PENERAPAN PENDEKATAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS PADA PEMBELAJARAN IPA MATERI PERISTIWA ALAM.

(1)

Sanjaya, Amu. 2014

PENERAPAN PENDEKATAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS PADA PEMBELAJARAN IPA MATERI PERISTIWA ALAM

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PENERAPAN PENDEKATAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS PADA

PEMBELAJARAN IPA MATERI PERISTIWA ALAM

(Penelitian Tindakan Kelas Terhadap Kelas VA SD Negeri 2 Karanganyar Kecamatan Panguragan Kabupaten Cirebon Tahun Ajaran 2013/2014).

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Amu Sanjaya 1003275

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PEDAGOGIK

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

Sanjaya, Amu. 2014

PENERAPAN PENDEKATAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS PADA PEMBELAJARAN IPA MATERI PERISTIWA ALAM

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BANDUNG

2014

PENERAPAN PENDEKATAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS PADA

PEMBELAJARAN IPA MATERI PERISTIWA ALAM

Oleh Amu Sanjaya

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Amu Sanjaya 2014

Universitas Pendidikan Indonesia


(3)

Sanjaya, Amu. 2014

PENERAPAN PENDEKATAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS PADA PEMBELAJARAN IPA MATERI PERISTIWA ALAM

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Hak Cipta dilindungi undang-undang

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian


(4)

Sanjaya, Amu. 2014

PENERAPAN PENDEKATAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS PADA PEMBELAJARAN IPA MATERI PERISTIWA ALAM

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRAK

PENERAPAN PENDEKATAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS PADA

PEMBELAJARAN IPA MATERI PERISTIWA ALAM

Oleh Amu Sanjaya

1003275

Keterampilan proses sains yang rendah terjadi pada kelas VA SD Negeri 2 Karanganyar. Hal ini ditandai dengan kurangnya siswa diberi kesempatan untuk mengoptimalkan keterampilan proses sains, khususnya aspek mengamati, menyimpulkan, dan juga mengkomunikasi. Guru cenderung mendominasi kegiatan proses pembelajaran pada pembelajaran IPA di SD tersebut. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan keterampilan proses sains siswa dengan menerapkan pendekatan inkuiri terbimbing. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas. Teknik pengumpulan data dengan cara observasi. Subjek penelitian adalah kelas VA SD Negeri 2 Karanganyar. Hasil penelitian menunjukan nilai rata-rata setiap aspek keterampilan proses sains meningkat. Perolehan nilai rata-rata untuk aspek mengamati pada siklus I sebesar 2,5 atau {83,33%}, siklus II sebesar 3 atau {100%}, siklus III sebesar 3 {100%}. Aspek menyimpulkan mengalami peningkatan dari perolehan nilai rata-ratanya, nilai rata-rata siklus I sebesar 2,5 atau {83,33%}, siklus II sebesar 2,83 atau {94,33%) dan siklus III sebesar 2,92 atau {97,33%}. Perolehan nilai rata-rata aspek mengkomunikasi juga meningkat, siklus I sebesar 2 atau {66,67%}, siklus II sebesar 2,75 atau {91,67} dan siklus III sebesar 2,83 atau {94,33%}. Atau jika dilihat dari peningkatan nilai rata-rata keterampilan proses setiap siklusnya adalah sebagai berikut. Perolehan nilai rata-rata Keterampilan proses sains Siklus I sebesar 2,33 atau {77,66%} berkategori terampil, siklus II diperoleh nilai rata-rata sebesar 2,86 atau {95,33%} berkategori sangat terampil, siklus III diperoleh nilai rata-rata sebesar 2,92 atau {97,33%} berkategori sangat terampil. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan pendekatan inkuiri terbimbing dapat meningkatkan keterampilan proses sains pada siswa kelas VA SD Negeri 2 Karanganyar Kecamatan Panguragan.


(5)

Sanjaya, Amu. 2014

PENERAPAN PENDEKATAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS PADA PEMBELAJARAN IPA MATERI PERISTIWA ALAM

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRACT

APPLICATION APPROACH TO IMPROVING SKILLS GUIDED INQUIRY SCIENCE IN THE PROCESS OF LEARNING MATERIALS IPA NATURE

EVENTS

by Amu Sanjaya

1003275

Science process skills that occur in low grade Karanganyar VA Elementary School 2. It is characterized by a lack of students given the opportunity to optimize the science process skills, particularly aspects of observing, inferring, and also communicate. Teachers tend to dominate the learning process of learning science in elementary school. The purpose of this research is to improve students' science process skills by applying a guided inquiry approach. The research method used was action research. Data collection techniques by observation. Subjects were grade 2 Karanganyar VA Elementary School. The results showed an average value every aspect of science process skills increased. Average grades for aspects observed in the first cycle of 2.5 or {83.33%}, the second cycle of 3 or {100%}, the third cycle of 3 {100%}. Infer aspects of the acquisition to increase its average value, the average value of the first cycle of 2.5 or {83.33%}, the second cycle of 2.83 or {94.33%) and the third cycle of 2.92 or {97.33%}. Acquisition average value also increases communicate aspects, the first cycle of 2 or {66.67%}, the second cycle of 2.75 or {91.67} and the third cycle of 2.83 or 94.33% {}. Or if seen from the increase in the average value of the skills of each cycle is as follows. Acquisition of the average value of science process skills first cycle was 2.33 or 77.66%} {skilled category, the second cycle is obtained mean value by 2.86 or 95.33%} {highly skilled category, the third cycle values obtained average of 2.92 or 97.33%} {highly skilled category. From these data it can be concluded that the application of the guided inquiry approach can improve students' science process skills in grade 2 Karanganyar VA Elementary School District of Panguragan.


(6)

Sanjaya, Amu. 2014

PENERAPAN PENDEKATAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS PADA PEMBELAJARAN IPA MATERI PERISTIWA ALAM

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

Pernyataan i

Ucapan Terima Kasih ii

Abstrak iv

Kata Pengantar v

Daftar Isi vi

Daftar Tabel viii

Daftar Gambar ix

Daftar Lampiran x

BAB I PENDAHULUAN 1

A.Latar Belakang 1

B.Rumusan Masalah 5

C.Tujuan Penelitian 6

D.Manfaat Penelitian 6

E. Hipotesis Tindakan 7

F. Definisi Operasional 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA 9

A.Konsep Pendekatan Inkuiri 9

1. Pengertian Pendekatan Inkuiri Terbimbing 9 2. Langkah-Langkah Pembelajaran Pendekatan Inkuiri 11 3. Prinsip-Prinsip Pendekatan Inkuiri 13 4. Kelebihan Dan Kekurangan Pendekatakan Inkuiri 14

B. Konsep Keterampilan Proses Sains 16

1. Pengertian Keterampilan Proses Sains 16 2. Macam-Macam Keterampilan Proses Sains 17 3. Pengembangan Keterampilan Proses Sains 22

C. Konsep pembelajaran IPA 22

1. Pengertian pembelajaran IPA 22


(7)

Sanjaya, Amu. 2014

PENERAPAN PENDEKATAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS PADA PEMBELAJARAN IPA MATERI PERISTIWA ALAM

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Peristiwa Alam 25

D. Temuan Hasil Penelitian Yang Relevan 27

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 28

A.Metode Penelitian 28

B. Model Penelitian 30

C.Lokasi, Waktu Dan Subjek Penelitian 32

D.Prosedur Penelitian 32

E. Instrumen Penelitian 39

F. Pengolahan Data 40

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 45

A.Hasil Penelitian 45

B. Pembahasan 75

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 85

A.Simpulan 85

B.Saran 86

DAFTAR PUSTAKA 88

LAMPIRAN-LAMPIRAN 90


(8)

Sanjaya, Amu. 2014

PENERAPAN PENDEKATAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS PADA PEMBELAJARAN IPA MATERI PERISTIWA ALAM

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Semua warga Indonesia berhak mendapat menjadi insan cerdas melalui pendidikan. Hal ini sesuai dengan yang termuat di dalam UUD 1945 bagian pembukaan alinea ke empat mengenai cita-cita adanya pendidikan di Indonesia adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Mengenai fungsi Pendidikan Nasional yang termuat dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (2013, hlm. 6) BAB II Pasal 3 yang mengatakan bahwa :

Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, beraklak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dn menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Dari hal yang termuat dalam undang-undang di atas, yang mengatakan semua orang Indonesia berhak untuk menjadi insan yang cerdas seperti yang disebutkan di atas. Mari kita lihat contoh salah satu aspek yang dapat mempengaruhi berkembangnya potensi seseorang. Khususnya dalam bidang pendidikan, yaitu proses pembelajaran yang di lalui seorang siswa di kelas khususnya dalam proses pembelajaran mata pelajaran IPA di sekolah dasar.

Bertitik tolak dari pemikiran yang sederhana, yaitu Menurut Depdikas (dalam Samatowa, 2011, hlm 99) mengatakan bahwa “pendidikan Sains diarahkan untuk mencari tahu dan berbuat sehingga dapat membantu siswa untuk memperoleh pemahaman yng lebih mendalam tentang alam sekitar”

Fenomena rendahnya mutu pendidikan IPA sebagai disiplin ilmu dan penerapannya dalam masyarakat membuat pendidikan IPA menjadi penting, tetapi pengajaran IPA yang paling tepat untuk anak-anak usia sekolah dasar harus diperhatikan sesuai dengan kematangan kognitifnya. Karena struktur kognitif


(9)

Sanjaya, Amu. 2014

PENERAPAN PENDEKATAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS PADA PEMBELAJARAN IPA MATERI PERISTIWA ALAM

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

siswa khususnya siswa sekolah dasar yang tentunya berbeda dengan struktur kognitif dewasa.

Tujuan pelajaran IPA dimasukkan ke dalam suatu kurikulum sekolah menurut Samatowa (2011. Hlm. 6) disimpulkan yaitu : 1) Bahwa IPA berfaedah bagi suatu bangsa, IPA merupakan dasar teknologi, dan disebut-sebut sebagai tulang punggung pembangunan. Sebab pengetahuan dasar untuk teknologi ialah IPA. Orang tidak menjadi insinyur elektronik yang baik, atau dokter yang baik, tanpa dasar yang cukup luas mengenai ilmu pengetahuan alam , 2) Bila diajarkan IPA secara tepat, maka IPA merupakan suatu mata pelajaran yang dapat melatih/mengembangkan kemampuan berfikir kritis; misalnya IPA diajarkan dengan mengikuti metode “menemukan sendiri”. sebagai contoh: “dapatkah tumbuhan hidup tanpa daun?”. anak diminta untuk mencari dan menyelidiki hal ini, 3) Bila IPA diajarkan melalui percobaan-percobaan yang dilakukan sendiri oleh anak, maka IPA tidak hanya merupakan mata pelajaran yang bersifat hafalan belaka, 4) Mata pelajaran IPA mempunyai nilai-nilai pendidikan yaitu dapat membentuk kepribadian anak secara keseluruhan. Oleh karena itu antara ilmu pengetahuan alam itu erat kaitannya dengan pengetahuan dan kompetensi guru dalam menyajikan pembelajaran IPA yang memperhatikan tingkat perkembangan kognitifnya salah satunya dengan rekonstruksi pengetahuan melalui keterampilan proses sains yang dapat anak lakukan untuk membangun pengetahuan baru di dalam pelajaran IPA.

Namun tujuan kurikuler pembelajaran IPA di atas mengenai kurikulum IPA yang ada di dalam sebuah sekolah terpatahkan dengan kenyataan yang ada di lapangan. Berdasarkan observasi terhadap proses pembelajaran IPA di sekolah dasar yang peneliti dapat adalah sebagai berikut.

Observasi proses pembelajaran IPA, secara umum siswa kelas VA ini memang cenderung membutuhkan perlakukan khusus dalam proses kegiatan belajar mengajarnya, khususnya pada pembelajaran IPA. Berdasarkan hasil


(10)

Sanjaya, Amu. 2014

PENERAPAN PENDEKATAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS PADA PEMBELAJARAN IPA MATERI PERISTIWA ALAM

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

observasi menunjukan bahwa keterampilan proses sains siswa cenderung rendah, siswa kurang diberi kesempatan untuk mengoptimalkan panca indera yang ia miliki khususnya dalam hal mengamati. Dari segi aspek keterampilan proses sains menyimpulkan juga masih rendah, hanya beberapa siswa yang benar dalam hal meyimpulkan apa yang ditanyakan guru pada saat mengajar. Untuk aspek keterampilan proses sains mengkomunikasi, cenderung hanya siswa-siswa yang aktif merespon pertanyaan guru, sedangkan kebanyakan dari siswa kelas VA tersebut masih tergolong malu-malu atau bingung dalam mengkomunikasikan ide atau gagasan pada saat proses kegiatan belajar mengajar berlangsung. Hal ini diakibatkan dari penggunaan metode konvensional yang dikembangkan guru terhadap penggunaan yang bersifat verbalistik dengan berpusat kepada guru, siswa hanya menerima materi pembelajaran “transfer of knowlage “dari guru bukan siswa yang aktif membangun pengetahuan.

Berdasarkan tanya jawab yang peneliti lakukan kepada siswa setelah mengamati proses pembelajaran IPA, didapat jawaban ketika hasil tes yang diperoleh beragam ada yang mendapat nilai “kurang dibawah KKM” di dapat jawaban dari siswa berupa : ada yang belum menghafalkan sebelum tes, kurang contoh dari materi yang diberikan, kurang memperhatikan guru saat mengajar, belum mengerti klasifikasi penyebab gempa “kurang jelas”, materi terlalu sulit dan mengalami kebingungan dalam menerima pengetahuan baru. Jawaban itu didapat ketika siswa masih memandang pembelajaran IPA merupakan pelajaran menghafal bukan pembelajaran yang bersifat empiris atau pengalaman langsung.

Dari hal-hal di atas jika disimpulkan berasal dari keterampilan proses sains yang rendah dikembangkan oleh guru dalam pembelajaran IPA. Siswa hanya bersifat sebagai subjek yang hanya menerima pengetahuan baru, bukan sebagai subjek aktif yang berusaha mencari pengetahuan baru yang ingin mereka dapatkan.

Berdasarkan observasi di atas aspek keterampilan proses sains yang perlu ditingkatkan di sekolah ini adalah seperti halnya aspek keterampilan proses dasar


(11)

Sanjaya, Amu. 2014

PENERAPAN PENDEKATAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS PADA PEMBELAJARAN IPA MATERI PERISTIWA ALAM

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

yaitu aspek mengamati, keterampilan proses sains aspek menyimpulkan dan aspek keterampilan proses sains aspek mengkomunikasi.

Kemudian peneliti memastikan pengaruh metode yang dipakai dengan hasil tes yang di dapat, didapat hasil dari jumlah siswa yang hadir 16 siswa didapat rata-rata hasil tes 47, 94. Sedangkan KKM IPA SD Negeri 2 Karanganyar tersebut sebesar 66 dengan yang lulus diatas KKM sebanyak dua orang dan lainnya dibawah nilai KKM. Ini merupakan data dan fakta yang peneliti berhasil temukan di lapangan.

Dari temuan data di atas, dapat disimpulkan bahwa ketika siswa aspek keterampilan proses dalam pembelajaran IPA kurang dikembangkan, mengakibatkan siswanya kurang teroptimalkan berkembangnya potensinya, siswa memandang pembelajaran IPA merupakan pelajaran menghafal, karenaguru kurang mengoptimalkan panca indera yang siswa miliki, kurang melibatkan siswa dalam proses belajar, proses belajar hanya transfer ilmu, proses pembelajaran berpusat kepada guru, serta jarang melakukan kegiatan ilmiah. Oleh Karena itu untuk lebih meningkatkan keterampilan proses sains pada diri siswa guna mengoptimalkan potensi yang siswa miliki adalah dengan menerapkan pendekatan inkuiri terbimbing di dalam proses pembelajaran IPA. Siswa di arahkan untuk mampu terlibat secara langsung di dalam proses pembelajaran di kelas, dengan harapan siswa mampu menemukan konsep sendiri “dalam mempersiapkan pengetahun yang bersifat jangka panjang” yakni dengan menggunakan pendekatan Inkuiri terbimbing. Berikut adalah beberapa pengetahuan mengenai inkuiri. Sebagaimana diungkapkan oleh Sanjaya (2009, hlm. 193) yang mengatakan bahwa :

Strategi pembelajaran inkuiri menekankan kepada proses mencari dan menemukan, materi pelajaran tidak diberikan langsung. Peran siswa dalam strategi ini adalah mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran, sedangkan peran guru adalah sebagai fasilitator dan pembimbing siswa untuk belajar.


(12)

Sanjaya, Amu. 2014

PENERAPAN PENDEKATAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS PADA PEMBELAJARAN IPA MATERI PERISTIWA ALAM

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Teori belajar yang mendasari adanya pendekatan ini muncul, adalah teori belajar konstruktivistik. Teori belajar ini dikembangkan oleh Piaget. Menurut Piaget (dalam Sanjaya, 2009, hlm. 194) mengatakan bahwa pengetahuan itu akan bermakna makala dicari dan ditemukan sendiri oleh diri siswa.

Menurut Sanjaya (2009, hlm 194) mengatakan Strategi pembelajaran inkuiri adalah proses rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses belajar kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan.

Adapun kelebihan pendekatan inkuiri adalah sebagai berikut pembelajaran inkuiri meningkatakan potensi intelektual siswa. Hal ini dikarenakan siswa diberi kesempatan untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari permasalahan yang diberikan dengan pengamatan dan pengalaman sendiri, ketergantungan siswa terhadap kepuasan enstrinsik bergeser ke arah kepuasan intrinsik, siswa yang telah berhasil menemukan sendiri sampai dapat memecahkan masalah yang akan meningkatkan kepuasan intelektualnya yang datang dari dalam dirinya, siswa memperoleh pengetahuan yang bersifat penyelidikan karena terlibat langsung dalam proses penemuan, belajar melalui inkuiri dapat memperpanjang proses ingatan, karena pengetahuan yang diperoleh sendiri pun lebih mudah diingat, belajar dengan inkuiri dapat memahami konsep-konsep sains dan dengan ide-ide yang baik, pusat pengajaran adalah siswa, salah satu prinsip psikologi belajar mengatakan semakin besar keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran, semakin besar pula kemampuan belajar siswa tersebut, karena pembelajaran inkuiri tidak hanya ditunjukan untuk belajar konsep-konsep dan prinsip-prinsip, tetapi juga belajar pengarahan diri, tanggung jawab, komunikasi, dan lain sebagainya. Dengan aspek keterampilan proses sains yang rendah yang terjadi pada kelas VA SD Negeri 2 Karanganyar Kecamatan Panguragan Kabupaten Cirebon, semoga dengan kelebihan-kelebihan pendekatan inkuiri terbimbing di atas, harapannya adalah dapat meningkatkan keterampilan proses sains pada diri siswa. Dengan demikian peneliti mengambil fokus penelitian dengan judul


(13)

Sanjaya, Amu. 2014

PENERAPAN PENDEKATAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS PADA PEMBELAJARAN IPA MATERI PERISTIWA ALAM

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

“Penerapan Pendekatan Inkuiri Terbimbing untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka peneliti mengangkat rumusan masalah sebagi berikut :

1. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran IPA meteri peristiwa alam dengan menggunakan pendekatan inkuiri terbimbing pada kelas VA SDN 2 Karanganyar Kecamatan Panguragan Kabupaten Cirebon ?

2. Bagaimana peningkatan keterampilan proses sains setelah diterapkan pendekatan inkuiri terbimbing pada pembelajaran IPA materi peristiwa alam pada kelas VA SDN 2 Karanganyar Kecamatan Panguragan Kabupaten Cirebon?

C. Tujuan Penelitian

Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk :

1. Memperoleh gambaran pelaksanaan pembelajaran IPA materi peristiwa alam dengan menggunakan pendekatan inkuiri terbimbing pada kelas VA SDN 2 Karanganyar Kecamatan Panguragan Kabupaten Cirebon.

2. Mengetahui peningkatan keterampilan proses sains setelah diterapkannya pendekatan inkuri terbimbing pada kelas VA SDN 2 Karanganyar Kecamatan Panguragan Kabupaten Cirebon.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian tindakan kelas ini diharapkan memberikan manfaat bagi peningkatan pembelajaran di sekolah dasar pada umumnya dan khususnya dalam mata pelajaran IPA kelas VA SD Negeri 2 Karanganyar. Adapun manfaat penelitian ini antara lain.


(14)

Sanjaya, Amu. 2014

PENERAPAN PENDEKATAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS PADA PEMBELAJARAN IPA MATERI PERISTIWA ALAM

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Menambah referansi hasil penelitian tindakan kelas tentang penerapan pendekatan inkuiri termbimbing untuk meningkatkan keterampilan proses sains kepada kelas V materi peristiwa alam dalam pelajaran ilmu pengetahun alam.

2. Manfaat Praktis a. Untuk Guru :

1) Dapat menunjang kemampuan pedagogik serta keprofesionalan guru dalam menciptakan inovasi pembelajaran dan perbaikan mutu pembelajarn di kelas dengan menggunakan pendekatan inkuiri terbimbing ini.

b. Untuk Siswa

1) Siswa lebih paham dan lebih antusias karena dengan materi yang dirasa sulit namun dengan metode yang beragam dan terbimbing hal itu membuat siswa menjadi konkrit dalam memahami materi peristiwa alam.

2) Menunjang sikap kemandirian dan keterlibatan langsung siswa dalam proses inkuiri untuk dapat memahami materi Peristiwa Alam.

c. Untuk Sekolah

1) Membantu memecahkan masalah kesulitan belajar pada pembelajaran IPA materi peristiwa alam di SD dengan menggunakan pendekatan Inkuiri Terbimbing.

2) Memberikan bahan masukan dari penerapan pendekatan inkuri terbimbing dalam pembelajaran IPA di SD.

d. Untuk Peneliti.

1) Menambah pengetahuan tentang Penelitian Tindakan Kelas dan penerapannya di kelas

2) Memberikan rasa senang karena ikut berperan serta dalam mendidik tunas bangsa dengan inovasi pembelajaran yang dilakukan.


(15)

Sanjaya, Amu. 2014

PENERAPAN PENDEKATAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS PADA PEMBELAJARAN IPA MATERI PERISTIWA ALAM

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu E.Hipotesis Tindakan

Berdasarkan uraian yang peneliti cantumkan pada rumusan masalah, peneliti berhipotesis, bahwa : “Jika dalam pembelajaran menggunakan penerapan pendekatan inkuiri terbimbing maka dapat meningkatkan keterampilan proses sains dalam materi peristiwa alam dengan baik di kelas VA SDN 2 Karanganyar

Kecamatan Panguragan Kabupaten Cirebon”.

F. Definisi Operasional

1. Pendekatan Inkuiri Terbimbing yang dimaksud dalam penelitian ini adalah proses pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan penyelidikan secara langsung untuk mendapatkan pengetahuan dan memecahkan masalah disertai dengan bimbingan guru. Penerapan pendekatan inkuiri terbimbing dilakukan dengan tahapan 1) orientasi, 2) merumuskan masalah, 3) merumuskan hipotesis, 4) mengumpulkan data, 5) menguji hipotesis, 6) merumuskan Kesimpulan. Kelebihan pendekatan ini adalah siswa diberi kesempatan untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari permasalahan yang diberikan dengan pengamatan dan pengalaman sendiri dan siswa memperoleh pengetahuan yang bersifat penyelidikan karena terlibat langsung dalam proses penemuan guna membangun pengetahuan yang ingin mereka ingin dapatkan. Keterlaksanaan penerapan tahapan pendekatan inkuiri terbimbing diukur dengan menggunakan lembar observasi yang dilakukan oleh observer pada saat pembelajaran berlangsung pada materi peristiwa alam. 2. Keterampilan Proses Sains dalam penelitian ini adalah kecakapan dasar yang


(16)

Sanjaya, Amu. 2014

PENERAPAN PENDEKATAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS PADA PEMBELAJARAN IPA MATERI PERISTIWA ALAM

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

metode kerja ilmiah. Maksud metode ilmiah adalah proses berpikir untuk memecahkan masalah secara sistematis, empiris , dan terkontrol. keterampilan proses yang akan diamati dan diukur adalah aspek keterampilan proses dasar : yaitu aspek mengamati, menyimpulkan, dan aspek mengkomunikasikan. Keterampilan proses ini akan diukur dengan menggunakan lembar observasi keterampilan proses sains di setiap siklusnya.


(17)

Sanjaya, Amu. 2014

PENERAPAN PENDEKATAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS PADA PEMBELAJARAN IPA MATERI PERISTIWA ALAM

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A.Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan khususnya penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research), jika dikaji arti penelitian dan penelitian tindakan sendiri memiliki beberapa pengertian, masing-masing tokoh memiliki arti yang hampir sama.

Menurut Kemmis (dalam Hopkins, 2011, hlm. 87) mengatakan bahwa penelitian tindakan merupakan salah satu bentuk penyelidikan refleksi diri yang dilaksanakan oleh para partisipan dalam situasi-situasi sosial (termasuk pendidikan) untuk meningkatkan rasionalitas dan keadilan dalam (a) praktik-praktik sosial dan pendidikan mereka sendiri, (b) pemahaman mereka tentang praktik-praktik ini, dan (c) situasi-situasi yang melingkupi pelaksanaan pratik-praktik tersebut.

Sedangkan Arikunto dkk (2009, hlm. 56) mengatakan Penelitian tindakan dapat dipandang sebagai tindak lanjut dari penelitian deskriptif maupun eksperimen. Dari uraian tersebut dimaksudkan bahwa jika dalam penelitian eksperimen peneliti ingin mengetahui akibat dari suatu perlakuan (treatment, tindakan atau sesuatu yang dilakukan), maka pada penelitian tindakan, peneliti mencermati pada kajiannya pada proses dan akibat dari tindakan yang dibuatnya. Dari uraian di atas Penelitian jenis ini dilakukan dengan melibatkan para kolaboratif dengan melibatkan partisipan, namun tak jarang dilaksanakan oleh individu-individu, dan terkadang bekerja sama dengan orang luar. Dalam pendidikan, penelitian tindakan dilaksanakan sebagai usaha mengembangkan kurikulum berbasis sekolah, pengembangan kebijakan dan perencanaan sistem.

Untuk pengertian penelitian tidakan kelas sendiri, beberapa tokoh berpendapat mengenai pengertian penelitian tindakan kelas, yakni sebagai berikut.

Menurut Arikunto dkk (2009, hlm. 58) mendefinisikan PTK dari tiga kata, yaitu penelitian tindakan .kelas, penelitian adalah kegiatan mencermati suatu objek, menggunakan atura metodologi, tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat untuk meningkatkna mutu suatu hal


(18)

Sanjaya, Amu. 2014

PENERAPAN PENDEKATAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS PADA PEMBELAJARAN IPA MATERI PERISTIWA ALAM

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

yang menarik minat dan penting bagi peneliti, tindakan adalah suatu gerak kegiatan yang disengaja dilakukan dengan tujuan tertentu, yang dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus kegiatan, dan kelas adalah sekelompok siswa dalam waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dari seorang guru, dengan kesimpulan PTK dalah penelitian tindakan yang di lakukan di kelas dengan tujuan memperbaiki/meningkatkan mutu praktik pembelajaran.

Sedangkan Rochiati (dalam Kunanadar, 2008, hlm. 46) mengungkapkan penelitian tindakan kelas termasuk ke dalam penelitian kualitatif meskipun data yang dikumpulkan bisa saj bersifat kuantitatif, dimana uraiannya bersifat deskriptif dalam bentuk kata-kata, peneliti merupakan intrumen utama dalam pengumpulan data, proses sama pentingnya dengan produk. Perhatian peneliti diarahkan kepada pemahaman bagaimana berlangsungnya suatu kejadian atau efek dari suatu tindakan.

Masalah-masalah yang dapat dikaji dalam PTK sangat luas, dikarenakan dilihat dari makna kelas dalam PTK itu sendiri. Menurut Arikunto dkk (2009, hlm 59) masalah tersebut meliputi hal-hal yang berkenaan dengan masalah belajar siswa di sekolah, pengembangan profesionalisme guru, pengolahan dan pengendalian, penanaman dan pengembangan sikap serta nilai-nilai, alat bantu media dan sumber belajar sistem assesmen dan evaluasi proses dan hasil pembelajaran dan masalah implementasi kurikulum.

Tujuan PTK menurut Arikunto Dkk (2009, hlm. 60) adalah untuk memecahkan permasalahan nyata yang terjadi di dalam kelas. Kegiatan ini tidak hanya bertujuan untuk memecahkan masalah, tetapi sekaligus mencari jawaban ilmiah mengapa hal tersebut dapat dipecahkan dengan tindakan yang dilakukan. PTK juga bertujuan untuk meningkatkan kegiatan nyata guru dalam pengembangan profesionalnya. Pada intinya PTK bertujuan untuk memperbaiki berbagai persoalan nyata dan praktis dalam peningkatan mutu pembelajaran di kelas yang dialami langsung dalam interaksi antara guru dengan siswa yang sedang belajar.

Secara rinci, tujuan PTK menurut Arikunto dkk (2009, hlm 61) antara lain adalah untuk meningkatkan mutu isi, masukan, proses, serta hasil


(19)

Sanjaya, Amu. 2014

PENERAPAN PENDEKATAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS PADA PEMBELAJARAN IPA MATERI PERISTIWA ALAM

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pendidikan dan pembelajaran di sekolah, membantu guru dan tenaga kependidikan lainnya mengatasi masalah pembelajaran dan pendidikan di dalam dan di luar kelas, meningkatkan sikap profesional pendidik dan tenaga kependidikan, serta menumbuhkan budaya akademik di lingkungan sekolah sehingga tercipta sikap proaktif di dalam melakukan perbaikan mutu pendidikan dan pembelajaran secara berkelanjutan.

Jadi dapat disimpulkan bahwa PTK adalah merupakan penelitian yang di lakukan untuk memecahkan atau mengatasi permasalahan yang berada di kelas sehingga dapat meningkatkan mutu perbaikan, baik dari segi proses, maupun hasil pendidikan dalam pembelajaran di sebuah kelas.

B. Model Penelitian

Model penelitian tindakan kelas yang diambil adalah model penelitian dari Kemmis Taggart. Berdasarkan gambar Model PTK Kemmis Taggart meliputi empat tahap yaitu plan, act, observe dan reflect (dalam Hopkins, 2011, hlm. 92). Penelitian tindakan kelas model Kemmis Taggart disajikan dalam Gambar 3.1 di bawah ini. Hal ini sejalan dengan yang diuraikan menurut Arikunto (2009, hlm 73) PTK dilaksanakan dalam bentuk siklus berulang yang didalamnya terdapat empat tahapan kegiatan utama, yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi.


(20)

Sanjaya, Amu. 2014

PENERAPAN PENDEKATAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS PADA PEMBELAJARAN IPA MATERI PERISTIWA ALAM

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Gambar 3.1

Model Penelitian Tindakan Kelas Kemmis dan Mc Taggart

Empat tahapan yang diungkap Arikunto di atas, dapat simpulkan sebagai berikut.

1. Perencanaan

Di awali dengan tahapan pertama yaitu tahap perencanaan, pada tahapan ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, di mana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut akan dilakukan. Biasanya untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut peneliti harus mempersiapkan beberapa hal diantaranya rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP, LKS, Bahan dan sumber ajar), instrumen penelitian (lembar aktivitas siswa dan guru, lembar observasi KPS) dan kebutuhan lain yang diperlukan.

2. Pelaksanaan/tindakan

Tahap yang kedua adalah tahap pelaksanaan, pada tahap ini, peneliti menerapkan atau mengimplementasikan apa saja yang sudah dipersiapkan di dalam rencana, untuk dilaksanakan di dalam kelas ada saat kegaiatan belajar mengajar berlangsung. Peneliti harus melakukan sikap dan tingkah laku idealnya sama seperti dengan yang sudah direncananakan di tahap perencanaan, dengan pikiran untuk menghindari sesuatu yang tidak diinginkan terjadi pada saat pembelajaran berlangsung.

3. Observasi

Dalam tahap ketiga yaitu observasi, tahap ini adalah tahap mengamati, yang biasanya dilakukan oleh pengamat, pengamat melakukan pengamatan terhadap tahap-tahap proses pembejaran yang dilakukan khususnya interaksi nyang terjadi antara siswa dengan siswa, atau siswa dengan guru yang sesuai tahapan yang ada di dalam langkah-langkah pembelajaran yang sudah direncanakan.


(21)

Sanjaya, Amu. 2014

PENERAPAN PENDEKATAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS PADA PEMBELAJARAN IPA MATERI PERISTIWA ALAM

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4. Refleksi

Tahapan ini dimaksudkan untuk mengkaji secara menyeluruh tindakan yang teah dilakukan, berdasarkan data yang terkumpul, kemudian dilakukan evaluasi guna menyempurnakan tindakan berikutnya. Refleksi dalam PTK mencakup analisis, sintesis, dan penilaian terhadap hasil pengamatan atas tindakan yang dilakukan. Jika terdapat masalah dari proses refleksi maka dilakukan proses pengkajian ulang melalui siklus berikutnya yang meliputi kegiatan : perencanaan ulang, tindakan ulang, dan pengamatan ulang sehingga permasalahan dapat teratasi. Hopkins (dalam Arikunto, dkk, 2009,hlm. 80)

C. Lokasi, Waktu Dan Subjek Penelitian 1. Lokasi

Penelitian ini dilakukan di SDN 2 Karanganyar Kecamatan Panguragan Kabupaten Cirebon. Berawal dari hasil observasi yang peneliti lakukan dalam mengambil data untuk pengajuan proposal penelitian ini (11 Maret 2014), dengan pertimbangan keterampilan proses sains yang dilihat tergolong kurang dikembangkan di dalam proses pembelajaran di kelas tersebut, oleh karena penelitian akhirnya memutuskan untuk melakukan penelitian tindakan kelas di kelas VA SDN 2 Karanganyar Kabupaten Cirebon dengan penerapan inkuiri terbimbing untuk meningkatkan keterampilan proses sains..

2. Waktu

Penelitian tindakan kelas yang peneliti dilakukan pada semester dua tahun pelajaran 2013/2014 tepatnya pada bulai Mei 2014, yaitu diadakan pada tanggal 10 Mei sampai dengan 17 Mei 2014 yang terdiri dari tiga siklus. Siklus I dilaksanakan pada sabtu tanggal 10 Mei 2014, dan siklus II rabu tanggal 14 Mei 2014 dan siklus III pada sabtu 17 Mei 2014.

3. Subjek Penelitian

Subjek penelitian tindakan kelas penerapan pendekatan inkuiri terbimbing untuk meningkatkan keterampilan proses sains ini adalah siswa kelas VA SDN 2


(22)

Sanjaya, Amu. 2014

PENERAPAN PENDEKATAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS PADA PEMBELAJARAN IPA MATERI PERISTIWA ALAM

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Karanganyar Kecamatan Panguragan Kabupaten Cirebon yang berjumlah 12 siswa yang terdiri dari 8 orang putra dan 4 orang putri.

D. Prosedur Penelitian

Langkah-langkah praktis presedur PTK menurut Arikunto dkk (2009, Hlm 117) Setiap siklus meliputi empat tahap pokok, yaitu tahap perencanaan (planning), pelaksanaan (action), pengamatan (observing) dan refleksi (reflecting). Kegiatan-kegaiatan ini disebut dengan satu siklus kegiatan pemecahan masalah. Apabila satu siklus belum menunjukan tanda-tanda perbaikan (peningkatan mutu), maka kegiatan riset perlu dilanjutkan pada siklus kedua dan seterusnya sampai peneliti merasa puas. Penjabaran kegiatan setiap siklusnya dapat dijabarkan sebagai berikut :

1. Tahap Perencanaan

a. Observasi dilakukan untuk mendapatkan gambaran awal mengenai kondisi dan situasi proses kegaiatan belajar mengajar dalam pelajaran IPA pada kelas VA Sekolah Dasar Negeri 2 Karanganyar Kecamatan Panguragan Kabupaten Cirebon yang akan dijadikan sebagai subyek penelitian (upaya mengidentifikasi masalah).

b. Identifikasi permasalahan mencakup kajian terhadap Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tahun 2006, menentukan pendekatan, model atau metode yang sekiranya relevan dengan data yang di dapat, menanyakan nilai KKM IPA sekolah dasar tersebut, merencanakan pembuatan RPP dan menyusun tahap penelitian (analisis masalah).

c. Pengajuan proposal penelitian

d. Dengan data yang didapat, peneliti membuat surat izin dari kampus serta meminta izin kepada Kepala Sekolah Dasar Negeri 2 Karanganyar Kecamatan Panguragan Kabupaten Cirebon untuk melakukan penelitian tindakan kelas. e. Studi pendahuluan dari berbagai literature, baik dari buku (buku penelitian


(23)

Sanjaya, Amu. 2014

PENERAPAN PENDEKATAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS PADA PEMBELAJARAN IPA MATERI PERISTIWA ALAM

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

inkuiri terbimbing, , keterampilan proses sains, dan berbagai sumber yang mendukung penelitian ini) serta bimbingan dengan dosen pembimbing skripsi dan teman sejawat.

f. Membuat instrumen pembelajaran (RPP, LKS, Kisi-kisi dan soal tes pre tes dan post tes) dan intrumen penelitian (lembar observasi aktivitas guru dan siswa sesuai dengan tahapan pendekatan inkuiri dan lembar observasi keterampilan proses sains)

g. Judgement oleh dua dosen pembimbing untuk menentukan kelayakan instrumen pembelajaran dan penelitian yang akan dipergunakan dalam pelaksanaan PTK

h. Merevisi intrumen penelitian dan instrumen pembelajaran.

2. Tahap Pelaksanaan

Tahapan pelaksanaan dilaksanakan peneliti untuk memperbaiki masalah. Langkah-langkah praktisnya dapat dilakukan dengan memikirkan apayang pertema kali dilakukan, bagaiamana organisasi kelasnya, siapa yang menjadi kolaboratif (pihak yang bisa diajak bekerja sama untuk memperbaiki mutu praktik pendidikan), dan siapa yang akan mengambil data.

Pada pelaksanaan penelitian tindakan kelas (PTK) ini terdiri dari tiga siklus untuk mendapatkan data yang lebih akurat. Pada setiap siklus terdapat empat tahapan yaitu perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi.

Siklus I

a. Perencanaan (Planning)

1) Menyusun RPP pokok bahasan peritiwa alam (banjir dan tanah longsor) penyebab dan dampaknya dengan menggunakan tahap-tahap pembelajaran sesuai dengan pendekatan inkuiri terbimbing.

2) Menyusun kelompok untuk pembelajaran dengan mewawancarai wali kelas brdasarkan kemampuan siswa didasarkan pada hasil belajarnya dan jenis kelamin.


(24)

Sanjaya, Amu. 2014

PENERAPAN PENDEKATAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS PADA PEMBELAJARAN IPA MATERI PERISTIWA ALAM

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3) Membuat soal pre tes dan post tes keterampilan proses sains untuk mengetahui hasil belajar siswa.

4) Mempersiapkan instrumen penilaian, berupa lembar observasi keterampilan proses sains.

5) Merencanakan media/alat/bahan belajar yang menunjang.

b. Pelaksanaan

1) Melakukan apersepsi terlebih dahulu di awal pembelajaran, pemberian pre-tes dan pembagian kelompok menjadi lima kelompok.

2) Melakukan proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan inkuiri terbimbing. Dengan langkah-langkah sebagai berikut:

Kegiatan Awal (15 Menit)

a) Guru mengucapkan salam sambil mengecek kehadiran siswa

b) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang diharapkan dicapai siswa a) Tahap 1 Orientasi

a) Guru menggali kognisi awal siswa tentang peristiwa alam (banjir dan longsor) melalui penyajian gambar terjadinya banjir dan tanah longsor. b) Siswa diminta untuk mengemukaan konsepsi awal dengan menjawab

pertanyaan-pertanyaan yang disampaikan guru sebagai berikut : (1) Apa nama peristiwa alam seperti tampak pada gambar ? (2) Menurut kalian kenapa peristiwa alam tersebut dapat terjadi ? (3) Apakah peristiwa alam tersebut dapat dicegah ?

(4) Bagaimana cara mencegah terjadinya banjir dan tanah longsor? (5) Kira-kira apa akibat peristiwa alam banjir dan tanah longsor ?

c) Menerangkan langkah-langkah pembelajaran melalui pendekatan inkuiri terbimbing.

Kegiatan Inti (45 Menit)

Eksplorasi

a) Guru membagi siswa ke dalam 5 kelompok, tiap kelompok terdiri dari 4-5 orang


(25)

Sanjaya, Amu. 2014

PENERAPAN PENDEKATAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS PADA PEMBELAJARAN IPA MATERI PERISTIWA ALAM

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

b) Setiap kelompok menerima LKS

b)Tahap 2 Merumuskan Masalah

a) Siswa dibimbing oleh guru untuk merumuskan masalah. Permasalahan yang diharapkan dapat dirumuskan oleh siswa, yaitu :

(1) Mengapa peristiwa alam seperti banjir dan tanah longsor dapat terjadi ? (2) Apa penyebab terjadinya peristiwa alam banjir dan tanah longsor ? (3) Apa akibat “dampak” terjadinya peristiwa alam banjir dan tanah longsor

bagi mahluk hidup dan lingkungan ?

c) Tahap 3 Merumuskan Hipotesis

a) Siswa diminta mencari jawaban sementara (hipotesis) terhadap permasalahan.

d)Tahap 4 Mengumpulkan Data

a) Guru menyiapkan alat dan bahan percobaan.

b) Siswa memperhatikan dan mendengarkan penjelasan guru tentang prosedur percobaan dan cara pengumpulan data.

e) Tahap 5 Menguji Hipotesis

a) Siswa secara berkelompok melakukan percobaan dengan panduan LKS b) Guru membimbing siswa ketika melakukan percobaan.

Elaborasi

c) Siswa mendiskusikan hasil percobaan secara berkelompok dan menjawab pertanyaan yang ada pada LKS

d) Perwakilan kelompok menyajikan hasil percobaan di depan kelas.

f) Tahap 6 Merumuskan Kesimpulan

a) Siswa diberikan kesempatan untuk menyimpulkan hasil percobaan. b) Siswa menuliskan kesimpulan berdasarkan hasil percobaan.

Konfirmasi

a) Guru melakukan penguatan terhadap materi yang diberikan, yaitu :

(1) Banjir merupakan peristiwa alam yang terjadi ketika curah hujan tinggi dan keadaan air meluap. Penyebab terjadinya banjir yaitu biasanya


(26)

Sanjaya, Amu. 2014

PENERAPAN PENDEKATAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS PADA PEMBELAJARAN IPA MATERI PERISTIWA ALAM

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

karena hujan turun terus menerus, sampah dan kurangnya tempat resapan air. Dampak “akibat” terjadinya bencana banjir bagi mahluk hidup dan lingkungan adalah rumah-rumah dan ribuan hektare sawah yang ditanami padi rusak, jalan-jalan terputus tidak bisa dilewati, korban banjir pun dapat terancam berbagai penyakit seperti diare, kolera,dan penyakit-penyakit kulit.

(2) Tanah Longsor merupakan peristiwa alam yang terjadi ketika tanah tidak mampu menahan berat air hujan akibat tidak ada tumbuhan di sekelilingnya. Penyebab terjadinya tanah longsor yaitu karena tanah tidak sanggup menahan terjangan air hujan akibat adanya penggundulan hutan. Dampak terjadinya tanah longsor bagi mahluk hidup dan lingkungan adalah dapat meruntuhkan semua benda di atasnya serta dapat menimbun rumah-rumah penduduk yang ada di bawahnya sehingga rumah atau lingkungan sekitar tempat tinggal kitapun rusak

b) Guru memberikan reward kepada kelompok terbaik

Kegiatan Penutup (10 Menit)

a) Siswa bersama dengan guru menyimpulkan materi yang telah dipelajari. b) Siswa mengerjakan soal post tes

c) Guru memberikan informasi mengenai materi yang akan dibahas pada pertemuan berikutnya.

c. Observasi/Pengamat

Tahap observasi dilakukan oleh guru kelas lima dan satu teman sejawat sebagai observer/pengamat. Semua temuan pada proses pembelajaran dicatat oleh observer yang tertuang dalam lembar observasi. Hal-hal yang diamati adalah : 1) Lembar observasi aktifitas guru sesuai pendekatan inkuiri terbimbing 2) Lembar observasi aktifitas siswa sesuai pendekatan inkuiri terbimbing 3) Lembar observasi keterampilan proses sains siswa


(27)

Sanjaya, Amu. 2014

PENERAPAN PENDEKATAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS PADA PEMBELAJARAN IPA MATERI PERISTIWA ALAM

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Setelah peneliti melaksanakan pembelajaran dengan diamati oleh observer, maka peneliti melakukan refleksi. Data diperoleh dari lembar observasi aktifitas guru dan siswa sesuai dengan tahapan pendekatan inkuiri terbimbing , lembar observasi keterampilan proses sains siswa. Peneliti dan observer melakukan tanya jawab guna menemukan masalah yang timbul dalam pembelajaran dengan penerapan pendekatan inkuiri terbimbing, hal ini dimaksudkan untuk melakukan perbaikan siklus II, sehingga diharapkan pada siklus II lebih baik dan ada peningkatan lagi keterampilan proses sains siswanya.

Siklus II

a. Perencanaan

Perencanaan pada siklus II dilaksanakan setelah melakukan refleksi dari hasil lembar-lembar observasi dan pengolahan data pada siklus I. Rencana tindakan pada siklus II sama dengan siklus I yaitu:

1) Membuat RPP pokok bahasan gunung meletus dengan menggunakan langkah-langkah sesuai pendekatan inkuiri terbimbing.

2) Menyusun kelompok untuk pembelajaran berdasarkan pengamatan yang terlihat ada siklus satu.

3) Membuat soal pre tes dan post tes keterampilan proses sains untuk mengetahui hasil belajar siswa.

4) Mempersiapkan instrumen penilaian, berupa lembar observasi keterampilan proses sains.

5) Merencanakan media/alat/bahan belajar yang menunjang

b. Pelaksanaan

Peneliti melaksanakan pembelajaran pada siklus II masih sama dengan pelaksanaan pembelajaran pada siklus I, namun pada siklus dua materi yang

disampaikan berbeda dengan siklus sebelumnya materi yang diambil “gunung meletus yang terdiri dari pengertian, penyebab dan dampak dari peristiwa alam tersebut”. Peneliti melaksanakan proses pembelajaran dengan persiapan yang baru, persiapan yang disesusaikan dengan hasil refleksi.


(28)

Sanjaya, Amu. 2014

PENERAPAN PENDEKATAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS PADA PEMBELAJARAN IPA MATERI PERISTIWA ALAM

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu c. Observasi/Pengamatan

Pengamatan dilakukan untuk mengamati sejauh mana perbaikan-perbaikan yang telah dilaksanakan dalam proses pembelajaran oleh kedua observer dengan melihat interakti antar siswa dengan siswa atau siswa dengan guru.

d. Refleksi

Setelah peneliti melaksanakan proses pembelajaran dengan diamati oleh observer, peneliti mengadakan refleksi dari hasil tindakan pada siklus II.

Siklus III a. Perencanaan

Perencanaan pada siklus III dilaksanakan setelah melakukan refleksi dari hasil lembar observasi dan pengolahan data pada siklus II. Rencana tindakan pada siklus III sama dengan siklus I yaitu:

1. Membuat RPP pokok bahasan gempa bumi, penyebab dan dampaknya dengan menggunakan tahap-tahap pendekatan inkuiri terbimbing.

2. Menyusun kelompok untuk sama seperti pada pelaksanaan siklus II

3. Mempersiapkan instrumen penilaian, berupa lembar observasi keterampilan proses sains.

4. Merencanakan media/alat/bahan belajar yang menunjang.

b. Pelaksanaan

Peneliti melaksanakan pembelajaran pada siklus III masih sama dengan pelaksanaan pembelajaran pada siklus II, namun pada siklus III materi yang disampaikan berbeda dengan siklus sebelumnya materi yang diambil “gempa bumi, penyebab dan dampaknya”. Peneliti melaksanakan proses pembelajaran dengan persiapan yang baru, persiapan yang disesusaikan dengan hasil refleksi.

c. Observasi/pengamatan

Pengamatan dilakukan untuk mengamati sejauh mana perbaikan-perbaikan yang telah dilaksanakan dalam proses pembelajaran.


(29)

Sanjaya, Amu. 2014

PENERAPAN PENDEKATAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS PADA PEMBELAJARAN IPA MATERI PERISTIWA ALAM

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Setelah peneliti melaksanakan proses pembelajaran dengan diamati oleh dua observer, peneliti mengadakan refleksi dari hasil tindakan pada siklus III.

3. Tahap Akhir Penelitian

Pada tahap akhir penelitian ini, peneliti melakukan beberapa hal yakni: a. Mengolah dan menganalisis data dari hasil penelitian.

b. Menentukan peningkatan keterampilan proses sains. c. Menarik kesimpulan.

d. Menyusun laporan penelitian

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yaitu alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam suatu penelitian. Untuk mendapat data yang akurat diperlukan instrumen yang baik, instrumen yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah adalah sebagai berikut:

1. Lembar Observasi

Terdiri dari lembar observasi :

a. Lembar observasi guru dan siswa sesuai dengan tahapan pendekatan inkuiri terbimbing

b. Lembar observasi keterampilan proses sains siswa

Lembar observasi dalam penelitian ini digunakan untuk melihat aktivitas guru dan siswa yang dilakukan sesuai dengan tahapan langkah-langkah yang ada di dalam penerapan pendekatan inkuiri terbimbing dan lembar observer keterampilan proses sains siswa oleh pengamat (observer). Hal ini bertujuan untuk melihat keterlaksanaan langkah-langkah pembelajaran sesuai dengan tahapan pendekatan inkuiri terbimbing sedangkan untuk lembar observasi keterampilan proses sains siswa adalah lembar obervasi untuk dapat melihat sikap yang muncul pada diri siswa yang berhubungan dengan cerminan keterampilan proses sains siswa (aspek mengamati, menyimpulkan dan aspek mengkomunikasi) sesuai dengan indikator yang sudah tersedia pada lembar observasi).


(30)

Sanjaya, Amu. 2014

PENERAPAN PENDEKATAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS PADA PEMBELAJARAN IPA MATERI PERISTIWA ALAM

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Observasi yang digunakan dalam mengobsevasi keterlaksanaan tahapan pendekatan inkuiri terbimbing. peneliti menggunakan panduan observasi terstruktur. Arti observasi terstruktur menurut Wiriaatmadja (2005, hlm. 114). observasi terstruktur yaitu ketika peneliti sudah menyetujui kriteria yang diamati, maka selanjutnya pengamat tinggal menghitung saja berapa kali jawaban, tindakan, atau sikap siswa yang sedang diteliti itu ditampilkan.

Sedangkan untuk observasi keterampilan proses sains siswa menurut Burden dan Byrd (dalam Bundu, 2006, hlm 60) bentuk intrumen penilaian yang digunakan dapat bervariasi bergantung pada jenis keterampilan proses apa saja yang akan direkam datanya. Peneliti gunakan adalah untuk mengetahui keterampilan proses sains yang dilakukan siswa dengan bentuk intrumen observasi checlist (daftar cek).

Jadi dapat disimpulkan dari kedua observasi di atas, observasi yang digunakan di dalam penelitian ini adalah observasi yang terstruktur, yang sudah dibuatkan ilustrasi kemungkinan sikap atau kejadian yang akan muncul ketika pelaksanaan dan pada saat pelaksanaan itu berlangsung pengamat bisa lagsung menceklis apa saja yang terlihat sesuai dengan ketentuan yang sudah ada pada lembar observasi yang peneliti sediakan.

F. Pengolahan Data

Data yang diperoleh kemudian dikumpulkan dan diolah untuk dijadikan bahan analisis. Data ini bermanfaat bagi peneliti untuk memberikan gambaran mengenai kegiatan pembelajaran dan meningkatnya keterampilan proses sains. Setelah mengikuti proses pembelajaran IPA dengan penerapan pendekatan inkuiri terbimbing. Adapun pengolahan data dapat yang akan digunakan adalah sebagai berikut.

1. Mengolah hasil tes lembar observasi keterampilan proses sains siswa (KPS)


(31)

Sanjaya, Amu. 2014

PENERAPAN PENDEKATAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS PADA PEMBELAJARAN IPA MATERI PERISTIWA ALAM

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Menurut Arikunto (2012, hlm 235) mengatakan bahwa Skor adalah hasil pekerjaan menskor yang diperoleh dengan menjumlahkan angka-angka bagi setiap soal tes yang dijawab betul oleh siswa. Hal ini dilakukan untuk menghindari unsur kesubjektivitas dalam memberikan skor, maka ditentukan terlebih dahulu standar penilaiannya dengan membuat pedoman skor.

b. Mengubah Skor Menjadi Nilai

Skor yang diperoleh siswa ketika mengerjakan tes maupun dalam menghitung skor KPS siswa dapar dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut.

Keterangan

S = Nilai yang diharapkan/dicari R = jumlah skor dari item

N skor = skor maksimum tes tersebut (dalam Purwanto, 1985, hlm 167).

c. Menghitung Nilai Rata-Rata.

Menurut Sudjana (2011, hlm. 109) mengemukakan “Mean atau rata-rata

diperoleh dengan menjumlahkan seluruh skor dibagi dengan banyaknya subjek”.

Secara sederhana rumusnya adalah sebagai berikut :

Keterangan : X = Rata-rata (mean)

∑ x = Jumlah seluruh skor

N subjek = Banyaknya subjek (Siswa)

d. Menghitung Gain Ternomalisasi

Untuk mengetahui peningkatan dari tes pre tes dan post tes yang diberikan, digunakan Gain Ternomalisasi. Cara menghitung gain ternomalisasi ini dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut.

X= ∑� �

< � >= � � � – � – � � � � s= �


(32)

Sanjaya, Amu. 2014

PENERAPAN PENDEKATAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS PADA PEMBELAJARAN IPA MATERI PERISTIWA ALAM

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Hake (dalam Prihardina, 2012, hlm. 44)

Dan untuk menginterpretasi hal tersebut,digunakan kriteria yang tersaji dalam Tabel 3.1 sebagai berikut.

Tabel 3.1

Interpretasi Nilai Gain Ternormalisasi

Nilai < g > Interpretasi Efektivitas

( g ) ≥ 0,7 Tinggi

0,7 > ( g ) ≥ 0,3 Sedang

( g ) < 0,3 Rendah

Hake 1998 (dalam Prihardina, 2012, hlm. 44)

2. Mengolah data hasil observasi keteralaksanaan tahapan pendekatan inkuiri terbimbing

a. Keterlaksanaan aktivitas siswa dan guru berdasarkan keterlaksaan langkah-langkah pembelajaran pendekatan inkuiri terbimbing

(dalam Prihanto, 2013, hlm 29)

Untuk menginterpretasikan keterlaksaaan pembelajaran yang telah dilakukan, dapat ditentukan berdasarkan kategori tersaji dalam tabel 3.2 sebagai berikut.

Tabel 3.2

Interpretasi Keterlaksanaan Pendekatan Inkuiri Terbimbing

% Nilai Keterlaksanaan = ∑ ah e e a a aa ���


(33)

Sanjaya, Amu. 2014

PENERAPAN PENDEKATAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS PADA PEMBELAJARAN IPA MATERI PERISTIWA ALAM

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Persentase (%) Interpretasi

80 – 100 Sangat baik

60 – 79 Baik

40 – 59 Cukup

21 – 39 Kurang

0 – 20 Sangat kurang

Syah (dalam Prihardina, 2012, hlm. 45)

3. Mengolah data hasil observasi lembar observasi keterampilan proses sains siswa

Lembar observasi KPS yang digunakan untuk mengetahui keberkembangan keterampilan proses sains dalam penelitian ini menggunakan lembar observasi terstruktur dengan mencantumkan setiap aspek KPS skor 1 sampai dengan 3 dengan indikator yang telah ditentukan. Dengan teknik/bentuk instrumen checklist (daftar cek) yakni dengan menceklis sesuai dengan menilai yang ada dengan didasari pada sikap apa yang muncul/yang terlihat, sesuai kriteria aspek di dalam lembar observasi. untuk menghitung data lembar observasi KPS adalah sebagai berikut:

a. Menghitung nilai dari jumlah skor yang diperoleh siswa dari seluruh aspek KPS yang dinilai, sesuai dengan rumusan pada perolehan nilai hasil tes di atas.

b. Menghitung skor rata-rata (mean) aspek KPS setiap siklusnya dengan menggunakan rumusan pada rumusan mencari nilai rata-rata kelas.

c. Menghitung IPK pada setiap aspek KPS, dengan menggunakan urutan sebagai berikut.

1) Menghitung rata-rata skor 2) Menentukan skor maksimum

3) Menghitung besarnya IPK di setiap siklusnya

4) Menafsirkan perolehan IPK ke dalam tabel klasifikasi IPK untuk mengetahui tafsiran kategori pada KPS sebagaimana Tabel 3.3 berikut ini.


(34)

Sanjaya, Amu. 2014

PENERAPAN PENDEKATAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS PADA PEMBELAJARAN IPA MATERI PERISTIWA ALAM

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pencapaian KPS siswa dilihat dari IPK (Indeks Prestasi Kelompok) kelas VA.untuk menghitung IPK untuk menentukan kategori pencapaian KPS dari segi intelektual/ kognitif menggunakan rumus berikut ini :

Keterangan:

I IPK = Indeks Prestasi Kelompok

Mean = Rata-rata Kelas

SMI = Skor maksimum aspek

Dari hasil yang didapat dari penerapan rumus di atas, data tersebut diinterpretasi ke dalam beberapa kategori. Kategori tersebut tersaji dalam Tabel 3.3.

Tabel 3.3

Klasifikasi Persentase IPK

Persentase Kategori

> 90% Sangat Terampil

75% - 89% Terampil

55% - 74% Cukup Terampil 31% - 54% Kurang Terampil

< 30% Sangat Kurang Terampil Panggabean, 1989 (dalam Sa’adah, 2011).

IPK = Mea �̅

SMI x 100 %


(35)

Sanjaya, Amu. 2014

PENERAPAN PENDEKATAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS PADA PEMBELAJARAN IPA MATERI PERISTIWA ALAM

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V

SIMPULAN DAN SARAN A.Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, mengenai penelitian tindakan kelas dengan menerapkan pendekatan inkuiri terbimbing untuk meningkatkan keterampilan proses sains siswa pada kelas VA SD Negeri 2 Karanganyar pada pembelajaran IPA materi pokok Peristiwa alam. Penulis dapat mengambil simpulan sebagai berikut.

1. Pelaksanaan penerapan pendekatan inkuiri terbimbing dilakukan dalam tiga siklus. Pelaksanaan ini menerapkan langkah-langkah yang ada di dalam pendekatan inkuiri terbimbing yang sudah peneliti cantumkan di dalam rencana pelaksanaan pembelajaran. Dengan langkah-langkah sebagai berikut : 1) tahap orientasi dengan cara menampilkan sebuah gambar peristiwa alam sebagai upaya untuk mengetahui kognisi awal siswa disertai dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan. 2) tahap merumuskan masalah, pada tahap ini setelah siswa diberikan gambar siswa diminta untuk membuat pertanyaan-pertanyaan yang ingin mereka ketahui dari peristiwa alam yang ada di dalam gambar tersebut. 3) merumuskan hipotesis, di tahap ini setelah siswa selesai membuat pertanyaan siswa diminta untuk membuat jawaban sementara dari pertanyaan yang sudah mereka buat. 4) tahap mengumpulkan data, tahap ini siswa dibimbing untuk memperhatikan ulasan guru menganai macam-macam bahan percobaan beserta fungsinya. 5) tahap menguji hipotesis, tahap ini dilakukan dengan melakukan investigasi berupa percobaan-percobaan peristiwa alam. dan yang ke 6) tahap merumuskan kesimpulan, di tahap ini setelah siswa selesai mengerjakan dan melakukan percobaan siswa diberi kesempatan untuk berdiskusi dengan teman sekelompoknya untuk menyimpulkan percobaan yang mereka telah lakukan.

2. Peningkatan keterampilan proses sains siswa setelah diterapkannya pendekatan inkuiri terbimbing dapat dikatakan meningkat. Hal ini dibuktikan dengan


(36)

Sanjaya, Amu. 2014

PENERAPAN PENDEKATAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS PADA PEMBELAJARAN IPA MATERI PERISTIWA ALAM

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

perolehan nilai rata-rata keterampilan proses sains di setiap siklusnya. Perolehan nilai rata-rata Keterampilan proses sains Siklus I sebesar 2,33 atau {77,66%} berkategori terampil, siklus II diperoleh nilai rata-rata sebesar 2,58 atau {95,33%} berkategori sangat terampil, siklus III diperoleh nilia rata-rata sebesar 2,92 atau {97,33%} berkategori sangat terampil Atau jika dilihat dari rincian setiap aspeknya sebagai berikut. Perolehan nilai rata-rata aspek mengamati pada siklus I sebesar 2,5 atau {83,33%}, siklus II sebesar 3 atau {100%}, siklus III sebesar 3 {100%}. Aspek menyimpulkan mengalami peningkatan dari perolehan nilai rata-ratanya, siklus I sebesar 2,5 atau {83,33%}, siklus II sebesar 2,83 atau {94,33%) dan siklus III sebesar 2,92 atau {97,33%}. Perolehan nilai rata-rata aspek mengkomunikasi juga meningkat, siklus I sebesar 2 atau {66,67%}, siklus II sebesar 2,75 atau {91,67} dan siklus III sebesar 2,83 atau {94,33%}. Dari data rekap siklus I ke siklus II dan III tersebut, dapat dikatakan bahwa penerapkan pendekatan inkuiri terbimbing pada siswa VA SDN 2 Karanganyar Kecamatan Panguaragan Kabupaten Cirebon berhasil dapat meningkatakan keterampilan proses sains pada siswa.

B.Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada pelaksanaan penelitian tindakan kelas dengan menggunakan penerapan pendekatan inkuiri terbimbing, maka peneliti akan memberikan saran untuk perbaikan proses pembelajaran di kelas khusunya untuk mata pelajaran IPA disekolah dasar sebagai berikut.

1. Untuk Guru, penerapan pendekatan inkuiri terbimbing bisa dijadikan inovasi dan alternatif dalam pembelajaran IPA yang dapat guru lakukan untuk mampu meningkatkan keterampilan proses sains, dengan mengarahkan siswa terlibat secara langsung dalam membangun pengetahuan baru, tidak hanya menjadi subjek pasif dalam pembelajaran IPA ataupun dalam membangun pengetahuan yang ingin mereka ingin dapatkan, karena dari hal/pengetahuan yang ditemukan sendiri dapat membuat ingatan pada diri siswa lebih panjang.


(37)

Sanjaya, Amu. 2014

PENERAPAN PENDEKATAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS PADA PEMBELAJARAN IPA MATERI PERISTIWA ALAM

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Untuk sekolah, seharusnya mampu menyediakan sumber belajar yang relevan dengan perkembangan kognitif siswa sekolah dasar yang berada pada fase konkrit. Sehingga rekonstruksi mereka dalam membangun pengetahuan lebih baik lagi. Ataupun penulis sering melihat sumber belajar yang dibiarkan berdebu tanpa dipakai oleh siswanya, semoga ke depannya dapat didayagunakan untuk meningkatkan pengetahuan dan wawasan bagi siswanya. 3. Untuk Siswa, jangan malas membaca, karena kita sebagai mahluk Allah

diberikan alat indera yang sempurna dan akal, maka jika ingin mendapatkan pengetahuan baru, jangan hanya menunggu guru yang memberikan pengetahuan tersebut. Tapi kita harus mencoba menggali pengetahuan yang ingin kita dapat itu. Melalui media belajar buku, media ektronik, media cetak ataupun lingkungan dimana siswa berada sebagai sumber belajar kita.

4. Untuk peneliti berikutnya, dalam penerapan pendekatan inkuiri terbimbing disarankan tidak hanya menggunakan invetigasi/penemuannya melalui percobaan saja, namun dengan inovasi ataupun multi investigasi dari berbagai macam media pembelajaran, seperti buku dan video dsb. Sehingga keterampilan proses sains pada diri siswa lebih meningkat lagi.


(38)

Sanjaya, Amu. 2014

PENERAPAN PENDEKATAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS PADA PEMBELAJARAN IPA MATERI PERISTIWA ALAM

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Anggota IKAPI. (2013) Undang-Undang Sisdiknas. Bandung : Fokus Media.

Arikunto, S, Suhardjo, dan Supardi. (2009) Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Bumi Aksara.

Arikunto, S. (2012). Dasar-Dasar Evaluai Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.

Azmiyawati, C., Omegawati, W.H., dan Kusumawati, R. (2008). IPA 5 Salingtemas. PT Intan Pariwara. Jakarta.

Bundu, P. (2006) Penilaian Keterampilan Proses dan Sikap Ilmiah dalam Pembelajaran Sains SD. Jakarta : Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.

Departemen Pendidikan Nasional. (2008) Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa. Edisi Keempat. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utami.

Devi, K.P. (2010) Keterampilan Proses Dalam Pembelajaran IPA. Pusat Pengembangan Dan Pemberdayaan Pendidik Dan Tenaga Kependidikan Ilmu Pengetahuan Alam.

Dewi, S. (2008) Keterampilan Proses Sains. Bandung : Tinta Emas Publishing.

Dwiandini N (2013) Penerapan Pendekatan Inkuiri Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Materi Pengaruh Perubahan Lingkungan Fisik Terhadap Daratan di Kelas IV Semester II SDN 2 Langensari Kabupaten Bandung Barat. Fakultas Ilmu Pendidikan. Universitas Pendidikan Indonesia.

Gulo, W. (2002) Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : PT Grasindo.

Hopkins, D. (2011) Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Juan (2012) Penerapan Pendekatan Inkuiri Terbimbing Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Tentang Tanah. Skripsi, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Pendidikan Indonesia.

Kunandar. (2008) Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru. Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Noviana M, I. (2011) Penerapan Model Inkuiri Laboratorium Terbimbing Pada Pembelajaran Fisika dalam Meningkatkan Prestasi dan Keterampilan Proses Sains Pada Siswa SMP. Skripsi, Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Pendidikan Indonesia.


(39)

Sanjaya, Amu. 2014

PENERAPAN PENDEKATAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS PADA PEMBELAJARAN IPA MATERI PERISTIWA ALAM

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Nurhadi dan Senduk. (2003) Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi. [Online]. Tersedia di : http://artiistilah.blogspot.com/2012/02/inkuiri-terbimbing.html [Diakses 3 Februari 2014].

Prihanto, S. (2013) Penerapan Model Picture To Picture untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA. FIP, UPI.

Prihardina, M. (2012) Penerapan Model Pembelajaran Learning Cycle Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas V Pada Pembelajaran IPA Materi Pokok Sifat-Sifat Cahaya. Skripsi, Fakultas Ilmu Pendidikan. Universitas Pendidikan Indonesia.

Purwanto, N. (1985) Prinsip-Prinsip Dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung, Remadja Karya.

Putra, S.R. (2013) Desain Belajar Mengajar Kreatif Berbasis Sains. Jogyakarta : Diva Press.

Puwanti D (2013) Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pelajaran IPA Materi Gaya. Skripsi, FIP, UPI. Rustaman. N.Y. (2010). Pendidikan Dan Penelitian Sains Dalam Mengembangkan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi Untuk Pembangunan Karakter. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia, hlm. 1-36.

Sa’adah, N. (2011) Upaya meningkatkan keterampilan proses sains dan prestasi belajar siswa kelas X Penerapan Metode Eksperimen. Skripsi, Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, UPI.

Samatowa, U. (2011) Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Jakarta : PT Indeks. Sanjaya. W. (2009). Strategi pembelajaran berorientasi standar pendidikan. Jakarta. Fajar Kencana

Sudjana, N. (2011) Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Susanto, A. (2013) Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.

Universitas Pendidikan Indonesia. (2013) Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung : UPI Press.


(40)

Sanjaya, Amu. 2014

PENERAPAN PENDEKATAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS PADA PEMBELAJARAN IPA MATERI PERISTIWA ALAM

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Widodo, A., Wuryastuti, S., dan Margaretha.(2010) Pendidikan IPA Di Sekolah Dasar. Bandung : UPI Press.

Wiriaatmadja, R. (2005) Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.


(1)

Sanjaya, Amu. 2014

PENERAPAN PENDEKATAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS PADA PEMBELAJARAN IPA MATERI PERISTIWA ALAM

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN A.Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, mengenai penelitian tindakan kelas dengan menerapkan pendekatan inkuiri terbimbing untuk meningkatkan keterampilan proses sains siswa pada kelas VA SD Negeri 2 Karanganyar pada pembelajaran IPA materi pokok Peristiwa alam. Penulis dapat mengambil simpulan sebagai berikut.

1. Pelaksanaan penerapan pendekatan inkuiri terbimbing dilakukan dalam tiga siklus. Pelaksanaan ini menerapkan langkah-langkah yang ada di dalam pendekatan inkuiri terbimbing yang sudah peneliti cantumkan di dalam rencana pelaksanaan pembelajaran. Dengan langkah-langkah sebagai berikut : 1) tahap orientasi dengan cara menampilkan sebuah gambar peristiwa alam sebagai upaya untuk mengetahui kognisi awal siswa disertai dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan. 2) tahap merumuskan masalah, pada tahap ini setelah siswa diberikan gambar siswa diminta untuk membuat pertanyaan-pertanyaan yang ingin mereka ketahui dari peristiwa alam yang ada di dalam gambar tersebut. 3) merumuskan hipotesis, di tahap ini setelah siswa selesai membuat pertanyaan siswa diminta untuk membuat jawaban sementara dari pertanyaan yang sudah mereka buat. 4) tahap mengumpulkan data, tahap ini siswa dibimbing untuk memperhatikan ulasan guru menganai macam-macam bahan percobaan beserta fungsinya. 5) tahap menguji hipotesis, tahap ini dilakukan dengan melakukan investigasi berupa percobaan-percobaan peristiwa alam. dan yang ke 6) tahap merumuskan kesimpulan, di tahap ini setelah siswa selesai mengerjakan dan melakukan percobaan siswa diberi kesempatan untuk berdiskusi dengan teman sekelompoknya untuk menyimpulkan percobaan yang mereka telah lakukan.

2. Peningkatan keterampilan proses sains siswa setelah diterapkannya pendekatan inkuiri terbimbing dapat dikatakan meningkat. Hal ini dibuktikan dengan


(2)

Sanjaya, Amu. 2014

PENERAPAN PENDEKATAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS PADA PEMBELAJARAN IPA MATERI PERISTIWA ALAM

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

perolehan nilai rata-rata keterampilan proses sains di setiap siklusnya. Perolehan nilai rata-rata Keterampilan proses sains Siklus I sebesar 2,33 atau {77,66%} berkategori terampil, siklus II diperoleh nilai rata-rata sebesar 2,58 atau {95,33%} berkategori sangat terampil, siklus III diperoleh nilia rata-rata sebesar 2,92 atau {97,33%} berkategori sangat terampil Atau jika dilihat dari rincian setiap aspeknya sebagai berikut. Perolehan nilai rata-rata aspek mengamati pada siklus I sebesar 2,5 atau {83,33%}, siklus II sebesar 3 atau {100%}, siklus III sebesar 3 {100%}. Aspek menyimpulkan mengalami peningkatan dari perolehan nilai rata-ratanya, siklus I sebesar 2,5 atau {83,33%}, siklus II sebesar 2,83 atau {94,33%) dan siklus III sebesar 2,92 atau {97,33%}. Perolehan nilai rata-rata aspek mengkomunikasi juga meningkat, siklus I sebesar 2 atau {66,67%}, siklus II sebesar 2,75 atau {91,67} dan siklus III sebesar 2,83 atau {94,33%}. Dari data rekap siklus I ke siklus II dan III tersebut, dapat dikatakan bahwa penerapkan pendekatan inkuiri terbimbing pada siswa VA SDN 2 Karanganyar Kecamatan Panguaragan Kabupaten Cirebon berhasil dapat meningkatakan keterampilan proses sains pada siswa.

B.Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada pelaksanaan penelitian tindakan kelas dengan menggunakan penerapan pendekatan inkuiri terbimbing, maka peneliti akan memberikan saran untuk perbaikan proses pembelajaran di kelas khusunya untuk mata pelajaran IPA disekolah dasar sebagai berikut.

1. Untuk Guru, penerapan pendekatan inkuiri terbimbing bisa dijadikan inovasi dan alternatif dalam pembelajaran IPA yang dapat guru lakukan untuk mampu meningkatkan keterampilan proses sains, dengan mengarahkan siswa terlibat secara langsung dalam membangun pengetahuan baru, tidak hanya menjadi subjek pasif dalam pembelajaran IPA ataupun dalam membangun pengetahuan yang ingin mereka ingin dapatkan, karena dari hal/pengetahuan yang ditemukan sendiri dapat membuat ingatan pada diri siswa lebih panjang.


(3)

Sanjaya, Amu. 2014

PENERAPAN PENDEKATAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS PADA PEMBELAJARAN IPA MATERI PERISTIWA ALAM

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Untuk sekolah, seharusnya mampu menyediakan sumber belajar yang relevan dengan perkembangan kognitif siswa sekolah dasar yang berada pada fase konkrit. Sehingga rekonstruksi mereka dalam membangun pengetahuan lebih baik lagi. Ataupun penulis sering melihat sumber belajar yang dibiarkan berdebu tanpa dipakai oleh siswanya, semoga ke depannya dapat didayagunakan untuk meningkatkan pengetahuan dan wawasan bagi siswanya. 3. Untuk Siswa, jangan malas membaca, karena kita sebagai mahluk Allah

diberikan alat indera yang sempurna dan akal, maka jika ingin mendapatkan pengetahuan baru, jangan hanya menunggu guru yang memberikan pengetahuan tersebut. Tapi kita harus mencoba menggali pengetahuan yang ingin kita dapat itu. Melalui media belajar buku, media ektronik, media cetak ataupun lingkungan dimana siswa berada sebagai sumber belajar kita.

4. Untuk peneliti berikutnya, dalam penerapan pendekatan inkuiri terbimbing disarankan tidak hanya menggunakan invetigasi/penemuannya melalui percobaan saja, namun dengan inovasi ataupun multi investigasi dari berbagai macam media pembelajaran, seperti buku dan video dsb. Sehingga keterampilan proses sains pada diri siswa lebih meningkat lagi.


(4)

Sanjaya, Amu. 2014

PENERAPAN PENDEKATAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS PADA PEMBELAJARAN IPA MATERI PERISTIWA ALAM

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Anggota IKAPI. (2013) Undang-Undang Sisdiknas. Bandung : Fokus Media. Arikunto, S, Suhardjo, dan Supardi. (2009) Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Bumi Aksara.

Arikunto, S. (2012). Dasar-Dasar Evaluai Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara. Azmiyawati, C., Omegawati, W.H., dan Kusumawati, R. (2008). IPA 5 Salingtemas. PT Intan Pariwara. Jakarta.

Bundu, P. (2006) Penilaian Keterampilan Proses dan Sikap Ilmiah dalam Pembelajaran Sains SD. Jakarta : Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.

Departemen Pendidikan Nasional. (2008) Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa. Edisi Keempat. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utami.

Devi, K.P. (2010) Keterampilan Proses Dalam Pembelajaran IPA. Pusat Pengembangan Dan Pemberdayaan Pendidik Dan Tenaga Kependidikan Ilmu Pengetahuan Alam.

Dewi, S. (2008) Keterampilan Proses Sains. Bandung : Tinta Emas Publishing. Dwiandini N (2013) Penerapan Pendekatan Inkuiri Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Materi Pengaruh Perubahan Lingkungan Fisik Terhadap Daratan di Kelas IV Semester II SDN 2 Langensari Kabupaten Bandung Barat. Fakultas Ilmu Pendidikan. Universitas Pendidikan Indonesia.

Gulo, W. (2002) Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : PT Grasindo.

Hopkins, D. (2011) Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Juan (2012) Penerapan Pendekatan Inkuiri Terbimbing Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Tentang Tanah. Skripsi, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Pendidikan Indonesia.

Kunandar. (2008) Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru. Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Noviana M, I. (2011) Penerapan Model Inkuiri Laboratorium Terbimbing Pada Pembelajaran Fisika dalam Meningkatkan Prestasi dan Keterampilan Proses Sains Pada Siswa SMP. Skripsi, Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Pendidikan Indonesia.


(5)

Sanjaya, Amu. 2014

PENERAPAN PENDEKATAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS PADA PEMBELAJARAN IPA MATERI PERISTIWA ALAM

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Nurhadi dan Senduk. (2003) Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam

Kurikulum Berbasis Kompetensi. [Online]. Tersedia di :

http://artiistilah.blogspot.com/2012/02/inkuiri-terbimbing.html [Diakses 3 Februari 2014].

Prihanto, S. (2013) Penerapan Model Picture To Picture untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA. FIP, UPI.

Prihardina, M. (2012) Penerapan Model Pembelajaran Learning Cycle Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas V Pada Pembelajaran IPA Materi Pokok Sifat-Sifat Cahaya. Skripsi, Fakultas Ilmu Pendidikan. Universitas Pendidikan Indonesia.

Purwanto, N. (1985) Prinsip-Prinsip Dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung, Remadja Karya.

Putra, S.R. (2013) Desain Belajar Mengajar Kreatif Berbasis Sains. Jogyakarta : Diva Press.

Puwanti D (2013) Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pelajaran IPA Materi Gaya. Skripsi, FIP, UPI. Rustaman. N.Y. (2010). Pendidikan Dan Penelitian Sains Dalam Mengembangkan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi Untuk Pembangunan Karakter. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia, hlm. 1-36.

Sa’adah, N. (2011) Upaya meningkatkan keterampilan proses sains dan prestasi belajar siswa kelas X Penerapan Metode Eksperimen. Skripsi, Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, UPI.

Samatowa, U. (2011) Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Jakarta : PT Indeks. Sanjaya. W. (2009). Strategi pembelajaran berorientasi standar pendidikan. Jakarta. Fajar Kencana

Sudjana, N. (2011) Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Susanto, A. (2013) Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.

Universitas Pendidikan Indonesia. (2013) Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung : UPI Press.


(6)

Sanjaya, Amu. 2014

PENERAPAN PENDEKATAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS PADA PEMBELAJARAN IPA MATERI PERISTIWA ALAM

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Widodo, A., Wuryastuti, S., dan Margaretha.(2010) Pendidikan IPA Di Sekolah Dasar. Bandung : UPI Press.

Wiriaatmadja, R. (2005) Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.