencari ikan di tengah-tengah sungai bahkan sampai selat Madura. Ikan yang diperoleh biasanya bermacam-macam, mulai dari ikan kakap, kepiting, belanak dan udang. Tetapi mereka memiliki spesialis sendiri dalam mencari ikan. Dengan adanya reklamasi pantai besar-besaran mengakibatkan penurunan hasil tangkapan ikan para nelayan. Sebelum adanya terminal pelabuhan para nelayan bisa memperoleh satu kwintal dalam sehari, sedengakan untuk saat ini para nelayan hanya memperoleh sepuluh kilogram dalam sehari. Penurunan pendapatan ikan sangat dirasakan oleh nelayan Manyar, karena mencari ikan adalah pekerjaan utama sebagai penopang kehidupan mereka sehari-hari.

Kesulitan melepas diri dari kemiskinan karena mereka dilanda oleh beberapa keterbatasan di bidang kualitas sumber daya manusia, akses dan penguasaan teknologi, pasar dan modal. Kebijakan dan implementasi program-program pembangunan untuk masyarakat di kawasan pesisir hingga

2


(11)

saat ini masih belum optimal dalam memutus mata rantai kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan mereka. Hal ini disebabkan oleh kebijakan pembangunan yang belum bersungguh-sungguh dan persoalan sosial, ekonomi, dan budaya yang terjadi pada masyarakat nelayan cukup kompleks, sehingga penyelesaiaanya tidak seperti membalikkan telapak tangan. 3

Nelayan termasuk warga Negara Indonesia yang berekonomi lemah, sangat kontras sekali dengan perannya sebagai pahlawan protein bangsa. Lembaga swadaya masyarakat Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan (KIARA) menyebutkan jumlah nelayan di tanah air terus berkurang, jumlahnnya saat ini tersisa 2,2 juta nelayan dari total jumlah penduduk Indonesia. Sekarang ini banyak ditemukan pabrik pengungkapan ikan dengan kapal besar menggunakan troll, dan sebagiannya di wilayah tersebut. Dalam posisi demikian, nelayan tradisional sangat sulit sekali beraktifitas melakukan penangkapan ikan yang berkelanjutan tadi. Selain itu, situasi dimana rezim pasar hari ini tidak menguntungkan bagi nelayan. Misalnya, ada persyaratan sertifikasi perikanan untuk industri. Inilah beberapa masalah yang terjadi pada nelayan Indonesia.

Ancaman globalisasi bagi nelayan Manyar tidak luput dari peran pemerintah daerah kabupaten Gresik, khususnya dalam bidang perizinan. Tak jarang izin yang diberikan kepada pengusaha melanggar peraturan dan undang-undang yang mengaturnya. Seperti undang-undang nomor: 27 tahun 2007 tentang pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil, juga

3


(12)

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTANSistem Pengawasan Masyarakat dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya kelautan dan perikanan. Hal tersebut terbukti dengan adanya beberapa reklamasi pantai dan laut yang dilakukan perusahan di kabupaten Gresik, seperti proyek Terminal Pelabuhan Java Integrate Industrial Port Estate (JIIPE). Pada saat itu banyak sekali warga yang menolak adanya pelabuhan tersebut karena masyarakat khawatir dengan lingkungan sekitar yang nanti akan terkena dampak. Banyaknya reklamasi pantai dalam pembangunan pelabuhan merupakan ancaman bagi kehidupan nelayan. Karena hal ini dapat menyebabkan perubahan dan kerusakan ekosistem dan biota laut. Dampak yang lain adalah mempercepat proses sedimentasi dasar laut juga mempersempit areal tangkap (fishing ground) bagi nelayan. Pada akhirnya memicu terjadinya salah faham antara nelayan dengan Terminal Pelabuhan.4Akan tetapi kesalah fahaman tersebut hanya sebagai bumbu-bumbu dalam industri saja, karena warga sudah menyadari bahwa tempat tinggal mereka yang cenderung lebih dikelilingi oleh industri-industri, jadi warga sudah siap menerima resiko yang akan terjadi.

Kawasan reklamasi di pantai kota Manyar Gresik menyebabkan timbulnya masalah yang secara fisik dan biologis sangat memprihatinkan ekosistem darat dan laut yang ada di Manyar. Perluasan wilayah darat dengan menimbun daerah pesisir pantai untuk membuat pelabuhan yang tidak lepas dari pro dan kontra bagi masyarakat Manyar yang turut merasakan dampak dari reklamasi tersebut. Kondisi ekosistem di wilayah pantai kota Manyar

4


(13)

yang kaya akan keanekaragaman hayati seharusnya sangat mendukung fungsi pantai sebagai penyangga daratan.

Peran penting di bangsa kita. Bahkan yang paling miris adalah kalau kita membaca undang-undang sektor perikanan tradisional belum ditempatkan sebagai masyarakat maupun komoditas yang memiliki undang-undang (UU) tentang Perikanan yang disebut dengan nelayan adalah mereka yang menangkap ikan. hanya mereka yang menangkap ikan. Padahal kalau kita pergi ke kampung nelayan kita bisa meperhatikan bagaimana seorang perempuan nelayan membantu suaminnya memilih ikan dan menjual di pasar. Begitu pula anak-anaknya bisa juga mengambil peran yang cukup penting di dalam kegiatan perikanan. Saya ingin mengatakan bahwa yang namanya nelayan tradisional dalam kehidupan kesehariannya, kalau hanya mengandalkan kegiatan menangkap ikan saja bisa dipastikan mereka tidak akan mendapatkan ekonomi yang cukup baik, apalagi Dalam Undang-Undang Perikanan yang lama (Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004), sesungguhnya mengandung beberapa masalah, di antarannya adalah persoalan kepentingan nasional, sistem tenurial dan hak asasi nelayan, serta kesejahteraan nelayan dan masayarakat pesisir. Namun, masalah-masalah tersebut tidak terselesaikan di dalam Undang-Undang Perikanan pasca revisi. Terbukti, persoalan perlindungan nelayan kecil tidak diatur dalam kebijakan perikanan yang baru ini. Terkait dengan nelayan kecil, undang-undang ini hanya mendefinisi, tanpa mencantumkan bagaimana mereka mesti dilindungi dan diberdayakan. Padahal, nelayan kecil seharusnya dilindungi dan dipenuhi haknya, baik


(14)

sebagai produsen pangan maupun sebagai kelompok masyarakat rentan. Bahkan, harapan akanada penegasan perihal larangan alat tangkap yang merusak seperti troll juga tidak muncul. 5

Kehidupan masyarakat nelayan adalah keadaan nyata yang dapat diungkapkan melalui usaha mereka yang dipengaruhi oleh musim penangkapan ikan, kondisi alam tidak menunjang, terbatasnya modal dan tingkat pendidikan yang rendah sehingga mengakibatkan keadaan sosial ekonomi lemah. Rumahtangga nelayan yang pekerjaannya semata-mata tergantung pada usaha menangkap ikan memperoleh pendapatan yang hanya mampu memenuhi kebutuhan hidup mereka sehari-hari, dan jika uang yang tersisa, itu biasanya digunakan untuk biaya sekolah anak, membeli pakaian, dan memperbaiki tempat tinggalnya. 6

Dalam kehidupan masyarakat nelayan, ikan adalah salah satu kebutuhan pokok yang termasuk pangan serta lauk pauk yang menjadikan pokok penghasilan dari para nelayan, termasuk masyarakat nelayan di Desa Sidomukti. Bagi para nelayan yang ada di Desa Sidomukti mereka sangat membutuhkan sarana yang dapat membantu perekonomian masyarakat nelayan di Desa Sidomukti. Para nelayan ini membutuhkan tempat untuk memasarkan dan menjual hasil dari tangkapan mereka. Dalam rangka mengoptimalkan kegiatan perikanan tangkap Pemerintah Propinsi Jawa Timur dan Kecamatan Manyar mempunyai sebuah perkumpulan para nelayan yang

5

Kusnadi, Filosofi Pemberdayaan Masyarakat Pesisir (Bandung: Humaniora, 2006) hal. 3.

6


(15)

diberi nama Balai Nelayan Kali Mireng, sehingga para nelayan mempunyai tempat khusus untuk berkumpul dan juga sebagai tempat penyandaran kapal-kapal mereka. Dengan adanya perkumpulan tersebut diharapkan membawa perubahan baik sosial maupun ekonomi dengan tercapainnya kehidupan masyarakat yang terpenuhi. Dari permasalahan tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut mengenai kehidupan masyarakat nelayan di sekitar terminal pelabuhan.

B. Fokus Masalah

Dalam penelitian kualitatif perumusan masalah lebih ditekankan untuk mengungkapkan aspek kualitatif dalam suatu masalah. Maka dari itu dalam penelitian ini penulis akan mengemukakan perumusan masalah atau batasan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana kehidupan masyarakat nelayan sebelum dan sesudah adanya terminal pelabuhan?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang dikemukakan diatas, penelitian ini bertujuan sebagai berikut:

1. Mengetahui kehidupan masyarakat nelayan sebelum adanya terminal pelabuhan.

2. Mengetahui kehidupan masyarakat nelayan sesudah adanya terminal pelabuhan.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini, diharapkan dapat memenuhi, antara lain:


(16)

1. Secara Teoritis

Penelitian ini di harapkan dapat memberikan gambaran kehidupan masyarakat nelayan di sekitar terminal pelabuhan, terutama masyarakat yang bekerja sebagai nelayan di Desa Sidomukti Kecamatan Manyar Kabupaten Gresik, serta dapat memunculkan teori baru yang relevan.

2. Secara Praktis

Sebagai bahan acuan mahasiswa yang berminat mengadakan penelitian lebih lanjut dan sebagai data dasar bagi perkembangan sistem pendidikan guna terciptanya sumber daya manusia yang berkualitas, Sehingga dalam kehidupan sosial sebagai seorang sosiolog dapat menjadi penengah yang bijaksana dalam menghadapi setiap gejala sosial yang ada di lingkungan mereka masing-masing, serta dapat di jadikan bahan rujukan bagi program studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.

E. Definisi Konseptual

Penjelasan konsep yang mendasari pengambilan judul di atas sebagai bahan penguat sekaligus spesifikasi penelitian yang akan dilakukan.

1. Kehidupan Masyarakat Nelayan

Masyarakat nelayan sendiri secara geografis adalah masyarakat yang hidup, tumbuh, dan berkembang di kawasan pesisir, yakni suatu


(17)

kawasan transisi antara wilayah darat dan laut. Sedangkan menurut M. Khalil Mansyur mengatakan7 bahwa masyarakat nelayan dalam hal ini bukan berarti mereka yang dalam mengatur hidupnya hanya mencari ikan di laut untuk menghidupi keluargannya akan tetapi juga orang-orang yang tinggal di lingkungan itu. Masyarakat nelayan dalam konteks penelitian ini yaitu masyarakat yang tinggal menetap di daerah pinggir pantai dan bermata pencaharian sebagai nelayan yakni dengan menangkap ikan dilaut dengan menggunakan alat tangkap seperti jaring dan pancing.

Seiring dengan pertumbuhan produktifitas tangkapan budidaya perairan, masalah-masalah sosial dan lingkungan pun bermunculan, seperti over fishing yang belum bisa terselesaikan secara tuntas hingga kini.8 Persoalan pembangunan masyarakat pesisir dapat dikategorikan menjadi tiga yaitu (1) masalah sosial yang mencakup isu kelangkaan sumber daya perikanan; serta masalah modal pembangunan yang mencakup isu pengelolaan potensi sumber daya yang belum optimal dan masalah kepenuhan desa nelayan atau surutnya peranan ekonomi desa nelayan, kesenjangan sosial, dan konflik sosial nelayan; (2) masalah lingkungan yang mencakup isu kerusakan ekosistem pesisir laut; pulau-pulau kecil, dan ketiga masalah itu saling terkait dalam konteks relasi kausalitas.

Secara umum, sumber daya perikanan (tangkap dan budidaya) merupakan salah satu sumber daya yang sangat penting untuk menunjang kelangsungan hidup masyarakat pesisir. Oleh karena itu, sumber daya

7

Selo Soemardjan, Pengantar Sosiologi ( Jakarta:CV Rajawali Press, 1991).

8

Kusnadi, Keberdayaan Nelayan dan Dinamika Ekonomi Pesisir (Yogyakarta: Ar-ruzz Media, 2009) hal 37.


(18)

perikanan mengambil peranan yang besar sebagai penggerak dinamika ekonomi lokal di desa-desa pesisir.9

Masyarakat yang dimaksud dalam penelitian ini, adalah masyarakat nelayan di sekitar terminal pelabuhan Kecamatan Manyar Kabupaten Gresik, yang dilihat dari aspek ekonomi, kesehatan dan sosial. Ketiga aspek tersebut sangat penting dalam kehidupan seorang nelayan, dari aspek ekonomi, Mereka mengandalkan menjaring ikan di sungai dengan harapan mendapatkan ikan yang banyak dengan harga jual yang tinggi, sedangkan aspek kesehatan juga penting, karena tanpa kesehatan yang prima mereka tidak akan totalitas dalam mencarai ikan. Dan untuk aspek sosial, nelayan juga butuh untuk bersosialisasi dan interaksi kepada masyarakat begitu juga dengan para nelayan sendiri agar semakin terjalin keakraban diantara mereka dan menjadi kompak ketika di sungai maupun ketika di darat. Nelayan di daerah ini terdapat dua macam nelayan yakni, nelayan yang mencari ikan di sungai atau laut dan juga nelayan yang mencari ikan di pinggir-pinggir sungai. Kemudian para nelayan akan menjual hasil tangkapan mereka kepada pelanggan mereka masing-masing Masyarakat Manyar sudah bekerja sebagai nelayan sejak masih anak-anak karena mereka dulu sudah belajar dari orang tua mereka.Apabila orang tua mereka mampu, mereka pun akan berusaha menyekolahkan anak setinggi mungkin sehingga tidak harus menjadi nelayan seperti orang tua mereka, tetapi kebanyakan mereka tidak mampu membebaskan diri dari profesi

9


(19)

nelayan. Akan tetapi jumlah nelayan di Manyar semakin lama semakin sedikit karena kurangnya minat dan penghasilan yang cenderung tidak menentu.

2. Terminal Pelabuhan

Terminal Pelabuhan adalah tempat yang terdiri atas daratan atau perairan dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan pengusahaan yang dipergunakan sebagai tempat kapal bersandar, naik turun penumpang atau bongkar muat barang, berupa terminal dan tempat berlabuh kapal yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan dan keamanan pelayaran dan kegiatan penunjang pelabuhan serta sebagai tempat perpindahan intra dan antarmoda transportasi.10

Badan Usaha Milik Negara (BUMN) PT Pelabuhan Indonesia III (Persero), membuka dermaga baru, Terminal Pelabuhan Manyar di kawasan Java Integrated Industrial and Port Estate (JIIPE) di Gresik, Jawa Timur. Terminal ini dikelola oleh PT Berlian Manyar Sejahtera (BMS), pembangunannya dimulai 2013 dan selesai 2015. Pelabuhan ini digunakan untuk melayani bongkar dan muat semua jenis kapal, pemuatan barang perdana ini menjadi bukti, dermaga pelabuhan bagian dari JIIPE siap digunakan membawa bahan baku juga barang hasil industri yang dihasilkan daerah setempat. Keberadaan Terminal Manyar ini selain dibutuhkan oleh industri yang ada di JIIPE juga dibutuhkan oleh industri lain yang ada di daerah sekitarnya. Selain itu, Dengan beroperasinya

10Humas BJTI PORT.” BJTI PORT.” diakses 16


(20)

Pelabuhan Gresik ini juga untuk mengurangi antrian kapal yang akan melaksanakan kegiatan bongkar muat di Tanjung Perak, sehingga pada akhirnya dapat mengurangi biaya logistic pengguna jasa ke pelabuhan. Pelabuhan Terminal Manyar ini juga digunakan sebagai salah satu alternatif bagi kapal untuk sandar dan melakukan kegiatan bongkar muat. JIIPE merupakan kawasan industri yang terintegrasi langsung dengan pelabuhan, berlokasi di Kecamatan Manyar, Kabupaten Gresik. Pelabuhan Manyar ini dibangun di atas lahan kurang lebih 2.000 hektar. Hasil kerja sama antara Pelindo III dengan pihak swasta guna mendukung daya saing logistik nasional. Pada November 2015, Presiden Joko Widodo bersama Kepala BKMP meninjau langsung lokasi pembangunan JIIPE di Gresik, Jawa Timur.

3. Sistematika Pembahasan

Untuk memberikan kemudahan dan menggambarkan garis besar kerangka pembahasan pada pembaca, peneliti akan mengurai sistematika pembahasan ini ke dalam lima bab sebagai berikut:

Bab I merupakan deskripsi yang menjelaskan tentang objek yang diteliti, menjawab pertanyaan what, kegunaan penelitian serta alasan penelitian dilakukan. Oleh karena itu, maka bab ini terdiri dari Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Definisi Konseptual dan Sistematika Pembahasan.

Bab II berisi tentang kajian teori ini, peneliti memberikan gambaran tentang definisI konsep yang berkaitan dengan judul penelitian, definisi


(21)

konsep ini harus digambarkan dengan jelas. Disamping itu juga harus memperhatikan relevansi penelitian terdahulu dan teori yang akan digunakan dalam menganalisis masalah yang akan dipergunakan guna adanya implementasi judul penelitian Kehidupan Masyarakat Nelayan Di Sekitar TerminalPelabuhan Desa Sidomukti Kecamatan Manyar Kabupaten Gresik.

Bab III berisi tentang metode penelitian, peneliti memberikan gambaran mengenai kegiatan yang dilakukan di lapangan serta bagaimana menyusun pembahasan tentang metode penelitian yang bukan sekedar jiplakan dari laporan penelitian lain tetapi memuat apa yang benar-benar peneliti lakukan dilapangan. Oleh karena itu, maka bab ini terdiri dari Jenis Penelitian, Lokasi dan Waktu Penelitian, Tahap-Tahap Penelitian, Teknik Pengumpulan Data, Teknik Analisis Data dan Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data.

Bab IV berisi penyajian data, peneliti memberikan gambaran tentang data-data yang diperoleh, baik data primer maupun data sekunder. Penyajian data dibuat secara tertulis dan dapat juga disertakan gambar, tabel atau bagian yang mendukung data. Dalam menganalisis data, peneliti dapat mengemukakan kecenderungan-kecenderungan yang ada, pola-pola berdasarkan kategori-kategori atau tipologi yang disusun oleh subjek untuk menjelaskan dunianya. Dalam bab ini peneliti juga memberikan gambaran tentang data-data yang dikemas dalam bentuk analisis deskripsi. Setelah itu akan dilakukan penganalisaan data dengan menggunakan teori


(22)

yang relevan yakni terkaitKehidupan Masyarakat Nelayan Di Sekitar Terminal Pelabuhan Internasional Di Desa Sidomukti Kecamatan Manyar Kabupaten Gresik.

Bab V berisi penutup yang memberi kesimpulan dari hasil penelitian menjadi elemen penting bab penutup. Disamping itu, adanya saran dan rekomendasi dari hasil penelitian ada pada bab penutup ini.


(23)

BAB II

KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN DI SEKITAR TERMINAL PELABUHAN DALAM BINGKAI ANALISIS TEORI TALCOT PARSONS

(AGIL)

A. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu perlu diacu dengan tujuan agar peneliti mampu melihat letak penelitiannya dibandingkan dengan penelitian yang lainnya. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian lainnya adalah pada objek penelitian atau fokus penelitian sasaran penelitian yang tergambarkan dalam rumusan masalah penelitian dan hasil penelitiannya, selengkapnya dapat dilihat pada uraian di bawah ini:

1) Dilakukan olehSarjulin. Jurusan Ilmu Sejarah Universitas Andalas

Padang 2011, dengan judul “Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Nelayan Tanjung Mutiara Kabupaten Agam”. Hasil dari penelitian tersebut adalah 1) Menjelaskan kehidupan sosial ekonomi masyarakat nelayan tanjung mutiara Kabupaten Agam 2) Nelayan di daerah tersebut tergolong masyarakat miskin karena hasil tangkapannya sangat tergantung pada musim dan cuaca 3) Nelayan masih menggunakan alat-alat sederhana seperti perahu, pancing, pukat tepi, yang membuat hasil tangkapan tidak menentu 4) Pemerintah turut andil dan berusaha membenahi perekonomian para nelayan yang salah satunya bantuan Sosial Mikro (BMS).


(24)

2) Dilakukan oleh Sri Utami. Jurusan Pendidikan Sosiologi Dan Antropologi Universitas Negeri Semarang 2015, dengan judul

Aktivitas Sosial Ekonomi Masyarakat Di Sekitar Pelabuhan Perikanan Bulu Kabupaten Tuban Propinsi Jawa Timur”. Hasil dari penelitian tersebut adalah: 1) Aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat sekitar pelabuhan perikanan 2) Perubahan aktivitas sosial ekonomi masyarakat setelah adanya pelabuhan perikanan 3) Pemerintah Desa dan pihak pelabuhan perikanan menjalin komunikasi terkait dengan perijinan, perekrutan untuk menghindari konflik dan kecemburuan sosial antar desa, bekerja sama melakukan pelatihan dan pembinaan keterampilan berwirausaha 4) Pemerintah memberian pinjaman modal untuk mendirikan usaha bagi masyarakat di sekitar pelabuhan perikanan yang ingin memulai usaha namun terkendala dengan keterbatasan modal yang dimiliki dan melakukan sosialisasi kepada masyarakat untuk menumbuhkan sikap peduli terhadap lingkungan.

3) Dilakukan oleh Moh Khoirul Alim. Jurusan Sosiologi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga 2012, dengan judul “ Etos Kerja Masyarakat Nelayan” (Studi di Desa Kaliuntu Kecamatan Jenu Kabupaten Tuban Jawa Timur). Hasil penelitian tersebut adalah 1) menjelaskan tentang bagaimana etos kerja masyarakat nelayan di Desa Kaliuntu Kecamatan Tuban Jawa Timur 2) nelayan sebagai mata pencaharian utama masyarakat 3) kondisi cuaca yang menentukan banyak atau tidaknya hasil tangkapan 4) menggunakan penelitian


(25)

deskriptif-kualitatif 5) kebutuhan dasar hidup masyarakat yang harus dipenuhi untuk keberlangsungan hidupnya.

Dari ketiga penelitihan terdahulu yang membedakan dari penelitihan peneliti adalah lokasi penelitian yang dilakukan di Kecamatan Manyar Kabupaten Gresik, kemudiantidak adanya perubahan mata pencaharian yang signifikan karena masyarakat manyar sudah sejak dahulu menjadi seorang nelayan dan kalaupun ada itu hanya pekerjaan sampingan yang dilakukan bukan karena kurangnya pemasukan dari mencari ikan, tidak adanya pelatihan dan pembinaan keterampilan berwirausaha dari pemerintah setempat dan juga tidak adanya bantuan modal untuk mendirikan usaha sehingga masyarakat tidak bisa menjadi lebih maju, dan masyarakat nelayan juga sudah menggunakan Bahan Bakar Mesin yang berupa LPG untuk menghemat biaya pengeluaran.

B. Kajian Pustaka

1. Masyarakat Nelayan

Masyarakat nelayan adalah masyarakat yang hidup, tumbuh, dan berkembang di kawasan pesisir, yakni suatu kawasan transisi antara wilayan daratan dan laut.11 Masyarakat nelayan memiliki integrasi sosial yang baik. Sikap gotong royong mereka sangat besar, sebagai konsekuensi dari sifat pekerjaan mereka yang harus saling membahu

11


(26)

untuk menghadapi berbagai kesulitan, khususnya ketika sedang melakukan kegiatan penangkapan.

Solidaritas sosialnya kuat sehingga jika menghadapi ancaman kolektif mereka juga akan bertindak secara missal. Ciri-ciri perilaku demikian dapat menjadi kekuatan atau modal pembangunan, namun juga bisa menjadi bencana jika aspirasi mereka terhadap sesuatu hal diabaikan. Reaksi sosial akan semakin dinamis jika masalah yang mereka hadapi mengancam kelangsungan hidup mereka. 12

Masyarakat nelayan dalam hal ini adalah masyarakat nelayan yang ada di sekitar terminal pelabuhan internasional Manyar yakni, desa sidomukti. Sebagian besar masyarakat di daerah tersebut bekerja sebagai nelayan. Nelayan disini tidak hanya mereka yang menjaring ikan di sungai , tetapi nelayan yang mencari ikan di sekitar-sekitar sungai/ di dekat tumbuhan mangrove, ikan tersebut biasanya adalah kepiting yang sering dijumpai di sekitar tumbuhan mangrove. Masyarakat disini mengandalkan hidupnya dengan mencari ikan-ikan di sungai. Karena terbatasnya modal dan peralatan tangkap yang modern, sehingga sebab-sebab dasar kemiskinan masyarakat nelayan harus segera dicari potensi sosial-budaya yang akan menjadi basis atau instrumen pemberdayaan nelayan. 13

Diperlukan sebuah upaya dari pemerintah daerah dan pusat untuk memberikan dukungan kepada para nelayan miskin ini, sehingga dapat

12

Kusnadi, Akar Kemiskinan Nelayan ( Jakarta: Pelangi Aksara, 2003). 93

13


(27)

meningkatkan taraf hidup mereka dan kemudian menjadi mandiri secara ekonomi karena kemapanan mereka. Untuk mengentaskan kemiskinan masyarakat pesisir, terutama para nelayan miskin, pemerintah telah melakukan berbagai program pemberdayaan masyarakat. Salah satunya adalah program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir (PEMP). Program PEMP ini bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir melalui pendekatan ekonomi dan kelembagaan nasional. 14

Nelayan sendiri adalah orang yang mata pencahariannya melakukan penangkapan ikan (UU No. 45/2009- Perikanan). Nelayan adalah orang yang secara aktiv melakukan kegiatan menangkap ikan, baik secara langsung (seperti penenebar dan pemakai jaring), maupun secara tidak langsung (seperti juru mudi perahu layar, nahkoda kapal ikan bermotor, ahli mesin kapar, juru masak kapal penangkap ikan), sebagai mata pencaharian. Sedangkan munurut Imron (2003). Nelayan adalah suatu kelompok masyarakat yang kehidupannya tergantung langsung pada hasil laut, baik dengan cara melakukan penangkapan ataupun budi day. Mereka pada umumnya tinggal dipinggir pantai, sebuah lingkungan pemukiman yang dekat dengan lokasi kegiatannya.

15

14

Departemen Kelautan dan Perikanan, Pedoman Umum Pemberdayaan Masyarakat Pesisir Ditjen Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Jakarta: Departemen Kelautan dan Perikanan RI, 2003).

15


(28)

Menurut Mulyadi (2005) sesungguhnya, nelayan bukanlah suatu entitas tunggal, mereka terdiri dari beberapa kelompok. Dilihat dari segi kepemilikan alat tangkap, nelayan terbagi atas tiga yaitu:

a. Nelayan Buruh

Nelayan buruh adalah nelayan yang bekerja dengan alat tangkap milik orang lain.

b. Nelayan Juragan

Nelayan juragan adalah nelayan yang memiliki alat tangkap yang digunakan oleh orang lain.

c. Nelayan Perorangan

Nelayan perorangan adalah nelayan yang memiliki peralatan tangkap sendiri, dan dalam pengoperasiannya tidak melibatkan orang lain.

Desa nelayan dapat didefinisikan sebagai desa yang sebagian besar penduduknya bermatapencaharian menangkap ikan di laut. Laut menjadi lahan hidup yang paling utama bagi penduduk dan desa nelayan. Pekerjaan lain atau institusi ekonomi lokal, seperti industri perkapalan atau pembuatan perahu nelayan, pengolahan hasil tangkap, jasa pengangkutan dan perbengkelan, serta toko yang menjual berbagai kebutuhan nelayan, seperti kebutuhan kerja dan kebutuhan nelayan, seperti kebutuhan kerja dan kebutuhan hidup rumah tangga nelayan.16

16


(29)

Sumber daya ekonomi perikanan merupakan sumber daya yang dominan dalam menggerakkan roda kegiatan sosial ekonomi perdagangan masyarakat nelayan. Sumber daya ekonomi lain, seperti pertanian, perkebunan, dan industri kerajinan merupakan sumber daya pelengkap. Pasang-surut produksi sumber daya perikanan berpengaruh besar terhadap dinamika ekonomi perdagangan lokal. Pada musim

paceklik (masa tidak ada hasil tangkapan), yang biasanya terjadi pada musim Barat (Desember-Januari), desa-desa nelayan menghadapi masa yang sepi, sedangkan pada bulan-bulan lainnya dinamina sosial ekonomi masyarakat nelayan bisa dirasakan.

Dengan memperhatikan fluktuasi produktivitas karena kondisi musim dan iklim., sumber daya perikanan merupakan potensi yang sangat menentukan eksistensi sebuah desa nelayan. Desa nelayan akan tetap ada jika sumber daya perikanan laut yang terkandung di perairan setempat masih memberikan kehidupan kepada masyarakat nelayan sehingga kehadiran musim paceklik merupakan hal biasa. Pada masa sekarang dampak yang terjadi terhadap masyarakat nelayan adalah berkurangnya pendapatan mereka atau tidak memperoleh sama sekali sehingga kondisi demikian menghadapkan rumah tangga mereka pada kesulitan hidup. Untuk itu, kemampuan sumber daya perikanan memberi kehidupan masyarakat nelayan tidak hanya berperan strategis dalam menentukan keberadaan sebuah desa nelayan, tetapi juga menjaga kelangsungan hidup masyarakatnya.


(30)

Politik pembangunan desa nelayan adalah upaya sistematis, terencana, dan terpadu untuk mengorganisir seluruh potensi sumber daya pembangunan dalam rangka mencapai kesejahteraan ekonomi dan meningkatkan martabat sosial masyarakat nelayan yang didasarkan pada kebijakan penguatan kapasitas pemerintahan lokal, pemberdayaan masyarakat, dan optimalisasi pengelolaan sumber daya dan pesisir laut, khususnya sumber daya perikanan, secara proporsional dan berkelanjutan. Basis konseptual politik pembangunan desa nelayan adalah karakteristik sumber daya alam lokal, kondisi aktual pemerintahan dan masyarakat lokal, kebutuhan masyarakat nelayan, dan kelestarian lingkungan. Dengan demikian, strategi dan program pembangunan yang dirumuskan untuk mencapai hal-hal di atas akan selalu kontekstual dengan dinamika perkembangan dan tantangan kehidupan masyarakat nelayan.

Karakteristik Sosial Nelayan

Secara sosiologis, karakteristik masyarakat nelayan berbeda dengan karakteristik masyarakat petani seiring dengan perbedaan karakteristik sumber daya yang dihadapi. Masyarakat petani menghadapi sumber daya yang terkontrol, yakni pengelolaan lahan untuk produksi suatu komoditas dengan output yang relatif bisa diprediksi. Dengan sifat produksi yang demikian memungkinkan tetapnya lokasi produksi sehingga menyebabkan mobilitas usaha yang relatif rendah dan elemen risiko pun tidak besar. Dalam hal ini, petani


(31)

ikan tergolong masyarakat petani karena relatif miripnya sifat sumber daya yang dihadapi, yaitu petani ikan (budidaya) mengetahui berapa, dimana, dan kapan ikan ditangkap sehingga pada pemanenan lebih terkontrol. Pola pemanenan yang terkontrol tersebut tentu disebabkan karena adanya input yang terkontrol pula. Petani ikan tahu berapa input

produksi (benih, makanan, teknik,dsb) yang mesti tersedia untuk mencapai output yang akan dihasilkan. 17

Karakteristik tersebut berbeda sama sekali dengan nelayan. Nelayan menghadapi sumber daya yang hingga saat ini masih bersifat

open access. Karakteristik sumber daya seperti ini menyebabkan nelayan mesti berpindah-pindah untuk memperoleh hasil maksimal, yang dengan demikian elemen risiko menjadi sangat tinggi. Kondisi sumber daya yang berisiko tersebut menyebabkan nelayan memiliki karakter keras, tegas, dan terbuka. Secara sosiologis18, karakteristik masyarakat pesisir yang berbeda dengan masyarakat agraris karena perbedaan karakteristik sumber daya yang dihadapi. Masyarakat agraris yang direpresentasi oleh kaum tani menghadapi sumber daya yang terkontrol, yakni.19pengelolaan lahan untuk produksi suatu komoditas dengan hasil yang relatif bisa diprediksi. Sifat produksi yang demikian memungkinkan tetapnya lokasi produksi. Ini menyebabkan mobilitas usaha yang relatif rendah dan elemen resiko pun tidak besar. Dalam hal ini, pembeli daya ikan dapat

17

Arif Satria, Ekologi Politik Nelayan ( Yogyakarta: PT Lkis, 2009)hal.336.

18

Arif Satria, Pengantar Sosiologi Masyarakat Pesisir ( Jakarta: Cidesindo, 2002). 7.

19


(32)

tergolong masyarakat petani karena relatif miripnya sifat sumber daya yang dihadapi, yakni, pembudi daya mengetahui berapa, dimana, dan kapan ikan ditangkap sehingga pola pemanenan lebih terkontrol. Pola pemanenan yang terkontrol tersebut telah disebabkan adanya masukan yang terkontrol pula. Pembudidaya ikan tahu berapa masukan produksi (benih, makanan, teknik, dsb) yang mesti tersedia untuk mencapai hasil yang akan diinginkan.

Karakteristik tersebut berbeda dengan nelayan. Nelayan menghadapi sumber daya yang hingga saat ini masih bersifat akses terbuka (open acses). Karakteristik sumber daya seperti ini menyebabkan nelayan mesti berpindah-pindah untuk memperoleh hasil maksimal yang dengan demikian elemen resio menjadi sangat tinggi. Kondisi sumber daya yang berisiko tersebut menyebabkan nelayan memiliki karakterkeras, tegas, dan terbuka.

Namun, tidak sedikit nelayan yang juga menangkap sebagai petani. Hal ini ditunjang oleh kondisi ekosistem yang memang memungkinkan, seperti tersediannya areal lahan persawahan di sekitar pantai. Ada musim-musim tertentu bagi nelayan untuk turun ke sawah, sementara pada musim-musim tertentu bagi nelayan untuk turun ke sawah. Sementara pada musim lainnya mereka kembali melaut. Rangkapan pekerjaan tersebut merupakan bagian dari pola adaptasi masyarakat pesisir terhadap kondisi ekologi yang mereka hadapi.


(33)

Akan tetapi, menurut Firth masyarakat nelayan tersebut memiliki kemiripan dengan masyarakat tani, yakni bahwa sifat usahanya berskala kecil dengan peralatan dan organisasi pasar yang sederhana; eksploitasi yang sering berkaitan dengan masalah kerja sama; sebagian besar menyadarkan diri pada produksi yang bersifat subsisten; dan memiliki keragaman dalam tingkat dan perilaku ekonominnya.

Sebab-sebab Kemiskinan

Hal-hal yang menjadi penyebab timbulnya kelangkaan sumber daya perikanan, yang kemudian menghasilkan penurunan pendapatan nelayan, kemiskinan, dan kesejahteraan merupakan sebagian dari sebab-sebab yang kompleks tersebut dapat dikategorikan menjadi dua bagian, yaitu sebab yang bersifat internal dan sebab eksternal. Kedua kategori sebab kemiskinan tersebut saling berinteraksi dan melengkapi.

Sebab kemiskinan yang bersifat, internal berkaitan dengan kondisi internal sumber daya manusia nelayan dan aktivitas kerja mereka. sebab-sebab internal ini mencakup masalah: (1) keterbatasan kualitas sumber daya manusia nelayan, (2) keterbatasan kemampuan modal usaha dan teknologi penangkapan, (3) hubungan kerja (pemilik perahu-perahu nelayan buruh ) dalam organisasi penangkapan yang dianggap kurang menguntungkan nelayan buruh, (4) kesulitan melakukan diversifikasi usaha penangkapan, (5) ketergantungan yang tinggi


(34)

terhadap okupasi melaut, dan (6) gaya hidup yang dipandang “boros”

sehingga kurang berorientasi ke masa depan. 20

Sebab kemiskinan yang bersifat eksternal berkaitan dengan kondisi di luar diri dan aktivitas kerja nelayan. Sebab-sebab eksternal ini mencakup masalah-masalah: (1) kebijakan pembangunan perikanan yang lebih berorientasi pada produktivitas untuk menunjang pertumbuhan ekonomi nasioanl dan parsial, (2) sistem pemasaran hasil perikanan yang lebih menguntungkan pedagang perantara, (3) kerusakan ekosistem pesisir dan laut karena pencemaran dari wilayah darat, praktik penangkapan dengan bahan kimia, perusakan terumbu karang, dan konversi hutan bakau di kawasan pesisir, (4) penggunaan peralatan tangkap yang tidak ramah lingkungan, (5) penegakan hukum yang lemah terhadap perusakan lingkungan, (6) terbatasnya teknologi pengolahan hasil tangkapan pascapanen, (7) terbatasnya peluang-peluang kerja di sekitar non perikanan yang tersedia di desa-desa nelayan, (8) kondisi alam dan fluktuasi musim yang tidak memungkinkan nelayan melaut sepanjang tahun, dan (9) isolasi geografis desa nelayan yang menganggu mobilitas barang, jasa, modal dan manusia.

2. Terminal Pelabuhan Internasional

PT. Berlian Jasa Terminal Indonesia (PT. BJTI) adalah salah satu Anak Perusahaan dari PT. Pelabuhan Indonesia III (Persero) yang

20


(35)

merupakan Spin Off (pemisahan) dari Divisi Usaha Terminal PT. Pelindo III (Persero) Cabang Tanjung Perak dan berdiri pada tanggal 9 Januari 2002. Fokus utama pada saat ini PT. BJTI menangani Kegiatan B/M Petikemas Domestik di Terminal Berlian Tanjung Perak Surabaya, disamping menghandle kegiatan penunjang lainnya yang berhubungan dengan jasa ke Pelabuhan21.Pertengahan 2008 s/d saat ini PT. BJTI dipercaya mengelola Terminal Kawasan Satuyang merupakan kawasan PT. Pelindo III Cabang Kota baru Kalimantan Selatan, dengan menghandle kegiatan B/M Batubara, Bungkil, Kernil dan Serpih Kayu.Tanggal 27 September 2010 status PT. BJTI sebagai Terminal Operator dikukuhkan sebagai Badan Usaha Pelabuhan (BUP) berdasarkan Keputusan Menteri Perhubungan RI Nomor : KP. 410 Tahun 2010.Pada Bulan Januari Tahun 2012 PT. BJTI melebarkan sayap bisnisnya dengan mengoperasikan Kegiatan B/M dan Lapangan di PT. Pelindo III (Persero) Cabang Tenau Kupang.

Untuk memperkuat branding PT. BJTI dalam prespektif customer, maka tanggal 5 Juni 2015 di lakukan Re-branding menjadi “BJTI

PORT”dengan menghadirkan semua Stake holder (pemangku kepentingan) di wilayah Tanjung Perak. Dengan semangat baru

berdasarkan tagline “Denyut Nadi kehidupan Negeri” maka BJTI

PORT memperluas lingkup usahanya diluar Surabaya dengan menghandle Operasional serta Maintenance Alat dan alat bantu B/M

21

Www. Bjtiport.co.id/index.php?


(36)

pada 8 (delapan Cabang) di wilayah PT. Pelindo III, yaitu Cabang Gresik, Benoa, Bima, Maumere, Sampit, Batulicin, Kumai dan Lembar.Saat ini BJTI PORT memiliki beberapa anak perusahaan sebagaimana dalam bagan berikut : yaitu PT. Berlian Manyar Sejahtera (BMS), PT. Berkah Kawasan Manyar Sejahtera (BKMS), PT. Pelindo Property Indonesia (PPI), PT. Terminal Curah Semarang (TCS), PT. Terminal Nilam Utara (TNU), PT. Energy Manyar Sejahtera (EMS).

Sedangkan cabang yang berada di Kecamatan Manyar yakni PT. Berlian Manyar Sejahtera atau yang dikenal dengan Terminal Pelabuhan (BMS). PT. Berlian Manyar Sejahtera adalah sebuah perusahaan joint venture antara BUMN PT Pelindo III dengan PT AKR Corporindo Tbk. PT. Berlian Manyar Sejahtera bergerak di bidang jasa pelayanan logistic, kepelabuhan dan pengelolaan terminal serta merupakan bagian dari kawasan Java Integrated Industrial and Port Estate (JIIPE) yang berlokasi di Manyar Kota Gresik Jawa Timur.

22

JIIPE sedang dikembangkan sebab pusat pengembangan industry baru di sisi utara Gresik untuk menyokong aktivitas perekonomian di propinsi Jawa Timur dan juga Indonesia pada umumnya. Pengembangan kawasan industry ini juga akan didukung oleh pengembangan kawasan hunian dan pelabuhan laut. Pengembangan area JIIPE di lokasi tersebut telah memenuhi Peraturan Daerah

22

Www. Bjtiport.co.id/index.php?


(37)

Kabupaten Gresik Nomotr 8 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Gresik Tahun 2010-2030.

Pelabuhan tersebut dikelilingi oleh beberapa desa yang salah satunya adalah desa Manyar Sidomukti. Pelabuhan ini mulai dibangun pada tahun 2013 dan selesai pada tahun 2015, walaupun banyak kendala yang dihadapi oleh pihak pelabuhan tapi akhirnya mereka bisa mengoperasikan pelabuhan tersebut dengan mulai melakukan proses bongkar muat.

Bidang Usaha dan Layanan 1. Terminal Petikemas Domestik

Turunnya angka import yang melewati jalur pelabuhan Indonesia tidak serta merta disertai turunnya barang antar pulau. Perkembangan perekonomian Indonesia mendorong peningkatan intensitas perdagangan antar pulau. Arus distribusi barang antar pulau yang menggunakan petikemas terus meningkat. BJTI sebagai operator pelabuhan terpercaya siap mendukung kelancaran peti kemas melalui layanan bongkar muat petikemas domestik. 23

2. Terminal Curah Kering

Sebagai badan usaha pelabuhan terpercaya, PT. BJTI juga menyediakan layanan terpadu kegiatan B/M curah kering yang mendukung kegiatan industri secara keseluruhan.

Visi

23


(38)

 Menjadi penyedia solusi jasa pelabuhan terbaik sebagai mitra logistic terpercaya, yang menyatukan Indonesia.

Misi

 Menyediakan dan mengoperasikan fasilitas terminal pelabuhan dan peralatan tepat guna.

 Menyediakan SDM yang professional dibidang operasi terminal dan logistic.

 Memberikan jasa layanan logistic tepat waktu dan efisien.

 Turut mengembangkan perekonomian Negara dan memupuk keuntungan.

C. Kerangka Teori

A. Paradigma Fakta Sosial

Ritzer memaparkan tiga paradigma sosiologi sebagai ilmu sosial, yakni paradigma fakta sosial, definisi sosial dan perilaku sosial. Dan penelitian ini termasuk dalam kategori paradigma fakta sosial. Paradigma fakta sosial adalah seluruh cara bertindak, baku maupun tidak, yang dapat berlaku pada diri individu sebagai sebuah paksaan bahwa fakta sosial adalah seluruh cara bertindak yang umum dipakai suatu masyarakat, dan pada saat yang sama keberadaannya terlepas dari manifestasi-manifestasi individual. Durkheim membedakan dua tipe ranah fakta sosial:24

24


(39)

1. Fakta Sosial material yakni, lebih mudah dipahami karena bisa diamati. Fakta sosial material tersebut sering kali mengekspresikan kekuatan moral yang lebih besar dan yang sama-sama berada diluar individu dan memaksa mereka.

2. Fakta sosial Nonmaterial yakni, Durkheim mengakui bahwa fakta sosial nonmaterial memiliki batasan tertentu, ia ada dalam fikiran individu. Akan tetapi dia yakin bahwa ketika orang memulai berinteraksi secara sempurna, maka interaksi itu akan mematuhi hukumnya sendiri. Individu masih perlu sebagai satu jenis lapisan bagi fakta sosial nonmaterial, namun bentuk dan isi partikularnya akan ditentukan oleh interaksi dan tidak oleh individu. Oleh karena itu dalam karya yang sama Durkheim menulis: bahwa hal-hal yang bersifat sosial hanya bisa teraktualisasi melalui manusia; mereka adalah produk aktivitas manusia.25

Jenis-jenis fakta sosial nonmaterial

1. Moralitas, menurut Durkheim tentang moralitas terdiri dari dua aspek. Pertama, Durkheim yakin bahwa moralitas adalah fakta sosial, dengan kata lain, moralitas bisa dipelajari secara empiris, karena ia memaksa individu, dan bisa dijelaskan dengan fakta-fakta sosial lain. Artinya, moralitas bukanlah sesuatu yang bisa dipikirkan secara filosofis, namun sesuatu yang mesti dipelajari sebagai fenomena empiris. Kedua,

25


(40)

Durkheim dianggap sebagai sosiolog moralitas karena studinya

didorong oleh kepeduliannya kepada “kesehatan” moral

masyarakat modern.

2. Kesadaran Kolektif, Durkheim mendefinisikan kesadaran

kolektif sebagai berikut; “seluruh kepercayaan dan perasaan

bersama orang kebanyakan dalam sebuah masyarakat akan membentuk suatu sistem yang tetap punya kehidupan sendiri, kita boleh menyebutnya dengan kesadaran kolektif atau kesadaran umum.

3. Representasi Kolektif yakni, individu-individu yang tidak bisa direduksi, karena ia muncul dari interaksi sosial, dan hanya bisa dipelajari secara langsung karena cenderung langsung berhubungan dengan symbol material seperti isyarat, ikon, dan gambar atau berhubungan dengan praktik seperti ritual.

4. Arus Sosial, Menurut Durkheim, arus sosial merupakan fakta sosial yang tidak menghadirkan diri dalam bentuk yang jelas. Durkheim mencontohkan dengan “ dengan luapan semangat,

amanah, dan rasa kasihan” yang terbentuk dalam kumpulan

publik.

5. Pikiran Kelompok, Durkheim menyatakan bahwa pikiran kolektif sebenarnya adalah kumpulan pikiran individu. Akan tetapi pikiran individual tidak secara mekanis saling bersinggungan dan tertutup satu sama lain.


(41)

B. Teori Fungsionalisme Struktural Talcott Parsons (AGIL)

Suatu fungsi adalah “suatu kompleks kegiatan-kegiatan yang diarahkan kepada pemenuhan suatu kebutuhan atau

kebutuhan-kebutuhan sistem itu”. Menggunakan definisi tersebut, Parsons percaya bahwa ada empat imperative fungsional yang perlu bagi (khas pada) semua sistem. Adaptation (A), goal attainment (G) (Pencapaian Tujuan), integration (I) (Integrasi), dan Latency (L) (Latensi), atau pemeliharaan pola. Secara bersama-sama, keempat imperative fungsional itu dikenal sebagai skema AGIL. Agar dapat lestari, suatu sistem harus melaksanakan keempat fungsi tersebut. 26

1. Adaptasi: suatu sistem harus mengatasi kebutuhan mendesak yang bersifat situasional eksternal. Sistem itu harus beradaptasi dengan lingkunganya dan mengadaptasikan lingkungan dengan kebutuhan-kebutuhannya.Agar masyarakat nelayan bisa bertahan mereka harus mampu menyesuaikan lingkungan yang ada seperti sekarang. Masyarakat nelayan harus terbiasa dengan keadaan sungai yang sudah mengalami reklamasi besar-besaran yang dilakukan oleh pihak terminal pelabuhan. Akibatnya ikan-ikan susah untuk masuk karena aliran sungainya berlawanan arus, sehingga masyarakat nelayan harus bisa menyesuaikan keadaanya karena sudah tidak seperti dulu lagi. Untuk mempertahankan kehidupannya masyarakat nelayan harus bisa

26


(42)

menjaga lingkungannya dengan baik meskipun keadaan lingkungan sudah tercemar akibat reklamasi. Dan masyarakat nelayan harus menerima kondisi saat ini dan memaklumi pemasukan yang diperoleh dari mencari ikan.

2. Pencapaian tujuan:suatu sistem harus mendefinisikan dan mencapai tujuan utamanya. Tujuan utama yang dituju oleh masyarakat nelayan adalah bisa mendapatkan hasil tangkapan ikan yang banyak dan menjualnya dengan harga yang mahal. Selain tujuan utama tersebut mereka juga harus memikirkan perekonomian keluargannya yang juga menjadi tujuan utama mereka.

3. Integrasi :suatu sistem harus mengatur antar hubungan bagian-bagian dari komponennya. Ia juga harus mengelola hubungan di antara tiga imperative fungsional lainnya (A,G,L). Masyarakat nelayan harus bisa beradaptasi dengan keadaan lingkungan tempat mereka mencari ikan. Apabila masyarakat nelayan bisa beradaptasi dengan lingkungannya sekarang maka tujuan yang utama masyarakat nelayan akan tercapai, yakni memperoleh hasil tangkapan yang banyak agar mendapatkan untung yang banyak dan masyarakat nelayan bisa memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga mereka.

4. Latensi (Pemeliharaan Pola):suatu sistem harus menyediakan, memelihara, dan memperbarui baik motivasi para individu


(43)

maupun pola-pola budaya yang menciptakan dan menopang motivasi itu. Masyarakat nelayan harus bisa mempertahankan, memperbaiki dan membaharui motivasi-motivasi individu. Warga masyarakat manyar sudah dikenal sebagai masyarakat nelayan karena nelayan sudah ada sejak zaman dahulu jauh sebelum adanya industri-industri seperti saat ini. Walaupun lingkungan tempat mereka mencari ikan tidak seperti dulu tetapi mereka masih mempertahankan dan melestarikan nelayan sampai sekarang dan menjadikan nelayan sebagai penghasilan utama mereka. Masyarakat nelayan juga merasa termotivasi oleh pemuda-pemuda desa yang juga ikut turun mencari ikan, bahkan pemuda-pemuda desa juga menciptakan ide-ide penanaman pohon mangrove untuk menambah penghasilan mereka. 27

Keempat persyaratan fungsional itu mempunyai hubungan erat dengan keempat sistem tindakan sebagaimana akan diuraikan pada bagian berikutnya nanti. Sistem organism biologis dalam sistem tindakan berhubungan dengan fungsi adaptasi yakni menyesuaikan diri dengan lingkungan dan mengubah lingkungan sesuai dengan kebutuhan. Sistem kepribadian melaksanakan fungsi pencapaian tujuan dengan merumuskan tujuan dan menggerakan segala sumber daya

27


(44)

untuk mencapai tujuan-tujuan itu. Sistem sosial berhubungan dengan fungsi integrasi dengan mengontrol komponen-komponen pembentuk masyarakat itu. Akhirnya sistem kebudayaan berhubungan dengan fungsi pemeliharaan pola-pola atau struktur-struktur yang ada dengan menyiapkan norma-norma dan nilai-nilai yang memotivasi mereka dalam berbuat sesuatu.28

Sistem Tindakan

L I

Sistem Budaya Sistem Sosial

Organisme Behavioral Sistem Kepribadian

A G

Gambar 1.1Struktur Sistem Tindakan Umum

28


(45)

Dalam sistem Parsons, level-level itu di satukan dalam dua cara.

Pertama, setiap level yang lebih rendah memberikan kondisi-kondisi, energi yang diperlukan bagi level-level yang lebih tinggi. Kedua, level-level yang lebih tinggo mengendalikan level-level-level-level di bawahnya di dalam hierarki itu. Dari segi lingkungan sistem tindakan, level paling rendah, lingkungan fisik dan organic, meliputi aspek-aspek nonsimbolik tubuh manusia, anatomi dan fisiologinya.29

Parsons menemukan jawabannya bagi masalah ketertiban di dalam fungsionalisme struktural, yang menurutnya bekerja sama sekumpulan asumsi berikut ini:

1. Sistem-sistem mempunyai khasiat ketertiban dan kesalingtergantungan bagian-bagiannya.

2. Sistem-sistem cenderung menuju ketertiban, atau keseimbangan yang terpelihara sendiri.

3. Sistem-sistem mungkin statis atau terlibat dalam suatu proses perubahan yang teratur.

4. Sifat dasar satu bagian dari sistem mempunyai dampak pada bentuk yang dapat diambil bagian-bagian lain.

5. Sistem-sistem memelihara batas-batas dengan lingkungan-lingkungannya.

29

George Ritzer, Douglas J Goodman, Teori Sosiologi Modern Edisi 6 ( Jakarta: Kencana , 2011).411.


(46)

6. Alokasi dan integrasi adalah dua proses fundamental yang diperlukan untuk tercapainya keadaan seimbang tertentu suatu sistem.

7. Sistem-sistem cenderung menuju pemeliharaan sendiri yang melibatkan pemeliharaan perbatasan dan hubungan bagian-bagian dengan keseluruhan, pengendalian variasi-variasi lingkungan, dan pengendalian terhadap tendensi-tendensi pengubahan sistem dari dalam.

Asumsi-asumsi di atas membuat Parsons menjadikan analisis atas struktur masyarakat yang teratur sebagai prioritas yang pertama.

Sistem Sosial

Suatu sistem sosial didasarkan pada suatu pluralitas para aktor individual yang berinteraksi satu sama lain di dalam suatu situasi yang setidaknya mempunyai suatu aspek fisik atau lingkungan, para aktor yang

termotivasi dalam kaitannya kea rah “optimisasi kepuasan” dan relasi

mereka dengan situasi-situasinya saling meliputi, didefinisikan dan dimediasi dalam kerangka suatu sistem symbol-simbol yang terstruktur dan dianut bersama secara budaya.

Parsons menggunakan kompleks peran-status sebagai unit dasar sistem itu. Kompleks tersebut bukan suatu aspek para aktor juga bukan aspek interaksi, tetapi lebih tepatnya merupakan suatu komponen struktural

sistem sosial itu. Status mengacu kepada suatu posisi sruktural di dalam sistem sosial, dan peran adalah apa yang dilakukan sang aktor di dalam


(47)

posisi demikian, yang dilihat di dalam konteks signifikansi fungsionalnya untuk sistem yang lebih besar. Sang aktor dipandang bukan dalam kerangka pemikiran-pemikiran dan tindakan melainkan (setidaknya di dalam kerangka posisi di dalam sistem sosial itu) tidak lebih dari sebundel status dan peran.

Masyarakat

Suatu sistem sosial yang spesifik dan penting secara khusus ialah

masyarakat, suatu kolektifitas yang relative swasembada dengan para anggota yang mampu memuaskan semua kebutuhan individu dan kolektif dan hidup seluruhnya di dalam kerangkanya sendiri. Sebagai seorang fungsionalis struktural, Parsons membedakan empat struktur, atau subsistem, yang ada di dalam masyarakat dari segi fungsi-fungsi (AGIL) yang dijalankannya. Ekonomi adalah subsistem yang berfungsi menyesuaikan masyarakat kepada lingkungan melalui kerja, produksi, dan alokasi. Melalui fungsi itu, ekonomi menyesuaikan lingkungan kepada kebutuhan-kebutuhan masyarakat, dan ia membantu masyarakat beradaptasi kepada realitas-realitas eksternal tersebut. Polity (atau sistem politis) melaksanakan fungsi pencapaian tujuan dengan mengejar tujuan-tujuan masayarakat dan memobilisasi para aktor dan sumber-sumber daya menuju tujuan itu. Sistem kepercayaan (misalnya, di sekolah-sekolah, keluarga) menangani fungsi latensi dengan menularkan kebudayaan (norma-norma dan nilai-nilai) kepada para aktor dan memungkinkan mereka menginternalisasikan. Terakhir, fungsi integrasi dilaksanakan oleh


(48)

komunitas masyarakat (misalnya, hukum) yang mengoordinasi berbagai komponen masyarakat. 30

L I

A G

Gambar 1.2Masyarakat, Subsistem-subsistem, dan Imperatif-imperatif fungsionalnya.

Sistem Budaya

Parsons membayangkan kebudayaan sebagai kekuatan utama yang mengikat berbagai unsure dunia sosial, atau dalam peristilahannya, sistem tindakan. budaya menengahi interaksi di kalangan para aktor dan mengintegrasikan kepribadian dan sistem-sistem sosial. Oleh karena itu, di dalam sistem sosial kebudayaan terwujud dalam norma-norma dan nilai-nilai, dan di dalam sistem kepribadian kebudayaan diinternalisasikan oleh sang aktor. Akan tetapi, sistem budaya bukan hanya suatu bagian dari

30

Jeorge Ritzer, Douglas J Goodman, Teori Sosiologi Modern Edisi 6 (Jakarta: Kencana, 2011).hal 127.

Sistem Kepercayaan

Komunitas Masyarakat


(49)

sistem-sistem lain; ia juga mempunyai suatu eksistensi terpisah berupa persediaan sosial (social stock) pengetahuan, symbol-simbol, dan ide-ide. Aspek-aspek sistem budaya tersebut tersedia bagi sistem-sistem sosial adan kepribadian, tetapi mereka bukan bagian darinya.


(50)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dan menganalisis dan mendapatkan data yang berkaitan dengan obyek penelitian. Serta menyajikan hasil penelitian ini.31

Menurut Moeloeng menjelaskan bahwa: penelitian kualitatif adalah penelitian yang dimaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian secara holistic dengan cara deskriptif dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks, khususnya yang alamiah dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. Sedangkan menurut

David Williams menyatakan:”penelitian kualitatif adalah pengumpulan

data pada suatu latar ilmiah dengan menggunakan metode ilmiah dan dilakukan oleh orang atau peneliti yang tertarik secara ilmiah.32

Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti dalam menggali data dan informasi mengenai obyek penelitian diatas menggunakan jenis penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif umumnya bertujuan untuk mempelajari secara mendalam suatu individu, kelompok, institusi atau

31

Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Sosial Lainnya (Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2008).145.

32


(51)

masyarakat tertentu tentang latar belakang, keadaan atau kondisi, faktor-faktor atau interaksi sosial yang terjadi di dalamnya.33

Peneliti memandang penggunaan metode penelitian deskriptif sangat sesuai untuk digunakan dalam penelitian ini. Karena metode penelitian kualitatif deskriptif bertujuan untuk menjelaskan suatu fenomena atau permasalahan serta kejadian yang berada di dalam masyarakat dengan bertumpu kepada prosedur penulisan untuk menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau tulisan dari orang atau pelaku sebagai obyek dalam sebuah penelitian.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di balai nelayan kali mireng yang berada di Kecamatan Manyar Kabupaten Gresik. Balai nelayan tersebut memiliki anggota yang terdiri dari tiga desa yakni, Manyar rejo, Sidorukun dan Sidomukti. Waktu penelitian di lakukan pada awal bulan oktober 2016. Adapun alasan kenapa peneliti mengambil lokasi di desa Sidomukti karena selain masuk ke dalam anggota balai nelayan, desa Sidomukti juga masuk ke dalam mayoritas nelayan paling banyak dari kedua desa diatas. Sehingga diharapkan agar peneliti bisa lebih menggali informasi yang lebih mendalam.

33


(52)

C. Pemilihan Subyek Penelitian

Peneliti menggunakan Informan dalam penelitian ini terdiri dari delapan anggota balai nelayan kali mireng yang berada di Kecamatan Manyar. Salah satu dari delapan informan tersebut ada yang menjabat sebagai ketua rukun nelayan Desa Sidomukti, beliau bernama Isharul yang berusia 35 tahun. Isharul sudah menjabat sebagai ketua rukun nelayan sejak satu tahun terakhir dan masa jabatannya kurang 4 tahun lagi, karena untuk pergantian ketua sendiri dilakukan selama 5 tahun sekali. Danjuga kepala desa Sidomukti Kecamatan Manyar Kabupaten Gresik. Alasan peneliti memilih informan tersebut diharapkan dapat menggali informasi yang lebih mendalam dan aktual, karena sangat penting mengetahui kehidupan masyarakat nelayan di sekitar terminal pelabuhan dalam aspek ekonomi, kesehatan dan sosial yang ada di Kecamatan Manyar Kabupaten Gresik.

Tehnik pemilihan dalam penelitian ini menggunakan

snowball yakni, suatu teknik yang multitahapan, didasarkan pada analogi bola salju, yang dimulai dengan bola salju yang kecil kemudian membesar secara bertahap karena ada penambahan salju ketika digulingkan dalam hamparan salju. Ini dimulai dengan beberapa orang atau kasus, kemudian meluas berdasarkan hubungan-hubungan terhadap responden. responden sebagai sampel yang mewakili populasi, kadang tidak mudah didapatkan


(53)

langsung di lapangan. untuk dapat menemukan sampel yang sulit diakses, atau untuk memperoleh informasi dari responden mengenai permasalahan yang spesifik atau tidak jelas terlihat di dunia nyata, maka teknik snowball merupakan salah satu cara yang dapat diandalkan dan bermanfaat dalam menemukan responden yang dimaksud.34

D. Tahap-Tahap Penelitian

Dalam melakukan penelitian tentang bagaimana kehidupan masyarakat nelayan di sekitar terminal pelabuhani Kecamatan Manyar Kabupaten Gresik diperlukan langkah-langkah penelitian sebagai berikut:

a. Pra Penelitian

Tahap ini merupakan tahap awal sebelum peneliti terjun ke lapangan untuk menggali informasi dan data35. Tahap pra penelitian digunakan oleh peneliti sebelum masuk ke lapangan obyek studi. Pada tahap ini peneliti terlebih dahulu merumuskan kerangka teoritis dan juga persiapan peneliti baik menggali informasi awal mengenai obyek yang akan diteliti dan juga membuat perencanaan penelitian yang matang seperti persiapan properti atau alat yang dibutuhkan atau berupa surat-izin yang diperlukan dalam penelitian.

34

Widodo, E, Mukhtar, Konstruksi ke Arah Penelitian Deskriptif. (Yogyakarta: Avyrouz, 200) .71.

35


(54)

b. Pelaksanaan Penelitian

Pada tahap pelaksanaan penelitian ini, peneliti menggali data dan informasi sedalam mungkin sesuai dengan yang dibutuhkan dan juga berkenaan dengan tema penelitian yang sudah dibuat. Tentunya dengan menggunakan berbagai teknik pengumpulan data yang telah dirancang dan juga berbagai instrument yang telah disiapkan agar mendapat hasil yang maksimal dalam usaha memperoleh data dan informasi yang diperlukan.

Ketika peneliti masuk di dalam proses penelitian yang perlu diperhatikan oleh peneliti adalah menjalin hubungan interaksi terlebih dahulu dengan subyek atau informan, dengan begitu akan mempermudah peneliti didalam penggalian data. Tahap pelaksanaan penelitian ini dilakukan oleh peneliti dalam proses penggalian data dan digunakan untuk memperoleh data yang berhubungan dengan permasalahan yang diangkat oleh peneliti.

c. Tahap Analisi Data

Pada tahap ini, peneliti akan mengadakan suatu analisis dari data data yang sudah diperoleh oleh peneliti dilapangan. Yang mana data yang didapatkan oleh peneliti dapat menjawab permasalahan yang sedang dikaji oleh peneliti. Sebagaimana data yang diperoleh oleh peneliti


(55)

yang berasal dari wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi diolah dan dikelompokkan sehingga dapat dideskripsikan untuk analisis sebagai hasil perolehan data dilapangan.

E. Teknik Pengumpulan Data 1. Observasi

Observasi merupakan suatu tehnik yang telah dilakukan oleh peneliti dalam pencarian data pada penulisan kualitatif. Pengamatan yang akan dilakukan yaitu dengan melihat kondisi yang berada di kawasan obyek penelitian36. Dari hasil observasi, peneliti mengamati gejala yang terjadi di lapangan adalah gejala sungai yang terkena reklamasi besar-besaran dan kerusakan lingkungan yang diakibatkan dari terminal pelabuhan.Menurut Bungin ada beberapa bentuk observasi yang dapat digunakan dalam penelitian kulaitatif, yaitu37 :

1) Observasi partisipasi (participant observation) adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan pengindraan yakni observer atau peneliti benar-benar terlibat dalam keseharian responden.

2) Observasi tidak terstruktur adalah observasi yang

dilakukan tanpa menggunakan guide

36

Agus Salim, Teori dan Paradigma Penelitian Sosial: Buku Sumber Untuk Penelitian Kualitatif( Yogyakarta: Tiara Wacana, 2006), 14.

37


(56)

observasi.Pengamat harus mampu mengembangkan daya pengamatannya dalam mengenai suatu obyek. 3) Observasi kelompok tidak terstruktur adalaha observasi

yang dilakukan secara berkelompok terhadap suatu atau beberapa objek sekaligus.

Melihat dalam konteks penelitian yang telah dilakukan, maka observasi dalam penelitian ini meliputi pengamatan pada bentuk gejala yang diakibatkan oleh reklamasi besar-besaran dan kerusakan lingkungan yang menyebabkan penurunan hasil tangkap dan harga jual ikan para nelayan.

2. Wawancara

Menurut Esterberg wawancara adalah merupakan pertemuan antara dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui Tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topic tertentu.38 Wawancara merupakan sebuah percakapn yang dilakukan oleh dua orang atau lebih yang mana pertanyaannya telah diajukan oleh peneliti kepada subyek atau sekelompok subyek penelitian untuk dijawab serta pertukaran ide atau informasi melalui tanya jawab.

Peneliti menggunakan jenis wawancara semiterstruktur itu sendiri dilakukan dengan cara bebas tetapi tetap terkait dengan

38


(57)

pokok-pokok wawancara yang sesuai dengan permasalahan yang diangkat oleh peneliti. Pada jenis wawancara ini, data yang diutamakan adalah data yang diperoleh berdasarkan pada percakapan dan tanya jawab.

Dalam proses wawancara yang telah dilakukan dalam penelitian ini, peneliti akan mengunjungi dan bertatap muka dengan para sasaran subyek penelitian yang dalam hal ini adalah para nelayan yang berada di balai nelayan kali mireng. Peneliti menggunakan handphone untuk merekam dan mencatat hasil wawancara dari narasumber dan selanjutnya akan diuraikan oleh peneliti.

3. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan salah satu cara pengumpulan data yang menghasilkan catatan-catatan penting yang berhubungan dengan masalah yang akan diteliti, sehingga akan diperoleh data yang lengkap, valid dan bukan berdasarkan pada hasil pemikiran. Penelitian yang dilakukan dengan menggunakan teknik dokumentasi bertujuan untuk memperoleh informasi bukan dari orang sebagai narasumber, tetapi peneliti memperoleh informasi dari berbagai macam sumber tertulis atau dari dokumen yang ada pada informan dalam bentuk dokumen. 39

39

Sugiyono, Metode Penelitian PendidikanPendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D( Bandung: Alfa Beta, 2010), 300.


(58)

Dokumentasi dilakukan selama penelitian di lingkungan sekitar terminal pelabuhan (kehidupan masyarakat nelayan di sekitar terminal pelabuhan). Penulis melakukan studi dokumentasi sebagai pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara. Dokumen yang berhubungan dengan gambaran umum dan profi Desa Sidomukti khususnya mata pencaharian yang berkembang di daerah tersebut.

F. Teknik Analisis Data

Pada tahap analisis data terdapat tiga langkah untuk menganalisis data yang telah dikumpulkan, yaitu:

1. Reduksi data (data reduction) yaitu proses pemilihan, pemusatan, perhatian pada penyederhanaan, abstraksi dan transformasi data kasar yang diperoleh di lapangan studi.

2. Penyajian data (data display) yaitu deskripsi dalam bentuk teks naratif berdasarkan kumpulan informasi tersusun yang memungkinkan untuk melakukan penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.

3. Penarikan kesimpulan dan verifikasi ( conclusion drawing and verification), mencari makna dari setiap gejala yang diperolehnya di lapangan, mencatat keteraturan atau pola penjelasan dan konfigurasi yang mungkin ada, alur kausalitas dan proposisi. Selama penelitian masih berlangsung, setiap


(59)

kesimpulan yang ditetapkan akan terus menerus di verifikasikan hingga benar-benar diperoleh konklusi yang valid dan kokoh.

Dengan tiga langkah analisi data tersebut memudahkan peneliti untuk menganalisis data dari informan. Peneliti juga menggunakan kategorisasi untuk mengklasifikasikan data-data dan kunci sehingga bisa lebih mudah untuk menarik kesimpulan hasil penelitian. Kategorisasi data yang tersebut dalam bentuk tabel dimana jawaban informan di kategorikan menurut konsep-konsep penelitian yang terpenting. Data juga dianalisis dengan menggunakan teori yang dipakai dalam penelitian ini yaitu teori fungsionalisme struktural Talcot Parsons.

G. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

Dengan proses penelitian tidak samua pernyataan atau informasi yang didapatkan dari informan itu sesuai atau valid. Maka dari itu uraian Informasi, tindakan dan ungkapan yang didapat perlu terlebih dahulu diukur keabsahan datanya. Proses ini sangat penting dimaksudkan agar informasi yang diperoleh memiliki derajat ketepatan dan kepercayaan sehingga hasil penelitian bisa dipertanggung jawabkan. Agar data yang diperoleh benar-benar valid maka informasi yang telah diperoleh dari satu informan dicoba untuk ditanyakan kembali pada informan yang lain dalam beberapa kesempatan dan waktu yang berbeda. Proses ini mengikuti apa yang


(60)

dikemukakan oleh Moleong yaitu teknik member check (pengecekan anggota). Dengan kata lain peneliti cross check mempertanyakan pertanyaan yang sama dengan informasi yang berbeda hingga informasi yang diperoleh menjadi sama atau memiliki kemiripan.


(61)

BAB IV

KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN DI SEKITAR TERMINAL PELABUHAN DESA SIDOMUKTI MANYAR

A. Deskripsi Umum Lokasi Penelitian

Kecamatan Manyar merupakan daerah yang strategis, dimana kecamatan ini dikelilingi oleh banyak sekali industri, tak jarang jika banyak sekali polusi, macet dan panas tak bisa lepas dari daerah ini, sebelum didirikannya industri kawasan sekitar manyar banyak sekali tambak-tambak garam dan lahan-lahan yang kosong milik warga sekitar, akan tetapi setelah adanya revolusi industri lahan-lahan yang kosong itu didirikan banyak industri. Banyak sekali warga yang menjual lahan mereka untuk dibangun industri dan ada juga warga yang menolak menjual lahan mereka. Dan baru-baru ini ada perusahan yang bergerak dalam bidang pelayanan jasa logistic (terminal pelabuhan) membangun anak cabang yang berada di kecamatan Manyar. Banyak kontroversi saat membangun proyek tersebut, baik dari masyarakat sekitar maupun pemerintah setempat.

Sidomukti diapit oleh dua desa yakni manyar rejo dan sidorukun. Sidomukti memiliki jumlah nelayan paling banyak diantara dua desa lainnya, oleh karena itu kebanyakan masyarakat sidomukti mengandalkan ekonomi mereka sebagai nelayan. Bisa dikatakan jika ekonomi mereka dalam kategori yang menengah, karena masyarakat sidomukti mengandalkan pekerjaan


(62)

nelayan sebagai penggerak ekonomi mereka dan juga sebagai ciri khas masyarakat manyar.

1. Gambaran Umum Dan Profil Desa a. Batas desa

Wilayah Desa Sidomukti berbatasan dengan daerah sebagai berikut:

1. Sebelah utara : Desa Manyar Sidorukun 2. Sebelah timur : Desa Sukomulyo

3. Sebelah selatan : Desa Manyarejo 4. Sebelah barat : Desa Leran b. Letak dan Kondisi Geografis

Desa Sidomukti terletak kurang lebih 7,3 Km dari pusat kota Gresik. Desa Sidomukti adalah salah satu dari 23 desa yang termasuk dalam wilayah kecamatan Manyar Kabupaten Gresik.

Dilihat dari letak geografisnya, wilayah desa Sidomukti merupakan jalur perhubungan Pantura yang sangat padat serta berdekatan dengan wilayah pengembangan kawasan industri dan juga adanya Terminal Pelabuhan Internasional. Kondisi ini membuat perubahan kehidupan bagi masyarakat nelayan di Desa Sidomukti.

Secara umum topografi Desa Sidomukti datar yang semula merupakan pantai yang landai. Ada beberapa tempat yang relevansinya naik turun, tapi tidak begitu signifikan perbedaan tingginya.


(63)

Desa Sidomukti terletak pada daerah dataran rendah permukaan datar dengan ketinggian sekitar 3 meter diatas permukaan air laut. Dengan suhu rata-rata 35-34 derajat C dengan luas tanah 1.070.060 m. Adapun pembagian wilayah tersaji dalam tabe dibawah ini:

Tabel 1.3

Data Luas Wilayah Desa

Pemukiman 26 ha

Tambak 1.035 ha

Fasilitas Umum 9.06 ha

Luas 1.070,060 ha

2. Gambaran Umum Demografis a. Kondisi Geografis

Bahasan demografis Desa Sidomukti akan dibagi menjadi 4 yaitu mengenai kepadatan penduduk, mata pencarian, kepemilikan saran perikanan dan mekanisme hasil perikanan/ hasil laut.

b. Keadaan Penduduk

Jumlah penduduk yang mendiami Kelurahan Sidomukti adalah sebanyak 4449 jiwa dengan perincian laki-laki 2368 jiwa dan 1426 jiwa perempuan dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 655 KK. Data tentang keadaan jumlah penduduk di Kelurahan Sidomukti, maka dapat dirinci sebagai berikut ini:


(64)

Tabel 1.4

Data Jumlah Penduduk

No Uraian Keterangan

1.Laki-laki 2.368 orang

2.Perempuan 1.426 orang

3.Kepala Keluarga 655

Sumber: Data profil desa 2008

Berdasarkan data di atas, diketahui bahwasannya antara jumlah laki-laki dan perempuan mempunyai selisih 942orang. Berarti ada dominasi kuantitas antara keduanya dalam penguasaan dalam hal pelayanan publik (kesehatan, pendidikan, ataupun pelayanan lainnya.

Desa Sidomukti memiliki kepadatan penduduk yang cukup tinggi. Dimana terkonsentrasi di wilayah utara Desa Sidomukti dan wilayah selatan masih dalam proses pengembangan dan pembangunan. Adapun komposisi jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian tersaji dalam dibawah ini:

c. Keadaan Sosial dan Budaya a. Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu faktor penting dalam kehidupan bangsa, karena pendidikan sebagai salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan sosial di dalam masyarakat. Begitu pula dengan masyarakat Sidomukti, faktor pendidikan masih tetap menjadi


(65)

permasalahan bagi masyarakat. Di desa ini juga masih terdapat buta huruf sehingga memerlukan perhatian pemerintah dalam menangani masalah pendidikan. Fasilitas pendidikan sudah cukup memadai karena terdapat sarana pendidikan. Maka akan dapat dirinci pada table berikut ini:

Tabel 1.5

No Keterangan Jumlah

1 Penduduk tidak tamat SD/sederajat 5 orang

3 Penduduk tamat SD/sederajat 12 orang

4 Penduduk tamat SLTP/sederajat 24 orang

5 Penduduk tamat SLTA/sederajat 256 orang

6 Penduduk tamat D-1 7 orang

7 Penduduk tamat D-2 3 orang

8 Penduduk tamat D-3 8 orang

9 Penduduk tamat S-1 26 orang

Sumber : Data Profil Desa Tahun 2008

Dari data tabel diatas dapat dibaca bahwa penduduk yang berusia 10 tahun ke atas tidak ada yang buta huruf, penduduk yang tidak tamat SD berjumlah 5 orang , penduduk yang tamat SD berjumlah 12 orang, berarti ada antara penduduk yang lulus SD dengan tidak lulus SD, penduduk yang tamat SLTP dapat digolongkan kedalam kelompok pendidikan sekolah menengah pertama dimana jumlahnya ada 24 orang, jumlah penduduk yang tamat SLTA dapat digolongkan kedalam kelompok pendidikan


(1)

investor harus menjalin hubungan baik dengan warga. Diundanglah

warga ketika pembukaan Dermaga Terminal Pelabuhan. Selain itu

semua kerusakan lingkungan akibat Pelabuhan manyar akan di

tanggung biayanya oleh perusahaan. Hubungan/Integrasi inilah

yang menjaga keseimbangan untuk mencapai tujuan dari

perusahaan tersebut. Dalam penyesuaian hidup yang menurun

tingkat pendapatannya, masyarakat nelayan termotivasi dengan

penanaman Hutan Mangrove yang ada di sekitar Pelabuhan. Hutan

mangrove ini sebagai kawasan Konservasi dalam menjaga

lingkungan pesisir akibat dampak reklamasi tersebut. Penanaman

Hutan Mangrove ini adalah sebagai pemeliharaan pola yang

memuculkan motivasi dari struktur masyarakat nelayan Manyar

Gresik. Pola ini diharapkan bisa menambah penghasilan tambahan

bagi nelayan. Perusahaan juga bisa menyerap banyak tenaga kerja

bagi warga Gresik, dan melakukan aktivitas pengiriman dengan

baik.Dengan pola yang sudah di bentuk oleh struktur-struktur

masyarakat sekitar pelabuhan akan mencapai tujuan


(2)

97

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh

peneliti di di desa Sidomukti Manyar, maka peneliti melihat bahwa

kehidupan masyarakat sebelum adanya terminal pelabuhan dalam

kondisi yang baik-baik saja tidak ada perubahan, dilihat dari aspek

ekonomi, kebutuhan mereka sudah cukup terpenuhi karena hasil

tangkapan yang diperoleh juga sangat banyak dan juga harga jual

yang tinggi.

Sedangkan kehidupan masyarakat nelayan sesudah adanya

terminal pelabuhan sangat jauh berbeda, karena masyarakat

nelayan sering mengalami musim paceklik seperti saat ini. Bisa

dibilang kalau dulu ikan yang diperoleh banyak tapi harga jual

yang rendah, sedangkan sekarang ikan yang diperoleh banyak tapi

harga jual yang tinggi. Dengan kondisi yang seperti itu, tak jarang

jika masyarakat nelayan memiliki profesi sampingan untuk

menambah pemasukan mereka.

Dari segi kesehatan, sebelum atau sesudah adanya

pelabuhan masyarakat memang sering terkena penyakit, entah itu

masuk angin dan pegal-pegal, akan tetapi setelah adanya pelabuhan


(3)

sungai yang kotor. Mereka tidak memusingkan hal tersebut karena

itu adalah resiko dari pekerjaan yang harus mereka hadapi untuk

bisa memenuhi kebutuhan keluarga mereka.

Dari aspek sosial, interaksi para nelayan sejak sebelum

adanya pelabuhan sampai sekarang masih terjalin sangat baik.

Entah dengan tetangga rumah maupun dengan sesama nelayan.

Bentuk interaksi tersebut diwujudkan dengan sering diadakannya

berkumpul antar sesama nelayan, baik di balai nelayan maupun

sekedar di warung kopi. Begitu juga hubungan dengan perusahaan

pelabuhan yang terjalin dengan baik. Dibuktikan ketika peresmian

pelabuhan, pihak perusahaan juga menghadirkan anak-anak yatim

dan masyarakat sekitar pelabuhan.

Nelayan juga termotivasi oleh pemuda-pemuda desa, yang

selain ikut mencari ikan mereka juga memotivasi para nelayan

untuk menanam pohon mangrove di sekitar sungai, agar saat sudah

berbuah bisa diolah sebagai makanan oleh para nelayan. Para

pemuda berharap dengan memotivasi para nelayan bisa

membangkitkan semangat para nelayan dan juga membangkitkan

perekonomian para nelayan agar ada pemasukan tambahan.

B. Saran

Dalam penelitian yang berupa karya tulis skripsi ini dengan judul “Kehidupan Masyarakat Nelayan Di Sekitar Terminal


(4)

99

Pelabuhan Di Desa Sidomukti Kecamatan Manyar Kabupaten Gresik” peneliti menganggap bahwa masih banyak hal yang dilakukan terkait dengan kondisi di atas. Dan dengan ini saran

yang diberikan oleh peneliti kepada beberapa pihak sebagai

berikut:

1. Bagi pihak perusahaan, agar senantiasa memperhatikan kepada

masyarakat nelayan yang ada di manyar dan turut serta datang

langsung ke balai nelayan untuk melihat keadaan lingkungan.

2. Bagi pihak pemerintah setempat, agar memberikan

pelatihan-pelatihan kreatifitas wirausaha kepada para nelayan agar bisa

menjadi wirausaha agar dapat memanfaatkan potensi daerah

setempat dan mendirikan TPI (Tempat Pelelangan Ikan) untuk

memudahkan para nelayan menjual hasil tangkapan.

3. Bagi para nelayan yang masih menggunakan alat tradisional,

agar bisa menggunakan peralatan yang lebih modern.

4. Bagi peneliti lanjutan, agar bisa mengembangkan penelitian ini


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Bungin Burhan, Metodologi Penelitian Kualitatif Aktualisasi Metodologis ke Arah Ragam Varian Kontemporer Jakarta : Rajawali Pers,2001.

Bambang Sanggona, Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Pt. Raja Grafindo Persada, 2003.

Satria Arif, Pengantar Sosiologi Masyarakat Pesisir Jakarta: Cidesindo, 2002.

Rianto Adi, Metodologi Penelitian Sosial dan Hukum Jakarta: Granit. 2004.

Departemen Kelautan dan Perikanan, Pedoman Umum Pemberdayaan Masyarakat Pesisir Ditjen Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Jakarta: Departemen Kelautan dan Perikanan RI, 2003.

Jonhson P Doyle, Teori Sosiologi Klasik dan Modern Jilid I Jakarta: Gramedia, 1988.

Kusnadi, Filosofi Pemberdayaan Masyarakat Pesisir Bandung: Humaniora, 2006.

Kusnadi, Akar Kemiskinan Nelayan Jakarta: Pelangi Aksara, 2003.

Kasiram, Metode Penelitian Kualitatif-Kuantitatif Malang: Uin Maliki Press, 2010.

Mulyana Deddy, Metodologi Penelitian Kualitatif Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Sosial Lainnya Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008.

Noor Juliansyah, Metodologi Penelitian Skripsi, Tesis, Disertasi, dan Karya Ilmiah.

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta Balai Pustaka 2007.

Ritzer George, Sosiologi Ilmu Berparadigma Ganda Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2012.

Ritze George dan Goodman J Douglase, Teori Sosiolgi Modern Edisi 6 Jakarta: Kencana, 2011.

Moelong J Lexy, Metode Penelitian Kualitatif Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007.


(6)

Supriadi dan Alimudin, Hukum Perikanan di Indonesia (Jakarta: Sinar Grafika,

2011.

Soekanto Soerjono, Sosiologi Suatu Pengantar Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006.

Sugiyono, Metode Penelitian PendidikanPendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R &D Bandung: Alfa Beta, 2010.

Salim Agus, Teori dan Paradigma Penelitian Sosial: Buku Sumber Untuk Penelitian Kualitatif Yogyakarta: Tiara Wacana, 2006

Humas BJTI PORT.” BJTI PORT.” diakses 13 juni 2016.