HUBUNGAN ANTARA BUDAYA ORGANISASI, GAYA KEPEMIMPINAN, DENGAN KINERJA PAMONG BELAJAR DI SKB PROVINSI GORONTALO.

(1)

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PANGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

DAFTAR ISI... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 9

C.Tujuan Penelitian ... 9

D.Manfaat Penelitian ... 10

E. Batas Penelitian ... 10

F. Penjelasan istilah ... 11

G.Metodologi Penelitian ... 12

H.Lokasi dan Sampel Penelitian ... 13

BAB II TINJAUAN TEORETIS ... 15

A.Karakteristik Sepak Bola ... 15

B. Latihan Kondisi Fisik ... 17

1. Pengertian Latihan Fisik ... 17

2. Komponen Fisik Yang Dibutuhkan Pemain Sepak Bola ... 19


(2)

BAB III PROSEDUR PENELITIAN ... 34

A.Metode Penelitian ... 34

B. Populasi dan Sampel ... 36

1. Populasi ... 36

2. Sampel ... 37

C.Langkah-Langkah Penilitian ... 37

D.Instrumen Penelitian ... 40

E. Prosedur Pengolahan dan Analisis Data ... 45

BAB IV HASIL PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA ... 48

A.Deskripsi dan Analisis Data... 48

1. Deskripsi Hasil Tes Masing-Masing Kelompok Umur... 49

2. Kemampuan VO2max Secara Keseluruhan ... 57

B. Diskusi Penemuan ... 59

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 64

A.Kesimpulan ... 64

B. Saran ... 65

DAFTAR PUSTAKA ... 66

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 68


(3)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 2.1. Biomotor Yang Bisa Dilatihkan Untuk BerbagiKelompok

Umur ... 32 Tabel 2.2 Tahapan Latihan Dengan Rentang Waktu Pembinaan,

Kekerapan Latihan, Elemen Fisik, dan Usia ... 33 Tabel 3.1 Nilai Standar VO2max Berdasarkan Tes Lari Multi Tahap ... 43

Tabel 3.3 Formulir Catatan Tes Lari Multi Tahap ... 44 Tabel 4.1 Nilai Rata-Rata VO2max Siswa Sekolah Sepak Bola Tanjung

Medal Usia 13, 15, 17, dan 21 Tahun ... 48 Tabel 4.2 Nilai Simpangan Baku VO2max Siswa Sekolah Sepak Bola


(4)

2

Tanjung Medal Usia 13 Tahun ... 50 Tabel 4.4 Data Prosentase Hasil Tes VO2max Siswa Sekolah Sepak Bola

Tanjung Medal Usia 15 Tahun ... 51 Tabel 4.5 Data Prosentase Hasil Tes VO2max Siswa Sekolah Sepak Bola

Tanjung Medal Usia 17 Tahun ... 53

Tabel 4.6 Data Prosentase Hasil Tes VO2max Siswa Sekolah Sepak Bola

Tanjung Medal Usia 21 Tahun ... 55 Tabel 4.7 Data Keseluruhan Kemampuan Daya Tahan (VO2max) Siswa

Sekolah Sepak Bola Tanjung Medal Usia 13, 15, 17, dan

21 Tahun Hasil Analisis Deskriptif Prosentase ... 57 Tabel 4.8 Nilai VO2max Dalam Buku Kumpulan Materi Pelatihan

Pelatih Fisik Sepak Bola Se-Jawa Barat ... 60 Tabel 4.9 Nilai VO2max http://www.baymasters.org/vo2maxnorms.html. 61

Tabel 4.10 Nilai VO2max http://www.brianmac.co.uk/vo2max.htm ... 62


(5)

Gambar 2.2 Kaitan antara Metabolisme Aerob dan Anaerob ... 26

Gambar 2.3 Metode Latihan Ekstensif ... 30

Gambar 2.4 Metode Latihan Intensif ... 30

Gambar 2.5 Metode Latihan Repetisi ... 31

Gambar 3.2 Langkah-Langkah Penelitian ... 39

Gambar 4.1 Hasil Tes VO2max Siswa Usia 13 Tahun Dalam Diagram Batang ... 50

Gambar 4.2 Hasil Tes VO2max Siswa Usia 15 Tahun Dalam Diagram Batang ... 52

Gambar 4.3 Hasil Tes VO2max Siswa Usia 17 Tahun Dalam Diagram Batang ... 54

Gambar 4.4 Hasil Tes VO2max Siswa Usia 21 Tahun Dalam Diagram Batang ... 56

Gambar 4.5 Data Keseluruhan Hasil Tes VO2max Siswa Sekolah Sepak Bola Tanjung Medal Dalam Diagram Batang ... 58

DAFTAR LAMPIRAN Halaman A.Hasil Tes VO2max Siswa Sekolah Sepak Bola Tanjung Medal Usia 13 Tahun ... 68

B.Hasil Tes VO2max Siswa Sekolah Sepak Bola Tanjung Medal Usia 15 Tahun ... 69 C.Hasil Tes VO2max Siswa Sekolah Sepak Bola Tanjung Medal


(6)

2

Usia 21 Tahun ... 71

E. Nilai Rata-Rata dan Simpangan Baku Hasil Tes VO2max Siswa Sekolah Sepak Bola Tanjung Medal Usia 13 Tahun ... 72

F. Nilai Rata-Rata dan Simpangan Baku Hasil Tes VO2max Siswa Sekolah Sepak Bola Tanjung Medal Usia 15 Tahun ... 74

G.Nilai Rata-Rata dan Simpangan Baku Hasil Tes VO2max Siswa Sekolah Sepak Bola Tanjung Medal Usia 17 Tahun ... 76

H.Nilai Rata-Rata dan Simpangan Baku Hasil Tes VO2max Siswa Sekolah Sepak Bola Tanjung Medal Usia 21 Tahun ... 78

I. Tabel Nilai VO2max Berdasarkan Tes Lari Multi Tahap ... 80

J. Surat Penelitian ... 71

K.Surat Balasan Penelitian ... 82


(7)

41 A. Pendekatan dan Metode Penelitian

Pendekatan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Sesuai dengan pendapatnya Hadjar (1996 : 3) yang mengatakan bahwa “untuk menetapkan kesamaan dan keeratan hubungan memerlukan data kuantitatif”. Hal ini dimaksudkan agar dapat mengungkapkan gejala-gejala serta hubungan antar variabel yang hasil analisisnya disajikan dalam bentuk deskripsi dengan menggunakan angka-angka statistik. Dengan demikian, pendekatan ini digunakan karena ingin mengetahui adanya hubungan antar variabel serta mengetahui kesesuaian antar teori dengan dunia empirik.

Metode penelitian yang paling sesuai dalam penelitian ini adalah menggunakan metode korelasional dengan tujuan untuk mengungkap, mendeskripsikan dan menganalisis tentang hubungan antar variabel, sedangkan teknik yang digunakan adalah teknik deskriptif analitik dengan studi kolerasional yaitu studi yang mempelajari dua variabel atau lebih, yakni mencari keterkaitan antara satu variabel dengan variabel lainnya dengan cara menentukan tingkat atau derajat keterkaitan diantara variabel tersebut. Hal ini sesuai pendapat Sudjana, (1989: 77) yang mengatakan bahwa “Derajat hubungan variabel-variabel dinyatakan dalam satu indeks yang disebut koefisien kolerasi”. Pendapat senada juga dinyatakan oleh Sumanto (1990: 97) bahwa “Penelitian kolerasional berkaitan dengan pengumpulan data untuk menentukan ada tidaknya hubungan


(8)

antara dua variabel atau lebih dan seberapakah tingkat hubungannya (tingkat hubungan dinyatakan sebagai suatu koefisien kolerasi)“. Sedangkan menurut Arikunto (2000: 326), bahwa “Penelitian kolerasional merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara dua atau beberapa variabel”.

Studi kolerasional ini, akan dapat mengungkapkan hubungan antara variabel penelitian yang terdiri dari variabel budaya organisasi (X1), variabel gaya kepemimpinan (X2), dan kinerja Pamong belajar (Y).

B. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah pamong belajar yang ada di SKB yang ada di Provinsi Gorontalo yang berjumlah 154 pamong belajar dengan perincian sebagai berikut:

Tabel 3.1. Daftar Populasi

No SKB

Jumlah Pamong

Belajar

1 SKB Kota Gorontalo 30

2 SKB Kabupaten Gorontalo 19

3 Kabupaten Boalemo 21

4 Kabupaten Pohuwato 20

5 SKB Kabupaten Bone Bolango 50 6 SKB Kabupaten Gorontalo Utara 14

Jumlah 154

Sebagaimana pendapat Sudjana (1986:6) bahwa populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin hasil menghitung ataupun pengukuran kuantitatif mengenai karakteristik tertentu dari semua anggota kumpulan


(9)

yang lengkap dan jelas yang ingin dipelajari sifat-sifatnya. Selanjutnya, Sudjana, (1989:84). Mengatakan bahwa populasi adalah berkaitan dengan elemen, yakni unit tempat diperolehnya informasi. Elemen tersebut bisa berupa individu, keluarga, rumah tangga, kelompok sosial, kelompok belajar, sekolah, kelas, organisasi dan lain-lain. Dengan kata lain populasi adalah kumpulan dari sejumlah elemen, sampel penelitian adalah sebagian dari populasi yang memiliki sifat dan karakter yang sama sehingga betul-betul mewakili populasi. Menurut Arikunto (1991;102) mengemukakan bahwa populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.

2. Teknik Pengambilan Sampel

Untuk penarikan sampel penelitian digunakan teknik Cluster

Proporsional Random Sampling dimana kabupaten merupakan kluster.

Besarnya ukuran sampel menggunakan rumus sebagai berikut :

1 ) d ( N

N

n 2

+

= (Setiadi, 2007: 179)

dimana:

n = ukuran sampel N = ukuran populasi d = presisi

Berdasarkan studi pendahuluan jumlah pamong belajar pada enam kabupaten yang menjadi populasi (N) = 154 pamong belajar. Dengan menggunakan presisi d = 10 % (0,1), dengan populasi yang ada besarnya sampel diperoleh sebesar n= 60 pamong belajar. Untuk mengalokasi sampel menurut kabupaten digunakan rumus alokasi proporsional sebagai berikut:


(10)

n N Ni

ni = × (Harun Al-Rasyid, 1993)

di mana:

ni = Besarnya sampel penelitian pada kabupaten ke-i

Ni = Besarnya anggota unit populasi pada kabupaten ke-i

N = Besarnya anggota populasi secara keseluruhan

n = Besarnya sampel penelitian.

Berdasarkan rumus di atas maka perhitungan sampel berdasarkan kelurahan adalah sebagai berikut:

Kota Gorontalo 60

154 30

X = 12 orang

Kab. Gorontalo 60

154 19

X = 7 orang

Kab. Boalemo 60

154 21

X = 8 orang

Kab. Pohuwato 60

154 20

X = 8 orang

Kab. Bone Bolango 60

154 50

X = 20 orang

Kab. Gorontalo Utara 60

154 14

X = 5 orang

Jumlah sampel = 60 orang

Besarnya sampel dalam suatu penelitian belum ada ketentuan yang baku atau rumus yang pasti, sebagaimana menurut pendapat Nasution (1991: 114) yang menyatakan, “bahwa untuk menentukan besar sampel tidak ada aturan yang pasti, makin besar jumlah sampel makin baik, karena itu harus diusahakan agar sampel itu sebanyak mungkin, suatu kelaziman ialah agar jumlah sampel


(11)

sekurang-kurangnya tiga pokok satuan, jika peserta itu guru (pamong belajar) atau kelas maka jumlah sampel minimal 30 guru (pamong belajar) atau 30 kelas”.

Sementara menurut Sudjana (1987:72-73) bahwa “mengenai besarnya sampel tidak ada ketentuan yang baku atau pasti, sebab keabsahan sampel terletak pada sikap dan karakteristiknya mendekati populasi atau tidak pada besar atau banyaknya. Setetes darah manusia cukup untuk menentukan golongan darah, sebab sifatnya tidak berbeda.

C. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi yang menjadi fokus penelitian adalah SKB Kota, SKB Kabupaten, SKB Kabupaten Boalemo, SKB Pohuwato, SKB Kabupaten Bone Bolango, SKB Kabupaten Gorontalo Utara.

Tabel 3.2 Waktu Penelitian

NO KEGIATAN BULAN KET

1. Penyusunan Proposal September, Oktober Tahun 2010

2. Seminar Proposal November Tahun 2010

3. Observasi Desember Tahun 2010`

4. Penyusunan Bab I, II, III Januari, Pebruari Tahun 2010

5. Pengedaran Angket Maret Tahun 2011

6. Pengolahan Data April Tahun 2011


(12)

D. Penyusunan Instrumen Pengumpulan Data

Berdasarkan rumusan masalah dan untuk menguji hipotesis maka diperlukan instrumen pengumpulan data. Instrumen pengumpulan data digunakan untuk menggali keterangan dan memperoleh data tentang variabel-variabel penelitian yaitu persepsi tentang budaya organisasi, gaya kepemimpinan kepala SKB dan kinerja pamong belajar.

Untuk memperoleh data dari variabel penelitian yang terdiri dari variabel budaya organisasi (X1), variabel gaya kepemimpinan (X2), dan variabel kinerja pamong belajar (Y), maka disusunlah instrumen berupa kuesioner (angket), sebagai teknik utama dengan dibantu teknik observasi dan studi dokumentasi. Sesuai dengan teknik yang digunakan tersebut, maka instrumen penelitian yang digunakan adalah daftar angket, pedoman observasi dan pedoman studi dokumentasi.

1. Angket

Penggunaan angket sebagai instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini, dilandasi oleh kenyataan yang dihadapi peneliti sesuai dengan apa yang dinyatakan Hadjar (1996:181) bahwa :

Angket (quesionare) merupakan suatu daftar pertanyaan atau pernyataan tentang topik tertentu yang diberikan kepada subjek baik secara individual maupun kelompok,untuk mendapatkan informasi tertentu seperti preferensi, keyakinan, minat dan perilaku. Untuk mendapatkan informasi dengan angket ini peneliti tidak perlu bertemu langsung dengan subjek tetapi cukup dengan mengajukan pertanyaan dan pernyataan tertulis untuk mendapatkan respon.


(13)

Arif (1982:70) sebagai landasan angket ini adalah bahwa :

a. Agar hasil pengukuran terhadap variabel-variabel yang diteliti dapat dianalisa dan diolah secara statistik.

b. Dengan alat pengumpul data tersebut memungkinkan dapat diperoleh data yang obyektif.

c. Dengan alat pengumpul data itu memungkinkan penelitian dilakukan dengan mudah serta lebih dapat menghemat waktu, biaya dan tenaga.

Pada penelitian ini angket akan disebarkan kepada seluruh responden yakni dari populasi 154 pamong belajar, yang sampelnya adalah yang berjumlah 60 orang pamong belajar yang terdapat pada SKB Kota Gorontalo, SKB Kabupaten Boalemo, dan SKB Kabupaten Bone Bolango, SKB kabupaten Gorontalo Utara, SKB Pohuwato, SKB Boalemo di Provinsi Gorontalo.

2. Observasi

Observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan secara sistimatis dan disengaja melalui pengamatan dan pencatatan terhadap gejala yang diselidiki, jadi hasil observasi sangat dipengaruhi oleh faktor pengamatan. Pada penelitian ini dilakukan observasi kepada para pamong belajar serta kegiatan yang pamong lakukan dalam lingkup SKB, khususnya mengenai budaya organisasi, gaya kepemimpinan dengan kinerja pamong belajar.

3. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi adalah pengumpulan data dengan cara melalui hasil tulisan-tulisan yang resmi. Data dikumpulkan dengan pencatatan melalui dokumen atau arsip laporan-laporan. Dalam penelitian ini studi dokumentasi


(14)

terutama digunakan untuk mengumpulkan data atau informasi tentang gambaran umum lembaga penyelenggara pendidikan nonformal.

E. Uji Coba Instrumen Penelitian

Pelaksanaan uji coba instrumen dimaksudkan untuk mengetahui kesahihan (validitas) item keterandalan (reliabilitas) instrumen yang digunakan dalam penelitian ini. Penggunaan uji coba validitas ini dalam penelitian dimaksudkan agar isi butir-butir tes yang dibuat menggambarkan seluruh indikator setiap variabel. Uji coba kesahihan butir tes menurut Kerlinger (1973), dalam Sudradjat (2000:79), menyatakan “banyak tester yang familier dengan teknik korelasi item dengan totalnya, dengan asumsi bahwa total skor adalah valid. Contoh : valid yang dimaksudkan adalah bila orang yang tingkat keseringannya yang menjawab tinggi, demikian sebaliknya”.

Instrumen yang valid dan reliabel diharapkan hasil penelitian akan menjadi valid dan reliabel. Instrumen dikatakan valid, apabila dapat digunakan untuk mengukur apa yang harus diukur, sedangkan instrumen dikatakan reliabel apabila instrumen tersebut bila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama akan menghasilkan data yang sama. Hal ini seperti yang dijelaskan oleh Sugiyono (1997:253), yaitu :

Hasil penelitian yang valid bila terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada obyek yang diteliti. Kalau dalam objek berwarna merah, maka data yang terkumpul juga memberikan data merah, apabila data yang terkumpul memberikan data putih, maka penelitian tidak valid. Hasil penelitian reliabel, bila terdapat kesamaan data dalam waktu yang berbeda. Kalau dalam objek kemarin berwarna merah, maka sekarang dan besokpun tetap berwarna merah.


(15)

Subjek yang diambil untuk uji coba instrumen dalam penelitian ini adalah dikenakan pada populasi 154 pamong belajar, tetapi diambil sampel pada 60 orang pamong belajar di SKB Kota Gorontalo, SKB Kabupaten Boalemo, SKB Kabupaten Bone Bolango Provinsi Gorontalo, SKB Boalemo, SKB Gorut, SKB Pohuwato.

1. Uji Validitas

Validitas berkenan dengan ketepatan alat ukur terhadap konsep yang diukur sehingga betul-betul mengukur apa yang seharusnya diukur. Sehubungan dengan hal itu maka untuk memperoleh alat ukur (instrumen) yang benar-benar valid, dilakukan uji validitas item dalam instrumen penelitian. Analisis item dilakukan dengan menghitung korelasi antara setiap skor butir instrumen dengan skor total. Selanjutnya untuk menguji validitas item yang terdapat dalam instrumen, maka dalam penelitian ini menggunakan rumus Product Moment yang dikemukakan oleh Pearson yaitu sebagai berikut :

rxy = (Arikunto, 1992:69)

Pengujian signifikansi harga r tersebut dilakukan dengan menggunakan uji t, dengan ketentuan, apabila harga thitung lebih besar dari ttabel pada tingkat

kepercayaan 95%, item tersebut dinyatakan valid, sedangkan jika harga thitung

lebih kecil dari ttabel, maka dinyatakan tidak valid. Rumus uji t yang dimaksud

adalah sebagai berikut :

thitung = (Sudjana, 1992:380)


(16)

t = Harga thitung

r = koefisien korelasi n = jumlah responden 2. Uji Reliabilitas.

Untuk menguji reliabilitas instrumen, dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik belah dua (split-half). Dengan membagi skor item menjadi dua bagian, yaitu belahan atas dan belahan bawah.

Uji statistik yang dipergunakan adalah Spearman Brown, yaitu : rtt = (Sugiono,1997:265)

Dimana r1212 sama dengan rxy yang dapat dicari dengan menggunakan

rumus koefisien korelasi Product Moment. Setelah diperoleh harga rtt . Langkah

selanjutnya adalah pengujian signifikansi korelasi Spearman Brown tersebut dengan menggunakan statistik uji-t, dengan rumus :

(Furqon, 1997:207)

Dimana : rtt = koefisien korelasi yang diperoleh, dan n = jumlah sampel

Ketentuan : Instrumen dianggap reliabel apabila harga thitung lebih besar dari

ttabel.

3. Kalibrasi Instrumen a. Kinerja Pamong Belajar

Setelah dilakukan pengukuran validitas dan reliabilitas, diperoleh bahwa butir tidak valid berjumlah tiga butir dari 33 butir, yaitu butir: 11, 20 dan 24. Sedangkan reliabilitas instrumen r = 0,98. Setelah butir tidak valid di drop, maka reliabilitas tes menunjukkan r = 0,99. Berdasarkan perhitungan ini, terlihat bahwa


(17)

instrumen telah memenuhi ukuran validitas dan reliabilitas yang tinggi, sehingga instrumen ini dapat digunakan dalam menjaring data kinerja pamong belajar. Jumlah butir instrumen yang digunakan adalah sebanyak 30 butir.

b. Budaya Organisasi

Setelah dilakukan pengukuran validitas dan reliabilitas, diperoleh bahwa butir tidak valid berjumlah satu butir dari 28 butir, yaitu butir; 4. Sedangkan reliabilitas instrumen r = 0,96. Setelah butir tidak valid didrop, maka reliabilitas tes menunjukkan r = 0,97. Berdasarkan perhitungan ini, terlihat bahwa instrumen telah memenuhi ukuran validitas dan reliabilitas yang tinggi, sehingga instrumen ini dapat digunakan dalam menjaring data budaya organisasi. Jumlah butir instrumen yang digunakan adalah sebanyak 27 butir.

c. Gaya Kepemimpinan

Setelah dilakukan pengukuran validitas dan reliabilitas, diperoleh bahwa butir tidak valid berjumlah tiga butir dari 40 butir, yaitu butir; 7, 27 dan 30. Sedangkan reliabilitas instrumen r = 0,99. Setelah butir tidak valid didrop, maka reliabilitas tes menunjukkan r = 1,00. Berdasarkan perhitungan ini, terlihat bahwa instrumen telah memenuhi ukuran validitas dan reliabilitas yang tinggi, sehingga instrumen ini dapat digunakan dalam menjaring data gaya kepemimpinan. Jumlah butir instrumen yang digunakan adalah sebanyak 37 butir.

F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Untuk mengolah dan menganalisa data dalam penelitian ini menggunakan perhitungan statistik. Teknik statistik yang digunakan adalah statistik deskriptif dan statistik inferensial. Statistik deskriptif dimaksudkan untuk mendeskipsikan


(18)

hasil pengolahan data tentang variabel-variabel penelitian, yaitu variabel hasil pelatihan sebagai variabel bebas (independen) yang terdiri dari variabel persepsi tentang budaya organisasi (X1), variabel gaya kepemimpinan (X2), dan variabel

kinerja pamong belajar (Y) sebagai variabel terikat (dependen). Sedangkan statistik inferensial dimaksudkan untuk menguji hipotesis penelitian dan generalisasi (Sudjana, 1989:126).

Sebelum analisis data dilakukan terlebih dahulu mengadakan pengolahan data yang telah diperoleh dengan maksud untuk mengubah data mentah dari hasil pengukuran menjadi data yang lebih halus sehingga memberikan arah untuk pengkajian lebih lanjut. Langkah-langkah pengolahan data yang dimaksud adalah sebagai berikut :

1. Memeriksa dan memilih data yang terkumpul berdasarkan jenisnya. 2. Mentally data yang diperoleh dari responden.

3. Memberikan skor pada setiap angket responden dengan cara menjumlahkan bobot nilai setiap item angket responden untuk setiap variabel penelitian. 4. Memasukkan skor ke dalam tabel yang telah dibuat sesuai dengan

keperluan.

Kemudian untuk menganalisis data yang sudah diolah tersebut, penulis menggunakan teknik penghitungan kecenderungan umum skor responden, uji normalitas, analisis regresi dan analisis korelasi sederhana, analisis regresi dan analisis korelasi ganda (multipel).


(19)

1. Penghitungan Kecenderungan Umum Skor Responden

Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui kecenderungan secara umum jawaban responden terhadap setiap variabel penelitian, yaitu dengan menggunakan rumus :

Keterangan :

P = Prosentase skor rata-rata yang dicari X = Skor rata-rata setiap variabel

Xid = Skor ideal setiap variabel

Kemudian harga rata-rata setiap variabel yang diperoleh dari data tidak bergolong didapat dengan menggunakan rumus :

(Sudjana, 1992:67) Keterangan :

X = Harga rata-rata yang dicari

∑X1 = Jumlah harga untuk variabel tertentu

n = Banyaknya sampel

2. Uji Normalitas Frekuensi Skor Setiap Variabel Penelitian

Pengujian normalitas data dalam penelitian ini menggunakan rumus Chi Kuadrat (X2) dengan langkah-langkah sebagai berikut :

a. Mencari rentang variabel X (X1 dan X2,) dan variabel Y dengan rumus :

Rentang (R) = skor tertinggi-skor terendah (Sudjana, 1992:47).

b. Menentukan banyaknya kelas interval, dengan rumus : BK = 1 + 3,3 log n)


(20)

c. Menentukan panjang kelas interval (p) dengan cara p : rentang/banyaknya kelas (Sudjana, 1992:47).

d. Mencari harga rata-rata berdasarkan data bergolong, yang dapat diperoleh untuk rumus.

(Sudjana, 1992:70)

e. Mencari simpangan baku (S) dari data bergolongan, dengan rumus : (Sudjana, 1982)

f. Melakukan uji normalitas distribusi data,dengan rumus Chi Kuadrat : (Sudjana, 1982:270)

Dengan langkah sebagai berikut : 1) Membuat distribusi frekuensi

2) Mencari batas bawah skor kiri interval dan batas atas skor kanan interval

3) Mencari harga Z dengan rumus : (Sudjana, 1992:99) Keterangan :

Xi = Skor batas kelas interval

= Rata-rata untuk distribusi s = Simpangan baku

4) Mencari luas daerah dari O ke Z dari daftar F (luas daerah dibawah kurva dari O ke Z).


(21)

5) Mencari luas kelas interval dengan mencari selisih antara luas O ke Z yang berdekatan untuk harga Z sejenis dan menambahkan untuk harga Z berlawanan.

6) Mencari frekuensi yang diharapkan (Ei) yang diperoleh dengan

mengalihkan luas kelas interval dengan n.

7) Memasukkan frekuensi observasi sesuai dengan distribusi yang telah dibuat sebelumnya.

8) Mencari harga X2 sesuai dengan rumus yang telah ditetapkan.

9) Menentukan keberanian harga X2hitung dengan cara

membandingkannya harga X2tabel, dengan ketentuan :

Jika harga X2hitung > dari X2tabel, maka data tidak berdistribusi dengan

normal. 3. Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan perhitungan statistik yang menggunakan rumus analisis regresi linier sederhana, analisis koefisien korelasi sederhana, analisis regresi multipel dan analisis koefisien korelasi multipel.

a. Analisis Regresi Linier Sederhana

Analisis regresi linier sederhana digunakan untuk mencari pola keterkaitan fungsional antara variabel X1 dengan variabel Y, dan X2 dengan Y, Adapun

persamaan regresi linier sederhana dinyatakan dengan : Y = a + bX (Sudjana, 1992:315)


(22)

Y = Harga variabel Y yang diramalkan

a = Koefisien intersep (harga konstan apabila X sama dengan nol)

b = Koefisien regresi (harga menunjukkan perubahan akan terjadi pada Y apabila X

bertambah dengan satuan) X = harga variebel X (X1 dan X2,)

Untuk memperoleh besarnya harga a dan b diperoleh dari rumus :

a =

untuk menguji koefisien regresi sederhana maka dilakukan analisis varians dengan mengacu pada tabel Anava seperti yang dikemukakan oleh Sudjana (1982:332) yaitu

Tabel 3.3

Analisis Varians Dalam Regresi Sederhana

Sumber Variasi Dk JK RJK F

Total N ∑Y2i ∑Y2i

Regresi (a) 1 (∑Y)2 /n (∑Y)2 /n

S2

reg/S2res

Regresi (b/a) 1 Jkreg = JK (b/a) S2reg = JK (b/a)

Residu n-2

Jkres =∑(Yi

-Ŷi)2

S2res =∑(Yi-Ŷi)2

Tuna Cocok k-2 JK (TC) S2TC=JK(TC/k-2)

S2TC/S2E


(23)

Untuk mengisi daftar Anava di atas, perlu dicari hal-hal sebagai berikut : 1) Mencari jumlah kuadrat

(1) JK (T)-∑Y2 (2) JK (a)=(∑Y)2/n

(3) JK (b/a) = b{(∑XY)-{(∑X)(∑Y)}/n} (4) JK (S) = JK (T) – JK (a) – JK (b/a) (5) JK (E) = ∑ (Y2i-Y2/n

2) Mencari signifikansi regresi dengan cara membandingkan nilai Fhitung (S2reg/S2res) regresi dengan Ftabel, dimana dk regresi menjadi pembilang dan dk residu menjadi penyebut. Kriteria pegujian adalah : jika harga Fhitung lebih besar dari Ftabel, maka regresi Y atas X (X1,X2, dan X3,)

adalah signifikan, jika sebaliknya,regresi Y atas X tidak signifikan. 3) Mencari linieritas regresi dengan cara membandingkan harga Fhitung

(S2TC/S2E) dimana dk tuna cocok menjadi pembilang dan dk

galat/kekeliruan menjadi penyebutnya. Kriteria penguji adalah jika Fhitung lebih kecil dari Ftabel, maka persamaan regresi Y atas X berpola linier, jika sebaliknya maka persamaan regresi Y atas X tidak berpola linier. b. Analisis Regresi Linier Ganda (Multiple)

Analisis ini digunakan untuk mencari pola hubungan antara variabel bebas (X1,X2 dan X3,) dengan variabel Y. Adapun persamaan regresi multipel

dinyatakan dengan :


(24)

Keterangan :

Y = Harga variabel Y diperkirakan

a = Koefisien regresi (harga konstan apabila X1, X2, sama dengan nol)

b1 = Koefisien regresi untuk X1 (harga menunjukkan perubahan akan

terjadi pada Y apabila X1 bertambah 1 satuan dan X2, konstan)

b2 = Koefisien regresi untuk X2 (harga menunjukkan perubahan akan terjadi

pada Y apabila X2 bertambah 1 satuan dan X1, konstan)

Untuk memperoleh besarnya harga-harga di atas diperoleh dengan menggunakan program SPSS dengan analisis regresi.

Selanjutnya untuk menguji koefisien regresi linier ganda tersebut digunakan statistik uji F, dengan rumus :

(Sudjana, 1992:355)

Jika harga Fhitung lebih besar dari Ftabel, maka regresi Y atas X1, X2 adalah

signifikan.

c. Analisis Korelasi Sederhana

Korelasi (r) dalam regresi linier sederhana dapat digunakan untuk menghitung derajat hubungan antara variabel X1 dengan Y, dan antara X2

dengan Y, dan ukuran yang dipakai untuk mengetahui derajat hubungan tersebut dinamakan koefisien korelasi.

Statistik koefisien korelasi yang diberi simbol rxy atau disingkat r dapat

digunakan untuk menghitung koefiesien korelasi dari dua variabel tersebut dengan rumus :


(25)

rxy (Sugiono, 1997:197)

Selanjutnya untuk mengetahui besarnya determinasi yang terjadi oleh variabel X (X1, atau X2, terhadap variabel Y dihitung dengan rumus : r2 x

100% (dinyatakan dalam prosentase).

Pengujian keberartian koefisien korelasi (signifikansi) sederhana, dilakukan dengan menggunakan uji-t dengan rumus sebagai berikut :

(Sudjana, 1992:380)

Hasil perhitungan (thitung) selanjutnya dibandingkan dengan harga ttabel dengan dk = n-2 pada tingkat kepercayaan 95% . kriteria pengujian adalah apabila harga thitung lebih besar dari harga ttabel, maka korelasi yang terjadi antara variabel X dan variabel Y adalah signifikan, jika sebaliknya maka korelasi antar variabel Y tidak signifikan.

d. Analisis Korelasi Ganda (Multiple).

Analisis korelasi dalam regresi multipel dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui besarnya hubungan yang terjadi antara variabel X (X1, dan

X2,) dengan variabel Y.

Korelasi dalam regresi multipel adalah korelasi antara Y dengan X1,dan X2,

bersama-sama. Notasi yang diberikan adalah Ry12 atau disingkat R, Korelasi

Multipel (R) dapat dicari dengan rumus : R2


(26)

Pengujian keberartian koefisien korelasi (signifikansi) dilakukan dengan menggunakan statistik F pada taraf nyaa (α) sebesar 0,05. Dengan db : k dan n-k-1. Rumus untuk menguji keberartian korelasi ganda (R) tersebut adalah sebagai berikut :

(Sudjana, 1989:168)

Kesimpulan diambil dengan kriteria : apabila harga Fhitung lebih besar dibandingkan dengan harga Ftabel, maka H0 ditolak dan H1 diterima.

Perhitungan tentang hasil penelitian dilakukan dengan menggunakan program SPSS versi 14. Hal tersebut dilakukan untuk mempermudah pengolahan data sekaligus untuk memberikan pemahaman yang lebih mudah kepada peneliti.


(27)

87 A. Kesimpulan

Secara umum dapat disimpulkan bahwa variabel budaya organisasi dan variabel gaya kepemimpinan terbukti memiliki korelasi yang signifikan dan positif terhadap kinerja pamong belajar serta ada konstribusi yang nyata dan linier dan memberikan pengaruh yang kuat antara variabel budaya organisasi dan variabel gaya kepemimpinan. Kinerja pamong belajar yang diharapkan adalah pamong belajar dapat memiliki kualitas kerja, ketepatan kerja, inisiatif, kemampuan bekerja dan dapat menjaga komunikasi dengan pamong belajar lainnya sehingga dapat menjadi seorang pamong belajar yang profesional di bidangnya.

Secara khusus, analisis data serta pembahasan mengenai hubungan antara budaya organisasi, gaya kepemimpinan, dengan kinerja pamong belajar di skb propinsi Gorontalo, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Hasil analisis terhadap hubungan antara budaya organisasi dengan kinerja pamong belajar terbukti bahwa budaya organisasi berkontribusi secara signifikan dengan kinerja pamong belajar. Tingkat determinasi tersebut secara lebih rinci didukung oleh hasil analisis secara regresi dan parsial, dimana variable budaya organisasi dengan sub-sub variablenya dengan variable kinerja pamong belajar dengan sub-sub variablenya terdapat hubungan positif antara budaya organisasi dengan kinerja pamong belajar.


(28)

Adanya hubungan positif antara budaya organisasi dengan kinerja pamong belajar memberikan pengertian bahwa semakin tinggi skor budaya organisasi semakin tinggi pula kinerja pamong belajar, dan sebaliknya semakin rendah skor budaya organisasi maka semakin rendah pula kinerja pamong belajar. Kinerja pamong belajar SKB di Provinsi Gorontalo sangat dipengaruhi oleh budaya organisasi. Adanya keterkaitan hubungan antara budaya organisasi dengan kinerja pamong yaitu semakin baik kualitas faktor-faktor yang terdapat dalam budaya organisasi makin baik kinerja pamong belajar tersebut.

2. Hasil analisis terhadap hubungan antara gaya kepemimpinan dengan kinerja pamong belajar terbukti bahwa gaya kepemimpinan berkontribusi secara signifikan dengan kinerja pamong belajar. Tingkat determinasi tersebut secara lebih rinci didukung oleh hasil analisis secara regresi dan parsial, dimana variable gaya kepemimpinan dengan sub-sub variable berhubungan dengan variable kinerja pamong belajar dengan sub-sub variablenya terdapat hubungan positif antara gaya kepemimpinan dengan kinerja pamong belajar. Adanya hubungan positif antara gaya kepemimpinan dengan kinerja pamong belajar memberikan pengertian bahwa semakin tinggi skor gaya kepemimpinan semakin tinggi pula kinerja pamong belajar, dan sebaliknya semakin rendah skor gaya kepemimpinan maka semakin rendah pula kinerja pamong belajar. Kepemimpinan sangat ditentukan oleh gaya kepemimpinan yang dimiliki oleh pemimpin itu sendiri, jika gaya kepemimpinan yang diberikan baik dan dapat memberikan arahan kepada bawahan dengan baik


(29)

maka kinerja pamong belajar akan meningkat sesuai dengan gaya kepemimpinan yang diberikan.

Dalam hal ini sebenarnya terdapat hubungan yang sangat erat antara kinerja perorangan dengan gaya kepemimpinan. Dengan perkataan lain bila kinerja perorangan baik maka kemungkinan besar kinerja instansi akan baik pula. 3. Hasil analisis terhadap hubungan budaya organisasi, gaya kepemimpinan

dengan kinerja pamong belajar terbukti bahwa budaya organisasi dan gaya kepemimpinan berkonstribusi secara signifikan dengan kinerja pamong belajar. Keberhasilan suatu organisasi dipengaruhi oleh kinerja (job

performance) pamong belajar, untuk itu setiap lembaga akan berusaha untuk

meningkatkan kinerja pamongnya dalam mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Budaya organisasi yang tumbuh dan terpelihara dengan baik akan mampu memacu organisasi ke arah perkembangan yang lebih baik. Di sisi lain, kemampuan pemimpin dalam menggerakkan dan memberdayakan pamong akan mempengaruhi kinerja.

B. Rekomendasi

Pada saat ini masalah kepala SKB merupakan suatu peran yang menuntut persyaratan kualitas kepemimpinan yang kuat. Bahkan telah berkembang menjadi tuntutan yang meluas dari masyarakat, sebagai criteria keberhasilan lembaga pendidikan diperlukan adanya kepemimpinan kepala SKB yang berkualitas. Sehubungan dengan pernyataan di atas, maka implikasi hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:


(30)

1. Untuk Pengelola

a. Dalam pengelolaan lembaga pendidikan seyogyanya Kepala SKB dapat memberikan kesempatan kepada pamong belajar untuk mengemukakan pendapat dalam perencanaan lembaga pendidikan. Dengan adanya pemberian kesempatan untuk mengemukakan pendapat tersebut, maka pamong belajar dapat mengembangkan diri. Selain itu Kepala SKB dapat menerima dan memberikan kritikan dan saran kepada pamong belajar dalam pengembangan karir dan kinerja pamong belajar dan dalam pelaksanaan proses belajar mengajar di lembaga pendidikan. Dengan memperhatikan keseluruhan faktor di atas, maka Kepala SKB akan cenderung dihargai kekuasaannya, dikarenakan gaya kepemimpinannya yang baik.

b. Kepala SKB dalam kepemimpinannya di lembaga pendidikan seyogyanya dapat berperan sebagai seorang yang dapat menempatkan pamong belajar sesuai dengan bidang keahliannya dan memberikan tugas sesuai kemampuan pamong belajar, sehingga dapat meningkatkan profe-sionalitasnya dalam pelaksanaan tugas.

c. Proses pembelajaran di lembaga pendidikan memerlukan perilaku yang baik dari pengelola lembaga pendidikan, oleh sebab itu Kepala SKB seyogyanya dapat mengusahakan terciptanya pembelajaran yang kondusif, terutama dalam: penciptaan lingkungan kerja, suasana yang harmonis, komunikasi efektif yang mendukung proses belajar mengajar. Selain itu Kepala SKB dapat bersikap bijaksana terhadap komponen lembaga pendidikan, baik


(31)

pamong belajar, pegawai tata usaha, peserta didik, orang tua peserta didik dan masyarakat.

d. Kepala SKB perlu memperhatikan kebutuhan pamong belajar dalam pelaksanaan proses belajar mengajar, karena dengan adanya perhatian terhadap kebutuhan-kebutuhan tersebut pamong belajar akan meningkatkan kinerjanya sehingga akan diperoleh kualitas pembelajaran yang tinggi. 2. Untuk Penelitian Lanjutan

a. Penelitian dapat dilakukan dengan tema yang sama tetapi pada lokasi sasaran dan konten yang berbeda sehingga dapat diketahui keberhasilan dan efektivitas program pembelajaran dalam mencapai tujuan penelitian yaitu mencari hubungan antara budaya organisasi, gaya kepemimpinan dengan kinerja pamong.

b. Peneliti lain diharapkan dapat mengkaji lebih dalam tentang hasil penelitian ini untuk lebih disempurnakan dan dikembangkan.


(32)

92

DAFTAR PUSTAKA

Arif, Z. (1982). Andragogi. Bandung: Angkasa

Arikunto, S. (1992). Prosedur Penelitian. Jakarta: Bina Aksara.

_________. (1991). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jogjakarta: Rineka Cipta.

_________. (1996). Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta

_________. (2000). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta

Armstrong, M and Baron, A. (1998). Performance Management the New

Realities. London: IPD House, Camp. Road

Briggs, P.S. (1992). Art, Death, and Social Order: The Mortuary Arts of

Pre-Conquest Central Panama. BAR international series, 550. Oxford.

England: B.A.R

Brockka, B dan Brocka, M. S. (1992). Quality Manajement : Implementing the

Best Ideas of the Masters. Irwin: lllionois

Fiedler, F. E. (1977). R.I.P LPC: A Response to Fiedler", in J. G. Hunt, and L. L.

Larson (eds), Leadership: The Cutting Edge. Carbondale, IL: Southern

Illinois University Press

Galton, M & Simon, B. (1994). Progres and Performance in the Primery

Classroom. London: Routledge & Kegan Paul

Griffin, D.R. (1992). Animal minds. Chicago: The University of Chicago Press Hadjar, I. (1999). Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kuantitatif dalam

Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada

______. (1996). Dasar-dasar Metodelogi Penelitian Kuantitatif dalam

Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Harris, J. (1986). 1966 and All That: Design and the Consumer in Britain 1960–

69. London: Trefoil

Harrison, L.E and Huntington, S.P. (2000). Culture Matters: How Values Shape


(33)

Heidjrachman, R. (1956). Manajemen Personalia. Cetakan Keenam. Yogjakarta: BPFE

Hersey, P dan Blanchard, K. (1977). Management of Organizational Behavior:

Utilizing Human Resources (2nd ed.). Englewood Cliffs, NJ: Prentice-Hall

Ivancevich dan Matteson. (1996). Organization Behavioral and Management. Chicago: Irwin

King, P. (1993). Planning & Apraisal a How to Book foe Manajer. New York Sty,Louis San Fransisco: Mc Grow Hill Book Company

Kolbi, Rubin dan McIntyre. (1994). Organisational Psychology: An Experiential

Approach. Prentice Hall: Englewood Cliffs, N.J

Kolby, K. (1988). Public access to private land. Allemansrätt in Sweden: Landscape and Urban Planning 15: 253-264. ISSN 0169-2046.

Kreitner, R. (2001). Management. New York, NY: Houghton Mifflin Likert, R. (1983). New Patterns of Management. New York: McGraw-Hill

Miller, R. I. (1998). The Assesment of College Performance: A Handbook of

Techniques and Measures for Institutional Self-Evaluation. San Francisco:

Jossey-Bass

Mohrman, A.M, West, R and Lawler, E.E. (1990). Designing performance

appraisal systems. San Francisco: Jossey-Bass

Nasution, S. (1991). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito Paterson, T.T. (1964). Job Evaluasion Vol.I. London: Jhon Willy

Popenoe, D. (1977). Sociology. USA: Prentice Hall

Prawirosentono, S. (1999). Manajemen Sumber Daya Manusia, Kebijakan

Kinerja Karyawan. Yogyakarta : BPEF

Robbins. (1996). Perilaku Organisasi : Konsep Kontroversi, Aplikasi . Jakarta: Prenhalindo

________. (1952:6). Essentional of organization behavior. Anglewood Clifts New Jersley Prentince Hall

Schein. 1991. Motivasi Belajar Siswa. Bandung: Remaja Rosdakarya

Siagian, S. P. (1995). Teori Motivasi dan Aplikasinya. Cetakan Kedua. Bandung: Alumni


(34)

Sudjana. (1987). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito

Sudjana, N. (1992). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya

________. (1989). Pembinaan dan Pengembagan Kurikulum di Sekolah. Bandung: Sinar Baru

________. (1986). Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Karya

Sudrajat, A. S. (2000). Tasawuf dan Politik, Menerjemahkan Religiusitas dalam

Hidup Sehari-hari. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Sugiyono. (1997). Metode Penelitian Administrasi. Bandung : Alfabeta Sumanto, W. (1990). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta

Suprihanto, J. (1998). Manajemen Umum, Sebuah Pengantar, Edisi Pertama,

Cetakan Ketiga. Yogyakarta: BPFE

Suprihanto, J. (1990). Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan dan Pengembangan

Karyawan. Yogyakarta: BPFE

Sutopo, H.B. (1998). Pengantar Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta: UNS Press.

Thoha, M. (2001). Perilaku Organisasi : Konsep Dasar dan Aplikasinya. Yogyakarta : Fisipol UGM.

Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003

Werther, W.B dan Davis, K. (1956). Human Resources and personal management New York: Mc.Graw-Hill


(1)

89

maka kinerja pamong belajar akan meningkat sesuai dengan gaya kepemimpinan yang diberikan.

Dalam hal ini sebenarnya terdapat hubungan yang sangat erat antara kinerja perorangan dengan gaya kepemimpinan. Dengan perkataan lain bila kinerja perorangan baik maka kemungkinan besar kinerja instansi akan baik pula. 3. Hasil analisis terhadap hubungan budaya organisasi, gaya kepemimpinan

dengan kinerja pamong belajar terbukti bahwa budaya organisasi dan gaya kepemimpinan berkonstribusi secara signifikan dengan kinerja pamong belajar. Keberhasilan suatu organisasi dipengaruhi oleh kinerja (job performance) pamong belajar, untuk itu setiap lembaga akan berusaha untuk

meningkatkan kinerja pamongnya dalam mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Budaya organisasi yang tumbuh dan terpelihara dengan baik akan mampu memacu organisasi ke arah perkembangan yang lebih baik. Di sisi lain, kemampuan pemimpin dalam menggerakkan dan memberdayakan pamong akan mempengaruhi kinerja.

B.Rekomendasi

Pada saat ini masalah kepala SKB merupakan suatu peran yang menuntut persyaratan kualitas kepemimpinan yang kuat. Bahkan telah berkembang menjadi tuntutan yang meluas dari masyarakat, sebagai criteria keberhasilan lembaga pendidikan diperlukan adanya kepemimpinan kepala SKB yang berkualitas. Sehubungan dengan pernyataan di atas, maka implikasi hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:


(2)

1. Untuk Pengelola

a. Dalam pengelolaan lembaga pendidikan seyogyanya Kepala SKB dapat memberikan kesempatan kepada pamong belajar untuk mengemukakan pendapat dalam perencanaan lembaga pendidikan. Dengan adanya pemberian kesempatan untuk mengemukakan pendapat tersebut, maka pamong belajar dapat mengembangkan diri. Selain itu Kepala SKB dapat menerima dan memberikan kritikan dan saran kepada pamong belajar dalam pengembangan karir dan kinerja pamong belajar dan dalam pelaksanaan proses belajar mengajar di lembaga pendidikan. Dengan memperhatikan keseluruhan faktor di atas, maka Kepala SKB akan cenderung dihargai kekuasaannya, dikarenakan gaya kepemimpinannya yang baik.

b. Kepala SKB dalam kepemimpinannya di lembaga pendidikan seyogyanya dapat berperan sebagai seorang yang dapat menempatkan pamong belajar sesuai dengan bidang keahliannya dan memberikan tugas sesuai kemampuan pamong belajar, sehingga dapat meningkatkan profe-sionalitasnya dalam pelaksanaan tugas.

c. Proses pembelajaran di lembaga pendidikan memerlukan perilaku yang baik dari pengelola lembaga pendidikan, oleh sebab itu Kepala SKB seyogyanya dapat mengusahakan terciptanya pembelajaran yang kondusif, terutama dalam: penciptaan lingkungan kerja, suasana yang harmonis, komunikasi efektif yang mendukung proses belajar mengajar. Selain itu Kepala SKB dapat bersikap bijaksana terhadap komponen lembaga pendidikan, baik


(3)

91

pamong belajar, pegawai tata usaha, peserta didik, orang tua peserta didik dan masyarakat.

d. Kepala SKB perlu memperhatikan kebutuhan pamong belajar dalam pelaksanaan proses belajar mengajar, karena dengan adanya perhatian terhadap kebutuhan-kebutuhan tersebut pamong belajar akan meningkatkan kinerjanya sehingga akan diperoleh kualitas pembelajaran yang tinggi. 2. Untuk Penelitian Lanjutan

a. Penelitian dapat dilakukan dengan tema yang sama tetapi pada lokasi sasaran dan konten yang berbeda sehingga dapat diketahui keberhasilan dan efektivitas program pembelajaran dalam mencapai tujuan penelitian yaitu mencari hubungan antara budaya organisasi, gaya kepemimpinan dengan kinerja pamong.

b. Peneliti lain diharapkan dapat mengkaji lebih dalam tentang hasil penelitian ini untuk lebih disempurnakan dan dikembangkan.


(4)

92

DAFTAR PUSTAKA

Arif, Z. (1982). Andragogi. Bandung: Angkasa

Arikunto, S. (1992). Prosedur Penelitian. Jakarta: Bina Aksara.

_________. (1991). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jogjakarta: Rineka Cipta.

_________. (1996). Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta

_________. (2000). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta

Armstrong, M and Baron, A. (1998). Performance Management the New Realities. London: IPD House, Camp. Road

Briggs, P.S. (1992). Art, Death, and Social Order: The Mortuary Arts of Pre-Conquest Central Panama. BAR international series, 550. Oxford. England: B.A.R

Brockka, B dan Brocka, M. S. (1992). Quality Manajement : Implementing the Best Ideas of the Masters. Irwin: lllionois

Fiedler, F. E. (1977). R.I.P LPC: A Response to Fiedler", in J. G. Hunt, and L. L. Larson (eds), Leadership: The Cutting Edge. Carbondale, IL: Southern Illinois University Press

Galton, M & Simon, B. (1994). Progres and Performance in the Primery Classroom. London: Routledge & Kegan Paul

Griffin, D.R. (1992). Animal minds. Chicago: The University of Chicago Press Hadjar, I. (1999). Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kuantitatif dalam

Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada

______. (1996). Dasar-dasar Metodelogi Penelitian Kuantitatif dalam Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Harris, J. (1986). 1966 and All That: Design and the Consumer in Britain 1960– 69. London: Trefoil

Harrison, L.E and Huntington, S.P. (2000). Culture Matters: How Values Shape Human · Progress. New York: Basic Books


(5)

93

Heidjrachman, R. (1956). Manajemen Personalia. Cetakan Keenam. Yogjakarta: BPFE

Hersey, P dan Blanchard, K. (1977). Management of Organizational Behavior: Utilizing Human Resources (2nd ed.). Englewood Cliffs, NJ: Prentice-Hall

Ivancevich dan Matteson. (1996). Organization Behavioral and Management. Chicago: Irwin

King, P. (1993). Planning & Apraisal a How to Book foe Manajer. New York Sty,Louis San Fransisco: Mc Grow Hill Book Company

Kolbi, Rubin dan McIntyre. (1994). Organisational Psychology: An Experiential Approach. Prentice Hall: Englewood Cliffs, N.J

Kolby, K. (1988). Public access to private land. Allemansrätt in Sweden: Landscape and Urban Planning 15: 253-264. ISSN 0169-2046.

Kreitner, R. (2001). Management. New York, NY: Houghton Mifflin Likert, R. (1983). New Patterns of Management. New York: McGraw-Hill

Miller, R. I. (1998). The Assesment of College Performance: A Handbook of Techniques and Measures for Institutional Self-Evaluation. San Francisco: Jossey-Bass

Mohrman, A.M, West, R and Lawler, E.E. (1990). Designing performance appraisal systems. San Francisco: Jossey-Bass

Nasution, S. (1991). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito Paterson, T.T. (1964). Job Evaluasion Vol.I. London: Jhon Willy

Popenoe, D. (1977). Sociology. USA: Prentice Hall

Prawirosentono, S. (1999). Manajemen Sumber Daya Manusia, Kebijakan Kinerja Karyawan. Yogyakarta : BPEF

Robbins. (1996). Perilaku Organisasi : Konsep Kontroversi, Aplikasi . Jakarta: Prenhalindo

________. (1952:6). Essentional of organization behavior. Anglewood Clifts New Jersley Prentince Hall

Schein. 1991. Motivasi Belajar Siswa. Bandung: Remaja Rosdakarya

Siagian, S. P. (1995). Teori Motivasi dan Aplikasinya. Cetakan Kedua. Bandung: Alumni


(6)

Sudjana. (1987). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito

Sudjana, N. (1992). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya

________. (1989). Pembinaan dan Pengembagan Kurikulum di Sekolah. Bandung: Sinar Baru

________. (1986). Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Karya

Sudrajat, A. S. (2000). Tasawuf dan Politik, Menerjemahkan Religiusitas dalam Hidup Sehari-hari. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Sugiyono. (1997). Metode Penelitian Administrasi. Bandung : Alfabeta Sumanto, W. (1990). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta

Suprihanto, J. (1998). Manajemen Umum, Sebuah Pengantar, Edisi Pertama, Cetakan Ketiga. Yogyakarta: BPFE

Suprihanto, J. (1990). Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan dan Pengembangan Karyawan. Yogyakarta: BPFE

Sutopo, H.B. (1998). Pengantar Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta: UNS Press.

Thoha, M. (2001). Perilaku Organisasi : Konsep Dasar dan Aplikasinya. Yogyakarta : Fisipol UGM.

Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003

Werther, W.B dan Davis, K. (1956). Human Resources and personal management New York: Mc.Graw-Hill