PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS IV SD NEGERI 05 METRO BARAT

(1)

ABSTRAK

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR

IPS SISWA KELAS IV SD NEGERI 05 METRO BARAT

Oleh

ADITYA PERMADI

Masalah dalam penelitian ini adalah rendahnya hasil belajar IPS siswa kelas IV SD Negeri 05 Metro Barat, dari hasil observasi diketahui hanya sebesar 34,78% siswa yang tuntas belajar dengan KKM 65. Penelitian ini bertujuan untuk menerapan model Cooperative Learning tipe Numbered Head Together untuk meningkatkan hasil belajar IPS.

Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam 2 siklus. Setiap siklusnya terdiri dari 2 kali pertemuan dan setiap pertemuan dilakukan melalui tahapan perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Teknik pengumpul data yang digunakan adalah teknik tes dan non tes. Alat pengumpul data yang digunakan lembar observasi dan soal tes. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis kualitatif dan kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model Cooperative Learning tipe Numbered Head Together dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa. Hal ini dilihat dari nilai rata-rata hasil belajar siswa pada siklus I 63,32 dan siklus II 75,98, terjadi peningkatan sebesar 12,66. Persentase ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus I 43,48% dan siklus II 82,61%, terjadi peningkatan sebesar 39,13%.


(2)

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER UNTUK MENINGKATKAN

HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS IV SD NEGERI 05 METRO BARAT

Oleh Aditya Permadi

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Jurusan Ilmu Pendidikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(3)

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER UNTUK MENINGKATKAN

HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS IV SD NEGERI 05 METRO BARAT

(Skripsi)

Oleh Aditya Permadi

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(4)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

3.1Alur penelitian tindakan kelas ... 28 4.1 Grafik rekapitulasi kinerja guru ... 121 4.2 Grafik rekapitulasi hasil belajar siswa siklus I ke siklus II ... 122


(5)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

A. Surat-Surat

1. Penelitian pendahuluan ... 132

2. Surat izin penelitian dari fakultas ... 133

3. Surat keterangan penelitian dari fakultas ... 134

4. Surat izin penelitian dari SD ... 135

5. Surat pernyataan teman sejawat... 136

6. Surat keterangan penelitian dari SD ... 135

B. Perangkat Pembelajaran 1. Pemetaan siklus I ... 140

2. Silabus siklus I ... 142

3. Rencana Perbaikan Pembelajaran siklus I ... 145

4. Pemetaan siklus II ... 159

5. Silabus siklus II ... 162

6. Rencana Perbaikan Pembelajaran siklus II ... 166

C. Insterumen Penilaian Kinerja Guru (IPKG) 1. IPKG siklus I pembelajaran 1 ... 181

2. IPKG siklus I pembelajaran 2 ... 184

3. IPKG siklus II pembelajaran 1 ... 187

4. IPKG siklus II pembelajaran 2 ... 199

D. Penilaian Afektif 1. Lembar observasi hasil belajar afektif siswa pembelajaran 1 siklus I ... 194

2. Lembar observasi hasil belajar afektif siswa pembelajaran 2 siklus I ... 197

3. Rekapitulasi niai afektif siswa siklus I ... 200

4. Lembar observasi hasil belajar afektif siswa pembelajaran 1 siklus II . 201 5. Lembar observasi hasil belajar afektif siswa pembelajaran 2 siklus II . 204 6. Rekapitulasi nilai afektif siswa siklus II ... 207

E. Penilaian Psikomotor 1. Lembar observasi hasil belajar psikomotor siswa pembelajaran 1 siklus I ... 209

2. Lembar observasi hasil belajar psikomotor siswa pembelajaran 2 siklus I ... 212


(6)

3. Rekapitulasi nilai psikomotor siswa siklus I ... 215 4. Lembar observasi hasil belajar psikomotor siswa pembelajaran 1

siklus II ... 216 5. Lembar observasi hasil belajar psikomotor siswa pembelajaran 2

siklus II ... 219 6. Rekapitulasi nilai psikomotor siklus II ... 222 F. Penilaian Kognitif

1. Rekapitulasi hasil belajar kognitif siswa ... 224 G. Dokumentasi

1. Dokumentasi siklus I ... 226 2. Dokumentasi siklus II ... 229


(7)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.01 IPKG 2 ... 30

3.02 Sikap disiplin dan kerja sama beserta indikator ... 31

3.03 Keterampilan berkomunikasi dan indikator ... 31

3.04 Kategori kinerja guru mengajar berdasarkan perolehan nilai ... 33

3.05 Kategori nilai hasil afektif belajar siswa ... 33

3.06 Persentase keberhasilan afektif siswa secara klasikal ... 34

3.07 Kategori nilai hasil psikomotor belajar siswa ... 34

3.08 Persentase keberhasilan psikomotor siswa secara klasikal ... 35

3.09 Persentase ketuntasan hasil belajar secara klasikal ... 36

4.01 Kinerja guru pada siklus I pertemuan 1 ... 53

4.02 Kinerja guru pada siklus I pertemuan 2 ... 57

4.03 Rekapitulasi kinerja guru pada siklus I ... 60

4.04 Nilai afektif siswa pada siklus I pertemuan 1 ... 62

4.05 Nilai afektif siswa pada siklus I pertemuan 2 ... 65

4.06 Rekapitulasi nilai afektif siswa siklus I ... 68

4.07 Nilai psikomotor siswa pada siklus I pertemuan 1 ... 70

4.08 Nilai psikomotor siswa pada siklus I pertemuan 2 ... 73

4.09 Rekapitulasi nilai psikomotor siswa pada siklus 1 ... 75

4.10 Distribusi ferekuensi hasil belajar kognitif siswa pada siklus 1 ... 77

4.11 Rekapitulasi hasil belajar siklus I ... 79

4.12 Kinerja guru pada siklus II pertemuan 1 ... 90

4.13 Kinerja guru pada siklus II pertemuan 2 ... 94

4.14 Rekapitulasi kinerja guru pada siklus II ... 98

4.15 Nilai afektif siswa pada siklus II pertemuan 1 ... 100

4.16 Nilai afektif siswa pada siklus II pertemuan 2 ... 103

4.17 Rekapitulasi nilai afektif siswa pada siklus II ... 106

4.18 Nilai psikomotor siswa pada siklus II pertemuan 1 ... 108

4.19 Nilai psikomotor siswa pada siklus II pertemuan 2 ... 111

4.20 Rekapitulasi nilai psikomotor siswa pada siklus II ... 113

4.21 Distribusi frekuensi hasil belajar kognitif siswa pada siklus II ... 115

4.22 Rekapitulasi hasil belajar siklus II ... 116

4.23 Rekapitulasi kinerja guru ... 120


(8)

(9)

(10)

MOTO

Hidup hanya sekali, berikanlah yang terbaik yang kita bisa, jangan pernah menyerah, karena tidak ada yang

tidak mungkin di dunia ini, selama kita masih berusaha.


(11)

(12)

KATA PERSEMBAHAN

Dengan mengucapkan Bismillahhirahmaannirrahiim segala puji syukur bagi Allah SWT, yang telah melimpahkan

rahmat, hidayah, dan karunia- Nya. Kupersembahkan karya ini

sebagai ungkapan rasa syukur dan bangga kepada: Ayahanda Bambang Supriyadi dan Ibunda Pardilah

tercinta

Yang telah mendidikku sejak kecil dan tiada pernah kenal lelah memberi semangat baik moral maupun material dan

senantiasa mendoakan demi keberhasilanku.

Adikku tersayang M. Farhan Rahmadi yang memberikan keceriaan untukku melalui canda tawa cerianya. Pamanku Ngaliman dan Bibiku Isdarti, serta saudara perempuanku kakak Nuri Astuti, terimakasih telah memberi

semangat dan pelajaran yang sangat berarti. Almamater Universitas Lampung yang telah


(13)

RIWAYAT HIDUP

Peneliti dilahirkan di Gula Putih Mataram, Kecamatan Bandar Mataram, Lampung Tengah pada tanggal 02 Desember 1992 sebagai anak pertama dari dua bersaudara pasangan Bapak Bambang Supriyadi dan Ibu Pardilah.

Peneliti menempuh Pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) di TK Gula Putih Mataram, Lampung Tengah diselesaikan pada tahun 1999. Sekolah Dasar (SD) di SD Swasta 01 Gula Putih Mataram, Lampung Tengah diselesaikan pada tahun 2005, Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMP Gula Putih Mataram diselesaikan pada tahun 2008, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA Negeri 01 Trimurjo diselesaikan pada tahun 2011. Pada tahun 2011 peneliti terdaftar sebagai mahasiswa program studi S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.


(14)

SANWACANA

Alhamdulillahirobbil’alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini. Peneliti menyadari bahwa proses penelitian dan penyusunan skripsi ini tidak mungkin terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu peneliti mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M. Si., Dekan FKIP Universitas Lampung yang telah memberikan semangat kemajuan untuk memajukan program studi PGSD dan membantu peneliti dalam menyelesaikan surat guna syarat skripsi. 2. Ibu Dr. Riswanti Rini, M. Si., Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang telah memberikan semangat kemajuan untuk memajukan program studi PGSD dan membantu penulis dalam menyelesaikan surat guna syarat skripsi.

3. Bapak Dr. Hi. Darsono, M. Pd., Ketua Program Studi PGSD FKIP Universitas Lampung yang telah banyak memberikan kemajuan untuk kampus PGSD tercinta.

4. Bapak Drs. Siswantoro, M. Pd., Koordinator Kampus B FKIP Universitas Lampung yang telah memberikan dukungan dan bantuan selama proses penyusunan skripsi.


(15)

iii 5. Ibu Dra. Asmaul Khair, M. Pd., pembimbing I atas semua jasanya dan kesabarannya dalam membimbing dan memberikan masukan yang membangun guna kesempurnaan skripsi.

6. Ibu Dra. Siti Rachmah Sofiani pembimbing II yang dalam kesibukannya senantiasa meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.

7. Bapak Drs. Supriyadi, M.Pd., pembahas/penguji yang selalu memberikan masukan dan saran yang sangat membangun.

8. Ibu Sutini, S.Pd. terimakasih atas bantuan dan dukungannya selama peneliti menyelesaikan skripsi ini.

9. Bapak/Ibu Dosen dan Staff karyawan S1 PGSD Kampus B, yang telah banyak membantu sampai skripsi ini selesai.

10. Kepala Sekolah SD Negeri 05 Metro Barat dan segenap guru SD Negeri 05 Metro Barat, serta para siswa yang telah memberikan bantuan atas kelancaran selama penelitian.

11. Sahabat-sahabatku angkatan 2011, khususnya komunitas HIMALASA (Aji, Asep, Iqun, Dwi, Deni, Zaka, Fikri, Dedi, Arizal, Arfian, M. Asrul, Annisa, Azka, Juwita, Etik, Atika, Putri Permata, Putri Nurul, Sella P, Sella E, Suci, Suciyati, Nuke, Wulan, Gusti, Erlis, Tya, Sovia, Tsani, Lita, Umi, Rizty, Ikke, Aulia, Tiwi, Dilla, Hedi, SM, serta teman-teman, dan seluruh rekan mahasiswa PGSD atas semua dukungan, motivasi, dan bantuan yang selalu diberikan.


(16)

iv Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih belum sempurna, akan tetapi semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi peneliti dan pembaca sekalian.

Metro, Agustus 2015 Peneliti


(17)

DAFTAR ISI

A

Halaman

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Rumusan Masalah ... 5

D. Tujuan Penelitian ... 5

E. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar dan Pembelajaran ... 7

1. Belajar ... 7

a. Pengertian Belajar ... 7

b. Hasil Belajar ... 8

2. Pembelajaran ... 10

a. Pengertian Pembelajaran ... 10

b. Pembelajaran IPS di SD ... 12

B. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) ... 13

1. Pengertian IPS ... 13

2. Karakteristik Pembelajaran IPS ... 14

3. Tujuan IPS di SD ... 15

C. Kinerja Guru ... 16

D. Model Pembelajaran ... 18

1. Pengertian Model Pembelajaran ... 18

2. Macam-macam Model Pembelajaran ... 19

E. Cooperative Learning ... 20

1. Pengertian Cooperative Learning ... 20

2. Tipe-Tipe Cooperative Learning ... 21

F. Model Cooperative Learning Tipe Number Heads Together ... 22

1. Pengertian Numbered Heads Togother ... 22

2. Kelebihan dan Kelemahan Numbered Heads Togother ... 23

3. Langkah-langkah Numbered Heads Togother ... 24


(18)

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ... 27

B. Setting Penelitian ... 28

C. Teknik Pengumpulan Data ... 29

D. Alat Pengumpulan Data ... 29

E. Teknik Analisis Data ... 32

F. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas ... 36

G. Indikator Keberhasilan ... 42

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A Profil SD Negeri 05 Metro Barat ... 43

B Prosedur Penelitian... 44

1. Diskripsi Awal ... 44

2. Refleksi Awal ... 45

3. Persiapan Pembelajaran ... 46

C Pelaksanaan Kegiatan dan Kegiatan Hasil Penelitian ... 46

1. Siklus I ... 46

2. Siklus II ... 83

D Pembahasan Hasil Penelitian ... 120

1. Kinerja Guru ... 120

2. Hasil Belajar ... 122

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A Kesimpulan ... 125

B Saran ... 125

DAFTAR PUSTAKA ... 127


(19)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan suatu unsur yang sangat penting untuk menunjang kehidupan manusia guna mengembangkan dirinya agar menjadi manusia yang lebih baik. Melalui pendidikan manusia dapat mengembangkan dirinya menjadi manusia yang beriman dan bertakwa serta dapat berpikir cerdas, logis, dan rasional. Hal ini sesuai dengan Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 Pasal 1 menyebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Sementara itu UU RI No. 20 Tahun 2003 Pasal 3 tentang Sistem Pendidikan Nasional menjelaskan bahwa Pendidikan bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertawakal kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu cakap kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Pendidikan pada dasarnya merupakan suatu upaya


(20)

2

untuk memperbaiki kualitas hidup manusia yang berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa. Menurut E.J. Poewer (dalam Wahyudin, 2007: 4.20) pendidikan bertujuan mentransmisikan kebudayaan untuk menjamin solidaritas sosial dan kesejahteraan umum.

Selain itu, pendidikan merupakan suatu pilar penting dari suatu bangsa, karena menentukan kualitas sumber daya manusia. Oleh karena itu untuk meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas harus diimbangi dengan pendidikan yang berkualitas pula. Pendidikan yang berkualitas tidak hanya menekankan pada aspek pengetahuan saja, namun harus bersifat holistik atau menyeluruh dan mampu menanamkan nilai-nilai, sikap, dan keterampilan pada siswa. Hal tersebut sesuai dengan yang diharapkan pada pembelajaran IPS. Menurut Wahab (2011: 1.10) bahwa pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM), harus sesuai dengan pengembangan nilai-nilai yang dimaksud pembelajaran IPS. Nilai-nilai tersebut, meliputi nilai edukatif, nilai praktis, nilai teoritis, dan nilai ketuhanan. Pendidikan IPS terdiri dari dua kata yaitu Pendidikan dan IPS, pendidikan merupakan suatu perbuatan yang di sengaja untuk menjadikan manusia memiliki kualitas yang lebih baik. Dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti.

Permendiknas No 22. Tahun 2006 tujuan IPS adalah: 1) mengenal konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungan, 2) memililki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis rasa ingin tahu, inquiri, memecahkan masalah dan keterampilan dalam kehidupan sosial, 3) memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai sosial dan kemanusiaan, 4) memiliki kemampuan berkomunikasi, berkerjasama, berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk ditingkat lokal, nasional dan global (Depdiknas, 2006 : 575).


(21)

3

Menurut Ischak (2011: 3.48) pengajaran IPS mengaitkan unsur peristiwa, fakta, konsep, generalisasi, nilai, sikap, dan keterampilan yang harus terlihat dalam kegiatan belajar mengajar yang dikelola guru IPS tersebut. Melalui pembelajaran IPS siswa mendapat pengetahuan yang berkaitan dengan masalah-masalah sosial yang terjadi di masyarakat. Sebagaimana Wahab (2011: 1.9) pembelajaran IPS melatih keterampilan para siswa baik keterampilan fisik maupun kemampuan berpikirnya dalam mengkaji dan mencari pemecahan dari masalah sosial yang dialaminya. Selain itu pembelajaran IPS menjadikan siswa bagian dari masyarakat yang memiliki sikap disipin dan dapat bekerjasama.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan peneliti di SD Negeri 05 Metro Barat pada bulan Desember 2014, ditemukan bahwa proses belajar mengajar sudah berjalan dengan baik namun terdapat beberapa kekurangan yaitu penyampaian materi ajar masih terpaku pada buku yang digunakan (text book). Selain itu, sebagian siswa kurang berpartisipasi aktif

hal ini ditunjukan dengan adanya siswa yang masih malu-malu, takut, dan ragu dalam bertanya dan hanya sedikit siswa yang menjawab pertanyaan dari guru. Guru masih mendominasi kegiatan pembelajaran di kelas (teacher

centered), sehingga pembelajaran yang dilaksanakan belum menampakkan

adanya hasil yang optimal. Sejalan dengan hal tersebut, dari hasil wawancara dengan guru kelas diketahui terdapat beberapa kekurangan dalam proses pembelajaran, salah satunya adalah belum tercapainya Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) terutama pada pembelajaran IPS. KKM yang ditentukan pada pembelajaran IPS di SD Negeri 05 Metro Barat adalah 65, dengan


(22)

4

jumlah siswa 23 orang dan hanya 8 orang siswa atau 34,78% yang telah mencapai KKM dan sebanyak 15 orang siswa atau 65,22% belum mencapai KKM.

Mencermati berbagai permasalahan di atas, maka perlu diadakan perbaikan dalam proses pembelajaran agar dapat meningkatkan keaktifan sehingga hasil belajar siswa di kelas IV SD Negeri 05 Metro Barat meningkat. Salah satu cara untuk menciptakan pembelajaran yang kondusif adalah dengan menerapkan model pembelajaran yang sesuai. Salah satu model pembelajaran yang diyakini mampu mengatasi permasalahan tersebut adalah model Cooperative Learning tipe Numbered Head Together (NHT),

karena model Cooperative Learning tipe NHT dapat menumbuhkan cara

berpikir kritis, dan memungkinkan siswa belajar secara aktif.

Tujuan yang diperoleh dengan mengunakan model Cooperative Learning

tipeNHT menurut Huda (2014: 203) adalah memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling berbagi gagasan dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Selain itu untuk meningkatkan kerja sama siswa, NHT juga dapat diterapkan untuk semua mata pelajaran dan tingkatan kelas.

Berkaitan dengan uraian di atas maka peneliti merasa perlu untuk meningkatkan kualitas pembelajaran IPS melalui penelitian tindakan kelas yang berjudul: Penerapan Model Cooperative Learning tipe NHT untuk


(23)

5

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasi permasalahan yang ada, yaitu sebagai berikut.

1. Penyampaian materi ajar masih terpaku pada buku pelajaran yang digunakan (text book).

2. Guru masih mendominasi pembelajaran sebagai sumber utama (teacher

centered).

3. Pada pembelajaran siswa kurang berpartisipasi aktif dalam pembelajar, sebagian siswa masih malu-malu, takut, dan ragu dalam bertanya, dan hanya sedikit siswa yang menjawab pertanyaan dari guru.

4. Rendahnya hasil belajar kelas IV SD Negeri 05 Metro Barat, ditunjukan pada pembelajaran IPS bahwa dari 23 orang siswa, hanya 8 orang siswa atau 34,78% yang telah mencapai KKM yaitu 65 dan sebanyak 15 orang siswa atau 65,22% belum mencapai KKM.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka diperoleh rumusan masalah sebagai berikut: “Bagaimanakah meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas IV SD Negeri 05 Metro Barat dengan menerapkan model Cooperative

Learning tipe NHT?”

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan penelitian adalah meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas IV SD


(24)

6

Negeri 05 Metro Barat dengan menerapkan model Cooperative Learning tipe

NHT.

E. Manfaat Penelitian

Adapun hasil penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi:

1. Siswa

Meningkatkan pemahaman pembelajaran IPS dengan menerapkan model

Cooperative Learning tipe NHT pada kelas IV SD Negeri 05 Metro

Barat, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar. 2. Guru

Memperbaiki kualitas proses pembelajaran maupun hasil belajar siswa. Selain itu dengan penelitian ini dapat meningkatkan kinerja dan profesionalisme guru dengan menerapkan model Cooperative Learning

tipe NHT. 3. Sekolah

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sesuatu yang berguna dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan.

4. Peneliti

Hasil penelitian ini dapat menjadi sarana untuk meningkatkan pengetahuan dan wawasan dalam menggunakan model pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas.


(25)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Belajar dan Pembelajaran

Untuk memahami siswa belajar dan proses pembelajaran yang mampu mengembangkan kemampuan siswa, perlu dipahami tentang belajar dan pembelajaran. Maka dari itu kita harus tahu pengertian belajar dan pembelajaran terlebih dahulu.

1. Belajar

a. Pengertian Belajar

Salah satu kemampuan yang harus dimiliki oleh guru, sebagai salah satu unsur pendidik, agar mampu melaksanakan tugas profesionalnya adalah memahami siswa belajar. Belajar merupakan suatu kebutuhan bagi setiap manusia, karena dengan belajar seorang siswa dapat meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan sikapnya. Belajar hanya mungkin terjadi apabila anak aktif mengalami sendiri. Menurut Sunaryo (dalam Komalasari, 2010: 2) belajar merupakan suatu kegiatan dimana seseorang membuat atau menghasilkan suatu perubahan tingkah laku yang ada pada dirinya dalam pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Selanjutnya menurut Bruner (dalam


(26)

8

Winataputra, 2008: 3.13) pada dasarnya belajar merupakan proses kognitif yang terjadi dalam diri seseorang.

Sedangkan menurut B.F. Skinner (dalam Winataputra, 2008: 1.21-1.22) belajar adalah prilaku dan perubahan prilaku yang tercermin dalam kekerapan respon yang merupakan fungsi dari kejadian dalam lingkungan dan kondisi. Pengertian belajar juga

diutarakan oleh Sa’ud (2006: 3) yang menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan itu baik dalam berbagai hal, seperti berubahnya pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, kecakapan serta kemampuan sebagai hasil dari pengalaman dan latihan.

Berdasarkan beberapa pengertian tentang belajar yang telah dikemukakan, peneliti menyimpulkan bahwa belajar yaitu kegiatan yang menekankan pada proses pada diri manusia. Belajar dilakukan dengan mengalaminya sendiri, serta adanya perubahan tingkah laku, pengetahuan, kemampuan, keterampilan dan sikap pada diri seseorang.

.

b. Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan suatu proses belajar, sehingga terjadi perubahan-perubahan pada diri siswa. Menurut Kunandar (2010: 276-277) hasil belajar adalah hasil yang diperoleh siswa setelah mengikuti suatu materi tertentu dari mata pelajaran yang berupa data kuantitatif maupun kualitatif. Menurut Sudjana (2012: 3) hasil belajar pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku dalam pengertian


(27)

9

yang luas mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotor. Pengertian tersebut sesuai dengan pendapat Bloom (dalam Suprijono, 2011: 6) hasil belajar mencakup kognitif, afektif, dan psikomotor. 1) Ranah kognitif yaitu memahami pengetahuan faktual dengan cara

mengamati dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, di sekolah dan di tempat bermain.

2) Ranah afektif yaitu memiliki perilaku disiplin, santun, peduli, jujur, percaya diri dan tanggung jawab dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru dan tetangganya. Adapun dalam penelitian ini, peneliti menilai sikap disiplin dan kerja sama siswa.

a) Disiplin

Disiplin merupakan pesan taat dan patuh terhadap nilai-niai yang dipercaya termasuk melakukan pekerjaan tertentu yang menjadi suatu tanggung jawab. Adapun indikator yang dinilai dari sikap disiplin adalah 1) berdoa menurut kepercayaan masing-masing sebelum atau sesudah pembelajaran berlangsung, 2) masuk kelas tepat waktu, 3) memberi tanda ketika ingin bertanya atau berpendapat dengan cara mengangkat tangan, 4) mengerjakan atau mengumpulkan tugas sesuai dengn waktu yang ditentukan.

b) Kerja sama

Kerja sama adalah bekerja bersama-sama dengan orang lain atau kelompok untuk mencapai tujuan bersama dengan saling


(28)

10

berbagi tugas dan saling membantu. Adapun indikator yang dinilai dari sikap kerjasama adalah 1) kesedian melakukan tugas kelompok sesuai dengan kesepakatan, 2) bersedia membantu teman yang kesulitan, 3) aktif dalam kerja kelompok, 4) bersama-sama menyelesaikan tugas.

3) Ranah psikomotor siswa menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas, sistematis dan logis. Adapun pada penelitian yang akan dilaksanakan, untuk ranah psikomotor yang diamati yaitu keterampilan berkomunikasi. Adapun indikator yang dinilai dari keterampilan berkomunikasi adalah 1) menggunakan bahasa yang santun pada saat mengomentari pendapat, 2) menyampaikan hasil jawaban dengan tenang, 3) menyampaikan hasil diskusi dengan kalimat yang singkat dan jelas, 4) menyampaikan ide atau gagasan dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas, maka peneliti menyimpulkan bahwa hasil belajar yaitu hasil yang diperoleh siswa setelah mengalami proses belajar mengajar dan terdapat perubahan pada individu yang belajar meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotor.

2. Pembelajaran

a. Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran merupakan suatu proses yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas belajar pada siswa. Kegiatan pembelajaran merupakan terjadinya proses belajar antara siswa dengan pendidik.


(29)

11

Sebagaimana yang dinyatakan Hernawan (2011: 3) bahwa pembelajaran penekanannya pada kegiatan belajar siswa yang dirancang oleh guru melalui usaha terencana melalui prosedur atau metode tertentu agar terjadi proses perubahan perilaku secara baik, yang terpenting dalam proses pembelajaran ini adalah perlunya komunikasi timbal balik.

Sedangkan menurut Winataputra, dkk. (2008: 1.18) pembelajaran harus menghasilkan belajar, tetapi tidak semua proses belajar terjadi karena pembelajaran. Menurut Gagne, Briggs, dan Wager (dalam Winataputra, dkk. 2008: 1.19) pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses belajar.

Menurut Rusmono (2012: 6) pembelajaran merupakan suatu upaya untuk menciptakan suatu kondisi bagi terciptanya suatu kegiatan belajar yang memungkinkan siswa memperoleh pengalaman belajar yang memadai. Sedangkan menurut Hamalik (2013: 57) pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas, maka peneliti menyimpulkan bahwa pembelajaran adalah suatu kegiatan belajar yang dirancang oleh guru untuk memungkinkan terjadinya proses belajar yang dilakukan siswa.


(30)

12

b. Pembelajaran IPS di SD

Pembelajaran IPS merupakan suatu pembelajaran yang mempelajari ilmu-ilmu sosial hal tersebut dipertegas oleh Wahab, dkk. (2011: 1.9) pembelajaran IPS merupakan upaya menerapkan teori-konsep-prinsip ilmu sosial untuk menelaah pengalaman, peristiwa, gejala, dan masalah sosial yang secara nyata terjadi di masyarakat. Melalui hal ini, pembelajaran IPS melatih keterampilan para siswa baik keterampilan fisik maupun kemampuan berpikir dalam mengkaji dan mencari pemecahan dari masalah sosial yang dialaminya.

Menurut Hamid Hasan (dalam Trianto, 2010: 174) menerangkan bahwa pola pembelajaran pendidikan IPS menekankan pada unsur pendidikan dan pembekalan pada peserta didik. Sedangkan Remy (dalam Winataputra, dkk. 2008: 8.3) berpendapat bahwa tujuan mempelajari Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah untuk menjadikan seseorang menjadi warga negara yang baik semakin sulit dan kompleks akibat kemajuan ilmu dan teknologi.

Berdasarkan pengertian pembelajaran IPS SD di atas, peneliti menyimpulkan bahwa pembelajaran IPS SD bertujuan untuk menjadikan siswa sebagai warga negara yang baik serta suatu upaya menerapkan teori, konsep, dan prinsip ilmu sosial untuk menelaah pengalaman, peristiwa, gejala, dan masalah sosial yang secara nyata terjadi di masyarakat.


(31)

13

B. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) 1. Pengertian IPS

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu nama mata pelajaran yang diberikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Menurut pandangan Banks (dalam Sapriya, dkk. 2007: 4) IPS di sekolah penekannya pada aspek pengembangan berpikir peserta didik sebagai bagian dari masyarakat dalam berperan serta memecahkan masalah.

Shermin, (dalam Sapriya, dkk. 2007: 12) IPS merupakan ilmu yang didasarkan untuk tujuan pendidikan yang berisikan aspek-aspek ilmu sejarah, ekonomi, politik, sosiologi, antropologi, psikologi, geografi, filsafah yang dipilih untuk tujuan pembelajaran sekolah dan perguruan tinggi. Sedangkan Menurut Ischak dkk, (2011: 1.26) IPS adalah bidang studi yang mempelajari, menelaah, menganalisis gejala dan masalah sosial di masyarakat dengan meninjau dari berbagai aspek kehidupan atau satu perbedaan.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas peneliti menyimpulkan bahwa pengertian IPS adalah ilmu yang mempelajari, menelaah, menganalisis gejala dan masalah sosial di masyarakat serta berperan serta dalam memecahkan masalah.

2. Karakteristik Pembelajaran IPS

IPS merupakan subjek materi dalam dunia pendidikan di negara kita yang diarahkan bukan hanya kepada pengembangan penguasaan ilmu-ilmu sosial, tetapi juga sebagai materi yang dapat menembangkan kompetensi dan tanggung jawab, baik sebagai individu, sebagai masyarakat maupun


(32)

14

sebagai warga dunia. Susanto (2013: 6) menyatakan bahwa IPS merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial yaitu: sosiologi, sejarah, geogerafi, ekonomi, politik, hokum, dan budaya. Manfaat yang diperoleh setelah mempelajari ilmu pengetahuan sosial disamping mempersiapkan diri untuk tujuan ke masyarakat, juga membentuk siswa sebagai anggota masyarakat yang baik dengan menaati peraturan yang berlaku dan turut pula mengembangkannya.

Pembelajaran IPS memiliki karakteristik menurut Sapriya (2009: 7) salah satau karakteristik social studies adalah bersifat dinamis, artinya

selalu berubah sesuai dengan tingkat perkembangan masyarakat. Lebih lanjut Kosasih (dalam Sapriya, dkk. 2007: 8) karakteristik dan sifat utama dari pembelajaran IPS yaitu:

a. IPS berusaha mempertautkan teori ilmu dengan fakta atau sebaliknya (menelaah fakta dari segi ilmu).

b. Penelaahan dan pembahasan IPS tidak hanya dari satu bidang disiplin ilmu saja, melainkan bersifat komprehensif (meluas/dari berbagai ilmu sosial dan lainnya, sehingga berbagai konsep ilmu secara terintegrasi terpadu) digunakan untuk menelaah satu masalah/tema/topik.

c. Mengutamakan peran aktif siswa melalui proses belajar inquiri agar siswa mampu mengembangkan berpikir kriris, rasional dan analitis.

d. Program pembelajaran disusun dengan meningkatkan atau menghubungkan bahan-bahan dari berbagai disiplin ilmu sosial dan lainnya dengan kehidupan nyata di masyarakat, pengalaman, permasalahan, kebutuhan dan memproyeksikannya kepada kehidupan di masa depan baik dari lingkungan fisik/alam maupun budayanya.

e. IPS dihadapkan secara konsep dan kehidupan sosial yang sangat labil (mudah berubah), sehingga titik berat pembelajaran adalah terjadinya proses internalisasi secara mantap dan aktif pada diri siswa agar siswa memiliki kebiasaan dan kemahiran untuk menelaah permasalahan kehidupan nyata pada masyarakatnya. f. IPS mengutamakan hal-hal, arti dan penghayatan hubungan


(33)

15

g. Pembelajaran tidak hanya mengutamakan pengetahuan semata, juga nilai dan keterampilannya.

h. Berusaha untuk memuaskan setiap siswa yang berbeda melalui program maupun pembelajarannya dalam arti memperhatikan minat siswa dan masalah-masalah kemasyarakatan yang dekat dengan kehidupannya.

i. Dalam pengembangan program pembelajaran senantiasa melaksanakan prinsip-prinsip, karakteristik (sifat dasar) dan pendekatan-pendekatan yang menjadi ciri IPS itu sendiri.

Berdasarkan uraian di atas peneliti menyimpulkan bahwa karaktersitik pembelajaran IPS yaitu selalu berkembang dengan tingkat perkembangan masyarakat, menelaah fakta serta mengutamakan peran aktif siswa melalui proses belajar inquiri agar siswa mampu mengembangkan berpikir kriris, rasional dan analitis.

3. Tujuan IPS di SD

Setiap pembelajaran memiliki tujuan termasuk pembelajaran IPS. Hal tersebut terangkum dalam menurut Ischak dkk. (2011: 1.28) kurikulum IPS tahun 2006 yang bertujuan agar peserta didik memiiki kemampuan sebagai berikut.

1. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungan.

2. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan keritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial.

3. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanuisiaan.

4. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja sama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, ditingkat lokal, nasional, dan global.

Menurut Winatapura, dkk. (2008: 8.9-8.10) pemberian mata pelajaran IPS bertujuan agar siswa memahami/menguasai konsep IPS serta


(34)

16

mampu menggunakan model ilmiah untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapi sehingga siswa lebih menyadari kebesaran dan kekuasan Sang Pencipta. Sedangkan Sapriya dkk. (2007: 13) tujuan IPS adalah mengembangkan siswa untuk menjadi warga negara yang memiliki pengetahuan, nilai, sikap, dan keterampilan yang memadai untuk berperan serta dalam kehidupan demokrasi di mana konten mata pelajarannya digali berdasarkan sejarah dan ilmu sosial, serta banyak hal termasuk humaniora dan sains.

Menurut Wahab (2011: 1.10) salah satu tolak ukur keberhasilan pelaksanaan pendidikan IPS, yaitu:

Adanya perubahan prilaku sosial siswa ke arah yang lebih baik. Perilaku tersebut meliputi aspek-aspek kognitif, afektif, dan pisikomotor. Peningkatan kognitif di sini tidak hanya terbatas makin meningkatnya pengetahuan sosial, melainkan pula peningkatan nalar sosial dan kemampuan mencari alternatif-alternatif pemecahan masalah sosial. Oleh karena itu materi yang dibahas pada pendidikan IPS hanya terbatas pada kenyatan, fakta dan data sosial.

Berdasarkan uraian di atas peneliti menyimpulkan bahwa tujuan dari pendidkan IPS adalah membekali siswa dengan pengetahuan sosial agar berguna di masyarakat untuk menjadikan warga negara yang memiliki pengetahuan, nilai, sikap, dan keterampilan.

C. Kinerja Guru

Guru merupakan suatu profesi profesional yang dituntut untuk menjalankan profesinya. Untuk itu guru harus memperbaiki kinerjanya sebagai seorang pendidik. Kinerja merupakan hasil yang diinginkan atau prestasi yang diperlihatkan dari suatu tindakan atau perilaku, dalam hal ini


(35)

17

adalah kinerja guru. Menurut Rusman (2012: 50) kinerja guru merupakah wujud perilaku guru dalam proses pembelajaran, yang dimulai dari merencanakan pembelajaran, melaksanakan kegiatan pembelajaran, dan menilai hasil belajar.

Menurut Sianipar (dalam Susanto, 2013: 28) kinerja guru merupakan hasil dari suatu kegiatan tertentu selama satu periode waktu tertentu atau perwujudan dari hasil perpaduan sinergis dan akan terlihat dari produktivitas guru dalam melaksanakan tugas dan pekerjaannya serta tidak hanya mencakup aspek proses dan hasil saja tetapi juga dari waktu. Hal ini sejalan dengan pendapat Mangkunegara (dalam Susanto, 2013: 28) yang menyatakan bahwa kinerja guru adalah hasil kerja guru yang dicapai secara kualitas dan kuantitas dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.

Berkaitan dengan kompetensi yang harus dimiliki oleh guru, Glasser (dalam Rusman, 2012: 53) mengemukakan empat hal yang harus dikuasai oleh seorang guru yaitu menguasai bahan pelajaran, mampu mendiagnosis tingkah laku siswa, mampu menjalankan proses pembelajaran dan mampu mengevaluasi hasil belajar siswa.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas peneliti menyimpulkan bahwa kinerja guru adalah hasil kerja guru yang dicapai dalam kegiatan pembelajaran, melaksanakan kegiatan pembelajaran, dan menilai hasil belajar.


(36)

18

D. Model Pembelajaran

1. Pengertian Model Pembelajaran

Model pembelajaran merupakan suatu upaya untuk meningkatkan proses pembelajaran. Menurut Joice & Weil (dalam Isjoni, 2007: 50) model pembelajaran adalah suatu pola atau rencana yang sudah direncanakan sedemikian rupa dan digunakan untuk menyusun kurikulum, mengatur materi pelajaran, dan memberi petunjuk kepada pengajar di kelasnya. Penerapan model pembelajaran ini harus sesuai dengan kebutuhan siswa. Hanafiah & Suhana (2010: 41) model pembelajaran merupakan salah satu pendekatan dalam rangka mensiasati perubahan perilaku peserta didik secara adaptif maupun generatif. Model pembelajaran sangat erat kaitannya dengan gaya belajar peserta didik dan gaya mengajar guru. Dijelaskan lebih lanjut oleh Komalasari (2010: 57) yang mendefinisikan bahwa model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru.

Isjoni (2007: 5) mengemukakan bahwa perkembangan model pembelajaran dari waktu ke waktu terus mengalami perubahan. Sejalan dengan pendekatan konstruktivisme dalam pembelajaran, salah satu model pembelajaran yang kini banyak mendapat respon adalah model pembelajaran kooperatif atau Cooperative Learning.

Berdasarkan beberapa pengertian model pembelajaran para ahli di atas, maka peneliti menyimpulkan bahwa model pembelajaran


(37)

19

merupakan suatu rancangan yang sudah disusun sedemikian rupa yang akan disajikan oleh guru secara khas.

2. Macam-macam Model Pembelajaran

Model pembelajaran dirancang untuk tujuan-tujuan tertentu yang memiliki beberapa macam. Trianto (2011: 41) menyebutkan beberapa model pembelajaran, diantaranya:

a. Direct Intruction, yaitu suatu pendekatan mengajar yang dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedular yang terstruktur dengan baik yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap, selangkah demi selangkah. b. Cooperative Learning, dimana dalam kelas kooperatif siswa

belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang siswa yang sederajat tetapi heterogen, kemampuan, jenis kelamin, suku atau ras, dan satu sama lain saling membantu.

c. Problem Based Instruction, adalah interaksi antara stimulus dengan respon, merupakan hubungan antara dua arah belajar dan lingkungan.

d. Contextual Teaching and Learning, yaitu merupakan suatu konsepsi yang membantu guru mengaitkan konten mata pelajaran dengan situasi dunia nyata dan memotivasi siswa membuat hubungan antara pengetahuan dan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga, warga negara, dan tenaga kerja.

e. Pembelajaran Model Diskusi Kelas, dalam pembelajaran diskusi mempunyai arti suatu situasi dimana guru dengan siswa atau siswa dengan siswa yang lain saling bertukar pendapat secara lisan, saling berbagi gagasan dan pendapat.

Arends (dalam Trianto, 2009: 25) menyeleksi enam model pembelajaran yang sering dan praktis digunakan guru dalam mengajar, yaitu: presentasi, pengajaran langsung, pengajaran konsep, pembelajaran kooperatif, pengajaran bermasalah, dan diskusi kelas. Para pakar model pembelajaran berpendapat bahwa tidak ada satu model pembelajaran yang paling baik diantara yang lainnya, karena masing-masing model


(38)

20

pembelajaran dapat dirasakan baik, apabila telah diujicobakan untuk mengerjakan materi pelajaran tertentu.

Oleh karena itu, dari beberapa model pembelajaran yang ada perlu kiranya diseleksi model pembelajaran mana yang paling baik untuk mengajarkan suatu materi tertentu. Pada penelitian yang dilaksanakan, peneliti memilih model Cooperative Learning karena model tersebut

diyakini mampu meningkatkan hasil belajar siswa.

E. Cooperative Learning

1. Pengertian Cooperative Learning

Model pembelajaran Cooperative Learning merupakan strategi

belajar dengan sejumlah siswa dalam kelompok kecil yang tingkat kemampuanya berbeda. Menurut Isjoni (2007: 15) Cooperative Learning

berasal dari kata Cooperative yang artinya mengerjakan sesuatu secara

bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai satu kelompok atau satu tim. Kemudian Sunal & Haas (dalam Isjoni 2007: 45) mengemukakan bahwa Cooperative Learning merupakan pendekatan

atau serangkaian strategi yang khusus dirancang untuk memberi dorongan kepada siswa agar bekerja sama selama berlangsungnya proses pembelajaran yang menggunakan kelompok kecil sehingga siswa bekerja bersama untuk memaksimalkan kegiatan belajarnya sendiri dan juga anggota yang lain.

Slavin (dalam Isjoni, 2007: 15) mengemukakan bahwa


(39)

21

belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang berjumlah 4-6 orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa lebih bergairah dalam belajar. Hal yang sama juga di kemukakan oleh Rusman (2012: 203) bahwa Cooperative Learning merupakan bentuk

pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen. Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas, maka peneliti menyimpulkan bahwa yang dimaksud dengan Cooperative Learning

yaitu suatu model pembelajaran yang dalam proses pelaksanaan pembelajarannya siswa bekerjasama dalam kelompok-kelompok kecil dalam suatu proses pembelajaran.

2. Tipe-tipe Cooperative Learning

Cooperative Learning mempunyai beberapa tipe yang dapat di

terapkan dalam proses pembelajaran. Isjoni (2007: 50) mengemukakan dalam Cooperative Learning terdapat beberapa

variasi model yang dapat diterapkan, yaitu diantaranya: (a) Student

Team Acievement Division, (b) Jigsaw, (c) Group Investigation, (d)

Rotating Trio Exchange, (e) Group Resume, (f) Numbered Head

Together (NHT), dan lain-lain. Dari beberapa model pembelajaran

tersebut, salah satu model pembelajaran yang dianggap tepat untuk diterapkan di Kelas IV SD Negeri 05 Metro Barat pada mata pelajaran IPS ialah model pembelajaran Cooperative Learning tipe NHT karena


(40)

22

memungkinkan siswa belajar secara aktif selain itu juga model ini dapat diterapkan baik pada kelas rendah maupun kelas tinggi.

F. Model Cooperative Learning Tipe Numbered Head Together 1. Pengertian Numbered Head Together (NHT)

NHT atau kepala bernomor merupakan salah satu tipe dari model

Cooperative Learning. Menurut Hamdayama (2014: 175) NHT atau

penomoran berpikir bersama adalah merupakan pembelajaran kooperatif yang dirancang mempengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternatif terhadap sumber struktur kelas tradisional. Hamdani (2011: 89) NHT adalah metode belajar dengan cara setiap siswa diberi nomor dan dibuat satu kelompok, kemudian secara acak, guru memanggil nomor dari siswa. Lebih lanjut Isjoni (2011: 68) mengemukakan bahwa NHT, yaitu teknik yang memberi kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan pertimbangan jawaban yang paling tepat. Selain itu teknik ini mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerjasama mereka.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas, maka peneliti menyimpulkan bahwa model NHT, adalah salah satu tipe model

Cooperative Learning. Tipe ini melibatkan lebih banyak siswa dalam

menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagi ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat untuk kelompok.


(41)

23

2. Kelebihan dan Kelemahan Numbered Head Together

Terdapat kelebihan dan kelemahan pada model pembelajaran

Cooperative Learning tipe NHT, Hamdani (2011: 90) mengemukakan

bahwa:

a. Kelebihan model Cooperative Learning tipe NHT, yaitu: 1) Setiap siswa menjadi siap semua.

2) Siswa dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh. 3) Siswa pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai. b. Kelemahan model Cooperative Learning tipe NHT, yaitu:

1) Kemungkinan nomor yang dipanggil, dipanggil lagi oleh guru.

2) Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru.

Sejalan dengan pendapat di atas, Hamdayama (2014: 177-178) kelebihan dan kekurangan dari model cooperative learning tipe NHT.

a. Kelebihan NHT

Menggunakan model Cooperative Learning tipe NHT memiliki beberapa kelebihan, yaitu 1) melatih siswa untuk dapat bekerja sama dan menghargai pendapat orang lain, 2) melatih siswa untuk bisa menjadi tutor sebaya, 3) memupuk rasa kebersamaan, 4) membuat siswa menjadi terbiasa dengan perbedaan.

b. Kelemahan NHT

Dalam menggunakan model Cooperative Learning tipe NHT terdapat beberapa kelemahan yang harus diwaspadai, hal ini dilakukan agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan dalam pembelajaran, di antaranya: 1) siswa sudah terbiasa dengan cara konvensional akan sedikit kewalahan, 2) guru harus bisa memfasilitasi siswa, 3) tidak semua mendapat giliran.

Menurut Tryana (dalam Arfiyadi, 2012) bahwa model NHT memiliki kelebihan diataranya dapat meningkatkan prestasi belajar siswa, mampu memperdalam pamahaman siswa, menyenangkan siswa dalam belajar, mengembangkan sikap positif siswa, mengembangkan sikap kepemimpinan siswa, mengembangkan rasa ingin tahu siswa,


(42)

24

meningkatkan rasa percaya diri siwa, mengembangkan rasa saling memiliki, serta mengembangkan keterampilan untuk masa depan.

Berdasarkan pendapat ahli di atas dapat diketahui kelebihan model

Cooperative Learning tipe NHT, yaitu setiap siswa menjadi siap semua,

melatih siswa untuk dapat bekerja sama dan menghargai pendapat orang lain, siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai, memupuk rasa kebersamaan. Sedangkan kelemahan model

Cooperative Learning tipe NHT, yaitu memungkinan nomor yang

dipanggil, dipanggil lagi oleh guru, dan tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru.

3. Langkah-langkah Numbered Head Together

Model Cooperative Learning mempunyai langkah masing-masing

dalam penerapannya, begitu pula model Cooperative Learning tipe

NHT. Hamdani (2011: 90) mengemukakan langkah-langkah NHT, sebagai berikut.

a. Siswa dibagi dalam kelompok dan setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor.

b. Guru memberikan tugas dan tiap-tiap kelompok disuruh mengerjakannya.

c. Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan bahwa setiap anggota kelompok dapat mengerjakannya.

d. Guru memanggil salah satu nomor siswa dan siswa yang nomornya dipanggil melaporkan hasil kerjasama mereka.

e. Siswa lain diminta untuk meberi tanggapan, kemudian guru menunjukan nomor lain.


(43)

25

Menurut Trianto (2011: 82) dalam mengajukan pertanyaan kepada seluruh kelas, guru menggunakan struktur empat fase sintaks NHT sebagai berikut.

a. Fase 1: Penomoran

Dalam fase ini guru membagi siswa ke dalam kelompok 3-5 orang dan kepada setiap kelompok diberi nomor antara 1 sampai 5.

b. Fase 2: Mengajukan pertanyaan

Guru mengajukan sebuah pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan dapat bervariasi. Pertanyaan dapat amat spesifik dan dalam

bentuk kalimattanya. Misalnya, “Berapakah jumlah gigi orang dewasa?” atau berbentuk arahan, misalnya “pastikan setiap orang mengetahui 5 buah ibu kota provinsi yang terletak di Pulau Sumatra”.

c. Fase 3: Berpikir bersama

Siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan pertanyaan itu dan meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban tim.

d. Fase 4: Menjawab

Guru memanggil suatu nomor tertentu, kemudian siswa yang nomornya dipanggil mengacungkan tangannya dan mencoba untuk menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas.

Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas, maka peneliti menyimpulkan bahwa langkah-kangkah NHT yaitu: (1) siswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil, masing-masing siswa dalam kelompok diberi nomor, (2) guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya, (3) kelompok berdiskusi untuk menemukan jawaban yang paling benar dan memastikan semua anggota kelompok mengetahui jawaban tersebut, (4) guru memanggil salah satu nomor dan siswa dengan nomor yang dipanggil melaporkan jawaban hasil diskusi kelompok mereka, (5) tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor yang lain secara acak, dan (6) siswa bersama dengan


(44)

26

guru membuat kesimpulan dari kegiatan yang baru saja dilakukan tersebut.

G. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian pustaka di atas dirumuskan hipotesis penelitian tindakan kelas sebagai berikut: Apabila menerapkan model Cooperative

Learning tipe NHTdengan memperhatikan langkah-langkah yang tepat, maka

akan dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas IV SD Negeri 05 Metro Barat.


(45)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau

classroom action research. Menurut Kunandar (2010 : 45) PTK adalah

penelitian tindakan yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran di kelas. Sejalan dengan pendapat tersebut Wardhani, dkk. (2007: 1.4). PTK adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat. Melalui PTK, guru dapat meningkatkan kinerjanya secara terus-menerus, dengan cara melakukan refleksi diri, yaitu upaya menganalisis untuk menemukan kelemahan-kelemahan dalam proses pembelajaran yang dilakukannya,

kemudian merencanakan untuk proses perbaikan serta

mengimplementasikannya dalam proses pembelajaran dan diakhiri dengan melakukan refleksi (Sanjaya, 2006: 13). Arikunto, dkk. (2006: 16) mengemukakan bahwa secara garis besar terdapat empat tahapan yang lazim dilalui dalam penelitian tindakan kelas, yaitu (a) perencanaan, (b) pelaksanaan, (c) pengamatan, dan (d) refleksi.


(46)

28

Alur penelitian dapat dilihat dalam gambar berikut ini:

Gambar 3.1 Alur penelitian tindakan kelas, sumber: Arikunto, dkk (2006: 16).

B. Setting Penelitian 1. Subjek Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan secara kolaboratif partisipatif antara peneliti dengan guru kelas IV SD Negeri 05 Metro Barat. Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah guru dan siswa kelas IV SD Negeri 05 Metro Barat Tahun Pelajaran 2014/2015, yaitu 1 orang guru, serta siswa dengan jumlah 23 orang, yang terdiri dari 13 orang laki-laki dan 10 orang perempuan.

2. Tempat Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SD Negeri 05 Metro Barat yang beralamat di Jalan Soekarano Hatta Kelurahan Mulyojati, Kecamatan Metro Barat.

Perencanaan

SIKLUS II Perencanaan Pengamatan SIKLUS I

Pengamatan Refleksi

Refleksi

Pelaksanaan


(47)

29

3. Waktu Penelitian

Kegiatan penelitian ini dilaksanakan pada semester genap Tahun Pelajaran 2014/2015 dalam waktu 3 bulan dari awal Januari 2014 hingga April 2015.

C. Teknik Pengumpulan Data 1. Teknik Tes

Teknik tes yaitu untuk mengukur hasil belajar kognitif siswa setelah mengikuti proses pembelajaran. Teknik tes ini digunakan untuk mendapatkan data yang bersifat kuantitatif (angka) dengan memberikan tes formatif berupa soal pilihan jamak dan essay yang dikerjakan siswa secara

individu. Melalui tes ini, diketahui hasil belajar kognitif siswa dalam pembelajaran yang dilaksanakan pada setiap akhir siklus.

2. Teknik Non Tes

Teknik non tes melalui observasi untuk memperoleh data yang bersifat kualitatif. Teknik ini digunakan untuk mengetahui kinerja guru, hasil belajar afektif dan psikomotor siswa pada pembelajaran IPS dengan menggunakan model Cooperative Learning tipe NHT.

D. Alat Pengumpul Data

Penelitian ini menggunakan beberapa alat pengumpulan data, hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan data yang komprehensif dan valid, yang dapat mendukung keberhasilan dalam penelitian ini. Alat yang digunakan antara lain sebagai berikut.


(48)

30

1. Lembar panduan observasi

Instrumen ini dirancang peneliti berkolaborasi dengan guru kelas. Kegiatan observasi ini dilakukan untuk mengetahui kinerja guru, hasil belajar afektif siswa, dan hasil belajar psikomotor siswa selama proses pembelajaran berlangsung.

a.Instrumen Penilaian Kinerja Guru

Instrumen Penilaian Kinerja Guru (IPKG) digunakan untuk memperoleh informasi kemampuan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran. Adapun aspek yang diamati meliputi:

Tabel 3.01 IPKG 2 Kegiatan

Pembelajaran Aspek yang diamati

Kegiatan Pendahuluan

1. Apersepsi dan motivasi

2. Penyampian kompetensi dan Rencana Kegiatan

Kegiatan Inti

1. Penguasaan materi pelajaran

2. Penerapan model pembelajaran NHT yang mendidik 3. Pemanfaatan sumber belajar/media dalam pembelajaran 4. Pelibatan siswa dalam pembelajaran

5.Penggunaan bahasa yang benar dan tepat dalam pembelajaran

Kegiatan Penutup

1. Penutup pembelajaran

Data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran halaman 180

b. Lembar observasi hasil belajar afektif siswa

Lembar observasi hasil belajar afektif digunakan untuk mengetahui sikap yang dikuasai oleh siswa selama pembelajaran. Aspek yang diamati yaitu sikap disiplin dan kerja sama dan indikatornya dapat dilihat pada tabel berikut ini.


(49)

31

Tabel 3.02 Sikap disiplin dan kerjasama beserta indikator Aspek yang

diamati Indikator

Disiplin

1. Berdoa menurut kepercayaan masing-masing sebelum atau sesudah pembelajaran berlangsung

2. Masuk kelas tepat waktu

3. Memberi tanda ketika ingin bertanya atau berpendapat dengan cara mengangkat tangan.

4. Mengerjakan/mengumpulkan tugas sesuai dengan waktu yang ditentukan.

Kerjasama

1. Kesediaan membagi tugas kelompok sesuai kesepakatan 2. Bersedia membantu teman yang kesulitan

3. Aktif dalam kerja kelompok

4. Bersama - sama menyelesaikan tugas

(Sumber: Modifikasi dari Fathurrohman dkk, 2013:19)

c. Lembar observasi hasil belajar psikomotor siswa

Lembar observasi hasil belajar psikomotor siswa digunakan untuk mengetahui keterampilan yang dikuasai oleh siswa selama pembelajaran. Aspek yang diamati yaitu keterampilan berkomunikasi dan indikatornya yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 3.03 Keterampilan berkomunikasi dan indikator Aspek yang

diamati Indikator

Berkomunikasi

a. Menggunakan bahasa yang santun pada saat

mengomentari pendapat.

b. Menyampaikan hasil jawaban dengan tenang.

c. Mempresentasikan hasil diskusi dengan kalimat

yang singkat dan jelas.

d. Menyampaikan ide atau gagasan menggunakan

bahasa Indonesia yang baik dan benar.

2. Soal tes

Soal-soal tes dikerjakan siswa pada setiap akhir siklus atau tes formatif. Instrumen ini digunakan untuk menjaring data mengenai peningkatan hasil belajar kognitif siswa khususnya mengenai penguasaan


(50)

32

terhadap materi yang dibelajarkan dengan menggunakan model

Cooperative Learning tipe NHT.

E. Teknik Analisis Data

Data yang dikumpulkan pada setiap kegiatan observasi dari pelaksanan siklus penelitian dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif.

1. Analisis Data Kualitatif

Analisis data kualitatif digunakan untuk menganalisis data kinerja guru, hasil belajar afektif, dan hasil belajar psikomotor selama proses pembelajaran berlangsung. Data diperoleh dengan mengadakan pengamatan secara langsung selama pembelajaran dilakukan dengan menggunakan lembar observasi.

a. Penilaian Kinerja Guru

Nilai kinerja guru diperoleh dengan rumus sebagai berikut: NP = X 100

Keterangan:

NP = Nilai kinerja guru

R = Skor yang diperoleh guru SM = Skor maksimum

100 = Bilangan tetap (Sumber: Purwanto, 2008: 102)


(51)

33

Tabel 3.04 Kategori kinerja guru mengajar berdasarkan perolehan nilai.

No. Rentang nilai Kategori

1. ≥81 Sangat Baik

2. 65-80 Baik

3. 45-64 Cukup

4. ≤44 Kurang

(Sumber: Modifikasi dari Poerwanti, 2008: 7.8)

b. Hasil Belajar Afektif Siswa

Nilai hasil belajar afektif siswa diperoleh dengan rumus: NA = x100

Keterangan:

NA = nilai afektif yang dicari

R = skor mentah yang diperoleh

SM = skor maksimum

100 = bilangan tetap

(Adaptasi dari Purwanto, 2008: 102)

Tabel 3.05 Kategori nilai afektif belajar siswa

No. Rentang nilai Kategori

1. ≥81 Sangat Baik

2. 65-80 Baik

3. 45-64 Cukup

4. ≤44 Kurang

(Sumber: Modifikasi dari Poerwanti, 2008: 7.8)

Sedangkan untuk menghitung nilai presentase keberhasilan afektif siswa secara klasikal diperoleh dengan rumus:


(52)

34

Tabel 3.06 Persentase keberhasilan afektif siswa secara klasikal

No Persentase siswa Kategori

1 ≥81% Sangat Baik

2 65-80% Baik

3 45-64% Cukup

4 ≤44% Kurang

(Sumber: Modifikasi dari Poerwanti, 2008: 7.8)

c. Hasil Belajar Psikomotor Siswa

Nilai psikomotor siswa diperoleh dengan rumus:

NP = Nilai psikomotor

R = Skor prolehan

SM = Skor maksimum

100 = Bilangan tetap

(Adaptasi dari Purwanto, 2008: 102)

Tabel 3.07 Kategori nilai psikomotor belajar siswa

No. Rentang nilai Kategori

1. ≥81 Sangat terampil

2. 65-80 Terampil

3. 45-64 Cukup Terampil

4. ≤44 Kurang

(Sumber: Modifikasi dari Poerwanti, 2008: 7.8)

Sedangkan untuk menghitung nilai presentase keberhasilan psikomotor siswa secara klasikal diperoleh dengan rumus:


(53)

35

Tabel 3.08 Persentase keberhasilan psikomotor siswa secara klasikal

No Persentase siswa Kategori

1 ≥81% Sangat Terampil

2 65-80% Terampil

3 45-64% Cukup Terampil

4 ≤44% Kurang

(Sumber: Modifikasi dari Poerwanti, 2008: 7.8)

2. Analisis Kuantitatif

Analisis kuantitatif digunakan untuk mendeskripsikan berbagai dinamika kualitas atau hasil belajar siswa dalam hubungannya dengan penguasaan materi yang diajarkan guru.

a. Nilai kognitif individual diperoleh menggunakan rumus sebagai berikut.

Nk = x 100

Keterangan:

Nk = nilai kognitif

R = skor yang diperoleh N = skor maksimum dari tes 100 = bilangan tetap

(Adaptasi dari Purwanto, 2008: 112)

b. Untuk menghitung nilai rata-rata kognitif siswa mengunakan rumus sebagai berikut.

∑ Xi X = ∑ N Keterangan:


(54)

36

∑Xi = Jumlah semua nilai siswa

∑N = Jumlah siswa

(Sumber: Aqib, dkk., 2009: 40)

c. Untuk menghitung persentase ketuntasan hasil belajar kognitif siswa secara klasikal, digunakan rumus sebagai berikut.

P= x 100%

Tabel 3.09 Persentase ketuntasan hasil belajar secara klasikal

No Siswa yang tuntas Kategori

1 ≥81% Sangat Tinggi

2 65-80% Tinggi

3 45-64% Sedang

4 ≤44% Rendah

(Sumber: Modifikasi dari Poerwanti, 2008: 7.8)

F. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas

Penelitian tindakan kelas ini terdiri dari 2 siklus dan masing-masing siklus memiliki empat tahapan kegiatan, yaitu: perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Adapun siklus tersebut adalah sebagai berikut:

1.Siklus 1

a.Perencanaan

1) Menganalisis Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) untuk menemukan materi pokok yang akan diajarkan dengan materi IPS.


(55)

37

2) Menyiapkan perangkat pembelajaran (pemetaan, SK/KD, silabus, dan Rencana Perbaikan Pembelajaran (RPP) yang sesuai dengan materi yang telah ditetapkan.

3) Menyiapkan lembar observasi untuk mengamati kinerja guru, afektif siswa, dan psikomotor siswa selama pembelajaran berlangsung. 4) Menyusun alat evaluasi siklus I.

b. Pelaksanaan

Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap ini adalah mengelola proses pembelajaran yang telah ditentukan dengan menggunakan model

Cooperative Learning tipe NHT pada pembelajaran IPS. Penerapannya

mengacu pada RPP dan skenario yang telah dibuat secara kolaboratif antara peneliti bersama dengan guru. Kegiatan pembelajaran dengan menerapkan model Cooperative Learning tipe NHT terdiri dari

beberapa tahap yaitu dengan langkah-langkah sebagai berikut. 1) Kegiatan Pembukaan

a) Salam pembuka.

b) Guru mengkondisikan kelas untuk memulai pembelajaran. c) Doa dan absensi.

d) Guru menyampaikan tujuan pembelajarankepada siswa. e) Apersepsi kepada siswa oleh guru.

2) Kegiatan inti

a) Guru menyampaikan materi.

b) Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok, kemudian masing-masing siswa dalam kelompok diberi nomor.


(56)

38

c) Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya.

d) Kelompok berdiskusi untuk menemukan jawaban yang paling benar dan memastikan semua anggota kelompok mengetahui jawaban tersebut.

e) Guru memanggil salah satu nomor dan siswa dengan nomor yang dipanggil melaporkan jawaban hasil diskusi kelompok mereka.

f) Siswa dengan nomor kepala yang tidak terpanggil menanggapi jawaban dari temannya yang maju ke depan kelas.

g) Guru membimbing siswa menyimpulkan secara umum dari pembelajaran yang telah dilaksanakan.

3) Kegiatan penutup

a) Siswa mengerjakan soal evaluasi untuk mendapatkan nilai hasil belajar.

b) Guru melakukan refleksi terhadap kegiatan yang dilakukan. c) Salam penutup.

c. Observasi

Selama proses pembelajaran dilaksanakan observasi terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar observasi yang telah dibuat. Adapun hal-hal yang diamati yaitu kinerja guru, afektif siswa, dan psikomotor siswa selama proses pembelajaran menggunakan lembar observasi dengan memberikan nilai.


(57)

39

d. Refleksi

Pada akhir siklus, dilakukan refleksi oleh guru dan peneliti untuk menganalisis kelebihan dan kekurangan selama proses pembelajaran berlangsung. Hal-hal yang dianalisis adalah hasil belajar siswa dan kinerja guru selama pembelajaran berlangsung. Analisis tersebut sebagai acuan perbaikan kinerja guru dan digunakan sebagai acuan untuk menentukan langkah-langkah lebih lanjut dalam rangka mencapai tujuan PTK. Apabila masalah dalam PTK dirasa belum tuntas atau indikator belum tercapai maka PTK akan dilanjutkan pada siklus berikutnya dengan membuat rencana tindakan baru agar menjadi lebih baik lagi.

2.Siklus II

Pada akhir siklus I telah dilakukan refleksi untuk mengkaji proses pembelajaran yang dilakukan guru sebagai acuan dalam pelaksanaan siklus II. Adapun pelaksanaan pada siklus II ini meliputi:

a. Perencanaan

1) Mendata masalah dan kendala yang dihadapi dalam proses pembelajaran yang telah dilaksanakan pada siklus I.

2) Merancang perbaikan untuk proses pembelajaran pada siklus II berdasarkan refleksi dari siklus I.

3) Menganalisis SK/KD dan materi yang akan diajarkan dengan model Cooperative Learning tipe NHT.


(58)

40

4) Menyiapkan perangkat pembelajaran (pemetaan SK/KD, silabus, dan RPP) yang mengacu pada KTSP sesuai dengan materi yang telah ditetapkan.

5) Menyiapkan lembar observasi untuk mengamati kegiatan guru dan siswa selama pembelajaran berlangsung.

6) Menyusun alat evaluasi siklus II.

b. Pelaksanaan

1) Kegiatan Pembukaan a) Salam pembuka.

b) Guru mengkondisikan kelas. c) Doa.

d) Absensi. e) Apersepsi. 2) Kegiatan inti

a) Guru menyampaikan materi.

b) Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok, kemudian masing-masing siswa dalam kelompok diberi nomor.

c) Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya.

d) Kelompok berdiskusi untuk menemukan jawaban yang paling benar dan memastikan semua anggota kelompok mengetahui jawaban tersebut.


(59)

41

e) Guru memanggil salah satu nomor dan siswa dengan nomor yang dipanggil melaporkan jawaban hasil diskusi kelompok mereka.

f) Siswa dengan nomor kepala yang tidak terpanggil menanggapi jawaban dari temannya yang maju ke depan kelas.

g) Guru membimbing siswa menyimpulkan secara umum dari pembelajaran yang telah dilaksanakan.

3) Kegiatan penutup

a) Siswa mengerjakan soal evaluasi untuk mendapatkan nilai hasil belajar.

b) Guru melakukan refleksi terhadap kegiatan yang dilakukan. c) Salam penutup.

c. Observasi

Selama proses pembelajaran dilaksanakan observasi terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar observasi yang telah dibuat. Adapun hal-hal yang diamati yaitu kinerja guru, afektif siswa, dan psikomotor siswa selama proses pembelajaran menggunakan lembar observasi dengan memberikan ceklis.

d. Refleksi

Peneliti melaksanakan refleksi terhadap siklus ke II dan menganalisisnya untuk menentukan kesimpulan atas pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan Cooperative Learning tipe NHT


(60)

42

G. Indikator Keberhasilan

Penerapan model Cooperative Learning tipe NHT pada penelitian ini

dapat dikatakan berhasil apabila:

1. Terdapat peningkatan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri 05 Metro Barat pada pelajaran IPS pada setiap siklusnya.

2. Persentase ketuntasan hasil belajar mencapai ≥ 75% dari jumlah siswa, dengan KKM 65.


(61)

126

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian tindakan kelas yang dilakukan pada siswa kelas IV SD Negeri 05 Metro Barat pada pembelajaran IPS dengan menerapkan model Cooperatve Learning tipe NHT dapat disimpulkan bahwa

penerapan model Cooperative Learning tipe NHT dapat meningkatkan hasil

belajar IPS siswa kelas IV SD Negeri 05 Metro Barat. Nilai hasil belajar siswa siklus I yaitu sebesar 63,32 dan siklus II yaitu 75,98, terjadi peningkatan sebesar 12,66. Persentase ketuntasan siswa siklus I yaitu 43,48% dan siklus II yaitu 82,61%, terjadi peningkatan sebesar 39,13%.

B. Saran

Berikut saran-saran dalam menerapkan model Cooperative Learning

tipe NHT, yaitu: 1. Kepada Siswa

Siswa diharapkan dapat meningkatkan hasil belajarnya dan selalu mengikuti pembelajaran di kelas dengan lebih disiplin dan mampu bekerja sama dalam proses pembelajaran di kelas serta mampu berkomunikasi dengan baik.


(62)

126

2. Kepada Guru

Diharapkan guru dapat terus menciptakan pembelajaran yang lebih kreatif dan menginovasi pembelajaran dalam penerapan model Cooperative

Lerning tipe NHT dan menerapkannya pada pembelajaran lain.

3. Kepada Sekolah

Diharapkan agar sekolah dapat memperhatikan sarana dan prasarana untuk mengembangkan model Cooperative Learning tipe NHT sebagai inovasi

bagi guru untuk dapat meningkatkan hasil belajar siswa. 4. Kepada Peneliti

Diharapkan model Cooperative Learninhg tipe NHT dapat digunakan

sebagai bahan rujukan, sehingga dapat meningkatkan proses dan hasil belajar siswa.


(63)

DAFTAR PUSTAKA

Andayani. 2009.Pemantapan Kemampuan Profesional. Uneversitas Terbuka. Jakarta.

Arfiyadi, Ahsan. 2012. Numbered Head Together. http://modelpembelajaran kooperatif.blogspot.com/2012/08/numbered- head- together- nht.html. Diakses pada 03 Juli 2015 pukul 09.45 WIB.

Arikunto, Suharsimi, dkk. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Bumi Aksara. Jakarta.

Aqib, Zainal, dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) untuk Guru SD, SLB, TK. CV Yrama Widya. Bandung.

Fathurrohman dan Sutikno. 2010. Sterategi Belajar Mengajar: Melalui Penanaman Konsep Umum dan Konsep Islam.Rafika Aditama. Bandung.

Hamalik, Oemar. 2013. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Bandung.

Hamdani.2011.Strategi Belajar Mengajar. CV PUSTAKA SETIA. Bandung.

Hamdayama, Jumanta. 2014. Model dan Metode Pembelajaran Kreatif dan Berkarakter. GI. Jakarta.

Hanafiah & Cucu Suhana, 2010. Konsep Strategi Pembelajaran. Refika Aditama. Bandung.

Hernawan, Asep Herry, dkk. 2011. Belajar dan Pembelajaran SD. UPI PRESS. Bandung.

Huda, Miftahul. 2014. Model-model Pengajaran dan Pembelajaran : Isu-isu Metodes dan paradigmatic. Pustaka Pelajaran. Yogyakarta.

Ischak, Sardjiyo Didin Sugandi. 2011. Pendidikan IPS di SD. Universitas Terbuka. Jakarta.


(64)

128

.2011.Cooperative Learning Mengembangkan Kemampuan Belajar Kelompok. ALFABETA. Bandung.

Komalasari, Kokom. 2010. Pengembangan Kontekstual. PT Refika Aditama. Bandung.

Kunandar. 2010. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Majid, Abdul. 2014. Pembelajaran tematik terpadu. PT Remaja Rosdakarya.Bandung.

Poerwanti, Endang, dkk. 2008. Asesmen Pembelajaran SD. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Depatemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

Purwanto, Ngalim. 2009. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Rosda. Bandung.

Rusman. 2012. Model-model Pembelajaran. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Rusmono. 2012. Strategi Pembelajaran Dengan PBL itu Perlu. Ghalia. Jakarta.

Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Kencana Prenada Media Grup. Jakarta.

Sapriya, dkk. 2007.Pengembangan Pendidikan IPS di SD.UPI PRESS. Bandung.

. 2009. Pembelajaran dan Evaluasi Hasil Belajar IPS. UPI PRESS. Bandung.

Sa`ud, Udin Syaefuddin, dkk. 2006. Pembelajaran Terpadu. UPI PRESS. Bandung.

Sudjana, Nana. 2012. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Suprijono, Agus. 2011. Cooperative Learning (Teori dan Aplikasi PIKEM).

Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar Pembelajaran di Sekolah Dasar. Kencana Prenada Media Group. Jakarta.

Trianto .2009.Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Kencana. Surabaya.

. 2010. Model Pembelajaran Terpadu. PT. Bumi Aksara. Jakarta.

. 2011. Desain Pengembangan Pembelajaran Tematik. Kencana Prenada Media Group. Jakarta.


(65)

129

Wahab Abdul Aziz, dkk. 2011. Konsep Dasar IPS. Universitas Terbuka. Jakarta.

Wahyudin Dinn, dkk. 2007. Pengantar Pendidikan. Universitas Terbuka. Jakarta.

Wardhani, IGAK, dkk. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Universitas Terbuka. Jakarta.

Winataputra, Udin S, dkk. 2008. Teori Belajar dan Pembelajaran.

Universitas Terbuka. Jakarta.

. 2008. Materi dan Pembelajaran IPS SD. Universitas Terbuka. Jakarta.


(1)

42

G. Indikator Keberhasilan

Penerapan model Cooperative Learning tipe NHT pada penelitian ini dapat dikatakan berhasil apabila:

1. Terdapat peningkatan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri 05 Metro Barat pada pelajaran IPS pada setiap siklusnya.

2. Persentase ketuntasan hasil belajar mencapai ≥ 75% dari jumlah siswa, dengan KKM 65.


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian tindakan kelas yang dilakukan pada siswa kelas IV SD Negeri 05 Metro Barat pada pembelajaran IPS dengan menerapkan model Cooperatve Learning tipe NHT dapat disimpulkan bahwa penerapan model Cooperative Learning tipe NHT dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas IV SD Negeri 05 Metro Barat. Nilai hasil belajar siswa siklus I yaitu sebesar 63,32 dan siklus II yaitu 75,98, terjadi peningkatan sebesar 12,66. Persentase ketuntasan siswa siklus I yaitu 43,48% dan siklus II yaitu 82,61%, terjadi peningkatan sebesar 39,13%.

B. Saran

Berikut saran-saran dalam menerapkan model Cooperative Learning tipe NHT, yaitu:

1. Kepada Siswa

Siswa diharapkan dapat meningkatkan hasil belajarnya dan selalu mengikuti pembelajaran di kelas dengan lebih disiplin dan mampu bekerja sama dalam proses pembelajaran di kelas serta mampu berkomunikasi dengan baik.


(3)

126

2. Kepada Guru

Diharapkan guru dapat terus menciptakan pembelajaran yang lebih kreatif dan menginovasi pembelajaran dalam penerapan model Cooperative Lerning tipe NHT dan menerapkannya pada pembelajaran lain.

3. Kepada Sekolah

Diharapkan agar sekolah dapat memperhatikan sarana dan prasarana untuk mengembangkan model Cooperative Learning tipe NHT sebagai inovasi bagi guru untuk dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

4. Kepada Peneliti

Diharapkan model Cooperative Learninhg tipe NHT dapat digunakan sebagai bahan rujukan, sehingga dapat meningkatkan proses dan hasil belajar siswa.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Andayani. 2009.Pemantapan Kemampuan Profesional. Uneversitas Terbuka. Jakarta.

Arfiyadi, Ahsan. 2012. Numbered Head Together. http://modelpembelajaran kooperatif.blogspot.com/2012/08/numbered- head- together- nht.html. Diakses pada 03 Juli 2015 pukul 09.45 WIB.

Arikunto, Suharsimi, dkk. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Bumi Aksara. Jakarta.

Aqib, Zainal, dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) untuk Guru SD, SLB, TK. CV Yrama Widya. Bandung.

Fathurrohman dan Sutikno. 2010. Sterategi Belajar Mengajar: Melalui Penanaman Konsep Umum dan Konsep Islam.Rafika Aditama. Bandung.

Hamalik, Oemar. 2013. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Bandung. Hamdani.2011.Strategi Belajar Mengajar. CV PUSTAKA SETIA. Bandung. Hamdayama, Jumanta. 2014. Model dan Metode Pembelajaran Kreatif dan

Berkarakter. GI. Jakarta.

Hanafiah & Cucu Suhana, 2010. Konsep Strategi Pembelajaran. Refika Aditama. Bandung.

Hernawan, Asep Herry, dkk. 2011. Belajar dan Pembelajaran SD. UPI PRESS. Bandung.

Huda, Miftahul. 2014. Model-model Pengajaran dan Pembelajaran : Isu-isu Metodes dan paradigmatic. Pustaka Pelajaran. Yogyakarta.

Ischak, Sardjiyo Didin Sugandi. 2011. Pendidikan IPS di SD. Universitas Terbuka. Jakarta.


(5)

128

.2011.Cooperative Learning Mengembangkan Kemampuan Belajar Kelompok. ALFABETA. Bandung.

Komalasari, Kokom. 2010. Pengembangan Kontekstual. PT Refika Aditama. Bandung.

Kunandar. 2010. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. Majid, Abdul. 2014. Pembelajaran tematik terpadu. PT Remaja

Rosdakarya.Bandung.

Poerwanti, Endang, dkk. 2008. Asesmen Pembelajaran SD. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Depatemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

Purwanto, Ngalim. 2009. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Rosda. Bandung.

Rusman. 2012. Model-model Pembelajaran. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Rusmono. 2012. Strategi Pembelajaran Dengan PBL itu Perlu. Ghalia.

Jakarta.

Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Kencana Prenada Media Grup. Jakarta.

Sapriya, dkk. 2007.Pengembangan Pendidikan IPS di SD.UPI PRESS. Bandung.

. 2009. Pembelajaran dan Evaluasi Hasil Belajar IPS. UPI PRESS. Bandung.

Sa`ud, Udin Syaefuddin, dkk. 2006. Pembelajaran Terpadu. UPI PRESS. Bandung.

Sudjana, Nana. 2012. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Suprijono, Agus. 2011. Cooperative Learning (Teori dan Aplikasi PIKEM). Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar Pembelajaran di Sekolah Dasar. Kencana Prenada Media Group. Jakarta.

Trianto .2009.Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Kencana. Surabaya.

. 2010. Model Pembelajaran Terpadu. PT. Bumi Aksara. Jakarta. . 2011. Desain Pengembangan Pembelajaran Tematik. Kencana


(6)

Wahab Abdul Aziz, dkk. 2011. Konsep Dasar IPS. Universitas Terbuka. Jakarta.

Wahyudin Dinn, dkk. 2007. Pengantar Pendidikan. Universitas Terbuka. Jakarta.

Wardhani, IGAK, dkk. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Universitas Terbuka. Jakarta.

Winataputra, Udin S, dkk. 2008. Teori Belajar dan Pembelajaran. Universitas Terbuka. Jakarta.

. 2008. Materi dan Pembelajaran IPS SD. Universitas Terbuka. Jakarta.


Dokumen yang terkait

Pengaruh Strategi Pembelajaran Kooperatif Model Numbered Head Together (NHT) terhadap Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Sosiologi Kelas X (Studi Kasus: SMA Negeri 8 Kota Tangerang Selatan

0 4 169

Penerapan model cooperative learning teknik numbered heads together untuk meningkatkan hasil belajar akutansi siswa ( penelitian tindakan kelas di MAN 11 jakarta )

0 6 319

Pengaruh Strategi Pembelajaran kooperatif Numbered Head Together (NHT) Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Mathaul Huda

0 5 173

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER DAN MEDIA GRAFIS UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PKn KELAS IV SD NEGERI 3 SIMBARWARINGIN

0 6 83

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TIME TOKEN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS IV SD NEGERI 1 PURWODADI

0 9 76

PENERAPAN MODEL COOPERATIEVE LEARNING TIPE STUDENT FASILITATOR AND EXPLAINING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS IV SD NEGERI 4 METRO BARAT

0 8 75

Upaya meningkatkan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw pada pelajaran IPS kelas IV dalam materi sumber daya alam di MI Annuriyah Depok

0 21 128

PENGARUH TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER TERHADAP HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS IV SD

0 0 8

Model Pembelajaran Numbered Head Together untuk Meningkatkan Prestasi Belajar IPS Kelas IV SD

0 0 7

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT) untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas V SD Negeri 161 Pekanbaru

0 0 13