MODEL PEMBELAJARAN INVESTIGASI KELOMPOK (2)

MODEL PEMBELAJARAN INVESTIGASI KELOMPOK
Dika Jaya Rahmana, Fikri Muhammad Firdaus, Nilam Maolan Nisa, dan Rahmatia
Teknologi Pendidikan - Fakultas Ilmu Pendidikan
fikrimuhammadfirdaus@gmail.com
Dr. H. Toto Ruhimat, M.Pd, Ence Surahman, M.Pd
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Pembelajaran merupakan suatu sistem yang bertujuan mengubah perilaku
pembelajar secara langsung sebagai hasil belajar. Tentunya dari pembelajaran tersebut
menginginkan adanya perubahan perilaku yang lebih baik. Pembelajaran seharusnya
bisa memberikan dampak yang baik bagi pembelajar guna meningkatkan taraf hidup
dan kompetensinya dan pembelajaran didesain untuk itu.
Setiap model pembelajaran pasti memiliki kelebihan dan kekurangannya masing
- masing untuk meningkatkan efektifitas pembelajaran dari segi kognitif, afektif, dan
psikomotor. Tentunya setiap model pembelajaran yang dipilih dan digunakan harus
sesuai dengan tujuan apa yang ingin dicapai dari pembelajaran tersebut. Karena
pemilihan model pembelajaran yang tepat merupakan salah satu faktor dari keberhasilan
pembelajaran. Artinya model pembelajaran yang dipilih akan menentukan tercapai atau
tidaknya tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan.
Pembelajaran yang bermakna yaitu apabila pembelajaran tersebut bisa
memberikan pengetahuan dan perubahan perilaku secara langsung dalam kehidupan

sehari - hari dalam jangka waktu yang lama. Pembelajaran bermakna dapat diraih
apabila peserta didik berpartisipasi aktif dan terjun langsung ke lapangan guna
mengetahui dan mengalami secara nyata kehidupan yang sebenarnya. Proses berpikir
dan mengolah informasi dengan benar pun menjadi salah satu penyebab keberhasilan
pembelajaran yang bermakna. Sehingga apabila pembelajaran yang dilakukan dengan
terjun secara langsung ke lapangan untuk mengolah data dan fakta yang ada di lapangan
melalui proses berpikir diharapkan dapat memberikan pembelajaran yang bermakna
bagi peserta didik, karena peserta didik secara aktif melakukan proses berpikir untuk
mengolah data dan fakta yang terjadi atau yang dialami oleh mereka sendiri di
kehidupan nyata.
Salah satu model pembelajaran yang bisa dijadikan pilihan untuk memberikan
pembelajaran yang bermakna bagi peserta didik adalah model investigasi kelompok
(group investigation). Dalam model pembelajaran investigasi kelompok ini peserta
didik dalam kelompoknya dapat mengungkap dan mengolah data yang mereka peroleh
sendiri melalui investigasi untuk dipresentasikan kepada kelompok lain guna bertukar

1

informasi. Diharapkan melalui tahap - tahap yang ada pada model pembelajaran ini bisa
memberikan pembelajaran yang bermakna bagi peserta didik.

2. Tujuan dan Manfaat
Tujuan dan manfaat dibuatnya makalah ini bagi penyusun agar dapat memahami
dan mendalami wawasan mengenai pembelajaran, khususnya mengenai model
pembelajaran investigasi kelompok sebagai bidang keilmuan dari penyusun. Tujuan dan
manfaat bagi pembaca adalah untuk menambah wawasan mengenai upaya
meningkatkan efektifitas pembelajaran, khususnya melalui model investigasi kelompok.
B. Pembahasan
1. Konsep Dasar dan Teori Model Pembelajaran Investigasi Kelompok
Menurut KBBI Investigasi adalah penyelidikan dengan mencatat atau merekan
fakta melakukan peninjauan, percobaan, dan lain sebagainya dengan tujuan memperoleh
jawabaan atas pertanyaan (tentang peristiwa, sifat atau khasiat suatu zat, dan lain
sebagainya). Sedangkan pengertian investigasi menurut Arifin dan Afandi (2015, hlm.
13) “merupakan upaya penelitian, penyelidikan, pencarian, informasi dan temuan
lainnya untuk mengetahui/ membuktikan kebenaran atau bahkan kesalahan sebuah fakta
yang kemudian menyajikan kesimpulan atas rangkaian temuan dan susunan kejadian”.
Rumpun sosial adalah model yang menggabungkan antara belajar dan masyarakat.
Kedudukan belajar/mengajar disini adalah bahwa perilaku kooperatif tidak hanya
merupakan pemberi semangat.
Menurut Suyatno dalam Yumisnaini (2013) “model pembelajaran investigasi
kelompok adalah pembelajaran yang melibatkan kelompok kecil dimana siswa bekerja

menggunakan inkuiri kooperatif, perencanaan, proyek, dan diskusi kelompok, dan
kemudian mempresentasikan penemuan mereka kepada kelas”. Selanjutnya Trianto
dalam Yumisnaini (2013) menyebutkan bahwa “Investigasi kelompok adalah metode
pembelajaran yang melibatkan siswa sejak perencanaan, baik dalam menentukan topik
maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi. Metode pembelajaran ini
menuntut para siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi
maupun dalam keterampilan proses kelompok”.
Menurut Slavin yang dikutip oleh Yusron dalam Yumisnaini (2013), investigasi
kelompok adalah model pembelajaran kooperatif yang menekankan pada partisipasi dan
aktivitas siswa untuk mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari
melalui bahan-bahan yang tersedia. Menurut pendapat ini investigasi kelompok adalah
model pembelajaran kooperatif yang menitikberatkan pada partisipasi yang tinggi siswa
dalam belajar kelompok yang dilakukan secara berkelompok dengan mencari sendiri
materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari. Dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran investigasi kelompok merupakan model pembelajaran dimana peserta
didik dalam kelompoknya secara aktif melakukan perencanaan dalam memilih materi
yang akan dipelajari untuk dilakukan investigasi atau pencarian data dan fakta melalui
tahap - tahap tertentu terkait materi tersebut untuk dipresentasikan kepada teman atau
kelompok lain untuk saling bertukar informasi.
Menurut Aunurrahman dalam Arifin dan Afandi (2015, hlm. 13-14), seorang

guru dapat menggunakan model investigasi kelompok di dalam pembelajaran dengan
beberapa keadaan diantaranya : 1) Bilamana guru bermaksud agar siswa-siswa
2

mencapai studi yang mendalam tentang isi atau materi, yang tidak dapat dipahami
secara memadai dari sajian-sajian informasi yang terpusat pada guru; 2) Bilamana guru
bermaksud mendorong siswa untuk lebih skeptis tentang ide - ide yang disajikan dari
fakta-fakta yang mereka dapatkan; 3) Bilamana guru bermaksud meningkatkan minat
siswa terhadap suatu topik yang memotivasi mereka membicarakan berbagai persoalan
di luar kelas; 4) Bilamana guru bermaksud membantu siswa memahami tindakantindakan pencegahan yang diperlukan atas interpretasi informasi yang berasal dari
penelitian-penelitian orang lain yang mungkin dapat mengarah pada pemahaman yang
kurang positif; 5) Bilamana guru bermaksud mengembangkan keterampilanketerampilan penelitian, yang selanjutnya dapat mereka pergunakan di dalam situasi
belajar yang lain, seperti halnya cooperative learning; 6) Bilamana guru menginginkan
peningkatan dan perluasan kemampuan siswa.
Setiap hal pasti memiliki kelebihan dan kekurangan, begitu pula dengan model
investigasi kelompok ini. Kelebihan - kelebihan dalam model pembelajaran group
investigation adalah sebagai berikut: 1) Melatih peserta didik untuk mendesain suatu
penemuan; 2) Melatih berpikir dan bertindak kreatif; 3) Dapat memecahkan masalah
yang dihadapi secara realistis; 4) Mengidentifikasi dan melakukan penyelidikan; 5)
Menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan; 6) Merangsang perkembangan

kemajuan berpikir peserta didik untuk menghadapi masalah yang dihadapi secara tepat.
Di samping memiliki kelebihan, model investigasi kelompok ini juga memiliki
kekurangan, diantaranya : 1) Membutuhkan keaktifan anggota kelompok dalam
melakukan penyelidikan atau investigasi; 2) Jika seluruh anggota kelompok pasif, maka
akan menyulitkan mereka dalam melakukan kegiatan investigasi.
Killen yang dikutip Haffidianti (2011, hlm.15) dalam Aunurrahman (2009, hlm.
153) memaparkan beberapa ciri esensial investigasi kelompok sebagai pendekatan
pembelajaran adalah: 1) Peserta didik bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil
dan memiliki independensi terhadap guru; 2) Kegiatan-kegiatan peserta didik terfokus
pada upaya menjawab pertanyaan - pertanyaan yang telah dirumuskan; 3) Kegiatan
belajar peserta didik akan selalu mempersyaratkan mereka untuk mengumpulkan
sejumlah data, menganalisisnya, dan mencapai beberapa kesimpulan; 4) Peserta didik
akan menggunakan pendekatan yang beragam di dalam belajar; 5) Hasil-hasil dari
penelitian peserta didik dipertukarkan di antara seluruh peserta didik.
Adapula prinsip - prinsip model pembelajaran investigasi kelompok menurut
Slavin (2008, hlm. 215-217) dalam Haffidianti (2011, hlm.16), a). Menguasai
kemampuan kelompok, kesuksesan implementasi dari group investigation sebelumnya
menuntut pelatihan dalam kemampuan komunikasi dan sosial; b). Perencanaan
kooperatif, anggota kelompok mengambil bagian dalam merencanakan berbagai tugas
dari proyek mereka. Bersama - sama mereka menentukan apa yang mereka ingin

investigasikan sehubungan dengan upaya mereka menyelesaikan masalah yang mereka
hadapi, sumber apa yang mereka butuhkan, siapa melakukan apa, dan bagaimana
mereka akan menampilkan proyek mereka yang sudah selesai di hadapan kelas; c).
Peran guru, di dalam kelas yang melaksanakan proyek group investigation, guru
bertindak sebagai narasumber dan fasilitator. Guru tersebut berkeliling di antara
kelompok - kelompok yang ada, untuk melihat bahwa mereka bisa mengelola tugasnya,
dan membantu tiap kesulitan yang mereka hadapi dalam interaksi kelompok, termasuk
masalah dalam kinerja terhadap tugas-tugas khusus yang berkaitan dengan proyek
pembelajaran.

3

Model pembelajaran group investigation meletakkan dasar pada psikologi
pendidikan John Dewey, yang mana dia percaya bahwa para siswa akan mengalami
pembelajaran bermakna jika mereka mampu menunjukkan langkah-langkah
penyelidikan ilmiah (Tsoi, dkk., 2004). Karakter unik investigasi kelompok ada pada
investigasi dari empat fitur dasar seperti investigasi, interaksi, penafsiran,dan motivasi
intrinsik (Sharan, 2009). Slavin (dalam Suartika, dkk., 2013, hlm. 3) menyatakan
kegiatan pembelajaran group investigation memiliki enam langkah pembelajaran antara
lain; 1) Grouping (menetapkan jumlah anggota kelompok, menentukan sumber,

memilih topik, merumuskan permasalahan), 2) Planning (menetapkan apa yang akan
dipelajari, bagaimana mempelajari, siapa melakukan apa, apa tujuannya), 3)
Investigation (saling tukar informasi dan ide, berdiskusi, klarifikasi, mengumpulkan
informasi, menganalisis data, membuat inferensi), 4) Organizing (anggota kelompok
menulis laporan, merencanakan presentasi laporan, penentuan penyaji, moderator, dan
notulis), 5) Presenting (salah satu kelompok menyajikan, kelompok lain berperan secara
aktif sebagai pendengar (audiens), dan 6) Evaluating (masing-masing siswa melakukan
koreksi terhadap laporan masing-masing berdasarkan hasil diskusi kelas, siswa dan guru
berkolaborasi mengevaluasi pembelajaran yang dilakukan, melakukan penilaian
kompetensi dasar yang difokuskan pada pencapaian pemahaman.
Untuk mewujudkan kemampuan berpikir siswa, guru perlu menerapkan berbagai
pembelajaran model inovatif. Model pembelajaran inovatif yang dimaksud adalah
“model yang menggunakan paham konstrutivistik” (Shadiq, 2006). Paham tersebut
menyatakan bahwa pengetahuan akan terbentuk atau terbangun di dalam pikiran siswa
sendiri ketika ia berupaya untuk mengorganisasikan pengalaman barunya berdasarkan
pada kerangka kognitif yang sudah ada di dalam pikirannya. Menurut Paul Suparno
(dalam Syaripudin & Kurniasih, 2015, hlm. 125) Jika seseorang tidak
mengkonstruksikan pengetahuannnya sendiri secara aktif, meskipun ia berumur tua,
pengetahuannya akan tetap tidak berkembang.
Model pembelajaran group investigation, membuat siswa akan lebih termotivasi

untuk berbuat sesuatu yang baik dan produktif saat siswa dihadapkan pada masalah
yang terkait dengan kehidupan mereka sehari-hari. Untuk memecahkan suatu
permasalahan siswa harus mampu menganalisis dan memahami konsep. Hal ini akan
memberi arah kepada siswa untuk mengidentifikasi apa yang perlu diketahui dan
dipelajari untuk dapat memahami konsep dan memecahkan masalah, serta merancang
investigasi dan mengidentifikasi sumber-sumber belajar yang diperlukan.
Saat proses pemahaman konsep, siswa yang belajar secara aktif, baik aktif dalam
berpikir (minds-on) dan aktif dalam berbuat (handson), bersama kelompok belajarnya
akan memberikan kesempatan kepada setiap individu untuk dapat terlibat dalam proses
berpikir dan kegiatan belajar. Model pembelajaran group investigation memiliki potensi
yang sangat besar untuk melatih proses berpikir siswa yang mengarah pada
keterampilan berpikir kreatif siswa. Keterampilan berpikir kreatif dikembangkan di
setiap tahapan pembelajaran model pembelajaran group investigation. Siswa menjadi
terdorong di dalam belajar mereka, guru berperan sebagai mediator dan fasilitator.
2. Tahapan dari Model Pembelajaran Investigasi Kelompok
Langkah-langkah penerapan metode Group Investigation, (Kiranawati (2007),
dapat dikemukakan sebagai berikut, 1). Para siswa memilih berbagai subtopik dalam
suatu wilayah masalah umum yang biasanya digambarkan lebih dulu oleh guru. Para

4


siswa selanjutnya diorganisasikan menjadi kelompok-kelompok yang berorientasi pada
tugas (task oriented groups) yang beranggotakan 2 hingga 6 orang. Komposisi
kelompok heterogen baik dalam jenis kelamin, etnik maupun kemampuan akademik; 2).
Merencanakan kerjasama, para siswa bersama guru merencanakan berbagai prosedur
belajar khusus, tugas dan tujuan umum yang konsisten dengan berbagai topik dan
subtopik yang telah dipilih dari langkah 1 diatas; 3). Implementasi, para siswa
melaksanakan rencana yang telah dirumuskan pada langkah 2. pembelajaran harus
melibatkan berbagai aktivitas dan keterampilan dengan variasi yang luas dan
mendorong para siswa untuk menggunakan berbagai sumber baik yang terdapat di
dalam maupun di luar sekolah. Guru secara terus-menerus mengikuti kemajuan tiap
kelompok dan memberikan bantuan jika diperlukan; 4). Analisis dan sintesis, para siswa
menganalisis dan mensintesis berbagai informasi yang diperoleh pada langkah 3 dan
merencanakan agar dapat diringkaskan dalam suatu penyajian yang menarik di depan
kelas; 5). Penyajian hasil akhir, semua kelompok menyajikan suatu presentasi yang
menarik dari berbagai topik yang telah dipelajari agar semua siswa dalam kelas saling
terlibat dan mencapai suatu perspektif yang luas mengenai topik tersebut. Presentasi
kelompok dikoordinir oleh guru; 6). Evaluasi, guru beserta siswa melakukan evaluasi
mengenai kontribusi tiap kelompok terhadap pekerjaan kelas sebagai suatu keseluruhan.
Evaluasi dapat mencakup tiap siswa secara individu atau kelompok, atau keduanya.

Suatu model pembelajaran pasti memiliki kelebihan dan kekurangan, demikian
pula dengan model group investigation. Menurut Eggen dan Kauchak (dalam
Harisantoso, 2005:3), kelebihan model group investigation adalah sebagai berikut, 1).
Memungkinkan siswa untuk secara aktif melakukan investigasi terhadap suatu topik,
sebab group investigation memfokuskan pada investigasi terhadap suatu topik atau
konsep; 2). Group investigation menyediakan kesempatan kepada siswa untuk
membentuk atau mengajukan pertanyaan-pertanyaan bermakna; 3). Group investigation
efektif dalam membentuk siswa untuk bekerjasama dalam kelompok dengan latar
belakang berbeda (misalnya kemampuan, gender, dan etnis); 4). Group investigation
menyediakan konteks sehingga siswa dapat belajar mengenai dirinya dan orang lain.
Kekurangan group investigation adalah setiap kelompok menerima materi yang
berbeda-beda sehingga dapat terjadi kemungkinan setiap kelompok hanya memahami
materi yang sudah diterimanya. Untuk mengatasi hal ini, dilakukan pemberian lembar
kerja siswa keseluruhan siswa sebelum pembelajaran dimulai dengan materi sesuai
dengan yang dipresentasikan kelompok tersebut.
Model pembelajaran investigasi grup juga memiliki beberapa dampak, baik
dampak pengiring ataupun dampak instruksional. Dampak pengiring dari penerapan
model pembelajaran group investigation
adalah sebagai berikut, 1).
Berani

menyumbangkan ide untuk memecahkan permasalahan kelompok; 2). Siswa belajar
menghargai pendapat teman; 3). Meningkatkan kerja sama antar siswa dengan
membantu teman dalam kelompok untuk memahami meteri dan menyelesaikan
permasalahan yang diberikan; 4). Saling memberi dorongan pada teman untuk maju; 5).
Mengemban tanggung jawab untuk mengelola dan saling memeriksa hasil kerja teman
dalam kelompok; 6). Mengurangi tingkat kesenjangan sosial siswa dikelas, siswa yang
pandai menyadari bakat yang dimilikinya untuk mau membaginya kepada siswa lain.
Dampak instruksional Dampak intruksional yang diperoleh dari model pembelajaran
group investigation yaitu, 1). Siswa lebih memahami dan menguasai materi yang telah
diberikan; 2). Siswa mampu memecahkan dan menyelesaikan soal dari materi yang
dipelajari.

5

3. Penerapan Model Pembelajaran Investigasi Kelompok
Penerapan model pembelajaran investigasi grup yaitu metode pembelajaran Peer
Teaching atau dalam bahasa Indonesia sering disebut tutor sebaya. Peer teaching atau
tutor sebaya adalah sebuah metode yang tidak membuat siswa tubosan dan guru pun
tidak suntuk. Edward L. Dejnozken dan David E. Kopel dalam American Education
Encyclopedia menyebutkan pengertian tutor sebaya adalah sebuah prosedur siswa
mengajar siswa lainnya. Menurut Kuswaya Wihardit dalam Aria Djalil (1977:38),
menuliskan bahwa tutor sebaya adalah seorang siswa pandai yang membantu belajar
siswa lainnya dalam tingkat kelas yang sama. Dari beberapa pendapat diatas, dapat
disimpulkan bahwa tutor sebaya (peer teaching) adalah model pembelajaran dengan
pendekatan kooperatif dimana peserta didik ada yang berperan sebagai pengajar
(biasanya siswa yang lebih pandai dari siswa yang lain) dan peserta didik yang lain
berperan sebagai pembelajar, baik pada usia yang sama atau pengajar berusia lebih tua
dari pembelajar ataupun sebaliknya.
Manfaat peran tutor sebaya menurut Dossuwanda adalah (1). Memberikan
pengaruh positif, baik dalam pendidikan dan sosial pada guru, dan tutor sebaya, (2).
Merupakan cara praktis untk membantu secara individu dalam membaca, (3).
Pencapaian kemapuan membaca dengan tutor sebaya hasilnya bisa ebih baik, dan (4).
Jumlah waktu yang dibutuhkan peserta didik untuk membaca akan lebih meningkat.
Dengan tutor sebaya, pembaca yang lemah dapat mengambil manfaat dari perhatian
yang tak terbagi. Guru sering tidak mempunyai cukup waktu untuk memberikan
bantuan individu kepada setiap peserta didik. Namun model ini harus dijelaskan dengan
seksama kepada tutor sebaya, apa yang harus mereka lakukan.
Menurut Hisyam Zaini (2001:1) dalam Amin Suyitno (2004:34), menyebutkan
bahwa langkah-langkah model pembelajaran tutor sebaya yaitu, (1). Pilih materi yang
memungkinkan materi tersebut dapat dipelajari siswa secara mandiri, materi pelajaran
dibagi menjadi sub-sub materi, (2). bagilah para siswa menjadi kelompok-kelompok
kecil yang heterogen, sebanyak sub-sub materi yang akan disampaikan guru. Siswasiswa pandai disebar dalam setiap kelompok dan bertindak sebagai tutor sebaya, (3).
Masing-masing kelompok diberi tugas mempelajari satu sub materi. Setiap kelompok
dibantu oleh siswa yang panadai sebagai tutor sebaya, (4). Beri waktu yang cukup untuk
persiapan, (5). Setiap kelompok melalui wakilnya menyampaikan sub materi sesuai
dengan tugas yang telah diberikan. Guru bertindak sebagai narasumber utama, dan (6).
Setelah semua kelompok menyampaikan tugasnya secara berurutan sesuai dengan
aturan sub materi, beri keimpulan dan klarifikasi seandainya ada pemahaman siswayang
perlu diluruskan.
Miler dalam Aria Djalil (1997:48) menuliskan daran penggunaan model
pembelajaran tutor sebaga agar mencapai tingkat keberhasilan yang diharapkan adalah
sebagai berikut, (1). Mulailah dengan tujuan yang jelas dan mudah dicapai, (2). Jelaskan
tujuan kepada semua pembelajar, (3). Siapkan bahan dan sumber belajar yang memadai,
(4). Gunakan cara yang praktis, (5). Hindari kegiatan pengulangan yang telah dilakukan
guru, (6). Pusatkan kegiatan tutorial pada keterampilan yang akan dilakukan, (7).
Berikan latihan singkat mengenai yang akan dilakukan tutor, (8). Lakukan pemantauan
terhadap proses belajar yang terjadi melalui tutor sebaya dan, (9).jagalah agar siswa
yang menjadi tutor tidak sombong.
Jadi, model tutor sebaya (peer teaching) adalah suatu strategi pembelajaran yang
kooperatif dimana rasa saling menghargai dan mengerti dibina di antara peserta didik
6

yang bekerja sama. Tutor sebaya ini memudahkan belajar, siswa berpartisipasi aktif, dan
dapat memecahkan masalah bersama-sama, sehingga pemerataan pemahaman terhadap
materi pembelajaran yang diberikan dapat tercapai. Tutor sebaya akan lebih efektif jika
dalam pelaksanaannya menginkuti pedoman yang sudah direncanakan.
C. Penutup
Group investigation (investigasi kelompok) adalah model belajar kooperatif
yang menempatkan siswa ke dalam kelompok secara heterogen dilihat dari perbedaan
kemampuan dan latar belakang yang berbeda baik dari segi gender, etnis, dan agama
untuk melakukan investigasi terhadap suatu topik (Eggen dan Kauchak dalam
Harisantoso, 2005:2). Model pembelajaran investigasi kelompok merupakan model
pembelajaran dimana peserta didik dalam kelompoknya secara aktif melakukan
perencanaan dalam memilih materi yang akan dipelajari untuk dilakukan investigasi
atau pencarian data dan fakta melalui tahap - tahap tertentu terkait materi tersebut untuk
dipresentasikan kepada teman atau kelompok lain untuk saling bertukar informasi.
Model pembelajaran Group investigation hadir dikarenakan adanya kebutuhan yang
mendasari agar pembelajaran terjadi lebih kooperatif yang dirancang agar siswa dapat
dilibatkan dengan maksimal dan mendapatkan peran khusus dalam menyelesaikan
tugasnya dan bertanggungjawab dalam peran khusus tersebut dalam kelompoknya.
Demikian makalah ini kami buat semoga dapat bermanfaat. Diharapkan
pembaca dapat menggali lagi dari sumber lain wawasan mengenai pembelajaran,
khususnya terkait materi yang telah disajikan dalam makalah ini mengenai model
pembelajaran investigasi kelompok untuk lebih memahami dan mendalaminya. Apabila
ada kritik atau saran yang ingin disampaikan silahkan sampaikan agar kedepannya
menjadi lebih baik, mohon maaf apabila ada kesalahan dan kekurangan dalam penulisan
harap untuk memakluminya sekian dan terima kasih.

Daftar Pustaka :
Suartika, dkk. (2013). Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group
Investigation (Gi) Terhadap Pemahaman Konsep Biologi Dan Keterampilan
Berpikir Kreatif Siswa Sma. e-Journal Program Pascasarjana Universitas
Pendidikan
Ganesha.
3,
2-10.
Syaripudin, T & Kurniasih. (2015). Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung; Percikan
Ilmu.
Yumisnaini. (2013). Efektivitas metode investigasi kelompok (group investigation)
terhadap keterampilan menulis artikel oleh siswa kelas xi sma negeri 1
pancurbatu tahun pembelajaran 2012/2013. [Jurnal Online]. Diakses dari http://
jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/kjb/article/download/1659/1346
Arifin, Z. & Afandi, T.Y. (2015). Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe
investigasi kelompok (group investigation) dan strategi student team
achievement division (STAD) terhadap keterampilan proses dan hasil belajar
akuntansi siswa smk di kota kediri. [Jurnal Online]. Diakses dari
http://lp2m.unpkediri.ac.id/jurnal/pages/research/vol2no1/Hal%201025.%20artikel%20GI%20okk.pdf
7

Haffidianti, Y. (2011). Skripsi Penerapan model pembelajaran group investigation (GI)
dalam upaya meningkatkan hasil belajar peserta didik pada materi pokok
bangun ruang kelas viii f mts negeri 1 semarang tahun pelajaran 2010/2011.
[Online]. Diakses dari http://digilib.walisongo.ac.id/files/disk1/131/jtptiain-gdlyunitahaff-6512-1-fileskr-a.pdf
Dossuwanda. (2008). Pengelolaan Pembelajaran Tutor Sebaya. [Online]. Diakses dari
http://dossuwanda.wordpress.com/2008/04/18/pengelolaan-pembelajaran-tutorsebaya/
Teacher Creative Corner. (2010). Pembelajaran dengan method Tutor Teman Sebaya.
[Online]. Diakses dari http://baliteacher.blogspot.com/2010/02/pembelajarandengan-methode-tutor-teman.html
Febianti, Yovi Nisa. (2014). Peer Teaching (Tutor Sebaya) Sebagai Metode
Pembelajaran Untuk Melatih Siswa Mengajar. [Online]. Diakses dari
http://www.fkip-unswagati-ac.id/ejournal/index.php/edunomic/article/download/
63/61
Lim, Leng Leng. (2014). A Case Study on Peer Teaching. [Online]. Diakses dari
http://file.scrip.org/pdf/JSS_2014082217073688.pdf
Rosita, C, D. (2015). EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN GRUP
INVESTIGASI TERHADAP KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS
MAHASISWA PADA MATERI RUANG VEKTOR. Journal Mathematics
Education,
1(1)
Harisantoso, John. (2005). Pendekatan kooperatif model group investigation suatu
analisis pengantar. Edusaintek. Vol 1, No 1, P 1-8.

8

Dokumen yang terkait

ANALISIS KEMAMPUAN SISWA SMP DALAM MENYELESAIKAN SOAL PISA KONTEN SHAPE AND SPACE BERDASARKAN MODEL RASCH

69 778 11

MODEL KONSELING TRAIT AND FACTOR

0 2 9

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

2 5 46

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DITINJAU DARI PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI

6 77 70

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA ANTARA MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL)

11 75 34

MENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA REALIA DI KELAS III SD NEGERI I MATARAM KECAMATAN GADINGREJO KABUPATEN TANGGAMUS TAHUN PELAJARAN 2011/2012

21 126 83

PENGARUH KEMAMPUAN AWAL MATEMATIKADAN MOTIFBERPRESTASI TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL

8 74 14

PENGGUNAAN BAHAN AJAR LEAFLET DENGAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM GERAK MANUSIA (Studi Quasi Eksperimen pada Siswa Kelas XI IPA1 SMA Negeri 1 Bukit Kemuning Semester Ganjil T

47 275 59

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TPS UNTUK MENINGKATKAN SIKAP KERJASAMA DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV B DI SDN 11 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

6 73 58

PENINGKATAN HASIL BELAJAR TEMA MAKANANKU SEHAT DAN BERGIZI MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE PADA SISWA KELAS IV SDN 2 LABUHAN RATU BANDAR LAMPUNG

3 72 62