Pengaruh Pengadopsian Isa, Ukuran Klien Audit, Kompleksitas Audit, Risiko Litigasi, Profitabilitas Klien, Dan Jenis Kap Terhadap Professional Fee
SKRIPSI
PENGARUH PENGADOPSIAN ISA, UKURAN KLIEN AUDIT, KOMPLEKSITAS AUDIT, RISIKO LITIGASI,
PROFITABILITAS KLIEN, DAN JENIS KAP TERHADAP PROFESSIONALFEE
OLEH
Nova Kharlinda 110503077
PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2015
(2)
i LEMBAR PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan
sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul “Pengaruh Pengadopsian ISA,
Ukuran Klien Audit, Kompleksitas Audit, Risiko Litigasi, Profitabilitas klien, dan
Jenis KAP Terhadap Professional Fee. Adalah benar hasil karya tulis saya sendiri
yang disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan beban akademik pada
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
Bagian atau data tertentu yang saya kutip dari hasil karya orang lain telah
mendapat izin, dan/atau dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma,
kaidah dan etika penulisan ilmiah.
Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam
skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan praturan yang berlaku.
Medan, 27 April 2015
NIM 110503077 Nova Kharlinda
(3)
ii ABSTRAK
PENGARUH PENGADOPSIAN ISA, UKURAN KLIEN AUDIT, KOMPLEKSITAS AUDIT, RISIKO LITIGASI,
PROFITABILITAS KLIEN, DAN JENIS KAP TERHADAP PROFESSIONALFEE
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Pengadopsian ISA, Ukuran Klien Audit, Kompleksitas Audit, Risiko Litigasi, Profitabilitas Klien dan Jenis KAP terhadap Professional Fee pada perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode 2012-2013. Variabel yang digunakam dalalm penelitian ini adalah Pengadopsian ISA, Ukuran Klien Audit, Kompleksitas Audit, Risiko Litigasi, Profitabilitas Klien dan Jenis KAP sebagai variabel independen dan Professional Fee sebagai Variabel dependen.
Penelitian ini dilakukan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini dilakukan pada 48 perusahaan yang memenuhi kriteria pengambilan sampel dari 134 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Data penelitian adalah data sekunder berupa laporan keuangan 48 perusahaan yang diterbitkan di Bursa Efek Indonesia.
Penelitian menganalisis hubungan antara Pengadopsian ISA, Ukuran Klien Audit, Kompleksitas Audit, Risiko Litigasi, Profitabilitas Klien dan Jenis KAP dengan Professional Fee. Metode statistik yang digunakan adalah regresi linear berganda dengan melakukan uji asumsi klasik terlebih dahulu.
Hasil penelitian menunjukkan secara simultan keenam variabel independen mempunyai pengaruh signifikan terhadap Professional Fee sementara secara parsial Ukuran Klien Audit, Risiko Litigasi, Profitabilitas klien dan jenis KAP mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap Professional Fee. Dan Pengadopsian ISA dan Komplekitas audit tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Professional Fee.
Kata Kunci: Pengadopsian ISA, Ukuran Klien Audit, Kompleksitas Audit, Risiko Litigasi, Profitabilitas Klien, Jenis KAP, dan Professional Fee.
(4)
iii ABSTRACT
THE EFFECT BETWEEN ADOPTION OF ISA, CLIENT SIZE, AUDIT COMPLEXITY, LITIGATION RISK, PROFITABILITY,
AND CHARACTERISTIC OF AUDITOR, TO THE PROFESSIONAL FEE
The objective of this research is to know the influence between adaption of ISA, Client size, Audit complexity, Litigation Risk, Profitability, and characteristic of Auditor to Professional Fee in Manufacturing companies that listed in BEI in 2012 up to 2013. Variable that used in this research are adaption of ISA, Client size, Audit complexity, Litigation Risk, Profitability, and characteristic of Auditor as independent variable and Professional Fee as dependent Variable.
This research is in manufacturing company that listed in BEI. This reserach is done on 48 companies that proper over the crietrias of sampling taking from 134manufacturing company that listed in BEI. The data of this reserach is secunder data like financial statement from the 48th manufacturing company listed in BEI.
This reserach has analized the influence between adaption of ISA, Client size, Audit complexity, Litigation Risk, Profitability, and characteristic of Auditor to Professional Fee in Manufacturing companies that listed in BEI in 2012 up to 2013. The research used the linear regression with assumption test first.
The result of this reserach shows that as partial variable client size, litigation risk, profitability, and characteristic of auditor has significant and positive influence to Professional fee. Adoption of ISA and Audit Complexity has not significant influence to Professional fee. And as simultaneous all of the independent variable has significant influence to Professional Fee to the manufacturing companies listed in BEI.
Keywords : Adaption of ISA, Client size, Audit complexity, Litigation Risk, Profitability, characteristic of Auditor and Professional Fee
(5)
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT, dimana berkat
limpahan rahmat dan karunia-Nya maka skripsi yang berjudul “PENGARUH PENGADOPSIAN ISA, UKURAN KLIEN AUDIT, KOMPLEKSITAS AUDIT, RISIKO LITIGASI, PROFITABILITAS KLIEN, DAN JENIS KAP TERHADAP PROFESSIONAL FEE” ini dapat terselesaikan dengan baik. Tidak lupa pula sholawat berangkaikan salam penulis ucapkan kepada junjungan
kita Nabi Besar Muhammad SAW, keluarga, serta para sahabat yang
insyaALLAH akan memberikan syafa’atnya di yaumil akhir kelak, Amin ya
Rabbal’alamin. Penulis sangat bersyukur atas penyelesaian skripsi ini, dimana
skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memenuhi penyelesaian pendidikan
Program Strata Satu (S1) pada Program Sarjana di Fakultas Ekonomi dan Bisnis
di Universitas Sumatera Utara.
Selama penyusunan skripsi ini, penulis mengucapkan rasa terima kasih
yang luar biasa kepada pihak-pihak yang telah membantu dan memberikan doa
serta dukungan agar skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Pihak-Pihak
tersebut diantaranya adalah:
1. Terima Kasih kepada Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec.Ac, Ak, CA
selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
2. Terima Kasih kepada Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS,
(6)
v M.M., Ak., selaku Sekretaris Departemen S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
3. Terima Kasih kepada Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak., selaku Ketua
Program Studi S1 Akuntansi dan Ibu Mutia Ismail, M.M., Ak., selaku
Sekretaris Program Studi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Sumatera Utara.
4. Terima Kasih kepada Bapak Drs. Syamsul Bahri TRB, M.M, Ak, selaku
Dosen Pembimbing,atas bimbingan dan arahan Bapak dalam proses
penyelesaian skripsi ini. Bapak Drs. Hotmal Ja’far, M.M, Ak, selaku
Dosen Penguji dan Bapak Drs. Hasan Sakti Siregar, M.Si, Ak, selaku
Dosen Pembanding,atas segala saran dan masukan yang telah diberikan
selama ini.
5. Terima kasih saya ucapkan kepada kedua orang tua saya, Rizal Rusli dan
Milfa Adriani yang senantiasa memberikan doa, dukungan dan bimbingan
untuk setiap langkah saya. Dan kepada adik saya Devi Syafira yang selalu
menjadi sahabat dan juga teman berbagi. Serta kepada keluarga besar saya
yang selalu memberikan doa dan dukungan.
6. Terima kasih kepada teman-teman yang senantiasa memberikan semangat
dan dukungan di dalampengerjaan skripsi ini, diantaranya adalah Yunita
Deby Chintya, Maziah, Mahzura, Windy Octari, Mariana, Siti Uly
Mawaddahdan semua teman-teman seperjuangan S1 akuntansi FEB USU
Stambuk 2011, semoga kita senantiasa diberikan kebaikan dan kesuksesan
(7)
vi 7. Terima kasih saya ucapkan kepada Deby Magdalena, Debby Laviani,
Chenny Anggada, Jannifer, Yanti dan semua teman seperjuangan dari
masa SD sampai SMA di Yayasan Perguruan Tri Ratna Sibolga.
8. Terima kasih banyak kepada setiap orang baik itu sahabat, teman, rekan,
dan setiap pihak yang saya kenal dengan baik dan tidak dapat saya
sebutkan namanya satu-persatu. Terima kasih banyak untuk semuanya,
saya bersyukur telah dipertemukan dengan kalian semua.
Saya berharap skripsi ini dapat berguna bagi semua pihak. Saya juga
berharap semoga skripsi ini dapat menjadi bahan referensi bagi penelitian
selanjutnya dan dapat menambah ilmu bagi yang membaca. Akhir kata, saya
ucapkan terima kasih banyak dan mohon maaf yang sebesar-besarnya untuk setiap
kesalahan dan kekhilafan.
Medan, 27 April 2015
(8)
vii DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERNYATAAN ... i
ABSTRAK ... ii
ABSTRACT ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... x
DAFATAR GAMBAR ... xi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 8
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 9
1.3.1 Tujuan Penelitian ... 9
1.3.2 Manfaat Penelitian ... 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori dan Penelitian terdahulu ... 12
2.1.1 Teori Agensi ... 12
2.1.2 Teori Deep Pocket ... 16
2.1.3 Teori Legitimasi ... 17
2.1.4 Professional Fee ... 18
2.1.5 Audit Fee (Biaya Audit) ... 18
2.1.6 International Standards on Audit (ISA) ... 19
2.1.7 Ukuran Klien Audit ... 22
2.1.8 Kompleksitas Audit ... 23
2.1.9 Risiko Litigasi ... 24
2.1.10 Litigasi Auditor ... 25
2.1.11 Profitabilitas Klien ... 29
2.1.12 Akuntan, Akuntan Publik dan Kantor Akuntan Publik ... 29
2.1.13 Penelitian Terdahulu ... 32
2.2 Kerangka Konseptual ... 36
2.3 Hipotesis ... 37
2.3.1 Pengadopsian ISA dan Professional Fee ... 37
2.3.2 Ukuran Klien Audit dan Professional Fee ... 38
(9)
viii
2.3.4 Riiko Litigasi dan Professional Fee ... 40
2.3.5 Profitabilitas Klien dan Professional Fee ... 41
2.3.6 Jenis KAP dan Professional Fee ... 41
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 43
3.2 Batasan Penelitian ... 43
3.3 Tempat dan Waktu Penelitian ... 44
3.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 44
3.4.1 Variabel Dependen ... 44
3.4.2 Variabel Independen ... 45
3.4.2.1 Pengadopsian ISA ... 45
3.4.2.2 Ukuran Klien Audit ... 46
3.4.2.3 Kompleksitas Audit ... 46
3.4.2.4 Risiko Litigasi ... 47
3.4.2.5 Profitabilitas klien ... 48
3.4.2.6 Ukuran KAP ... 48
3.5 Populasi dan Sampel Penelitian ... 50
3.6 Jenis data dan Sumber Data ... 51
3.7 Metode Pengumpulan Data ... 52
3.8 Teknik analisis ... 52
3.8.1 Statistik Deskriptif ... 52
3.8.2 Uji Asumsi Klasik ... 52
3.8.2.1 Uji Normalitas Data ... 53
3.8.2.2 Uji Multikolonieritas ... 54
3.8.2.3 Uji Hederoskedastisitas ... 55
3.8.2.4 Uji Autokorelasi ... 56
3.9 Pengujian Hipoteis ... 56
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Data Penelitian ... 60
4.2 Data Deskriptif ... 62
4.3 Pengujian Asumsi Klasik ... 63
4.3.1 Uji Normalitas ... 63
4.3.2 Uji Multikolinieritas ... 67
4.3.3 Uji Heteroskedastisitas ... 68
4.3.4 Uji Autokorelasi ... 69
4.4 Analisis Regresi Berganda ... 71
4.5 Uji Hipotesis ... 73
(10)
ix
4.5.2 Uji F ... 75
4.5.3 Uji t ... 76
4.6 Pembahasan Hasil Penelitian ... 80
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 82
5.2 Saran ... 83
DAFTAR PUSTAKA ... 84
(11)
x DAFTAR TABEL
No. Tabel Judul Halaman
2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu ... 33
3.1 Operasional Variabel ... 49
3.2 Autokorelasi ... 56
4.1 Daftar Sampel Pnelitian ... 60
4.2 Statistik Deskriptif ... 62
4.3 Uji Kolmogrov-Smirnov... 66
4.4 Uji Multikolinieritas ... 67
4.5 Uji Autokorelasi ... 70
4.6 Uji Analisis Regresi Linier Berganda ... 71
4.7 Uji Koefisien Determinasi ... 74
4.8 Uji Signifikansi Simultan ( Uji – F ) ... 75
(12)
xi DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Judul Halaman
2.1 Kerangka Pemikiran ... 36
4.1 Histogram Variabel Dependen ... 64
4.2 Normal P-plot of Regression Standarized Residual ... 65
(13)
ii ABSTRAK
PENGARUH PENGADOPSIAN ISA, UKURAN KLIEN AUDIT, KOMPLEKSITAS AUDIT, RISIKO LITIGASI,
PROFITABILITAS KLIEN, DAN JENIS KAP TERHADAP PROFESSIONALFEE
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Pengadopsian ISA, Ukuran Klien Audit, Kompleksitas Audit, Risiko Litigasi, Profitabilitas Klien dan Jenis KAP terhadap Professional Fee pada perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode 2012-2013. Variabel yang digunakam dalalm penelitian ini adalah Pengadopsian ISA, Ukuran Klien Audit, Kompleksitas Audit, Risiko Litigasi, Profitabilitas Klien dan Jenis KAP sebagai variabel independen dan Professional Fee sebagai Variabel dependen.
Penelitian ini dilakukan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini dilakukan pada 48 perusahaan yang memenuhi kriteria pengambilan sampel dari 134 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Data penelitian adalah data sekunder berupa laporan keuangan 48 perusahaan yang diterbitkan di Bursa Efek Indonesia.
Penelitian menganalisis hubungan antara Pengadopsian ISA, Ukuran Klien Audit, Kompleksitas Audit, Risiko Litigasi, Profitabilitas Klien dan Jenis KAP dengan Professional Fee. Metode statistik yang digunakan adalah regresi linear berganda dengan melakukan uji asumsi klasik terlebih dahulu.
Hasil penelitian menunjukkan secara simultan keenam variabel independen mempunyai pengaruh signifikan terhadap Professional Fee sementara secara parsial Ukuran Klien Audit, Risiko Litigasi, Profitabilitas klien dan jenis KAP mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap Professional Fee. Dan Pengadopsian ISA dan Komplekitas audit tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Professional Fee.
Kata Kunci: Pengadopsian ISA, Ukuran Klien Audit, Kompleksitas Audit, Risiko Litigasi, Profitabilitas Klien, Jenis KAP, dan Professional Fee.
(14)
iii ABSTRACT
THE EFFECT BETWEEN ADOPTION OF ISA, CLIENT SIZE, AUDIT COMPLEXITY, LITIGATION RISK, PROFITABILITY,
AND CHARACTERISTIC OF AUDITOR, TO THE PROFESSIONAL FEE
The objective of this research is to know the influence between adaption of ISA, Client size, Audit complexity, Litigation Risk, Profitability, and characteristic of Auditor to Professional Fee in Manufacturing companies that listed in BEI in 2012 up to 2013. Variable that used in this research are adaption of ISA, Client size, Audit complexity, Litigation Risk, Profitability, and characteristic of Auditor as independent variable and Professional Fee as dependent Variable.
This research is in manufacturing company that listed in BEI. This reserach is done on 48 companies that proper over the crietrias of sampling taking from 134manufacturing company that listed in BEI. The data of this reserach is secunder data like financial statement from the 48th manufacturing company listed in BEI.
This reserach has analized the influence between adaption of ISA, Client size, Audit complexity, Litigation Risk, Profitability, and characteristic of Auditor to Professional Fee in Manufacturing companies that listed in BEI in 2012 up to 2013. The research used the linear regression with assumption test first.
The result of this reserach shows that as partial variable client size, litigation risk, profitability, and characteristic of auditor has significant and positive influence to Professional fee. Adoption of ISA and Audit Complexity has not significant influence to Professional fee. And as simultaneous all of the independent variable has significant influence to Professional Fee to the manufacturing companies listed in BEI.
Keywords : Adaption of ISA, Client size, Audit complexity, Litigation Risk, Profitability, characteristic of Auditor and Professional Fee
(15)
1 BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Dewasa ini, perkembangan perusahaan-perusahaan Go public dan Non Go
Public di Indonesia dapat dikatakan mengalami kemajuan yang pesat. Setiap
perusahaan tentunya tidak dapat dipisahkan dari laporan keuangan. Laporan
keuangan merupakan gambaran mengenai kondisi suatu perusahaan secara
matematis. Pada perusahaan yang telah Go Public, tentunya diwajibkan untuk
mengungkapkan laporan keuangan mereka ke publik. Sebagaimana yang telah
diatur oleh BAPEPAM-LK melalui peraturan nomor Kep-36/Kep/PM/2003
laporan keuangan yang harus disampaikan adalah laporan keuangan yang telah
diaudit terlebih dahulu. Oleh karena itu, Jasa audit sangat diperlukan dalam
pengungkapan laporan keuangan oleh perusahaan yang telah Go Public.
Jasa Audit tidak hanya dibutuhkan pada perusahaan yang telah Go Public
saja. Selain pada perusahaan yang telah Go Public, Jasa seorang auditor juga
dibutuhkan dalam perusahaan Non Go Public. Sesuai peraturan Bank Indonesia,
No. 8/20/PBI/2006 Pasal 4 (2.1) tentang transparansi kondisi keuangan BPR, yang
menyatakan bahwa bagi BPR yang memiliki total asset sepuluh miliar rupiah atau
lebih dari itu maka, laporan keuangan yang disampaikan dalam laporan tahunan
wajiblah yang telah diaudit oleh akuntan publik terlebih dahulu. Selain itu, pada
UU Perseroan Terbatas No, 40 tahun 2007 pasal 68 ayat 1.e juga mewajibkan
(16)
2 perseroan tersebut memiliki jumlah asset atau total peredaran usaha dengan nilai
lima puluh miliar rupiah atau lebih.
Kewajiban perusahaan untuk mengungkapakan laporan keuangan yang
telah di audit terlebih dahulu ke publik, tentunya membuat peran akuntan publik
dalam memberikan jasa audit dalam pegungkapan laporan keuangan sangatlah
besar. Pertanggungjawaban seorang auditor tidaklah hanya terhadap perusahaan
yang menggunakan jasanya, namun juga terhadap masyarakat luas. Oleh karena
itu, seorang akuntan publik dituntut untuk objektif dan profesional dalam
memberikan jasanya.
Penggunaan jasa akuntan Publik oleh perusahaan tentunya menimbulkan
adanya biaya, yang mana biaya ini digunakan untuk membayar jasa audit yang
telah dilakukan oleh akuntan publik. Biaya ini dikenal dengan sebutan Audit
Fee(Biaya Audit). Di Indonesia, Besarnya biaya audit yang dibayarkan
perusahaan pada akuntan publik yang melakukan jasa audit masih bersifat
Voluntary Disclosure. Karena sifat Audit Fee yang masih Voluntary Disclosure
tersebut , tidak semua perusahaan mencantumkan besar Biaya yang mereka
bayarkan. Walaupun demikian, besarnya Audit Fee dapat dilihat dari besarnya
Professional Fee yang terdapat di laporan kauangan.
Professional Fee dapat dinyatakan sebagai imbal jasa yang diberikan
kepada tenaga ahli atau suatu profesi untuk jasa yang telah dilakukannya. Di
dalam laporan keuangan besar Professional Fee terdiri dari berbagai pembayaran
(17)
3 Misalnya saja Jasa Akuntan Publik, Pengacara, Notaris dan berbagai jasa
profesional lainnya yang digunakan oleh perushaan. Jadi, dapat dikataan
pembayaran jasa audit yang dilakukan oleh akuntan publik merupakan salah satu
aspek yang termasuk di dalam Professional Fee yang terdapat di dalam laporan
keuangan.
Besarnya Audit fee tentunya menjadi objek yang menarik untuk
diperhatikan. Dengan semakin banyaknya pihak yang bersinggungan langsung
dengan akuntan publik dan pengauditan, maka faktor-faktor yang mempengaruhi
besarnya audit fee juga semakin menarik untuk diperhatikan. Dengan mengatahui
apa saja yang mempengaruhi penentuan besarnya audit fee, maka akan lebih
mudah bagi pihak akuntan publik maupun pihak perusahaan yang menggunakan
jasa akuntan publik dalam pengauditan untuk menentukan besar audit fee yang
sesuai dan wajar bagi imbal jasa profesional yang dilakukan oleh akuntan publik.
Dikarenakan kebutuhan akan jasa audit oleh akuntan publik semakin besar
dan juga seiring dengan itu tanggung jawab yang di limpahkan pada akuntan
publik juga semakin besar, maka tentunya juga akan mempengaruhi besarnya
audit fee. Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) telah menerbitkan Surat
Keputusan No.KEP.024/IAPI/VII/2008. Surat Keputusan ini diterbitkan pada
tanggal 2 Juli 2008 yang mana Surat Keputusan ini berisi tentang Kebijakan
Penentuan besar Audit fee (Biaya audit). Pada Surat Keputusan tersebut dalam
bagian lampiran 1 Disebutkan bahwa panduan tersebut dikeluarkan sebagai
(18)
4 menjalankan praktik sebagai akuntan publik dalam menentukan besar imbalan
yang sesuai dan wajar atas jasa profesional yang diberikan oleh akuntan publik.
Penelitian ini mengacu kepada jurnal Determinants of audit fee: Evidence
from emerging Economy oleh Youseff dan Kamal. Penelitian ini meneliti
faktor-faktor yang mempengaruhi besar biaya audit (audit fee) pada perusahaan yang
tercatat Abu Dhabi Stock Exchange (ADX) . Dimana data yang digunakan adalah
laporan keuangan tahun 2011 dari perusahaan-perusahaan yang tercatat di Abu
Dhabi Stock Exchange. Pada jurnal Determinants of audit fee : Evidence from
emerging economy tersebut terdapat 8 faktor yang dijadikan variabel independen.
Faktor-faktor tersebut antara lain adalah Ukuran Klien, profitabilitas klien,
corporate risk, kompleksitas, jenis industri, status KAP, Audit report lag, dan
audit committee independence. Adapun hasil dari penelitian tersebut adalah
Ukuran perusahaan, Profitabilitas klien, Risiko perusahaan, Kompleksitas klien,
jenis KAP, dan audit report lag berpengaruh positif terhadap besar audit fee.
Sementara itu, Tipe Industri dan Audit Committee Indpendent tidak berpengaruh
positif terhadap besarnya Audit Fee.
Selain dari pada jurnal Determinants of audit fee : Evidence from
emerging economy, penelitian ini juga didasari oleh jurnal berjudul The pricing of
audit fee services : Evidence From Romania oleh Bolyai dan Losivan (2008).
yang menjadi objek penelitian pada jurnal tersebut adalah perusahaan yang
terdapat di Romania. Pada Jurnal The pricing of audit fee services : Evidence
From Romania tersebut, terdapat tiga faktor yang dijadikan sebagai variabel pada
(19)
5 dan jenis KAP (Kantor akuntan Publik). Hasil dari penelitian ini menyatakan
bahwa ukuran klien, kompleksitas audit dan jenis KAP berpengaruh positif
terhadap besarnya audit Fee.
Dalam jurnal yang berjudul Determinants of Audit Fees : Evidence From
Lebannon oleh El-Gammal, Ukuran Klien, kompleksitas audit, Risiko audit,
Profitabilitas, Ukuran KAP, Reputasi Auditor, dan Kompetisi auditor dijadikan
sebagai faktor dalam penentuan bsarnya Audit Fee. Sementara itu, dalam Jurnal
yang berjudul Determinants of Audit Fees in Bahrain oleh Amba dan Al- Hajeri
(2013), yang dijadikan sebagai faktor penentu audit Fee adalah Jumlah transaksi,
Jumlah anak perusahaan, Jumlah Account Receivable, dan Inventory to the asset,
sistem teknologi Informasi, dan Regulasi.
Di Indonesia, seperti yang telah disebutkan sebelumnya besar Audit Fee
masih bersifat Voluntary Disclosure. Dalam laporan keuangan Audit Fee
tercermin dalam akun Professional Fee yang terdapat di dalam Catatan Atas
Laporan Keuangan . Pada dasarnya penelitian ini dilakukan untuk meneliti faktor
apa sajakah yang mempengaruhi besarnya Audit Fee. Namun, Karena
keterbatasan Informasi yang tersedia dalam laporan keuangan mengenai berapa
besar pastinya audit Fee, maka peneliti menggunakan Professional Fee sebagai
acuan untuk Penggambaran Audit Fee.
Dalam penelitian ini, peneliti mengambil beberapa faktor untuk diuji
kembali dari penelitian terdahulu dan juga peneliti menambahkan faktor yang
(20)
6
Fee. Faktor-faktor tersebut antara lain adalah : Pengadopsian ISA, Ukuran Klien
Audit, Kompleksitas Audit, Risiko Litigasi, Profitabilitas Klien, dan Jenis KAP.
Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) telah memutuskan untuk
mengadopsi secara penuh International Standards on Auditing (ISA) untuk
menggantikan Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP), yang dimulai pada
tanggal 1 Januari 2013. International Standards on Auditing (ISA) memiliki
perbedaan dengan Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP). Perbedaan utama
antara ISA dan SPAP adalah tekanan pada berpikir kritis (Tuanakotta.2013).
Secara umum ada 5 hal yang berbeda secara fundamental antara ISA dan SPAP
menurut Tuanakotta yaitu : Penekanan pada Audit Berbasis Risiko, Perubahan
dari Rules based ke Principle Based, Berpaling dari model matematis,
menekankan pada kearifan profesional (Proffesional judgement) dan terakhir
adalah melibatkan peran Those Charged With Governance (TCWG).
Pengadopsian ISA merupakan salah satu variabel tambahan dibandingkan
penelitian terdahulu. Pengadopsian ISA dipilih sebagai salah satu variabel
independen karena Pengadopsian ISA telah dilakukan oleh Indonesia dimulai dari
1 Januari tahun 2013. Dikarenakan adanya perubahan standar pengauditan di
Indonesia, maka peneliti ingin melihat apakah dengan adanya pengadopsian ISA
ini, terdapat pengaruh atau perubahan dalam penentuan besarnya audit fee yang
mana akan tercermin tercermin di dalam Professional Fee.
Ukuran Klien Audit, besar kecilnya perusahaan yang ditangani oleh
(21)
7 perusahaan tersebut. Semakin banyak anak perusahaan yang dimiliki oleh
perusahaan yang diaudit maka, semakin rumit bagi auditor. Hal ini disebabkan
karena harus dibuatnya laporan konsolidasi. Kompleksitas audit, tentunya apabila
klien yang ditangani oleh auditor memiliki tingkat kompleksitas yang tinggi,
maka auditor pastinya dituntut untuk memberikan perhatian dan usaha yang lebih
dibandingkan dengan klien yang tidak memiliki kompleksitas yang lebih rendah.
Perusahaan yang besar tentunya akan memiliki risiko litigasi yang besar
pula. Biasanya perusahaan yang besar dan memiliki risiko litigasi yang besar pula
lebih memilih KAP yang termasuk dalam jaringan Big Four. Bentuk Risiko
litigasi yang dihadapi oleh auditor adalah kesalahan dalam penyajian laporan
keuangan.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Joshi & Al-Bastaki (2000) dan juga
penelitian oleh Sandra & Patrick (1996), ditemukan bahwa profitabilitas
perusahaan berpengaruh positif terhadap besarnya biaya audit (audit fee).
Perusahaan yang memiliki profit yang tinggi akan menyajikan lebih banyak
informasi untuk diperiksa kembali oleh auditor. Biasanya untuk menilai
profitabilitas klien dapat dilihat dari net profit, net profit to sales, return on asset
(ROA), dan Return on equity (ROE).
Menurut Diacon (2002), jenis kantor akuntan publik juga berpengaruh
terhadap besarnya auditfee. Kantor Akuntan Publik (KAP) yang termasuk dalam
jajaran Big Fourakan lebih dipercaya oleh klien dan dituntut memiliki tingkat
(22)
8 jajaran Big Fourtelah memiliki citra sebagai auditor yang dipercaya dapat
menghasilkan tingkat kualitas audit yang melebihi dibandingkan dengan kantor
akuntan publik yang tidak termasuk dalam jajaran Big Four. Oleh karena tuntutan
yang tinggi dan ekspektasi klien yang tinggi pula, maka kantor akuntan publik
(KAP) yang masuk dalam jajaran big Four akan memiliki tingkat bayaran yang
lebih tinggi dibandingkan dengan kantor akuntan publik yang tidak masuk dalam
jajaran Big Four.
Dari uraian latar belakang yang telah dijelaskan, maka diambillah judul
sebagai berikut : PENGARUH PENGADOPSIAN ISA, UKURAN KLIEN
AUDIT, KOMPLEKSITAS AUDIT, RISIKO LITIGASI, PROFITABILITAS
KLIEN, DAN JENIS KAP TERHADAP PROFESSIONAL FEE.
1.2 Rumusan Masalah
Perkembangan perusahaan Go public di Indonesia dapat dikatakan
berkembang semakin pesat. Oleh karena itu, kebutuhan akan Jasa audit oleh
perusahaan-perusahaan tentunya semakin bertambah seiring dengan
perkembangan perusahaan Go Public di Indonesia. Penelitian ini dilakukan untuk
melihat faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi penentuan besarnya audit
fee, yang mana dikarenakan adanya keterbatasan dalam perolehan data Audit
Feemaka peneliti menggunakan data professional fee pada perusahaan manufaktur
(23)
9 Adapun rumusan masalah yang dapat ditarik dari latar belakang yang telah
diuraikan sebelumnya adalah sebagai berikut:
1. Apakah pengadopsian ISA (International Standards on Auditing),
Ukuran Klien Audit, Kompleksitaas audit, Risiko Litigasi,
Profitabilitas klien, dan Jenis KAP masing-masing memiliki
pengaruh secara parsial terhadap besarnya Professional Fee?
2. Apakah pengadopsian ISA (International Standards on Auditing),
Ukuran Klien Audit, Kompleksitaas audit, Risiko Litigasi,
Profitabilitas klien, dan Jenis KAP memiliki pengaruh secara
simultan terhadap besarnya Professional Fee?
1.3Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
Tujuan Penelitian ini adalah untuk menguji dan menganalisa secara
empiris :
1. Untuk mengetahui apakah pengadopsian ISA (International
Standards on Auditing), Ukuran Klien Audit, Kompleksitaas audit,
Risiko Litigasi, Profitabilitas klien, dan Jenis KAP masing-masing
memiliki pengaruh secara parsial terhadap besarnya Professional
(24)
10
2. Untuk mengetahui apakah pengadopsian ISA (International
Standards on Auditing), Ukuran Klien Audit, Kompleksitaas audit,
Risiko Litigasi, Profitabilitas klien, dan Jenis KAP secara simultan
memiliki pengaruh terhadap besarnya Professional Fee
1.3.2 Manfaat Penelitaian
Adapun Manfaat dari penelitian ini antara lain adalah:
1. Bagi perusahaan
Hasil Penelitian ini diharapkan mampu untuk meberikan kontribusi
terhadap manajemen perusahaan dalam memahami faktor-faktor
apa saja yang menjadi penentu besarnya fee audit yang mana
tercermin dalam Professional Fee. Sehingga, manajemen
perusahaan dapat memperhitungkan berapa besar fee audit yang
akan dibayarkan kepada auditor yang tidak merugikan pihak
perusahaan maupun auditor sendiri.
2. Bagi Auditor
Hasil penelitian ini diharapakan dapat membantu auditor sebagai
acuan penerimaan pembayaran audit yang dilakukan oleh auditor
dengan melihat faktor-faktor yang mempengaruhi penentuan audit
(25)
11 3. Bagi peneliti selanjutnya
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan dan sebagai
bahan pembanding antara penelitian-penelitian terdahulu yang juga
membahas mengenai biaya audit (audit fee) dan juga Professional
(26)
12 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori dan Penelitian Terdahulu
2.1.1 Teori Agensi
Teori agensi merupakan teori yang dikembangkan oleh Jensen dan W.
Meckling (1976). Teori agensi ini merupakan teori yang menjelaskan perbedaan
tujuan dan kepentingan antara pemilik perusahaan dan investor (principal) serta
manajemen perusahaan (agen). Teori agensi dilandasi oleh tiga asumsi dasar sifat
manusia. Adapun tiga asumsi dasar sifat manusia yang dimaksud yaitu pertama,
sifat manusia yang pada umumnya lebih mementingkan diri sendiri (self interest);
kedua, sifat manusia yang memiliki daya piker terbatas mengenai persepsi masa
mendatang (bounded rationality); dan yang terakhir adalah sifat manusia yang
lebih memilih untuk menghindari risiko (risk averse) (Eisenhardrt, 1989).
Teori keagenan ini digunakan untuk menyelesaikan dua masalah
(Eisenhardt,1989) yaitu pertama, masalah keagenan yang timbul pada saat (a)
keinginan-keinginan atau tujuan dari principal dan agen betentangan dan (b)
merupakan suatu hak yang sulit atau mahal bagi principal untuk melakukan
verifikasi tentang apa yang benar-benar dilakukan oleh agen. Masalah kedua
adalah masalah pembagian risiko yang timbul pada saat principal dan agen
mungkin memiliki preferensi tindakan yang berbeda yang dikarenakan adanya
(27)
13 Menurut Anthony dan Govindarajan (2009), teori agensi mengasumsikan
bahwa semua individu akan bertindak untuk kepentingan mereka sendiri. Agen
menganggap bahwa penerimaan kompensasi keuangan, kondisi kerja yang
menarik, dan jam kerja yang fleksibel merupakan suatu bentuk kepentingan agen.
Sedangakan principal menganggap bahwa pengembalian keuangan yang tinggi
dari investasi merupakan tujuan utama. Karena terdapat perbedaan-perbedaan
tersebut mengakibatkan pihak principal dan agen mengalami konflik.
Menurut Meisser, et al. (2006:7) hubungan keagenan ini mengakibatkan
dua permasalahan yaitu : (a) terjadinya informasi asimetri (information
asymmetry), dimana manajemen secara umum memiliki lebih banyak informasi
mengenai posisi keuangan yang sebenarya dan posisi operasi entitas dari pemilik;
dan (b) terjadinya konflik kepentingan (conflict of interest) akibat ketidak samaan
tujuan, dimana manajemen tidak selalu bertindak sesuai dengan kepentingan
pemilik.
Menurut Jensen dan Meckling (1967) masalah keagenan dapat terjadi
karena adanya asymmetric information (asimetri informasi) antara pihak pemilik
dan manejer. Asymmetric information timbul ketika salah satu pihak memiliki
informasi yang tidak dimiliki oleh pihak lainnya. Situasi asymmetry information
terjadi pada situasi dimana principal sebagai pemantau dan bukan pelaksana aktif
di perusahaan tidak dapat mengetahui secara pasti informasi mengenai kinerja
perusahaan. Sementara itu pihak agen sebagai pelaku aktif di perusahaan memiliki
informasi yang memadai menegenai kinerja dan kontribusi pada hasil actual
(28)
14 Adapun faktor-faktor yang menyebabkan asymmetry information dalam
agency theory menurut Samuelson (2011) adalah sebagai berikut
1. Adverse Selection
Mengungkapkan bahwa adanya ketidakseimbangan informasi yang
dimiliki antara kedua belah pihak yaitu principal (pemegang saham, debitur,
pemilik perusahaan) dan agen (manajemen perusahaan)
2. Moral Hazard
Suatu bentuk penyelewengan yang dilakukan pihak agen (manajemen
perusahaan) yang tidak sesuai dengan kontrak yang telah disepakati. Hal
tersebut terjadi akibat kegiatan manajer perusahaan yang tidak diketahui oleh
para pemegang saham maupun kreditur sehingga memnungkinkan agen untuk
melakukan tindakan-tindakan yang tidak sesuai norma.
Dalam upaya mengatasi atau mengurangi masalah keagenan akan
menimbulkan adanya biaya keagenan (agency cost) yang mana biaya ini akan
ditanggung oleh pihak principal maupun pihak agen. Menurut Anthony dan
Govindarajan (2009), biaya agensi merupakan upaya principal untuk
menyelaraskan sistem pengendalian perusahaan yang terdiri dari monitoring cost,
bonding cost dan residual loss.
Yang dimaksud dengan Monitoring cost adalah biaya yang timbul dan
ditanggung oleh pihak principal untuk memonitor perilaku agen, yaitu mengukur,
mengamati dan mengontrol perilaku agen. Pengertian Bonding cost adalah biaya
(29)
15 dan menjamin bahwa agen akan bertindak untuk kepentingan pihak principal. Hal
ini disebabkan agen lebih mampu mengumpulkan segala informasi yang
dibutuhkan dalam pengambilan keputusan dalam perusahaan. Pihak principal
akan menyetujui biaya yang dibutuhkan untuk menanggung penyediaan laporan
keuangan tersebut dan menguji akurasi laporan keuangan yang dilakukan secara
independen oleh auditor eksternal. Sedangkan yang dimaksud dengan Residual
loss adalah pengorbanan yang berupa berkurangnya kemakmuran principal
sebagai akibat dari perbedaan keputusan pihak agen dan keputusan pihak
principal.
Menurut teori agensi, salah satu cara untuk mengatasi asymmetry
information adalah dengan melaksankan pemantauan. Pemantauan ini dapat
dilakukan oleh principal dengan mrancang sistem pengendalian untuk
menghalangi tindakan agen yang akan mengorbankan kepentingan pihak principal
(Anthony dan Govindarajan, 2009). Bentuk pemantauan ini dimaksudkan dengan
melakukan pemilihan pihak ketiga yaitu auditor. Seperti yang kita ketahui,
perusahaan akan menghasilkan laporan keuangan. Laporan keuangan akan
menggambarkan bagaimana kinerja suatu perusahaan dalam periode waktu
tertentu. Laporan keuangan ini yang akan di uji oleh auditor. Penggunaan pihak
ketiga ini (auditor) tentunya akan megakibtkan kenaikan biaya yang akan
dibayarkan oleh pihak principal. Biaya yang dibayarkan inilah merupakan
gambaran dari besarnya audit fee.
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, salah satu asumsi dasar sifat
(30)
16 Agen diasumsikan sebagai aserve. Risiko lainnya adalah risiko litigasi yang
melekat pada di perusahaan karena adanya perbedaan kepentingan. Hubungan
risiko litigasi dengan teori agensi di suatu perusahaan adalah perusahaan berupaya
menghindari tuntutan dan ancaman litigasi yang mendorong agen untuk
mengungkapkan informasi yang mengarah kepada (1) pengungkapan berita buruk
dengan segeradalam laporan keuangan, (2) menunda berita baik, dan (3) memilih
kebijakan yang cendenrung konservatif (Seetharaman et al., 2002).
2.1.2 Teori Deep Pocket
Teori Deep Pocket dikembangkan oleh Simunic (1996) yang menyatakan
hubungan ceteris paribus antara insentif yang diterima auditor dengan opini yang
diberikan. Teori deep pocket ini menunjukkan bahwa penerimaan kualitas audit
berhubungan dengan kemakmuran auditor. Hal disebabkan karena auditor Big N
memiliki lebih banyak kemakmuran di dalam risiko. Maksudnya auditor dari Big
N memiliki insentif yang lebih tinggi, khususnya apabila mereka menangani klien
dengan tingkat risiko litigasi yang lebih tinggi. (Chrisnoventie, 2012).
Risiko litigasi lebih besar kemungkinan terjadi pada auditor Big Four
dibandingkan dengan Auditor Non BigFour, apabila auditor mengalami kesalahan
dalam memberikan opininya. Klien akan dikenakan biaya audit lebih besar jika
dilakukan oleh Big Four dibandingkan dengan jasa audit yang dilakukan oleh Non
Big Four. Klien yang memiliki risiko litigasi yang tinggi menyebabkan
kemungkinan kegagalan audit menjadi lebih tinggi dan dapat mempengaruhi
(31)
17 membuat auditor mempertanggungjawabkan kegagalan auditnya. Tuntutan hukum
seringkali ditujukan pada auditor bukan kepada perusahaan.
2.1.3 Teori Legitimasi
Pada teori legitimasi disebutkan bahwa perusahaan memiliki kontrak
dengan masyarakat. Legitimsi adalah suatu proses sebuah organisasi yang
dipandang sah. Maksudnya disini adalah oganisasi tersebut telah mendapat atau
sesuai dengan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat. Jadi suatu
perusahaan dapat dikatakan telah dilegitimasi oleh masyarakat adalah perusahaan
yang sesuai dengan norma dan aturan legal dalam masyarakat.
Sehubungan dengan Teori Legitimasi ini, Kantor Akuntan Publik (KAP)
sudah selayaknya harus memiliki dasar norma dan etika yang sesuai dan selaras
dengan kepercayaan dan keinginan dalam masyarakat dalam menjalankan
pekerjaanya. Apabila Kantor Akuntan Publik (KAP) keluar dari atura dan norma
yang dipercaya oleh masyarakat maka akan berpotensi hukum.
Kantor Akuntan Publik (KAP) yang masuk kedalam jajaran Big Four
menunjukkan bahwa perusahaan memiliki legitimasi lebih besar jika
dibandingkan dengan KAP yang tidak masuk kedalam jajaran Big Four. Hal ini
disebabkan karena kepercayaan dan pandangan masyarakat pada KAP yang
termasuk kedalam jajaran Big Four lebih tinggi.
(32)
18
Professional Fee dapat dinyatakan sebagai imbal jasa yang diberikan
kepada tenaga ahli atau suatu profesi untuk jasa yang telah dilakukannya. Di
dalam laporan keuangan besar Professional Fee terdiri dari berbagai pembayaran
yang dilakukan oleh perushaan terhadap jasa tenaga ahli atau profesional,
Misalnya saja Jasa Akuntan Publik, Pengacara, Notaris dan berbagai jasa
profesional yang digunakan oleh perushaan lainnya.
2.1.5 Audit Fee (Biaya Audit)
Audit Fee dapat diartikan sebagai besar imbal jasa yang diterima oleh
auditor atas pelaksanaan jasa audit. Audit fee ditetapkan sebagai dasar level
keahlian dan pengalaman auditor. Selain itu derajat asosiasi resposibilitas
terhadap perikatan audit juga merupakan penentu besarny audit fee (Zhang dan
Myrteza, 2008).
DeAngelo dalam Halim (2005) menyatakan bahwa audit fee merupakan
pendapatan yang besarnya bervariasi karena tergantung paa beberapa faktor dalam
penugasan audit seperti: ukuran perusahaan klien; kompleksitas jasa audit yang
ditangani oleh auditor; risiko audit yang dihadapi auditor dari klien serta nama
Kantor Akuntan Publik yang melaksanakan Jasa Audit.
Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) telah menerbitkan Surat
Keputusan No.KEP.024/IAPI/VII/2008. Surat Keputusan ini diterbitkan pada
tanggal 2 Juli 2008 yang mana Surat Keputusan ini berisi tentang Kebijakan
Penentuan besar Audit fee (Biaya audit). Pada Surat Keputusan tersebut dalam
(33)
19 panduan bagi seluruh anggota Institut Akuntan Publik Indonesia yang
menjalankan praktik sebagai akuntan publik dalam menentukan besar imbalan
yang sesuai dan wajar atas jasa profesional yang diberikan oleh akuntan publik.
Pada surat keputusan tersebut juga menyebutkan bahwa penentuan audit
fee selain terkait dengan perikatan audit, sebaiknya juga mempertimbangkan
faktor-faktor berikut:
1. Kebutuhan klien;
2. Tugas dan Tanggung jawab menurut hukum;
3. Independensi;
4. Tingkat Keahliam;
5. Tanggung jawab yang melekat pada pekerjaan yang dilakukan;
6. Tingkat kompleksitas pekerjaan;
7. Banyaknya waktu yang diperlukan dan secara efektif digunakan oleh
akuntan publik dan sifatnya untuk menyelaikan pekerjaan
8. Basis penetapan fee yang disepakati.
2.1.6 International Standards on Auditing (ISA)
Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) telah memutuskan untuk
mengadopsi secara penuh International Standards on Auditing (ISA) untuk
menggantikan Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP), yang dimulai pada
tanggal 1 Januari 2013.
Kantor Akuntan Publik di Indonesia yang mempunyai jaringan global
(34)
20 global dan internasional yang mana klien-klien tersebut mengadopsi
standar-standar IFAC. Untuk KAP yang menangani klien lobal seperti itu tentunya sudah
lebih dulu mengenal ISA.
Dengan adanya pengadopsian ISA yang dilakukan oleh Indonesia, tentu
akan terjadi peningkatan biaya. Peningkatan beban audit tidak selamanya
tercermin dalam tembahan fee. Ada dua jenis klasifikasi biaya dalam
pengadopsian ISA, yaitu biaya berulang-ulang terjadi setiap tahunnya (recurring
cost) dan biaya yang hanya akan terjadi sekali (one-off costs), yaitu pada saat
mulai pengadopsia ISA (Tuanakotta,2013)
Dalam buku Tuanakotta yang berjudul Audit berbasis ISA disebutkan
terdapat 5 hal yang berbeda secara fundamental antara ISA dan SPAP menurut
Tuanakotta yaitu :
1. Penekanan pada Audit Berbasis Risiko
Ciri yang paling menonjol pada audit berbasis ISA adalah penekanan pada
aspek risiko. ISAs menegaskan kewajiban audtorlah untuk menilai risiko (to
assess risk), menanggapi risiko yang dinilai (to respond to assessed risk),
mengevaluasi risiko yang ditemukan (detected risk), baik yang akan dikoreksi
maupun tidak dikoreksi entitas.
(35)
21 ISA dan juga IFRS (International Financial Reporting Standards)
merupakan standar-standar yang berbasis prinsip (Principles-based Standard)
yang mana hal ini merupakan perubahan besar dari dari standar-standar
sebelumnya yang berbasis aturan (Rules-based Standard).
3. Berpaling dari model matematis
ISA menekankan penggunaan professional judgement, bukan lagi
menggunakan model matematis. Hal ini disebabkan karena model matematis
memiliki kelemahan yang serius. Model matematis yang cenderung rumit
sering memberikan kesan yang keliru.
4. Pengendalian Internal
Yang ditekankan di ISA adalah kewajiban entitas (dalam membangun,
memelihara, dan mengimplementasikan pengendalian internal) dan kewajiban
auditor (dalam menilai pengendalian internal dan menggunakan hasil
penilaiannya) serta komunikasi dengan manjemen dalam hal auditor
menemukan defisiensi dalam pengendalian internal.
5. Those Charged with Governance (TCWG)
ISA menekankan berbagai kewajiban entitas dan manajemen. Pada
perkembangannya dibutuhkan orang atau lembaga dengan wewenang yang
cukup dalam mengawasi entitas. Merela inilah yag disebut dngan TCGW.
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, ISA merupakan audit berbasis
risiko. Risiko audit (audit risk) adalah risiko memberikan opini audit yang tidak
tepat atas laporan keuangan yang disalah sajikan secara material. Tujuan dari
(36)
22 auditor. Untuk itu, auditor harus menilai risiko salah saji yang material dan
menekan risiko pendeteksian (Tuanakotta,2013)
2.1.7 Ukuran Klien Audit
Menurut Machfoedz (1994) dalam Nugrahani (2013) disebutkan bahwa
ukuran perusahaan adalah suatu skala dimana dapat diklasifikasikan besar kecil
perusahaan menurut berbagai cara, anatara lain adalah dengan total aktiva, log
size, nilai pasar saham dan lain-lain. Sawir (2008) mengemukakan bahwa ukuran
perusahaan dinyatakan sebagai dterminan dari struktur keuangan dalam hampir
setiap studi dan untuk sejumah alasan yag berbeda, yaitu:
1. Ukuran perusahaan dapat menentukan tingkat kemudahan perusahaan
memperoleh dana dari pasar modal.
2. Ukuran perusahaan menentukan kekuatan tawar-menawar dalam
kontrak keuangan.
3. Ada kemungkinan pengaruh skala dalam biaya dan return membuat
peusahaan yang lebih besar mendapatkan laba yang lebih banyak.
Menurut Markku dan Schadewitz (2010) dalam Ulfasari (2014) disebutkan
bahwa ukuran perusahaan terkait kebutuhan auditor untuk lebih banyak
menggunakan waktu, sumber daya dan upaya dalam menyiapkan, menganalisa
dan menguji informasi perusahaan sebelum penerbitan opini audit. Kebutuhan
tersebut berhubungan dengan informasi mengenai jumlah aktiva dan jumlah
(37)
23 semakin tinggi maka dianggap perusahaan mampu meningkatkan pendapatnnya
dan akan semakin mampu menutup kewajibannya.
2.1.8 Kompleksitas Audit
Kompleksitas audit berhubungan dengan tingkat kerumitan transaksi yang
dilakukan oleh perusahaan. Kompleksitas operasi perusahaan dapat
mempengaruhi besarnya biaya audit karena pekerjaan audit yang dilakukan oleh
auditor akan lebih banyak dan rumit sehingga membutuhkan waktu yang semakin
lama sehingga hal tersebut akan menyebabkan klien dibebankan dengan biaya
yang lebih tinggi per jam (Cameran, 2005; Firth, 1985)
Selain itu, Kompleksitas audit juga dilihat berdasarkan jumlah anak
perusahaan yang dimiliki oleh suatu entitas yang berada di dalam negeri maupun
yang berada di luar negeri. Perusahaan yang bersifat multinasional akan
meningkatkan kompleksitas audit hal ini disebabkan oleh besarnya tata kelola
perusahaan, praktek usaha dan perbedaan dalam standar akuntansi (simunic,1980;
Markku and Schadewitz,2010).
Ole dan Nielsen (2010) dalam Ulfasari (2014) menyatakan bahwa
kompleksitas perusahaan disebabkan oleh faktor-faktor yang telah melekat pada
perusahaan tersebut. Faktor-faktor tersebut adalah
1. Jumlah anak Perusahaan,
2. Apakah perusahaan menjalankan program berbasis insentif atau
tidak,
(38)
24 4. Ukuran Perusahaan,
5. Jenis Perusahaan, Terbuka atau Tertutup.
2.1.9 Risiko Litigasi
Risiko dapat dikategorikan menjadi dua komponen yaitu, risiko audit dan
risiko litigasi. Risiko litigasi diartikan sebagai risiko yang melekat pada
perusahaan yang memungkinkan terjadinya ancaman litigasi oleh pihak-pihak
yang berkepentingan dalam perusahaan yang merasa dirugikan
(Chrisnoventie,2012). Risiko litigasi meruopakan kemungkinan timbulnya
pembayaran kewajiban atau kehilangan modal reputasi terkait dengan
konsekuensi dari laporan keuangan salah saji material (De George et al, 2013;
Ulfasari, 2014).
Risiko litigasi merupakan risiko yang melekat pada perusahaan
(Alifah,2011). Pihak-pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan meliputi
kreditor, investor, dan regulator. Risiko litigasi diukur melalui berbagai indikator
keuangan yang menjadi faktor terjadinya litigasi. Litigasi dapat timbul karena
perusahaan tidak menjalankan operasinya sesuai dengan kontrak yang telah
disepakati sebelumnya, hal ini apabila kita lihat dari sisi kreditor. Risiko litigasi
yang dilihat dari sisi kreditor ini dapat dilihat melalui indicator rasio
ketidakmampuan perusahaan dalam membyar utang yang bersifat jangka pendek
maupun yang bersifat jangka panjang. Sementara itu, jika kita lihat dari sisi
(39)
25 yang dapat berakibat pada kerugaian bagi pihak investor yang dapat dilihat dari
pergerakan harga dan volume saham (Chrinoventie,2012).
Sifat risiko litigasi dalam studi akuntansi terbagi menjadi 2 yaitu bersifat
ex-ante dan bersifat ex-post. Studi yang bersifat Ex-ante menekankan pada
kondisi perusahaan yang memungkinkan erjadinya tuntutan litigasi. Sementara itu
studi Ex-post lebih menekankan pada dampak nyata terjadinya litigasi bagi
perusahaan sehubungan dengan adanya peraturan yang menjadi penekanan karena
praktik akuntansinya melanggar peraturan hukum dan peraturan yang berlaku.
Dalam Ulfasari (2014) Pengungkapan ex-post dapat menimbulkan tuduhan atas
kelalaian auditor sehingga menimbulkan biaya litigasi atau kehilangan reputasi
auditor. Untuk melindungi reputasinya, auditor meningkatkan upaya audit atau
penilaian risiko klien yang akan mengakibatkan kenaikan audit fee.
Frnacis et al. (1994), Johnson et al. (2001), dalam Krishnan dan Lee
(2009) menyimpulkan bahwa kapitalisasi pasar, beta saham dan perputaran
volume saham secara positif berhubungan dengan profitabilitas terjadinya
tuntutan hukum menjadi faktor pemicu litigasi. Dikarenakan luasnya konsekuensi
dari risiko tersebut, maka perusahaan dituntut seminimal mungkin mengurangi
peluang risiko litigasi. Yaitu dengan cara meningkatkan fugsi monitoring
(Adhidewanto,2013).
2.1.10 Litigasi Auditor
Litigasi auditor terjadi pada saat manjemen, pemegang saham, kreditor
(40)
26 alami alami dengan menghubungkan “kecacatan” dalam laporan keuangan yang
diaudit dan menetapkan tanggung jawab atas kerugian kepada auditor
(Sheetaraman et al, 2002)
Jagan dan Jayanti (1997) mengemukakan bahwa auditor dapat menekan
risiko litigasi dengan berbagai cara, yaitu : dengan meningkatakan kualitas audit
dan perencanaan audit, dan menaikkan biaya audit. Selain itu, auditor juga dapat
menekan risiko litigasi dengan cara lebih selektif dalam memilih klien baru
terutama yang termasuk dalam kategori high risk.
Menurut Chrisnoventie (2012) dalam meringankan kewajibannya, auditor
dapat melakukan 10 langkah. Adapun langkah-langkah tersebut diuraikan sebagai
berikut:
1. Hanya berurusan dengan klien yang memiliki integritas
Disini dimaksudkan agar auditor dapat terhindar dari permasalahan
hukum. Apabila klien yang ditangani oleh auditor tidak dapat
dipercaya dalam berbagai hal dan tidak memiliki integritas maka
akan besar kemungkinan klien tersebut nantinya akan terkena
masalah hukum.
2. Mempekerjakan dan mengawasi staf yang kompeten dan terlatih
Dengan mempekerjakan pegawai dan staf yang kompeten dan
terlatih dimaksudkan untuk memperkecil besarnya risiko. Hal ini
dibutuhkan mengingat tingginya risiko yang dihadapi oleh KAP
dalam pengauditan yang dilaksanakannya.
(41)
27 Sudah seharusnya tenaga profesional mengikuti atura yang berlaku
yang sesuai dan tidak kelura dari standar profesinya.
4. Memperthankan Independensi
Sebagai tenaga profesional yang menyandang nama akuntan publik
sudah sepatut dan sewajarnya harus mengemukakan independensi.
Perbedaan profesi sebagai akuntan publik dengan profesi lainnya
adalah seorang akuntan peublik haruslah bekerja independen bukan
sesuai dengan tekanan dan keinginin yang diminta oleh klien.
5. Memahami Usaha klien
Pemahaman terhadap usaha klien tentu sangat dibutuhkan untuk
memperlancar pekerjaan seorang auditor. Dalam banyak kasus
kurangnya pemahaman terhadap usaha klien acap kali menjadi
faktor yang membuat auditor tidak dapat mengungkapkan
kesalahan.
6. Melaksankan audit yang berkualitas
Sudah sewajar dan sepatutnya seoarng auditor melaksankan sudit
yang berkualitas. Audit yang baik akan mengurangi kemungkinan
adanya kesalahan dalam pelaporan dan akan mengurangi
kemungkinan adanya tuntutan hukum.
7. Mendokumentasikan pekerjaan secara memadai
Mendokumentasikan pekerjaan secara memadai dimaksudkan
untuk membantu dalam mengendalikan dan melaksanakan audit
(42)
28 8. Mendapatkan surat penugasan dan surat pernyataan
Kedua surat ini akan sangat bermanfaat saat perkara hukum antara
klien dan auditor. Surat-surat ini juga berfungsi dalam
masalah-masalah yang menyangkut dengan pihak ketiga.
9. Mempertahankan hubungan yang bersifat rahasia
Tentunya, seasuai dengan kode etik profesi, auditor tidak boleh
membocorkan dan mengungkapakan masalah klien kepada pihak
lain,
10.Perlunya asuransi yang memadai
Hal ini akan mempermudah KAP. Karena sangat penting bagi KAP
untuk memiliki perlindungan asuransi dalamhal hukum
11.Mencari bantuan hukum
Apabila terjadi tuntutan hukum, auditor harus segara mencari
bantuan hukum dari pihak yang berpenglaman.
Litagsi auditor tentunya mengakibatkan kerugian bagi pihak auditor
maupun kantor akuntan publik (KAP). Untuk menghandari hal tersebut, De
Simmunic (1996) dalam Ulfasari (2014) menjelaskan bahwa :
1. Lingkup auditor dalam portofolio perusahaan kecil dibatasi untuk
menutupi kerugian yang nilainya cukup besar;
2. Lingkungan litigasi dapat berubah dengan cara yang tak
terdugaantara waktu audit dengan biaya audit, waktu gugatan yang
(43)
29 3. Secara sistematis auditor mengalami underprice pada layanan
mereka karena ketidakmampuan untuk manila biaya masa depan
yang berpotensi sangat tinggi dalam jumlah mata uang tertentu
tetapi memiliki probabilitas yang sangat rendah di masa depan;
4. Selama ini, auditor keliru mengenai keperayaan mereka bahwa
tingkat usaha atas dasar kepatuhan akan dinilai berdasarkan GAAS
(Generally Accepeted Auditing Standards)
2.1.11 Profitabilitas Klien
Profitabilitas klien terkait dengan efisiensi penggunaan asset dan sumber
daya lain oleh perusahaan dalam operasinya. Joshi dan Al-Bastaki (2000)
mengemukakan bahwa penggunaan sumber daya yang efisiem menghasilkan
pengembalian asset yang tinggi.
Pada dasarnya perusahaan dengan tingkat keuntungan yang tinggi
cenderug akan membayar biaya audit yang lebih tinggi pula, hal ini disebabkan
karena perusahaan dengan tingkat laba yang tinggi memerlukan pengujian
validitas dan pengakuan pendapatan dan biaya, oleh karena itu akan
membutuhkan waktu yang lebih lama dalam pelaksanaan auditnya. Karena itu
akan mengakibtkan peningkatan besar audit fee.Dan tergambar di dalam
Professional Fee.
2.1.12 Akuntan, Akuntan Publik dan Kantor Akuntan Publik
Pengertian akuntan menurut PMK No. 17/PMK.01/2008 adalah seseorang
(44)
30 perundang-undangan yang berlaku. Sementara itu, Akuntan Publik adalah akuntan
yang telah memperoleh izin dari meteri untuk meberikan jasa sebagaimana diatur
dalam peraturan Menteri Keuangan. Menurut Arens, Elder, Beasley (2005)
pengertian akuntan publik adalah sseseorang yang telah memenuhi persyaratan
yang diajukan oleh negaera bagian, termasuk kewajiban menempuh ujian akuntan
public; seoarng akuntan publik memiliki tanggung jawab utama untuk
melaksanakan fungsi audit atas laporan keuangan historis yang dipublikasikan,
dari entitas yang secara keuangan bersifat komersial maupun non komersial.
Dalam Undang-Undang Republika Indonesia No. 5 Tahun 2011 tentang
akuntan publik, Kantor akuntan publik adalah badan usaha yang didirikan
berdasarkan ketenuan perundang-undangan dan mendapatkan izin usaha
berdasarkan Undang-Undang ini. Selain itu, Dalam PMK No. 17/PMK.01/2008
dijelaskan bahwa Kantor Akuntan Publik adalah badan usaha yang mendapatkan
izin dari menteri sabgai wadah bagi Akuntan Publik dalam memberikan jasanya.
Menurut Mulyadi (2005) Kantor Akuntan Publik (KAP) melaksanakan
empat jenis jasa utama yaitu jasa akuntansi dan pembukuan, jasa perpajakan, jasa
konsultasi manajemen dan jasa auditing. Pada Peraturan Mnentri Keuangan No.
17/PMK.01/2008 tentang jasa akuntan publik, pada pasal 3 disebutkan bahwa
pemberian jasa audit umum atas laporan keuangan dari suatu entitas dilakukan
oleh KAP paling lama tiga tahun berturut-turut. Akuntan Publik dan KAP boleh
menerima kembali enugasan setelah satu tahun tidak meberikan jasa audit umum
(45)
31 Kantor Akuntan Publik di Indonesia terdiri dari dua jenis, yaitu KAP Big
Four dan KAP Non Big Four. Yang dimaksudkan dengan KAP Big Four adalah
merupakan Kantor akuntan Publik international yang berafiliasi dengan kantor
Akuntan Publik lokal. Sementara itu, Kantor Akuntan Publik Non Big Four
adalah Kantor Akuntan Publik lokal yang didirikan atas izin menteri keuangan
atau pejabat berwenang stelah melalui tahap ujian pendirian Kantor Akuntan
Publik terlebih dahulu. Yang dimaksud dengan Big Four adalah kelompok empat
firma jasa profesional dan akuntansi Internasional terbesar, yang mana menangani
mayoritas pekerjaan audit untuk perusahaan publik maupun untuk perusahaan
tertutup. Yang termasuk dalam Big Four adalah
1. Pricewaterhouse Coopers, Britania Raya
Afiliasi Price Waterhouse Cooper di Indonesia adalah Kantor
Akuntan Publik (KAP) Tanudiredja, Wibisana & Rekan.
Jenis-jenis jasa yang disediakan oleh Pricewaterhouse Coopers adalah
Advisory, Audit & Assurance, Tax, Capital Market, Accounting Advisory service, Korean Business Desk.
2. Ernst & Young, Britania Raya
Ernst & Young (EY) berafiliasi dengan Kantor Akuntan Publik
Purwanto, Suherman & Surja (PSS). Berbagai jenis jasa yang
ditawarkan oleh EY di Indonesia, diantara nya adalah Advisory,
Assurance, Tax, dan Transaction.
(46)
32 Di Indonesia, Deloitte Touche Tohmatsu bekerja sama dengan
Kantor Akuntan Publik Osman Bing Satrio & Eny dan berlokasi di
2 tempat, yaitu Jakarta dan Surabaya. Adapun jenis jasa yang
ditawarkan oleh Deloitte Touche Tohmatsu Indonesia diantaranya
adalah Advisory & Assurance, Consulting, Enterprise Risk Service,
Financial Advisory, dan Tax.
4. Klynveld Peat Marwick Goerdeler (KPMG), Belanda.
Di Indonesia, KPMG berafiliasi dengan KAP lokal yaitu KAP
Siddharta & Widjaja. Adapun jasa yang ditawarkan oleh KPMG
adalah Audit Service, Tax, Advisory Service, Janpanese Bussiness
Desk, dan Koraen Business Desk.
KAP Big Four memiliki biaya yang lebih tinggi dibandingkan dengan
KAP Non Big Four. Hal ini disebabkan karena karena kualitas audit yang tinggi
dan reputasi pekerjaan mereka, dan juga posisinya di pasar oligopoly akuntan
publik (Pong, 1994; Ulfasari, 2014). Selain itu Big Four juga dikenal dengan
pertimbangan Profesional yang matang da pengalaman yang lebih banyak.
2.1.13 Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai apa sajakah faktor-faktor yang mempengaruhi
besarnya audit fee, sebelumnya telah dilakukan oleh beberapa peneliti.
Penelitian-penelitian ini masih lebih sering dilakukan diluar Indonesia. Namun dewasa ini
(47)
33 melakukan penelitian mengenai apa saja yang mempengaruhi besarnya audit fee.
Penelitian-penelitian tersebut akan dirinci pada tabel berikut:
Tabel 2.1
Ringkasan Penelitian Terdahulu
No Nama Peneliti Judul
Penelitian
Variabel Penelitian
Hasil Penelitian
1. Hassan &
Nasser (2013)
Determinants of Audit Fees : Evidence from emerging economy Variabel Dependen: Audit fee Variabel Independen: - ukuran perusahaan - Profitabilitas - risiko Perusahaan - Kompleksitas Perusahaan - Tipe Industri - Jenis KAP - Audit report lag
- komite Audit independen
Adanya hubungan langsung antara audit fees dengan ukuran perusahaan,
kompleksitas audit, dan
audit report lag
2. El-Gammal (2012)
Determinants of audit Fees : Evidence from lebannon Variabel Dependen: Audit Fee Variabel Independen: - Ukuran klien - Kompleksitas audit
- Risiko audit - Profitabilitas - Ukuran KAP - Reputasi Auditor - Kompetisi Auditor
Ukuran Klien, risiko audit, Ukuran KAP, Tingkat persaingan antara KAP, dan tingkat profitabiltas klien secara berurutan berpengaruh positif terhdap besar audit fee. Sementara itu,
Kompleksitas dan Reputasi KAP
berpengeruh negative terhadap besar audit fee.
(48)
34 Losivan (2008) Audit Fee Services : Evidence From Romania Independen: Audit Fee Variabel Independen: - Ukuran Klien Audit
- Kompleksitas Audit
- Jenis KAP
Kompleksitas audit dan Jenis KAP berpengaruh positif terhadap
besarnya Audit Fee.
4. Yohanes (2013) Faktor-faktor yang mempengaruhi penentuan fee audit oleh kantor akuntan publik di Malang Variabel Dependen: Audit fee Variabel Independen : -Ukuran Perusahaan - Risiko Klien - Kompleksitas audit - Profitabilitas - Reputasi Auditor Ukuran Perusahaan, Kompleksitas audit, Profitabilitas, dan Reputasi auditor berpengaruh positif terhadap besar audit fee di Malang. Sementara itu, Risiko Klien berpengaruh negative terhadap besar audit fee
5. Amba dan Al-Hajeri (2013)
Determinants of Audit Fees in Bahrain Variabel Dependen : Audit Fee Variabel Independen: - Jumlah transaksi, - jumlah anak perusahaan, - Jumlah
account receivable dan
inventory to the asset, -Sistem teknologi informasi, -Regulasi Kelima faktor berpengaruh secara signifikan terhadap
audit fee. Semakin canggih sistem teknologi informasi maka semakin tinggi
audit fees yang dibayarkan.
6. Nugrahani (2013) Faktor-faktor yang mempengaruhi Variabel Dependen: Audit Fee
- Internal audit berpengaruh negatif tidak signifikan
(49)
35 penetapan fee audit eksternal pada perusahaan yang terdaftar di BEI Variabel Independen: -Pengendalian internal - Indpendensi Dewan Komisaris - Intensitas Pertemuan Dewan komisaris - Indepedensi Komite Audit - Ukuran Komite Audit - Intensitas Pertemuan Komite - Karakteristik Auditor (KAP) - Ukuran Perusahaan - Anak Perusahaan
terhadap fee audit eksternal
- Proporsi indepedensi dewan komisaris berpengaruh positif tidak signifikan terhadap fee audit eksternal
- Ukuran dewan komisaris berpengaruh positif signifikan terhadap fee audit eksternal
- Intensitas pertemuan dewan komisaris berpengaruh positif tidak signifikan terhadap fee audit eksternal
- Proporsi indepedensi komite audit
berpengaruh negative tidak signifikan terhadap fee audit eksternal
- Ukuran komite audit berpengaruh positif signifikan terhadap fee audit eksternal
- Intensitas pertemuan komite audit
berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap fee audit eksternal
- Karakteristik auditor (KAP) berengaruh positif signifikan terhadap fee audit eksternal
- Adanya anak perusahaan
berpengaruh positif signifikan terhada fee audit eksternal
(50)
36 2.2Kerangka Konseptual
Pada penelitian ini, akan dianalisis hubungan antara Pengadopsian ISA,
Ukuran Klien Audit, Kompleksitas Audit, Risiko Litigasi, Profitabilitas Klien, dan
Jenis Kantor Akuntan Publik (KAP) mempengaruhi Audit Fee yang akan diterima
oleh auditor yang digambarkan dengan Professional Fee
Kerangka pemikiran untuk penelitian ini dapat digabarkan sebagai berikut:
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
Pengadopsian ISA
(X1)
Ukuran Klien Audit
(X2)
Kompleksitas Audit
(X3) Professional Fee
(Y) Risiko Litigasi
(X4) Profitabilitas Klien
(X5)
Jenis KAP
(X6)
H1 H2 H3 H4
H5 H6
(51)
37 2.3 Hipotesis
2.3.1 Pengadopsian ISA dan Professional Fee
Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) telah memutuskan untuk
mengadopsi secara penuh International Standards on Auditing (ISA) untuk
menggantikan Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP), yang mana
penggunaan standar ini dimulai pada tanggal 1 Januari 2013 untuk setiap laporan
keuangan yang diaudit oleh Akuntan Publik. Ketua umum Ikatan Akuntan Publik
Indonesia (IAPI), Tia Adityasih (2013) mengatakan bahwa adopsi ISA dilakukan
sebagai bagian dari proses untuk memenuhi salah satu bulir Statement of
Membership obligation dari International Federation of Accounting, yang mana
hal ini harus dipatuhi oleh profesi Akuntan Publik Indonesia.
Tuanakotta, dalam bukunya yang berjudul Audit Berbasis ISA
(Intrnational Standards on Auditing) (2013) menyatakan bahwa Dengan adanya
pengadopsian ISA yang dilakukan oleh Indonesia, tentunya akan terjadi
peningkatan biaya. Ada dua jenis klasifikasi biaya dalam pengadopsian ISA, yaitu
biaya berulang-ulang terjadi setiap tahunnya (recurring cost) dan biaya yang
hanya akan terjadi sekali (one-off costs), yaitu pada saat mulai pengadopsian ISA.
Peningkatan pada Audit Fee tentunya mengakibatkan peningkatan pula
padaProfessional Fee. Hal ini dikarenakan Salah satu aspek dari Professional Fee
adalah Audit Fee. Berdasarkan penjelasan atas landasan teori, maka dalam
penelitian ini hipotesisnya dapat dirumuskan sebagai berikut:
(52)
38 2.3.2 Ukuran Klien Audit dan Professional Fee
Ukuran Klien Audit selalu menjadi salah satu variabel yang paling sering
dimasukkan dalam penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi besar
audit fee. Ukuran Klien Audit merupakan salah satu variabel yang dianggap
penting dalam penentuan abesar audit fee.
Dalam Jurnal The Pricing of Audit Fee Services: Evidence from Romania
(Bolyai dan Losivan, 2008) Ukuran Klien dinyatakan berpengaruh postif terhadap
besar audit fee. Begitu pula dalam jurnal Determinants of Audit Fees : Evidence
from emerging economy (Hassan dan Naser, 2013) Ukuran klien juga dinyatakan
berpengaruh positif terhadap besar Audit fee. Gammal (2012) dalam jurnalnya
yang berjudul Determinants of Audit Fees : Evidence from Lebannon menyatakan
bahwa dari semua variabel independen yang diuji dalam penelitiannya, yang
berpengaruh positif terhadap Audit Fee, Ukuran Klien merupakan Faktor terbesar
dan terkuat yang mempengaruhi besar audit fee.
Peningkatan pada Audit Fee tentunya mengakibatkan peningkatan pula
padaProfessional Fee. Hal ini dikarenakan Salah satu aspek dari Professional Fee
adalah Audit Fee. Berdasarkan penjelasan atas landasan teori dan berdasarkan
dengan penelitian terdahulu , maka dalam penelitian ini hipotesisnya dapat
dirumuskan sebagai berikut:
(53)
39 2.3.3 Kompleksitas Audit dan Professional Fee
Kompleksitas operasi perusahaan dapat mempengaruhi besarnya biaya
audit karena pekerjaan audit yang dilakukan oleh auditor akan lebih banyak dan
rumit sehingga membutuhkan waktu yang semakin lama sehingga hal tersebut
akan menyebabkan klien dibebankan dengan biaya yang lebih tinggi per jam
(Cameran, 2005; Firth, 1985). Terdapat sejumlah indicator dalam menentukan
kompleksitas audit, yang mana indikator-indikator tersebut mencakup
pengendalian intern klien, jumlah anak perusahaan, transaksi dalam mata uang
asing, dan operasi luar negeri.
Hassan dan Naser (2013) dalam penelitiannya menyatakan bahwa
kompleksitas audit berpengaruh positif terhadap audit fee. Begitu pula dengan
hasil penelitian Bolyai & Losivan (2008) yang menyatakan bahwa kompleksitas
audit berpengaruh positif terhadap besar audit fee. Berbeda dengan hasil tersebut,
Gammal (2012) menyatakan bahwa kompleksitas audit tidak berpengaruh positif
terhadap besarnya audit fee. Karena adanya perbedaan atas hasil penelitian yang
dilakukan oleh peneliti terdahulu maka, variabel Kompleksitas audit akan sangat
menarik untuk diteliti kembali. Peningkatan pada Audit Fee tentunya
mengakibatkan peningkatan pula padaProfessional Fee. Hal ini dikarenakan Salah
satu aspek dari Professional Fee adalah Audit Fee.
Berdasarkan penjelasan atas landasan teori dan berdasarkan dengan
(54)
40 berpengaruh positif terhadap Audit Fee, maka dalam penelitian ini hipotesisnya
dapat dirumuskan sebagai berikut:
H3 : Kompleksitas audit berpengaruh positif terhadap Professional Fee
2.3.4 Risiko Litigasi dan Professional Fee
Dalam teori Deep Pocket dijelaskan bahwa Risiko Litigasi meningkatkan
besar audit fee secara sigifikan. Simunic (1996) menyatakan bahwa asumsi
tersebut berdasarkan atas loyalty yang akan diterima oleh KAP yang mengaudit
perusahaan yang memiliki risiko litigasi yang tinggi atas opini yang diberikannya.
Audit fee akan lebih tinggi jika auditor menagani klien yang memiliki
risiko litigasi yang tinggi. Hal ini disebabkan karena, apabila klien memiliki risiko
litigasi yang tinggi maka auditor akan lebih berhati-hati dan berusaha mengatasi
risiko litigasi tersebut dengan upaya audit yang lebih ekstra. Upaya audit ekstra
perlu dilakukan untuk meminimalisasi ancaman risiko litigasi oleh pihak yang
berkepentingan. Biaya audit untuk menanggung besarnya risiko litigasi yang
ditanggung oleh auditor tercermin dalam Audit Fee yang diberikan (De George et
al, 2013).
Peningkatan pada Audit Fee tentunya mengakibatkan peningkatan pula
padaProfessional Fee. Hal ini dikarenakan Salah satu aspek dari Professional Fee
adalah Audit Fee. Berdasarkan penjelasan atas landasan teori dan berdasarkan
dengan penelitian terdahulu , maka dalam penelitian ini hipotesisnya dapat
(55)
41 H4 : Risiko Litigasi berpengaruh positif terhadap Professional Fee.
2.3.5 Profitabilitas klien dan Professional Fee
Pada dasarnya perusahaan dengan tingkat keuntungan yang tinggi
cenderung akan membayar biaya audit yang lebih tinggi, hal ini disebabkan
karena perusahaan dengan tingkat laba yang tinggi memerlukan pengujian
validitas dan pengakuan pendapatan dan biaya, oleh karena itu akan
membutuhkan waktu yang lebih lama dalam pelaksanaan auditnya. Karena itu
akan mengakibtkan peningkatan besar audit fee. Hassan & Naser (2013)
menyatakan bahwa profitabilitas klien berpengaruh positif terhadap besar audit
fee. Begitu pula dengan hasil penelitian Gammal (2012) yang juga menyatakan
bahwa tingkat profitabilitas klien berpengaruh positif terhadap besar audit fee.
Peningkatan pada Audit Fee tentunya mengakibatkan peningkatan pula
padaProfessional Fee. Hal ini dikarenakan Salah satu aspek dari Professional Fee
adalah Audit Fee. Berdasarkan penjelasan atas landasan teori dan berdasarkan
dengan penelitian terdahulu , maka dalam penelitian ini hipotesisnya dapat
dirumuskan sebagai berikut:
H5 : Profitabilitas Klien berpengaruh positif terhadap Professional Fee.
2.3.6 Jenis KAP dan Professional Fee
Kantor Akuntan Publik di Indonesia terdiri dari dua jenis, yaitu KAP Big
(56)
42 merupakan Kantor akuntan Publik international yang berafiliasi dengan kantor
Akuntan Publik lokal.
KAP Big Four memiliki biaya yang lebih tinggi dibandingkan dengan
KAP Non Big Four. Hal ini disebabkan karena karena kualitas audit yang tinggi
dan reputasi pekerjaan mereka, dan juga posisinya di pasar oligopoly akuntan
publik (Pong, 1994; Ulfasari, 2014).
Peningkatan pada Audit Fee tentunya mengakibatkan peningkatan pula
padaProfessional Fee. Hal ini dikarenakan Salah satu aspek dari Professional Fee
adalah Audit Fee. Berdasarkan penjelasan atas landasan teori dan berdasarkan
dengan penelitian terdahulu , maka dalam penelitian ini hipotesisnya dapat
dirumuskan sebagai berikut:
H6 : Jenis KAP berpengaruh positif terhaap Professional Fee.
H7 : pengadopsian ISA, Ukuran Klien Audit, Kompleksitaas audit, Risiko
Litigasi, Profitabilitas klien, dan Jenis KAP secara parsial memiliki pengaruh
(57)
43 BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian Kausal-Komparatif yaitu penelitian
yang meneliti pengaruh dari beberapa variabel terhadap variabel lain atau
memiliki masalah berupa sebab akibat antara dua variabel atau lebih. Penelitian
ini merupakan penelitian kuantitatif karena pengujiannya menggunakan data
berupa angka dan diolah dengan prosedur statistik (Erlina, 2011: 12-14).
3.2 Batasan Penelitian
Batasan operasional dari penelitian ini adalah:
a. Penelitian ini hanya menguji faktor-faktor yang mempengaruhi
Professional Fee selama periode 2012-2013 pada perusahaan
manufaktur yang tercatat di Bursa Efek Indonesia pada periode
tersebut.
b. Penelitian ini hanya menggunakan adopsi ISA, Ukuran klien audit,
kompleksitas audit, risiko litigasi, profitabilitas klien dan jenis KAP
sebagai faktor-faktor yang mempengaruhi Professional Fee yang
diteliti.
c. Penelitian ini menggunakan Professional Fee sebagai variabel
dependen yang mana hal ini disebabkan oleh sulitnya peneliti dalam
mendapatkan data Audit Fee dikarenakan audit fee masih bersifat
(58)
44 dalam besar Professional Fee yang dicantumkan dalam laporan
keuangan akan mngandung besar Audit Fee. Jadi, Secara langsung
Audit Fee dapat digambarkan oleh Professional Fee, karena Audit Fee
merupakan salah satu bagian dari Professional Fee.
3.3 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada perusahaan Manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia yang datanya diambil dari website resmi Bursa Efek
Indonesia yait
(annual report) dari tahun 2012-2013. Waktu yang digunakan penulis untuk
melakukan penelitian ini yaitu mulai dilaksanakan pada Februari 2015.
3.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
Definisi operasional variabel adalah definisi-definisi yang akan
dipergunakan dalam penelitian ini dengan tujuan untuk memberikan arah dan
batasan dalam penyelesaian masalah.
3.4.1 Variabel Dependen
Dalam penelitian ini, yang menjadi variabel Dependen adalah Professional
Fee yang mana menggambarkan keadaan besarnya Audit Fee. Menurut IAPI
(2008), Fee Audit adalah imbal jasa atas waktu yang telah dipergunakan auditor
dalam melaksankan tugasnya dan biaya-biaya yang diperlukan auditor terkait
(59)
45 Data Professional fee dapat diporeleh dari laporan tahunan perusahaan
(annual report) seluruh perusahaan yang tercatat di BEI. Dalam penelitian ini yang
digunakan adalah laporan tahunan periode 2012-2013. Pengungkapan Audit fee di
Indonesia masih bersifat Voluntary Disclosure, oleh karean itu Audit Fee dapat
dilihat dari Professional Fee yang diungkapkan dalam laporan tahunan
perusahaan. Karena itu yang digunakan adalah Professional Fee.
Variabel Professional Fee menggunakan logaritma natural. Penggunaan
logaritma natural dimaksudkan untuk memperkecil perbedaan angka yang terlalu
jauh dari data yang telah ditetapkan sebagai sampel penelitian. Selanjutnya,
Variabel ini akan disimbolkan dengan PFEE dalam persamaan.
3.4.2 Variabel Independen
3.4.2.1 Pengadopsian ISA
Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) telah memutuskan untuk
mengadopsi secara penuh International Standards on Auditing (ISA) untuk
menggantikan Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP), yang mana
penggunaan standar ini dimulai pada tanggal 1 Januari 2013 untuk setiap laporan
keuangan yang diaudit oleh Akuntan Publik.
Tuanakotta, dalam bukunya yang berjudul Audit Berbasis ISA
(Intrnational Standards on Auditing) (2013) menyatakan bahwa Dengan adanya
pengadopsian ISA yang dilakukan oleh Indonesia, tentunya akan terjadi
(60)
46 biaya berulang-ulang terjadi setiap tahunnya (recurring cost) dan biaya yang
hanya akan terjadi sekali (one-off costs), yaitu pada saat mulai pengadopsian ISA.
Variabel pengadopsian ISA diukur dengan menggunakan Variabel dummy.
Dimana 1 untuk laporan keuangan yang telah diaudit dengan menggunakan
pengadopsian Standar ISA (periode 2013) dan 0 untuk laporan keuangan yang
telah diaudit sebelum pengadopsian Standar ISA. Selanjutnya Pengadopsian ISA
disimbolkan sebagai ADISA.
3.4.2.2 Ukuran Klien Audit
Variabel indikator untuk mewakili faktor ukuran perusahaan adalah total
aktiva yang dimiliki oleh perusahaan (Hay et al., 2008 dalam Widiasari, 2009).
Total asset terdiri atas asset lancar, asset tidak lancar, asset tidak berwujud dan
asset lainnya. Semakin besar total asset yang dimiliki, berarti perusahaan mampu
menutupi kewajibannya.
Variabel Ukuran Klien Audit diukur dengan menggunakan logaritma
natural dari total asset. Selanjutnya variabel ini akan disimbolkan dengan LNTA.
3.4.2.3 Kompleksitas Audit
Anak perusahaan mewakili kompleksitas jasa audit yang diberikan oleh
auditor eksternal. Semakin banyak jumlah anak perusahaan yang dimiliki sebuah
perusahaan maka akan semakin rumit transaksi yang dimiliki klien Kantor
(1)
106
Variables Entered/RemovedaModel
Variables Entered
Variables
Removed Method 1 BIGF, ADISA,
SBSDR, LEV, ROA, LNTAb
. Enter
a. Dependent Variable: PFEE b. All requested variables entered.
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Change Statistics Durbin-Watson R Square Change F
Change df1 df2
Sig. F Change
1 ,880a ,774 ,759 ,724812 ,774 50,885 6 89 ,000 1,804 a. Predictors: (Constant), BIGF, ADISA, SBSDR, LEV, ROA, LNTA
b. Dependent Variable: PFEE
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 160,395 6 26,733 50,885 ,000b
Residual 46,756 89 ,525
Total 207,152 95
a. Dependent Variable: PFEE
b. Predictors: (Constant), BIGF, ADISA, SBSDR, LEV, ROA, LNTA
Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) -1,964 1,806 -1,087 ,280
ADISA ,048 ,149 ,016 ,323 ,748 ,991 1,009
LNTA ,816 ,067 ,795 12,204 ,000 ,598 1,671
SBSDR -,002 ,009 -,012 -,193 ,848 ,622 1,607
LEV ,992 ,466 ,126 2,129 ,036 ,723 1,383
(2)
107
BIGF ,459 ,180 ,154 2,549 ,013 ,695 1,439
a. Dependent Variable: PFEE
CollinearityDiagnosticsa Mode l Dimensio n Eigenvalu e Conditio n Index Variance Proportions (Constant ) ADIS A LNT A SBSD R LE V RO A BIG F
1 1 4,784 1,000 ,00 ,01 ,00 ,01 ,00 ,01 ,01
2 ,779 2,478 ,00 ,00 ,00 ,29 ,01 ,14 ,08
3 ,678 2,656 ,00 ,12 ,00 ,25 ,01 ,02 ,17
4 ,427 3,348 ,00 ,79 ,00 ,01 ,03 ,02 ,06
5 ,265 4,245 ,00 ,05 ,00 ,13 ,01 ,67 ,56
6 ,066 8,500 ,01 ,02 ,00 ,01 ,90 ,13 ,10
7 ,001 76,917 ,99 ,00 1,00 ,30 ,03 ,00 ,02
a. Dependent Variable: PFEE
Residuals Statisticsa
Minimum Maximum Mean Std. Deviation N Predicted Value 19,61744 24,85978 21,92513 1,299374 96
Std. Predicted Value -1,776 2,259 ,000 1,000 96
Standard Error of Predicted
Value ,122 ,495 ,186 ,061 96
Adjusted Predicted Value 19,66179 24,72988 21,92349 1,302655 96
Residual -1,568753 1,683148 ,000000 ,701550 96
Std. Residual -2,164 2,322 ,000 ,968 96
Stud. Residual -2,244 2,356 ,001 1,003 96
Deleted Residual -1,686803 1,732105 ,001641 ,755918 96
Stud. Deleted Residual -2,298 2,419 ,002 1,011 96
Mahal. Distance 1,696 43,232 5,938 6,393 96
Cook's Distance ,000 ,120 ,012 ,017 96
Centered Leverage Value ,018 ,455 ,063 ,067 96
(3)
108
Variables Entered/RemovedaModel
Variables Entered
Variables
Removed Method 1 BIGF, ADISA,
SBSDR, LEV, ROA, LNTAb
. Enter
a. Dependent Variable: PFEE b. All requested variables entered.
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 ,880a ,774 ,759 ,724812
a. Predictors: (Constant), BIGF, ADISA, SBSDR, LEV, ROA, LNTA b. Dependent Variable: PFEE
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) -1,964 1,806 -1,087 ,280
ADISA ,048 ,149 ,016 ,323 ,748
LNTA ,816 ,067 ,795 12,204 ,000
SBSDR -,002 ,009 -,012 -,193 ,848
LEV ,992 ,466 ,126 2,129 ,036
ROA 2,384 ,630 ,222 3,783 ,000
BIGF ,459 ,180 ,154 2,549 ,013
a. Dependent Variable: PFEE
Residuals Statisticsa
Minimum Maximum Mean Std. Deviation N Predicted Value 19,61744 24,85978 21,92513 1,299374 96
Residual -1,568753 1,683148 ,000000 ,701550 96
Std. Predicted Value -1,776 2,259 ,000 1,000 96
Std. Residual -2,164 2,322 ,000 ,968 96
(4)
109
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 96
Normal Parametersa,b Mean ,0000000
Std. Deviation ,70155010 Most Extreme Differences Absolute ,065
Positive ,065
Negative -,055
Test Statistic ,065
Asymp. Sig. (2-tailed) ,200c,d
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
d. This is a lower bound of the true significance.
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
PFEE 96 18,827 25,739 21,92513 1,476667
ADISA 96 ,0 1,0 ,500 ,5026
LNTA 96 25,701 32,052 28,10726 1,438453
SBSDR 96 ,0 70,0 5,917 10,6184
LEV 96 ,037 ,881 ,43818 ,187664
ROA 96 ,000 ,885 ,13627 ,137377
BIGF 96 ,0 1,0 ,417 ,4956
(5)
(6)