PENINGKATAN KEPERCAYAAN DIRI DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PEMBELAJARAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER DI KELAS VIII SMP AL HIDAYAH MEDAN TAHUN AJARAN 2014/2015.

i

ii

RIWAYAT HIDUP

Eva Satria dilahirkan di Binanga Tolu pada tanggal 11 Mei 1991. Ibu
bernama Sonja Wati Hasibuan dan Ayah bernama Kadehe Zai, merupakan anak
keempat dari enam bersaudara. Pada tahun 1998 penulis masuk Sekolah SD
Negeri 142913 Aek Bargot, dan lulus pada tahun 2004. Pada tahun 2004, penulis
melanjutkan sekolah di SMP Negeri 1 Barumun dan lulus pada tahun 2007. Pada
tahun 2007, penulis melanjutkan sekolah di SMA Negeri 1 Sosopan dan lulus
pada tahun 2010. Pada tahun 2010, penulis diterima di Program Studi Pendidikan
Matematika Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
alam Universitas Negeri Medan.

PENINGKATAN KEPERCAYAAN DIRI DAN HASIL BELAJAR
SISWA MELALUI PEMBELAJARAN MODEL COOPERATIVE
LEARNING TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER
DI KELAS VIII SMP AL HIDAYAH
MEDAN T.A 2014/2015

Eva Satria (NIM. 4102111003)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah model pembelajaran Cooperative
Learning Tipe Numbered Head Together dapat meningkatkan kepercayaan diri siswa pada
materi fungsi di kelas VIII SMP Al Hidayah Medan T.A 2014/2015 dan untuk mengetahui
apakah siswa yang memiliki kepercayaan diri dan memiliki hasil belajar baik.
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research).
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Al Hidayah MedanT.A 2014/2015 yang
berjumlah 22 orang dan objek penelitian ini adalah pembelajaran dengan menggunakan
model Cooperative Learning tipe Numbered Head Together untuk meningkatkan
kepercayaan diri dan hasil belajar siswa kelas VIII SMP Al Hidayah Medan. Instrumen
penelitian yang digunakan adalah tes, observasi, angket dan wawancara. Tes digunakan untuk
mengetahui hasil belajar siswa setelah dilakukan pembelajaran, lembar observasi dan angket
digunakan untuk melihat kepercayaan diri siswa dan wawancara digunakan untuk
mendukung penggunaan model Cooperative Learning Tipe NHT. Sedangkan analisis data
yang dilakukan di dalam penelitian adalah teknik/metode analisis.
Penelitian ini dibagi atas 2 siklus, masing-masing terdiri dari 2 pertemuan. Setiap
pertemuan dilakukan observasi terhadap kepercayaan diri siswa dan observasi pembelajaran
serta di akhir dari siklus diberikan tes hasil belajar. Dari siklus I diperoleh skor pengamatan
kepercayaan diri siswa dalam kategori kurang baik begitu juga hasil angket yang

menunjukkan belum adanya siswa di kategori tinggi sehingga belum memenuhi target
peneliti, sedangkan di siklus II diperoleh skor pengamatan kepercayaan diri siswa dalam
kategori baik serta angket juga menunjukkan hasil sudah ada siswa di kategori tinggi dan
terjadi peningkatan dari siklus I ke siklus II. Hasil observasi menunjukkan bahwa proses
pembelajaran berlangsung dengan baik yaitu dari hasil observasi di siklus I mencapai 69,11%
dengan kategori cukup dan mengalami peningkatan di siklus II menjadi 80,2% dengan
kategori baik. Pada tes hasil belajar I dari 22 orang siswa sebanyak 10 siswa (45,5%) telah
mencapai ketuntasan belajar sedangkan 12 siswa lainnya (54,5%) belum tuntas. Pada tes hasil
belajar II, sebanyak 19 orang (86,4% ) telah mencapai ketuntasan belajar dan 3 orang siswa
lainnya (13,6%) tidak tuntas. Karena hasil pengamatan kepercayaan diri siswa serta angket
mengalami peningkatan dan ketuntasan belajar klasikal telah tercapai maka pelaksanaan
tindakan berhenti di siklus II.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan
model Cooperative Learning tipe Numbered Head Together dapat meningkatakan
kepercayaan diri dan hasil belajar siswa di kelas VIII SMP Al Hidayah Medan T.A
2014/2015.

DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan

Riwayat Hidup
Abstrak
Kata Pengantar
Daftar Isi
Daftar Gambar
Daftar Tabel
Daftar Lampiran
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
1.2
Identifikasi Masalah
1.3
Batasan Masalah
1.4
Rumusan Masalah
1.5
Tujuan Penelitian
1.6
Manfaat Penelitian


i
ii
iii
iv
vi
viii
ix

1
8
8
9
9
9

BAB II TINJAUAN TEORITIS
2.1
Kerangka Teoritis
2.1.1 Pendidikan Karakter

2.1.2 Kepercayaan Diri
2.1.2.1 Pengertian Kepercayaan Diri
2.1.2.2 Ciri-Ciri Percaya Diri
2.1.2.3 Aspek-Aspek Kepercayaan Diri
2.1.2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Terbentuknya Kepercayaan Diri
2.1.2.5 Upaya Meningkatkan Kepercayaan Diri
2.1.2.6 Kepercayaan Diri Dalam Belajar Matematika
2.1.3 Hasil Belajar
2.1.4 Model Pembelajaran
2.1.5 Model Pembelajaran Cooperative Learning
2.1.6 Cooperative Learning Bermuatan Pendidikan Karakter
2.1.6.1 Prosedur Penggunaan Strategi Cooperatif Learning
Bermuatan Karakter ke dalam Pembelajaran
2.1.7 Cooperative Learning Tipe Numbered Head Together (NHT)
2.1.8 Materi Fungsi
2.1.8.1 Relasi
2.1.8.2 Fungsi
2.1.8.3 Korespondensi Satu-satu


11
11
12
12
15
16
16
18
20
21
22
23
25
25
26
31
31
34
35


2.1.8.4 Rumus Suatu Fungsi
2.1.8.5 Grafik Fungsi
2.1.8.6 Nilai Fungsi
2.1.8.7 Penerapan Relasi dan Fungsi
2.2
Penelitian Yang Relevan
2.3
Kerangka Konseptual

35
36
37
39
41
41

BAB III METODE PENELITIAN
3.1
Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2

Subjek dan Objek Penelitian
3.2.1 Subjek Penelitian
3.2.2. Objek Penelitian
3.3
Jenis Penelitian
3.4
Prosedur Penelitian
3.5
Alat Pengumpulan Data
3.6. Teknik Analisis Data
3.6.1 Reduksi data
3.6.2 Paparan data
3.6.3 Interpretasi Data

43
43
43
43
43
44

54
58
58
62
62

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1
Siklus I
4.1.1 Permasalahan I
4.1.2 Tahap Perencanaan Tindakan I (Alternatif Pemecahan I)
4.1.3 Pelaksanaan Tindakan I
4.1.3.1 Pertemuan Ke-1 senin, 01 Desember 2014
4.1.3.2 Pertemuan Ke-2 Selasa, 02 Desember 2014
4.1.3.3 Pertemuan Ke-3 kamis, 04 Desember 2014
4.1.3.4 Pertemuan Ke-4 Jumat, 05 Desember 2014
4.1.4 Observasi I
4.1.5 Analisis Data Hasil Penelitian Siklus I
4.1.5.1 Angket Kepercayaan Diri I
4.1.5.2 Observasi I

4.1.5.3 Tes I
4.1.5.4 Wawancara I
4.1.6 Refleksi I
4.2
Siklus II
4.2.1 Permasalahan II
4.2.2 Tahap Perencanaan Tindakan II
4.2.3 Pelaksanaan Tindakan II
4.2.3.1 Pertemuan Ke-1 Senin, 08 Desember 2014
4.2.3.2 Pertemuan Ke-2 Selasa, 09 Desember 2014

64
64
64
65
65
66
69
72
73

74
74
76
79
80
82
84
84
84
85
85
87

4.2.3.3 Pertemuan ke-3 Kamis, 11 Desember 2014
4.2.3.4 Pertemuan Ke-4 Jum’at, 12 Desember 2014
4.2.4 Observasi II
4.2.5 Analisis Data Hasil Penelitian Siklus II
4.2.5.1 Angket Kepercayaan Diri Belajar II
4.2.5.2 Observasi II
4.2.5.3 Tes II
4.2.5.4 Wawancara II
4.2.6 Refleksi II

89
91
92
93
93
94
97
98
99

4.3
Pembahasan Hasil Penelitian
4.3.1 Hubungan Antara Kepercayaan Diri Dalam Belajar
Matematika Dan Hasil Belajar Siswa
4.4
Keterbatasan Penelitian

100

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
5.2. Saran

101
102

110
110

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1
Tabel 2.2
Tabel 3.1
Tabel 3.2
Tabel 3.3
Tabel 3.4
Tabel 3.5
Tabel 3.6
Tabel 3.7
Tabel 3.8
Tabel 3.9
Tabel 4.1
Tabel 4.2
Tabel 4.3
Tabel 4.4
Tabel 4.5
Tabel 4.6
Tabel 4.7
Tabel 4.8
Tabel 4.9
Tabel 4.10
Tabel 4.11
Tabel 4.12
Tabel 4.13
Tabel 4.14
Tabel 4.15
Tabel 4.16

Tahapan-tahapan pembelajaran kooperatif tipe
Numbered Head Together (NHT)
Tabel fungsi
Kisi –Kisi Angket Kepercayaan Diri
Nama-Nama Validator
Hasil Validasi Tes Awal
Hasil Validasi Tes Hasil Belajar I
Hasil Validasi Tes Hasil Belajar II
Kriteria Rata-Rata Penilaian Observasi
Kategori Jawaban Angket
Kategori Skor Kepercayaan Diri
Tingkat Penguasaan Siswa
Tingkat Ketuntasan Siswa pada Tes Awal
Hasil Angket Kepercayaan Diri Tiap Siswa
Pada Siklus I
Pengkategorian Hasil Angket Kepercayaan
Diri Siswa Pada Siklus I
Hasil Lembar Observasi Kepercayaan Diri Tiap
Siswa Pada Siklus I
Hasil Lembar Observasi Kepercayaan Diri Siswa
Pada Siklus I
Deskripsi Hasil Observasi Kegiatan Pembelajaran
Model NHT Siklus I
Tingkat Kemampuan Penguasaan Siswa Pada Siklus I
Tingkat Ketuntasan Tes Siklus I
Hasil Angket Kepercayaan Diri Tiap Siswa Pada Siklus II
Pengkategorian Hasil Angket Kepercayaan Diri Siswa
Pada Siklus II
Hasil Lembar Observasi Kepercayaan Diri Tiap Siswa
Pada Siklus II
Hasil lembar observasi kepercayaan diri siswa pada siklus II
Deskripsi Hasil Observasi Kegiatan Pembelajaran Model
NHT Siklus II
Tingkat Kemampuan Penguasaan Siswa Pada Siklus II
Tingkat Ketuntasan Tes Siklus II
Rekap Tindakan

28
36
56
56
57
57
57
59
59
60
61
64
74
75
76
77
78
79
80
93
94
94
95
97
97
98
103

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1

Tahap-Tahap Pembelajaran Numbered
Head Together

29

Gambar 2.2

Relasi “Menyukai” Dari Himpunan A Ke B

33

Gambar 2.3

Diagram Panah Relasi “Menyukai”

33

Gambar 2.4

Diagram Cartesius relasi “Menyukai”

33

Gambar 2.5

Diagram Panah Contoh 2

34

Gambar 2.6

Diagram Panah Relasi “Beribukota”

35

Gambar 2.7

Grafik Fungsi

36

Gambar 2.8

Diagram Panah Contoh 5

40

Gambar 3.1.

Prosedur Penelitian Tindakan Kelas

54

Gambar 4.1

Siswa Pada Tahap Penomoran

67

Gambar 4.2

Siswa Ketika Sedang Berdiskusi

68

Gambar 4.3

S1 Saat Bertanya Pada Peneliti

71

Gambar 4.4

S11 Gelisah Saat Mengerjakan Tes Dan
Melihat Jawaban Teman

Gambar 4.5.

Siswa Sedang Menuliskan Jawaban Dari
Hasil Diskusi Dengan Kelompoknya

Gambar 4.7

Gambar 4.8

73

87

Salah Satu Siswa Sedang Mempresentasikan
Hasil Diskusi Kelompoknya

90

Suasana Saat Siswa Mengerjakan Tes Siklus II.

91

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 1 ( Siklus I)

113

Lampiran 2

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 2 ( Siklus I)

118

Lampiran 3

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 1 ( Siklus II)

122

Lampiran 4

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 2 ( Siklus II)

126

Lampiran 5

Lembar Aktivitas Siswa 1

131

Lampiran 6

Lembar Aktivitas Siswa 2

134

Lampiran 7

Lembar Aktivitas Siswa 3

137

Lampiran 8

Lembar Aktivitas Siswa 4

141

Lampiran 9

Kisi-Kisi Tes Kemampuan Awal

144

Lampiran 10 Tes Kemampuan Awal

145

Lampiran 11 Alternatif Penyelesaian Tes Kemampuan Awal

147

Lampiran 12 Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Awal

151

Lampiran 13 Lembar Observasi Pelaksanaan Pembelajaran
Model Cooperative Learning Tipe
NumberedHead Together (NHT)

157

Lampiran 14 Hasil Lembar Observasi Pelaksanaan Model
Cooperative Learning Tipe Numbered Heads Together
Siklus I

165

Lampiran 15 Hasil Lembar Observasi Pelaksanaan Model
Cooperative Learning Tipe Numbered Heads Together
Siklus II
Lampiran 16 Lembar Observasi Kepercayaan Diri Siswa

166
167

Lampiran 17 Deskripsi Hasil Observasi Kepercayaan Diri Siswa
Siklus I Dan Siklus II

175

Lampiran 18 Kisi –Kisi Angket Kepercayaan Diri

176

Lampiran 19 Angket Kepercayaan Diri Siswa

177

Lampiran 20 Lembar Validasi Angket Kepercayaan Diri

180

Lampiran 21 Hasil Validasi Angket Kepercayaan Diri

183

Lampiran 22 Perhitungan Pengkategorian Angket Kepercayaan Diri
Dalam Belajar Matematika

184

Lampiran 23 Deskripsi Hasil Angket Kepercayaan Diri Dan
Hasil Belajar Siswa Pada Siklus I

185

Lampiran 24

Deskripsi Hasil Angket Kepercayaan Diri Dan
Hasil Belajar Siswa Pada Siklus II

186

Lampiran 25 Kisi – Kisi Tes Hasil Belajar I

187

Lampiran 26 Tes Hasil Belajar 1

188

Lampiran 27 Lembar Validasi Tes Hasil Belajar I

190

Lampiran 28 Alternatif Penyelesaian Tes Hasil Belajar 1

193

Lampiran 29 Pedoman Penskoran Tes Hasil Belajar I

195

Lampiran 30 Kisi – Kisi Tes Hasil Belajar II

197

Lampiran 31 Tes Hasil Belajar II

198

Lampiran 32 Lembar Validitas Tes Hasil Belajar II

199

Lampiran 33 Alternatif Penyelesaian Tes Hasil Belajar II

202

Lampiran 34

204

Pedoman Penskoran Tes Hasil Belajar II

Lampiran 35 Deskripsi Tingkat Penguasaan Siswa Siklus I

206

Lampiran 36

207

Deskripsi Tingkat Penguasaan Siswa Siklus II

Lampiran 37 Deskripsi Ketuntasan Hasil Belajar Siklus I

208

Lampiran 38 Deskripsi Ketuntasan Hasil Belajar Siklus II

209

Lampiran 39 Daftar Nama Siswa Kelas Viii-1 Smp Al-Hidayah
Medan T.A 2014/2015

210

Lampiran 40 Pembagian Kelompok Belajar Siswa
Kelas VIII SMP Al Hidayah Medan T.A 2014/2015

211

Lampiran 41 Kutipan Hasil Wawancara Sebelum Tindakan

212

Lampiran 42 Dokumentasi Penelitian

218

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib dipelajari,
terutama di sekolah-sekolah formal. Mengingat begitu pentingnya peran
matematika dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, maka matematika perlu
dipahami dan dikuasai oleh segenap lapisan masyarakat. Terlepas dari itu,
matematika banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam pembelajaran
di sekolah, matematika merupakan salah satu pelajaran yang merupakan pelajaran
dasardan sarana berpikir ilmiah yang sangat diperlukan olehsiswa untuk
mengembangkan kemampuan logisnya. Pendidikan matematika di sekolah
bertujuan untuk mempersiapkan peserta didik yang dapat menggunakan
matematika secara fungsional untuk memecahkan masalah, baik dalam kehidupan
sehari-hari maupun menghadapi ilmu pengetahuan lain. Masalahma tematika yang
dihadapi terstruktur, sistematis dan logis sehingga dapat diimplementasikan siswa
dalam kehidupannya untuk mengatasi masalah yang timbul secara mandiri.
Matematika merupakan salah satu ilmu dasar yang harus dikuasai oleh
siswa, karena matematika tidak bisa dilepaskan dari mata pelajaran lain. Dengan
melihat pentingnya matematika maka pelajaran matematika perlu diberikan
kepada peserta didik mulai dari pendidikan dasar. Cockroft (dalam Abdurrahman,
2009) mengemukakanalasanpentingnyasiswabelajarmatematika:
(1) selalu digunakan dalam kehidupan sehari-hari, (2) semua
bidang studimemerlukan keterampilan matematika yang sesuai, (3)
merupakan sarana komunikasi yang kuat, singkat dan jelas, (4)
dapat digunakan untuk menyajikan informasi dalam berbagai cara,
(5) meningkatkan kemampuan berpikir logis, ketelitian, dan
kesadaran keruangan, dan (6) memberikan kepuasan terhadap
usaha memecahkan masalah yang menantang.
Tetapi hal ini tidak disadari oleh para siswa karena kurangnya
informasi tentang fungsi dan peranan matematika itu sendiri. Sebagian siswa
hanya tahu belajar matematika dengan menghapal rumus lalu menyelesaikan soal
dengan menggunakan rumus yang sudah dihapal melalui operasi hitungan dengan

1

2

bilangan (angka), huruf dan simbol tetapi tidak bermakna sehingga tidak melekat
dibenak siswa.
Sekarang ini, masalah karakter merupakan salah satu masalah utama
dalam duniapendidikan. Pertanyaan dalam dunia pendidikan adalah “apakah
pendidikan saat ini mampu membentuk karakter siswa atau hanya sekedar proses
belajar yang hanya ingin mendapatkan nilai dan masuk kesekolah atau universitas
yang diinginkan, menggapai cita-cita, dan duduk sebagai pemimpin tanpa adany
akarakter yang tertanam dalam dirinya?”. Menurut beberapa penelitian, tingginya
inteligensi hanya sedikit mempengaruhi keberhasilan dalam mencapai kesuksesan,
tetapi yang paling penting adalah bagaimana karakter yang dimiliki oleh
seseorang tersebut. Karakter yang baik akan lebih banyak menumbuhkan
kesuksesan pada seseorang.
Bung Karno pernah mengatakan Bangsa ini harus dibangun dengan
mendahulukan pembangunan karakter, karena inilah yang akan membuat
Indonesia menjadi bangsa yang besar, maju, dan jaya serta bermartabat. Berbagai
fenomena dapat terjadi jika kita tidak waspada, tentu apa yang telah
dikhawatirkan oleh Mahatma Gandi tentang tujuh dosa yang mematikan benarbenar bisa menjadi kenyataan di negari ini. Yakni bertumbuh kembangnya nilainilai dan perilaku seperti: (1) kekayaan tanpa bekerja, (2) kesenangan tanpa hati
nurani, (3) pengetahuan tanpa karakter, (4) bisnis tanpa moralitas, (5) ilmu
pengetahuan tanpa kemanusiaan, (6) agama tanpa pengorbanan, (7) politik tanpa
prinsip (Abidinsyah, 2011).
Karakter merupakan daya juang yang berisikan nilai kebaikan, akhlak
dan moral yang terpatri dalam diri manusia. Tata nilai itu merupakan perpaduan
dari aktualisasi potensi dalam diri manusia serta internalisasi nilai-nilai akhlak dan
moral dari luar yang melandasi pemikiran, sikap dan perilaku. Karakter tidak
dibangun dengan sendirinya, melainkan harus dibentuk dan ditumbuh
kembangkan melalui pendidikan.
Terbentukya karakter siswa yang kuat dan kokoh diyakini merupakan hal
penting dan harus dimiliki siswa untuk menghadapi tantangan hidup dimasa yang
akan datang. Jika kita menginginkan bangsa ini menjadi berkarakter kembali,
maka bangunlah karakter siswa melalui pendidikan. Dengan demikian, melalui

3

dimensi pendidikan,untuk membangun karakter bangsa ke depan adalah dengan
membangun karakter siswa sejak dini.
Unsur atau bagian dari matematika yang dipilih berdasarkan atau
berorientasi kepada kepentingan kependidikan dan perkembangan IPTEK oleh
Soedjadi

disebut

Matematika

Sekolah

(Soedjadi,2000:37).

Selanjutnya

diterangkan bahwa matematika sekolah tidaklah sepenuhnya sama dengan
matematika sebagai ilmu karena adanya perbedaan dalam hal penyajian, pola
pikir, keterbatasan semesta, dan tingkat keabstrakannya.
Pendidikan adalah upaya terencana dalam proses pembinaan dan
pembelajaran bagi individu agar tumbuh berkembang menjadi manusia yang
mandiri, bertanggung jawab, kreatif, berilmu, sehat dan berakhlak (berkarakter)
mulia (UU No.20 tahun 2003).Pendidikan diharapkan dapat mencetak manusia
menjadi lebih baik dan bermartabat antara lain melalui program pendidikan yang
bermutu yang dicerminkan melalui proses pembelajaran di sekolah sebagai
lembaga pendidikan formal yang dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu:
siswa,kurikulum, tenaga kependidikan, biaya, sarana dan prasarana serta faktor
lingkungan.
Seperti yang ditegaskan dalam dalam UU RI No.20 Tahun 2003 Bab II
Pasal 3 tentangSistemPendidikanNasional:
“ Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan
danmem bentuk karakter serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu cakap, kretif,
mandiri, dan menjadi warganegara yang demokrati sserta
bertanggung jawab.”
Menurut John Dewey (dalam Sagala,2005) pendidikan merupakan
prosespembentukan kemampuan dasar yang fundamental, baik menyangkut daya
pikir atau daya intelektual, maupun daya emosional atau perasaan yang diarahkan
kepada tabiat manusia dan kepada sesamanya. Langeveld mengatakan bahwa
pendidikan adalah memberi pertolongan secara sadar dan sengaja kepada seorang
anak (yang belum dewasa) dalam pertumbuhannya menuju kearah kedewasaan

4

dalam arti dapat berdirisendiri dan bertanggung jawab susila atas segala tindakan
yang menurut pilihannya sendiri (Pidarta, 2009).
Dengan demikian, dalam membangun karakter bangsa, pendidikan
memegang peranan penting. Jika kualitas sektor pendidikan rendah maka sektor
lain tidak berarti, sebaliknya tingginya kualitas pendidikan turut mendorong
sektor lain untuk maju. Pendidikan dikatakan berhasil apabila siswa setelah
dididik mampu menggunakan pengetahuannya dan keterampilannya untuk
melayani kebutuhannya sendiri dan masyarakat secara baik. Pendidikan tidak
hanya memberikan pengetahuan, tetapi mengandung arti yang lebih luas lagi yaitu
membentuk serta mengembangkan seluruh kepribadian siswa dengan sebaikbaiknya sehingga siswa sanggup untuk hidup mandiri dan lebih percaya diri
menghadapi

tantangan

dan

inimerupakan

indicator

keberhasilan

proses

pembelajaran.
Untuk mencapai hasil belajar yang optimal bukanlah pekerjaan yang
mudah, tetapi bukan tidak bias diwujudkan, memang banyak hal yang
mempengaruhinya, yang mengharuskan semua pihak yang terlibat di dalam
pendidikan berada dalam satu tekad dan satu kemauan untuk meraihnya. Menurut
Slameto, (2010) ada dua faktor yang mempengaruhi hasil belajar, yaitu : (1)
faktor internal/factor dalam diri siswa, yakni keadaan kecerdasan atau inteligensi,
cacat tubuh, bakat, minat, persepsi, dan motivasi, (2) factor eksternal/factor diluar
siswa, antara lain faktor keluarga dan faktor sekolah, dimana salah satu faktor
sekolah yang mempengaruhi belajar siswa adalah metode mengajar. Selanjutnya
Dimyati,(2009) mengemukakan ada sepuluh faktor yang mempengaruhi hasil
belajar, yaitu: (1) Sikap terhadap belajar, (2) Motivasi belajar, (3) Konsentrasi
belajar, (4) Mengolah bahan belajar, (5) Menyimpan perolehan belajar, (6)
Menggali hasil belajar, (7) Kemampuan berprestasi, (8) Rasa percaya diri siswa,
(9) Intelegensi dan keberhasilan belajar, dan (10) Kebiasaan belajar.
Hasil belajar haruslah ditingkatkan, karena itu sangatlah bijaksana bila
faktor-faktor ini mendapat tempat dan perhatian, bila ingin meningkatkan kualitas
pembelajaran di kelas, sekaligus kualitas pendidikan, disamping itu salah satu
faktor psikologis pembentuk karakter siswa yang tidak kalah pentingnya dalam

5

mencapai hasil belajar siswa yang tinggi adalah keyakinan akan kemampuan diri
atau yang disebut dengan kepercayaan diri.
Sampai saat ini masih saja ada siswa yang menganggap mata pelajaran
matematika sukar untuk dipelajari, mungkin hal ini disebabkan siswa kurang
memiliki keterampilan matematika yang memadai dan kurang menguasai konsep
dasar matematika. Hal ini didukung oleh pernyataan Ruseffendi, (1990) bahwa
matematika bagi anak-anak merupakan pelajaran yang tidak disenangi, kalau
bukan yang paling dibenci. Tidak seharusnya matematika itu dibenci, karena
matematika itu dapat diterapkan dikehidupan sehari-hari.
Hal seperti ini sesuai dengan keadaan yang tampak pada siswa, tidak
semua mereka dapat memanfaatkan kemampuannya seperti yang diharapkan.
Dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah selalu ditemukan sikap siswa yang
selalu acuh tak acuh, kurang senang dan kurang berminat untuk belajar, terutama
dalam pelajaran matematika, karena mata pelajaran ini dianggap suatu mata
pelajaran yang sulit, sehingga hasil belajar siswa rendah. Upaya meningkatkan
mutu belajar matematika telah banyak diusahakan disemua jenjang pendidikan.
Salah satunya adalah optimalisasi faktor-faktor psikologis serta mengembangkan
karakter siswa itu sendiri sebagi komponen dalam pendidikan.
Dalam Permen Diknas No 23 tahun 2006 ada 20 nilai utama dalam
pendidikan karakter diiantaranya yang dapat diterapkan adalah nilai karakter yang
hubungannya dengan diri sendiri yaitu : 1) Jujur, 2) Bertanggung Jawab, 3)
Bergaya hidup sehat, 4) Disiplin, 5) Kerja Keras, 6) Percaya Diri, dan 7) Berjiwa
Kewirausahaan.
Dalam pembelajaran matematika, karakter juga dapat dibentuk dalam
proses belajar mengajar. Salah satu yang adalah kepercayaan diri, yang
merupakan modal untuk menyakini kemampuan dan usaha-usaha yang telah
dicapai, juga untuk meningkatkan kualitas belajar seorang siswa. Menurut
Bandura

(dalam

Santrock,2011)

kepercayaandiriadalahkeyakinan

bahwa

seseorang bisa menguasai situasi dan memproduksi hasil positif. Menurut
Suhendri, (2012) rasa percaya diri merupakan unsur yang penting harus dimiliki
oleh siswa. Rasa percaya diri timbul dari keinginan mewujudkan diri bertindak
dan berhasil. Dale Schunk (dalam Santrock, 2011), mengatakan konsep ini

6

mempengaruhi aktivitas oleh murid. Murid yang percaya dirinya tinggi mau
mengerjakan tugas dan tekun berusaha.
Namun kenyataannya, banyak diantara siswa yang kurang yakin
akan kemampuan yang dimilikinya. Siswa yang memiliki
kepercayaan diri rendah dalam kehidupan pribadinya diliputi
dengan keragu-raguan untuk menentukan suatu tindakan, mudah
cemas, selalu tidak yakin, dan mudah patah semangat. Dalam
bidang belajar remaja yang kurang percaya diri tampak dengan
menurunnya kinerja akademik atau prestasi belajar, menyontek
yang merupakan gambaran kurangnya percaya diri pada
kemampuannya, tidak adanya keberanian untuk bertanya dan
menanggapi penjelasan guru serta grogi kalau disuruh maju ke
depan kelas (Mastur, 2012).
Banyak masalah yang timbul karena seseorang tidak percaya pada
dirinya sendiri. Siswa yang menjumlahkan sederetan angka-angka namun pada
akhirnya mencari kalkulator untuk menyakinkan apakah penjumlahannya telah
benar. Gejala ini menunjukkan kurang adanya kepercayaan diri pada siswa yang
bersangkutan.
Dari observasi yang dilakukan pada tanggal 15 September 2014,
diperoleh data hasil belajar siswa pada pelajaran matematika masih tergolong
rendah. Dari hasil ulangan yang diperoleh pada materi relasi dan fungsi siswa
kelas VIII T.A 2014/2015, terdapat 14 siswa dari 22 siswa yang harus diberikan
remedial karena belum memenuhi standar Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
yang ditetapkan guru yaitu sebesar 65. Banyak siswa yang tidak mengerti dengan
materi relasi dan fungsi meskipun sudah pernah di singgung di kelas VII. Siswa
tidak tahu apa pengertian relasi dan pengertian fungsi sehingga siswa kurang
mampu menyelesaikan tes yang diberikan.
Untuk mengatasi masalah yang di hadapi siswa, guru menjelaskan
kembali apa itu pengertian relasi dan fungsi. Guru juga memotivasi siswa supaya
lebih aktif belajar, baik di kelas maupun di luar lingkungan sekolah. Mencari
sumber-sumber yang mendukung pembelajaran serta membentk kelompok belajar
antar sesama temannya.
Mengingat sangat pentingnya meningkatkan kepercayaan diri, karena
dengan percaya diri dapat menimbulkan rasa optimis sehingga motivasi dalam
belajar akan muncul. Maka, kepercayaan kepada diri sendiri perlu dilatih dengan
belajar sungguh-sungguh dan juga harus dibarengi dengan suatu keyakinan akan

7

kemampuan diri. Kepercayaan diri dapat distimulus dari luar diri siswa, seperti
melalui pemberian penghargaan kepada siswa yang berhasil dalam belajar atau
menghargai setiap usaha yang dilakukan siswa dalam belajar. Hal ini didukung
dengan pernyataan, Dalam proses

belajar diketahui bahwa unjuk prestasi

merupakan tahap pembuktian “perwujudan diri” yang diakui guru dan rekan
sejawat siswa. Makin sering berhasil menyelesaikan tugas, maka semakin
memperoleh pengakuan umum, dan selanjutnya rasa percaya diri semakin
meningkat (Dimyati, 2009).
Selain itu peran guru di sekolah sangatlah penting dalam menumbuhkan
kepercayaan diri anak karena gurulah yang sangat berpengaruh dalam proses
belajar dan pembelajaran. Oleh karena itu, peran guru di sekolah sangat
dibutuhkan untuk memahami kesulitan dan hambatan dalam membangun
kepercayaan diri siswa. Untuk meningkatkan kepercayaan diri siswa diperlukan
pendekatan proses pembelajaran. Adapun pendekatan pembelajaran matematika
yang dapat digunakan antaralain adalah pembelajaran Cooperative Learning
(Somakin, 2011). Salah satu bagian dari pendekatan pembelajaran Cooperative
Learning adalah model pembelajaran NHT (Numbered Head Together).
NHT (Numbered Head Together) atau penomoran berpikir bersama adalah
jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi
siswa dan sebagai alternative terhadap struktur kelas tradisional (Trianto, 2007).
Model pembelajaran NHT menggunakan konsep berpikir bersama dalam
kelompok tetapi tiap siswa akan diberikan nomor yang akan diberikan pertanyaan
oleh guru. Kemudian siswa diminta untuk berdiskusi menyatukan jawaban dan
guru akan memanggil nomor anggota untuk memberikan jawaban. Dari tahap
pemanggilan nomor akan melatih sikap percaya diri siswa, dimana siswa diminta
untuk menyampaikan hasil yang diperoleh didepan kelas dan berhak menerima
apresiasi dari guru maupun teman-teman lainnya.
Pembelajaran kooperatif tipe NHT adalah suatu model pembelajaran yang
lebih memungkinkan siswa untuk lebih aktif dan bertanggung jawab penuh dalam
memahami materi pelajaran baik secara berkelompok maupun individual. Dalam
pembelajarankooperatif tipe NHT, semua siswa dianggap sama.Guru tidak lagi
mendominasi proses pembelajaran dan hanya bertindak sebagai fasilitator.

8

Selama pembelajaran siswa dilibatkan secara langsung sehingga masing- masing
siswa memperoleh pengetahuan dan pengalaman belajarnya.Dalam proses
pembelajaran kooperatif tipe NHT, siswa aktif bekerja dalam kelompok dan
bertanggungjawab penuh terhadap soal yang diberikan.
Model pembelajaran NHT diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan diri
belajar siswa, karena dengan teknik ini siswa dapat belajar melaksanakan tanggung
jawab pribadinya dalam saling keterkaitan dengan rekan-rekan kelompoknya
mengingat kepercayaan diri tidak berarti harus terlepas samasekali dengan pihak
lain. Selain itu NHT memberikan pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan
prestasi belajar siswa seperti hasil penelitiannya yang dikemukakan Haydon,
Maheady, dan Hunter (dalam Pratiwi,2012).
Berdasarkan latar belakang diatas, penting dilakukan penelitian tentang
kepercayaan diri siswa dalam kaitannya dengan hasil belajar dengan judul
“Peningkatan Kepercayaan Diri Dan Hasil Belajar Siswa Melalui
Pembelajaran Model Cooperative Learning Tipe Numbered Head Together di
Kelas VIII Al Hidayah Medan T.A 2014/2015”.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dipaparkan sebelumnya, dapat
diidentifikasi masalah pada penelitian ini adalah:
1. Banyak siswa yang menganggap matematika sebagai mata pelajaran
yang sulit.
2. Adanya rasa tidak kepercayaan diri siswa dalam proses belajar
mengajar di sekolah.
3. Siswa merasa ragu-ragu dalam menjawab pertanyaan yang diberikan
guru.
4. Kegiatan pembelajaran yang kurang menyenangkan dan cara yang
digunakan guru dalam mengajar yang kurang bervariasi.
5. Rendahnya hasil belajar siswa pada materi fungsi.
1.3 Batasan Masalah
Masalah pada penelitian ini dibatasi pada materi fungsi di Kelas VIII Al
Hidayah Medan T.A 2014/2015 dengan menggunakan model pembelajaran

9

cooperative Learning tipe Numbered Head Together untuk meningkatkan
Kepercayaan diri dan hasil belajar siswa
1.4 Rumusan Masalah
Ada pun permasalahan pada penelitian ini adalah
1. Apakah model pembelajaran Cooperative Learning tipe Numbered Head
Together dapat meningkatkan kepercayaan diri siswa pada materi fungsi
di Kelas VIII Al Hidayah Medan T.A 2014/2015?
2. Apakah model pembelajaran Cooperative Learning tipe Numbered Head
Together dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi fungsi di
Kelas VIII Al Hidayah Medan T.A 2014/2015?
1.5 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah
1. Untuk meningkatkan kepercayaan diri siswa pada materi fungsi di Kelas
VIII Al Hidayah Medan T.A 2014/2015 dengan menggunakan model
pembelajaran Cooperative Learning tipe Numbered Head Together .
2. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi fungsi di Kelas VIII
Al Hidayah Medan T.A 2014/2015 dengan menggunakan model
pembelajaran Cooperative Learning tipe Numbered Head Together.
1.6 Manfaat Penelitian
1. Bagi Siswa
Meningkatkan kepercayaan diri siswa dalam proses belajar mengajar dan
meningkatkan hasil belajar siswa seiring dengan meningkatnya rasa
percaya diri siswa dalam belajar.
2. Bagi peneliti
Untuk menambah pengalaman dalam menggunakan model pembelajaran
dan untuk memenuhi tugas akhir.
3. Bagi guru
Sebagai informasi untuk dapat menggunakan model Cooperative
Learning tipe Numbered Head Together sehingga menumbuhkan
kepercayaan diri siswa dalam belajar matematika.
4. Bagi penelitian selanjutnya

10

Sebagai salah satu referensi apabila ingin melakukan penelitian yang
sejenis.

112

DAFTAR PUSTAKA

Abidinsyah,(2011), Urgensi Pendidikan Karakter Dalam Membangun Peradaban
Bangsa Yang Bermartabat, Socioscientia, Banjarmasin.
Afifi, John, (2014), 1 Menit Mengatasi Rasa Percaya Diri Anda, Flashbooks,
Yogyakarta.
Arends, Richard I., (2007), Learning To Teach: Belajar untuk Mengajar,
Diterjemahkan oleh Helly Prajitno Soetjipto dan Sri Mulyantini Soetjipto,
(2008), Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Arikunto, S, (2009), Penelitian Tindakan Kelas, Bumi Aksara, Jakarta.
Azwar, Saifuddin, (2008), Penyusunan Skala Psikologi Cet.11, Pustaka Pelajar,
Yogyakarta.
Dimyati &Mudjiono, (2009), Belajar Dan Pembelajaran, Rineka Cipta, Jakarta.
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan,
(2012), Buku Pedoman Penulisan Proposal dan Skripsi Mahasiswa
Program Studi Pendidikan Matematika, FMIPA Unimed, Medan.
Hakim, T, (2002), Mengatasi Rasa percaya Diri, Puspa Suara, Jakarta.
Hamdani,(2011), Strategi Belajar Mengajar, Pustaka Setia, Bandung.
Hill, (2012), http://modelpembelajarankooperatif.blogspot.com/ 14 September
2014.
Hudojo, H., (2005), Pengembangan Kurikulum dan Pengembangan Matematika.
IKIP Malang, Malang.
Krismanto, Al, (2008), Pembelajaran Trigonometri SMA, P4TK, Yogyakarta.
Nazir, Moh, (2011), Metode Penelitian, Ghalia Indonesia, Bogor.
Nurcakana, (2009), Evaluasi Pendidikan, Bumi Aksara, Jakarta.
Pidarta, Made, (2009), Landasan Kependidikan, Rineka Cipta, Jakarta.
Prawiro, Mulyono D, (2010), Menumbuhkan Kepercayaan Diri dan Menghapus
Malu. Gemari, Artikel.
Rhidwan, Edward, (2011), The Power Of
Pretending, tersedia pada
http://www.referensisukses.com, diakses 23 desember 2013.
Rini, Jacinta, Memupuk Rasa Percaya Diri, Tersedia online : http: www.epsikologi.com, diakses 14 September 2014.
Ruseffendi, E.T., (1990), Pengajaran Matematika Modern dan Masa Kini,
Tarsito, Bandung.
Rusman, (2011), Model-Model Pembelajaran:Mengembangkan Profesionalisme
Guru, Rajawali Pers, Jakarta.
112

113

Sagala, Syaiful, (2005), Konsep Dan Makna Pembelajaran, CV Alfabeta,
Bandung.
Sakina, elsa, (2008), Berpikir Benar, Berpikir Positif, Tersedia Online :
http://inspirasi-motivasi.blogspot.com, diakses 23 Desember 2013.
Sanjaya,Wina, (2011), Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan, Kencana Prenada Media Group, Jakarta.
Santrock, John W, (2011), Psikologi Pendidikan Edisi Kedua, Kencana, Jakarta.
Setiawan, (2008), Prinsip-Prinsip Penilaian Pembelajaran Matematika SMA,
P4TK, Yogyakarta.
Setiawan, (2009), Strategi Pembelajaran Matematika SMA,P4TK, Yogyakarta.
Shadiq, Fadjar, (2009), Model-Model Pembelajaran Matematika SMP, P4TK,
Yogyakarta.
Slavin, Robert E, (2008), Cooperative Learning : Teori, Riset, dan Praktik, Nusa
Media, Bandung.
Slameto, (2010), Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi, PT. Rineka
Cipta, Jakarta
Somakin, (2011), Mengembangkan Self-Efficacy Siswa Melalui Pembelajaran
Matematika.
Sudjana, Nana, (2005), Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, PT Remaja
Rosdakarya, Jakarta.
Sugiono,(2009), Metode Penelitian Pendidikan. Alfabeta, Bandung.
Sukino, (2013), Matematika Untuk SMA/MA Kelas VIIISemester 1, Erlangga,
Jakarta.
Suyadi, (2012), Menerapkan Pendidikan Karakter Di sekolah, Mentari Pustaka,
Yogyakarta.
Taylor, Ros, (2009), Worklife Mengembangkan Kepercayaan Diri, Erlangga,
Jakarta.
Tim Proyek PGSM, (1999), Penelitian Tindakan Kelas, Depdikbud, Jakarta.
Trianto, (2007), Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, Kencana
Prenada Media Group, Jakarta.
Wojowasito, (1991), Kamus Besar Bahasa Indonesia, Hasta, Bandung.
UU RI No.20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Dokumen yang terkait

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE SNOWBALL THROWING PADA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI KELAS VA SDN 02 METRO SELATAN TAHUN AJARAN 2011/2012

1 19 59

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER KELAS V SDN 01 TEMPURAN TRIMURJO LAMPUNG TENGAH TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 5 70

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS V B SDN 06 METRO BARAT

1 10 49

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER KELAS V SDN 01 TEMPURAN TRIMURJO LAMPUNG TENGAH TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 5 70

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS IV SD NEGERI 05 METRO BARAT

0 15 65

PENGGUNAAN COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI HASIL BELAJAR SISWA SMP

0 0 13

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER TERHADAP HASIL BELAJAR PKN SISWA SD

0 0 8

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MENGGUNAKAN TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER DALAM PEMBELAJARAN TEMATIK DI KELAS IV

0 0 12

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER DALAM PEMBELAJARAN IPA KELAS V

0 0 11

PENINGKATAN KEDISIPLINAN DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER

0 0 8