COMMUNICATING AND PARENTING Mengembangkan Komunikasi dengan Orang tua siswa dalam mengasuh Anak - Test Repository

  Dr. Fatchurrohman, M.Pd

COMMUNICATING AND PARENTING

  Mengembangkan Komunikasi dengan Orang tua siswa dalam mengasuh Anak

KATA PENGANTAR

  Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas selesainya penulisan buku

  

Communicating and Parenting (Mengembangkan Komunikasi dengan Orang tua

siswadalam mengasuh Anak).

  Sebagaimana dipahami bahwa sekolah adalah institusi pendidikan kedua setelah orang tua. Sekolah menerima pelimpahan tanggung jawab mendidik, karena orang tua memiliki berbagai keterbatasan sehingga tidak bisa melaksanakan tugas mendidik anak sepenuhnya.

  Dalam melaksanakan tugas mendidik, sekolah tidak bisa berjalan dengan sendirinya. Sekolah harus senantiasa menjalin komunikasi dengan orang tua sebagai stakeholder utama pendidikan. Jalinan komunikasi dengan orang tua ini dimaksudkan untuk menginformasikan kondisi anak di sekolah dan mencari dukungan agar kegiatan pendidikan berjalan optimal.

  Komunikasi dengan orang tua juga dimaksudkan untuk „mendidik‟ orang tua tentang bagaimana cara mendidik anak di rumah. Pengetahuan orang tua tentang cara mendidik dan mengasuh anak di rumah sangat penting agar dapat melakukan kegiatan yang mensupport kegiatan pendidikan di sekolah. Kini, sekolah tidak hanya mendidik anak, tetapi yang tidak kalah penting adalah memahamkan kepada orang tua tentang bagaimana cara mendampingi anak di rumah.

  Buku ini hadir untuk mengingatkan bahwa sekolah perlu menjalin komunikasi dengan orang tua seintens mungkin. Orang tua perlu memahami juga bagaimana cara mengasuh anak di rumah dengan baik. Hal ini penting karena sekolah tidak akan dapat dapat melaksanakan tugas pendidikan dengan baik tanpa keterlibatan aktif dari orang tua pesera didik.

  Semoga komitmen, dedikasi, dan kepedulian kita dalam mengembangkan pendidikan semakin meningkat.

  Salatiga, November 2016 Penulis, Daftar Isi Hal Halaman judul ………………………………………………………………………..

  i Kata Pengantar ……………………………………………………………………….. ii Daftar Isi …………………………………………………………………………….. iii Bagian

  36 A. Pengertian ……………………………………………… 36 B.

  80 Bagian Empat : PENUTUP …………………………………………………………….

  69 I. Liburan ………………………………………………

  63 H. Pengaturan konsumsi nutrisi …………………………

  Hukuman dan ganjaran yang efektif …………………… 54 F. Peningkatan kemampuan orang tua …………………… 60 G. Menciptakan lingkungan kondusif ……………………

  45 D. Membantu meng atasi masalah anak …………………… 47 E.

  36 C. Gaya pengasuhan ………………………………………

  Teori parenting …………………………………………

  32 Bagian Tiga : PENGASUHAN ANAK ……………………………………………..

  Satu : PE NDAHULUAN ……………………………………………………

  23 F. Home visit ……………………………………………

  17 E. Meng komunikasikan jaminan keamanan ………………

  13 D. Komunikasi hasil belajar ………………………………

  8 C. Komunikasi berkala ……………………………………

  3 B. Tipe Komunikasi ………………………………………

  3 A. Komunikasi Pendidikan ………………………………

  1 Bagian Dua : KOMUNIKASI SEKOLAH DENGAN ORANG TUA …………….

  85

  

Bagian Satu

Pendahuluan

  Sekolah merupakan salah satu elemen pendidikan yang ada dalam masyarakat. Keberaaan sekolah akan dapat berfungsi dengan baik manakala mampu memfungsikan elemen-elemen pendidikan lain yang ada, seperti keluarga, dan lembaga sosial lainnya.

  Semua elemen tersebut memberi pengaruh kepada anak didik, baik pengaruh positif maupun pengaruh negatif. Sekolah can do nothing, manakala tidak mengorganizing pengaruh-pengaruh institusi-institusi lain di luar dirinya dengan baik.

  Salah satu elemen penting dalam pendidikan anak adalah institusi keluarga. Keluarga berperan penting dan dominan dalam pendidikan anak. Sekolah sebagai second institution bagi pendidikan anak harus mampu menjalin relasi baik dengan sekolah melalui komunikasi yang efektif. Sejalan dengan pemikiran tersebut, menurut John Dewey (dalam Knight, 2007:18), jalinan relasi dan komunikasi pendidikan antara sekolah, keluarga, dan institusi pendikan lainnya merupakan perwujudan bahwa pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara orang tua, sekolah dan masyarakat. Selain itu, pembangunan relasi tersebut juga merupakan upaya mempersiapkan anak memasuki dunia kerja atau masyarakat yang sesungguhnya sekaligus sebagai bukti bahwa pendidikan adalah bagian dari kehidupan anak bermasyarakat.

  Sekolah, orang tua, dan masyarakat merupakan institusi yang bertanggung jawab atas pendidikan anak. Ketiganya memiliki bobot yang sama dalam tanggung jawab pendidikan. Dalam hal ini sekolah adalah pelaksana formal dalam pendidikan untuk mendidik anak-anak agar nanti dapat kembali kepada keluarga dan masyarakat sesuai harapan bersama. Sekolah tidak akan bisa mewujudkan visi misi pendidikannya tanpa melibatkan kedua institusi yang lainnya. Kal au sekolah merasa „bisa‟ mencapai visi dan misinya sendiri, maka hasilnya tidak akan sesuai dengan harapan keluarga dan masyarakat.

  Menurut Tilaar (2002:353), di dalam membangun masyarakat demokratis, maka peran serta masyarakat perlu diberdayakan dalam berbagai bidang kehidupan, sehingga masyakat memiliki kesadaran akan peran dan tanggung jawabnya dalam kehidupan. Penyadaran masyarakat ini dalam bahasa Paulo Freire disebut Konsientasi. Jika salah satu pihak belum memiliki kesadaran akan perannya dalam pendidikan, maka sekolah akan sulit mewujudkan pendidikan yang bermutu.

  Dalam konteks kehidupan keluarga (family), individu dapat mengaktualisasikan diri manusia sebagai makhluk sosial. Dalam family system theory yang dikembangkan oleh Bertalanffy‟s (dalam Grant,2010:27), disebutkan bahwa setiap anggota keluarga saling berhubungan dan masing-masing anggota saling mempengaruhi antar satu dan lainnya. Dalam konteks pembelajaran di sekolah, penerapan family system theory ini dalam kegiatan pembelajaran, para pendidik tidak hanya terfokus pada peserta didik secara individual, namun mereka harus melihat peserta didik dalam konteks keluarganya untuk memahami mengapa dia bertingkah laku seperti itu di kelas. Untuk memahami system secara lebih baik, apa itu sistem keluarga dan bagaimana sistem keluarga mempengaruhi perilaku anak di kelas, perlu dilihat karakteristik relasi dalam keluarga secara keseluruhan dan kondisi kelas. Cara ini dapat dicapai melalui penjalinan hubungan antara sekolah dan orang tua.

  Orang tua dan anggota keluarga memainkan peranan yang integral dalam membantu belajar peserta didik. Bantuan keterlibatan keluarga dan para pendidik akan mampu mendorong suksesnya pembelajaran peserta didik. Hasil penelitian Thorkildsen and Stein (dalam Grant, 2010:216), menunjukan bahwa jika dihitung, keterliban orang tua berkisar antara 10-20% dalam berbagai prestasi anak, dan harapan orang tua terhadap keberhasilan anaknya di sekolah secara terus menerus memberi pengaruh yang besar terhadap performa anak.

  Komunikasi sekolah dengan orang tua atau keluarga sangat penting bagi kepentingan pengasuhan anak. Sekolah perlu „mengendalikan‟ orang tua agar sejalan dengan sekolah dalam membentuk performa anak didik. Orang tua dalam mengasuh anak di rumah juga perlu memperhatikan aspek-aspek didaktik agar hasilnya sebagaimana yang diharapkan. Keetidaktahuan orang tua dalam didaktik menjadi tanggung jawab sekolah untuk mensosialisaikannya. Dengan demikian, tanggung jawab pendidikan sekolah tidak hanya membentuk kepribadian dan mengembangkan potensi anak didiknya, melainkan juga mengajari orang tua tentang bagimana cara mendampingi dan mengasuh anak yang baik di rumah.

  

Bagian Dua

Komunikasi Sekolah dengan Orang tua

A. Komunikasi pendidikan

  Komunikasi (communication) antara sekolah dan orang tua merupakan upaya membangun jalinan hubungan antara sekolah dan orang tua peserta didik dalam rangka penyebaran informasi pendidikan kepada stakeholder dan atau untuk pemecahan masalah. Sekolah perlu menjalin komunikasi dengan orang tua peserta didik agar orang tua mengetahui bebagai informasi di sekolah yang pada akhirnya mampu meningkatkan perhatian dan kepedualian terhadap pendidikan anaknya.

  Komunikasi antara sekolah (kepala sekolah, guru, karyawan) dengan orang tua/wali merupakan salah satu realisasi dari akuntabilitas sekolah. Meskipun para guru di sekolah memiliki kesempatan untuk berinteraksi dan mempengaruhi kehidupan peserta didik, pada akhirnya mereka akan kembali ke lingkungan keluarga atau ke pangkuan orang tuannya. Jika kita gagal dalam menjaga komunikasi dengan orang tua tentang kemajuan anak mereka di sekolah, maka kita akan kehilangan kesempatan untuk membuat jembatan komunikasi yang sangat penting dalam kehidupan peserta didik.

  Komunikasi antara orang tua dan guru untuk memastikan bahwa anak-anak belajar secara efektif dan mendapatkan yang terbaik bagi pertumbuhan dan perkembangan pribadi/karakter mereka. Salah satu cara untuk memastikan bahwa kita sebagai guru bisa berkomunikasi secara efektif dengan orang tua adalah menggunakan formulir dan catatan yang dikirim ke rumah secara berkala untuk memberikan kesempatan kepada orang tua memantau sekaligus melaporkan perkembangan anak mereka di sekolah.

  Dalam komunikasi ini kedua belah pihak berkepentingan untuk saling berbagai informasi, baik sekolah maupun orang tua. Namun, jika orang tua tidak memiliki inisiatif untuk berkomunikasi atau berkonsultasi dengan sekolah, maka sekolah harus mendesain program sedemikian rupa sehingga ada jalinan komunikasi antara sekolah dan orang tua. Menurut Nurjanah (2015:1), a da beberapa hal yang perlu diperhatikan agar dapat berkomunikasi secara efektif dengan orang tua yaitu : 1) lakukanlah sesering mungkin; 2) jangan biarkan bulan berlalu tanpa kabar dari sekolah; 3) bersikaplah jujur; 4) panggillah orang tua ketika anak mereka memiliki perilaku atau kesulitan belajar di kelas; 5) menyenangkan; 6) adakan kesepakatan tentang waktu.

  Sekolah sebaiknya melakukan komunikasi sesering mungkin, semakin sering semakin bagus. Sekolah yang sering melakukan komunikasi dengan orang tua, akan terhindar dari kesalahpahaman antara kedua belah pihak. Selain itu, masalah- masalah yang dirasakan sekolah atau orang tua terkait dengan pendidikan anaknya dapat segera di atasi, sehingga tidak terjadi penumpukan masalah.

  Dalam menjalin komunikasi dengan orang tua, sekolah perlu mengedepankan prinsip kejujuran; artinya informasi yang diberikan kepada orang tua harus informasi yang mengandung kejujuran. Sekolah tidak boleh merekayasa informasi untuk kepentingan tertentu, misalnya menarik simpatik orang tua. Informasi yang tidak jujur akan mengakibatkan relasi yang dibangun adalah relasi pura-pura, dan ini berbahaya bagi sekolah. Sekiranya ada informasi yang harus disembunyikan karena berdampak negatif jika disampaikan apa adanya kepada orang tua, maka kebijakan ini harus diketahui pihak lain dan bersifat sementara. Sekolah mengambil langkah tersebut semata-mata untuk mencari pemecahan masalah secara efektif. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah pengemasan informasi kepada orang tua harus memperhatikan kelogisan informasi sehingga informasi yang disampaikan tidak bombastis atau penuh kejanggalan.

  Komunikasi sekolah dan orang tua juga dilakukan dalam suasana yang menyenangkan, artinya sekolah menyediakan forum yang menyenangkan, orang tua tidak merasa tertekan, tidak dipaksa, dan pihak sekolah menunjukkan ekspresi yang menyenangkan juga menyambut orang tua peserta didik. Guru dan pihak sekolah juga perlu menunjukkan bahwa mereka senang mendidik anak-anak di sekolah, guru tidak boleh menunjukkan sikap benci kepada anak-anak mereka apalagi menunjukkan sikap negatif peserta didik secara berlebihan.

  Guru terkadang menyampaikan kepada orang tua tentang keadaan anak- anaknya di sekolah. Guru melaporkan keadaan negatif anak kepada orang tua berharap memperoleh tanggapan dari orang tua tentang kenakalan anaknya dan orang tua lebih memperhatikan anaknya di rumah agar lebih baik. Namun, jika guru salah dalam mengkomunikasikan kenakalan anak di sekolah justru akan membuat orang tua kecewa. Kekecewaan orang tua ini terjadi karena mereka sudah merasa menyerahkan sepenuhnya anak mereka kepada sekolah, namun ternyata anaknya tidak semakin baik.

  Dengan kata lain dapat dinyatakan bahwa komunikasi antara sekolah dan orang tua mesti dilakukan secara teratur, dua arah, dan penuh makna. Jika keluarga dan sekolah dapat berkomunikasi secara efektif, maka hubungan positif akan dapat berkembang, masalah-masalah yang muncul dapat dengan mudah terselesaikan dan para peseta didik akan dapat mencapai kemajuan lebih baik. Komunikasi antara sekolah dan orang tua ini dimaksudkan untuk menciptakan bentuk komunikasi yang efektif dari sekolah ke rumah dan dari rumah ke sekolah terkait dengan program sekolah dan kemajuan anak.

  Menurut Epstein (2009:16), beberapa bentuk kegiatan yang dapat dilakukan dalam komunikasi antara sekolah dan orang tua adalah: 1) mengadakan pertemuan berkala dengan orang tua peserta didik dan menindaklanjuti setiap hasil pertemuan dengan orang tua; 2) menyediakan penerjemah bagi orang tua jika diperlukan; 3) mengirim hasil kerja siswa kepada orang tua agar direview dan dikomentari; 4) membuat kartu laporan pelajar kepada orang tua setiap minggu; 5) membuat

  

bulletin, newsletter tentang kegiatan di sekolah untuk disampaikan kepada orang

  tua; 6) menyampaikan informasi dan seluruh program kegiatan di sekolah kepada orang tua secara jelas; 7) menyampaikan informasi kepada orang tua bahwa anak- anaknya belajar di sekolah secara aman.

  Sekolah dapat menjadwalkan pertemuan berkala dengan orang tua, baik mingguan atau bulanan. Pertemuan berkala ini sangat penting bagi sekolah dan orang tua dalam upaya menciptakan pendidikan yang efektif, tanpa masalah. Dalam pertemuan ini tentunya dibahas hal-hal terkait dengan pendidikan anak, baik permasalahan yang muncul maupun usulan dari orang tua demi kebaikan pendidikan anak mereka di sekolah. Terkadang, orang tua dan sekolah mengabaikan pertemuan berkala. Mereka berpikir apa yang mau dibahas dalam pertemuan? Namun dalam kenyataannya, setelah pertemuan diselenggarakan maka banyak sekali persoalan yang muncul dalam forum dan menarik untuk dibahas pihak sekolah dan orang tua. Hasil yang disepakati dalam pertemuan berkala ini, sekolah perlu mengagendakan secara sungguh-sungguh untuk menindaklanjuti pada waktu yang akan datang. Sekiranya hasil pertemuan tidak ditindaklanjuti, maka orang tua tidak lagi mau datang jika diundang ke sekolah.

  Sekolah dapat mengadakan pertemuan untuk menerjemahkan informasi- informasi yang belum jelas, misalnya ada regulasi baru dari pemerintah tekait dengan pendidikan di sekolah. Dalam keadaan demikian, sekolah dapat menjelaskan sendiri atau mengundang dinas terkait, misalnya Disdikpora sebagai penjelas bagi regulasi yang baru dalam dunia pendidikan. Penjelasan ini sangat penting bagi orang tua peserta didik, agar suatu saat regulasi tersebut diberlakukan sudah memahami maksud dan tujuannya. Orang tua tidak lagi protes atau tidak menyetujui aturan baru karena sudah menerima sosialisasi.

  Sekolah perlu mengirim hasil kerja siswa kepada orang tua untuk diketahui dan direview. Orang tua perlu mengetahui hasil belajar anaknya di sekolah sebagai imbal balik atas usahanya menyekolahkan anaknya. Sekolah berkepentingan untuk mengirim hasil kerja siswa kepada orang tua sebagai bentuk pertanggung jawaban atas kepercayaan yang diberikan orang tua kepada pihak sekolah. Dalam hal ini, sekolah harus menjaga prinsip kejujuran dan objektivitas ketika melaporkan hasil kerja siswa kepada orang tua mereka.

  Objektivitas laporan hasil kerja siswa kepada orang tua perlu dijaga karena pelaporan tersebut dimaksudkan untuk mendapatkan feed back dari orang tua. Orang tua akan memberi respond atau feedback sesuai dengan laporan yang diterimanya. Sekolah tidak perlu khawatir terhadap kemarahan orang tua sekiranya laporan hasil belajar anaknya kurang memuaskan. Hal tersebut mungkin saja terjadi, dimana orang tua merasa tidak puas, marah atas hasil kerja anaknya di sekolah yang tidak memuaskan. Dalam hal ini sebaiknya memang laporan tersebut memuaskan orang tua, karena orang tua sudah susah payah menyediakan berbagai hal untuk kepentingan pendidikan anaknya di sekolah. Sekolah sudah semestinya bekerja keras untuk mendidik anak-anak di sekolah, sehingga ada perubahan pada peserta didik yang signifikan ke arah yang lebih baik. Jadi sudah sewajarnya orang tua mengharapkan laporan hasil belajar anaknya yang baik dari sekolah.

  Sekolah dapat juga membuat semacam bulletin atau news berkala untuk orang tua. Bulletin atau news tersebut berisi reportase kegiatan anak-anak di sekolah, baik kegiatan pengembangan kognitif, afektif, psikomotorik, hoby, kreativitas, religi, dan lainnya. Bulletin atau news ini sangat berguna untuk menginformasikan kepada para orang tua tentang dinamika anak-anak mereka di sekolah. Sekolah dapat melibatkan anak-anak dalam membuat bulletin atau news sekolah jika memungkinkan.

  Gambar : Contoh bulletin sekolah

  

(Sumber : http://doniepunya.blogspot.co.id/2010/11/layout-buletin-super-gaul-p.html)

  Sekolah perlu mengkomunikasikan kepada orang tua tentang seluruh kegiatan sekolah secara jelas baik kegiatan intra maupun ekstrakurikuler. Informasi ini sangat berguna bagi orang tua untuk meyakinkan dirinya bahwa program di sekolah sesuai dengan keinginan dan harapannya. Selain itu, dengan mengetahui seluruh program sekolah, orang tua dapat mempersiapkan diri dalam memenuhi kebutuhan- kebutuhan yang diperlukan bagi pendidikan anaknya di sekolah di hari-hari mendatang. Bagi sekolah, informasi kegiatan sekolah kepada orang tua ini untuk menunjukkan bahwa pihak sekolah sungguh-sungguh dalam melaksanakan tugas pendidikan. Informasi ini juga sebagai bentuk transparansi yang nantinya akan dipertanggung jawabkan sekolah pada periode tertentu, semesteran atau tahunan. Bagi keduanya, sekolah dan orang tua, program kegiatan sekolah merupakan ikatan perjanjian antara sekolah dan orang tua berkait dengan pendidikan anak di sekolah. Program kegiatan sekolah juga dapat disebut sebagai garansi bagi orang tua, bahwa anaknya di sekolah akan mendapatkan perlakuan yang baik dan bermutu.

B. Tipe Komunikasi

  Menurut Olsen&Fuller (2012:110), ada beberapa tipe komunikasi yang dapat dipilih oleh sekolah dalam hubungannya dengan orang tua siswa, yaitu: 1) verbal, lisan; 2) wawancara awal; 3) kunjungan ke rumah (home visit); 4) komunikasi informal ; 5) konferensi guru dan orang tua.

  Komunikasi verbal adalah komunikasi searah dari sekolah kepada orang tua untuk memberikan pengarah atau penjelasan beberapa kebijakan sekolah. Komunikasi verbal ini dapat dilakukan secara kolektif maupun perorangan.

  Komunikasi kolektif dilakukan sekolah dalam forum pertemuan bersama antara sekolah dan orang tua. Dalam forum ini dipaparkan berbagai kebijakan sekolah oleh kepala sekolah dan komite sekolah. Forum ini akan lebih baik, manakala pihak sekolah mampu mengembangkan komunikasi dua arah, dialog antara sekolah dan orang tua.

  Komunikasi perorangan dilakukan oleh pihak sekolah kepada orang tua peserta didik secara khusus untuk membicarakan hal-hal yang khusus pula. Biasanya sekolah melakukah komunikasi personal ini karena ada hal-hal yang perlu dibahas secara khusus dengan orang tua, bisa berupa hal yang menyangkut prestasi anak ataupun hal-hal yang menyangkut masalah anak.

  Dalam berkomunikasi verbal dengan orang tua, pihak sekolah perlu mengembangkan komunikasi yang lugas dengan bahasa yang mudah dipahami orang tua. Sekolah juga dapat menggunakan bahasa daerah guna mempermudah pemahaman orang tua terhadap informasi yang disampaikan oleh pihak sekolah. Hindari istilah-istilah yang tidak dipahami oleh orang tua.

  Kunjungan ke rumah adalah kegiatan kunjungan ke rumah siswa yang bertujuan : 1) untuk memahami mereka lebih baik dan sebagai bentuk empati terhadap keluarga mereka; 2) karena alasan keterpaksaan (ada sesuatu yang mengharuskan kunjungan). Komunikasi informal adalah komunikasi yang dilakukan guru dan orang tua dalam suasana keluargaan, tidak formal, santai, tidak terpaku pada tempat yang khusus.

  Komunikasi informal ini dilakukan dengan tetap saling menghormati dan niat yang alami dari orang tua dan pihak sekolah untuk membicarakan hal-hal yang dianggap penting terkait dengan anak di sekolah. Komunikasi informal dapat berlangsung lama dalam suasana sederhana. Hal ini cocok untuk wali murid yang usianya sudah tua, sibuk atau sering bepergian ke luar kota. Komunikasi informal ini dapat dilakukan langsung maupun tidak langsung melalui perangkat komunikasi, misalnya handphone, telephone, e-mail.

  Model komunikasi informal yang dikembangkan para guru dalam berkomunikasi dengan orang tua, ternyata lebih efektif. Orang tua siswa tidak sungkan lagi untuk bertanya kepada para guru tentang anaknya di sekolah di manapun berada. Orang tua bertanya secara langsung kepada guru, melalui sms atau telephone. Hubungan di antara mereka bukan lagi hubungan formal kedinasan, namun hubungan informal, kekeluargaan. Dengan cara ini, guru dan orang tua merasa nyaman.

  Berns (2004:237) mengemukakan bahwa hubungan baik antara sekolah dan orang tua ini dapat diwujudkan keluarga dalam bentuk: 1) menciptakan lingkungan yang mendorong pembelajaran anak; 2) menunjukkan pengharapan yang tinggi atas anak-anak mereka, baik pretasi sekarang maupun masa depannya; 3) terlibat dalam kehidupan anak-anak mereka, baik di sekolah maupun di masyarakat. Anak-anak yang berasal dari status sosial ekonomi rendah dan etnis yang berbeda, memerlukan biaya yang sebanding untuk menyamakan diri dengan kelas sosial yang ada di sekitarnya.

  Menurut Laily (2011:1), sekolah sebagai sebuah institusi mempunyai kewajiban yang besar terhadap orang tua, demikian juga orang tua juga punya kewajiban yang besar pula kepada sekolah. Apabila kewajiban dan tanggung jawab itu dapat dijalankan dengan baik, maka sekolah akan dapat memfungsikan dirinya secara maksimal karena dukungan orangtua.

  Banyak riset yang membuktikan bahwa keterlibatan orang tua dalam pendidikan anaknya sekolah, terbukti membawa pengaruh yang baik dalam kehidupan akademik anaknya. Dengan demikan, hubungan yang harmonis antar orangtua dan sekolah harus diciptakan dan dijaga. Beberapa upaya untuk menciptakan hubungan komunikasi yang harmonis antara sekolah dan orang tua adalah.

  1. Sekolah selalu berkomuniksi dengan orangtua selalu dalam nuansa yang positif.

  2. Sekolah bisa membuat buku penghubung komunikasi untuk menginformasikan apa yang telah dipelajari siswa, pemberitahuan mengenai PR, memberikan pujian serta pemberitahuan lain mengenai anak-anak mereka 3. Mengadakan pertemuan dengan orangtua seluruhnya pada awal tahun ajaran baru dimulai, kenalkan diri dan biarkan orangtua menyampaikan kekhawatiran serta harapan mereka kepada sekolah, kaitannya dengan proses pendidikan anak-anak mereka.

  4. Sekolah mesti memahami kesibukan orangtua peserta didik, agar ketika mengundang mereka ke sekolah dapat menyesuaikan jadwal kesibukan tersebut.

  5. Mengajak orangtua untuk menjadi relawan di kelas, menjadi bintang tamu saat pembelajaran mengenai topik atau yang lainnya.

  6. Menjadikan orangtua juga sebagai sumber belajar.

  7. Mengadakan pelatihan mengenai pendidikan anak. Hal ini penting agar ada kesinambungan antara pola asuh di rumah dan di sekolah.

  8. Mengadakan workshop mengenai peningkatan akademis anak-anak mereka, misalnya: „Bagaimana mengajarkan Matematika yang menyenangkan‟.

9. Menjadikan situasi pengambilan rapor anak sebagai forum untuk merayakan keberhasilan dan pencapaian prestasi anak.

  Pelibatan orang tua di sekolah ini perlu didukung dengan pengembangan jalinan komunikasi secara intensif dan proaktif. Untuk menjalin komunikasi intensif dan proaktif ini, juga dapat dilakukan melalui berbagai aktivitas praktis di sekolah, yaitu: 1) ucapan selamat datang dan bergabung dengan sekolah; 2) rapat secara rutin; 3) mengirimkan berita sekolah secara periodik; 4) membagikan nomor telpon dan alamat guru dan karyawan; 5) mengundang orang tua dalam rangka mengembangkan kreativitas dan prestasi peserta didik; 6) home visit; 7) mengadakan pembagian tugas dan tanggung jawab antara sekolah dengan orang tua; 8) melibatkan orang tua dalam kegiatan sosial di sekolah dan pengambilan keputusan; 9) memberdayakan orang tua sebagai sumber belajar.

  Ucapan selamat datang kepada orang tua dilakukan pada saat anaknya masuk ke sekolah. Ketika sekolah mengadakan pertemuan awal dengan orang tua, jangan segan-segan mengucapkan selamat datang dan selamat bergabung dengan sekolah. Ucapan tersebut dapat dilakukan langsung ketika berjabat tangan, melalui spanduk (MMT), melalui sms sekolah ke orang tua, atau melalui forum pertemuan rapat orang tua. Ucapan ini sangat penting artinya bagi orang tua sebagai titik awal keterlibatan mereka dengan berbagai aktivitas sekolah.

  Setelah memberi ucapan selamat datang dan selamat bergabung, sekolah segera melakukan pertemuan awal dengan orang tua. Dalam pertemuan ini sekolah dapat menyampaikan berbagai hal yang terkait dengan sekolah, misalnya perkenalan, visi, misi, program unggulan, keuangan sekolah, kegiatan pengembangan diri, dan lainnya. Pada pertemuan ini orang tua juga diberi kesempatan untuk menyampaikan usulan-usulan konstruktif demi kemajuan sekolah.

  Dalam pertemuan tersebut, sekolah dapat membagikan nomor telephone seluruh sivitas akademik sekolah kepada orang tua peserta didik. Pemberian nomor telephone ini dimaksudkan untuk memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada orang tua dalam berkomunikasi dengan pihak sekolah. Pembagian nomor telephone ini juga sebagai wujud transparansi sekolah kepada seluruh orang tua manakala ada hal-hal khusus yang ingin disampaikan orang tua kepada pihak sekolah. Selain itu, penyampaian nomor telephone ini juga menunjukkan bahwa pihak sekolah siap melayani pengaduan, saran, masukan atau informasi dari berbagai pihak sepanjang waktu.

  Sekolah juga bisa mengundang orang tua ke sekolah dalam rangka pengembangan kreativitas dan bakat anak. Orang tua yang memiliki berbagai latar belakang dan profesi tentunya memiliki ragam potensi juga yang dapat dimanfaatkan sekolah untuk mengembangkan kreativitas dan bakat anak. Misalnya, orang tua yang berkiprah dalam bidang seni budaya, tentunya memiliki pengalaman yang dapat ditularkan kepada anak didik di sekolah dalam pengembangan seni budaya; orang tua yang berprofesi sebagai pengusaha dapat berbagi pengalaman kepada sekolah dan peserta didik tentang kiat-kiat berwirausaha; orang tua yang menjadi pegawai negeri atau birokrat dapat berbagi pengalaman dengan anak didik tentang seluk beluk birokrasi. Dalam hal ini, orang tua dapat diminta untuk berbagi pengalaman sekaligus menjadi voluntir di sekolah untuk program pengembangan diri anak.

  Rapat rutin juga dapat dilakukan sekolah dalam rangka membangun komunikasi dengan orang tua. Rapat rutin dapat dilakukan bulanan, dua bulanan atau tiga bulanan. Rapat rutin ini sangat bermanfaat untuk saling bertukar informasi dan dalam rangka pemecahan masalah. Dalam rapat rutin, sekolah dapat memberi tambahan berupa motivasi kepada orang tua baik melalui motivator, pengajian rutin atau isian lainnya. Tujuannya adalah agar orang tua memperoleh manfaat ganda.

  Namun, terkadang tidak semua orang tua tertarik terlibat dalam urusan sekolah anak mereka. Beberapa di antara mereka tidak suka anak mereka dan mencegah mereka dari keinginan mereka untuk berkomunikasi dengan gurunya. Beberapa orang tua merasa bahwa mereka dipanggil oleh sekolah kalau ada masalah dengan anak mereka di sekolah. Sebagian di antara mereka sibuk dengan urusan kerja dan karir, mereka telah kelelahan bekerja, atau bisa jadi di antara mereka merasa tidak dapat berbahasa dengan baik dan merasa kurang nyaman untuk berbincang dengan guru (Berns, 2004:240).

C. Komunikasi berkala

  Menurut Olsen&Fuller (2012:116), pertemuan sekolah dengan orang tua dapat dilaksanakan pada awal tahun, tengah tahun dan akhir tahun. Pertemuan awal tahun ajaran dapat dilaksanakan pada minggu pertama masuk sekolah. Pertemuan ini terutama dilakukan untuk mensosialisasikan visi, misi, tujuan, program- program sekolah, dan cara mencapainya. Dalam pertemuan ini dirumuskan tanggung jawab masing-masing yang hadir, yaitu guru, orang tua, komite, dan ditulis dijadikan acuan melaksanakan kegiatan di masa mendatang. Pada pertemuan ini juga dimungkinkan untuk dibuat kesepatan bersama tentang pertemuan- pertemuan di waktu mendatang.

  Pada pertemuan awal tahun ajaran ini, orang tua diminta mengisi formulir tentang informasi lengkap mengenai anak dan orang tuanya, dan harapan orang tua kepada sekolah. Olsen&Fuller (2012:117-118), menyebut formulir tersebut dengan istilah welcoming letter. Welcoming letter ini sangat penting untuk memulai komunikasi antara guru dengan orang tua. Welcoming letter yang diberikan sebelum kegiatan pembelajaran dimulai, akan memberikan gambaran kepada orang tua tentang persekolahan, sehingga mereka tertarik untuk hadir pertemuan orang tua dengan sekolah di hari-hari mendatang, membantu orang tua memahami proses pendidikan di kelas, dan menginformasikan kepada orang tua tentang keterlibatan yang bisa dilakukan.

  Welcoming letter setidaknya memuat tentang: 1.

  Profil Guru a.

  Informasi tentang latar belakang dan pengalaman.

  Informasi ini meliputi latar belakang keluarga, sosial, ekonomi, pendidikan, pengalaman kerja, pengalaman organisasi. Informasi ini sangat penting diketahui orang tua agar orang tua mengetahui performa pribadi guru secara lengkap, karena dialah yang nantinya akan mendampingi pendidikan putra-putrinya. Orang tua semakin mantap menyekolahkan anaknya dengan bimbingan guru-guru yang terpercaya.

  b.

  Cara yang tepat untuk mengontak guru

  Orang tua perlu diberi tahu cara mengontak gurunya secara mudah. Informasi yang perlu disampaikan kepada orang tua misalnya nomor telephone, nomor handphone, Watshaps, alamat e-mail, alamat tinggal.

  Informasi ini perlu disampaikan kepada orang tua agar mereka dapat berkomunikasi dengan guru sewaktu-waktu diperlukan. Bagi guru, dia harus siap setiap saat manakala orang tua perlu berkomunikasi dengannya.

2. Sekolah, pusat-pusat studi, kelas a.

  Visi, misi, pusat-pusat kajian Visi misi sekolah harus disampaikan kepada para orang tua sedini mungkin, bahkan setiap ada kesempatan, sekolah perlu mensosialisasikan visi misinya. Kepala sekolah perlu mensosialisasikan visi misi kepada stakeholder agar mereka memahami arah dan kebijakan sekolah dikemudian hari. Di samping itu, sosialisasi ini dimaksudkan agar mereka juga mendukung dan memberi kontribusi yang nyata bagi pencapaian visi misi sekolah.

  Selan itu, sekolah perlu menginformasikan pusat-pusat kajian atau sumber-bumber belajar yang dapat dimanfaaatkan oleh siswa dalam kegiatan pembelajaran. Pusat-pusat kajian merupakan sentra-sentra yang menyediakan informasi atau sumber belajar dalam rangka memenuhi kebutuhan belajar peserta didik. Para orang tua diminta mendorong anak-anak mereka agar memanfaatkan pusat-pusat kajian di sekolah dalam rangka meningkatkan kualitas diri.

  Informasi tentang kelas juga perlu disampaikan sekolah kepada orang tua, meliputi kelas regular, kelas unggulan, moving class, kelas tambahan, atau kelas program khusus. Setiap sekolah memiliki kebijakan yang berbeda dalam pengaturan kelas bagi peserta didik. Orang tua perlu memahami kebijakan sekolah tentang pembagian kelas di sekolah agar dia dapat mengkondisikan anaknya di rumah sesuai dengan kelasnya.

  b.

  Kalender pendidikan (Kaldik) Kalender pendidikan perlu disosialisasikan kepada berbagai pihak yang terkait dengan kegiatan pendidikan di sekolah, termasuk orang tua. Dengan mengetahui kalender pendidikan, diharapkan orang tua dapat menyesuaikan diri dalam mengatur pikiran, kegiatan, tenaga dan keuangan untuk anaknya di sekolah. Orang tua dapat menyusun jadwal liburan dan acara keluarga lainnya dengan memperhatikan kalender pendidikan anaknya. Dengan demikian, diharapkan anak tidak terganggu kegiatan belajarnya di sekolah. Kalender pendidikan tersebut setidaknya memuat tentang hari KBM efektif, hari libur nasional, cuti bersama, jadwal ulangan tengah semester, jadwal ulangan akhir semester, jadwal ujian akhir, jadwal remidi, jadwal daftar ulang, jadwal class meeting, jadwal libur semesteran, dan hari-hari penting lainnya yang perlu diketahui oleh stakeholder.

  c.

  Kebijakan sekolah tentang kehadiran, tata tertib Kebijakan sekolah tentang kehadiran peserta didik berbeda-beda, ada sekolah yang menjadikan kehadiran siswa sebagai sarat bagi yang bersangkutan untuk dapat mengikuti ujian, namun ada juga yang tidak. Orang tua perlu mengetahui kebijakan tentang kehadiran ini agar dapat mengontrol tingkat kehadiran peserta didik ke sekolah. Orang tua dapat cross check kegiatan anak dengan kalender pendidikan yang ada, sehingga orang tua dapat mengingatkan anaknya manakala tidak hadir ke sekolah.

  Orang tua juga perlu mendapat informasi tentang tata tertib sekolah. Tata tertib sekolah ini meliputi tata tertib berpakaian, kerkapian, tata tertib kehadiran, pulang sekolah, kewajiban dan larangan, dan juga termasuk mekanisme hukuman atas pelanggaran tata tertib. Dalam hal ini, orang tua perlu diminta pendapatnya mengenai tata tertib sekolah, apakah merka setuju ataukah keberatan. Jika mereka keberatan sekolah dapat mendiskusikan dengan mereka untuk mencari jalan tengah yang terbaik. Sekolah tidak boleh memaksakan tata tertib sekolah secara sepihak tanpa sepengetahuan dan persetujuan dari orang tua.

  Jika orang tua belum menyetujui dan sekolah memaksakan tata tertib diberlakukan, maka yang akan terjadi adalah disharmoni antara sekolah dan orang tua. Bisa jadi, orang tua akan melaporkan pihak sekolah ke pihak yang berwajib manakala menghukum anaknya atas pelanggaran tata tertib; sekolah dianggap melakukan tindak kekerasan fisik.

  3. Orang tua a.

  Cara orang tua berpartisipasi dalam kegiatan pendidikan anaknya di sekolah Orang tua peserta didik perlu mendapat informasi tentang cara mereka berpartisipasi dalam kegiatan di sekolah dalam rangka peningkatan mutu pendidikan. Partisipasi orang tua pada kegiatan di sekolah dapat berupa sumbangan pemikiran, tenaga, maupun material. Orang tua perlu mendapat kejelasan bagaimana mekanisme partisipasi tersebut.

  b.

  Undangan sukarela bagi orang tua untuk berdiskusi dengan sekolah, mengunjungi kelas, dan memberi dorongan kepada anaknya dan juga guru di sekolah.

  Sekolah juga perlu menginformasikan kepada para orang tua akan kemungkinan berpartisipasi dalam kegiatan sekolah. Orang tua perlu diberi tahu bahwa sekolah adalah lembaga milik bersama, di mana setiap orang dapat berkontribusi untuk kemajuan sekolah. Orang tua dapat berpartisipasi di sekolah, baik dalam kegiatan intra maupun ekstrakurikuler. Oleh karenanya, sekolah perlu menginformasikan kepada orang tua tentang mekanisme partisipasi tersebut.

  4. Umpan balik Umpan balik berupa formulir dimana orang tua dapat mengekspresikan harapannya kepada guru dan sekolah, petunjuk yang mengarahkan mereka ingin terlibat dalam kegiatan di sekolah, harapan-harapan mereka terhadap anaknya yang sekolah. Umpan balik orang tua ini dapat dilakukan melalui formulir, via email, sms, telephone, atau kotak saran, maupun kontak yang tersedia di web sekolah. Umpan balik ini sangat penting bagi sekolah dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan di sekolah.

  Jika sekolah mendapat umpan balik dari orang tua peserta didik harus segera ditindaklanjuti. Hal ini sangat penting untuk menunjukkan bahwa sekolah sangat sportif dalam menerima saran perbaikan dari berbagai pihak. Setelah menindaklanjuti feedback dari orang tua, maka sekolah sebaiknya memberi tahu kepada orang tua bahwa saran feedback sudah ditindaklanjuti. Cara demikian dapat meningkatkan trust public kepada sekolah.

  Pertemuan tengah tahun, diselenggarakan untuk mengevaluasi secara kolektif tingkat keberhasilan pencapaian tujuan yang telah disampaikan pada awal tahun ajaran sebelumnya. Pada pertemuan ini dapat juga dilakukan penyesuaian- penyesuaian terhadap pencapaian tujuan dan penanggung jawab jika diperlukan. Hal mungkin terjadi karena adanya ketidaksesuaian antara penanggung jawab dengan bidang tugas yang diembannya pada semester yang telah berjalan, atau ada persoalan lain yang menghambat pencapaian tujuan yang telah direncanakan.

  Sementara itu, pada pertemuan akhir tahun dimanfaatkan untuk melihat perkembangan pencapaian tujuan utama dan tujuan yang telah dimodifikasi pada pertemuan semester berjalan. Pertemuan ini juga dimanfaatkan untuk mengevaluasi progress tahunan atas seluruh program yang telah ditetapkan. Pertemuan akhir tahun merupakan waktu yang tepat bagi orang tua, guru dan peserta didik untuk mengetahui keberhasilan atas segala usaha yang telah dilakukan pada tahun yang bersangkutan (Olsen&Fuller, 2012:116).

D. Komunikasi hasil belajar siswa

  Menurut Olsen&Fuller (2012:121), banyak sekali media yang dapat digunakan untuk mengkomunikasikan hasil kerja siswa, kegiatan siswa, atau keadaan siswa di sekolah kepada orang tua, misalnya folders, journals, report card, narrative report ataupun newsletter.

  Guru dapat menciptakan media komunikasi mingguan dengan orang tua dalam bentuk folders, dimana para siswa dapat membawanya pulang kemudian dikembalikan ke sekolah lagi. Guru biasanya memilih satu hari dalam seminggu untuk mengirimkan folders tersebut kepada orang tua. Folders ini dapat berisi tugas PR, pekerjaan di kelas, feed back dari dan untuk orang tua, pengumuman kegiatan yang akan datang, catatan-catatan untuk orang tua, atau materi lain yang dianggap penting. Komunikasi jenis ini juga mengembangkan rasa tanggung jawab siswa di sekolah karena orang tuanya akan membaca apa yang terjadi dengan dirinya selama di sekolah.

  Bentuk komunikasi tertulis dua arah yang sering digunakan anak untuk kepentingan khusus dapat juga menggunakan jurnal sekolah

  • – rumah (home school . Jurnal ini khusus untuk membantu manakala orang tua tidak dapat datang

  journal)

  ke sekolah setiap hari untuk memantau perkembangan anaknya. Jurnal ini berupa catatan, dimana guru memberikan komentar tentang anaknya ketika di sekolah secara rutin; jurnal ini kemudian dikirimkan anaknya untuk disampaikan kepada orang tua, selanjutnya orang tua memberi tanggapan atas uraian yang diberikan oleh gurunya.

  Report card adalah media yang biasanya digunakan untuk berbagi informasi

  tentang kemajuan akademik peserta didik. Guru mengevaluasi dan melaporkan catatan kemajuan siswa, kelebihan dan kekurangan anak kepada orang tua di rumah.

  Contoh Report card Media lainnya adalah dengan narrative report, yang berupa uraian detail mengenai keadaan anak di sekolah. Guru yang bersedia menulis narrative report perlu diapresiasi atas kesediaan waktunya dan upayanya untuk meningkatkan semangat dan penghargaan kepada orang tua. Narative report yang baik adalah yang bisa menggambarkan hanya satu anak secara detail dan diuraikan dalam bahasa yang ringan, komunikatif atas segala aktivitas kelas anak-anak sehingga menjadi hidup di hadapan pembaca. Dalam narrative report ini diuraikan tentang performa anak secara keseluruhan dan detail, baik performa kognitif, afektif, psikomotorik, sikap sosial dan sikap spiritual. Narrative report merupakan deskripsi nilai kuantitatif yang biasanya ditulis dalam penskoran hasil evaluasi.

  Baik report card atau narrative report, guru harus menulisnya dengan jelas sehingga dapat dipahami oleh orang tua siswa, dan memberi kesempatan orang tua untuk memberikan feed back atas laporan tersebut. Dalam keduanya, perlu ada kolom yang disediakan memberi kesempatan kepada orang tua untuk memberi

  feedback .

  Media lain yang dapat digunakan juga adalah recognition card, certificate atau happy gram, dimana cara ini dilakukan oleh guru dengan menulis singkat nama siswa dan performanya. Guru dapat menyimpannya dan dapat mengirim kepada yang bersangkutan jika diperlukan, guru juga dapat memanfaatkannya sebagai media untuk mengucapkan terima kasih kepada orang tua atas usahanya. Kartu ini dibuat yang menarik berwarna-warni sehingga anak merasa senang dan bangga kalau diberinya.

  Media lain yang dapat digunakan untuk komunikasi antara guru dan orang tua adalah newsletter. Newsletter termasuk written communication, yaitu berupa publikasi tertulis yang terbit berkala yang sangat penting untuk menginformasikan kepada orang tua tentang berbagai aktivitas di kelas dan kegiatan sebelumnya sehingga pembaca dapat mengikuti dinamika kegiatan yang terjadi di sekolah (Olsen&Fuller, 2012:118). Newletter biasanya dikirim dua mingguan atau bulanan tergantung pada guru dan sekolah masing-masing.

  Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun newsletter, yaitu: 1. Materi berorientasi untuk siswa a.

  Sampel aktivitas siswa (artikel, puisi, karikatur, gambar,dsb) b. Kutipan-kutipan yang relevan dari siswa tentang aktivitas mereka dan pengalaman di kelas (berita dari siswa, pengalaman camping, outbond, pengalaman liburan, pengalaman pembelajaran di kelas, dan lainnya). c.

  Gambar aktivitas siswa.

  Gambar aktivitas siswa ini dimuat untuk melengkapi uraian pengalaman siswa di atas.

  2. Materi berisi tentang keterlibatan keluarga / orang tua a.

  Materi dapat diminta dari orang tua sesuai kebutuhan, misalnya : kewirausahaan, ketokohan, orang tua yang butuh bantuan, orang tua yang berprestasi, dan lainnya.

  b.

  Sumber daya di luar kelas yang berhubungan dengan aktivitas kelas yang actual. Misalnya tempat-tempat pelatihan, kursus c.

  Cara melakukan latihan pendalaman materi pelajaran di rumah. Misalnya : kita mudah belajar matematika, kiat mudah baca al Qur‟an, belajar bahasa Inggris yang mengasikkan.

  d.

  Materi terdiri dari berbagai topik. Misalnya saintifik, olahraga dan kesehatan, seni budaya, profil, karikatur, puisi, cerpen, kisah inspiratif, dll.

  3. Materi yang berisi informasi, misalnya: a.