NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT CIGUGUR-KUNINGAN DALAM PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP SEBAGAI SUMBER BELAJAR GEOGRAFI.

(1)

NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT

CIGUGUR-KUNINGAN DALAM PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP SEBAGAI SUMBER BELAJAR GEOGRAFI

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi sebagian dari Syarat memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Prgram Studi Pendidikan Geografi

Disusun oleh : Yuvenalis Anggi Aditya

(1101685)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2013


(2)

NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT

CIGUGUR-KUNINGAN DALAM PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP SEBAGAI SUMBER BELAJAR GEOGRAFI

Oleh

Yuvenalis Anggi Aditya S.Pd UPI Bandung, 2008

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Pendidikan Geografi

© Yuvenalis Anggi Aditya 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Juli 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,


(3)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING

Pembimbing I

Prof. Dr. Gurniwan Kamil Pasya, M.Si NIP. 19610323 198603 1 001

Pembimbing II

Prof. Dr. Dede Rohmat, Ir, M.T NIP. 19640603 198903 1 001

Mengetahui

Ketua Prodi Pendidikan Geografi

Prof. Dr. Dede Rohmat, Ir, M.T NIP. 19640603 198903 1 001


(4)

NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT

CIGUGUR-KUNINGAN DALAM PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP SEBAGAI SUMBER BELAJAR GEOGRAFI

Oleh : Yuvenalis Anggi Aditya

Pembimbing : 1. Prof. Dr. Gurniwan Kamil Pasya, M.Si. 2. Prof. Dr. Dede Rohmat, Ir. M.T.

Abstrak

Pembentukan karakter peserta didik merupakan tanggung jawab dalam proses pembelajaran yang dilakukan. Pembentukkan karakter peserta didik dapat dilakukan dengan cara mengenalkannya pada budaya lokal. Tradisi yang dilakukan oleh masyarakat lokal mengandung nilai-nilai kearifan. Berdasarkan latar belakang tersebut maka salah satu upaya dalam membentuk karakter peserta didik adalah menggali nilai-nilai kearifan lokal. Hasil penelitian ini dijadikan sebagai sumber belajar geografi.

Penelitian ini bertujuan untuk menggali nilai-nilai kearifan lokal yang ada di masyarakat Cigugur, khususnya masyarakat AKUR (Adat Karuhun Urang) dalam bentuk pengelolaan lahan dan tradisi yang ada kemudian mengidentifikasikannya dalam pembelajaran geografi. pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan metode etnopedagogi. Penelitian dilakukan dengan cara wawancara yang mendalam, observasi partisipatif, dan studi dokumentasi tentang masyarakat AKUR Cigugur, sehingga penelitian ini dipusatkan pada kegiatan sehari-hari masyarakat AKUR Cigugur dalam mengelola lahan dan hubungannya dengan alam lingkungan sekitarnya berupa tradisi yang masih dipegang teguh oleh masyarakat tersebut.

Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan nilai-nilai kearifan lokal yang berhubungan dalam pelestarian lingkungan hidup. Adapun nilai-nilai yang merupakan temuan dari penelitian ini adalah : Nilai integritas keruangan, Nilai adaptasi ekologi, Nilai keselarasan, Nilai keseimbangan, Nilai kesinambungan, Nilai ketaatan, Nilai kebersamaan, Nilai gotong royong, dan Nilai budaya. Temuan nilai-nilai ini kemudian diidentifikasi menjadi sumber belajar geografi. Kata kunci : Nilai-nilai Kearifan Lokal, Pelestarian Lingkungan Hidup. Sumber Belajar Geografi


(5)

i

LOCAL WISDOM VALUE OF CIGUGUR-KUNINGAN COMMUNITY IN ENVIRONMENTAL CONSERVATION AS A SOURCE OF

GEOGRAPHY LEARNING Oleh : Yuvenalis Anggi Aditya

Pembimbing : 1. Prof. Dr. Gurniwan Kamil Pasya, M.Si. 2. Prof. Dr. Dede Rohmat, Ir. M.T.

Abstract

Student character developing is responsible of learning process. It can be done by introducing local tradition. The local tradition has wisdom value. Base on those research background, one of many way developing student character is exploring local wisdom. The result of study is become as geography lesson source.

The research purpose is exploring Cigugur local wisdom, especially AKUR (Adat Karuhun Urang) society. Researcher analyzes their tradition and land management. It is used to identify to geography approach. The method of this study is qualitative method and ethno-pedagogy. Data and information was gathered by deep interview, participative observation, and documentation study about AKUR Cigugur. So the study focuses are land management and its impact on environment in AKUR Cigugur tradition which it is done until now.

The result of this study is those have local wisdom that have impact to environment conservation. And the local wisdom from this study are the spatial integrity values, the ecological adaption values, the concordant values, the balance values, the continuously values, the fidelity values, the togetherness values, the gotong royong/work together values, and the culture values. These finding is identified to be geography lesson source.


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Definisi Operasional ... 6

F. Kerangka Penelitian ... 8

BAB II KAJIAN TEORETIK A. Konsep Nilai ... 11

B. Kearifan lokal ... 12

1. Pengertian Kearifan Lokal ... 12

2. Fungsi Kearifan Lokal ... 14

3. Kearifan Lokal Dalam Pelestarian Lingkungan ... 16

4. Hambatan Kearifan Lokal ... 22

a) Modernitas ... 23

b) Kapitalisme ... 24

C. Lingkungan Hidup ... 25

1. Pengertian Lingkungan Hidup ... 25

2. Tipe-Tipe Lingkungan ... 29

D. Pelestarian Lingkungan ... 31


(7)

F. Sumber Belajar Pengajaran Geografi ... 35

1. Pengertian Sumber Belajar ... 35

2. Ciri-Ciri Sumber Belajar ... 37

3. Lingkungan Sebagai Sumber Belajar ... 38

G. Penerapan Nilai-Nilai Kearifan Lokal Untuk Pembelajaran Geografi .... 40

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 45

B. Prosedur Penelitian ... 46

C. Partisipasi Observasi ... 47

D. Lokasi Penelitian ... 48

E. Subjek Penelitian dan Waktu Penelitian ... 49

F. Prosedur Pengumpulan Data ... 53

1. Tahapan Pengumpulan Data ... 53

2. Teknik Pengumpulan Data ... 54

G. Teknik Analisis Data ... 58

H. Pengujian Keabsahan Data ... 62

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 63

1. Kondisi Geografis Kecamatan Cigugur ... 63

2. Kondisi Klimatologis Kecamatan Cigugur ... 66

3. Kondisi Kependudukan Kecamatan Cigugur ... 66

B. Tradisi Masyarakat AKUR (Adat Karuhun Urang) Cigugur ... 70

1. Sistem Pertanian Masyarakat AKUR (Adat Karuhun Urang) Cigugur ... 70

a) Pola Pengelolaan Sawah Pada Masyarakat AKUR (Adat Karuhun Urang) ... 70

b) Ritual Pada Waktu Tandur Dalam Masyarakat AKUR (Adat Karuhun Urang) Cigugur ... 72

c) Ritual Pada Waktu Mipit / Panen Dalam Masyarakat AKUR (Adat Karuhun Urang) Cigugur ... 93 d) Ritual Pada Waktu Ngagiling Pare / Menggiling Padi Dalam


(8)

Masyarakat AKUR (Adat Karuhun Urang) Cigugur ... 98

2. Tradisi Seren Taun di Cigugur ... 100

a) Pra Seren Taun ... 102

1) Damar Sewu ... 102

2) Ngajayak Pare ... 103

3) Pesta Dadung ... 104

4) Sarebu Kentongan ... 106

5) Tari Pwah Aci ... 107

6) Ngareremokeun ... 108

b) Pelaksananaan Seren Taun ... 109

1) Ngajayak ... 109

2) Tari Buyung ... 111

3) Angklung Buncis ... 112

4) Nutu ... 113

c) Pasca Seren Taun ... 114

C. Upaya Menegakkan Tradisi Masyarakat AKUR (Adat Karuhun Urang) Cigugur ... 115

D. Relevansi Nilai-Nilai Kearifan Lokal Masyarakat AKUR (Adat Karuhun Urang) Cigugur Sebagai Sumber Belajar Geografi ... 118

1. Makna Kearifan Lokal Masyarakat AKUR (Adat Karuhun Urang) Cigugur ... 118

2. Identifikasi Nilai-Nilai Kearifan Lokal Masyarakat AKUR (Adat Karuhun Urang) Cigugur Sebagai Sumber Belajar Geografi ... 121

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan ... 131

B. Rekomendasi ... 133

DAFTAR PUSTAKA ... 134

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 138


(9)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Halaman Tabel 1 Dasasila Masyarakat Baduy Sebagai Kearifan Lokal

Masyarakat Baduy ... 17

Tabel 2 Prinsip-Prinsip Pamali Dalam masyarakat Sunda (Kampung Kuta) Yang Berhubungan Dengan Pengelolaan Alam Lingkungan ... 20

Tabel 3 Urutan Pranata Mangsa ... 21

Tabel 4 Kategori Informan ... 50

Tabel 5 Waktu Tahapan Penelitian ... 52

Tabel 6 Penduduk Kecamatan Cigugur Berdasarkan Umur ... 67

Tabel 7 Penduduk usia 10 Tahun ke atas Yang mempunyai Pekerjaan Menurut lapangan (Sektor) Pekerjaan/Usaha Utama ... 68

Tabel 8 Identifikasi Nilai-Nilai Kearifan Lokal Masyarakat AKUR Sebagai Sumber Belajar Geografi ... 127


(10)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Halaman

Gambar 1 Hierarki Nilai Budaya ... 12

Gambar 2 Interaksi Antara Organisme Hidup Dengan Lingkungan ... 28

Gambar 3 The Environment of Men ... 30

Gambar 4 Diagram Kegiatan Penelitian Pada Informan Pokok dan Informan pangkal ... 51

Gambar 5 Teknik Pengumpulan Data ... 57

Gambar 6 Model Langkah Analisis Induktif ... 59

Gambar 7 Teknik Content Analysis ... 60

Gambar 8 Periode Pengumpulan Data ... 61

Gambar 9 Peta Penggunaan Lahan Kecamatan Cigugur ... 65

Gambar 10 Urutan Dalam Mengelola Sawah ... 70

Gambar 11 Paramodana (9 macam) Pada Waktu Tandur ... 76

Gambar 12 Sawah Dengan Batas Hanjuang ... 77

Gambar 13 Damar Sewu ... 102

Gambar 14 Ngajayak Pare ... 104

Gambar 15 Pesta Dadung ... 105

Gambar 16 Sarebu Kentongan ... 106

Gambar 17 Tari Pwah Aci ... 107

Gambar 18 Ngareremokeun ... 108

Gambar 19 Ngajayak ... 110

Gambar 20 Tari Buyung ... 111

Gambar 21 Angklung Buncis ... 113


(11)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan dunia pendidikan dewasa ini lebih menekankan pada penanaman nilai dan karakter bangsa. Nilai dan karakter bangsa merupakan akumulasi dari nilai dan karakter lokal masing-masing suku yang ada di Indonesia. Penanaman nilai dan karakter bangsa itu menuntut guru untuk lebih bijak dalam memilih sumber belajar yang tepat dan dekat dengan karakter peserta didiknya dan memperhatikan karakter dan kearifan lokal daerah setempat. Seperti kita ketahui, guru merupakan sosok penting dalam keberhasilan peserta didik. Hal ini tercantum dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional nomor 20 tahun 2003 yang secara jelas menjelaskan tentang tujuan pendidikan nasional.

Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional secara tegas menyatakan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Pembentukan karakter peserta didik ditempatkan pada bagian awal tujuan pendidikan nasional. Hal itu menunjukkan betapa pentingnya pembentukan karakter peserta didik. Pendidikan Geografi sebagai bagian dari mata pelajaran yang ada dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah memiliki peran penting dan strategis dalam pembentukan karakter dan jati diri bangsa. Karena itu pembelajaran yang bersumber pada nilai-nilai kearifan lokal (local wisdom) sangat penting bagi perkembangan peserta didik.

Cigugur merupakan suatu kecamatan di kabupaten Kuningan yang mempunyai karakteristik tersendiri dan berbeda dengan kecamatan lainnya di kabupaten Kuningan. Cigugur merupakan daerah pertanian, sehingga sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Kehidupan yang agraris disertai dengan tradisi agrasis yang kuat, membuat Cigugur


(12)

mempunyai kekhasan tersendiri dan berbeda dengan wilayah dan kecamatan lainnya di kabupaten Kuningan. Tradisi yang rutin dilakukan oleh masyarakat Cigugur adalah tradisi Seren Taun. Ini merupakan suatu tradisi tahunan masyarakat agraris Sunda. Seren taun adalah ucapan syukur atas panen pada Tuhan Yang Maha Esa dan Seren Taun merupakan sebuah religiositas untuk mengucap syukur pada Yang Maha Esa (Pangeran Si Kang Sawiji-wiji) atas kehidupan ini. Dalam kehidupan sehari-harinya baik itu dalam kegiatan mengolah lahan (sawah) dan kehidupan masyarakatnya yang berhubungan dengan lingkungannya masih ada yang memegang teguh tata cara yang diturunkan secara turun menurun oleh para pendahulunya/Karuhun. Tata cara yang dilakukan dari dulu sampai sekarang itu merupakan suatu kearifan lokal (local wisdom) masyarakat Cigugur dalam mengelola alam lingkungannya. Bentuk kearifan lokal ada yang berupa nilai, norma, kepercayaan, tradisi, dan sanksi. Bentuk kearifan lokal dalam masyarakat tradisional biasanya disebut pamali/tabu, sehingga jika larangan itu dilanggar maka bagi orang yang melanggarnya akan menerima akibatnya/matakna. Bentuk kearifan lokal itu merupakan suatu kebiasaan yang ada dan dilakukan oleh masyarakat Cigugur. Seiring berjalannya waktu dan kencangnya arus globalisasi, kehidupan masyarakat Cigugur juga mengalami perubahan sesuai dengan dinamika yang terjadi. Globalisasi memberikan kemudahan, kecepatan komunikasi, dan teknologi yang banyak membantu kehidupan manusia. Seiring dengan kemudahan yang diberikan oleh pengaruh globalisasi, maka sebagian besar tata kehidupan masyarakat Cigugurpun mengalami pergeseran dan hanya sebagian kecil orang yang masih memegang teguh aturan dan nilai yang diturunkan oleh karuhun/para pendahulunya. Cigugur yang daerahnya merupakan daerah pertanian, sehingga sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani, tidak lepas dari perubahan dan hampir sebagian besar petani di Cigugur mengolah lahan dengan menggunakan teknologi yang lebih kekinian. Karena itu, kondisi tanah pertanian yang ada di Cigugur mengalami degradasi/penurunan. Masalah lain yang terjadi adalah masalah ketersediaan air. Seperti kita ketahui, air merupakan salah satu sumber


(13)

kehidupan. Sehingga air merupakan barang vital dalam kehidupan manusia. Selain dikenal sebagai daerah pertanian, Cigugur juga terkenal sebagai daerah sumber air. Pada jaman dahulu wahangan/selokan yang ada di daerah Cigugur airnya sangat melimpah, jernih dan bersih namun kenyataannya sekarang debit airnya berkurang dan kotor.

Masalah yang terjadi pada lingkungan Cigugur adalah gambaran dari terjadinya pergeseran dalam masyarakat Cigugur yang diakibatkan oleh pengaruh globalisasi dan masyarakat menyerap semua yang diberikan oleh globalisasi tanpa menyaringnya dan memperhatikan dampak yang akan terjadi di masa yang akan datang. Karena itu, arus globalisasi seringkali dikaitkan dengan homogenisasi, yaitu penyamaan berbagai bagian kebudayaan diantara bangsa-bangsa. Padahal pengertian tentang globalisasi merupakan suatu kekeliruan dan bukan merupakan pengertian umum yang sesungguhnya tentang globalisasi. Masih ada bagian dari masyarakat Cigugur yang masih memegang aturan karuhun dan menjalankan suatu tradisi sebagai pedoman dalam kehidupannya walaupun di tengah derasnya arus perubahan. Aturan dan tradisi karuhun yang masih dijalankan oleh sebagian kecil masyarakat Cigugur adalah suatu kearifan lokal yang harus dipertahankan dan dijadikan sebagai filter dalam menyaring derasnya arus perubahan yang disebabkan globalisasi.

Perlunya memperhatikan aturan dan tadisi karuhun yang dijalankan sebagian kecil dari masyarakat Cigugur merupakan suatu masukan dalam membangun keselarasan kehidupan antara manusia dengan lingkungannya. Adanya aturan dan tradisi tersebut merupakan sebuah kearifan lokal yang harus dijaga dan dilestarikan secara khusunya oleh masyarakat Cigugur. Perlunya penegakan dan penerapan aturan dan tradisi karuhun dalam masyarakat Cigugur merupakan suatu keharusan dalam era globalisasi ini. Pemahaman akan makna dari kearifan lokal yang berasal dari aturan dan tradisi karuhun dalam masyarakat Cigugur harus dilakukan secara menyeluruh dan dilakukan oleh seluruh stakeholder masyarakat, baik itu dari pemerintahan, pupuhu adat, tokoh masyarakat dan seluruh masyarakat


(14)

Cigugur. Tanggung jawab dalam menegakkan aturan dan tradisi karuhun juga merupakan tanggung jawab insan pendidikan terutamanya guru, sehingga diharapkan guru dapat memberikan pemahaman dan penanaman karakter bagi para generasi muda khususnya generasi muda Cigugur yang berasal dari kearifan lokal masyarakatnya sendiri.

Dalam proses pembelajaran yang bersumber pada nilai-nilai kearifan lokal erat kaitannya dengan pendidikan geografi. Nilai-nilai kearifan lokal yang terkandung itu merupakan modal dasar dalam pembangunan bangsa ini. Dalam kehidupan masyarakat banyak sekali terdapat sistem nilai. Sistem nilai yang dianut sesuai dengan falsafah hidup yang menjadi pedoman bagi masyarakat tersebut. Makna dari nilai-nilai kearifan lokal yang ada pada masyarakat Cigugur dalam hal pelestarian lingkungan merupakan bagian dari Pendidikan Geografi. Pendidikan Geografi mempunyai 3 dasar tujuan yaitu secara Pengetahuan (mengetahui dan mengembangkan konsep tentang Geosfer), keterampilan (memiliki keterampilan secara komprehensif tentang lingkungan baik sosial maupun fisik), sikap (memiliki kepekaan terhadap lingkungan sekitar dan berupaya melestarikan lingkungan sekitar). Ketiga dasar tujuan dalam Pendidikan Geografi ini harus dimiliki oleh peserta didik setelah belajar Geografi. Berdasarkan dari tujuan dasar pendidikan geografi tersebut, diharapkan para peserta didik mampu mengembangkan pengetahuannya dalam upaya pelestarian lingkungan yang bersumber dari nilai-nilai kearifan lokal masyarakat setempat, memiliki keterampilan dalam mengelola lahan yang mengacu pada nilai-nilai kearifan lokal masyarakatnya, dan mempunyai sikap dalam berperilaku terhadap lingkungannya yang bersumber dari nilai-nilai kearifan lokal masyarakatnya.

Pembelajaran yang bersumber pada nilai-nilai kearifan lokal yang berwawasan kelestarian lingkungan hidup merupakan pedoman dalam berperilaku bagi peserta didik/generasi muda Cigugur dalam mengolah dan menyikapi masalah yang ada di lingkungan sekitarnya. Kearifan lokal tersebut sebagai upaya membangun identitas bangsa, dan sebagai penyeleksi (filter) dari pengaruh budaya asing. Untuk dapat melakukam pembelajaran


(15)

yang bersumber pada nilai-nilai kearifan lokal dari masyarakat Cigugur bagi para peserta didik yang berada di Kabupaten Kuningan, khususnya di Kecamatan Cigugur tentunya diperlukan pemahaman makna yang ada dalam nilai-nilai kearifan lokal tersebut dan pendekatan yang lebih interaktif kepada peserta didik. Adanya pemahaman yang benar dari nilai-nilai kearifan lokal dalam upaya melestarikan lingkungan hidup dari masyarakat Cigugur, Kuningan, Jawa Barat dengan lingkungan peserta didik maka diharapkan mereka dapat memahami pentingnya melestarikan lingkungan ini untuk kehidupan yang akan datang.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk mengkaji lebih dalam tentang “Nilai-Nilai Kearifan Lokal Masyarakat Cigugur-Kuningan Dalam Pelestarian Lingkungan Hidup Sebagai

Sumber Belajar Geografi”.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah tradisi dalam masyarakat Cigugur sehingga mampu mengatur pola kehidupan masyarakat Cigugur dalam mengelola lingkungan sekitarnya?

2. Bagaimanakah upaya dalam menegakkan tradisi karuhun yang merupakan kearifan lokal masyarakat Cigugur dalam mengelola lingkungan sekitarnya?

3. Bagaimanakah identifikasi nilai-nilai kearifan lokal masyarakat Cigugur sebagai sumber belajar dalam pembelajaran Geografi?


(16)

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui tradisi yang mengatur pola kehidupan masyarakat Cigugur

dalam mengelola lingkungan sekitarnya.

2. Mengetahui upaya dalam menegakkan tradisi karuhun yang berhubungan dengan pengelolaan lahan lingkungan sekitarnya.

3. Mengidentifikasi nilai-nilai kearifan lokal masyarakat Cigugur-Kuningan kemudian dijadikan sebagai sumber belajar dalam pembelajaran Geografi.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritik

Mengimplementasikan nilai-nilai kearifan lokal dalam pembelajaran geografi terutamanya dalam materi pelestarian lingkungan hidup.

2. Manfaat praktik

- Memberikan masukan bagi para peserta didik tentang pentingnya pelestarian lingkungan hidup yang bersumber dari nilai-nilai kearifan lokal masyarakat Cigugur.

- Memberikan masukan pada Dinas Pendidikan Kabupaten Kuningan dalam hal pelaksanaan pembelajaran yang bersumber dari nilai-nilai kearifan lokal masyarakat setempat.

- Memberikan sumbangan pengetahuan dalam proses belajar mengajar geografi terutamanya dalam materi pelestarian lingkungan.

E. Definisi Operasional

Tesis ini berjudul nilai-nilai kearifan lokal masyarakat Cigugur-Kuningan dalam pelestarian lingkungan hidup sebagai sumber belajar geografi. Untuk menghindari kesalahpahaman dalam isi tesis ini, maka penulis memberikan penjelasan tentang pokok bahasan dalam penelitian ini. Operasionalisasi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :


(17)

1. Kearifan lokal

Kearifan lokal dalam bahasa inggris disebut dengan local wisdom atau genius local. Kearifan lokal merupakan suatu pengetahuan dan pandangan hidup yang genuine dari masyarakat setempat dalam hubungannya dengan pemenuhun kebutuhan hidupnya baik secara moral maupun materi. Kearifan lokal merupakan jembatan dari masa lalu ke generasi sekarang, disebutkan demikian karena kearifan lokal merupakan suatu konsep, ide, gagasan yang senantiasa dijaga dan ditanamkan pada generasi berikutnya sehingga sehingga dapat membertuk keselarasan dalam hidup mereka baik dengan sesama maupun alam lingkungannya.

2. Lingkungan hidup

Lingkungan hidup merupakan suatu kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup. Pada penelitian ini mengkaji hubungan manusia dengan lingkungan sekitarnya. Kajian itu berisi tentang fenomena lingkungan fisik dan perilaku manusia yang mencerinkan kesadaran dalam pelestarian lingkungan hidup.

3. Pelestarian lingkungan hidup

Pelestarian lingkungan berhubungan dengan etika lingkungan. Etika lingkungan berisi tentang bagaimana cara dan solusi kita dalam mengelola lingkungan sekitar kita. Indonesia merupakan salahsatu negara yang mendukung dalam pelestarian lingkungan hidup yaitu melalui Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Undang-Undang itu berisi tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan sekitar sehingga terwujud kelestarian lingkungan hidup.

4. Masyarakat Cigugur-Kuningan

Cigugur merupakan suatu kecamatan yang berada di wilayah Kabupaten Kuningan. Pada wilayah kecamatan Cigugur ini terdapat masyarakat adat yaitu masyarakat AKUR (Adat Karuhun Urang) yang masih memegang


(18)

tatali paranti karuhun (warisan budaya leluhur). Tradisi yang menonjol dari masyarakat AKUR Cigugur adalah tradisi dalam mengolah sawah dan Upacara Seren Taun. Tradisi tersebut mengandung makna yang berhubungan dengan kelestarian lingkungan hidup sekitarnya.

5. Sumber belajar geografi

Sumber belajar merupakan segala sesuatu yang berada diluar peserta didik dan bertujuan untuk memudahkan peserta didik memehami suatu materi pelajaran. Geografi merupakan ilmu yang mempelajari fenomena geosfer. Berdasarkan pengertian geografi tersebut maka sumber belajar geografi sangat luas sehingga segala sesuatu yang ada di bumi ini merupakan sumber belajar geografi, baik itu fisik ataupun aktivitas manusia. Penelitian ini bertujuan menggali nilai-nilai kearifan lokal dari suatu masyarakat kemudian menjadikannya sebagai sumber belajar geografi. nilai-nilai kearifan lokal yang ditemukan dalam penelitian ini kemudian diidentifikasi berdasarkan ciri dan jenis sumber belajar, sesudah itu memberikan masukan pada cara penggunaannya dalam pembelajaran geografi.

F. Kerangka Penelitian

Sesuai dengan permasalahan, tujuan, kajian teori dalam penelitian ini. Maka kerangka penelitiannya dapat digambarkan pada diagram berikut ini :


(19)

Pola kehidupan masyarakat Cigugur dalam Pelesetarian Lingkungan Hidup

Bentuk-bentuk kearifan lokal :

- Pamali - Seren Taun

- Pesta Dadung

- Pranata Mangsa

Faktor eksternal : - Globalisasi

jaman yang

mengarah pada westernisasi

Faktor penghambat

Faktor Internal : - Pendidikan pada

generasi muda Cigugur

- Pernikahan dengan orang luar Cigugur Faktor pendorong

Masyarakat yang memegang tradisi Karuhun

Mengalami pergeseran

Nilai-nilai kearifan lokal masyarakat Cigugur dalam pelestarian lingkungan

Implementasi nilai-nilai kearifan lokal

Sumber belajar geografi Bertahan/Survive


(20)

Pada diagram berikut digambarkan bahwa nilai-nilai kearifan lokal khususnya dalam hal pelestarian lingkungan yang ada pada masyarakat Cigugur yang tertuang dalam nilai, tradisi dan kepercayaan masyarakat tersebut. Nilai, tradisi, dan kepercayaan yang ada pada masyarakat Cigugur dan merupakan kearifan lokal masyarakat tersebut tidak terlepas dari tantangan baik itu berasal dari dalam (Internal) maupun dari luar (eksternal). Untuk mengatasi tantangan tersebut maka perlu adanya upaya dalam menegakkan nilai-nilai kearifan lokal tersebut, hal ini bertujuan untuk menjaga nilai kearifan lokal tersebut sehingga terjadi keseimbangan hidup antara manusia dengan alam lingkungan sekitarnya. Menjaga nilai-nilai kearifan lokal merupakan tanggung jawab semua stakeholder masyarakat dan semua bidang termasuk bidang pendidikan. Dalam penelitian ini yang bertujuan menggali nilai-nilai kearifan lokal yang ada pada masyarakat Cigugur dan dijadikan sebagai sumber belajar dalam pembelajaran di sekolah terutamanya dalam mata pelajaran Geografi tingkat SMA.

Pembelajaran geografi yang bersumber pada nilai-nilai kearifan lokal masyarakat Cigugur dan merupakan masyarakat Sunda, hal ini bertujuan untuk membentuk karakter peserta didik dan generasi yang akan datang sehingga penelitian ini dapat menjawab tantangan global ditengah krisis karakter bangsa yang dialami oleh negara ini. Melalui Pendidikan Geografi terutamanya dalam materi pelestarian lingkungan hidup, peserta didik diharapkan dapat memahami arti pentingnya pelestarian lingkungan melalui pendekatan nilai-nilai kearifan lokal, sehingga mereka mempunyai wawasan yang luas dan modern dalam pendidikan namun mereka juga tetap memegang teguh jati diri mereka sebagai orang Sunda.


(21)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian terhadap Nilai-Nilai Kearifan Lokal Masyarakat Cigugur Sebagai Sumber Belajar Geografi menggunakan pendekatan kualitatif yang bertujuan memahami kegiatan seseorang dalam dalam lingkungannya, berinteraksi dengan meraka dan berusaha memahami tradisi yang dilakukan mereka dan mengartikulasikan makna dari tradisi yang mereka lakukan. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Syaodih (2007:60) bahwa Penelitian kualitatif adalah penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktifitas sosial, sikap kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara individual maupun kelompok.

Berkenaan dengan permasalahan yang dibahas dan tujuan yang ingin dicapai oleh penulis, maka penelitian yang dilakukan ini dilakukan dengan metode etnopedagogi. Metode ini bertujuan untuk mendeskripsikan cara hidup masyarakat yang menjadi subjek penelitian berupa tradisi yang lakukan, kemudian mengeksplanasi secara detail tentang tradisi yang dilakukannya, selanjutnya direkonstruksi berdasarkan partisipasi secara alamiah. Berdasakan kajian tersebut diharapkan akan memperoleh gambaran tentang nilai-nilai kearifan lokal masyarakat Cigugur yang selanjutnya dapat dipublikasikan kepada generasi muda melalui dunia pendidikan terutamanya pembelajaran geografi. Penerapan penelitian ini pada pembelajaran geografi dilakukan dengan cara mengidentifikasi nilai-nilai kearifan lokal masyarakat Cigugur-Kuningan berdasarkan ciri-ciri sumber belajar, setelah itu mengklasifikasikannya berdasarkan jenis sumber belajar yang tepat dalam pembelajaran geografi.


(22)

B. Prosedur Penelitian

Prosedur yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode etnopedagogi. Menurut Bungin (2011:42) mengemukakan tentang pendekatan penelitian kualitatif bahwa :

“Penelitian Kualitatif lahir dan berkembang biak dari tradisi (main stream) ilmu-ilmu sosial Jerman yang sarat diwarnai pemikiran filsafat ala Platonik sebagaimana yang kental tercermin pada pemikiran Kant maupun Hegel. Penelitian kualitatif ini sangat kental diwarnai oleh aliran filsafat idealisme, rasionalisme, humanisme, fenomenologisme, dan interpretivisme yang digunakan untuk dapat memahami fenomena sosial (tindakan manusia)”.

Berdasarkan pernyataan tersebut maka penelitian yang dilakukan oleh penulis tentang nilai-nilai kearifan lokal masyarakat Cigugur sebagai sumber belajar geografi ini dilakukan dengan cara menggunakan pendekatan kualitatif. Ada beberapa pertimbangan dalam menggunakan pendekatan kualitatif ini, yaitu : (1) metode ini menyajikan hubungan langsung antara peneliti dengan responden; (2) metode kualitatif ini lebih peka terhadap pola-pola nilai yang akan digali.

Pendekatan kualitatif ini menggunakan metode etnopedagogi. Alwasilah (2009 : 50) mengemukakan tentang metode etnopedagogi bahwa :

Etnopedagogi adalah praktek pendidikan berbasis kearifan lokal dalam berbagai aspek kehidupan. Etnopedagogi memandang pengetahuan atau kearifan lokal (indigenous knowledge, local wisdom) sebagai sumber inovasi dan keterampilan yang dapat diberdayakan untuk kesejahteraan masyarakat. Kearifan lokal adalah koleksi fakta, konsep, keyakinan, dan persepsi masyarakat terhadap lingkungan mereka.

Merujuk pada pernyataan diatas, maka penelitian ini dilakukan dengan cara memusatkan perhatian dan mendokumentasikan dengan cara observasi partisipan, wawancara mendalam, diskusi dan mendokumentasikannya yang berasal dari proses yang berkaitan dengan tradisi sehari-hari masyarakat Cigugur, kemudian mengartikulasikan makna dari tradisi yang mereka lakukan untuk dijadikan sebagai sumber belajar bagi peserta didik.


(23)

C. Partisipasi Observasi

Penelitian kualitatif ini mempunyai beberapa langkah, sehingga penulis harus menempuh langkah-langkah tersebut. Adapun langkah-langkah penelitian kualitatif menurut Sugiyono (2012:12) adalah sebagai berikut :

- Pertama, tahap orientasi atau deskripsi. Pada tahap ini peneliti mendeskripsikan apa yang dilihat, didengar, dirasakan dan ditanyakan.

- Kedua, tahap reduksi/fokus. Pada tahap ini peneliti mereduksi segala informasi yang telah diperoleh pada tahap pertama. Pada tahap reduksi ini, peneliti mereduksi data yang ditemukan pada tahap I untuk memfokuskan pada masalah tertentu. Pada tahap reduksi ini peneliti menyortir data dengan cara memilih mana data yang menarik, penting, berguna dan baru. Data yang dirasa tidak dipakai disingkirkan. Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka data-data tersebut selanjutnya dikelompokkan menjadi berbagai kategori yang ditetapkan sebagai fokus penelitian.

- Ketiga, tahap ini disebut dengan tahap selection (seleksi). Pada tahap ini peneliti menguraikan fokus yang telah ditetapkan menjadi lebih rinci.

Berdasarkan langkah-langkah tersebut, maka pada tahap pertama peneliti mendeskripsikan apa yang dilihat, didengar, dirasakan, dan ditanyakan kepada informan. Informan dalam penelitian ini terdiri dari informan pokok dan informan pangkal yang mengetahui tentang tradisi yang ada di masyarakat Cigugur. Tahap selanjutnya peneliti mereduksi dan mulai fokus pada kajian yang akan dibahas. Data yang berhubungan dengan tradisi masyarakat Cigugur simpan dan data yang tidak berhubungan dengan kajian yang dibahas disingkirkan untuk selanjutnya dikelompokkan sebagai data yang menunjang kajian penelitian tersebut. Tahap selanjutnya adalah tahap seleksi, pada tahap ini penulis menguraikan secara fokus dan menjadi lebih rinci tentang kajian yang akan dibahasnya.

Pada penelitian ini, setting yang menjadi subjek penelitian dibiarkan secara alamiah (natural), artinya penulis tidak melakukan perlakuan apapun terhadap mereka. Tetapi peneliti turut ikut dalam kegiatan mereka (observasi partisipan), tujuannya adalah untuk mengetahui dan menelaah proses yang mereka lakukan berupa tradisi dalam kehidupannya sehari-hari dan


(24)

mengkajinya sehingga ditemukan gagasan-gagasan atau ide baru yang didengar dan dirasakan oleh peneliti. Pada penelitian ini berupaya menampilkan masukan, pendapat, dari informan yang dianggap mampu memberikan informasi. Selanjutnya dilakukan triangulasi, menurut Sugiyono (2012:83) triangulasi adalah teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. dengan melakukan triangulasi, diharapkan dapat memberikan makna yang sesuai kajian yang dirancang peneliti, yang bersumber pada instrumen yang berkembang dilapangan.

D. Lokasi Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi lokasi penelitian adalah Kecamatan Cigugur, Kabupaten Kuningan. Kecamatan Cigugur terdiri dari 5 Desa dan 5 Kelurahan yaitu Desa Puncak, Desa Cileuleuy, Desa Babakanmulya, Desa Cisantana, Desa Gunungkeling, Kelurahan Cigugur, Kelurahan Cigadung, Kelurahan Sukamulya, Kelurahan Winduherang, dan Kelurahan Cipari. Batas wilayah Kecamatan Cigugur adalah sebagai berikut :

- Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Kramatmulya - Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Kadugede - Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Majalengka - Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Kuningan

Kecamatan Cigugur berjarak 3,5 km dari pusat ibu kota Kabupaten Kuningan. Luas Kecamatan Cigugur sekitar 3.369.576 Ha. Jumlah penduduk Kecamatan Cigugur sebesar 43.600 jiwa (tahun 2011) yang terdiri dari 12.324 KK dan sebagian besar mata pencaharian masyarakat Cigugur adalah sebagai petani. Dalam penelitian ini yang dijadikan subjek penelitian adalah para informan yang dapat memberikan informasi tentang kearifan lokal masyarakat Cigugur.


(25)

E. Subjek Penelitian dan Waktu Penelitian

Informan yang menjadi subjek penelitian dalam penelitian ini terbagi menjadi dua yaitu informan pokok dan informan pangkal. Informan pokok dalam penelitian ini adalah orang yang memahami kearifan lokal yang ada pada masyarakat Cigugur, kemudian informan pangkalnya adalah orang yang mampu memberikan perluasan, pelengkap atas informasi yang diperoleh sehingga informasi semakain detail dan mendalam. Setiap informan harus memiliki karakteristik yang baik, untuk itu kita harus tahu tentang ciri-ciri informan yang baik. Ciri-ciri informan yang baik menurut Hermanto (2012 : 7) adalah :

1. Informan harus memiliki data informasi potensial atas budaya yang dimilikinya melalui proses enkulturasi.

2. Informan harus memiliki keterlibatan langsung dalam masalah penelitian.

3. Memiliki ketersediaan waktu banyak dalam memberikan data informasi.

4. Informan yang baik menyampaikan apa yang mereka ketahui dan alami dalam bahasanya sendiri serta harapannya.

Penentuan informan dalam penelitian ini dilakukan dengan cara purposif. Menurut Bungin (2011:107) mengemukakan bahwa prosedur purposif adalah salah satu strategi yang paling umum di dalam penelitian kualitatif, yaitu menemtukan kelompok peserta yang menjadi informan sesuai dengan kriteria terpilih yang relevan dengan masalah penelitian tertentu. Penentuan informan secara purposif ini dianggap bahwa informan yang dipilih tersebut mewakili masyarakat yang bersifat homogen. Informan penelitian ini terdiri dari informan pokok dan informan pangkal. Informan pokok dalam penelitian ini terdiri dari pupuhu adat AKUR, Ketua Adat AKUR, warga pendatang yang menikah dengan warga AKUR. Sedangkan informan pangkalnya adalah Ais Pangampih AKUR, anggota pemuda adat AKUR, warga diluar masyarakat AKUR Cigugur yang memiliki pengetahuan, dan guru geografi SMA N 1 Cigugur.


(26)

Tabel. 4 Kategori Informan

No Informan Pokok Informan Pangkal

1 Pupuhu Adat AKUR Cigugur Ais Pangampih

2 Ketua Pemuda adat AKUR Cigugur

Anggota Pemuda adat AKUR Cigugur

3 Warga AKUR Cigugur - Warga diluar AKUR Cigugur

yang memiliki pengetahuan tentang tradisi daerah Cigugur - Guru geografi SMA N 1

Cigugur Sumber : Rancangan Peneliti, 2013

Berdasarkan tabel diatas, maka dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian terdiri dari dua kategori informan yaitu informan pokok dan informan pangkal. Informan pokok adalah orang-orang yang menjadi sumber informan utama yang dapat memberikan data atau keterangan tentang penelitian ini, kemudian informan pangkal adalah terdiri dari orang-orang yang menerima pengetahuan dari informan pokok dan diharapkan dapat memberikan keterangan dalam penelitian ini. Sehingga diharapkan dengan adanya pembagian informan baik informan pokok ataupun informan pangkal maka penelitian ini diharapkan dapat menyajikan data yang valid tentang nilai-nilai kearifan lokal masyarakat Cigugur yang dimplementasikan sebagai sumber belajar geografi. adapun diagram informan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut (gambar 4) :


(27)

Keterangan :

= kegiatan pengumpulan data pada informan pokok = kegiatan pengumpulan data pada informan pangkal = hasil pengumpulan data dari informan pokok dan pangkal

Gambar 4

Diagram kegiatan penelitian pada informan pokok dan informan pangkal

Diagram diatas merupakan rangkaian kegiatan dalam pengumpulan data terhadap informan pokok dan informan pangkal. Proses pengambilan data dimulai dari informan pangkal, setelah mendapat data dari informan pangkal Informan pangkal 8 Informan pangkal 7 Informan pangkal 6 Informan pokok 3

Informan pangkal 5 Peneliti

Informan pokok 2

Informan pangkal 4 Informan pangkal 3 Informan pokok 1

Informan pangkal 2 Informan pangkal 1


(28)

tersebut kemudian penulis melakukan pengumpulan data dari informan pokok. Data yang didapat dari informan pokok kemudian di kroscek lagi ke informan pangkal yang lainnya, setelah itu data yang di dapat di kroscek lagi ke informan pokok yang lainnya. Setelah data yang didapatkan cukup memenuhi harapan penulis, selanjutnya penulis melakukan analisis data melalui tahapan-tahapan yang telah ditentukan.

Kegiatan penelitian ini dilaksanakan pada masyarakat AKUR Cigugur, Keluruhan Cigugur, Kecamatan Cigugur, Kabupaten Kuningan. Waktu penelitian diawali dengan survey awal ke lokasi penelitian yaitu pada bulan september-nopember 2012 yang bertujuan untuk penyusunan proposal yang ditampilkan pada mata kuliah kajian mandiri. Kemudian ditindaklanjuti dengan penelitian yang bertujuan untuk pembuatan tesis yang dilakukan dari bulan Januari-Mei 2013.

Tabel 5

Waktu Tahapan Penelitian

Tahap Penelitian Waktu Peneltian Sept 2012 Okt 2012 Nop 2012 Des 2012 Jan 2013 Feb 2013 Mar 2013 April 2013 Mei 2013 Survey awal dan

penyusunan proposal Presentasi proposal pada Mata Kuliah kajian Mandiri

Pengumpulan data Mereduksi data Seleksi data dan analisis data

Sumber : rancangan peneliti, 2013

Berdasarkan tabel diatas maka waktu tahapan penelitian ini menggambarkan aktivitas penelitian yang dilakukan oleh penulis. Penelitian diawali dengan survey awal yang bertujuan untuk mencari bahan dalam penyusunan proposal untuk kajian mandiri yang dilakukan pada bulan september sampai nopember 2012. Kemudian dilanjutkan dengan presentasi proposal pada mata kuliah Kajian Mandiri yang dilaksanakan pada bulan desember 2012. Setelah itu,


(29)

penulis menindaklanjuti proposal tersebut menjadi tesis melalui proses pembimbingan dengan dosen pembimbing. Tahap pertama dalam penyusunan tesis ini adalah pada tahap pengumpulan data yang dilakukan pada bulan januari sampai maret 2013, kemudian dilanjutkan pada tahap kedua yang tahap mereduksi data yang dilakukan pada bulan april, dan tang terakhir adalah tahap seleksi data dan analisis data yang dilakukan pada bulan mei 2013. Setelah selesai penulis mengajukannya untuk diujikan pada sidang tahap 1.

F. Prosedur Pengumpulan Data 1. Tahapan Pengumpulan Data

Setelah menentukan informan penelitian dan waktu pengumpulan data, maka selanjutnya peneliti melaksanakan penelitian ke lapangan. Terdapat dua hal utama yang mempengaruhi kualitas data hasil penelitian, yaitu instrumen penelitian dan kualitas pengumpulan data. Dalam penelitian kualitatif yang menjadi instrumen penelitian adalah peneliti itu sendiri. Karena itu, peneliti harus benar-benar memahami penelitian kualitatif, penguasaan materi, wawasan terhadap bidang yang diteliti, serta kesiapan dalam memasuki lapangan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa suksesnya penelitian kualitatif jika peneliti itu benar-benar memahami kondisi apa yang ditelitinya karena peneliti adalah sebagai instrumen kunci dalam penelitian kualitatif. Adapun tahapan pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a) Data diambil langsung dari lapangan dengan setting yang alami tanpa treatment (perlakuan) peneliti, sehingga data yang didapat berupa data alami (natural) dari kebiasaan masyarakat yang menjadi subjek penelitian.

b) Sumber data ditentukan secara purposif, karena sumber data sangat tergantung pada pertimbangan kelengkapan informasi atau data yang dibutuhkan untuk memperoleh data yang diinginkan. Sumber data


(30)

dapat diteruskan sampai tercapainya taraf reduksi, mengalami tahap kejenuhan.

c) Peneliti sebagai instrumen penelitian, dalam penelitian ini pengambilan data dilakukan langsung oleh peneliti sehingga tidak menggunakan instrumen penelitian. Kalaupun ada, bentuknya sangat abstrak sehingga mudah dikembangkan di lapangan. Peneliti langsung mengumpulkan data dengan metode-metode partisipatif, seperti wawancara mendalam dan observasi partisipatif (Bungin, 2011:133)

d) Penelitian yang dilakukan lebih mengarah pada proses, sehingga data yang didapat bersifat deskriptif analitik. Data tersebut memuat analisis dari tradisi yang menjadi kebiasaan sehari-hari masyarakat AKUR yang menjadi subjek penelitian.

e) Analisis data secara induktif, artinya penelitian ini lebih bersifat mementingkan makna dan pemahaman yang mendalam tentang makna yang ada dibalik simbol dari tradisi tersebut.

2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi partisipan, wawancara mendalam dan dokumentasi. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Bungin (2011:79) bahwa : penelitian kualitatif menggunakan metode pengumpulan data seperti wawancara yang mendalam (in-depth interview), observasi partisipan (participant observer), dan lain-lain.

Teknik wawancara mendalam (in-depth interview) menurut Bungin (2011:111) adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman wawancara, di mana pewawancara dan informan terlibat dalam keterlibatannya dalam kehidupan informan. Teknik ini dilakukan dengan tujuan menggali data yang berasal dari sumber informan yang dipilih dengan cara purposif oleh peneliti.


(31)

Pengambilan informan secara purposif dilakukan karena peneliti menganggap informan tersebut dapat memberikan masukan data yang dibutuhkan oleh peneliti. Wawancara secara mendalam dilakukan secara berulang-ulang dalam jangka waktu yang relatif lama dan peneliti ikut masuk dalam kegiatan informan tersebut. Pada pelaksanaannya wawancara yang dilakukan bersifat terbuka, hal ini bertujuan memberikan kebebasan kepada informan sehingga informan tidak merasa kaku dan informan dapat memberikan pandangannya secara bebas tentang kajian yang ditanyakan oleh peneliti.

Teknik lainnya yang dipakai dalam penelitian ini adalah observasi partisipan (partisipant observer). Menurut Bungin (2011:118) observasi partisipan adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan atau penginderaan. Berdasarkan pengertian tersebut maka observasi partisipan (partisipant observer) kategori dalam kegiatan pengumpulan data penelitian. Kriteria pengumpulan data dalam penelitian ini menurut Bungin (2011:118) adalah sebagai berikut :

a. Pengamatan digunakan dalam penelitian dan telah direncanakan secara serius.

b. Pengamatan harus berkaitan dengan tujuan penelitian yang telah ditetapkan.

c. Pengamatan dicatat secara sistematik dan dihubungkan dengan proporsisi umum dan bukan dipaparkan sebagai suatu yang hanya menarik perhatian.

d. Pengamatan dapat dicek dan dikontrol mengenai keabsahannya.

Ketika melakukan observasi dan wawancara yang mendalam, penulis mendokumentasikannya dengan menggunakan alat perekam. Menurut Setiawan (2012:83) ada dua dimensi rekaman data yaitu fidelitas dan struktur. Fidelitas mengandung arti sejauh mana bukti nyata di lapangan disajikan (berupa rekaman audio-visual memiliki fidelitas yang tinggi, sedangkan catatan di lapangan memiliki fidelitas yang kurang). Dimensi


(32)

struktur menjelaskan sejauh mana wawancara dan observasi dilakukan secara sistematis dan terstruktur.

Pada penelitian ini yang termasuk rekaman penelitian jika dilihat dari sumber datanya merupakan sumber data primer. Sumber data primer yaitu sumber data yang langsung memberikan data kepada peneliti sedangkan sumber data sekunder adalah sumber data yang diperoleh melalui studi dokumentasi berupa catatan penelitian terdahulu atau data dari berbagai jurnal, makalah atau karya tulis ilmiah lainnya.

Setelah melakukan wawancara mendalam, observasi partisipan, dan dokumentasi selanjutnya penulis melakukan triangulasi untuk menentukan data yang berkaitan dengan kajian yang sedang kita teliti. Triangulasi merupakan bagian dari pemeriksaan dan keabsahan data. Menurut Sugiyono (2012:83) triangulasi adalah teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. berdasarkan pernyataan tersebut maka teknik triangulasi ini digunakan bertujuan untuk menggabungkan data yang sudah penulis dapatkan melalui cara wawancara, observasi partisipan, dan dokumentasi sehingga didapatkan data yang sesuai dengan tujuan penelitian yang ingin dicapai. Untuk lebih lanjutnya penulis mengilustrasikan proses pengumpulan data dengan menggunakan teknik yang telah ditentukan, ilustrasi dari teknik pengumpulan data itu adalah sebagai berikut :


(33)

Gambar 5

Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan tujuan menggali nilai-nilai tradisi yang ada di Cigugur khususnya masyarakat AKUR. Data tersebut bersumber pada informan yang mengetahui tradisi yang ada di Cigugur Kuningan terutamanya dalam mengelola lahan dan tradisi seren taun. sumber data dalam penelitian ini terbagi menjadi 2 informan yaitu informan pokok (pupuhu AKUR, warga AKUR Cigugur) dan informan pangkal (Ais pangampih, warga Cigugur, Guru SMA N 1 Cigugur). Teknik wawancara dilakukan dengan cara menemui informan tersebut dan menanyakan tentang tradisi yang dilakukannya dan makna yang terkandung dalam tradisi tersebut. Observasi partisipan dilakukan cara mengamati kondisi lingkungan masyarakat AKUR Cigugur. Dokumentasi dilakukan melalui dua cara yaitu merekam hasil wawancara peneliti dengan informan dan studi dokumentasi tentang masyarakat AKUR Cigugur. Untuk memudahkan dokumentasi maka diperlukan alat bantu dalam memudahkan penelitian ini. Alat bantu yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

a. Lembar catatan penelitian, berfungsi untuk mencatat semua percakapan dari fenomena yang ditemukan dilapangan.

Observasi partisipan

Triangulasi

Dokumentasi Wawancara

mendalam

informan

Sumber data sama


(34)

b. Kamera digital, berfungsi untuk mendokumentasikan fenomena di lapangan berupa gambar.

c. Alat perekam, berfungsi sebagai alat bantu dalam mendokumentasikan ketika mengadakan wawancara dengan informan.

Setelah menggunakan alat bantu dalam penelitian ini, diharapkan dapat menghasilkan sumber data yang sesuai tujuan yang akan digali dari penelitian tersebut.

G. Teknik Analisis Data

Pada analisis data ini menggunakan analisis data induktif yang merujuk pada Bungin (2011:148), tahapan analisis data induktif ini adalah sebagai berikut :

1. Melakukan pengamatan terhadap fenomena sosial, melakukan identifikasi, revisi-revisi, dan pengecekan ulang terhadap data yang ada

2. Melakukan kategorisasi terhadap informasi yang diperoleh 3. Menelusi dan menjelaskan kategorisasi

4. Menjelaskan hubungan-hubungan kategorisasi 5. Menarik kesimpulan-kesimpulan umum 6. Membangun atau menjelaskan teori


(35)

BERAKHIR MEMULAI

Sumber : Bungin (2011 : 148)

Gambar 6

Model langkah analisis induktif

Berdasarkan gambar 6 tentang model langkah analisis induktif tersebut maka dapat disimpulkan bahwa analisis dalam penelitian ini melalui beberapa tahapan. Dimulai dari pengamatan dan identifikasi sampai pada pemaknaan dari data yang ada. setelah itu dianalisis dengan strategi analisis data kualitatif verifikatif.

Strategi analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah strategi analisis data kualitatif-verifikatif. Bungin (2011:151) berpendapat bahwa :

“Strategi analisis data kualitatif-verifikatif adalah sebuah upaya analisis induktif terhadap data penelitian yang dilakukan pada seluruh proses penelitian yang dilakukan, format penelitian kualitatif-verifikatif mengkonstruksi format penelitian dan strategi untuk lebih awal memperoleh data sebanyak-banyaknya di lapangan dengan mengesampingkan pesan teori, dengan kata lain peran data lebih penting dari teori itu sendiri”.

Strategi analisis data kualitatif-verifikatif menggunakan teknik analisis isi (content analysis). Teknik ini akan memaparkan secara detail mengenai tradisi yang dilakukan oleh objek penelitian sehingga dapat ditemukan data

I

Melakukan pengamatan, indetifikasi, dan re-check

terhadap data III Menelusuri dan menjelaskan kategorisasi II Melakukan kategorisasi terhadap informasi yang

diperoleh IV Menjelaskan hubungan-hubungan kategorisasi V Menarik kesimpulan-kesimpulan umum VI Membangun atau menjelaskan teori


(36)

yang sahih. Adapun Alur analisis dengan menggunakan analisis isi menurut Bungin (2011:167) adalah sebagai berikut :

Sumber : Bungin (2011 : 167)

Gambar. 7

Teknik Content Analysis

Berdasarkan pada pernyataan tersebut maka penelitian ini menggali data tentang fenomena atau tradisi yang ada pada masyarakat AKUR Cigugur secara detail dan menyeluruh yang berupa simbol atau lambang , kemudian memaknai arti yang ada dibalik tradisi tersebut, kemudian mengidentifikasi temuan nilai-nilai dibalik lambang dan simbol dari tradisi tersebut untuk dijadikan sebagai sumber belajar geografi.

Aktifitas analisis data penelitian ini dilakukan secara interaktif dan berlangsung terus menerus sampai datanya jenuh. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Miles dan Huberman (1992:12) mengemukakan bahwa aktifitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus, sampai datanya jenuh. Aktifitas dalam analisis data yaitu reduction, data display, dan conclusion drawing/verivication. Langkah-langkah analisisnya dapat dilihat pada alur dibawah ini :

Prediksi / menganalisis data Menemukan

lambang / simbol

Klasifikasi data berdasarkan lambang / simbol


(37)

Reduksi Data

Antisipasi Selama Setelah

Display Data Selama Setelah ANALISIS

Kesimpulan / verifikasi

Sumber : Miles & Huberman (1992:20)

Gambar. 8

Periode Pengumpulan Data

Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang terkumpul dari berbagai sumber yaitu hasil wawancara, pengamatan yang sudah dituliskan dalam catatan lapangan, dokumentasi, foto, video, dan lain-lain. Catatan dibedakan melalui catatan deskriptif dan catatan reflektif. catatan deskriptif lebih menyajikan kejadian-kejadian yang berlangsung dalam penelitian sedangkan Catatan reflektif lebih menonjolkan tentang kerangka pikiran, ide sehingga isinya menampilkan komentar dari penulis terhadap fenomena yang ada. Setalah dipelajari dan ditelaah, maka langkah selanjutnya adalah mereduksi data sehingga akhirnya membuat abstraksi. Abstraksi adalah usaha membuat rangkuman inti dari penelitian tersebut. Kemudian langkah selanjutnya adalah menyusun satu persatu dan kategorisasi dan langkah terakhir adalah menafsirkan makna dari data yang di dapat.


(38)

H. Pengujian Keabsahan Data

Pengujian keabsahan data dilakukan untuk mengetahui kredibilitas dari data tersebut. Kredibilitas data tersebut menunjukkan kebenaran dari penelitian tersebut. Hal ini penting karena penelitian kualitatif sering diragukan kebenarannya, yang disebabkan oleh beberapa hal : (1) adanya subjektifitas peneliti dalam penelitian tersebut; (2) teknik pengumpulan data melalaui wawancara dan observasi; (3) sumber data yang kurang kredibel akan mempengaruhi hasil akurasi penelitian. Untuk menghindari hal tersebut maka digunakanlah uji keabsahan data yang tujuannya untuk mengetahui kredibilitas dari data tersebut. Pada penelitian ini untuk mengetahui kredibilitas data maka dilakukan teknik-teknik perpanjangan keikutsertaan peneliti di lapangan, ketekunan pengamatan, triangulasi (sumber data, metode, teori dan peneliti), pengecekan melalui diskusi, kecukupan referensi, kajian kasus negatif, pengecekan anggota.

Setelah itu dilanjutkan dengan pengecekan, hal ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui transfernability, dependability, dan confirmability. Untuk menajamkan pengecekan data, peneliti berusaha meningkatkan ketelitian dari data yang sudah diperoleh, kemudian melakukan reduksi data dengan menggunakan metode triangulasi, mendiskusikannya dengan orang yang faham mengenai penelitian ini. Transfernability dilakukan untuk mengetahui kebermanfaatan dari hasil penelitian ini pada situasi lainnya. Harapannya hasil penelitian ini dapat digunakan oleh pengguna penelitian, penelitian ini memberikan gambaran dan pemahaman yang luas mengenai fokus penelitian. Dependability bertujuan untuk meninjau hasil penelitian yang berdasarkan konsistensi pengumpulan data, penerapan konsep-konsep, memaknai data yang ada, dan akhirnya sampai pada pengambilan kesimpulan. Sedangkan confirmability bertujuan untuk mengkonfirmasikan data yang ada kepada sumbernya sehingga data yang didapatkan menjadi valid dan penelitian ini teruji kebenarannya. Langkah-langkah diatas bertujuan untuk mengetahui kredibilitas data sehingga penelitian ini teruji kebenarannya.


(39)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. KESIMPULAN

Berdasarkan uraian yang telah disampaikan dalam hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa tatali paranti karuhun (warisan budaya leluhur) yang merupakan tradisi masyarakat AKUR (Adat Karuhun Urang) Cigugur dalam mengelola lahan sawahnya dan Upacara Seren Taun mengandung nilai-nilai kearifan dalam menjaga keharmonisan hubungan antara manusia dengan alam lingkungannya, sehingga dapat mewujudkan kelestarian lingkungan.

Nilai yang masih dipegang teguh oleh masyarakat AKUR Cigugur merupakan suatu kearifan lokal (local wisdom) yang merupakan tuntunan dalam kehidupan mereka. Masyarakat AKUR memiliki tradisi dalam mengelola lahan terutama sawah. diawali pada waktu tandur (menanam padi) mereka selalu menyiapkan paramodana (sesajian) dan mendasarkan pada palintangan (perhitungan-perhitungan). Hal serupa juga dilakukan pada waktu mipit/dibuat (panen), mereka selalu menyiapkan paramodana (sesajian) dan palintangan (perhitungan-perhitungan) dan masyarakat AKUR tidak memusnahkan hama yang ada, tetapi menempatkan hama pada tempat yang semestinya dengan menggunakan sanduk-sanduk papalaku (Doa) yang merupakan bentuk saling menghormati antara makhluk yang satu dengan yang lainnya. Pada masyarakat AKUR ada sebuah ungkapan yang mendasari tentang hubungan antara manusia dengan alam lingkungannya. Ungkapan tersebut adalah gumulung sabudeur awun, gumanti sabumi manik, gelar patarema rasa, sampurna jatining sunda. Ungkapan tersebut mengadung makna tentang adanya keselarasan antara manusia dengan makhluk lainnya dan alam lingkungannya, sehingga setiap tindakan yang dilakukan oleh masyarakat AKUR selalu didasarkan pada keselarasan dan keserasian untuk mewujudkan keseimbangan hidup. Tradisi yang dilakukan dalam kegiatan mengolah sawah diaktulisasikan dalam Upacara Seren Taun. Kegiatan ini merupakan ungkapan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas karunia yang


(40)

telah diterima dalam kehidupan ini. Setiap rangkaian Upacara Seren Taun merupakan kegiatan dalam mengolala lahan yang mengutamakan keselarasan dengan alam, sehingga Upacara Seren Taun ini mengandung makna dan petuah dalam kehidupan untuk lebih mengutamakan keselarasan hubungan antara manusia dengan alam untuk mewujudkan kelestarian lingkungan.

Tradisi yang ada tersebut hendaknya perlu dilestarikan sehingga generasi muda dapat mengenal dan mengetahui makna di balik tradisi tersebut. Salah satu cara dalam menegakkan tradisi tersebut adalah melalui pembelajaran di sekolah. Tujuan dari pembelajaran yang bersumber pada budaya lokal adalah membentuk karakter peserta didik yang sesuai dengan jati dirinya. Karena itu, diperlukan guru yang kreatif dan inovatis sehingga dapat mengajarkan materi pelajaran yang bersumber pada nilai-nilai tradisi masyarakat setempat.

Nilai-nilai yang ditemukan dalam penelitian ini antara lain adalah Nilai integritas keruangan, Nilai adaptasi ekologi, Nilai keselarasan, Nilai keseimbangan, Nilai kesinambungan, Nilai ketaatan, Nilai kebersamaan, Nilai gotong royong, dan Nilai budaya. Nilai-nilai yang masih dipegang teguh oleh masyarakat AKUR Cigugur dapat dijadikan sebagai sumber belajar geografi terutamanya dalam materi lingkungan hidup dan pembangunan berwawasan lingkungan pada kelas XI semester II. Masukan dalam pembelajaran geografi dapat berupa identifikasi nilai-nilai kearifan lokal masyarakat AKUR yang dijadikan sebagai sumber belajar geografi. Identifikasi nilai-nilai kearifan lokal berdasarkan ciri-ciri sumber belajar, setelah itu mengklasifikasikannya kedalam jenis sumber belajar. Hasil penelitian ini memberikan gambaran cara penggunaan nilai-nilai kearifan lokal tersebut dalam pembelajaran geografi bertujuan supaya peserta didik lebih aktif dalam mengeksplorasi materi lingkungan hidup dan pembangunan berwawasan lingkungan yang berdasarkan tradisi pengelolaan lingkungan yang ada di sekitar mereka. Penelitian ini diharapkan memberikan inovasi dalam pembelajaran geografi sehingga peserta didik memperoleh informasi dan pemahaman langsung dari lapangan tentang tradisi yang ada dalam masyarakat AKUR Cigugur dalam mengelola lingkungannya dan menjaga


(41)

keharmonisan hubungan antara manusia dengan alam lingkungannya untuk mewujudkan kelestarian lingkungan.

B. REKOMENDASI

Berdasarkan temuan dalam penelitian, pembahasan temuan penelitian, dan kesimpulan di atas, maka ada beberapa rekomendasi yang dapat penulis sampaikan dalam penelitian ini. Adapun rekomendasi tersebut adalah sebagai berikut :

- Diperlukannya penelitian lebih lanjut tentang tradisi yang ada pada masyarakat AKUR Cigugur baik itu tentang pengelolaan lingkungan, upacara adat, dan kesenian-kesenian lainnya. Semakin banyak penelitian yang menggali nilai-nilai masyarakat adat yang dijadikan sumber belajar khususnya mata pelajaran geografi, maka semakin banyak pula bahan ajar dalam pelajaran geografi sehingga tidak terpaku pada buku teks dan ilmuwan asing.

- Bagi sesepuh adat dan masyarakat AKUR (Adat karuhun Urang) Cigugur agar senantiasa menjaga tradisi yang telah mereka jalankan secara turun menurun, sehingga kelestarian alam lingkungan ini dapat terjaga dengan baik, selain itu juga menjadi daya tarik tempat wisata budaya dan menjadi tempat penelitian dari berbagai peneliti.

- Adanya penelitian lebih lanjut dari penelitian ini terutama dalam mengimplemetasikan nilai-nilai kearifan lokal masyarakat Cigugur dalam pembelajaran geografi melalui model dan metode yang tepat dalam menerapkan nilai-nilai kearifan lokal masyarakat Cigugur-Kuningan.


(42)

DAFTAR PUSTAKA

Adimihardja, Kusnaka. (2008). Dinamika Budaya Lokal. Bandung : CV Indra Prahasta dengan Pusat Kajian LBPB.

Adiwikarta, S. (1988). Sosiologi Pendidikan : Isyu dan Hipotesis tentang Hubungan Pendidikan dengan Masyarakat. Jakarta : PPLPTK Dirjen Dikti, Depdikbud.

Alwalsilah, Chaedar.A. dkk. (2009). Etnopedagogi : Landasan Praktek Pendidikan dan Pendidikan Guru. Bandung : PT Kiblat Utama.

Bintarto, R Surastopo Hadisumarno. (1991). Metode Analisis Geografi. Jakarta : LP3ES

Budiyono. (2007). Nilai-Nilai Kepribadian dan Perjuangan Bangsa Indonesia. Bandung : Alfabeta.

Bungin, Burhan. (2011). Metodologi Penelitian Kualitatif (Aktualisasi Metodologis ke Arah Ragam Varian Kontemporer). Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada.

Fraenkel J,R. (1977). How to Teach About Values, An Analytic Approach. New Jersey : Prentice-Hall, Inc.

Marfai, Aris, Muh. (2012). Pengantar Etika Lingkungan dan Kearifan Lokal. Yogyakarta : Gadah Mada University Press.

Miles, Matthew dan Huberman, Michael. (1992). Analisa Data Kualitatif. Jakarta : Universitas Indonesia Press.

Mulyana, Rohmat. (2011). Mengartikulasikan Pendidikan Nilai. Bandung : CV. Alfabeta.

Murtiyoso, S. (1994). Klasifikasi Lahan Pada Masyarakat Sunda Kuno, Sangyang Siksakanda Ng Karesian. Dalam K.Adimihardja (ed), Sistem Pengetahuan dan Teknologi Rakyat : Subsistensi dan Pembangunan Berwawasan Lingkungan di Kalangan Masyarakat Sunda di Jawa Barat. Bandung: Ilham Jaya Pp. 61-70.

Mutakin, Awan. (2005). Nilai-Nilai Kearifan Adat dan Tradisi Di Balik Simbol (Totem) Kuda Kuningan. Kuningan : Universitas Pendidikan Indonesia. _____________. (2006). Bunga Rampai, Ihwal Manusia Dengan Lingkungannya.


(43)

Mutakin, Awan dan Gurniwan KP. (2006). Geografi Budaya. Bandung : Buana Nusantara.

Ningrum, E. (2009). Kompetensi Profesional Guru dalam konteks Strategi Pembelajaran. Bandung : Buana Nusantara.

Pasya, Gurniwan K. (2002). Geografi : Pemahaman Konsep dan Metodelogi. Bandung : Buana Nusantara.

Rohani, Ahmad. (1997). Media Instruksional Edukatif. Jakarta : PT. Rineka Cipta. Roselle, D, ed. (1987). Voices of Social Education 1937-1987 : national Council

for the Sosial Studies. New york : macmilan.

Sagala, Syaiful. (2003). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung : CV. Alfabeta.

Salim, Emil. (1991). Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Jakarta : Mutiara Sumber; Penabur Benih Kecerdasan.

Sugiyono. (2012). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung : CV. Alfabeta. Sudjana, Nana dan Rivai Akhmad. (1991). Media Pengajaran. Bandung : Sinar

Baru Algensindo.

Sumaatmadja, Nursid. (1988). Suatu Pendekatan dan Analisis Keruangan. Bandung : Alumni.

_________________. (1989). Studi lingkungan Hidup. IKAPI

_________________. (1996). Manusia Dalam Konteks Sosial Budaya dan Lingkungan Hidup. Bandung : Alfabeta.

__________________. (1997). Metodelogi Pengajaran Geografi. Jakarta : Bumi Aksara.

Syaodih, Nana. (2007). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Program Pascasarjana UPI dan Remaja Rosdakarya


(44)

Jurnal :

Iskandar, Johan. (2011). Upaya Pelestarian Tatar Sunda. Bandung : Yayasan Rancage (Konferensi Internasional Budaya Sunda II Revitalisasi Budaya Sunda : Peluang dan Tantangan Dalam Dunia Global).

Oktaviani, Tia, dkk. (2010). Kearifan Lokal Dalam Pengelolaan Sumber Daya Air di Kampung Kuta. Bogor : Jurnal Transdisiplin Sosiologi, Komunikasi, dan Ekologi Manusia Transdisiplin Sosiologi, Komunikasi, dan Ekologi Manusia Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, IPB.

Sartini. (2004). “Menggali Kearifan Lokal Nusantara: Sebuah Kajian Filsafati”. Jurnal Filsafat. Agustus 2004, Jilid 37, Nomor 2. Yogyakarta : UGM.

Makalah :

Suprijoko, K. (2003). Sistem Pendidikan Nasional dan Peran Budaya Dalam Pembangunan Berkelanjutan. Makalah pada Seminar Pembangunan Hukum Nasional VIII. Denpasar : 14 – 18 Juli 2003.

Tesis/Disertasi :

Darsono. (1999). Penggunaan Media Pengajaran Dalam Pembelajaran Pendidikan IPS di Skolah Dasar (Penelitian Tindakan Kelas tentang Penggunaan Media Pengajaran Berupa Gambar Diam dan Lingkungan Sekitar Dalam Pembelajaran Pendidikan IPS Pokok Bahasan Lingkungan Sekitar, Sub Pokok Bahasan Lingkungan Keluarga dan Lingkungan Rumah Pada Kelas III SDS Al Qur’an Metro, Kotif Metro Kabupaten lampung Tengah). Bandung : Tesis Jurusan IPS-UPI.

Hermanto. (2012). Kearifan Lokal Kesatuan Masyarakat Adat Kasepuhan Banten Kidul (Kajian Etnopedagogi). Bandung : Disertasi Jurusan IPS-UPI.

Hermawan, Iwan. (2008). Kearifan Lokal Sunda Dalam Pendidikan (Kajian Terhadap Aktualisasi Nilai-Nilai Tradisi Sunda Dalam Pendidikan IPS di Sekolah Pasundan dan Yayasan Atikan Sunda). Bandung : Disertasi Jurusan IPS-UPI.

Setiawan, Asep Yanyan. (2012). Nilai-Nilai Tata lingkungan Terhadap Kelesarian Lingkungan Di Kampung Cikondang Kabupaten Bandung Dan Implikasinya Dalam Pembelajaran Geografi. Bandung : Tesis Jurusan Pendidikan Geografi-UPI.


(45)

Internet :

Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kab. Kuningan. Data Jumlah Penduduk Kabupaten Kuningan sampai dengan bulan Maret 2012. Diakses dari www.kuningankab.go.id.

Irianto, Agus Maladi. (2009). Mahasiswa dan kearifan lokal. Diakses dari http://staff.undip.ac.id/sastra/agusmaladi,tanggal 1 Mei 2010.

Kondisi Geomorfologis Kabupaten Kuningan. Diakses dari

www.kuningankab.go.id.

Perundang-Undangan, Undang-Undang Republik Indonesia No. 32 Tahun 2009

tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

http://www.menlh.go.id/Peraturan/UU/UU32-2009.pdf.

Ridwan. Nurma.A. (2007). Landasan Kearifan Lokal. P3M STAIN

Purwokerto/Ibda/Vol 5/No.1/Jan-Jun 2007/27-28

http://ibda.files.wordpress.com/2008/04/2-Landasan-keilmuan-kearifan-lokal .pdf.


(1)

telah diterima dalam kehidupan ini. Setiap rangkaian Upacara Seren Taun merupakan kegiatan dalam mengolala lahan yang mengutamakan keselarasan dengan alam, sehingga Upacara Seren Taun ini mengandung makna dan petuah dalam kehidupan untuk lebih mengutamakan keselarasan hubungan antara manusia dengan alam untuk mewujudkan kelestarian lingkungan.

Tradisi yang ada tersebut hendaknya perlu dilestarikan sehingga generasi muda dapat mengenal dan mengetahui makna di balik tradisi tersebut. Salah satu cara dalam menegakkan tradisi tersebut adalah melalui pembelajaran di sekolah. Tujuan dari pembelajaran yang bersumber pada budaya lokal adalah membentuk karakter peserta didik yang sesuai dengan jati dirinya. Karena itu, diperlukan guru yang kreatif dan inovatis sehingga dapat mengajarkan materi pelajaran yang bersumber pada nilai-nilai tradisi masyarakat setempat.

Nilai-nilai yang ditemukan dalam penelitian ini antara lain adalah Nilai integritas keruangan, Nilai adaptasi ekologi, Nilai keselarasan, Nilai keseimbangan, Nilai kesinambungan, Nilai ketaatan, Nilai kebersamaan, Nilai gotong royong, dan Nilai budaya. Nilai-nilai yang masih dipegang teguh oleh masyarakat AKUR Cigugur dapat dijadikan sebagai sumber belajar geografi terutamanya dalam materi lingkungan hidup dan pembangunan berwawasan lingkungan pada kelas XI semester II. Masukan dalam pembelajaran geografi dapat berupa identifikasi nilai-nilai kearifan lokal masyarakat AKUR yang dijadikan sebagai sumber belajar geografi. Identifikasi nilai-nilai kearifan lokal berdasarkan ciri-ciri sumber belajar, setelah itu mengklasifikasikannya kedalam jenis sumber belajar. Hasil penelitian ini memberikan gambaran cara penggunaan nilai-nilai kearifan lokal tersebut dalam pembelajaran geografi bertujuan supaya peserta didik lebih aktif dalam mengeksplorasi materi lingkungan hidup dan pembangunan berwawasan lingkungan yang berdasarkan tradisi pengelolaan lingkungan yang ada di sekitar mereka. Penelitian ini diharapkan memberikan inovasi dalam pembelajaran geografi sehingga peserta didik memperoleh informasi dan pemahaman langsung dari lapangan tentang tradisi yang ada dalam masyarakat AKUR Cigugur dalam mengelola lingkungannya dan menjaga


(2)

keharmonisan hubungan antara manusia dengan alam lingkungannya untuk mewujudkan kelestarian lingkungan.

B. REKOMENDASI

Berdasarkan temuan dalam penelitian, pembahasan temuan penelitian, dan kesimpulan di atas, maka ada beberapa rekomendasi yang dapat penulis sampaikan dalam penelitian ini. Adapun rekomendasi tersebut adalah sebagai berikut :

- Diperlukannya penelitian lebih lanjut tentang tradisi yang ada pada masyarakat AKUR Cigugur baik itu tentang pengelolaan lingkungan, upacara adat, dan kesenian-kesenian lainnya. Semakin banyak penelitian yang menggali nilai-nilai masyarakat adat yang dijadikan sumber belajar khususnya mata pelajaran geografi, maka semakin banyak pula bahan ajar dalam pelajaran geografi sehingga tidak terpaku pada buku teks dan ilmuwan asing.

- Bagi sesepuh adat dan masyarakat AKUR (Adat karuhun Urang) Cigugur agar senantiasa menjaga tradisi yang telah mereka jalankan secara turun menurun, sehingga kelestarian alam lingkungan ini dapat terjaga dengan baik, selain itu juga menjadi daya tarik tempat wisata budaya dan menjadi tempat penelitian dari berbagai peneliti.

- Adanya penelitian lebih lanjut dari penelitian ini terutama dalam mengimplemetasikan nilai-nilai kearifan lokal masyarakat Cigugur dalam pembelajaran geografi melalui model dan metode yang tepat dalam menerapkan nilai-nilai kearifan lokal masyarakat Cigugur-Kuningan.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Adimihardja, Kusnaka. (2008). Dinamika Budaya Lokal. Bandung : CV Indra Prahasta dengan Pusat Kajian LBPB.

Adiwikarta, S. (1988). Sosiologi Pendidikan : Isyu dan Hipotesis tentang Hubungan Pendidikan dengan Masyarakat. Jakarta : PPLPTK Dirjen Dikti, Depdikbud.

Alwalsilah, Chaedar.A. dkk. (2009). Etnopedagogi : Landasan Praktek Pendidikan dan Pendidikan Guru. Bandung : PT Kiblat Utama.

Bintarto, R Surastopo Hadisumarno. (1991). Metode Analisis Geografi. Jakarta : LP3ES

Budiyono. (2007). Nilai-Nilai Kepribadian dan Perjuangan Bangsa Indonesia. Bandung : Alfabeta.

Bungin, Burhan. (2011). Metodologi Penelitian Kualitatif (Aktualisasi Metodologis ke Arah Ragam Varian Kontemporer). Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada.

Fraenkel J,R. (1977). How to Teach About Values, An Analytic Approach. New Jersey : Prentice-Hall, Inc.

Marfai, Aris, Muh. (2012). Pengantar Etika Lingkungan dan Kearifan Lokal. Yogyakarta : Gadah Mada University Press.

Miles, Matthew dan Huberman, Michael. (1992). Analisa Data Kualitatif. Jakarta : Universitas Indonesia Press.

Mulyana, Rohmat. (2011). Mengartikulasikan Pendidikan Nilai. Bandung : CV. Alfabeta.

Murtiyoso, S. (1994). Klasifikasi Lahan Pada Masyarakat Sunda Kuno, Sangyang Siksakanda Ng Karesian. Dalam K.Adimihardja (ed), Sistem Pengetahuan dan Teknologi Rakyat : Subsistensi dan Pembangunan Berwawasan Lingkungan di Kalangan Masyarakat Sunda di Jawa Barat. Bandung: Ilham Jaya Pp. 61-70.

Mutakin, Awan. (2005). Nilai-Nilai Kearifan Adat dan Tradisi Di Balik Simbol (Totem) Kuda Kuningan. Kuningan : Universitas Pendidikan Indonesia. _____________. (2006). Bunga Rampai, Ihwal Manusia Dengan Lingkungannya.


(4)

Mutakin, Awan dan Gurniwan KP. (2006). Geografi Budaya. Bandung : Buana Nusantara.

Ningrum, E. (2009). Kompetensi Profesional Guru dalam konteks Strategi Pembelajaran. Bandung : Buana Nusantara.

Pasya, Gurniwan K. (2002). Geografi : Pemahaman Konsep dan Metodelogi. Bandung : Buana Nusantara.

Rohani, Ahmad. (1997). Media Instruksional Edukatif. Jakarta : PT. Rineka Cipta. Roselle, D, ed. (1987). Voices of Social Education 1937-1987 : national Council

for the Sosial Studies. New york : macmilan.

Sagala, Syaiful. (2003). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung : CV. Alfabeta.

Salim, Emil. (1991). Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Jakarta : Mutiara Sumber; Penabur Benih Kecerdasan.

Sugiyono. (2012). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung : CV. Alfabeta. Sudjana, Nana dan Rivai Akhmad. (1991). Media Pengajaran. Bandung : Sinar

Baru Algensindo.

Sumaatmadja, Nursid. (1988). Suatu Pendekatan dan Analisis Keruangan. Bandung : Alumni.

_________________. (1989). Studi lingkungan Hidup. IKAPI

_________________. (1996). Manusia Dalam Konteks Sosial Budaya dan Lingkungan Hidup. Bandung : Alfabeta.

__________________. (1997). Metodelogi Pengajaran Geografi. Jakarta : Bumi Aksara.

Syaodih, Nana. (2007). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Program Pascasarjana UPI dan Remaja Rosdakarya


(5)

Jurnal :

Iskandar, Johan. (2011). Upaya Pelestarian Tatar Sunda. Bandung : Yayasan Rancage (Konferensi Internasional Budaya Sunda II Revitalisasi Budaya Sunda : Peluang dan Tantangan Dalam Dunia Global).

Oktaviani, Tia, dkk. (2010). Kearifan Lokal Dalam Pengelolaan Sumber Daya Air di Kampung Kuta. Bogor : Jurnal Transdisiplin Sosiologi, Komunikasi, dan Ekologi Manusia Transdisiplin Sosiologi, Komunikasi, dan Ekologi Manusia Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, IPB.

Sartini. (2004). “Menggali Kearifan Lokal Nusantara: Sebuah Kajian Filsafati”. Jurnal Filsafat. Agustus 2004, Jilid 37, Nomor 2. Yogyakarta : UGM.

Makalah :

Suprijoko, K. (2003). Sistem Pendidikan Nasional dan Peran Budaya Dalam Pembangunan Berkelanjutan. Makalah pada Seminar Pembangunan Hukum Nasional VIII. Denpasar : 14 – 18 Juli 2003.

Tesis/Disertasi :

Darsono. (1999). Penggunaan Media Pengajaran Dalam Pembelajaran Pendidikan IPS di Skolah Dasar (Penelitian Tindakan Kelas tentang Penggunaan Media Pengajaran Berupa Gambar Diam dan Lingkungan Sekitar Dalam Pembelajaran Pendidikan IPS Pokok Bahasan Lingkungan Sekitar, Sub Pokok Bahasan Lingkungan Keluarga dan Lingkungan Rumah Pada Kelas III SDS Al Qur’an Metro, Kotif Metro Kabupaten lampung Tengah). Bandung : Tesis Jurusan IPS-UPI.

Hermanto. (2012). Kearifan Lokal Kesatuan Masyarakat Adat Kasepuhan Banten Kidul (Kajian Etnopedagogi). Bandung : Disertasi Jurusan IPS-UPI.

Hermawan, Iwan. (2008). Kearifan Lokal Sunda Dalam Pendidikan (Kajian Terhadap Aktualisasi Nilai-Nilai Tradisi Sunda Dalam Pendidikan IPS di Sekolah Pasundan dan Yayasan Atikan Sunda). Bandung : Disertasi Jurusan IPS-UPI.

Setiawan, Asep Yanyan. (2012). Nilai-Nilai Tata lingkungan Terhadap Kelesarian Lingkungan Di Kampung Cikondang Kabupaten Bandung Dan Implikasinya Dalam Pembelajaran Geografi. Bandung : Tesis Jurusan Pendidikan Geografi-UPI.


(6)

Internet :

Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kab. Kuningan. Data Jumlah Penduduk Kabupaten Kuningan sampai dengan bulan Maret 2012. Diakses dari www.kuningankab.go.id.

Irianto, Agus Maladi. (2009). Mahasiswa dan kearifan lokal. Diakses dari http://staff.undip.ac.id/sastra/agusmaladi,tanggal 1 Mei 2010.

Kondisi Geomorfologis Kabupaten Kuningan. Diakses dari www.kuningankab.go.id.

Perundang-Undangan, Undang-Undang Republik Indonesia No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. http://www.menlh.go.id/Peraturan/UU/UU32-2009.pdf.

Ridwan. Nurma.A. (2007). Landasan Kearifan Lokal. P3M STAIN Purwokerto/Ibda/Vol 5/No.1/Jan-Jun 2007/27-28 http://ibda.files.wordpress.com/2008/04/2-Landasan-keilmuan-kearifan-lokal .pdf.