PENGARUH INTENSITAS PELATIHAN, GAYA KEPEMIMPINAN KEPALA SKB, DAN MASA KERJA TERHADAP KINERJA PAMONG BELAJAR SKB DI PROPINSI SUMATERA UTARA.
PENGARUHINTENSITAS PELATIHAN, GAYA
KEPEMIMPINAN KEPALA SKB, DAN MASA KERJA
TERHADAP KINERJA PAMONG BELAJAR SKB
DI PROPINSI SUMATERA UTARA
TESIS
Diajukan Kepada Panitia Ujian Tesis Untuk Memenuhi
Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Pada Program Studi Pendidikan Luar Sekolah
Konsentrasi Pelatihan
Oleh:
SRIMULIANI
NIM. 989504
/S"
CO
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2000
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa karya tulis dengan judul
"Pengaruh Intensitas Pelatihan, Gaya Kepemimpinan Kepala SKB, dan
Masa Kerja Terhadap Kinerja Pamong Belajar di SKB Propinsi Sumatera
Utara" beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendirt
Dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan ciri-ciri
yang tidak sesuai dengan etika yang berlaku dalam masyarakat
keilmuan.
Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/sangsi yang
dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya
pelanggaran atas etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim
terhadap keaslian karya saya ini.
Bandung, Juli 2000
Yang Membuat Pernyataan ^
Sri Muliani
11
Disetujui dan Disahkan oleh Pembimbing:
Prof. Dr. H. Sutaryat Trisnamansyah, M.A.
Pembimbing I
file, A't,
Dr. H. Zainudin Arif, MS
Pembimbing II
ABSTRAK
Salah satu indikator untuk melihat keberhasilan Sanggar Kegiatan Belajar adalah
dengan melihat keberhasilan program yang diselenggarakan oleh Sanggar tersebut.
Keberhasilan tersebut tidak terlepas dari kinerja Pamong Belajarnya, karena Pamong
Belajar merupakan ujung tombak dalam pelaksanaan program yang diselenggarakan
oleh SKB. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa kinerja Pamong Belajar tersebut
dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu faktor internal dan eksternal. Oleh karena itu
fokus masalah dalam penelitian ini adalah sejauh mana faktor intensitas pelatihan, gaya
kepemimpinan Kepala SKB, dan masa kerja Pamong Belajar dapat mempengaruhi
kinerja Pamong Belajar.
Penelian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara: (1) Intensitas
Pelatihan, (2) gaya kepemimpinan Kepala SKB, dan (3) masa kerja terhadap kinerja
Pamong Belajar, baik secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama. Ketiga variabel
tersebut diduga sebagai faktor determinan mendorong Pamong Belajar untuk lebih
berprestasi dalam melaksanakan tugasnya yang pada akhimya akan menghasilkan
kinerja yang baik.
Dalam melaksanakan penelitian ini digunakan pendekatan kuantitatifdan metode
yang dipergunakan adalah metode deskriptif dengan studi korelasional yang berusaha
mengungkapkan dan menafsirkan data yang ada, tentang seberapa besar hubungan dari
masing-masing variabel yang diteliti. Teknik pengumpulan data yang dipergunakan
adalah angket yang ditujukan kepada sampel penelitian yaitu sebanyak 92 orang
Pamong Belajar SKB di Propinsi Sumatera Utara.
Berdasarkan permasalahan dan tujuan penelitian ini secara teorotis dapat dikaji
berdasarkan beberapa konsep teori sebagai berikut: 1) Pelatihan sebagai salah satu
model Pengembangan Sumber Daya Manusia, 2) Teori Kepemimpinan: (a) Teori
Perilaku, (b) Humanistik, (c) Konsiderasi. 3) Pengalaman, 4) Kinerja.
Dari hasil penelitian terungkap: pertama, terdapat hubungan yang positif antara
intensitas pelatihan terhadap kinerja Pamong Belajar, dengan persamaan regresi Y=
7.0290 + 0.8594xi. Koefisien korelasi sebesar 0.859 dan koefisien determinasi 73.86 %,
yang berarti kontribusi intensitas pelatihan terhadap kinerja Pamong Belajar sebesar
73.86 %. Kedua, terdapat hubungan positif antara gaya kepemimpinan Kepala SKB
terhadap kinerja Pamong Belajar, dengan persamaan regresi Y = 6.26 + 0. 8748 x2,
dengan koefisien korelasi sebesar 0.875, dan koefisien determinasi sebesar 76.52 %, ini
berarti gaya kepemimpinan Kepala SKB terhadap kinerja Pamong Belajar sebesar 76.52
Vo.Ketiga, terdapat hubungan positif antara masa kerja terhadap kinerja Pamong Belajar
dengan persamaan regresi 9 =4.81 + 0.9038 x3> dan koefisien korelasi sebesar 0.904,
sedangkan koefisien determinasi sebesar 81.68 %, berarti masa kerja mempunyai
kontribusi terhadap kinerja Pamong Belajar sebesar 81.68 %.Keempat, terdapat
hubungan positif antara intesitas pelatihan, gaya kepemimpinan Kepala SKB, dan masa
kerja secara bersama-sama terhadap kinerja Pamong Belajar, dengan persamaan regresi
ganda Y = 0.3450 + 0.3145x1 + 0.3341x2 +0.3445x3 dan koefisien korelasi sebesar
0.9349 sedangkan koefisien determinasi sebesar 87.40 %, yang berarti intensitas
pelatihan, gaya kepemimpinan Kepala SKB, dan masa kerja memberikan kontribusi
sebesar 87.40 % terhadap kinerja Pamong Belajar. Selebihnya dipengaruhi faktor-faktor
yang lain yang berasal dari diri Pamong Belajar (internal) maupun yang berasal dari
luar diri Pamong Belajar (eksternal).
IV
Dari hasil penelitian secara umum dapat disimpulkan bahwa kinerja Pamong
Belajar dapat ditingkatkan dengan jalan menambah kemampuannya melalui pelatihan,
dan meningkatkan gaya kepemimpinan Kepala SKB, dan semakin bertambah masa
kerjanya akan bertambah pula kemampuannya.
Dari hasil penelitian maka dapat disampaikan beberapa saran: pertama,
Pelaksanaan pelatihan harus didahului dengan identifikasi kebutuhan belajar, sehingga
pelatihan tersebut benar-benar dapat mengatasi kesenjangan yang ada. Kedua, Perlu
disusun pola pelatihan yang mengarah kepada peningkatan dan kemampuan Pamong
Belajar.A^//ga, Hendaknya perekrutan pelatihan dilakukan secara merata sehingga
setiap Pamong Belajar mendapatkan kesempatan, Keempat, Hendaknya dilakukan
evaluasi terhadap Kepala SKB oleh Dikjen Diklusepora agar diketahui Kinerja Kepala
SKB, sehingga akan mendorong Kepala SKB untuk berusaha agar semaximal mungkin
dapat mengelolah SKB.
DAFTARISI
PERNYATAAN
ii
LEMBAR PERSETUJUAN
hi
ABSTRAK
iv
KATA PENGANTAR
vi
UCAPAN TERIMAKASIH
vii
DAFTAR ISI
x
DAFTAR TABEL
xii
DAFTAR GAMBAR
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
xiv
BAB
BAB
I
PENDAHULUAN
1
A. Latar Belakang Masalah
1
B. Identifikasi Masalah
7
C. Pembatasan Masalah
9
D. Hipotesis
10
E. Kerangka Berfikir
11
F. Definisi Operasional
15
G. Tujuan Penelitian
17
H. Kegunaan Penelitian
18
II LANDASAN TEORI
A. Deskripsi Teoritis
1. Konsep Kepemimpinan
19
19
19
(a) Teori Perilaku
22
(b) Teori Humanistik
24
(c) Teori Kontingensi
26
2. Proses Interaksi dalam Kepemimpinan
27
3. Profil Pemimpin Sanggar Kegiatan Belajar
29
4. Pengembangan SDM dan Pendidikan Luar Sekolah
31
(a) Pelatihan sebagai Bentuk Pengembangan SDM
31
(b) Kaitan Pelatihan dengan Pendidikan Luar Sekolah
35
5. Konsep Kinerja dan Produktivitas
40
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
50
A. Metode Penelitian
50
B. Populasi dan Sampel
C. Teknik Pengumpulan Data
50
52
D. Instrumen Penelitian
54
E. Ujicoba Instrumen Penelitian
55
F. Teknik Analisa Data
56
G. Langkah-langkah Pengumpulan Data
60
H. Langkah-langkah Pengolahan Data
60
BAB IV HASIL PENELITIAN
62
A. Deskripsi Data
B. Pengujian Persyaratan Analisis
C. Pengujian Hipotesis Penelitian
62
65
69
D. Pembahasan Hasil Penelitian
77
E. Keterbatasan Penelitian
°5
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
88
A. Kesimpulan
°°
B. Implikasi
92
C. Saran
95
DAFTAR KEPUSTAKAAN
98
LAMPIRAN-LAMPIRAN
XI
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
1. Penyebaran SKB sebagai Sasaran Penelitian
51
2. Distribusi Frekuensi Data Intensitas Pelatihan
62
3. Distribusi Frekuensi Data Gaya Kepemimpinan
63
4. Distribusi Frekuensi DataMasa Kerja
64
5. Distribusi Frekuensi Data Kinerja
65
6. Hasil Pengujian Normalitas Data
7. ANAVA Regresi Linier Sederhana Y atas XI
66
67
8. ANAVA Regresi Linier Sederhana Y atas X2
9. ANAVA Regresi Linier Sederhana Y atas X3
68
68
10 Rangkuman Nilai Korelasi
74
xn
DAFTAR GAMBAR.
Gambar
Halaman
1. Struktur Organisasi SKB
4
2. Hubungan antara Variabel
11
3. Kecenderungan Konsiderasi dan Struktur Inisiasi
20
4. Model Proses Peningkatan Kualitas SDM
31
5. Hubungan Fungsional Antara Komponen-komponen PLS
36
xai
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Halaman
1. Instrumen Uji Coba
101
2. Uji Validitas Instrumen Intensitas Pelatihan (XI)
3. Uji Validitas Instrumen Gaya Kepemimpinan (X2)
116
118
4.
5.
6.
7.
8.
120
121
122
125
130
Skor Ujicoba Kinerja (Y)
Uji Validitas Instrumen Kinerja (Y)
Perhitungan reliabilitas instrumen (XI)
Perhitungan reliabilitas instrumen (X2)
Perhitungan uji reliabilitas instrumen (Y)
9. Laporan Uji coba
132
10. Data Hasil Penelitian (XI, X2,X3 dan Y)
139
11. Deskripsi Frekuensi Skor Intensitas Pelatihan Pamong Belajar
12. Deskripsi Frekuensi Skor Gaya Kepemimpinan Kepala SKB
13. Deskripsi Frekuensi Skor Masa Kerja Pamong Belajar
14. Deskripsi Frekuensi Kinerja Pamong Belajar
15.Pengujian Normalitas Data Intensitas Pelatihan Pamong Belajar
16.Pengujian Normalitas Data Gaya Kepemimpinan Kepala SKB
17.PengujianNormalitasDataMasa Kerja Pamong Belajar
18.Pengujian Normalitas Data Kinerja Pamong Belajar
140
141
142
143
144
145
146
147
19. Perhitungan Perubahan skor mentah menjadi skor baku (XI)
148
20. Perhitungan Perubahan skor mentah menjadi skor baku (X2)
149
21. Perhitungan Perubahan skor mentah menjadi skor baku (X3)
150
22. Perhitungan Perubahan skor mentah menjadi skor baku (Y)
151
23. Hasil perhitungan perubahan skor awal menjadi skor baku (X1,X2,X3 dan Y)..152
24. Data hasil penelitian (XI, X2,X3 dan Y)
153
25.PerhitunganmencarinilaiJK(G) untuk variabel (XI)
155
26.Perhitungan mencari nilai JK (G) untuk variabel (X2)
157
xiv
Lampiran
Halaman
27.Perhitungan mencari nilai JK(G) untuk variabel (X3)
28.Langkah-langkah Perhitungan regresi linier sederhana
29.Uji Keberartian dan Kelinieran persamaan regresi Linier Sederhana
30.Perhitungan persamaan regresi koefisien signifikan (XIY, X2Y, X3Y)
31 .Data dan Perhitungan untuk analisis regresi multipel
160
163
165
171
172
32. Uji analisis regresi ganda
33. Pengujian korelasi sederhana (XI, X2,X3 terhadap Y)
34.Tabel penentuan ukuran sampel (tabel Krejcie)
173
178
187
35. Tabel nilai kritis uji Liliepors
188
36. Ijin Penelitian dari UPI
37. Ijin Penelitian dari Kanwil Depdiknas Sumatera Utara
38. Keterangan pelaksanaan penelitian
189
190
191
xv
•>fcNDIO(«.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan Luar Sekolah sebagai sub sistem dari Pendidikan Nasional
mempunyai peranan yang setara dengan pendidikan sekolah dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal ini berkaitan dengan falsafah dan tujuan
pembangunan yakni membangun manusia seutuhnya. Menurut Undang- Undang
Nomor 2 tahun 1989, tentang Sistem Pendidikan Nasional. Pendidikan dibagi
menjadi dua jalur, yaitu jalur pendidikan sekolah dan jalur pendidikan luar
sekolah, khusus pendidikan luar sekolah memiliki keleluasaan jauh lebih besar
dan lebih luwes dibandingkan dengan pendidikan sekolah. Program pendidikan
luar sekolah dapat dilakukan oleh keluarga, masyarakat maupun pemerintah. Ciri
khusus tersebut memungkinkan program-program pendidikan luar sekolah lebih
cepat berkembang sesuai tuntutan kebutuhan masyarakat. Salah satu lembaga
pemerintah yang mengemban misi tersebut adalah Sanggar Kegiatan Belajar
(SKB) yang hampir tersebar di seluruh kabupaten/ kodya pada 26 propinsi di
Indonesia sebanyak kurang lebih 260 Sanggar.
Sanggar Kegiatan Belajar (SKB)
mempunyai tugas melaksanakan
program kegiatan belajar luar sekolah, pemuda dan olahraga baik untuk sumber
belajar (tutor, fasilitator) maupun untuk masyarakat . Dalam kaitan ini tujuan
organisasi Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) adalah mengacu pada tugas dan
fungsi seperti yang dikemukakan dalam Surat Keputusan Menteri Pendidikan
dan KebudayaanNo. 023/ 0/1997 tanggal 20 Pebruari 1997.
Tugas Utama Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) adalah sebagai pembuatan
percontohan dan pengendalian mutu pelaksanaan program pendidikan luar
sekolah, pemuda dan olahraga berdasarkan kebijaksanaan teknis Direktorat
Jenderal Pendidikan Luar Sekolah, Pemuda dan Olahraga di tingkat
Kabupaten/Kotamadya.. Adapun program pendidikan luar sekolah, pemuda, dan
olahraga yang dilaksanakan oleh SKB saat ini meliputi tiga program besar yakni:
1) Pendidikan masyarakat, 2) Pembinaan generasi muda, 3) Keolahragaan. Ketiga
program tersebut dijabarkan sebagai berikut: Program Pendidikan Masyarakat
antara lain meliputi program: a) Paket A Setara SD program ini bertujuan untuk
mendukung pelaksanaan wajib belajar setingkat Sekolah Dasar, b) Paket B setara
SLTP. Program ini bertujuan untuk mendukung pelaksanaan wajib belajar
sembilan tahun setingkat Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama, c) Kelompok Belajar
Usaha. Program ini bertujuan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat dalam
kelompok usaha kecil, d) Kelompok Bermain, e) Magang, f) Taman Bacaan
Masyarakat, g). Pelatihan tutor, fasilitator dan penyelenggaraan program, h)
Pelatihan penyusunan sarana belajar, i) Kursus-kursus. Program pembinaan
generasi muda yang dijabarkan dalam program sebagai berikut: a) Kelompok
minat pemuda, b) Kelompok pemuda produktif, c) Kemah kerja pemuda, d).
Pembinaan pramuka, e) Pembinaan pasukan pengibar bendera, f) Palang merah
remaja, sedangkan program keolahragaan dijabarkan dalam bentuk program : a)
Pembibitan dan pembinaan olahraga tradisional, b) Kelompok Berlatih Olahraga
(KBO) cabang olahraga sepak bola, bulu tangkis, tenis meja, bola volley, dan
sepak takraw, c) Perlombaan antara kelompok berlatih olahraga, d) Pelatihan
penggerak, pelatih dan wasit olahraga, e) tes kesegaran jasmani dan rekreasi.
Adapun fungsi Sanggar sebagaimana yang ditertuang dalam SK
Mendikbud tersebut adalah sebagai berikut:
1. Pembangkitan dan penumbuhan kemauan belajar masyarakat agar terciptanya
masyarakat gemar belajar.
2. Pemberian motivasi dan pembinaan warga masyarakat agar mau dan mampu
menjadi sumber belajar dalam pelaksanaan azas saling membelajarkan.
3. Pemberian pelayanan informasi pendidikan luar sekolah, pemuda, dan
olahraga.
4. Pembuatan percontohan
berbagai program dan pengendalian mutu
pelaksanaan program pendidikan luar sekolah pemuda dan olahraga..
5. Penyusunan dan pengadaaan sarana belajarmuatan lokal
6. Penyediaan sarana dan fasilitas
7. Pengintegrasian dan penyingkronisasian kegiatan sektoral dalam bidang
pendidikan luar sekolah, pemuda, dan olahraga
8. Pelaksanan pendidikan dan pelatihan tenaga pelaksana pendidikan luar
sekolah, pemuda, dan olahraga
9. Pengelolaanurusantata usaha Sanggar.
Dalam
melaksanakan tugas dan fungsinya itu susunan orgnaisasi Sanggar
sebagaimana di atur dalam SK Mendikbud Nomor : 023/O/1997, tanggal 20
Pebruari 1997 tentang organisasi dan tata kerja Sanggar adalah seperti di bawah
ini.
Gambar 1
STRUKTUR ORGANISASI SKB
KEPALA
I
URUSAN
TATA USAHA
KELOMPOK TENAGA
FUNGSIONAL
(SK Mendikbud RI No. 023/O/1997, tanggal 20 Pebruari 1997
Memperhatikan susunan organisasi tersebut diatas, Pelaksanaan tugas
Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) dipimpin oleh seorang kepala. Kepala SKB
adalah seseorang yang diangkat dalam jabatan struktural yang mempunyai
kewenangan terhadap penyelenggaraan kegiatan sesuai tugas dan fungsi SKB.
Secara administratif Kepala SKB bertanggung jawab kepada Kepala Kandep
Diknas Kotamadya/Kabupaten dan secara teknis ia bertanggung jawab kepada
Direktur Diktentis Ditjen Diklusepora. Oleh karena itu, Kepala SKB mempunyai
kedudukan dan peranan yang penting di dalam mengarahkan misi organisasi.
Sejalan dengan pentingnya peran kepala sebagai pemimpin dalam organisasi
(lembaga) dapat dilihat dari beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli.
Menurut Thomas Day Lord (1988) seperti yang dikutip oleh Hoy &Miskel ( 1992
: 251) bahwa melihat kepemimpinan sebagai konsep kunci di dalam memahami
dan meningkatkan organisasi, itu berarti bahwa pemimpin berperan sebagai
penentu arah, penggerak dan pengendali penyelenggaraan kegiatan agar efektif,
efisien dan terarah kepada pencapaian tujuan pendidikan. Tanpa kepemimpinan
tujuan organisasi tidak akan dapat dicapai dan akan menyebabkan kekacauan
sebab tidak ada yang mengarahkan, sehingga yang bekerja akan mengutamakan
kepentingan pribadinya daripada kepentingan organisasi.
Keberhasilan Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) dalam melaksanakan
misinya dapat dilihat dari produktivitasnya. Zainudin Arif (1993) menyatakan
bahwa produktivita.s SKB secara determinan dipengaruhi oleh berbagai faktor,
yakni ketenagaan (Kepala Sanggar, Pamong Belajar dan Staf Tata Usaha), dengan
demikian peranan kelompok tenaga fungsional dan urusan tata usaha tidak dapat
diabaikan, ketiga faktor tersebut memegang peranan kunci dalam mewujudkan
produktivitas Sanggar Kegiatan Belajar (SKB).
Berdasarkan ketiga unsur sumber daya manusia tersebut, Pamong Belajar
mempunyai peranan yang strategis, karena tugas-tugas tersebut di atas menjadi
tanggung jawab Pamong Belajar SKB ini berarti pelaksanaan program-program
SKB dimasyarakat ditangani langsung oleh Pamong Belajar. Pamong Belajar
bertanggung jawab penuh terhadap keberhasilan pelaksanaan program-program
tersebut. sesuai tugas dan fungsi Sanggar serta mempunyai penjabaran tugas
pokok yang jelas sebagaimana tertuang dalam Surat Keputusan Menteri
Koordinator Pengawasan Pembangunan /Pendayagunaan Aparatur Negara
No.025/Kep/MK Waspan/L/1999 tanggal 18 Juni 1999, secara garis besarnya
tugas pokok Pamong Belajar dimaksud meliputi ; pendidikan, penyuluhan dan
pembelajaran, dan pengembangan profesi, serta penunjang penyuluhan dan
pembelajaran.
Merujuk pada tugas pokok Pamong Belajar, maka kualitas Pamong Belajar
sangat dituntut bagi terwujudnya kinerja yang mempunyai hubungan yang sangat
erat dengan produktifitas SKB dalam memenuhi dan mengantisipasi kebutuhan
belajar masyarakat yang dari tahun ke tahun semakin bertambah dan kompleks
baik dilihat dari segi kualitatif maupun kuantitatif. Dalam upaya miningkafkan
kinerja dan produktifitas SKB, kinerja pamong belajar menduduki kedudukan
yang sentral sekali. Hal ini disebabkan karena, tanpa kinerja yang optimal dari
pamong belajar, maka tidak mungkin Sanggar mencapai produktivitas yang tinggi.
Berdasarkan pengamatan Direktur Pendidikan Tenaga Teknis sebagai
pembina teknis edukatif SKB dan kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa
program-program SKB saat ini yang dilaksanakan oleh Pamong Belajar
kebanyakan masih belum sesuai atau belum mencapai hasil yang maksimal
dibandingkan dengan target atau sasaran yang ditentukan dalam buku pedoman
operasional SKB. Faktor-faktor yang mempengaruhi ketidaksesuaian antara
pelaksanaan program atau tugas yang dilakukan Pamong Belajar SKB dengan
perencanaan yang terdapat di dalam pedoman operasional SKB, disebabkan oleh
beberapa faktor antara lain dipengaruhi faktor internal dan eksternal. Faktor
internal yaitu faktor yang berasal dari dalam diri pamong belajar seperti; motivasi
dalam bekerja, pendidikan dan pengalaman yang dimiliki, potensi dan penguasaan
ketrampilan. Faktor eksternal adalah faktor yang dari luar individu seperti;
kepemimpinan kepala SKB, lingkungan bekerja, sarana/prasarana, dan kondisi
dalam masyarakat itu sendiri. Faktor-faktor di atas menyebabkan perbedaan-
perbedaan kinerja pamong belajar SKB, faktor tersebut perlu dikaji secara lebih
mendalam sehingga akan ditemukan sumber-sumber masalah yang benar-benar
menjadi penyebabnya.
Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan di atas, maka
penelitian ini akan meneliti sejauhmana hubungan antara intensitas pelatihan,
gaya kepemimpinan Kepala SKB, dan masa kerja dapat mempengaruhi kinerja
Pamong Belajar.
B. Identifikasi Masalah
Secara teoritis, untuk menelusuri berbagai faktor yang berkaitan dengan
kemampuan kerja (kinerja) dapat ditinjau dari sudut pandang berbagai konsep
atau teori. Masalah kinerja Pamong Belajar tidak luput dari berbagai faktor, ia
sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor internal dan eksternal. Yang tergolong
faktor internal antara lain tingkat pendidikan, masa kerja, pelatihan yang pernah
diikuti, motivasi dan kemauan untuk mengembangkan diri. Sedangkan yang
tergolong faktor eksternal antara lain iklim kerja, tingkat penghasilan, hubungan
antar manusia dan kepemimpinan.
Permasalahan yang dihadapi dalam melaksanakan tugas pokok tersebut,
akan sangat berpengaruh terhadap kinerjanya. Memperhafikan berbagai faktor
yang selama ini menjadi alasan belum optimalnya pamong belajar dalam
melaksanakan pekerjaan /tugas sebagai tenaga fungsional SKB, maka gambaran
konsep di atas dapat dijadikan alasan yang sangat kuat bagi peningkatan prestasi
kerja dan produktivitas kerja pamong secara individu maupun lembaga. Bila
pamong belajar dalam melaksanakan tugas belum optimal, seorang pemimpin
harus menilai dan menganalisis penyebab masalah tersebut. Dengan menganalisis
keadan-keadaan yang menyebabkan kinerja yang tidak memuaskan, seorang
pemimpin dapat menggunakan strategi-strategi yang tepat untuk meningkatkan
hasil kerja pamong belajar .
Perilaku pemimpin memiliki dampak atas prestasi bawahan. Hasil riset
Gibson menilai arah pengaruh handal dalam hubungan antara variabel pemimpin
dan bawahan, diungkapkan bahwa (1) perilaku pertimbangan pemimpin
menyebabkan kepuasan bawahan dan (2) prestasi pengikut menyebabkan
perubahan bagi pimpinan untuk menekankan pertimbangan dan penataan
hubungan perilaku prestasi.
Dari uraian di atas, dapat diidentifikasi beberapa variabel yang
mempengaruhi kinerja pamong belajar SKB antara lain :
1. Apakah pelatihan yang diikuti Pamong belajar ada hubungan dengan
peningkatan kinerjanya ?
2. Apakah tingkat pendidikan yang dimiliki pamong belajar mempunyai
pengaruh terhadap kinerjanya ?
3. Apakah masa kerja atau pengalaman berpengaruh terhadap kinerjanya ?
4. Apakah penguasaan keterampilan maupun pengetahuan yang dimiliki
Pamong Belajar sesuai dengan pelaksanaan tugasnya ?
5. Apakah gaya kepemimpinan Kepala SKB berpengaruh terhadap kinerja
Pamong Belajar ?
6. Apakah sarana dan prasarana yang ada di SKB berpengaruh terhadap kinerja
Pamong Belajar ?
7. Apakah tingkat kesejahteraan mempengaruhi terhadap kinerja Pamong
Belajar?
8. Apakahmotivasi mempengaruhi terhadap kinerja Pamong Belajar ?
Oleh karena variabel yang mempengaruhi kinerja Pamong Belajar
tersebut sangat banyak maka perlu diadakan pembatasan masalah.
C.
Pembatasan Masalah
Dari beberapa masalah yang di identifikasi di atas, penelitian ini
difokuskan/dibatasi dalam hal mempelajari hubungan antara Intensitas Pelatihan,
Gaya Kepemimpinan Kepala SKB dan Masa Kerja yang diduga memiliki
pengaruh terhadap kinerja Pamong Belajar. Dalam penelitian yang berkaitan
dengan gaya kepemimpinan Kepala SKB dibatasi pada perilaku pemimpin yang
cenderung consideration dan initiating.
Sedangkan intensitas pelatihan yaitu jumlah pelatihan yang pernah diikuti
dan mencakup hasil dari belajar (pelatihan) tersebut dalam penerapannya ditempat
tugas.
Masa kerja yaitu lamanya menjadi pegawai terhitung sejak diangkat
menjadi Pamong Belajar. Dan yang mencakup kinerja pamong belajar yaitu
adanya kemampuan mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan yang
diperoleh didalam melaksanakan tugas. Pelaksanaan tugas Pamong Belajar
dibatasi pada tugas pokok sesuai dengan Surat Keputusan Menpan nomor
25/KEP/MK.Waspan/6/1999.
10
Sehubungan dengan batasan masalah yang telah disebutkan diatas maka
dapat dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut:
1. Adakah hubungan antara variabel intensitas pelatihan dengan kinerja pamong
belajar SKB ?
2. Sejauhmana variabel gaya kepemimpinan kepala SKB berpengaruh terhadap
kinerja pamong belajar SKB ?
3. Adakah hubungan antara masa kerja dengan kinerja PB SKB ?
4. Apakah terdapat hubungan antara intensitas pelatihan, gaya kepemimpinan
Kepala SKB, dan masakerja terhadap kinerja Pamong Belajar ?
D. Hipotesis
Mengacu pada masalah dalam penelitian ini, ada tiga variabel bebas yaitu;
intensitas pelatihan (XI), gaya kepemimpinan kepala SKB (X2), dan masa kerja
pamong belajar (X3), sedangkan sebagai variabel terikat yaitu kinerja pamong
belajar (Y).
Berdasarkan polahubungan di atas, maka dapat disusun beberapa hipotesis
sebagai berikut:
1. Terdapat hubungan fungsional antara intensitas pelatihan dengan kinerja
pamong belajar SKB
2. Terdapat hubungan fungsional antara gaya kepemimpinan kepala SKB dengan
kinerja pamong belajar SKB.
3. Terdapat hubungan fungsional antara masa kerja dengan kinerja pamong
belajar SKB
4. Terdapat hubungan yang fungsional antara kepemimpinan Kepala SKB,
intensitas pelatihan dan masa kerja Pamong Belajar terhadap kinerja Pamong
Belajar
Hubungan antara variabel-variabel tersebut digambarkan sebagai berikut:
Gambar 1.2
HUBUNGAN ANTARA VARIABEL-VARIABEL
Keterangan:
Xi : Intensitas Pelatihan Pamong Belajar
X2 : Gaya Kepemimpinan Kepala SKB
X3: Masa Kerja Pamong Belajar
Y : Kinerja Pamong Belajar
E. Kerangka Berpikir
Setelah menelaah rumusan masalah dan hipotesis dalam penelitian ini,
maka dapat dijelaskan hubungan antar variabel-variabel sebagai berikut:
1. Hubungan antara Intensitas pelatihan Pamong Belajar dengan Kinerja
Pamong Belajar
Keterkaitan pelatihan Pamong Belajar dengan kinerja Pamong Belajar
merupakan hal sangat logis karena setiap bentuk pelatihan diharapkan dapat
berdampak pada pencapaian peningkatan kinerja dari peserta pelatihan. Dilihat
dari tujuan pelatihan akan tergambar bahwa mengacu pada harapan organisasi dan
perubahan tingkah laku atau karakteristik yang telah dituangkan.
Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap keberhasilan Pamong Belajar
dalam melaksanakan tugas adalah apabila Pamong Belajar dapat menambah
pengetahuan dan keterampilan secara kontinyu dan tepat guna. Penyebab
seseorang tidak dapat menampilkan keberhasilan secara maksimal adalah
disebabkan kurangnya keterampilan dan pengetahuan. Dengan demikian menjadi
jelas bahwa pelatihan sangat penting dan diperlukan dalam mendukung
keberhasilan Pamong Belajar dalam melaksanakan tugas, suatu keberhasilan
pelatihan sangat dipengaruhi oleh adanya materi atau bahan belajar yang sesuai
dengan apa yang diinginkan oleh peserta pelatihan dan disamping itu juga harus
didukung oleh kemampuan fasilitator menguasai materi tersebut, juga media atau
sarana danmetode penyampaian harus sesuai. Begitupula kebutuhan peserta harus
menjadi perhatian yang utama dalam merancang setiap bentuk pelatihan. Sebelum
pelatihan dimulai seharusnya perancang pelatihan memahami lebih dahulu
kebutuhan-kebutuhan yang diinginkan oleh calon peserta pelatihan, sehingga pada
proses dan akhir pelatihan dicapai kesesuaian antara apa yang dilatih dengan apa
yang dilaksanakan dalam tugasnya. Satu teknik yang perlu dikembangkan oleh
seorang perancang pelatihan adalah teknik identifikasi kebutuhan pelatihan
ij
(training needs assessement), ini berguna untuk mengantisipasi kebutuhankebutuhan apa yang sesuai dengan minat calon peserta pelatihan. Dengan
demikian akan dicapai suatu kesesuaian antara materi pelatihan dengan kebutuhan
pelaksanaan tugas dilapangan nantinya. Materi pelatihan dapat dikatakan sesuai
apabila berdaya guna terhadap keberhasilan tugas, dan ini merupakan kesuksesan
tersendiri dalam suatu pelatihan. Walaupun tidak mengesampingkan faktor-faktor
lain, yang juga berpengaruh dalam mendukung keberhasilan pelatihan. Akhirnya
dari uraian tersebut di atas diduga terdapat hubungan positif antara pelatihan
Pamong Belajar terhadap kinerjanya.
2. Hubungan antara Gaya Kepemimpinan Kepala SKB dengan Kinerja
Pamong Belajar.
Kepemimpinan diartikan sebagai kemampuan dan keterampilan seseorang
yang menduduki jabatan sebagai satuan kerja untuk mempengaruhi perilaku orang
lain terutama bawahannya, untuk berpikir, bertindak sedikian rupa sehingga
melalui perilaku yang positif ia mampu memberi sumbangsih nyata dalam
pencapaian tujuan organisasi. Gaya kepemimpin kepala SKB sangat berbeda, akan
tetapi dapat dilihat kecenderungan umumnya ada tiga yaitu: (1) Gaya Demokrasi,
(2) Gaya Otokrasi dan (3) Gaya Leissez Faire (bebas). Dari ketiga kecenderungan
gaya kepemimpinan diatas dalam interaksinya sehari-hari dengan Pamong Belajar
akan berpengaruh terhadap pelaksanaan tugas. Pelaksanaan tugas yang dimaksud
adalah sebagai sesuatu pekerjaan yang dilakukan, dikerjakan, dan dibuat dengan
usaha pekerjaan tersebut agar tercapai tujuannya. Sehingga hubungan antara dua
variabel tersebut tercermin dengan adanya pengaruh gaya kepemimpinan Kepala
SKB yang positif terhadap pekerjaan yang dilakukan dan dikerjakan oleh Pamong
14
Belajar, dua hal tersebut saling berkaitan satu sama lain. Dengan demikian diduga
terdapat hubungan positif antara gaya kepemimpinan Kepala SKB terhadap
kinerja Pamong Belajarnya.
3. Hubungan antara Masa Kerja terhadap Kinerja Pamong Belajar
Masa kerja adalah didasarkan atas lamanya seseorang menjadi pegawai
dalam hal ini Pamong Belajar, dan kemungkinan kemanfaatannya bagi
peningkatan pengetahuan dan keterampilan. Pada hakekatnya masa kerja terdapat
suatu proses pengalaman. Pengalaman adalah perolehan pengetahuan dan
keterampilan dengan mengerjakan dan mengalami sesuatu. Dari sini timbul
respon-respon tertentu dari orang yang mengerjakan dan mengalami sehingga
terjadi pematangan dalam pola tingkah laku, perubahan, sistem nilai,
perbendaharaan konsep-konsep dan kekayaan informasi. Hal ini dapat diperoleh
melalui praktek langsung (pengalaman pribadi) maupun melalui pengalaman
orang lain dengan cara mempelajari dan mengkajinya. Pengalaman yang diperoleh
sedikit demi sedikit selama melaksanakan tugas, sehingga intensitas pengalaman
dipengaruhi oleh lamanya masa kerja seseorang. Makin lama pengalaman bekerja
makin sering membuat dan melaksanakan segala sesuatu yang berhubungan
dengan tugas pokoknya. Dari pengalaman yang diperoleh dalam satu bidang
pekerjaan tertentu seseorang akan mengetahui seluk-beluk pekerjaan tersebut,
jenis pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk itu.
Bila seseorang berkesempatan berinteraksi langsung dengan sesuatu
sehingga ia mengenal segala aspek yang berhubungan dengan objek tersebut
maka yang bersangkutan akan memiliki pengalaman yang lengkap tentang hal
tersebut. Belajar dengan mengalami langsung dilingkungan kerja yang sebenarnya
akan lebih efektif dibandingkan dengan belajar tanpa mengalami langsung. Dari
penjelasan diatas masa kerja sangat terkait juga dengan proses memperoleh
pengalaman untuk mendapatkan pengetahuan dan keterampilan dalam bidang
tugas-tugas Pamong Belajar. Untuk dapat melakukan tugas sebagai Pamong
Belajar perlu memiliki banyak pengalaman dibidang profesinya. Dengan demikian
semakin lama masa kerja seorang Pamong Belajar maka semakin banyak pula
pengalaman yang diperolehnya. Dari uraian tersebut di atas diduga terdapat
hubungan positif antara masa kerja Pamong Belajar terhadap kinerjanya
F. Definisi Operasional
Sebagai pegangan sementara mengenai beberapa konsep atau istilah yang
tertera pada judul dan rumusan masalah, berikut ini dikemukakan definisi
operasional agar diperoleh kesatuan pemikiran.
1. Gaya Kepemimpinan adalah pencerminan dari perilaku seseorang yang
ditunjukkan dalam upayanya mempengaruhi segala pelaksanaan kegiatan dari
orang yang dipimpinnya, maka definisi yang dimaksud dalam penelitian ini
adalah pencerminan perilaku dan tindakan Kepala SKB dalam memimpin
Pamong Belajar pada setiap kegiatan perencanaan, pengorganisasian,
pengelolaan, dan penilaian dalam pelaksanaan program.
2. Intensitas Pelatihan ialah jumlah pelatihan yang pernah diikuti oleh Pamong
Belajar dan berkaitan dengan tugas pokok sejak ia bekerja dan mencakup
pemahaman dan hasil dari belajar (pelatihan) serta penerapannya di tempat
kerja/tugas.
3. Masa kerja ialah lamanya melaksanakan tugas terhitung sejak diangkat
menjadi Pamong Belajar. Dalam hal ini yang menjadi perhatian pada masa
kerja adalah pengalaman. Bahwa semakin lama masa kerja seorang Pamong
Belajar maka semakin tinggi pengalamannya. Pengalaman tersebut akan
membantu dalam melaksanakan tugas pokok Pamong Belajar.
4. Pamong Belajar adalah Pegawai Negeri Sipil yang diberi tugas, tanggung
jawab, wewenang, dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk
melaksanakan kegiatan belajar dan mengajar dalam rangka pengembangan
model danpembuatan percontohan, serta penilaian dalam rangka pengendalian
mutu dan dampak pelaksanaan program pendidikan luar sekolah, pemuda, dan
olahraga. (SK Menkowasbang/PAN No. 25/Kep/MK.Waspan/6/1999, Pasal 1
ayat 1, tanggal 18 Juni 1999).
5. Kinerja berarti adalah prestasi atau pelaksanaan kerja atau pencapaian kerja
atau hasil kerja/unjuk kerja/penampilan kerja, dan kemampuan kerja (Kamus
Besar Bahasa Indonesia).Ahli lain mendefinisikan kinerja sebagai penampilan
perilaku kerja yang ditandai oleh gerak, keluwesan ritme dan urutan kerja
yang sesuai dengan prosedur sehingga diperoleh hasil yang memenuhi syarat
kualitas, kecepatan, dan jumlah. (Grounland, 1982:26). Berdasarkan definisi
diatas, maka kinerja yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu
kemampuan/prestasi kerja yang dilakukan atau dikerjakan oleh Pamong
Belajar terhadap tugas yang dibebankan pada mereka seperti tertuang dalam
SK Menkowasbangpan Nomor 25/MK.Waspan/1999, meliputi: pendidikan,
penyuluhan dan pembelajaran, pengembangan propesi, serta pengembangan
model.
6. Sanggar Kegiatan Belajar (SKB)
atau dalam keputusan di sebut Sanggar
merupakan Unit Pelaksana Teknis (UPT) kegiatan belajar pendidikan luar
sekolah, pemuda, dan olahraga, berada di bawah Direktorat Jenderal
Pendidikan Lura Sekolah, Pemuda, dan Olahraga Departemen Pendidikan
Nasional. (SK Mendikbud RI No. 023/O/1997,
tanggal 20 Pebruari 1997
tentang Organisasi dan Tata Kerja Sanggar Kegiatan Belajar, Pasal 1 ayat 1).
G. Tujuan Penelitian
Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui adakah
hubungan positif dan seberapa besar determinasinya antara gaya kepemimpinan
Kepala SKB, intensitas pelatihan dan masa kerja Pamong Belajar terhadap kinerja
Pamong Belajar SKB di Propinsi Sumatera Utara.
Secara khusus tujuan penelitianini adalah untuk:
s
1. Memperoleh gambaran mengenai hubungan antara pengaruh intensitas
pelatihan dengan kinerja Pamong Belajar.
2. Mendapatkan gambaran
mengenai kadar hubungan antara variabel gaya
kepemimpinan yang diperankan oleh kepala dalam pengelolahan SKB dengan
variabel kinerja Pamong Belajar SKB
3. Memperoleh gambaran mengenai hubungan antara variabel masa kerja dengan
variabel kinerja Pamong Belajar.
4. Memperoleh gambaran mengenai hubungan antara variabel intensitas
pelatihan, gaya kepemimpinan Kepala SKB, dan masa kerja terhadap variabel
kinerja Pamong Belajar.
H. Kegunaan Penelitian
18
Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat baik bagi peneliti, maupun
bagi pihak-pihak yang terkait dengan objek dan permasalahan penelitian, sehingga
dapat dijadikan masukan dalam pengambilan kebijakan di masa mendatang.
Secara umum kegunaan penelitian dapat dibagi atas dua yaitu kegunaan secara
teoritis dan praktis.
1. Kegunaan secara teoritis.
Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan
yang berharga bagi pengelolaan dan pengembangan sumber daya manusia
yang ada di Sanggar Kegiatan Belajar khususnya, dan
jajaran Ditjen
Pendidilan Luar Sekolah, Pemuda, dan Olahraga pada umumnya.
2. Keguanan secara praktis.
a. Bagi peneliti, penelitian merupakan satu pengalaman yang sangat berharga
dalam hidup peneliti, dan disamping itu penelitian ini juga dapat
memberikan dan membuka wawasan baru dan sangat positif bagi peneliti
dalam mengembangkan kegiatan penelitian di masa mendatang.
b. Bagi Pamong Belajar penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan
berupa hasil evaluasi terhadap diri mereka tentang pelaksanan tugas
kepamongan selama ini sehingga dapat meningkatkan dan mengembangkan
diri guna menentukan langkah untuk pengembangan sumber daya manusia
SKB dan peningkatan mutu pelaksanaan dan penyelenggaraan program
SKB secara keseluruhan di masa mendatang yang sangat kompetitif dan
memiliki daya saing yang tinggi.
^D'0//t
^%i^TUn"^,
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
U §t
\^?%^ ./'
A. Metodologi Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang beberapa
variabel yang mempengaruhi kinerja Pamong Belajar SKB di Propinsi Sumatera
Utara. Untuk lebih jelasnya tujuan yang dimaksud adalah untuk menemukan
apakah ada hubungan positif dan signifikan antara intensitas pelatihan, gaya
kepemimpinan Kepala SKB, masa kerja Pamong Belajar terhadap kinerja Pamong
Belajar SKB di Propinsi Sumatera Utara.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kuantitatif, dan metode yang dipergunakan adalah deskriptif, dengan studi
korelasional yang bemsaha mengungkapkan dan menafsirkan data yang ada yakni
tentang seberapa besar hubungan dan sumbangan dari masing-masing variabel
diteliti.
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah keselumhan subjek penelitian, baik yang bempa benda,
tempat, maupun simbol-simbol yang dapat dijadikan sumber data.
Dalam
Encyclopedia of Educational Evaluation populasi didefmisikan sebagai berikut:
"A population is a set (or collection) of all elements possesing one or more
attribute ofinerest"
50
Karena penelitian ini berkaitan dengan kinerja pamong belajar, maka yang
menjadi populasi penelitian adalah semua pamong belajar yang bertugas pada
Sanggar Kegiatan Belajar di wilayah Propinsi Sumatera Utara, yaitu sebanyak 14
Sanggar dengan jumlah pamong belajar sebanyak 122 orang. Dengan perincian
danpenyebaran untuk masing-masing Sanggar sebagai berikut:
Tabel 1
DATA KETENAGAAN PB DI SKB SUMATERA TARA
No.
Sanggar Kegiatan Belajar Kab/Kodya
Jumlah
Pamong Belajar
Medan Kota
15
Langkat
10
3.
Binjai Kota
4.
Partumbukan
Dain
Karo
Siantar Barat
Raya
Asahan
10.
Tapanuli Selatan
11.
Tapanuli Utara
12.
Tapanuli Tengah
13.
Sibolangit
14.
Labuhan Batu
10
Jumlah Pamong Belajar
122 orang
Sumber Data Ketenagaan Tahun 1999 (BPKB Medan)
2. Sampel
Sampel dalam suatu kegiatan peneitian adalah wakil populasi yang akan
dijadikan subjek penelitian atau yang akan diteliti dan dijadikan responden atau
sumber informasi penelitian. Sampel dalam suatu penelitian merupakan wakil
yang dianggap representatif terhadap populasi penelitian. Karena itu dalam
menentukan menarik
suatu
sampel
penelitian,
maka perlu diperhatikan
karakteristik populasi yang meliputi sifat homogenitas dan heterogenitasnya.
Sampel yang diambil dalam penelitian ini sebanyak 92 orang. Berdasarkan
perhitungan pada tabel Krejcie yang melakukan perhitungan ukuran sampel
didasarkan atas kesalahan 5% (daftar tabel terlampir). Penarikan sampel dapat
dilakukan secara random.
C. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh data
mengenai variabel yang sedang diteliti yaitu variabel bebas yakni; Intensitas
Pelatihan PB (XI), Gaya Kepemimpinan Kepala (X2), dan Masa Kerja PB (X3),
serta variabel terikat yakni Kinerja PB (Y) adalah :
1.
Wawancara
Wawancara adalah "suatu cara untuk mendapatkan keterangan secara lisan
dari responden" (Koentjaraningrat, 1994 : 129). Teknik wawancara digunakan
dalam penelitian ini digunakan untuk melengkapi data yang diperoleh melalui
angket dan dokumentasi.
2.
Observasi
Observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan secara
sistematis dan sengaja melalui pengamatan dan pencatatan terhadap gejala yang
diselidiki, jadi hasil observasi sangat dipengaruhi oleh faktor pengamatan. Teknik
observasi yang digunakan dalam penelitian ini untuk mengobservasi pelaksanaan
tugas pamong belajar yang berhubungan dengan tugas pokok yang diembankan
kepada pamong Belajar.
3. Angket
Angket atau kuesioner adalah "penyelidikan mengenai suatu masalah
dengan jalan mengedarkan formulir, daftar pertanyaan, diajukan secara tertulis
pada sejumlah suibjek untuk mendapatkan jawaban (tanggapan, respons) tertulis
seperlunya"(Kartini kartono, 1996; 217 )
Angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket tertutup.
Penggunaan angket ini bertujuan untuk mendapatkan data langsung dari
responden, sehingga jawaban akan lebih obyektif. Penggunaan angket tertutup
dimaksud agar semuajawaban yang diberikan oleh responden lebih mudah untuk
dinilai karena semua altematifjawaban sudah ditentukan lebih dahulu.
4.
Dokumentasi
Teknik dokumentasi adalah pengumpulan data dengan cara melalui hasil
tulisan-tulisan yang resmi. Data dikumpulkan dengan pencatatan melalui
dokumen atau arsip-arsip laporan. Data dokumentasi yang diperoleh dalam
penelitian ini adalah untuk melihat pelaksanaan tugas Pamong Belajar untuk
memperkuat data yang diperoleh melalui angket.
D. Instrumen Penelitian
Angket dalam penelitian ini berisikan kuesioner yang perlu mendapat
jawaban dari responden . Kuesioner tersebut terdiri dari beberapa variabel yang
mana tiap variabel dijabarkan lagi kedalam beberapa indikator yang kemudian
diuraikan lagi
Dalam bentuk butir-butir pertanyaan.
1. Data tentang intensitas pelatihan yang digunakan untuk mengukur intensitas
pelatihan adalah jumlah pelatihan yang pernah diikuti oleh Pamong Belajar
yang berkaitan dengan tugas pokok dan mencakup hasil dari pelatihan tersebut
dalam penerapannya di tempat tugas.
f 2JData tentang gaya kepemimpinan Kepala SKB dikembangkan dalam bentuk
pertanyaan- pertanyaan yang berkaitan dengan gaya kepemimpinan
Demokrasi, Otokrasi dan Leissez Faire dalam bidang perencanaan,
pengorganisasian, pengelolahan danpenilaian.
3. Data masa kerj a diisi oleh Pamong Belajar sesuai lamanyabekerj a.
Dalam penelitian ini masa kerja bukan ditentukan atas dasar masa kerja sejak
diangkat jadi pegawai tetapi lamanya bekerja sejak diangkat menjadi Pamong
Belajar. Perhitungan lamanya bekerja dinyatakan dalam satuan tahunan.
4. Data tentang kinerja dijabarkan dalam bentuk pertanyaan yang berhubungan
dengan pelaksanaan tugas pokok sebagai Pamong Belajar yang meliputi
pelaksanaan tugas bidang penyuluhan, pelaksanaan tugas dibidang kegiatan
33
belajar mengajar, pelaksanaan tugas dibidang pengembangan propesi dan
pelaksanaan tugas pendukung penyuluhan dan proses belajar mengajar.
E. Ujicoba Instrumen Penelitian
Pengumpulan data dalam pelaksanaan uji coba tersebut didasarkan pada
langkah-langkah sebagai berikut :
1. Menentukan subyek uji coba, yaitu : Pamong Belajar pada Sanggar
Kegiatan Belajar (SKB) di wilayah propinsi Jawa Barat, yaitu SKB
Bandung Kota dan SKB Bandung Kabupaten Bandung, sebanyak 40
orang.
2. Menyebarkan angketuji coba ke seluruh responden uji coba.
3. Mengumpulkan angket uji coba.
4. Menganalisis data guna mengetahui validitas dan reliabilitas angket uji
coba tersebut.
a. Uji Validitas:
Uji validitas untuk mengetahui sampai sejauhmana suatu alat mampu
mengukur apa yang sehamsnya diukur. Oleh karena itu perlu dilakukan Uji coba
instrumen penelitian dilakukan agar diperoleh instrumen yang memenuhi syarat
dan cukup baik dalam memperoleh data yang valid. Analisis angket uji coba
dimaksudkan untuk mengetahui dan memilih butir-butir pertanyaan yang sahih
dan andal. Dengan adanya analisis angket uji coba validitas ini dapat memberikan
informasi tentang butir mana saja yang dapat mewakili dalam indikator dan
variabel yang diukur. Untuk mengetahui butir mana yang dapat mewakili dalam
indikator maka dilakukan analisis hubungan antara satu item dengan variabelnya.
Db
Rumus yang dipergunakan dalam menguji validitas instmmen ini yaitu Korelasi
Product Moment, yakni dengan cara mengkorelasikan masing-masing butir
dengan skor keselumhan butir.
Pengumpulan data mengenai gaya kepemimpinan kepala SKB, intensitas
pelatihan pamong belajar, dan kinerja Pamong Belajar dilaksanakan melalui
angket, padabagian lembar angket telah disajikan butir-butir pertanyaan dengan 3
pilihan altematif jawaban. Dengan demikian berarti bahwa butir yang tidak
memenuhi kriteria tersebut dinyatakan tidak valid dan direvisi kembali, dan
selanjtnya dipergunakan dalam penelitian nantinya.
b.Uji Reliabilitas :
Untuk mendapatkan instmmen yang reliabel, maka instmmen diuji dengan
menganalisis konsistensi butir- butir yang ada dengan teknik Alpha Cronbach.
Untuk mengetahui hasil perhitungan dari uji validitas dan reliabilitas dari
instmmen uji coba dapat dilihat dalam lampiran.
F. Tenik Analisis Data
Analisis data dilakukan untuk menguji yang telah diajukan pada Bab.I.
Namun sebelum dilakukan dengan memperhatikan pendapat-pendapat para ahli
statistik antara lain Sudjana 1989, Sutrisno Hadi 1988. Maka terlebih dahulu
ditempuh beberapa tahapan analisis awal.
Analisis frekuensi dimaksudkan untuk memperoleh deskripsi data secara
umum dari masing-masing variabel. Deskripsi tersebut meliputi kecenderungan
penyebaran data yang ditunjukkan oleh bentuk pengelompokan data, rata-rata
hitung, simpangan baku, modedan median.
Teknik analisis data penelitian mencakup : (1) pengujian persyaratan analisis
untuk penggunaan teknik statistik dan (2) teknik pengujian hipotesis penelitian
1). Uji Persyaratan analisis
Pengujian persyaratan analisis dilaksanakan denganjalan : (a) uji normalitas.
Uji normalitas darta dimaksudkan adalah untuk mengetahui apakah data hasil
penelitian berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas data masing- masing
variabel, dalam penelitian ini dilakukan secara parametrik dengan menggunakan
penaksir rata-rata dan simpangan baku, maka dalam pengujian normalitas data
dalam penelitian inidengan digunakan uji Liliefors. Kriteria pengujian adalah bila
f hitung < f tabel, maka data berdistribusi normal.(2) Pengujian linieritas,
Pengujian keberartian dan kelinearan regresi diuji bersamaan dengan pengujian
hipotesis penelitian.
2.Teknik Pengujian Hipotesis Penelitian
Untuk menguji hipotesis penelitian digunakan analisis regresi dan korelasi.
Keberartian regresi dan korelasi serta kelinearan regreasi diuji pada tingkat
kepercayaan 0,05. Uji regresi linear sederhana dilakukan adalah untuk
menentukan persamaan garis regresi linear sederhana dengan menggunakan
statistik Y, sedangkan uji keberartian dan kelinearannya menggunakan statistik F.
Koefisien regresi linear sederhana dinyatakan berarti bila f hitung > f tabel dan
regresi dinyatakan linear bila f hitung < f tabel.
Rumus yang digunakan untuk menghitung regresi linear sederhana :
58
b=
n EXY - (EX ) (IY)
nZX2-(ZX)2
E = a + bx
Rumus yang dipergunakan untuk menguji kelinearan regresi
S2TC
Fh =
S2G
Regresi ganda
Pengujian regresi ganda ini dilakukan untuk mengetahui persamaan regresi
variabel terikat atas ketiga variabel bebas yang diuji secara bersama-sama. Untuk
mengetahui sumbangan masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat.
Rumus yang dipergunakan :
Y = ao + ajxi + ax2 +a3x3
Uji korelasi sederhana dimaksudkan untuk menentukan besamya koefisien
korelasi antara masing-masning variabel bebas dengan variabel terikat. Koefisien
korelasi sederhana dihitung dengan menggunakan statistik r, dan keberartiannya
menggunakan statistik t. Koefisien korelasi sederhana dinyatakan berarti bila
hargat t hitung > dari t tabel.
Disamping itu untuk menentukan besamya kontribusi variabel bebas
terhadap variabel terikat baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama dihitung
dengan koefisien determinasi (R2). Sedangkan koefisien korelasi parsial dihitung
dengan mengkorelasikan setiap variabel bebas terhadap variabel terikat. Koefisien
korelasi varsial dihitung dengan menggunakan statistik r dan keberartiannya
menggunakan statistik t. Koefisien korelasi parsial dinyatakan berarti bila harga t
hitung > t tabel.
Rumus menghitung koefisien korelasi:
nEXY-(ZX)(EY)
,=W {nEx2-(Zx)2}{nlY2-(lY)2}
Rumus menghitung koefisien determinasi
KD = 1^x100%
Rumus menguji koefisien korelasi:
r VnT
t =
JT- T
Rumus menghitung korelasi ganda :
JK (Reg)
R2
sy2
Rumus menghitung koefisien korelasi parsial:
Ryl.2V.n-k-l
t=
V(l-r2yl.2)
Untuk mendapatkan hasil perhitungan statistik secara akurat baik dibantu dengan
menggunakan perangkat lunak komputer yaitu dengan metode SPSS (Statistical
Program for Social Science)
ou
G. Langkah-Langkah Pengumpulan Data
1. Persiapan
Pada tahap persiapan peneliti menyusun instmmen pengumpulan data
yang dikonsultasikan kepada dosen pembimbing untuk mendapatkan persetujuan
uji coba alat. Dari hasil uji coba sekaligus dapat mengukur validitas dan
reliabilitas alat tersebut dan
ada beberapa perbaikan alat
yang
hams
disempurnakan.
2. Pelaksanaan pengumpulan Data
Padatahap ini langkah yang dilakukan olehpeneliti yaitu mendatangi SKB
yang ada di Sumatera Utara untuk menyebarkan angket, pengadakan wawancara
dan observasi.
Waktu pengumpulan data sesuai dengan kesedian responden, ada yang di
kantor dan ada sebagian di rumah. Sedangkan observasi dapat dilakukan padajam
kerja.
H. Langkah-Langkah Pengolahan data
Serangkaian langkah kegiatan dalam mengolah dan menganilisa data hasil
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Memeriksa angket, kegiatan ini dilakukan untuk meyakini bahwa data yang
masuk benar-benar dapat diolah, kelengkapan semua data yang masuk
memenuhi persyaratan dan dapat diolah.
2. Memberikan skor,yaitu untuk menghitung jumlah skor yang diperoleh dari
masing-masing responden
3. Mentabulasi data dan memindahkan skor mentah ke dalam daftar
rekapitulasi dalam bentuk tabel yang telah disiapkan sebelumnya dengan
menggunakan program Ms Excell, daftar ini dimaksudkan untuk
memudahkan dalam melakukan perhitungan danpengolahan data.
4. Melakukan perhitungan statistik untuk setiap karakteristik yang diteliti
yang berkaitan dengan sifat normalitas sebagai dasar untuk dapat menguji
hipotesis dengan menggunakan analisis regresi dan korelasi.
5. Mendeskripsikan data yang telah diolah dan dianalisis yang berkaitan
dengan karakteristik variabel penelitian.
6. Melakukan pengujian terhadap setiap hipotesis yang diajukan.
7. Membahas data yang telah diolah, dianalisis, disajikan dan dikaitkan
dengan hipotesis yang diajukan .
8. Menarik kesimpulan dan saran-saran dari hasil penelitian berdasarkan hasil
pengolahan, analisis, pengujian hipotesis dan pembahasan.
^D'O/^t
BABV
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
1. Ada beberapa f
KEPEMIMPINAN KEPALA SKB, DAN MASA KERJA
TERHADAP KINERJA PAMONG BELAJAR SKB
DI PROPINSI SUMATERA UTARA
TESIS
Diajukan Kepada Panitia Ujian Tesis Untuk Memenuhi
Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Pada Program Studi Pendidikan Luar Sekolah
Konsentrasi Pelatihan
Oleh:
SRIMULIANI
NIM. 989504
/S"
CO
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2000
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa karya tulis dengan judul
"Pengaruh Intensitas Pelatihan, Gaya Kepemimpinan Kepala SKB, dan
Masa Kerja Terhadap Kinerja Pamong Belajar di SKB Propinsi Sumatera
Utara" beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendirt
Dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan ciri-ciri
yang tidak sesuai dengan etika yang berlaku dalam masyarakat
keilmuan.
Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/sangsi yang
dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya
pelanggaran atas etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim
terhadap keaslian karya saya ini.
Bandung, Juli 2000
Yang Membuat Pernyataan ^
Sri Muliani
11
Disetujui dan Disahkan oleh Pembimbing:
Prof. Dr. H. Sutaryat Trisnamansyah, M.A.
Pembimbing I
file, A't,
Dr. H. Zainudin Arif, MS
Pembimbing II
ABSTRAK
Salah satu indikator untuk melihat keberhasilan Sanggar Kegiatan Belajar adalah
dengan melihat keberhasilan program yang diselenggarakan oleh Sanggar tersebut.
Keberhasilan tersebut tidak terlepas dari kinerja Pamong Belajarnya, karena Pamong
Belajar merupakan ujung tombak dalam pelaksanaan program yang diselenggarakan
oleh SKB. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa kinerja Pamong Belajar tersebut
dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu faktor internal dan eksternal. Oleh karena itu
fokus masalah dalam penelitian ini adalah sejauh mana faktor intensitas pelatihan, gaya
kepemimpinan Kepala SKB, dan masa kerja Pamong Belajar dapat mempengaruhi
kinerja Pamong Belajar.
Penelian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara: (1) Intensitas
Pelatihan, (2) gaya kepemimpinan Kepala SKB, dan (3) masa kerja terhadap kinerja
Pamong Belajar, baik secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama. Ketiga variabel
tersebut diduga sebagai faktor determinan mendorong Pamong Belajar untuk lebih
berprestasi dalam melaksanakan tugasnya yang pada akhimya akan menghasilkan
kinerja yang baik.
Dalam melaksanakan penelitian ini digunakan pendekatan kuantitatifdan metode
yang dipergunakan adalah metode deskriptif dengan studi korelasional yang berusaha
mengungkapkan dan menafsirkan data yang ada, tentang seberapa besar hubungan dari
masing-masing variabel yang diteliti. Teknik pengumpulan data yang dipergunakan
adalah angket yang ditujukan kepada sampel penelitian yaitu sebanyak 92 orang
Pamong Belajar SKB di Propinsi Sumatera Utara.
Berdasarkan permasalahan dan tujuan penelitian ini secara teorotis dapat dikaji
berdasarkan beberapa konsep teori sebagai berikut: 1) Pelatihan sebagai salah satu
model Pengembangan Sumber Daya Manusia, 2) Teori Kepemimpinan: (a) Teori
Perilaku, (b) Humanistik, (c) Konsiderasi. 3) Pengalaman, 4) Kinerja.
Dari hasil penelitian terungkap: pertama, terdapat hubungan yang positif antara
intensitas pelatihan terhadap kinerja Pamong Belajar, dengan persamaan regresi Y=
7.0290 + 0.8594xi. Koefisien korelasi sebesar 0.859 dan koefisien determinasi 73.86 %,
yang berarti kontribusi intensitas pelatihan terhadap kinerja Pamong Belajar sebesar
73.86 %. Kedua, terdapat hubungan positif antara gaya kepemimpinan Kepala SKB
terhadap kinerja Pamong Belajar, dengan persamaan regresi Y = 6.26 + 0. 8748 x2,
dengan koefisien korelasi sebesar 0.875, dan koefisien determinasi sebesar 76.52 %, ini
berarti gaya kepemimpinan Kepala SKB terhadap kinerja Pamong Belajar sebesar 76.52
Vo.Ketiga, terdapat hubungan positif antara masa kerja terhadap kinerja Pamong Belajar
dengan persamaan regresi 9 =4.81 + 0.9038 x3> dan koefisien korelasi sebesar 0.904,
sedangkan koefisien determinasi sebesar 81.68 %, berarti masa kerja mempunyai
kontribusi terhadap kinerja Pamong Belajar sebesar 81.68 %.Keempat, terdapat
hubungan positif antara intesitas pelatihan, gaya kepemimpinan Kepala SKB, dan masa
kerja secara bersama-sama terhadap kinerja Pamong Belajar, dengan persamaan regresi
ganda Y = 0.3450 + 0.3145x1 + 0.3341x2 +0.3445x3 dan koefisien korelasi sebesar
0.9349 sedangkan koefisien determinasi sebesar 87.40 %, yang berarti intensitas
pelatihan, gaya kepemimpinan Kepala SKB, dan masa kerja memberikan kontribusi
sebesar 87.40 % terhadap kinerja Pamong Belajar. Selebihnya dipengaruhi faktor-faktor
yang lain yang berasal dari diri Pamong Belajar (internal) maupun yang berasal dari
luar diri Pamong Belajar (eksternal).
IV
Dari hasil penelitian secara umum dapat disimpulkan bahwa kinerja Pamong
Belajar dapat ditingkatkan dengan jalan menambah kemampuannya melalui pelatihan,
dan meningkatkan gaya kepemimpinan Kepala SKB, dan semakin bertambah masa
kerjanya akan bertambah pula kemampuannya.
Dari hasil penelitian maka dapat disampaikan beberapa saran: pertama,
Pelaksanaan pelatihan harus didahului dengan identifikasi kebutuhan belajar, sehingga
pelatihan tersebut benar-benar dapat mengatasi kesenjangan yang ada. Kedua, Perlu
disusun pola pelatihan yang mengarah kepada peningkatan dan kemampuan Pamong
Belajar.A^//ga, Hendaknya perekrutan pelatihan dilakukan secara merata sehingga
setiap Pamong Belajar mendapatkan kesempatan, Keempat, Hendaknya dilakukan
evaluasi terhadap Kepala SKB oleh Dikjen Diklusepora agar diketahui Kinerja Kepala
SKB, sehingga akan mendorong Kepala SKB untuk berusaha agar semaximal mungkin
dapat mengelolah SKB.
DAFTARISI
PERNYATAAN
ii
LEMBAR PERSETUJUAN
hi
ABSTRAK
iv
KATA PENGANTAR
vi
UCAPAN TERIMAKASIH
vii
DAFTAR ISI
x
DAFTAR TABEL
xii
DAFTAR GAMBAR
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
xiv
BAB
BAB
I
PENDAHULUAN
1
A. Latar Belakang Masalah
1
B. Identifikasi Masalah
7
C. Pembatasan Masalah
9
D. Hipotesis
10
E. Kerangka Berfikir
11
F. Definisi Operasional
15
G. Tujuan Penelitian
17
H. Kegunaan Penelitian
18
II LANDASAN TEORI
A. Deskripsi Teoritis
1. Konsep Kepemimpinan
19
19
19
(a) Teori Perilaku
22
(b) Teori Humanistik
24
(c) Teori Kontingensi
26
2. Proses Interaksi dalam Kepemimpinan
27
3. Profil Pemimpin Sanggar Kegiatan Belajar
29
4. Pengembangan SDM dan Pendidikan Luar Sekolah
31
(a) Pelatihan sebagai Bentuk Pengembangan SDM
31
(b) Kaitan Pelatihan dengan Pendidikan Luar Sekolah
35
5. Konsep Kinerja dan Produktivitas
40
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
50
A. Metode Penelitian
50
B. Populasi dan Sampel
C. Teknik Pengumpulan Data
50
52
D. Instrumen Penelitian
54
E. Ujicoba Instrumen Penelitian
55
F. Teknik Analisa Data
56
G. Langkah-langkah Pengumpulan Data
60
H. Langkah-langkah Pengolahan Data
60
BAB IV HASIL PENELITIAN
62
A. Deskripsi Data
B. Pengujian Persyaratan Analisis
C. Pengujian Hipotesis Penelitian
62
65
69
D. Pembahasan Hasil Penelitian
77
E. Keterbatasan Penelitian
°5
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
88
A. Kesimpulan
°°
B. Implikasi
92
C. Saran
95
DAFTAR KEPUSTAKAAN
98
LAMPIRAN-LAMPIRAN
XI
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
1. Penyebaran SKB sebagai Sasaran Penelitian
51
2. Distribusi Frekuensi Data Intensitas Pelatihan
62
3. Distribusi Frekuensi Data Gaya Kepemimpinan
63
4. Distribusi Frekuensi DataMasa Kerja
64
5. Distribusi Frekuensi Data Kinerja
65
6. Hasil Pengujian Normalitas Data
7. ANAVA Regresi Linier Sederhana Y atas XI
66
67
8. ANAVA Regresi Linier Sederhana Y atas X2
9. ANAVA Regresi Linier Sederhana Y atas X3
68
68
10 Rangkuman Nilai Korelasi
74
xn
DAFTAR GAMBAR.
Gambar
Halaman
1. Struktur Organisasi SKB
4
2. Hubungan antara Variabel
11
3. Kecenderungan Konsiderasi dan Struktur Inisiasi
20
4. Model Proses Peningkatan Kualitas SDM
31
5. Hubungan Fungsional Antara Komponen-komponen PLS
36
xai
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Halaman
1. Instrumen Uji Coba
101
2. Uji Validitas Instrumen Intensitas Pelatihan (XI)
3. Uji Validitas Instrumen Gaya Kepemimpinan (X2)
116
118
4.
5.
6.
7.
8.
120
121
122
125
130
Skor Ujicoba Kinerja (Y)
Uji Validitas Instrumen Kinerja (Y)
Perhitungan reliabilitas instrumen (XI)
Perhitungan reliabilitas instrumen (X2)
Perhitungan uji reliabilitas instrumen (Y)
9. Laporan Uji coba
132
10. Data Hasil Penelitian (XI, X2,X3 dan Y)
139
11. Deskripsi Frekuensi Skor Intensitas Pelatihan Pamong Belajar
12. Deskripsi Frekuensi Skor Gaya Kepemimpinan Kepala SKB
13. Deskripsi Frekuensi Skor Masa Kerja Pamong Belajar
14. Deskripsi Frekuensi Kinerja Pamong Belajar
15.Pengujian Normalitas Data Intensitas Pelatihan Pamong Belajar
16.Pengujian Normalitas Data Gaya Kepemimpinan Kepala SKB
17.PengujianNormalitasDataMasa Kerja Pamong Belajar
18.Pengujian Normalitas Data Kinerja Pamong Belajar
140
141
142
143
144
145
146
147
19. Perhitungan Perubahan skor mentah menjadi skor baku (XI)
148
20. Perhitungan Perubahan skor mentah menjadi skor baku (X2)
149
21. Perhitungan Perubahan skor mentah menjadi skor baku (X3)
150
22. Perhitungan Perubahan skor mentah menjadi skor baku (Y)
151
23. Hasil perhitungan perubahan skor awal menjadi skor baku (X1,X2,X3 dan Y)..152
24. Data hasil penelitian (XI, X2,X3 dan Y)
153
25.PerhitunganmencarinilaiJK(G) untuk variabel (XI)
155
26.Perhitungan mencari nilai JK (G) untuk variabel (X2)
157
xiv
Lampiran
Halaman
27.Perhitungan mencari nilai JK(G) untuk variabel (X3)
28.Langkah-langkah Perhitungan regresi linier sederhana
29.Uji Keberartian dan Kelinieran persamaan regresi Linier Sederhana
30.Perhitungan persamaan regresi koefisien signifikan (XIY, X2Y, X3Y)
31 .Data dan Perhitungan untuk analisis regresi multipel
160
163
165
171
172
32. Uji analisis regresi ganda
33. Pengujian korelasi sederhana (XI, X2,X3 terhadap Y)
34.Tabel penentuan ukuran sampel (tabel Krejcie)
173
178
187
35. Tabel nilai kritis uji Liliepors
188
36. Ijin Penelitian dari UPI
37. Ijin Penelitian dari Kanwil Depdiknas Sumatera Utara
38. Keterangan pelaksanaan penelitian
189
190
191
xv
•>fcNDIO(«.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan Luar Sekolah sebagai sub sistem dari Pendidikan Nasional
mempunyai peranan yang setara dengan pendidikan sekolah dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal ini berkaitan dengan falsafah dan tujuan
pembangunan yakni membangun manusia seutuhnya. Menurut Undang- Undang
Nomor 2 tahun 1989, tentang Sistem Pendidikan Nasional. Pendidikan dibagi
menjadi dua jalur, yaitu jalur pendidikan sekolah dan jalur pendidikan luar
sekolah, khusus pendidikan luar sekolah memiliki keleluasaan jauh lebih besar
dan lebih luwes dibandingkan dengan pendidikan sekolah. Program pendidikan
luar sekolah dapat dilakukan oleh keluarga, masyarakat maupun pemerintah. Ciri
khusus tersebut memungkinkan program-program pendidikan luar sekolah lebih
cepat berkembang sesuai tuntutan kebutuhan masyarakat. Salah satu lembaga
pemerintah yang mengemban misi tersebut adalah Sanggar Kegiatan Belajar
(SKB) yang hampir tersebar di seluruh kabupaten/ kodya pada 26 propinsi di
Indonesia sebanyak kurang lebih 260 Sanggar.
Sanggar Kegiatan Belajar (SKB)
mempunyai tugas melaksanakan
program kegiatan belajar luar sekolah, pemuda dan olahraga baik untuk sumber
belajar (tutor, fasilitator) maupun untuk masyarakat . Dalam kaitan ini tujuan
organisasi Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) adalah mengacu pada tugas dan
fungsi seperti yang dikemukakan dalam Surat Keputusan Menteri Pendidikan
dan KebudayaanNo. 023/ 0/1997 tanggal 20 Pebruari 1997.
Tugas Utama Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) adalah sebagai pembuatan
percontohan dan pengendalian mutu pelaksanaan program pendidikan luar
sekolah, pemuda dan olahraga berdasarkan kebijaksanaan teknis Direktorat
Jenderal Pendidikan Luar Sekolah, Pemuda dan Olahraga di tingkat
Kabupaten/Kotamadya.. Adapun program pendidikan luar sekolah, pemuda, dan
olahraga yang dilaksanakan oleh SKB saat ini meliputi tiga program besar yakni:
1) Pendidikan masyarakat, 2) Pembinaan generasi muda, 3) Keolahragaan. Ketiga
program tersebut dijabarkan sebagai berikut: Program Pendidikan Masyarakat
antara lain meliputi program: a) Paket A Setara SD program ini bertujuan untuk
mendukung pelaksanaan wajib belajar setingkat Sekolah Dasar, b) Paket B setara
SLTP. Program ini bertujuan untuk mendukung pelaksanaan wajib belajar
sembilan tahun setingkat Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama, c) Kelompok Belajar
Usaha. Program ini bertujuan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat dalam
kelompok usaha kecil, d) Kelompok Bermain, e) Magang, f) Taman Bacaan
Masyarakat, g). Pelatihan tutor, fasilitator dan penyelenggaraan program, h)
Pelatihan penyusunan sarana belajar, i) Kursus-kursus. Program pembinaan
generasi muda yang dijabarkan dalam program sebagai berikut: a) Kelompok
minat pemuda, b) Kelompok pemuda produktif, c) Kemah kerja pemuda, d).
Pembinaan pramuka, e) Pembinaan pasukan pengibar bendera, f) Palang merah
remaja, sedangkan program keolahragaan dijabarkan dalam bentuk program : a)
Pembibitan dan pembinaan olahraga tradisional, b) Kelompok Berlatih Olahraga
(KBO) cabang olahraga sepak bola, bulu tangkis, tenis meja, bola volley, dan
sepak takraw, c) Perlombaan antara kelompok berlatih olahraga, d) Pelatihan
penggerak, pelatih dan wasit olahraga, e) tes kesegaran jasmani dan rekreasi.
Adapun fungsi Sanggar sebagaimana yang ditertuang dalam SK
Mendikbud tersebut adalah sebagai berikut:
1. Pembangkitan dan penumbuhan kemauan belajar masyarakat agar terciptanya
masyarakat gemar belajar.
2. Pemberian motivasi dan pembinaan warga masyarakat agar mau dan mampu
menjadi sumber belajar dalam pelaksanaan azas saling membelajarkan.
3. Pemberian pelayanan informasi pendidikan luar sekolah, pemuda, dan
olahraga.
4. Pembuatan percontohan
berbagai program dan pengendalian mutu
pelaksanaan program pendidikan luar sekolah pemuda dan olahraga..
5. Penyusunan dan pengadaaan sarana belajarmuatan lokal
6. Penyediaan sarana dan fasilitas
7. Pengintegrasian dan penyingkronisasian kegiatan sektoral dalam bidang
pendidikan luar sekolah, pemuda, dan olahraga
8. Pelaksanan pendidikan dan pelatihan tenaga pelaksana pendidikan luar
sekolah, pemuda, dan olahraga
9. Pengelolaanurusantata usaha Sanggar.
Dalam
melaksanakan tugas dan fungsinya itu susunan orgnaisasi Sanggar
sebagaimana di atur dalam SK Mendikbud Nomor : 023/O/1997, tanggal 20
Pebruari 1997 tentang organisasi dan tata kerja Sanggar adalah seperti di bawah
ini.
Gambar 1
STRUKTUR ORGANISASI SKB
KEPALA
I
URUSAN
TATA USAHA
KELOMPOK TENAGA
FUNGSIONAL
(SK Mendikbud RI No. 023/O/1997, tanggal 20 Pebruari 1997
Memperhatikan susunan organisasi tersebut diatas, Pelaksanaan tugas
Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) dipimpin oleh seorang kepala. Kepala SKB
adalah seseorang yang diangkat dalam jabatan struktural yang mempunyai
kewenangan terhadap penyelenggaraan kegiatan sesuai tugas dan fungsi SKB.
Secara administratif Kepala SKB bertanggung jawab kepada Kepala Kandep
Diknas Kotamadya/Kabupaten dan secara teknis ia bertanggung jawab kepada
Direktur Diktentis Ditjen Diklusepora. Oleh karena itu, Kepala SKB mempunyai
kedudukan dan peranan yang penting di dalam mengarahkan misi organisasi.
Sejalan dengan pentingnya peran kepala sebagai pemimpin dalam organisasi
(lembaga) dapat dilihat dari beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli.
Menurut Thomas Day Lord (1988) seperti yang dikutip oleh Hoy &Miskel ( 1992
: 251) bahwa melihat kepemimpinan sebagai konsep kunci di dalam memahami
dan meningkatkan organisasi, itu berarti bahwa pemimpin berperan sebagai
penentu arah, penggerak dan pengendali penyelenggaraan kegiatan agar efektif,
efisien dan terarah kepada pencapaian tujuan pendidikan. Tanpa kepemimpinan
tujuan organisasi tidak akan dapat dicapai dan akan menyebabkan kekacauan
sebab tidak ada yang mengarahkan, sehingga yang bekerja akan mengutamakan
kepentingan pribadinya daripada kepentingan organisasi.
Keberhasilan Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) dalam melaksanakan
misinya dapat dilihat dari produktivitasnya. Zainudin Arif (1993) menyatakan
bahwa produktivita.s SKB secara determinan dipengaruhi oleh berbagai faktor,
yakni ketenagaan (Kepala Sanggar, Pamong Belajar dan Staf Tata Usaha), dengan
demikian peranan kelompok tenaga fungsional dan urusan tata usaha tidak dapat
diabaikan, ketiga faktor tersebut memegang peranan kunci dalam mewujudkan
produktivitas Sanggar Kegiatan Belajar (SKB).
Berdasarkan ketiga unsur sumber daya manusia tersebut, Pamong Belajar
mempunyai peranan yang strategis, karena tugas-tugas tersebut di atas menjadi
tanggung jawab Pamong Belajar SKB ini berarti pelaksanaan program-program
SKB dimasyarakat ditangani langsung oleh Pamong Belajar. Pamong Belajar
bertanggung jawab penuh terhadap keberhasilan pelaksanaan program-program
tersebut. sesuai tugas dan fungsi Sanggar serta mempunyai penjabaran tugas
pokok yang jelas sebagaimana tertuang dalam Surat Keputusan Menteri
Koordinator Pengawasan Pembangunan /Pendayagunaan Aparatur Negara
No.025/Kep/MK Waspan/L/1999 tanggal 18 Juni 1999, secara garis besarnya
tugas pokok Pamong Belajar dimaksud meliputi ; pendidikan, penyuluhan dan
pembelajaran, dan pengembangan profesi, serta penunjang penyuluhan dan
pembelajaran.
Merujuk pada tugas pokok Pamong Belajar, maka kualitas Pamong Belajar
sangat dituntut bagi terwujudnya kinerja yang mempunyai hubungan yang sangat
erat dengan produktifitas SKB dalam memenuhi dan mengantisipasi kebutuhan
belajar masyarakat yang dari tahun ke tahun semakin bertambah dan kompleks
baik dilihat dari segi kualitatif maupun kuantitatif. Dalam upaya miningkafkan
kinerja dan produktifitas SKB, kinerja pamong belajar menduduki kedudukan
yang sentral sekali. Hal ini disebabkan karena, tanpa kinerja yang optimal dari
pamong belajar, maka tidak mungkin Sanggar mencapai produktivitas yang tinggi.
Berdasarkan pengamatan Direktur Pendidikan Tenaga Teknis sebagai
pembina teknis edukatif SKB dan kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa
program-program SKB saat ini yang dilaksanakan oleh Pamong Belajar
kebanyakan masih belum sesuai atau belum mencapai hasil yang maksimal
dibandingkan dengan target atau sasaran yang ditentukan dalam buku pedoman
operasional SKB. Faktor-faktor yang mempengaruhi ketidaksesuaian antara
pelaksanaan program atau tugas yang dilakukan Pamong Belajar SKB dengan
perencanaan yang terdapat di dalam pedoman operasional SKB, disebabkan oleh
beberapa faktor antara lain dipengaruhi faktor internal dan eksternal. Faktor
internal yaitu faktor yang berasal dari dalam diri pamong belajar seperti; motivasi
dalam bekerja, pendidikan dan pengalaman yang dimiliki, potensi dan penguasaan
ketrampilan. Faktor eksternal adalah faktor yang dari luar individu seperti;
kepemimpinan kepala SKB, lingkungan bekerja, sarana/prasarana, dan kondisi
dalam masyarakat itu sendiri. Faktor-faktor di atas menyebabkan perbedaan-
perbedaan kinerja pamong belajar SKB, faktor tersebut perlu dikaji secara lebih
mendalam sehingga akan ditemukan sumber-sumber masalah yang benar-benar
menjadi penyebabnya.
Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan di atas, maka
penelitian ini akan meneliti sejauhmana hubungan antara intensitas pelatihan,
gaya kepemimpinan Kepala SKB, dan masa kerja dapat mempengaruhi kinerja
Pamong Belajar.
B. Identifikasi Masalah
Secara teoritis, untuk menelusuri berbagai faktor yang berkaitan dengan
kemampuan kerja (kinerja) dapat ditinjau dari sudut pandang berbagai konsep
atau teori. Masalah kinerja Pamong Belajar tidak luput dari berbagai faktor, ia
sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor internal dan eksternal. Yang tergolong
faktor internal antara lain tingkat pendidikan, masa kerja, pelatihan yang pernah
diikuti, motivasi dan kemauan untuk mengembangkan diri. Sedangkan yang
tergolong faktor eksternal antara lain iklim kerja, tingkat penghasilan, hubungan
antar manusia dan kepemimpinan.
Permasalahan yang dihadapi dalam melaksanakan tugas pokok tersebut,
akan sangat berpengaruh terhadap kinerjanya. Memperhafikan berbagai faktor
yang selama ini menjadi alasan belum optimalnya pamong belajar dalam
melaksanakan pekerjaan /tugas sebagai tenaga fungsional SKB, maka gambaran
konsep di atas dapat dijadikan alasan yang sangat kuat bagi peningkatan prestasi
kerja dan produktivitas kerja pamong secara individu maupun lembaga. Bila
pamong belajar dalam melaksanakan tugas belum optimal, seorang pemimpin
harus menilai dan menganalisis penyebab masalah tersebut. Dengan menganalisis
keadan-keadaan yang menyebabkan kinerja yang tidak memuaskan, seorang
pemimpin dapat menggunakan strategi-strategi yang tepat untuk meningkatkan
hasil kerja pamong belajar .
Perilaku pemimpin memiliki dampak atas prestasi bawahan. Hasil riset
Gibson menilai arah pengaruh handal dalam hubungan antara variabel pemimpin
dan bawahan, diungkapkan bahwa (1) perilaku pertimbangan pemimpin
menyebabkan kepuasan bawahan dan (2) prestasi pengikut menyebabkan
perubahan bagi pimpinan untuk menekankan pertimbangan dan penataan
hubungan perilaku prestasi.
Dari uraian di atas, dapat diidentifikasi beberapa variabel yang
mempengaruhi kinerja pamong belajar SKB antara lain :
1. Apakah pelatihan yang diikuti Pamong belajar ada hubungan dengan
peningkatan kinerjanya ?
2. Apakah tingkat pendidikan yang dimiliki pamong belajar mempunyai
pengaruh terhadap kinerjanya ?
3. Apakah masa kerja atau pengalaman berpengaruh terhadap kinerjanya ?
4. Apakah penguasaan keterampilan maupun pengetahuan yang dimiliki
Pamong Belajar sesuai dengan pelaksanaan tugasnya ?
5. Apakah gaya kepemimpinan Kepala SKB berpengaruh terhadap kinerja
Pamong Belajar ?
6. Apakah sarana dan prasarana yang ada di SKB berpengaruh terhadap kinerja
Pamong Belajar ?
7. Apakah tingkat kesejahteraan mempengaruhi terhadap kinerja Pamong
Belajar?
8. Apakahmotivasi mempengaruhi terhadap kinerja Pamong Belajar ?
Oleh karena variabel yang mempengaruhi kinerja Pamong Belajar
tersebut sangat banyak maka perlu diadakan pembatasan masalah.
C.
Pembatasan Masalah
Dari beberapa masalah yang di identifikasi di atas, penelitian ini
difokuskan/dibatasi dalam hal mempelajari hubungan antara Intensitas Pelatihan,
Gaya Kepemimpinan Kepala SKB dan Masa Kerja yang diduga memiliki
pengaruh terhadap kinerja Pamong Belajar. Dalam penelitian yang berkaitan
dengan gaya kepemimpinan Kepala SKB dibatasi pada perilaku pemimpin yang
cenderung consideration dan initiating.
Sedangkan intensitas pelatihan yaitu jumlah pelatihan yang pernah diikuti
dan mencakup hasil dari belajar (pelatihan) tersebut dalam penerapannya ditempat
tugas.
Masa kerja yaitu lamanya menjadi pegawai terhitung sejak diangkat
menjadi Pamong Belajar. Dan yang mencakup kinerja pamong belajar yaitu
adanya kemampuan mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan yang
diperoleh didalam melaksanakan tugas. Pelaksanaan tugas Pamong Belajar
dibatasi pada tugas pokok sesuai dengan Surat Keputusan Menpan nomor
25/KEP/MK.Waspan/6/1999.
10
Sehubungan dengan batasan masalah yang telah disebutkan diatas maka
dapat dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut:
1. Adakah hubungan antara variabel intensitas pelatihan dengan kinerja pamong
belajar SKB ?
2. Sejauhmana variabel gaya kepemimpinan kepala SKB berpengaruh terhadap
kinerja pamong belajar SKB ?
3. Adakah hubungan antara masa kerja dengan kinerja PB SKB ?
4. Apakah terdapat hubungan antara intensitas pelatihan, gaya kepemimpinan
Kepala SKB, dan masakerja terhadap kinerja Pamong Belajar ?
D. Hipotesis
Mengacu pada masalah dalam penelitian ini, ada tiga variabel bebas yaitu;
intensitas pelatihan (XI), gaya kepemimpinan kepala SKB (X2), dan masa kerja
pamong belajar (X3), sedangkan sebagai variabel terikat yaitu kinerja pamong
belajar (Y).
Berdasarkan polahubungan di atas, maka dapat disusun beberapa hipotesis
sebagai berikut:
1. Terdapat hubungan fungsional antara intensitas pelatihan dengan kinerja
pamong belajar SKB
2. Terdapat hubungan fungsional antara gaya kepemimpinan kepala SKB dengan
kinerja pamong belajar SKB.
3. Terdapat hubungan fungsional antara masa kerja dengan kinerja pamong
belajar SKB
4. Terdapat hubungan yang fungsional antara kepemimpinan Kepala SKB,
intensitas pelatihan dan masa kerja Pamong Belajar terhadap kinerja Pamong
Belajar
Hubungan antara variabel-variabel tersebut digambarkan sebagai berikut:
Gambar 1.2
HUBUNGAN ANTARA VARIABEL-VARIABEL
Keterangan:
Xi : Intensitas Pelatihan Pamong Belajar
X2 : Gaya Kepemimpinan Kepala SKB
X3: Masa Kerja Pamong Belajar
Y : Kinerja Pamong Belajar
E. Kerangka Berpikir
Setelah menelaah rumusan masalah dan hipotesis dalam penelitian ini,
maka dapat dijelaskan hubungan antar variabel-variabel sebagai berikut:
1. Hubungan antara Intensitas pelatihan Pamong Belajar dengan Kinerja
Pamong Belajar
Keterkaitan pelatihan Pamong Belajar dengan kinerja Pamong Belajar
merupakan hal sangat logis karena setiap bentuk pelatihan diharapkan dapat
berdampak pada pencapaian peningkatan kinerja dari peserta pelatihan. Dilihat
dari tujuan pelatihan akan tergambar bahwa mengacu pada harapan organisasi dan
perubahan tingkah laku atau karakteristik yang telah dituangkan.
Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap keberhasilan Pamong Belajar
dalam melaksanakan tugas adalah apabila Pamong Belajar dapat menambah
pengetahuan dan keterampilan secara kontinyu dan tepat guna. Penyebab
seseorang tidak dapat menampilkan keberhasilan secara maksimal adalah
disebabkan kurangnya keterampilan dan pengetahuan. Dengan demikian menjadi
jelas bahwa pelatihan sangat penting dan diperlukan dalam mendukung
keberhasilan Pamong Belajar dalam melaksanakan tugas, suatu keberhasilan
pelatihan sangat dipengaruhi oleh adanya materi atau bahan belajar yang sesuai
dengan apa yang diinginkan oleh peserta pelatihan dan disamping itu juga harus
didukung oleh kemampuan fasilitator menguasai materi tersebut, juga media atau
sarana danmetode penyampaian harus sesuai. Begitupula kebutuhan peserta harus
menjadi perhatian yang utama dalam merancang setiap bentuk pelatihan. Sebelum
pelatihan dimulai seharusnya perancang pelatihan memahami lebih dahulu
kebutuhan-kebutuhan yang diinginkan oleh calon peserta pelatihan, sehingga pada
proses dan akhir pelatihan dicapai kesesuaian antara apa yang dilatih dengan apa
yang dilaksanakan dalam tugasnya. Satu teknik yang perlu dikembangkan oleh
seorang perancang pelatihan adalah teknik identifikasi kebutuhan pelatihan
ij
(training needs assessement), ini berguna untuk mengantisipasi kebutuhankebutuhan apa yang sesuai dengan minat calon peserta pelatihan. Dengan
demikian akan dicapai suatu kesesuaian antara materi pelatihan dengan kebutuhan
pelaksanaan tugas dilapangan nantinya. Materi pelatihan dapat dikatakan sesuai
apabila berdaya guna terhadap keberhasilan tugas, dan ini merupakan kesuksesan
tersendiri dalam suatu pelatihan. Walaupun tidak mengesampingkan faktor-faktor
lain, yang juga berpengaruh dalam mendukung keberhasilan pelatihan. Akhirnya
dari uraian tersebut di atas diduga terdapat hubungan positif antara pelatihan
Pamong Belajar terhadap kinerjanya.
2. Hubungan antara Gaya Kepemimpinan Kepala SKB dengan Kinerja
Pamong Belajar.
Kepemimpinan diartikan sebagai kemampuan dan keterampilan seseorang
yang menduduki jabatan sebagai satuan kerja untuk mempengaruhi perilaku orang
lain terutama bawahannya, untuk berpikir, bertindak sedikian rupa sehingga
melalui perilaku yang positif ia mampu memberi sumbangsih nyata dalam
pencapaian tujuan organisasi. Gaya kepemimpin kepala SKB sangat berbeda, akan
tetapi dapat dilihat kecenderungan umumnya ada tiga yaitu: (1) Gaya Demokrasi,
(2) Gaya Otokrasi dan (3) Gaya Leissez Faire (bebas). Dari ketiga kecenderungan
gaya kepemimpinan diatas dalam interaksinya sehari-hari dengan Pamong Belajar
akan berpengaruh terhadap pelaksanaan tugas. Pelaksanaan tugas yang dimaksud
adalah sebagai sesuatu pekerjaan yang dilakukan, dikerjakan, dan dibuat dengan
usaha pekerjaan tersebut agar tercapai tujuannya. Sehingga hubungan antara dua
variabel tersebut tercermin dengan adanya pengaruh gaya kepemimpinan Kepala
SKB yang positif terhadap pekerjaan yang dilakukan dan dikerjakan oleh Pamong
14
Belajar, dua hal tersebut saling berkaitan satu sama lain. Dengan demikian diduga
terdapat hubungan positif antara gaya kepemimpinan Kepala SKB terhadap
kinerja Pamong Belajarnya.
3. Hubungan antara Masa Kerja terhadap Kinerja Pamong Belajar
Masa kerja adalah didasarkan atas lamanya seseorang menjadi pegawai
dalam hal ini Pamong Belajar, dan kemungkinan kemanfaatannya bagi
peningkatan pengetahuan dan keterampilan. Pada hakekatnya masa kerja terdapat
suatu proses pengalaman. Pengalaman adalah perolehan pengetahuan dan
keterampilan dengan mengerjakan dan mengalami sesuatu. Dari sini timbul
respon-respon tertentu dari orang yang mengerjakan dan mengalami sehingga
terjadi pematangan dalam pola tingkah laku, perubahan, sistem nilai,
perbendaharaan konsep-konsep dan kekayaan informasi. Hal ini dapat diperoleh
melalui praktek langsung (pengalaman pribadi) maupun melalui pengalaman
orang lain dengan cara mempelajari dan mengkajinya. Pengalaman yang diperoleh
sedikit demi sedikit selama melaksanakan tugas, sehingga intensitas pengalaman
dipengaruhi oleh lamanya masa kerja seseorang. Makin lama pengalaman bekerja
makin sering membuat dan melaksanakan segala sesuatu yang berhubungan
dengan tugas pokoknya. Dari pengalaman yang diperoleh dalam satu bidang
pekerjaan tertentu seseorang akan mengetahui seluk-beluk pekerjaan tersebut,
jenis pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk itu.
Bila seseorang berkesempatan berinteraksi langsung dengan sesuatu
sehingga ia mengenal segala aspek yang berhubungan dengan objek tersebut
maka yang bersangkutan akan memiliki pengalaman yang lengkap tentang hal
tersebut. Belajar dengan mengalami langsung dilingkungan kerja yang sebenarnya
akan lebih efektif dibandingkan dengan belajar tanpa mengalami langsung. Dari
penjelasan diatas masa kerja sangat terkait juga dengan proses memperoleh
pengalaman untuk mendapatkan pengetahuan dan keterampilan dalam bidang
tugas-tugas Pamong Belajar. Untuk dapat melakukan tugas sebagai Pamong
Belajar perlu memiliki banyak pengalaman dibidang profesinya. Dengan demikian
semakin lama masa kerja seorang Pamong Belajar maka semakin banyak pula
pengalaman yang diperolehnya. Dari uraian tersebut di atas diduga terdapat
hubungan positif antara masa kerja Pamong Belajar terhadap kinerjanya
F. Definisi Operasional
Sebagai pegangan sementara mengenai beberapa konsep atau istilah yang
tertera pada judul dan rumusan masalah, berikut ini dikemukakan definisi
operasional agar diperoleh kesatuan pemikiran.
1. Gaya Kepemimpinan adalah pencerminan dari perilaku seseorang yang
ditunjukkan dalam upayanya mempengaruhi segala pelaksanaan kegiatan dari
orang yang dipimpinnya, maka definisi yang dimaksud dalam penelitian ini
adalah pencerminan perilaku dan tindakan Kepala SKB dalam memimpin
Pamong Belajar pada setiap kegiatan perencanaan, pengorganisasian,
pengelolaan, dan penilaian dalam pelaksanaan program.
2. Intensitas Pelatihan ialah jumlah pelatihan yang pernah diikuti oleh Pamong
Belajar dan berkaitan dengan tugas pokok sejak ia bekerja dan mencakup
pemahaman dan hasil dari belajar (pelatihan) serta penerapannya di tempat
kerja/tugas.
3. Masa kerja ialah lamanya melaksanakan tugas terhitung sejak diangkat
menjadi Pamong Belajar. Dalam hal ini yang menjadi perhatian pada masa
kerja adalah pengalaman. Bahwa semakin lama masa kerja seorang Pamong
Belajar maka semakin tinggi pengalamannya. Pengalaman tersebut akan
membantu dalam melaksanakan tugas pokok Pamong Belajar.
4. Pamong Belajar adalah Pegawai Negeri Sipil yang diberi tugas, tanggung
jawab, wewenang, dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk
melaksanakan kegiatan belajar dan mengajar dalam rangka pengembangan
model danpembuatan percontohan, serta penilaian dalam rangka pengendalian
mutu dan dampak pelaksanaan program pendidikan luar sekolah, pemuda, dan
olahraga. (SK Menkowasbang/PAN No. 25/Kep/MK.Waspan/6/1999, Pasal 1
ayat 1, tanggal 18 Juni 1999).
5. Kinerja berarti adalah prestasi atau pelaksanaan kerja atau pencapaian kerja
atau hasil kerja/unjuk kerja/penampilan kerja, dan kemampuan kerja (Kamus
Besar Bahasa Indonesia).Ahli lain mendefinisikan kinerja sebagai penampilan
perilaku kerja yang ditandai oleh gerak, keluwesan ritme dan urutan kerja
yang sesuai dengan prosedur sehingga diperoleh hasil yang memenuhi syarat
kualitas, kecepatan, dan jumlah. (Grounland, 1982:26). Berdasarkan definisi
diatas, maka kinerja yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu
kemampuan/prestasi kerja yang dilakukan atau dikerjakan oleh Pamong
Belajar terhadap tugas yang dibebankan pada mereka seperti tertuang dalam
SK Menkowasbangpan Nomor 25/MK.Waspan/1999, meliputi: pendidikan,
penyuluhan dan pembelajaran, pengembangan propesi, serta pengembangan
model.
6. Sanggar Kegiatan Belajar (SKB)
atau dalam keputusan di sebut Sanggar
merupakan Unit Pelaksana Teknis (UPT) kegiatan belajar pendidikan luar
sekolah, pemuda, dan olahraga, berada di bawah Direktorat Jenderal
Pendidikan Lura Sekolah, Pemuda, dan Olahraga Departemen Pendidikan
Nasional. (SK Mendikbud RI No. 023/O/1997,
tanggal 20 Pebruari 1997
tentang Organisasi dan Tata Kerja Sanggar Kegiatan Belajar, Pasal 1 ayat 1).
G. Tujuan Penelitian
Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui adakah
hubungan positif dan seberapa besar determinasinya antara gaya kepemimpinan
Kepala SKB, intensitas pelatihan dan masa kerja Pamong Belajar terhadap kinerja
Pamong Belajar SKB di Propinsi Sumatera Utara.
Secara khusus tujuan penelitianini adalah untuk:
s
1. Memperoleh gambaran mengenai hubungan antara pengaruh intensitas
pelatihan dengan kinerja Pamong Belajar.
2. Mendapatkan gambaran
mengenai kadar hubungan antara variabel gaya
kepemimpinan yang diperankan oleh kepala dalam pengelolahan SKB dengan
variabel kinerja Pamong Belajar SKB
3. Memperoleh gambaran mengenai hubungan antara variabel masa kerja dengan
variabel kinerja Pamong Belajar.
4. Memperoleh gambaran mengenai hubungan antara variabel intensitas
pelatihan, gaya kepemimpinan Kepala SKB, dan masa kerja terhadap variabel
kinerja Pamong Belajar.
H. Kegunaan Penelitian
18
Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat baik bagi peneliti, maupun
bagi pihak-pihak yang terkait dengan objek dan permasalahan penelitian, sehingga
dapat dijadikan masukan dalam pengambilan kebijakan di masa mendatang.
Secara umum kegunaan penelitian dapat dibagi atas dua yaitu kegunaan secara
teoritis dan praktis.
1. Kegunaan secara teoritis.
Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan
yang berharga bagi pengelolaan dan pengembangan sumber daya manusia
yang ada di Sanggar Kegiatan Belajar khususnya, dan
jajaran Ditjen
Pendidilan Luar Sekolah, Pemuda, dan Olahraga pada umumnya.
2. Keguanan secara praktis.
a. Bagi peneliti, penelitian merupakan satu pengalaman yang sangat berharga
dalam hidup peneliti, dan disamping itu penelitian ini juga dapat
memberikan dan membuka wawasan baru dan sangat positif bagi peneliti
dalam mengembangkan kegiatan penelitian di masa mendatang.
b. Bagi Pamong Belajar penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan
berupa hasil evaluasi terhadap diri mereka tentang pelaksanan tugas
kepamongan selama ini sehingga dapat meningkatkan dan mengembangkan
diri guna menentukan langkah untuk pengembangan sumber daya manusia
SKB dan peningkatan mutu pelaksanaan dan penyelenggaraan program
SKB secara keseluruhan di masa mendatang yang sangat kompetitif dan
memiliki daya saing yang tinggi.
^D'0//t
^%i^TUn"^,
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
U §t
\^?%^ ./'
A. Metodologi Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang beberapa
variabel yang mempengaruhi kinerja Pamong Belajar SKB di Propinsi Sumatera
Utara. Untuk lebih jelasnya tujuan yang dimaksud adalah untuk menemukan
apakah ada hubungan positif dan signifikan antara intensitas pelatihan, gaya
kepemimpinan Kepala SKB, masa kerja Pamong Belajar terhadap kinerja Pamong
Belajar SKB di Propinsi Sumatera Utara.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kuantitatif, dan metode yang dipergunakan adalah deskriptif, dengan studi
korelasional yang bemsaha mengungkapkan dan menafsirkan data yang ada yakni
tentang seberapa besar hubungan dan sumbangan dari masing-masing variabel
diteliti.
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah keselumhan subjek penelitian, baik yang bempa benda,
tempat, maupun simbol-simbol yang dapat dijadikan sumber data.
Dalam
Encyclopedia of Educational Evaluation populasi didefmisikan sebagai berikut:
"A population is a set (or collection) of all elements possesing one or more
attribute ofinerest"
50
Karena penelitian ini berkaitan dengan kinerja pamong belajar, maka yang
menjadi populasi penelitian adalah semua pamong belajar yang bertugas pada
Sanggar Kegiatan Belajar di wilayah Propinsi Sumatera Utara, yaitu sebanyak 14
Sanggar dengan jumlah pamong belajar sebanyak 122 orang. Dengan perincian
danpenyebaran untuk masing-masing Sanggar sebagai berikut:
Tabel 1
DATA KETENAGAAN PB DI SKB SUMATERA TARA
No.
Sanggar Kegiatan Belajar Kab/Kodya
Jumlah
Pamong Belajar
Medan Kota
15
Langkat
10
3.
Binjai Kota
4.
Partumbukan
Dain
Karo
Siantar Barat
Raya
Asahan
10.
Tapanuli Selatan
11.
Tapanuli Utara
12.
Tapanuli Tengah
13.
Sibolangit
14.
Labuhan Batu
10
Jumlah Pamong Belajar
122 orang
Sumber Data Ketenagaan Tahun 1999 (BPKB Medan)
2. Sampel
Sampel dalam suatu kegiatan peneitian adalah wakil populasi yang akan
dijadikan subjek penelitian atau yang akan diteliti dan dijadikan responden atau
sumber informasi penelitian. Sampel dalam suatu penelitian merupakan wakil
yang dianggap representatif terhadap populasi penelitian. Karena itu dalam
menentukan menarik
suatu
sampel
penelitian,
maka perlu diperhatikan
karakteristik populasi yang meliputi sifat homogenitas dan heterogenitasnya.
Sampel yang diambil dalam penelitian ini sebanyak 92 orang. Berdasarkan
perhitungan pada tabel Krejcie yang melakukan perhitungan ukuran sampel
didasarkan atas kesalahan 5% (daftar tabel terlampir). Penarikan sampel dapat
dilakukan secara random.
C. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh data
mengenai variabel yang sedang diteliti yaitu variabel bebas yakni; Intensitas
Pelatihan PB (XI), Gaya Kepemimpinan Kepala (X2), dan Masa Kerja PB (X3),
serta variabel terikat yakni Kinerja PB (Y) adalah :
1.
Wawancara
Wawancara adalah "suatu cara untuk mendapatkan keterangan secara lisan
dari responden" (Koentjaraningrat, 1994 : 129). Teknik wawancara digunakan
dalam penelitian ini digunakan untuk melengkapi data yang diperoleh melalui
angket dan dokumentasi.
2.
Observasi
Observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan secara
sistematis dan sengaja melalui pengamatan dan pencatatan terhadap gejala yang
diselidiki, jadi hasil observasi sangat dipengaruhi oleh faktor pengamatan. Teknik
observasi yang digunakan dalam penelitian ini untuk mengobservasi pelaksanaan
tugas pamong belajar yang berhubungan dengan tugas pokok yang diembankan
kepada pamong Belajar.
3. Angket
Angket atau kuesioner adalah "penyelidikan mengenai suatu masalah
dengan jalan mengedarkan formulir, daftar pertanyaan, diajukan secara tertulis
pada sejumlah suibjek untuk mendapatkan jawaban (tanggapan, respons) tertulis
seperlunya"(Kartini kartono, 1996; 217 )
Angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket tertutup.
Penggunaan angket ini bertujuan untuk mendapatkan data langsung dari
responden, sehingga jawaban akan lebih obyektif. Penggunaan angket tertutup
dimaksud agar semuajawaban yang diberikan oleh responden lebih mudah untuk
dinilai karena semua altematifjawaban sudah ditentukan lebih dahulu.
4.
Dokumentasi
Teknik dokumentasi adalah pengumpulan data dengan cara melalui hasil
tulisan-tulisan yang resmi. Data dikumpulkan dengan pencatatan melalui
dokumen atau arsip-arsip laporan. Data dokumentasi yang diperoleh dalam
penelitian ini adalah untuk melihat pelaksanaan tugas Pamong Belajar untuk
memperkuat data yang diperoleh melalui angket.
D. Instrumen Penelitian
Angket dalam penelitian ini berisikan kuesioner yang perlu mendapat
jawaban dari responden . Kuesioner tersebut terdiri dari beberapa variabel yang
mana tiap variabel dijabarkan lagi kedalam beberapa indikator yang kemudian
diuraikan lagi
Dalam bentuk butir-butir pertanyaan.
1. Data tentang intensitas pelatihan yang digunakan untuk mengukur intensitas
pelatihan adalah jumlah pelatihan yang pernah diikuti oleh Pamong Belajar
yang berkaitan dengan tugas pokok dan mencakup hasil dari pelatihan tersebut
dalam penerapannya di tempat tugas.
f 2JData tentang gaya kepemimpinan Kepala SKB dikembangkan dalam bentuk
pertanyaan- pertanyaan yang berkaitan dengan gaya kepemimpinan
Demokrasi, Otokrasi dan Leissez Faire dalam bidang perencanaan,
pengorganisasian, pengelolahan danpenilaian.
3. Data masa kerj a diisi oleh Pamong Belajar sesuai lamanyabekerj a.
Dalam penelitian ini masa kerja bukan ditentukan atas dasar masa kerja sejak
diangkat jadi pegawai tetapi lamanya bekerja sejak diangkat menjadi Pamong
Belajar. Perhitungan lamanya bekerja dinyatakan dalam satuan tahunan.
4. Data tentang kinerja dijabarkan dalam bentuk pertanyaan yang berhubungan
dengan pelaksanaan tugas pokok sebagai Pamong Belajar yang meliputi
pelaksanaan tugas bidang penyuluhan, pelaksanaan tugas dibidang kegiatan
33
belajar mengajar, pelaksanaan tugas dibidang pengembangan propesi dan
pelaksanaan tugas pendukung penyuluhan dan proses belajar mengajar.
E. Ujicoba Instrumen Penelitian
Pengumpulan data dalam pelaksanaan uji coba tersebut didasarkan pada
langkah-langkah sebagai berikut :
1. Menentukan subyek uji coba, yaitu : Pamong Belajar pada Sanggar
Kegiatan Belajar (SKB) di wilayah propinsi Jawa Barat, yaitu SKB
Bandung Kota dan SKB Bandung Kabupaten Bandung, sebanyak 40
orang.
2. Menyebarkan angketuji coba ke seluruh responden uji coba.
3. Mengumpulkan angket uji coba.
4. Menganalisis data guna mengetahui validitas dan reliabilitas angket uji
coba tersebut.
a. Uji Validitas:
Uji validitas untuk mengetahui sampai sejauhmana suatu alat mampu
mengukur apa yang sehamsnya diukur. Oleh karena itu perlu dilakukan Uji coba
instrumen penelitian dilakukan agar diperoleh instrumen yang memenuhi syarat
dan cukup baik dalam memperoleh data yang valid. Analisis angket uji coba
dimaksudkan untuk mengetahui dan memilih butir-butir pertanyaan yang sahih
dan andal. Dengan adanya analisis angket uji coba validitas ini dapat memberikan
informasi tentang butir mana saja yang dapat mewakili dalam indikator dan
variabel yang diukur. Untuk mengetahui butir mana yang dapat mewakili dalam
indikator maka dilakukan analisis hubungan antara satu item dengan variabelnya.
Db
Rumus yang dipergunakan dalam menguji validitas instmmen ini yaitu Korelasi
Product Moment, yakni dengan cara mengkorelasikan masing-masing butir
dengan skor keselumhan butir.
Pengumpulan data mengenai gaya kepemimpinan kepala SKB, intensitas
pelatihan pamong belajar, dan kinerja Pamong Belajar dilaksanakan melalui
angket, padabagian lembar angket telah disajikan butir-butir pertanyaan dengan 3
pilihan altematif jawaban. Dengan demikian berarti bahwa butir yang tidak
memenuhi kriteria tersebut dinyatakan tidak valid dan direvisi kembali, dan
selanjtnya dipergunakan dalam penelitian nantinya.
b.Uji Reliabilitas :
Untuk mendapatkan instmmen yang reliabel, maka instmmen diuji dengan
menganalisis konsistensi butir- butir yang ada dengan teknik Alpha Cronbach.
Untuk mengetahui hasil perhitungan dari uji validitas dan reliabilitas dari
instmmen uji coba dapat dilihat dalam lampiran.
F. Tenik Analisis Data
Analisis data dilakukan untuk menguji yang telah diajukan pada Bab.I.
Namun sebelum dilakukan dengan memperhatikan pendapat-pendapat para ahli
statistik antara lain Sudjana 1989, Sutrisno Hadi 1988. Maka terlebih dahulu
ditempuh beberapa tahapan analisis awal.
Analisis frekuensi dimaksudkan untuk memperoleh deskripsi data secara
umum dari masing-masing variabel. Deskripsi tersebut meliputi kecenderungan
penyebaran data yang ditunjukkan oleh bentuk pengelompokan data, rata-rata
hitung, simpangan baku, modedan median.
Teknik analisis data penelitian mencakup : (1) pengujian persyaratan analisis
untuk penggunaan teknik statistik dan (2) teknik pengujian hipotesis penelitian
1). Uji Persyaratan analisis
Pengujian persyaratan analisis dilaksanakan denganjalan : (a) uji normalitas.
Uji normalitas darta dimaksudkan adalah untuk mengetahui apakah data hasil
penelitian berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas data masing- masing
variabel, dalam penelitian ini dilakukan secara parametrik dengan menggunakan
penaksir rata-rata dan simpangan baku, maka dalam pengujian normalitas data
dalam penelitian inidengan digunakan uji Liliefors. Kriteria pengujian adalah bila
f hitung < f tabel, maka data berdistribusi normal.(2) Pengujian linieritas,
Pengujian keberartian dan kelinearan regresi diuji bersamaan dengan pengujian
hipotesis penelitian.
2.Teknik Pengujian Hipotesis Penelitian
Untuk menguji hipotesis penelitian digunakan analisis regresi dan korelasi.
Keberartian regresi dan korelasi serta kelinearan regreasi diuji pada tingkat
kepercayaan 0,05. Uji regresi linear sederhana dilakukan adalah untuk
menentukan persamaan garis regresi linear sederhana dengan menggunakan
statistik Y, sedangkan uji keberartian dan kelinearannya menggunakan statistik F.
Koefisien regresi linear sederhana dinyatakan berarti bila f hitung > f tabel dan
regresi dinyatakan linear bila f hitung < f tabel.
Rumus yang digunakan untuk menghitung regresi linear sederhana :
58
b=
n EXY - (EX ) (IY)
nZX2-(ZX)2
E = a + bx
Rumus yang dipergunakan untuk menguji kelinearan regresi
S2TC
Fh =
S2G
Regresi ganda
Pengujian regresi ganda ini dilakukan untuk mengetahui persamaan regresi
variabel terikat atas ketiga variabel bebas yang diuji secara bersama-sama. Untuk
mengetahui sumbangan masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat.
Rumus yang dipergunakan :
Y = ao + ajxi + ax2 +a3x3
Uji korelasi sederhana dimaksudkan untuk menentukan besamya koefisien
korelasi antara masing-masning variabel bebas dengan variabel terikat. Koefisien
korelasi sederhana dihitung dengan menggunakan statistik r, dan keberartiannya
menggunakan statistik t. Koefisien korelasi sederhana dinyatakan berarti bila
hargat t hitung > dari t tabel.
Disamping itu untuk menentukan besamya kontribusi variabel bebas
terhadap variabel terikat baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama dihitung
dengan koefisien determinasi (R2). Sedangkan koefisien korelasi parsial dihitung
dengan mengkorelasikan setiap variabel bebas terhadap variabel terikat. Koefisien
korelasi varsial dihitung dengan menggunakan statistik r dan keberartiannya
menggunakan statistik t. Koefisien korelasi parsial dinyatakan berarti bila harga t
hitung > t tabel.
Rumus menghitung koefisien korelasi:
nEXY-(ZX)(EY)
,=W {nEx2-(Zx)2}{nlY2-(lY)2}
Rumus menghitung koefisien determinasi
KD = 1^x100%
Rumus menguji koefisien korelasi:
r VnT
t =
JT- T
Rumus menghitung korelasi ganda :
JK (Reg)
R2
sy2
Rumus menghitung koefisien korelasi parsial:
Ryl.2V.n-k-l
t=
V(l-r2yl.2)
Untuk mendapatkan hasil perhitungan statistik secara akurat baik dibantu dengan
menggunakan perangkat lunak komputer yaitu dengan metode SPSS (Statistical
Program for Social Science)
ou
G. Langkah-Langkah Pengumpulan Data
1. Persiapan
Pada tahap persiapan peneliti menyusun instmmen pengumpulan data
yang dikonsultasikan kepada dosen pembimbing untuk mendapatkan persetujuan
uji coba alat. Dari hasil uji coba sekaligus dapat mengukur validitas dan
reliabilitas alat tersebut dan
ada beberapa perbaikan alat
yang
hams
disempurnakan.
2. Pelaksanaan pengumpulan Data
Padatahap ini langkah yang dilakukan olehpeneliti yaitu mendatangi SKB
yang ada di Sumatera Utara untuk menyebarkan angket, pengadakan wawancara
dan observasi.
Waktu pengumpulan data sesuai dengan kesedian responden, ada yang di
kantor dan ada sebagian di rumah. Sedangkan observasi dapat dilakukan padajam
kerja.
H. Langkah-Langkah Pengolahan data
Serangkaian langkah kegiatan dalam mengolah dan menganilisa data hasil
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Memeriksa angket, kegiatan ini dilakukan untuk meyakini bahwa data yang
masuk benar-benar dapat diolah, kelengkapan semua data yang masuk
memenuhi persyaratan dan dapat diolah.
2. Memberikan skor,yaitu untuk menghitung jumlah skor yang diperoleh dari
masing-masing responden
3. Mentabulasi data dan memindahkan skor mentah ke dalam daftar
rekapitulasi dalam bentuk tabel yang telah disiapkan sebelumnya dengan
menggunakan program Ms Excell, daftar ini dimaksudkan untuk
memudahkan dalam melakukan perhitungan danpengolahan data.
4. Melakukan perhitungan statistik untuk setiap karakteristik yang diteliti
yang berkaitan dengan sifat normalitas sebagai dasar untuk dapat menguji
hipotesis dengan menggunakan analisis regresi dan korelasi.
5. Mendeskripsikan data yang telah diolah dan dianalisis yang berkaitan
dengan karakteristik variabel penelitian.
6. Melakukan pengujian terhadap setiap hipotesis yang diajukan.
7. Membahas data yang telah diolah, dianalisis, disajikan dan dikaitkan
dengan hipotesis yang diajukan .
8. Menarik kesimpulan dan saran-saran dari hasil penelitian berdasarkan hasil
pengolahan, analisis, pengujian hipotesis dan pembahasan.
^D'O/^t
BABV
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
1. Ada beberapa f