UJI PROTEIN DAN ORGANOLEPTIK LIMBAH KULIT SINGKONG DAN LABU KUNING (Cucurbita moschata Durch.) DALAM Uji Protein Dan Organoleptik Limbah Kulit Singkong Dan Labu Kuning (Cucurbita moschata Durch.) Dalam Pembuatan Cake.

(1)

UJI PROTEIN DAN ORGANOLEPTIK LIMBAH KULIT SINGKONG DAN LABU KUNING (Cucurbita moschata Durch.) DALAM

PEMBUATAN CAKE

NASKAH PUBLIKASI

Disusun oleh :

ROFIATUN SOLEKHA A 420 090 131

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2013


(2)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Jl. A. Yani Tromol Pos I – Pabelan, Kartasura Telp. (0271) 717417, Fax : 7151448 Surakarta 57102

Surat Persetujuan Artikel Publikasi Ilmiah

Yang bertanda tangan ini pembimbing/ skripsi/tugas akhir :

Nama : Dra. Sofyan Anif, M.Si.

NIP/NIK : 547

Telah membaca dan mencermati naskah artikel publikasi ilmiah, yang merupakan ringkasan skripsi/tugas akhir dari mahasiswa:

Nama : Rofiatun Solekha

NIM : A 420090131

Program Studi : Pendidikan Biologi

Judul Skripsi :

”UJI PROTEIN DAN ORGANOLEPTIK LIMBAH KULIT SINGKONG DAN LABU KUNING (Cucurbita moschata Durch.) DALAM PEMBUATAN CAKE”

Naskah artikel tersebut, layak dan dapat disetujui untuk dipublikasikan. Demikian persetujuan dibuat, semoga dapat dipergunakan seperlunya.


(3)

UJI PROTEIN DAN ORGANOLEPTIK LIMBAH KULIT SINGKONG DAN LABU KUNING (Cucurbita moschata Durch.) DALAM

PEMBUATAN CAKE

Rofiatun Solekha. A420090131. Program Studi Pendidikan Biologi, Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah

Surakarta, 2013.53 halaman.

ABSTRAK

Cake adalah adonan panggang dengan bahan dasar tepung terigu, gula, dan lemak. Kulit singkong merupakan limbah pangan yang hanya dimanfaatkan sebagai pupuk dan pakan ternak. Melalui proses penepungan, kulit singkong dapat dimanfaatkan sebagai bahan utama pembuatan cake. Kulit singkong mengandung protein, serat kasar, karbohidrat, pektin, lemak dan kalsium. Kandungan protein yang tinggi dapat membantu memenuhi asupan protein gizi dalam tubuh. Buah labu kuning (Cucurbita moschata Durch.) memiliki kadar protein, warna dan aroma yang khas. Labu kuning dapat dijadikan tepung yang bisa dimanfaatkan sebagai fortifikasi gizi dalam inovasi pembuatan cake. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh cake tepung kulit singkong dan tepung labu kuning terhadap uji organoleptik, daya terima masyarakat dan kadar protein. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan dengan satu faktor, yaitu tepung terigu 100 gram (K0), perbandingan kulit singkong 75

gram dan labu kuning 25 gram (K1), perbandingan kulit singkong 50 gram dan

labu kuning 50 gram (K2), perbandingan kulit singkong 25 gram dan labu kuning

75 gram (K3),dengan 3 kali ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada

pengaruh nyata dan interaksi antara tepung kulit singkong 25 gram dan tepung

labu kuning 75 gram (K3). Cake yang terbaik yaitu memiliki karakteristik protein

4, 49 gram dengan warna coklat kemerahan, aroma khas labu, rasa labu, tekstur lembut, dan daya terima masyarakat yang tinggi. Cake tepung kulit singkong dan tepung labu kuning sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI).

Kata Kunci : Cake, kulit singkong, labu kuning, kadar protein, uji organoleptik dan daya terima.


(4)

A. Pendahuluan

Cake merupakan adonan panggang dengan bahan dasar tepung terigu, gula, telur, dan lemak. Selain itu cake dapat dibuat dengan bahan tambahan yaitu garam, bahan pengembang, susu, dan bahan penambah aroma. Bahan-bahan ini dikombinasikan untuk menghasilkan rempah yang halus, tekstur yang lembut, dan aroma yang sedap. Cake mengandung protein, lemak, karbohidrat, mineral dan vitamin.

Kulit singkong merupakan limbah organik produk tanaman singkong

(Manihot utilissima Pohl.) yang selama ini hanya dimanfaatkan sebagai

pupuk maupun penambah makanan ternak padahal kulit singkong dapat diolah menjadi produk-produk makanan yang mampu menjadi peluang usaha misalnya produk awetan kering kulit singkong yaitu keripik kulit singkong dengan berbagai rasa, selain itu kulit singkong dapat dibuat menjadi tape kulit singkong. Komponen kimia dan gizi pada 100 gram kulit singkong adalah sebagai berikut: protein 8,11 gram, serat kasar 15,2 gram, pektin 0,22 gram, lemak 1,29 gram, kalsium 0,63 gram, sedangkan komponen kimia dan gizi daging singkong dalam 100 gram adalah protein 1 gram, kalori 154 gram, karbohidrat 36,8 gram, lemak 0,1 gram sehingga dapat disimpulkan bahwa kandungan protein singkong lebih rendah dibandingkan kulit singkong.

Buah labu kuning (Cucurbita moschata Durch.) merupakan tanaman dari famili Cucurbitaceae yang mengandung kalori, karbohidrat, protein, lemak, mineral (kalsium, pospor, besi, natrium, tembaga dan seng),  -karoten, tiamin, niacin, serat, dan vitamin C. Kandungan nutrisi yang lengkap pada labu kuning dapat dijadikan fortifikasi gizi pada produk olahan pangan. Kandungan -karoten dan glukosa menjadikan warna labu menjadi kuning sampai orange dan beraroma khas labu yang manis dapat dijadikan inovasi makanan yang menarik.

Tepung labu kuning yang dihasilkan mengandung karbohidrat 77,65%; protein 5,04%; lemak 0,08%; serat kasar 2,90%; betakaroten 7,29 mg/100g; air 11,14%; abu 5,89%. Protein tepung labu kuning mengandung protein jenis gluten yang cukup tinggi berfungsi sebagai perkembangan volume roti atau


(5)

produk makan lain yang memerlukan tingkat pengembangan volume. Tepung labu kuning mempunyai kualitas tepung yang baik karena mempunyai sifat gelatinisasi yang baik, sehingga akan dapat membentuk adonan dengan konsistensi, kekenyalan, viskositas maupun elastisitas yang baik, sehingga roti yang dihasilkan akan berkualitas baik pula kekenyalan antara granula pati dan protein akan menimbulkan kontinuitas struktur adonan (Hendrasty, 2003).

B. Metode penelitian

Metode yang digunakan adalah metode eksperimen. Penelitian dilakukan di Laboratorium Biologi Universitas Muhammadiyah Surakarta pada bulan Maret 2013. Alat yang digunakan kompor gas, LPG, timbangan, baskom, pisau, slicer, oven, loyang, sendok, mesin penggiling (blender), pengayakan 60 mesh, mangkok, piring, micropipet, rak tabung reaksi, fotometer, vacutainer, waterbath boehringer dan fotometer boehrinnger 1040 dan bahan sampel yang digunakan adalah kulit singkong. Bahan tambahan yang digunakan adalah buah labu kuning (Cucurbita moschata Durch.) Bahan kimia untuk analisis kadar protein adalah 90 ml aquades, 27 ml reagent biuret.

Penelitian ini menggunakan Rancangan yang terdiri dari 1 faktor yaitu Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan dengan satu faktor, yaitu tepung terigu 100 gram (K0), perbandingan kulit singkong 75

gram dan labu kuning 25 gram (K1), perbandingan kulit singkong 50 gram

dan labu kuning 50 gram (K2), perbandingan kulit singkong 25 gram dan labu

kuning 75 gram (K3),dengan 3 kali ulangan. Pelaksanaan penelitian sebagai

berikut : Kulit singkong bagian dalam yang terang di dipisahkan dengan bagian luar. Kulit singkong dipotong kecil-kecil dengan ukuran sama ± 1 cm. Kulit singkong yang bagian dalam dicuci air mengalir dan direndam selama 1-2 hari untuk menghilangkan kadar HCN. Kemudian dikeringkan dalam sinar matahari sampai kering ditandai dengan sifatnya yang mudah dipatahkan ± 2-3 hari. Kulit singkong di dinginkan dengan suhu kamar. Kulit


(6)

singkong digiling dengan alat penggiling. Hasil penggilingan diayak dengan saringan 60 mesh. Bagian yang tertahan di ayakan digiling lagi. Buah labu dibelah dan dipisahkan dari biji-bijinya. Belahan labu dibelah lagi, kemudian diiris tipis-tipis menggunakan pisau tipis dengan ketebalan yang sama. Irisan labu dikukus selama 1 menit. Irisan labu dijemur dibawah sinar matahari sampai kering dengan ditandai dengan sifatnya yang mudah dipatahkan. Dioven selama 10 menit dengan suhu 37oC. Labu kering kemudian disimpan dalam plastik. Labu kering digiling dan diayak dengan saringan 60 mesh. Membuat perlakuan I, perlakuan II, dan perlakuan III (tabel 1). Masukkan gula dan telur dan ovalet pada baskom, kemudian mixer sampai mengembang. Masukkan blue band cair pada adonan gula dan telur tadi, setelah itu masukkan campuran tepung kulit singkong dengan tepung labu sampai adonan tercampur rata. Adonan dimasukkan pada loyang yang sudah diolesi blue band. Panaskan oven, kemudian masukkan loyang dan panggang kurang lebih 20 menit. Cake dikeluarkan dari oven, dipotong-potong dan siap untuk disajikan. Setelah itu melakukan uji organoleptik dan daya terima masyarakat yang ditentukan oleh panelis sebanyak 20 orang. Panelis diminta untuk mengamati, merasakan, mencium bau atau aroma, dan memberikan penilaiannya terhadap hasil penelitian. Analisis uji protein: menimbang 1 gr sampel cake dan mengencerkannya dengan 10 ml air. Mengambil 0,02 ml sampel cake dengan menggunakan micropipet dan memasukkannya ke dalam tabung reaksi. Menambahkan reagen biuret sebanyak 1 ml. Menginkubasi campuran bahan tersebut selama 10 menit pada suhu kamar 37oC. Membaca pada fotometer dengan panjang gelombang 1040. Analisis yang digunakan adalah Deskripsi kualitatif. Deskripsi Kualitatif digunakan untuk menguji kadar protein, mutu organoleptik dan daya terima masyarakat,.


(7)

C. Hasil Dan Pembahasan

1. Uji Protein

Tabel 1 Pengamatan Hasil Uji Kadar Protein cake

Perlakuan Ulangan [Kadar Protein (gram)]

Rata-rata (gram)

Keterangan

1 2 3

K0 3,89 4,21 4,37 4,16 Komposisi tepung terigu 100

gram.

K1 3,80 3,68 3,99 3,823 Komposisi tepung kulit

singkong 75 gram dengan tepung labu 25 gram.

K2 2,59 2,28 2,81 2,56* Komposisi tepung kulit

singkong 50 gram dengan tepung labu 50 gram.

K3 4,23 4,71 4,52 4,49** Komposisi tepung kulit

singkong 25 gram dengan tepung labu 75 gram.

Keterangan : ** Kadar glukosa tertinggi, * kadar glukosa terendah

Hasil uji protein menunjukkan bahwa kadar protein tertinggi dapat dilihat pada perlakuan tepung kulit singkong 25 gram dan tepung labu 75 gram (K3) dengan kadar protein sebesar 4,49 gram dan kadar

protein terendah sebesar 2,56 gram pada perlakuan tepung kulit singkong 50 gram dan tepung labu 50 gram (K2). Berdasarkan analisis

tepung kulit singkong dan tepung labu kuning ada pengaruh nyata terhadap kadar protein cake. Adanya perbedaan kadar protein pada tiap sampel juga bisa dikarenakan adanya kurang efektifnya dalam pencampuran sampel dengan aquades sehingga dalam penghitungan sampel tidak efektif, perbedaan waktu dalam pengendapan protein di waterbath juga mempengaruhi kadar protein dalam cake dan penambahan protein oleh telur dalam pembuatan cake juga mempengaruhi kadar protein. Beberapa makanan dimasak untuk


(8)

mendenaturasi protein yang dikandung supaya memudahkan enzim pencernaan dalam mencerna protein tersebut (Ophart, C.E., 2003). Adapun pengaruh lain yang dapat mempengaruhi tinggi atau rendahnya kadar protein pada cake yang dibuat dapat dikarenakan oleh proses pemanasan yang terlalu lama, proses pemanasan yang terlalu lama juga dapat mengakibatkan denaturasi protein yang terkandung didalam cake.

2. Uji Organoleptik dan Daya Terima Masyarakat Tabel 2 Hasil Uji Organoleptik Cake

Perlakuan Penilaian

Warna Rasa Aroma Tekstur Daya

Terima

K0 Kuning Kurang rasa

labu

Kurang khas labu

Lembut Suka K1 Coklat tua Cukup rasa

labu

Cukup khas labu

Cukup lembut

Cukup suka

K2 Coklat

kemerahan

Rasa labu Cukup khas labu

Lembut Suka

K3 Coklat

kemerahan

Rasa labu Khas labu Lembut Suka

Secara garis besar setelah dilakukan uji organoleptik terhadap 20 panelis, sampel cake memiliki karakteristik warna coklat kemerahan, aroma khas labu, rasa labu dan tekstur lembut yaitu terdapat pada (K3)

yaitu tepung kulit singkong 25 gram dan tepung labu kuning 75 gram.. Karakteristik ini yang menjadikan dari beberapa panelis suka terhadap inovasi cake dengan bahan dasar tepung kulit singkong. Berdasarkan hasil yang diperoleh ternyata pemanfaatan buah sukun dalam pembuatan cake


(9)

D. SIMPULAN

Berdasarkan analisis data dan pembahasan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :.

1. Ada pengaruh secara nyata terhadap cake dengan uji organoleptik pada perlakuan tepung kulit singkong 25 gram dan tepung labu kuning 75 gram (K3) warna coklat kemerahan, rasa manis, aroma khas labu, tekstur lembut

dan daya terima masyarakat.

2. Ada pengaruh yang signifikan pada cake terhadap kadar protein tertinggi dengan perlakuan tepung kulit singkong 25 gram dan tepung labu kuning 75 gram (K3) 4,49 gram.

E. UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih penulis sampaikan yang terhormat Ibu Drs. H. Sofyan Hanif, M.Si atas kesediaannya membantu dan member masukan yang sangat berharga selama penelitian ini berlangsung sampai selesai.

DAFTAR PUSTAKA

Hendrasty, H, K. 2007. Tepung Labu Kuning, Pembuatan dan

Pemanfaatannya. Yogyakarta: Kanisius.

Ophart, C.E., 2003. Virtual Chembook. Elmhurst Collenge.

Rahmat, Rukmana. 1997. Ubi Kayu, Budidaya dan Pasca Panen. Kanisius: Yogyakarta.


(1)

A. Pendahuluan

Cake merupakan adonan panggang dengan bahan dasar tepung terigu, gula, telur, dan lemak. Selain itu cake dapat dibuat dengan bahan tambahan yaitu garam, bahan pengembang, susu, dan bahan penambah aroma. Bahan-bahan ini dikombinasikan untuk menghasilkan rempah yang halus, tekstur yang lembut, dan aroma yang sedap. Cake mengandung protein, lemak, karbohidrat, mineral dan vitamin.

Kulit singkong merupakan limbah organik produk tanaman singkong (Manihot utilissima Pohl.) yang selama ini hanya dimanfaatkan sebagai pupuk maupun penambah makanan ternak padahal kulit singkong dapat diolah menjadi produk-produk makanan yang mampu menjadi peluang usaha misalnya produk awetan kering kulit singkong yaitu keripik kulit singkong dengan berbagai rasa, selain itu kulit singkong dapat dibuat menjadi tape kulit singkong. Komponen kimia dan gizi pada 100 gram kulit singkong adalah sebagai berikut: protein 8,11 gram, serat kasar 15,2 gram, pektin 0,22 gram, lemak 1,29 gram, kalsium 0,63 gram, sedangkan komponen kimia dan gizi daging singkong dalam 100 gram adalah protein 1 gram, kalori 154 gram, karbohidrat 36,8 gram, lemak 0,1 gram sehingga dapat disimpulkan bahwa kandungan protein singkong lebih rendah dibandingkan kulit singkong.

Buah labu kuning (Cucurbita moschata Durch.) merupakan tanaman dari famili Cucurbitaceae yang mengandung kalori, karbohidrat, protein, lemak, mineral (kalsium, pospor, besi, natrium, tembaga dan seng),  -karoten, tiamin, niacin, serat, dan vitamin C. Kandungan nutrisi yang lengkap pada labu kuning dapat dijadikan fortifikasi gizi pada produk olahan pangan. Kandungan -karoten dan glukosa menjadikan warna labu menjadi kuning sampai orange dan beraroma khas labu yang manis dapat dijadikan inovasi makanan yang menarik.

Tepung labu kuning yang dihasilkan mengandung karbohidrat 77,65%; protein 5,04%; lemak 0,08%; serat kasar 2,90%; betakaroten 7,29 mg/100g; air 11,14%; abu 5,89%. Protein tepung labu kuning mengandung protein jenis gluten yang cukup tinggi berfungsi sebagai perkembangan volume roti atau


(2)

produk makan lain yang memerlukan tingkat pengembangan volume. Tepung labu kuning mempunyai kualitas tepung yang baik karena mempunyai sifat gelatinisasi yang baik, sehingga akan dapat membentuk adonan dengan konsistensi, kekenyalan, viskositas maupun elastisitas yang baik, sehingga roti yang dihasilkan akan berkualitas baik pula kekenyalan antara granula pati dan protein akan menimbulkan kontinuitas struktur adonan (Hendrasty, 2003).

B. Metode penelitian

Metode yang digunakan adalah metode eksperimen. Penelitian dilakukan di Laboratorium Biologi Universitas Muhammadiyah Surakarta pada bulan Maret 2013. Alat yang digunakan kompor gas, LPG, timbangan, baskom, pisau, slicer, oven, loyang, sendok, mesin penggiling (blender), pengayakan 60 mesh, mangkok, piring, micropipet, rak tabung reaksi, fotometer, vacutainer, waterbath boehringer dan fotometer boehrinnger 1040 dan bahan sampel yang digunakan adalah kulit singkong. Bahan tambahan yang digunakan adalah buah labu kuning (Cucurbita moschata Durch.) Bahan kimia untuk analisis kadar protein adalah 90 ml aquades, 27 ml reagent biuret.

Penelitian ini menggunakan Rancangan yang terdiri dari 1 faktor yaitu Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan dengan satu faktor, yaitu tepung terigu 100 gram (K0), perbandingan kulit singkong 75 gram dan labu kuning 25 gram (K1), perbandingan kulit singkong 50 gram dan labu kuning 50 gram (K2), perbandingan kulit singkong 25 gram dan labu kuning 75 gram (K3),dengan 3 kali ulangan. Pelaksanaan penelitian sebagai berikut : Kulit singkong bagian dalam yang terang di dipisahkan dengan bagian luar. Kulit singkong dipotong kecil-kecil dengan ukuran sama ± 1 cm. Kulit singkong yang bagian dalam dicuci air mengalir dan direndam selama 1-2 hari untuk menghilangkan kadar HCN. Kemudian dikeringkan dalam sinar matahari sampai kering ditandai dengan sifatnya yang mudah dipatahkan ± 2-3 hari. Kulit singkong di dinginkan dengan suhu kamar. Kulit


(3)

singkong digiling dengan alat penggiling. Hasil penggilingan diayak dengan saringan 60 mesh. Bagian yang tertahan di ayakan digiling lagi. Buah labu dibelah dan dipisahkan dari biji-bijinya. Belahan labu dibelah lagi, kemudian diiris tipis-tipis menggunakan pisau tipis dengan ketebalan yang sama. Irisan labu dikukus selama 1 menit. Irisan labu dijemur dibawah sinar matahari sampai kering dengan ditandai dengan sifatnya yang mudah dipatahkan. Dioven selama 10 menit dengan suhu 37oC. Labu kering kemudian disimpan dalam plastik. Labu kering digiling dan diayak dengan saringan 60 mesh. Membuat perlakuan I, perlakuan II, dan perlakuan III (tabel 1). Masukkan gula dan telur dan ovalet pada baskom, kemudian mixer sampai mengembang. Masukkan blue band cair pada adonan gula dan telur tadi, setelah itu masukkan campuran tepung kulit singkong dengan tepung labu sampai adonan tercampur rata. Adonan dimasukkan pada loyang yang sudah diolesi blue band. Panaskan oven, kemudian masukkan loyang dan panggang kurang lebih 20 menit. Cake dikeluarkan dari oven, dipotong-potong dan siap untuk disajikan. Setelah itu melakukan uji organoleptik dan daya terima masyarakat yang ditentukan oleh panelis sebanyak 20 orang. Panelis diminta untuk mengamati, merasakan, mencium bau atau aroma, dan memberikan penilaiannya terhadap hasil penelitian. Analisis uji protein: menimbang 1 gr sampel cake dan mengencerkannya dengan 10 ml air. Mengambil 0,02 ml sampel cake dengan menggunakan micropipet dan memasukkannya ke dalam tabung reaksi. Menambahkan reagen biuret sebanyak 1 ml. Menginkubasi campuran bahan tersebut selama 10 menit pada suhu kamar 37oC. Membaca pada fotometer dengan panjang gelombang 1040. Analisis yang digunakan adalah Deskripsi kualitatif. Deskripsi Kualitatif digunakan untuk menguji kadar protein, mutu organoleptik dan daya terima masyarakat,.


(4)

C. Hasil Dan Pembahasan 1. Uji Protein

Tabel 1 Pengamatan Hasil Uji Kadar Protein cake

Perlakuan Ulangan [Kadar Protein (gram)]

Rata-rata (gram)

Keterangan

1 2 3

K0 3,89 4,21 4,37 4,16 Komposisi tepung terigu 100

gram.

K1 3,80 3,68 3,99 3,823 Komposisi tepung kulit

singkong 75 gram dengan tepung labu 25 gram.

K2 2,59 2,28 2,81 2,56* Komposisi tepung kulit

singkong 50 gram dengan tepung labu 50 gram.

K3 4,23 4,71 4,52 4,49** Komposisi tepung kulit

singkong 25 gram dengan tepung labu 75 gram.

Keterangan : ** Kadar glukosa tertinggi, * kadar glukosa terendah

Hasil uji protein menunjukkan bahwa kadar protein tertinggi dapat dilihat pada perlakuan tepung kulit singkong 25 gram dan tepung labu 75 gram (K3) dengan kadar protein sebesar 4,49 gram dan kadar protein terendah sebesar 2,56 gram pada perlakuan tepung kulit singkong 50 gram dan tepung labu 50 gram (K2). Berdasarkan analisis tepung kulit singkong dan tepung labu kuning ada pengaruh nyata terhadap kadar protein cake. Adanya perbedaan kadar protein pada tiap sampel juga bisa dikarenakan adanya kurang efektifnya dalam pencampuran sampel dengan aquades sehingga dalam penghitungan sampel tidak efektif, perbedaan waktu dalam pengendapan protein di waterbath juga mempengaruhi kadar protein dalam cake dan penambahan protein oleh telur dalam pembuatan cake juga mempengaruhi kadar protein. Beberapa makanan dimasak untuk


(5)

mendenaturasi protein yang dikandung supaya memudahkan enzim pencernaan dalam mencerna protein tersebut (Ophart, C.E., 2003). Adapun pengaruh lain yang dapat mempengaruhi tinggi atau rendahnya kadar protein pada cake yang dibuat dapat dikarenakan oleh proses pemanasan yang terlalu lama, proses pemanasan yang terlalu lama juga dapat mengakibatkan denaturasi protein yang terkandung didalam cake.

2. Uji Organoleptik dan Daya Terima Masyarakat

Tabel 2 Hasil Uji Organoleptik Cake

Perlakuan Penilaian

Warna Rasa Aroma Tekstur Daya

Terima

K0 Kuning Kurang rasa

labu

Kurang khas labu

Lembut Suka

K1 Coklat tua Cukup rasa

labu

Cukup khas labu

Cukup lembut

Cukup suka

K2 Coklat

kemerahan

Rasa labu Cukup khas labu

Lembut Suka

K3 Coklat

kemerahan

Rasa labu Khas labu Lembut Suka

Secara garis besar setelah dilakukan uji organoleptik terhadap 20 panelis, sampel cake memiliki karakteristik warna coklat kemerahan, aroma khas labu, rasa labu dan tekstur lembut yaitu terdapat pada (K3) yaitu tepung kulit singkong 25 gram dan tepung labu kuning 75 gram.. Karakteristik ini yang menjadikan dari beberapa panelis suka terhadap inovasi cake dengan bahan dasar tepung kulit singkong. Berdasarkan hasil yang diperoleh ternyata pemanfaatan buah sukun dalam pembuatan cake ini sudah dapat menjawab hipotesis.


(6)

D. SIMPULAN

Berdasarkan analisis data dan pembahasan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :.

1. Ada pengaruh secara nyata terhadap cake dengan uji organoleptik pada perlakuan tepung kulit singkong 25 gram dan tepung labu kuning 75 gram (K3) warna coklat kemerahan, rasa manis, aroma khas labu, tekstur lembut dan daya terima masyarakat.

2. Ada pengaruh yang signifikan pada cake terhadap kadar protein tertinggi dengan perlakuan tepung kulit singkong 25 gram dan tepung labu kuning 75 gram (K3) 4,49 gram.

E. UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih penulis sampaikan yang terhormat Ibu Drs. H. Sofyan Hanif, M.Si atas kesediaannya membantu dan member masukan yang sangat berharga selama penelitian ini berlangsung sampai selesai.

DAFTAR PUSTAKA

Hendrasty, H, K. 2007. Tepung Labu Kuning, Pembuatan dan Pemanfaatannya. Yogyakarta: Kanisius.

Ophart, C.E., 2003. Virtual Chembook. Elmhurst Collenge.

Rahmat, Rukmana. 1997. Ubi Kayu, Budidaya dan Pasca Panen. Kanisius: Yogyakarta.


Dokumen yang terkait

Penggunaan Buah Labu Kuning (Cucurbita moschata Durch) Dalam Sediaan Krim Pelembab

26 136 59

KADAR VITAMIN C DAN SIFAT ORGANOLEPTIK Kadar Vitamin C Dan Sifat Organoleptik Yoghurt Dengan Penambahan Stroberi (Fragaria sp) Dan labu Kuning ( Cucurbita moschata Durch).

0 1 16

BAB 1 PENDAHULUAN Kadar Vitamin C Dan Sifat Organoleptik Yoghurt Dengan Penambahan Stroberi (Fragaria sp) Dan labu Kuning ( Cucurbita moschata Durch).

0 1 6

KADAR VITAMIN C DAN SIFAT ORGANOLEPTIK YOGHURT DENGAN PENAMBAHAN STROBERI (Fragaria sp) DAN LABU Kadar Vitamin C Dan Sifat Organoleptik Yoghurt Dengan Penambahan Stroberi (Fragaria sp) Dan labu Kuning ( Cucurbita moschata Durch).

0 1 10

UJI PROTEIN DAN ORGANOLEPTIK LIMBAH KULIT SINGKONG DAN LABU KUNING (Cucurbita moschata Durch.) DALAM Uji Protein Dan Organoleptik Limbah Kulit Singkong Dan Labu Kuning (Cucurbita moschata Durch.) Dalam Pembuatan Cake.

0 0 15

PENDAHULUAN Uji Protein Dan Organoleptik Limbah Kulit Singkong Dan Labu Kuning (Cucurbita moschata Durch.) Dalam Pembuatan Cake.

0 4 5

UJI KADAR PROTEIN DAN ORGANOLEPTIK PADA CAKE LABU KUNING (Cucurbita moschata) DENGAN Uji Kadar Protein Dan Organoleptik Pada Cake Labu Kuning (Cucurbita Moschata) Dengan Penambahan Pewarna Alami.

0 0 14

PENDAHULUAN Uji Kadar Protein Dan Organoleptik Pada Cake Labu Kuning (Cucurbita Moschata) Dengan Penambahan Pewarna Alami.

0 0 5

UJI KADAR PROTEIN DAN ORGANOLEPTIK PADA CAKE LABU KUNING (Cucurbita moschata) DENGAN Uji Kadar Protein Dan Organoleptik Pada Cake Labu Kuning (Cucurbita Moschata) Dengan Penambahan Pewarna Alami.

2 3 13

PEMBUATAN TEPUNG LABU KUNING (Cucurbita moschata).

0 2 11