PENERAPAN PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN GENERIK SAINS DAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA SMP.

(1)

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR HAK CIPTA ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

PERNYATAAN ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vi

UCAPAN TERIMA KASIH ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang ... 1

B.Rumusan Masalah ... 4

C.Tujuan Penelitian ... 5

D.Manfaat Penelitian ... 5

E.Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.Pembelajaran Inkuiri Terbimbing untuk Meningkatkan Keterampilan Generik Sains dan Pemahaman Konsep 1. Pembelajaran Inkuiri Terbimbing ... 8

2. Keterampilan Generik Sains ... 12

3. Pemahaman Konsep ... 17

4. Kaitan antara Pembelajaran Inkuiri Terbimbing, Keterampilan Generik Sains dan Pemahaman Konsep ... 20

B.Materi Pembiasan Cahaya ... 22


(2)

A.Metode dan Desain Penelitian ... 31

B.Populasi dan Sampel Penelitian ... 31

C.Langkah-langkah Penelitian ... 32

D.Instrumen Penelitian ... 37

E.Teknik Analisis Data ... 39

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A.Hasil Penelitian 1. Keterampilan Generik Sains ... 48

2. Pemahaman Konsep ... 51

3. Pelaksanaan Pembelajaran a. Proses Pembelajaran ... 54

b. Aktivitas Guru ... 56

c. Aktivitas Siswa ... 57

4. Tanggapan Siswa ... 58

B.Pembahasan 1. Peningkatan Keterampilan Generik Sains ... 61

2. Peningkatan Pemahaman Konsep Siswa ... 65

3. Pelaksanaan Pembelajaran ... 68

4. Tanggapan Siswa ... 70

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan ... 73

B.Saran ... 74


(3)

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus melaju dengan cepat mau tidak mau membuat pembelajaran sains juga mengalami pergeseran menyusul bertambahnya tuntutan dan tantangan yang hampir tidak terelakkan. Menghadapi perkembangan dunia yang semakin maju tersebut masyarakat harus tanggap IPA, karena dewasa ini banyak sekali lapangan pekerjaan yang membutuhkan berbagai keterampilan tingkat tinggi, menuntut kemampuan untuk selalu dapat belajar dalam setiap perubahan, bernalar, berfikir kreatif, membuat keputusan, dan kemampuan untuk memecahkan masalah (Klausner, 1996). Oleh karena itu peningkatan mutu pemahaman IPA (fisika) di semua jenjang pendidikan harus selalu diupayakan.

Gallagher (Liliasari, 2007) mengemukakan bahwa tantangan ini dapat dihadapi melalui paradigma baru belajar sains, yaitu memberikan sejumlah pengalaman kepada siswa untuk mengerti dan membimbing mereka untuk menggunakan pengetahuan sains tersebut. Pendidikan Fisika bagi siswa diharapkan dapat mengembangkan pemahaman, keterampilan, kemampuan, dan sikap ilmiah (Sharma dalam Marzuki, 2010). Oleh karena itu, melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran merupakan tuntutan dasar dalam pembelajaran fisika. Siswa diberi kesempatan untuk berlatih menganalisis masalah yang dihadapi, mencari informasi yang diperlukan,


(4)

bertanya jika ada informasi yang dianggap janggal, dan akhirnya dapat menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi.

Namun, berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti pada salah satu SMP Negeri di Sungailiat Provinsi Bangka Belitung tanggal 8 Agustus 2011, kenyataan di lapangan menunjukkan pembelajaran fisika yang digunakan guru masih didominasi oleh ceramah dengan alasan keterbatasan waktu karena padatnya materi pada kurikulum. Pada proses pembelajaran fisika, guru jarang memberi materi fisika melalui pengalaman langsung lewat percobaan di laboratorium. Umumnya guru langsung masuk ke materi pelajaran sehingga kurang memperhatikan pengetahuan awal yang dimiliki siswa. Pembelajaran fisika di sekolah tersebut juga belum ada yang sengaja ditujukan untuk mengembangkan kemampuan keterampilan generik sains sebagai tujuan pembelajaran. Kondisi-kondisi di atas tentunya ikut andil menjadikan hasil belajar fisika tergolong rendah. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai rata-rata prestasi belajar fisika yang diperoleh oleh siswa di sekolah tersebut pada semester II tahun ajaran 2010/2011 hanya mencapai 58,04.

Salah satu cara yang dipandang dapat mengatasi permasalahan di atas adalah melalui pembelajaran fisika berbasis inkuiri ilmiah yang sesuai dengan tujuan mata pelajaran IPA di SMP dalam Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah yaitu melakukan inkuiri ilmiah untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bersikap dan bertindak ilmiah serta berkomunikasi (BSNP, 2006). Syam (2007) mengemukakan bahwa tujuan utama pembelajaran inkuiri adalah untuk memberikan cara bagi siswa untuk


(5)

membangun kecakapan-kecakapan intelektual (kecakapan berfikir) terkait dengan proses-proses berfikir reflektif. Kemampuan berfikir dan bertindak berdasarkan pengetahuan sains yang dimilikinya melalui kerangka berfikir sains disebut kemampuan generik sains (Liliasari, 2005). Pembelajaran yang melatih keterampilan generik sains siswa akan menghasilkan siswa yang mampu memahami konsep, menyelesaikan masalah, dan kegiatan ilmiah yang lain serta mampu belajar sendiri dengan efektif dan efisien (Darliana, 2006).

Rutherford (Marzuki, 2010) juga berpendapat bahwa pembelajaran fisika melalui berbagai pengalaman inkuiri ilmiah dapat menumbuhkan kemampuan memahami fenomena abstrak, memanipulasi simbol-simbol, bernalar secara logika dan menggeneralisasi. Begitu pula dengan Pratt & Hackett dalam McBride (2004) yang menyatakan bahwa dengan belajar IPA melalui inkuiri, siswa mengalami perkembangan pemahaman yang lebih mendalam tentang konsep sains serta perkembangan dalam keterampilan berfikir kritis. Pendapat-pendapat tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran berbasis inkuiri dapat meningkatkan kemampuan pemahaman konsep dan kemampuan pada aspek-aspek keterampilan generik sains siswa.

Pembelajaran inkuiri yang dapat diberikan pada siswa SMP adalah inkuiri terbimbing (guided inquiry), di mana pada tahapan pembelajaran guru masih banyak memberikan proses bimbingan. Bimbingan yang diberikan dapat berupa pertanyaan-pertanyaan atau melalui lembar kerja siswa yang terstruktur sehingga siswa dapat memahami konsep.


(6)

Beberapa temuan yang dihasilkan pada penelitian-penelitian sebelumnya tentang pembelajaran inkuiri terbimbing antara lain dilakukan oleh Sopamena (2009) pada siswa SMK, menunjukkan bahwa model pembelajaran inkuiri terbimbing dapat meningkatkan pemahaman konsep dan keterampilan proses sains siswa secara umum. Hasil penelitian Suratmi (2010) juga mengungkapkan bahwa model inkuiri terbimbing pada pokok bahasan gerak rotasi menunjukkan perbedaan signifikan sebagai model yang dapat meningkatkan pemahaman konsep dan berpikir kritis mahasiswa. Kemudian melalui hasil penelitian Megadomani (2011) diketahui bahwa model pembelajaran yang dikembangkan dapat meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan generik sains siswa SMA secara signifikan.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti merasa tertarik mengadakan penelitian tentang pembelajaran fisika yang mengacu pada inkuiri terbimbing (guided

inquiry) untuk meningkatkan kemampuan fisika siswa berupa Keterampilan

Generik Sains (KGS) dan kemampuan Pemahaman Konsep (PK) Siswa SMP.

B. RUMUSAN MASALAH

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah peningkatan keterampilan generik sains dan pemahaman konsep siswa sebagai impak penerapan pembelajaran Inkuiri Terbimbing?”.

Dari rumusan masalah tersebut, dijabarkan menjadi beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut:


(7)

1. Bagaimanakah peningkatan keterampilan generik sains siswa sebagai impak penerapan pembelajaran Inkuiri Terbimbing?

2. Bagaimanakah peningkatan profil keterampilan generik sains siswa sebagai impak penerapan pembelajaran Inkuiri Terbimbing?

3. Bagaimanakah peningkatan pemahaman konsep siswa sebagai impak penerapan pembelajaran Inkuiri Terbimbing?

4. Bagaimanakah peningkatan profil pemahaman konsep siswa sebagai impak penerapan pembelajaran Inkuiri Terbimbing?

5. Bagaimanakah tanggapan siswa terhadap pembelajaran Inkuiri Terbimbing?

C. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis peningkatan keterampilan generik sains dan pemahaman konsep siswa sebagai impak penerapan pembelajaran Inkuiri Terbimbing. Selain itu penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran mengenai tanggapan siswa terhadap pembelajaran Inkuiri Terbimbing.

D. MANFAAT PENELITIAN

Data dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan bukti empiris tentang pembelajaran inkuiri terbimbing dalam meningkatkan keterampilan generik sains dan pemahaman konsep siswa yang nantinya dapat digunakan


(8)

oleh berbagai pihak yang berkepentingan dengan hasil-hasil penelitian tersebut.

E. VARIABEL PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL

Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pembelajaran inkuiri terbimbing, sedangkan yang menjadi variabel terikatnya adalah keterampilan generik sains dan pemahaman konsep siswa.

Dalam penelitian ini terdapat beberapa istilah yang seringkali dimunculkan seperti berikut ini:

1. Pembelajaran inkuiri terbimbing.

Pembelajaran inkuiri terbimbing didefinisikan sebagai rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menyelidiki sehingga siswa dapat merumuskan sendiri penemuannya seperti halnya seorang ilmuwan mempelajari dunia nyata. Pada penelitian ini, pembelajaran inkuiri diawali dengan penyajian fenomena melalui teka-teki bergambar (pictorial riddle) untuk memfokuskan perhatian dan mengembangkan motivasi siswa. Tahapan dalam proses pembelajaran ini dilanjutkan dengan kegiatan penyajian masalah untuk kegiatan penyelidikan, mengidentifikasi masalah, mengadakan eksperimen, mengolah hasil percobaan dan membuat kesimpulan.


(9)

2. Keterampilan generik sains didefinisikan sebagai kemampuan berfikir dan bertindak siswa berdasarkan pengetahuan sains yang dimilikinya dan diperoleh dari hasil belajar sains (Brotosiswoyo, 2001). Kemampuan berpikir yang bersifat generik yang dapat ditumbuhkan melalui belajar fisika, yaitu pengamatan langsung, pengamatan tidak langsung, kesadaran tentang skala, bahasa simbolik, berpikir dalam kerangka taat asas logis, melakukan inferensi logika, hukum sebab akibat, pemodelan matematika, dan membangun konsep. Keterampilan generik sains diukur dengan menggunakan tes keterampilan generik sains dalam bentuk pilihan ganda. 3. Pemahaman konsep didefinisikan sebagai tingkat kemampuan yang

mengharapkan siswa mampu memahami arti, situasi dan fakta yang diketahui, serta dapat menjelaskan dengan menggunakan kata-kata sendiri sesuai pengetahuan yang dimilikinya dengan tidak mengubah artinya (Purwanto, 2007). Menurut (Anderson, L.W. et al., 2001), proses-proses kognitif dalam kategori memahami meliputi menafsirkan, mencontohkan, mengklasifikasi, merangkum, menyimpulkan, membandingkan dan menjelaskan. Pemahaman konsep diukur dengan menggunakan tes pemahaman konsep dalam bentuk pilihan ganda.


(10)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode Pre Eksperimental dengan desain

One-Group Pretest-Posttest Design (Sugiyono, 2012). Pada desain ini,

subyek penelitian adalah satu kelas eksperimen tanpa pembanding. Kelompok subjek tunggal diberi pretest/tes awal (O), perlakuan (X), dan posttest/tes akhir (O). Instrumen pada saat pretest dan posttest sama, tetapi diberikan dalam waktu yang berbeda. Adapun desain penelitian yang dimaksud, dapat dilihat seperti gambar 3.1.

Gambar 3.1. Desain Penelitian One-Group Pretest-Posttest

Keterangan:

O1 : Tes Awal (pretest)

O1 : Tes Akhir (posttest)

X : Penerapan Pembelajaran Inkuiri Terbimbing

B. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII semester II (dua) pada salah satu SMP Negeri di Sungailiat Provinsi Bangka Belitung yang terdaftar pada tahun ajaran 2011/2012. Sampel penelitian dipilih satu kelas sebagai kelas eksperimen yaitu kelas VIII.4 dengan jumlah siswa sebanyak 32 orang per kelasnya. Sampel dipilih secara random dengan mengundi seluruh

O1 X O2 Pretest Perlakuan Posttest


(11)

kelas populasi yang memiliki kemampuan yang setara tanpa mengacak siswa tiap kelasnya.

C. Langkah-langkah Penelitian

1. Studi Pendahuluan

Studi pendahuluan dimaksudkan untuk mengetahui perkembangan pembelajaran fisika terutama pada konsep pembiasan cahaya di salah satu SMP Negeri di Sungailiat Provinsi Bangka Belitung. Studi pendahuluan ini dilaksanakan dengan cara mewawancarai guru fisika mengenai pelaksanaan pembelajaran fisika di sekolah tersebut. Hasilnya ditemukan bahwa prestasi belajar siswa masih cukup rendah, keterampilan generik sains siswa belum diketahui, dan guru belum pernah melaksanakan praktikum pada materi pembiasan cahaya. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk meneliti seberapa besar keterampilan generik sains dan pemahaman konsep siswa di SMP tersebut.

2. Studi Literatur

Studi literatur dilakukan untuk mencari teori-teori yang berkaitan dengan indikator keterampilan generik sains dan pemahaman konsep fisika terhadap standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) materi pembiasan cahaya. Studi ini juga dilakukan untuk mengkaji temuan-temuan penelitian sebelumnya dan teori-teori pengembangan penelitian.


(12)

Hasil studi literatur, selanjutnya, digunakan sebagai landasan mengembangkan pembelajaran inkuiri terbimbing.

3. Penyusunan Perangkat Pembelajaran dan Instrumen Penelitian

Hasil studi pendahuluan dan studi literatur digunakan untuk menyiapkan perangkat pembelajaran berupa rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), lembar kerja siswa (LKS), dan teka-teki bergambar (pictorial riddle). Perangkat pembelajaran tersebut kemudian dikonsultasikan dengan dosen pembimbing dan guru mata pelajaran fisika untuk mendapatkan masukan sehingga dapat mengimplementasikan pembelajaran dengan baik di kelas. Penyusunan instrumen penelitian diawali dari pembuatan instrumen penilaian keterampilan generik sains dan pemahaman konsep berupa soal tes tertulis jenis pilihan ganda berdasarkan indikator-indikator keterampilan generik sains dan pemahaman konsep yang telah diperoleh dari studi pendahuluan dan literatur. Selanjutnya dilakukan judgement oleh pakar untuk mengetahui validitas isi dari instrumen yang digunakan dalam penelitian tersebut. Terakhir dilakukan pembuatan skala sikap tanggapan siswa tentang pembelajaran inkuiri terbimbing serta lembar aktivitas guru dan siswa untuk mengetahui keterlaksanaan pembelajaran inkuiri terbimbing.


(13)

4. Uji Coba Instrumen Penelitian

Sebelum instrumen penelitian digunakan, dilakukan uji coba soal untuk mengetahui validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran soal. Pengujian instrumen penelitian dilakukan pada siswa kelas VIII.1 di salah satu SMP Negeri di Sungailiat Provinsi Bangka Belitung. Dari hasil uji coba, butir soal yang memenuhi syarat langsung digunakan untuk mengambil data tes awal dan tes akhir.

5. Tahap Pelaksanaan Pembelajaran

Rancangan pembelajaran inkuiri terbimbing diterapkan pada siwa kelas VIII di salah satu SMP Negeri di Sungailiat Provinsi Bangka Belitung. Ketika pelaksanaan pembelajaran, observer menggunakan lembar aktivitas siswa dan guru untuk mengamati keterlaksanaan pembelajaran inkuiri terbimbing. Setelah pembelajaran, dilakukan penilaian kepada siswa tentang keterampilan generik sains dan pemahaman konsep pembiasan cahaya. Selanjutnya siswa diminta untuk mengisi skala sikap tanggapan tentang pembelajaran inkuiri terbimbing.

6. Teknik Pengumpulan Data

a. Tes Keterampilan Generik Sains

Tes digunakan untuk mengukur kemampuan keterampilan generik sains yang dicapai siswa setelah diterapkannya pembelajaran inkuiri terbimbing.


(14)

b. Tes Pemahaman Konsep

Tes digunakan untuk mengukur kemampuan pemahaman konsep yang dicapai siswa setelah diterapkannya pembelajaran inkuiri terbimbing.

c. Keterlaksanaan Pembelajaran oleh Guru dan Siswa

Lembar observasi aktivitas guru dan siswa memuat sejumlah aktivitas yang harus dilaksanakan guru dan siswa selama pembelajaran inkuiri terbimbing dilaksanakan.

d. Skala Sikap Tanggapan Siswa

Skala sikap tanggapan siswa terhadap pembelajaran ini memuat daftar pernyataan tentang pelaksanaan pembelajaran inkuiri terbimbing yang telah dilaksanakan.

7. Tahap Analisis Data dan Pembahasan

Pada tahap ini peneliti melakukan pengumpulan dan penskoran data yang telah didapatkan. Kemudian dilakukan analisis terhadap data tersebut dan seterusnya dilakukan pembahasan dan dilakukan pengambil kesimpulan.


(15)

Langkah-langkah penelitian yang dilakukan ditunjukkan pada Gambar 3.2 berikut ini:

Gambar 3.2. Alur Penelitian Pembelajaran Inkuiri Terbimibing

Studi Literatur Identifikasi Masalah

Pengembangan dan Uji Coba Instrumen Analisis Standar isi KTSP

SMP Kajian tentang konsep Pembiasan Cahaya

Analisis Keterampilan

Generik Sains (KGS) Inkuiri Terbimbing

Konsep-konsep

Pembiasan Cahaya Indikator KGS Pembelajaran inkuiri terbimbing

Tes Awal Tes Pemahaman Konsep Tes Keterampilan

Generik Sains (KGS)

Skala Sikap Respon Siswa Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran & Pictorial Riddle

Pelaksanaan Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Tes Akhir

Analisis Data Kesimpulan Studi Pendahuluan


(16)

D. Instrumen Penelitian

1. Tes Keterampilan Generik Sains

Tes keterampilan generik sains diberikan sebanyak dua kali, yaitu sebelum pembelajaran (pretest) dan setelah pembelajaran (posttest). Tes ini bertujuan untuk mengukur keterampilan generik sains siswa sebelum dan sesudah perlakuan diberikan. Berdasarkan hasil pretest dan posttest, akan dihitung gain yang dinormalisasi <g> untuk melihat peningkatan indikator keterampilan generik sains apa yang dapat dikembangkan melalui penerapan pembelajaran inkuiri terbimbing.

Soal pada tes ini terkait dengan indikator keterampilan generik sains yaitu keterampilan pengamatan langsung, pemodelan matematik, kesadaran akan besaran skala, bahasa simbolis, dan kerangka logika taat asas terkait konsep pembiasan cahaya. Tes keterampilan generik sains ini berupa tes tertulis jenis tes pilihan ganda dengan empat pilihan jawaban.

2. Tes Pemahaman Konsep

Tes pemahaman konsep diberikan sebanyak dua kali, yaitu sebelum pembelajaran (pretest) dan setelah pembelajaran (posttest). Tes ini bertujuan untuk mengukur pemahaman konsep siswa sebelum dan sesudah perlakuan diberikan. Berdasarkan hasil pretest dan posttest, akan dihitung gain yang dinormalisasi <g> untuk melihat peningkatan indikator pemahaman konsep apa yang dapat dikembangkan melalui penerapan pembelajaran inkuiri terbimbing.


(17)

Soal pada tes ini terkait dengan indikator pemahaman konsep yaitu kemampuan menafsirkan, membandingkan, mencontohkan, menjelaskan, dan menyimpulkan terkait konsep pembiasan cahaya. Tes pemahaman konsep ini berupa tes tertulis jenis tes pilihan ganda dengan empat pilihan jawaban.

3. Lembar Observasi Aktivitas Guru dan Siswa

Lembar observasi aktivitas guru dan siswa ini memuat daftar aktivitas yang harus dilaksanakan guru selama pelaksanaan pembelajaran inkuiri terbimbing. Instrumen keterlaksanaan pembelajaran ini berbentuk rating scale yang memuat kolom ya dan tidak, dimana observer hanya memberikan tanda cek () pada kolom yang sesuai dengan aktivitas guru dan siswa yang diobservasi. Lembar observasi aktivitas guru ini dapat dilihat pada Lampiran B.4.1

4. Skala Sikap Tanggapan Siswa

Skala sikap ini digunakan untuk memperoleh informasi tentang tanggapan siswa terhadap penerapan pembelajaran inkuiri terbimbing pada konsep pembiasan cahaya. Skala sikap ini memuat daftar pernyataan terkait penerapan pembelajaran inkuiri terbimbing yang dilaksanakan. Instrumen skala sikap tanggapan ini memuat kolom sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan dan sangat tidak setuju (STS). Siswa diminta memberikan tanda cek () pada pernyataan yang terdapat pada


(18)

skala sikap. Skala sikap tanggapan siswa selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran B.5.

E. Teknik Analisis Data

1. Analisis Instrumen Penelitian a. Validitas Soal

Pengujian validitas soal dilakukan secara validitas isi dengan cara meminta pertimbangan (judgement) oleh ahli, dengan tujuan untuk mengetahui apakah instrumen yang disusun sudah mengukur apa yang hendak diukur (ketepatan). Para ahli diminta memberikan tanggapan pendapatnya tentang instrumen yang telah disusun. Jumlah tenaga ahli yang diminta pertimbangannya dalam validitas soal ini berjumlah dua orang. Pengujian validitas isi dilakukan dengan melihat kesesuaian antara isi instrumen dengan materi pelajaran yang diajarkan (SK dan KD), indikator keterampilan generik sains, dan indikator pemahaman konsep.

Hasilnya pertimbangan (judgement) ahli menyimpulkan bahwa instrumen keterampilan generik sains dan pemahaman konsep pembiasan cahaya yang disusun sudah dapat digunakan untuk keperluan penelitian. Tetapi ada beberapa hal terkait konteks, konten, dan redaksi yang perlu diperbaiki. Hasil pertimbangan (judgement) oleh ahli selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran B.2.2.


(19)

b. Reliabilitas Tes

Menurut Munaf (2001) reliabilitas juga dapat diartikan sebagai tingkat keajegan (konsisten) suatu tes, yakni sejauh mana suatu tes dapat dipercaya untuk menghasilkan skor yang konsisten (tidak berubah-ubah) setiap kali dipakai. Hal senada juga diungkapkan oleh Arikunto (2012) bahwa reliabilitas tes berhubungan dengan ketetapan hasil tes. Atau seandainya hasilnya berubah-ubah, perubahan yang terjadi dapat dikatakan tidak berarti.

Berdasarkan pengertian di atas, maka tes dikatakan reliabel jika hasil pengukurannya tetap sama (relatif sama) jika pengukurannya diberikan pada subyek yang sama (identik) meskipun dilakukan oleh orang yang berbeda, waktu yang berbeda, dan tempat yang berbeda. Tidak terpengaruh oleh pelaku, situasi, dan kondisi. Anastasi (Surapranata, 2004) menyatakan suatu tes dapat dikatakan memiliki taraf reliabilitas yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap yang dihitung dengan koefesien reliabilitas.

Untuk menginterpretasikan koefisien reliabilitas (r), digunakan tolak ukur yang dibuat oleh J. P. Guilford (Ruseffendi, 2005) seperti pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1

Kategori Reliabilitas Tes

Koefisien reliabilitas Kategori

r ≤ 0,20 Kecil

0,20 < r ≤ 0,40 Rendah

0,40 < r ≤ 0,70 Sedang

0,70 < r ≤ 0,90 Tinggi


(20)

Berdasarkan hasil analisis reliabilitas instrumen tes keterampilan proses sains dan tes pemahaman konsep dengan menggunakan Software

Microsoft Office Excel 2007, diperoleh besar koefisien reliabilitas (r)

untuk tes keterampilan generik sains sebesar 0,72 yang berada pada kategori tinggi (Lampiran C.1.1). Sedangkan besar koefisien reliabilitas (r) untuk tes pemahaman konsep adalah sebesar 0,77 yang berada pada kategori tinggi (Lampiran C.1.2).

c. Tingkat Kesukaran Soal

Tingkat kesukaran adalah bilangan yang menunjukkan mudah atau sukarnya suatu soal. Kategori penafsiran tingkat kesukaran item tes dapat dilihat pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2

Kategori Tingkat Kesukaran

Batasan Kategori

0,00 ≤ P ≤ 0,30 Sukar

0,31 ≤ P ≤ 0,70 Sedang

0,71 ≤ P ≤ 1,00 Mudah

(Arikunto, 2012)

d. Daya Pembeda Item Soal

Daya pembeda soal adalah kemampuan sesuatu soal untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah (Arikunto, 2012). Kategori daya pembeda dapat dilihat pada Tabel 3.3.


(21)

Tabel 3.3

Kategori Daya Pembeda

Batasan Kategori

0,00 ≤ D ≤ 0,20 Jelek

0,20 < D ≤ 0,40 Cukup

0,40 < D ≤ 0,70 Baik

0,70 < D ≤ 1,00 Baik sekali

(Arikunto, 2012) Selanjutnya, hasil analisis instrumen tes keterampilan generik sains menggunakan Software Microsoft Office Excel 2007 yang meliputi analisis tingkat kesukaran dan daya pembeda item soal tercantum pada Tabel 3.4.

Tabel 3.4

Hasil Analisis Tingkat Kesukaran, dan Daya Pembeda Item Soal Keterampilan Generik Sains

No. Soal Tingkat Kesukaran Daya Pembeda Keterangan

1 Sedang Baik Dipakai

2 Sedang Baik Dipakai

3 Mudah Cukup Dipakai

4 Sedang Baik Dipakai

5 Sedang Baik Dipakai

6 Sedang Baik Dipakai

7 Sedang Baik Dipakai

8 Sukar Jelek Tidak Dipakai

9 Sedang Cukup Dipakai

10 Mudah Cukup Dipakai

11 Sedang Jelek Tidak Dipakai

12 Sukar Jelek Tidak Dipakai

13 Sedang Baik Dipakai

14 Sedang Jelek Tidak Dipakai

15 Mudah Cukup Dipakai

Berdasarkan data hasil analisis pada Tabel 3.4, terdapat 4 butir soal keterampilan generik sains yang tidak dipakai yaitu soal no. 8,11,12, dan 14 disebabkan karena soal-soal tersebut memiliki daya pembeda item soal yang jelek dan validitasnya rendah. Data selengkapnya dapat


(22)

Sebelas butir soal keterampilan generik sains yang terpakai mencakup lima indikator keterampilan generik sains yang akan diteliti dalam penelitian ini, yaitu untuk pengamatan langsung, pemodelan matematik, kesadaran akan besaran skala, bahasa simbolis, dan kerangka logika taat asas. Distribusi indikator keterampilan generik sains pada soal tes yang diuji cobakan dapat dilihat pada Tabel 3.5.

Tabel 3.5

Distribusi Soal Tes Keterampilan Generik Sains yang Diujicobakan

Indikator Keterampilan Generik Sains

No. Soal

Jumlah

Dipakai Tidak Dipakai

Pengamatan Langsung 1, 3, 9 8, 11, 14 6

Pemodelan Matematik 2, 5 - 2

Kesadaran akan Besaran Skala 13, 15 - 2

Bahasa Simbolis 6, 10 - 2

Kerangka Logika Taat Asas 4, 7 12 3

Jumlah 11 4 15

Sementara itu, hasil analisis instrumen tes pemahaman konsep yang meliputi analisis uji validitas butir, tingkat kesukaran, dan daya pembeda item soal tercantum pada Tabel 3.6.

Tabel 3.6

Hasil Analisis Uji Tingkat Kesukaran, dan Daya Pembeda Item Soal Pemahaman Konsep

No. Soal Tingkat Kesukaran Daya Pembeda Keterangan

1 Sedang Baik Dipakai

2 Sedang Baik Dipakai

3 Sedang Baik Dipakai

4 Mudah Cukup Dipakai

5 Sedang Baik Dipakai

6 Sedang Baik Dipakai

7 Sedang Baik Dipakai

8 Sedang Baik Dipakai

9 Sedang Baik Dipakai

10 Sukar Jelek Tidak Dipakai


(23)

No. Soal Tingkat Kesukaran Daya Pembeda Keterangan

12 Mudah Cukup Dipakai

13 Sedang Jelek Tidak Dipakai

14 Mudah Jelek Tidak Dipakai

15 Sukar Jelek Tidak Dipakai

16 Sukar Jelek Tidak Dipakai

17 Sedang Cukup Dipakai

18 Sedang Jelek Tidak Dipakai

19 Sedang Jelek Tidak Dipakai

20 Mudah Baik Dipakai

Berdasarkan data pada Tabel 3.6, terdapat 7 butir soal pemahaman konsep yang tidak dipakai yaitu soal nomor 10,13,14,15,16,18 dan 19. Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.1.2.

Tiga belas butir soal pemahaman konsep yang terpakai mencakup lima indikator pemahaman konsep yang diteliti yaitu menafsirkan, mencontohkan, menyimpulkan, membandingkan, dan menjelaskan. Distribusi indikator pemahaman konsep pembiasan cahaya pada soal tes yang diujicobakan dapat dilihat pada Tabel 3.7 berikut.

Tabel 3.7

Distribusi Soal Tes Pemahaman Konsep yang Diujicobakan

Jenis Pemahaman Konsep No. Soal Jumlah

Dipakai Tidak Dipakai

Menafsirkan 1,4,6,20 13,14,16,19 8

Mencontohkan 5,8 - 2

Menyimpulkan 9,17 10,15 4

Membandingkan 11,12 - 2

Menjelaskan 2,3,7 18 4


(24)

2. Analisis Data

a. Membuat Tabulasi Skor Data

Memeriksa hasil tes setiap siswa sekaligus memberikan skor pada lembar jawaban tes keterampilan generik sains dan pemahaman konsep dengan soal yang jawabannya benar diberi skor 1 dan soal yang jawabannya salah diberi skor 0.

b. Menghitung skor gain yang dinormalisasi <g> hasil tes keterampilan generik sains dan pemahaman konsep

Peningkatan keterampilan generik sains dan pemahaman konsep pembiasan cahaya siswa yang dikembangkan melalui pembelajaran dihitung berdasarkan rata-rata skor gain dinormalisasi <g> (Hake, 1999).             pre maks pre post S S S S

g .... (3.1)

Keterangan :

<Spost > = rata-rata skor tes akhir

<Spre> = rata-rata skor tes awal

<Smaks> = rata-rata skor maksimum

Kriteria:

Tabel 3.8.

Kriteria Gain dinormalisasi

<g> Kriteria

<g> ≥ 0,7 Tinggi

0,3  <g> < 0,7 Sedang

<g> < 0,3 Rendah

(Hake, 1999)

Pengolahan data rata-rata skor gain dinormalisasi dianalisis menggunakan software Microsoft Office Excel 2007.


(25)

....(3.2)

c. Menghitung persentase keterlaksanaan pembelajaran inkuiri terbimbing berdasarkan lembar observasi aktivitas guru dan siswa

% 100 diamati akan yang aspek n keseluruha Jumlah a terlaksan diamati yang aspek Jumlah naan keterlaksa %  

Untuk mengetahui interpretasi kategori keterlaksanaan pembelajaran inkuiri terbimbing yang dilakukan oleh guru dan siswa, dapat diinterpretasikan pada Tabel 3.9.

Tabel 3.9.

Kriteria Keterlaksanaan Pembelajaran

KP (%) Kriteria

KP = 0 Tak satu kegiatan pun terlaksana 0 < KP < 25 Sebagian kecil kegiatan terlaksana 25 < KP < 50 Hampir setengah kegiatan terlaksana

KP = 50 Setengah kegiatan terlaksana 50 < KP < 75 Sebagian besar kegiatan terlaksana 75 < KP < 100 Hampir seluruh kegiatan terlaksana

KP = 100 Seluruh kegiatan terlaksana

d. Analisis skala sikap tanggapan siswa tentang pembelajaran inkuiri terbimbing.

Model skala sikap yang digunakan adalah model skala sikap (Likert) dengan empat pilihan jawaban yaitu SS (Sangat Setuju), S (Setuju), TS (Tidak Setuju) dan STS (Sangat Tidak Setuju). Arikunto (2012).

Skala sikap siswa pada tiap butir pernyataan, dihitung, ditabulasi kemudian dibuat persentase. Untuk menghitung persentase hasil skala sikap respon siswa tersebut menggunakan persamaan:

....(3.3) ∑ Responden yang menjawab (SS/S) atau (TS/STS)

% Tanggapan Responden =


(26)

Untuk memudahkan dalam menginterpretasi tanggapan tersebut, digunakan kriteria seperti pada Tabel 3.10.

Tabel 3.10. Kriteria Tanggapan Siswa

Alternatif jawaban (%) Deskripsi

100 Seluruh responden

100

75J Hampir seluruh responden

75

50J Sebagian besar responden

50 Setengah dari jumlah responden

50

25J Hampir setengahnya dari jumlah responden 25

0J  Sebagian kecil responden


(27)

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan tujuan penelitian, hasil analisis data, dan pembahasan yang telah dilakukan tentang penerapan pembelajaran Inkuiri Terbimbing untuk meningkatkan keterampilan generik sains dan pemahaman konsep pembiasan cahaya siswa, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Penerapan pembelajaran Inkuiri Terbimbing pada konsep pembiasan cahaya dapat meningkatkan keterampilan generik sains siswa. Hal ini ditunjukkan dengan persentase nilai rata-rata gain yang dinormalisasi <g> yaitu sebesar 0,33 (kategori sedang).

Peningkatan nilai rata-rata gain yang dinormalisasi <g> untuk profil keterampilan generik sains siswa dari yang tertinggi sampai terendah berturut-turut yaitu: keterampilan pengamatan langsung sebesar 0,38 (kategori sedang), keterampilan kerangka logika taat asas sebesar 0,34 (kategori sedang), keterampilan bahasa simbolis sebesar 0,31 (kategori sedang), keterampilan kesadaran akan besaran skala sebesar 0,28 (kategori rendah), dan keterampilan pemodelan matematik sebesar 0,25 (kategori rendah).

Penerapan pembelajaran Inkuiri Terbimbing pada konsep pembiasan cahaya juga dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa. Hal ini ditunjukkan dengan persentase nilai rata-rata gain yang dinormalisasi <g> yaitu sebesar 0,61 (kategori sedang).


(28)

indikator pemahaman konsep siswa dari yang tertinggi sampai terendah berturut-turut yaitu: kemampuan menafsirkan sebesar 0,64 (kategori sedang), kemampuan menjelaskan sebesar 0,58 (kategori sedang), kemampuan mencontohkan sebesar 0,45 (kategori sedang), kemampuan membandingkan yaitu sebesar 0,45 (kategori sedang), dan kemampuan menyimpulkan sebesar 0,44 (kategori sedang).

Hampir seluruh siswa memberikan tanggapan setuju terhadap penerapan pembelajaran Inkuiri Terbimbing pada konsep pembiasan cahaya dengan persentase persetujuan sebesar 82,68%.

B. Saran

1. Peningkatan keterampilan kesadaran akan besaran skala dan pemodelan matematik siswa masih berkategori rendah. Hal ini terjadi karena ketika melaksanakan pengukuran siswa masih kurang tepat membaca skala alat ukur sehingga sulit menentukan angka tafsiran yang tepat untuk selanjutnya melakukan pembulatan jika diperlukan. Hal tersebut menyebabkan beberapa hasil pengamatan yang ditemukan siswa masih mengalami kekeliruan sehingga perlu diluruskan oleh guru agar memperoleh persamaan yang benar. Oleh karena itu perlu adanya waktu berlatih yang lebih luas sampai siswa memiliki pemahaman dan pengalaman yang memadai tentang melakukan pengamatan suatu gejala alam melalui kegiatan praktikum dan melakukan pengukuran.


(29)

kesempatan yang diberikan guru kepada siswa untuk mengkomunikasikan kesimpulan hasil eksperimen tidak dapat terlaksana dengan baik mengingat waktu yang terbatas. Oleh karena itu sebaiknya ada manajemen waktu yang baik untuk mengontrol kegiatan belajar mengajar dalam menerapkan pembelajaran inkuiri terbimbing agar semua tahapan dan materi dalam kegiatan pembelajaran dapat terlaksana dengan baik terutama bagi siswa yang belum terbiasa melaksanakan praktikum.

3. Beberapa siswa lebih senang mengerjakan tugas secara individu sehingga kesulitan ketika harus bekerja sama dalam diskusi maupun saat pelaksanaan praktikum. Oleh karena itu, pada pelaksanaan pembelajaran menggunakan inkuiri terbimbing berikutnya diharapkan guru dapat lebih memahami karakter siswa dan memberikan motivasi kepada siswa tentang pentingnya bekerja secara kelompok. Guru juga diharapkan mampu menguasai kelas sehingga dapat memastikan bahwa seluruh siswa ikut berperan aktif dalam pembelajaran.


(30)

DAFTAR PUSTAKA

Amellia, D. (2011). Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing dengan

Metode Pictorial Riddle terhadap Pemahaman Konsep Pemantulan Cahaya pada Siswa SMP Kelass VIII. Tesis pada Universitas Negeri Semarang.

[Online]. http://lib.unnes.ac.id/6159/ [9 Januari 2012].

Anderson, L. W. (2001). Kerangka Landasan untuk Pembelajaran, Pengajaran,

dan Asesmen (Revisi Taksonomi Pendidikan Bloom). Yogyakarta: Pustaka

Pelajar.

Arikunto, S. (2012). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Bloom, B. S. (1979). Taxonomy of Educational Objectives The Classification of

Educational Goals. London: Longman Group LTD.

BNSP. (2006). Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Depdiknas.

Brotosiswoyo, B. S. (2001). Hakikat Pembelajaran MIPA Fisika di Perguruan

Tinggi. Jakarta: Pusat Antar Universitas Departemen Pendidikan Indonesia.

Dahar, R. W. (2006). Teori-teori Belajar & Pembelajaran. Jakarta: Erlangga Darliana. (2006). Kompetensi Generik IPA. dalam P4tkipa [online], tersedia

p4tkipa.org [23 November 2008].

Depdiknas. (2003). Undang-Undang Republik Indonesia No.20 Tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN). Jakarta

Hake, R.R. (1999). Analyzing Change/Gain Scores. America: Indiana University. Kanginan, M. (2007). IPA Fisika untuk SMP Kelas VIII. Jakarta: Erlangga.


(31)

Klausner, R.D. (1996). National Science Education Standard. Washington DC: National Academy Press.

Kristianingsih, D.D. (2010). Peningkatan Hasil Belajar Siswa Melalui Model

Pembelajaran Inkuiri dengan Metode Pictorial Riddle pada Pokok Bahasan Alat-alat Optik di SMP N 1 Jambu. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia. 6,

10-13.

Liliasari. (2005). Membangun Keterampilan Berfikir Manusia Indonesia Melalui

Pendidikan Sains. Naskah Pidato Ilmiah pada Pengukuhan Guru Besar

Pendidikan IPA UPI, Bandung. 23 November 2005

Liliasari. (2007). Scientific Concept and Generic Skill Relationship In The 21st

Century Science Education. Makalah pada In thr 1st International Seminar of Science Education, Bandung.

Lukma, H.N. (2011). Pembelajaran Fisika dengan Inkuiri Terbimbing

menggunakan Animasi dan Pictorial Riddle ditinjau dari Motivasi Belajar dan Sikap Ilmiah Siswa. Tesis pada Universitas Negeri Surakarta: tidak diterbitkan.

Marzuki. (2010). Program Pembelajaran Fisika Untuk Meningkatkan

Pemahaman Konsep dan Kemampuan Generik Sains Siswa Sekolah Menengah Pertama sebagai Upaya Membangun Kualitas Sumber Daya Manusia.

Disertasi Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung: Tidak Diterbitkan.

McBride, J.W, Bhatti, M.I, Hannan, M.A & Martin Feinberg. (2004). Using An

Inquiry Approach To Teach Science To Secondary School Science Teachers.


(32)

Megadomani, A. (2011). Model Pembelajaran Inkuiri Laboratorium Terbimbing

untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Keterampilan Generik Sains Siswa SMA pada Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan. Tesis Program

Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung: Tidak Diterbitkan. Munaf, S. (2001). Diktat Perkuliahan Evaluasi Pendidikan Fisika. Bandung:

Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI.

NRC. (1996). National Science Education Standards. Washington: National

Academy Press.

Pujani, N.M. (2011). Pembekalan Keterampilan Laboratorium IPBA Berbasis

Kemampuan Generik Sains Bagi Calon Guru. Disertasi Program Pascasarjana

Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung: Tidak Diterbitkan.

Purwanto, N. (2007). Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya. Rahman, T. (2007). Peran Praktikum dalam Membekali Kemampuan Generik

pada Calon Guru”. Makalah pada Seminar Internasional Pendidikan IPA I SPs

UPI, Bandung.

Ruseffendi. (2005). Dasar-dasar Penelitian Pendidikan & Non-Eksakta Lainnya. Bandung: Tarsito.

Sarino. (2010). Dampak Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based

Learning) terhadap Peningkatan Motivasi Belajar dan Prestasi Belajar Sains Siswa. Tesis Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia.


(33)

Sopamena, O. (2009). Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing untuk

Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Keterampilan Proses Sains Siswa SMK pada Konsep Hasil Kali Kelarutan. Tesis Program Pascasarjana

Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung: Tidak Diterbitkan.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sumaji. (1997). Pendidikan Sains yang Humanistis “Persembahan 72 tahun Pater

J.I.G.M Drost, S.J. Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta: Kanisius

Suparno, P. (2005). Miskonsepsi dan Perubahan Konsep Pendidikan Fisika. Jakarta: Grasindo.

Surapranata, S. (2004). Analisis Validitas, Reliabilitas dan Interpretasi Hasil Tes. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Suratmi, S. (2010). Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Pokok Bahasan

Gerak Rotasi untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Keterampilan Berpikir Kritis Mahasiswa Polteknik Negeri Bandung. Tesis Program

Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung: Tidak Diterbitkan. Suriyani, Darsikin dan Fichrin. (2012). Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri

terhadap Keterampilan Generik Sains dan Hasil Belajar Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Tinombo. Mitra Sains, Jurnal Elektronik Bidang Eksakta Program

Pascasarjana Universitas Tadulako, Volume 1 Nomor 1 (2012).


(34)

Suyana, I. (2011). Kemampuan Mendeskripsikan Hubungan Antar Konsep Fisika

Siswa SMP dalam Pembelajaran Berbasis Free Inquiry dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Generik Sains. Jurnal Pengajaran MIPA, Portal

Jurnal UPI Volume 16 Nomor 1 April 2011.

Syam. (2007). Praktikum Inkuiri. Makalah/bahan kuliah tidak dipublikasikan. Bandung: SPs. UPI.

Tim Penyusun Universitas Pendidikan Indonesia. (2010). Pedoman Penulisan

Karya Ilmiah. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia

Trianto. (2009). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Trowbridge, L. W., Bybee, R. W. & Sund. R. B. (1981). Becoming a secondary

School Science Teacher. Third Edition. Columbus: Bell & Howell Company.

Wahidin, D. (2010). Pengembangan Program Pelatihan Berbasis Kompetensi

yang Menggunakan Modul Pembelajaran IPA dengan Pendekatan Inkuiri (PBKMI) bagi Guru Sekolah Dasar. Disertasi Program Pascasarjana


(1)

kesempatan yang diberikan guru kepada siswa untuk mengkomunikasikan kesimpulan hasil eksperimen tidak dapat terlaksana dengan baik mengingat waktu yang terbatas. Oleh karena itu sebaiknya ada manajemen waktu yang baik untuk mengontrol kegiatan belajar mengajar dalam menerapkan pembelajaran inkuiri terbimbing agar semua tahapan dan materi dalam kegiatan pembelajaran dapat terlaksana dengan baik terutama bagi siswa yang belum terbiasa melaksanakan praktikum.

3. Beberapa siswa lebih senang mengerjakan tugas secara individu sehingga kesulitan ketika harus bekerja sama dalam diskusi maupun saat pelaksanaan praktikum. Oleh karena itu, pada pelaksanaan pembelajaran menggunakan inkuiri terbimbing berikutnya diharapkan guru dapat lebih memahami karakter siswa dan memberikan motivasi kepada siswa tentang pentingnya bekerja secara kelompok. Guru juga diharapkan mampu menguasai kelas sehingga dapat memastikan bahwa seluruh siswa ikut berperan aktif dalam pembelajaran.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Amellia, D. (2011). Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing dengan Metode Pictorial Riddle terhadap Pemahaman Konsep Pemantulan Cahaya pada Siswa SMP Kelass VIII. Tesis pada Universitas Negeri Semarang. [Online]. http://lib.unnes.ac.id/6159/ [9 Januari 2012].

Anderson, L. W. (2001). Kerangka Landasan untuk Pembelajaran, Pengajaran, dan Asesmen (Revisi Taksonomi Pendidikan Bloom). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Arikunto, S. (2012). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Bloom, B. S. (1979). Taxonomy of Educational Objectives The Classification of

Educational Goals. London: Longman Group LTD.

BNSP. (2006). Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Depdiknas.

Brotosiswoyo, B. S. (2001). Hakikat Pembelajaran MIPA Fisika di Perguruan Tinggi. Jakarta: Pusat Antar Universitas Departemen Pendidikan Indonesia. Dahar, R. W. (2006). Teori-teori Belajar & Pembelajaran. Jakarta: Erlangga Darliana. (2006). Kompetensi Generik IPA. dalam P4tkipa [online], tersedia

p4tkipa.org [23 November 2008].

Depdiknas. (2003). Undang-Undang Republik Indonesia No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN). Jakarta

Hake, R.R. (1999). Analyzing Change/Gain Scores. America: Indiana University. Kanginan, M. (2007). IPA Fisika untuk SMP Kelas VIII. Jakarta: Erlangga.


(3)

Klausner, R.D. (1996). National Science Education Standard. Washington DC: National Academy Press.

Kristianingsih, D.D. (2010). Peningkatan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Inkuiri dengan Metode Pictorial Riddle pada Pokok Bahasan Alat-alat Optik di SMP N 1 Jambu. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia. 6, 10-13.

Liliasari. (2005). Membangun Keterampilan Berfikir Manusia Indonesia Melalui Pendidikan Sains. Naskah Pidato Ilmiah pada Pengukuhan Guru Besar Pendidikan IPA UPI, Bandung. 23 November 2005

Liliasari. (2007). Scientific Concept and Generic Skill Relationship In The 21st

Century Science Education. Makalah pada In thr 1st International Seminar of

Science Education, Bandung.

Lukma, H.N. (2011). Pembelajaran Fisika dengan Inkuiri Terbimbing menggunakan Animasi dan Pictorial Riddle ditinjau dari Motivasi Belajar dan Sikap Ilmiah Siswa. Tesis pada Universitas Negeri Surakarta: tidak diterbitkan. Marzuki. (2010). Program Pembelajaran Fisika Untuk Meningkatkan

Pemahaman Konsep dan Kemampuan Generik Sains Siswa Sekolah Menengah Pertama sebagai Upaya Membangun Kualitas Sumber Daya Manusia. Disertasi Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung: Tidak Diterbitkan.

McBride, J.W, Bhatti, M.I, Hannan, M.A & Martin Feinberg. (2004). Using An Inquiry Approach To Teach Science To Secondary School Science Teachers. IOP Journal Volume (issue) 39 (5): 1-6.


(4)

Megadomani, A. (2011). Model Pembelajaran Inkuiri Laboratorium Terbimbing untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Keterampilan Generik Sains Siswa SMA pada Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan. Tesis Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung: Tidak Diterbitkan. Munaf, S. (2001). Diktat Perkuliahan Evaluasi Pendidikan Fisika. Bandung:

Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI.

NRC. (1996). National Science Education Standards. Washington: National Academy Press.

Pujani, N.M. (2011). Pembekalan Keterampilan Laboratorium IPBA Berbasis Kemampuan Generik Sains Bagi Calon Guru. Disertasi Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung: Tidak Diterbitkan.

Purwanto, N. (2007). Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya. Rahman, T. (2007). Peran Praktikum dalam Membekali Kemampuan Generik

pada Calon Guru”. Makalah pada Seminar Internasional Pendidikan IPA I SPs

UPI, Bandung.

Ruseffendi. (2005). Dasar-dasar Penelitian Pendidikan & Non-Eksakta Lainnya. Bandung: Tarsito.

Sarino. (2010). Dampak Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) terhadap Peningkatan Motivasi Belajar dan Prestasi Belajar Sains Siswa. Tesis Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung: Tidak Diterbitkan.


(5)

Sopamena, O. (2009). Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Keterampilan Proses Sains Siswa SMK pada Konsep Hasil Kali Kelarutan. Tesis Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung: Tidak Diterbitkan.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sumaji. (1997). Pendidikan Sains yang Humanistis “Persembahan 72 tahun Pater J.I.G.M Drost, S.J. Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta: Kanisius

Suparno, P. (2005). Miskonsepsi dan Perubahan Konsep Pendidikan Fisika. Jakarta: Grasindo.

Surapranata, S. (2004). Analisis Validitas, Reliabilitas dan Interpretasi Hasil Tes. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Suratmi, S. (2010). Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Pokok Bahasan Gerak Rotasi untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Keterampilan Berpikir Kritis Mahasiswa Polteknik Negeri Bandung. Tesis Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung: Tidak Diterbitkan. Suriyani, Darsikin dan Fichrin. (2012). Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri

terhadap Keterampilan Generik Sains dan Hasil Belajar Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Tinombo. Mitra Sains, Jurnal Elektronik Bidang Eksakta Program Pascasarjana Universitas Tadulako, Volume 1 Nomor 1 (2012).


(6)

Suyana, I. (2011). Kemampuan Mendeskripsikan Hubungan Antar Konsep Fisika Siswa SMP dalam Pembelajaran Berbasis Free Inquiry dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Generik Sains. Jurnal Pengajaran MIPA, Portal Jurnal UPI Volume 16 Nomor 1 April 2011.

Syam. (2007). Praktikum Inkuiri. Makalah/bahan kuliah tidak dipublikasikan. Bandung: SPs. UPI.

Tim Penyusun Universitas Pendidikan Indonesia. (2010). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia

Trianto. (2009). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Trowbridge, L. W., Bybee, R. W. & Sund. R. B. (1981). Becoming a secondary School Science Teacher. Third Edition. Columbus: Bell & Howell Company. Wahidin, D. (2010). Pengembangan Program Pelatihan Berbasis Kompetensi

yang Menggunakan Modul Pembelajaran IPA dengan Pendekatan Inkuiri (PBKMI) bagi Guru Sekolah Dasar. Disertasi Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung: Tidak Diterbitkan.


Dokumen yang terkait

EFEK MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING BERBASIS KOLABORATIF DAN PEMAHAMAN KONSEP TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS FISIKA SISWA SMP.

0 3 39

IMPLEMENTASI PENDEKATAN PEMBELAJARAN BERBASIS TANTANGAN UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KETERAMPILAN GENERIK SAINS SISWA SMP PADA TEMA PEMANASAN GLOBAL.

3 9 35

PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA PADA MATERI HIDROLISIS GARAM.

0 3 22

PENERAPAN PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING BERBANTUAN MEDIA VIDEO UNTUK MENINGKATKAN LITERASI SAINS SISWA SMP.

0 0 39

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN PEMAHAMAN KONSEP GELOMBANG SISWA SMP.

0 0 55

MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PENGALAMAN UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP PEMBIASAN CAHAYA DAN KETERAMPILAN GENERIK SAINS SISWA SMP.

0 2 41

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE INVESTIGASI KELOMPOK PADA MATERI KALOR UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN GENERIK SAINS DAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA SMA.

0 0 38

PEMBELAJARAN EKOSISTEM BERBASIS LINGKUNGAN UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KETERAMPILAN GENERIK SAINS SISWA SMA.

0 1 51

MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMK PADA KONSEP HASIL KALI KELARUTAN.

0 0 40

Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbasis Pratikum Pada Topik Pengukuran Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Keterampilan Proses Sains Siswa SMP

0 0 11