Hubungan tingkat Pengetahuantentang Kanker Serviks Dan Tindakan Pap Smear berdasarkan Teori Health Belief Modelpada Ibu Di Kelurahan Belawan Sicanang, Kecamatan Medan Belawan

(1)

TESIS MAGISTER

HUBUNGANTINGKAT PENGETAHUANTENTANG KANKER

SERVIKS DAN TINDAKAN

PAP SMEAR

BERDASARKAN

TEORI

HEALTH BELIEF MODEL

PADA IBU DI KELURAHAN

BELAWAN SICANANG, KECAMATAN MEDAN BELAWAN

Oleh :

NURELIANI AMNI

PROGRAM STUDI MAGISTER KEDOKTERAN KLINIK

DEPARTEMEN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

PENELITIAN INI DI BAWAH BIMBINGAN TIM 5

PEMBIMBING:

Dr. dr. M. Fidel Ganis Srg, M.Ked(OG), SpOG(K)

dr. Dwi Faradina, M.Ked (OG), SpOG

PENYANGGAH :

dr. M. Fahdhy, MSc, SpOG

dr. Indra G. Munthe, M.Ked(OG), SpOG(K)

dr.Sarah Dina, M.Ked(OG), Sp.OG(K)

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi

salah satu syarat untuk mencapai gelar Magister


(3)

(4)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat Rahmat dan Hidayah-Nya penulisan tesis ini dapat diselesaikan.

Tesis ini disusun untuk melengkapi tugas – tugas dan memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan Master Kedokteran Klinis Obstetri dan Ginekologi. Sebagai manusia biasa saya menyadari bahwa tesis ini banyak kekurangannya dan masih jauh dari sempurna, namun demikian besar harapan saya kiranya tulisan sederhana ini dapat bermanfaat dalam menambah perbendaharaan bacaan khususnya tentang :

“ HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG KANKER SERVIKS DAN TINDAKAN PAP SMEAR BERDASARKAN TEORI HEALTH BELIEF MODEL PADA IBU DI KELURAHAN BELAWAN

SICANANG, KECAMATAN MEDAN BELAWAN ”

Dengan selesainya laporan penelitian ini, perkenankanlah saya menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat :


(5)

1. Rektor Universitas Sumatera Utara dan Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk mengikuti Program Pendidikan Dokter Spesialis di Fakultas Kedokteran USU Medan

2. Prof. dr. Delfi Lutan, MSc, SpOG(K), Ketua Departemen Obstetri dan Ginekologi FK-USU Medan; Dr. dr M. Fidel Ganis Siregar,SpOG(K), Sekretaris Departemen Obstetri dan Ginekologi FK-USU Medan; dr. Henry Salim Siregar, SpOG(K), Ketua Program Studi Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi FK-USU Medan; dr. M. Rhiza Z. Tala, SpOG(K), Sekretaris Program Studi Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi FK-USU Medan, guru-guru besar saya Prof. dr. M. Jusuf Hanafiah, SpOG(K); Prof. dr. Djafar Siddik, SpOG(K); Prof. dr. Hamonangan Hutapea, SpOG(K); Prof. Dr. dr. M. Thamrin Tanjung, SpOG(K); Prof. dr. R. Haryono Roeshadi, SpOG(K); Prof. dr. T. M. Hanafiah, SpOG(K); Prof. dr. Budi R. Hadibroto, SpOG(K); Prof. dr. M. Fauzie sahil, SpOG(K), dan Prof. dr. Daulat H. Sibuea, SpOG(K); yang secara bersama-sama telah berkenan menerima saya untuk mengikuti pendidikan dokter spesialis di Departemen Obstetri dan Ginekologi.

3. Dr. dr. M. Fidel Ganis Siregar, M.Ked(OG), SpOG(K) sebagai Bapak angkat saya yang telah memberikan ide serta pengarahan kepada saya dalam melakukan penelitian ini sekaligus menjadi pembimbing utama saya bersama dengan dr. Dwi Faradina, M.Ked(OG) SpOG, yang telah meluangkan waktu yang sangat berharga untuk


(6)

membimbing, memeriksa dan melengkapi penulisan tesis ini hingga selesai.

4. dr. M. Fahdhy, MSc, Sp.OG, dr. Indra G. Munthe, SpOG(K), dr. Sarah Dina, M.Ked(OG), SpOG(K) selaku penyanggah dan narasumber yang dengan penuh kesabaran telah meluangkan waktu yang sangat berharga untuk membimbing, memeriksa dan melengkapi penulisan tesis ini hingga selesai.

5. dr. Letta S. Lintang, M.Ked(OG), SpOG, selaku pembimbing referat magister saya yang berjudul “Metabolisme Kalsium Perinatal”.

6. dr. Surya Dharma, MPH, yang telah meluangkan waktu dan pikiran untuk membimbing saya dalam penyelesaian uji statistik tesis ini.

7. Seluruh pegawai Puskesmas Medan Belawan dan Puskesmas Pembantu Belawan Sicanang, serta ibu-ibu di Kelurahan Belawan Sicanang, Medan Belawan, yang telah membantu dan bekerja sama dengan saya dalam pelaksanaan penelitian ini.

8. Seluruh Staf Pengajar Departemen Obstetri dan Ginekologi FK-USU Medan, yang secara langsung telah banyak membimbing dan mendidik saya sejak awal hingga akhir pendidikan. Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas budi baik guru-guru saya.

9. Direktur RSUP. H. Adam Malik Medan dan direktur RSU Dr. Pirngadi Medan yang telah memberikan kesempatan dan sarana kepada saya untuk bekerja sama selama mengikuti pendidikan dan menyelesaikan penelitian saya di program Magister Kedokteran Klinis di Departemen Obstetri dan Ginekologi.


(7)

10. Kepada senior–senior saya yang telah banyak memberikan bantuan, bimbingan dan dukungannya selama ini.

11. Kepada teman teman seangkatan saya, terima kasih atas kebersamaan dan kerjasamanya selama pendidikan.

12. Kepada seluruh junior-junior saya, terima kasih atas segala bantuannya dan kerjasamanya selama ini.

13. Kepada dokter muda, bidan, paramedik, karyawan/ karyawati di Departemen Obstetri dan Ginekologi FK-USU yang telah ikut membantu dan bekerja sama dengan saya dalam menjalani pendidikan Magister Kedokteran Klinis Obstetri dan Ginekologi FK-USU/RSUP H. Adam Malik.

Tiada kata yang dapat saya ucapkan selain rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Sembah sujud serta terima kasih yang tidak terhingga saya sampaikan kepada kedua orang tua saya yang sangat saya cintai, Ir. H. Amni Amin dan ibunda saya Hj. Nurhayani, SH, SpN yang telah membesarkan, membimbing, mendoakan, dan mendidik saya dengan penuh kesabaran dan kasih sayang serta menjadi inspirasi dan panutan saya dari sejak kecil hingga kini.

Kepada suami saya tercinta dr. Amir Fajar saya ucapkan terima kasih sebesar-besarnya atas segala kesabaran dan dukungannya serta tetap mendampingi saya dalam menjalani pendidikan ini. Teramat khusus kepada buah hatiku tersayang Lulu Aqilah Fajar yang senantiasa menjadi motivasi saya agar dapat segera menyelesaikan pendidikan ini.


(8)

Terimakasih saya ucapkankepada mertua saya (Alm) H. Sumadi Wagiman dan (Alm) Hj. Muntinah, yang telah memberikan dorongan, doa dan semangat kepada saya selama menjalani pendidikan ini.

Kepada ketiga saudara kandung saya : Reza Mirzani, B.Tech, Noviyanti, SST., MEM, dan Defrizal Amni, BA(Hons), terima kasih atas bantuan doa dan dukungan kepada saya selama menjalani pendidikan.

Kepada seluruh keluarga handai tolan yang tidak dapat saya sebutkan namanya satu persatu, baik secara langsung maupun tidak langsung, yang telah banyak memberikan bantuan, dukungan dan doa, saya ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.

Semoga Allah SWT senantiasa memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua.Amin ya Rabbal ‘Alamin.

Medan, Mei 2014


(9)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

ABSTRAK ... xii

ABSTRACT ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 LATAR BELAKANG... 1

1.2 RUMUSAN MASALAH ... 5

1.3 TUJUAN PENELITIAN ... 5

1.3.1 Tujuan Umum ... 5

1.3.2 Tujuan Khusus ... 5

1.4 MANFAAT PENELITIAN ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1 KANKER SERVIKS ... 7


(10)

2.3 PENGETAHUAN ... 15

2.3.1 Definisi Pengetahuan ... 15

2.3.2 Tingkat Pengetahuan ... 15

2.4 TINDAKAN ... 17

2.5 TEORI HEALTH BELIEF MODEL ... 17

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 24

3.1 RANCANGAN PENELITIAN ... 24

3.2 TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN ... 24

3.2.1 Tempat Penelitian ... 24

3.2.2 Waktu Penelitian ... 24

3.3 POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN ... 25

3.3.1 Populasi Penelitian ... 25

3.3.2 Sampel Penelitian ... 25

3.4 KRITERIA INKLUSI DAN EKSKLUSI ... 26

3.4.1 Kriteria Inklusi ... 26

3.4.2 Kriteria Eksklusi ... 26


(11)

3.6 INSTRUMEN PENELITIAN ... 26

3.7 KERANGKA KONSEP PENELITIAN ... 27

3.8 DEFINISI OPERASIONAL ... 27

3.9 ASPEK PENGUKURAN ... 28

3.9.1 Tingkat Pengetahuan ... 28

3.9.2 Teori Health Belief Model ... 29

3.9.3 Tindakan... 30

3.10 ETIKA PENELITIAN ... 30

3.11 PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA STATISTIK ... 31

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 32

BAB V PEMBAHASAN ... 40

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 46

5.1 KESIMPULAN ... 46

5.2 SARAN ... 47

DAFTAR PUSTAKA ... 49


(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Interpretasi Hasil Pemeriksaan Pap Smear ... 14 Tabel 4.1 Tabel distribusi responden berdasarkan karakteristiknya...33

Tabel 4.2 Tabel distribusi tingkat pengetahuan responden mengenai kanker serviks dan Pap smear ....34

Tabel 4.3 Tabel distribusi tindakan Pap smearresponden...34 Tabel 4.4 Tabel distribusi responden berdasarkan Health Belief Model

tentang Kanker serviks dan Pap Smear... 35 Tabel 4.5 Tabel hubungan tingkat pengetahuan dengan kerentanan yang

dirasa ... 36

Tabel 4.6 Tabel hubungan pengetahuan dengn keseriusan yang dirasa... 36

Tabel 4.7 Tabel hubungan kerentanan dengan tindakan

Pap Smear ... 37 Tabel 4.8 Tabel hubungan keseriusan dengan tindakan

Pap Smear ... 37 Tabel 4.9 Tabel hubungan Manfaat dengan tindakan

Pap Smear... 38 Tabel 4.10 Tabel hubungan penghalang dengan tindakan


(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Persepsi individual mengenai penyakit berdasarkan


(14)

HUBUNGANTINGKAT PENGETAHUAN TENTANG KANKER SERVIKS DAN TINDAKAN PAP SMEAR BERDASARKAN TEORI HEALTH BELIEF MODELPADA IBU DI KELURAHAN BELAWAN SICANANG,

KECAMATAN MEDAN BELAWAN

Nureliani Amni

M. Fahdhy, Indra G. Munthe, Sarah Dina , M. Fidel Ganis Siregar, Dwi Faradina

Program Studi Magister Kedokteran Klinik Departemen Obstetri dan Ginekologi

Fakultas kedokteran USU

ABSTRAK

Tujuan: Mengetahui hubungantingkat pengetahuan tentang kanker serviks dan tindakan Pap smear berdasarkan teori Health Belief Model.

Metode: Penelitian deskriptif analitik dengan desain cross sectionalyang bertempat di Kelurahan Belawan Sicanang, Medan, Sumatera Utara, dari bulan Januari-April 2014. Kepada 100 ibu, diberikan kuesioner yang berisi 23 pertanyaan untuk menilai tingkat pengetahuan mengenai kanker serviks dan Pap smear, 35 pertanyaanHealth Belief Model yang menilai tingkat kerentanan dan keseriusan terhadap kanker serviks, serta tingkat manfaatdan penghalang dari tindakan Pap smear, dan pertanyaan apakah pernah atau tidak melakukan Pap smear. Data dianalisa dengan uji Chi square, Fischer exactatau continuity correctiondengan batas kemaknaan 95% (p<0,05).

Hasil: Dari 100 ibu, 52 ibu (52%) memiliki tingkat pengetahuan baik. Pada penilaian Health Belief Modelsebagian besar ibu memiliki tingkat kerentanan, keseriusan, manfaat, maupun penghalang terhadap kanker serviks dan Pap smear yang rendah (87%; 93%; 81%; 98%). Sebanyak 79 ibu (79%) tidak pernah melakukan Pap smear. Tidak dijumpai hubungan antara tingkat pengetahuan dengan tingkat kerentanan dan keseriusan terhadap kanker serviks (p=0,350; p=0,773). Tidak dijumpaihubungan antara tingkat kerentanan dan penghalang dengan tindakan Pap smear

(p=0,196; p=1,000). Dijumpai hubungan antara tingkat keseriusan dan manfaat dengan tindakan Pap smear (p=0,004; p=0,005).

Kesimpulan: Tidak dijumpai hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan dengan tingkat kerentanan dan keseriusan terhadap kanker serviks, juga antara tingkat kerentanan dan penghalang dengan tindakan

Pap smear.Ada hubungan yang bermakna antara tingkat keseriusan terhadap kanker serviks dan tingkat manfaat dari Pap smear dengan tindakan Pap smear.

Kata Kunci : Kanker serviks, Pap smear, Health Belief Model, Tingkat Pengetahuan


(15)

ASSOCIATION BETWEEN LEVEL OF KNOWLEDGE ABOUT CERVICAL CANCER AND PAP SMEAR TEST BASED ON THE HEALTH BELIEF MODEL’S THEORY, IN MOTHERS RESIDING AT

BELAWAN SICANANG, MEDAN BELAWAN

Nureliani Amni

M. Fahdhy, Indra G. Munthe, Sarah Dina , M. Fidel Ganis Siregar, Dwi Faradina

Program Studi Magister Kedokteran Klinik Obstetric and Gynecology Department

Fakultas kedokteran USU

ABSTRACT

Aim: Determining association between knowledge about cervical cancer and paps smear test based on Health Belief Model’s Theory.

Methods Descriptive analytical study with cross sectional design, which was conducted in Sicanang, Belawan, North Sumatera, from January-April 2014. After informed consent, respondents was given questionnaire to be filled. Questionnaire were contained 23 questions of level of knowledge, 35 questions of health belief model,which contain level of susceptibility, and seriousnessof cervical cancer and level of benefit and barrierfrom Papsmear test, and also question whether respondents have done Pap smear test or not. Data was analyzed by Chi Square and Fischer exact or contuinity correction. Level of significance was 95% (p<0,05).

Results: In 100 respondents, 52 (52%) had good level of knowledge. In health belief model questionnaire, it is shown most of respondents had low levelof susceptibility, seriousness, benefit, and barrier (87%; 93%; 81%; 98%). Total of 79 respondents (79%) are never do Pap smear. This study showed that there is no significant association between the level of knowledge to the level of susceptibility and seriousness of cervical cancer(p=0,350; p=0,773). There is no significant association between the level of susceptibility and barrier to Pap smear test(p=0.196, p=1,000). And there is a significant association between the level of seriousness and benefit to Pap smear test (p=0.004; p=0.005).

Conclusion: There is no significant association between the level of knowledge to the level of susceptibility and seriousness of cervical cancer, and also between the level of susceptibility and barrier to Pap smear test. There is a significant association between the level of seriousness and benefit to Pap smear test.

Keyword : Cervical cancer, Pap smear, Health Belief Model, Level of knowledge


(16)

HUBUNGANTINGKAT PENGETAHUAN TENTANG KANKER SERVIKS DAN TINDAKAN PAP SMEAR BERDASARKAN TEORI HEALTH BELIEF MODELPADA IBU DI KELURAHAN BELAWAN SICANANG,

KECAMATAN MEDAN BELAWAN

Nureliani Amni

M. Fahdhy, Indra G. Munthe, Sarah Dina , M. Fidel Ganis Siregar, Dwi Faradina

Program Studi Magister Kedokteran Klinik Departemen Obstetri dan Ginekologi

Fakultas kedokteran USU

ABSTRAK

Tujuan: Mengetahui hubungantingkat pengetahuan tentang kanker serviks dan tindakan Pap smear berdasarkan teori Health Belief Model.

Metode: Penelitian deskriptif analitik dengan desain cross sectionalyang bertempat di Kelurahan Belawan Sicanang, Medan, Sumatera Utara, dari bulan Januari-April 2014. Kepada 100 ibu, diberikan kuesioner yang berisi 23 pertanyaan untuk menilai tingkat pengetahuan mengenai kanker serviks dan Pap smear, 35 pertanyaanHealth Belief Model yang menilai tingkat kerentanan dan keseriusan terhadap kanker serviks, serta tingkat manfaatdan penghalang dari tindakan Pap smear, dan pertanyaan apakah pernah atau tidak melakukan Pap smear. Data dianalisa dengan uji Chi square, Fischer exactatau continuity correctiondengan batas kemaknaan 95% (p<0,05).

Hasil: Dari 100 ibu, 52 ibu (52%) memiliki tingkat pengetahuan baik. Pada penilaian Health Belief Modelsebagian besar ibu memiliki tingkat kerentanan, keseriusan, manfaat, maupun penghalang terhadap kanker serviks dan Pap smear yang rendah (87%; 93%; 81%; 98%). Sebanyak 79 ibu (79%) tidak pernah melakukan Pap smear. Tidak dijumpai hubungan antara tingkat pengetahuan dengan tingkat kerentanan dan keseriusan terhadap kanker serviks (p=0,350; p=0,773). Tidak dijumpaihubungan antara tingkat kerentanan dan penghalang dengan tindakan Pap smear

(p=0,196; p=1,000). Dijumpai hubungan antara tingkat keseriusan dan manfaat dengan tindakan Pap smear (p=0,004; p=0,005).

Kesimpulan: Tidak dijumpai hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan dengan tingkat kerentanan dan keseriusan terhadap kanker serviks, juga antara tingkat kerentanan dan penghalang dengan tindakan

Pap smear.Ada hubungan yang bermakna antara tingkat keseriusan terhadap kanker serviks dan tingkat manfaat dari Pap smear dengan tindakan Pap smear.

Kata Kunci : Kanker serviks, Pap smear, Health Belief Model, Tingkat Pengetahuan


(17)

ASSOCIATION BETWEEN LEVEL OF KNOWLEDGE ABOUT CERVICAL CANCER AND PAP SMEAR TEST BASED ON THE HEALTH BELIEF MODEL’S THEORY, IN MOTHERS RESIDING AT

BELAWAN SICANANG, MEDAN BELAWAN

Nureliani Amni

M. Fahdhy, Indra G. Munthe, Sarah Dina , M. Fidel Ganis Siregar, Dwi Faradina

Program Studi Magister Kedokteran Klinik Obstetric and Gynecology Department

Fakultas kedokteran USU

ABSTRACT

Aim: Determining association between knowledge about cervical cancer and paps smear test based on Health Belief Model’s Theory.

Methods Descriptive analytical study with cross sectional design, which was conducted in Sicanang, Belawan, North Sumatera, from January-April 2014. After informed consent, respondents was given questionnaire to be filled. Questionnaire were contained 23 questions of level of knowledge, 35 questions of health belief model,which contain level of susceptibility, and seriousnessof cervical cancer and level of benefit and barrierfrom Papsmear test, and also question whether respondents have done Pap smear test or not. Data was analyzed by Chi Square and Fischer exact or contuinity correction. Level of significance was 95% (p<0,05).

Results: In 100 respondents, 52 (52%) had good level of knowledge. In health belief model questionnaire, it is shown most of respondents had low levelof susceptibility, seriousness, benefit, and barrier (87%; 93%; 81%; 98%). Total of 79 respondents (79%) are never do Pap smear. This study showed that there is no significant association between the level of knowledge to the level of susceptibility and seriousness of cervical cancer(p=0,350; p=0,773). There is no significant association between the level of susceptibility and barrier to Pap smear test(p=0.196, p=1,000). And there is a significant association between the level of seriousness and benefit to Pap smear test (p=0.004; p=0.005).

Conclusion: There is no significant association between the level of knowledge to the level of susceptibility and seriousness of cervical cancer, and also between the level of susceptibility and barrier to Pap smear test. There is a significant association between the level of seriousness and benefit to Pap smear test.

Keyword : Cervical cancer, Pap smear, Health Belief Model, Level of knowledge


(18)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Kanker serviks adalah penyakit keganasan ketiga yang paling sering terjadi pada wanita diseluruh dunia. Setiap tahunnya, di seluruh dunia terdapat kurang lebih 500 ribu kasus baru kanker serviks dan 274.000 kematian akibat kanker serviks.1

Di negara maju, seperti Amerika Serikat, insidensi kanker serviks menurun secara terus menerus selama beberapa dekade terakhir, dari 14,8 kasus per 100.000 wanita pada tahun 1975 menjadi hanya 6,5 kasus per 100.000 wanita pada tahun 2006.1

Sementara itu, insidensi dari kanker serviks yang invasif terus meningkat di negara-negara berkembang. Di Indonesia, penyakit kanker serviks menempati urutan pertama daftar kanker yang diderita kaum wanita saat ini. Ada sekitar 100 kasus per 100 ribu penduduk atau 200 ribu kasus setiap tahunnya.Lebih dari 70 persen kasus yang datang ke rumah sakit ditemukan dalam keadaan stadium lanjut.Kanker serviks yang sudah masuk ke stadium lanjut sering menyebabkan kematian dalam jangka waktu relatif cepat.2

Di Sumatera Utara diperoleh data dari Dinas Kesehatan Provinsi, jumlah penderita kanker serviks pada tahun 2000 sebanyak 548 kasus, tahun 2001 sebanyak 683 kasus. Sedangkan di kota Medan, prevalensi kejadian kanker serviks sebanyak 49 per 100.000 wanita.3


(19)

Kanker serviks adalah penyakit yang dapat dicegah dengan cara menemukan lesi prekanker. Salah satu pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk menemukan lesi prekanker pada kanker serviks adalah dengan pemeriksaan Pap smear.4

Pap smearadalah suatu pemeriksaan yang dilakukan dengan mengambil epitel permukaan serviks yang mengelupas pada zona transformasi, dan kemudian diwarnai secara khusus dan dilihat di bawah mikroskop untuk diinterpretasi lebih lanjut.4

Pap smearmerupakan program skrining yang paling banyak dilakukan.Di Amerika Serikat telah dilakukan 50 juta pemeriksaan Pap smearsetiap tahun dan hal itu berhasil untuk menemukan lesi prakanker, menurunkan insidensi kanker serviks hingga 70 %, sekaligus menurunkan angka kematian akibat kanker serviks.5 Sedangkan di negara berkembang, termasuk di Indonesia, berdasarkan laporan dari WHO tahun 2008, terdapat hanya 5 % wanita yang ikut serta dalam pemeriksaan Pap smear. Kesadaran wanita untuk melakukan pemeriksaan Pap smear yang masih rendah inilah yang menyebabkan insidensi kanker serviks di Indonesia masih tinggi.5,6

Tingkat pengetahuan wanita mengenai kanker serviks dan Pap smear di Indonesia masih cukup rendah, terbukti dari penelitian yang dilakukan sebelumnya mengenai hal tersebut. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kayika, dkk di rumah susun Klender Jakarta tahun 2006, kelompok terbesar responden memiliki pengetahuan yang kurang mengenai kanker serviks dan Pap smear yaitu sebanyak 46,7 %.7 Pada


(20)

penelitian lain yang dilakukan oleh Huda GA, di Kelurahan Cempaka Kota Bandung, tahun 2011, diperoleh bahwa ibu-ibu dengan tingkat pengetahuan yang baik mengenai kanker serviks dan Pap smear hanya 14,7% dari keseluruhan responden.8Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Octavia C, di kelurahan Petisah Tengah, Kota Medan, pada tahun 2009, diperoleh bahwa tingkat pengetahuan ibu-ibu mengenai kanker serviks dan Pap smear masih rendah, hanya 5,5 % dari keseluruhan responden yang memiliki pengetahuan yang baik.6

Health Belief Model (HBM) pada awalnya dikembangkan pada tahun 1950an olehPelayanan Kesehatan Masyarakat AmerikaSerikat, untuk menjelaskan kegagalan partisipasi masyarakat dalam program pencegahan atau deteksi penyakit. Oleh karena itu, model ini telah menjadi salah satu model yang paling berpengaruh dan secara luas menggunakan pendekatan psikososial untuk menjelaskan hubungan antara perilaku dengan kesehatan, ada 4 variabel kunci yang terlibat didalam tindakan tersebut, yakni kerentanan yang dirasakan terhadap suatu penyakit, keseriusan yang dirasakan, manfaat yang diterima dan penghalang yang dialami dalam tindakan melawan penyakitnya. Teori ini digunakan untuk memprediksi tindakan pencegahan termasuk bagaimana seseorang memandang suatu penyakit, bagaimana seseorang memandang tindakan pencegahannya dan faktor-faktor yang mempengaruhinya seperti faktor sosiodemografis.9,10

Pelaksanaan Pap smear untuk deteksi dini kanker serviks secara signifikan bergantung pada kepercayaan seseorang mengenai kerentanan


(21)

dirinya terhadap kanker serviks, keparahan kanker serviks, manfaat dari

Pap smear untuk deteksi dini kanker serviks, dan bagaimana seseorang dapat mengatasi hambatan untuk melakukan Pap smear. Dari studi sebelumnya dikatakan bahwa pengetahuan seseorang mengenai kanker serviks dan Pap smear, keadaan ekonomi masyarakat, dan faktor sosiodemografis sangat mempengaruhi kepercayaan seseorang mengenai kanker serviks dan pelaksanaan Pap smear sebagai upaya untuk deteksi dini kanker serviks.10

Kecamatan Medan Belawan adalah daerah pelabuhan dimana merupakan tempat persinggahan kapal-kapal yang berasal dari dalam negeri dan luar negeri sehingga memungkinkan untuk terjadinya penularan penyakit dari orang yang berbeda-beda.Di Kelurahan Sicanang sendiri, terdapat lokalisasi prostitusi,sehingga memungkinkan tingkat kegiatan prostitusi yang tinggi. Dengan adanya tingkat prostitusi yang tinggi dapat meningkatan resiko para wanita di daerah tersebut untuk menderita kanker serviks menjadi lebih tinggi.11

Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, maka penulis melakukan penelitian ini untuk melihat hubungantingkat pengetahuan tentang kanker serviks dan tindakan Pap smear berdasarkan teori Health Belief Modelpada ibu di kelurahan Belawan Sicanang,Kecamatan Medan Belawan.


(22)

1.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang yang telah disebutkan sebelumnya, dan belum adanya ketersediaan data mengenai tingkat pengetahuan tentang kanker serviks dan tindakan Pap smear pada ibu-ibu di Kelurahan Belawan Sicanang Kecamatan Medan Belawan, mendorong peneliti untuk mengetahui apakah ada hubungan tingkat pengetahuan tentang kanker serviks dan tindakan Pap smear berdasarkan teori Health Belief Model.

1.3 TUJUAN PENELITIAN 1.3.1 Tujuan Umum

Untuk menilai hubungan tingkat pengetahuan tentang kanker serviks dan tindakan Pap smear berdasarkan teori Health Belief Model pada ibu-ibu di Kelurahan Belawan Sicanang, Kecamatan Medan Belawan

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui gambaran karakteristik dari ibu-ibu di Kelurahan Belawan Sicanang, Kecamatan Medan Belawan.

2. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan tentang kanker serviks pada ibu-ibu di Kelurahan Belawan Sicanang, Kecamatan Medan Belawan 3. Untuk mengetahui status tindakan Pap smear pada ibu-ibu di

Kelurahan Belawan Sicanang, Kecamatan Medan Belawan.

4. Untuk mengetahui hubungan tingkat kerentanan dan tingkat keseriusan terhadap kanker serviks dengan tingkat pengetahuan tentang kanker serviks pada ibu-ibu di Kelurahan Belawan Sicanang, Kecamatan Medan Belawan.


(23)

5. Untuk mengetahui hubungan tingkat kerentanan dan tingkat keseriusan terhadap kanker serviks serta tingkat manfaat dan penghalang melakukan Pap smear dengan tindakan Pap smear yang dilakukan pada ibu-ibu di Kelurahan Belawan Sicanang, Kecamatan Medan Belawan.

1.4 MANFAAT PENELITIAN

1. Bagi Peneliti

Untuk menumbuhkan jiwa penelitian pada peneliti sendiri, serta meningkatkan kemampuan peneliti untuk berkomunikasi sehingga kedepannya peneliti mampu melaksanakan penelitian-penelitian selanjutnya yang lebih baik lagi. Hasil penelitian juga diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan informasi bagi penelitian selanjutnya.

2. Bagi responden dan masyarakat

Dapat dijadikan sebagai masukan dan informasi kepada ibu-ibu di Kelurahan Belawan Sicanang, sehingga dapat meningkatkan kesadaran dalam upaya pencegahan kanker serviks.

3. Bagi Dinas Kesehatan

Dapat menjadi bahan masukan atau motivator bagi pembuat keputusan untuk meningkatkan pelayanan unit kesehatan dalam upaya mengurangi angka kejadian kanker serviks dan juga memberi dukungan kepada penderita kanker serviks itu sendiri.


(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 KANKER SERVIKS

Kanker serviks adalah penyakit keganasan primer pada serviks uterus. Dimana serviks adalah bagian dari uterus yang bentuknya silindris, diproyeksikan ke dinding vagina anterior bagian atas dan berhubungan dengan vagina melalui sebuah saluran yang dibatasi ostium uterus eksternum dan internum.12,13

Di seluruh dunia, kanker serviks merupakan penyakit keganasan ketiga yang paling sering terjadi setelah kanker payudara dan kolorektal, dan merupakan penyebab kematian keempat setelah kanker payudara, kanker paru-paru, dan kanker kolorektal.14

Dari penelitian yang dilakukan oleh Arbyn M, dkk pada tahun 2008 dimana sumber data penelitian tersebut diperoleh dari GLOBOCAN; World Health Organization (WHO), dari penelitian tersebut disebutkan bahwa di seluruh dunia diperkirakan 530 ribu wanita menderita kanker serviks dan 275.000 wanita meninggal karena penyakit tersebut, insidensi kanker serviks adalah 15 dari 100.000 penduduk dan kematian yang disebabkannya adalah 8 dari 100.000 penduduk. Delapan puluh enam persen dari seluruh kanker serviks dan 88% dari seluruh kematian yang disebabkan kanker serviks terjadi di negara berkembang. Di negara berkembang, 1,9 % dari penduduk wanita


(25)

menderita kanker serviks dan sebanyak 1,1 % meninggal karena penyakit tersebut, sebelum usia 75 tahun.14

Di Indonesia diperkirakan ditemukan 40 ribu kasus baru kanker serviks setiap tahunnya.Menurut data kanker berbasis patologi di 13 pusat laboratorium patologi, kanker serviks merupakan penyakit kanker yang memiliki jumlah penderita terbanyak di Indonesia, yaitu lebih kurang 36%. Dari data 17 rumah sakit di Jakarta pada tahun1977, kanker serviks menduduki urutan pertama, yaitu 432 kasus di antara 918 kanker pada perempuan. Di Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo, frekuensi kanker serviks sebesar 76,2% di antara kanker ginekologi.15,16

Penelitian-penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa di Amerika Serikat, insidensi kanker serviks paling banyak dijumpai pada wanita Amerika latin, Amerika Afrika, dan penduduk asli dan prevalensi kanker serviks lebih tinggi pada wanita dengan sosio-ekonomi rendah, dimanakanker serviks lebih banyak dijumpai pada wanita usia tua.12,17

Ada beberapa faktor kebiasan yang meningkatkan risiko terjadinya kanker serviks yaitu, koitus usia dini, berganti-ganti pasangan seksual, merokok dan malnutrisi. Risiko relatif seorang wanita menderita kanker serviks adalah 1,6 kali lebih tinggi jika koitus pertamadilakukan sebelum usia 18 tahun. Sementara itu, wanita dengan riwayat memiliki lebih dari enam pasangan seksual memiliki risiko relatif menderita kanker serviks sebanyak 2,2 kali. Selainitu merokok juga meningkatkan risiko relatif menjadi kanker serviks sebesar 1,7 kali.13,17


(26)

Faktor medis juga mempengaruhirisiko terjadinya kanker serviks, yaitu multiparitas dan adanya keadaan imunosupresi. Dimana insidensi kanker serviks lebih banyak dijumpai pada wanita multipara denga risiko relatif sebesar 1,5-5,0 kali.13,17

Penyebab utama kanker serviks adalah infeksi virus HPV (human

Papillomavirus). Lebih dari 90% kanker serviks jenis skuamosa mengandung DNA virus HPV dan 50% kanker serviks berhubungan dengan HPV tipe 16. Penyebaran virus ini terutama melalui hubungan seksual.13,18

Penderita kanker serviks dapat mengeluhkan adanya keputihan, perdarahan kontak, perdarahan spontan, rasa nyeri, gangguan buang air kecil dan buang air besar.13,18

Dengan semakin berlanjutnya penyakit, tanda-tanda klinis akan terlihat jelas, berupa serviks yang membesar, iregular dan padat. Pertumbuhan serviks dapat berupa endofitik, eksofitik maupun ulseratif.Dapat melibatkan vagina, parametrium maupun dinding panggul.13,18

Diagnosis kanker serviks diperoleh melalui pemeriksaan histopatologi jaringan biopsi.Pada dasarnya bila dijumpai lesi seperti kanker yang jelas terlihat harus dilakukan biopsi walau hasil pemeriksaan Pap smear masih dalam batas normal. Sementara itu, biopsi lesi yang tidak jelas terlihat dilakukan dengan bantuan kolposkopi.13,18,19

Setelah diagnosis kanker serviks ditegakkan, harus ditentukan terapi apa yang tepat untuk setiap kasus. Secara umum jenis terapi yang dapat diberikan bergantung pada usia dan keadaan umum penderita, luasnya


(27)

penyebaran, dan komplikasi lain yang menyertai. Pada stadium dini (stadium I sampai stadium II A), operasi masih merupakan pilihan. Pada dasarnya untuk stadium lanjut (IIB, III, dan IV) diobati dengan kombinasi radiasi eksterna dan intrakaviter (brakhiterapi). 12,13,19

Pencegahan terhadap kanker serviks berupa upaya-upaya yang dilakukan untuk mengurangi angka kesakitan dan angka kematian akibat kanker serviks. Pencegahan terdiri dari pencegahan primer, pencegahan sekunder, dan tersier.20

Pencegahan primer adalah mencegah masuknya karsinogenesis ke dalam tubuh atau sel tubuh. Pencegahan primer kanker serviks adalah mencegah terjadinya infeksi HPV onkogenik, karena infeksi HPV onkogenik berpotensi menjadi infeksi HPV persisten yang merupakan salah satu faktor terjadinya karsinogenesis kanker serviks. Pencegahan primer meliputi pendidikan kehidupan yang higienis, asupan gizi yang baik untuk meningkatkan daya imun, pola kehidupan seksual yang normal, menghindari faktor-faktor yang meningkatkan risiko infeksi HPV onkogenik (infeksi HPV non-onkogenik), pemilihan kontrasepsi yang meningkatkan daya proteksi serviks terhadap infeksi HPV onkogenik ataupun meningkatkan regresi spontan infeksi HPV. Upaya yang sangat efektif dan efisien sebagai pencegahan primer kanker serviks adalah vaksinasi, dan vaksinasi ini juga ditengarahi merupakan bagian pencegahan primer semua kanker yang disebabkan karena infeksi HPV.20


(28)

Pencegahan sekunder adalah menemukan kelainan sel dalam tahap infeksi HPV ataupun lesi prakanker. Penemuan infeksi HPV merupakan salah satu pencegahan sekunder yang penting, karene infeksi HPV persisten merupakan faktor infeksi yang dapat berkembang menjadi lesi prakanker. Upaya pengamatan yang terencana dan terlaksana dengan baik akan mengidentifikasi infeksi HPV yang berpotensi menjadi infeksi HPV persisten serta selanjutnya berpotensi berkembang menjadi lesi prakanker. Penemuan lesi prakanker merupakan pencegahan sekunder yang sudah dikenal dengan baik. Penemuan lesi prakanker harus dilanjutkan dengan tatalaksana yang tepat dan baik sehingga lesi prakanker tidak berkembang menjadi kanker serviks.20

Pencegahan tersier adalah bagian pencegahan yang bertujuan untuk mencegah agar penyakit tidak berkembang menjadi penyakit pada tingkat atau stadium yang lanjut. Down staging merupakan bagian dari pencegahan tersier, dengan down staging kita akan menemukan penyakit pada stadium dini yang sifatnya masih menjangkau terapi kuratif.20

Prognosis kanker serviks tergantung dari stadium penyakit. Umumnya, 5-years survival rate untuk stadium I lebih dari 90%, untuk stadium II 60-80%, stadium III kira - kira 50%, dan untuk stadium IV kurang dari 30%. 12,13


(29)

2.2PAP SMEAR

Sejak diperkenalkan pada tahun 1940 oleh Papanicolaou, Pap smear telah menjadi pemeriksaan yang penting untuk deteksi dini kanker serviks. Pap smear dapat mendeteksi adanya sel yang abnormal sebelum berkembang menjadi lesi prakanker atau kanker serviks sedini mungkin.4,19

Pada dasarnya prinsip pemeriksaan Pap smear adalah mengambil epitel permukaan serviks yang mengelupas/eksfoliasi pada zona transformasi, kemudian epitel tersebut diwarnai secara khusus dan dilihat di bawah mikroskop untuk diinterpretasi lebih lanjut.4,19

Akurasi Pap smear tergantung dari kualitas pelayanan, termasuk pengambilan, persiapan, dan interpretasi hasil. Spesifisitas Pap smear

biasanya lebih dari 90%.Sensitivitas Pap smear bila dikerjakan setiap tahun mencapai 90%, setiap 2 tahun 87%, setiap 3 tahun 78% dan bila setiap 5 tahun mencapai 68%.4,19

Rekomendasi skrining terbaru untuk kelompok usia tertentu, berdasarkan acuandari American Cancer Society, the American Society for Clinical Pathology (ASCP), the US Preventive Services Task Force (USPSTF), and the American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG) (ASCCP), adalah sebagai berikut :1,4,19

• < 21 tahun : tidak ada skrining yang direkomendasikan


(30)

• 30-65 tahun : Human Papilloma Virus (HPV) dan tes pendamping sitologi setiap 5 tahun (disukai) atau sitologi saja setiap 3 tahun (diterima)

• >65 tahun : tidak ada skrining yang direkomendasikan jika skrining yang adekuat sebelumnya negatif dan risiko tinggi tidak ada.

• Skrining setelah histerektomi : tidak diindikasikan pada wanita tanpa serviks dan tanpa adanya riwayat dari lesi prakanker high grade (CIN 2 atau CIN 3) pada 20 tahun terakhir atau dari mulai didiagnosa kanker serviks.

Ada beberapa persiapan yang harus dilakukan sebelum melakukan Pap smear, yaitu Pap smear sebaiknya tidak dilaksanakan pada saat wanita menstruasi (haid). Dua hari sebelum pemeriksaan Pap smear dilakukan, pasien dilarang bersenggama dan mencuci atau menggunakan pengobatan melalui melalui vagina, dan idealnya, jika dijumpai servisitis (radang serviks) sebaiknya diterapi terlebih dahulu sebelum dilakukan Pap smear.4,8,19

Alat-alat yang dibutuhkan dalam pelaksanaan Pap smear adalah meja ginekologi, lampu untuk pemeriksaan, spekulum vagina, sarung tangan steril,

object glass, spatula Ayre atau cytobrush, serta larutan fiksasi alkohol 96%.4,8,19

Pada saat pemeriksaan, pasien diminta untuk berbaring dalam posisi litotomi. Lubrikan tidak direkomendasikan karena dapat mengkontaminasi atau mengganggu sampel sitologi. Jika diperlukan air yang hangat dapat digunakan untuk melubrikasi dan menghangatkan spekulum sebelum dimasukkan ke dalam vagina untuk kenyamanan pasien. Kemudian


(31)

spekulum dimasukkan ke dalam vagina sampai serviks tervisualisasi dengan baik, terutama zona transisionaluntuk hasil yang adekuat.Lalu spatula ayre/cytobrush dimasukkan ke dalam kanalis servikalis dan diletakkan di serviks kemudian diputar sejauh 360o untuk spatula ayre dan 5 kali rotasi untuk cytobrush.Sampel yang diperoleh dipulaskan pada gelas objek. Lalu difiksasi dengan larutan alkohol 96%.Pulasan-pulasan tersebut kemudian dikirimkan ke laboratorium sitologi untuk pemeriksaan.4,8,19

Dikenal beberapa sistem pelaporan hasil pemeriksaan Pap smear, yaitu sistem Papanicolaou, sistem Cervical Intraepithel Neoplasm (CIN), dan sistem Bethesda. Sistem pelaporan yang berkembang adalah sistem Bethesda, Bethesda 1988 direvisi menjadi Bethesda 2001. Klasifikasi Bethesda memperkenalkan dua kategori untuk derajat lesi prakanker, lesi derajat rendah (low grade squamous epithelial lesion) setara dengan CIN I dan lesi derajat tinggi (high grade squamous epithelial lesion) setara dengan CIN II dan CIN III. 4,8,19


(32)

2.3 PENGETAHUAN

2.3.1 Definisi Pengetahuan

Pengetahuan adalah merupakan hasil dari “Tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia, yaitu: indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. 21

Pengetahuan atau kognitif yang merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Pengetahuan diperlukan sebagai dorongan fisik dalam menumbuhkan rasa percaya diri maupun dengan dorongan sikap perilaku setiap orang sehingga dapat dikatakan bahwa pengetahuan merupakan stimulasi terhadap tindakan seseorang.21

2.3.2 Tingkatan Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo tingkat pengetahuan terdiri dari 6 tingkatan, yakni :21 a. Tahu (Know)

Tahu diartikan mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Yang termasuk mengingat kembali tahap suatu yang spesifik dari keseluruhan bahan yang dipelajari atau rangsangan. Jadi, tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.

b. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai sutau kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus


(33)

dapat menjelaskan, menyebutkan contoh : menyimpulkan, meramalkan terhadap objek yang dipelajari.

c. Aplikasi (Aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan suatu materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).

d. Analisa (Analysis)

Analisa adalah kemampuan untuk menjabarkan materi suatu objek didalam struktur organisasi tersebut dnm masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuankemampuan analisis dapat dikaitkan dari penggunaan-penggunaan kata kerja seperti kata kerja seperti menggambarkan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.

e. Sintesis (Shintesis)

Sintesis menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru, dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun suatu formulasi baru dari formulasi yang ada.

f. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan pengetahuan untuk melakukan penelitian terhadap suatu materi atau objek. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang materi yang ingin diukur dari suatu objek penelitian atau responden ke dalam pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur.


(34)

2.4 TINDAKAN

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behaviour). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor-faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain fasilitas. Disamping faktor fasilitas, juga diperlukan faktor dukungan (support) dari pihak lain.21

Tindakan mempunyai beberapa tingkatan, yaitu:21 a. Persepsi (Perception)

Mengenal dan melilih berbagai objek b. Respon terpimpin (Guided Response)

Dapat melakukan sesuatu sesuai urutan yang benar dan sesuai c. Mekanisme (Mechanism)

Dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan

d. Adopsi (Adoption)

Suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasinya tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut.

2.5 TEORI HEALTH BELIEF MODEL

Health Belief Model (HBM) pada awalnya dikembangkan pada tahun 1950an oleh sekelompok psikolog sosial di Pelayanan Kesehatan Masyarakat AmerikaSerikat, dalam usaha untuk menjelaskankegagalan secara luas


(35)

partisipasi masyarakat dalam program pencegahan atau deteksi penyakit. Kemudian, model diperluas untuk melihat respon masyarakat terhadap gejala-gejala penyakit dan bagaimana perilaku mereka terhadap penyakit yang didiagnosa, terutama berhubungan dengan pemenuhan penanganan medis. Oleh karena itu, lebih dari tiga dekade, model ini telah menjadi salah satu model yang paling berpengaruh dan secara luas menggunakan pendekatan psikososial untuk menjelaskan hubungan antara perilaku dengan kesehatan.9

Perkembangan dari HBM tumbuh pesat dengan sukses yang terbatas pada berbagai program Pelayanan Kesehatan Masyarakat di tahun 1950-an. Apabila individu bertindak untuk melawan atau mengobati penyakitnya, ada 4 variabel kunci yang terlibat didalam tindakan tersebut, yakni kerentanan yang dirasakan terhadap suatu penyakit, keseriusan yang dirasakan, manfaat yang diterima dan rintangan yang dialami dalam tindakan melawan penyakitnya, dan hal-hal yang memotivasi tindakan tersebut. Di mana komponen-komponennya disebutkan di bawah ini.9

1. Kerentanan yang dirasakan (Perceived Susceptibility).

Hal ini mengacu pada persepsi subyektif seseorang menyangkut risiko dari kondisi kesehatannya. Di dalam kasus penyakit secara medis, dimensi tersebut meliputi penerimaan terhadap hasil diagnosa, perkiraan pribadi terhadap adanya resusceptibilily (timbul kepekaan kembali), dan


(36)

2. Keseriusan yang dirasa (Perceived Severity/Seriousness)

Perasaan mengenai keseriusan terhadap suatu penyakit, meliputi kegiatan evaluasi terhadap konsekuensi klinis dan medis (sebagai contoh, kematian, cacat, dan sakit) dan konsekuensi sosial yang mungkin terjadi (seperti efek pada pekerjaan, kehidupan keluarga, dan hubungan sosial). Banyak ahli yang menggabungkan kedua komponen diatas sebagai ancaman yangdirasakan (perceived threat).

3. Manfaat yang dirasa (Perceived Benefits)

Penerimaan susceptibility sesorang terhadap suatu kondisi yang dipercaya dapat menimbulkan keseriusan (perceived threat) adalah mendorong untuk menghasilkan suatu kekuatan yang mendukung kearah perubahan perilaku. Ini tergantung pada kepercayaan seseorang terhadap efektivitas dari berbagai upaya yang tersedia dalam mengurangi ancaman penyakit, atau keuntungan-keuntungan yang dirasakan (perceived benefit) dalam mengambil upaya-upaya kesehatan tersebut. Ketika seorang memperlihatkan suatu kepercayaan terhadap adanya kepekaan (susceptibility) dan keseriusan (seriousness), sering tidak diharapkan untuk menerima apapun upaya kesehatan yang direkomendasikan kecuali jika upaya tersebut dirasa manjur dan cocok.

4. Penghalang yang dirasa (Perceived Barriers)

Aspek-aspek negatif yang potensial dalam suatu upaya kesehatan (seperti: ketidakpastian, efek samping), atau penghalang yang dirasakan (seperti: khawatir tidak cocok, tidak senang, gugup), yang mungkin berperan sebagai halangan untuk merekomendasikan suatu perilaku.


(37)

Sejak tahun 1974, teori Health Belief Model telah menjadi perhatian para peneliti.Model teori ini merupakan formulasi konseptual untuk mengetahui persepsi individu apakah mereka menerima atau tidak tentang kesehatan mereka.Variabel yang dinilai meliputi keinginan individu untuk menghindari kesakitan, kepercayaan mereka bahwa terdapat usaha agar menghindari penyakit tersebut. Hal ini dilihat dari keempat dimensi yang telah dibahas diatas.22

Teori Health Belief Model menghipotesiskan terdapat hubungan aksi dengan faktor berikut:23

1. Motivasi yang cukup kuat untuk mencapai kondisi yang sehat.

2. Kepercayaan bahwa seseorang dapat menderita penyakit serius dan dapat menimbulkan sekuele.

3. Kepercayaan bahwa terdapat usaha untuk menghindari penyakit tersebut walaupun hal tersebut berhubungan dengan finansial.

Health Belief Model dapat menjelaskan tentang perilaku pencegahan pada individual. Hal ini menjelaskan mengapa terdapat individu yang mau mengambil tindakan pencegahan, mengikuti skrining, dan mengontrol penyakit yang ada.24


(38)

Gambar 2.1 Persepsi individual mengenai penyakit berdasarkan

Health Belief Model25

Pada tahun 2006Leyva et al melakukan penelitian pada 150 wanita di Meksiko mengenai kepercayaan mereka terhadap kanker serviks dan Pap smear. Dari penelitian tersebut diperoleh hasil bahwa 85% dari responden telah menjalani Pap smear. Para responden yang tidak melakukan Pap smear disebabkan karena responden yakin bahwa kanker serviks tidak mudah terjadi pada dirinya dan adanya penghalang untuk melakukan Pap smear.26

Penelitian Abotchie PN pada tahun 2009 tentang skrining kanker serviks menurut Health Belief Modelmasih rendahnya skrining kanker serviks disebabkan oleh tiga faktor yaitu kurangnya kepercayaan bahwa skrining dapat mendeteksi kanker serviks, dan kepercayaan bahwa Pap smear


(39)

Ibekwe CM pada tahun 2009, melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi skrining kanker serviks terhadap 300 orang wanita di Rumah Sakit Mahalapye Botswana dengan menggunakan teori Health Belief Model.Didapatkan hasil bahwa prediktor tertinggi skrining kanker serviks adalah kerentanan yang dirasakan responden terhadap kanker serviks. Responden dengan kerentanan yang tinggi, lebih mungkin untuk melakukan skrining kanker serviks 3,2 kali lebih besar dibandingkan dengan responden dengan kerentanan yang rendah. Faktor karakteristik sosio-demografis yang mempengaruhinya adalah pekerjaan, pendapatan bulanan dan daerah tempat tinggal responden.10

Penelitian lainnya dilakukan oleh Abdullah di Malaysia pada tahun 2011, didapatkan hasilkurangnya tindakan skrining terhadap kanker serviks, akibat adanya penghalang yang dirasakan bahkan hal ini juga dialami pada wanita beredukasi tinggi. Diperlukan adanya promosi kesehatan dan edukasi pada segala tingkat pendidikan.28

Penelitian Reis et al di Turki pada tahun 2012 meneliti tentang pengetahuan dan sikap wanita Turki terhadap skrining kanker serviks berdasarkan teori

Health Belief Model. Total sampel penelitian ini adalah 387 wanita dan dinilai dengan kuesioner kanker serviks dan Pap smear sesuai skala Health Belief Model. Hasil penelitian didapatkan bahwa terdapat hubungan antara Health Belief Model dengan karakteristik responden terutama pendidikan responden.Pada penelitian ini juga dijumpai bahwa halangan untuk melakukan Pap smear dipengaruhi oleh karakteristik demografi. Dimana,pada wanita dengan tingkat pendidikan rendah, wanita yang


(40)

bercerai, wanita yang berpenghasilan rendah, dan wanita yang melahirkan pertama mereka ketika mereka berusia 18 tahun atau lebih muda serta wanita yang tidak menerapkan metode kontrasepsi sama sekali merasa bahwa halangan untuk melakukan Pap smear lebih besar.29

Penelitian Hajializadeh et al pada tahun 2013 tentang sikap wanita di Bandar Abbas terhadap program skrining kanker serviks sesuai dengan teori Health Belief Model yang melibatkan 727 wanita dengan menggunakan kuesioner

Health Belief Model. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kerentanan dan keparahan terhadap kanker serviks dan manfaat terhadap skrining kanker serviks lebih tinggi pada kelompok yang telah melakukan Pap smeardibandingkan kelompok yang tidak melakukannya.30

Pada tahun yang sama, Julinawati S memfokuskan penelitian mengenai pandangan kerentanan terhadap skrining kanker serviks. Hasil penelitian menunjukkan pengertian dan informasi yang kurang dari tenaga kesehatan menyebabkan kurangnya kesadaran masyarakat untuk melakukan skrining kanker serviks.31


(41)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 RANCANGAN PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional (studi potong lintang), yang bertujuan untuk mengetahui hubungantingkat pengetahuan tentang kanker serviks dan tindakan Pap smear berdasarkan teori Health Belief Modelpada ibu di Kelurahan Belawan Sicanang,Kecamatan Medan Belawan

3.2 TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN

3.2.1 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Belawan Sicanang Kecamatan Medan Belawan, Kotamadya Medan, Sumatera Utara.

3.2.2 Waktu Penelitian


(42)

3.3 POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN

3.3.1 Populasi Penelitian

Populasi target penelitian ini adalah ibu-ibu di Kelurahan Belawan Sicanang, Kecamatan Medan Belawan.

3.3.2 Sampel Penelitian

Sampel penelitian ini adalah sebagian dari populasi yang berada di Kelurahan Belawan Sicanang, Kecamatan Medan Belawan selama penelitian ini berlangsung.

Perhitungan besar sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan rumus:

N 1 + N (d)2

n = besar sampel N = besar populasi

d = tingkat kepercayaan/ ketepatan yang diinginkan, dalam penelitian

5492

1 + 5492 (0,10) 2

= 98,2 100 orang n =


(43)

3.4 KRITERIA INKLUSI DAN EKSKLUSI

3.4.1 Kriteria Inklusi

• Wanita yang sudah menikah atau sudah pernah menikah berusia 20-60 tahun

• Tidak bekerja sebagai tenaga kesehatan

• Bersedia ikut dalam penelitian

3.4.2Kriteria Eksklusi

• Pengisian kuesioner yang tidak lengkap

3.5 METODE PENGUMPULAN DATA

Datadiperoleh langsung dari sumber data. Pengumpulan data dilakukan dengan metode pengisian kuesioner oleh responden yang dilakukan secara langsung oleh peneliti terhadap sampel penelitian.

3.6 INSTRUMEN PENELITIAN

Data untuk penelitian ini dikumpulkan dengan mempergunakan kuesioner yang sebelumnya telah diuji validitas dan reabilitasnya.


(44)

3.7 KERANGKA KONSEP PENELITIAN

3.8 DEFINISI OPERASIONAL

1. Tingkat pengetahuan,yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tingkat pengetahuan tentang kanker serviks dan pemeriksaan Pap smear yang dikategorikan menjadi 3 tingkatan yaitu tingkat pengetahuan baik, cukup, dan kurang.

a. Tingkat pengetahuan baik, apabila nilai yang diperoleh >75% b. Tingkat pengetahuan cukup, apabila nilai yang diperoleh 45-75% c. Tingkat pengetahuan kurang, apabila nilai yang diperoleh < 45%

2. Tindakan Pap smear,yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu perbuatan melakukan pemeriksaan papsmear yang dibagi atas dua kategori, yaitu pernah atau tidak pernah melakukan Pap smear.

Tingkat pengetahuan mengenai kanker serviks dan Pap smear

Teori Health Belief Model

-Kerentanan -Keseriusan -Manfaat -Penghalang

TindakanPa p smear


(45)

3. Teori Health Belief Model, yang dimaksud dalam penelitian ini adalah penilaian terhadap 4 aspek yaitu kerentanan dan keseriusan terhadap kanker seviks serta manfaat dan penghalang terhadap tindakan Pap smear.

4.Ibu, yang dimaksud dalam penelitian ini adalah wanita yang sudah menikah atau sudah pernah menikah yang berusia 20-60 tahun yang berdomisili di Kelurahan Belawan Sicanang, Kecamatan Medan Belawan.

3.9 ASPEK PENGUKURAN 3.9.1 Tingkat Pengetahuan 32

Tingkat pengetahuan diukur melalui 23 pertanyaan yang dalam pengukurannya dibagi dalam 3 bagian yaitu :

a. Untuk pertanyaan nomor 1, 2, 4, 10, 17, 18 dan 22 diukur menggunakan skala Thurstone. Bila responden menjawab benar diberi nilai 3, jawaban yang mendekati benar diberi nilai 2, dan jawaban hampir mendekati benar diberi nilai 1. Sehingga nilai tertinggi yang dapat dicapai responden adalah 21.

b. Untuk pertanyaan nomor 3, 6, dan 23 diiukur menggunakan skala Penilaian (rating Scales), dimana diukur berdasarkan proporsi persentase jawaban benar yang dinilai sebagai berikut :

- Bila responden menjawab 1% - 33.3% jawaban benar nilai 1, - Bila responden menjawab 33.4% - 66.6% jawaban benar nilai 2, - Bila responden menjawab > 66.6% jawaban benar nilai 3.


(46)

c. Untuk pernyataan nomor : 5, 7, 8, 9, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 19, 20, dan 21 diukur dengan menggunakan Skala Perbedaan Semantik (Skala Bipolar) dimana dalam pengukurannya diukur berdasarkan tingkatan mutlak yaitu : bila responden menjawab yang relevan diberi nilai 2, jawaban yang tidak relevan diberi nilai 1. Sehingga nilai tertinggi yang dapat dicapai responden adalah 26.

Dari jumlah nilai kumulatif yaitu 56, maka dalam aspek pengukuran pengetahuan didasarkan pada nilai yang dijumlahkan dan dikategorikan menjadi tiga (3) tingkatan yaitu tingkat baik, cukup dan kurang.

a. Tingkat pengetahuan baik, apabila nilai yang diperoleh >75% dari nilai tertinggi seluruh pertanyaan dengan total nilai 56 yaitu >42 b. Tingkat pengetahuan cukup, apabila nilai yang diperoleh 45-75% dari

nilai tertinggi seluruh pertanyaan dengan total nilai 56 yaitu 25-42 c. Tingkat pengetahuan kurang, apabila nilai yang diperoleh < 45% dari

nilai tertinggi seluruh pertanyaan dengan total nilai 56 yaitu < 25

3.9.2 Teori Health Belief Model7

Teori Health Belief Modeldinilai berdasarkan skala Likert yaitu: 1 = Sangat tidak setuju

2 = Tidak setuju 3 = Tidak Yakin 4 = Setuju


(47)

- ≥ 75% skor tertinggi masing-masing kelompok = tinggi Hasil akan diinterpretasikan menjadi:

- < 75% skor tertinggi masing-masing kelompok = rendah

- Kerentanan yang dirasakan = 5- 30 Batas skor berdasarkan kelompok adalah:

- Keseriusan yang dirasakan = 5-30 - Manfaat yang dirasakan = 5-25 - Penghalang yang dirasakan = 5-60

3.9.3 Tindakan

Tindakan Pap smear dibagi menjadi dua kategori yaitu pernah atau tidak pernah melakukan Pap smear.

3.10ETIKA PENELITIAN

Setiap responden diperlakukan sesuai dengan prinsip etika sebagaiberikut: 1. Mendapat izin dari Komite Etik Fakultas Kedokteran Universitas

Sumatera Utara untuk melakukan penelitian

2. Sebelum penelitian dimulai, dijelaskan terlebih dahulu tentang tujuan penelitian yang akan diikuti responden.


(48)

4. Peneliti, pengelola data atau siapapun yang terlibat dalam penelitian ini wajib merahasiakan setiap jawaban yang diberikan responden.

5. Setiap responden tidak dikenai biaya.

3.11PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA STATISTIK

Data yang terkumpul di entry dengan komputer, kemudian disajikan dalam bentuk diagram atau tabel distribusi frekwensi. Analisa data dilakukan secara deskriptif.


(49)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Belawan Sicanang dimana merupakan salah satu kelurahan yang terdapat di Kecamatan Medan Belawan dengan luas wilayah 1510 Ha. Kelurahan ini dipimpin oleh Lurah yang bernama Aidil Yusra, dimana letak kantor kelurahannya terletak di Jl. Kelapa No. 1, Belawan Sicanang, Medan Belawan.

Batas-batas Kelurahan BelawaanSicanang :

1. Sebelah Utara : Sungai Pante, Sungai Belawan

2. Sebelah Selatan : Kelurahan Labuhan Deli, Kelurahan Terjun 3. Sebelah Barat : Kelurahan Bahari, Kelurahan Bahagia

4. Sebelah Timur : Sungai Belawan, Kecamatan Hamparan Perak

Jumlah penduduk Kelurahan Sicanang adalah sebanyak 16.808 jiwa, jumlah kepala keluarga sebanyak 3.951 KK, dengan jumlah wanita sebanyak 8209 jiwa dan jumlah pria sebanyak 8599 jiwa.

Pusat pelayanan kesehatan di daerah ini adalah Puskesmas Pembantu (Pustu) yang terletak di Jl. Sicanang Blok 21 , Belawan Sicanang, Medan Belawan. Pustu ini dikepalai oleh dr. Thrisna, dan ada empat orang tenaga kesehatan lainnya yang terdiri dari perawat dan bidan.


(50)

4.2 Karakteristik Responden

Penelitian ini menggunakan responden ibu-ibu yang berjumlah 100 orang. Gambaran karakteristik responden dapat dilihat pada tabel-tabel di bawah ini.

Tabel 4.1. Tabel distribusi responden berdasarkan karakteristiknya Karakteristik

Usia Jumlah Persentase

20 – 30 tahun 37 37.0

31 – 40 tahun 32 32.0

41 – 50 tahun 20 20.0

51 – 60 tahun 11 11.0

Pendidikan Jumlah Persentase

SD 21 21.0

SMP 36 36.0

SMA 32 32.0

Diploma 5 5.0

Sarjana 6 6.0

Pekerjaan Jumlah Persentase

IRT 81 81.0

Wirausaha 14 14.0

Peg. Swasta 3 3.0

PNS 1 1.0

Guru 1 1.0

Status pernikahan Jumlah Persentase

Janda 5 5

Menikah 95 95

Total 100 100.0

Tingkat pendapatan Jumlah Persentase

< 1 juta / bulan 82 82


(51)

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa responden yang terbanyak adalah pada kelompok umur 20 – 30 tahun (37%). Sedangkan berdasarkan tingkat pendidikan, yang terbanyak adalah SMP (36%), dan yang terendah adalah diploma dan sarjana (11%). Berdasarkan pekerjaan ibu, umumnya adalah ibu rumah tangga (81%), dengan status pernikahan umumnya adalah menikah (95%), dan penghasilan keluarga umumnya kurang dari 1 juta rupiah/bulan yang menunjukkan bahwa umumnya responden termasuk keluarga ekonomi lemah.

Tabel 4.2 Tabel distribusi tingkat pengetahuan responden mengenai kanker serviks dan Pap smear

Tingkat pengetahuankanker serviks dan papsmear

Jumlah Persentase

Baik 52 52

Cukup 28 28

Kurang 20 20

Total 100 100.0

Dari tabel di atas dapat dilihat tingkat pengetahuan responden tentang kanker serviks dan Pap smear lebih banyak dengan pengetahuan baik (52%) dan terendah berpengetahuan kurang (20%).

Tabel 4.3 Tabel distribusi tindakan Pap smear responden Tindakan (Pap smear) Jumlah Persentase

Pernah 21 21,0

Tidak pernah 79 79,0

Total 100 100,0

Dari tabel di atas diperoleh bahwa sebagian besar ibu yang tidak pernah melakukan Pap smear adalah sebanyak 79 orang (79%).


(52)

Tabel 4.4 Tabel distribusi responden berdasarkan Health Belief Model tentang Kanker serviks dan Pap smear.

Tingkat kerentanan Jumlah Persentase

Rendah 87 87

Tinggi 13 13

Tingkat Keseriusan Jumlah Persentase

Rendah 93 93

Tinggi 7 7

Manfaat Jumlah Persentase

Rendah 81 81

Tinggi 19 19

Tingkat Penghalang Jumlah Persentase

Rendah 98 98

Tinggi 2 2

Total 100 100.0

Berdasarkan tabel 4.4, tingkat kerentanan responden terhadap kanker serviks umumnya rendah (87%), yang berarti bahwa responden percaya bahwa kanker serviks tidak mudah terjadi pada dirinya. Tingkat keseriusan responden terhadap kanker serviks umumnya rendah (93%) yang berarti bahwa sebagian responden percaya dan yakin bahwa kanker serviks adalah penyakit yang ringan, tidak parah dan tidak serius. Dan tingkat manfaat pemeriksaan Pap smear umumnya rendah (81%), hal ini berarti kebanyakan ibu-ibu percaya bahwa tindakan Pap smear dirasa kurang atau tidak bermanfaat dalam mendeteksi dini kanker serviks.

Sedangkan, umumnya responden berpendapat bahwa tingkat penghalang untuk melakukan Pap smear adalah rendah (98%), yang berarti kebanyakan ibu-ibu berkeyakinan bahwa tidak ada atau hanya sedikit hal-hal yang dapat menghalanginya untuk melakukan Pap smear.


(53)

Tabel 4.5 Tabel hubungan tingkat pengetahuan dengan kerentanan yang dirasa

Pengetahuan Tota

l

Nilai p Baik % Cuku

p

% Kuran g % Kerentan an Renda h

43 49, 4

25 28, 7

19 21, 9

87 Tinggi 9 69,

2

3 23, 1

1 7,7 13 0, 350

Total 52 28 20 100

Dari tabel di atas menunjukkan responden yang merasa memiliki kerentanan yang tinggi terhadap kanker serviks (percaya dan yakin bahwa dirinya mungkin saja dapat menderita penyakit kanker serviks) dijumpai paling banyak pada responden yang berpengetahuan baik adalah 9 orang (69,2%) dibandingkan dengan yang memiliki pengetahuan yang cukup dan kurang, walaupun dari hasil uji statistik dengan Fisher exact test didapatkan nilai p = 0,350 atau p>0,05 yang menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara kerentanan yang dirasakan responden terhadap kanker serviks dengan tingkat pengetahuan.

Tabel 4.6 Tabel hubungan pengetahuan dengan keseriusan yang dirasa

Pengetahuan Tota

l

Nilai p Baik % Cuku

p

% Kuran g % Keserius an Renda h

47 50,5 27 29, 1

19 20, 4

93 0,773 Tinggi 5 71,4 1 14,

3

1 14, 3

7


(54)

Dari tabel di atas menunjukkan responden yang merasa memiliki keseriusan yang tinggi terhadap kanker serviks (percaya dan yakin bahwa kanker srviks adalah penyakit yang berbahaya) dijumpai paling banyak pada responden yang berpengetahuan baik adalah 5 orang (71,4%) dibandingkan dengan yang memiliki pengetahuan yang cukup dan kurang walaupun dari hasil uji statistik dengan Fisher exact test didapatkan nilai p = 0,773 atau p>0,05 yang menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara tingkat keseriusan yang dirasa mengenai kanker serviks dengan tingkat pengetahuan.

Tabel 4.7 Tabel hubungan kerentanan dengan tindakan Pap smear

Kerentanan Tindakan (Pap smear) Total Nilai p

Pernah % Tidakpern

ah

%

Rendah 16 18,4 71 81,6 87

Tinggi 5 38,4 8 61,6 13 0,196

Total 21 79 100

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa pada kelompok ibu yang memiliki tingkat kerentanan rendah terhadap kanker seviks (tidak percaya bahwa dirinya mungkin saja bisa menderita kanker serviks) kebanyakan tidak pernah melakukan tindakan Pap smearyaitu sebanyak 71 orang (81,6%).Namundari hasil uji statistik dengan Chi-square didapatkan nilai p>0,05 yang menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara tingkat kerentanan dengan tindakan Pap smear.

Tabel 4.8 Tabel hubungan keseriusan dengan tindakan Pap smear Keseriusan Tindakan (Pap smear) Total Nilai p

Pernah % Tidak

pernah %

Rendah 16 17,2 77 82,8 93


(55)

Total 21 79 100

Berdasarkan tabel 4.8 dapat dilihat bahwa responden yang memiliki tingkat keseriusan rendah terhadap kanker serviks (tidak percaya bahwa kanker serviks adalah penyakit yang berbahaya), rata-rata tidak pernah melakukan

Pap smear (82.8%) dan yang memiki tingkat keseriusan tinggi (percaya bahwa kanker serviks adalah penyakit yang berbahaya), rata-rata pernah melakukan Pap smear (71,4 %). Hal ini terbukti dari hasil uji statistik dengan Chi-square didapatkan nilai p<0,05 yang menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara tingkat keseriusan yang dirasa dengan tindakan Pap smear.

Tabel 4.9 Tabel hubungan Manfaat dengan tindakan Pap smear Manfaat Tindakan (Pap smear) Total Nilai p

Pernah % Tidak pernah

%

Rendah 12 14,8 69 85,2 81

Tinggi 9 47,4 10 52,6 19 0,005

Total 21 79 100

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa sebanyak 69 responden (85,2 %) tidak pernah melakukan Pap smear karena merasa yakin bahwa Pap smear

itu kurang atau tidak bermanfaat dalam mendeteksi dini kanker serviks. Hal ini dibuktikan dengan uji statistik Chi-square didapatkan nilai p<0,05 yang menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara manfaat yang di rasa dengan tindakan Pap smear.


(56)

Tabel 4.10 Tabel hubungan penghalang dengan tindakan Pap smear Penghalang Tindakan (Pap smear) Total Nilai

p Pernah % Tidak

pernah

%

Rendah 21 21,4 77 78,6 98

Tinggi 0 0 2 100 2 1,00

Total 21 79 100

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa 100% responden yang merasa tingkat penghalang untuk melakukan Pap smear tinggi (percaya bahwa banyak hal/faktor yang menghalanginya untuk mealkukan tindakan

Pap smear), tidak pernah melakukan Pap smear. Namun dari hasil uji statistik dengan Continuity corection karena Chi-square tidak memenuhi syarat didapatkan nilai p>0,05 yang menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara penghalang dengan tindakan Pap smear.


(57)

BAB V PEMBAHASAN

Dari hasil penelitian yang dilakukan di Kelurahan Belawan Sicanang, Kecamatan Medan Belawan didapatkan dari 100 responden hanya separuh dari responden yaitu 52 orang (52%) memiliki pengetahuan yang baik. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan itu sendiri yaitu pendidikan, media massa/informasi, sosial budaya dan ekonomi, lingkungan, dan pengalaman. Dimana semakin tinggi pendidikan seseorang, makin mudah menerima informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Pada penelitian ini sebagian besar responden memiliki pendidikan hanya setingkat SMP yaitu sebanyak 36 responden (36%). Dari segi pekerjaan, sebagian besar ibu di daerah ini bekerja sebagai ibu rumah tangga yaitu sebanyak 81 responden (81%). Pekerjaan memiliki pengaruh yang besar terhadap suatu pengalaman, informasi dan pengetahuan. Ibu yang bekerja di luar rumah akan mendapat pengalaman, informasi dan pengetahuan yang lebih banyak dari lingkungannya bekerja, jika dibandingkan ibu rumah tangga, yang sebagian besar waktunya berada di rumah.

Dari segi penghasilan, sebagian besar responden memiliki penghasilan kurang dari satu juta per bulan yaitu sebanyak 82 responden (82%), status ekonomi seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk meningkatkan pengetahuan. Pengetahuan seseorang tidak


(58)

hanya didapat dari pendidikan formal, tetapi juga non formal, misalnya media masa, media elektronik, lingkungan dan pengalaman seseorang.

Dari tabel 4.3 diperoleh bahwa sebagian besar responden tidak pernah melakukan Pap smear, yaitu sebanyak 79 responden (79%). Pemeriksaan

Pap smearmerupakan pemeriksaan untukmengetahui adanya sel-sel yang abnormal di mulut rahim. Dianjurkan bagi semua wanita yang melakukan hubungan seksual aktif untuk melakukan Pap smear secara teratur.Tetapi pada kenyataannya para ibu enggan untuk melakukan pemeriksaan Pap smear secara teratur. Hal ini dimungkinkan karena faktor sosial ekonomi, faktor budaya, dan pengetahuan yang kurang mengenai pemeriksaan Pap smear itu sendiri. Jika dinilai dari segi ekonomi, sebagian besar yaitu sebanyak 82 responden (82%) memiliki penghasilan di bawah satu juta per bulan, sehingga untuk mengeluarkan biaya agar dapat melakukan pemeriksaan Pap smear, responden masih merasa berat. Dari segi budaya, sebagian besar budaya masyarakat di Indonesia adalah baru bersedia untuk melakukan pemeriksaan kesehatan, ketika mengalami penyakit yang sudah parah atau sudah dalam keadaan stadium lanjut, dan untuk pemeriksaan

Pap smear sendiri, budaya yang ditemukan di masyarakat adalah ibu-ibu jarang atau tidak pernah melakukan pemeriksaan Pap smear, sehingga hal ini terjadi turun temurun dan menjadi budaya di lingkungan masyarakat. Sebagian ibu-ibu juga merasa malu untuk melakukan Pap smear, karena mungkin saja yang melakukan pemeriksaan adalah tenaga kesehatan pria, sebagian ibu-ibu merasa hal tersebut merupakan sesuatu yang tabu dan bertentangan dengan nilai agama yang dianutnya. Selanjutnya adalah


(59)

pengetahuan yang kurang tentang Pap smear itu sendiri, sebagian masyarakat hanya mengetahui bahwa Pap smear adalah pemeriksaan rahim, padahal yang seharusnya diketahui masyarakat tentang Pap smear

adalah dimana tempat untuk melakukan pemeriksaan Pap smear, siapa saja yang dapat melakukan pemeriksaan Pap smear, syarat-syarat sebelum dilakukan pemeriksaan Pap smear dan anjuran untuk melakukan pemeriksaan Pap smear dalam rentang waktu tertentu. Bahkan sebagian masyarakat tidak mengetahui tentang Pap smear itu sendiri.

Dalam penelitian ini dinilai bagaimana hubungan antara tingkat pengetahuan tentang kanker serviks dan tindakan Pap smearberdasarkan teori Health Belief Model. Dimana ada 4 aspek yang dinilai dalam teori HBM tersebut, yaitu kerentanan yang di rasa, keseriusan yang dirasa, manfaat yang dirasa serta penghalang yang dirasa. Berdasarkan tabel 4.4, tingkat kerentanan dan tingkat keseriusan responden terhadap kanker serviks umumnya rendah (87% dan 93%, secara berurutan) yang berarti bahwa responden merasa yakin dan percaya bahwa penyakit kanker serviks tidak mudah terjadi pada dirinya dan kanker serviks adalah penyakit yang ringan, tidak parah dan tidak berbahaya. Kondisi ini mungkin saja berkaitan dengan tingkat pendidikan responden sebagian besar adalah sekolah menengah pertama (68%) dan yang berpengetahuan baik tentang kanker serviks hanya 52%. Jika dihubungkan dengan tingkat pengetahuan, seharusnya dengan tingkat pengetahuan yang baik mengenai faktor risiko terjadinya kanker serviks dan betapa seriusnya penyakit tersebut, para responden lebih percaya dan yakin bahwa penyakit tersebut bisa saja terjadi pada dirinya dan percaya bahwa


(60)

kanker serviks merupakan penyakit yang parah dan serius. Hal ini dapat dilihat pada tabel 4.5 dan 4.6, dimana responden yang memiliki tingkat kerentanan dan keseriusan yang tinggi terhadap kanker serviks dijumpai paling banyak pada yang berpengetahuan baik (69,2% dan 71,4%, secara berurutan), namun setelah diuji secara statistik dengan Fisher exact test, dijumpai nilai p>0.05 yang menunjukkan tidak adanya hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan dengan kepercayaan responden bahwa kanker serviks dapat terjadi pada dirinya, dan juga bahwa kanker serviks merupakan suatu penyakit yang parah dan serius.

Dari tabel 4.4 tersebut juga dapat dilihat bahwa tingkat manfaat terhadap pemeriksaan Pap smear umumnya rendah (81%), hal ini berarti kebanyakan ibu-ibu berkeyakinan bahwa tindakan Pap smear dirasa kurang atau tidak bermanfaat dalam mendeteksi dini kanker serviks. Jika dihubungkan antara tingkat manfaat dalam melakukan Pap smear dengan tindakan Pap smear itu sendiri dijumpai bahwa 69 reponden (85,2 %) tidak pernah melakukan Pap smear (tabel 4.9) karena responden tidak yakin bahwa Pap smear itu merupakan suatu tindakan yang bermanfaat dalam mendeteksi kanker serviks secara dini. Hal ini dibuktikan dengan uji statistik Chi-square didapatkan nilai p<0,05 yang menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara manfaat yang di rasa dengan tindakan Pap smear. Walaupun, umumnya responden berpendapat bahwa tingkat penghalang untuk melakukan Pap smear adalah rendah (98%), yang berarti kebanyakan ibu-ibu berkeyakinan bahwa tidak ada atau hanya sedikit hal-hal yang dapat menghalanginya untuk melakukan Pap smear, namun jika dihubungkan


(61)

dengan tindakan Pap smear itu sendiri, sebanyak 77 responden (78,6%) yang percaya hanya sedikit atau tidak ada hal yang dapat menghalanginya untuk melakukan Pap smear, tidak pernah melakukan tindakan Pap smear

(Tabel 4.10).Hal ini dimungkinkan karena adanya faktor-faktor lain yang mempengaruhi tindakan Pap smear itu sendiri seperti yang telah dibahas sebelumnya yaitu adanya faktor ekonomi, sosial budaya, dan tingkat pengetahuan responden. Walaupun dari hasil uji statistik dengan Continuity corection didapatkan nilai p>0,05 yang menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara penghalang dengan tindakan Pap smear.

Keyakinan responden bahwa kanker serviks tidak dapat terjadi pada dirinya juga membuat responden tidak pernah melakukan Pap smear, dapat dilihat pada tabel 4.7 dimana sebanyak 71 responden (81,6%) tidak pernah melakukan Pap smear karena responden percaya bahwa dirinya tidak mudah terkena penyakit kanker serviks. Namundari hasil uji statistik dengan Chi-square didapatkan nilai p>0,05 yang menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara tingkat kerentanan dengan tindakan Pap smear. Selain itu dari tabel 4.8 dapat dilihat bahwa responden percaya kanker serviks bukan merupakan penyakit yang parah dan serius, sehingga membuat para responden tidak pernah melakukan Pap smear yaitu sebanyak 77 responden (82,8%) dan responden yang yakin bahwa penyakit kanker serviks merupakan penyakit yang serius dan parah, pernah melakukan Pap smear yaitu sebanyak 5 responden (71,4%). Hal ini terbukti dari hasil uji statistik dengan Chi-square didapatkan nilai p<0,05 yang


(1)

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 2,746a 1 ,097 ,139 ,102

Continuity Correctionb 1,670 1 ,196

Likelihood Ratio 2,423 1 ,120 ,139 ,102

Fisher's Exact Test ,139 ,102

N of Valid Cases 100

a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,73. b. Computed only for a 2x2 table

Keseriusan * Tindakan (Pap smear)

Crosstab Count

Tindakan (Pap smear)

Total Pernah Tidak pernah

Keseriusan Rendah 16 77 93

Tinggi 5 2 7

Total 21 79 100

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 11,538a 1 ,001 ,004 ,004

Continuity Correctionb 8,501 1 ,004

Likelihood Ratio 9,021 1 ,003 ,004 ,004

Fisher's Exact Test ,004 ,004

N of Valid Cases 100

a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,47. b. Computed only for a 2x2 table


(2)

Manfaat * Tindakan (Pap smear)

Crosstab Count

Tindakan (Pap smear)

Total Pernah Tidak pernah

Manfaat Rendah 12 69 81

Tinggi 9 10 19

Total 21 79 100

Chi-Square Tests

Value Df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 9,831a 1 ,002 ,004 ,004

Continuity Correctionb 7,967 1 ,005

Likelihood Ratio 8,548 1 ,003 ,011 ,004

Fisher's Exact Test ,004 ,004

N of Valid Cases 100

a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3,99. b. Computed only for a 2x2 table

Penghalang * Tindakan (Pap smear)

Crosstab Count

Tindakan (Pap smear)

Total Pernah Tidak pernah

Penghalang Rendah 21 77 98

Tinggi 0 2 2

Total 21 79 100

Chi-Square Tests

Value Df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square ,542a 1 ,461 1,000 ,622

Continuity Correctionb ,000 1 1,000

Likelihood Ratio ,954 1 ,329 ,665 ,622

Fisher's Exact Test 1,000 ,622

N of Valid Cases 100

a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,42. b. Computed only for a 2x2 table


(3)

No Nama Usia Pendidikan

Status

perkawinan Pekerjaan Pendapatan Pengetahuan Kerentanan Keseriusan Manfaat Penghalang

Tindakan (Pap smear)

1 Deasy 28 SMA Menikah Wirausaha 1-5 juta Baik Rendah Rendah Rendah Rendah Tidak pernah

2 Nani 37 SMA Menikah IRT < 1 juta Kurang Rendah Rendah Rendah Rendah Tidak pernah

3 Rusnani 57 SMP Menikah IRT < 1 juta Baik Rendah Rendah Rendah Rendah Tidak pernah

4 Sukilah 43 SMP Menikah IRT < 1 juta Baik Rendah Rendah Rendah Rendah Tidak pernah

5 Suratmi 50 SMP Menikah IRT < 1 juta Baik Rendah Rendah Rendah Rendah Tidak pernah

6 Zuriana 46 SMP Menikah IRT < 1 juta Cukup Rendah Rendah Rendah Rendah Tidak pernah

7 Sulistyawati 45 SMP Menikah IRT < 1 juta Cukup Rendah Rendah Rendah Rendah Tidak pernah

8 Ratni E 37 SMA Menikah IRT < 1 juta Baik Rendah Tinggi Tinggi Rendah Pernah

9 Astuti 43 SMA Menikah IRT < 1 juta Baik Rendah Rendah Rendah Rendah Tidak pernah

10 Murni 35 SD Cerai hidup Wirausaha 1-5 juta Cukup Rendah Rendah Rendah Rendah Pernah

11 Letty S 54 SD Menikah IRT < 1 juta Cukup Rendah Rendah Rendah Rendah Tidak pernah

12 Soliyem 29 SMP Menikah IRT < 1 juta Cukup Rendah Rendah Rendah Rendah Tidak pernah

13 Lammeida H 45 SMA Menikah IRT < 1 juta Baik Rendah Rendah Rendah Rendah Tidak pernah

14 Hartini 32 SMA Menikah IRT < 1 juta Baik Rendah Rendah Rendah Rendah Tidak pernah

15 Ramadhani 34 SMP Menikah IRT < 1 juta Cukup Rendah Rendah Rendah Rendah Tidak pernah

16 Yustina 23 SMP Menikah IRT < 1 juta Kurang Rendah Rendah Rendah Rendah Tidak pernah

17 Eka Sari 27 SMP Cerai hidup IRT < 1 juta Baik Rendah Rendah Rendah Rendah Tidak pernah

18 Cut Herawati 34 SMA Menikah Wirausaha 1-5 juta Baik Rendah Rendah Rendah Rendah Tidak pernah

19 Nanci H 30 Diploma Menikah IRT < 1 juta Cukup Rendah Rendah Rendah Rendah Tidak pernah

20 Suminah 33 SMA Menikah IRT < 1 juta Baik Rendah Rendah Rendah Rendah Tidak pernah

21 Marisa 21 SD Menikah IRT < 1 juta Cukup Rendah Rendah Rendah Rendah Tidak pernah

22 Devi 28 SD Menikah IRT < 1 juta Kurang Rendah Rendah Rendah Rendah Tidak pernah

23 Indrawati 58 SMP Menikah IRT < 1 juta Cukup Rendah Rendah Rendah Rendah Tidak pernah

24 Parni 52 SD Menikah IRT < 1 juta Cukup Rendah Rendah Rendah Rendah Tidak pernah

25 Lastri 28 SMP Menikah IRT < 1 juta Kurang Rendah Rendah Rendah Rendah Tidak pernah

26 Tiur M 39 SMP Menikah IRT < 1 juta Cukup Tinggi Rendah Tinggi Rendah Tidak pernah

27 Loly R 38 SMP Menikah IRT < 1 juta Baik Rendah Rendah Tinggi Rendah Pernah

28 Wagisyah 45 SMA Menikah Wirausaha 1-5 juta Cukup Rendah Rendah Rendah Rendah Tidak pernah

29 Fitriani R 30 SMP Menikah Wirausaha < 1 juta Baik Tinggi Rendah Rendah Rendah Tidak pernah

30 Dewi Prasetia 22 SMP Menikah IRT < 1 juta Cukup Tinggi Rendah Rendah Rendah Tidak pernah


(4)

33 Harnum 26 SD Menikah IRT < 1 juta Kurang Rendah Rendah Tinggi Rendah Tidak pernah

34 Wahyuni 29 SD Menikah IRT < 1 juta Cukup Rendah Rendah Rendah Rendah Tidak pernah

35 Asmawati 44 SMP Menikah IRT < 1 juta Kurang Rendah Rendah Rendah Rendah Tidak pernah

36 Jumiati 27 SMA Menikah Wirausaha 1-5 juta Baik Rendah Rendah Tinggi Rendah Tidak pernah

37 Nurul 20 SMP Menikah Wirausaha 1-5 juta Cukup Rendah Rendah Rendah Rendah Tidak pernah

38 Admiyarti 35 SMA Menikah IRT < 1 juta Cukup Rendah Rendah Tinggi Rendah Tidak pernah

39 Susianti 32 SMP Menikah IRT < 1 juta Baik Tinggi Rendah Tinggi Rendah Tidak pernah

40 Handayani 23 SMA Menikah IRT < 1 juta Baik Rendah Rendah Rendah Rendah Tidak pernah

41 WidIrawani 20 SMP Menikah IRT < 1 juta Baik Rendah Rendah Rendah Rendah Tidak pernah

42 Hairunnisa 20 SD Menikah IRT < 1 juta Kurang Rendah Tinggi Rendah Rendah Pernah

43 Surya Dewi 25 SMP Menikah IRT < 1 juta Baik Rendah Rendah Rendah Rendah Tidak pernah

44 Warsiyem 50 SD Menikah IRT < 1 juta Kurang Rendah Rendah Rendah Rendah Tidak pernah

45 Swartini 27 SMA Menikah IRT < 1 juta Baik Rendah Rendah Tinggi Rendah Tidak pernah

46 Leli Karyani 29 SD Menikah IRT < 1juta Baik Tinggi Rendah Tinggi Rendah Pernah

47 Evi Nurita 33 SMP Menikah IRT < 1 juta Baik Rendah Rendah Rendah Rendah Tidak pernah

48 Sri Wahyuni 30 SMA Menikah IRT < 1 juta Baik Rendah Rendah Rendah Rendah Tidak pernah

49 Jumiati 45 SMP Menikah IRT < 1 juta Kurang Rendah Rendah Rendah Rendah Tidak pernah

50 Wirda 48 SMA Menikah IRT < 1 juta Kurang Rendah Rendah Rendah Rendah Tidak pernah

51 Romian S 42 SMA Menikah Wirausaha 1-5 juta Cukup Rendah Rendah Rendah Rendah Tidak pernah

52 Lina 21 SMA Menikah IRT < 1 juta Kurang Rendah Rendah Rendah Rendah Tidak pernah

53 Rosmi 52 SMP Menikah IRT < 1 juta Kurang Rendah Rendah Rendah Rendah Tidak pernah

54 Saripah 55 SD Menikah IRT < 1 juta Kurang Rendah Rendah Rendah Rendah Tidak pernah

55 Nurmala Sari 30 SMP Menikah IRT < 1 juta Cukup Rendah Rendah Rendah Rendah Pernah

56 Syarifah H 40 SMA Menikah IRT < 1 juta Kurang Tinggi Rendah Rendah Rendah Tidak pernah

57 Siti Aminah 57 SD Menikah IRT < 1juta Kurang Rendah Rendah Rendah Rendah Tidak pernah

58 Jaenab 50 SD Menikah IRT < 1 juta Kurang Rendah Rendah Rendah Rendah Tidak pernah

59 Suminem 60 SD Menikah IRT < 1 juta Kurang Rendah Rendah Rendah Rendah Tidak pernah

60 Siti Raniah 54 SMP Menikah IRT < 1 juta Cukup Rendah Rendah Rendah Rendah Tidak pernah

61 Muslimah 60 SD Menikah IRT < 1juta Cukup Rendah Rendah Rendah Rendah Tidak pernah

62 Novita Sari 34 SMA Menikah IRT < 1 juta Baik Tinggi Rendah Rendah Rendah Tidak pernah

63 Ratni Irwanti 43 SMA Menikah IRT < 1 juta Kurang Rendah Rendah Rendah Rendah Tidak pernah

64 Jamilawati 23 SD Menikah IRT < 1juta Kurang Rendah Rendah Rendah Rendah Tidak pernah

65 Salmiati T 54 SMP Cerai hidup Wirausaha 1-5 juta Baik Rendah Rendah Rendah Rendah Tidak pernah


(5)

67 Mardiah 44 SMA Menikah IRT < 1 juta Cukup Rendah Rendah Rendah Rendah Tidak pernah

68 Nurwani 42 SMP Menikah IRT < 1 juta Cukup Rendah Rendah Rendah Rendah Tidak pernah

69 Parmi 46 SMA Menikah IRT < 1 juta Baik Rendah Rendah Rendah Rendah Tidak pernah

70 Karni 37 SMA Menikah IRT < 1 juta Baik Rendah Rendah Rendah Rendah Tidak pernah

71 Tiurma 35 SMA Cerai hidup IRT < 1 juta Baik Rendah Rendah Tinggi Rendah Pernah

72 Yanti 38 SD Menikah IRT < 1 juta Cukup Rendah Rendah Rendah Rendah Pernah

73 Fatimah 29 SMA Menikah IRT < 1 juta Baik Rendah Rendah Rendah Rendah Tidak pernah

74 Rini 28 SMA Menikah IRT < 1 juta Baik Rendah Rendah Rendah Rendah Tidak pernah

75 Kamsih 31 SMA Menikah IRT < 1 juta Cukup Rendah Rendah Rendah Rendah Tidak pernah

76 Turni 34 SD Menikah IRT < 1 juta Baik Rendah Rendah Rendah Rendah Pernah

77 Rohaya 43 SMP Cerai mati IRT < 1 juta Baik Rendah Rendah Rendah Rendah Tidak pernah

78 Nurhamidah 35 Diploma Menikah Wirausaha 1-5 juta Baik Rendah Rendah Rendah Rendah Tidak pernah

79 Mardiah 26 Sarjana Menikah Peg. Swasta 1-5 juta Baik Rendah Rendah Rendah Rendah Tidak pernah

80 Siti 39 SMP Menikah IRT < 1 juta Baik Rendah Rendah Rendah Rendah Pernah

81 Sarah 33 Diploma Menikah Wirausaha 1-5 juta Baik Tinggi Rendah Rendah Rendah Pernah

82 Fitri 25 SMP Menikah IRT < 1 juta Baik Rendah Rendah Rendah Rendah Pernah

83 Rita S. 27 SMP Menikah IRT < 1 juta Baik Rendah Rendah Tinggi Rendah Pernah

84 Farah M. 40 Sarjana Menikah Guru 1-5 juta Baik Rendah Tinggi Tinggi Rendah Pernah

85 Mere 42 SD Menikah IRT < 1juta Baik Rendah Rendah Rendah Rendah Tidak pernah

86 Warni R. 29 SMP Menikah IRT < 1 juta Baik Rendah Rendah Rendah Rendah Tidak pernah

87 Nurul Ikhsani 38 SMP Menikah IRT < 1 juta Baik Rendah Rendah Rendah Rendah Tidak pernah

88 Ribka 26 SMP Menikah IRT < 1 juta Cukup Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tidak pernah

89 Ribka Y.S 24 SMA Menikah Wirausaha 1-5 juta Baik Rendah Rendah Rendah Rendah Tidak pernah

90 Syahrani M. 45 Sarjana Menikah Wirausaha 1-5 juta Cukup Rendah Rendah Rendah Rendah Tidak pernah

91 Nurbaiti 38 Sarjana Menikah IRT < 1 juta Cukup Rendah Rendah Rendah Rendah Tidak pernah

92 Fitri 33 Sarjana Menikah PNS 1-5 juta Baik Rendah Tinggi Tinggi Rendah Tidak pernah

93 Intan 26 Diploma Menikah Peg. Swasta 1-5 juta Baik Tinggi Rendah Rendah Rendah Pernah

94 Citra 26 Sarjana Menikah Wirausaha 1-5 juta Baik Tinggi Rendah Tinggi Rendah Pernah

95 Febi W. 36 SMA Menikah IRT < 1 juta Baik Tinggi Tinggi Tinggi Rendah Pernah

96 Fauziah 36 SMA Menikah IRT < 1 juta Cukup Rendah Rendah Rendah Rendah Pernah

97 Rini 23 SMP Menikah IRT < 1 juta Baik Rendah Rendah Rendah Rendah Tidak pernah

98 Nita 21 SD Menikah IRT < 1 juta Baik Rendah Rendah Tinggi Rendah Pernah


(6)