Pengaruh Profitabilita, Ukuran Perusahaan, Dan Audit Tenure Terhadap Audit Report Lag Dengan Spesialisasi Industri Auditor Eksternal Sebagai Variabel Moderating

(1)

LAMPIRAN-1 POPULASI DAN SAMPEL

No. Nama Perusahaan

Kriteria Sampel 1 2 3 4

1 Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. √ √ √ √ 1

2 Semen Baturaja (Persero) Tbk. X √ √ √

3 Holcim Indonesia Tbk. √ 2

4 Semen Indonesia (Persero) Tbk X √

5 Wijaya Karya Beton Tbk. X √ √ √

6 Asahimas Flat Glass Tbk. √ √ √ √ 3

7 Arwana Citra Mulia Tbk. √ 4

8 Inti Keramik Alam Asri Industri Tbk. X

9 Keramika Indoneseia Assosiasi Tbk. X X

10 Mulia Industrindo Tbk. √ √ √ X

11 Surya Toto Indonesia Tbk. √ √ √ √ 5

12 Alaska Industrindo Tbk. X

13 Alumindo Light Meral Industry Tbk. √ 6

14 Saranacentral Bajatama Tbk. X √

15 Beton Jaya Manunggal Tbk. √ √ √ √ 7

16 Citra Turbindo Tbk. √ √ X √

17 Gunawan Dianjaya Steel Tbk. X √

18 Indal Aluminium Industry Tbk. √ 8

19 Steel Pipe Industry of Indonesia Tbk. X √


(2)

21 Jaya Pari Steel Tbk. X

22 Krakatau Steel Tbk. X

23 Lion Metal Works Tbk. √ √ √ √ 9

24 Lionmesh Prima Tbk. √ √ √ √ 10

25 Pelat Timah Nusantara Tbk. X

26 Pelangi Indah Canindo Tbk. X √ √ √

27 Tembaga Mulia Semanan Tbk. √ √ √ X

28 Barito Pasific Tbk. X √ √ √

29 Budi Starch & Sweetener Tbk. √ √ √ √ 11

30 Duta Pertiwi Nusantara Tbk. √ 12

31 Ekadharma International Tbk. √ 13

32 Eterindo Wahanatama Tbk. X √

33 Intan Wijaya International Tbk. √ √ √ √ 14

34 Sorini Agro Asia Corporindo Tbk. √ √ √ √ 15

35 Indo Acitama Tbk. √ 16

36 Chandra Asri Petrochemical Tbk. X

37 Unggul Indah Cahaya Tbk. √ 17

38 Alam Karya Unggul Tbk. √ √ X √

39 Argha Karya Prima Industry Tbk. √ √ √ √ 18

40 Asiaplast Industries Tbk. √ 19

41 Berlina Tbk. X

42 Titan Kimia Nusantara Tbk. X

43 Champion Pasific Indonesia Tbk. X √


(3)

45 Indopoly Swakarsa Industry Tbk. X √

46 Sekawan Intipratama Tbk. X √

47 Siwani Makmur Tbk. √ √ X √

48 Tunas Alfin Tbk. √ X √ √

49 Trias Sentosa Tbk. X √

50 Yana Prima Hasta Persada Tbk. X √

51 Charoen Pokphand Indonesia Tbk. √ √ √ √ 20

52 Japfa Comfeed Indonesia Tbk. √ √ √ √ 21

53 Malindo Feedmill Tbk. √ √ √ X

54 Siearad Produce Tbk. √ 22

55 Sumalindo Lestari Jaya Tbk. X

56 Tirta Mahakam Resources Tbk. X

57 Alkindo Naratama Tbk. √ √ X √

58 Dwi Aneka Jaya Kemasindo Tbk. X √ √ √

59 Fajar Surya Wisesa Tbk. X

60 Indah Kiat Pulp & Paper Tbk. X √

61 Toba Pulp Lestari Tbk. X √

62 Kertas Basuki Rachmat Indonesia Tbk. √ √ X √

63 Suparma Tbk. √ √ √ X

64 Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk. X √

65 Grand Kartech Tbk. X √ √ √

66 Astra International Tbk. √ 23

67 Astra Otoparts Tbk. √ 24


(4)

69 Indo Kordsa Tbk. √ 25

70 Goodyear Indonesia Tbk. X

71 Gajah Tunggal Tbk. √ √ √ √ 26

72 Indomobil Sukses International Tbk. √ √ √ X

73 Indospring Tbk. √ 27

74 Multi Prima Sejahtera Tbk. X

75 Multistrada Arah Sarana Tbk. √ √ √ √ 28

76 Nipress Tbk. √ √ X √

77 Prima Alloy Steel Universal Tbk. √ √ X √

78 Selamat Sempurna Tbk. X √

79 Polychem Indonesia Tbk. X

80 Argo Pantes Tbk. X √

81 Century Textile Industry Tbk. √ √ √ X

82 Eratex Djaya Tbk. √ √ √ √ 29

83 Ever Shine Tex Tbk. X

84 Panasia Indo Resources Tbk. X

85 Indo Rama Synthetic Tbk. √ 30

86 Apac Citra Centertex Tbk. √ √ X √

87 Pan Brothers Tbk. √ √ √ √ 31

88 Asia Pasific Fibers Tbk. X

89 Ricky Putra Globalindo Tbk. X √ √ √

90 Sri Rejeki Isman Tbk. X

91 Sunson Textile Manufacturer Tbk. X √


(5)

93 Tifico Fiber Indonesia Tbk. X

94 Trisula International Tbk. X √

95 Nusantara Inti Corpora Tbk. √ √ X √

96 Unitex Tbk. √ √ X √

97 Sepatu Bata Tbk √ 33

98 Primarindo Asia Infrastructure Tbk X √

99 Sumi Indo Kabel Tbk. √ √ √ √ 34

100 Jembo Cable Company Tbk. √ √ √ √ 35

101 KMI Wire and Cable Tbk. √ √ √ √ 36

102 Kabelindo Murni Tbk. X √

103 Supreme Cable Manufacturing and Commerce Tbk. X √

104 Voksel Electric Tbk. X

105 Sat Nusa Persada Tbk. √ √ √ X

106 Akasha Wira International Tbk. √ √ X √

107 PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk. X √ √ √

108 Tri Banyan Tirta Tbk, PT X √ √

109 PT. Wilmar Cahaya Indonesia Tbk. √ 37

110 PT. Delta Djakarta Tbk. √ √ √ √ 38

111 PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. √ √ √ √ 39

112 PT. Indofood Sukses makmur Tbk. √ 40

113 PT. Multi Bintang Indonesia Tbk. X √

114 PT.Mayora Indah Tbk. √ 41

115 PT. Prashida Aneka Niaga Tbk. X


(6)

117 PT. Sekar Bumi Tbk. X √

118 PT. Sekar Laut Tbk. √ 43

119 PT. Siantar Top Tbk. √ √ √ √ 44

120 PT. Ultrajaya Milk Industry and Trading Company Tbk. √ √ X √

121 Gudang Garam Tbk. √ 45

122 Handjaya Mandala Sampoerna Tbk. √ 46

123 Bentoel International Investama Tbk. √ √ √ X

124 Wismilak Inti Makmur Tbk. √ √ X √

125 Darya Varia Laboratoria Tbk. √ X √ √

126 Indofarma (Persero) Tbk. X

127 Kimia Farma (Persero) Tbk. X √ √ √

128 Kalbe Farma Tbk. √ 47

129 Merck Indonesia Tbk. √ √ √ X

130 Merck Sharp Dohme Pharma Tbk. √ √ √ √ 48

131 Pyridam Farma Tbk. √ 49

132 Industri Jamu & Farmasi Sido Muncul Tbk. X √ √ √

133 Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk. X

134 Tempo Scan Pasific Tbk. √ √ √ √ 50

135 PT. Martina Berto Tbk. √ √ √ √ 51

136 PT. Mustika Ratu Tbk. X

137 PT. Mandom Indonesia Tbk. √ 52

138 PT. Unilever Indonesia Tbk. X

139 Chitose International Tbk. X


(7)

141 PT. Kedaung Indah Can Tbk. √ 53

142 PT. Langgeng Makmur Industry Tbk. X


(8)

Histogram Uji Normalitas Sebelum Transformasi

PP Plots Uji Normalitas Sebelum Transformasi


(9)

PP Plots Uji Normalitas setelah Bertransformasi


(10)

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1

(Constant) 82,694 1,829 45,223 ,000 LnROA -2,994 ,883 -,302 -3,390 ,001 SIAE -8,779 3,519 -,287 -2,495 ,014 moderat1 1,224 1,645 ,094 ,744 ,458 a. Dependent Variable: ARL

Tabel Koefisien Variabel dalam Model Moderasi 2 Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1

(Constant) 82,594 11,771 7,017 ,000 LnUP -,161 ,429 -,040 -,376 ,708 SIAE -9,060 17,207 -,296 -,527 ,599 moderat2 ,066 ,628 ,059 ,105 ,917 a. Dependent Variable: ARL

Tabel Koefisien Variabel dalam Model Moderasi 3 Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1

(Constant) 77,362 1,637 47,271 ,000 LnAT 2,797 3,291 ,077 ,850 ,397 SIAE -6,573 2,834 -,215 -2,319 ,022 moderat3 -1,971 6,650 -,030 -,296 ,767 a. Dependent Variable: ARL


(11)

DAFTAR PUSTAKA

Agoes, Sukrisno, 2014. Auditing: Petunjuk Praktis Pemeriksaan oleh Akuntan Publik, Edisi 4, Salemba Empat, Jakarta

Andreas, Hans Hananto, 2012. “Spesialisasi Industri Auditor Sebagai Prediktor

Earnings Response Coefficient Perusahaan Publik yang Terdaftar di Bursa

Efek Indonesia” Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Volume 14 Nomor 2, Hal

69-80.

Arens, Alvin A, Elder, Randal J, Mark S. Beasly, 2010. Auditing and Assurance Service: An Integrated Approach, 19th Edition, Prentice Hall, Englewood Cliffs, New Jersey.

BAPEPAM-LK, 2012 Salinan Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor: kep-431/bl/2012 Tentang Penyampaian Laporan Tahunan Emiten atau Perusahaan Publik, http://www.jariungu.com/peraturan_detail.php?Peraturan-Bapepam-No--X- K-6-tahun-2012-tentang-Penyampaian-Laporan-Tahunan-Emiten-Atau-Perusahaan-Publik&idPeraturan=13301

Chrisna, Mona, 2014, Analisis Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Jenis Opini Audit, dan Kualitas Audit terhadap Audit Report Lag pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia,Skripsi, Medan, Universitas Sumatera Utara.

Erlina, Sri Mulyani, 2007. Metodologi Penelitian Bisnis: Untuk Akuntansi dan Manajemen, Cetakan Pertama, USU Press, Medan.

Ghozali, Imam, 2013. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 21: Up Date PLS Regresi, Edisi 7, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.


(12)

Menteri Keuangan,2008 Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 17/Pmk.01/2008

Tentang Jasa Akuntan Publik,

http://pppk.kemenkeu.go.id/Dokumen/GetPdfFile?fileName=6.%20PMK% 20Nomor%2017%20tahun%202008.pdf

Presiden Republik Indonesia, 1995 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 45 tahun 1995 tentang Penyelenggaraan Kegiatan di Bidang Pasar Modal,

http://www.google.com/search?q=Peraturan+pemerintah+No.45%2F1995+

Bab+XII&ie=utf-8&oe=utf-8&aq=t&rls=org.mozilla:en-US:official&client=firefox-a

Sembiring, Yan Christin, 2010, Analisis Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap Ketepatan Waktu Pelaporan Keuangan pada Perusahaan Perkebunan dan Pertambangan yang Terdaftar di BEI, Skripsi, Medan, Universitas Sumatera Utara.

Wiguna, Karina Rahayu,2012.Pengaruh Tenure Audit terhadap Audit Report Lag dengan Spesialisasi Industri Auditor sebagai Variabel Pemoderasi: Studi pada Bank Umum Konvensional di Indonesia Tahun 2008-2010,Skripsi,Depok,Universitas Indonesia.

Yuyetta, Etna Nur Afri dan Sandiba Giwang Permata Dewi,2014.”Pengaruh Kualitas Audit dan Tenure Audit terhadap Audit Report Lag (ARL) dengan Spesialisasi Auditor Industri sebagai Variabel Moderasi (Studi Empiris pada Perusahaan–Perusahaan Manufaktur yang Listing di BEI tahun 2010–


(13)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian asosiatif kausal yaitu penelitian yang dilakukan untuk mencari hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh profitabilitas, ukuran perusahaan, dan audit tenure terhadap audit report lag dengan spesialisasi industri auditor eksternal sebagai variabel moderating. Profitabilitas diukur menggunakan ROA, ukuran perusahaan diukur dengan natura logaritma, audit tenure diukur dengan mengakumulasikan jumlah tahun, spesialisasi industri auditor eksternal diukur dengan volume klien KAP, dan audit report lag diukur dengan menghitung selisih tanggal Laporan Auditor Independen dengan tanggal laporan keuangan.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan dengan cara mempelajari catatan-catatan atau dokumen-dokumen perusahaan sesuai dengan data yang diperlukan. Data yang digunakan adalah data sekunder yang didapat dari www.idx.co.id


(14)

Tabel 3.1 Waktu Penelitian

No. Kegiatan Agust Sept Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr

1. Pengajuan Judul 2. Perencanaan

Daftar Isi

3. Penyetujuan Proposal

4. Penulisan Proposal

5. Seminar Proposal

6. Penulisan Skripsi

7. Sidang

3.3 Batasan Operasional

Penulis member kajian penelitian batasan operasional agar tujuan penelitian dapat tercapai, adapun batasan tersebut antara lain :

1. Faktor – faktor yang diteliti yang diperkirakan dapat mempengaruhi audit report lag adalah profitabilitas, ukuran perusahaan, dan audit tenure serta spesialisasi industri auditor eksternal sebagai pemoderasi.

2. Objek Penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2012 sampai dengan 2014 dan melaporkan laporan keuangan selama periode tersebut.


(15)

3.4 Definisi Operasional

Menurut Erlina (2008) “defenisi operasional yaitu menjelaskan karakteristik dari objek ke dalam elemen-elemen yang dapat diobservasi yang menyebabkan konsep dapat diukur dan dioperasionalkan ke dalam penelitian”.

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Variabel independen merupakan variabel yang mempengaruhi variabel

lain (Erlina, 2008). Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Profitabilitas

Profitabilitas adalah tingkat kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat aset tertentu selama satu tahun yang terdapat dalam laporan keuangan. Indikator yang digunakan untuk mengetahui tingkat profitabilitas suatu perusahaan dalam penelitian ini adalah return on asset (ROA), yaitu rasio yang mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat aset tertentu.

ROA = Laba Bersih × 100% Total Asset

b. Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan adalah ukuran perusahaan yang diperiksa oleh kantor akuntan publik dan dihitung dengan menggunakan total asset


(16)

yang dimiliki perusahaan yang tercantum pada laporan keuangan perusahaan akhir periode yang telah diaudit menggunakan log size. Dalam penelitian ini, pengukuran terhadap ukuran perusahaan diproksikan dengan nilai logaritma natural dengan tujuan untuk menghaluskan besarnya angka dan menyamakan ukuran saat regresi.

Ukuran Perusahaan = ln (total aktiva)

c. Audit Tenure

Audit tenure adalah lamanya hubungan auditor dan klien yang diukur dengan jumlah tahun). Peraturan yang mengatur tentang audit tenure

adalah Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 17/PMK.01/2008 tentang Jasa Akuntan Publik pasal 3. Peraturan ini mengatur tentang “Pemberian jasa audit umum atas laporan keuangan dari suatu entitas dilakukan oleh KAP paling lama untuk 6 (enam) tahun buku berturut-turut, dan oleh seorang akuntan publik paling lama untuk 3 (tiga) tahun buku berturut-turut. Akuntan publik dan kantor akuntan dapat menerima kembali penugasan audit umum untuk klien setelah satu tahun buku tidak memberikan jasa audit umum atas laporan keuangan klien tersebut”.

Dalam penelitian ini, yang menjadi tolak ukur audit tenure adalah auditor bukan Kantor Akuntan Publik. Audit tenure dalam penelitian ini diukur dengan menghitung jumlah tahun dimana auditor yang sama telah melakukan perikatan audit terhadap klien. Tahun pertama


(17)

perikatan dimulai dengan angka 1 dan ditambah dengan satu untuk tahun-tahun berikutnya. Jika ada perubahan auditor, maka perhitungan audit tenure akan dimulai dari awal.

2. Variabel dependen merupakan variabel yang dijelaskan atau yang dipengaruhi oleh variabel independen (Erlina, 2008). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah audit report lag. Dalam hal ini audit report lag

dihitung dari lama waktu penyelesaian audit mulai dari tanggal penutupan tahun buku hingga laporan auditor independen atas laporan keuangan auditor.

Audit report lag = tanggal laporan audit – tanggal laporan keuangan

3. Variabel moderasi adalah variabel yang mempunyai dampak kontijensi yang kuat pada hubungan variabel dependen dan variabel independen (Erlina, 2011). Hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen seringkali dipengaruhi (diperkuat atau diperlemah) oleh variabel moderasi.

Variabel moderasi pada penelitian ini adalah spesialisasi industri auditor eksternal. Menurut jurnal Noviatara Dwi Putri, Etna (2013), “auditor spesialisasi industri diidentifikasi dengan market share dalam suatu industry”, yaitu sebagai berikut :


(18)

Total perusahaan yang diaudit auditor yang sama pada sub industri tertentu Total perusahaan pada sub industri tersebut

Auditor dikatakan spesialisasi industri jika auditor memiliki banyak klien dalam industri yang sama. Auditor spesialis indutri diukur dengan cara yang digunakan oleh Craswell et al. (1995). Pertama, sampel industri yang digunakan adalah indutri yang minimal memiliki 30 perusahaan. Kedua, auditor dikatakan spesialis jika auditor tersebut mengaudit 15% dari total perusahaan yang ada dalam industri tersebut. Variabel ini diukur dengan varibel dummy. Angka 1 untuk perusahaan yang diaudit oleh auditor spesialisasi industri dan angka 0 untuk perusahaan yang diaudit oleh auditor non spesialisasi industri.

3.5 Skala Pengukuran Variabel

Tabel 3.2

Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Jenis Variabel Nama Variabel Definisi operasional

Alat ukur Skala

Variabel Independen

Profitabilitas Tingkat kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat aset tertentu.

ROA = Laba Bersih ×

100% Total Asset

Rasio

Ukuran Perusahaan

Total Asset yang dimiliki

perusahaan pada tahun pelaporan. Untuk mengukur seberapa besar / kecilnya

Ukuran Perusahaan =

ln (total aktiva)


(19)

perusahaan Audit Tenure lamanya

hubungan auditor dan klien yang diukur dengan jumlah tahun Jumlah tahun auditor melakukan perikatan dengan perusahaan yang sama, tahun periode perikatan pertama dimulai

dengan angka 1 dan

ditambah angka 1

Nominal

Variabel Dependen

Audit Report Lag

Rentang waktu penyelesaian audit laporan keuangan tahunan sejak tanggal tutup buku perusahaan sampai dengan tanggal yang tertera pada laporan auditor independen.

Audit report lag = tanggal laporan

audit – tanggal laporan keuangan Rasio Variabel Moderating Spesialisasi Industri Auditor Eksternal

KAP yang

dominan dalam industri tertentu, dengan minimal 15 % klien dalam suatu industri,

maka KAP

tersebut dapat dikategorikan spesialis

1 : auditor spesialis 0 : auditor non

spesialis


(20)

3.6 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur

go public yang terdaftar di BEI. Pemilihan sampel menggunakan purposive sampling yang dipilih berdasarkan kriteria-kriteria sebagai berikut:

1. Perusahaan menyampaikan laporan keuangan yang lengkap dari tahun 2012 sampai dengan 2014.

2. Perusahaan yang memiliki laporan auditor independen dari tahun 2012 sampai dengan 2014.

3. Perusahaan yang diaudit oleh KAP yang sama selama periode 2012 sampai dengan 2014

4. Perusahaan yang mempunyai laba selama periode 2012 sampai dengan 2014.

Berdasarkan kriteria tersebut, maka jumlah sampel adalah 53 perusahaan dengan tahun penelitian selama tiga tahun, sehingga total sampel penelitian berjumlah 159.

3.7 Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder yang digunakan merupakan data yang diperoleh berdasarkan hasil publikasi oleh Bursa Efek Indonesia yaitu laporan keuangan, jurnal-jurnal, literatur ilmiah, penelitian terdahulu, laporan-laporan yang dipublikasikan serta data-data yang diperoleh dari media internet.


(21)

3.8 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi. Dengan mengumpulkan data pendukung literatur, jurnal, dan buku-buku referensi untuk mendapatkan gambaran masalah yang sedang diteliti serta mengumpulkan data sekunder yang relevan dari laporan yang dipublikasikan oleh Bursa Efek Indonesia yang bersumber dari media internet.

3.9 Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini, metode analisis data yang digunakan adalah metode analisis statistik dengan menggunakan alat analisis data software SPSS (Statistical Product and Services Solution) 21.

3.9.1. Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif merupakan proses transformasi data penelitian dalam bentuk tabulasi, sehingga mudah dipahami dan diinterpretasikan (Erlina, 2011: 93). Analisis deskriptif ini meliputi beberapa hal sub menu deskriptif statistik seperti frekuensi, deskriptif, eksplorasi data, tabulasi tabung dan analisis rasio (Situmorang et al, 2008:18). Penelitian ini memberikan gambaran suatu data yang dilihat dari frekuensi dan deskriptif yaitu minimum, maksimum dan mean.

3.9.2. Uji Asumsi Klasik


(22)

Dalam metode pemilihan analisis data, uji normalitas diperlukan pada tahap awal. Jika data normal, maka digunakan statistic parametric, dan jika data tidak normal, gunakan data nonparametric atau lakukan treatment agar data normal. Tujuan uji normalitas adalah ingin “mengetahui apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal” (Erlina, 2011: 100). Uji ini dilakukan karena dalam melakukan uji t atau uji secara parsial, dan uji f atau uji secara simultan, nilai residual dianggap sudah mengikuti distribusi normal. Jika nilai residual belum mengikuti distribusi normal, maka uji statistik tidak akan valid untuk jumlah sampel kecil.

Menurut Erlina (2011: 100) ada beberapa cara untuk mengatasi data yang tidak normal, yaitu:

- Lakukan transformasi data ke bentuk lainnya

- Lakukan trimming, yaitu membuang data yang outlier

- Lakukan winsorizing, yaitu mengubah nilai data yang outlier ke suatu nilai tertentu

Untuk mendeteksi data yang tidak normal dapat dilakukan dengan analisis grafik dan uji statistik. Pada analisis grafik, jika grafik histogram pola distribusi menceng ke kiri dan jika pola penyebaran menjauhi garis diagonal maka data tersebut tidak normal. Jika pola distribusi mengikuti garis diagonal, maka data tersebut adalah normal. Menurut Ghozali (2007: 110) jika distribusi data residual normal, maka garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya.


(23)

Pada uji statistik, untuk melihat apakah suatu data memiliki distribusi normal dapat dilihat dari nilai Zskewness. Yaitu jika Zhitung lebih kecil dari Ztabel, dimana nilai Ztabel pada tingkat signifikansi 0.05 sebesar 1.96. sedangkan pada tingkat signifikansi 0.01 nilai Ztabel sebesar 2.58. Uji statistik lain yang dapat digunakan untuk menguji normalitas residual adalah uji statistic nonparametric Kolmogorov-Smirnov (K-S) yang jika nilai Asymp.Sig (2-tailed) lebih besar dari 0.05, maka data residual terdistribusi secara normal.

3.9.2.2. Uji Multikolinearitas

Multikolinearitas adalah “situasi adanya korelasi variabel-variabel independen antara yang satu dengan yang lainnya” (Erlina, 2011: 102). Tujuan uji multikolinearitas adalah “untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel bebas” (Ghozali, 2007: 91).

“Model regresi yang baik adalah yang tidak terjadi korelasi antara variabel independen. Jika variabel independen saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak ortogonal. Variabel ortogonal adalah variabel-variabel independen yang nilai korelasi antar sesama variabel independen adalah nol” (Ghozali, 2007: 91).

Untuk mengetahui multikolinearitas dapat dilihat dari nilai Variance Inflation Factor (VIF) dan nilai toleransi (tolerance value). Nilai cut off yang umum dipakai adalah nilai toleransi < 0.10 atau sama dengan nilai VIF > 10. Jika nilai VIF lebih besar dari 10, maka terjadi multikolinearitas yang cukup berat antara variable independen.


(24)

3.9.2.3. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan “menguji apakah model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain” (Ghozali, 2007: 105). Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas, atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Umumnya heteroskedastisitas sering terjadi pada model yang menggunakan data cross section (silang waktu) daripada data

time series (runtut waktu).

Dalam Erlina (2011: 105) ada beberapa pengujian yang dapat digunakan untuk mendeteksi masalah heteroskedastistisitas diantaranya adalah:

1. Dengan melihat grafik nilai-nilai residu. Suatu model mengandung heteroskedastisitas apabila nilai-nilai residunya membentuk pola sebaran yang meningkat, yaitu secara terus-menerus bergerak menjauhi garis nol.

2. Uji Park. Uji park mengemukakan metode bahwa varians (s2) merupakan fungsi dari variable-variabel bebas.

3.9.2.4. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan “menguji apakah model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1” (Ghozali, 2007: 95). Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Masalah ini timbul karena residual tidak bebas dari satu observasi ke observasi


(25)

lainnya.salah satu cara untuk mengetahui ada tidaknya korelasi dapat dilakukan dengan uji Durbin-Watson (DW test).

3.9.3. Uji Hipotesis

Pengujian hipotesis penelitian dilakukan dengan analisis regresi berganda. Uji ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh beberapa variabel independen terhadap satu variabel dependen. Hasil dari analisis regresi berganda berupa koefisien untuk setiap variabel independen. Persamaan regresi linear berganda yang digunakan adalah sebagai berikut:

Y = α + β1+ β2+ β3 + е Keterangan:

Y = audit report lag α = konstanta

β1, β2 = koefisien regresi dari variable independen � = profitabilitas

X = ukuran perusahaan � = audit tenure

е = error

3.9.3.1. Koefisien Determinasi (R2)

“Koefisien determinasi mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu” (Ghozali, 2007: 83). Apabila koefisien determinasi mendekati satu,


(26)

maka akan semakin besar variabel independen menerangkan varians variabel dependennya. Sedangkan koefisien determinasi mendekati nol maka semakin terbatas variabel independen menerangkan varians variabel dependennya.

3.9.3.2. Uji Signifikansi Parsial (Uji t)

“Uji ini menunjukkan seberapa besar pengaruh suatu variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependennya” (Ghozali, 2007: 87). Uji t dapat dilakukan dengan melihat nilai signifikansi t setiap variable yang terdapat pada output hasil regresi. Jika nilai signifikansi t lebih kecil dari 5%, maka variable independen tersebut merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen.

3.9.3.3. Moderated Regression Analysis (MRA)

Variabel moderating adalah variabel independen yang akan memperkuat atau memperlemah hubungan antara variabel independen lainnya terhadap variabel dependen (Ghozali, 2006). Ada tiga cara menguji regresi dengan variabel moderating yaitu : (1) uji interaksi, (2) uji nilai selisih mutlak, dan (3) uji residual. Dari ketiga model diatas peneliti menggunakan uji interaksi dalam penelitian ini. Karena, uji interaksi lebih cocok digunakan dalam penelitian ini dimana Moderated Regression Analysis (MRA) merupakan aplikasi yang khusus digunakan untuk regresi berganda linier dimana dalam persamaan regresinya


(27)

mengandung unsur interaksi (perkalian dua atau lebih variabel independen) dengan rumus persamaan sebagai berikut :

Y = a + b1 + b2+ b3+ b4Z + b5[{*Z}] + b6 [{*Z}] + b7[{*Z}] + e

Keterangan : Y= audit report lag a = Konstanta

b1-b7 = Koefisien Regresi � = profitabilitas

� = ukuran perusahaan 3= audit tenure

Z= spesialisasi industri auditor eksternal � *Z= Interaksi P dengan ARL

� *Z= Interaksi UK dengan ARL � *Z= Interaksi AT dengan ARL e = Error


(28)

BAB IV

ANALISIS HASIL PENELITIAN

4.1 Deskripsi Objek Penelitian

Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari internet melalui situs www.idx.co.id. Data yang digunakan merupakan laporan keuangan yang dipublikasikan oleh perusahaan manufaktur pada tahun 2012-2014. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis statistik yang menggunakan analisis regresi berganda.

Pengujian asumsi klasik dan regresi berganda dilakukan dengan menggunakan software SPSS versi 21. Berdasarkan kriteria yang telah ditentukan, diperoleh 53 perusahaan manufaktur dengan time series 3 tahun sehingga jumlah sampel penelitian 159. Variabel independen yang digunakan adalah Profitabilitas (� ), Ukuran Perusahaan (� ), dan Audit Tenure (� ). Variabel dependen yang digunakan adalah Audit Report Lag (Y) dan variabel moderating yang digunakan adalah Spesialisasi Industri Auditor Eksternal(Z).


(29)

Statistik deskriptif memberikan gambaran umum atau deskripsi suatu data yang dijadikan sampel penelitian, dilihat dari nilai minimum, maksimum, rata-rata, dan standar deviasi. Statistik deskriptif dari variabel yang diteliti ditunjukkan dalam Tabel 4.1 di bawah ini.

Tabel 4.1 Hasil Statistik Deskriptif

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Statistic Statistic Statistic Statistic Std. Error Statistic ARL 159 37 147 76,01 1,117 14,083 ROA 159 ,04497 39,47691 8,7099323 ,64368826 8,11660010 UP 159 17,63456 34,27791 27,2005466 ,27826520 3,50879071

AT 159 1 3 1,42 ,050 ,630

SIAE 159 0 1 ,30 ,037 ,461

Valid N (listwise) 159

Sumber : Data sekunder yang diolah dengan SPSS, 2016

Tabel 4.1 merupakan output statistik deskriptif variabel penelitian dari tahun 2012 sampai 2014 dengan menggunakan software SPSS. Jumlah sampel keseluruhan adalah 159 sampel (53 perusahaan manufaktur selama 3 tahun). Dari tabel dapat dijelaskan statistik deskriptif masing-masing variabel sebagai berikut :

1. Audit report lag memiliki nilai minimum sebesar 37, nilai maksimum sebesar 147, nilai rata-rata 76.01, dan standar deviasi sebesar 14.083


(30)

2. Profitabilitas memiliki nilai minimum sebesar 0,04497, nilai maksimum sebesar 39.47691, nilai rata-rata sebesar 8.7099323, dan standar deviasi sebesar 8.11660010.

3. Ukuran perusahaan memilki nilai minimum sebesar 17.63456, nilai maksimum sebesar 34.27791, nilai rata-rata sebesar 27.2005466, dan standar deviasi sebesar 3.50879071.

4. Audit tenure memiliki nilai minimum sebesar 1, nilai maksimum sebesar 3, nilai rata-rata sebesar 1.42, dan standar deviasi sebesar 0.630.

5. Spesialisasi industri auditor eksternal memiliki nilai minimum 0, nilai maksimum sebesar 1, nilai rata-rata sebesar 0.30, dan standar deviasi sebesar 0.461.

4.3 Uji Asumsi Klasik

4.3.1 Uji Normalitas

Pengujian normalitas data dapat dilakukan secara kasat mata yaitu dapat dilihat pada grafis histogram dan grafik PP Plots. Berikut hasil uji normalitas pada histogram dan grafik PP Plots :

Gambar 4.1 Histogram Normalitas


(31)

Sumber : Data sekunder yang diolah dengan SPSS, 2016 Gambar 4.2

Hasil Probability Plot


(32)

Menurut Ghozali (2013) pada prinsipnya normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik atau dengan melihat histogram dari residualnya. Dasar pengambilan keputusan :

 Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.

 Jika data menyebar jauh dari diagonal dan/atau tidak mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.

Grafik histogram dan grafik PP Plot di atas menunjukkan bahwa data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal dan grafik histogramnya, maka dapat disimpulkan bahwa penelitian ini mempunyai pola distribusi yang normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.

Ada dua cara mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak, selain dengan analisis grafik (grafik histogram dan grafik PP Plot) bisa juga menggunakan analisis statistik. Dalam hal ini analisis statistik menggunakan uji kolmogrov-smirnov, pada tabel 4.2 menunjukkan Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0.020 yang lebih kecil dari signifikansi alpha yang telah ditetapkan (0.05). Dengan demikian data dalam penelitian ini tidak terdistribusi normal.

Tabel 4.2

Hasil Uji Kolmogrov-Smirnov One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


(33)

Unstandardized Residual

N 159

Normal Parametersa,b Mean ,0000000

Std. Deviation 13,86923019

Most Extreme Differences

Absolute ,120 Positive ,120 Negative -,107 Kolmogorov-Smirnov Z 1,514 Asymp. Sig. (2-tailed) ,020 a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

Sumber : Data sekunder yang diolah dengan SPSS, 2016

Karena data tidak terdistribusi normal, maka peneliti melakukan perbaikan agar model regresi memenuhi asumsi normalitas. Dalam penelitian ini peneliti melakukan transformasi data terhadap variabel yang tidak terdistribusi normal. Kemudian data diuji ulang berdasarkan asumsi normalitas. Hasil uji normalitas setelah dilakukan transformasi data yang tidak normal tersebut adalah:

Tabel 4.3

Hasil Uji Kolmogrov-Smirnov setelah bertransformasi One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 159

Normal Parametersa,b Mean ,0000000

Std. Deviation 13,43862695

Most Extreme Differences

Absolute ,100 Positive ,100 Negative -,084 Kolmogorov-Smirnov Z 1,257 Asymp. Sig. (2-tailed) ,085 a. Test distribution is Normal.


(34)

b. Calculated from data.

Sumber : Data sekunder yang diolah dengan SPSS, 2016

4.3.2 Uji Multikoloniearitas

Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikoloniearitas di dalam model regresi salah satunya dengan cara melihat nilai tolerance dan nilai variance inflation factor (VIF). Model regresi yang tidak terjadi multikoloniearitas mempunyai nilai tolerance lebih besar dari 0.10 dan mempunyai nilai VIF lebih kecil dari 10.

Tabel 4.4

Hasil Uji Multikoloniearitas Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1

(Constant) 69,953 8,912 7,849 ,000

LnROA -3,001 ,806 -,302 -3,723 ,000 ,891 1,122 LnUP ,363 ,331 ,090 1,097 ,274 ,865 1,157 LnAT 3,129 2,847 ,086 1,099 ,273 ,966 1,036 a. Dependent Variable: ARL

Sumber : Data sekunder yang diolah dengan SPSS, 2016

Tabel 4.4 di atas menunjukkan bahwa semua variabel independen mempunyai nilai tolerance yang lebih besar dari 0.10 dan mempunyai nilai VIF


(35)

yang lebih kecil dari 10. Hasil uji multikoloniearitas menunjukkan bahwa tidak terjadi multikoloniearitas dari data yang diuji.

4.3.3 Uji Heteroskedastisitas

Model regresi yang baik adalah model regresi yang memiliki variance residual yang tetap dari satu pengamatan ke pengamatan lain atau disebut homokedastisitas. Grafik scatterplot pada gambar 4.3 terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi ini.

Gambar 4.3 Hasil Scatterplot


(36)

Sumber : Data sekunder yang diolah dengan SPSS, 2016

4.3.4 Uji Autokorelasi

Model regresi yang baik adalah model regresi yang bebas dari autokorelasi. Penelitian ini menggunakan uji durbin-watson untuk menguji autokorelasi. Sampel 53 perusahaan dengan 3 tahun penelitian, maka jumlah sampel adalah 159. Pada tabel durbin-watson menunjukkan bahwa untuk jumlah sampel 159 dan total variabel independen 3, mempunyai batas atas (du) 1.665 dan batas bawah (dl) 1.584. Ketentuan dalam uji durbin-watson seperti berikut :

 Jika d lebih kecil dari dl atau lebih besar dari (4-dl) maka terdapat autokorelasi.


(37)

 Jika d terletak antara dl dan du atau diantara (4-du) dan (4-dl), maka tidak menghasilkan kesimpulan yang pasti.

Tabel 4.5 menunjukkan bahwa pada penelitian memiliki nilai d = 2.211. Maka du < d < (4-du); atau 1.665 < 2.211 < 2.335 . Dari hasil uji durbin-watson tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi autokorelasi.

Tabel 4.5

Hasil Uji Durbin-Watson Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Durbin-Watson

1 ,299a ,089 ,072 13,5681 2,211

a. Predictors: (Constant), LnAT, LnROA, LnUP b. Dependent Variable: ARL

Sumber : Data sekunder yang diolah dengan SPSS, 2016

4.4 Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Pengujian hipotesis secara statistik dilakukan dengan menggunakan analisis uji parsial (t-test), uji simultan (F-test), koefisien determinasi (� ) dan moderated regression analysis (MRA).

4.4.1 Uji Parsial (Uji t)

Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas/independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen. Variabel independen dikatakan memiliki pengaruh signifikan


(38)

terhadap variabel dependen apabila variabel dependen tersebut memiliki nilai signifikansi (sig) di bawah 0.05.

Tabel 4.6 Hasil Uji Parsial (Uji t)

Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1

(Constant) 69,953 8,912 7,849 ,000 LnROA -3,001 ,806 -,302 -3,723 ,000 LnUP ,363 ,331 ,090 1,097 ,274 LnAT 3,129 2,847 ,086 1,099 ,273

Sumber : Data sekunder yang diolah dengan SPSS, 2016

Berdasarkan tabel 4.6, dapat disimpulkan mengenai uji hipotesis secara parsial dari masing-masing variabel independen adalah sebagai berikut :

: Profitabilitas berpengaruh terhadap audit report lag.

Nilai t hitung variabel profitabilitas diperoleh sebesar -3.723 dan nilai signifikansi sebesar 0.000. Data t tabel df = jumlah sampel- jumlah variabel-1, yaitu 159-3-1 maka df = 155 pada tingkat signifikansi 5 %, maka nilai t tabel adalah 1.976. Nilai t hitung lebih besar dari nilai t table yang telah ditetapkan atau – (3.723) > 1976 dan nilai signifikansi untuk uji t yang diperoleh sebesar 0.000 lebih kecil dari tingkat signifikansi alpha yang telah ditetapkan 5% (0.05). Sehingga � diterima dengan pengertian bahwa profitabilitas berpengaruh negatif terhadap audit report lag.


(39)

: Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap audit report lag.

Nilai t hitung variabel ukuran perusahaan diperoleh sebesar 1.097 dan nilai signifikansi sebesar 0.274. Nilai t tabel adalah 1.976. Nilai t hitung lebih kecil dari nilai t table yang telah ditetapkan atau 1.097 < 1.976 dan nilai signifikansi untuk uji t yang diperoleh sebesar 0.274 lebih besar dari tingkat signifikansi alpha yang telah ditetapkan 5% (0.05). Sehingga � ditolak dengan pengertian bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap audit report lag.

: Audit tenure berpengaruh terhadap audit report lag.

Nilai t hitung variabel ukuran perusahaan diperoleh sebesar 1.099 dan nilai signifikansi sebesar 0.273. Nilai t tabel adalah 1.976. Nilai t hitung lebih kecil dari nilai t table yang telah ditetapkan atau 1.099 < 1.976 dan nilai signifikansi untuk uji t yang diperoleh sebesar 0.273 lebih besar dari tingkat signifikansi alpha yang telah ditetapkan 5% (0.05). Sehingga � ditolak dengan pengertian bahwa audit tenure tidak berpengaruh terhadap audit report lag.

Model regresi yang terbentuk adalah sebagai berikut: Y = 69,953 - 3,001� + 0,363� + 3,129� + e Dimana:

� : Kualitas audit � : Jenis opini audit � : Ukuran Perusahaan α : Konstanta


(40)

e : Error (tingkat kesalahan)

Berdasarkan hasil persamaan regresi berganda tersebut masing-masing variabel menjelaskan bahwa:

1. Konstanta sebesar 69.953 menyatakan bahwa apabila tidak ada variabel bebas maka nilai audit report lag adalah sebesar 69.953.

2. Profitabilitas memiliki arah hubungan yang negatif sejauh 3.001. Dengan asumsi setiap kenaikan pada profitabilitas sebesar 1% akan menyebabkan penurunan pada audit report lag sebesar 3.001%, dan sebaliknya penurunan pada kualitas audit sebesar 1% akan menyebabkan pula kenaikan pada audit report lag sebesar 3.001%. 3. Ukuran perusahaan memiliki arah hubungan positif sejauh 0.363.

Dengan asumsi setiap kenaikan pada jenis opini audit sebesar 1% akan menyebabkan kenaikan pada audit report lag sebesar 0.363%, dan sebaliknya penurunan ukuran perusahaan sebesar 1% akan menyebabkan penurunan pada audit report lag sebesar 0.363%.

4. Audit tenure memiliki arah hubungan yang positif sejauh 3.129. Dengan asumsi setiap kenaikan ukuran perusahaan sebesar 1% akan menyebabkan kenaikan pada audit report lag sebesar 3129%, dan sebaliknya penurunan audit tenure sebesar 1% akan menyebabkan pula penurunan pada audit report lag sebesar 3.129%.


(41)

4.4.2 Koefisien Determinasi ()

Tabel 4.8 menunjukkan bahwa nilai R sebesar 0.299 atau 29.9%. Nilai

Adjusted R Square diperoleh sebesar 0.072 yang berarti 7.2% variasi atau perubahan dalam profitabilitas, ukuran perusahaan dan audit tenure. Sisanya sebesar 92.8% dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak dimasukkan dalam penelitian ini.

Tabel 4.7

Hasil Koefisien Determinasi (� ) Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Durbin-Watson

1 ,299a ,089 ,072 13,5681 2,211

a. Predictors: (Constant), LnAT, LnROA, LnUP b. Dependent Variable: ARL

Sumber : Data sekunder yang diolah dengan SPSS, 2016

4.4.3 Moderated Regression Analysis (MRA)

Variabel moderating adalah variabel independen yang akan memperkuat atau memperlemah hubungan antara variabel independen lainnya terhadap variabel dependen (Ghozali, 2006). Berikut hasil uji MRA pada penelitian ini :

: Interaksi spesialisasi industri auditor eksternal dan profitabilitas dapat mempengaruhi audit report lag.

Tabel 4.9 menunjukkan bahwa hasil uji interaksi spesialisasi industri auditor eksternal dan profitabilitas mempunyai signifikansi sebesar 0.000 yang berarti nilai signifikansi 0.000 < 0.05. Serta mempunyai nilai F hitung sebesar 7.700 yang mana lebih besar dari 4, atau 7.700 > 4. Dari hasil tersebut disimpulkan bahwa


(42)

interaksi spesialisasi industri auditor eksternal dengan profitabilitas dapat mempengaruhi audit report lag secara signifikan.

Tabel 4.8

Hasil Uji Interaksi SIAE dan ROA terhadap ARL ANOVAa

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1

Regression 4064,614 3 1354,871 7,700 ,000b

Residual 27273,361 155 175,957 Total 31337,975 158

a. Dependent Variable: ARL

b. Predictors: (Constant), moderat1, LnROA, SIAE

Sumber : Data sekunder yang diolah dengan SPSS, 2016

: Interaksi spesialisasi industri auditor ekternal dan ukuran perusahaan dapat mempengaruhi audit report lag.

Tabel 4.10 menunjukkan bahwa hasil uji interaksi mempunyai signifikansi (interaksi SIAE dengan UP) sebesar 0.027 yang berarti nilai signifikansi 0.027 < 0,05. Serta mempunyai F hitung sebesar 3.133 yang mana lebih kecil dari 4 atau 3.133 < 4. Dari hasil tersebut disimpulkan bahwa dengan hasil yang signifikan interaksi spesialisasi industri auditor eksternal dengan ukuran perusahaan tidak dapat mempengaruhi audit report lag.


(43)

Tabel 4.9

Hasil Uji Interaksi SIAE dan UP terhadap ARL ANOVAa

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1

Regression 1791,570 3 597,190 3,133 ,027b

Residual 29546,405 155 190,622 Total 31337,975 158

a. Dependent Variable: ARL

b. Predictors: (Constant), moderat2, LnUP, SIAE

Sumber : Data sekunder yang diolah dengan SPSS, 2016

: Interaksi spesialisasi industri auditor eksternal dan audit tenure dapat mempengaruhi audit report lag.

Tabel 4.11 menunjukkan bahwa hasil uji interaksi spesialisasi industri auditor eksternal dan audit tenure terhadap audit report lag mempunyai signifikansi sebesar 0.021 yang berarti nilai signifikansi 0.021 < 0.05. Serta mempunyai nilai F hitung sebesar 3.330 yang mana lebih kecil dari 4 atau 3.330 < 4. Dari hasil tersebut disimpulkan bahwa secara signifikan interaksi spesialisasi industri auditor eksternal dengan audit tenure tidak dapat mempengaruhi audit report lag.

Tabel 4.10

Hasil Uji Interaksi SIAE dan AT terhadap ARL ANOVAa

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1

Regression 1897,517 3 632,506 3,330 ,021b

Residual 29440,458 155 189,938 Total 31337,975 158

a. Dependent Variable: ARL

b. Predictors: (Constant), moderat3, LnAT, SIAE


(44)

4.5 Pembahasan dan Hasil

4.5.1 Pengaruh Profitabilitas terhadap Audit Report Lag (Y). Variabel profitabilitas menunjukkan koefisien regresi sebesar -3.001, dan setelah diuji dengan menggunakan Uji Signifikansi Parsial atau t-Test diperoleh bahwa hasil t hitung adalah -3,723 berarti nilainya lebih besar dari t tabel tapi mempunyai nilai negatif, dan dengan taraf signifikansi 0.000 berarti lebih kecil dari taraf signifikansi yang ditetapkan yaitu 0.05. Hal ini menyimpulkan bahwa hasil penelitian ini menerima hipotesis satu (� ) yang diajukan, atau dengan kata lain variabel profitabilitas berpengaruh terhadap audit report lag dengan arah negatif. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Chrisna (2014) yang menyatakan bahwa profitabilitas mempunyai pengaruh terhadap audit report lag secara parsial.

Berdasarkan hasil penelitian bisa diartikan bahwa profitabilitas yang rendah akan memperpanjang audit report lag, sebaliknya profitabilitas yang tinggi akan memperpendek audit report lag. Dimana perusahaan yang mempunyai profitabilitas yang rendah cenderung untuk memperlama pelaporan keuangan, Dalam penelitian yang dihasilkan Lianto dan Kusuma (dalam Chrisna, 2014) menyatakan bahwa perusahaan yang melaporkan kerugian mungkin akan meminta auditor untuk mengatur waktu auditnya lebih lama dibandingkan biasanya. Sebaliknya, jika perusahaan melaporkan laba yang tinggi, maka perusahaan berharap laporan keuangan auditan dapat diselesaikan secepatnya sehingga good news tersebut segera dapat disampaikan kepada para investor dan pihak yang berkepentingan lainnya.


(45)

4.5.2 Pengaruh Interaksi Spesialisasi Industri Auditor Eksternal (Z) dan Profitabilitas terhadap Audit Report Lag (Y).

Hasil hipotesis penelitian menggunakan Moderated Regression Analysis (MRA) menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 7.700 yang mana lebih besar dari 4 atau, 7.700 > 4. Serta diperoleh signifikansi sebesar 0.000 berarti lebih kecil dari taraf signifikansi yang ditetapkan yaitu 0.05. Hal ini menyimpulkan bahwa hasil penelitian ini menerima hipotesis kedua (� ) yang diajukan, atau dengan kata lain interaksi spesialisasi industri auditor eksternal dan profitabilitas dapat mempengaruhi audit report lag secara signifikan. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian profitabilitas berpengaruh terhadap audit report lag, adanya interaksi spesialisasi industri auditor eksternal dan profitabilitas juga dapat mempengaruhi

audit report lag.

4.5.3 Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Audit Report Lag (Y).

Variabel ukuran perusahaan menunjukkan koefisien regresi sebesar 0.363, dan setelah diuji dengan menggunakan Uji Signifikansi Parsial diperoleh signifikansi sebesar 0,274 berarti lebih besar dari taraf signifikansi yang ditetapkan yaitu 0.05. Nilai t tabel adalah 1,976. Nilai t hitung lebih kecil dari nilai t table yang telah ditetapkan atau 1.097 < 1.976. Hal ini menyimpulkan bahwa hasil penelitian ini menolak hipotesis ketiga (� ) yang diajukan, atau dengan kata lain ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap audit report lag.


(46)

menyatakan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap audit report lag.

Hal tersebut membuktikan bahwa rentang waktu audit report lag antara perusahaan besar dan kecil tidak jauh berbeda. Tidak hanya perusahaan besar saja, namun perusahaan kecil juga cenderung mendapatkan tekanan untuk menyampaikan laporan keuangan secara tepat waktu. Tekanan itu dapat berasal dari investor itu sendiri ataupun berasal dari BAPEPAM melalui peraturan penyampaian laporan keuangan tepat waktu.

4.5.4 Pengaruh Interaksi Spesialisasi Industri Auditor Eksternal (Z) dan Ukuran Perusahaan terhadap Audit Report Lag (Y). Hasil hipotesis penelitian dengan menggunakan Moderated Regression Analysis (MRA) menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 3.133 yang mana lebih kecil dari 4 atau 3.133 < 4. Serta diperoleh signifikansi sebesar 0.027 berarti lebih kecil dari taraf signifikansi yang ditetapkan yaitu 0.05. Hal ini menyimpulkan bahwa hasil penelitian ini menolak hipotesis keempat (� ) yang diajukan, atau dengan kata lain secara signifikan interaksi spesialisasi industri auditor eksternal dan ukuran perusahaan tidak dapat mempengaruhi audit report lag. Hasil ini konsisten dengan hasil penelitian pengaruh ukuran perusahaan terhadap audit report lag, meskipun adanya interaksi spesialisasi auditor eksternal dengan ukuran perusahaan namun hasil tetap menunjukkan tidak adanya pengaruh terhadap audit report lag. Hal ini bisa disebabkan oleh variabel spesialisasi industri auditor eksternal, adanya keterbatasan proksi market share atau volume


(47)

klien minimal 15% yang digunakan. Penelitian Karina Rahayu Wiguna (2012) menyebutkan bahwa pengukuran spesialisasi industri berdasarkan pangsa pasar memiliki berbagai keterbatasan. Diantaranya ketidakjelasan apakah keuntungan sebagai spesialis dalam suatu industri diperoleh dari pengalaman auditor mengaudit perusahaan dalam jumlah besar atau mengaudit perusahaan besar dalam jumlah terbatas. Hal ini mengakibatkan pemahaman yang bersifat ambigu atas pengukuran spesialisasi industri suatu KAP. Dapat dikatakan pula bahwa pengukuran spesialisasi indsutri auditor pada penelitian ini belum menunjukkan realitas dari ukuran spesialisasi yang ada. Tidak adanya pengukuran spesialisasi industri auditor yang telah terbukti paling relevan.

4.5.5 Pengaruh Audit Tenure terhadap Audit Report Lag (Y). Variabel audit tenure menunjukkan koefisien regresi sebesar 3.129, dan setelah diuji dengan menggunakan Uji Signifikansi Parsial diperoleh signifikansi sebesar 0.273 berarti lebih besar dari taraf signifikansi yang ditetapkan yaitu 0.05. Nilai t tabel adalah 1.976. Nilai t hitung lebih kecil dari nilai t table yang telah ditetapkan atau 1.099 < 1.976. Hal ini menyimpulkan bahwa hasil penelitian ini menolak hipotesis kelima (� ) yang diajukan, atau dengan kata lain audit tenure

tidak berpengaruh terhadap audit report lag. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Wiguna (2012) yang menyatakan bahwa tenure audit memiliki pengaruh positif terhadap ARL pada tingkat keyakinan 95%. Pada penelitian tersebut audit tenure dihitung sebagai variabel dummy, berbeda dengan penelitian ini audit tenure dihitung secara akumulatif. Penyebab tidak adanya pengaruh audit


(48)

tenure terhadap audit report lag adalah seorang auditor yang memiliki penugasan cukup lama dengan perusahaan klien belum tentu dapat mendorong terciptanya pengetahuan bisnis yang baik. Penugasan auditor dalam waktu yang cukup lama justru dapat menyebabkan auditor kurang independen dan profesional dalam melaksanakan tugasnya. Hal ini tentunya menyebabkan auditor tidak bisa menyelesaikan kewajibannya secara tepat waktu sehingga audit report lag tidak bisa ditentukan berdasarkan lamanya penugasan seorang auditor atau audit tenure.

4.5.6 Pengaruh Interaksi Spesialisasi Industri Auditor Eksternal (Z) dan Audit Tenure terhadap Audit Report Lag (Y).

Hasil hipotesis penelitian menggunakan Moderated Regression Analysis (MRA) menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 3.330 yang lebih kecil dari 4, atau 3.330 < 4. Serta diperoleh signifikansi sebesar 0.021 berarti lebih kecil dari taraf signifikansi yang ditetapkan yaitu 0.05. Hal ini menyimpulkan bahwa hasil penelitian ini menolak hipotesis keenam (� ) yang diajukan, atau dengan kata lain interaksi spesialisasi industri auditor eksternal dan audit tenure tidak dapat mempengaruhi audit report lag. Hasil penelitian ini sejalan dengan Wiguna (2012) yang menyatakan bahwa spesialisasi auditor tidak terbukti memiliki pengaruh moderasi yang signifikan terhadap hubungan antara tenure audit dengan ARL. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian audit tenure tidak dapat mempengaruhi audit report lag, meskipun adanya interaksi spesialisasi industri auditor eksternal dan audit tenure tetap tidak dapat mempengaruhi audit report lag.


(49)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1Kesimpulan

Beberapa hal yang dapat disimpulkan dari penelitian ini adalah :

1. Profitabilitas berpengaruh secara signifikan terhadap audit report lag. Hal ini dapat dilihat dari t-test, dimana nilai t hitung variabel profitabilitas diperoleh sebesar -3.723 dan nilai signifikansiya sebesar 0,000 yang lebih kecil dari tingkat signifikansi alpha yang telah ditetapkan.

2. Interaksi spesialisasi industri auditor eksternal dan profitabilitas dapat mempengaruhi terhadap audit report lag secara signifikan. Hal ini dapat dilihat dari F-test, dimana nilai F hitung diperoleh sebesar 7.700 dan nilai signifikansiya sebesar 0,000 yang lebih kecil dari tingkat signifikansi alpha yang telah ditetapkan.

3. Ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap audit report lag. Hal ini dapat dilihat dari t-test, dimana nilai t hitung variabel ukuran perusahaan diperoleh sebesar 1.976 dan nilai signifikansiya sebesar 0,274 yang lebih besar dari tingkat signifikansi alpha yang telah ditetapkan.

4. Interaksi spesialisasi industri auditor eksternal dan ukuran perusahaan tidak dapat mempengaruhi terhadap audit report lag secara signifikan. Hal ini dapat dilihat dari F-test, dimana nilai F hitung diperoleh sebesar 3.133 dan nilai signifikansiya sebesar 0.027 yang lebih kecil dari tingkat signifikansi alpha yang telah ditetapkan.


(50)

5. Audit tenure tidak berpengaruh terhadap audit report lag. Hal ini dapat dilihat dari t-test, dimana nilai t hitung variabel audit tenure diperoleh sebesar 1.099 dan nilai signifikansiya sebesar 0,273 yang lebih besar dari tingkat signifikansi alpha yang telah ditetapkan.

6. Interaksi spesialisasi industri auditor eksternal dan audit tenure tidak dapat mempengaruhi terhadap audit report lag secara signifikan. Hal ini dapat dilihat dari F-test, dimana nilai F hitung diperoleh sebesar 3.133 dan nilai signifikansiya sebesar 0.021 yang lebih kecil dari tingkat signifikansi alpha yang telah ditetapkan.

7. Profitabilitas, ukuran perusahaan dan audit tenure berpengaruh signifikan terhadap audit report lag secara simultan. Hal ini dapat dilihat dari F-test, dimana nilai F hitung diperoleh sebesar 5.077 dan nilai signifikansinya sebesar 0.002 yang lebih kecil dari tingkat signifikansi alpha yang telah ditetapkan

5.2Keterbatasan Penelitian

Adapun keterbatasan yang dihadapi oleh peneliti yaitu :

1. Penelitian yang diamati hanya menggunakan 3 tahun yaitu periode 2012-2014 untuk melihat pengaruh profitabilitas, ukuran perusahaan, dan audit tenure terhadap audit report lag dengan spesialisasi industri auditor eksternal sebagai variabel moderating.


(51)

2. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini hanya perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan yang telah memenuhi kriteria yang ditetapkan sehingga sampel berjumlah 53 perusahaan.

3. Variabel yang digunakan hanya variabel profitabilitas,ukuran perusahaan,

audit tenure, dan spesialisasi industri auditor eksternal. Sementara masih banyak lagi variabel yang dapat digunakan untuk melihat pengaruhnya terhadap audit report lag.

5.3Saran

Dengan segala keterbatasan yang telah diungkapkan sebelumnya, maka beberapa saran yand diajukan adalah:

1. Bagi penelitian selanjutnya, diharapkan agar lebih memperbanyak jumlah variabel yang digunakan dalam penelitian mengenai audit report lag,

misalnya seperti opini audit, debt to total assets ratio, dll agar penelitian dapat lebih digeneralisasi.

2. Periode penelitian ini hanya terbatas pada 3 tahun saja yaitu 2012-2014, maka untuk penelitian selanjutnya dapat menggunakan periode penelitian lebih dari 3 tahun. Misalnya periode penelitian empat tahun, lima tahun, dan seterusnya.

3. Sampel pada penelitian ini terbatas pada perusahaan yang bergerak dibidang manufaktur. Sehingga untuk penelitian selanjutnya dapat menggunakan sampel perusahaan yang bergerak disektor lain, seperti sektor perbankan, sektor real estate, dll.


(52)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Teori Agensi

Dalam penelitian teori agensi menggambarkan adanya hubungan kontrak antara manajemen (agent) dengan pemilik entitas (principal). Agen diberi wewenang oleh pemilik untuk melakukan operasional perusahaan, sehingga agen lebih banyak mempunyai informasi dibandingkan pemilik. Kondisi tersebut akhirnya menyebabkan terjadinya ketimpangan informasi. Ketimpangan informasi ini biasa disebut sebagai asymetri information.

Baik pemilik maupun agent diasumsikan mempunyai rasionalisasi ekonomi dan semata-mata mementingkan kepentingannya sendiri. Agen mungkin akan takut mengungkapkan informasi yang tidak diharapkan oleh pemilik, sehingga terdapat kecenderungan untuk memanipulasi laporan keuangan tersebut. Dalam upaya untuk menekan masalah agensi ini diperlukan adanya pihak independen untuk menjembatani konflik antara principal dan agent. Pihak independen adalah Kantor Akuntan Publik atau auditor independen. Proses pengauditan diharapkan dapat mengurangi ketidaksesuaian informasi yang terjadi di antara manajemen dan pemegang saham dengan menggunakan pihak lain yaitu auditor untuk mengesahkan laporan keuangan. Jadi, teori keagenan digunakan untuk membantu auditor sebagai pihak ketiga untuk memahami konflik kepentingan yang dapat muncul antara principal dan agent.


(53)

Tugas auditor adalah memberikan opini atas laporan keuangan mengenai kewajarannya. Selain itu, auditor juga harus mempertimbangkan kelangsungan hidup perusahaan. Dengan adanya auditor yang independen, agent dapat membuktikan kepada principal bahwa kepercayaan yang diberikan oleh principal

kepada agent tidak disalahgunakan demi kepentingan pribadi agent, sehingga

principal memiliki keyakinan yang lebih besar kepada agent untuk mengetahui sebaik apa kondisi perusahaan di bawah pengambilan keputusan agent. Selain itu, auditor independen diharapkan dapat meminimalisir kecurangan terhadap laporan keuangan yang dibuat oleh manajemen sekaligus dapat mengevaluasi kinerja agent sehingga dapat menghasilkan sistem informasi yang relevan yang berguna bagi investor, kreditur dalam mengambil keputusan yang rasional untuk investasi.

2.1.2 Teori Kepatuhan

Kepatuhan berarti sifat patuh, ketaatan. Kepatuhan terhadap ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan tahunan perusahaan publik di Indonesia diatur dalam Undang-undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal; dalam Salinan Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor: kep-431/bl/2012 Tentang Penyampaian Laporan Tahunan Emiten atau Perusahaan Publik bahwa “Emiten atau Perusahaan Publik yang pernyataan pendaftarannya telah menjadi efektif wajib menyampaikan laporan tahunan kepada Bapepam dan LK paling lama 4 (empat) bulan setelah tahun buku berakhir”.


(54)

Peraturan tersebut mengisyaratkan terdapat kepatuhan setiap individu maupun organisasi (perusahaan publik) yang terlibat di pasar modal Indonesia untuk menyampaikan laporan keuangan tahunan perusahaan secara tepat waktu kepada Bapepam. Ketepatan waktu ini berhubungan dengan audit report lag. Jika ARL yang dibutuhkan lama, penyampaian laporan keuangan akan tidak tepat waktu.

Kepatuhan terhadap masa perikatan audit (audit tenure) telah diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 17/PMK.01/2008 yang menjelaskan bahwa pemberian jasa audit umum atas laporan keuangan dari suatu entitas dilakukan oleh KAP paling lama untuk enam tahun buku berturut-turut dan oleh seorang Akuntan Publik paling lama untuk tiga tahun buku berturut-turut. Sesuai dengan standar auditing yang telah ditetapkan oleh IAI bahwa selain memberikan opini audit, auditor juga harus bertanggung jawab dalam pengungkapan going concern

entitas. Jika auditor melakukan penyimpangan dengan tidak mengungkapkan atau berusaha menutupi masalah going concern entitas, tentu hal ini akan bertentangan dengan teori kepatuhan.

Teori kepatuhan dapat membuat seseorang lebih patuh pada peraturan yang berlaku, sama seperti perusahaan yang berusaha tepat waktu dalam menyampaikan laporan keuangannya karena selain sebagai kewajiban, juga bermanfaat bagi para pengguna laporan keuangan. Sama halnya dengan auditor yang berusaha untuk memberikan kinerja terbaiknya berupa kualitas audit. Auditor juga harus patuh dalam memenuhi tugas sesuai dengan jangka waktu


(55)

2.1.3 Laporan Keuangan

Menurut Ikatan Akuntan Publik (PSAK, 2012 : Paragraf 7) Laporan Keuangan adalah “laporan yang menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan perusahaan yang ditunjukkan untuk memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar pengguna laporan”. Laporan keuangan mencerminkan kinerja daripada suatu perusahaan. Laporan Keuangan diterbitkan dalam suatu periode tertentu, yang disusun oleh manajemen perusahaan tersebut. Dari Laporan keuangan dapat terlihat apakah tujuan dan sasaran dari perusahaan dapat tercapai. Untuk melihat kewajaran daripada laporan keuangan dan meyakinkan pihak – pihak yang berkepentingan lainnya, maka akan dilibatkan pihak ketiga dimana akuntan publik berperan dalam menganalisa apakah laporan keuangan sudah disusun secara wajar dan sesuai dengan ketentuan dan pedoman penyusunan laporan keuangan yang berlaku.

Karakteristik kualitas laporan keuangan sebagaimana yang dinyatakan dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (IAI,2009) No.1 adalah:

1. Dapat dipahami

Kualitas penting informasi yang ditampung dalam laporan keuangan adalah kemudahannya untuk dapat dipahami oleh pemakai. Pemakai diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai tentang aktivitas ekonomi dan bisnis, akuntansi, serta kemauan untuk mempelajari informasi.

2. Relevan

Agar bermanfaat, informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan pemakai dalam proses pengambilan keputusan. Informasi memiliki kualitas relevan jika dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai. Informasi yang relevan dapat digunakan untuk membantu mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini, atau masa depan.

3. Andal

Informasi memiliki kualitas andal jika bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material, dan dapat diandalkan pemakainya


(56)

sebagai penyajian yang jujur (faithfull representation) dari yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar diharapkan dapat disajikan. 4. Dapat dibandingkan

Pemakai harus dapat membenadingkan laporan keuangan antar periode untuk mengidentifikasi kecenderungan (trend) posisi dan kinerja keuangan. Pemakai juga harus dapat membandingkan laporan keuangan antar perusahaan. Hal tersebut dilakukan untuk mengevaluasi posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan secara relatif.

2.1.4 Auditing

Definisi audit menurut Soekrisno Agoes (2012) adalah “suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis, oleh pihak yang independen, terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen, beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya, dengan tujuan tuntuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan”. Sedangkan menurut Arens et al (2009) “auditing adalah pengumpulan dan evaluasi bukti tentang informasi untuk menentukan dan melaporkan derajat kesesuaian antara informasi itu dan kriteria yang telah ditetapkan”. Auditing harus dilakukan oleh orang yang kompeten dan independen.

Ada tiga jenis utama audit yaitu sebagai berikut:

1. Audit operasional (operational audit) mengevaluasi efisiensi dan

efektivitas setiap bagian dari prosedur dan metode operasi organisasi. Pada akhir audit operasional, manajemen biasanya mengharapkan saran-saran untuk memperbaiki operasi.

2. Audit ketaatan (compliance audit) dilaksanakan untuk menentukan apakah pihak yang diaudit mengikuti prosedur, atura, atau ketentuan tertentu yang ditetapkan oleh otoritas yang lebih tinggi. Hasil audit ketaatan biasanya dilaporkan kepada manajemen bukan kepada pemakai luar, karena manajemen adalah kelompok utama yang berkepentingan dengan tingkat ketaatan terhadap peraturan dan prosedur dan peraturan yang digariskan. 3. Audit laporan keuangan (financial statement audit) dilakukan untuk

menentukan apakah laporan keuangan (informasi yand diverifikasi) telah dinyatakan sesuai dengan kriteria tertentu. Dalam hal ini kriteria yang digunakan di Indonesia adalah Standar Akuntansi Keuangan (SAK).


(57)

Diantara ketiga komponen jenis audit diatas yang paling umum dilakukan adalah audit laporan keuangan. Auditing harus dilakukan oleh orang yang kompeten dan independen. Kompeten diartikan sebagai seseorang yang memiliki keahlian khusus dibidangnya dalam hal ini adalah bidang auditing sedangkan independen diartikan tidak bias atau bebas dari campur tangan ataupun ancaman dari pihak lain. Auditor harus memiliki kualifikasi untuk memahami kriteria yang digunakan dan harus kompeten untuk mengetahui jenis serta jumlah bukti yang akan dikumpulkan guna mencapai kesimpulan yang tepat setelah memeriksa bukti itu. Auditor juga harus memiliki sikap mental independen, dimana kompetensi nilai orang-orang yang mengaudit akan tidak ada nilainya jika mereka tidak independen dalam mengumpulkan dan mengevaluasi bukti. Para auditor berusaha keras mempertahankan tingkat independensi yang tinggi untuk menjaga kepercayaan para pemakai yang mengandalkan laporan mereka dalam hal ini pemangku kepentingan perusahaan baik pihak internal maupun eksternal. Auditor yang mengeluarkan laporan mengenai laporan keuangan perusahaan seringkali disebut auditor independen.

2.1.5 Audit Report Lag

Audit report lag adalah lamanya waktu penyelesaian audit yang diukur dari tanggal penutupan tahun buku hingga tanggal diselesaikan laporan auditor independen. Definisi tersebut menyimpulkan bahwa semakin lama waktu yang


(58)

dibutuhkan auditor menyelesaikan proses audit, semakin lama pula audit report lag-nya.

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2012) menyatakan bahwa informasi mungkin relevan tetapi jika tidak dapat diandalkan maka penggunaan informasi tersebut secara potensial dapat menyesatkan. Hal ini semakin didukung oleh Bambers et al. (1993) bahwa “semakin panjang waktu dalam publikasi laporan keuangan maka akan mengurangi relevansi dan keandalan dari informasi yang ada pada laporan keuangan. Hal tersebut secara langsung akan mempengaruhi pengambilan keputusan investor yang semakin sulit”.

Ahmad et. al.(2005) menyatakan ARL dapat dibagi menjadi dua komponen, yaitu client cycle time (CCT) yang didefinisikan sebagai durasi waktu yang dibutuhkan oleh perusahaan untuk menyelesaikan atau menutup pembukuan transaksi perusahaan; dan firm cycle time (FCT) yang didefinisikan sebagai durasi waktu yang dibutuhkan auditor untuk menyelesaikan tanggung jawab audit atas laporan keuangan perusahaan.

Audit report lag menurut Knechel dan Payne (2001) dibagi menjadi 3 komponen, yaitu :

1. Scheduling lag, merupakan selisih waktu antara akhir tahun fiskal perusahaan atau tanggal neraca dengan dimulainya pekerjaan lapangan auditor.

2. Fieldworking lag, merupakan selisih waktu antara dimulainya pekerjaan lapangan dan saat penyelesaiaannya.


(59)

3. Reporting lag, merupakan selisih waktu antara saat penyelesaian pekerjaan lapangan dengan tanggal laporan auditor.

2.1.6 Profitabilitas

Profitabilitas adalah jumlah relatif laba yang dihasilkan dari sejumlah investasi atau modal yang ditanamkan dalam suatu usaha. Tingkat profitabilitas perusahaan dapat diukur melalui rasio profitabilitas. Semakin tinggi rasio profitabilitas maka laba yang dihasilkan akan semakin besar.

Ada perbedaan perlakuan laporan keuangan oleh manajemen ketika perusahaan mendapatkan tingkat profitabilitas yang tinggi dan rendah. Perusahaan yang mempunyai rugi atau tingkat profitabilitas rendah nantinya akan membawa dampak buruk dari reaksi pasar dan akan menyebabkan turunnya penilaian kinerja suatu perusahaan Hal ini akan mengandung berita buruk, sehingga perusahaan akan cenderung mengulur waktu dalam menyampaikan laporan keuangannya. Demikian sebaliknya, perusahaan yang mempunyai laba atau tingkat profitabilitas tinggi nantinya akan membawa dampak baik dari reaksi pasar dan akan menyebabkan naiknya penilaian kinerja suatu perusahaan. Hal ini mengandung berita baik sehingga perusahaan cenderung mempercepat penyampaian laporan keuangannya.

2.1.7 Ukuran Perusahaan

Besar kecilnya perusahaan dapat diukur berdasarkan total penjualan, total nilai buku aset, nilai bersih kekayaan dan jumlah tenaga kerja. Lamanya waktu


(60)

penyelesaian audit yang diukur dari tanggal penutupan tahun buku hingga diterbitkannya laporan audit akan semakin lama apabila ukuran perusahaan yang laporan keuangannya diaudit semakin besar atau semakin luas. Hal ini berkaitan dengan semakin banyaknya jumlah sampel yang harus diambil dan semakin luasnya prosedur-prosedur audit yang harus dilakukan Boyton dan Kell (1996).

Dyer dan Mc. Hugh serta Carslaw dan Kaplan ( dalam Tiono dan Jogi, 2013) menyatakan bahwa perusahaan yang memiliki sumber daya (aset) yang besar memiliki salah satu ciri yang utama yaitu adanya pengawasan investor, regulator dan sorotan masyarakat. Menurut Hilmi ( dalam Tiono dan Jogid, 2013) Perusahaan besar akan cenderung lebih banyak disorot oleh masyarakat dibandingkan dengan perusahaan kecil. Oleh karena itu perusahaan besar akan lebih cenderung menjaga image perusahaannya. Investor dan pemilik pun juga turut andil dalam menjaga image perusahaan.

2.1.8 Audit Tenure

Audit tenure adalah lamanya hubungan auditor dan klien yang diukur dengan jumlah tahun. Audit tenure dikaitkan dengan dua konstruk yakni keahlian auditor dan insentif ekonomi. Audit tenure dikaitkan dengan keahlian auditor yang dimiliki. Auditor dapat memperoleh pemahaman yang lebih baik dari proses bisnis klien, dan risiko.

Pemerintah telah mengatur tentang jangka waktu perikatan audit dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 17/PMK.01/2008. Peraturan ini menjelaskan bahwa pemberian jasa audit umum atas laporan keuangan dari suatu entitas


(61)

dilakukan oleh KAP paling lama untuk 6 tahun buku berturut-turut dan oleh seorang Akuntan Publik paling lama untuk 3 tahun buku berturut-turut. Akuntan Publik dapat menerima kembali penugasan audit untuk klien tersebut setelah 1 tahun buku tidak memberikan jasa audit umum atas laporan keuangan klien tersebut.

2.1.9 Spesialisasi Industri Auditor Eksternal

Auditor memiliki fungsi sebagai pihak yang memberikan kepastian terhadap integritas angka-angka akuntansi yang dihasilkan di dalam laporan keuangan. Pengetahuan yang harus dimiliki oleh auditor tidak hanya pengetahuan mengenai pengauditan dan akuntansi, namun juga jenis industri klien. Meskipun mengaudit perusahaan pertambangan prinsip-prinsipnya sama dengan mengaudit perusahaan perbankan, namun tentu saja ada perbedaan dalam hal sifat bisnis, prinsip akuntansi, sistim akuntansi, dan peraturan perpajakan yang berlaku mungkin berbeda. Hal ini mengharuskan auditor memiliki pengetahuan mengenai karakteristik industri tertentu yang mempengaruhi kualitas audit. Kondisi ini menunjukkan adanya kebutuhan terhadap spesialisasi auditor.

Auditor yang memiliki banyak klien dalam industri yang sama akan memiliki pengetahuan dan pemahaman yang lebih baik mengenai internal kontrol perusahaan, risiko bisnis perusahaan, risiko audit pada industri tersebut. Spesialisasi auditor dalam industri tertentu membuat auditor tersebut memiliki kemampuan dan pengetahuan yang memadai dibanding dengan auditor yang tidak memiliki spesialisasi.


(62)

2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

Peneliti Variabel Analisis Hasil

Karina Rahayu Wiguna (2012)

Independen : Audit Report Lag. Dependen : Audit Tenure Moderasi: Spesialisasi Auditor Statistik Deskriptif

Penelitian ini menunjukkan bahwa tenure audit memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap ARL pada tingkat keyakinan 95%. Spesialisasi auditor tidak terbukti memiliki pengaruh moderasi yang signifikan terhadap hubungan antara tenure audit dengan ARL, apabila tenure dihitung sebagai variabel dummy. Namun sebaiknya, spesialisasi industri terbukti memiliki pengaruh moderasi secara negatif terhadap hubungan tenure audit dengann ARL apabila tenure audit dihitung secara akumulatif. Mona Chrisna (2014) Independen : Ukuran perusahaan, profitabilitas, jenis opini audit dan kualitas audit. Dependen :

Audit Report Lag

Regresi Berganda

Ukuran perusahaan dan jenis opini audit tidak mempunyai pengaruh sedangkan profitabilitas dan kualitas audit mempunyai pengaruh terhadap audit report lag

secara parsial, sedangkan seccara simultan semua variabel independen mempunyai pengaruh terhadap audit report lag. Yan Christin Br Sembiring (2010) Independen : Ukuran Perusahaan, Umur Perusahaan, Profitabilitas, Opini Audit, dan Audit Report Lag

Regresi Sederhana

Ukuran perusahaan, audit report lag berpengaruh secara negatif, profitabilitas berpengaruh secara positif

sedangkan ukuran

perusahaan dan opini audit tidak mempunyai pengaruh


(1)

pembanding saya yang telah memberikan saran dan kritik kepada penulis guna perbaikan skripsi ini.

4. Kepada orang tua saya, Bapak Gonter Topen Sihaloho dan Ibu Renta Naibaho serta adik saya yaitu Imron, Veni, Marsel, Yofran dan diego atas motivasi, dukungan, biaya serta doa yang selalu mengiringi yang tidak terbatas dengan apapun juga.

5. Kepada teman terkasih Sabar Saut Manahan Siregar atas dukungan, bantuan dan motivasi yang membangun dari proses hingga akhir penyelesaian skripsi ini.

6. Kepada teman-teman seperjuangan Tonggo, Cinthya, Ambrocius, Yosef Bagus dan teman-teman lainnya yang secara langsung maupun tidak langsung memberikan dukungan, bantuan dan motivasi yang sangat berguna dalam penyelesaian skripsi ini.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk perbaikan skripsi ini ke depannya. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini menjadi bahan yang bermanfaat bagi pembaca

Medan, April 2016 Penulis

Veronika Pebriani S. NIM : 120503170


(2)

DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN .. ... i

ABSTRAK … ... ii

ABSTRACT... ... iii

KATA PENGANTAR. ... iv

DAFTAR ISI .. ... vi

DAFTAR TABEL... ... viii

DAFTAR GAMBAR. ... ix

DAFTAR LAMPIRAN. ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1.1 Latar Belakang Penelitian………. ... 1

1.2 Perumusan Masalah ….. ... 7

1.3 Tujuan Penelitian … ... 8

1.4 Manfaat Penelitian … ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori.. ... 10

2.1.1 Teori Agensi …. ... 10

2.1.2 Teori Kepatuhan ….. ... 11

2.1.3 Laporan Keuangan .. ... 13

2.1.4 Auditing .. ... 14

2.1.5 Audit Report Lag .. ... 15

2.1.6 Profitabilitas .. ... 17

2.1.7 Ukuran Perusahaan .. ... 17

2.1.8 Audit Tenure.. ... 18

2.1.9 Spesialiasi Industri Auditor Eksternal... ... 19

2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu.. ... 20

2.3 Kerangka Konseptual ... 21

2.4 Hipotesis .. ... 24

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian .. ... 25

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian . ... 25

3.3 Batasan Operasional . ... 26

3.4 Definisi Operasional . ... 27

3.5 Skala Pengukuran Variabel . ... 30

3.6 Populasi dan Sampel Penelitian . ... 31

3.7 Jenis Data . ... 32

3.8 Metode Pengumpulan Data ... 32

3.9 Teknik Analisis Data . ... 33


(3)

3.9.2.1 Uji Normalitas Data . ... 33

3.9.2.2 Uji Multikolinearitas . ... 35

3.9.2.3 Uji Heterokedastisitas . ... 35

3.9.2.4 Uji Autokorelasi .. ... 36

3.9.3 Uji Hipotesis . ... 36

3.9.3.1 Koefisien Determinasi. ... 37

3.9.3.2 Uji Signifikansi Parsial . ... 38

3.9.3.3 Moderated Regression Analysis (MRA) . ... 38

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN 4.1 Deskripsi Objek Penelitian.. ... 40

4.2 Analisis Statistik Deskriptif.. ... 40

4.3 Uji Asumsi Klasik.. ... 42

4.3.1 Uji Normalitas.. ... 42

4.3.2 Uji Multikoloniearitas.. ... 45

4.3.3 Uji Heteroskedastisitas.. ... 46

4.3.4 Uji Autokorelasi.. ... 47

4.4 Pengujian Hipotesis.. ... 48

4.4.1 Uji Parsial (Uji t).. ... 48

4.4.2 Koefisien Determinasi (� ).. ... 52

4.4.3 Moderated Regression Analysis (MRA).. ... 52

4.5 Pembahasan dan Hasil.. ... 55

4.5.1 Pengaruh Profitabilitas � terhadap Audit Report Lag (Y)... ... 55

4.5.2 Pengaruh Interaksi Spesialisasi Industri Auditor Eksternal (Z) dan Profitabilitas � terhadap Audit Report Lag (Y)... ... 56

4.5.3 Pengaruh Ukuran Perusahaan � terhadap Audit Report Lag (Y)... 56

4.5.4 Pengaruh Interaksi Spesialisasi Industri Auditor Eksternal (Z) dan Ukuran Perusahaan � terhadap Audit Report Lag (Y). ... 57

4.5.5 Pengaruh Audit Tenure � terhadap Audit Report Lag (Y). ... 58

4.5.6 Pengaruh Interaksi Spesialisasi Industri Auditor Eksternal (Z) dan Audit Tenure � terhadap Audit Report Lag (Y). ... 59

BAB V ANALISIS KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan .... ... 60

5.2 Keterbatasan Penelitian ... ... 61

5.3 Saran ... ... 62


(4)

DAFTAR TABEL

Halaman

TABEL 2.1 Penelitian Terdahulu ... 20

TABEL 3.1 Waktu Penelitian ... 26

TABEL 3.2 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 30

TABEL 4.1 Hasil Statistik Deskriptif. ... 41

TABEL 4.2 Hasil Uji Kolmogrov-Smirnov. ... 44

TABEL 4.3 Hasil Uji Kolmogrov-Smirnov Setelah Bertransformasi. ... 45

TABEL 4.4 Hasil Uji Multikoloniearitas. ... 46

TABEL 4.5 Hasil Uji Durbin-Watson. ... 48

TABEL 4.6 Hasil Uji Parsial (Uji t). ... 49

TABEL 4.7 Hasil Koefisien Determinasi (� ). ... 52

TABEL 4.8 Hasil Uji Interaksi SIAE dan ROA terhadap ARL. ... 53

TABEL 4.9 Hasil Uji Interaksi SIAE dan UP terhadap ARL ... ... 54


(5)

DAFTAR GAMBAR

Halaman GAMBAR 4.1 Histogram Normalitas ... 42 GAMBAR 4.2 Hasil Probability Plot .. ... 43 GAMBAR 4.3 Hasil Scatterplot .. ... 47


(6)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman LAMPIRAN-1 Populasi dan Sampel . ... 65 LAMPIRAN -2 Output SPSS .. ... 69


Dokumen yang terkait

Pengaruh Pengadopsian Isa, Ukuran Klien Audit, Kompleksitas Audit, Risiko Litigasi, Profitabilitas Klien, Dan Jenis Kap Terhadap Professional Fee

14 82 125

Pengaruh Audit Tenure, Audit Switching, Audit Capacity Stress, Ukuran Perusahaan, dan Independensi Komite Audit Terhadap Kualitas Audit (Studi Empiris Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di BEI Tahun 2009 – 2013)

27 175 83

Pengaruh Tenure Audit dan Umur Listing terhadap Audit Report Lag dengan Spesialisasi Industri Auditor sebagai Variabel Moderating pada Perusahaan Consumer Goods yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

7 49 102

Kemampuan Tenure Audit Sebagai Pemoderasi Pengaruh Ukuran Perusahaan Pada Audit Report Lag.

1 3 39

Pengaruh Profitabilita, Ukuran Perusahaan, Dan Audit Tenure Terhadap Audit Report Lag Dengan Spesialisasi Industri Auditor Eksternal Sebagai Variabel Moderating

0 0 11

Pengaruh Profitabilita, Ukuran Perusahaan, Dan Audit Tenure Terhadap Audit Report Lag Dengan Spesialisasi Industri Auditor Eksternal Sebagai Variabel Moderating

0 0 2

Pengaruh Profitabilita, Ukuran Perusahaan, Dan Audit Tenure Terhadap Audit Report Lag Dengan Spesialisasi Industri Auditor Eksternal Sebagai Variabel Moderating

0 0 9

Pengaruh Profitabilita, Ukuran Perusahaan, Dan Audit Tenure Terhadap Audit Report Lag Dengan Spesialisasi Industri Auditor Eksternal Sebagai Variabel Moderating

0 0 30

Pengaruh Profitabilita, Ukuran Perusahaan, Dan Audit Tenure Terhadap Audit Report Lag Dengan Spesialisasi Industri Auditor Eksternal Sebagai Variabel Moderating

0 0 2

Pengaruh Profitabilita, Ukuran Perusahaan, Dan Audit Tenure Terhadap Audit Report Lag Dengan Spesialisasi Industri Auditor Eksternal Sebagai Variabel Moderating

0 0 10