PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF (COOPERATIVE LEARNING) MELALUI METODA INVESTIGASI KELOMPOK TERHADAP KOMPETENSI SOSIAL DALAM PEMBELAJARAN IPS :Studi eksperimen pada pembelajaran IPS di kelas VII SMPN 2 Katapang Kabupaten Bandung.

(1)

DAFTAR PUSTAKA Sumber Buku

Al-Muchtar, Suwarma. (2004): Strategi Pembelajaran Pendidikan IPS. Bandung: SPs UPI

Banks, James Afor. dan Clegg Jr, Ambrose A. (1990). Teaching Strategies The Social Studies: Inquiry, Valuing, adng Decision-Making fourth edition. New York: logman.

Creswell, W.J. (2003). Research Design; Qualitative & Quantitative Approaches. Edisi Revisi, cetakan kedua, Terjemahan. Jakarta : KIK Press.

Dahar, Wilis.R. (1989). Teori-teori Belajar. Jakarta : Erlangga.

Darsono, dkk. (2000). Belajar dan Pembelajaran. Semarang: CV IKIP Semarang Press.

Departemen Pendidikan Nasional (2006) Standar Kompetensi dan Kompetensi dasar Tingkat SMP, MTS,SMPLB. Jakarta: Sekretatiat Jenderal Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia

Djamarah, S.A. dan Zain,A. (2006). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta

Fajar. A (2002). Portofoloi Dalam Pembelajaran IPS. Bandung:n Remaja Rosdakarya

Hamalik, Oemar. (2000). Model-model Pengembangan Kurikulum. Bandung: PPs UPI

Joyce,B,Weil M dan Calhoun E (2000). Model Of Teaching. Sydney: Allyn & Bacon

Kusnendi. (2008). Model-model Persamaan Struktural, Satu dan Multigroup Sampel dengan LISREL. Bandung : Alfabeta.

Lie, Anita. (2010). Cooperative Learning. Jakarta: Rosdakarya

Maryani, E (2011). Pengembangan program pembelajaran IPS untuk meningkatkan keterampilan sosial. Bandung: Alfa Beta.

Moeheriono. (2009). Pengukuran Kinerja Berbasis Kompetens. Bogor: Galia Indonesia.


(2)

Mulyasa, E. (2007) Kurikulum Tingkat Satuan Pendidkan, Bandung Rosdakarya.

__________(2008) Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Badnung: PT Rosdakarya

Nurdin.Warsito dan Nursa’ban,W. (2008). Mari Belajar IPS untuk SMP/MTS Kelas VII. Bandung: PT Elisa Surya Dwitama.

Poedjiadi. (2007) Sain teknologi Masyarakat Model pembelajaran Kontekstual bermuatan nilai. Bandung: Rosdakarya.

Sapriya. (2009).Pendidikan IPS Konsep dan Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Sanjaya, W. (2005). Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Santoso, Singgih. (2001). SPSS, Mengolah Data Statistik Secara Profesional Versi 7.5. Jakarta:PT Elex Media Komputindo.

Somantri, M. Numan.(2001).Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Slavin. (2008) Cooperative Learning teori risert dan praktek. Bandung. Nusa Media

Sudjana.(2010).Strategi Pembelajaran: Bandung: Falah

Suherman. S. (2007). Assesmant Portofolio, Educare Jurnal Pendidikan dan Budaya, Vol 5 Ags 2007.Bandung:FKIP-Unla.

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta.

Sukmadinata. (2004). Kurikulum dan Pembelajaran Kompetensi. Bandung : Kesuma Karya.

Syaodih, Nana. (2004). Kurikulum dan Pembelajaran Kompetensi. Bandung: Yayasan Kesuma Karya.

Tianto.(2007) Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstrukttivistik. Surabaya: Prestasi Pustaka

Undang-Undang RI No 20 tahun 2003. Tentang SISDIKNAS (Sistem Pendidikan Nasional) Beserta Penjelasannya. (2006). Bandung: Permana.

Wahab. A.Aziz. (2007): Metode dan Model-Model Mengajar IPS. Bandung. Alfabeta.


(3)

Wiriaatmadja, Rochiati. (2008). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Yamin, Martinis.(2010). Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi. Jakarta: Gaung Persada Press.

Sumber Internet:

Admin.Bolg.(2008). Kompetensi Sosial. [online]. Tersedia pada: http://www.indonesiaindonesia.com/f/98670-definisi-kompetensi-sosial/ Ahmad S, Pengertian Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik, Taktik, dan Model

Pembelajaran. [online]. Tersedia Pada:

http://duniapsikologi.dagdigdug.com/2008/11/19/definisi-kompetensi-sosial/[Nopember 2010]

Bayyinatul. (2010). Pentingnya Perkembangan Kompetensi Sosial Anak.

[online] tersedia pada:

http://blog.uin- malang.ac.id/bayyinatul/2010/07/08/pentingnya-perkembangan-kompetensi-sosial-anak-bagian-1[20 oktober 2010]

Ikatan Sakura Indonesia, 8 maret 2010 [20 Mei 2011] tersedia dalam http://www.isiindonesia.com/content/view/2023/29/

Tarsidi. D (2007) Kompetensi Sosial. [online] tersedia pada

http://d-tarsidi.blogspot.com/2007/11/perkembangan-kompetensi-sosial pada.html [22 maret 2011]

Sumber selain buku dan internet:

Chasbiansary. D. (2007) Kompetensi Sosial dan Kewirausahaan Studi korelasi pada anggota perkumpulan wirausahawan Mahasiswa. Tesis pada UNDIP. Semarang. Tidak diterbitkan

Imran. (2009). Penerapan Pembelajaran Berbasis Portofolio Pada Mata Pelajaran IPS untuk Meningkatkan Keterampilan Sosial Siswa SMP Negeri Serui Kabupaten Kepulauan Yapen-Papua tesis pada PIPS UPI Bandung. Tidak diterbitkan.

Maryani, E (2010). Pengembangan Program Pembelajaran IPS untuk meningkatkan Kompetensi Keterampilan Sosial. Makalah disajikan pada Seminar International Conference on Teacher Education: join Conference UPI & UPSI, Bandung tanggal 8-10 November 2010.


(4)

Herimaturida, (2009). Pengaruh Penggunaan Metoda Investigasi Kelompok Terhadap Keterampilan Sosial Siswa (Studi Eks[erimen pada pembelajaran PKn Kelas XI di SMAN 1 Kecamatan Sepauk Kabupaten Sintang Kalimantan Barat). Tesis pada PIPS UPI Bandung. Tidak diterbitkan.

Syaban, M (2008) Menumbuh kembangkan daya dan disposisi matematis siswa sekolah menengah atas melalui pembelajaran investigasi,Tesis Program Pasca UPI Bandung

Umasangaji. I.(2009). Penerapan Pembelajaran Berbasis Portofolio Pada Mata Pelajaran IPS untuk Peningkatkan Keterampilan Siswa SMP N 1 Serui. Kab Yapen-Papua. Tesis Program Sasca Sarjana UPI Bandung.


(5)

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

Tujuan pendidikan nasional seperti yang tertuang dalam undang-undang RI No 29 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pasal 3 yang menyatakan bahwa pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab, dengan demikian pendikan adalah suatu kebutuhan yang harus dipenuhi, karena dengan pendidikan dapat membantu peserta didik untuk menunbuh kembangkan potensi-potensi yang dimilikinya sehingga dapat memunculkan manusia yang memiliki kompetensi yang berbeda-beda hingga pada akhirnya akan terwujud sumber daya manusia berkualitas, yaitu memiliki pemikiran kritis, sistemantis, logis, kreatif dan kemauan untuk bekerjasama secara efektif.

Pendidikan pada hakikatnya adalah perubahan pribadi manusia yang meliputi perubahan pengetahuan, sikap dan perilaku. Pendidikan juga merupakan bagian dari proses kebudayaan dalam arti bahwa melalui pendidikan manusia didewasakan, melalui pendidikan belajar pengetahuan, mendapat pendidikan nilai, dan sejumlah kompetensi sebagai bekal dalam menghadapi kehidupannya di masa yang akan datang.

Kehidupan di masa yang akan datang penuh tantangan. Tantangan-tantangan di berbagai bidang kehidupan disebabkan oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan sain (IPTEKS) sangat pesat terutama dalam bidang telekomunikasi dan informasi. Sebagai akibat dari


(6)

kemajuan teknologi komunikasi dan informasi tersebut, arus informasi datang dari berbagai penjuru dunia secara cepat dan melimpah ruah. Perkembangan IPTEK juga telah menimbulkan suatu masa yang disebut dengan era globalisasi, dalam menghadapi era globalisasi itu diperlukan sumber daya manusia (SDM) yang handal yang memiliki pemikiran kritis, sistematis, logis, kreatif dan kemauan untuk bekerja sama secara efektif, mampu mengolah dan memilih informasi yang diterima secara arif, karena informasi yang melimpah ruah dari berbagai sumber dan tempat di dunia ini tidak semuanya diperlukan dan dibutuhkan.

SDM yang memiliki pemikiran seperti yang telah disebutkan, lebih mungkin dihasilkan dari lembaga pendidikan sekolah. Sekolah merupakan satu institusi pendidikan formal yang memiliki peranan penting dalam menyiapkan generasi bangsa, hal ini berarti akan menentukan kualitas warga negara dalam menghadapi kehidupannya di masa yang akan datang. Salah satu mata pelajaran disekolah yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan tersebut adalah mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).

Mengapa IPS diajarkan dan menjadi bagian terintegrasi dari kurikulum?. Menurut rumusan dari NCSS (2008) tujuan dari penyajian mata pelajaran IPS untuk membantu para remaja dalam mengembangkan potensinya agar menjadi warga Negara yang baik dalam kehidupan masyarakat demokratis. Dalam penjelasan pada pasal 37 UU Sisdiknas bahwa bahan kajian IPS dimaksudkan untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis peserta didik terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis. Indonesia mendefinisikan tujuan ini dalam kurikulum mata pelajaran IPS yaitu, Mata pelajaran IPS bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan (1) mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan


(7)

lingkungannya, (2) Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial, (3) Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan, (4) Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, ditingkat lokal, nasional dan global.

IPS mempunyai tugas mulia dan menjadi pondasi penting bagi pengembangan intelektual, emosional, kultural, dan sosial peserta didik, yaitu mampu menumbuh kembangkan cara berfikir, bersikap, dan berperilaku yang bertanggung jawab selaku individual, warga masyarakat, warga Negara, dan warga dunia. Selain itu IPS pun bertugas mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif untuk perbaikan segala ketimpangan, dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari baik menimpa dirinya maupun di masyarakat. (Maryani,2010:872) Pada masa yang akan datang peserta didik akan menghadapi tantangan berat karena kehidupan masyarakat global selalu mengalami perubahan setiap saat Melalui mata pelajaran IPS yang di rancang secara sistematis, komprehensif dan terpadu dalam proses pembelajaran diharapkan peserta didik akan memperoleh pemahaman yang lebih luas dan mendalam pada bidang ilmu yang berkaitan. Program pendidikan IPS yang komprehensip mencakup empat dimensi, meliputi: Pengetahuan (knowledge), Keterampilan (Skills), Nilai dan Sikap (Values and Attitudes), Tindakan (Action) (Sapriya, 2009:48). Misi dari pembelajaran IPS tetap mengemban tugas mengembangkan (a) Kompetensi Intelektual/akademik berupa cerdas dan berwawasan luas; (b) kompetensi personal dalam bentuk tanggungjawab, disiplin dan kepribadian unggul lainnya; (c) kompetensi sosial dalam bentuk kerjasama, menghargai hukum, norma dan nilai sosial yang berlaku dalam


(8)

masyarakat; (d) kompetensi vokasional dalam bentuk mengembangkan keterampilan-keterampilan hidup yang sesuai dengan sumber daya atau potensi daerah. Dengan mengkaji tujuan pembelajaran IPS, tentunya logis jika IPS menjadi mata pelajaran wajib ditingkat dasar dan menengah dalam sistem pendidikan di Indonesia. Dengan proses pembelajaran IPS dan pencapaian yang baik didalamnya, maka tentunya kualitas sumber daya insani bangsa Indonesia akan meningkat, Warga Negara Indonesia mampu menjadi warga dunia yang cinta damai.

Kenyataan dilapangan bahwa tujuan-tujuan tersebut sampai saat ini tampaknya masih belum tercapai sepenuhnya. Hal ini dianalisis dari hasil pencapaian ketuntasan minimal siswa pada hasil ulangan akhir semester (tabel 1.1) dan hasil analisis kegiatan bimbingan dan konseling yang menangani kasus-kasus siswa yang terjadi, mulai dari kasus indisipliner, perselisihan sampai kasus kriminal yang terjadi di lingkungan SMPN 2 Katapang kecamatan Katapang Kabupaten Bandung (tabel 1.2), yang di sajikan dalam tabel berikut:

Tabel 1.1

Nilai Ujian Akhir Semester Ganjil Mata Pelajaran IPS Siswa SMPN 2 Katapang

Kelas Jum siswa

Jumlah Siswa yang mendapat nilai

Persentase siswa yang mendapat nilai

= 65 ≥ 65 ≤ 65 = 65 ≥ 65 ≤ 65

7A 46 7 3 36 15 7 78

7B 46 10 4 32 22 9 70

7C 46 10 10 26 22 22 57

7D 45 11 9 25 24 20 56

7E 45 8 4 33 18 9 73

7F 47 20 4 23 43 9 49

7G 46 15 21 10 33 46 22

7H 48 11 12 25 23 25 52

7I 49 18 20 11 37 41 22

7J 48 10 25 13 21 52 27

7K 49 6 10 33 12 20 67

515 126 122 267 2 24 52

Sumber: Rekapitulasi Hasil Ujian Akhir Semester Ganjil IPS kelas VII SMPN 2 Katapang Tahun Pelajaran 2010/2011


(9)

Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) pada mata pelajaran IPS kelas VII di SMPN 2 Katapang adalah 65. Hasil analisa pada tabel 1.1 dapat dilihat pencapaian hasil belajar yang mencapai KKM dan yang melampaui KKM lebih kecil dibandingkan KKM yang tidak tercapai (tidak mencapai ketuntasan), dapat diartikan bahwa banyak siswa yang belum mencapai kriteria ketuntasan pada materi yang diberikan di semester ganjil tersebut, padahal untuk penguasaan kompetensi sosial harus didukung dengan penguasaan konsep materi terlebih dahulu.

Tabel 1.2

Analisis Kompetensi Sosial Pada Mata Pelajaran IPS SMPN 2 Katapang Kecamatan Katapang Kabupaten Bandung Pada semester 1

Jenis kasus Jumlah kejadian Persentase

Kehadiran 40 31

Tata Tertib 9 7

Sikap Tercela/pelanggaran norma 8 6

Salah Paham 15 12

Saling Mengejek 5 4

Perusakan pasilitas umum 5 4

Perampasan/pemalakan 9 7

Perkelahian 22 17

Pengeroyokan 14 11

Pencurian 1 1

Gank motor 1 1

Jumlah Keseluruhan 129 100

Sumber: Buku Kegiatan Bimbingan dan Konseling Kelas VII semester Ganjil SMPN 2 Katapang Tahun Pelajaran 2010/2011

Ditemukan banyaknya perilaku siswa yang tidak sesuai dengan etika dan norma yang berlaku mengambarkan rendahnya kompetensi sosial siswa, hal ini menunjukan penguasaan siswa terhadap suatu konsep akan tetapi tidak dapat mengaitkan konsep yang satu dengan konsep yang lainnya, sehingga konsep seolah terpisah satu dengan yang lainnya, akibatnya pembelajaran tidak bermakna bagi kehidupan siswa.


(10)

Menurunnya kualitas pembelajaran IPS memungkinkan semakin berkembangnya penilaian yang menempatkan posisi pembelajaran IPS hanyalah sebagai pelajaran hafalan belaka yang tidak dapat membantu siswa dalam mengembangkan kemampuan berfikir tingkat tinggi dan meningkatkan kompetensi sosial karena tidak mampu mengaktifkan siswa dalam belajar. Aspek-aspek kompetensi sosial siswa yaitu aspek pengetahuan sosial, aspek nilai sosial, aspek sikap sosial dan aspek perilaku sosial perlu dikembangkan dalam pembelajara IPS sehingga pembelajaran IPS akan lebih dirasakan manfaatnya di masyarakat.

Rendahnya hasil belajar tersebut dapat disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah faktor kemampuan guru dalam menerapkan metode atau strategi pembelajaran yang kurang tepat, misalnya proses pembelajaran yang cenderung berpusat pada guru sementara siswa lebih cenderung pasif. Akibatnya siswa tidak mempunyai kesempatan untuk mengembangkan kemampuan sosialnya, misalnya guru masih menggunakan metode mengajar yang bersifat ekspositoris dan hapalan, jarang mengajak siswa mengeksplorasi lingkunganny, seperti yang diungkapakan Marpaung (2003:14) bahwa “Guru-guru sering dihantui oleh selesai atau tidaknya topik-topik yang harus diajarkan dengan waktu yang tersedia”. Akibatnya guru lebih suka mengajar dengan cara tradisional dengan hanya menggunakan metode ceramah, meninggalkan cara investigasi ataupun pemecahan masalah.

Pembelajaran dilakukan melalui proses penyampaian informasi atau transfer of knowledge dengan mengutamakan pada hafalan daripada berpikir, akibatnya siswa menganggap materi pelajaran IPS hanya untuk dihafalkan. Kenyataan ini menyebabkan siswa tidak mampu menerapkan konsep dasar dari materi IPS dalam kondisi kehidupan mereka. Pembelajaran IPS di sekolah dipengaruhi oleh kebutuhan untuk memperoleh hasil evaluasi akhir yang memuaskan. Hal ini bukan saja


(11)

berdampak pada perilaku siswa yang semata-mata mempelajari IPS dengan menghafal saja, tetapi juga pada metode pengajaran guru, kebijakan pimpinan sekolah, dan harapan orang tua terhadap hasil akhir yang dinilai secara kuantitatif saja. Dalam kondisi seperti ini pembelajaran IPS tidak memberikan makna bagi perubahan sikap siswa. Menurut hasil penelitian Imran (2009:2) banyak ditemukan adanya siswa yang kurang hormat terhadap guru, tidak hadir tanpa alasan, merokok di sekolah, bahkan ada pula yang keluar kelas dan langsung pulang tanpa sepengetahuan dan ijin dari guru. Demikian pula kadang-kadang terjadi tawuran antar siswa dan antar sekolah terutama di kota-kota besar. Hal itu menggambarkan fenomena bangsa Indonesia saat ini dimana bangsa ini dihadapkan pada permasalahan multi dimensi yang menyentuh berbagai tatanan kehidupan mendasar manusia hal ini bukan hanya berkaitan dengan aspek ekonomi, namun juga aspek sosial, budaya dan ahlak. Jika ditelaah dengan seksama, semua krisis yang terjadi bermula dari krisis moralitas.

Dari hasil survey Badan Narkotika Nasional (BNN) pada Februari 2006 (online) diperoleh bahwa penyimpangan perilaku sosial siswa dalam kasus tindak pidana narkoba setiap tahunnya meningkat dengan rata-rata peningkatannya naik 51,3 % atau bertambah sekitar 3.100 kasus per tahun. Berdasarkan data pada Pusat Pengendalian Gangguan Sosial DKI Jakarta pelajar SD, SMP, SMA yang terlibat tawuran mencapai 0,08 % atau 1.318 siswa dari 1.617.835 siswa di DKI Jakarta yang dilansir dari media Berita Jakarta (12-02-2009). Kehadiran gank motor melengkapi salah satu bentuk kenakalan remaja yang cukup meresahkan. Di temukan 500 pelajar di Tasikmalaya sebagai gank motor. Di Bandung pada bulan April 2011 telah terjadi perusakan dan penganiayaan terhadap pedagang dan sopir angkot pada dini hari yang dilakukan oleh gank motor, 4 orang dari anggota gank


(12)

motor tersebut ternyata masih berstatus pelajar. (Ikatan Sakura Indonesia, 8 maret 2010) (online).

Maraknya gejala perilaku sosial siswa yang tidak mencerminkan nilai-nilai sosial tersebut boleh jadi mencerminkan pembelajaran IPS telah kehilangan maknanya. Upaya yang dapat dilakukan untuk membekali para siswa agar mereka memiliki kompetensi sosial serta bagaimana mengembangkan kompetensi sosial siswa agar mereka memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam menyelesaikan setiap persoalan kehidupannya, umumnya menunjuk pada proses pembelajaran yang dilakukan, kemampuan guru dalam mengelola proses pembelajaran dengan memadukan berbagai model pembelajaran yang bermakna, proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru harus mampu menyentuh keseluruhan potensi yang dimiliki oleh para siswa, terutama aspek sikap dan perilaku keseharian. Perilaku dimaksud mencerminkan pula kompetensi sosial siswa dalam menyelesaikan persoalan kehidupan sehari-hari. Penyelenggaraan kegiatan proses pembelajaran untuk membimbing, mendidik, melatih dan mengembangkan kompetensi sosial siswa untuk mencapai tujuan pendidikan antara lain ialah menjadi manusia yang berbudi luhur agar dapat tercapai.

Berdsarkan hasil penelitian dan analisis dari beberapa sumber dilapangan terbukti bahwa dalam pembelajaran IPS masih menghadapi kendala. Menurut Al-Muchtar (4004:5) IPS merupakan bidang studi yang menjemukan dan kurang menantang minat belajar siswa, lebih dari dipandang sebagai kelas dua oleh siswa maupun orang tua siswa. Hal ini diduga bersumber pada lemahnya mutu dalam proses belajar yang disebabkan oleh situasi iklim belajar yang tidak kondusif, antara lain: Kegiatan pembelajaran yang hanya terpusat pada guru. Penyajiannya tidak melibatkan siswa dalam proses pembelajaran di kelas maupun di luar kelas, dan


(13)

proses pembelajaran tidak bermakna bagi siswa serta penyajian pembelajaran tidak integratif dalam artian pada Standar Isi masih tampak adanya materi yang terpisah-pisah (separated) hal ini tidak sesuai dengan hakekat dan tujuan pembelajaran IPS. Buku paket (buku teks) lebih banyak berisi informasi dan tidak banyak mendorong siswa untuk berfikir dan bertindak secara aktif dalam belajar. Buku paket lebih banyak berisi informasi dan kurang menyajikan masalah yang dapat merangsang untuk pengembangan kemampuan berfikir dan bertindak aktif. Aktivitas guru lebih menonjol daripada aktivitas siswa. Pembelajaran dititik beratkan pada penguasaan konsep, kurang mengembangkan aspek-aspek lain seperti aspek nilai, sikap dan perilaku sosial.

Melalui pembelajaran IPS seharusnya mampu mengembangkan kompetensi sosial siswa karena pada dasarnya pembelajaran IPS memiliki fungsi dan peran dalam meningkatkan sumber daya manusia untuk memperoleh bekal pengetahuan dan keterampilan sehingga jelas pembelajaran IPS memberikan kontribusi yang cukup besar dalam mengatasi masalah sosial. Pendidikan IPS sudah beberapa tahun ini dilaksanakan dalam kurikulum di Indonesia khususnya di tingkat sekolah menengah pertama dengan memadukan beberapa mata pelajaran sosial lainnya seperti geografi, sejarah, ekonomi dan sosiologi. Secara umum penguasaan siswa terhadap pengetahuan Ilmu Pengetahuan Sosial relatif cukup baik akan tetapi dalam segi hasil atau dampak pendidikan Ilmu Pengetahua Sosial masih belum nampak dalam kehidupan sehari-hari, hal ini menunjukan bahwa kompetensi sosial siswa masih sangat memprihatinkan.

Banyak penyebab yang melatar belakangi mengapa pendidikan IPS belum dapat memberikan hasil seperti yang diharapkan. Faktor penyebabnya dapat berpangkal pada kurikulum, rancangan, pelaksana, ataupun pelaksanaan serta


(14)

faktor-faktor lainnya. Somantri (2007:132) menilai pembelajaran IPS dalam pelaksanaannya sangat menjemukan karena penyajiannya sangat monoton dan ekspositoris. Kenyatan menunjukan pembelajaran IPS hanyalah terfokus pada penyampaian materi-materi pelajaran saja. Model pembelajaran IPS saat ini juga lebih menekankan pada aspek kebutuhan formal dibanding kebutuhan riil siswa, sehingga proses pembelajaran sering mengesampingkan makna dan nilai-nilai sosial yang pada akhirnya proses pembelajaran terkesan sebagai pekerjaan administratif dan belum menyentuh perubahan sikap siswa.

Menurut Maryani (2010:872) ada beberapa kelemahan dalam pembelajaran IPS yaitu:

1. Adanya anggapan IPS merupakan ‘second class’, tidak memerlukan kemampuan yang tinggi dan cenderung lebih santai dalam belajar;

2. IPS seringkali dianggap jurusan yang tidak dapat menjamin masa depan dan sulit untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih prestigius di masyarakat; 3. Pembelajaran IPS sarat dengan hafalan sejumlah materi, kurang

mengembangkan kompetensi secara integratif;

Berdasarkan hal-hal di atas nampak bahwa pada satu sisi betapa pentingnya peranan pendidikan IPS dalam mengembangkan pengetahuan,dan kompetensi sosial siswa agar para siswa menjadi warga masyarakat, bangsa dan dunia sesuai dengan tujuan pendidikan, namun di sisi lainya masih banyak penyimpangan sosial yang terjadi dimasyarakat, boleh jadi hal ini akibat dianggap remehnya pendidikan IPS.

Untuk mengatasi masalah-masalah tersebut diperlukan penelitian berkaitan dengan pembelajaran IPS. Salah satu upaya untuk mencapai tujuan pembelajaran di atas dan membuat pembelajaran IPS ini agar lebih menarik dan bermakna serta dapat meningkatkan kompetensi sosial siswa, adalah dengan melakukan penelitian terhadap model pembelajaran dengan mengaitkan standar kompetensi dan


(15)

kompetensi dasar pada permasalahan sosial yang sering terjadi di lingkungan tempat tinggal siswa.

Pembelajaran bukan sekedar menyampaikan sejumlah informasi dari guru kepada peserta didik, melainkan lebih luas lagi, yaitu bersifat mendidik. Untuk itu, proses pembelajaran harus berlangsung dalam suasana yang bersifat mendidik dan melalui interaksi yang bersifat dialogis. Tugas guru saat ini diharapkan dapat memotivasi siswa untuk mencari informasi baru di luar kelas, karena guru bukan satu-satunya sumber belajar. Guru sebagai pengendali proses pembelajaran di kelas dapat melaksanakan proses pembelajarannya melalui Strategi Pembelajaran yang lebih terbuka dengan berbasis aktivitas peserta didik, menurut Gunawan,(2008: 22) “Guru berperan sebagi motivator dan fasilitator pembelajaran, sementara aktivitas lebih banyak berfokus kepada peserta didik. Berbagai bentuk strategi pembelajaran dapat berupa kerja kelompok, survey lapangan, dan seminar praktek lapangan”.

Penggunaan metode pembelajaran yang tepat akan turut menentukan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Menurut Mulyasa (2006 : 107), “Pembelajaran perlu dilakukan dengan sedikit ceramah dan metode-metode pembelajaran yang berpusat pada guru, serta lebih menekankan pada interaksi peserta didik”. Lebih lanjut di kemukakannya Penggunaan metode yang bervariasi akan sangat membantu peserta didik dalam mencapai pembelajaran. Penggunaan metode pembelajaran harus dipilih dan dikembangkan untuk meningkatkan kompetensi siswa agar hasil pembelajaran dapat dicapai dengan baik serta hasil pembelajaran tersebut bermakna bagi kehidupan siswa di masa yang akan datang. (Mulyasa, 2007:107)

Kegiatan pembelajaran IPS yang sebelumnya dilakukan secara ekspositoris, yaitu menggunakan metode ceramah dengan tidak melibatkan siswa untuk belajar berinteraksi baik dengan sesama temannya maupun lingkungannya, ternyata kurang


(16)

memberi makna dalam kehidupan kesehariannya dan juga tidak dapat meningkatkan kompetensi sosialnya.

Perolehan kompetensi sosial pada masa anak-anak itu cukup penting, sehingga menurut Parker dalam Tarsidi jika anak tidak mencapai kompetensi sosial minimum di usia anak-anak, besar kemungkinan mereka akan menghadapi masalah pada masa dewasanya dalam hal tertentu. Untuk mengatasi masalah tersebut di atas, suatu model pembelajaran kooperatif melalui metoda investigasi sebagai alternatif yang diharapkan mampu melibatkan siswa dalam keseluruhan proses pembelajaran. Pembelajaran kooperatif dirancang supaya para siswa menjalankan peran-peran khusus dalam menyelesaikan seluruh tugas kelompok, dengan dasar pemikiran bahwa yang penting bagi spesialisasi tugas adalah bahwa apabila setiap siswa bertanggung jawab atas sebagian dari keseluruhan tugas, maka masing-masing akan merasa bangga atas kontribusinya kepada kelompok.

Menurut Wiriaatmadja (2002:307) proses belajar mengajar IPS akan tangguh apabila melakukan banyak kegiatan aktif, proses belajar mengajar ilmu sosial yang tangguh menekankan proses pembelajaran dengan kegiatan aktif di lapangan untuk mempelajari kehidupan nyata dengan menggunakan bahan untuk keterampilan yang ada di lapangan.

Komunikasi dan interaksi kooperatif di antara sesama teman sekelas akan mencapai hasil terbaik apabila dilakukan dalam kelompok kecil, dimana pertukaran diantara teman sekelas dan sikap-sikap kooperatif bisa terus berjalan. Eggen dan Kauchak (1993: 319) mendefinisikan pembelajaran kooperatif sebagai “sekumpulan strategi mengajar yang digunakan guru agar siswa saling membantu dalam mempelajari sesuatu”. Lebih lanjut ia mengemukakan sekurang-kurangnya ada tiga tujuan yang dapat di capai melalui model pembelajaran kooperatif ini yaitu hasil


(17)

belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial yang semua itu merupakan kompetensi yang dihasilkan dari proses pembelajaran. Lamb (Tarsidi,2007) (online) mengemukakan bahwa karakteristik anak yang memiliki kompetensi sosial itu mencakup kerkemampuan untuk mempersepsi orang lain, asertif, ramah kepada teman sebaya dan santun kepada orang dewasa.

Metoda Investigasi merupakan sebuah bentuk pembelajaran kooperatif di dalam kelas sebagai sebuah prasyarat untuk bisa menghadapi berbagai masalah kehidupan yang kompleks dalam masyarakat demokrasi, dan untuk membuktikan bahwa pembelajaran tersebut mampu meningkatkan aktivitas belajar dan kompetensi sosial siswa, maka perlu dilakukan sebuah penelitian.

Untuk mencapai tujuan diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) melalui metoda investigasi terhadap kompetensi sosial dalam pembelajaran IPS”.

B. Rumusan Masalah

Paradigma baru mengenai Teori, Penelitian dan Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar adalah lebih menekankan kepada Pembelajaran yang bersifat “Student Centered” didalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam proses pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.

Model pembelajaran kooperatif melalui metoda investigasi kelompok merupakan salah satu alternatif dalam memecahkan beberapa masalah yang dihadapi dalam upaya meningkatkan pengembangan kompetensi sosial siswa


(18)

Untuk itu, dengan berdasarkan latarbelakang masalah di atas, maka penulis perlu merumuskan masalahnya, yaitu sebagi berikut : “Apakah pembelajaran investigasi dapat meningkatkan kompetensi sosial siswa?”

Dari rumusan di atas dijabarkan menjadi sub-sub rumusan masalah sebagai berikut:

1. Apakah ada perbedaan kemampuan kompetensi sosial siswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol pada pengukuran awal (pretest)?

2. Apakah ada perbedaan kemampuan kompetensi sosial siswa antara kelas eksperimen yang menggunakan metoda investigasi kelompok dengan kelas kontrol yang menggunakan metoda ekspositoris pada pengukuran akhir (posttest)

3. Apakah kompetensi sosial siswa yang pembelajarannya menggunakan metoda investigasi kelompok lebih baik daripada siswa yang pembelajarannya menggunakan metoda ekspositoris?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui Apakah ada perbedaan kemampuan kompetensi sosial siswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol pada pengukuran awal (pretest). 2. Untuk mengetahui Apakah ada perbedaan kemampuan kompetensi sosial siswa

antara kelas eksperimen yang menggunakan metoda investigasi kelompok dengan kelas kontrol yang menggunakan metoda ekspositoris pada pengukuran akhir (posttest).

3. Untuk mengetahui apakah kompetensi sosial siswa yang pembelajarannya menggunakan metoda investigasi lebih baik daripada siswa yang pembelajarannya menggunakan metoda ekspositoris.


(19)

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan berguna dalam memperkaya pengetahuan guru IPS mengenai metoda-metoda pembelajaran IPS yang dapat digunakan dalam meningkatkan kompetensi sosial siswa sebagai peningkatan kualitas proses dan kualitas hasil belajar siswa dan sebagai masukan yang membangun bagi SMPN 2 Katapang dalam rangka meningkatkan pengembangan kompetensi sosial siswa. E. Metode penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen, dengan bentuk desain Quasi eksperimental Non equivalen Control Group Desain (pretest-postes control group design). Penelitian eksperimen digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan. Quasi eksperimen desain mempunyai kelompok kontrol tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen. Desain dalam bentuk Quasi eksperimen digunakan karena pada kenyataannya sulit mendapatkan kelompok kontrol yang digunakan untuk penelitian. (Sugiyono,2009:72)

F. Lokasi dan Sampel Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di kabupaten Bandung, tepatnya pada Sekolah Menengah Pertama (SMPN 2) Katapang. Populasi penelitian adalah seluruh kelas VII, dengan jumlah siswa 525 orang yang tersebar pada 11 kelas. Pengambilan lokasi penelitian ini dengan alasan SMPN 2 merupakan SMP yang letaknya di dalam perkampungan dengan latar belakang siswa dari berbagai lapisan masyarakat yang sangat heterogen dengan penghasilan orang tua menengah kebawah serta tingkat drop out yang tinggi. Dari hasil wawancara dengan guru bimbingan dan konseling diperoleh data yang menunjukan tingginya tingkat pelanggaran siswa dari mulai


(20)

kedisiplinan sampai kriminal, hal ini disimpulkan oleh penulis sebagai rendahnya kompetensi sosial siswa.

Sampel yang digunakan adalah kelas VII D sebagai kelas control dengan jumlah siswa 46 orang, dan kelas VII C sebagai kelas eksprerimen dengan jumlah siswa 45 orang. Pengambilan sampel ini berdasarkan pertimbangan bahwa: siswa pada kelas VII C dan siswa pada kelas VII D homogen, kemampuan rata-rata siswa pada kedua kelas adalah sama, serta guru yang memberi materi pelajaran IPS pada kedua kelas adalah sama.


(21)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN A. DESAIN PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental bertujuan untuk mengetahui peningkatan kompetensi sosial siswa melalui metode investigasi pada pembelajaran IPS. Metoda investigasi ini dilakukan melalui pembelajaran investigasi secara kelompok. Variabel terikat adalah kompetensi sosial siswa.

Penelitian eksperimen ini melibatkan dua kelas, yaitu kelas eksperimen dan kelas control. Kedua kelas tersebut diberi pre-tes dan post-tes, dengan perlakuan yang berbeda dalam metoda pembelajaran. Siswa pada kelas eksperimen diberi perlakuan dengan metoda Investigasi kelompok sedangkan siswa pada kelas control merupakan kelas dengan pembelajaran konvensional. Peneliti kemudian membandingkan skor perbedaan rata-rata antara kelompok control dengan kelompok eksperimen (kelompok yang diberi perlakuan).

Dalam pembelajaran investigasi ini siswa dibimbing untuk mengunpulkan informasi, menganalisis, dan membuat kesimpulan serta membuat laporan yang dipresentasikan di depan kelas. Semua kegiatan siswa sebagai data yang digunakan untuk mengetahui aspek-aspek yang ada dalam kompetensi sosial, yang menunjukan kemampuan pengetahuan sosial siswa dalam mengelola diri dan kemampuan mengelola hubungan dengan orang lain atau kelompoknya, keberhasilan dalam menjalin hubungan dengan orang lain mencirikan kemampuan kompetensi sosial siswa.

Desain eksperimen yang digunakan adalah “Non Equivalen (pretes & posttes) Control Group Desain”. Desain ini membandingkan nilai pretes-postest kelas eksperimen yang diberikan treatment menggunakan metoda investigasi


(22)

kelompok dan pretest-postest kelas control tanpa diberikan treatment. Pada desain ini kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol tidak dipilih secara random. (Sugiyono,2009:79). Dapat di lihat pada table 3.1.

Tabel 3.1 Desain Eksperimen

Group Pretes Teatment Posttes

Eksperiment 01 X 02

Control 03

04 Sumber: Sugiyono. (2009:79)

Ketetangan:

01 : pretest (sebelum perlakuan) pada kelompok eksperimen

02 : posttest (setelah perlakuan dengan metoda investigasi kelompok) pada kelompok eksperimen

03 : pretest (sebelum perlakuan) pada kelompok kontrol

04 : posttest (setelah perlakuan tanpa metoda investigasi) pada kelompok control

X : Dikenakan treatment atau perlakuan dengan metoda investigasi kelompok Pegumpulan data akan dilakukan melalui tes dan nontes tertulis untuk mengukur pretest dan posttest siswa, observasi untuk memperoleh gambaran langsung tentang pembelajaran yang dilakukan terhadap kelas eksperimen dan kelas kontrol serta pelaksanaan pembelajaran melalui metode Investigasi Kelompok.

B. DEFINISI KONSEP

Definisi konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative learning) adalah suatu model pembelajaran yang menekankan pada sikap atau perilaku bersama dalam


(23)

bekerja atau membantu diantara sesama dalam struktur kerjasama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri atas dua orang atau lebih. (Hilda 2002:70)

2. Kompetensi adalah kemampuan, kecakapan, keterampilan mengaplikasikan atau menerapkan teori, konsep kaidah dalam kehiduapan, juga berkenaan dengan penerapan dan pengembangan keterampilan, berpikir tahap tinggi dan kreatifitas.

Mengandung arti bahwa kompetensi itu merupakan kemampuan yang ditunjukan seseorang dalam menyelesaikan tugas-tugas tertentu berdasarkan standar yang ditetapkan.

3. Kompetensi Sosial adalah kemampuan individu dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan hasil dari perilaku-perilaku teratur dalam konteks sosial tertentu yang disesuaikan dengan budaya, lingkungan, situasi yang dihadapi serta nilai yang dianut oleh individu.

Kompetensi sosial diukur berdasarkan aspek-aspek yang disimpulkan dari beberapa sumber yang meliputi empat bagian yaitu: pengetahuan sosial, nilai sosial, sikap sosial, dan perilaku sosial. Penjelasan dari aspek-aspek ini adalah:

a. Pengetahuan sosial yaitu pengetahuan siswa mengenai keadaan sosial yang memadai dengan konteks sosial tertentu

b. Nilai sosial yaitu cara pandang siswa terhadap sesuatu yang dianut/yang berharga. Selaras dengan aturan dan penuh manfaat bagi dirinya maupun bagi orang disekitarnya. Dalam melakukan tindakan didasari oleh nilai perasaan percaya pada diri sendiri, adanya usaha untuk memecahkan masalah sendiri, serta mampu merealisasikan tindakan sesuai dengan aturan.


(24)

c. Sikap sosial yaitu kemampuan menunjukan sikap lebih peka terhadap orang lain, menghargai perasaan orang lain sekalipun orang tersebut tidak dikenalnya atau tidak ada hubungan dengannya, juga memberikan respon-respon emosional, mampu mengendalikan emosi dan tulus dalam menjalin hubungan dengan orang-orang. kemampuan untuk menerima dan mengerti pesan-pesan verbal dan perhatian pada aturan-aturan sosial serta norma-normanya,

d. Perilaku sosial yaitu kemampuan individu dalam menjalin ikatan positif dan self regulations selama berinteraksi dengan teman sebaya yang menunjukan kemampuan siswa untuk mengajak maupun merespon teman-temannya dengan perasaan positif dalam memecahkan persoalan-persoalan lingkungan sekitarnya, dapat bekerja sama, bertanggung jawab, dapat memimpin dan juga mengikuti, mempertahankan sikap memberi dan menerima dalam berinteraksi dengan temannya.

Pada studi ini, peneliti menyusun alat ukur kompetensi sosial dengan menggunakan keempat aspek di atas. Semakin tinggi skor yang dimiliki subjek maka semakin tinggi pula kompetensi sosial yang dimiliki.

4. Metode pembelajaran investigasi kelompok adalah metode pembelajaran yang menekankan pada aktivitas siswa untuk melakukan penyelidikan terhadap peristiwa, masalah atau topik tertentu melalui pengumpulan fakta-fakta atau informasi-informasi guna memperoleh pemahaman yang lebih jelas tentang sesuatu persoalan sehingga siswa berperan aktif menginvestigasi, bekerjasama dalam kelompok dan guru berperan sebagai fasilitator dan motivator selama pembelajaran berlangsung.


(25)

C. ALAT TES

Alat tes dalam penelitian ini terdiri dari instrument tes dan non tes. Tes berupa pertanyaan uraian (Essay) dan non tes berupa skala sikap model likert yang dikembangkan oleh peneliti dan diuji validitas dan reliabilitasnya. Untuk melengkapi informasi hasil sehubungan dengan pembelajaran dilakukan observasi kegiatan mengajar guru dengan mengacu pada observasi tertutup.

1. Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dalam 7 pertemuan dengan mengambil waktu pada semester genap tahun 2008/2009. Setiap pertemuan menggunakan waktu 2 x 45 menit. Dengan perincian sebagai berikut: dua pertemuan untuk pre-tes dan post-tes, sedangkan sisanya sebanyak 5 kali pertemuan digunakan untuk kegiatan pembelajaran.

Prosedur yang akan dilaksanakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Mengadakan penjajakan awal dan berdiskusi dengan guru BP, guru IPS kelas

VII untuk memperoleh gambaran mengenai kompetensi sosial siswa dan hasil belajar siswa.

b. Melakukan studi dokumentasi dan menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol.

c. Melaksanakan uji coba alat tes dan dilanjutkan dengan menganalisis data hasil uji coba alat tes.

d. Melaksanakan tes awal (pre-test) pada siswa kelas eksperimen dan kelas control untuk mendapatkan gambaran mengenai kompetensi sosial dan hasil belajar siswa sebelum diberikan perlakuan.

e. Melaksanakan pembelajaran baik pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Pelaksanaan pembelajaran dilakukan oleh guru IPS yang sebelumnya sudah


(26)

dimintai kesediaannya sehubungan dengan penelitian ini, dengan jadwal mengikuti jadwal yang telah ditetapkan sekolah, sehingga tidak mengganggu suasana pembelajaran di sekolah.

f. Mengadakan tes akhir (post-test) untuk mengetahui kemampuan peningkatan kompetensi sosial siswa dan hasil belajarnya, baik pada siswa kelompok eksperimen maupun siswa kelompok kontrol.

2. Teknik Pengolahan data dan Analisis data a. Teknik Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini dilakukan dengan sumber data terlebih dahulu, kemudian jenis data, teknik pengumpulan data yang digunakan serta alat tes. Teknik pengumpulan data secara kengkap dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 3.2

Teknik pengumpulan data

Sumber Data Jenis Data

Teknik Pengumpulan Data Alat Tes Siswa Kemampuan Kompetensi sosial Siswa sebelum pembelajaran (pretest) dan setelah pembelajaran (posttest) Tes awal (Pretest) Tes Akhir (Posttes) Butir soal Tes Siswa

Skala sikap mengenai kompetensi sosial siswa

Angket Lembar

Angket

Siswa dan Guru

Keterlaksanaan pembelajaran dengan metoda Investigasi. kompetensi social siswa dikelas eksperimen, dan kompetensi sosial siswa di kelas control

Observasi Panduan Observasi


(27)

Instrumen penelitian merupakan alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya. (Sugiyono.2009:222). Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes,angket, dan pedoman observasi. Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Tes

Tes merupakan suatu teknik atau cara yang digunakan dalam rangka melaksanakan kegiatan pengukuran, yang didalamnya terdapat berbagai pertanyaan, pernyataan atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan atau dijawab oleh peserta didik untuk mengukur aspek perilaku peserta didik (Arifin, 2009:18). Adapun Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes bentuk uraian (essay). yang dirancang secara bersama oleh guru dan peneliti yang akan terlibat dalam kegiatan penelitian.

2) Angket

Angket digunakan untuk mengetahui/mengukur nillai sikap dan perilaku siswa, dalam penelitian ini terdapat 3 buah angket yaitu angket untuk mengukur aspek nilai sosial, aspek sikap sosial dan angket untuk mengukur aspek perilaku sosial.

3) Panduan Observasi

Panduan observasi digunakan dengan tujuan mengetahui sejauh mana motoda yang diterapkan dapat terlaksana

3. Uji prasyarat instrument

Selanjutnya, untuk mengetahui kualitas instrument yang akan digunakan, harus dilakukan uji coba instrument terhadap siswa. Instrumen yang memiliki


(28)

kualitas dapat ditinjau melalui validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran soal dan daya pembeda.

Pengujian-pengujian sebagai uji prasarat instrumen di atas yang akan digunakan dalam penelitian ini, dijelaskan secara rinci sebagai berikut:

a. Uji Validitas

Uji validitas dimaksudkan untuk menjadi ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrument. Instrumen yang valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur (Sugiyono: 2009:173). Kriteria pengujian diambil dengan membandingkan nilai thitung dan ttabel dengan taraf nyata α = 0,05. Item soal dinyatakan valid jika memenuhi persyaratan thitung > ttabel.

Dalam penelitian ini menggunakan bantuan software SPSS versi 17 for windows untuk menguji validitas instrument.

b. Uji Reliabilitas

Reliabilitas menunjuk pada tingkat keterandalan sesuatu. Reliabel artinya, dapat dipercaya, sehingga dapat diandalkan. Instrumen penelitian pun harus merujuk kepada ukuran reliable. Instrumen yang reliabel menurut Sugiyono (2009:173) adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama akan menghasilkan data yang sama. Adapun pengujian reliabilitas tes menggunakan bantuan SPSS.

c. Tingkat Kesukaran Soal

Tingkat kesukaran adalah kesanggupan atau kemampuan siswa dalam menjawab soal, bukan dilihat dai sudut guru sebagai pembuat soal. (Sudjana, 1989:135). Selanjutnya klasifikasi interpretasi yang digunakan dengan membagi ke dalam tiga kelompok sebagaimana terlihat pada tabel 3.3


(29)

Tabel 3.3. Tingkat Kesukaran

Tingkat Kesukaran Nilai P

Sukar Sedang Mudah

0,00 – 0,25 0,26 – 0,75 0,76 – 1,00 Sumber : Zainul dan Nasoetion (1993:153)

Perhitungan tingkat kesukaran pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan analisis anatest.

d. Daya Pembeda

Daya pembeda mengacu kepada kemampuan suatu soal untuk membedakan kemampuan siswa dengan ukuran tinggi atau rendah. Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda soal disebut diskriminasi (D). Selanjutnya klasifikasi interpretasi yang digunakan untuk daya pembeda adalah sebagai berikut:

Tabel 3.4

Klasifikasi Daya Pembeda

Daya Pembeda Interprestasi

D : 0,00 – 0,20 Jelek

D : 0,20 – 0,40 Cukup

D : 0,40 – 0,70 Baik

D : 0,70 – 1,00 Baik Sekali D : Negatif Semuanya tidak baik

Untuk memudahkan pengolahan data, maka untuk menguji tingkat kesukaran soal dan uji daya beda soal dilakukan dengan bantuan Anatest.

4. Teknik Analisis Data

Pelaksanaan analisis data bertujuan untuk mendapatkan makna dari data yang telah dikumpulkan. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini


(30)

adalah uji t (uji beda). Sebelum uji t dipergunakan, terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat analisis berupa uji normalitas dan homogenitas data hasil penelitian. Apabila prasyarat terpenuhi maka uji t dapat digunakan, namun jika tidak terpenuhi maka akan digunakan uji statistik non parametrik yakni Uji Mann Whitney dan Wilcoxon. Dalam rangka memudahkan analisis data, akan dipergunakan bantuan program SPSS. Kriteria diterima atau ditolaknya hipotesis dari uji statistik yang dilakukan salah satunya dengan melihat tingkat signifikansinya.

Adapun hasil dari data pendukung akan digunakan untuk memperluas interpretasi dari hasil penelitian dengan uji statistik. Dengan keberadaan data pendukung diharapkan dapat terurai secara lebih komprehensif dan mendalam hasil dari penelitian yang akan dilaksanakan. Secara terperinci teknik analisis data yang digunakan untuk menjawab hipotesis adalah:

a. Uji Normalitas

Uji Normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah penyebaran kedua populasi berdistribusi secara normal atau tidak. Untuk mengetahuinya peneliti menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov dengan bantuan software SPSS versi 17 for windows.

Uji normalitas menggunakan SPSS tersebut menghasilkan tiga jenis keluaran, untuk keperluan penelitian cukup perhatikan tabel Test of Normality. Lihat hasil keluaran berdasarkan pada uji Kolmogorov-Smirnov. Untuk menetapkan data yang telah dianalisis normal atau tidak, maka ditetapkan krtiteria sebagai berikut:

1) Tentukan taraf signifikansi uji (α = 0.05).


(31)

3) Jika signifikansi (Sig) yang diperoleh > α, maka sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

4) Jika signifikansi (Sig) yang diperoleh < α maka sampel bukan berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas ini bertujuan untuk mengetahui apakah kedua populasi mempunyai variansi yang homogen atau heterogen. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan bantuan software SPSS versi 17 for windows dalam menguji homogenitas data yang diperoleh.

Sama halnya uji normalitas, uji homogenitas juga menghasilkan banyak keluaran, namun fokus tertuju pada tabel Test of Homogeneity of Variance. Interpretasi dilakukan dengan memilih salah satu statistik, yaitu statistik yang didasarkan pada rata-rata (Based on Mean). Untuk menetapkan data yang telah dianalisis homogen atau tidak, maka ditetapkan krtiteria sebagai berikut:

1) Tentukan taraf signifikansi uji (α = 0.05)

2) Bandingkan nilai p (p value) dengan taraf signifikansi yang diperoleh.

3) Jika signifikansi (Sig) yang diperoleh > α maka variansi setiap sampel sama (homogen).

4) Jika signifikansi (Sig) yang diperoleh < α maka variansi setiap sampel tidak sama (tidak homogen).

c. Uji beda rata-rata

Setelah diketahui normalitas dan homogenitas populasi, maka uji statistic yang digunakan untuk menguji hipotesis peneitian adalah uji-t dengan Independent Sample T Test pada SPSS for Windows versi Standar 17.


(32)

Namun jika data yang diolah tidak berdistribusi normal dan atau tidak homogen, maka digunakan tes Wilcoxon dan Uji Mann Whitney

Dari seluruh hasil keluaran, perhatikan tabel Test Statistics. Dengan melihat nilai Asymp. Sig. (2-tailed) dapat ditentukan apakah terdapat perbedaan perolehan nilai Pretest dan Posttest setelah diterapkan metode pembelajaran yang ditentukan. Untuk menentukan ada tidaknya perbedaan, maka perlu diperhatikan kriteria berikut:

1) Jika Asymp. Sig < 0.05, maka terdapat perbedaan yang nyata antara nilai Pretest dengan Posttest.

2) Jika Asymp. Sig > 0.05, maka tidak terdapat perbedaan antara nilai Pretest dengan Posttest.

d. Perhitungan Gain

Perhitungan gain digunakan untuk mengetahui besarnya peningkatan kompetensi sosial siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol, dimana analisisnya melalui hasil tes awal (pretest) dan hasil tes akhir (posttest). Analisis dilakukan dengan menggunakan rumus gain ternormalisasi rata-rata (avarange normalized gain) yang oleh Hake (2007) dianggap lebih efektif. Adapun rumus tersebut adalah sebagai berikut:

g> = skor posttest – skor pretes skor ideal – skor pretest Keterangan :

g> = gain

skor pretest = persentase skor pretest rata-rata skor posttest = persentase skor posttest rata-rata skor ideal = skor ideal seluruh item soal


(33)

Selanjutnya hasil gain akan dianalisis melalui kriteria tingkat gain sebagai berikut :

Tabel 3.5

Kategori Tingkat Gain

Batasan Kategori

g > 0,7 Tinggi

0,3 < g ≤ 0,7 Sedang

g ≤ 0,3 Rendah

Sumber: Meltzer (2002) dalam Ramdania (2010:57) D. DESAIN KEGIATAN PENELITIAN

Adapun desain kegiatan penelitian yang akan dilakukan dapat dilihat pada bagan 3.1 berikut :


(34)

Bagan 3.1

Desain Kegiatan Penelitian

E. DESAIN PELAKSANAAN PENELITIAN

Pelaksanaan penelitian dalam proses pembelajaran mengikuti tahapan-tahapan eksperimen seperti yang dapat dilihat pada tabel 3.2 berikut:

Studi Pendahuluan Studi

Lapangan

Studi Kepustakaan

Penyusunan perangkat pembelajaran : Rencana pelaksanaan

Pembelajaran Penyusunan Instrumen :

1. Soal Tes 2. Angket

3. Pedoman Observasi

Validasi, uji coba dan revisi

Kelompok Eksperimen

Tes Awal Kelompok

Kontrol Observasi

Kuesioner

Pembelajaran dengan metoda Ceramah Pembelajaran

Investigasi Tes Akhir

Analisis Data

Kesimpulan Masalah


(35)

Bagan 3.2 Tahapan eksperimen

Tahap Perlakuan Kelas

Eksperimen Kontrol

1 Pretest Latihan soal mata pelajaran ekonomi Latihan soal mata pelajaran ekonomi 2 Perlakuan Dengan Metoda Investigasi

Kelompok

- Siswa duduk sesuai dengan pengaturan kelas yang telah ada. Melaksanakan

tahap 1: Mengidentifikasi topik dan mengatur siswa dalam kelompok-kelompok

- Siswa meneliti beberapa sumber, mengusulkan sejumlah topik yang dibahas

- Siswa bergabung dengan

kelompoknya untuk mempelajari topik yang telah mereka pilih - Komposisi kelompok didasarkan

pada ketertarikan siswa dan harus bersipat heterogen

- Guru membantu dalam pengumpulan informasi dan mempasilitasi pengaturan

Tahap 2: Merencanakan tugas yang dipelajari

- Siswa merencanakan bersama dalam kelompoknya masing-masing mengenai tugas yang akan dipelajari

- Guru mengawasi dan member arahan

Tahap 3:

Melaksanakan Investigasi - Siswa mengumpulkan informasi,

menganalisis dan membuat kesimpulan

- Tiap anggota kelompok

berkontribusi untuk usaha-usaha yang dilakukan kelompoknya - Siswa saling bertukar pendapat,

berdiskusi,mengklarifikasi dan mensintesis semua gagasan Tahap 4: Menyiapkan Laporan Akhir

Dengan

Pembelajaran yang biasa digunakan guru (Ceramah) - Siswa diatur untuk

duduk sesuai dengan pengaturan kelas yang telah ada. - Guru menentukan

tujuan pembelajaran yang akan dicapai - Menjelaskan

pembelajaran dan gambaran umum materi

- Guru menyajikan materi

- Guru mengajukan pertanyaan kepada siswa

Kegiatan Akhir - Guru

menyampaikan kesimpulan dari materi pembelajaran - Guru memberikan


(36)

- Anggota kelompok menentukan pesan-pesan esensial dari proyek mereka

- Anggota kelompok merencanakan apa yang akan mereka laporkan dan bagaimana mereka akan membuat presentasi mereka - Wakil-wakil kelompok

membentuk sebuah panitia acara untuk mengkoordinasikan rencana-rencana presentasi Tahap 5: Mempresentasikan Laporan akhir

- Perwakilan kelompok mempresentasikan laporan kelompoknya

Tahap 6: Evaluasi

- Siswa saling member umpan balik mengenai topik tersebut, mengenai tugas yang mereka kerjakan, mengenai keefektifan pengalaman-pengalaman mereka

- Guru dan siswa berkolaborasi dalam mengevaluasi pembelajaran siswa

Kegiatan Akhir

Refleksi: Siswa dan guru membuat rangkuman tentang materi yang dipelajari

Penilaian: Guru member penilaian terhadap hasil kerja siswa secara individu dan kelompok

3 Posttest Soal mata pelajaran ekonomi Soal mata pelajaran ekonomi 4 Analisis Jawaban soal mata pelajaran

ekonomi pada pengukuran awal (pretest) dan pengukuran akhir

(posttest)

Jawaban soal mata pelajaran ekonomi pada

pengukuran awal (pretest) dan pengukuran akhir

(posttest)

5 Kesimpulan - -

Selanjutnya, hasil yang diperoleh akan dianalisis secara statistic dengan menggunakan bantuan Statistical Programme for Social Sciences (SPSS) for window version 17.


(37)

F. HASIL PENGUJIAN INSTRUMEN 1. Uji Validitas

Sebelum melakukan pengujian hipotesis, perlu dilakukan uji terhadap instrument penelitian yang digunakan. Uji instrument tes ini dilakukan terhadap siswa pada SMPN 2 Margahayu kabupaten Bandung dengan jumlah siswa (n) 44 orang. Uji tes ini terdiri dari uji validitas dan reliabilitas, daya pembeda serta tingkat kesukaran soal. Adapun hasil uji validitas tes dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 3.6

Uji Validitas Pengetahuan Sosial NO SOAL

HASIL TES (Corrected Item-Total

Correlation )

KETERANGAN

x1.1 .509 VALID

x1.2 .451 VALID

x1.3 .518 VALID

x1.4 .201 TIDAK VALID

x1.5 .389 VALID

x1.6 .441 VALID

x1.7 .433 VALID

x1.8 .406 VALID

x1.9 .392 VALID

x1.10 .428 VALID

x1.11 .433 VALID

x1.12 .534 VALID

x1.13 .271 TIDAK VALID

x1.14 .496 VALID

x1.15 .470 VALID

Tabel 3.7

Uji Validitas Nilai Sosial NO

SOAL

HASIL TES (Corrected Item-Total

Correlation )

KETERANGAN

x1.1 .643 VALID

x1.2 .548 VALID

x1.3 .561 VALID


(38)

Lanjutan tabel 3.7

x1.5 .717 VALID

x1.6 .556 VALID

x1.7 .466 VALID

x1.8 .638 VALID

x1.9 .481 VALID

x1.10 .005 TIDAK VALID

x1.11 .524 VALID

x1.12 .698 VALID

x1.13 .631 VALID

x1.14 -.084 TIDAK VALID

x1.15 .665 VALID

x1.16 .600 VALID

x1.17 .036 TIDAK VALID

x1.18 .235 TIDAK VALID

Tabel 3.8

Uji Validitas Sikap Sosial NO

SOAL

HASIL TES (Corrected Item-Total

Correlation )

KETERANGAN

X2.1 .045 TIDAK VALID

X2.2 .030 TIDAK VALID

X2.3 .325 VALID

X2.4 .117 TIDAK VALID

X2.5 .573 VALID

X2.6 .411 VALID

X2.7 .393 VALID

X2.8 .340 VALID

X2.9 .186 TIDAK VALID

X2.10 .455 VALID

X2.11 .653 VALID

X2.12 .457 VALID

X2.13 .424 VALID

X2.14 .316 VALID

X2.15 -.014 TIDAK VALID

X2.16 .534 VALID

X2.17 .747 VALID


(39)

Tabel 3.9

Uji Validitas Perilaku Sosial NO

SOAL

HASIL TES (Corrected Item-Total

Correlation )

KETERANGAN

x3.1 .660 VALID

x3.2 .633 VALID

x3.3 .154 TIDAK VALID

x3.4 .731 VALID

x3.5 .550 VALID

x3.6 .644 VALID

x3.7 -.041 TIDAK VALID

x3.8 .751 VALID

x3.9 .580 VALID

x3.10 .109 TIDAK VALID

x3.11 .463 VALID

x3.12 .759 VALID

x3.13 .609 VALID

x3.14 .446 VALID

x3.15 .076 TIDAK VALID

x3.16 .584 VALID

x3.17 .640 VALID

x3.18 .594 VALID

x3.19 .588 VALID

x3.20 .768 VALID

x3.21 .657 VALID

x3.22 .593 VALID

x3.23 .724 VALID

x3.24 -.265 TIDAK VALID

x3.25 .743 VALID

x3.26 .110 TIDAK VALID

Sumber: diolah dari data primer

Seperti yang telah dikemukakan pada Bab III bahwa jika koefisien korelasi item-total dikoreksi untuk semua item memberikan nilai positif yang lebih besar dari 0,25 atau 0,30, artinya semua item yang terdapat dalam tes memiliki validitas internal yang memadai dalam mengukur konstruk yang diteliti. Jadi berdasarkan analisis factor itu dapat disimpulkan bahwa instrument tes yang diambil hanya instrument yang memiliki validitas kontruksi yang baik (Valid).


(40)

2. Uji Reliabilitas

Tabel 3.10 Uji Reliabilitas

Sumber: diolah dari data primer

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa koefisien Cronbach’s Alpha ≥ 0,70, maka hal tersebut mengindikasikan bahwa instrumen pengukuran reliabel dalam mengukur konstruk yang diteliti.

3. Tingkat Kesukaran dan Daya Beda Soal

Perhitungan tingkat kesukaran pada penelitian ini dilakukan menggunakan analisis anatest, ddan diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 3.11

Hasil Perhitungan Tingkat Kesukaran Soal Pada Aspek Pengetahuan Sosial

Sumber: diolah dari data primer

Sub Variabel Cronbach's Alpha N of Items Keterangan

Pengetahuan sosial .815 13 Reliabil

Nilai sosial .906 14 Reliabil

Sikap sosial .833 13 Reliabil

Perilaku sosial .937 20 Reliabil

No Soal Tingkat Kesukaran Kategori

1 62.50 Sedang

2 66.67 Sedang

3 55.21 Sedang

4 51.04 Sedang

5 42.71 Sedang

6 39.58 Sedang

7 42.71 Sedang

8 41.67 Sedang

9 45.83 Sedang

10 50.00 Sedang

11 48.96 Sedang


(41)

Berdasarkan hasil perhitungan tingkat kesukaran soal pada aspek pengetahuan sosial yang ditunjukan pada tabel 3.14 berada pada kategori sedang, dapat diartikan bahwa instrument soal tersebut tergolong baik karena tidak terlalu sukar dan tidak terlalu mudah untuk dikerjakan.

Perhitungan daya pembeda soal pada penelitian ini dilakukan menggunakan analisis anatest, dan diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 3.12

Hasil Perhitungan Daya Pembeda Soal kompetensi Sosial Siswa Pada Aspek Pengetahuan Sosial

Nomor

Soal Daya Pembeda Kategori

1 0.50 Baik

2 1.33 Baik Sekali

3 0.75 Baik Sekali

4 1.08 Baik Sekali

5 1.08 Baik Sekali

6 1.17 Baik Sekali

7 1.08 Baik Sekali

8 1.00 Baik Sekali

9 0.67 Baik

10 0.67 Baik

11 1.08 Baik Sekali

12 0.67 Baik

Sumber: diolah dari data primer

Berdasarkan hasil perhitungan daya pembeda soal pada aspek pengetahuan sosial yang ditunjukan pada tabel 3.15 diperoleh hasil untuk soal nomor 1, 9, 10, dan 12 berada pada kategori baik, sedangkan untuk soal pada nomor 2, 3, 4,5, 6, 7, 8, dan 11 berada pada kategori baik sekali. dapat diartikan bahwa kemampuan soal tersebut untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah adalah baik dan baik sekali.


(42)

DAFTAR ISI

halaman

LEMBAR PENGESAHAN ……… i

PERNYATAAN ………ii

KATA PENGANTAR ……….……….iii

ABSTRAK……….iv

DAFTAR ISI ………..v

DAFTAR TABEL………..vi

DAFTAR BAGAN………...vii

DAFTAR LAMPIRAN………viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah……… 1

B. Rumusan Masalah……… 13

C. Tujuan Penelitian………. 14

D. Manfaat Penelitian……… 14

E. Metode Penelitian ………... 15

F. Lokasi dan Sampel Penelitian……… 15

BAB II KAJIAN TEORITIS, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS A. KAJIAN TEORITIS ……… 17

1. Pendidikan IPS………... 17

2. Tujuan Pendidikan IPS……… 19

3. Proses Pembelajaran IPS………. 21

4. Teori belajar yang mendukung pembelajaran IPS………… 23

5. Pembelajaran kooperatif ……….…………. 26

6. Metoda Investigasi ………. 30

7. Kompetensi Sosial ……….. 36

8. Penelitian Terdahulu ……….. 46

B. KERANGKA PEMIKIRAN……….. 47

C. HIPOTESIS………. 49

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. DESAIN PENELITIAN ………50

B. DEFINISI KONSEP ………. 51


(43)

1. Prosedur Penelitian………54

2. Teknik Pengolahan data dan analisis data………55

3. Uji Prasyarat Instrumen ………...56

4. Teknik Analisis data ………58

D. DESAIN KEGIATAN PENELITIAN……….. 59

E. DESAIN PELAKSANAAN PENELITIAN………. 60

F. HASIL PENGUJIAN INSTRUMEN……… 66

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. DESKRIPSI HASIL PENELITIAN ……… 71

1. Deskripsi Lokasi Penelitian ………..71

2. Seting Sosial Kelas Eksperimen ……….. 73

3. Deskripsi Kendala guru Mata Pelajaran IPS ………73

4. Keterlaksanaan Metoda Investigasi Kelompok Pada Kelas Eksperimen ………..………… 74

B. HASIL ANALISIS DATA ………. 79

1. Uji Normalitas Data ……….. 80

2. Uji Homogenitas Data ……… 80

3. Uji Hipotesis ……….. 82

C. HASIL OBSERVASI ……….. 88

D. KENDALA-KENDALA DALAM IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN DENGAN METODA INVESTIGASI KELOMPOK ……… 92

E. PEMBAHASAN ……….. 94

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. KESIMPULAN ……… 99

B. REKOMENDASI ………..100

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP


(44)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1 Nilai Ujian Akhir Semester Ganjil Mata pelajaran IPS SMPN 2 Katapang 4 1.2 Analisis Kompetensi Sosial Pada Mata Pelajaran IPS SMPN 2 Katapang 5

3.1 Desain Eksperimen 51

3.2 Teknik Pengumpulan Data 55

3.3 Tingkat Kesukaran 58

3.4 Klasifikasi Daya Pembeda 58

3.5 Kategori Tingkat Gain 62

3.6 Uji Validitas Pengetahuan Sosial 66

3. 7 Uji Validitas Nilai Sosial 66

3.8 Uji Validitas Sikap Sosial 67

3.9 Uji Validitas Perilaku Sosial 68

3.10 Uji Reliabilitas 69

3.11 Hasil Perhitungan Tingkat Kesukaran Soal 69

3.12 Hasil Perhitungan Daya Pembeda Soal 70

4.1 Uji Kenormalan Data 80

4.2 Uji Homogenitas Data 81

4.3 Uji t/ Uji Kesamaan rata-rata pretes 82

4.4 Uji t/ Uji Kesamaan rata-rata posttest 84

4.5 Uji t / Uji beda rata-rata pretest dan posttest 86

4.6 Kategori Tingkat Gain 87


(45)

DAFTAR BAGAN

Bagan Halaman

2.1 Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif 29

2.2 Kerangka Pemikiran 48

3.1 Desain Kegiatan Penelitian 63


(46)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Silabus 105

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 108 3. Kisi-Kisi Soal Uji Instrumen 132 4. Kriteria Penilaian Alat Tes 135

5. Angket 139

6. Hasil Uji Instrumen 143

7. Hasil Uji Statistik 157

8. Pedoman Observasi 186

9. Pedoman Wawancara 188

10. Soal Postest 190

11. Foto-Foto Kegiatan Pembelajaran 191

12. SK Pembimbing 194

13. Surat Izin Penelitian 196


(1)

Berdasarkan hasil perhitungan tingkat kesukaran soal pada aspek pengetahuan sosial yang ditunjukan pada tabel 3.14 berada pada kategori sedang, dapat diartikan bahwa instrument soal tersebut tergolong baik karena tidak terlalu sukar dan tidak terlalu mudah untuk dikerjakan.

Perhitungan daya pembeda soal pada penelitian ini dilakukan menggunakan analisis anatest, dan diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 3.12

Hasil Perhitungan Daya Pembeda Soal kompetensi Sosial Siswa Pada Aspek Pengetahuan Sosial

Nomor

Soal Daya Pembeda Kategori

1 0.50 Baik

2 1.33 Baik Sekali

3 0.75 Baik Sekali

4 1.08 Baik Sekali

5 1.08 Baik Sekali

6 1.17 Baik Sekali

7 1.08 Baik Sekali

8 1.00 Baik Sekali

9 0.67 Baik

10 0.67 Baik

11 1.08 Baik Sekali

12 0.67 Baik

Sumber: diolah dari data primer

Berdasarkan hasil perhitungan daya pembeda soal pada aspek pengetahuan sosial yang ditunjukan pada tabel 3.15 diperoleh hasil untuk soal nomor 1, 9, 10, dan 12 berada pada kategori baik, sedangkan untuk soal pada nomor 2, 3, 4,5, 6, 7, 8, dan 11 berada pada kategori baik sekali. dapat diartikan bahwa kemampuan soal tersebut untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah adalah baik dan baik sekali.


(2)

DAFTAR ISI

halaman

LEMBAR PENGESAHAN ……… i

PERNYATAAN ………ii

KATA PENGANTAR ……….……….iii

ABSTRAK……….iv

DAFTAR ISI ………..v

DAFTAR TABEL………..vi

DAFTAR BAGAN………...vii

DAFTAR LAMPIRAN………viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah……… 1

B. Rumusan Masalah……… 13

C. Tujuan Penelitian………. 14

D. Manfaat Penelitian……… 14

E. Metode Penelitian ………... 15

F. Lokasi dan Sampel Penelitian……… 15

BAB II KAJIAN TEORITIS, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS A. KAJIAN TEORITIS ……… 17

1. Pendidikan IPS………... 17

2. Tujuan Pendidikan IPS……… 19

3. Proses Pembelajaran IPS………. 21

4. Teori belajar yang mendukung pembelajaran IPS………… 23

5. Pembelajaran kooperatif ……….…………. 26

6. Metoda Investigasi ………. 30

7. Kompetensi Sosial ……….. 36

8. Penelitian Terdahulu ……….. 46

B. KERANGKA PEMIKIRAN……….. 47

C. HIPOTESIS………. 49

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. DESAIN PENELITIAN ………50

B. DEFINISI KONSEP ………. 51


(3)

1. Prosedur Penelitian………54

2. Teknik Pengolahan data dan analisis data………55

3. Uji Prasyarat Instrumen ………...56

4. Teknik Analisis data ………58

D. DESAIN KEGIATAN PENELITIAN……….. 59

E. DESAIN PELAKSANAAN PENELITIAN………. 60

F. HASIL PENGUJIAN INSTRUMEN……… 66

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. DESKRIPSI HASIL PENELITIAN ……… 71

1. Deskripsi Lokasi Penelitian ………..71

2. Seting Sosial Kelas Eksperimen ……….. 73

3. Deskripsi Kendala guru Mata Pelajaran IPS ………73

4. Keterlaksanaan Metoda Investigasi Kelompok Pada Kelas Eksperimen ………..………… 74

B. HASIL ANALISIS DATA ………. 79

1. Uji Normalitas Data ……….. 80

2. Uji Homogenitas Data ……… 80

3. Uji Hipotesis ……….. 82

C. HASIL OBSERVASI ……….. 88

D. KENDALA-KENDALA DALAM IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN DENGAN METODA INVESTIGASI KELOMPOK ……… 92

E. PEMBAHASAN ……….. 94

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. KESIMPULAN ……… 99

B. REKOMENDASI ………..100

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP


(4)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1 Nilai Ujian Akhir Semester Ganjil Mata pelajaran IPS SMPN 2 Katapang 4

1.2 Analisis Kompetensi Sosial Pada Mata Pelajaran IPS SMPN 2 Katapang 5

3.1 Desain Eksperimen 51

3.2 Teknik Pengumpulan Data 55

3.3 Tingkat Kesukaran 58

3.4 Klasifikasi Daya Pembeda 58

3.5 Kategori Tingkat Gain 62

3.6 Uji Validitas Pengetahuan Sosial 66

3. 7 Uji Validitas Nilai Sosial 66

3.8 Uji Validitas Sikap Sosial 67

3.9 Uji Validitas Perilaku Sosial 68

3.10 Uji Reliabilitas 69

3.11 Hasil Perhitungan Tingkat Kesukaran Soal 69

3.12 Hasil Perhitungan Daya Pembeda Soal 70

4.1 Uji Kenormalan Data 80

4.2 Uji Homogenitas Data 81

4.3 Uji t/ Uji Kesamaan rata-rata pretes 82

4.4 Uji t/ Uji Kesamaan rata-rata posttest 84

4.5 Uji t / Uji beda rata-rata pretest dan posttest 86

4.6 Kategori Tingkat Gain 87


(5)

DAFTAR BAGAN

Bagan Halaman

2.1 Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif 29

2.2 Kerangka Pemikiran 48

3.1 Desain Kegiatan Penelitian 63


(6)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Silabus 105

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 108

3. Kisi-Kisi Soal Uji Instrumen 132 4. Kriteria Penilaian Alat Tes 135

5. Angket 139

6. Hasil Uji Instrumen 143

7. Hasil Uji Statistik 157

8. Pedoman Observasi 186

9. Pedoman Wawancara 188

10. Soal Postest 190

11. Foto-Foto Kegiatan Pembelajaran 191

12. SK Pembimbing 194

13. Surat Izin Penelitian 196