RANCANG BANGUN APLIKASI TES BUTA WARNA BERBASIS WEB INTERAKTIF MENGGUNAKAN METODE PSEUDOISOCHROMATIC PLATES DAN ARRANGEMENT TEST.

(1)

RANCANG BANGUN APLIKASI TES BUTA WARNA BERBASIS WEB

INTERAKTIF MENGGUNAKAN METODE PSEUDOISOCHROMATIC

PLATES DAN ARRANGEMENT TESTS

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Komputer

Program Studi Ilmu Komputer

Oleh:

NABIL AMER THABIT 0800608

PROGRAM STUDI ILMU KOMPUTER

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG Juni, 2014


(2)

i

RANCANG BANGUN APLIKASI TES BUTA WARNA BERBASIS WEB INTERAKTIF MENGGUNAKAN METODE

PSEUDOISOCHROMATIC PLATES DAN ARRANGEMENT TESTS

Oleh

Nabil Amer Thabit

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

© Nabil Amer Thabit 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

ii

LEMBAR PENGESAHAN

RANCANG BANGUN APLIKASI TES BUTA WARNA BERBASIS WEB

INTERAKTIF MENGGUNAKAN METODE PSEUDOISOCHROMATIC

PLATES DAN ARRANGEMENT TEST

Oleh

Nabil Amer Thabit 0800608

Disetujui dan disahkan oleh:

Pembimbing I

Prof. Dr. Munir M.IT. NIP. 196603252001121001

Pembimbing II

Herbert Siregar MT. NIP. 197005022008121001

Mengetahui,


Ketua Program Studi Ilmu Komputer FPMIPA UPI

Rasim, MT. NIP. 197407252006041002


(4)

(5)

viii

Nabil Amer Thabit, 2014

Rancang Bangun Aplikasi Tes Buta Warna Berbasis Web Interaktif Menggunakan Metode Pseudoisochromatic Plates Dan Arrangement Tests

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI

LEMBAR HAK CIPTA... i

LEMBAR PENGESAHAN... ii

SURAT PERNYATAAN... iii

ABSTRAK... iv

KATA PENGANTAR... v

UCAPAN TERIMA KASIH... vi

DAFTAR ISI... viii

DAFTAR TABEL... xi

DAFTAR GAMBAR... xii

DAFTAR LAMPIRAN... xv

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1Latar Belakang... 1

1.2Perumusan Masalah... 5

1.3Batasan Masalah... 6

1.4Tujuan... 6

1.5Manfaat... 7

1.6Jadwal Penelitian... 7

1.7Metode Penelitian... 8

1.7.1 Metode Pengumpulan Data... 8

1.7.2 Metode Pengembangan Perangkat Lunak... 9

1.8 Sistematika Penulisan...10

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN... 11

2.1Buta Warna... 11

2.1.1 Pengertian Buta Warna... 11

2.1.2 Klasifikasi Buta Warna... 12

2.1.3 Penyebab Buta Warna... 13

2.1.4 Diagnosis Buta Warna... 17

2.2Komputerisasi... 19

2.3Web Interaktif... 19

2.3.1 Pengertian Web Interaktif... 19

2.3.2 AJAX (Asynchronous JavaScript and eXtensibel Markup Language)... 22

2.4Warna Web... 23

2.4.1 Pengertian RGB... 23

2.4.2 Pengertian Triplet Heksadesimal... 24

2.5Metode Pseudoisochromatic Plates... 25


(6)

Nabil Amer Thabit, 2014

Rancang Bangun Aplikasi Tes Buta Warna Berbasis Web Interaktif Menggunakan Metode Pseudoisochromatic Plates Dan Arrangement Tests

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2.5.2 Cara kerja Metode Pseudoisochromatic Plates... 26

2.5.3 Rancangan Aplikasi Tes Buta Warna Dengan Metode Pseudoisochromatic Plates... 27

2.6Metode Arrangement Test... 28

2.6.1 Pengertian Metode Arrangement Test... 28

2.6.2 Cara kerja Metode Arrangement Test... 28

2.6.3 Rancangan Aplikasi Tes Buta Warna Dengan Metode Arrangement Test... 32

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 33

3.1Desain Penelitian... 33

3.2Metode Penelitian... 36

3.2.1 Proses Pengumpulan Data... 36

3.2.2 Proses Pengembangan Perangkat Lunak... 36

3.3Alat dan Bahan Penelitian... 39

3.3.1 Alat Penelitian... 39

3.3.2 Bahan Penelitian... 41

3.4Implementasi Penelitian... 42

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 43

4.1Hasil Penelitian... 44

4.1.1 Pengumpulan Data... 44

4.1.2 Perhitungan Jawaban Metode Pseudoisochromatic Plates... 46

4.1.3 Perhitungan Jawaban Metode Arrangement Test... 54

4.1.4 Sebaran Warna Metode Arrangement Test... 61

4.2Pengembangan Perangkat Lunak... 63

4.2.1 Deskripsi Sistem... 63

4.2.2 Batasan Perangkat Lunak... 65

4.2.3 Analisis Perangkat Lunak... 65

4.2.3.1Analisis Masukan... 65

4.2.3.2Analisis Keluaran... 65

4.2.4 Pemodelan Kebutuhan... 66

4.2.4.1Model Hubungan Luar... 66

4.3Desain Perangkat Lunak... 68

4.3.1 Desain Data... 68

4.4Implementasi... 69

4.4.1 Perancangan Antar Muka... 70

4.4.2 Implementasi Antar Muka... 81

4.5Pengujian... 99

4.5.1 Hasil Pengujian... 105

4.5.2 Analisis CVC... 129

4.5.2.1Pengujian CVC... 129

4.5.2.2Rekapitulasi Hasil Kuisioner Mengenai Tampilan dan Desain Sistem... 130

4.5.2.3Rekapitulasi Hasil Kuisioner Keakuratan dan Kelayakan Sistem... 130


(7)

Nabil Amer Thabit, 2014

Rancang Bangun Aplikasi Tes Buta Warna Berbasis Web Interaktif Menggunakan Metode Pseudoisochromatic Plates Dan Arrangement Tests

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 4.5.2.4Rekapitulasi Hasil Kuisioner Mengenai Buta

Warna... 131

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 132

5.1Kesimpulan... 132

5.2Saran... 133

DAFTAR PUSTAKA... xvi


(8)

Nabil Amer Thabit, 2014

Rancang Bangun Aplikasi Tes Buta Warna Berbasis Web Interaktif Menggunakan Metode Pseudoisochromatic Plates Dan Arrangement Tests

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Jadwal Penelitian... 7

Tabel 4.1 Kunci Jawaban Pseudoisochromatic Plate... 46

Tabel 4.2 Skor Jawaban Untuk Menentukan Hasil Arrangement Test... 54

Tabel 4.3 Sebaran warna pada Arrangement Test... 61

Tabel 4.4 Implementasi Modul Program... 70

Tabel 4.5 Pelaksanaan Pengujian... 99

Tabel 4.6 Hasil Pengujian... 99

Tabel 4.7 Hasil Tes Rekam Medik... 105

Tabel 4.8 Tabel perbandingan warna orang normal dan protanopia... 113

Tabel 4.9 Tabel perbandingan warna orang normal dan deuteranopia... 115

Tabel 4.10 Tabel perbandingan warna orang normal dan tritanopia... 118

Tabel 4.11 Tabel sebaran RGB yang masih aman dilihat oleh pengidap buta warna protanopia... 127

Tabel 4.12 Tabel sebaran RGB yang masih aman dilihat oleh pengidap buta warna deuteranopia... 127

Tabel 4.13 Tabel sebaran RGB yang masih aman dilihat oleh pengidap buta warna tritanopia... 128

Tabel 4.14 Rekapitulasi Hasil Kuesioner Mengenai Tampilan dan Desain Sistem... 130

Tabel 4.15 Rekapitulasi Hasil Kuesioner Mengenai Keakuratan dan Kelayakan Sistem... 130

Tabel 4.16 Rekapitulasi Hasil Kuesioner Mengenai Hasil Tes Berdasarkan Metode Pseudoisochromatic Plates... 131

Tabel 4.17 Rekapitulasi Hasil Kuesioner Mengenai Hasil Tes Berdasarkan Metode Arrangement Test...131


(9)

Nabil Amer Thabit, 2014

Rancang Bangun Aplikasi Tes Buta Warna Berbasis Web Interaktif Menggunakan Metode Pseudoisochromatic Plates Dan Arrangement Tests

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kurva penyerapan warna pada sel kerucut di dalam mata... 11

Gambar 2.2 Perbandingan penglihatan pada mata normal, protanopia, deuteranopia dan tritanopia... 13

Gambar 2.3 Bagaimana buta warna diwarisi dari seorang ibu dengan bermutasi resesif kromosom X... 15

Gambar 2.4 Konversi dari heksadesimal ke desimal... 24

Gambar 2.5 Diagram polar Farnsworth-Munsell 100 Test Hue... 29

Gambar 2.6 Diagram polar dengan hasil Monokromasi... 30

Gambar 2.7 Diagram polar dengan hasil Protanopia/Protanomali... 30

Gambar 2.8 Diagram polar dengan hasil Deutranopia/Deutranomali... 31

Gambar 2.9 Diagram polar dengan hasil Tritanopia/Tritanomali... 31

Gambar 2.10 Diagram polar dengan hasil Normal... 32

Gambar 3.1 Desain Penelitian... 34

Gambar 3.2 Model Sekuensial Linier... 37

Gambar 4.1 Contoh dari Calibration Tool dari DataColor Spyder 4 Express... 46

Gambar 4.2 Flowchart Aplikasi Tes Buta Warna dengan metode Pseudoisochromatic Plates...48

Gambar 4.3 Contoh Pin dan Kotak... 55

Gambar 4.4 Contoh perhitungan midpoint dengan menggunakan 7 pin dan 7 kotak... 55

Gambar 4.5 Flowchart Aplikasi Tes Buta Warna dengan metode Arrangement Test... 57

Gambar 4.6 Deskripsi Umum Aplikasi... 64

Gambar 4.7 Context Diagram CVC... 66

Gambar 4.8 Data Flow Diagram CVC... 67

Gambar 4.9 Rancangan Antarmuka Halaman Dasbor... 71

Gambar 4.10 Rancangan Antarmuka Halaman Login... 72

Gambar 4.11 Rancangan Antarmuka Halaman Tambah Pasien... 72

Gambar 4.12 Rancangan Antarmuka Halaman Detail Pasien... 73

Gambar 4.13 Rancangan Antarmuka Halaman Edit Pasien... 74

Gambar 4.14 Rancangan Antarmuka Halaman Detil Tes... 75

Gambar 4.15 Rancangan Antarmuka Halaman Info Tes Pseudoisochromatic Plates... 75

Gambar 4.16 Rancangan Antarmuka Halaman Tes Pseudoisochromatic Plates... 76

Gambar 4.17 Rancangan Antarmuka Halaman Info Tes Arrangement Test... 76

Gambar 4.18 Rancangan Antarmuka Halaman Tes Arrangement Test... 77

Gambar 4.19 Rancangan Antarmuka Halaman Hasil Tes... 78

Gambar 4.20 Rancangan Antarmuka Surat Keterangan Dokter... 79

Gambar 4.21 Rancangan Antarmuka Statistik Berdasarkan Umur... 80


(10)

Nabil Amer Thabit, 2014

Rancang Bangun Aplikasi Tes Buta Warna Berbasis Web Interaktif Menggunakan Metode Pseudoisochromatic Plates Dan Arrangement Tests

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gambar 4.23 Rancangan Antarmuka Statistik Berdasarkan Jenis Kelamin...81

Gambar 4.24 User Interface Flow Diagram pada aplikasi CVC... 82

Gambar 4.25 Implementasi halaman login CVC... 83

Gambar 4.26 Implementasi antarmuka halaman dasbor CVC... 84

Gambar 4.27 Implementasi antarmuka tambah pasien CVC... 85

Gambar 4.28 Implementasi antarmuka detil pasien CVC... 86

Gambar 4.29 Implementasi antarmuka sunting pasien CVC... 87

Gambar 4.30 Implementasi antarmuka detil tes pasien CVC... 88

Gambar 4.31 Implementasi antarmuka halaman sebelum melakukan tes buta warna menggunakan metode Pseudoisochromatic Plates... 89

Gambar 4.32 Implementasi antarmuka halaman saat melakukan tes buta warna menggunakan metode Pseudoisochromatic Plates... 90

Gambar 4.33 Implementasi antarmuka halaman hasil tes buta warna menggunakan metode Pseudoisochromatic Plates... 91

Gambar 4.34 Implementasi antarmuka halaman sebelum melakukan tes buta warna menggunakan metode Arrangement Test... 92

Gambar 4.35 Implementasi antarmuka halaman saat melakukan tes buta warna menggunakan metode Arrangement Test... 93

Gambar 4.36 Implementasi antarmuka halaman hasil tes buta warna menggunakan metode Arrangement Test... 94

Gambar 4.37 Implementasi antarmuka statistik berdasarkan umur pasien saat melakukan tes... 95

Gambar 4.38 Implementasi antarmuka statistik berdasarkan waktu saat melakukan tes... 96

Gambar 4.39 Implementasi antarmuka halaman saat melakukan tes buta warna menggunakan metode Arrangement Test... 97

Gambar 4.40 Implementasi surat keterangan dokter... 98

Gambar 4.41 Grafik hasil perbandingan hasil tes komputerisasi dan konvensional dengan menggunakan metode Pseudoisochromatic Plates...108

Gambar 4.42 Grafik hasil perbandingan hasil tes komputerisasi dan konvensional dengan menggunakan metode Arrangement Test.. 108

Gambar 4.43 Grafik hasil akhir tes secara keseluruhan berdasarkan umur pada saat melakukan tes... 109

Gambar 4.44 Grafik hasil akhir tes secara keseluruhan berdasarkan waktu pada saat melakukan tes... 109

Gambar 4.45 Grafik hasil akhir tes secara keseluruhan berdasarkan jenis kelamin pasien... 110

Gambar 4.46 Aplikasi Color Oracle yang sedang dioperasikan pada Mac OSX... 110

Gambar 4.47 Warna Arrangement Test yang dilihat oleh orang normal... 111

Gambar 4.48 Warna Arrangement Test yang dilihat oleh orang yang mengidap buta warna Protanopia... 111

Gambar 4.49 Warna Arrangement Test yang dilihat oleh orang yang mengidap buta warna Deuteranopia... 111 Gambar 4.50 Warna Arrangement Test yang dilihat oleh orang yang


(11)

Nabil Amer Thabit, 2014

Rancang Bangun Aplikasi Tes Buta Warna Berbasis Web Interaktif Menggunakan Metode Pseudoisochromatic Plates Dan Arrangement Tests

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mengidap buta warna Tritanopia... 111 Gambar 4.51 Pengambilan nilai RGB pada aplikasi Adobe Photoshop... 112 Gambar 4.52 Penjelasan tabel perbandingan... 112 Gambar 4.53 Perbandingan sebaran RGB antara orang normal dan penderita

buta warna protanopia... 121 Gambar 4.54 Jarak angka RGB dari penglihatan normal ke penglihatan

protanopia... 122 Gambar 4.55 Perbandingan sebaran RGB antara orang normal dan penderita

buta warna protanopia... 123 Gambar 4.56 Jarak angka RGB dari penglihatan normal ke penglihatan

protanopia... 124 Gambar 4.57 Perbandingan sebaran RGB antara orang normal dan penderita

buta warna protanopia... 125 Gambar 4.58 Jarak angka RGB dari penglihatan normal ke penglihatan


(12)

Nabil Amer Thabit, 2014

Rancang Bangun Aplikasi Tes Buta Warna Berbasis Web Interaktif Menggunakan Metode Pseudoisochromatic Plates Dan Arrangement Tests

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat penelitian Rumah Sakit Cicendo Bandung... xviii

Lampiran 2 Wawancara Dengan Pakar... xvix

Lampiran 3 Data Detil Hasil Tes Pasien NAT... xx

Lampiran 4 Data Detil Hasil Tes Pasien IA... xxi

Lampiran 5 Data Detil Hasil Tes Pasien MIDR... xxii

Lampiran 6 Data Detil Hasil Tes Pasien GAA... xxiii

Lampiran 7 Data Detil Hasil Tes Pasien RG... xxiv

Lampiran 8 Data Detil Hasil Tes Pasien AL... xxv

Lampiran 9 Data Detil Hasil Tes Pasien AUH... xxvi

Lampiran 10 Data Detil Hasil Tes Pasien MFA... xxvii

Lampiran 11 Data Detil Hasil Tes Pasien BS... xxviii

Lampiran 12 Data Detil Hasil Tes Pasien MY... xxix

Lampiran 13 Data Detil Hasil Tes Pasien GAR... xxx

Lampiran 14 Data Detil Hasil Tes Pasien RF... xxxi

Lampiran 15 Data Detil Hasil Tes Pasien RN... xxxii

Lampiran 16 Data Detil Hasil Tes Pasien MTR... xxxiii

Lampiran 17 Data Detil Hasil Tes Pasien DW... xxxiv

Lampiran 18 Data Detil Hasil Tes Pasien RI... xxxv

Lampiran 19 Data Detil Hasil Tes Pasien EBI... xxxvi

Lampiran 20 Data Detil Hasil Tes Pasien DM... xxxvii

Lampiran 21 Data Detil Hasil Tes Pasien DBA... xxxviii

Lampiran 22 Data Detil Hasil Tes Pasien PGR... xxxix Lampiran 23 Data Detil Hasil Tes Pasien FBI... xl Lampiran 24 Data Detil Hasil Tes Pasien AO... xli Lampiran 25 Data Detil Hasil Tes Pasien YPD... xlii Lampiran 26 Data Detil Hasil Tes Pasien HL... xliii Lampiran 27 Data Detil Hasil Tes Pasien TA... xliv Lampiran 28 Data Detil Hasil Tes Pasien MSZA... xlv Lampiran 29 Data Detil Hasil Tes Pasien IYR... xlvi Lampiran 30 Data Detil Hasil Tes Pasien HH... xlvii Lampiran 31 Data Detil Hasil Tes Pasien FPF... xlviii Lampiran 32 Data Detil Hasil Tes Pasien MRF... xlix Lampiran 33 Data Detil Hasil Tes Pasien MF... l Lampiran 34 Data Detil Hasil Tes Pasien DF... li Lampiran 35 Data Detil Hasil Tes Pasien SH1... lii Lampiran 36 Data Detil Hasil Tes Pasien FF... liii Lampiran 37 Data Detil Hasil Tes Pasien RA... liv Lampiran 38 Data Detil Hasil Tes Pasien GAAF... lv Lampiran 39 Data Detil Hasil Tes Pasien DE... lvi Lampiran 40 Data Detil Hasil Tes Pasien EGW... lvii Lampiran 41 Data Detil Hasil Tes Pasien SH2... lviii


(13)

Nabil Amer Thabit, 2014

Rancang Bangun Aplikasi Tes Buta Warna Berbasis Web Interaktif Menggunakan Metode Pseudoisochromatic Plates Dan Arrangement Tests

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

RANCANG BANGUN APLIKASI TES BUTA WARNA BERBASIS WEB INTERAKTIF MENGGUNAKAN METODE PSEUDOISOCHROMATIC

PLATES DAN ARRANGEMENT TEST

ABSTRAK

Dalam tes buta warna terdapat empat metode tes yang dapat dilakukan, yaitu Pseudoisochromatic Plates, Arrangement Test, Anomaloscope dan Lantern, namun hanya metode Pseudoisochromatic Plates dan Arrangement Test saja yang dapat dikomputerisasi, karena metode Anomaloscope dan Lantern mempunyai sumber cahaya dan warna yang tidak bisa dihasilkan oleh monitor komputer. Tes buta warna yang paling sering digunakan di masyarakat adalah metode Pseudoisochromatic Plates. Pada penelitian ini akan dibandingkan hasil tes dari penggunaan tes buta warna yang sudah dikomputerisasi dan tes buta warna yang masih konvensional. Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan apakah tes buta warna layak untuk dikomputerisasi atau tidak. Pada penelitian ini juga berhasil dibangun perangkat lunak yang yang diadaptasi dari perangkat tes buta warna secara konvensional. Perangkat lunak pun dapat melihat progresivitas penyakit dari satu waktu ke waktu lainnya dengan menggunakan data tes dan juga diinterpretasikan menggunakan grafik. Dari serangkaian pengujian didapatkan hasil yang sama antara tes buta warna konvensional dan tes buta warna yang dikomputerisasi, hal ini dibuktikan dengan kesamaan dengan presentasi hingga 94%. Penelitian selanjutnya adalah menghitung perubahan warna yang terjadi menggunakan RGB berdasarkan perbandingan warna yang dilihat oleh mata normal dengan penderita buta warna.

Kata Kunci: Rancang Bangun, Buta Warna, Web Interaktif, Pseudoisochromatic Plates, Arrangement Test, RGB


(14)

Nabil Amer Thabit, 2014

Rancang Bangun Aplikasi Tes Buta Warna Berbasis Web Interaktif Menggunakan Metode Pseudoisochromatic Plates Dan Arrangement Tests

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DESIGN AND DEVELOPMENT OF COLORBLIND TEST WEB-BASED INTERACTIVE APPLICATION USING PSEUDOISOCHROMATIC

PLATES AND ARRANGEMENT TEST METHOD

ABSTRACT

In a colorblind test, there are four methods of test that can be done, such as Pseudoisochromatic Plates, Arrangement Test, Anomaloscope and Lantern, but the only method that can be computerized is Pseudoisochromatic Plates and Arrangement Tests, because the Anomaloscope and Lantern method has a light source and color that can’t be produced by computer monitor. Pseudoisochromatic Plates method is the most commonly test used by people. This research will compare the result of computerized colorblind test and conventional colorblind test. The purpose of this study is to prove whether a color blindness test is feasible for computerized or not. In this study also successfully built software that is adapted from the conventional colorblind test. The software also can see the progression of the disease from one time to another time using test data and also interpreted using graphs. From a series of tests obtained similar results between conventional colorblind tests and computerized colorblind test, this is proved by the similarity with the presentation up to 94%. The next research is to calculate the color changes based on comparisons using the RGB color between the normal eye and colorblind vision eye.

Keywords: Design & Development, Colorblind, Interactive Web, Pseudoisochromatic Plates, Arrangement Test, RGB.


(15)

1 Nabil Amer Thabit, 2014

Rancang Bangun Aplikasi Tes Buta Warna Berbasis Web Interaktif Menggunakan Metode Pseudoisochromatic Plates Dan Arrangement Tests

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Manusia dibekali dengan kelebihan bila dibandingkan dengan mahluk ciptaan Tuhan yang lain. Manusia lebih peka terhadap rangsang, karena manusia memiliki organ tubuh atau alat yang berfungsi untuk menerima rangsangan dari luar yang biasa disebut sebagai alat indra (Armyista Fidyah, 2012:1). Indra berperan sebagai reseptor, yaitu bagian tubuh yang berfungsi sebagai penerima rangsangan (Eka Sapri Alvyanto, 2010:1).

Ada lima macam indra manusia yaitu (1) mata sebagai penerima rangsang cahaya (fotoreseptor), (2) telinga sebagai penerima rangsang getaran bunyi (fonoreseptor), (3) hidung sebagai penerima rangsang bau berupa gas (kemoreseptor), (4) lidah sebagai penerima rangsang zat yang terlarut (kemoreseptor) dan (5) kulit sebagai penerima rangsang sentuhan (tangoreseptor) (Eka Sapri Alvyanto, 2010:1), apabila salah satu dari indra tersebut tidak berfungsi maka dapat dipastikan bahwa tubuh manusia akan mempunyai kekurangan, yaitu tidak dapat merasakan sesuatu rangsangan. Indra akan berfungsi dengan sempurna apabila indra tersebut secara anatomi tidak ada kelainan atau dengan kata lain bagian untuk penerima rangsang bekerja dengan baik, saraf-saraf yang membawa rangsang dari atau ke otak bekerja dengan baik dan pusat pengolahan rangsang di otak bekerja dengan baik (Eka Sapri Alvyanto, 2010:1).

Dalam kehidupan sehari-hari, seseorang yang memiliki keterbatasan fungsi indra dapat membahayakan dirinya sendiri maupun orang sekitarnya. Misalnya, seseorang yang mempunyai kelemahan dalam menerima rangsangan warna pada mata yang disebut dengan buta warna. Penderita buta warna itu akan mengalami kesulitan apabila mengendarai kendaraan di


(16)

Nabil Amer Thabit, 2014

Rancang Bangun Aplikasi Tes Buta Warna Berbasis Web Interaktif Menggunakan Metode Pseudoisochromatic Plates Dan Arrangement Tests

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2

jalan, karena ada beberapa rambu lalu lintas yang membutuhkan kepekaan terhadap warna, contohnya adalah rambu lampu merah pada persimpangan jalan yang mempunyai tiga warna berbeda dengan maksud yang berbeda pula.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan kurangnya rangsangan pada mata, diantaranya ada yang diakibatkan oleh penyakit, umur, kecelakaan, bakteri, virus atau bawaan pada saat dilahirkan (http://rsmataaini.co.id/buta-warna.html [20 Februari 2012]). Pada kasus buta warna biasanya terjadi karena bawaan lahir, adapun kasus yang diakibatkan oleh penyakit tertentu sangat jarang sekali (Eddy Pasaribu, 2012: 1).

Buta warna adalah ketidakmampuan seseorang untuk membedakan warna-warna tertentu dengan mata telanjang. Orang tersebut biasanya tidak buta terhadap semua warna melainkan hanya warna-warna tertentu. Selain itu ada persepsi yang salah pada masyarakat mengenai penyakit buta warna yaitu bahwa buta warna sama sekali tidak bisa melihat warna, yang ada hanyalah warna hitam putih. Persepsi ini tidak benar karena jenis buta warna yang hanya dapat melihat warna hitam dan putih hanyalah salah satu jenis dari sekian banyak jenis buta warna (http://www.butawarna.com [20 Februari 2012]).).

Secara medis buta warna terjadi akibat tidak berfungsinya sel yang sensitif dengan warna di lapisan retina mata. Retina adalah lapisan saraf yang meneruskan rangsangan cahaya dan mengirimkan ke otak. Mata mempunyai tiga jenis sel kerucut yang sensitif terhadap cahaya dan terletak dalam retina. Setiap jenis sel kerucut, ada yang sensitif terhadap warna merah, hijau atau biru. Mata dapat membedakan warna, apabila mempunyai sel-sel seperti itu (Dr. Salma, 2011: 1).

Tes atau diagnosa untuk menentukan seseorang menderita buta warna atau tidak disebut dengan tes buta warna. Tes buta warna ini mempunyai 3 hasil tes, yaitu (1) buta warna total, (2) buta warna sebagian (parsial) dan (3) normal, namun dari ketiga hasil tersebut belumlah spesifik, karena hasil dari tes tersebut belum menunjukkan kelemahan mata untuk mengolah warna berada. Oleh karena itu dibutuhkan tes lanjutan untuk menentukan kelemahan mata untuk menginterpretasikan warna berada.


(17)

Nabil Amer Thabit, 2014

Rancang Bangun Aplikasi Tes Buta Warna Berbasis Web Interaktif Menggunakan Metode Pseudoisochromatic Plates Dan Arrangement Tests

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3

Hasil dari tes buta warna ini sangatlah penting untuk melanjutkan pendidikan atau bekerja di bidang-bidang tertentu yang memerlukan kejelian tinggi dengan warna seperti Teknik Elektro, Desain Komunikasi Visual, PNS, Polisi, Militer dan lainnya (Maria Widyastuti, Suyanto, Fazmah Arif Yulianto, 2004:1). Kejelian tinggi terhadap warna ini dibutuhkan, karena pekerjaanya bersinggungan langsung dengan warna, misalkan Teknik Elektro menggunakan warna yang terdapat pada resistor untuk menentukan besaran hambatan yang akan digunakan. Apabila tidak dapat membedakan warna, maka suatu rangkaian yang menggunakan resistor tadi tidak akan berjalan dengan baik atau bisa saja menjadi rusak karena menggunakan resistor yang tidak tepat.

Ada 4 metode tes buta warna yaitu (1) Anomaloscope, (2) Pseudoisochromatic Plates, (3) Arrangement Test dan (4) Lanterns (Daniel Flück, 2010:18). Dari keempat metode tersebut yang paling sering digunakan adalah metode Pseudoisochromatic Plates, karena pengerjaan tes tergolong lebih cepat dan mudah bila dibandingkan dengan metode yang lain. Untuk mendapatkan hasil yang lebih spesifik, digunakan metode Arrangement Test, yaitu penyusunan empat gradasi warna yang diacak untuk mengetahui letak kelemahan mata untuk menginterpretasikan warna berada, karena tes ini lebih difokuskan kepada penyusunan tiga warna dasar penglihatan pada mata yang dibagi menjadi empat bagian gradasi dan hasil dari metode Arrangement test biasanya berupa visualisasi data dalam bentuk diagram polar. Penggunaan metode Arrangement Test untuk tes buta warna masih jarang dilakukan di Indonesia, karena selain masih banyak masyarakat yang awam terhadap alat dan cara penggunaannya, harga dari alat peraga ini tergolong sangat mahal dan memerlukan perhitungan yang detil untuk mendapatkan skor dan hasil akhir dari tes (dr. Karmelita Satari Sp. M.).

Penggunaan metode Pseudoisochromatic Plates dan Arrangement Test dalam satu bagian sistem pengetesan akan membuat hasil dari diagnosa lebih akurat karena kedua metode dapat saling melengkapi. Kebutuhan pengetesan dengan hasil yang lebih spesifik ini dibutuhkan karena selain untuk kebutuhan penelitian para dokter mata, hasil yang lebih spesifik ini digunakan untuk


(18)

Nabil Amer Thabit, 2014

Rancang Bangun Aplikasi Tes Buta Warna Berbasis Web Interaktif Menggunakan Metode Pseudoisochromatic Plates Dan Arrangement Tests

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4

mengkonfirmasi diagnosa penyakit buta warna si penderita, maksud dari mengkonfirmasi diagnosa disini adalah pendiagnosaan lebih lanjut dari diagnosa awal karena hasil dari diagnosa awal masih terlalu umum, sehingga memerlukan diagnosa lanjutan yang tentunya lebih spesifik dan juga untuk menilai progresifitas penyakit penderita dari satu waktu ke waktu yang lainnya (dr. Karmelita Satari Sp. M.).

Untuk saat ini, proses tes buta warna dengan metode Pseudoisochromatic Plates dan Arrangement Test biasanya dilakukan secara konvensional, yaitu memperlihatkan soal-soal peraga kepada peserta tes, menjawab soal tes, menghitung skor dari jawaban tes yang dilakukan lalu hasilnya dicatat pada suatu lembar hasil tes dan setiap metode mempunyai alat peraga yang berbeda dari satu metode ke metode lainnya. Hal ini membuat dokter atau penyelenggara tes buta warna bekerja dengan memakan waktu yang lebih lama, karena harus membawa beberapa alat peraga untuk melakukan tes, serta menghitung setiap jawaban yang diberikan pada setiap sesi tes.

Masalah lainnya adalah jika pengarsipan data dari hasil tes tidak dilakukan secara baik, maka dimungkinkan seseorang yang sudah melakukan tes buta warna dapat berulang kali melakukan tes buta warna dalam renggang waktu yang cukup dekat untuk keperluan berbeda. Pengarsipan ini dibutuhkan untuk melihat progresifitas penyakit seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya.

Dengan perkembangan teknologi maka tes yang dahulu dilakukan secara konvensional, kini dapat dilakukan melalui proses komputer secara interaktif, sehingga pengetesan untuk penderita buta warna dapat diuji melalui aplikasi komputer. Namun hal ini membuat beberapa masalah lain muncul, seperti pada setiap monitor komputer mempunyai intensitas cahaya dan gelombang warna yang berbeda (Daniel Flück, 2010:21) dan apabila tes tetap dilakukan maka hasil tes buta warna tidak akan akurat atau pada masalah lainya apakah setiap metode tes buta warna dapat dikomputerisasikan atau tidak, mengingat setiap metode tes mempunyai beberapa sumber cahaya dan warna yang berbeda-beda.


(19)

Nabil Amer Thabit, 2014

Rancang Bangun Aplikasi Tes Buta Warna Berbasis Web Interaktif Menggunakan Metode Pseudoisochromatic Plates Dan Arrangement Tests

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

5

Tes buta warna dengan menggunakan komputer ini akan mempercepat setiap proses tes yang akan dilakukan, terlebih pada metode Arrangement Test yang memerlukan visualisasi data dengan diagram polar dan harus digambar dengan ketelitian yang tinggi dari keseluruhan perhitungan skor. Perhitungan dan visualisasi data yang dilakukan dengan manual akan memerlukan waktu yang lebih lama apabila dibandingkan dengan tes yang diproses menggunakan computer (V. Balakrishnan, P. T. K. Chew, 1992:1).

Bertolak dari uraian permasalahan yang dipaparkan di atas memunculkan sebuah ide untuk mengkomputerisasi tes buta warna agar lebih terukur serta mudah untuk dilakukan dan juga mengukur warna mana saja yang dapat dilihat oleh para pengidap buta warna berdasarkan RGB yang ditampilkan oleh monitor. Tes akan dilakukan dengan komputer untuk melengkapi alat-alat peraga dari metode Pseudoisochromatic Plates dan Arrangement Test lalu diolah menggunakan perhitungan komputer, hasil tes disimpan didalam database sehingga dokter atau petugas dapat mengecek data dan menghasilkan laporan berupa surat keterangan yang dapat dicetak langsung melalui printer. Oleh karena itu penulis menggambil judul Rancang Bangun Aplikasi Tes Buta Warna Berbasis Web Interaktif Menggunakan Metode Pseudoisochromatic Plates dan Arrangement Test.

1.2 Perumusan Masalah

Dari latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah yang harus dipecahkan dalam penelitian ini, antara lain:

1. Bagaimana cara merancang aplikasi tes buta warna berbasiskan web interaktif?

2. Bagaimana hasil penelitian komputerisasi metode Pseudoisochromatic Plates dan Arrangement Tests?

3. Bagaimana cara membuat aplikasi tes buta warna agar menghasilkan akurasi keberhasilan yang tinggi?


(20)

Nabil Amer Thabit, 2014

Rancang Bangun Aplikasi Tes Buta Warna Berbasis Web Interaktif Menggunakan Metode Pseudoisochromatic Plates Dan Arrangement Tests

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

6

4. Warna mana saja yang dapat dilihat oleh penderita buta warna berdasarkan RGB yang ditampilkan?

1.3 Batasan Masalah

Dalam perancangan dan pembuatan aplikasi ini terdapat pembatasan masalah, antara lain:

1. Aplikasi ini menggunakan metode tes buta warna Pseudoisochromatic Plates dan Arrangement Test

2. Nilai probabilitas ditentukan oleh metode tes buta warna Pseudoisochromatic Plates dan Arrangement Test

3. Aplikasi ini berbasiskan web menggunakan HTML5 dengan bahasa pemograman CSS3, Javascript dan PHP

4. Aplikasi akan dioperasikan secara lokal

5. Aplikasi ini tidak dapat digunakan bebas, hanya dapat digunakan dengan pengawasan dokter atau petugas yang sudah punya wewenang dan mengerti tentang sistem tes buta warna

1.4 Tujuan

Adapun tujuan dari pembuatan aplikasi ini adalah untuk mempermudah melakukan tes buta warna dari pemberian soal, penjawaban soal, perhitungan jawaban, penulisan lembar hasil tes hingga pengarsipan data. Adapun tujuan khusus dari penelitian ini diantaranya:

1. Merancang dan membuat aplikasi berbasiskan web interaktif. 2. Mengetahui presentase keberhasilan dari komputerisasi yang dibuat. 3. Merancang dan membuat aplikasi tes buta warna menggunakan

metode Pseudoisochromatic Plates dan Arrangement Test dengan akurasi yang tinggi.

4. Mengetahui warna mana saja yang dapat dilihat oleh penderita buta warna berdasarkan RGB yang ditampilkan.


(21)

Nabil Amer Thabit, 2014

Rancang Bangun Aplikasi Tes Buta Warna Berbasis Web Interaktif Menggunakan Metode Pseudoisochromatic Plates Dan Arrangement Tests

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

7

1.5 Manfaat

Manfaat dari perancangan aplikasi ini adalah sebagai berikut, 1. Bagi pengguna:

Menyediakan aplikasi yang dapat mempermudah dokter atau petugas dan peserta untuk melakukan tes buta warna.

2. Bagi Penulis:

Dengan merancang sebuah aplikasi tes buta warna, penulis berharap dapat merasakan langsung perkembangan teknologi informatika yang berperan membantu bidang lain untuk mempermudah pekerjaanya serta mengimplementasikan aplikasi interaktif berbasis web.

1.6 Jadwal Penelitian

Jadwal yang direncanakan untuk melakukan penelitian mengenai Rancang Bangun Aplikasi Tes Buta Warna Berbasis Web Interaktif Menggunakan Metode Pseudoisochromatic Plates dan Arrangement Tests adalah:

No Kegiatan

Minggu Ke-

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 1 Pengumpulan

informasi

mengenai tes buta warna

2 Pengumpulan dan pemahaman mengenai website interaktif

3 Pembuatan model sistem dan model


(22)

Nabil Amer Thabit, 2014

Rancang Bangun Aplikasi Tes Buta Warna Berbasis Web Interaktif Menggunakan Metode Pseudoisochromatic Plates Dan Arrangement Tests

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

8

No Kegiatan

Minggu Ke-

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 matematis

4 Pembuatan dan pengembangan sistem

5 Pembuatan antar muka

Pengujian 6 Uji coba

7 Perbaikan dan evaluasi kesalahan

Pengujian 8 Pengambilan

kesimpulan 9 Bimbingan

10 Pembuatan dokumentasi

1.7 Metode Penelitian

Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini meliputi metode pengumpulan data dan perancangan aplikasi.


(23)

Nabil Amer Thabit, 2014

Rancang Bangun Aplikasi Tes Buta Warna Berbasis Web Interaktif Menggunakan Metode Pseudoisochromatic Plates Dan Arrangement Tests

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

9

1.7.1. Metode Pengumpulan Data

Adapun metode-metode yang dilakukan dalam pengumpulan data adalah sebagai berikut:

1. Metode Studi Kepustakaan

Mengumpulkan dan mempelajari yang berkaitan dengan aplikasi ini, seperti:

a. Mempelajari segala hal yang berhubungan dengan tes buta warna

b. Mempelajari struktur aplikasi website berbasis HTML5 c. Mempelajari bahasa pemograman Javascript, CSS dan

PHP.

d. Mempelajari aplikasi agar menjadi interaktif 2. Metode Observasi

Melakukan pengamatan pada aplikasi interaktif berbasiskan web menggunakan HTML5 yang sudah ada dan penulis menjadikan ini sebagai patokan serta melakukan wawancara pada dokter atau petugas yang sering melakukan tes buta warna.

1.7.2. Metode Pengembangan Perangkat Lunak

Sedangkan metode penelitian yang diterapkan dalam perancangan aplikasi ini adalah dengan model Sekuensial Linier yaitu dengan aktifitas-aktivitas sebagai berikut:

1. Pemodelan Sistem 2. Analisis (Assesment) 3. Desain (Design)

4. Implementasi Kode (Code Implementation) 5. Tes (Testing)


(24)

Nabil Amer Thabit, 2014

Rancang Bangun Aplikasi Tes Buta Warna Berbasis Web Interaktif Menggunakan Metode Pseudoisochromatic Plates Dan Arrangement Tests

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

10

6. Pemeliharaan (Maintenance) 1.8 Sistematika Penulisan

Dalam penyusunan skripsi ini, sistematika penulisan dibagi menjadi beberapa bab yaitu sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN, Bab ini menjelaskan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA, Bab ini menjelaskan tentang landasan teori yang mendasari studi ini, dalam bab ini antara lain membahas tentang buta warna, web interaktif, standar HTML5, pemograman CSS, Javascript, PHP serta pengaplikasian test buta warna.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN, Bab ini menjelaskan lebih rinci tentang metode penelitian yang secara garis besar telah disinggung pada BAB I. Berisikan semua prosedur dan tahap-tahap penelitian mulai persiapan hingga penelitian berakhir.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN, Bab ini menjelaskan tentang pembahasan pembuatan aplikasi, fitur, antarmuka, dan implementasi coding.

BAB V PENUTUP, Bab ini berisikan tentang kesimpulan dari hasil penelitian dan perancangan yang diperoleh penulis dan saran yang ditunjukkan kepada para pembuat kebijakan, kepada para pengguna hasil rancangan aplikasi dan kepada pengembang aplikasi berikutnya yang berminat untuk melakukan penelitian selanjutnya.


(25)

33 Nabil Amer Thabit, 2014

Rancang Bangun Aplikasi Tes Buta Warna Berbasis Web Interaktif Menggunakan Metode Pseudoisochromatic Plates Dan Arrangement Tests

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III

METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian

Desain penelitian yaitu tahapan yang akan dilakukan peneliti untuk mempermudah dalam melakukan penelitian. Desain penelitian rancang bangun aplikasi tes buta warna berbasis web interaktif digambarkan seperti pada Gambar 3.1.1.

Berikut tahapan penelitian yang dilakukan:

1. Menentukan kebutuhan data yang akan digunakan.

2. Mempersiapkan alat dan bahan penelitian, alat adalah perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software) sedangkan bahan penelitian yaitu data-data yang telah dikumpulkan.

3. Wawancara dengan pakar.

4. Pembangunan sistem dengan metode sekuensial linier.

5. Hasil dari pengoperasian sistem tersebut adalah diagnosa penyakit buta warna.


(26)

Nabil Amer Thabit, 2014

Rancang Bangun Aplikasi Tes Buta Warna Berbasis Web Interaktif Menggunakan Metode Pseudoisochromatic Plates Dan Arrangement Tests

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

34

Gambar 3.1 Desain Penelitian Tahap awal penelitian:

1. Menentukan kebutuhan data penelitian 2. Mengumpulkan data

3. Menyiapkan alat dan bahan penelitian

Wawancara:

Wawancara dengan pakar tentang tes buta warna

Studi Literatur:

1. Menentukan metode yang digunakan 2. Mempelajari metode Pseudoisochromatic

Plates dan ArrangementTests

Rekayasa Perangkat Lunak : Sekuensial Linier

Pemodelan Perangkat Lunak

Desain:

1. Merancang struktur data, struktur perangkat lunak, tampilan antarmuka perangkat lunak

2. Mengadaptasi aturan setiap metode

Analisis:

1. Mendeskripsikan perangkat lunak


2. Mendeskripsikan kebutuhan fungsional dan non fungsional

Kode:

Menerjemahkan desain perangkat lunak ke dalam bahasa pemograman

Metode

Pseudoisochromatic Plates

Metode

Arrangeme ntTests

Tes:

Pengujian fungsi sistem terhadap hasil analisis (blackbox)

Aplikasi/Sistem:


(27)

Nabil Amer Thabit, 2014

Rancang Bangun Aplikasi Tes Buta Warna Berbasis Web Interaktif Menggunakan Metode Pseudoisochromatic Plates Dan Arrangement Tests

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

35

Penjelasan Desain Penelitian

1. Tahap Awal Penelitian

Penelitian dimulai dengan menentukan kebutuhan data penelitian diantaranya mencari gejala-gejala gangguan pada penderita buta warna, setelah itu data dikumpulkan dan menyiapkan alat dan bahan penelitian.

2. Studi Literatur

Studi literatur dilakukan dengan cara mempelajari aspek-aspek yang berkaitan dengan penelitian ini, diantaranya adalah mencari jenis-jenis buta warna, gejala-gejala yang menyebabkan buta warna, teori metode Pseudoisochromatic Plates dan Arrangement Tests. Data-data yang digunakan dalam studi literatur didapat dengan cara mengumpulkan jurnal, penelusuran internet, dan buku yang berkaitan dengan topik.

3. Wawancara

Wawancara dilakukan dengan mengadakan tanya jawab dengan pakar (dokter mata) yang ahli dalam bidang penyakit mata, sehingga nanti pada penelitian ini data yang didapat akan lebih akurat yang tidak terpaku pada studi literatur.

4. Rekayasa Perangkat Lunak: Sekuensial Linear

Setelah itu dilanjutkan membangun perangkat lunak dari penelitian ini, dimana rekayasa perangkat lunak yang digunakan adalah sekuensial linear, yang urutannya terdiri dari analisis, desain, kode, dan tes. Pada tahap analisis yaitu mendeskripsikan perangkat lunak dan mendeskripsikan kebutuhan fungsional dan non fungsional, pada tahap desain yaitu merancang struktur data, struktur perangkat lunak, tampilan antarmuka perangkat lunak, pada tahap kode dilakukan penerjemahan desain perangkat lunak kedalam bahasa pemograman, pada tahap ini metode

Pseudoisochromatic Plates dan Arrangement Tests diterjemahkan ke dalam kode.


(28)

Nabil Amer Thabit, 2014

Rancang Bangun Aplikasi Tes Buta Warna Berbasis Web Interaktif Menggunakan Metode Pseudoisochromatic Plates Dan Arrangement Tests

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

36

5. Test

Setelah menerjemahkan desain perangkat lunak ke dalam bahasa pemograman, maka dilakukan pengujian fungsi sistem terhadap hasil analisis.

6. Sistem

Pada tahap ini sistem yang didesain telah siap digunakan.

Tanda panah pada gambar 3.1 menunjukkan alur maju dari satu tahap ke tahap lain, sedangkan tahapan-tahapann yang dibatasi dengan garis putus-putus menggambarkan satu kesatuan beberapa tahap yang ada di dalamnya.

3.2 Metode Penelitian

3.2.1 Proses Pengumpulan Data

Pada penelitian ini, data dan informasi yang akurat dapat menunjang proses penelitian. Beberapa metode pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu:

a. Studi Literatur

Dengan melakukan studi mengenai sistem informasi, metode

PseudoisochromaticPlates dan Arrangement Tests serta penyakit dan gejala buta warna melalui literatur seperti jurnal, buku, sumber ilmiah yang didapat dari internet dengan topik yang ada sangkut pautnya. b. Wawancara

Wawancara langsung kepada pakar terhadap permasalahan yang diambil untuk mendapatkan data yang akurat mengenai buta warna. Proses wawancara dilakukan dengan cara melakukan tanya jawab dengan pakar dan pakar memberikan parameter-parameter sesorang yang mengidap buta warna.

3.2.2 Proses Pengembangan Perangkat Lunak

Metode pengembangan perangkat lunak dalam penelitian ini menggunakan model proses sekuensial linier. Model ini mengusulkan pendekatan perkembangan


(29)

Nabil Amer Thabit, 2014

Rancang Bangun Aplikasi Tes Buta Warna Berbasis Web Interaktif Menggunakan Metode Pseudoisochromatic Plates Dan Arrangement Tests

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

37

perangkat lunak yang sistematik dan sekuensial yang dimulai pada tingkat dan kemajuan sistem pada seluruh analisis, desain, kode, pengujian dan pemeliharaan. Berikut adalah model sekuensial linier:

Gambar 3.2 Model Sekuensial Linier (Pressman, 2001: 29) Model sekuensial linier memiliki beberapa fase sebagai berikut: 1. Pemodelan Sistem Informasi

Membangun syarat semua elemen sistem dan mengalokasikan ke perangkat lunak yang dibutuhkan untuk membuat sistem web interaktif dengan memperhatikan hubungannya dengan pengguna perangkat keras dan database.

2. Analisis

Merupakan tahap menganalisis hal-hal yang dibutuhkan dalam membangun web interaktif untuk diagnosis buta warna. Untuk memahami sifat program yang akan dibangun harus memahami data-data yang dibutuhkan untuk setiap gejala, fungsi-fungsi yang diperlukan dalam sistem dan tampilan perangkat lunak.

3. Desain

Proses desain ini menerjemahkan kebutuhan yang sudah dianalisa ke sebuah perancangan perangkat lunak. Tahap desain meliputi perancangan struktur data diantaranya mendesain entity relationship diagram (ERD), perancangan struktur perangkat lunak diantaranya context diagram, data flow diagram, data dictionary dan process specification,

Pemodelan Sistem Informasi


(30)

Nabil Amer Thabit, 2014

Rancang Bangun Aplikasi Tes Buta Warna Berbasis Web Interaktif Menggunakan Metode Pseudoisochromatic Plates Dan Arrangement Tests

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

38

perancangan tampilan antarmuka, dan perancangan aturan diagnosis buta warna.

4. Kode

Merupakan proses menerjemahkan desain yang telah ditetapkan ke dalam bahasa pemograman yang dapat dimengerti oleh komputer. Penelitian ini menggunakan bahasa pemograman PHP: Hypertext Preprocessor dan MySQL sebagai basis data. Penggunaan metode

Pseudoisochromatic Plates dan Arrangement Tests pada proses ini yaitu menghitung tiap parameter nilai dari setiap pertanyaan yang dijawab atau diisi.

5. Tes

Proses ini dilakukan untuk memastikan perangkat lunak dapat bekerja sesuai apa yang telah direncanakan sebelumnya. Selain itu, pada proses ini berfungsi menemukan kesalahan-kesalahan dan memastikan sistem akan memberikan hasil yang akurat, proses pengujian dilakukan dengan Blackbox Testing.

Blackbox Testing adalah pengujian yang dilakukan dengan hanya mengamati hasil eksekusi melalui data uji dan memeriksa fungsional dari perangkat lunak. Jadi dianalogikan seperti melihat suatu kotak hitam, yang hanya bisa melihat penampilan luarnya saja, tanpa tau apa dibalik kotak hitam tersebut, atau dengan kata lain Blackbox Testing ini mengevaluasi hanya dari tampilan luar (interface), fungsionalitasnya dan tanpa mengetahui apa sesungguhnya yang terjadi dalam proses detilnya (hanya mengetahui input dan output).

6. Pemeliharaan

Proses dimana suatu perangkat lunak yang telah selesai dapat mengalami perubahan-perubahan atau penambahan-penambahan fitur dikemudian hari misalnya penambahan instansi, dokter dan pasien.


(31)

Nabil Amer Thabit, 2014

Rancang Bangun Aplikasi Tes Buta Warna Berbasis Web Interaktif Menggunakan Metode Pseudoisochromatic Plates Dan Arrangement Tests

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

39

3.3.1 Alat Penelitian

Dalam proses pembuatan penelitian ini, yang digunakan adalah perangkat keras dan perangkat lunak sebagai berikut:

1. Laptop dengan spesifikasi:

a. Prosesor 2,4 GHz Intel Core i5

Prosesor adalah sebuah chip yang berupa Integrated Circuit

(IC) yang mengontrol keseluruhan sistem komputer dan digunakan sebagai pusat atau otak dari kegiatan komputer dalam melakukan perhitungan dan menjalankan tugas input

dan output.

b. RAM 4 GB 1333 MHz DDR3

RAM (Random Access Memory) merupakan perangkat keras untuk tempat menyimpan data yang diakses oleh Processor. Data yang ada di RAM bisa diakses secara acak dengan kecepatan yang sama, sehingga di sebut Random (acak). Data yang tersimpan di RAM bersifat sementara, karena hanya akan ada jika ada listrik atau saat komputer menyala dan akan hilang jika komputer mati.

c. VGA Intel HD Graphic 3000 384MB

VGA (Video Graphic Adapter) merupakan bagian komputer, di dalam unit komputer yang berperan penting untuk menampilkan output proses ke layar monitor. Tanpa VGA, layar komputer tidak akan menampilkan apa-apa. VGA card sendiri ada yang berupa slot tambahan (add on) ataupun bawaan produsen motherboard yang disebut dengan VGA on board.


(32)

Nabil Amer Thabit, 2014

Rancang Bangun Aplikasi Tes Buta Warna Berbasis Web Interaktif Menggunakan Metode Pseudoisochromatic Plates Dan Arrangement Tests

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

40

Harddisk adalah perangkat lunak yang berfungsi sebagai alat untuk menyimpan dan mengambil informasi digital yang ada pada sebuah unit komputer.

2. Perangkat lunak:

a. Operating System: Windows 7 Professional/Mac OS X Mavericks

Operating System atau OS adalah perangkat lunak sistem yang bertugas untuk melakukan kontrol dan manajemen perangkat keras serta operasi-operasi dasar sistem, termasuk menjalankan software aplikasi seperti program-program pengolah kata dan browser web.

b. XAMPP versi 1.7.7

XAMPP merupakan alat yang menyediakan paket perangkat lunak untuk pengembangan web dengan bahasa PHP dengan menggunakan host local pada sebuah komputer. Dengan menggunakan XAMPP maka tidak perlu lagi melakukan instalasi dan konfigurasi web server Apache, PHP dan MySQL secara manual. XAMPP akan menginstalasi dan mengkonfigurasikannya secara otomatis.

c. Netbeans IDE 6.9.1

NetBeans adalah sebuah pengembangan terpadu atau

Integrated Development Environment (IDE) untuk mengembangkan sistem dengan bahasa Java, PHP, C++ ataupun bahasa pemrograman lainnya.

d. Power Designer V.15.0b

Power Designer adalah aplikasi untuk membuat perancangan dan pengembangan aplikasi perangkat lunak secara teknis,


(33)

Nabil Amer Thabit, 2014

Rancang Bangun Aplikasi Tes Buta Warna Berbasis Web Interaktif Menggunakan Metode Pseudoisochromatic Plates Dan Arrangement Tests

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

41

pada umumnya dibuat untuk membuat diagram-diagram seperti ER Diagram, Flow Chart ataupun Data Flow Diagram. e. Browser: Google Chrome/Mozilla Firefox/Internet

Explorer/Opera Browser

Browser adalah aplikasi yang menterjemahkan kode HTML dan merepresentasikan halaman web. Aplikasi inilah yang paling sering kita gunakah setiap hari untuk melakukan browsing di dunia maya.

f. Color Oracle

Color Oracle adalah aplikasi simulator buta warna yang dibuat untuk mensimulasikan warna apa yang bisa dilihat oleh penyandang buta warna. Color Oracle ini dapat mensimulasikan buta warna protanopia, deuteranopia dan tritanopia pada layar monitor pengguna. Aplikasi ini dapat diunduh secara bebas pada web resminya http://colororacle.org dan aplikasi ini juga dapat dijalankan diberbagai platform operating system (Mac, Windows dan Linux).

3.3.2 Bahan Penelitian

1. Setiap jawaban yang diberikan oleh pasien dengan metode

PseudoisochromaticPlates dan Arrangement Tests yang dilakukan secara komputerisasi dan konvensional.

2. Parameter setiap tipe buta warna pada metode Pseudoisochromatic Plates.

3. Parameter setiap tipe buta warna pada metode ArrangementTests.

4. Penyakit Buta Warna.

Bahan penelitian yang digunakan berupa paper, textbook dan dokumentasi lainnya yang didapat dari hasil studi literature observasi dan wawancara.


(34)

Nabil Amer Thabit, 2014

Rancang Bangun Aplikasi Tes Buta Warna Berbasis Web Interaktif Menggunakan Metode Pseudoisochromatic Plates Dan Arrangement Tests

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

42

3.4 Implementasi Penelitian

Untuk menyelesaikan penelitian ini dibutuhkan beberapa tahapan yang harus dilakukan seperti pengumpulan data, wawancara pada seorang dokter mata, pemahaman metode dan perancangan perangkat lunak.

Langkah awal yang dilakukan dalam melakukan penelitian yaitu:

a. Pengumpulan data, mencari dari berbagai sumber, baik itu dari jurnal, buku, internet dan pakar untuk mengetahui hal-hal yang diperlukan pada penelitian.

b. Melakukan wawancara pada pakar kesehatan tentang buta warna. c. Pemahaman metode yang dipakai yaitu metode

PseudoisochromaticPlates dan ArrangementTests

d. Merancang dan membangun perangkat lunak dengan kebutuhan fungsional sistem dan menerapkan metode Pseudoisochromatic Plates dan ArrangementTests pada perangkat lunak


(35)

132 Nabil Amer Thabit, 2014

Rancang Bangun Aplikasi Tes Buta Warna Berbasis Web Interaktif Menggunakan Metode Pseudoisochromatic Plates Dan Arrangement Tests

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan Rancang Bangun Aplikasi

Tes Buta Warna Berbasis Web Interaktif Menggunakan Metode

Pseudoisochromatic Plates dan Arrangement Test yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:

1. Penelitian ini telah berhasil merancang aplikasi sistem tes buta warna

sesuai dengan karakteristik metode Pseudoisochromatic Plates dan

Arrangement Test, kemudian semua jenis buta warna dapat dideteksi hingga melihat progresivitas penyakit.

2. Metode Pseudoisochromatic Plates yang digunakan untuk

mendapatkan hasil tes buta warna dapat memberikan nilai akhir yang pasti. Oleh karena itu penggunaan metode Pseudoisochromatic Plates lebih ditujukan untuk mengetahui buta warna yang didapatkan dari

lahir dan turunan. Sedangkan metode Arrangement Test yang

digunakan untuk mendapatkan hasil tes buta warna dapat memberikan nilai yang berbeda-beda. Oleh karena itu Arrangement Test lebih digunakan untuk mendeteksi buta warna bukan bawaan lahir ataupun turunan.

3. Metode Pseudoisochromatic Plates dan Arrangement Test dapat

dikomputerisasi untuk mendiagnosis penyakit buta warna. Hasil pengujian menunjukkan tingkat akurasi dari perpaduan tersebut sebesar 94% dengan jumlah data uji sebanyak 39 sample.

4. Penderita buta warna protanopia tidak dapat melihat 80,5% warna, deuteranopia tidak dapat melihat 74,7% warna sedangkan tritanopia tidak dapat melihat 67,9% warna dari sebaran warna pada metode Arrangement Tests.


(36)

Nabil Amer Thabit, 2014

Rancang Bangun Aplikasi Tes Buta Warna Berbasis Web Interaktif Menggunakan Metode Pseudoisochromatic Plates Dan Arrangement Tests

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

133

5.2. Saran

Beberapa saran yang bisa penulis sampaikan berkaitan dengan penelitian yang telah dilakukan diantaranya:

1. Aplikasi ini dapat membantu para dokter ataupun ahli yang melakukan

tes buta warna, apalagi apabila dikembangkan lebih lanjut dengan penggunaan jaringan LAN sehingga tes buta warna dapat dilakukan secara massal hanya dengan satu pengawas atau satu dokter saja.

2. Tes buta warna yang dikembangan hanya berbasis web untuk desktop

saja, belum dapat dilakukan dengan menggunaan alat yang lebih sederhana, akan lebih praktis lagi apabila alat tes yang digunakan lebih sederhana, misalkan tes dengan menggunakan tablet komputer.

3. Untuk pengembangan selanjutnya, aplikasi ini dapat diakses untuk

umum dan dapat dijadikan sebagai sarana untuk latihan tes buta warna sebelum melakukan tes buta warna kepada dokter.


(37)

xvi Nabil Amer Thabit, 2014

Rancang Bangun Aplikasi Tes Buta Warna Berbasis Web Interaktif Menggunakan Metode Pseudoisochromatic Plates Dan Arrangement Tests

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Ahira, Anne. (2011). Buta Warna: Cacat Mata, Kerusakan Retina, Ishihara

[Online]. Tersedia: http://www.anneahira.com/pencegahan-penyakit/buta-warna.htm [20 Februari 2012].

Alvyanto, Eka Sapri. (2010). Sistem Indra Manusia. [online]. Tersedia: http://alvyanto.blogspot.com/2010/01/sistem-indera-manusia.html [23 Juni 2012].

Balakrishnan, V., Chew, P. T. K., (1992). Computerised Scoring and Graphic of

The Farnsworth-Munsell 100 Hue Test of Colour Vision – A Program

Written in Pascal. Department of Ophthalmology National University of

Singapore. Lowe Kent Ridge Road, Singapore.

Crabtree, D., Mount, H. T. J., Transley, B. W., (1982). A Data Manipulation

System for Farnsworth-Munsell 100-HUE Test Results. Division of

Electrical Enginnering, National Research Council of Canada. Ottawa, Canada.

Farnsworth, D. (1957). The Farnsworth-Munsell 100 Hue Test. Macbeth, Division of Kollmorgen Instruments Corp. New York, America.

Fidyah, Armyista. (2012). Alat Indra. [online]. Tersedia:

http://armyistafidyah.blogspot.com/2012/12/alat-indra.html. [23 Juni 2012].

Flück, Daniel. (2012). Color Blind Essesntials. Tersedia:

http://www..colblindor.com/ [20 Februari 2012].

Junior, Matt. (2012). Apa Itu HTML 5 Dan Apa Fitur Yang Baru Di HTML 5. [online]. Tersedia: http://www.mattjunior.com/2013/05/pengenalan-html-5-apa-itu-html-5-dan-apa-fitur-yang-baru-di-html-5/ [2 Mei 2014].

P, Indra. (2011). Terapi Pengobatan Buta Warna. [online]. Tersedia:

http://www.butawarna.com [19 Juni 2012].

Pasaribu, Eddy. (2012). Mengapa Seseorang Mengidap Buta Warna?. [online]. Tersedia: http://eddypasaribu.blogspot.com/2012/04/buta-warna.html [19 Desember 2012].

Riganati, Daniel. What is a computerized system?. Tersedia:

https://www.ibm.com/developerworks/community/blogs/obidan/entry/what _is_a_computerized_system [9 Juni 2014].

Rouse, Margaret. (2005). RGB (Red, Green, Blue). [online]. Tersedia: whatis.techtarget.com/definition/RGB-red-green-and-blue [19 Juni 2012].


(38)

xvii Nabil Amer Thabit, 2014

Rancang Bangun Aplikasi Tes Buta Warna Berbasis Web Interaktif Menggunakan Metode Pseudoisochromatic Plates Dan Arrangement Tests

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Rumah Sakit Mata AINI. (2011). Buta Warna [Online]. Tersedia:

http://www.rsmataaini.co.id/buta_warna/ [20 Februari 2012].

Salma. Buta Warna: Mengapa Terjadi, Bagaimana Mengetahuinya [Online].

Tersedia:

http://majalahkesehatan.com/buta-warna-mengapa-terjadi-bagaimana-mengetahui [20 Februari 2012].

Widianingsih, R., Kridalaksana, A. H. & Hakim, A. R. (2010). Aplikasi Tes Buta

Warna Dengan Metode Ishihara Berbasis Komputer. Program Studi Ilmu


(1)

Nabil Amer Thabit, 2014

Rancang Bangun Aplikasi Tes Buta Warna Berbasis Web Interaktif Menggunakan Metode Pseudoisochromatic Plates Dan Arrangement Tests

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pada umumnya dibuat untuk membuat diagram-diagram seperti ER Diagram, Flow Chart ataupun Data Flow Diagram. e. Browser: Google Chrome/Mozilla Firefox/Internet

Explorer/Opera Browser

Browser adalah aplikasi yang menterjemahkan kode HTML dan merepresentasikan halaman web. Aplikasi inilah yang paling sering kita gunakah setiap hari untuk melakukan browsing di dunia maya.

f. Color Oracle

Color Oracle adalah aplikasi simulator buta warna yang dibuat untuk mensimulasikan warna apa yang bisa dilihat oleh penyandang buta warna. Color Oracle ini dapat mensimulasikan buta warna protanopia, deuteranopia dan tritanopia pada layar monitor pengguna. Aplikasi ini dapat diunduh secara bebas pada web resminya http://colororacle.org dan aplikasi ini juga dapat dijalankan diberbagai platform operating system (Mac, Windows dan Linux).

3.3.2 Bahan Penelitian

1. Setiap jawaban yang diberikan oleh pasien dengan metode Pseudoisochromatic Plates dan Arrangement Tests yang dilakukan secara komputerisasi dan konvensional.

2. Parameter setiap tipe buta warna pada metode Pseudoisochromatic Plates.

3. Parameter setiap tipe buta warna pada metode Arrangement Tests. 4. Penyakit Buta Warna.

Bahan penelitian yang digunakan berupa paper, textbook dan dokumentasi lainnya yang didapat dari hasil studi literature observasi dan wawancara.


(2)

42

3.4 Implementasi Penelitian

Untuk menyelesaikan penelitian ini dibutuhkan beberapa tahapan yang harus dilakukan seperti pengumpulan data, wawancara pada seorang dokter mata, pemahaman metode dan perancangan perangkat lunak.

Langkah awal yang dilakukan dalam melakukan penelitian yaitu:

a. Pengumpulan data, mencari dari berbagai sumber, baik itu dari jurnal, buku, internet dan pakar untuk mengetahui hal-hal yang diperlukan pada penelitian.

b. Melakukan wawancara pada pakar kesehatan tentang buta warna. c. Pemahaman metode yang dipakai yaitu metode

Pseudoisochromatic Plates dan Arrangement Tests

d. Merancang dan membangun perangkat lunak dengan kebutuhan fungsional sistem dan menerapkan metode Pseudoisochromatic Plates dan Arrangement Tests pada perangkat lunak


(3)

132 Nabil Amer Thabit, 2014

Rancang Bangun Aplikasi Tes Buta Warna Berbasis Web Interaktif Menggunakan Metode Pseudoisochromatic Plates Dan Arrangement Tests

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan Rancang Bangun Aplikasi Tes Buta Warna Berbasis Web Interaktif Menggunakan Metode Pseudoisochromatic Plates dan Arrangement Test yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:

1. Penelitian ini telah berhasil merancang aplikasi sistem tes buta warna sesuai dengan karakteristik metode Pseudoisochromatic Plates dan Arrangement Test, kemudian semua jenis buta warna dapat dideteksi hingga melihat progresivitas penyakit.

2. Metode Pseudoisochromatic Plates yang digunakan untuk mendapatkan hasil tes buta warna dapat memberikan nilai akhir yang pasti. Oleh karena itu penggunaan metode Pseudoisochromatic Plates lebih ditujukan untuk mengetahui buta warna yang didapatkan dari lahir dan turunan. Sedangkan metode Arrangement Test yang digunakan untuk mendapatkan hasil tes buta warna dapat memberikan nilai yang berbeda-beda. Oleh karena itu Arrangement Test lebih digunakan untuk mendeteksi buta warna bukan bawaan lahir ataupun turunan.

3. Metode Pseudoisochromatic Plates dan Arrangement Test dapat dikomputerisasi untuk mendiagnosis penyakit buta warna. Hasil pengujian menunjukkan tingkat akurasi dari perpaduan tersebut sebesar 94% dengan jumlah data uji sebanyak 39 sample.

4. Penderita buta warna protanopia tidak dapat melihat 80,5% warna, deuteranopia tidak dapat melihat 74,7% warna sedangkan tritanopia tidak dapat melihat 67,9% warna dari sebaran warna pada metode Arrangement Tests.


(4)

133

5.2. Saran

Beberapa saran yang bisa penulis sampaikan berkaitan dengan penelitian yang telah dilakukan diantaranya:

1. Aplikasi ini dapat membantu para dokter ataupun ahli yang melakukan tes buta warna, apalagi apabila dikembangkan lebih lanjut dengan penggunaan jaringan LAN sehingga tes buta warna dapat dilakukan secara massal hanya dengan satu pengawas atau satu dokter saja. 2. Tes buta warna yang dikembangan hanya berbasis web untuk desktop

saja, belum dapat dilakukan dengan menggunaan alat yang lebih sederhana, akan lebih praktis lagi apabila alat tes yang digunakan lebih sederhana, misalkan tes dengan menggunakan tablet komputer.

3. Untuk pengembangan selanjutnya, aplikasi ini dapat diakses untuk umum dan dapat dijadikan sebagai sarana untuk latihan tes buta warna sebelum melakukan tes buta warna kepada dokter.


(5)

xvi

Nabil Amer Thabit, 2014

Rancang Bangun Aplikasi Tes Buta Warna Berbasis Web Interaktif Menggunakan Metode Pseudoisochromatic Plates Dan Arrangement Tests

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Alvyanto, Eka Sapri. (2010). Sistem Indra Manusia. [online]. Tersedia:

http://alvyanto.blogspot.com/2010/01/sistem-indera-manusia.html [23 Juni 2012].

Balakrishnan, V., Chew, P. T. K., (1992). Computerised Scoring and Graphic of

The Farnsworth-Munsell 100 Hue Test of Colour Vision – A Program Written in Pascal. Department of Ophthalmology National University of Singapore. Lowe Kent Ridge Road, Singapore.

Crabtree, D., Mount, H. T. J., Transley, B. W., (1982). A Data Manipulation

System for Farnsworth-Munsell 100-HUE Test Results. Division of Electrical Enginnering, National Research Council of Canada. Ottawa, Canada.

Farnsworth, D. (1957). The Farnsworth-Munsell 100 Hue Test. Macbeth, Division of Kollmorgen Instruments Corp. New York, America.

Fidyah, Armyista. (2012). Alat Indra. [online]. Tersedia:

http://armyistafidyah.blogspot.com/2012/12/alat-indra.html. [23 Juni 2012].

Flück, Daniel. (2012). Color Blind Essesntials. Tersedia:

http://www..colblindor.com/ [20 Februari 2012].

Junior, Matt. (2012). Apa Itu HTML 5 Dan Apa Fitur Yang Baru Di HTML 5.

[online]. Tersedia: http://www.mattjunior.com/2013/05/pengenalan-html-5-apa-itu-html-5-dan-apa-fitur-yang-baru-di-html-5/ [2 Mei 2014].

P, Indra. (2011). Terapi Pengobatan Buta Warna. [online]. Tersedia:

http://www.butawarna.com [19 Juni 2012].

Pasaribu, Eddy. (2012). Mengapa Seseorang Mengidap Buta Warna?. [online].

Tersedia: http://eddypasaribu.blogspot.com/2012/04/buta-warna.html [19 Desember 2012].

Riganati, Daniel. What is a computerized system?. Tersedia:

https://www.ibm.com/developerworks/community/blogs/obidan/entry/what _is_a_computerized_system [9 Juni 2014].

Rouse, Margaret. (2005). RGB (Red, Green, Blue). [online]. Tersedia:


(6)

Rumah Sakit Mata AINI. (2011). Buta Warna [Online]. Tersedia: http://www.rsmataaini.co.id/buta_warna/ [20 Februari 2012].

Salma. Buta Warna: Mengapa Terjadi, Bagaimana Mengetahuinya [Online].

Tersedia:

http://majalahkesehatan.com/buta-warna-mengapa-terjadi-bagaimana-mengetahui [20 Februari 2012].

Widianingsih, R., Kridalaksana, A. H. & Hakim, A. R. (2010). Aplikasi Tes Buta Warna Dengan Metode Ishihara Berbasis Komputer. Program Studi Ilmu Komputer, Universitas Mulawarman. Samarinda, Indonesia.