Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Gaya Bahasa Pekerja Seks : Analisa Gaya Bahasa, Kode, dan Simbol PSK Kota Semarang T1 362010062 BAB V

BAB 5
PENUTUP
Pada bab ini berisi keseluruhan kesimpulan dan saran.
5.1 Kesimpulan
Interaksi antara PSK kota lama Semarang dan pelanggan ternyata tidak
dibedakan secara spesifik antara pelanggan yang baru dan yang lama. Namun
demikan terdapat gaya bahasa, kode dan simbol yang dipakai dalam berinteraksi, hal
ini terdapat pada kata kata; ngamar yang artinya ajakan untuk bercinta atau
menggunakan jasa mereka, ngomprong congor (merokok), ciblek (PSK), karaoke
(oral seks), ngoce (bercerita) buka dasar (baru datang untuk mulai bekerja), serangan
fajar (waktu PSK kerja yang telah selesai).
Selain itu gaya bahasa yang digunakan oleh para PSK di Kota Lama bukan
hanya sekedar bahasa yang dipahami oleh PSK saja tetapi juga oleh masyarakat di
Semarang secara umumnya sebagai bahasa Jawa Gaul (slank). Sehingga para PSK
atau pun pelanggan dan masyarakat awam yang tidak berasal dari Semarang pun
memahami arti kata yang digunakan oleh para PSK dalam berinteraksi transaksional.
5.2 Saran
1. Kepada Peneliti Selanjutnya


Penelitian selanjutnya dapat melihat bagaimana Personal Interaksi antara PSK

dengan pelanggan di Kota Lama dan tempat prostitusi lainnya.



Bisa

juga

melihat

bagaimana

ilmu

komunikasi

digunakan

merepresentasi stereotype masyarakat terhadap keberadaan PSK.
43


dalam

2. Kepada Fakultas


Agar dapat mempertajam analisa mahasiswa dalam mata kuliah seperti
Gender dan semiotika khususnya yang terkait pemaknaan simbol sebagai
bentuk interaksi sosial. Sehingga pemahaman seorang mahasiswa dapat lebih
terbuka, dan tidak saling mendiskreditkan suatu bentuk pekerjaan.

3. Kepada Masyarakat
Seorang PSK memang terlihat negatif secara norma masyarakat,
namun apa yang menjadi alasan mereka melakukan hal itu patut kita hargai.
Setiap individu memiliki cara masing-masing untuk menjalani dan bertahan
dalam proses kehidupannya. Begitu banyak cara seperti salah satunya menjadi
seorang Pekerja Seks. Harus disadari bahwa masyarakat masih menilai
pekerjaan ini adalah pekerjaan yang berkonotasi negatif. Namun ketika tidak
ada rasa saling merugikan antara masyarakat dengan penghuni kota lama
Semarang maka kehidupan orang di dalamnya akan berjalan dengan baik.

Proses saling menghargai akan profesi masing-masing adalah hal dasar,
namun sulit terwujud, namun sangat perlu diupayakan.

44