PENGARUH PEMBELAJARAN RECIPROC, KOOPERATIF TIPE NHT, DAN LANGSUNG TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS SISWA SMP.

(1)

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN ... PERNYATAAN …………... ABSTRAK ... KATA PENGANTAR ... UCAPAN TERIMA KASIH ... DAFTAR ISI ... DAFTAR TABEL ... DAFTAR GAMBAR ... DAFTAR LAMPIRAN ...

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ... B. Rumusan Masalah ... C. Tujuan Penelitian ... D. Manfaat Penelitian ... E. Definisi Operasional …...

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Pemahaman Matematis ... B. Pembelajaran Reciproc (Reciprocal Teaching) ... C. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) ...

i ii iii iv v vii xi xiii xiv

1 8 9 9 9

12 14 19 Halaman


(2)

D. Pembelajaran Langsung (Direct Intruction) ... E. Analisis Pembelajaran Reciproc, Pembelajaran

Kooperatif tipe NHT, dan Pembelajaran Langsung (Direct Instruction) ... F. Hipotesis ...

BAB III METODE PENELITIAN

A. Disain Penelitian ... B. Tempat dan Waktu Penelitian ... C. Subjek Penelitian …... D. Variabel Penelitian ………... E. Instrumen Penelitian ……...

1. Analisis Reliabilitas Tes ……... 2. Analisis Validitas Tes ... 3. Analisis Daya Pembeda ... 4. Analisis Tingkat Kesukaran ... F. Bahan Ajar ... G. Teknik Pengumpulan Data ... G. Teknik Pengolahan Data ... H. Prosedur Penelitian ...

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ... 27

31 32

34 35 35 36 36 39 40 42 44 47 48 49 50


(3)

1. Pengolahan Data Kuantitatif ... 1.1. Analisis Skor Awal (UTS) ……….. 1.2. Analisis Kemampuan Pemahaman Matematis ... 2. Pengolahan Data Kualitatif ... 2.1. Sikap Siswa Ketiga Kelas Eksperimen ...

2.2. Aktivitas Siswa Ketiga Kelas ……….

2.3. Penilaian Pengjaran Guru selama Penelitian ….. B. Pembahasan ...

1. Analisis Model Pembelajaran Reciproc(PR) tehadap Model Pembelajaran Kooperatif tipe NHTdan

Langsung (PL) ……….

a. Peringkat rerata PR lebih tinggi dibandingkan

peringkat rerata NHT ………...

b. Peringkat rerata PR lebih tinggi dibandingkan

peringkat rerata PL ………...

2. Analisis Model Pembelajaran Kooperatif tipe NHTdenganModel Pembelajaran Langsung (PL)

………

3. Sikap Siswa ………...

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... B. Saran ...

53 53 58 66 66 73 75 76

76

76

78

80 81

82 83 84


(4)

DAFTAR PUSTAKA ... LAMPIRAN ... RIWAYAT HIDUP ...

87 232 ix


(5)

Halaman Tabel DAFTAR TABEL 2.1. 2.2. 3.1. 3.2. 3.3. 3.4. 3.5. 3.6. 3.7. 3.8. 3.9. 3.10. 3.11. 3.12. 4.1. 4.2. 4.3. 4.4. 4.5. 4.6.

Indikator Pemahaman Matematis dan Indikator Materi ... Analisis Ketiga Model Pembelajaran dalam Penelitian ... Kisi-kisi Soal Kemampuan Pemahaman Matematis ... Kriteria Penskoran Kemampuan Pemahaman Matematis ... Klasifikasi Koefisien Reliabilitas ... Rekapitulasi Reliabilitas Butir Soal ... Klasifikasi Koefisien Validitas ... Rekapitulasi Validitas Butir Soal ... Kriteria Penafsiran Daya Pembeda ... Analisis Daya Pembeda dan Kriteria ... Kriteria Penafsiran Tingkat Kesukaran ... Analisis Tinakat Kesukaran dan Kriteria ... Kategori ungkapan kata-kata Skala Likert ... Kriteria Interpretasi Skor Skala Likert ... Statistik Deskriptif Skor Awal (UTS) ... Hasil Uji Normalitas Kemampuan Awal ... Rekapitulasi Uji Normalitas Kemampuan Awal ketiga kelas ... Hasil Uji Homogenitas Kemampuan Awal ... Hasil Uji ANOVA Satu-Jalur ... Statistik Deskriptif Skor Tes Akhir (Postes) ...

13 32 37 38 40 40 41 42 43 44 44 45 46 47 54 55 56 56 57 58 x


(6)

4.7. 4.8.

4.9. 4.10. 4.11. 4.12. 4.13. 4.14. 4.15.

4.16.

Hasil uji NormalitasKemampuan Pemahaman Matematis... Rekapitulasi Uji Normalitas Kemampuan Pemahaman Matematis Ketiga Kelas ... Hasil Uji ANOVA Satu-Jalur ... Multiple Comparisons ... Peringkat (Rank) ... Hasil uji Kruskal-Wallis ... Nilai Perbedaan Absolute (Mutlak) …... Rekapitulasi Skala Sikap Kelas Pembelajaran Reciproc(PR) …… Rekapitulasi Skala Sikap Kelas Pembelajaran Kooperatif tipe NHT (NHT) ... Rekapitulasi Skala Sikap Kelas Pembelajaran Langsung (PL) ...

59

60 60 61 62 63 65 68

70 72 xi


(7)

Veny Triana Andika Sari, 2012

Halaman Gambar

DAFTAR GAMBAR

2.1.

3.1.

Dampak instruksional dan pengiring dari Model Pengajaran

Langsung ………..

Bagan Prosedur Penelitian ... 29 52 Gambar


(8)

Halaman Gambar DAFTAR LAMPIRAN A.1 A.2 A.3 A.4 A.5 B.1 B.2 B.3 B.4 C.1 C.2 C.3 C.4 C.5 D.1 D.2 D.3 D.4 D.5

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Untuk PembelajaranReciproc

………...

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Untuk Pembelajaran

Kooperatif tipe NHT ………

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Untuk Pembelajaran

Langsung ……….

Lembar Kerja Siswa (LKS) Untuk Pembelajaran Reciproc ……… Lembar Kerja Siswa (LKS) Untuk Pembelajaran Kooperatif tipe

NHT ……….

Daftar Nama Siswa ………..

Lembar Observasi Siswa ……….

Lembar Observasi Guru ………..

Jadwal Kegiatan Pembelajaran ………

Kisi-kisi Skala Sikap ………

Lembar Skala Sikap ………

Kisi-kisi Soal Kemampuan Pemahaman Matematis ……… Lembar Soal Kemampuan Pemahaman Matematis ………. Penskoran Soal Kemampuan Pemahaman Matematis ……… Analisis Daya Pembeda (DP) dan Tingkat Kesukaran (TK) …….. Perhitungan Daya Pembeda (DP) Butir Soal Kemampuan

Pemahaman Matematis ………

Perhitungan Tingkat Kesukaran (TK) Butir Soal Kemampuan

Pemahaman Matematis ………

Analisis Reliabilitas Soal Kemampuan Pemahaman Matematis ….

88 98 108 118 133 147 150 156 162 168 169 171 176 178 182 183 184 185 186 Lampiran


(9)

D.7 D.8 D.9 E.1 E.2 E.3 E.4 E.5 E.6 F.1 F.2 F.3 F.4 G.1 G.2 G.3

Rekapitulasi Reliabilitas Soal Kemampuan Pemahaman Matematis Analisis Validitas Soal Kemampuan Pemahaman Matematis ……. Perhitungan Validitas Soal Kemampuan Pemahaman Matematis ... Rekapitulasi Validitas Soal Kemampuan Pemahaman Matematis .. Rekapitulasi Skor & Nilai Awal (UTS) Ketiga Kelas Eksperimen . Rekapitulasi Skor & Nilai Akhir (Postes) Ketiga Kelas

Eksperimen ………..

Analisis Skala Sikap Ketiga Kelas Eksperimen ……….. Rekapitulasi Penilaian Skala Sikap Ketiga Kelas Eksperimen …… Rekapitulasi Penilaian Aktivitas Siswa ………... Rekapitulasi Penilaian Guru Selama Penelitian ……….. Perhitungan Uji Normalitas dan Homogenitas Skor dari Nilai Awal (UTS) menggunakan program SPSS 16.0 ……….. Perhitungan Uji ANOVA satu-jalur menggunkan program SPSS 16.0 ... Perhitungan Uji Normalitas dan Homogenitas Skor dari Nilai Akhir (Postes) menggunakan program SPSS 16.0 ……….. Perhitungan Uji Non-Parametrik dengan Uji

Kruskal-Wallismenggunakan program SPSS 16.0

………..

Dokumentasi Ketiga Kelas Eksperimen ………..

Surat-surat ………

Tabel-tabel ………...

189 190 192 194 195 202 208 211 215 218 219 220 222 225 228 230 xiv


(10)

(11)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Matematika merupakan ilmu dasar yang memiliki peranan penting dalam proses kehidupan manusia. Dapat dikatakan bahwa perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini dilandasi oleh matematika. Hal ini sesuai dengan pernyataan Suherman, dkk. (2003: 25) bahwa matematika tumbuh dan berkembang sebagai penyedia jasa layanan untuk pengembangan ilmu-ilmu yang lain sehingga pemahaman konsep suatu materi dalam matematika haruslah ditempatkan pada prioritas yang utama.

Mata pelajaran matematika diberikan kepada siswa untuk membekali kemampuan berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif. Selain itu, mata pelajaran matematika juga membekali siswa untuk memiliki kemampuan bekerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan agar siswa dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif (Depdiknas, 2006).

Departemen Pendidikan Nasional (2007) menyatakan ada beberapa aspek yang perlu dikembangkan dalam pembelajaran matematika, diantaranya adalah pemahaman matematis, pemecahan masalah, serta penalaran dan komunikasi. Pemahaman matematis dapat dikatakan sebagai fondasi dalam mengembangkan pembelajaran matematika. Pernyataan tersebut sesuai dengan pendapat O’Connell (2007: 18) yang menyatakan bahwa dengan pemahaman


(12)

matematis, siswa akan lebih mudah dalam memecahkan permasalahan karena siswa akan mampu mengaitkan serta memecahkan permasalahan tersebut dengan berbekal konsep yang sudah dipahaminya.

Kemampuan siswa dalam bernalar serta berkomunikasi juga akan lebih baik jika siswa mempunyai pemahaman matematis yang baik karena menurut Arends (2007: 322) konsep adalah dasar untuk berpikir dan berkomunikasi, sehingga dengan adanya pemahaman matematis siswa tidak hanya akan sekedar berkomunikasi tetapi siswa akan berkomunikasi secara baik dan benar karena mereka mempunyai pemahaman tentang konsep yang mereka komunikasikan. Sebaliknya, jika pemahaman matematis masih kurang maka siswa akan cenderung mengalami kesulitan dalam melakukan pemecahan masalah ataupun dalam bernalar serta mengkomunikasikan suatu konsep.

Menyadari pentingnya pemahaman matematis dalam pembelajaran matematika, maka pembelajaran matematika perlu direncanakan sedemikian rupa sehingga pada akhir pembelajaran, siswa bisa memahami konsep yang dipelajarinya. Hal tersebut sesuai dengan salah satu tujuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) untuk mata pelajaran matematika di tingkat Sekolah Menengah Pertama yaitu agar siswa memiliki kemampuan memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antara konsep dan mengaplikasikan konsep atau alogaritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah. Jika tujuan KTSP tersebut dapat diterapkan maka siswa sudah memiliki kemampuan pemahaman matematis.


(13)

Adapun indikator yang menunjukkan pemahaman matematis menurut Skemp (dalam Sumarmo, 2000) dibedakan menjadi dua jenis, yaitu pemahaman instrumental dan relasional. Pemahaman instrumental adalah menghafal sesuatu secara terpisah atau dapat menerapkan sesuatu pada perhitungan sederhana dan mengerjakan sesuatu secara alogaritmatik. Pemahaman relasional adalah kemampuan mengaitkan beberapa konsep yang saling berhubungan, meliputi mengaitkan antara konsep yang satu dengan konsep lainnya, menginterpretasi grafik atau gambar, mengabstraksi pernyataan verbal ke formula atau simbol matematika dan kemahiran siswa menggunakan strategi untuk menyelesaikan soal.

Pemahaman matematis siswa dapat ditingkatkan melalui berbagai cara, salah satunya dengan menerapkan model pembelajaran yang dinilai efektif dalam menunjang pembelajaran. Pembelajaran yang dinilai efektif dapat terlaksana jika setiap pengajar mampu mengetahui, memahami, memilih, dan menerapkan model pembelajaran yang dinilai efektif sehingga dapat menciptakan suasana kelas yang kondusif dalam menunjang proses pembelajaran yang optimal.

Wahyudin (2008: 394) menyatakan upaya menjadikan matematika bermakna serta dapat diterapkan bagi para siswa memerlukan restrukturisasi yang secara praktis bersifat mendasar pada seluruh aspek pengajaran, seperti: materi kurikulum, lingkungan belajar, tanggung jawab guru, dan metodologi-metodologi untuk menyelenggarakan assessment terhadap pemahaman matematis para siswa. Salah satu metodologi pembelajaran yang baik untuk


(14)

menjadikan matematika bermakna adalah membiarkan siswa yang melakukan pembelajaran mandiri dengan cara saling berdiskusi antara siswa, sehingga siswa lebih memahami pembelajaran matematika.

Higgins (dalam O’Connell, 2007: 85) menyatakan bahwa siswa akan lebih dapat memahami dan memaknai konsep yang menjadi tujuan pembelajaran jika dalam proses pembelajaran yang berlangsung siswa melakukan kegiatan berdiskusi, saling menjelaskan, dan berelaborasi. Dewey (Oxford, 1997) juga menyatakan bahwa konsep akan dapat dipahami siswa jika konsep tersebut dikonstruksikan sendiri oleh siswa melalui pembelajaran dalam suatu kelompok sehingga siswa akan melakukan proses sosial. Proses sosial yang terjadi pada setiap kelompok tersebut menjadikan pembelajaran matematika yang aktif, karena Wahyudin (2008) menyatakan pembelajaran matematika yang pasif memiliki kemungkinan besar mengalami kegagalan.

Berkaitan dengan uraian di atas maka inovasi-inovasi dalam pembelajaran matematika haruslah menciptakan siswa aktif dalam proses pembelajaran sehingga memunculkan kemampuan pemahaman matematis siswa, sesuai pernyataan Furner (2007) bahwa cara penyampaian materi bisa berpengaruh pada pemahaman konsep atau matematis siswa. Dalam hal ini, peneliti dituntut untuk memilih bentuk pengalaman belajar siswa yaitu metode, media, situasi kelas, dan segala sesuatu yang mendukung keberhasilan proses pembelajaran sehingga proses pembelajaran berlangsung efektif dan tujuan pembelajaran dapat tercapai.


(15)

Model pembelajaran yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah pembelajaran reciproc (reciprocal teaching). Menurut Palinscar and Brown (1986) bahwa reciprocal teaching dapat meningkatkan kemampuan pemahaman matematis siswa. Sehingga, reciprocal teaching merupakan salah satu model pembelajaran yang diduga kuat bisa mengembangkan kemampuan pemahaman matematis siswa.

Reciprocal teaching merupakan salah satu model pembelajaran yang dilaksanakan melalui proses belajar mandiri dan siswa mampu menyajikannya di depan kelas. Hal ini sesuai dengan pendapat Palincsar (1986) bahwa model reciprocal teaching menggunakan empat strategi, yaitu membuat pertanyaan (question generating), mengklarifikasi istilah-istilah yang sulit dipahami (clarifying), memprediksi materi lanjutan (predicting), dan merangkum (summarizing). Menurut Pannen (dalam Suyitno, 2006), melalui model pembelajaran reciprocal ini siswa dapat mengembangkan kemauan belajar mandiri, siswa memiliki kemampuan mengembangkan pengetahuannya sendiri dan guru berperan sebagai fasilitator, mediator, dan manager dalam proses pembelajaran. Sehingga siswa diharapkan dapat meningkatkan pemahaman konsep matematika mereka sendiri.

Siswapun mampu mengembangkan langkah-langkah dalam reciprocal teaching seperti mengkaji dan menyelidiki materi yang dibahas secara mandiri sehingga hasil yang diperoleh akan bermakna sehingga tidak mudah dilupakan oleh siswa. Kemandirian dalam pembelajaran reciprocal, tidak diartikan bahwa siswa harus selalu mengkonstruksi konsep secara individual, tetapi


(16)

mereka dapat mendiskusikan materi tersebut dengan siswa lainnya. Dengan mengkaji materi yang dipelajari secara mandiri, pengertian siswa tentang suatu konsep merupakan pengertian yang benar-benar dipahami oleh siswa.

Selain pembelajaran reciproc (reciprocal teaching), model pembelajaran kooperatif (cooperative learning) diduga dapat memunculkan kemampuan pemahaman matematis karena pembelajaran kooperatif salah satu pembelajaran kelompok yang mendorong siswa untuk aktif berdiskusi, agar siswa saling bertukar pendapat atau ide, sehingga dapat menghubungkan konsep satu dengan konsep yang lainnya. Model-model pembelajaran kooperatif telah terbukti efektif di kelas heterogen (Wahyudin, 2008: 405).

Model pembelajaran kooperatif mempunyai beberapa teknik, diantaranya pembelajaran kooperatif tipe Student-Teams Achievement Devision (STAD), Group Investigation, Jigsaw dan pembelajaran kooperatif tipe NHT. Dari ketiga teknik pembelajaran kooperatif tersebut, teknik yang paling sederhana untuk kelompok kelas yang heterogen menurut beberapa pernyataan buku model-model pembelajaran dan penulis memilih model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Number-Heads-Together (NHT) adalah teknik belajar mengajar kepala bernomor yang dikembangkan oleh Kagan (1992). Teknik ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat; mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerjasama mereka; serta dapat digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan pendidikan formal. Oleh karena itu, dalam penelitian ini pembelajaran


(17)

kooperatif tipe NHT dipilih peneliti sebagai pembelajaran yang akan dibandingkan dengan pembelajaran reciproc dalam mengembangkan kemampuan pemahaman matematis siswa.

Dari model pembelajaran reciproc dan model kooperatif tipe NHT yang dijabarkan di paragaraf sebelumnya, model pembelajaran lainnya yang dianggap dapat memunculkan kemampuan pemahaman matematis pada siswa adalah pembelajaran langsung (direct instruction). Pembelajaran tersebut merupakan pembelajaran langsung yang berpusat kepada guru. Guru menjelaskan suatu materi dalam kelompok besar, kemudian menguji pemahaman siswa dengan praktik atau latihan ke depan kelas dibawah bimbingan guru, dan siswa melanjutkan praktik atau latihan di tempat duduk mereka masing-masing di bawah bimbingan guru.

Pengajaran langsung merupakan suatu model pembelajaran yang kegiatannya terfokus pada aktivitas akademik. Di dalam implementasi kegiatan pembelajaran guru melakukan kontrol yang ketat terhadap kemajuan belajar siswa, pendayagunaan waktu serta iklim kelas, pemberian arahan dan pengembangan model pembelajaran langsung ini terutama dilakukan ketika guru menjelaskan tentang tugas-tugas belajar dan materi pelajaran (Jihad, 2008). Dengan demikian pembelajaran tersebut juga diduga dapat mengembangkan kemampuan pemahaman matematis.

Berdasarkan penjelasan di atas tentang tiga model pembelajaran yang diduga dapat meningkatkan kemampuan pemahaman matematis. Selain dapat meningkatkan pemahaman, model pembelajaran reciproc sebagai pembanding


(18)

model pembelajaran kooperatif tipe NHT karena kedua model pembelajaran tersebut sama-sama menggabungkan beberapa siswa menjadi satu kelompok, sedangkan model pemebelajaran langsung (direct instruction) dalam proses pembelajarannya mengecek pemahaman siswa dengan menyuruh beberapa siswa untuk mempresentasikannya di depan kelas sama seperti dua model pembelajaran sebelumnya yaitu model pembelajaran reciproc dan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.

Oleh karena itu, peneliti tertarik ingin mengetahui perbedaan dan model pembelajaran mana yang memiliki pengaruh lebih baik terhadap kemampuan pemahaman matematis dengan melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Pembelajaran Reciproc, Kooperatif tipe NHT, dan Langsung terhadap Kemampuan Pemahaman Matematis Siswa SMP”.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah terdapat perbedaan kemampuan pemahaman matematis antara siswa yang belajar dengan model pembelajaran reciproc, model pembelajaran kooperatif tipe NHT, dan model pembelajaran langsung? 2. Jika terdapat perbedaan, manakah dari model pembelajaran reciproc,

model pembelajaran kooperatif tipe NHT, dan model pembelajaran langsung yang memiliki pengaruh lebih baik terhadap kemampuan pemahaman matematis siswa?


(19)

3. Bagaimana sikap siswa terhadap model pembelajaran reciproc, model pembelajaran kooperatif tipe NHT, dan model pembelajaran langsung ?

C. Tujuan Penelitian

Sejalan dengan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka secara umum penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui perbedaan pembelajaran reciproc, kooperatif tipe NHT, dan langsung terhadap kemampuan pemahaman matematis siswa SMP.

2. Mengetahui model pembelajaran yang lebih baik dalam meningkatkan kemampuan pemahaman matematis siswa SMP.

3. Mengetahui sikap siswa terhadap pembelajaran reciproc, kooperatif tipe NHT, dan langsung.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi guru dalam memilih model pembelajaran yang tepat untuk digunakan dalam usahanya mengembangakan kemampuan pemahaman matematis siswa, kreativitas siswa dalam membuat soal-soal matematika, melatih siswa mengkaji dan menggeneralisasi atau menyimpulkan materi yang dipelajari.

E. Definisi Operasional

Agar tidak terjadi kesalahpahaman pengertian dalam penelitian ini, maka beberapa istilah yang terkait didefinisikan sebagai berikut:


(20)

1. Kemampuan pemahaman matematis adalah kemampuan siswa untuk menyatakan ulang sebuah konsep; mengklasifikasi objek-objek menurut sifat-sifat tertentu (sesuai dengan konsepnya); menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi; dan mengaplikasikan konsep atau algoritma pemecahan masalah.

2. Reciprocal teaching merupakan model pembelajaran yang dilakukan dengan mengelompokkan siswa menjadi kelompok-kelompok kecil yang masing-masing kelompok terdiri dari 4-5 orang siswa, yang diawali dengan tugas membaca bahan ajar oleh siswa dan dilanjutkan dengan melaksanakan empat kegiatan yaitu: mengerjakan LKS yang diberikan kepada masing-masing kelompok; membuat pertanyaan; memberikan penjelasan; pembahasan dalam kelompok dipimpin oleh siswa. Sedangkan guru berperan sebagai fasilitator dan pembimbing dalam menyimpulkan materi yang telah dibahas.

3. Cooperative learning tipe Numbered-Heads-Together (NHT) merupakan model pembelajaran berkelompok, setiap kelompok terdiri dari tiga sampai lima siswa dan memiliki kemampuan akademik yang berbeda, dengan langkah awal guru melakukan presentasi dalam kelas yang berkaitan dengan pokok-pokok materi yang akan dipelajari serta penjelasan tentang teknik pembelajaran yang akan digunakan. Kemudian dilanjutkan dengan melaksanakan empat kegiatan yaitu: siswa mempelajari materi dan mengerjakan LKS, berdiskusi secara berkelompok; guru melakukan evaluasi dengan memanggil nomor siswa secara acak pada salah satu


(21)

kelompok untuk menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru; dan guru memberikan penghargaan kepada siswa yang menjawab benar.

4. Direct instruction (Pembelajaran Langsung) merupakan model pembelajaran yang secara langsung dijelaskan secara menyeluruh oleh guru sehingga dikatakan pembelajaran yang berpusat kepada guru. Langkah-langkah dalam penelitian, guru menyampaikan tujuan pembelajaran; memberikan motivasi siswa; memulai mempresentasikan materi yang dipelajari; siswa diberikan latihan untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan; guru mengecek pemahaman siswa dengan membahas latihan yang telah diberikan; dan siswa diberikan latihan mandiri (tugas di rumah).


(22)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Disain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Disain penelitian ini adalah disain kuasi eksperimen berbentuk disain kelompok kontrol hanya postes (post-test only control group), sebanyak 3 kelompok. Kelompok pertama belajar menggunakan pembelajaran reciprocal teaching (PR), kelompok kedua belajar menggunakan pembelajaran cooperative tipe NHT (NHT), dan kelompok ketiga belajar menggunakan pembelajaran langsung (PL).

Dalam pelaksanaannya sebelum melakukan penelitian, ketiga kelas dipastikan mempunyai kemampuan awal yang sama, dengan melakukan uji kesamaan rerata. Skor awal tersebut diperoleh dari skor ujian tengah semester (UTS) ketiga kelas, dan peneliti percaya akan validitas serta reliabilitas soal UTS kepada guru bidang studi matematika di sekolah tersebut. Dikarenakan kompetensi guru tersebut dalam membuat soal-soal matematika sudah teruji. Berikut ilustrasi disain penelitiannya:

X1 O --- X2 O ---

X3 O (Ruseffendi, 2005: 49) Keterangan:

X1 = kelompok pertama dengan pembelajaran reciprocal teaching (PR) X2 = kelompok kedua dengan pembelajaran cooperative tipe NHT (NHT)


(23)

X3 = kelompok ketiga dengan pembelajaran langsung (PL)

O = postes (tes akhir) kemampuan pemahaman matematis dan skala sikap dari model pembelajaran masing-masing kelas

---- = subjek tidak dipilih secara acak

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 37 Bekasi, Jalan Padi Raya Perum Deptan Kaliabang Tengah – Bekasi Utara. Penelitian dilaksanakan pada semester genap, pada awal Mei sampai pertengahan Mei tahun pelajaran 2011 – 2012 tepatnya pada tanggal 01 – 21 Mei 2012.

C. Subjek Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII yang terdiri dari enam kelas di SMP Negeri 37 Bekasi yang terdaftar sebagai siswa di semester genap pada tahun 2011/2012 dengan jumlah keseluruhan siswa kelas VIII 320 orang. Untuk sampel, peneliti memilih tiga kelas dari enam kelas yang ada dengan ketentuan kemampuan siswa yang heterogen, artinya siswa dalam satu kelas terdiri dari siswa yang mempunyai kemampuan akademik tinggi, sedang, dan rendah.

Peneliti memilih kelas VIII dikarenakan siswa kelas VIII SMP sudah cukup beradaptasi sebagai siswa SMP dibanding kelas VII SMP. Selain itu beban belajar siswa kelas VIII SMP masih tidak terlalu berat dibanding kelas


(24)

IX SMP yang harus mempersiapkan diri untuk Ujian Nasional (UN). Teknik pengambilan sampel yang peneliti lakukan adalah kuasi eksperimen.

D. Variabel Penelitian

Penelitian ini memuat empat variabel terdiri dari tiga variabel bebas dengan perlakuan berbeda serta memuat variabel terikat, diantaranya sebagai berikut:

1. Variabel bebas 1: Pembelajaran reciproc yang diterapkan kepada siswa kelas eksperimen pertama.

2. Variabel bebas 2: Pembelajaran kooperatif tipe NHT yang diterapkan kepada siswa kelas eksperimen kedua.

3. Variabel bebas 3: Pembelajaran langsung (direct instruction) yang diterapkan kepada siswa kelas eksperimen ketiga.

4. Variabel terikat : Kemampuan pemahaman matematis.

E. Instrumen Penelitian

Variabel terikat yang digunakan dalam penelitian ini memuat satu aspek kognitif. Aspek kognitif dalam penelitian yaitu kemampuan pemahaman matematis siswa, menggunakan tes. Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah postes (tes akhir). Tes yang digunakan berbentuk uraian, dengan maksud untuk melihat proses pengerjaan siswa agar dapat diketahui kemampuan pemahaman matematis baik siswa yang belajar dengan model pembelajaran reciproc, siswa yang belajar dengan model pembelajaran


(25)

kooperatif tipe nht, maupun siswa yang belajar dengan model pembelajaran langsung. Sebelum soal tes disusun, kisi-kisi soal dibuat terlebih dahulu, seperti pada tabel di bawah ini:

Tabel 3.1

Kisi-kisi Soal Kemampuan Pemahaman Matematis

Aspek Indikator Pemahaman

Matematis

Indikator Materi Kubus dan Balok

No. Butir Soal

Instrumental

1. Menyatakan ulang

sebuah konsep.

a. Menentukan

diagonal sisi dari sebuah kubus.

b. Menentukan

rusuk yang saling sejajar dari sebuah balok.

c. Menghitung luas

permukaan balok. 1 2 5 2. Mengklasifikasi objek-objek menurut sifat-sifat tertentu (sesuai dengan konsep) Menunjukkan jaring-jaring kubus. 3 Relasional

1. Menyajikan konsep

dalam berbagai bentuk representasi matematis.

a. Menjelaskan

konsep dasar dari kubus dan balok.

b. Membuat

jaring-jaring balok. 6 4 2. Mengaplikasikan konsep atau alogaritma pemecahan masalah. a. Menghitung panjang diagonal ruang jika luas permukaan kubus diketahui. b. Memecahkan masalah aplikasi yang berkaitan dengan volume balok jika luas alas dan panjang diagonal ruang diketahui.

7

8

Selanjutnya dengan menentukan kriteria penskoran yang akan digunakan untuk mengukur kemampuan pemahaman matematis siswa.


(26)

Kriteria penskoran, untuk tes pemahaman berpedoman pada Holistics Scoring Rubics yang dikemukakan oleh Cai, Lane, dan Jakcobsin (dalam Setiadi, 2010), sebagai berikut:

Tabel 3.2

Kriteria Penskoran Kemampuan Pemahaman Matematis

Skor Kriteria Jawaban dan Alasan

4 Menunjukkan kemampuan pemahaman konsep dan prinsip terhadap soal matematika secara lengkap, penggunaan istilah dan notasi secara tepat, penggunaan alogaritma secara lengkap dan benar.

3 Menunjukkan kemampuan pemahaman konsep dan prinsip terhadap soal matematika hampir lengkap, penggunaan istilah dan notasi hampir benar, penggunaan alogaritma secara lengkap, perhitungan secara umum benar, namun mengandung sedikit kesalahan.

2 Menunjukkan kemampuan pemahaman konsep dan prinsip terhadap soal matematika kurang lengkap dan perhitungan masih terdapat sedikit kesalahan.

1 Menunjukkan kemampuan pemahaman konsep dan prinsip terhadap soal matematika sangat terbatas dan sebagian besar jawaban masih mengandung perhiungan yang salah.

0 Tidak ada jawaban, kalaupun ada tidak menunjukkan kemampuan pemahaman konsep dan prinsip terhadap soal matematika.

Instrumen penelitian ini berupa tes tertulis pada pokok bahasan kubus dan balok berbentuk soal uraian yang terdiri dari 8 butir soal dengan skor maksimal 4 setiap butir soal. Skor total siswa jika menjawab benar seluruh soal adalah 32, sedangkan perhitungan dari skor ke nilai guna kepentingan kelengkapan penilaian guru bidang studi sekolah tersebut terhadap kepada siswa yang bersangkutan yaitu Nilai = � � ℎ �

� × 10.

Agar memenuhi syarat sebagai instrumen yang baik, soal tes diujicobakan terlebih dahulu kepada siswa yang sudah mendapat materi yang


(27)

Negeri 14 Bekasi kelas X. Hasil ujicoba tersebut untuk mengetahui reliabilitas, validitas, indeks kesukaran, dan daya pembeda, sebagai berikut: 1. Analisis Reliabilitas Tes

Untuk mengukur sejauh mana suatu alat ukur memberikan gambaran yang benar-benar dapat dipercaya tentang kemampuan seseorang maka dilakukan uji reliabilitas. Tes yang diujikan berbentuk uraian perhitungan reliabilitas tes dapat digunakan rumus Cronbach’s Alpha, yaitu:

11 = 1 (1−

2 =1

2 )

(Sundayana, 2010: 70) dengan:

r11 : reliabilitas instrumen, n : banyaknya butir soal (item),

2

: jumlah variansi skor butir soal,

2

: variansi skor total.

Kemudian dari hasil perhitungan derajat reliabilitas soal diinterpretasikan dengan menggunakan klasifikasi derajat reliabilitas pada Tabel 3.3, berikut:

Tabel 3.3

Klasifikasi Koefisien Reliabilitas

Besarnya �� Interpretasi

0,00 ≤ 11< 0,20 sangat rendah

0,20 ≤ 11 < 0,40 Rendah

0,40 ≤ 11 < 0,60 sedang / cukup

0,60≤ 11 < 0,80 Tinggi

0,80 ≤ 11 ≤ 1,00 sangat tinggi


(28)

Perhitungan reliabilitas didapat dari 8 butir soal yang diujicobakan pada siswa yang sudah mendapat materi kubus dan balok. Perhitungan skor setiap siswa dapat dilihat pada lembar lampiran. Berikut tabel rekapitulasi reliabilitas:

Tabel 3.4

Rekapitulasi Reliabilitas Butir Soal No. Butir

Soal

Jumlah Skor

Butir Soal Si ∑Si St

r-hitung

r-tabel

Interpretasi Reliabilitas

1 152 1,245

9.771 61.448 0.961 0.291 Reliabilitas Sangat Tinggi

2 156 1,043

3 152 1,314

4 127 1,079

5 149 1,233

6 144 0,582

7 153 0,967

8 144 1,204

Hasil rekapitulasi reliabilitas terlihat r-hitung lebih besar dari r-tabel yaitu 0,961 , sehingga menunjukkan reliabilitas sangat tinggi.

2. Analisis validitas tes

Pengujian validitas untuk tes yang digunakan dalam penelitian berupa uraian, maka untuk mengukur validitas butir soal digunakan rumus korelasi Product Moment Pearson, yaitu:

= � −

� 2− 2 � 2− 2

(Arikunto, 2005: 75) dengan:

: koefisien validitas, : skor butir soal,


(29)

: skor total,

�: jumlah siswa.

Kemudian dari hasil perhitungan koefisien korelasi diinterpretasikan dengan menggunakan klasifikasi koefisien validitas yang dapat dilihat pada Tabel 3.5, berikut:

Tabel 3.5

Klasifikasi Koefisien Validitas

(Arikunto, 2005: 75) Perhitungan validitas didapat dari 8 butir soal yang diujicobakan pada siswa yang sudah mendapat materi kubus dan balok. Perhitungan skor setiap siswa dapat dilihat pada lembar lampiran. Berikut tabel rekapitulasi validitas:

Tabel 3.6

Rekapitulasi Validitas Butir Soal No. Butir

Soal

Skor Butir

Soal r-hitung r-tabel Interpretasi

1 152 0,958

0,291

validitas sangat tinggi 2 156 0,952 validitas sangat tinggi 3 152 0,977 validitas sangat tinggi 4 127 0,853 validitas sangat tinggi 5 149 0,944 validitas sangat tinggi

6 144 0,563 validitas sedang

7 153 0,877 validitas sangat tinggi 8 144 0,922 validitas sangat tinggi

Besarnya Interpretasi

0,80 < ≤ 1,00 Validitas sangat tinggi 0,60 < ≤ 0,80 Validitas tinggi 0,40 < ≤ 0,60 Validitas sedang 0,20 < ≤ 0,40 Validitas rendah 0,00 < ≤ 0,20 Validitas sangat rendah ≤ 0,00 Tidak valid


(30)

Hasil rekaputulasi validitas yang terlihat pada Tabel 3.6 bahwa dari 8 butir soal uraian yang diujicobakan terbukti valid. Klasifikasi validitas terdiri dari validitas sangat tinggi pada butir soal nomer 3, validitas tinggi pada butir soal nomer 1, 2, 4, dan 5, serta validitas sedang pada butir soal nomer 6, 7, dan 8.

Apabila diambil rerata dari nilai r-hitung yang diperoleh, rerata validitas dari seluruh butir soal yang diteskan adalah 0,881. Hal tersebut mempunyai makna bahwa soal dari instrumen tes ini valid dengan interpretasi validitas sangat tinggi.

3. Analisis Daya Pembeda

Untuk menentukan daya pembeda digunakan rumus:

A B

A

S S

DP

I  

(Sundayana, 2010: 77) keterangan:

DP = indeks daya pembeda suatu butir soal

A

S

= jumlah skor kelompok atas pada butir soal yang diolah

B

S

= jumlah skor kelompok bawah pada butir soal yang diolah

A

I

= jumlah skor ideal kelompok atas pada butir soal yang diolah

Hasil perhitungan daya pembeda diinterpretasikan dengan menggunakan kriteria penafsiran menurut Sundayana (2010: 78) dalam Tabel 3.7, sebagai berikut:


(31)

Tabel 3.7

Kriteria Penafsiran Daya Pembeda

Besarnya �� Interpretasi

��≤ 0,00 Sangat Jelek

0,00 < ��≤ 0,20 Jelek 0,20 <��≤ 0,40 Cukup 0,40 < ��≤ 0,70 Baik 0,70 < �� ≤ 1,00 Sangat baik

Analisis daya pembeda dari butir soal yang akan dipakai berguna untuk mengukur kemampuan pemahaman matemtis setelah perlakuan atau setelah pembelajaran berlangsung. Sebelum menganalisis daya pembeda tersebut, skor hasil uji coba dikelompokan menjadi skor kelompok atas yaitu skor dari siswa yang mendapat skor tertinggi dan skor kelompok bawah yaitu skor dari siswa yang mendapat skor terendah. Pengelompokan masing-masing kelompok diambil dari 27% dari 46 siswa yang mengerjakan soal uji coba tersebut, pengelompokan tersebut dapat dilihat pada lembar lampiran. Berikut tabel hasil analisis daya pembeda 8 butir soal:

Tabel 3.8

Analisis Daya Pembeda dan Kriteria Butir

Soal

Daya Pembeda

(DP) Kriteria

1 0,63 Baik

2 0,52 Baik

3 0,67 Baik

4 0,56 Baik

5 0,60 Baik

6 0,21 Cukup

7 0,48 Baik


(32)

4. Analisis Tingkat Kesukaran

Rumus yang digunakan untuk menghitung tingkat kesukaran adalah:

�= +

� +�

(Sundayana, 2010: 77)

dengan,

TK : Tingkat Kesukaran,

: jumlah skor siswa kelompok atas pada butir soal yang diolah, : jumlah skor siswa kelompok bawah pada butir soal yang diolah, � : jumlah skor ideal siswa kelompok atas,

� : jumlah skor ideal siswa kelompok bawah,

Hasil perhitungan tingkat kesukaran diinterpretasikan dengan menggunakan Tabel 3.9 berikut, (Sundayana, 2010: 78):

Tabel 3.9

Kriteria Penafsiran Tingkat Kesukaran

Besarnya �� Interpretasi

TK = 0,00 Terlalu Sukar

0,00 < �≤ 0,30 Sukar

0,30 < �≤ 0,70 Sedang

0,70 < �≤ 1,00 Mudah

TK = 0,00 Terlalu Mudah

Analisis Tingkat Kesukaran dari butir soal yang akan dipakai berguna untuk mengukur kemampuan pemahaman matemtis setelah perlakuan atau setelah pembelajaran berlangsung. Sebelum menganalisis indeks kesukaran tersebut, skor hasil uji coba dikelompokan menjadi skor kelompok atas yaitu skor dari siswa yang mendapat skor tertinggi dan skor kelompok bawah yaitu skor dari siswa yang mendapat skor terendah.

Pengelompokan masing-masing kelompok diambil dari 27% dari 46 siswa yang mengerjakan soal uji coba tersebut, pengelompokan tersebut


(33)

dapat dilihat pada lembar lampiran. Berikut tabel hasil analisis tingkat kesukaran 8 butir soal:

Tabel 3.10

Analisis Tingkat Kesukaran dan Kriteria Butir

Soal

Tingkat

Kesukaran (TK) Kriteria

1 0,69 Sedang

2 0,74 mudah

3 0,67 Sedang

4 0,66 Sedang

5 0,70 Sedang

6 0,77 mudah

7 0,74 mudah

8 0,67 Sedang

Selain instrumen di atas masih ada lagi instrumen yang digunakan, yaitu:

1. Skala sikap digunakan untuk mengetahui sikap siswa terhadap proses pembelajaran selama penelitian.

Jenis skala sikap dalam penelitian ini yaitu skala Likert, skala likert sendiri berguna untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok tentang kejadian atau gejala sosial. Dengan menggunakan skala likert, maka variabel yang akan dijabarkan menjadi dimensi, dimensi dijabarkan menjadi sub variabel kemudian sub variabel dijabarkan lagi menjadi indikator-indikator yang dapat diukur. Akhirnya indikator-indikator yang terukur ini dapat dijadikan titik tolak untuk membuat item instrumen yang berupa pertanyaan atau pernyataan yang perlu dijawab oleh responden.


(34)

Setiap jawaban responden dihubungkan dengan bentuk pernyataan atau dukungan sikap yang diungkapkan dengan kata-kata Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Netral (N), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Namun, dalam penelitian ini peneliti menggunakan empat kategori kata-kata ungkapan saja yaitu:

Tabel 3.11

Kategori ungkapan kata-kata Skala Likert Pernyataan Positif Pernyataan Negatif

Sangat Setuju (SS) 4 Sangat Setuju (SS) 1

Setuju (S) 3 Setuju (S) 2

Tidak Setuju (TS) 2 Tidak Setuju (TS) 3

Sangat Tidak Setuju (STS) 1 Sangat Tidak Setuju (STS) 4

Untuk perhitungan skala likert ini, Pertama merekapitulasi hasil jawaban responden sesuai dengan mengelompokkan kategori yang ada. Kedua, setiap frekuensi yang sudah direkap dari jawaban responden dikalikan dengan nilai sesuai kategori ungkapan yang ada pada Tabel 3.11. Kemudian untuk yang terakhir hitung persentase setiap kelas dengan menggunakan rumus � ℎ �

� ℎ � × 100%.

Setelah diketahui persentase yang diperoleh, maka persentase dapat diartikan sesuai kriteria interprestasi skor pada Tabel 3.12 berikut, (Riduwan, 2008):

Tabel 3.12

Kriteria Interpretasi Skor Skala Likert Interval Persentase Interpretasi

0% - 20% Sangat Lemah

21% - 40% Lemah

41% - 60% Cukup

61% - 80% Kuat


(35)

Skala sikap ini digunakan setelah dinyatakan valid dan reliabel oleh ahli, dalam hal ini dosen pembimbing. Skala sikap diberikan sesudah pembelajaran. Bentuk skala sikap tersebut dapat dilihat pada lampiran C.

2. Lembar observasi digunakan untuk mengontrol aktivitas siswa dan guru selama penelitian berlangsung. Lembar observasi dan guru, hasilnya di hitung persentase dan rerata dari ketiga kelas yang diteliti.

Kedua tes ini bertujuan untuk menjaga kemungkinan munculnya hal lain yang dapat mempengaruhi hasil penelitian.

F. Bahan Ajar

Bahan ajar yang digunakan dalam penelitian ini adalah rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan lembar kerja siswa (LKS) yang berkaitan dengan materi akhir semester 2 kelas VIII yaitu Bangun Ruang Sisi Datar khususnya pada Kubus dan Balok.

RPP yang dirancang dalam penelitian ini ada tiga macam. RPP pertama merupakan RPP yang digunakan untuk mengajar kelas eksperimen yang memperoleh pembelajaran reciproc (PR), RPP kedua merupakan RPP yang digunakan untuk mengajar kelas eksperimen yang memperoleh pembelajaran kooperatif tipe numbered-head-together (NHT), dan RPP ketiga merupakan RPP yang digunakan untuk mengajar kelas eksperimen yang memperoleh pembelajaran langsung (PL). Bentuk format RPP yang disusun sama dengan RPP yang ada di sekolah pada umumnya.


(36)

LKS dirancang sesuai tahapan-tahapan pada model PR dan model NHT. Sedangkan untuk model PL, peneliti (guru) tidak menggunakan LKS karena cukup dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan dan latihan-latihan secara langsung kepada siswa. semuanya tergambar dalam pembelajaran pada RPP dan LKS yang digunakan terdapat pada lampiran A.

G. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan melalui tes dan angket. Tes yang digunakan hanya postes, postes yang diberikan berupa tes kemampuan pemahaman matematis. Angket yang digunakan berupa skala sikap untuk menjaga kemungkinan munculnya hal lain yang dapat mempengaruhi hasil penelitian. Postes dan angket (skala sikap) diberikan setelah pembelajaran dalam penelitian selesai.

H. Teknik Pengolahan Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini berasal dari dua instrumen. Yaitu skor awal dari hasil ujian tengah semester (UTS) dan postes (tes akhir). Data yang diperoleh dari skor awal dari hasil ujian tengah semester (UTS) dan postes (tes akhir) diolah melalui tahap-tahap sebagai berikut:

1. Menghitung skor yang diperoleh siswa dari postes kemampuan pemahaman matematis.


(37)

2. Melakukan uji normalitas untuk mengetahui kenormalan data, baik yang diperoleh dari skor kemampuan awal (UTS) atau skor kemampuan akhir (postes). Uji normlitas ini diawali dengan hipotesis. Hipotesisnya adalah: H0 : data berdistribusi normal

H1 : data tidak berdistribusi normal

Dengan ketentuan tolak H0 jika nilai sinifikansi yang diperoleh lebih kecil (<) dari taraf signifikansi yang diperbolehkan (0,05). Karena jumlah sampel pada penelitian ini 50 orang siswa maka uji yang digunakan untuk menguji normalitas adalah uji Kolmogorov-Smirnov dengan program SPSS.

3. Menguji homogenitas varians data, baik yang diperoleh dari skor kemampuan awal (UTS) atau skor kemampuan akhir (postes). Uji ini diawali dengan hipotesis. Hipotesisnya adalah:

H0 : data bervariansi homogen. H1 : data tidak bervariansi homogen.

Dengan ketentuan tolak H0 jika taraf signifikansi yang diperoleh lebih kecil (<) dari taraf signifikansi yang diperbolehkan (0,05). Untuk mengetahui apakah setiap kelas mempunyai kesamaan kemampuan maka dilakukan uji Homogeneity of Variance dengan program SPSS.

4. Jika sebaran data normal dan homongen, akan dilakukan uji perbedaan dua atau lebih rerata. Uji statistik yang digunakan adalah Compare Means One-Way ANOVA dengan tes Post Hoc jenis uji HSD Tuckey, karena uji honestly significant difference (HSD) Tuckey merupakan salah satu jenis


(38)

Uji ANOVA yang dapat menghasilkan hasil yang lebih signifikan dibandingkan jenis uji ANOVA lainnya.

5. Jika salah satu data tidak berdistribusi normal, maka uji yang dilakukan adalah uji statistik Non-parametric Tests K Independent Sample yaitu uji Kruskal-Wallis dan jika hipotesis nol ditolak maka dilakukan uji lanjutan Kruskal-Wallis.

I. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian ini dirancang untuk memudahkan dalam pelaksanaan penelitian. Prosedur penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah:

1. Tahap Persiapan

a. Menyusun jadwal penelitian b. Membuat rencana penelitan c. Menyusun instrumen penelitian 2. Tahap Pelaksanaan

a. Menentukan kelas eksperimen yang memperoleh model pembelajaran reciproc, model pembelajaran kooperatif tipe NHT, dan model pembelajaran langsung dari sampel yang telah dipilih. b. Melakukan perlakuan dengan model pembelajaran sesuai Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah dirancang untuk masing-masing kelas.


(39)

c. Memberikan postes dan skala sikap di akhir pembelajaran. 3. Tahap Pengumpulan data

4. Tahap analisis data


(40)

Gambar 3.1. Bagan Prosedur Penelitian Perlakuan pada kelas eksperimen

(reciprocal teaching)

Pemberian Postes dan Skala sikap terhadap

pembelajaran di kelas Pengidentifikasikan masalah &

tujuan penelitian

Penyusunan instrumen dan bahan ajar

uji coba instrumen

Perbaikan instrumen

Perlakuan pada kelas ekssperimen (cooperative learning tipe NHT)

Kesimpulan Analisis

Memilih tiga kelas yang akan diteliti dengan menguji normalitas dan homogenitas dari ketiga kelas dari

nilai UTS siswa ketiga kelas.

Perlakuan pada kelas eksperimen (direct instruction) Analisis

hasil uji coba


(41)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis penelitian yang telah disampaikan pada Bab IV sebelumnya, membuktikan pengaruh pembelajaran reciproc, kooperatif tipe NHT, dan langsung terhadap kemampuan pemahaman matematis, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Terdapat perbedaan kemampuan pemahaman matematis antara siswa yang memperoleh model pembelajaran reciproc, model pembelajaran kooperatif tipe NHT, dan model pembelajaran langsung.

2. Kemampuan pemahaman matematis siswa yang memperoleh model pembelajaran reciproc lebih baik daripada kemampuan pemahaman matematis siswa yang memperoleh model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan model pembelajaran langsung, tetapi model pembelajaran langsung lebih baik daripada model pembelajaran kooperatif tipe NHT.

3. Sikap siswa selama pembelajaran baik pembelajaran reciproc dan pembelajaran kooperatif tipe NHT berjalan dengan cukup baik. Selama pembelajaran siswa terlibat secara aktif baik dalam berdiskusi, mengemukakan pendapat serta dalam menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru. Begitu juga pada siswa yang memperolah model pembelajaran langsung terlihat cukup aktif untuk membahas soal-soal pemahaman di depan kelas. Sehingga secara keseluruhan sikap siswa terhadap ketiga pembelajaran yang dilakukan dalam penelitian adalah positif.


(42)

B. Saran

Dari hasil penelitian penulis mengajukan saran sebagai berikut:

1. Model pembelajaran yang terbaik dalam penelitian ini hendaknya dijadikan referensi setiap pengajar dalam memilih model pembelajaran yang tepat, untuk digunakan dalam usahanya mengembangkan kemampuan pemahaman matematis siswa, kreativitas siswa dalam membuat soal-soal matematika, melatih siswa mengkaji dan menggeneralisasi atau menyimpulkan materi yang dipelajari.

2. Dalam menerapkan model pembelajaran yang diteliti, setiap pengajar disarankan untuk menyediakan bahan ajar yang dirancang secara khusus sesuai dengan indikator pemahaman matematis sehingga kemampuan tersebut dapat dimiliki siswa.

3. Untuk penelitian lebih lanjut hendaknya penelitian ini dapat dilengkapi dengan meneliti aspek lain secara lebih terperinci yang belum terjangkau oleh penulis saat ini.


(43)

DAFTAR PUSTAKA

Arends, R. I. (2007). Learning To Teach. New York : McGraw Hill Companies. Arikunto, S. (2005). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Aunurrahman. (2008). Belajar Dan Pembelajaran: Memadukan Teori-teori Klasik

dan Pandangan-pandangan Kontemporer. Bandung: ALFABETA.

Depdiknas.(2006). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Depdiknas

Depdiknas.(2007). Kajian Kebijakan Kurikulum Mata Pelajaran Matematika. Jakarta: Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas

Furner, M. J. dan Kumar D. D. (2007). The Mathematics and Science Integration Argument : A Stand for Teacher Education. Eurasia Journal of Mathematics, Science & Technology Education, Vol 3 Number 3, (185-189) Irianti. (2007). Upaya Peningkatan Hasil Belajar Matematika tentang Program Linier melalui Pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Heads Together Untuk Siswa Kelas XII IPA 1 SMA Negeri 1 Wanadadi Banjarnegara.

[Online]. Tersedia:

http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/1109145162_2085-9791.pdf. [13 Februari 2012]

Jihad, A. dan Abdul H. (2008). Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi Pressindo.

Joyce, B. and Marsha with Beverly S. (2004). Models of Teaching. Boston: Allyn and Bacon.

Lie, A. (2005). Cooperative Learning Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-ruang Kelas. Jakarta: PT Gramedia.

Martadiputra, B. A. P. (2011). “Pelatihan Pengolahan Data Menggunakan SPSS

untuk Mahasiswa S2& S3 Pendidikan PPs UPI”. Makalah pada Pelatihan,

Bandung

Minium, E. W., Bruce M. K. and Gordon B. Statistical Reasoning In Psychology and Education. New York: JOHN WILLEY.

NCTM. (1989). Curriculum and Evaluation Standards for School Mathematics. Reston, VA : NCTM.


(44)

Oxford, L. R. (1997). “Cooperative Learning, Collaborative Learning, and Interaction: Three Communicative Strands in the Language Classroom ”.

The Modern Language Journal, Vol. 81, No. 4

O’Connel, S. (2007). Introduction to Connection. Boston: Heinemann.

Palincsar. (1986). Reciprocal Teaching [online]. Tersedia: http://www.ncrel.org/sdrs/areas/issues/students/atrisk/at6lk38.htm. [20 November 2010].

________ & Brown, A. (1986). Teacher’s corner: what is reciprocal teaching. [Online]. Tersedia: http://team.lacoe.edu/documentation/classroom/patti/2-3/teacher/resources/reciprocal.html. [21 desember 2010]

Qohar, A. (2010). Mengembangkan Kemampuan Pemahaman, Koneksi Dan Komunikasi Matematis Serta Kemandirian Belajar Matematika Siswa SMP Melalui Reciprocal Teaching. Disertasi Sps UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Ridwan. (2008). Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Penelitian Pemula. Bandung: ALFABETA.

Rosdiana & Lambertus. (2006). Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas VIII pada Pokok Bahasan Faktorisasi Suku Aljabar melalui Pembelajaran Kooperatif tipe NHT di SMP Negeri 15 Kendari. [Online]. Tersedia: http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/142074954.pdf. [13 Februari 2012]

Ruseffendi, E. T.(2005). Dasar-dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non-Eksakta lainnya. Bandung: Tarsito.

Sanjaya, W. (2009). Stategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana.

_____________. (2008). Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana.

Setiadi, Y. (2010). Meningkatkan Kemampuan Pemahaman dan Komunikasi Matematis Siswa SMP melalui Pembelajaran Kooperatif dengan Teknik Think-Pair-Square. Tesis Sps UPI Bandung: Tidak diterbitkan.


(45)

Sundayana, R. (2010). Statistika Penelitian Pendidikan. Garut: STKIP Garut Press.

Suherman, E. dkk. (2003). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: JICA-Universitas Pendidikan Indonesia.

Sumarmo, U. (2000). Proses Belajar dan Pemahaman Materi Kuliah. Makalah disampaikan pada lokakarya Peran Pedagogi dalam peningkatan Proses Pembelajaran TPB ITB di Bandung pada tanggal 4 Desember 2000.

Suprijono, A. (2012). Cooperative Learning: Teori & Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Trianto. (2007). Mode-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Wahyudin. (2008). Pembelajaran dan Model Pembelajaran pelengkap untuk meningkatkan kompetensi pedagogis para guru dan calon guru profesional. Bandung: tidak diterbitkan.


(1)

52

Gambar 3.1. Bagan Prosedur Penelitian

Perlakuan pada kelas eksperimen (reciprocal teaching)

Pemberian Postes dan Skala sikap terhadap

pembelajaran di kelas Pengidentifikasikan masalah &

tujuan penelitian

Penyusunan instrumen dan bahan ajar

uji coba instrumen

Perbaikan instrumen

Perlakuan pada kelas ekssperimen (cooperative learning tipe NHT)

Kesimpulan Analisis

Memilih tiga kelas yang akan diteliti dengan menguji normalitas dan homogenitas dari ketiga kelas dari

nilai UTS siswa ketiga kelas.

Perlakuan pada kelas eksperimen (direct instruction) Analisis

hasil uji coba


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis penelitian yang telah disampaikan pada Bab IV sebelumnya, membuktikan pengaruh pembelajaran reciproc, kooperatif tipe NHT, dan langsung terhadap kemampuan pemahaman matematis, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Terdapat perbedaan kemampuan pemahaman matematis antara siswa yang memperoleh model pembelajaran reciproc, model pembelajaran kooperatif tipe NHT, dan model pembelajaran langsung.

2. Kemampuan pemahaman matematis siswa yang memperoleh model pembelajaran reciproc lebih baik daripada kemampuan pemahaman matematis siswa yang memperoleh model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan model pembelajaran langsung, tetapi model pembelajaran langsung lebih baik daripada model pembelajaran kooperatif tipe NHT.

3. Sikap siswa selama pembelajaran baik pembelajaran reciproc dan pembelajaran kooperatif tipe NHT berjalan dengan cukup baik. Selama pembelajaran siswa terlibat secara aktif baik dalam berdiskusi, mengemukakan pendapat serta dalam menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru. Begitu juga pada siswa yang memperolah model pembelajaran langsung terlihat cukup aktif untuk membahas soal-soal pemahaman di depan kelas. Sehingga secara keseluruhan sikap siswa terhadap ketiga pembelajaran


(3)

83

B. Saran

Dari hasil penelitian penulis mengajukan saran sebagai berikut:

1. Model pembelajaran yang terbaik dalam penelitian ini hendaknya dijadikan referensi setiap pengajar dalam memilih model pembelajaran yang tepat, untuk digunakan dalam usahanya mengembangkan kemampuan pemahaman matematis siswa, kreativitas siswa dalam membuat soal-soal matematika, melatih siswa mengkaji dan menggeneralisasi atau menyimpulkan materi yang dipelajari.

2. Dalam menerapkan model pembelajaran yang diteliti, setiap pengajar disarankan untuk menyediakan bahan ajar yang dirancang secara khusus sesuai dengan indikator pemahaman matematis sehingga kemampuan tersebut dapat dimiliki siswa.

3. Untuk penelitian lebih lanjut hendaknya penelitian ini dapat dilengkapi dengan meneliti aspek lain secara lebih terperinci yang belum terjangkau oleh penulis saat ini.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Arends, R. I. (2007). Learning To Teach. New York : McGraw Hill Companies. Arikunto, S. (2005). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Aunurrahman. (2008). Belajar Dan Pembelajaran: Memadukan Teori-teori Klasik

dan Pandangan-pandangan Kontemporer. Bandung: ALFABETA.

Depdiknas.(2006). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Depdiknas

Depdiknas.(2007). Kajian Kebijakan Kurikulum Mata Pelajaran Matematika. Jakarta: Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas

Furner, M. J. dan Kumar D. D. (2007). The Mathematics and Science Integration Argument : A Stand for Teacher Education. Eurasia Journal of Mathematics, Science & Technology Education, Vol 3 Number 3, (185-189) Irianti. (2007). Upaya Peningkatan Hasil Belajar Matematika tentang Program Linier melalui Pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Heads Together Untuk Siswa Kelas XII IPA 1 SMA Negeri 1 Wanadadi Banjarnegara.

[Online]. Tersedia:

http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/1109145162_2085-9791.pdf. [13 Februari 2012]

Jihad, A. dan Abdul H. (2008). Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi Pressindo.

Joyce, B. and Marsha with Beverly S. (2004). Models of Teaching. Boston: Allyn and Bacon.

Lie, A. (2005). Cooperative Learning Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-ruang Kelas. Jakarta: PT Gramedia.

Martadiputra, B. A. P. (2011). “Pelatihan Pengolahan Data Menggunakan SPSS

untuk Mahasiswa S2& S3 Pendidikan PPs UPI”. Makalah pada Pelatihan,

Bandung

Minium, E. W., Bruce M. K. and Gordon B. Statistical Reasoning In Psychology and Education. New York: JOHN WILLEY.


(5)

85

Oxford, L. R. (1997). “Cooperative Learning, Collaborative Learning, and Interaction: Three Communicative Strands in the Language Classroom ”.

The Modern Language Journal, Vol. 81, No. 4

O’Connel, S. (2007). Introduction to Connection. Boston: Heinemann.

Palincsar. (1986). Reciprocal Teaching [online]. Tersedia: http://www.ncrel.org/sdrs/areas/issues/students/atrisk/at6lk38.htm. [20 November 2010].

________ & Brown, A. (1986). Teacher’s corner: what is reciprocal teaching. [Online]. Tersedia: http://team.lacoe.edu/documentation/classroom/patti/2-3/teacher/resources/reciprocal.html. [21 desember 2010]

Qohar, A. (2010). Mengembangkan Kemampuan Pemahaman, Koneksi Dan Komunikasi Matematis Serta Kemandirian Belajar Matematika Siswa SMP Melalui Reciprocal Teaching. Disertasi Sps UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Ridwan. (2008). Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Penelitian Pemula. Bandung: ALFABETA.

Rosdiana & Lambertus. (2006). Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas VIII pada Pokok Bahasan Faktorisasi Suku Aljabar melalui Pembelajaran Kooperatif tipe NHT di SMP Negeri 15 Kendari. [Online]. Tersedia: http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/142074954.pdf. [13 Februari 2012]

Ruseffendi, E. T.(2005). Dasar-dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non-Eksakta lainnya. Bandung: Tarsito.

Sanjaya, W. (2009). Stategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana.

_____________. (2008). Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana.

Setiadi, Y. (2010). Meningkatkan Kemampuan Pemahaman dan Komunikasi Matematis Siswa SMP melalui Pembelajaran Kooperatif dengan Teknik Think-Pair-Square. Tesis Sps UPI Bandung: Tidak diterbitkan.


(6)

Sundayana, R. (2010). Statistika Penelitian Pendidikan. Garut: STKIP Garut Press.

Suherman, E. dkk. (2003). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: JICA-Universitas Pendidikan Indonesia.

Sumarmo, U. (2000). Proses Belajar dan Pemahaman Materi Kuliah. Makalah disampaikan pada lokakarya Peran Pedagogi dalam peningkatan Proses Pembelajaran TPB ITB di Bandung pada tanggal 4 Desember 2000.

Suprijono, A. (2012). Cooperative Learning: Teori & Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Trianto. (2007). Mode-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Wahyudin. (2008). Pembelajaran dan Model Pembelajaran pelengkap untuk meningkatkan kompetensi pedagogis para guru dan calon guru profesional. Bandung: tidak diterbitkan.


Dokumen yang terkait

Pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe FSLC (Formulate-Share-Listen-Create) terhadap kemampuan berpikir kreatif matematis siswa

16 28 186

Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization (TAI).

6 9 167

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THE POWER OF TWO TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS DAN PENURUNAN KECEMASAN MATEMATIKA SISWA SMP.

0 1 52

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE CRH (COURSE, REVIEW, HURRAY) TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS DAN KECEMASAN MATEMATIKA SISWA SMP.

9 37 55

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF MELALUI AKTIVITAS MENULIS MATEMATIKA DAN PEMBELAJARAN LANGSUNG TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMP.

0 0 28

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SEKOLAH DASAR.

0 1 47

PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS, KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS, DAN KETERAMPILAN SOSIAL SISWA SMP.

1 6 89

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MISSOURI MATHEMATICS PROJECT (MMP) DAN PEMBELAJARAN LANGSUNG TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS SISWA SMP.

1 8 38

PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL PESISIR TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA SMP | Karya Tulis Ilmiah

0 0 11

PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL PESISIR TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA SMP

0 0 6