Kemampuan Tenure Audit Sebagai Pemoderasi Pengaruh Ukuran Perusahaan Pada Audit Report Lag.

(1)

KEMAMPUAN TENURE AUDIT SEBAGAI PEMODERASI PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN PADA AUDIT REPORT LAG

SKRIPSI

Oleh :

IDA AYU EKA PURNAMA YUNI NIM :1215351033

PROGRAM EKSTENSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR


(2)

i

KEMAMPUAN TENURE AUDIT SEBAGAI PEMODERASI PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN PADA AUDIT REPORT LAG

SKRIPSI

Oleh :

IDA AYU EKA PURNAMA YUNI NIM :1215351033

Skripsi ini ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

di Program Ekstensi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana

Denpasar 2016


(3)

ii

Skripsi ini telah diuji oleh tim penguji dan disetujui oleh Pembimbing, serta diuji pada tanggal :…………..

Tim Penguji: Tanda tangan

1. Ketua :Drs. I Ketut Suryanawa, M.Si., Ak ………..…… 2. Sekretaris :Dr. Drs. AANB Dwirandra, SE.,M.Si., Ak ……….……. 3. Anggota : Dr. Ni Ketut Rasmini, SE., M.Si., Ak. ………

Mengetahui

Ketua Jurusan Akuntansi Pembimbing

Dr. A.A.G.P. Widanaputra, SE., M.Si., Ak. Dr Drs AANB Dwirandra SE.,M.Si.,Ak NIP. 19650323 199103 1 004 NIP. 19641223 199301 1 001


(4)

iii

PERNYATAAN ORISINALITAS

Saya menyatakan dengan sebenarnya sepanjang pengetahuan saya, di dalam naskah skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik di suatu Perguruan Tinggi dan tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila ternyata di dalam naskah skripsi ini dapat dibuktikan terdapat unsur-unsur plaginasi, saya bersedia diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Denpasar, April 2016 Mahasiswa

Ida Ayu Eka Purnama Yuni 1215351033


(5)

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa / Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat-Nya, skripsi yang berjudul “Kemampuan Tenure Audit Sebagai Pemoderasi Pengaruh Ukuran Perusahaan pada Audit Report Lag” dapat diselesaikan sesuai dengan yang direncanakan. Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terimakasih kepada:

1) Dr. I Nyoman Mahaendra Yasa, SE., M.Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

2) Prof. Dr. Ni Nyoman Kerti Yasa, SE., M.S., selaku Pembantu Dekan I Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

3) Dr. A.A.G.P. Widanaputra, SE., M.Si., Ak., selaku Ketua Jurusan dan Bapak Dr. I Dewa Nyoman Badera, SE., M.Si., Ak selaku Sekertaris Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

4) Drs. I Ketut Suardika Natha, M.Si., selaku Ketua Program Ekstensi dan Drs. I Made Jember, M.Si., selaku Sekretaris Program Ekstensi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

5) Ni Gusti Putu Wirawati, SE., M.Si., selaku Koordinator Jurusan Akuntansi Program Ekstensi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

6) Dr. Ketut Budiartha, SE., M.Si., Ak., CPA, selaku Pembimbing Akademik yang membimbing dan selalu memberi dukungan untuk kemajuan penulis.

7) Dr. Drs. AANB Dwirandra, SE.,M.Si., Ak, selaku Dosen Pembimbing atas waktu, bimbingan, masukan serta motivasinya selama penyelesaian skripsi ini.

8) Dr. Ni Ketut Rasmini., SE., M.Si., Ak, selaku Dosen Ketua Penguji atas waktu, masukan serta motivasinya selama penyelesaian skripsi ini.

9) Drs. I Ketut Suryanawa, M.Si., Ak, selaku Dosen Penguji atas waktu, bimbingan, masukan serta masukan selama penyelesaian skripsi ini.

10)Keluarga tercinta ajik, ibu, adik - adik atas dukungan dan doanya yang tulus dan tiada hentinya selama menempuh studi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.


(6)

v

11)Teman-teman setia Komang Wiana, Inten Pratiwi, Karina Pravita, Adi Kusuma, Winda Pratiwi, Floriani Dimarcia, Rada Ariestantya, Rai Suryani, Yesi Diari, Gusti Trian, Dame Prawira, Awi Paramartha, Rudi Alif, Fuad Haris serta teman-teman lainnya yang tidak bisa disebutkan satu per satu, atas dukungannya selama perkuliahan dan penulisan skripsi.

12)Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak memberikan motivasi dan perhatian sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan berhasil tanpa bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak. Meskipun demikian, penulis tetap bertanggung jawab terhadap semua isi skripsi. Penulis berharap semoga skripsi in bermanfaat bagi pihak yang berkepentingan.

Denpasar, April 2016


(7)

vi

Judul : Kemampuan Tenure Audit Sebagai Pemoderasi Pengaruh Ukuran Perusahaan pada Audit Report Lag

Nama : Ida Ayu Eka Purnama Yuni NIM : 1215351033

Abstrak

Audit report lag diukur berdasarkan rentang waktu penyelesaian pelaksanaan audit laporan keuangan tahunan yang dihitung sejak tanggal tutup buku perusahaan yaitu 31 Desember sampai dengan tanggal yang tertera pada laporan auditor independen. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tenure audit sebagai pemoderasi pengaruh ukuran perusahaan pada audit report lag.

Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2014. Jumlah sampel yang digunakan sebanyak 34 perusahaan dengan metode purposive sampling. Teknik analisis yang digunakan adalah Moderated Regression Analysis (MRA).

Berdasarkan analisis dan pengujian hipotesis, maka didapat simpulan bahwa (1) ukuran perusahaan berpengaruh negatif pada audit report lag yang menunjukkan bahwa semakin besar ukuran perusahaan, maka semakin pendek audit report lag, (2) tenure audit mampu memoderasi (memperkuat) pengaruh ukuran perusahaan pada audit report lag yang menunjukkan bahwa perusahaan yang diaudit oleh auditor dengan tenure audit yang panjang memiliki tingkat audit report lag yang rendah. Penyelesaian audit akan lebih cepat apabila auditor mengaudit perusahaan dengan tenure audit yang panjang pada perusahaan besar.


(8)

vii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN ORISINALITAS ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRAK ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah Penelitian ... 8

1.3 Tujuan Penelitian ... 8

1.4 Kegunaan Penelitian... 8

1.5 Sistematika Penulisan ... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep ... 11

2.1.1 Teori Keagenan ... 11

2.1.2 Laporan Keuangan ... 14

2.1.3 Audit Report Lag ... 17

2.1.4 Ukuran Perusahaan... 19

2.1.5 Tenure Audit ... 21

2.2 Hipotesis Penelitian ... 23

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian ... 27

3.2 Lokasi dan Ruang Lingkup Penelitian... 28

3.3 Obyek Penelitian ... 28

3.4 Identifikasi Variabel ... 29

3.5 Definisi Operasional Variabel ... 30

3.6 Jenis Data... 31

3.7 Sumber Data ... 32

3.8 Populasi, Sampel dan Metode Penentuan Sampel ... 32

3.9 Metode Pengumpulan Data ... 34

3.10 Teknik Analisis Data ... 35

3.9.1 Uji Statistik Deskriptif ... 35

3.9.2 Uji Asumsi Klasik ... 35

3.9.3 Uji Regresi ... 38

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 4.1 Deskripsi Sampel Penelitian ... 40


(9)

viii

4.3 Uji Asumsi Klasik ... 43

4.4 Uji Regresi ... 46

4.5 Pembahasan Hasil Penelitian ... 50

4.6.1 Pengaruh Ukuran Perusahaan pada Audit Report Lag ... 50

4.6.2 Kemampuan Tenure Audit Memoderasi Ukuran Perusahaan pada Audit Report Lag ... 53

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 56

5.2 Saran ... 56 DAFTAR RUJUKAN


(10)

ix

DAFTAR TABEL

No. Tabel Halaman

4.1Ringkasan Perolehan Sampel Penelitian ... 40

4.2Hasil Uji Statistik Deskriptif ... 41

4.3Hasil Uji Normalitas ... 44

4.4Hasil Uji Autokorelasi... 45

4.5Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 46


(11)

x

DAFTAR GAMBAR

No Gambar Halaman


(12)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

No Lampiran Halaman

1. Daftar Perusahaan Manufaktur yang Menjadi Sampel Penelitian ... 62

2. Tabulasi Data Perusahaan ... 63

3. Analisis Statistik Deskriptif ... 72

4. Hasil Uji Asumsi Klasik ... 72


(13)

(14)

1 BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Laporan keuangan perusahaan merupakan aspek penting untuk menjalankan fungsi pasar modal (Owusu, 2006). Perusahaan go public di Indonesia diwajibkan menyampaikan laporan keuangan perusahaan yang telah diaudit oleh akuntan publik. Hal ini berdasarkan pada Keputusan Ketua Bapepam dan LK peraturan Nomor X.K.6, bagi perusahaan yang go public, perusahaan wajib mempublikasi laporan keuangan yang telah diaudit oleh auditor independen. Laporan keuangan harus memenuhi empat karakteristik agar informasi ini bisa dijadikan sebagai dasar pengambilan keputusan, yaitu dapat dipahami (understandability), relevan (relevance), handal (reliable) dan dapat diperbandingkan (comparability). Dalam proses akuntansi, laporan keuangan merupakan proses akhir yang memiliki peranan penting sebagai penilai kinerja perusahaan.

Penyusunan dan penyajian laporan keuangan yang dibuat oleh pihak manajeman harus bermanfaat serta dapat dipercaya bagi pengguna laporan keuangan. Ketepatan waktu penyajian laporan keuangan dan laporan keuangan auditan menjadi prasyarat utama bagi peningkatan harga saham suatu perusahaan. Perusahaan publik yang terlambat menerbitkan laporan keuangan auditnya mengindikasikan bahwa perusahaan tidak dapat menyelesaikan laporan keuangan tahunannya untuk memenuhi batas waktu penyelesaian. Hal tersebut akan


(15)

2

berdampak pada terlambatnya pelaporan pajak, sehingga dikenakan sanksi administratif berupa denda sebesar Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah) per hari.

Siaran pers hasil pemeriksaan tentang kasus laporan keuangan dan perdagangan saham PT. Bank Lippo Tbk. yang disampaikan oleh Bapepam, menyatakan bahwa diduga telah melanggar peraturan perundang-undangan di bidang Pasar Modal. Kelalaian Akuntan Publik Drs. Ruchjat Kosasih yang merupakan partner KAP Prasetio, Sarwoko & Sandjaja, berupa keterlambatan dalam menyampaikan peristiwa penting dan material mengenai penurunan nilai Agunan Yang Diambil Alih-bersih (AYDA) PT. Bank Lippo Tbk. kepada Bapepam. Akuntan Publik Drs. Ruchjat Kosasih dikenakan sanksi administratif berupa kewajiban menyetor uang ke kas negara sebesar Rp 35.000.000,00 (tiga puluh lima juta rupiah) atas keterlambatannya menyampaikan informasi penting tersebut selama 35 (tiga puluh lima) hari.

Ikatan Akuntan Indonesia (2012) menyebutkan jika terdapat penundaan yang tidak semestinya dalam pelaporan, maka informasi yang dihasilkan akan kehilangan relevansinya. Hal ini menjelaskan pentingnya relevansi yang tidak mugkin didapatkan tanpa adanya ketepatan waktu. Akan tetapi, ketepatan waktu merupakan salah satu faktor yang tidak dapat dipisahkan dengan audit report lag. Audit report lag merupakan jangka waktu penyelesaian audit. Oleh karena itu, auditor harus dapat mengestimasi waktu penyelesaian audit untuk dapat mempublikasikan secara tepat waktu. Hal ini dapat disimpulkan bahwa ketepatan waktu dalam penyajian laporan keuangan merupakan suatu konsekuensi yang harus dipenuhi dalam publikasi laporan keuangan. Hal ini juga mengartikan


(16)

3

bahwa hasil audit memiliki konsekuensi yang besar karena hasil audit harus dilaporkan secara tepat waktu.

Audit report lag adalah jangka waktu antara tanggal tahun buku perusahaan berakhir sampai dengan tanggal laporan audit (Anastasia,2007). Menurut Iskandar dan Trisnawati (2010) lamanya waktu penyelesaian audit yang dilakukan oleh auditor dilihat dari perbedaan waktu tanggal pelaporan keuangan dengan tanggal opini audit dalam laporan keuangan tersebut disebut audit report lag. Knechel dan Payne (2001) menyatakan audit report lag merupakan periode waktu antara akhir tahun fiskal dan tanggal audit perusahaan. Audit report lag yang berlebihan akan membahayakan kualitas pelaporan keuangan dengan tidak memberikan informasi yang tepat waktu kepada investor serta mengurangi tingkat kepercayaan investor terhadap pasar (Hashim dan Rahman, 2011).

Faktor yang mempengaruhi audit report lag sangat banyak, salah satunya adalah ukuran perusahaan. Ukuran perusahaan menunjukan besar kecilnya suatu perusahaan. Suatu perusahaan dapat dikatakan besar atau kecil dilihat dari beberapa sudut pandang seperti total nilai aset, total penjualan, jumlah tenaga kerja, dan sebagainya. Sesuai keputusan ketua BAPEPAM Nomor: Kep-11/PM/1997 menjelaskan bahwa perusahaan menengah dan kecil adalah badan hukum yang memiliki jumlah kekayaan (total aset) tidak lebih dari seratus miliar rupiah, sedangkan perusahaan besar adalah badan hukum yang memiliki jumlah kekayaan (total aset) lebih dari seratus miliar.

Perusahaan besar umumnya lebih diperhatikan oleh masyarakat, mereka akan lebih berhati-hati dalam melakukan pelaporan keuangan, sehingga berdampak


(17)

4

perusahaan tersebut melaporkan kondisinya lebih akurat. Besar kecilnya perusahaan akan mempengaruhi kemampuan dalam menanggung risiko yang mungkin timbul dari berbagai situasi yang dihadapi perusahaan. Ukuran perusahaan merupakan ukuran atau besarnya aset yang dimiliki oleh perusahaan. Perusahaan yang berukuran lebih besar cenderung memiliki permintaan publik akan informasi yang lebih tinggi dibanding dengan perusahaan yang lebih kecil. Permintaan publik akan informasi yang tinggi terhadap perusahaan memungkinkan tumbuhnya kepercayaan akan produk yang dihasilkan oleh perusahaan tersebut. Kepercayaan tersebut dapat meningkatkan tingkat keberlangsungan usaha dari perusahaan tersebut.

Perusahaan besar diduga akan menyelesaikan proses auditnya lebih cepat dibandingkan perusahaan kecil. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu manajemen perusahaan yang berskala besar cenderung diberikan insentif untuk mengurangi audit report lag dikarenakan perusahaan-perusahaan tersebut dimonitor secara ketat oleh investor, pengawas modal dan pemerintah. Dyer dan McHugh (1975) menyatakan bahwa manajemen perusahaan besar memiliki dorongan untuk mengurangi penundaan audit dan penundaan laporan keuangan yang disebabkan oleh karena perusahaan besar senantiasa diawasi secara ketat oleh investor. Ukuran perusahaan yang besar tentunya memiliki aset yang besar pula, transaksi yang terjadi juga banyak. Semakin maksimal aktiva perusahaan maka laba yang didapat menjadi maksimal pula, karena aktiva perusahaan digunakan oleh perusahaan untuk kegiatan operasional perusahaan yang tujuannya untuk menghasilkan laba. Menurut Subekti dan Widiyanti (2004) sistem


(18)

5

pengendalian yang intern menjadi faktor pendukung perusahaan besar sehingga dapat memudahkan di dalam melakukan proses audit. Kamarudin dan Ahmad (2003) menyatakan perusahaan besar memiliki sumber daya untuk membayar biaya audit lebih tinggi dan dapat membayar secepatnya setelah tahun berakhir. Hal ini dapat menjadi motivasi bagi auditor sehingga berakibat pada penyelesaian audit yang lebih tepat waktu.

Tanggung jawab auditor yang besar mendorong auditor untuk bekerja Standar Profesional Akuntan Publik merupakan standar yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). Prosedur ini mengatur perencanaan atas aktivitas yang akan dilakukan, pemahaman yang memadai atas struktur pengendalian intern dan pengumpulan bukti-bukti yang kompeten diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, pengajuan pertanyaan dan konfirmasi sebagai dasar untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan. Aktivitas pemenuhan dalam penyesuaian standar dan prosedur yang berlaku di Indonesia membuat auditor membutuhkan waktu dalam penyelesaian audit. Jika auditor tidak memiliki kecermatan, ketepatan dan keahlian dalam mengaudit. Hal ini mempengaruhi lamanya penyelesaian audit atau audit report lag (ARL) yang semakin panjang. Hal ini juga berdampak pada publikasi laporan keuangan perusahaan yang mengakibatkan kualitas dari laporan keuangan akan semakin turun terutama keandalan dan relevansi informasi.

Perolehan kecermatan, ketepatan dan keahlian audit akan semakin diperoleh dengan lamanya masa perikatan audit dengan kliennya. Lamanya masa perikatan kerja auditor dengan kliennya dalam pemeriksaan laporan keuangan disebut dengan tenure audit. Dalam penelitian ini penentuan tenure audit adalah sebagai


(19)

6

suatu KAP sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Habib dan Bhuiyan (2011). Menurut Lee et al. (2009) menyatakan bahwa semakin meningkat tenure audit maka pemahaman auditor atas operasi, risiko bisnis, serta sistem akuntansi perusahaan akan turut meningkat sehingga menghasilkan proses audit yang lebih efisien. Sebaliknya jika auditor melakukan perikatan audit pada klien baru maka jangka waktu penyelesaian audit akan lebih panjang. Hal ini disebabkan auditor membutuhkan waktu lebih lama untuk dapat beradaptasi dengan pencatatan, kegiatan operasional, kendali internal, serta kertas kerja (working paper) periode lalu perusahaan pada awal perikatan , Ashton et al. (1989) dan Lee et al. (2009).

Chi dan Huang (2010) menyatakan bahwa tenure audit dapat meningkatkan pemahaman dan pengalaman dalam mempelajari karakteristik perusahaan. Geiger dan Raghunandan (2002) menemukan bahwa kegagalan audit sering terjadi di tahun pertama auditor dan perusahaan menjalin hubungan, dibandingkan dengan auditor yang telah mengaudit klien untuk jangka waktu yang lebih panjang. Penelitian Permata (2013) dalam Rustiarini dan Sugiarti (2013) menyatakan bahwa tenure audit berpengaruh negatif pada penyampaian informasi laporan keuangan. Hasil penelitian yang dilakukan Giri (2010) menemukan hasil yang sama bahwa tenure audit berpengaruh negatif pada kualitas audit. Adapun alasan yang disimpulkan bahwa tenure yang panjang akan menciptakan pengetahuan yang cukup bagi auditor/KAP untuk melaksanakan tugas audit secara professional. Semakin lama masa penugasan antar KAP dengan perusahaan, maka memungkinkan auditor untuk mengenali industri klien, sehingga mampu


(20)

7

memperpendek masa penyelesaian audit dan dapat menyelesaikan laporan keauditan secara tepat waktu.

Penelitian-penelitian yang terdahulu masih memiliki hasil yang berbeda. Penelitian yang dilakukan oleh Rahayu (2012) menemukan hasil pengujian pada variabel tenure audit tidak sesuai dengan prediksi. Kesimpulan yang dihasilkan dari pengujian yang dilakukan bahwa audit delay berpengaruh positif. Hal ini dikarenakan semakin lama tenure maka akan menimbulkan kedekatan dengan perusahaan. Dugaan ini kemudian memberikan kesempatan KAP untuk mengulur waktu penyelesaian audit. Sejalan dengan penelitian Rahayu pada tahun 2012, Rustiarini dan Sugiarti (2013) menemukan hasil, bahwa tenure audit tidak berpengaruh pada audit delay, karena lamanya waktu penugasan auditor dengan perusahaan klien justru menyebabkan auditor tidak bisa menyelesaikan kewajibannya secara tepat waktu sehingga mengurangi ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan auditan.

Berdasarkan paparan yang telah diuraikan di atas menunjukkan hasil yang tidak konsisten, sehingga diduga terdapat pengaruh faktor kontinjensi yang mempengaruhi audit report lag dan ukuran perusahaan salah satunya adalah tenure audit. Terdapat perbedaan hasil penelitian antara beberapa peneliti dengan variabel yang sama, hal ini menyebabkan ketertarikan penulis untuk meneliti lebih lanjut mengenai ukuran perusahaan serta pengaruhnya pada audit report lag. Perbedaannya dalam penelitian ini penulis menggunakan variabel pemoderasi yaitu tenure audit yang dapat memperkuat atau memperlemah pengaruh ukuran perusahaan pada audit report lag. Berdasarkan uraian latar belakang tersebut,


(21)

8

maka permasalahan dalam penelitian ini mengenai “Kemampuan Tenure Audit Sebagai Variabel Pemoderasi Ukuran Perusahaan pada Audit Report Lag”. Penelitian ini menggunakan objek penelitian perusahaan manufaktur karena perusahaan manufaktur jumlahnya banyak di Indonesia dan memiliki kompleksitas dalam informasi laporan keuangan.

1.2 Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan uraian teori pada latar belakang diatas, maka yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1) Apakah ukuran perusahaan berpengaruh pada audit report lag?

2) Apakah tenure audit mampu memoderasi pengaruh ukuran perusahaan pada audit report lag?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan pokok permasalahan diatas, maka yang menjadi tujuan penelitian ini adalah :

1) Untuk mengetahui pengaruh ukuran perusahaan pada audit report lag.

2) Untuk mengetahui kemampuan tenure audit dalam memoderasi pengaruh ukuran perusahaan pada audit report lag.

1.4 Kegunaan Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian diatas, maka penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan sebagai berikut :


(22)

9 1) Kegunaan Teoritis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan ilmu pengetahuan dan wawasan yang berupa bukti empiris bagi para akademisi mengenai pengetahuan di bidang audit, khususnya tenure audit sebagai pemoderasi pengaruh ukuran perusahaan terhadap audit report lag.

2) Kegunaan Praktis

Penelitiaan ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi pimpinan perusahaan dalam rangka menjaga meningkatkan kredibilitas laporan keuangan agar bermanfaat bagi para penggunanya serta sebagai bahan evaluasi bagi para auditor sehingga dapat meningkatkan kinerja, kualitas dan kompetensi auditor dalam melakukan proses audit laporan keuangan.

1.5 Sistematika Penulisan

Penelitian ini terdiri dari beberapa bab yang disusun berurutan secara sistematis, sehingga antara sub bab dengan bab yang lainnya mempunyai hubungan yang sistematis. Sistematika penulisan dalam penelitian ini akan diuraikan secara ringkas meliputi 5 (lima) bab sebagai berikut.

Bab 1 Pendahuluan

Bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab 2 Kajian Pustaka dan Hipotesis Penelitian

Bab ini memuat uraian sistematis tentang teori dan konsep yang berkaitan dengan pembahasan masalah yaitu, teori keagenan, laporan keuangan,


(23)

10

tenure audit, ukuran perusahaan dan audit report lag. Selain itu, akan dibahas hasil penelitian sebelumnya yang relevan dengan penelitian ini serta hipotesis penelitian.

Bab 3 Metode Penelitian

Bab ini menguraikan mengenai desain penelitian, lokasi dan ruang lingkup wilayah penelitian, objek penelitian, identifikasi variabel, definisi operasional variabel, jenis dan sumber data, populasi, sampel, metode penentuan sampel, serta teknik analisis data.

Bab 4 Pembahasan Hasil Penelitian

Bab ini menguraikan mengenai deskripsi sampel dan variabel penelitian, hasil penelitian serta pada bab ini juga berisi tentang interpretasi dari hasil penelitian yang memberikan jawaban atas permasalahan dari penelitian ini.

Bab 5 Simpulan dan Saran

Bab ini akan menguraikan kesimpulan dari keseluruhan hasil penelitian dan saran-saran yang diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan serta saran kepada peneliti selanjutnya yang ingin melanjutkan atau mengembangkan penelitian yang telah dilakukan.


(24)

11 BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2.1 Landasan Teori dan Konsep

2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory)

Teori agensi adalah teori yang menjelaskan hubungan antara pihak agen (manajemen) dengan principal (pemegang saham). Menurut Jensen dan Meckling (1976) hubungan manajer dan pemilik dalam kerangka hubungan keagenan. Dalam hal ini pihak prinsipal sebagai pemilik akan memberikan informasi kepada pihak agen sebagai manajer untuk melakukan pengolahan informasi. Hasil pengolahan informasi dapat digunakan dalam pengambilan keputusan bagi pihak prinsipal.

Dalam hubungan prinsipal dan agen tidak selalu terjadi kesesuaian informasi diantara kedua pihak tersebut. Ketidaksesuaian informasi ini disebut informasi asimetri antara pihak agen dengan principal. Informasi asimetri yaitu distribusi informasi antara pihak agen dengan prinsipal tidak seimbang. Menurut Jensen and Meckling (1976) informasi asimetri dapat menyebabkan dua permasalahan untuk perusahaan. Masalah tersebut adalah sebagai berikut:

1) Moral Hazard merupakan permasalahan yang timbul karena agen tidak melaksanakan hal yang telah disepakati dalam kontrak kerja bersama.

2) Adverse Selection merupakan suatu keadaan dimana prinsipal tidak dapat mengetahui apakah suatu keputusan yang diambil agen benar-benar mendasarkan informasi, atau terjadi sebagai sebuah kelalaian tugas.


(25)

12

Pencegahan terhadap moral hazard maka dibentuk sebuah kontrak Antara kedua belah pihak. Kontrak tersebut mengharuskan agen memberikan jasa kepada pemilik. Pendelegasian wewenang dari pemilik kepada manajemen membuat pemindahan kepemilikan hak kepada manajemen dalam pengambilan keputusan bisnis bagi kepentingan pemilik. Akan tetapi, kepentingan dua pihak ini tidak selalu sejalan sehingga muncul agency problem diantara keduanya.

Oleh karena itu pihak ketiga dibutuhkan dalam memeriksa tanggung jawab yang telah dilakukan manajemen. Solusi lainnya adalah dengan memberi insentif kepada manajer seperti saham perusahaan. Pemberian insentif semacam itu, manajer akan mempunyai rasa memiliki pada perusahaan sehingga tercipta keselarasan preferensi antara prinsipal dan agen. Namun solusi yang paling tepat adalah adanya pihak penengah yang independen dalam mengatasi permasalahan yang terjadi diantara pihak prinsipal dan pihak agen. Hal ini dilakukan untuk menjamin manajer sebagai agen bertindak sesuai kepentingan pemilik. Argumen ini didukungan dengan penelitian Jensen dan Meckling (1976) yang menyatakan setuju untuk mengatasi masalah-masalah antara prinsipal dan agen dibutuhkan pihak ketiga yang independen.

Pihak ketiga yang independen yang dimaksud adalah auditor eksternal. Dengan adanya auditor eksternal yang independen maka pihak prisipal tidak akan disalahgunakan kepercayaannya. Prinsipal juga dapat memiliki keyakinan yang lebih besar kepada agen dan dapat mengetahui sebaik apa kondisi perusahaan di bawah pengambilan keputusan agen. Manajemen adalah pihak yang menunjuk seorang auditor sehingga terjadi pengalihan tanggung jawab untuk melakukan


(26)

13

audit atas laporan keuangan yang dibuat oleh manajemen, dan berguna bagi pemegang saham.

Dalam proses audit dibutuhkan hubungan kerja yang erat dengan manajemen perusahaan sebagai pihak klien. Hubungan perikatan audit dengan manajemen perusahaan (klien) disebut dengan tenure audit. Jika jangka waktu perikatan audit semakin panjang maka menimbulkan ketergantungan yang menyebabkan auditor mulai kehilangan independensinya. Oleh karena itu auditor harus menyadari bahwa ancaman terhadap independensi dan objektivitas membutuhkan pengamanan yang sesuai. Reputasi adalah faktor yang dapat meningkatkan kepercayaan dan independensi auditor. Auditor memiliki insentif mempertahankan independensi untuk melindungi reputasi mereka, dengan demikian membantu mereka untuk memberikan kualitas audit yang baik.

Selain itu dalam pengimplementasian teori agensi faktor penting yang perlu diperhatikan adalah audit report lag. Audit report lag (ARL) dalam penelitian ini merupakan variabel dependen yang mempunyai definisi jangka waktu penyelesaian audit atas laporan keuangan. Audit report lag (ARL) mempunyai hubungan erat dengan ketepatan waktu publikasi laporan keuangan, karena manfaat laporan keuangan menjadi berkurang apabila tidak disampaikan secara tepat waktu. Ketepatan waktu menunjukan rentang waktu antara informasi yang ingin disajikan dengan pelaporan, apabila informasi tersebut tidak disampaikan tepat waktu mengakibatkan nilai dari informasi menjadi berkurang. Berkurangnya nilai informasi yang disampaikan kepada prinsipal menimbulkan asimetris informasi. Asimetris informasi merupakan salah satu elemen teori


(27)

14

keagenan, dalam hal ini pihak agen lebih banyak mengetahui informasi internal perusahaan secara detail dibandingkan pihak prinsipal yang hanya mengetahui informasi perusahaan secara eksternal melalui hasil kinerja yang dibuat oleh manajemen. Oleh karena itu, hal ini memerlukan ketepatan waktu mengurangi adanya asimetris infomasi antara pihak agen atau manajemen dengan pihak prinsipal atau pemegang saham, sehingga laporan keuangan dapat disampaikan secara transparan kepada prinsipal.

2.1.2 Laporan Keuangan

Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari siklus akuntansi yang merupakan bagian dari pelaporan keuangan (Sunaningsih, 2014). Laporan keuangan merupakan laporan yang terstruktur mengenai posisi keuangan dan transaksi-transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan. Laporan keuangan dapat dikatakan sebagai data juga dapat dikatakan sebagai informasi. Data dapat berubah menjadi informasi kalau diubah kedalam konteks yang memberikan makna (Lillrank, 2003).

Laporan keuangan menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha suatu perusahaan pada saat tertentu (Harahap, 2002). Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2012) laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara seperti, misalnya sebagai laporan arus kas atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan Kieso et al. (2007) menjelaskan bahwa laporan keuangan


(28)

15

merupakan sarana utama dimana informasi keuangan dikomunikasikan dengan pihak luar perusahaan, laporan ini memberikan sejarah kuantitatif perusahaan dalam satuan uang.

Wardhani (2013) menjelaskan tujuan laporan keuangan menurut PSAK (2009) adalah untuk menyediakan informasi tentang posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan perusahaan yang bermanfaat bagi pengguna laporan keuangan dalam membuat keputusan ekonomi. Laporan keuangan yang baik harus memenuhi karakteristik kualitatif laporan keuangan sebagai berikut. 1) Dapat dipahami

Kualitas informasi dalam laporan keuangan terlihat dari kemudahan untuk dipahami oleh para pengguna yang diasumsikan memiliki pengetahuan memadai mengenai aktivitas ekonomi dan bisnis, akuntansi, dan kemauan mempelajari informasi dengan ketekunan yang wajar.

2) Relevan

Informasi dalam laporan keuangan dikatakan relevan ketika dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pengguna. Informasi yang relevan harus dapat membantu pengguna laporan keuangan untuk mengevaluasi laba sekarang maupun laba masa datang (predictive value), serta memperbaiki harapan yang dibuat sebelumnya (feedback value). Informasi juga harus tersedia tepat waktu bagi pengambil keputusan sebelum mereka kehilangan kesempatan atau untuk mempengaruhi keputusan yang diambil (timeliness).


(29)

16 3) Keandalan

Informasi dikatakan handal (reliable) jika bebas dari pengertian yang menyesatkan dan salah saji yang material, serta dapat diandalkan pengguna sebagai penyajian yang jujur dan wajar dari yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar diharapkan dapat disajikan.

4) Dapat dibandingkan

Identifikasi kecenderungan posisi dan kinerja keuangan pada laporan keuangan perusahaan antar periode hendaknya dapat diperbandingkan oleh pengguna. Selain itu pengguna harus dapat membandingkan laporan keuangan antar perusahaan pada setiap periode untuk mengevaluasi posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan secara relatif. Implikasinya, pengguna mendapat informasi tentang kebijakan akuntansi yang digunakan dalam susunan laporan keuangan, perubahan kebijakan, serta pengaruhnya. Ketaatan pada standar akuntansi keuangan, termasuk pengungkapan kebijakan akuntansi yang digunakan oleh perusahaan, membantu pencapaian karakteristik daya banding.

Terkait penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan yang baik dan berkualitas adalah laporan yang memiliki informasi ynag dapat dipahami, relevan, dapat diandalkan, dan mempunyai daya banding. Salah satu kendala dari informasi yang relevan dan dapat diandalkan adalah tepat waktu (Harahap, 2011:134). Ketepatan waktu adalah atribut kualitatif informasi keuangan yang memerlukan informasi tersedia untuk pengguna laporan keuangan


(30)

17

secepat mungkin (Banimahd et al,2012), jika terdapat penundaan, maka informasi yang dihasilkan akan kehilangan relevansi dan reliabilitasnya.

2.1.3 Audit Report Lag

Audit report lag merupakan aspek penting dalam menjaga relevansi dari informasi yang dibutuhkan para pengguna laporan keuangan. Tujuan laporan keuangan menurut IAI (2012) adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi. Untuk menjaga tingkat relevansi dari laporan keuangan, maka laporan keuangan harus disampaikan tepat waktu agar dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan. Baridwan (2000) menyatakan bahwa tepat waktu diartikan sebagai informasi yang harus sampai sedini mungkin untuk dapat digunakan sebagai dasar untuk pengambilan keputusan ekonomi dan untuk menghindari tertundanya keputusan-keputusan tersebut.

Menurut Dyer dan McHugh (1975) , audit report lag adalah interval terbuka pada jumlah hari dari akhir tahun sampai tercatat sebagai tanggal signature opini dalam laporan keuangan. Menurut Anastasia (2007) audit report lag adalah jangka waktu penyelesaian audit antara tanggal tahun buku perusahaan berakhir sampai dengan tanggal laporan audit. Perbedaan waktu antara tanggal laporan keuangan dengan laporan auditor independen mengindikasikan tentang lamanya waktu penyelesaian audit yang dilakukan oleh auditor. Semakin panjang suatu audit report lag, maka akan memberikan dampak yang buruk bagi perusahaan.


(31)

18

Terdapat 3 komponen audit report lag menurut Knechel dan Payne (2001) yaitu :

1) Sceduling lag merupakan selisih waktu antara akhir tahun fiskal perusahaan atau tanggal neraca dengan dimulainya pekerjaan lapangan auditor.

2) Fieldwork lag merupakan selisih waktu antara dimulainya pekerjaan lapangan dan saat penyelesaiannya.

3) Reporting lag merupakan selisih waktu antara saat penyelesaian pekerjaan lapangan dengan tanggal laporan auditor.

Audit report lag termasuk dalam karakteristik kualitatif yang harus dipenuhi dalam laporan keuangan yaitu sifat relevan. Laporan keuangan dianggap tidak relevan saat laporan keuangan tersebut kehilangan kapasitas untuk mempengaruhi keputusan yang diambil, yaitu memiliki ketepatan waktu (Kieso, 2010:57). Audit report lag sangat mempengaruhi ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan perusahaan yang telah diaudit. Semakin panjang audit report lag, berarti perusahaan akan semakin terlambat untuk menyampaikan laporan keuangan kepada publik yang menunjukan semakin lamanya auditor menyelesaikan pekerjaan audit.

Menurut Halim (2000) audit report lag berkaitan dengan rentang waktu penyelesaian pelaksanaan audit laporan keuangan tahunan yang dihitung sejak tanggal tutup buku perusahaan yaitu 31 Desember sampai dengan tanggal yang tertera pada laporan auditor independen. Ketentuan waktu penyampaian laporan keuangan tahunan telah diatur dalam peraturan Bapepam Nomor X.K.2 yang menjelaskan tentang penyampaian laporan keuangan perusahaan dan laporan


(32)

19

keuangan tahunan yang harus disertai pendapat auditor independennya, harus disampaikan kepada Bapepam selambat-lambatnya akhir bulan ketiga (90 hari) setelah tanggal laporan keuangan tahunan perusahaan.

Dyer dan McHugh (1975), menjelaskan tiga kriteria keterlambatan pelaporan keuangan antara lain:

1) Preliminary lag yaitu interval jumlah hari antara tanggal laporan keuangan sampai penerimaan laporan akhir preliminary oleh bursa.

2) Auditor’s report lag yaitu interval jumlah hari antara tanggal laporan keuangan sampai tanggal laporan auditor ditandatangani.

3) Total lag yaitu interval jumlah hari antara tanggal laporan keuangan sampai tanggal penerimaan laporan dipublikasikan oleh bursa.

2.1.4 Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi audit report lag. Ukuran perusahaan menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan. Besar kecilnya perusahaan dapat diukur berdasarkan total nilai aset, total penjualan, nilai pasar, jumlah tenaga kerja, dan sebagainya (Bangun dkk,2012). Semakin besar aset perusahaan maka semakin banyak modal yang ditanam, semakin banyak penjualan maka semakin banyak perputaran uang dan semakin besar nilai pasar maka semakin dikenal masyarakat luas.

Perusahaan yang lebih dikenal oleh publik memiliki tuntutan dalam hal transparansi yang semakin luas pula. Untuk itu kebutuhan akan penyampaian laporan keuangan juga semakin dibutuhkan. Menurut Lianto dan Kusuma (2010)


(33)

20

perusahaan berskala besar cenderung melaporkan laporan keuangan lebih cepat dibanding perusahaan kecil karena perusahaan besar lebih diawasi oleh pemerintah, investor, Bapepam, maka dari itu perusahaan besar lebih cepat melaporkan karena adanya tekanan dari eksternal. Selain itu (Fadio et al,2015) menyatakan bahwa perusahaan yang lebih besar dianggap menyelesaikan audit mereka lebih awal dibandingkan dengan perusahaan kecil karena mereka memiliki pengendalian yang kuat.

Keputusan ketua Bapepam Nomor: Kep-11/PM/1997 menjelaskan bahwa perusahaan menengah dan kecil adalah badan hukum yang memiliki jumlah kekayaan (total aset) tidak lebih dari seratus miliar rupiah, sedangkan perusahaan besar adalah badan hukum yang memiliki jumlah kekayaan (total aset) lebih dari seratus miliar rupiah. Menurut Machfoedz (1994) dalam Yulia (2013) ukuran perusahaan terbagi dalam tiga kategori, yaitu:

1) Perusahaan besar

Total aset yang besar dapat mencerminkan bahwa perusahaan tersebut memiliki ukuran yang besar pula. Perusahaan yang dikategorikan besar biasanya merupakan perusahaan yang telah go public di pasar modal dan memiliki aset sekurang-kurangnya 200 miliar.

2) Perusahaan menengah

Perusahaan yang digolongkan dalam kategori ini jika memili aset diantara 2 miliar sampai 200 miliar dan biasanya listing di pasar modal.


(34)

21 3) Perusahaan kecil

Perusahaan kecil merupakan perusahaan yang memiliki aset kurang dari 2 miliar dan biasanya belum terdaftar di pasar modal.

Penelitian ini menggunakan total aset untuk mengukur besar kecilnya perusahaan. Total aset yang dimaksud adalah jumlah aset yang dimiliki perusahaan yang tercantum pada laporan keuangan pada akhir periode yang telah diaudit (Widosari, 2012). Menurut Modugu et al. (2012) total aset mencerminkan seberapa besar aktiva yang dimiliki oleh suatu perusahaan serta mencerminkan ukuran dari perusahaan. Total aset dipilih karena penilaian ukuran perusahaan dengan total aset lebih stabil dibandingkan dengan market value dan total penjualan.

2.1.5 Tenure Audit

Tenure audit adalah Jangka waktu sebuah kantor akuntan publik melakukan perikatan terhadap kliennya dalam memberikan jasa audit laporan keuangan. Definisi lain tenure audit menurut Geiger dan Rughunandan (2002) adalah lamanya hubungan auditor dan klien yang diukur dengan jumlah tahun. Regulasi yang mengatur tenure audit berdasarkan pada Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 17/PMK.01/2008 yakni mengenai pembatasan masa pemberian jasa oleh Akuntan Publik dan KAP. Hal ini sesuai dengan yang tertera pada pasal 3 ayat 1 yang menyatakan bhwa pemberian jasa audit umum atas laporan keuangan suatu entitas oleh KAP tertentu adalah selama 6 (enam) tahun


(35)

22

buku berturut-turut, serta 3 (tiga) tahun berturut-turut oleh seorang Akuntan Publik.

Penelitian mengenai tenure audit dalam berbagai proksi telah banyak dilakukan, diantaranya adalah penelitian Geiger dan Raghunandan (2002) mengenai, hubungan antara tenure audit terhadap kegagalan audit. Hasil dari penelitian tersebut membuktikan bahwa kegagalan audit lebih tinggi pada tahun awal masa audit. Penelitian lainnya yang telah dilakukan oleh Carcello dan Nagy (2004), yang menghasilkan temuan bahwa potensi penyimpangan pelaporan keuangan lebih besar terjadi pada tenure kantor akuntan publik (KAP) yang relatif pendek, yaitu kurang dari 3 tahun.

Penelitian sebelumnya yang telah dilakukan di Indonesia, salah satunya adalah penelitian yang dilakukan oleh penelitian Giri (2010) mengenai pengaruh tenure KAP dan reputasi KAP terhadap kualitas laba yang diproksikan dengan akrual lancar (current accrual). Penelitian khusus mengenai pengaruh tenure audit terhadap jangka waktu penyelesaian audit, atau audit report lag (ARL), sudah pernah dilakukan oleh beberapa peneliti namun jumlahnya tidak banyak yang meneliti mengenai topik ini. Berdasarkan referensi yang peneliti peroleh penelitian Aston (1987), merupakan peneliti perintis mengenai pengaruh tenure audit terhadap audit report lag (ARL). Dalam penelitian Lee et al. (2011) kemudian menguji kembali penelitian Aston et al. (2011), mengenai pengaruh tenure audit terhadap audit report lag (ARL), pada perusahaan yang menajadi klien KAP di Amerika Serikat dengan menambahkan lingkup penelitian yang lebih luas, dari tahun 2000 hingga 2005. Dalam penelitian tersebut menemukan


(36)

23

bahwa tenure audit yang panjang terkait dengan efisiensi audit yang lebih tinggi, yang berupa ARL yang lebih pendek.

Dalam penelitian ini hubungan tenure audit pada audit report lag memiliki hubungan yang negatif. Hal ini dikarenakan auditor pada masa awal melakukan perikatan audit dengan klien yang baru memiliki pemahaman dan pengetahuan yang rendah dan membutuhkan waktu untuk beradaptasi terhadap perusahaan baru yang diauditnya. Hal ini mengakibatkan resiko dan kesulitan yang dihadapi auditor lebih besar sehingga jangka waktu penyelesaian audit jauh lebih lama atau audit report lag (ARL) semakin panjang.

2.2 Hipotesis Penelitian

2.2.1 Pengaruh Ukuran Perusahaan pada Audit Report Lag

Ukuran perusahaan merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap audit report lag. Semakin besar perusahaan, maka semakin banyak pula informasi yang terkandung di dalamnya. Manajemen harus mengolah informasi tersebut untuk dilaporkan kepada stakeholders sehingga perusahaan membutuhkan waktu lebih lama untuk menyerahkan laporan keuangannya ke auditor. Selain itu, semakin besar perusahaan, auditor cenderung mengambil sampel semakin banyak serta melakukan prosedur audit yang lebih luas. Akibatnya, audit report lag cenderung lebih lama apabila ukuran perusahaan semakin besar (Almilia dan Setiady, 2006). Hanipah (2001) menemukan bahwa waktu penyelesaian audit cenderung panjang apabila ukuran perusahaan besar.


(37)

24

Ukuran perusahaan merupakan nilai yang menunjukan besar kecilnya perusahaan. Hasil penelitian yang dilakukan Subekti dan Widiyanti (2004), membuktikan bahwa total aset memiliki pengaruh yang besar terhadap audit report lag. Perusahaan dengan ukuran besar cenderung lebih cepat dalam menyelesaikan proses auditnya. Hal tersebut dikarenakan adanya internal control yang baik dan mendorong auditornya menyelesaikan proses audit secara tepat waktu. Semakin besar perusahaan maka perusahaan akan memiliki pengendalian internal yang semakin baik sehingga dapat mengurangi tingkat kesalahan dalam penyajian laporan keuangan.

Perusahaan dengan sistem pengendalian internal yang telah berjalan secara efektif dapat mengurangi tingkat kesalahan dalam penyajian laporan keuangan, sehingga bukti audit yang diperoleh akan lebih dapat dipercaya daripada jika pengendalian internalnya lemah (Tedja, 2011). Menurut Modugu et al (2012) perusahaan besar dikatakan mampu menyelesaikan auditnya lebih cepat dari perusahaan kecil karena perusahaan besar memiliki pengendalian internal yang lebih baik. Pengendalian internal yang efektif dapat mengurangi salah saji dalam laporan keuangan (Elder, 2013:273). Hal ini akan menyebabkan auditor tidak perlu mencari bukti audit yang lebih banyak maupun membuat penyesuaian untuk memperbaiki kesalahan penyajian dalam laporan keuangan (Prabandari dan Rustiana, 2007).

Penelitian Dyer dan McHugh (1975), Almosa dan Alabbas (2007), menyatakan bahwa perusahaan besar memiliki insentif yang lebih besar untuk mengurangi audit report lag maupun penundaan pelaporan karena diawasi secara


(38)

25

ketat oleh investor, serikat buruh, dan regulator, akibatnya audit report lag pada perusahaan besar akan cenderung lebih pendek selain itu perusahaan besar cenderung lebih mampu dalam membayar audit fee lebih tinggi kepada auditor. Penelitian yang dilakukan oleh Ponte et al (2008), Al Ajmi (2008), Nasution (2013), dan Lestari (2014) juga memperoleh hasil bahwa ukuran perusahan berpengaruh negatif terhadap audit report lag perusahaan. Berdasarkan hal tersebut, maka hipotesis yang didapat adalah :

H1: Ukuran perusahaan berpengaruh negatif pada audit report lag

2.2.2 Kemampuan Tenure Audit Memoderasi Pengaruh Ukuran Perusahaan pada Audit Report Lag

Berdasarkan hasil penelitian Lee et al. (2009), tenure audit KAP berpengaruh signifikan terhadap audit report lag (ARL). Penelitian menurut Lee et al. (2009) variabel tenure audit dibagi menjadi 2 kategori yaitu pertama, tenure pendek adalah apabila tenure auditor selama kurang dari atau sama dengan 9 tahun. Hasil statistik deskriptif bahwa rata-rata audit report lag (ARL) adalah selama 59.36 hari sedangkan rata-rata tenure auditor perusahaan selama 10 tahun. Hasil uji hipotesis menunjukan tenure audit dan pelayanan non audit memiliki hubungan negatif pada audit report lag (ARL). Berdasarkan bukti empiris yang telah didapatkan dalam penelitian tersebut menjelaskan bahwa koefisien tenure pendek bersifat signifikan dan secara statistik bersifat positif selama 4 tahun dalam kurun waktu 6 tahun penelitian. Penelitian lainnya yang telah dilakukan,


(39)

26

Habib dan Bhuiyan (2011), menghasilkan bukti bahwa tenure audit yang lebih pendek menghasilkan audit report lag (ARL) yang lebih panjang.

Berdasarkan penelitian terdahulu mengenai pengaruh tenure audit terhadap audit report lag (ARL) menghasilkan perbedaan hasil penelitian. Menurut Lee et al. (2009) mengargumentasikan bahwa variabel tenure audit yang lebih panjang akan semakin meningkatkan efisiensi audit. Penelitian ini mengindikasikan bahwa hubungan tenure audit dan audit report lag memiliki hubungan secara negatif. Semakin panjang tenure audit mengakibatkan auditor akan semakin banyak memiliki pengalaman dan pengetahuan mengenai karakteristik klien serta operasional bisnis kliennya. Hal ini akan menciptakan efisiensi yang semakin meningkat sehingga waktu yang dibutuhkan dalam penyelesaian audit atas laporan keuangan akan semakin lebih cepat diselesaikan dengan kata lain audit report lag (ARL) semakin pendek.

Perusahaan yang memiliki ukuran yang besar dan memiliki tingkat tenure audit yang panjang mampu mempercepat proses audit laporan keuangan perusahaan. Hal ini merupakan berita baik (good news) sehingga perusahaan dengan kondisi ini cenderung tepat waktu dalam penyampaian laporan keuangannya. Sebaliknya jika perusahaan tersebut kecil dan memiliki tingkat tenure audit yang pendek maka proses audit laporan keuangannya akan terhambat dan menghambat pula proses penyampaian laporan keuangan. Berdasarkan hal tersebut , maka hipotesis yang didapat adalah:


(1)

21 3) Perusahaan kecil

Perusahaan kecil merupakan perusahaan yang memiliki aset kurang dari 2 miliar dan biasanya belum terdaftar di pasar modal.

Penelitian ini menggunakan total aset untuk mengukur besar kecilnya perusahaan. Total aset yang dimaksud adalah jumlah aset yang dimiliki perusahaan yang tercantum pada laporan keuangan pada akhir periode yang telah diaudit (Widosari, 2012). Menurut Modugu et al. (2012) total aset mencerminkan seberapa besar aktiva yang dimiliki oleh suatu perusahaan serta mencerminkan ukuran dari perusahaan. Total aset dipilih karena penilaian ukuran perusahaan dengan total aset lebih stabil dibandingkan dengan market value dan total penjualan.

2.1.5 Tenure Audit

Tenure audit adalah Jangka waktu sebuah kantor akuntan publik melakukan perikatan terhadap kliennya dalam memberikan jasa audit laporan keuangan. Definisi lain tenure audit menurut Geiger dan Rughunandan (2002) adalah lamanya hubungan auditor dan klien yang diukur dengan jumlah tahun. Regulasi yang mengatur tenure audit berdasarkan pada Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 17/PMK.01/2008 yakni mengenai pembatasan masa pemberian jasa oleh Akuntan Publik dan KAP. Hal ini sesuai dengan yang tertera pada pasal 3 ayat 1 yang menyatakan bhwa pemberian jasa audit umum atas laporan keuangan suatu entitas oleh KAP tertentu adalah selama 6 (enam) tahun


(2)

22

buku berturut-turut, serta 3 (tiga) tahun berturut-turut oleh seorang Akuntan Publik.

Penelitian mengenai tenure audit dalam berbagai proksi telah banyak dilakukan, diantaranya adalah penelitian Geiger dan Raghunandan (2002) mengenai, hubungan antara tenure audit terhadap kegagalan audit. Hasil dari penelitian tersebut membuktikan bahwa kegagalan audit lebih tinggi pada tahun awal masa audit. Penelitian lainnya yang telah dilakukan oleh Carcello dan Nagy (2004), yang menghasilkan temuan bahwa potensi penyimpangan pelaporan keuangan lebih besar terjadi pada tenure kantor akuntan publik (KAP) yang relatif pendek, yaitu kurang dari 3 tahun.

Penelitian sebelumnya yang telah dilakukan di Indonesia, salah satunya adalah penelitian yang dilakukan oleh penelitian Giri (2010) mengenai pengaruh tenure KAP dan reputasi KAP terhadap kualitas laba yang diproksikan dengan akrual lancar (current accrual). Penelitian khusus mengenai pengaruh tenure audit terhadap jangka waktu penyelesaian audit, atau audit report lag (ARL), sudah pernah dilakukan oleh beberapa peneliti namun jumlahnya tidak banyak yang meneliti mengenai topik ini. Berdasarkan referensi yang peneliti peroleh penelitian Aston (1987), merupakan peneliti perintis mengenai pengaruh tenure audit terhadap audit report lag (ARL). Dalam penelitian Lee et al. (2011) kemudian menguji kembali penelitian Aston et al. (2011), mengenai pengaruh tenure audit terhadap audit report lag (ARL), pada perusahaan yang menajadi klien KAP di Amerika Serikat dengan menambahkan lingkup penelitian yang lebih luas, dari tahun 2000 hingga 2005. Dalam penelitian tersebut menemukan


(3)

23

bahwa tenure audit yang panjang terkait dengan efisiensi audit yang lebih tinggi, yang berupa ARL yang lebih pendek.

Dalam penelitian ini hubungan tenure audit pada audit report lag memiliki hubungan yang negatif. Hal ini dikarenakan auditor pada masa awal melakukan perikatan audit dengan klien yang baru memiliki pemahaman dan pengetahuan yang rendah dan membutuhkan waktu untuk beradaptasi terhadap perusahaan baru yang diauditnya. Hal ini mengakibatkan resiko dan kesulitan yang dihadapi auditor lebih besar sehingga jangka waktu penyelesaian audit jauh lebih lama atau audit report lag (ARL) semakin panjang.

2.2 Hipotesis Penelitian

2.2.1 Pengaruh Ukuran Perusahaan pada Audit Report Lag

Ukuran perusahaan merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap audit report lag. Semakin besar perusahaan, maka semakin banyak pula informasi yang terkandung di dalamnya. Manajemen harus mengolah informasi tersebut untuk dilaporkan kepada stakeholders sehingga perusahaan membutuhkan waktu lebih lama untuk menyerahkan laporan keuangannya ke auditor. Selain itu, semakin besar perusahaan, auditor cenderung mengambil sampel semakin banyak serta melakukan prosedur audit yang lebih luas. Akibatnya, audit report lag cenderung lebih lama apabila ukuran perusahaan semakin besar (Almilia dan Setiady, 2006). Hanipah (2001) menemukan bahwa waktu penyelesaian audit cenderung panjang apabila ukuran perusahaan besar.


(4)

24

Ukuran perusahaan merupakan nilai yang menunjukan besar kecilnya perusahaan. Hasil penelitian yang dilakukan Subekti dan Widiyanti (2004), membuktikan bahwa total aset memiliki pengaruh yang besar terhadap audit report lag. Perusahaan dengan ukuran besar cenderung lebih cepat dalam menyelesaikan proses auditnya. Hal tersebut dikarenakan adanya internal control yang baik dan mendorong auditornya menyelesaikan proses audit secara tepat waktu. Semakin besar perusahaan maka perusahaan akan memiliki pengendalian internal yang semakin baik sehingga dapat mengurangi tingkat kesalahan dalam penyajian laporan keuangan.

Perusahaan dengan sistem pengendalian internal yang telah berjalan secara efektif dapat mengurangi tingkat kesalahan dalam penyajian laporan keuangan, sehingga bukti audit yang diperoleh akan lebih dapat dipercaya daripada jika pengendalian internalnya lemah (Tedja, 2011). Menurut Modugu et al (2012) perusahaan besar dikatakan mampu menyelesaikan auditnya lebih cepat dari perusahaan kecil karena perusahaan besar memiliki pengendalian internal yang lebih baik. Pengendalian internal yang efektif dapat mengurangi salah saji dalam laporan keuangan (Elder, 2013:273). Hal ini akan menyebabkan auditor tidak perlu mencari bukti audit yang lebih banyak maupun membuat penyesuaian untuk memperbaiki kesalahan penyajian dalam laporan keuangan (Prabandari dan Rustiana, 2007).

Penelitian Dyer dan McHugh (1975), Almosa dan Alabbas (2007), menyatakan bahwa perusahaan besar memiliki insentif yang lebih besar untuk mengurangi audit report lag maupun penundaan pelaporan karena diawasi secara


(5)

25

ketat oleh investor, serikat buruh, dan regulator, akibatnya audit report lag pada perusahaan besar akan cenderung lebih pendek selain itu perusahaan besar cenderung lebih mampu dalam membayar audit fee lebih tinggi kepada auditor. Penelitian yang dilakukan oleh Ponte et al (2008), Al Ajmi (2008), Nasution (2013), dan Lestari (2014) juga memperoleh hasil bahwa ukuran perusahan berpengaruh negatif terhadap audit report lag perusahaan. Berdasarkan hal tersebut, maka hipotesis yang didapat adalah :

H1: Ukuran perusahaan berpengaruh negatif pada audit report lag

2.2.2 Kemampuan Tenure Audit Memoderasi Pengaruh Ukuran Perusahaan pada Audit Report Lag

Berdasarkan hasil penelitian Lee et al. (2009), tenure audit KAP berpengaruh signifikan terhadap audit report lag (ARL). Penelitian menurut Lee et al. (2009) variabel tenure audit dibagi menjadi 2 kategori yaitu pertama, tenure pendek adalah apabila tenure auditor selama kurang dari atau sama dengan 9 tahun. Hasil statistik deskriptif bahwa rata-rata audit report lag (ARL) adalah selama 59.36 hari sedangkan rata-rata tenure auditor perusahaan selama 10 tahun. Hasil uji hipotesis menunjukan tenure audit dan pelayanan non audit memiliki hubungan negatif pada audit report lag (ARL). Berdasarkan bukti empiris yang telah didapatkan dalam penelitian tersebut menjelaskan bahwa koefisien tenure pendek bersifat signifikan dan secara statistik bersifat positif selama 4 tahun dalam kurun waktu 6 tahun penelitian. Penelitian lainnya yang telah dilakukan,


(6)

26

Habib dan Bhuiyan (2011), menghasilkan bukti bahwa tenure audit yang lebih pendek menghasilkan audit report lag (ARL) yang lebih panjang.

Berdasarkan penelitian terdahulu mengenai pengaruh tenure audit terhadap audit report lag (ARL) menghasilkan perbedaan hasil penelitian. Menurut Lee et al. (2009) mengargumentasikan bahwa variabel tenure audit yang lebih panjang akan semakin meningkatkan efisiensi audit. Penelitian ini mengindikasikan bahwa hubungan tenure audit dan audit report lag memiliki hubungan secara negatif. Semakin panjang tenure audit mengakibatkan auditor akan semakin banyak memiliki pengalaman dan pengetahuan mengenai karakteristik klien serta operasional bisnis kliennya. Hal ini akan menciptakan efisiensi yang semakin meningkat sehingga waktu yang dibutuhkan dalam penyelesaian audit atas laporan keuangan akan semakin lebih cepat diselesaikan dengan kata lain audit report lag (ARL) semakin pendek.

Perusahaan yang memiliki ukuran yang besar dan memiliki tingkat tenure audit yang panjang mampu mempercepat proses audit laporan keuangan perusahaan. Hal ini merupakan berita baik (good news) sehingga perusahaan dengan kondisi ini cenderung tepat waktu dalam penyampaian laporan keuangannya. Sebaliknya jika perusahaan tersebut kecil dan memiliki tingkat tenure audit yang pendek maka proses audit laporan keuangannya akan terhambat dan menghambat pula proses penyampaian laporan keuangan. Berdasarkan hal tersebut , maka hipotesis yang didapat adalah:


Dokumen yang terkait

Pengaruh Pengadopsian Isa, Ukuran Klien Audit, Kompleksitas Audit, Risiko Litigasi, Profitabilitas Klien, Dan Jenis Kap Terhadap Professional Fee

14 82 125

Pengaruh Audit Tenure, Audit Switching, Audit Capacity Stress, Ukuran Perusahaan, dan Independensi Komite Audit Terhadap Kualitas Audit (Studi Empiris Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di BEI Tahun 2009 – 2013)

27 175 83

Analisis Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Jenis Opini Audit dan Kualitas Audit terhadap Audit Report Lag Pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2009 – 2012

0 58 70

Pengaruh Profitabilita, Ukuran Perusahaan, Dan Audit Tenure Terhadap Audit Report Lag Dengan Spesialisasi Industri Auditor Eksternal Sebagai Variabel Moderating

11 41 103

Komite Audit sebagai Pemoderasi Pengaruh Reputasi Auditor dan Tenure Audit Terhadap Audit Report lag.

2 4 42

Profitabilitas Sebagai Pemoderasi, Pengaruh Ukuran Perusahaan Pada Audit Report Lag.

0 0 39

Likuiditas Sebagai Pemoderasi Pengaruh Ukuran Perusahaan Pada Audit Report Lag.

1 5 42

Pengaruh Profitabilita, Ukuran Perusahaan, Dan Audit Tenure Terhadap Audit Report Lag Dengan Spesialisasi Industri Auditor Eksternal Sebagai Variabel Moderating

0 0 11

Pengaruh Profitabilita, Ukuran Perusahaan, Dan Audit Tenure Terhadap Audit Report Lag Dengan Spesialisasi Industri Auditor Eksternal Sebagai Variabel Moderating

0 0 2

Pengaruh Profitabilita, Ukuran Perusahaan, Dan Audit Tenure Terhadap Audit Report Lag Dengan Spesialisasi Industri Auditor Eksternal Sebagai Variabel Moderating

0 0 9