Implementasi Komunikasi Interpersonal Kepala Sekolah dalam Membina Motivasi Kerja Guru di SMK Al-Hidayah Ciputat

(1)

IMPLEMENTASI KOMUNIKASI INTERPERSONAL KEPALA

SEKOLAH DALAM MEMBINA MOTIVASI KERJA GURU DI

SMK AL-HIDAYAH CIPUTAT

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh :

Muhammad Harsya Bachtiar NIM: 1112018200033

JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2016


(2)

Muhammad Harsya Bachtiar, NIM : 1112018200033, diajukan kepada Fakultas llmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan telah dinyatakan lulus dalam ujian munaqosah pada tanggal 01 November 2016 dihadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoieh gelar Sarjana S1 (S.Pd) dalam bidang Manajemen Pendidikan.

Jakarta, 13 Desember 2016

Panitia Ujian Munaqasah

Ketua Panitia (Ketua Jurusan) Tanggal Tanda Tangan

Dr. Hasyim Asy' ari, M.Pd NIP. 19661009199303 1 004

Penguji I

Dr. Jejen Musfah, MA NIP. 19770602 200501 1 004

Penguji II

Dra. Nurdelima Waruwu, M.Pd NIP. 196710202001122001


(3)

(4)

(5)

(6)

i

Skripsi, Jakarta : Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Penelitian ini bertujuan untuk mengenai pelaksanaan komunikasi interpersonal kepala sekolah dalam membina motivasi kerja guru di SMK Al-Hidayah Ciputat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui atau mendeskripsikan secara menyeluruh terkait kegiatan pelaksanaan komunikasi interpersonal kepala sekolah dalam upaya pembinaan motivasi kerja kepada guru melalui komunikasi yang dilakukan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan penelitian kualitatif, dengan analisa data menggunakan pendekatan analisis deskriptif yang bertujuan untuk menggambarkan dan menginterpretasikan arti data yang diperoleh. Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik wawancara , observasi, dan pengumpulan data. Selanjutnya dalam penggunaan teori, penulis menggunakan literasi mengenai komunikasi, komunikasi interpersonal dan motivasi untuk mengkaji pelaksanaan komunikasi interpersonal kepala sekolah dalam membina motivasi kerja guru di SMK Al-Hidayah Ciputat.

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh menunjukan bahwa : pelaksanaan komunikasi interpersonal kepala sekolah dengan guru di SMK Al-Hidayah Ciputat sudah berjalan dengan baik. Hal ini dapat terlihat dari banyaknya data yang menyebutkan bahwa dalam melakukan komunikasi, kepala sekolah dapat menunjukan sebagai komunikator yang baik dan kepala sekolah mempunyai karakter yang terbuka dan humoris sehingga guru-guru tidak sungkan untuk melakukan komunikasi dengan kepala sekolah. Selanjutnya dalam pembinaan motivasi kerja guru, juga sudah berjalan cukup baik. Hal ini dapat terlihat pula dari data yang muncul, guru-guru menyebutkan komunikasi interpersonal yang dilakukan oleh kepala sekolah cukup membina motivasi kerja mereka. Hal ini menunjukan bahwa pelaksanaan komunikasi interpersonal kepala sekolah cukup membina motivasi kerja guru di SMK Al-Hidayah Ciputat.

Kata kunci : Implementasi, Komunikasi interpersonal, Kepala sekolah, Pembinaan, Motivasi kerja.


(7)

ii

Muhammad Harsya Bachtiar (NIM : 1112018200033), The Implementation of Principal Interpersonal Communication in Building Teachers Motivation at SMK Al-Hidayah Ciputat

Undergraduate thesis, Jakarta : Faculty of Tarbiyah and Teaching, UIN Syarif Hidayatullah

This research was about implementing principal of interpersonal communication in building teachers motivation at SMK AL-Hidayah Ciputat. The aim of this research was to know or to describe generally the implementation of principal interpersonal communication in an attempt of building teachers motivation through communication that was done. The method was qualitative experiment, with data analysis using descriptive analysis approach in order to describe and interprete the data obtained. As for data collection technique was using interview, observation, and data collection. For the theory to review the implementation of principal interpersonal communication in building teachers motivation at SMK AL-Hidayah Ciputat were literation about communication, interpersonal communication, and motivation

Based on the result, it showed that: the implementation interpersonal communication between principal and teachers has been already done well. It could be seen from some data which mention that in implementing communication, the principal could show as a good communicator and principal had a personality as an extrovert and had a good sense of humor so that the teachers were not shy to communicate with principal. It also could be seen from the data that teachers said that interpersonal communication that already implemented by principal was quite good to build their motivation. It showed that the implementation of principal interpersonal communication was quite good to build teachers motivation at SMK Al-Hidayah Ciputat.

Key Words : Implementation, Interpersonal Communication, Principal, Motivation


(8)

iii

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada Nabi Muhamad SAW yang telah membimbing umatnya menuju jalan yang diridhai Allah Swt.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu tugas akademik dalam rangka mencapai gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.). Dalam penyusunan Skripsi ini, penulis menyadari segala usaha yang penulis lakukan tidak akan terwujud tanpa ada bantuan dari banyak pihak yang dengan tulus dan ikhlas dalam memberikan bantuannya.

Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati dan rasa hormat, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada semua pihak. Ucapan terima kasih khususnya penulis sampaikan kepada:

1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Dr. Hasyim Asy’ari, M.Pd selaku Ketua Jurusan Manajemen Pendidikan

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang selalu meluangkan waktu, pikiran dan tenaganya untuk senantiasa membimbing dan memotivasi mahasiswa Manajemen Pendidikan dan khususnya penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi.

3. Dr. Zahrudin, LC, M.Pd selaku Dosen Pembimbing I yang telah memberikan nasehat, motivasi, inspirasi dan bimbingan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

4. Drs. Masyhuri, AM, M.Pd selaku Dosen Pembimbing II yang selalu meluangkan waktu di tengah kesibukannya untuk membimbing,


(9)

iv menyelesaikan skripsi.

5. Drs. Mu’arif SAM, M.Pd selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah dapat menghantarkan penulis dalam hal akademik kampus hingga tiba pada saat ini dalam tugas akhir penulisan skripsi.

6. Yuli Sudarwanto, S.Pd.I kepala SMK Al-Hidayah Ciputat dan Guru-guru yang telah memperkenakan, memberi izin dan senatiasa berbagi informasi kepada penulis dalam melakukan penelitian di sekolah tersebut sehingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan lancar.

7. Ayahanda Anwar Soleh dan Ibunda Nani Maryati yang telah berjuang dalam membesarkan, mendidik, mendoakan dan menjadi inspirasi untuk penulis, semoga Allah SWT memberikan balasan dan pahala yang berlipat ganda untuk segala yang telah dilakukan, amin ya rabal „alamin.

8. Kakak-kakak dan adik yang luar biasa, Kakanda Randi Nizwar Azhari yang tangguh, Kakanda Hafiz Akhyar yang yang selalu menasehati dan mendukung penulis, Adinda Nur Meita Khairani yang selalu menjadi pengingat dan penyemangat penulis, dan semua yang selalu memberikan semangat dan motivasi dalam menyelesaikan skripsi.

9. Adinda terkasih Wulan Ulfiana Syifa yang selalu sabar dalam mengingatkan, menemani, menasehati, mengasihi dan memotivasi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Semoga Allah SWT mengabulkan doa dan cita-cita kita bersama.

10.Abangda dan kaka-kaka senior yang selalu membimbing dan memberikan warna baru dalam kehidupan akademis dan organisasi penulis di Ciputat, Bang Eko Arisandi, Bang Rizam, Bang Aan Sulhan, Kak Eha, Kak Dinda, Bang Zaeni Abdillah, Bang Ramon, Kak Kamal, Bang Faiz Izzat M, Bang Cipto Dwi Nugroho, Bang Faiz pres, Bang Ucup Uzumaki, Kak Tasya, Bang Saefulloh, Bang Nurwan, Bang Ucup, Bang coki , Kak Nuzi, Kak


(10)

v

David, Pres Dekol, Pres Jauhari, Kak Quro, Kak Bili, Kak Handoyo,Kak Yuris, Kak Rifki, Kak Maman, Kak Adit Ketum, Kak Dedi, Kak Ade yang selalu menarik untuk dijadikan semangat dalam meneesaikan skripsi. 12.Kawan-kawan Seperjuangan Kak Agung Medan, Kak Aris, Kak Jalwa, Kak Farras, Kak Akbar, Kak Basit, Kak Edwin, Kak Godil, Kak Hamdan, Kak Agung Gendut, Kak Ali, Kak Asqol, Kak aziz Bujuy, Kak Aziz Tablo, Kak Puser, Kak Rittah, Kak Fizma, Kak Umdah, dan Kak Ismi, Kak Ica, Kak Nisa yang selalu menjadi bagian hidup penulis di dalam dan di luar kampus. Kalian Luar Biasa!

13.Keluarga besar Manajemen Pendidikan 2012 dan Keluarga besar Semut Ranger yang selalu menarik, unik, absurd, dan indah untuk terus dikenang dan menjadi cerita hidup penulis. Satu keluarga beribu cerita!

14.Keluarga besar IMMAPSI Pusat dan Daerah, Kak Lala, Kak Akbar ketum, Kak Akbar sekum, Ketua daerah Jabar Yuzaki, Ketua daerah JABOBA Fatun dan seluruh anggota IMMAPSI di selurh Indonesia.

15.Dan seluruh Pihak, Kawan-kawan dan Dosen yang telah membantu yang tidak dapat penulis sebutkan seluruhnya.

Doa yang penulis dapat panjatkan kepada Allah AWT semoga seluruh pihak yang telah membantu dalam proses penulisan skripsi ini diberikan kesehatan, rezeki dan kelancaran dalam menjalankan segala kegiatan dan aktivitasnya, amin ya rabal „alamin.


(11)

vi

tentunya penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kebehasilan penulis. Akhirnya, dengan mengucap bismillah, semoga karya ini dapat bermanfaat bagi kegiatan akademis, masyarakat luas dan khususnya untuk penulis.

Jakarta, Oktober 2016

Muhammad Harsya Bachtiar Penulis


(12)

vii LEMBAR PENYATAAN KARYA ILMIAH

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI UJI REFERENSI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL DAN GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Pembatasan Masalah ... ... 7

D. Rumusan Masalah ... 7

E. Tujuan Penelitian ... 7

F. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN TEORI A. Komunikasi Interpersonal Kepala Sekolah ... 9

1. Pengertian Kepala Sekolah ... 9

2. Peran dan Fungsi Kepala Sekolah ... 11

3. Pengertian Komunikasi ... 12

4. Pengertian Komunikasi Interpersonal Kepala Sekolah ... 14


(13)

viii

6. Tujuan Komunikasi Interpersonal ... 17

7. Karakteristik Komunikasi Interpersonal ... 21

B. Motivasi Kerja Guru ... 25

1. Tugas dan Fungsi Guru ... 27

2. Pengertian Motivasi Kerja Guru ... 29

3. Teori-Teori Motivasi ... 30

4. Manfaat Motivasi Kerja Guru ... 36

5. Pembinaan Motivasi Kerja Guru ... 37

C. Penelitian Yang Relevan ... 39

D. Kerangka Berfikir ... 40

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 42

B. Metode Penelitian ... 43

C. Sumber Data ... 43

D. Teknik Pengumpulan Data ... 44

E. Instrument Penelitian ... 46

F. Teknkik Analisis Data ... 47

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 49

1. Sejarah Singkat SMK Al-Hidayah Ciputat ... 49

2. Profil SMK Al-Hidayah Ciputat ... 50

3. Visi dan Misi SMK Al-Hidayah Ciputat ... 51

4. Profil Kepala SMK Al-Hidayah Ciputat ... 51

5. Data Guru dan Tenaga Kependidikan ... 52

6. Daftar Peserta Didik ... 54

7. Daftar Sarana dan Prasarana ... 55


(14)

ix

B. Saran-saran ... 77 DAFTAR PUSTAKA ... 79


(15)

x

DAFTAR TABEL DAN GAMBAR

Gambar 2.1 Hirarki Kebutuhan ... 32

Tabel 2.2 Perbandingan Teori Motivasi Malow & Herzberg ... 34

Tabel 3.1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian ... 42

Tabel 3.2 Kisi-kisi instrumen Observasi ... 46

Tabel 3.3 Kisi-kisi instrumen Wawancara ... 47

Tabel 4.1 Struktur SMK Al-Hidayah Ciputat ... 52

Tabel 4.2 Data Guru/Pendidik SMK Al-Hidayah Ciputat ... 53

Tabel 4.3 Daftar Pesrta Didik SMK Al-Hidayah Ciputat ... 54


(16)

xi

Lampiran 3 Hasil Wawancara Yuli Sudarwanto. S.Pd.I (Kepala Sekolah) ... 82

Lampiran 4 Hasil Wawancara Bapak Drs. Yasmin (Guru) ... 91

Lampiran 5 Hasil Wawancara Ibu Arsih S.Pd (Guru) ... 98

Lampiran 6 Hasil Wawancara Ibu Nawang Wulan S.Pd (Guru) ... 103

Lampiran 7 Hasil Wawancara Bapak Via Aprilian. S.Kom (Guru) ... 108

Lampiran 8 Hasil Wawancara Bapak Tugiran.SE (Guru) ... 114

Lampiran 9 Hasil Wawancara Muhammad Idrus S.Pd.I(Guru) ... 120

Lampiran 10 Hasil Wawancara Bapak Jamaludin A.Md (Guru) ... 124

Lampiran 11 Hasil Wawancara Bapak Endang Hidayat S.Pd (Guru) ... 130

Lampiran 12 Hasil Wawancara Ibu Umaeroh S.Pd.M.Si(Guru) ... 136

Lampiran 13 Hasil Wawancara Ibu Sri Rahayu M.Pd (Guru/Waka. Kesiswaan) ... 142

Lampiran 14 Hasil Wawancara Ibu Siti Zubaidah M.Pd.I (Guru/Waka. Kurikulum) ... 147

Lampiran 15 Hasil Wawancara Bapak Wahyudin S.Pd.I (Guru) ... 152

Lampiran 16 Hasil Wawancara Bapak Drs. Sukoco DM, M.Pd.I (Guru) ... 158

Lampiran 17 Data Guru SMK Al-Hidayah Ciputat ... 164

Lampiran 18 Data Sarana dan Prasarana ... 165

Lampiran 19 Data Peserta didik ... 166

Lampiran 20 Surat Bimbingan Skripsi ... 167

Lampiran 21 Surat Permohonan Izin Penelitian ... 168


(17)

1

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Dalam setiap kegiatan yang dilakukan manusia, membutuhkan sebuah dorongan internal dan eksternal untuk melakukan sesuatu. Sebuah dorongan yang bersifat internal dan eksternal selanjutnya disebut motivasi. Motivasi sangat berperan penting sebagai latar atau motif manusia melakukan sesuatu hal. Besar dan kecil nya motivasi dalam diri dapat mempengaruhi semangat bekerja, karena pada dasar nya ketika manusia mempunyai motivasi yang besar maka akan menciptakan sebuah semangat yang besar pula dalam setiap langkah dan kegiatan yang dilakukan.

Motivasi tidak datang begitu saja, akan tetapi membutuhkan stimulus untuk dapat memunculkannya. Motivasi dapat muncul dari berbagai hal seperti pemberian perhatian, pembinaan motivasi, adanya penghargaan, pemberian upah yang setimpal, dan alasan yang penting dalam kehidupan.

Motivasi yang muncul juga harus senantiasa dijaga dan dibina, proses pembinaan motivasi membuat motivasi yang muncul dapat terus bertahan dan bahkan berkembang. Pembinaan motivasi dapat dilakukan dalam banyak cara, dalam hal ini komunikasi menjadi fokus perhatian dalam pembinaan motivasi. Pembinaan motivasi melalui komunikasi dapat terlihat dari bagaimana cara berkomunikasi, pesan apa saja yang disampaikan, seberapa sering komunikasi yang terjadi, dan media untuk berkomunikasi antara komunikator kepada komunikan dan sebaliknya.

Selain motivasi yang sangat dibutuhkan oleh manusia, tentunya ada hal lain pula yang penting untuk dilakukan seperti berkomunikasi dengan orang lain. Dalam kehidupan sehari–hari manusia senantiasa tidak lepas dari kegiatan komunikasi, karena komunikasi merupakan salah satu hal penting sebagai bentuk interaksi manusia. Dengan komunikasi banyak


(18)

hal yang bisa terselesaikan atau terbantu sebagai jembatan untuk mencari jalan keluar atau solusi dari suatu masalah.

Kemudian dalam proses komunikasi kesamaan makna sangat dibutuhkan dalam kaitannya mencapai informasi yang dibutuhkan oleh pihak-pihak yang melakukan komunkasi atau dalam kata lain komunikator dan komunikan. Sebagai makhluk sosial yang membutuhkan satu sama lain dalam kehidupan tentunya akan terjadi pertukaran informasi di dalamnya.

Komunikasi dapat dipahami sebagai tindakan satu arah yang berjalan lurus dari komunikator kepada komunikan. Akan tetapi komunikasi juga dapat dipahami sebagai suatu tindakan interaktif yang melibatkan kedua belah pihak secara aktif antara komunikator dan komunikan. Jika yang satu berfungsi sebagai pemberi pesan, maka salah satu berfungsi sebagai penerima pesan.

Seperti yang sudah dijelaskan di atas mengenai komunikasi, sudah tidak dapat kita pungkiri pentinya komunikasi sebagai salah satu bentuk interaksi manusia. Begitu pula di dalam organisasi, komunikasi merupakan hal yang penting dan sangat diperhatikan. Dengan adanya proses komunikasi yang baik di dalam organisasi, suatu tujuan yang telah di tetapkan oleh organisasi akan dapat berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan.

Tentunya di dalam organisasi di isi oleh sekumpulan manusia yang mempunyai visi dan misi yang sama. Manusia sangat bersifat dinamis dalam kehidupan, hal itu menunjukan bahawa manusia itu hidup. Dari sifat manusia yang dinamis inilah yang terkadang dapat menimbulkan sebuah dinamika organisasi.

Dalam konteks organisasi pendidikan, yaitu sekolah. Tentunya ada interaksi yang kuat antara kepala sekolah dan guru. Dalam melaksanakan hubungan antara kepala sekolah dan guru membutuhkan pemahaman


(19)

tentang komunikasi. Pemahaman tentang komunikasi dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari, terlebih di dalam organisasi.

Menurut E. Mulyasa, “Kepala sekolah merupakan salah satu komponen pendidikan yang paling berperan dalam meningkatkan kualitas pendidikan”.1

Selanjutnya dikatakan kembali bahwa “Setiap kepala sekolah di hadapkan pada tantangan untuk melaksanakan pengembangan pendidikan secara terarah, berencana dan berkesinambungan untuk meningatkan kualitas pendidikan”.2

Kepala sekolah dalam melaksanakan fungsinya sebagai Educator, Manager, Administrator, Supervisor, Leader, Inovator, dan Motivator dalam dasar-dasar kegiatan manajemen seperti Planning, Organizing, actuating, Controling dan Evaluating tentunya dituntut mempunyai keterampilan komunikasi yang baik kepada seluruh guru.

Menurut Stoner, yang dikutip oleh wahyudi dalam buku Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Organisasi pembelajar (Learning Organization) dikatakan bahwa “hubungan manusia adalah cara manajer berhubungan dengan bawahannya, kalau karyawannya bekerja lebih giat , itu berarti organisasi mempunyai hubungan manusia yang efektif, sebaliknya kalau karyawan malas bekerja dan terjadi penurunan semangat kerja maka hubungan antar manusia dalam organisasi tidak efektif”.3

Sering kali kepala sekolah memberikan perintah atau instruksi kepada guru tanpa terlebih dahulu memberikan pengarahan mengenai tugas yang diberikan, hal ini dapat terjadi dikarenakan faktor rendahnya keterampilan komunikasi interpersonal kepala sekolah. Akibatnya hasil dari tugas tersebut tidak jarang kurang maskimal dan menyebabkan tujuan dari organiasi tidak dapat dicapai sesuai dengan yang diinginkan. Fenomena selanjutnya yang sering terjadi adalah keengganan guru untuk

1

E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2007), cet ke-9, h.25

2

Ibid

3

Wahyudi, kepemimpinan kepala sekolah dalam organisasi pembelajar (learning organization), (Bandung: Alfabeta,2009), cet ke-1, h.71


(20)

melakukan komunikasi kepada kepala sekolah ataupun sebaliknya, kepala sekolah enggan untuk melakukan komunikasi dengan guru.

Menurut Alice Kelvin, yang dikutip oleh Patti Hathaway dan Susan D. Schubert dikatakan bahwa "pada umumnya bawahan menghindari kontak horisontal dengan atasan karena sebelumnya mempunyai pengalaman yang kurang menyenangkan dengan tokoh yang memiliki wewenang. Peran karyawan bagaikan peran pasif seorang anak atau pelajar yang menerima begitu saja perintah dari “atasan”. Dengan mengembangkan rasa perduli, karyawan menjadi sangat termotivasi, berdasarkan semangat kompetensi, pengendalian diri, dan berbagai hasil yang telah dirasakan”4.

Pengalaman masa lalu memberikan dampak terhadap masa depan, dalam hal ini kaitannya dengan komunikasi antara kepala sekolah dengan guru di dalam sekolah. Selanjutnya komunikasi interpersonal kepala sekolah yang kurang memadai juga dapat memberikan dampak langsung terhadap motivasi kerja guru.

Komunikasi interpersonal dengan kepala sekolah sangat dibutuhkan terutama dalam situasi dan kondisi yang membutuhkan pengarahan langsung, pengambilan keputusan, dan pemberian motivasi dari kepala sekolah sebagai pimpinan tertinggi dan orang yang lebih berpengalaman dalam suatu sekolah. Komunikasi yang baik dan harmonis antara kepala sekolah dengan guru dapat menciptakan sebuah iklim kerja yang baik dan dapat memotivasi guru.

Komunikasi yang dilakukan oleh kepala sekolah menjadi sebuah hal penting di dalam sekolah sebagai lembaga pendidikan, seperti yang sudah dipaparkan di atas mengenai motivasi dan komunikasi. Peneliti memandang pelaksanaan komunikasi interpersonal kepala sekolah dalam membina motivasi kerja guru menjadi sebuah hal yang tidak dapat dielakan. Pembinaan motivasi sacara sadar dan terencana menjadi tanggung jawab kepala sekolah yang harus dilaksanakan, tentunya banyak hal yang dapat dilakukan untuk membina motivasi kerja guru.


(21)

Kaitannya dengan pembinaan motivasi kerja guru, komunikasi yang dilakukan oleh kepala sekolah menjadi salah satu cara dalam membina motivasi kerja guru agar sesuai dengan yang diharapkan. Dari pembinaan motivasi guru melalui komunikasi interpersonal yang dilakukan oleh kepala sekolah diharapkan kinerja guru dapat menjadi lebih baik lagi dalam berjalannya kegiatan sekolah dan proses belajar mengajar.

Berdasarkan hasil observasi awal atau pengamatan sementara ditemukan bahwa, dalam proses pelaksanaan komunikasi interpersonal kepala sekolah belum menunjukan sebuah pelaksanaan komunikasi yang ideal, masih terdapat kekurangan seperti kepala sekolah belum dapat melaksanakan komunikasi interpersonal secara terencana guna memotivasi semangat guru dalam bekerja. Sebagaimana yang ditemukan di SMK Al-Hidayah Ciputat bahwa guru-guru yang mengajar tidak hadir setiap hari di sekolah, Sehingga peneliti menganggap hal ini membuat komunikasi antara kepala sekolah dengan guru menjadi terbatas. Ada guru yang hanya hadir disekolah dalam 2 sampai 3 hari saja dalam waktu satu minggu.

Hal ini membuat keleluasaan dalam berkomunikasi secara tatap muka menjadi tidak optimal, Lebih lanjut lagi, di SMK Al-Hidayah Ciputat adalah sebuah sekolah yang berbentuk yayasan, jadi dalam sistem pemilihan kepala sekolah berdasarkan keputusan pihak yayasan. Guru yang sekarang mengajar dahulu kalanya adalah guru yang menjadi kepala sekolah. Fenomena ini membuat kepala sekolah saat ini mempunyai rasa sungkan dan sangat berhati-hati ketika melakukan komunikasi dengan guru senior yang pernah menjabat sebagai kepala sekolah.

Penulis memandang komunikasi interpersonal sebagai hal yang menarik untuk ditelusuri lebih lanjut lagi. Pelaksanaan komunikasi interpersonal kepala sekolah diharapkan menjadi sebuah hal yang dapat memicu motivasi kerja guru sehingga dapat menjalankan tugas dan fungsinya dengan lebih baik lagi.


(22)

Berdasarkan pertimbangan di atas penulis menyadari bahwa pentingnya implementasi komunikasi interpersonal kepala sekolah dalam tugasnnya sebagai manajer sekolah untuk terus memaksimalkan komunikasi interpersonalnya yang nantinya akan berdampak langsung kepada pembinaan motivasi kerja guru. Dari uraian di atas penulis akan memfokuskan atau menitikberatkan penelitiannya dalam sebuah penelitian yang berjudul “Implementasi Komunikasi Interpersonal Kepala Sekolah dalam Membina Motivasi Kerja Guru di SMK Al-Hidayah Ciputat”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut maka dapat di identifikasi masalah-masalah penelitian sebagai berikut:

1. Terbatasnya wawasan kepala sekolah terhadap komunikasi interpersonal

2. Belum maksimalnya pelaksanaan fungsi komunikasi interpersonal kepala sekolah

3. Terbatasnya waktu untuk melaksanakan komunikasi interpersonal dengan guru

4. Adanya kesenjangan dalam pelaksanaan komunikasi interpersonal

5. Belum terciptanya konsep pembinaan motivasi kerja guru secara sadar dan terencana

6. Kurang maksimalnya pembinaan motivasi kerja guru melalui komunikasi interpersonal kepala sekolah


(23)

C. Pembatasan Masalah

Memperhatikan identifikasi masalah di atas, maka dalam penelitian ini difokuskan pada masalah “Implementasi Komunikasi Interpersonal Kepala Sekolah dalam Membina Motivasi Kerja Guru di SMK Al-Hidayah Ciputat”.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Melihat sejauhmana pelaksanaan komunikasi interpersonal kepala sekolah di SMK Al-Hidayah Ciputat ?

2. Melihat sejauhmana pelaksanaan komunikasi interpersonal kepala sekolah dalam membina motivasi kerja guru di SMK Al-Hidayah Ciputat ?

E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini adalah bertujuan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena yang terjadi mengenai “Implementasi Komunikasi Interpersonal Kepala Sekolah dalam Membina Motivasi Kerja Guru di SMK Al-Hidayah Ciputat”.

F. Manfaat Penelitian

1. Bagi civitas akademika di SMK Al-Hidayah Ciputat, khususnya kepala sekolah, sebagai bahan masukan dan referensi untuk memaksimalkan dan meningkatkan pelaksanaan komunikasi interpersonal dengan guru sehingga dapat membina motivasi kerja guru.

2. Bagi peneliti, hasil penelitian ini dapat dijadikan wawasan atau contoh pelaksanaan komunkasi interpersonal yang baik dan tepat guna dalam membina motivasi kerja guru.


(24)

3. Bagi pembaca, menjadi bahan bacaan serta acuan yang positif dalam memaksimalkan dan meningkatkan komunikasi interpersonal dalam membina motivasi kerja guru, lebih lanjut lagi sebagai studi pembanding dengan implementasi komunikasi interpersonal di lembaga lainnya.


(25)

9

KAJIAN TEORI

A. Komunikasi Interpersonal Kepala Sekolah 1. Pengetian Kepala Sekolah

Dalam organisasi pendidikan khususnya di sekolah, kepala sekolah merupakan pucuk pimpinan tertinggi dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan kepentingan organisasi. Kepala sekolah sebagai manajer tertinggi dalam sekolah bertanggung jawab atas pencapaian dan kemajuan visi dan misi sekolah yang telah di tetapkan bersama. Dalam hal ini kepala sekolah mempunyai peran dan fungsi yang sangat strategis dalam sekolah tanpa mengabaikan semua unsur atau semua stekholder yang terlibat di dalam sekolah seperti pendidik, tenaga pendidik, siswa dan orang tua siswa.

Menurut Rohiat “Kepala sekolah mempunyai posisi puncak yang memegang kunci keberhasilan dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan, kondisi tersebut menunjukan bahwa kepala sekolah sebagai pemegang jasa suatu bidang jasa profesional yang sangat khusus.”5

Dalam besarnya tugas dan fungsi kepala sekolah, patut kita ketahui pengertian dari kepala sekolah menurut para ahli. “kepala sekolah sendiri merupakan tugas tambahan bagi guru, dan ini sudah berlangsung cukup lama. Oleh karena kepala sekolah dan pengawas sekolah berasal dari guru, makin kuat kehendak untuk mangakui kepemimpinan guru atau guru sebagai pemimpin yang merupakan dari kaderisasi guru untuk promosi”.6

Sedangkan menurut Wahjosumidjo “kepala sekolah merupakan seorang tenaga fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu sekolah di mana diselenggarakan proses belajar

5

Rohiat, Manajemen Sekolah, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2008) Cet ke- 1, h.33

6Fati ah, Djaila i, Khairudi ,”Ko u ikasi

Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Kinerja Guru pada

SMA Negeri Geu pa g Ka upate Pidie”, Jur al Ad i istrasi Pe didika Pas a Sarja a


(26)

mengajar, atau tempat di mana terjadi interaksi antara guru yang memberi pelajaran dan murid yang menerima pelajaran.”7

Dalam kaitannya kepala sekolah sebagai tugas tambahan dari seorang guru, kepala sekolah juga harus mempunyai wawasan yang luas, kreatif dan inovatif karna sebagai pimpinan tertinggi di dalam sekolah kepala sekolah harus mampu memberikan perubahan yang positif di dalam sekolah.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa, kepala sekolah merupakan sebuah posisi struktural dalam sekolah. Kepala sekolah pada dasarnya adalah seorang guru yang diberikan tugas tambahan sehingga mempunyai tanggung jawab dan kewajiban yang lebih besar di dalam sekolah.

Dalam hal ini kepala sekolah diberikan tugas dan tanggung jawab untuk menjalankan fungsi manajerial sehingga visi dan misi yang telah di tetapkan bersama dapat dicapai dengan maksimal dengan memperhatikan unsur efektif dan efesien. Akan tetapi tidak semua guru dapat menjadi seorang kepala sekolah, dalam kaitannya dengan syarat dan ketentuan menjadi kepala sekolah telah diatur dalam Undang-undang. Hanya guru yang mempunyai kompetensi tertentu lah yang dapat diberikan dan diangkat menjadi kepala sekolah.

“Kepala sekolah yang profesional dalam paradigma baru manajemen pendidikan akan memberikan dampak positif dan perubahan yang cukup mendasar dalam pemberuan sistem pendidikan di sekolah. Dampak tersebut antara lain terhadap efektifitas pendidikan, kepemimpinan sekolah yang kuat, pengelolaan tenaga kependidikan yang efektif, budaya mutu, teamwork yang kompak, cerdas dan dinamis, kemandirian, partisipasi warga sekolah dan masyarakat, keterbukaan (transparansi), kemauan untuk berubah (psikologis dan fisik), evaluasi dan perbaikan

7


(27)

berkelanjutan, respinsif dan antisipatif terhadap kebutuhan, akuntabilitas, dan sustainabilitas.”8

2. Peran dan Fungsi Kepala Sekolah

Sebagai tugas tambahan dari guru, seorang kepala sekolah mempunyai cukup banyak peran dan fungsi dalam menjalankan tugas nya. Oleh karena itu tidak semua guru dapat diberi tugas tambahan sebagai kepala sekolah seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya. Seorang kepala sekolah harus mempunyai kompetensi tertentu dalam kaitanya menjalan peran dan fungsinya sebagai manajer dalam sekolah.

Dalam proses mencapai visi dan misi pendidikan, peran dan kemampuan kepala sekolah sangat menunjang keberhasilan kegiatan pendidikan di sekolah. Bahkan seorang guru yang sudah mempunyai pengalaman yang banyak di sekolah belum tentu dapat menjadi kepala sekolah yang profesional.

Kompetensi kepala sekolah sebagaimana tertulis dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2007, tentang Standar Kepala sekolah/Madrasah adalah sebagai berikut : Kepribadian, Manajerial, Kewirausahan, Supervisi, dan sosial.9

Kepala sekolah juga harus mempunyai kompetensi yang unggul dan profesional serta kemampuan mengambil keputusan yang efektif dan efisien. Selain itu kepala sekolah juga dituntut matang dalam planning (perencanaan), organizing (pengorganisasian), actuating (pelaksanaan), controling (pengawasan), dan evaluating (pengevaluasian).

Selain dari dasar-dasar manajemen yang harus dikuasi oleh kepala sekolah, menurut E. Mulyasa “dalam paradigma baru manajemen pendidikan kepala sekolah sedikitnya harus mampu

8

E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, (Jakarta: PT. Remaja Rosdakarya,2007) cet ke-7, h.89

9


(28)

berfungsi sebagai edukator, manager, administrator, supervisor, leader, inovator, motivator(EMASLIM).”10 Dikatakan lagi munurut E. Mulyasa “perspektif kedepan mengisyaratkan bahwa kepala sekolah juga harus mampu beperan sebagai figur dan mediator, bagi perkembangan masyarakat dan lingkungannya.”11

3. Pengertian Komunikasi

Kata atau istilah “komunikasi” merupakan terjemahan dari bahasa Inggris Communication yang dikembangkan di Amerika Serikat dan komunikasipun berasal dari unsur persurat kabaran, yakni journalism. Adapun definisi komunikasi dapat dilihat dari dua sudut, yaitu: dari sudut bahasa (etimologi) dan dari sudut istilah (terminologi).12

Menurut Roudhonah, Komunikasi menurut bahasa atau etimologi dalam “Ensiklopedi Umum” diartikan dengan “perhubungan”, sedangkan yang terdapat dalam buku komunikasi berasal dari perkataan latin, yaitu:

a. Communicare, yang berarti berpartisipasi ataupun memberi tahukan

b. Communis, yang berarti milik bersama atapun berlaku dimana mana

c. Communis opinion, yang berarti pendapat umum atau pendapat mayoritas

d. Communico, yang berari membuat sama

e. Demikian juga Communication berasal dari kata latin communicatio yang juga bersumber dari kata Communis yang berarti sama. Sama disini maksudnya sama makna.13

Menurut Poppy Ruliana “Komunikasi adalah salah satu aktifitas manusia dan suatu topik yang amat sering diperbincangkan sehingga kata komunikasi itu sendiri memiliki banyak arti beragam”.14 Sedangkan menurut Louis Forsdale yang dikutip oleh Arni

10

Ibid., h.98.

11

Ibid.

12

Roudhonah, Ilmu Komunikasi (Jakarta: Jakarta Pers, 2007) h.21

13I

bid

14


(29)

Muhammad dalam buku Komunikasi Organisasi “communication is the process by wich a system is established, maintained, and altered by means of shared signals that operate according to rules”.15

Dalam perspektif lain Onong Uchjana Effendy menjelaskan bahwa “proses komunikasi pada hakikatnya adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh orang seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan). Pikiran bisa merupakan gagasan, informasi, opini, dan lain-lain yang muncul dari benaknya”16

Dalam kaitannya dengan komunikasi, manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat lepas dari komunikasi sebagai bagian dari bentuk interaksi sosial dalam kehidupan manusia sehari-hari. Kebutuhan akan informasi juga membuat adanya dorongan manusia untuk melakukan komunikasi, adanya kebutuhan akan informasi juga menunjang proses interaksi antar sesama manusia sebagai makhluk sosial.

Selanjutnya di dalam informasi terdapat pesan yang didapat atau di sampaikan oleh pemberi pesan (komunikator) kepada penerima pesan (komunikan). Dari informasi atau pesan yang didapat akan diolah menjadi sebuah makna, kesamaan makna antara komunikator dan komunikan sangat mempengaruhi keberhasilan atau keefektifan dari komunikasi itu sendiri.

Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa komunikasi merupakan sebuah aktiftas dasar manusia sebagai makhluk sosial sebagai bentuk interaksi yang didalamnya terdapat proses pembentukan, penyampaian, pengolahan dan umpan balik informasi atau pesan yang dapat berupa gagasan, opini, berita, dan hal-hal yang lain yang ada di dalam pikiran manusia dari makna atau kesamaan makna yang di dapat.

15Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011) hal.2 16


(30)

4. Pengertian Komunikasi Interpersonal Kepala Sekolah

Bedasarkan jumlah interaksi yang terjadi dalam komunikasi, komunikasi tersebut dapat dibedakan atas 3 kategori yaitu komunikasi interpersonal, komunikasi kelompok kecil, dan komunikasi publik.17 Akan tetapi pada kali ini akan difokuskan kepada komunikasi interpersonal.

Menurut Arni Muhammad, “komunikasi interpersonal adalah proses pertukaran informasi diantara seseorang dengan paling kurang seseorang lainnya atau biasanya diantara dua orang yang dapat langsung diketahui balikannya”.18

Menurut Roudhonah, ”komunikasi antarpribadi adalah komunikasi yang berlangsung antara dua orang, di mana terjadi kontak langsung dalam bentuk percakapan”.19

Komunikasi yang terjadi antara dua orang ini bisa berupa bentuk komunikasi langsung secara bertatap muka atau face to face atau juga dapat melalui sebuah sarana komunikasi yaitu melalui media telepon, email, dan lain-lain.

Sedangkan menurut Devito yang dikutip oleh Roudhonah, “komunikasi antarpribadi adalah pengiriman pesan-pesan dari seseorang dan diterima oleh orang lain atau sekelompok kecil orang dengan efek dan umpan balik yang langsung”.20

Selanjutnya komunikasi interpersonal lebih menunjukan bagaimana gaya komunikasi interpersonal dilakukan sebagaimana dikatakan Kreitner dan Kinicki, yaitu:

a. Assertiveness, komunikasi yang di lakukan secara tegas, akan tetapi tidak memaksa. Dalam kata lain orang lain bisa turut serta mempengaruhi hasil dari komunikasi.

17Arni Muhammad, Op. Cit., h.158 18

Ibid, h.159

19Roudhonah

, Op. Cit., h.106

20


(31)

b. Aggresiveness, komunikasi yang dilakukan secara cepat dan menyerang, hal ini ditujukan untuk mengambil keutungan dari orang lain.

c. Nonassertiveness, komunikasi yang tidak tegas, yang ditujukan untuk memberikan kesempatan orang lain untuk mengambil keuntungan dari kita.21

Menurut Agus M. Hardjana, “komunikasi interpersonal adalah interaksi tatap muka antar dua atau beberapa orang di mana pengirim dapat menyampaikan pesan secara langsung, dan penerima pesan dapat menerima dan menanggapi secara langsung pula”.22

Setelah melihat beberapa definisi di atas dapat ditarik kesimpulan pokok bahwa komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang dilakukan sedikitnya oleh dua orang atau lebih yang dilakukan secara langsung baik secara tatap muka atau melalui media komunikasi dalam proses penyampaian pesan atau informasi yang dapat langsung dirasakan umpan baliknya oleh komunikator atau komunikan.

5. Kebutuhan Komunikasi Interpersonal dalam Organisasi

Kualitas komunikasi interpersonal dalam organisasi adalah sangat penting. Orang dengan keterampilan komunikasi yang baik membantu kelompok membuat lebih banyak keputusan inovatif dan dipromosikan lebih sering daripada individu dengan kemampuan kurang berkembang.23

Mengenai hubungan organisasi dengan komunikasi, william V. Hanney dalam bukunya, Communication and Organizational Behavior, menyatakan bahwa “organization consists of a number of

21

Wibowo, Perilaku Dalam Organisasi, (Jakarta: Rajawali Pers, 2014) cet ke-2, h.247

22

Agus M. Hardjana, Komunikasi Intrapersonal dan Interpersonal, (Yogyakarta: Knisius, 2003), h.85

23


(32)

people, it involves interdependence, interdependence alls for coordination and coordination requires communication”.24

Organisasi ditinjau dari segi dinamikanya dapat diartikan sebagai proses kerjasama yang serasi, sistematis diantara orang-orang di dalam suatu ikatan formal dan hirarkhis dan bertindak sasuai ketentuan yang disepakati untuk mencapai tujuan yang ditetapkan secara efisien dan efektif.25

Menurut William C. Schutz yang dikutip oleh Arni Muhammad dalam buku Komunikasi Organisasi setiap individu mempunyai kebutuhan interpersonal atau kebutuhan sosial yang dipenuhinya melalui komunikasi interpersonal, selanjutnya ada tiga macam kebutuhan dasar, yaitu:

a. Kasih sayang

Kebutuhan akan kasih sayang adalah kebutuhan untuk mempertimbangkan apakah diri kita disukai atau disayangi oleh orang lain. Misalnya dalam organisasi atau dalam pekerjaan kelihatan bahwa seseorang disukai oleh setiap orang. Orang yang telah memenuhi kebutuhan ini menurut Schuzt dinamai personal. Di samping itu juga kelihatan biasa saja bila seseorang tidak sanggup memenuhi kebutuhan ini, dan orang yang demikian dinamakan Schutz kurang personal atau terlalu personal.

b. Diikutsertakan

Kebutuhan merasa berarti dan diperhitungkan adalah merupakan kebutuhan interpersonal diikutsertakan. Menurut Schutz orang-orang yang tidak berhasil memenuhi kebutuhan ini dinamakan kurang sosial atau terlalu sosial. Lawan dari orang yang kurang sosial adalah individu yang terlampau sosial yang tidak dapat di stop dari keterlibatan berkomunikasi dengan orang lain. Individu yang telah memuaskan kebutuhan mereka dalam

24Onong Uchjana Effendy,

Op. Cit., h.116


(33)

penghargaan ini dinamakan orang yang sosial. Orang ini sanggup menangani situasi dengan atau tanpa orang lain.

c. Kontrol

Kebutuhan yang ketiga adalah kontrol. Kontrol adalah kebutuhan yang timbul karena rasa tanggung jawab dan kepemimpinan. Hampir semua kita mempunyai beberapa kebutuhan mengontrol orang lain dan cara menyatakannya berbeda-beda. Ada tiga tipe yang berbeda. Beberapa orang yang kepribadiannya yang sangat patuh pada orang lain dan karena itu dinamakan abdikrat. Mereka ini tidak percaya diri atau sedikit percaya pada diri mereka dan sering menganggap diri mereka tidak sanggup mengerjakan sesuatu, selanjutnya orang yang tidak pernah merasa cukup mengontrol dinamakan autokrat. Individu-individu ini selalu mencoba mendominasi orang lain. Mereka mempunyai kebutuhan yang kuat akan kekuasaan bila sebelumnya mereka tidak diberikan posisi yang mengontrol atau kekuasaan dalam organisasi. Sedangkan demokrat adalah individu yang kebutuhan kontrolnya terpuaskan. Orang-orang ini merasa senang apakah mereka mempunyai posisi kepemimpinan atau kurang dari itu.26

6. Tujuan Komunikasi Interpersonal

Komunikasi merupakan hal yang sangat mendasar dan sangat penting dalam kehidupan manusia, dalam setiap proses komunikasi manusia pasti memiliki tujuan dan pesan yang ingin disampaikan. Tujuan dapat berbeda-beda antara satu orang dengan orang lain, tentunya tujuan ini dapat tersampaikan apabila proses komunikasi interpersonal antara dua orang atau lebih berjalan lancar sehingga umpan baik yang di terima juga akan baik.

Menurut Arni Muhammad dalam buku Komunikasi Organisasi tujuan komunikasi interpersonal tidak perlu disadari pada saat

26


(34)

terjadinya pertemuan dan juga tidak perlu dinyatakan. Tujuan itu sendiri boleh disadari dan boleh tidak disadari dan boleh disengaja atau tidak disengaja. Diantara tujuan-tujuan itu adalah sebagai berikut:

a. Menemukan Diri Sendiri

Salah satu tujuan komunikasi interpersonal ialah menemukan personal atau pribadi. Bila kita terlibat dalam pertemuan interpersonal dengan orang lain maka kita belajar banyak sekali tentang diri kita maupun orang lain. Komunikasi interpersonal juga memberikan kesempatan kepada kita untuk berbicara tentang apa yang kita sukai, atau mengenai diri kita. Dengan membicarakan diri kita dengan orang lain, kita memberikan sumber balikan yang sangat luar biasa pada perasaan, pikiran, serta tingkah laku kita.

b. Menemukan Dunia Luar

Hanya komunikasi interpersonal yang dapat menjadikan kita memahami lebih banyak tentang diri kita serta orang lain yang berkomunikasi dengan kita. Meskipun banyak jumlah informasi yang datang kepada kita dari media massa hal itu seringkali di diskusikan dan akhirnya di pelajari atau di dalami melalui interaksi interpersonal. Kenyataan, Kepercayaan, sikap dan nila-nilai kita barang kali dipengaruhi lebih banyak oleh pertemuan interpersonal daripada oleh media atau pendidikan formal.

c. Membentuk dan Menjaga Hubungan yang Penuh Arti

Salah satu keinginan orang yang paling besar merupakan bentuk serta memelihara hubungan dengan orang lain. Banyak dari waktu kita pergunakan dalam komuikasi interpersonal diabdikan untuk membentuk dan menjaga hubungan sosial dengan orang lain.


(35)

d. Berubah Sikap dan Tingkah Laku

Banyak waktu kita dapat dipergunakan untuk mengubah sikap serta tingkah laku orang lain dengan pertemuan interpersonal. Selain itu, kita juga banyak menggunakan waktu untuk terlibat dalam posisi interpersonal. Ada sebuah studi mengenai keefektifan media massa, bertentangan dengan situasi interpersonal dalam mengubah tingkah laku tertentu. Kita lebih sering membujuk melalui komunkasi interpersonal daripada komunikasi media massa.

e. Untuk Bermain dan Kesenangan

Bermain mencakup semua aktivitas yang mempunyai tujuan utama ialah dalam mencari kesenangan. Berbicara dengan teman mengenai aktivitas kita pada waktu akhir pekan, menceritakan cerita hal yang lucu. Walaupun kelihatannya kegiatan itu tidak berarti, tetapi mempunyai tujuan yang sangat penting. Dengan melakukan komunikasi interpersonal semacam itu dapat memberikan keseimbangan yang penting dalam pikiran yang memerlukan ketenangan dari semua keseriusan di lingkungan kita.

f. Untuk Membantu

Keberhasilan memberikan bantuan tergantung kepada pengetahuan dan keterampilan komunikasi interpersonal. Kita juga telah melihat tujuan-tujuan komunikasi interpersonal ini dari dua perspektif yang lain. Yang pertama tujuan ini boleh dilihat sebagai faktor yang memotivasi atau alasan mengapa kita terlibat dalam komunikasi interpersonal. Kedua, tujuan ini boleh dipandang sebagai hasil atau efek umum dari komunikasi interpersonal yang berasal dari pertemuan interpersonal.27

Berdasarkan hal itu kita dapat mengatakan bahwa tujuan komunikasi interpersonal adalah untuk mendapatkan pengetahuan

27


(36)

tantang diri, membentuk hubungan yang lebih berarti dan memperoleh tambahan pengetahuan dunia luar. Seharusnya tentu saja sudah jelas bahwa komunikasi interpersonal biasanya dimotivasi oleh kombinasi bermacam-macam faktor dan tidaklah mempunyai satu efek. Tetapi kombinasi berbagai efek atau hasil. Misalnya diberikan suatu interaksi interpersonal, diberikan beberapa tujuan, dimotivasi oleh berbagai faktor yang unik dan menghasilkan kombinasi faktor-faktor atau efek yang unik.

Selanjutnya menurut Roudhonah dalam buku ilmu komunikasi, tujuan komunikasi intepersonal terbagi menjadi lima, yaitu:

a. Mengenal diri sendiri dan orang lain

Maksutnya dengan membicarakan diri kita sendiri pada orang lain, maka kita akan mendapatkan perspektif baru tentang diri kita sendiri dan memahami lebih dalam tantang sikap dan perilaku kita. Dan dengan komunikasi antar pribadi pula kita dapat belajar tentang bagaimana dan sejauhmana kita harus membuka diri pada orang lain. Dan dengan komunikasi antar pribadi kita juga akan mengetahui nilai, sikap, dan perilaku orang lain. Kita dapat menanggapi dan memprediksi tindakan orang lain.

b. Mengetahui dunia luar

Maksudnya dengan komunikasi antar pribadi, memungkinkan kita untuk memhami lingkungan kita secara baik. c. Menciptakan dan memelihara hubungan menjadi bermakna

Sebagai makhluk sosial, manusia ingin menciptakan dan memelihara hubungan dekat dengan orang lain.

d. Mengubah sikap dan perilaku

Maksudnya, dalam komunikasi antar pribadi sering kita berupaya mengubah sikap dan perilaku orang lain. Kita ingin seseorang memilih cara tertentu, mencoba makanan baru, mendengarkan musik tertentu, membaca buku dan lain-lain.


(37)

e. Bermain dan mencari hiburan

Kadang hal bermain dan mendapat hiburan ini dianggap tidak penting, tetapi sebenarnya komunikasi yang demikian perlu dilakukan, karena dapat memberi suasana baru yang terlepas dari keseriusan, ketegangan dan lain-lain.28

Dari beberapa penjelasan di atas dapat disimpulkan tujuan-tujuan komunikasi interpersonal atau antar pribadi bahwa komunikasi interpersonal bertujuan untuk lebih memahami sifat, karakter, dan perilaku manusia sebagai pihak yang berkomunikasi, yang pada muaranya akan dapat memberikan dampak kesenangan, memelihara hubungan, memotivasi, memahami lingkungan dan bahkan merubah perilaku seseorang.

Sehingga dalam kehidupan sehari-hari atau dalam organisasi pengetahuan tentang komunikasi interpersonal dapat membuat sesorang akan lebih peka dan dekat dengan orang yang ada di sekelilingnya. Hal ini diharapkan mampu memberikan dampak yang positif.

7. Karakteristik Komunikasi Interpersonal

Komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang terjadi secara dua arah dan dapat diketahui langsung balikannya. Menurut Arni Muhammad komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang bersifat transaksi. Selanjutnya ada enam aksioma yang bersifat transaksi dari komunikasi interpersonal. Aksioma ini menjadi prinsip umum dari komunkasi interpersonal. Masing-masing aksioma tersebut, yaitu :

a. Komunikasi tidak dapat dielakan b. Komunikasi tidak dapat dibalikan

c. Komunikasi mempunyai isi dan dimensi hubungan d. Komunikasi meliputi proses penyesuaian

28


(38)

e. Hubungan ditentukan oleh pemberian tanda

f. Interaksi mungkin dipandang sebagai sesuatu yang simetris29 Komunikasi interpersonal merupakan sesuatu yang tidak dapat dielakan, karena secara sadar dan tidak sadar, kita secara alamiah akan berkomunikasi lewat verbal ataupun non verbal. Lebih lanjut lagi adalah komunikasi interpersonal merupakan proses yang tidak dapat dibalikan, sebagai contoh air yang sudah menjadi es atau es yang sudah menjadi air contoh tersebut merupakan proses yang dapat dibalikan, akan tetapi berbeda dengan komunikasi interpersonal sesuatu yang sudah di ucapkan sudah menjadi sebuah ucapan dan tidak dapat ditarik kembali.

Karakteristik atau ciri-ciri komunikasi antar pribadi ini sebenarnya dapat diketahui dari pengertiannya diatas, yaitu antara lain:

a. Sifatnya yang dua arah/timbal balik ( Two way traffic communication)

b. Feed back nya langsung tidak tertunda

c. Komunikator dan komunikan dapat bergantian fungsi d. Bisa dilakukan secara spontanitas

e. Tidak bersturktur

f. Komunikasi ini lebih banyak terjadi antar dua orang30

Lebih lanjut lagi, dalam buku Roudhonah menurut Judy C. Person yang telah dikutip Djuarsa Sendjaja menyebutkan enam karakteristik komunikasi antar pribadi, yaitu:

a. Komunikasi antar pribadi dimulai dengan diri pribadi (self) b. Komunikasi antarpribadi bersifat transaksional

c. Komunikasi antar pribadi mencakup aspek-aspek isi pesan dan hubungan pribadi

d. Komunikasi antar pribadi mensyaratkan adanya kedekatan fisik antara pihak-pihak yang berkomunikasi

e. Komunikasi antar pribadi melibatkan pihak-pihak yang saling tergantung satu dengan lainnya (Interdependent) dalam proses komunikasi

f. Komunikasi antar pribadi tidak dapat diubah maupun diulang31

29

Arni Muhammad, Op. Cit., h.168-172

30Roudhonah,

Op. Cit., h113

31


(39)

Sedangkan menurut Agus M. Hardjana komunikasi interpersonal merupakan kegiatan yang dinamis. Dengan tetap memperhatikan kedinamisannya, komunikasi interpersonal mempunyai ciri-ciri yang tetap sebagai berikut:

a. Komunikasi Interpersonal adalah Verbal dan Nonverbal

Komunikasi Interpersonal adalah verbal atau nonverbal. Dalam komunikasi itu, seperti komunikasi pada umumnya, selalu mencakup dua unsur pokok yaitu isi pesan dan bagaimana isi itu dikatan dan dilakukan, baik secara verbal maupun nonverbal. Komunikasi Interpersonal Mencakup Perilaku Tertentu

Ada tiga perilaku dalam komunikasi interpersonal:

a) Perilaku spontan (spontaneus behaviour) adalah perilaku yang dilakukan karena desakan emosi dan tanpa sensor serta revisi secara kognitif. Artinya, perilaku itu bisa terjadi begitu saja.

b) Perilaku menurut kebiasaan (script behaviour) adalah perilaku yang kita pelajari dari kebiasaan kita. Perilaku itu khas, dilakukan pada saat tertentu dan dimengerti orang.

c) Perilaku sadar (contrived behaviour) adalah perilaku yang dipilih karena dianggap sesuai dengan situasi yang ada.

b. Komuikasi Interpersonal adalah Komunikasi yang Berproses Pengembangan

Komunikasi interpersonal merupakan komunikasi yang berproses pengembangan (developmental process) komunikasi interpersonal berbeda beda tergantung dari tingkat hubungan


(40)

pihak-pihak yang terlibat dalam komunikasi, pesan yang dikomunikasikan dan cara pesan dikomunikasikan.

c. Komunikasi Mengandung Umpan Balik, interaksi, dan Koherensi

Komunikasi interpersonal merupakan komunikasi tatap muka. Karena itu, kemungkinan umpan balik (feedback) besar sekali. Dengan demikian, diantara pengirim dan penerima pesan terjadi interaksi (interaction) yag satu mempengaruhi yang lain, dan kedua-duanya saling mempengaruhi dan memberi serta menerima dampak. Pengaruh itu terjadi pada dataran kognitif (pengetahuan), efektif (perasaan), dan behavioral (perilaku).

d. Komunikasi Interpersonal Berjalan Menurut Peraturan Tertentu

Agar berjalan baik, maka komunikasi interpersonal hendaknya mengikuti peraturan (rules) tertentu. Peraturan itu ada yang intrinsik dan ada yang ekstrinsik. Peraturan intrinsik adalah peraturan yang dikembangkan masyarakat untuk mengatur cara orang harus berkomunkasi satu sama lain. Peraturan ini menjadi patokan perilaku dalam komunikasi interpersonal. Peraturan ekstrinsik adalah peraturan yang ditetapkan oleh situasi atau masyarakat.

e. Komunikasi Interpersonal adalah Kegiatan Aktif

Komuniksi interpersonal merupakan kegiatan yang aktif, bukan pasif. Komunikasi interpersonal bukan hanya komunikasi dari pengirim kepada penerima pesan atau sebaliknya, melainkan komunikasi timbal balik antara pengirim dan penerima pesan.

f. Komunikasi interpersonal saling mengubah

Komunikasi interpersonal juga berperan untuk saling mengubah dan mengembangkan. Melalui interaksi dalam


(41)

komunkasi, pihak-pihak yang terlibat dalam komunikasi dapat saling memberi inspirasi, semangat dan dorongan untuk mengubah pemikiran, perasaan, dan sikap yang sesuai dengan topik yang dibahas bersama.32

B. Motivasi Kerja guru

Pendidikan dalam kehidupan manusia sejak lalu hingga saat ini merupakan sebuah kebutuhan yang sangat penting. Kebutuhan akan pendidikan sudah tidak dapat kita pingkiri lagi, mengingat manusia adalah makhluk yang selalu berkembang dan beradaptasi. Salah satu cara manusia beradaptasi adalah dengan cara belajar. Belajar di sini dimaksudkan kepada belajar di dalam lembaga pendidikan.

Di dalam lembaga pendidikan yang selanjutnya disebut dengan sekolah, di dalam sekolah terdiri dari begitu banyak unsur atau pihak yang terlibat. Pihak yang terlibat dalam sekolah seperti kita ketahui yaitu terdiri dari kepala sekolah, pendidik atau guru, tenaga kependidikan atau karyawan, siswa dan warga sekolah.

Guru di dalam sekolah menempati salah satu posisi yang sentral, posisi yang sentral ini membuat guru sangat dihormati di dalam sekolah. Seperti yang sudah dikatakan di atas, guru adalah sebagai pendidik. Di dalam sekolah guru di posisikan sebagai seseorang yang harus mampu mendidik siswa sesuai tujuan pendidikan. Lalu Apa yang dimaksud dengan guru ?.

Di era modern kini guru merupakan sebuah profesi yang sangat mulai dilirik oleh banyak orang, fenomena ini muncul karena profesi keguruan tidak lagi dipandang sebagai profesi yang sebelah mata. Terlebih lagi sistem kompensasi yang sudah sangat meningkat dibandingkan era-era sebelumnya. Peningkatan upah guru menjadi salah satu daya tarik, akan tetapi pada era ini untuk menjadi seorang guru tidaklah mudah. Banyak hal

32


(42)

yang harus dipenuhi untuk menjadi seorang guru yang profesional bukan hanya orang yang dapat berbicara di dalam kelas.

Peningkatan kualitas ini dimaksudkan pula untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Pendidikan di Indonesia harus berkembang ke arah yang lebih maju dan lebih baik lagi guna menciptakan generasi bangsa yang berkualitas. Guru pada era ini bukan hanya sebagai pengajar yang menyampaikan ilmu pengetahuan (Transfer of Knowledge), akan tetapi guru adalah sebagai pendidik yang selain menyampaikan ilmu pengetahuan juga menyampaikan nilai-nilai (Transfer of Value).

“Guru merupakan pendidik dalam proses belajar mengajar di sekolah, tugas utamanya adalah mendidik dan mengajar siswa agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan maksimal.”33

Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, guru adalah orang yang pekerjaannya (mata pencahariannya, profesinya) mengajar34. Lebih lanjut lagi menurut Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional, tenaga pengajar adalah tenaga pendidik yang khusus dengan tugas mengajar, yang pada jenjang pendidikan dasar dan menengah disebut guru dan pada jenjang pendidikan tinggi disebut dosen (pasal 27 ayat 3 Nomor 2/1989).35

Menurut Ali Mudlofir Guru merupakan pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada jalur pendidikan formal.36

Sedangkan dalam Undang-undang No.14 pasal 20 Tahun 2005 yang dikutip oleh Jejen Musfah dikatakan bahwa dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, guru berkewajiban meningkatkan dan mengembangkan

33

Fatimah, Djailani, Khairudin, Op., Cit, H.11

34

Syafrudin Nurdin, Guru Profesional & Implementasi Kurikulum,( Jakarta : Ciputat Pers,2002) h.8

35

Ibid

36Ali Mudlofir, Pendidik Profesional : Konsep, Strategi, dan Aplikasinya dalam Peningkatan Mutu


(43)

kualifikasi akademik dan kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.37

Dari beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa guru adalah sebuah profesi yang memerlukan sebuah keterampilan khusus sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni dan tugas utamanya adalah mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada jalur pendidikan formal. Guru memiliki peran untuk mengajar dan mendidik siswa kepada tujuan pendidikan yang telah di tetapkan. Akan tetapi lebih dalam lagi guru memiliki peran dan fungsi yang lebih spesifik.

1. Tugas dan Fungsi Guru

Sebagai seorang guru, tentunya tidaklah mudah. Guru dituntut menjalankan tugas dan fungsinya dengan baik sebagai seorang pendidik. Lalu apa saja yang menjadi tugas dan fungsi seorang guru dalam mendidik. Menurut Mulyasa guru dalam mendidik murid bertugas sebagai berikut :

a) Menyerahkan kebudayaan kepada anak didik berupa kepandaian, kecakapan, dan pengalaman-pengalaman.

b) Membentuk kepribadian anak yanng harmonis sesuai cita-cita dasar pancasila

c) Sebagai perantara atau fasilitator dalam belajar

d) Guru sebagai pembimbing untuk membawa anak didik ke arah kedewasaan, tetapi pendidik tidak maha kuasa, tidak dapat membentuk anak sesuai kehendaknya.

e) Guru sebagai penghubung antara sekolah dan masyarakat f) Guru sebagai manajer

g) Guru sebagai administrator38

37

Jejen Musfah, Manajemen Pendidikan : Teori, Kebijakan, dan Praktik, (Jakarta : Prenadamedia Group, 2015) h.172

38 H.M Yunus Abu Bakar,Syarifan Nurfan, Evi Fatimur dkk, Profesi Keguruan, (Surabaya :


(44)

Lebih lanjut lagi mengenai tugas dan funngsi guru, menurut Djamaroh guru berfungsi sebagai berikut :

a) Guru sebagai perencana kurikulum

b) Guru adalah perencana, pelaksana, dan pengembang kurikulum

c) Guru sebagai pemimpin d) Guru sebagai pembimbing

e) Guru sebagai sponsor dalam kegiatan anak f) Guru sebagai mentor39

Selanjutnya dalam pasal 40 ayat 2 UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dinyatakan bahwa guru sebagai pendidik dan tenaga kependidikan mememiliki kewajiban sebagai berikut:

a) Menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis, dan dialogis

b) Mempunyai komitmen secara profesional untuk meningkatkan mutu pendidikan

c) Memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi, dan kedudukan sesuai dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya40

Berdasarkan beberapa pendapat ahli mengenai tugas dan fungsi guru di atas dapat disimpulkan bahwa guru sebagai pendidik dituntut mampu menguasi berbagai macam kemampuan unuk menunjang tugasnya sebagai pendidik. Guru sebagai pendidik harus dapat menjadi seorang pemimpin, administrator, manajer, mentor, fasilitator, serta menjadi teladan bagi siswa sehingga dapat menjadi contoh yang baik dalam kehidupan anak. Dalam hal ini demi terbinanya generasi bangsa yang mempunyai moral dan sikap sopan

39

Ibid, h.2-8

40


(45)

dan santun di masyarakat serta dapat menerapkan ilmunya dengan baik dan benar.

2. Pengertian Motivasi kerja Guru

Sebagai makhluk hidup manusia membutuhkan motivasi, Akan tetapi manusia terkadang tidak menyadari dan tidak mengerti apa motivasi itu sendiri. Motivasi yang muncul lebih karena naluri sesorang dalam merespon dan memproses hal yang terjadi.

Guru sebagai manusia juga membutuhkan sesuatu yang bersifat stimulus atau dorongan, dalam hal ini dorongan tersebut adalah motivasi. Motivasi merupakan salah satu faktor yang dapat mendorong guru untuk dapat bekerja lebih baik lagi. Karena pada dasarnya motivasi merupakan sebuah kebutuhan umum manusia seperti yang sudah dijelaskan di atas. Guru akan senantiasa bekerja dengan giat apabila dalam kesehariannya guru tersebut dalam keadaan termotivasi sehingga dalam proses mendidik siswa di sekolah guru dapat bekerja sesuai yang diharapkan.

Motivasi berasal dari kata latin “movere” yang berarti “dorongan atau daya penggerak”.41

Motivasi yang diartikan sebagai penggerak dapat kita artikan lebih lanjut lagi menjadi sesuatu yang menjadi alasan manusia untuk bergerak, tentunya bukan hanya pada tahap menggerakan anggota badan secara sederhana tetapi diartikan kepada menggerakan seluruh anggota badan, menggerakan pikiran dan menggerakan seluruh fungsi yang ada pada manusia untuk mencapai tujuan atau hal yang ingin dicapai oleh manusia itu sendiri.

Sedangkan menurut kamus Bahasa Indonesia Modern, karangan Muhammad Ali, motif diartikan sebagai ; sebab-sebab yang menjadi dorongan tindakan seseorang; dasar pemikiran dan pendapat; sesuatu yang menjadi pokok. Dari pengertian motif tersebut dapat diturunkan

41


(46)

pengertian motivasi sebagai sesuatu yang pokok yang menjadi dorongan sesorang untuk bekerja.42

“Dasar bagi segala motivasi adalah harapan, harapan adalah syarat awal agar seseorang dapat termotivasi. Harapan adalah penyebab bagi sesuatu yang dihasilkan dan bahan bakar yang memberi tenaga kepada mesin. Tanpa harapan, tak seorang pun bisa termotivasi”.43

“Motivasi merupakan proses psikologis yang membangkitkan dan mengarahkan perilaku pada pencapaian tujuan atau goal-directed behavior(Robert Kreitner dan Angelo Kinicki).”44

“Sementara itu, Jerald Greenberg dan Robert A. Baron berpendapat bahwa motivasi merupakan serangkaian proses, yang membangkitkan (arouse), mengarahkan (direct), dan menjaga (maintain)perilaku manusia menuju pada pencapaian tujuan.”45

Dari beberapa pendapat atau teori yang ada di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi kerja guru adalah sesuatu yang muncul dari sebuah harapan yang membangkitkan dan mengarahkan kepada sebuah perilaku yang menjadikan guru mempunyai kemauan dan semangat untuk mendidik secara profesional, sehingga tercapai sebuah tujuan pendidikan yang telah ditetapkan bersama.

3. Teori-Teori Motivasi

Motivasi merupakan kajian yang sangat menarik untuk dibahas, terlebih sudah begitu banyak teori yang di kemukakan oleh banyak ahli. Salah satu tokoh yang sangat terkenal dalam motivasi adalah Abraham maslow dan Douglas Mc.Gregor. Akan tetapi terdapat pula teori yang banyak digunakan.

42

Ishak harep & Hendri Tanjung, Manajemen Motivasi,(Jakarta; PT. Grasindo, 2003) hal.12

43

Ricahard Denny, Sukses Memotivasi Jurus Jitu Meningkatkan Motivasi (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama,2004) cet ke 2, hal.2

44Wibowo, Manajemen Kinerja (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada) cet ke-4, hal.322 45


(47)

Dalam buku Psikologi Suatu Pengantar dalam Perspektif Islam Dikemukakan sebanyak 5 teori, yaitu :

a. Teori Hedonisme

Hedonisme adalah bahasa Yunani yang berarti kesukaan, kesenangan, atau kenikmatan hedonisme adalah suatu aliran dalam filsafat yang memandang bahwa tujuan hidup yang utama pada manusia adalah mencari kesenangan yang bersifat duniawi. Implikasi dari teori ini adalah adanya anggapan bahwa semua orang cenderung menghindari hal-hal yang yang menyulitkan dan lebih menyukai melakukan perbuatan yang mendatangkan kesenangan.

b. Teori Naluri

Teori naluri ini merupakan bagian terpenting dari pandangan mekanisme terhadap manusia. Naluri merupakan suatu kekuatan biologis bawaan yang mempengaruhi anggota tubuh untuk berlaku dengan cara tertentu dalam keadaan yang tepat. Sehingga semua pemikiran dan perilaku manusia merupakan hasil dari naluri yang diwariskan dan tidak ada hubungannya dengan akal. Freud juga percaya bahwa dalam diri manusia ada sesuatu yang tanpa disadari menentukan setiap sikap dan perilaku manusia.

c. Teori Reaksi yang Dipelajari

Orang belajar paling banyak dari lingkungan kebudayaan di tempat dia hidup dan dibesarkan. Oleh karena itu, teori ini disebut juga teori lingkugan kebudayaan. Menurut teori ini, apabila seorang pemimpin atau seorang pendidik memotivasi anak buah atau anak didiknya, pemimpin atau pendidik itu hendaknya mengetahui benar-benar latar belakang kehidupan dan kebudayaan orang-orang yang dipimpinnya.


(48)

d. Adanya Teori Pendorong (Drive Theory)

Teori ini merupakan perpaduan antara “teori naluri” dengan “teori reaksi yang dipelajari”. Daya pendorong adalah semacam naluri, tetapi hanya sesuatu dorongan kekuatan yang luas terhadap suatu arah yang umum. Namun, cara-cara yang digunakan berlain-lainan bagi tiap individu, menurut latar belakang dan kebudayaan masing-masing.

e. Teori Kebutuhan

Teori ini beranggapan bahwa tindakan yang dilakukan oleh manusia pada hakikatnya adalah untuk memenuhi kebutuhannya, baik kebutuhan fisik maupun kebutuhan psikis. Menurut Maslow, manusia mempunyai lima tingkat kebutuhan yang bersifat primer dan vital, menyangkut fungsi-fungsi biologis, seperti kebutuhan akan pangan, sandang, dan papan, kesehatan dan kebutuhan seks. 46

Gambar 2.1

Model hirarki dari A.H .Maslow seseorang tidak akan mempengaruhi pada tingkat yang lebih tinggi jika kebutuhan pada tingkat yang lebih rendah tidak terpenuhi.

46

Abdul Rahman Shaleh & Muhbib Abdul Wahab, Psikologi Suatu Pengantar dalam Perspektif Islam, (Jakarta: Perdana Media,2004) cet ke-1, hal.133-136


(49)

Sedangkan lebih lanjut lagi, di dalam buku Organisasi dan Motivasi karangan Malayu S.P Hasibuan dikatakan bahwa teori motivasi dibagi kedalam 2 kelompok, yaitu :

a. Teori Kepuasan (Content Theory)

Teori ini mendasarkan pendekatannya atas faktor-faktor kebutuhan dan kepuasan individu yang menyebabkannya bertindak dan berperilaku dengan cara tertentu. Hal yang memotivasi semangat bekerja seseorang adalah untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan materil maupun non materil yang diperolehnya dari hasil pekerjaannya. Jadi pada dasarnya teori ini mengemukakan bahwa seseorang akan bertindak (bersemangat bekerja) untuk dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan (Inner Needs) dan kepuasannya, Teori Kepuasan (content Theory) ini dikenal antatra lain

a) Teori Motivasi Klasik oleh F.W.Taylor

Teori Motivasi klasik (Teori kebutuhan tunggal) ini dikemukakan oleh Frederick Winslow Taylor. Menurut teori ini motivasi para pekerja hanya untuk dapat memenuhi kebutuhan dan kepuasan biologis saja.

b) Maslow’s Need Hierarchy Theory oleh A.H. Maslow

Maslow’s Need Hierarchy Theory atau A Theory of Human Motivation, dikemukakan oleh A.H Maslow tahun 1943. Teori ini merupakan kelanjutan dari “Human Science Theory” Elton Mayo (1880-1949) yang menyatakan bahwa kebutuhan dan kepuasan sesorang itu jamak yaitu kebutuhan biologis dan psikologis berupa materil dan non materil.

c) Herzberg’s Two Factors Theory oleh Frederick Herzberg

Herzberg Two Factors Motivation Theory atau teori motivasi dua faktor atau teori motivasi kesehatan atau faktor Higienis. Menurut teori ini motivasi yang ideal yang dapat merangsang usaha adalah “peluang untuk mekaksanakan tugas yang lebih membutuhkan keahlian dan peluang untuk


(50)

mengembangkan kemampuan.” Herzberg menyatakan bahwa orang dalam melaksanakan pekerjaannya dipengaruhi oleh dua faktor yang merupakan kebutuhan, yaitu : Maintenance Factors dan Motivation Factors.

Tabel 2.2

Perbandingan Teori Motivasi Maslow dan Herzberg

Maslow’s Need Hierarchy Herzberg Two Factor Theory Self Actualization Chellanging work Achievment Growth in the

job Responsibillity Esteem or Status Advancement

Recognition Status

Affiliation or Aceptence Interpersonal Relations Company Pollicy and Administration Quality of Supervision Security or Safety Quality of supervision, working Conditions

job security Physiological Needs Salary

Personal life

Pada dasarnya kedua teori ini sama-sama bertujuan mendapatkan alat dan cara yang terbaik dalam memotivasi semangat bekerja karyawan, agar mereka itu mau bekerja giat untuk mencapai prestasi kerja yang optimal.

d) Teori Motivasi Human Relations

Teori ini merupakan hubungan seseorang dengan lingkungannya. Teori ini menekankan peranan aktif pimpinan organisasi dalam memelihara hubungan dan kontak-kontak pribadi dengan bawahannya yang dapat membangkitkan gairah kerja. Teori ini menganjurkan bila dalam memotivasi bawahan memerlukan kata-kata, hendaknya kata-kata itu mengandung kebijakan, sehingga dapat menimbulkan rasa dihargai dan optimis.


(51)

b. Teori Proses (Process Theory)

Teori Motivasi Proses ini pada dasarnya berusaha untuk menjawab pertanyaan “bagaimana menguatkan, mengarahkan, memelihara, dan menghentikan perilaku individu”, agar setiap individu bekerja giat sesuai dengan keinginan manajer. Bila diperhatikan secara mendalam, teori ini merupakan proses “sebab dan akibat” bagaimana seseorang bekerja serta hasil apa yang akan diperolehnya. Jika bekerja baik saat ini, maka hasilnya akan diperoleh baik untuk hari esok, jadi hasil hari ini merupakan kegiatan hari kemarin. Teori proses ini, dikenal atas:

a) Teori Harapan (Expectancy Theory)

Teori harapan ini dikemukakan oleh Victor A. Vroom yang menyatakan bahwa kekuatan yang memotivasi seseorang untuk bekerja giat dalam mengerjakan pekerjaannya tergantung dari hubungan timbal balik antara apa yang dia inginkan dan butuhkan dari hasil pekerjaan itu. Teori harapan ini di dasarkan atas: Harapan (Expectancy), Nilai (Valence), Pertautan (Instrumenttality).

b) Teori Keadilan (Equity Theory)

Keadilan merupakan daya penggerak yang memotivasi semangat kerja seseorang, jadi atasan harus bertindak adil terhadap semua bawahannya. Jika prinsip ini diterapkan dengan baik oleh pimpinan maka semangat kerja bawahan cenderung akan meningkat.

c) Teori Pengukuhan (Reinforcement Theory)

Teori ini di dasarkan atas hubungan sebab dan akibat dari perilaku dengan pemberian kompensasi. Teori pengukuhan ini terdiri dari dua jenis: Pengukuhan Positif (Positive Reinforcemenet), yaitu bertambahnya frekuensi perilaku, terjadi jika pengukuh positif diterapkan secara bersyarat. Pengukuhan Negatif (Negative Reinforcement)


(52)

yaitu bertambahnya frekuensi perilaku terjadi jika pengukuh negatif dihilangkan secara bersyarat. Jadi prinsip pengukuhan selalu berhubungan dengan bertambahnya frekuensi dan tanggapan, apabila diikuti oleh suatu stimulus yang bersyarat.

c. Teori X dan Y dari Douglas Mc. Gregor

Teori ini di dasarkan bahwa manusia secara jelas dan tegas dapat dibedakan atas manusia penganut teori X (Teori Tradisional) dan manusia penganut teori Y (Teori Demokrasik). Menurut teori X ini untuk memotivasi harus dilakukan dengan cara yang ketat, dipaksa dan diarahkan supaya mereka mau bekerja secra sungguh-sungguh. Jenis motivasi yang diterapkan adalah cenderung pada motivasi yang negatif yakni dengan menerapkan hukuman yang tegas. Tipe kepemimpinan teori X adalah otoriter sedang gaya kepemimpinannya berorientasi pada prestasi kerja. 47

Menurut teori Y ini untuk memotivasi karyawan hendaknya dilakukan dengan cara peningkatan pasrtisipasi karyawan, kerjasama dan keterikatan pada keputusan. Mc Gregor memandang suatu organisasi efektif sebagai organisasi bila menggantikan pengawasan dan pengarahan dalam integrasi dan kerjasama serta karyawan ikut berpartisipasi dalam pengambilan keputusan. Jenis motivasi yang diterapkan adalah motivasi positif, sedang tipe kepemimpinan adalah kepemimpinan partisipatif.

4. Manfaat Motivasi Kerja Guru

Motivasi sebagai sebuah dorongan sebagai alasan mengapa manusia mau melakukan sesuatu tentunya dapat dipahami sebagai sebuah hal yang bermanfaat. Manfaat dari motivasi sudah tidak dapat

47


(53)

kita pungkiri, terlebih guru yang mempunyai tugas yang cukup berat dalam mendidik siswa.

Menurut Ishak Arep dan Hendri Tanjung “secara singkat, manfaat motivasi yang utama adalah menciptkan gairah kerja, sehingga produktivitas kerja meningkat.”48

lebih lanjut lagi dikatakan bahwa “manfaat yang diperoleh karena bekerja dengan orang-orang yang termotivasi adalah pekerjaan dapat diselesaikan dengan tepat. Artinya, pekerjaan diselesaikan sesuai standar yang benar dan dalam skala waktu yang sudah ditentukan, serta orang akan senang melakukan pekerjaannya.”49

Selain daripada di atas, motivasi juga dapat membuat seseorang mau dan mampu bekerja lebih keras. Seseorang yang termotivasi akan dengan mudah dapat melakukan pekerjaan yang lebih berat dari biasanya. Dalam hal pengawasan pula tidak akan membutuhkan pengawasan yang terlalu ketat.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa manfaat motivasi kerja bagi guru adalah untuk mendorong gairah kerja guru dalam melakukan pekerjaannya dengan sungguh-sungguh dan penuh kesenangan hati serta dapat meningkatkan produktivitas kerja bagi guru.

5. Pembinaan Motivasi Kerja Guru

Dalam memotivasi seseorang tentunya tidak dapat seperti membalikan tangan, ada proses panjang yang diperlukan dalam memotivasi. Tentunya di dalam proses ini yang dimaksud adalah pembinaan, pembinaan dalam rangka memotivasi ini sangat diperlukan. Terlebih di dalam sekolah, seorang guru harus selalu merasa dalam keadaan termotivasi dalam mengerjakan tugasnya sebagai pendidik.

48Ishak Arep & Hendri Tanjung, Op, Cit, h.16 49


(54)

Di dalam sekolah yang mempunyai tugas untuk membina motivasi guru adalah kepala sekolah. Kepala sekolah harus membina motivasi guru agar dapat menjalakan tugas nya dengan baik, sehingga tujuan dan target yang ditetapkan dapat di capai dengan hasil yang maksimal.

Menurut Champates pembinaan adalah hal untuk meningkatkan kinerja. Lewat pembinaan akan terjalin komunikasi dua arah antara manajer dengan karyawan sehingga dapat mengidentifikasi apa yang harus ditingkatkan dan bagaimana cara meningkatkan.50

Sedangkan menurut Djakaria pembinaan adalah segala usaha, tindakan, dan kegiatan berhubungan dengan perencanaan, penyusunan, pengarahan, pembinaan serta pengendalian segala sesuatu berhasil secara tepat. Pembinaan itu meliputi kegiatan atau menyelanggarakan pengaturan sesuatu, supaya dapat dilakukan dan dapat dikerjakan dengan baik, teratur, rapi dan seksama menurut program atau rencana pelaksanaan (dengan ketentuan petun, norma, sistem, dan metode) secara effisien dan effektif mencapai tujuan serta memperoleh hasil yang diharapkan secara maksimal.51

Lebih lanjut lagi menurut Gauzali pembinaan berarti pembaharuan atau usaha, tindakan atau kegiatan yang dilaksanakan secara berdaya guna dan berhasil guna untuk memperoleh hasil yang lebih baik lagi.52

Dari penjelasan beberapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwa pembinaan motivasi kerja guru adalah upaya, usaha, atau tindakan yang di dalamnya terdapat unsur perencanaan, penyusunan, pengarahan serta pengendalian sesuatu yang dapat mendorong gairah

50

Fendy Levy Kambey, Suharmono, 2013, Pengaruh Pembinaan, Pelatihan dan Pengembangan, Pemberdayaan dan Partisipasi Terhadap Kinerja Karyawan (Studi Pada PT. Njonja Meneer Semarang), Jurnal Studi Manajemen & Organisasi, Vol 0, No. 2, h.142

51 Sri wulandari, Efektifitas Sistem Pembinaan Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Terhadap

Tujuan Pemdinanaan, Serat Acitya, Jurnal Ilmiah UNTAG Semarang, h. 5

52

Hendirani & Nulhaqim, 2008, Pengaruh Pelatihan dan Pembinaan Dalam Menumbuhkan Jiwa Wirausaha Mitra Binaan PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia I Cabang Dumai, Jurnal kependudukan Padjadjaran, Vol 10, No. 2, h. 157


(55)

kerja guru dalam melakukan pekerjaannya dengan sungguh-sungguh dan penuh kesenangan hati yang nantinya akan dapat membuat produktivitas kerja guru memperoleh hasil yang lebih baik lagi.

C. Penelitian yang Relevan

Komunikasi merupakan sebuah objek penelitian yang menarik untuk ditelusuri, karena komunikasi adalah sebuah hal yang sangat alamiah yang ada pada kehidupan manusia sebagai makhluk sosial. Berdasarkan hasil penelusuran yang dilakukan peneliti terhadap penelitian terdahulu yang telah dilaksanakan. Maka peneliti mendapatkan pembahasan yang berkaitan dengan topik penelitian yang peneliti lakukan, berdasarkan hal itu hasil penelitian yang relevan antara lain :

1. Penelitian yang dilakukan oleh suadari Indriani yang berkaitan dengan topik komunikasi interpersonal kepala sekolah adalah berjudul “Efektifitas Komunikasi Interpersonal Kepala Sekolah (Studi di Mts Negeri Tangerang II Pamulang).” Penelitian tersebut dilakukan pada tahun 2014. Penelitian yang dilakukan pada judul ini adalah membahas atau menenkankan pada efektifitas kepala sekolah dalam komunikasi interpersonal dengan seluruh warga sekolah yang ada di Mts Negeri Tangerang II Pamulang. Pada penelitian tersebut menggunakan metodologi penelitian kualitatif dan kuantitatif dengan hasil yang digunakan adalah presentase. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti (penulis), pada fokus penelitian, peneliti tidak hanya menggambarkan fenomena komunikasi interpersonal kepala sekolah, akan tetapi juga membahas atau ingin menggambarkan fenomena komunikasi interpersonal kepala sekolah dalam membina motivasi kerja guru.

2. Selanjutnya, penelitian yang dilakukan oleh saudara Nurwansyah yang berjudul “Implementasi Komunikasi Interpersonal antara Kepala sekolah dengan Guru di SMK Prima Unggul Ciledug Kota Tangerang” Penelitian ini dilakukan pada tahun 2015. Penelitian


(56)

yang dilakukan pada judul di atas adalah menekankan pada pelaksanaan komunikasi interpersonal kepala sekolah dengan guru di SMK Prima Unggul Ciledug Kota Tangerang. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah menggunakan metode kualitatif dengan hasil deskriptif dan analisa data. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti (penulis), pada fokus penelitian yang dilakukan peneliti tidak hanya menggambarkan atau memotret fenomena komunikasi interpersonal kepala sekolah, akan tetapi juga membahas atau menggambarkan fenomena komunikasi interpersonal kepala sekolah dalam membina motivasi kerja guru.

D. Kerangka Berfikir

Kerangka berpikir merupakan sebuah ringkasan pemikiran yang dijadikan sebagai alur berpikir, hal ini dilakukan agar lebih terarah dan tidak melebar pada fokus penelitian yang telah ditetapkan yaitu pelaksanaan komunikasi interpersonal kepala sekolah dalam membina motivasi guru.

Fenomena atau kondisi nyata yang terjadi di SMK Al-Hidayah Ciputat adalah belum optimalnya pelakasanaan komunikasi interpersonal kepala sekolah, kemampuan komunikasi yang terbatas, adanya Gap yang terjadi, belum hadirnya konsep pembinaan motivasi kerja guru secara sadar dan terencana, dan kurangnya pembinaan motivasi kerja guru dalam menggunakan komunikasi interpersonal kepala sekolah.

Komunikasi interpersonal kapada setiap guru merupakan sebuah hal yang sangat penting untuk dilakukan karena dengan komunikasi yang terjadi antara kepala sekolah dengan guru dapat membina motivasi kerja guru. Pembinaan motivasi kerja guru melalui komunikasi interpersonal sering terabaikan dan dianggap hal yang tidak penting, tidak dapat dipungkiri bahwa hal ini penting untuk dilakukan. Karena pada dasarnya pelaksanaan komunikasi adalah hal yang sangat mudah dan sangat efisien untuk membina motivasi kerja guru.


(57)

Berdasarkan penjelasan di atas, bahwa terlihat adanya perbedaan antara harapan dan kenyataan yang terjadi. Hal ini menjadi sebuah hal yang harus diperbaiki guna dapat membina motivasi kerja guru. Tentunya hal ini membutuhkan cara atau strategi, antara lain : meningkatkan kompetensi atau kemampuan komunikasi interpersonal kepala sekolah, memaksimalkan fungsi pelaksanaan komunikasi interpersonal kepala sekolah, menciptakan konsep pembinaan yang dilakukan secara sadar dan terencana.


(1)

DATA GURU SMK AL-HIDAYAH CIPUTAT

NO

NAMA PEGAWAI

j/k

Bidang Studi

1

Yuli Sudarwanto, S.Pd.I

L

PENJAS

2

Siti Zubaidah, M.Pd.I

P

PRODUKTIF

3

Nawang Wulan, S.Pd

P

BAHASA JEPANG

4

Umaeroh, S.Pd.M.Si

P

PRODUKTIF

5

Tugiran, SE

L

PRODUKTIF

6

Jamaluddin, A.Md

L

KKPI

7

Sri Rahayu, M.Pd

P

IPA

8

Arsih, S.Pd

P

MATEMATIKA

9

Intan Firlianti, S.Pd

P

PRODUKTIF

10

Wahyudin, S.Pd.I

L

PAI/BTQ

11

Supardi z, S.Pd

L

B. INDONESIA

12

Muhamad Idrus, S.Pd.I

L

BAHASA INGGRIS

13

E. Hidayat, S.Pd

L

MATEMATIKA

14

Drs. Sukoco DM, M.Pd.I

L

KEWIRAUSAHAAN

15

Drs. Yasmin

L

PKN


(2)

DATA SARANA DAN PRASARANA SMK AL-HIDAYAH CIPUTAT

No Jumlah 1 1 2 40 3 1 4 40 5 1 6 40 7 1 8 1 9 1 10 40 11 40 12 1 13 40 14 1 15 1 16 1 17 40 18 1 19 1 20 40 21 1 22 40 23 1 24 40 25 1 26 1 27 1 28 1 29 2 30 1 31 1 32 40 33 40 34 1 35 1 36 40 37 40 38 40 39 1 40 40 41 1 42 40 43 40 44 1 45 1 46 40 47 1 48 1 49 40 50 40 51 1 52 1 53 40 54 1 913

Papan Tulis XI AP2 Laik

Total

Meja Guru XI AP2 Laik

Kursi Siswa XI AP2 Laik

Meja Siswa XI AP2 Laik

Kursi Guru XI AP2 Laik

Papan Tulis XII AP1 Laik

Kursi Siswa XII AP1 Laik

Meja Siswa XII AP1 Laik

Meja Guru XII AP1 Laik

Papan Tulis XI AP1 Laik

Kursi Guru XII AP1 Laik

Kursi Siswa XI AP1 Laik

Kursi Siswa XI AP1 Laik

Meja Siswa XI AP1 Laik

Meja Guru XI AP1 Laik

Meja Siswa XI PM Laik

Papan Tulis XI PM Laik

Kursi Guru XI PM Laik

Kursi Siswa XI PM Laik

Kursi Guru XII PM Laik

Meja Guru XI PM Laik

Kursi Siswa XII PM Laik

Meja Siswa XII PM Laik

Meja Guru XII PM Laik

Papan Tulis XII PM Laik

Komputer TU Ruang TU Laik

Printer TU Ruang TU Laik

Kursi TU Ruang TU Laik

Meja TU Ruang TU Laik

Meja Siswa X AP2 Laik

Meja Guru X AP2 Laik

Kursi Siswa X AP2 Laik

Papan Tulis X AP2 Laik

Kursi Siswa X PM Laik

Kursi Guru X AP2 Laik

Papan Tulis X PM Laik

Kursi Guru X PM Laik

Meja Guru X PM Laik

Meja Siswa X PM Laik

Kursi Guru X AP1 Laik

Papan Tulis X AP1 Laik

Meja Guru X AP1 Laik

Meja Siswa X AP1 Laik

Kursi Siswa X MM Laik

Kursi Siswa X AP1 Laik

Papan Tulis X MM Laik

Kursi Guru X MM Laik

Meja Siswa X MM Laik

Meja Guru X MM Laik

Kursi Siswa XII AP2 Laik

Meja Guru XII AP2 Laik

Meja Siswa XII AP2 Laik

Kursi Guru XII AP2 Laik

Jenis Sarana Letak Keterangan


(3)

(4)

(5)

(6)