Komite Audit sebagai Pemoderasi Pengaruh Reputasi Auditor dan Tenure Audit Terhadap Audit Report lag.

(1)

KOMITE AUDIT SEBAGAI PEMODERASI PENGARUH REPUTASI AUDITOR DAN TENUREAUDIT TERHADAP AUDIT REPORT LAG

SKRIPSI

Oleh:

KOMANG MARIANI NIM : 1406305140

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR 2016


(2)

i

KOMITE AUDIT SEBAGAI PEMODERASI PENGARUH REPUTASI AUDITOR DAN TENUREAUDIT TERHADAP AUDIT REPORT LAG

SKRIPSI

Oleh:

KOMANG MARIANI NIM : 1406305140

Skripsi ini ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Udayana Denpasar


(3)

2

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini telah diuji oleh tim penguji dan disetujui oleh Pembimbing, serta diuji pada tanggal : 28 Januari 2016

Tim Penguji: Tanda tangan

1. Ketua : Dr. I Ketut Sujana, SE., M.Si., Ak. ...

2. Sekretaris : Made Yenni Latrini, SE., M.Si. ...

3. Anggota : Dr. I Dewa Nyoman Badera, SE., M.Si., Ak. ………...

Mengetahui,

Ketua Jurusan Akuntansi Pembimbing

Dr. A.A.G.P. Widanaputra, SE., M.Si., Ak. Made Yenni Latrini, SE., M.Si. NIP. 19650323 199103 1 004 NIP. 19670115 199203 2 002


(4)

3

PERNYATAAN ORISINALITAS

Saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa sepanjang pengetahuan saya, di dalam Naskah Skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik di suatu Perguruan Tinggi, dan tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila ternyata di dalam naskah skripsi ini dapat dibuktikan terdapat unsur-unsur plagiasi, saya bersedia diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Denpasar, Januari 2016 Mahasiswa,

Materai Rp 6.000,-

Komang Mariani NIM : 1406305140


(5)

4

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadapan Ida Sang Hyang Widi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat-Nya, skripsi yang berjudul “Komite Audit Sebagai Pemoderasi Pengaruh Reputasi Auditor Dan Tenure Audit Terhadap Audit Report Lagdapat diselesaikan sesuai dengan yang direncanakan.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan berhasil tanpa bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak yang telah meluangkan waktunya dalam penyusunan skripsi ini. Dalam kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. I Nyoman Mahaendra Yasa, SE., M.Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

2. Ibu Prof. Dr. Ni Nyoman Kerti Yasa, SE., M.S., selaku Pembantu Dekan I Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

3. Bapak Dr. A.A.G.P. Widanaputra, SE., M.Si., Ak. selaku Ketua Jurusan Akuntansi dan Bapak Dr. I Dewa Nyoman Badera, SE., M.Si., Ak. selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

4. Ibu Eka Ardhani Sisdyani, SE., Ak., M.Com. selaku dosen pembimbing akademik atas arahan dan nasehat yang diberikan.

5. Ibu Made Yenni Latrini, SE., M.Si. selaku dosen pembimbing yang telah dengan sabar meluangkan waktu dan pemikirannya dalam memberikan bimbingan, masukan serta motivasinya selama proses penyusunan skripsi ini.


(6)

5

6. Bapak Dr. I Dewa Nyoman Badera, SE., M.Si., Ak. selaku dosen pembahas yang telah memberikan saran dan masukan bagi penulis.

7. Bapak Dr. I Ketut Sujana, SE., M.Si., Ak. selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan masukan bagi penulis.

8. Keluarga tercinta Bapak (Alm), Ibu, kakak, adik, atas dukungan dan perhatian serta dorongan material maupun spiritual yang tak terhingga kepada penulis selama menempuh studi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

9. Sahabat-sahabat tercinta dan teman-teman seperjuangan, serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuan, masukan, serta dukungan dalam penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan berhasil tanpa bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak. Meskipun demikian, penulis tetap bertanggung jawab terhadap semua isi skripsi. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pihak yang berkepentingan.

Denpasar, Januari 2016


(7)

6

Judul : Komite Audit sebagai Pemoderasi Pengaruh Reputasi Auditor dan Tenure Audit terhadap Audit Report Lag

Nama : Komang Mariani NIM : 1406305140

Abstrak

Adanya peraturan Bapepam yang menyatakan bahwa perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia memiliki kewajiban menyampaikan laporan keuangan yang telah diaudit kepada Bapepam dan Lembaga Keuangan dan diumumkan kepada publik paling lambat pada akhir bulan ketiga (90 hari) setelah tanggal laporan keuangan tahunan menuntut auditor untuk bekerja secara tepat waktu. Audit report lag adalah jangka waktu antara tanggal tahun buku perusahaan sampai tanggal laporan keuangan audit dikeluarkan.

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh reputasi auditor, tenure audit, komite audit, interaksi antara komite audit dan reputasi auditor serta interaksi antara komite audit dan tenure audit terhadap audit report lag. Sampel penelitian sebanyak 65 perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2012-2014 dengan metode purposive sampling. Teknik analisis yang digunakan adalah Moderated Regression Analysis (MRA).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) reputasi auditor berpengaruh negatif terhadap audit report lag yang menunjukkan bahwa jika emiten atau perusahaan diaudit oleh KAP yang berafiliasi dengan big four maka akan mempersingkat audit report lag, (2) tenure audit berpengaruh positif terhadap audit report lag yang menunjukkan bahwa semakin panjang tenure audit maka semakin panjang audit report lag yang dihasilkan perusahaan, (3) komite audit tidak berpengaruh terhadap audit report lag yang menunjukkan bahwa keberadaan komite audit tidak mempengaruhi panjang atau pendeknya audit report lag dalam perusahaan, (4) komite audit memperlemah pengaruh reputasi auditor terhadap audit report lag yang menunjukkan semakin pendek audit report lag yang dihasilkan oleh reputasi auditor dapat diperpanjang oleh adanya komite audit (5) komite audit memperlemah pengaruh tenure audit terhadap audit report lag yang menunjukkan semakin panjang audit report lag yang dihasilkan oleh tenure audit yang semakin panjang dapat diperpendek oleh adanya komite audit.


(8)

7 DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN ORISINALITAS ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRAK ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah Penelitian... 10

1.3 Tujuan Penelitian ... 11

1.4 Kegunaan Penelitian ... 11

1.5 Sistematika Penulisan ... 12

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep ... 14

2.1.1 Teori Agensi ... 14

2.1.2 Signaling Theory ... 16

2.1.3 Audit Report Lag ... 18

2.1.4 Reputasi Auditor ... 19

2.1.5 Tenure Audit ... 20

2.1.6 Komite Audit ... 22

2.2 Hipotesis Penelitian ... 25

2.2.1 Pengaruh Reputasi Auditor terhadap Audit Report Lag ... 25

2.2.2 Pengaruh Tenure Audit terhadap Audit Report Lag ... 26

2.2.3 Pengaruh Komite Audit terhadap Audit Report Lag ... 27

2.2.4 Komite Audit Memoderasi Pengaruh Reputasi Auditor terhadap Audit Report Lag ... 28

2.2.5 Komite Audit Memoderasi Pengaruh Tenure Audit terhadap Audit Report Lag ... 29

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian ... 31

3.2 Lokasi atau Ruang Lingkup Wilayah Penelitian ... 32

3.3 Obyek Penelitian... 32

3.4 Identifikasi Variabel ... 32

3.5 Definisi Operasional Variabel ... 33

3.6 Jenis dan Sumber Data ... 35

3.6.1 Jenis Data ... 36


(9)

8

3.7 Populasi, Sampel dan Metode Penentuan Sampel ... 37

3.7.1 Populasi ... 37

3.7.2 Sampel ... 37

3.7.3 Metode Penentuan Sampel ... 37

3.8 Metode Pengumpulan Data ... 38

3.9 Teknik Analisis Data ... 38

3.9.1 Statistik Deskriptif ... 39

3.9.2 Uji Asumsi Klasik ... 40

3.9.3 Uji Hipotesis ... 42

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Bursa Efek Indonesia (BEI) ... 45

4.1.1 Sejarah Bursa Efek Indonesia (BEI) ... 45

4.1.2 Struktur Organisasi Bursa Efek Indonesia ... 48

4.2 Deskripsi Sampel Penelitian ... 50

4.3 Deskripsi Statistik ... 51

4.4 Hasil Uji Asumsi Klasik ... 54

4.4.1 Uji Normalitas ... 54

4.4.2 Uji Autokorelasi ... 56

4.4.3 Uji Multikolinearitas ... 56

4.4.4 Uji Heteroskedastisitas ... 57

4.5 Koefisien Determinasi (R2) ... 58

4.6 Hasil Uji Kelayakan Model (Uji F) ... 59

4.7 Moderated Regression Analysis (MRA) ... 60

4.8 Uji Signifikansi Individual (Uji t) ... 62

4.9 Pembahasan Hasil Penelitian ... 65

4.9.1 Pengaruh Reputasi Auditor terhadap Audit Report Lag .. 65

4.9.2 Pengaruh Tenure Audit terhadap Audit Report Lag ... 66

4.9.3 Pengaruh Komite Audit terhadap Audit Report Lag ... 68

4.9.4 Komite Audit Memoderasi Pengaruh Reputasi Auditor terhadap Audit Report Lag ... 69

4.9.5 Komite Audit Memoderasi Pengaruh Tenure Audit terhadap Audit Report Lag ... 70

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 72

5.2 Saran ... 73 DAFTAR RUJUKAN


(10)

9

DAFTAR TABEL

No Tabel Halaman

4.1 Seleksi Sampel Berdasarkan Kriteria ... 50

4.2 Hasil Statistik Deskriptif ... 51

4.3 Uji Normalitas ... 54

4.4 Hasil Uji Normalitas ... 54

4.5 Hasil Uji Autokorelasi... 56

4.6 Hasil Uji Multikolinearitas ... 57

4.7 Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 58

4.8 Hasil Uji Koefisien Determinasi ... 59

4.9 Hasil Uji Kelayakan Model (Uji F) ... 60


(11)

10

DAFTAR GAMBAR

No Gambar Halaman


(12)

11

DAFTAR LAMPIRAN

No Lampiran Halaman

1 Nama-nama Perusahaan Manufaktur yang Menjadi Sampel

Penelitian ... 81

2 Tabulasi Data Sampel Perusahaan ... 83

3 Statistik Deskriptif ... 88

4 Uji Asumsi Klasik ... 89

5 Analisis Koefisien Determinasi ... 91


(13)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Laporan keuangan merupakan salah satu instrumen penting dalam mendukung keberlangsungan suatu perusahaan. Laporan keuangan juga merupakan suatu media komunikasi antara manajemen (pihak internal perusahaan) dengan investor (pihak eksternal perusahaan). Tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan keuangan dalam pembuatan keputusan ekonomi (Ikatan Akuntan Indonesia, 2012:5).

Laporan keuangan menunjukkan hasil pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber daya yang dipercayakan kepada mereka. Laporan keuangan harus memiliki kualitas yang tinggi sebelum diserahkan pada para pengguna laporan keuangan karena pengguna informasi laporan keuangan membutuhkan laporan yang lengkap, transparan, dan informasi yang disajikan tepat waktu. Para pemakai dari laporan keuangan akan menggunakannya untuk meramalkan, membandingkan, dan menilai dampak keuangan yang timbul dari keputusan ekonomis yang diambilnya. Laporan keuangan tersebut menjadi bermanfaat bagi pengambilan keputusan apabila andal dan relevan, yaitu tersedia pada saat dibutuhkan dan dapat diuji kebenarannya. Nilai dari ketepatan waktu


(14)

pelaporan keuangan merupakan faktor yang penting agar laporan keuangan menjadi bermanfaat (Givoly dan Palmon, 1982).

Ketepatan waktu atas laporan keuangan menjadi sangat penting bagi tiap perusahaan, terutama perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Menurut Dyer dan McHugh (1975) menyatakan bahwa ketepatan waktu pelaporan keuangan merupakan elemen pokok atas laporan keuangan dan oleh karena itu laporan keuangan sebaiknya disampaikan tepat waktu. Peraturan mengenai penyampaian laporan keuangan telah diatur oleh Bapepam dalam UU No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal yang menyatakan bahwa perusahaan publik wajib menyampaikan laporan keuangan secara berkala kepada Bapepam dan mengumumkan laporan tersebut kepada masyarakat. Pada tanggal 5 Juli 2011, Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan menerbitkan Peraturan Nomor: X.K.2, Lampiran Keputusan Ketua Bapepam dan LK Nomor: Kep-346/BL/2011 tentang Penyampaian Laporan Keuangan Berkala Emiten Atau Perusahaan Publik, menyatakan bahwa laporan keuangan tahunan disampaikan kepada Bapepam dan Lembaga Keuangan dan diumumkan kepada publik paling lambat pada akhir bulan ketiga (90 hari) setelah tanggal laporan keuangan tahunan. Penerbitan peraturan ini mencabut Keputusan Ketua Bapepam dan LK Nomor: KEP-36/PM/2003 tentang Kewajiban Penyampaian Laporan Keuangan dan Keputusan Ketua Bapepam dan LK Nomor: Kep-40/BL/2007 tentang Jangka Waktu Penyampaian Laporan Keuangan Berkala dan Laporan Tahunan Bagi Emiten atau Perusahaan Publik yang Efeknya Tercatat di Bursa Efek Indonesia dan Bursa Efek di Negara Lain.


(15)

PT Bursa Efek Indonesia (BEI) menyatakan masih ada sekitar 57 emiten yang belum menyerahkan laporan keuangan tahun buku 2013. Tercatat hingga 1 April 2014 dari total emiten yang wajib menyampaikan laporan keuangan tahun buku 2013 dari sebanyak 530 perusahaan. Padahal jika dilihat pada laporan keuangan tahun buku 2012, emiten yang telat memberikan laporan keuangan ada 52 emiten (www.okezone.com). Hal ini berarti keterlambatan emiten menyerahkan laporan keuangan mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya. Sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan, perusahaan yang tidak tepat waktu menyampaikan laporan keuangannya akan dikenakan sanksi administrasi dan denda sesuai dengan ketentuan pasal 63 huruf e Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1995 tentang Penyelenggaraan Kegiatan di Bidang Pasar Modal yang menyatakan bahwa Emiten yang pernyataan pendaftarannya telah menjadi efektif, dikenakan sanksi denda Rp1.000.000,00 atas setiap hari keterlambatan penyampaian laporan dengan ketentuan jumlah keseluruhan denda paling banyak Rp500.000.000,00. Oleh karena itu, agar perusahaan tidak memperoleh sanksi administrasi dan denda maka perusahaan harus menyampaikan laporan keuangan tahunan kurang dari batas yang ditentukan oleh Bapepam.

Peraturan Bapepam membuat auditor dituntut untuk lebih professional dalam bekerja sesuai dengan Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) yang telah ditetapkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI), khususnya pada standar ketiga yang menyatakan bahwa dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, audior wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama (SPAP, 2011:230.1). Pemenuhan standar ini tidaklah mudah bagi


(16)

seorang auditor, karena untuk memenuhi hal tersebut diperlukan waktu yang tidak singkat. Hal ini menimbulkan dilema tersendiri bagi auditor, di satu sisi peraturan Bapepam menuntut auditor untuk bekerja secara tepat waktu, sedangkan untuk memenuhi standar diperlukan waktu yang tidak sedikit. Lamanya waktu penyelesaian audit akan berpengaruh pada ketepatan waktu informasi tersebut disampaikan.

Waktu antara tanggal laporan keuangan dengan tanggal opini audit dalam laporan keuangan auditan mengindikasikan tentang lamanya waktu penyelesaian audit yang dilakukan. Audit report lag adalah jangka waktu antara tanggal tahun buku perusahaan sampai tanggal laporan keuangan audit dikeluarkan (Anastasia dalam Wardhana, 2014). Menurut Iskandar dan Trisnawati (2010) lamanya waktu penyelesaian audit yang dilakukan oleh auditor dilihat dari perbedaan waktu tanggal laporan keuangan dengan tanggal opini audit dalam laporan keuangan disebut audit report lag. Secara sederhana audit report lag adalah rentang waktu dalam menyelesaikan pekerjaan audit hingga tanggal dipublikasikan laporan audit yang diukur berdasarkan lamanya hari yang dibutuhkan untuk memperoleh laporan auditor independen, sejak tutup buku perusahaan yatu per 31 Desember sampai pada tanggal yang tertera pada laporan auditor independen (Juanita, 2012). Audit report lag yang berlebihan dapat membahayakan kualitas atas laporan keuangan karena tidak memberikan informasi yang tepat waktu kepada investor dan berimplikasi kepada berkurangnya kepercayaan investor terhadap pasar (Hashim dan Rahman, 2011). Hal tersebut dikarenakan berkurangnya nilai andal dan relevan atas laporan keuangan yang dikeluarkan perusahaan. Oleh


(17)

karena itu auditor harus dapat mengestimasi waktu penyelesaian audit untuk dapat mempublikasikan secara tepat waktu. Hal ini dapat disimpulkan bahwa ketepatan waktu dalam penyajian laporan keuangan merupakan suatu konsekuensi yang harus dipenuhi dalam publikasi laporan keuangan. Hal ini juga mengartikan bahwa hasil audit memiliki konsekuensi yang besar karena hasil audit harus dilaporkan secara tepat waktu.

Aktivitas pemenuhan dalam penyesuaian standar dan prosedur yang berlaku di Indonesia, auditor membutuhkan waktu dalam penyelesaian audit. Jika auditor tidak memiliki kecermatan, ketepatan dan keahlian dalam mengaudit, hal ini mempengaruhi lamanya penyelesaian audit atau audit report lag (ARL) yang semakin panjang. Hal ini juga berdampak pada publikasi laporan keuangan perusahaan yang mengakibatkan kualitas dari laporan keuangan akan semakin turun terutama keandalan dan relevansi informasi (Dewi, 2014). Para pengambil keputusan menggunakan informasi yang disediakan dalam laporan keuangan yang telah diaudit sehingga unsur ketepatan waktu adalah hal yang sangat penting agar informasi tersebut tidak kehilangan manfaat untuk mendukung pengambilan keputusan. Jika keterlambatan terjadi maka kualitas dari keputusan yang dibuat menjadi berkurang.

Laporan keuangan atau informasi akan kinerja keuangan harus disajikan dengan akurat dan terpercaya. Kredibilitas dari laporan keuangan dapat ditingkatkan dengan menggunakan jasa auditor dari Kantor Akuntan Publik dengan reputasi yang baik (Sulistyo dalam Sutikno, 2015). Kantor akuntan publik yang memiliki reputasi atau nama yang baik berafiliasi dengan kantor akuntan


(18)

publik universal seperti Big Four Worldwide Accounting Firm (Big 4). Lee et al., (2008) menyatakan bahwa KAP yang berafiliasi dengan Big Four lebih

awal dalam menyelesaikan auditnya dibandingkan dengan KAP non Big Four. Hal tersebut dikarenakan KAP Big Four memiliki ketersediaan teknologi dan sumber daya manusia yang lebih spesialis sehingga membuat pekerjaan audit yang dilakukan lebih efisien. Adanya tenaga spesialis pada KAP Big Four akan membantu perusahaan lebih cepat dalam menyelesaikan proses audit dan menyampaikan laporan auditnya, karena tenaga spesialis dalam KAP Big Four memiliki kompetensi, keahlian dan kemampuan yang dapat mempercepat proses audit dan mempersingkat audit report lag (Tambunan, 2014).

Penelitian yang dilakukan oleh Sutikno (2015), Arifa (2013), serta Saputri (2012) menunjukkan bahwa reputasi auditor berpengaruh negatif terhadap audit report lag. Hal ini dapat diartikan bahwa perusahaan yang menggunakan jasa auditor dari KAP Big Four akan relatif lebih singkat audit report lag-nya dibandingkan dengan menggunakan jasa auditor dari KAP selain Big Four. Auditor yang mempunyai reputasi yang baik, dalam hal ini adalah KAP Big Four akan memberikan kualitas pekerjaan audit yang efektif dan efisien, sehingga audit dapat diselesaikan secara tepat waktu. Namun hasil ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Angruningrum dan Wirakusuma (2013), dan Kartika (2011) menunjukkan bahwa reputasi auditor tidak berpengaruh terhadap audit report lag.

Perolehan kecermatan, ketepatan dan keahlian audit akan semakin diperoleh dengan lamanya masa perikatan audit dengan kliennya. Lamanya masa perikatan kerja auditor dengan kliennya dalam pemeriksaan laporan keuangan


(19)

disebut dengan tenure audit. Menurut Lee et al., (2009) menyatakan bahwa semakin meningkat tenure audit maka pemahaman auditor atas operasi, risiko bisnis, serta sistem akuntansi perusahaan akan turut meningkat sehingga menghasilkan proses audit yang lebih efisien. Sebaliknya jika auditor melakukan perikatan audit pada klien baru maka jangka waktu penyelesaian audit akan lebih panjang. Hal ini disebabkan auditor membutuhkan waktu lebih lama untuk dapat beradaptasi dengan pencatatan, kegiatan operasional, kendali internal, serta kertas kerja (working paper) periode lalu perusahaan pada awal perikatan, Ashton et al., (1987) dan Lee et al., (2009).

Penelitian Lee et al., (2009) menguji kembali hubungan tenure audit dengan audit report lag pada lingkup penelitian yang lebih besar, dilihat dari penelitian 2000 hingga 2005 pada perusahaan yang merupakan klien dari berbagai KAP di Amerika Serikat. Penelitian tersebut menghasilkan kesimpulan bahwa tenure audit yang panjang terkait dengan tingkat efisiensi audit yang lebih tinggi, yakni berupa audit report lag yang lebih pendek. Hasil penelitian Dewi (2014) menunjukkan hasil tenure audit berpengaruh negatif terhadap audit report lag. Semakin panjang tenure audit mengakibatkan auditor akan semakin banyak memiliki pengalaman dan pengetahuan mengenai karakteristik klien serta operasional bisnis klienya. Hal ini akan menciptakan efisiensi yang semakin meningkat sehingga waktu yang dibutuhkan dalam penyelesaian audit atas laporan keuangan akan semakin lebih cepat diselesaikan dengan kata lain audit report lag (ARL) semakin pendek. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Rustiarini dan


(20)

Sugiarti (2013) menyatakan bahwa tenure audit tidak berpengaruh terhadap report lag.

Bursa Malaysia mengindikasikan bahwa salah satu mekanisme Corporate Governance yaitu komite audit berperan penting di dalam pencapaian tujuan dari Bursa Malaysia agar ketepatan waktu pelaporan keuangan dapat tercapai (Hashim dan Rahman, 2011). Komite audit merupakan salah satu komponen corporate governance yang berperan penting dalam proses pelaporan keuangan dengan cara mengawasi pekerjaan auditor independen dalam proses pelaporan keuangan serta membantu tugas-tugas dari dewan komisaris. Komite audit bertugas membantu dewan komisaris untuk memastikan bahwa: (i) laporan keuangan disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum, (ii) struktur pengendalian internal perusahaan dilaksanakan dengan baik, (iii) pelaksanaan audit internal maupun eksternal dilaksanakan sesuai dengan standar audit yang berlaku, dan (iv) tindak lanjut temuan hasil audit dilaksanakan oleh manajemen (Komite Nasional Kebijakan Governance, 2006:15).

Keputusan Direksi Bursa Efek Nomor I-A, tentang ketentuan umum pencatatan efek bersifat ekuitas di bursa yang menyatakan bahwa dalam rangka penyelenggaraan pengelolaan perusahaan yang baik (good corporate governance), perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) wajib memiliki komite audit dan komisaris independen. Peraturan Bapepam No. IX.I.5: Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite Audit, Lampiran Keputusan Ketua BAPEPAM No: Kep-29/PM/2004 yang diterbitkan pada 24 September 2004 menjelaskan komite audit bertugas untuk memberikan pendapat kepada dewan


(21)

komisaris terhadap laporan atau hal-hal yang disampaikan oleh direksi kepada dewan komisaris, mengidentifikasi hal-hal yang memerlukan perhatian dewan komisaris, dan melaksanakan tugas-tugas lain yang berkaitan dengan tugas dewan komisaris.

Adanya peraturan Bapepam ini diharapkan praktik komite audit di Indonesia dapat dirasakan manfaatnya bagi entitas perusahaan. Karena komite audit diharapkan untuk berperan aktif terhadap proses pembuatan laporan keuangan suatu perusahaan sehingga tidak terjadi keterlambatan dalam pelaporannya. Komite audit juga memiliki hubungan kerja dengan auditor eksternal, oleh karena itu komite audit dapat menilai level of audit coverage and assurance, hal ini dapat dilakukan oleh anggota komite audit yang berpengetahuan cukup. Hal ini dapat mempengaruhi timeliness dan mengurangi audit report lag (Hashim dan Rahman, 2011).

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, hasil penelitian sebelumnya yang tidak konsisten menjadi motivasi dalam meneliti kembali bagaimana pengaruh reputasi auditor dan tenure audit terhadap audit report lag. Penelitian ini menambahkan variabel komite audit sebagai variabel moderasi pengaruh reputasi auditor dan tenure audit terhadap audit report lag. Pembentukan komite audit pada perusahaan diharapkan dapat memonitor hubungan antara auditor dengan manajemen perusahaan sehingga dapat meningkatkan kualitas laporan keuangan dan mengurangi audit report lag. Auditor merupakan pihak independen dari luar perusahaan sedangkan komite audit adalah pihak independen dari dalam perusahaan yang ikut dalam melakukan


(22)

pengawasan, sehingga dengan adanya komite audit diharapkan tidak terjadi kecurangan dalam laporan keuangan yang disusun oleh manajemen yang dapat mengakibatkan audit report lag. Dengan demikian penggunaan komite audit sebagai variabel moderasi dalam penelitian ini diharapkan dapat mempengaruhi hubungan antara reputasi auditor dan tenure audit terhadap audit report lag.

Objek penelitian yang dipilih pada penelitian ini adalah menggunakan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2012-2014 yang dipandang cukup mewakili kondisi perusahaan di Indonesia. Alasan menggunakan perusahaan manufaktur adalah karena perusahaan manufaktur mempunyai operasi yang lebih kompleks dibandingkan dengan kelompok perusahaan lain yang dapat mempengaruhi audit report lag. Periode penelitian yang dipilih dalam penelitian ini adalah tahun 2012-2014. Alasan dipilihnya periode penelitian tahun 2012-2014 karena periode tersebut merupakan periode yang terbaru dibandingkan dengan penelitian sebelumnya dan memberikan gambaran terkini mengenai audit report lag dari suatu perusahaan agar lebih akurat.

1.2 Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1) Bagaimana pengaruh reputasi auditor terhadap audit report lag? 2) Bagaimana pengaruh tenure audit terhadap audit report lag? 3) Bagaimana pengaruh komite audit terhadap audit report lag?


(23)

4) Bagaimana komite audit memoderasi pengaruh reputasi auditor terhadap audit report lag?

5) Bagaimana komite audit memoderasi pengaruh tenure audit terhadap audit report lag?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah penelitian diatas, maka tujuan penelitian ini adalah:

1) Untuk menguji pengaruh reputasi auditor terhadap audit report lag. 2) Untuk menguji pengaruh tenure audit terhadap audit report lag. 3) Untuk menguji pengaruh komite audit terhadap audit report lag.

4) Untuk menguji komite audit memoderasi pengaruh reputasi auditor terhadap audit report lag.

5) Untuk menguji komite audit memoderasi pengaruh tenure audit terhadap audit report lag.

1.4 Kegunaan Penelitian

Melalui penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat dan kegunaan sebagai berikut:

1) Kegunaan Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk mengaplikasikan teori-teori yang diperoleh di bangku kuliah dengan kenyataan yang ada di perusahaan dan penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dan


(24)

sumbangan konseptual bagi penelitian sejenis yang terkait dengan faktor-faktor yang memengaruhi audit report lag dalam pengembangan ilmu pengetahuan untuk kemajuan dunia pendidikan.

2) Kegunaan Praktis

Memberikan bukti empiris dalam hal menambah pemahaman tentang komite audit sebagai pemoderasi pengaruh reputasi auditor dan tenure audit terhadap audit report lag. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi positif, masukan, dan bahan pertimbangan kepada mahasiswa maupun pembaca lain mengenai faktor-faktor yang memengaruhi audit report lag.

1.5 Sistematika Penulisan

Skripsi ini terdiri dari lima bab yang saling berhubungan antara bab yang satu dengan yang lain dan disusun secara terperinci serta sistematis untuk memberikan gambaran yang lebih jelas dari masing-masing bab skripsi ini, dapat dilihat dalam sistematika penulisan berikut:

BAB I : Pendahuluan

Pada bab ini akan diuraikan mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah penelitian, tujuan dan kegunaan penelitian serta sistematika penulisan.


(25)

BAB II : Kajian Pustaka dan Hipotesis Penelitian

Pada bab ini diuraikan mengenai teori-teori yang relevan sebagai acuan dan landasan memecahkan permasalahan penelitian serta rumusan hipotesis penelitian.

BAB III : Metode Penelitian

Pada bab ini diuraikan mengenai desain penelitian, lokasi dan ruang lingkup wilayah penelitian, objek penelitian, identifikasi dan definisi operasional variabel, jenis dan sumber data, metode penentuan sampel, metode pengumpulan data, dan teknik analisis data yang digunakan.

BAB IV : Data dan Pembahasan Hasil Penelitian

Pada bab ini diuraikan mengenai gambaran umum tentang sejarah singkat lokasi penelitian, pengujian statistik dan analisis terhadap hasil penelitian. Bab ini juga menguraikan interpretasi dari hasil penelitian yang memberikan jawaban atas permasalahan dari penelitian ini.

BAB V : Simpulan dan Saran

Pada bab ini menyajikan simpulan dari pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya dan disertakan pula beberapa saran yang diharapkan mampu memberikan wawasan kepada pembaca dan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan.


(26)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2.1 Landasan Teori dan Kosep 2.1.1 Teori Agensi

Jensen dan Meckling (1976) menjelaskan hubungan keagenan di dalam teori agensi (agency theory) bahwa perusahaan merupakan kumpulan kontrak (nexus of contract) antara pemilik sumber daya ekonomis (principal) dan manajer (agent) yang mengurus penggunaan dan pengendalian sumber daya tersebut. Di dalam hubungan keagenan terdapat suatu kontrak dimana satu orang atau lebih (principal) memerintah orang lain (agent) untuk melakukan suatu jasa atas nama prinsipal dan memberi wewenang kepada agen untuk membuat keputusan yang terbaik bagi prinsipal.

Dalam hubungan prinsipal dan agen tidak selalu terjadi kesesuaian informasi diantara kedua pihak tersebut. Ketidaksesuaian informasi ini disebut asymmetric information antara pihak agen dengan prinsipal. Asymmetric information yaitu distribusi informasi antara pihak agen dengan prinsipal tidak seimbang. Menurut Jensen and Meckling (1976) asymmetric information dapat menyebabkan dua permasalahan untuk perusahaan. Masalah tersebut adalah sebagai berikut:

1) Moral Hazard merupakan permasalahan yang timbul karena agen tidak melaksanakan hal yang telah disepakati dalam kontrak kerja bersama.


(27)

2) Adverse Selection merupakan suatu keadaan dimana prinsipal tidak dapat mengetahui apakah suatu keputusan yang diambil agen benar-benar mendasarkan informasi, atau terjadi sebagai sebuah kelalaian tugas.

Pencegahan terhadap moral hazard maka dibentuk sebuah kontrak antara kedua belah pihak. Kontrak tersebut mengharuskan agen memberikan jasa kepada pemilik. Pendelegasian wewenang dari pemilik kepada manajemen membuat pemindahan kepemilikan hak kepada manajemen dalam pengambilan keputusan bisnis bagi kepentingan pemilik. Akan tetapi, kepentingan dua pihak ini tidak selalu sejalan sehingga muncul agency problem diantara keduanya.

Oleh karena itu pihak ketiga dibutuhkan dalam memeriksa tanggung jawab yang telah dilakukan manajemen. Solusi lainnya adalah dengan memberi insentif kepada manajer seperti saham perusahaan. Pemberian insentif semacam itu, manajer akan mempunyai rasa memiliki pada perusahaan sehingga tercipta keselarasan preferensi antara prinsipal dan agen. Namun solusi yang paling tepat adalah adanya pihak penengah yang independen dalam mengatasi permasalahan yang terjadi diantara pihak prinsipal dan pihak agen. Hal ini dilakukan untuk menjamin manajer sebagai agen bertindak sesuai kepentingan pemilik (Dewi, 2014). Argumen ini didukungan dengan penelitian Jensen dan Meckling (1976) yang menyatakan setuju untuk mengatasi masalah-masalah antara prinsipal dan agen dibutuhkan pihak ketiga yang independen.

Pihak ketiga yang independen yang dimaksud adalah auditor eksternal. Dengan adanya auditor eksternal yang independen maka pihak prisipal tidak akan


(28)

disalahgunakan kepercayaannya. Prinsipal juga dapat memiliki keyakinan yang lebih besar kepada agen dan dapat mengetahui sebaik apa kondisi perusahaan dibawah pengambilan keputusan agen. Manajemen adalah pihak yang menunjuk seorang auditor sehingga terjadi pengalihan tanggung jawab untuk melakukan audit atas laporan keuangan yang dibuat oleh manajemen, dan berguna bagi pemegang saham.

Informasi laporan keuangan yang akurat dan tepat waktu dapat mempengaruhi permintaan akan audit laporan keuangan. Hubungan dalam teori agensi erat kaitannya dengan ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan. Ketepatan waktu menunjukan rentang waktu antara informasi yang ingin disajikan dengan pelaporan, apabila informasi tersebut tidak disampaikan tepat waktu mengakibatkan nilai dari informasi menjadi berkurang. Berkurangnya nilai informasi yang disampaikan kepada prinsipal menimbulkan asimetris informasi. Asimetris informasi merupakan salah satu elemen teori keagenan, dalam hal ini pihak agen lebih banyak mengetahui informasi internal perusahaan secara detail dibandingkan pihak prinsipal yang hanya mengetahui informasi perusahaan secara eksternal melalui hasil kinerja yang dibuat oleh manajemen. Oleh karena itu, hal ini memerlukan ketepatan waktu mengurangi adanya asimetris infomasi antara pihak agen atau manajemen dengan pihak prinsipal atau pemegang saham, sehingga laporan keuangan dapat disampaikan secara transparan kepada prinsipal (Dewi, 2014).

2.1.2 Signaling Theory

Teori sinyal (signaling theory) mengemukakan tentang bagaimana sebuah perusahaan memberikan sinyal kepada pengguna laporan keuangan. Sinyal ini


(29)

merupakan informasi mengenai apa yang sudah dilakukan oleh manajemen untuk merealisaikan keinginan pemilik. Teori sinyal menyatakan bahwa perusahaan yang berkualitas baik dengan sengaja akan memberikan sinyal pada pasar, dengan demikian pasar diharapkan dapat membedakan perusahaan yang berkualitas baik dan buruk (Hartono dalam Ayushabrina, 2014).

Kualitas informasi yang baik akan mengurangi asimetri informasi yang timbul antara manajemen yang lebih mengetahui informasi internal dibandingkan dengan pihak eksternal perusahaan. Salah satu informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan adalah laporan keuangan tahunan yang memuat semua informasi keuangan dan non keuangan sehingga dapat mencerminkan kinerja perusahaan. Sesuai dengan karakteristik kualitatif yang harus dimiliki laporan keuangan, maka laporan keuangan harus disajikan secara andal, dapat diperbandingkan, mudah dipahami, dan relevan yang memuat informasi-informasi yang dibutuhkan oleh para pengambil keputusan.

Teori sinyal bermanfaat dalam menjelaskan ketepatan waktu (sifat relevan) penyajian laporan keuangan tahunan yang telah diaudit kepada pihak public sehingga dapat memberi sinyal bahwa perusahaan mempunyai informasi yang bermanfaat atau memiliki good news. Semakin lama audit report lag menyebabkan kurang bergunanya informasi dalam pengambilan keputusan karena informasi kehilangan sifat relevannya. Lamanya audit report lag memberikan sinyal bahwa perusahaan memiliki bad news sehingga tidak dapat mempublikasikan laporan keuangannya secara tepat waktu (Givoly dan Palmon, 1982).


(30)

2.1.3 Audit Report Lag

Salah satu cara untuk mengukur transparansi dan kualitas pelaporan keuangan adalah ketepatan waktu. Rentang waktu antara tanggal laporan keuangan perusahaan dan tanggal ketika informasi keuangan diumumkan ke publik berhubungan dengan kualitas informasi keuangan yang dilaporkan (McGee, 2007). Audit report lag adalah lamanya waktu penyelesaian audit yang diukur dari tanggal penutupan tahun buku atau akhir tahun fiskal hingga tanggal diterbitkannya laporan keuangan auditan (Soetedjo, 2006). Sedangkan menurut Naimi et al., (2010) memaparkan bahwa audit report lag adalah jumlah tanggal antara laporan keuangan tahunan dan laporan keuangan auditan atau tidak menampilkan kualitas laporan keuangan kepada investor.

Menurut Dyer dan McHugh (1975) menyatakan bahwa keterlambatan (lag) dibagi menjadi tiga bagian yaitu: 1) preliminary lag, merupakan interval waktu antara tanggal berakhirnya tahun buku sampai dengan tanggal diterimanya laporan keuangan pendahuluan oleh pasar modal; 2) auditor’s signature lag, merupakan interval waktu antara tanggal berakhirnya tahun buku sampai dengan tanggal yang tertera dalam laporan auditor independen; serta 3) total lag merupakan, interval waktu antara tanggal berakhirnya tahun buku sampai dengan tanggal diterimanya laporan keuangan publikasi auditan oleh pasar modal.

Audit report lag termasuk dalam karakteristik kualitatif yang harus dipenuhi dalam laporan keuangan yaitu sifat relevan. Menurut Kieso et al., (2008:37) laporan keuangan dianggap tidak relevan saat laporan keuangan tersebut kehilangan kapasitas untuk mempengaruhi keputusan yang diambil.


(31)

Laporan keuangan yang relevan yakni memiliki ketepatan waktu (timeliness). Sehingga audit report lag sangat mempengaruhi ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan perusahaan yang telah diaudit. Semakin panjang audit report lag, berarti perusahaan akan semakin terlambat untuk menyampaikan laporan keuangan kepada publik yang menunjukkan semakin lamanya auditor menyelesaikan pekerjaan audit. Berdasarkan Peraturan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor: X.K.2, Lampiran Keputusan Ketua Bapepam dan LK Nomor: Kep-346/BL/2011 tentang Penyampaian Laporan Keuangan Berkala Emiten Atau Perusahaan Publik, menyatakan bahwa laporan keuangan tahunan disampaikan kepada Bapepam dan Lembaga Keuangan dan diumumkan kepada publik paling lambat pada akhir bulan ketiga (90 hari) setelah tanggal laporan keuangan tahunan. Ketepatan waktu menjadi hal penting karena keputusan yang diambil oleh stakeholders bergantung pada informasi yang disediakan.

2.1.4 Reputasi Auditor

Menurut Saputri (2012) informasi keuangan dan kinerja perusahaan akan lebih dapat dipercaya apabila telah menggunakan jasa KAP. Lee et al., (2008) menyatakan bahwa KAP yang berafiliasi dengan Big Four lebih awal dalam menyelesaikan auditnya dibandingkan dengan KAP non-Big Four. Hal tersebut dikarenakan KAP Big Four memiliki ketersediaan teknologi dan sumber daya manusia yang lebih spesialis sehingga membuat pekerjaan audit yang dilakukan lebih efisien.


(32)

Adapun kategori Kantor Akuntan Publik yang berafiliasi dengan The Big Four di Indonesia, yaitu:

1) KAP Price Waterhouse Coopers, yang bekerja sama dengan KAP Tanudiredja, Wibisana & Rekan.

2) KAP KPMG (Klynveld Peat Marwick Goerdeler), yang bekerja sama dengan KAP Siddharta dan Widjaja.

3) KAP Ernst & Young, yang bekerja sama dengan KAP Purwantono, Suherman dan Surja.

4) KAP Deloitte Touche Tohmatsu, yang bekerja sama dengan KAP Osman Bing Satrio.

KAP yang lebih besar memiliki reputasi dan kualitas audit lebih baik dari KAP kecil. Maka dapat disimpulkan bahwa perusahaan yang menggunakan jasa KAP besar cenderung mengurangi audit report lag karena memiliki teknologi dan sumber daya manusia yang lebih banyak dibandingkan dengan reputasi dan kualitas yang dimiliki KAP kecil (Sutikno, 2015).

2.1.5 Tenure Audit

Tenure audit adalah jangka waktu sebuah kantor akuntan publik melakukan perikatan terhadap kliennya dalam memberikan jasa audit laporan keuangan. Definisi lain tenure audit menurut Geiger dan Raghunandan (2002) adalah lamanya hubungan auditor dan klien yang diukur dengan jumlah tahun. Peraturan mengenai jangka waktu perikatan audit diatur dalam Keputusan Menteri Keuangan Nomor 17/PMK.01 tahun 2008 tentang Jasa Akuntan Publik yang


(33)

mengatur perihal pemberian jasa audit umum atas laporan keuangan suatu entitas dapat dilakukan oleh KAP paling lama 6 (enam) tahun buku berturut-turut dan seorang Akuntan Publik paling lama untuk 3 (tiga) tahun buku berturut-turut. Pada tanggal 6 April 2015, pemerintah telah menerbitkan peraturan baru yaitu Peraturan Pemerintah (PP) No. 20 Tahun 2015 tentang Praktik Akuntan Publik yang mengatur perihal pemberian jasa audit atas informasi keuangan historis terhadap suatu entitas oleh seorang Akuntan Publik dibatasi paling lama untuk 5 (lima) tahun buku berturut-turut dan tidak ada pembatasan lagi untuk KAP.

Penelitian mengenai tenure audit dalam berbagai proxi telah banyak dilakukan, diantaranya adalah penelitian Geiger dan Raghunandan (2002) mengenai hubungan antara tenure audit terhadap kegagalan audit. Hasil dari penelitian tersebut membuktikan bahwa kegagalan audit lebih tinggi pada tahun awal masa audit. Penelitian Lee et al., (2009) menguji kembali hubungan tenure audit dengan audit report lag pada lingkup penelitian yang lebih besar dilihat dari penelitian 2000 hingga 2005 pada perusahaan yang merupakan klien dari berbagai KAP di Amerika Serikat. Penelitian tersebut menghasilkan kesimpulan bahwa tenure audit terkait dengan tingkat efisiensi audit yang lebih tinggi, yakni berupa audit report lag yang pendek.

Pada umumnya, penjelasan yang dapat menguraikan hubungan negatif antara tenure audit dengan audit report lag dibangun berdasarkan argumen bahwa auditor dengan tenure audit yang lebih pendek belum memiliki pemahaman yang mendalam dan memadai tentang perusahaan, sehingga memperbesar potensi kegagalan audit yang dapat mengakibatkan durasi audit report lag yang lebih


(34)

panjang. Oleh karena itu, dibutuhkan rentang waktu khusus bagi auditor untuk membangun pemahaman atas karakteristik bisnis dan operasional perusahaan pada masa awal perikatan audit (Ardianti, 2013). Start-up dibutuhkan agar auditor menjadi lebih familiar dengan pencatatan, operasional, kendali internal, serta kertas kerja (working paper) klien (Ashton et al., 1987). Hal ini mengakibatkan auditor akan menghabiskan lebih banyak waktu dalam pelaksanaan proses audit pada tahun-tahun awal perikatan audit dengan perusahaan (Caramanis dan Lenox, 2008). Dengan demikian, pemahaman auditor atas karakteristik operasional perusahaan menjadi lebih lengkap dan mendalam seiring peningkatan tenure audit (Carcello dan Nagy, 2004).

2.1.6 Komite Audit

Sesuai dengan peraturan BAPEPAM-LK dalam surat edaran No. SE-03/PM/2000 dinyatakan bahwa emiten publik harus mempunyai komite audit yang beranggotakan paling sedikit tiga orang dengan dipimpin oleh komisaris independen dan sisanya merupakan anggota eksternal. Persyaratan Keanggotaan Komite Audit berdasarkan keputusan Ketua Bapepam dan LK nomor Kep-643/BL/2012 adalah sebagai berikut:

1) Anggota komite audit wajib memiliki integritas yang tinggi, kemampuan, pengetahuan, pengalaman sesuai dengan bidang pekerjaannya, serta mampu berkomunikasi dengan baik.

2) Anggota komite audit wajib memahami laporan keuangan, bisnis perusahaan khususnya yang terkait dengan layanan jasa atau kegiatan


(35)

usaha Emiten atau Perusahaan Publik, proses audit, manajemen risiko, dan peraturan perundang-undangan di bidang Pasar Modal serta peraturan perundang-undangan terkait lainnya.

3) Anggota komite audit wajib mematuhi kode etik Komite Audit yang ditetapkan oleh Emiten atau Perusahaan Publik.

4) Anggota komite audit bersedia meningkatkan kompetensi secara terus menerus melalui pendidikan dan pelatihan.

5) Anggota komite audit wajib memiliki paling kurang satu anggota yang berlatar belakang pendidikan dan keahlian di bidang akuntansi dan/atau keuangan.

6) Anggota komite audit bukan merupakan orang dalam Kantor Akuntan Publik, Kantor Konsultan Hukum, Kantor Jasa Penilai Publik atau pihak lain yang memberi jasa assurance, jasa non-assurance, jasa penilai dan/atau jasa konsultasi lain kepada Emiten atau Perusahaan Publik yang bersangkutan dalam waktu 6 (enam) bulan terakhir. 7) Anggota komite audit bukan merupakan orang yang bekerja atau

mempunyai wewenang dan tanggung jawab untuk merencanakan, memimpin, mengendalikan, atau mengawasi kegiatan Emiten atau Perusahaan Publik tersebut dalam waktu 6 (enam) bulan terakhir kecuali Komisaris Independen.

8) Anggota komite audit tidak mempunyai saham langsung maupun tidak langsung pada Emiten atau Perusahaan Publik.


(36)

9) Dalam hal anggota, komite audit memperoleh saham Emiten atau Perusahaan Publik baik langsung maupun tidak langsung akibat suatu peristiwa hukum, maka saham tersebut wajib dialihkan kepada pihak lain dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan setelah diperolehnya saham tersebut.

10) Anggota komite audit tidak mempunyai hubungan Afiliasi dengan anggota Dewan Komisaris, anggota Direksi, atau Pemegang Saham Utama Emiten atau Perusahaan Publik tersebut.

11) Anggota komite audit tidak mempunyai hubungan usaha baik langsung maupun tidak langsung yang berkaitan dengan kegiatan usaha Emiten atau Perusahaan Publik tersebut.

Forum for Corporate Governance in Indonesia (2001:11) mengemukakan bahwa komite audit mempunyai tanggung jawab dalam memberikan pengawasan secara menyeluruh. Pada umumnya, tanggung jawab komite audit dibagi menjadi 3 (tiga) bidang, yaitu:

1) Laporan Keuangan (Financial Reporting)

Komite audit melaksanakan pengawasan independen dan memastikan bahwa laporan keuangan yang dibuat oleh manajemen telah memberikan gambaran yang sebenarnya.

2) Tata Kelola Perusahaan (Corporate Governance)

Komite audit melaksanakan pengawasan independen dan memastikan bahwa perusahaan telah dijalankan sesuai undang-undang dan peraturan yang berlaku, melaksanakan usahanya dengan beretika,


(37)

melaksanakan pengawasan secara efektif terhadap benturan kepentingan dan kecurangan yang dilakukan oleh karyawan perusahaan.

3) Pengawasan Kontrol (Corporate Control)

Komite audit memberikan pengawasan perusahaan termasuk di dalamnya pemahaman tentang masalah serta hal-hal yang berpotensi mengandung risiko dan sistem pengendalian intern serta memonitor proses pengawasan yang dilakukan oleh auditor internal.

2.2 Hipotesis Penelitian

2.2.1 Pengaruh Reputasi Auditor terhadap Audit Report Lag

Perusahaan yang memakai jasa KAP besar cenderung tepat waktu dalam menyampaikan laporan keuangannya (Hilmi dan Ali, 2008). Kantor Akuntan Publik dengan reputasi yang baik dinilai akan lebih efisien dalam melakukan proses audit dan akan menghasilkan informasi yang sesuai dengan kewajaran dari laporan keuangan perusahaan. Indikator tersebut dapat dinilai dengan penggunaan jasa Kantor Akuntan Publik yang berafiliasi dengan Big Four (big 4) atau bukan (Wulantoro, 2011 dalam Sutikno 2015). Menurut Yuliana dan Ardiati dalam Aditya dan Anisyukurillah (2014), KAP big four umumnya memiliki sumber daya yang lebih besar, baik itu dari segi kompetensi, keahlian, dan kemampuan auditor maupun fasilitas, sistem dan prosedur pengauditan yang digunakan dibandingkan non big four sehingga auditor big four dapat menyelesaikan pekerjaan audit lebih efektif dan efisien.


(38)

Penelitian Ayushabrina (2014), Angruningrum dan Wirakusuma (2013), serta Kartika (2011) menguji pengaruh reputasi auditor terhadap audit report lag. Hasil yang diperoleh dari penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa reputasi auditor tidak berpengaruh terhadap audit report lag. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Sutikno (2015), Tambunan (2014), Aditya dan Anisyukurillah (2014), Arifa (2013), dan Saputri (2012) menunjukkan bahwa reputasi auditor berpengaruh negatif terhadap audit report lag. Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis penelitian ini adalah:

H1: Reputasi auditor berpengaruh negatif terhadap audit report lag.

2.2.2 Pengaruh Tenure Audit terhadap Audit Report Lag

Berdasarkan penelitian Ashton et al., (1987) atas perusahaan-perusahaan yang diaudit oleh U.S Offices of Peat, Marwick, Mitchell & Co., menghasilkan simpulan bahwa salah satu penyebab perusahaan mengalami audit report lag yang lebih panjang adalah karena memiliki tenure audit KAP yang lebih pendek. Signifikansi pengaruh tenure audit KAP terhadap audit report lag kemudian dibuktikan kembali oleh Lee et al., (2009). Dalam penelitian Lee et al., (2009) mengajukan argumen bahwa tenure yang lebih panjang akan meningkatkan efisiensi audit. Peningkatan efisiensi tersebut memungkinkan auditor untuk menyelesaikan audit lebih cepat, yang disebabkan oleh adanya peningkatan dalam pengetahuan auditor atas bisnis perusahaan klien. Selain itu, Habib dan Bhuiyan (2011) membuktikan bahwa perusahaan dengan tenure audit yang lebih pendek menghasilkan audit report lag yang lebih panjang. Hasil penelitian Dewi (2014)


(39)

mendukung hasil penelitian dari Lee et al., (2009) dan Habib dan Bhuiyan (2011) yang menyatakan bahwa tenure audit berpengaruh negatif terhadap audit report lag. Rustiarini dan Sugiarti (2013) meneliti pengaruh tenure audit terhadap audit report lag dengan menunjukkan hasil bahwa tenure audit tidak berpengaruh terhadap report lag. Sedangkan penelitian Wiguna (2012) dan Ardianti (2013) menunjukkan hasil bahwa tenure audit berpengaruh positif terhadap audit report lag. Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis penelitian ini adalah:

H2: Tenure audit berpengaruh negatif terhadap audit report lag.

2.2.3 Pengaruh Komite audit terhadap Audit Report Lag

Komite audit dibentuk oleh dewan komisaris dengan tugas dan tanggung jawab utama untuk memastikan prinsip-prinsip good coporate governance terutama transparasi dan disclosure diterapkan secara konsisten dan memadai oleh para eksekutif dan juga mengawasi proses pelaporan akuntansi dan audit atas laporan keuangan perusahaan (Ardianti, 2013).

Keputusan Ketua Bapepam No. Kep-29/PM/2004 pada tanggal 24 September 2004, anggota komite audit wajib memiliki integritas yang tinggi, kemampuan, pengetahuan, dan pengalaman yang memadai, sesuai latar belakang pendidikannya, serta mampu berkomunikasi dengan baik dan salah seorang anggota komite audit memiliki latar belakang pendidikan akuntansi atau keuangan. Komite audit yang anggotanya memiliki keahlian keuangan sangat penting dalam rangka menangani efektifitas kinerja auditor eksternal. Hal ini dikarenakan tugas komite audit sebagai mediator antara pihak manajemen dengan


(40)

auditor eksternal (Hashim dan Rahman, 2011). Selain itu, komite audit yang memiliki latar belakang akuntansi dan keuangan dipandang dapat meningkatkan kualitas dari laporan keuangan perusahaan dalam hal ini kaitanya dengan audit report lag.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Hashim dan Rahman (2011), Wijaya dan Rahardja (2012), Rianti dan Sari (2014) menyatakan bahwa komite audit berpengaruh negatif terhadap audit report lag. Sedangkan penelitian Rachmawati (2008), Angruningrum dan Wirakusuma (2013) tidak mempengaruhi audit report lag. Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis penelitian ini adalah:

H3: Komite Audit berpengaruh negatif terhadap audit report lag.

2.2.4 Komite Audit Moderasi Pengaruh Reputasi Auditor terhadap Audit Report Lag

Besarnya ukuran Kantor Akuntan Publik (KAP) diperlihatkan oleh tingginya kualitas yang dihasilkan dari jasanya yang selanjutnya akan berpengaruh pada jangka waktu penyelesaian audit. Waktu audit yang cepat merupakan salah satu cara KAP dengan kualitas tinggi untuk mempertahankan reputasi mereka. Menurut Kartika (2011) Kantor Akuntan Publik yang bereputasi baik diperkirakan dapat melakukan audit lebih efisien dan memliki fleksibilitas yang lebih besar untuk menyelesaikan audit sesuai jadwal. Sehingga informasi dapat lebih cepat diterima pengguna laporan keuangan di dalam pengambilan keputusan ekonomi. Bursa Malaysia mengindikasikan bahwa salah satu mekanisme Corporate Governance yaitu komite audit berperan penting di dalam pencapaian tujuan dari Bursa Malaysia agar ketepatan waktu pelaporan keuangan


(41)

dapat tercapai (Hashim dan Rahman, 2011). Komite audit merupakan salah satu komponen corporate governance yang berperan penting dalam proses pelaporan keuangan dengan cara mengawasi pekerjaan auditor independen dalam proses pelaporan keuangan serta membantu tugas-tugas dari dewan komisaris. Rahayu dalam Widosari dan Rahardja (2012) menyatakan dengan kontribusi yang diberikan oleh komite audit diharapkan dapat membantu proses audit yang dilakukan oleh auditor dan akhirnya dapat mempercepat penyelesaian laporan keuangan auditan. Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis penelitian ini adalah:

H4: Komite audit memperkuat pengaruh reputasi auditor terhadap audit report lag.

2.2.5 Komite Audit Moderasi Pengaruh Tenure Audit terhadap Audit Report Lag

Efraim (2010) memandang bahwa tenure audit yang panjang akan mendorong terciptanya pengetahuan bisnis bagi seorang auditor. Pengetahuan ini dapat digunakan untuk merancang program audit yang efektif dan menciptakan laporan keuangan yang berkualitas tinggi. Semakin panjang tenure audit mengakibatkan auditor akan semakin banyak memiliki pengalaman dan pengetahuan mengenai karakteristik klien serta operasional bisnis kliennya. Hal ini akan menciptakan efisiensi yang semakin meningkat sehingga waktu yang dibutuhkan dalam penyelesaian audit atas laporan keuangan akan semakin lebih cepat diselesaikan dengan kata lain audit report lag (ARL) semakin pendek (Dewi, 2014).


(42)

Pembentukkan Komite Audit dan Dewan Komisaris pada perusahaan go public merupakan salah satu cerminan pelaksanaan GCG yang dapat membantu mengawasi operasi perusahaan terutama dalam rangka penyusunan laporan keuangan sehingga dapat menghasilkan kualitas laporan keuangan yang baik. Hal tersebut diharapkan dapat mengefisiensikan proses audit oleh pihak eksternal. Menurut Andi (2010) komite audit berfungsi untuk memberikan pandangan mengenai masalah-masalah yang berhubungan dengan kebijakan keuangan, akuntansi dan pengendalian internal. Kalbers (1992) menyebutkan terdapat tiga faktor pendukung keberhasilan tugas komite audit, yaitu kewenangan formal, kerjasama manajemen, dan kualitas/kompetensi anggota komite audit. Dengan kompetensi yang dimiliki anggota komite, fungsi dan peran dari komite audit lebih bisa berjalan efektif dan mempermudah proses audit dari auditor independen, sehingga laporan audit dapat selesai lebih cepat (Rianti dan Sari 2014). Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis penelitian ini adalah:

H5: Komite audit memperkuat pengaruh tenure audit terhadap audit report lag.


(1)

melaksanakan pengawasan secara efektif terhadap benturan kepentingan dan kecurangan yang dilakukan oleh karyawan perusahaan.

3) Pengawasan Kontrol (Corporate Control)

Komite audit memberikan pengawasan perusahaan termasuk di dalamnya pemahaman tentang masalah serta hal-hal yang berpotensi mengandung risiko dan sistem pengendalian intern serta memonitor proses pengawasan yang dilakukan oleh auditor internal.

2.2 Hipotesis Penelitian

2.2.1 Pengaruh Reputasi Auditor terhadap Audit Report Lag

Perusahaan yang memakai jasa KAP besar cenderung tepat waktu dalam menyampaikan laporan keuangannya (Hilmi dan Ali, 2008). Kantor Akuntan Publik dengan reputasi yang baik dinilai akan lebih efisien dalam melakukan proses audit dan akan menghasilkan informasi yang sesuai dengan kewajaran dari laporan keuangan perusahaan. Indikator tersebut dapat dinilai dengan penggunaan jasa Kantor Akuntan Publik yang berafiliasi dengan Big Four (big 4) atau bukan (Wulantoro, 2011 dalam Sutikno 2015). Menurut Yuliana dan Ardiati dalam Aditya dan Anisyukurillah (2014), KAP big four umumnya memiliki sumber daya yang lebih besar, baik itu dari segi kompetensi, keahlian, dan kemampuan auditor maupun fasilitas, sistem dan prosedur pengauditan yang digunakan dibandingkan non big four sehingga auditor big four dapat menyelesaikan pekerjaan audit lebih efektif dan efisien.


(2)

Penelitian Ayushabrina (2014), Angruningrum dan Wirakusuma (2013), serta Kartika (2011) menguji pengaruh reputasi auditor terhadap audit report lag. Hasil yang diperoleh dari penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa reputasi auditor tidak berpengaruh terhadap audit report lag. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Sutikno (2015), Tambunan (2014), Aditya dan Anisyukurillah (2014), Arifa (2013), dan Saputri (2012) menunjukkan bahwa reputasi auditor berpengaruh negatif terhadap audit report lag. Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis penelitian ini adalah:

H1: Reputasi auditor berpengaruh negatif terhadap audit report lag.

2.2.2 Pengaruh Tenure Audit terhadap Audit Report Lag

Berdasarkan penelitian Ashton et al., (1987) atas perusahaan-perusahaan yang diaudit oleh U.S Offices of Peat, Marwick, Mitchell & Co., menghasilkan simpulan bahwa salah satu penyebab perusahaan mengalami audit report lag yang lebih panjang adalah karena memiliki tenure audit KAP yang lebih pendek. Signifikansi pengaruh tenure audit KAP terhadap audit report lag kemudian dibuktikan kembali oleh Lee et al., (2009). Dalam penelitian Lee et al., (2009) mengajukan argumen bahwa tenure yang lebih panjang akan meningkatkan efisiensi audit. Peningkatan efisiensi tersebut memungkinkan auditor untuk menyelesaikan audit lebih cepat, yang disebabkan oleh adanya peningkatan dalam pengetahuan auditor atas bisnis perusahaan klien. Selain itu, Habib dan Bhuiyan (2011) membuktikan bahwa perusahaan dengan tenure audit yang lebih pendek menghasilkan audit report lag yang lebih panjang. Hasil penelitian Dewi (2014)


(3)

mendukung hasil penelitian dari Lee et al., (2009) dan Habib dan Bhuiyan (2011) yang menyatakan bahwa tenure audit berpengaruh negatif terhadap audit report lag. Rustiarini dan Sugiarti (2013) meneliti pengaruh tenure audit terhadap audit report lag dengan menunjukkan hasil bahwa tenure audit tidak berpengaruh terhadap report lag. Sedangkan penelitian Wiguna (2012) dan Ardianti (2013) menunjukkan hasil bahwa tenure audit berpengaruh positif terhadap audit report lag. Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis penelitian ini adalah:

H2: Tenure audit berpengaruh negatif terhadap audit report lag.

2.2.3 Pengaruh Komite audit terhadap Audit Report Lag

Komite audit dibentuk oleh dewan komisaris dengan tugas dan tanggung jawab utama untuk memastikan prinsip-prinsip good coporate governance terutama transparasi dan disclosure diterapkan secara konsisten dan memadai oleh para eksekutif dan juga mengawasi proses pelaporan akuntansi dan audit atas laporan keuangan perusahaan (Ardianti, 2013).

Keputusan Ketua Bapepam No. Kep-29/PM/2004 pada tanggal 24 September 2004, anggota komite audit wajib memiliki integritas yang tinggi, kemampuan, pengetahuan, dan pengalaman yang memadai, sesuai latar belakang pendidikannya, serta mampu berkomunikasi dengan baik dan salah seorang anggota komite audit memiliki latar belakang pendidikan akuntansi atau keuangan. Komite audit yang anggotanya memiliki keahlian keuangan sangat penting dalam rangka menangani efektifitas kinerja auditor eksternal. Hal ini dikarenakan tugas komite audit sebagai mediator antara pihak manajemen dengan


(4)

auditor eksternal (Hashim dan Rahman, 2011). Selain itu, komite audit yang memiliki latar belakang akuntansi dan keuangan dipandang dapat meningkatkan kualitas dari laporan keuangan perusahaan dalam hal ini kaitanya dengan audit report lag.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Hashim dan Rahman (2011), Wijaya dan Rahardja (2012), Rianti dan Sari (2014) menyatakan bahwa komite audit berpengaruh negatif terhadap audit report lag. Sedangkan penelitian Rachmawati (2008), Angruningrum dan Wirakusuma (2013) tidak mempengaruhi audit report lag. Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis penelitian ini adalah:

H3: Komite Audit berpengaruh negatif terhadap audit report lag.

2.2.4 Komite Audit Moderasi Pengaruh Reputasi Auditor terhadap Audit Report Lag

Besarnya ukuran Kantor Akuntan Publik (KAP) diperlihatkan oleh tingginya kualitas yang dihasilkan dari jasanya yang selanjutnya akan berpengaruh pada jangka waktu penyelesaian audit. Waktu audit yang cepat merupakan salah satu cara KAP dengan kualitas tinggi untuk mempertahankan reputasi mereka. Menurut Kartika (2011) Kantor Akuntan Publik yang bereputasi baik diperkirakan dapat melakukan audit lebih efisien dan memliki fleksibilitas yang lebih besar untuk menyelesaikan audit sesuai jadwal. Sehingga informasi dapat lebih cepat diterima pengguna laporan keuangan di dalam pengambilan keputusan ekonomi. Bursa Malaysia mengindikasikan bahwa salah satu mekanisme Corporate Governance yaitu komite audit berperan penting di dalam pencapaian tujuan dari Bursa Malaysia agar ketepatan waktu pelaporan keuangan


(5)

dapat tercapai (Hashim dan Rahman, 2011). Komite audit merupakan salah satu komponen corporate governance yang berperan penting dalam proses pelaporan keuangan dengan cara mengawasi pekerjaan auditor independen dalam proses pelaporan keuangan serta membantu tugas-tugas dari dewan komisaris. Rahayu dalam Widosari dan Rahardja (2012) menyatakan dengan kontribusi yang diberikan oleh komite audit diharapkan dapat membantu proses audit yang dilakukan oleh auditor dan akhirnya dapat mempercepat penyelesaian laporan keuangan auditan. Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis penelitian ini adalah:

H4: Komite audit memperkuat pengaruh reputasi auditor terhadap audit report lag.

2.2.5 Komite Audit Moderasi Pengaruh Tenure Audit terhadap Audit Report Lag

Efraim (2010) memandang bahwa tenure audit yang panjang akan mendorong terciptanya pengetahuan bisnis bagi seorang auditor. Pengetahuan ini dapat digunakan untuk merancang program audit yang efektif dan menciptakan laporan keuangan yang berkualitas tinggi. Semakin panjang tenure audit mengakibatkan auditor akan semakin banyak memiliki pengalaman dan pengetahuan mengenai karakteristik klien serta operasional bisnis kliennya. Hal ini akan menciptakan efisiensi yang semakin meningkat sehingga waktu yang dibutuhkan dalam penyelesaian audit atas laporan keuangan akan semakin lebih cepat diselesaikan dengan kata lain audit report lag (ARL) semakin pendek (Dewi, 2014).


(6)

Pembentukkan Komite Audit dan Dewan Komisaris pada perusahaan go public merupakan salah satu cerminan pelaksanaan GCG yang dapat membantu mengawasi operasi perusahaan terutama dalam rangka penyusunan laporan keuangan sehingga dapat menghasilkan kualitas laporan keuangan yang baik. Hal tersebut diharapkan dapat mengefisiensikan proses audit oleh pihak eksternal. Menurut Andi (2010) komite audit berfungsi untuk memberikan pandangan mengenai masalah-masalah yang berhubungan dengan kebijakan keuangan, akuntansi dan pengendalian internal. Kalbers (1992) menyebutkan terdapat tiga faktor pendukung keberhasilan tugas komite audit, yaitu kewenangan formal, kerjasama manajemen, dan kualitas/kompetensi anggota komite audit. Dengan kompetensi yang dimiliki anggota komite, fungsi dan peran dari komite audit lebih bisa berjalan efektif dan mempermudah proses audit dari auditor independen, sehingga laporan audit dapat selesai lebih cepat (Rianti dan Sari 2014). Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis penelitian ini adalah:

H5: Komite audit memperkuat pengaruh tenure audit terhadap audit report lag.


Dokumen yang terkait

Pengaruh Pengadopsian Isa, Ukuran Klien Audit, Kompleksitas Audit, Risiko Litigasi, Profitabilitas Klien, Dan Jenis Kap Terhadap Professional Fee

14 82 125

Pengaruh Audit Tenure, Audit Switching, Audit Capacity Stress, Ukuran Perusahaan, dan Independensi Komite Audit Terhadap Kualitas Audit (Studi Empiris Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di BEI Tahun 2009 – 2013)

27 175 83

Pengaruh Karakteristik Komite Audit Terhadap Audit Report Lag Pada Perusahaan Manufaktur Barang Konsumsi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2012

3 90 92

Audit Konstruksi Bangunan

0 35 14

Pengaruh Profitabilita, Ukuran Perusahaan, Dan Audit Tenure Terhadap Audit Report Lag Dengan Spesialisasi Industri Auditor Eksternal Sebagai Variabel Moderating

11 41 103

PENGARUH AUDIT TENURE, TINGKAT SOLVABILITAS TERHADAP AUDIT DELAYDENGAN SPESIALISASI Pengaruh Audit Tenure, Tingkat Solvabilitas Terhadap Audit Delay Dengan Spesialisasi Auditor Sebagai Vaiabel Pemoderasi.

1 10 16

PENGARUH AUDIT TENURE, TINGKAT SOLVABILITASTERHADAP AUDIT DELAY DENGAN SPESIALISASI Pengaruh Audit Tenure, Tingkat Solvabilitas Terhadap Audit Delay Dengan Spesialisasi Auditor Sebagai Vaiabel Pemoderasi.

2 5 16

Kemampuan Tenure Audit Sebagai Pemoderasi Pengaruh Ukuran Perusahaan Pada Audit Report Lag.

1 3 39

PENGARUH AFILIASI KAP TAHUN LALU, PROFITABILITAS, DAN SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL TERHADAP AUDIT REPORT LAG DENGAN AUDIT TENURE SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI.

0 0 138

Pengaruh Profitabilita, Ukuran Perusahaan, Dan Audit Tenure Terhadap Audit Report Lag Dengan Spesialisasi Industri Auditor Eksternal Sebagai Variabel Moderating

0 0 11