ESTETIKA DAN MAKNA MAHKOTA BINOKASIH SANGHYANG PAKE SUMEDANG LARANG.

(1)

Lendra Morjuangsah, 2012 Estetika Dan Makna...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu v

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

UCAPAN TERIMA KASIH ... ii

ABSTRAK ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR TABEL ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... B. Fokus Penelitian ... C. Tujuan Penelitian ... D. Signifikansi Manfaat Penelitian ... E. Penjelasan Istilah ... F. Sistematika Penelitian ... 1 3 4 4 5 7 BAB II LANDASAN TEORI NILAI ESTETIK DAN SIMBOLIK RAGAM HIAS PRA MODERN DI INDONESIA ... 9 A. Seni dan Kebudayaan Sunda ... B. Konsep Estetika dalam Seni Rupa ... C. Konsep Makna Simbolik ... D. Konsep Ornamen Dalam Seni Rupa ... E. Konsep Kesenian Logam Indonesia ... F. Konsep Mahkota ...

9 10 17 21 37 42


(2)

Lendra Morjuangsah, 2012 Estetika Dan Makna...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu vi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... A. Metode Penelitian ... B. Teknik Pengumpulan Data ... C. Sumber Data ... D. Teknik Analisis Data ... E. Langkah-langkah Penelitian ... F. Lokasi Penelitian ...

59 59 60 65 65 66 69 BAB IV ESTETIKA DAN MAKNA MAHKOTA BINOKASIH

SANGHYANG PAKE SUMEDANG LARANG ... A. Gambaran Umum Mahkota Binokasih Sanghyang Pake ... B. Bentuk Mahkota Binokasih Sanghyang Pake ... C. Fungsi Ornamen Mahkota Binokasih Sanghyang Pake di Museum Prabu Geusan Ulun Kabupaten Sumedang ... D. Makna Simbolis Mahkota Binokasih Sanghyang Pake di Museum Prabu Geusan Ulun Kabupaten Sumedang ...

70 70 86

117

124 BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 135 A. SIMPULAN ... 135 B. REKOMENDASI ... 136 DAFTAR PUSTAKA


(3)

Lendra Morjuangsah, 2012 Estetika Dan Makna...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu vii

DAFTAR GAMBAR

2.1 Mustika Yang Dipasang di Atap Bangunan BerfungsiSebagai

Ragam Hias Struktural ... 25

2.2 Tumpal Yang Diberi Hiasan Pada Kain Songket Jambi ... 25

2.3 Ragam Hias Pilin... 26

2.4 Ragam Hias Meander... 26

2.5 Ragam Hias Pinggiran dan Swastika ... 26

2.6 Ragam Hias Tumbuhan Yang Masih Naturalis ... 28

2.7 Penyederhanaan Bentuk Tumbuhan ... 28

2.8 Penyederhanaan Bentuk Tumbuhan ... 29

2.9 Objek Bunga Yang Kebanyakan BerupaBunga Melati, Seruni, Cempaka Mulya, dan Teratai ... 31

2.10 Detil Bentuk Daun Yang Bisa Digunakan Dalam Ukiran Kayu Atau Logam ... 31

2.11 Stilasi Bunga Truntum, Teratai Cina (Sumbar), dan Cempaka Sebagai Pola Dasar Ragam Hias Tumbuhan ... 32

2.12 Perbandingan Ragam HiasNaga di Cina Dengan Naga di Hindu (Indonesia) ... 34

2.13 Benda Hias Regalia Yang Terbuat Dari Logam ... 38

2.14 Relief Candi Yang Menggambarkan Para Pandai Besi ... 40

2.15 Salah Satu Adegan Dalam Relief Candi Borobudur Nampak Manusia Yang Sedang Memakai Tutup Kepala ... 45


(4)

Lendra Morjuangsah, 2012 Estetika Dan Makna...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu viii

2.16 Mahkota Binokasih Sanghyang Pake dan Siger Pengantin

Kebesaran Sumedang... 46

2.17 Mahkota Prabu Kresna dan Siger Suri Pengantin Keprabonan ... 47

2.18 Mahkota Ibu Padi Pada Upacara Mapag Sri yang Terbuat Dari Kuningan. Dari Kiri; Mahkota Raja, Ratu, dan Patih ... 49

2.19 Contoh Model Wayang Golek Yang Menggunakan Mahkota Binokasri. Dari Kiri; Arimba, Baladewa, Arimbi, Kresna, dan Rama ... 50

2.20 Contoh Model Hiasan Kepala Pada Wayang Golek Purwa ... 51

2.21 Ornamen Mahkota Binokasri Pada Wayang Golek Purwa ... 52

2.22 Ornamen Mahkota Binokasri Pada Wayang Kulit Purwa ... 53

2.23 Ornamen Pada Topong Kethu/Kuluk Binokasri Wayang Kulit Purwa ... 53

2.24 Ornamen Pada KethuWayang Kulit Purwa ... 54

2.25 Kethu Dewa ... 54

2.26 Garudha Mungkur... 55

2.27 Garudha Mungkur... 56

2.28 Ornamen Utah-Utahan Pada Garudha Mungkur ... 56

2.29 Sumping Mangkoro Sategal dan Sumping Gajah Ngoling Gaya Yogyakarta ... 57

3.1 Wawancara dengan Pemandu Museum di Dalam Gedung Pusaka 63

3.2 Gedung Utama Museum YPS-Prabu Geusan Ulun. (Gedung Srimanganti)... 69


(5)

Lendra Morjuangsah, 2012 Estetika Dan Makna...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu ix

4.1 Gedung Srimanganti ... 71

4.2 Gedung Bumi Kaler ... 72

4.3 Gedung Gamelan ... 73

4.4 Kereta Naga Paksi ... 74

4.5 Suasana di Dalam Gedung Pustaka. Tampak Pajangan mahkota Binokasih Sanghyang Pake dan Siger Beserta aksesorisnya ... 75 4.6 Mahkota Binokasih Sanghyang Pake, Siger Beserta Kelengkapannya Sebagai Busana Pengantin ... 80

4.7 Mahkota Binokasih Sanghyang Pake beserta Kelengkapannya ... 81

4.8 Dari Kiri; Mahkota Binokasih Sanghyang Pake Beserta Duplikat dan Triplikatnya ... 85

4.9 Model Mahkota Binokasih Mirip Dengan Mahkota Binokasri Pada Wayang Golek Purwa ... 87

4.10 Mahkota Binokasih Sanghyang Pake dari Arah Depan ... 88

4.11 Mahkota Binokasih Sanghyang Pake dari Arah Depan ... 89

4.12 Mahkota Binokasih Sanghyang Pake Dari Berbagai Belakang ... 90

4.13 Bagian-bagian Pada Mahkota Binokasih Sanghyang Pake ... 93

4.14 Kuluk ... 99

4.15 Bagian Pinggir Kuluk Pada Mahkota Dihiasi Suluran ... 100

4.16 Bagian Atas Kuluk(Nyakmat) / Duplikat Ke-3 ... 101

4.17 Jamang Terletak Di bagian Depan Mahkota ... 102

4.18 Turidha (Permata Hijau) Pada Bagian Jamang Mahkota Duplikat Ke Dua ... 103


(6)

Lendra Morjuangsah, 2012 Estetika Dan Makna...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu x

4.19 Posisi Susun Tiga Pada Mahkota Binokasih Sanghyang Pake ... 104

4.20 Posisi Susun Tiga Pada Mahkota Binokasih Sanghyang Pake ... 105

4.21 Daun Bersusun Tiga Yang Terletak Di Atas Jamang ... 106

4.22 Garuda Mungkur ... 108

4.23 Garuda Mungkur Mahkota Binokasih Sanghyang Pake ... 109

4.24 Sumping Prabu Ngayuh Pada Mahkota Binokasih Sanghyang Pake ... 110

4.25 Gambar Hiasan isi Isi Pada Sumping Prabu Ngayuh ... 111

4.26 Motif Hias Bunga Teratai dan Seruni ... 112

4.27 Pataka Berbentuk Teratai. Bagian Teratai Yang Terdapat Pada Puncak Kuluk Dibuat Dengan Teknik Hias Kerawangan ... 113

4.28 Bentuk Ron Terdiri Dari Tiga Susun Bentuk Bunga Pada Bagian Lengkung Terdapat Stilasi Bunga Yang Disusun Menyerupai Tumpal ... 114

4.29 Lebah yang berjumlah lima buah dipasang di samping (kanan dan kiri) mahkota ... 115

4.30 Rarawis Siki Bonteng ... 116

4.31 Para Bupati Mengenakan Mahkota Binokasih Sanghyang Pake Pada Abad Ke-16 ... 123


(7)

Lendra Morjuangsah, 2012 Estetika Dan Makna...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu xi

DAFTAR TABEL

4.1 Nama, posisi, dan bentuk Ornamen Mahkota Binokasih Sanghyang Pake ... 94 4.2 Nama dan Fungsi Ornamen Mahkota Binokasih Sanghyang Pake 118 4.3 Nama dan Makna Simbolis Ornamen Mahkota Binokasih


(8)

Lendra Morjuangsah, 2012 Estetika Dan Makna...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam serta khazanah budayanya. Kekayaan alam tersebut dimanfaatkan manusia untuk menunjang kehidupannya.Artefak-artefak seperti bangunan, benda regalia, lukisan, dan perhiasan menjadi bukti nyata bahwa seni budaya Nusantara di masa lalu sudah cukup berkembang.

Salah satu artefak senimasa lalu itu adalah tutup kepala. Tutup maupun perhiasan kepala merupakan perlengkapan pakaian atau tata busana,oleh karena itu perkembangannyapun sejalan dengan pengenalan manusia dalam hal pakaian.

Seiring dengan fungsi pakaian, pada mulanya tutup kepala dikenakan untuk melindungi kepala dari sengatan matahari atau guyuran air hujan. Kebiasaan memakai tutup dan hiasan kepala seperti itutelah berlangsung sejak lama. Pada masa lalu orang memanfaatkan tumbuhan yang tumbuh di sekitarnya sebagai tutup kepala. Meningkatnya pengetahuan manusia menumbuhkan pola hidup yang berbudaya dan beradab. Penggunaan pakaian bukan semata-mata untuk memenuhi kebutuhan praktis tetapi terdorong juga oleh kebutuhan lain seperti budaya pandangan hidup, adat istiadat masyarakat setempat,dan selera pemakainya. Pemakaian tutup kepala diselaraskan dengan kebutuhan-kebutuhan tersebut, sehingga melahirkan keanekaragaman bentuk, teknik, dan bahan. Adapun tentang tutup hiasan kepala dikenakan sehubungan dengan munculnya tokoh-tokoh yang


(9)

Lendra Morjuangsah, 2012 Estetika Dan Makna...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

diagungkan dalam masyarakat. Tokoh-tokoh masyarakat ditandai dengan pembedaan bentuk tutup kepala.

Penguasaan teknologi menghasilkan berbagai bentuk tutup kepala. Tutup kepala tersebut ada yang terbuat dari teknik tenun kain, anyaman bambu, bahkan sampai pada teknik pengolahan logam seperti emas dan perak.Penggunaan tutup kepala yang berkaitan dengan nilai adat istiadat atau pandangan hidup selalu memiliki arti dan nilai simbolik. Arti dan nilai simbolik dalam tata busana berhubungan dengan hadirnya sistem pranata sosial serta kepercayaan-kepercayaan dalam masyarakat setempat. Dalam sejarahnya, tutup kepala berkembang dari masa ke masa dengan munculnya periode Hindu-Budha, Islam, dan masa pemerintahan kolonial. Pada masa-masa itu lahir bentuk tutup kepala yang bisa membedakan kedudukan sosial seseorang. Selain bentuknya, beberapa perbedaaan bisa dilihat dari ragam hias yang menyertainya.

Di Museum Prabu Geusan Ulun Sumedangterdapat tutup hiasan kepala seperti Mahkota Binokasih Sanghyang Pake. Mahkota ini termasuk ke dalam model tutup kepala yang dipengaruhi kesenian masa Hindu-Budha. Mahkota ini termasuk koleksi unggulan museum dan konon merupakan peninggalan dari Kerajaan Sunda di Pajajaran.

Tesis ini pada dasarnya merupakan lanjutan dari penelitian sebelumnya yang disusun dalam bentuk skripsi. Sebagai salah satu benda pusaka bersejarah bagi Jawa Barat,Mahkota Binokasih Sanghyang Pakemasih cukup menarik untuk dijadikan objekpenelitian. Dalam penelitian kali iniakandiperdalam pada kajianestetika dan maknadari ragam hias (ornamen) yang terdapat pada Mahkota


(10)

Lendra Morjuangsah, 2012 Estetika Dan Makna...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Binokasih Sanghyang Pake.Penelitian ini bertujuan untuk memperkaya referensimahkota Binokasih Sanghyang Pake.Sejauh ini catatan literatur tentang mahkota Binokasih Sanghyang Pake yang ada di perpustakaan museum Prabu Geusan Ulun dinilai masih sangat kurang dan perlu pengembangan. Catatan tentang sejarah mahkota Binokasih dalam tesis ini sedikit dipaparkan untuk mendukung pembahasan mengenai estetika dan makna mahkota Binokasih Sanghyang Pake.

Penulis berharap penelitian ini bisa mengajak masyarakat untuk ikut serta mencintai dan melestarikan warisan budaya lokal, baik dengan cara mempelajari sejarahnya ataupun mengenali benda-benda peninggalannya lewat kunjungan ke Museum atau tempat lain yang dianggap sebagai situs bersejarah.

B. Fokus Penelitian

Kaitan antara keanekaragaman bentuk, bahan, dan hiasan pada mahkota dengan kehidupan masyarakat pada masa lalu cukup menarik ditelusuri.Sebagai bentuk dari karya seni yang bernilai tinggi, bentuk ornamen mahkota tampil dengan indah serta mencerminkan pola-pola kebudayaan masyarakatnya yang bernilai filosofis.Oleh karena itu, fokus penelitian ini akan lebih diarahkan untuk menganalisis mengenai ragam ornamen dan makna simbolis mahkota tersebut. Penulis akan menguraikan tiap permasalahan tersebut berdasarkan data-data relevan sesuai dengan yang didapatkan di lapangan.

Berdasarkan pandangan diatas maka penulis akan berusaha mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan berikut, diantaranya:


(11)

Lendra Morjuangsah, 2012 Estetika Dan Makna...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

1. Ornamen apa saja yang terdapat pada Mahkota Binokasih Sanghyang Pake Sumedang?

2. Apa fungsi bagian-bagian ornamen yang terdapat pada Mahkota Binokasih Sanghyang Pake Sumedang?

3. Makna-makna simbolis apayang terkandung dalam ornamen Mahkota Binokasih Sanghyang Pake Sumedang?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang dirumuskan di atas, tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah:

1. Mendeskripsikan jenisornamen yang terdapat pada Mahkota Binokasih Sanghyang Pake di Museum Prabu Geusan Ulun Kabupaten Sumedang.

2. Menganalisis fungsi-fungsi ornamen Mahkota Binokasih Sanghyang Pakedi Museum Prabu Geusan Ulun Kabupaten Sumedang.

3. Menemukanmakna simbolik yang terkandung dalam ornamen Mahkota Binokasih Sanghyang Pake di Museum Prabu Geusan Ulun Kabupaten Sumedang.

D. Signifikansi dan Manfaat Penelitian

Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan seni. Secara praktis hasil penelitian ini bisa dijadikan sebagai bahan informasi dan masukan untuk pembuat kebijakan


(12)

Lendra Morjuangsah, 2012 Estetika Dan Makna...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

(Pemerintah) dalam menentukan kebijakan-kebijakan pembangunan, terutama pariwisata, budaya, dan pendidikan, khususnya pendidikan kesenian.

Adapun uraian manfaat tersebut antara lain:

1. Bagi penulis; Dengan diadakannya penelitian ini penulis mendapatkan pengalaman, wawasan, dan pengetahuan tentang nilai estetis dari mahkota Binokasih Sanghyang Pake.

2. Bagi Pemerintah Daerah; Sebagai tambahan referensi tentang potensi budaya lokal yang berada di Kabupaten Sumedang yang kini mencanangkan visi sebagai kota Puseur Budaya Sunda.

4. Bagi Program Studi Pendidikan Seni; Sebagai tambahan referensi untuk perkembangan ilmu pengetahuan di Program Studi Pendidikan Seni, Sekolah Pascasarjana UPI.

5. Bagi Masyarakat; Dapat menjadi rujukan tentang pembelajaran apresiasi sejarah dan seni budaya lokal.

E. Penjelasan Istilah

Beberapa istilah khusus yang perlu dijelaskan dalam penelitian ini adalah: 1. Mahkota

Mahkota merupakan bentuktutupkepala yang dikenakanolehraja,

ratuataudewa. Bagi yang memakainya,

secaratradisionalmahkotamerupakanlambangbagikekuasaan,legitimasi, keabadian, kemakmuran, kejayaan, dankehidupansetelahkematian. Dalam Kamus Besar


(13)

Lendra Morjuangsah, 2012 Estetika Dan Makna...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Bahasa Indonesia istilah mahkota diartikan sebagai hiasankepalaatausongkokkebesaranbagi raja atauratu.

2. Estetika

Estetikaadalahsalahsatucabangfilsafat.Secarasederhana, estetikaadalahilmu

yang membahaskeindahan, bagaimanaiabisaterbentuk,

danbagaimanaseseorangbisamerasakannya.

Pembahasanlebihlanjutmengenaiestetikaadalahsebuahfilosofi yang

mempelajarinilai-nilaisensoris, yang

kadangdianggapsebagaipenilaianterhadapsentimendan

rasa.Estetikamerupakancabang yang sangatdekatdenganfilosofiseni. 3. Ornamen

Ornamen merupakan salahsatukaryasenidekoratif yang biasanyadimanfaatkanuntukmenambahkeindahansuatubendaatauproduk,

ataumerupakansuatukaryasenidekoratif (senimurni) yang berdirisendiri, tanpaterkaitdenganbenda/produkfungsionalsebagaitempatnya.

4. Makna Simbol

Istilah simbol berasal dari bahasa Yunani symbolon yang artinya sebuah tanda yang dengannya orang bisa mengetahui atau menyimpulkan sesuatu. Simbol merupakan sebuah tanda luar yang mewakili sebuah makna tersembunyi atau ide abstrak. Makna simbol adalah sesuatu (biasanya sebuah tanda yang bisa dilihat) yang mewakili sebuah gagasan atau objek.


(14)

Lendra Morjuangsah, 2012 Estetika Dan Makna...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Binokasihmerupakan istilah pada nama sebuah mahkota yang terdapat di Museum Prabu Geusan Ulun Kabupaten Sumedang. Mahkota Binokasih dulu disebut dengan nama mahkota Binokasri. Dilihat dari susunan katanya Binokasih

terdiri dari dua kata yaitu Bino dan Kasih.

ArtidarinamaBinokasihadalahmembinakehidupanrumahtangga agar lebihbaik. 6. Sanghyang Pake

Sanghyang Pake merupakan sebutan bagi mahkota Binokasih yang terdapat di Museum Prabu Geusan Ulun Kabupaten Sumedang. Istilah Sanghyang Pake

bermaknabahwamahkotainimerupakantutupkepala yang

dipake/dipakaiolehseseorang yang dimuliakan.

F. Sistematika Penulisan

Tesis ini disusun dalam lima bab. Tiap-tiap bab merupakan satuan bahasan yang sistematis. Adapun garis besarnya sebagai berikut:

1. Bab Pendahuluan

Di dalam bab ini akan duraikan berbagai pokok pikiran, yaitu tentanglatar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, signifikansi dan manfaat penelitian, penjelasan istilah, metode penelitian, lokasi penelitian, dan sistematika penulisan.

2. Bab Landasan Teori

Di dalam bab ini akan diuraikan berbagai teori dasar yang nantinya akan menjadi landasan dalam penganalisiaan data. Teori tersebut dikutip dari buku-buku sumber yang berhubungan dengan kesenian, estetika, ornamen, makna


(15)

Lendra Morjuangsah, 2012 Estetika Dan Makna...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

filosofis, kebudayaan logam, macam perhiasan badan, serta tinjauan tentang permuseuman.

3. Bab Metodologi Penelitian

Di dalam bab ini akan diuraikan lebih rinci tentang metode penelitian yang secara garis besar telah di sajikan dalam bab 1. Bahasan mengenai metode penelitian memuat beberapa komponen, yaitu metode penelitian yang digunakan, objek penelitian, teknik pengumpulan data, serta teknik analisis data.

4. BabHasil Penelitian dan Pembahasan

Di bab ini akan diuraikan tentang analisis nilai estetis dan makna simbolikornamen mahkota Binokasih Sanghyang Pake berdasarkan data-data relevan yang didapatkan selama melakukan pengamatan.

5. BabKesimpulan dan Rekomendasi

Dalam bab terakhir ini akan diuraikan simpulan dan rekomendasi dari hasil penelitian.


(16)

Lendra Morjuangsah, 2012 Estetika Dan Makna...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Dalam sebuah proses penelitian ada hal penting yang harus diperhatikan, yaitu mengenai teknik dan metode penelitiannya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode ini disesuaikan dengan kajian penelitian yang banyak memerlukan data berupa kata atau lisan, dokumen, dan foto dari objek mahkota Binokasih Sanghyang Pake, dalam penyajiannya banyak menggunakan kutipan baik dari hasil observasi, wawancara, maupun dokumen-dokumen yang relevan. Pada tahap akhir, kemudian data tersebut dianalisis atau dibahas menurut rumusan masalah.

Untuk memudahkan dalam menganalis kajian estetik mahkota Binokasih Sanghyang Pake, maka peneliti menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif ini berfungsi untuk memperoleh gambaran menyeluruh mengenai Mahkota Binokasih Sanghyang Pake di Museum Prabu Geusan Ulun Kabupaten Sumedang.

Dalam penelitian kualitatif ini data yang dikumpulkan berupa foto, gambar, buku, tulisan, dan rekaman dari hasil wawancara. Keseluruhan data yang diperoleh diolah dan disajikan dalam bentuk uraian naratif bukan dalam bentuk statistik.


(17)

Lendra Morjuangsah, 2012 Estetika Dan Makna...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

B. Teknik Pengumpulan Data

Bagian penting lain dari proses penelitian adalah teknik pengumpulan data. Dengan terkumpulnya data, peneliti bisa dengan mudah mengkaji ornamen dan makna simbolik yang terkandung dalam mahkota Binokasih Sanghyang Pake. Mengumpulkan data merupakan suatu pekerjaan yang tidak mudah karena membutuhkan waktu yang relatif lama. Proses pengumpulan data ini harus dilakukan secara serius agar data sesuai dengan hasil yang akan diteliti.

Melihat pentingnya fungsi dari teknik pengumpulan data, maka tahapan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi:

1. Observasi

Teknik observasi merupakan teknik yang sangat dibutuhkan dalam penelitian ini karena peneliti bisa mendapatkan data-data secara utuh, langsung, dan dapat dipercaya (valid). Hal ini senada dengan penjelasan Dhohiri (2001:120) bahwa “observasi merupakan suatu aktivitas penelitian dalam rangka mengumpulkan data yang berkaitan dengan penelitian melalui proses pengamatan langsung di lapangan”.

Observasi/pengamatan langsung dalam penelitian ini dilakukan di Museum Prabu Geusan Ulun-Yayasan Pangeran Sumedang yang terletak di Jl. Pangeran Geusan Ulun atau sebelah sisi selatan alun-alun Sumedang. Lembaga ini selain merupakan tempat disimpannya Mahkota Binokasih Sanghyang Pake, juga sebagai tempat yang menyimpan arsip-arsip mengenai mahkota Binokasih Sanghyang Pake tersebut. Di tempat ini peneliti bisa mendapatkan sejumlah data baik dari hasil wawancara dengan pihak museum maupun data atau informasi


(18)

Lendra Morjuangsah, 2012 Estetika Dan Makna...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

yang diperoleh dari buku-buku dan artikel yang sudah tersedia di perpustakaan Museum. Dengan observasi langsung ke lapangan, peneliti bisa diizinkan memotret dan membuat sketsa mahkota Binokasih Sanghyang Pake.

2. Wawancara

Pengumpulan data dapat juga dilakukan melalui teknik wawancara atau interview. Dhohiri (2001:121) menjelaskan bahwa “pada dasarnya wawancara dalam penelitian merupakan suatu kegiatan untuk memperoleh informasi atau data dengan cara bertanya langsung kepada responden atau sumber/pemberi informasi (informan)”.

Responden dalam penelitian ini meliputi pihak-pihak yang dinilai dapat memberikan informasi yang valid mengenai mahkota. Responden yang terpilih untuk mendapatkan informasi tentang mahkota Binokasih Sanghyang Pake diantaranya adalah pihak dari Museum Prabu Geusan Ulun yang sudah pasti mengetahui tentang riwayat mahkota Binokasih. Responden tersebut diantaranya adalah Bu Ani (Bagian Perpustakaan Museum), dan Pak Abdul Syukur (Pemandu Museum). Untuk melancarkan proses wawancara tersebut, pedoman wawancara yang disusun peneliti hanya berupa poin-poin penting yang akan ditanyakan, namun pertanyaan itu akan berkembang apabila ada beberapa hal penting lain yang perlu digali informasinya. Wawancara yang dilakukan peneliti yaitu wawancara terbuka yang lebih mirip dengan percakapan informal.

Responden yang lainnya adalah Pak Asep (Juru Golek gaya Cibiruan) yang beralamat di Gerlong Hilir, Kecamatan Sukasari-Bandung. Informasi yang dicari


(19)

Lendra Morjuangsah, 2012 Estetika Dan Makna...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

dari beliau adalah perihal ornamen yang terkandung dalam mahkota Binokasri pada wayang golek purwa. Dalam hal ini, peneliti mencoba mengkomparasikan data-data mahkota di museum dengan penjelasan dari pakar perajin wayang golek.

Tahapan wawancara dalam penelitian ini baru dapat dilaksanakan setelah hal-hal pendukung sudah dipersiapkan. Beberapa hal tersebut seperti responden pengganti jika responden utama yang telah ditetapkan sebelumnya ada yang tidak bisa ditemui, pedoman wawancara (interview guide) sudah disusun dengan baik, dan penyusunan jadwal kerja harian dilapangan.

Dalam pelaksanaan wawancara ini, peneliti harus mampu menggali lebih dalam sejumlah informasi yang diberikan oleh responden, serta dapat membimbing responden agar mau memberikan keterangan yang baik, benar, dan jelas.

Ada beberapa hal yang dilakukan peneliti sebelum memulai wawancara, yaitu:

a. Menerangkan tujuan dan kegunaan dari penelitian

b. Menjelaskan mengapa responden terpilih untuk diwawancarai

c. Menjelaskan institusi atau badan apa yang melaksanakan penelitian, dan

d. Meyakinkan kepada responden bahwa hasil penelitian ini bermanfaat sebagai referensi kepustakaan di museum..


(20)

Lendra Morjuangsah, 2012 Estetika Dan Makna...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Gambar 3.1

Wawancara dengan Pemandu Museum di Dalam Gedung Pusaka. Sumber: Koleksi pribadi

3. Dokumentasi

Teknik dokumentasi sering disebut juga studi kepustakan karena di dalamnya mencakup kegiatan penelusuran dan penelaahan literatur. Kegiatan ini sangat penting dalam penelitian, karena dapat digunakan untuk mencari data yang akan mendukung penelitian. Dhohiri (2001:118) menjelaskan bahwa “dengan teknik ini peneliti dapat belajar lebih sistematis dan analitis dalam melakukan penelitian”. Pada dasarnya teknik ini merupakan suatu cara memperoleh informasi dengan cara penggunaan bahan-bahan dokumentasi seperti referensi buku, gambar, dan foto-foto yang terkait dengan aspek yang diteliti.

Sebagian dokumen yang diperoleh peneliti dalam peneltian ini berasal dari Museum Prabu Geusan Ulun. Bahan-bahan dokumentasi tersebut di antaranya berupa buku yang menjelaskan tentang sejarah Sumedang, sejarah museum,


(21)

Lendra Morjuangsah, 2012 Estetika Dan Makna...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

riwayat Mahkota Binokasih Sanghyang Pake dan foto-foto mahkota Binokasih Sanghyang Pake. Dokumentasi foto sebagian diperoleh dari perpustakaan dan sebagian lagi merupakan hasil pemotretan sendiri. Sketsa mahkota juga merupakan bagian dokumen yang penting, karena bisa membantu peneliti dalam proses pengamatan.

Pada proses pemotretan, peneliti merasa kurang leluasa karena objek mahkota yang diteliti berada di dalam etalase kaca yang dipatenkan (jarang dibuka lagi), sementara itu objek mahkota disimpan terlalu tinggi sehingga detil bagian atas mahkota tidak bisa dipotret dengan baik.

Sketsa dari mahkota Binokasih Sanghyang Pake dibuat langsung oleh peneliti dengan melihat foto digital tersebut di komputer. Lewat bantuan komputer peneliti bisa menganalisis foto hasil observasi dari Museum Prabu Geusan Ulun-YPS dengan cukup leluasa. Foto-foto ornamen yang didapatkan peneliti sebagian besar diolah lagi dengan bantuan komputer (Program Adobe Photoshop® CS3). Pengolahan foto lewat komputer ini bertujuan untuk memperjelas bagian foto yang dianggap kurang detail.

Meskipun menggunakan pengolahan dalam komputer, namun masih terdapat sebagian foto yang masih sulit untuk diperjelas, khususnya tentang fokus ornamen yang kurang terlihat detail. Sehingga pada proses pembuatan sketsa, peneliti hanya menggambarkan kesan-kesannya saja (Impress). Hal ini terjadi karena masalah pencahayaan di ruangan museum yang cukup redup.


(22)

Lendra Morjuangsah, 2012 Estetika Dan Makna...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Dokumen historis merupakan bagian penting lainnya dari penelitian kualitatif ini, karena objek penelitian yang dikaji mempunyai nilai sejarah dan dokumen-dokumen ini sering menjelaskan sebagian dari fokus penelitian.

C. Sumber Data

Penelitian ini tidak bermaksud mengumpulkan dan mengolah data dalam bentuk angka-angka sebagai usaha pengukuran, tetapi dengan cara menemukan kedalaman pemahaman terhadap visualisasi dan ciri-ciri khas pada mahkota Binokasih Sanghyang Pake. Sumber dan jenis data dalam penelitian ini antara lain:

1. Tulisan ilmiah dari buku-buku, skripsi, artikel, internet, koran serta dokumentasi foto objek mahkota Binokasih Sanghyang Pake yang akan dikaji/diteliti.

2. Dokumentasi berupa rekaman hasil wawancara.

3. Narasumber dalam penelitian ini meliputi pihak museum (Pak Abdul Syukur), dan ahli wayang/juru golek (Pak Asep).

D. Teknik Analisis Data

Tujuan utama penelitian ini adalah mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang menjadi rumusan masalah, agar hal ini tercapai maka yang harus dilakukan adalah menganalisis data.

Dalam teknik analisis data penulis harus memeriksa keabsahan data dengan cara mengecek atau membandingkan data hasil pengamatan orang lain. Teknik


(23)

Lendra Morjuangsah, 2012 Estetika Dan Makna...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

analisis data dapat juga memanfaatkan sumber-sumber lain seperti teori atau metode yang mendukung.

Di dalam sebuah penelitian kualitatif analisa data tidak hanya dilakukan di akhir penelitian, melainkan sepanjang proses penelitian berlangsung. Hal ini bertujuan agar semua hasil data saat penelitian bisa teranalisis dengan baik.

Data-data yang telah terkumpul melalui observasi, studi literatur, dan wawancara, kemudian dievaluasi, data-data yang dianggap meragukan atau sulit ditafsirkan akan diproses kembali dengan wawancara ulang, diskusi, atau studi literatur.

Setelah data-data dianggap relevan dengan penelitian, kemudian data dikelompokkan dan disusun secara sistematis sehingga dapat menjadi laporan penelitian ilmiah.

E. Langkah-Langkah Penelitian

Proses penelitian ini dilaksanakan hanya beberapa bulan, tepatnya dari mulai bulan Agustus 2011 hingga bulan Desember 2011. Walaupun penelitian ini dilakukan dengan waktu yang relatif singkat, tapi harapannya semoga penelitian ini dapat membuahkan hasil yang optimal sesuai sengan tujuan penelitian yang telah ditetapkan. Adapun langkah-langkah atau tahapan-tahapan dari penelitian ini sesuai dengan tahapan pada penelitian kualitatif yang meliputi: 1) Tahap Pra-Lapangan; 2) Kegiatan lapangan; dan 3) Analisis Data.


(24)

Lendra Morjuangsah, 2012 Estetika Dan Makna...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Dalam hal ini peneliti melakukan langkah-langkah penelitian sebagai berikut:

1. Tahap Pra Lapangan

Pada tahapan ini, peneliti melakukan persiapan-persiapan yang meliputi; memilih masalah, studi pendahuluan, merumuskan fokus penelitian, memilih pendekatan, menentukan sistem pola yang diamati dan sumber data. Pada tahap ini peneliti membuat proposal untuk dikonsultasikan dengan pembimbingyang telah ditunjuk oleh Prodi. Seni SPs-UPI. Mengurus perizinan merupakan suatu persoalan yang tidak dapat diabaikan begitu saja, karena dalam penelitian ini surat perizinan merupakan faktor penting yang bisa melancarkan peneliti selama proses penelitian di lokasi.

Proposal penelitian yang sudah disetujui, merupakan syarat yang harus dilampirkan dalam mengajukan surat perizinan penelitian. Surat izin penelitian itu dikeluarkan langsung oleh Sekolah Pascasarjana UPI. Setelah surat perizinan penelitian diperoleh, maka ditujukan langsung ke Museum Prabu Geusan Ulun-Yayasan Pangeran Sumedang.

2. Tahap Kegiatan Lapangan

Pada tahap ini, peneliti mengumpulkan sekaligus menseleksi data-data yang diperlukan sesuai dengan fokus penelitian dan akhirnya menyimpulkan data tersebut secara deskriptif.


(25)

Lendra Morjuangsah, 2012 Estetika Dan Makna...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

a. Mengumpulkan data berupa catatan lapangan dan hasil observasi secara keseluruhan.

b. Menyusun dan mengelompokkan data sejenis sesuai dengan fokus penelitian. c. Menyusun data-data apa saja yang dinilai berhubungan dengan fokus

penelitian.

d. Memberikan komentar dan tafsiran terhadap data secara kontekstual.

e. Menyimpulkan data tersebut menjadi suatu pernyataan umum sekaligus menyusun temuan penelitian.

3. Tahapan Analisis Intensif

Tahapan ini merupakan tahap puncak dari penelitian. Semua pengorganisasian penulisan laporan penelitian dituangkan dalam satu karya ilmiah yang terbagi dalam lima bab yang meliputi pendahuluan, landasan teori, metodelogi penelitian, pembahasan mahkota Binokasih Sanghyang Pake, dan penutup.

Kegiatan pada tahap analisis ini meliputi:

a. Mengumpulkan catatan-catatan hasil observasi, studi pustaka, dan wawancara. b. Mengelompokkan data penelitian ke dalam data sejenis.

c. Menyusun data sesuai dengan fokus permasalahan dan tujuan penelitian. d. Menganalisa hubungan antara data yang satu dengan data yang lainnya. e. Memberikan komentar berupa tanggapan, tafsiran terhadap data. f. Menyusun temuan-temuan dan gagasan.


(26)

Lendra Morjuangsah, 2012 Estetika Dan Makna...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

F. Lokasi Penelitian

Lokasi yang dijadikan sumber informasi dari penelitian ini terletak diMuseum Prabu Geusan Ulun Jl. Pangeran Geusan Ulun, Kabupaten Sumedang. Museum ini terdiri dari beberapa gedung yang saling terpisahdan membentuk sebuah komplek. Masing-masing gedung menyimpan benda pusaka leluhur. Gedungyang berada dalam komplek museum ini diantaranya Gedung Srimanganti, Gedung Bumi Kaler, Gedung Gendeng, Gedung Gamelan, Gedung Kereta, dan Gedung Pusaka.Objek Mahkota Binokasih Sanghyang Pake yang diteliti berada di dalam Gedung Pusaka yang bersebelahan dengan Gedung Gendeng.

Gambar 3.2

Gedung Utama Museum YPS-Prabu Geusan Ulun. (Gedung Srimanganti)


(27)

Lendra Morjuangsah, 2012 Estetika Dan Makna...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Simpulan

Mahkota Binokasih merupakancerminan pola kebudayaan masyarakat Jawa Barat masa lampau, khususnya tentang nilai religi, sosial, seni, dan penerapan teknologi logam dalam penciptaan busana hiasan badan.Sebagai bagian dari busana hiasan badanmahkota Binokasih Sanghyang Pake merupakan karya seni yang adiluhung. Selain bernilai estetis, setiap ornamen yang terdapat pada mahkota masing-masing memiliki makna filosofis tentang hubungan antara manusia, alam, dan penciptanya. Mahkota Binokasih Sanghyang Pake merupakan busana hiasan kepala yang tidak biasa, karena mahkota tersebut merupakan representasi dari simbol dewa.Mahkota Binokasih Sanghyang Pake merupakan benda pusaka yang bernilai historis bagi masyarakat Jawa Barat, khususnya Kabupaten Sumedang. Sebagai warisan budaya, mahkota Binokasih Sanghyang Pake perlu mendapat perhatian dari berbagai pihak. Referensi tentang mahkota Binokasih Sanghyang Pake perlu dikembangkan agar bisa dijadikan bahan pembelajaran bagi generasi muda (khususnya di Sumedang)dalam mengenali kekayaan khazanah budayanya.Kajian dan analisis yang mendalam tentang mahkota Binokasih Sanghyang Pake bisa menggunakan berbagai sudut pandang penelitian. Salah satu yang penulis kajidan analisis dari mahkota Binokasih adalah permasalahan tentang kajian estetik dan makna simbolis mahkota.


(28)

Lendra Morjuangsah, 2012 Estetika Dan Makna...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

. Dari hasil analisis yang penulis lakukan, dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Jenis Ornamen Mahkota Binokasih Sanghyang Pake diantaranya; Ron(daun), Garuda Mungkur, Rarawis Siki Bonteng, Jamang, Terate/teratai, Lebah, Sumping Prabu Ngayuh, Susun Tiga, suluran tumbuhandan bunga-bungaan, suluran tumbuhan teknik kerawangan, dan ragam hias pinggiran padaJamangdanlengkungRon.

2. Fungsi Ornamen Mahkota Binokasih Sanghyang Pakediantaranya;

a. Fungsi Sebagai Ragam Hias Struktural = Ron(daun),Garuda Mungkur, Rarawis Siki Bonteng,Jamang, Terate/teratai, Lebah, Sumping Prabu Ngayuh.

b. Fungsi sebagai ragam hias isi = Suluran tumbuhan/bunga-bungaan (naturalis), daun, batang dan suluran tumbuhan teknik kerawangan.

c. Fungsi ornamen sebagai ragam hias pinggiran = Stilasi bunga (geometris) sebagai ragam hias pinggiran padaJamangdanlengkungRon.

3. Makna Simbolis Yang Terkandung Pada Mahkota Binokasih Sanghyang Pake Di Museum Prabu Geusan Ulun Kabupaten Sumedang ialah sebagai perlambangan keagungan dewa pada pemakainya.

B.Rekomendasi

Hasil penelitian ini bermanfaat sebagai rujukan bagi pengembangan bahan atau materi pembelajaran Seni Budaya (Seni Rupa).Harapan penulis dari uraian hasil penelitian mengenai kajian estetika dan makna Mahkota Binokasih Sanghyang Pake ini diantaranya sebagai berikut:


(29)

Lendra Morjuangsah, 2012 Estetika Dan Makna...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

1. Bagi pembaca, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan mengenai nilai sejarah dan nilai seni dari Mahkota Binokasih Sanghyang Pake. 2. BagiProgram Pendidikan Seni-SPs UPI, diharapkan hasil penelitianini dapat

dijadikan sebagai wacana dalam kajian bidang sejarah seni rupa Indonesia. 3. Bagi peneliti lainnya, diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu

sumber rujukan.

4. Bagi pemerintah daerah, penelitian ini diharapkan menjadi bahan masukan sebagai tambahan referensi tentang potensi budaya yang berada di Kabupaten Sumedang. Di samping itu, pemerintah harus berupaya mempromosikan museum dan benda koleksinya agar lebih dikenal luas masyarakat.

5. Bagi Museum Prabu Geusan Ulun-Yayasan Pangeran Sumedang, diharapkan tidak berhenti untuk mencari dan menggali data-data baru mengenai benda-benda pusaka dengan memanfaatkan kemajuan sumber daya masa kini. Hal ini sangat penting dilakukan untuk melengkapi data-data benda pusaka di Museum Prabu Geusan Ulun-YPS. Upaya promosi tentang benda koleksi di museum Prabu Geusan Ulun-YPS juga perlu dtingkatkan. Salah satu caranya adalah dengan memanfaatkan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi saat ini seperti media internet.


(30)

Lendra Morjuangsah, 2012 Estetika Dan Makna...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Anggraeni, Nies. (1987). Diskusi Ilmiah Arkeologi II, Estetika Dalam Arkeologi Indonesia.Pusat Penelitian Arkeologi Nasional.

Dharsono. (2007). Estetika.Bandung: Rekayasa Sains.

DepdikbudDirektoratKebudayaan. (1990). PameranRagamHias Dari MasaKeMasa.DirektoratPermuseuman.

Haryono, T. (1993).Aspek-aspekSimbolikpadaTeknikMetalurgi.Jakarta: Depdiknas.

Ganjar, K. (2007). PRANGKO INDONESIA (AnalisisEstetikDesainPrangkoTahun 2006).Skripsipada FPBS UPI Bandung: Tidakditerbitkan.

Harun, A.Z. dan Love, G. (Eds).(1986). TeoridanPraktekKerjaLogam(Edisi ke-3). Jakarta: Erlangga.

Julianita, J. et al. (1992). MengenalKoleksi Museum NegeriProvinsiJawa Barat-SriBaduga. Bandung: BagianProyekPembinaandanPermuseumanJawa Barat. Kartadibrata, R.M.A. (1995). Kumpulan data-data ke III.Sumedang: Museum

PrabuGeusanUlun-YayasanPangeranSumedang.

KamajayadanSukir. (Eds). (1980). Bab NatahSartaNyungging Ringgit Wacucal.Jakarta: BalaiPustaka.

Moleong, L. (1996). MetodePenelitianKualitatif. Bandung: RemajaRosdaKarya. Mudhofir, A. (2001).Kamus Istilah Filsafat dan Ilmu. Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press.

Mustopo, M.H. (1989). IlmuBudayadasar; Manusiadanbudaya.Surabaya: Usaha Nasional.

Napitupulu, I.M. (1998).TeknikPembuatanArtefakEmasJawa Kuna Abad VIII-XV Masehi.Tesispada PPS UI Depok: Tidakditerbitkan.

PusatPengembangandanPembinaanBahasa.(1999).KamusBesarBahasa Indonesia.DepartemenPendidikandanKebudayaan: BalaiPustaka.

Rosidi, A. (2005). Islam Dalam Kebudayaan Sunda. Pusat Studi Sunda. Bandung: PT. Kiblat Buku Utama.


(31)

Lendra Morjuangsah, 2012 Estetika Dan Makna...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Ruliah, N. Julianita, N. danMulyana, N. (1998). MengenalKoleksi Museum

NegeriProvinsiJawa

Barat-SriBaduga.BagianProyekPembinaandanPermuseumanJawa Barat-Museum NegeriPropinsiJawa Barat Sri Baduga.

Rustandi, D. (2008). “

KirabPusaka-MenyelamiKemasyuranKerajaanSumedangLarang”.TribunJabar(26 Maret 2008).

Sachari, A. (2002). Estetika (Makna Simbol dan Gaya). Bandung: Penerbit ITB. Sedyawati, E. (2010). Budaya Indonesia (Kajian Arkeologi, Seni, dan Sejarah).

Jakarta:Rajawali Pers.

Sumardjo, J. (2000). Filsafat Seni. Bandung: Penerbit ITB.

Sumardjo, J. (2009). Simbol-simbol Artefak Budaya Sunda. Bandung: PT. Kelir. Sumardjo, J. (2006). Estetika Paradoks. Bandung: Sunan Ambu Press.

Suryaman, N. Sunarya, Y.M. danSyukur, A. (1996). Mengenal Museum PrabuGeusanUlun Serta RiwayatLeluhurSumedang. Museum PrabuGeusanUlun-YayasanPangeranSumedang.

Suryana, J. (2002).WayangGolekSunda (KajianEstetikaRupaTokohGolek). Bandung: PT KiblatBukuUtama.

Suryaningrat, B. (1982). SejarahKabupatian I BhumiSumedang 1550-1950. Jakarta: RukunWargiCianjur.

Tamsyah, B.R. (2003). KamusLengkapSunda-Indonesia, Indonesia-Sunda, Sunda-Sunda. Bandung: CV PustakaSetia.

Tarjo, E. et al. (2005). SeniRupadanKerajinan.Bandung:UniversitasPendidikan Indonesia.

Toekio, S. (1987).MengenalRagamHias Indonesia. Bandung: CV Angkasa. Unajah, U. (2006). Tata RiasPengantinKebesaranSumedang.

DinasPendidikanProvinsiJabar.

Van der Hoop. (1947). Ragam Pola Perhiasan Indonesia. Bandoeng: Koninklijk Bataviaasch Genootschaap Van Kunsten En Wetenschappen.

Yudoseputro, W. (1983).SeniKerajinan


(32)

Lendra Morjuangsah, 2012 Estetika Dan Makna...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Yudoseputro, W. (1986).PengantarSeniRupa Islam Di Indonesia. Bandung: CV Angkasa.

_____. (1995). DokumentasiKoleksi Museum NegeriProvinsiJawa Barat Sri Baduga.Bandung: BagianProyekPengembanganPermuseuman-Museum NegeriProvinsiJawa Barat Sri Baduga.

_____. (2007). PedomanPenulisanKaryaIlmiah.Bandung: UniversitasPendidikan Indonesia.

_____.

(2005).BusanaPengantinSumedangMemakaiMahhkotadanSiger.Sumedang: Museum PrabuGeusanUlun-YayasanPangeranSumedang.

_____.(_____). Prolog

PembukaanAcaraAnggonKebesaranPengantinSumedang.Sumedang: Museum PrabuGeusanUlun-YayasanPangeranSumedang.

_____.(2011).KabupatenSumedang. [Online].Tersedia:

http://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Sumedang.(20 Oktober 2011). _____.(2011). Utah-utahandan Garuda Mungkur.[Online].Tersedia:

http://bharatayudha.multiply.com/photos. (20 Oktober 2011)

_____.(2011). [Online].Prasejarah.Tersedia: www.e-dukasi.net. (18Februari 2012).

_____. (2011). [Online]. Tersedia:

http://yabaluri.org/TRIVENI/CDWEB/HeadGearsinHinduArtmar37.htm. (10 Februari 2012).


(1)

135

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Simpulan

Mahkota Binokasih merupakancerminan pola kebudayaan masyarakat Jawa Barat masa lampau, khususnya tentang nilai religi, sosial, seni, dan penerapan teknologi logam dalam penciptaan busana hiasan badan.Sebagai bagian dari busana hiasan badanmahkota Binokasih Sanghyang Pake merupakan karya seni yang adiluhung. Selain bernilai estetis, setiap ornamen yang terdapat pada mahkota masing-masing memiliki makna filosofis tentang hubungan antara manusia, alam, dan penciptanya. Mahkota Binokasih Sanghyang Pake merupakan busana hiasan kepala yang tidak biasa, karena mahkota tersebut merupakan representasi dari simbol dewa.Mahkota Binokasih Sanghyang Pake merupakan benda pusaka yang bernilai historis bagi masyarakat Jawa Barat, khususnya Kabupaten Sumedang. Sebagai warisan budaya, mahkota Binokasih Sanghyang Pake perlu mendapat perhatian dari berbagai pihak. Referensi tentang mahkota Binokasih Sanghyang Pake perlu dikembangkan agar bisa dijadikan bahan pembelajaran bagi generasi muda (khususnya di Sumedang)dalam mengenali kekayaan khazanah budayanya.Kajian dan analisis yang mendalam tentang mahkota Binokasih Sanghyang Pake bisa menggunakan berbagai sudut pandang penelitian. Salah satu yang penulis kajidan analisis dari mahkota Binokasih adalah permasalahan tentang kajian estetik dan makna simbolis mahkota.


(2)

136

. Dari hasil analisis yang penulis lakukan, dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Jenis Ornamen Mahkota Binokasih Sanghyang Pake diantaranya; Ron(daun),

Garuda Mungkur, Rarawis Siki Bonteng, Jamang, Terate/teratai, Lebah, Sumping Prabu Ngayuh, Susun Tiga, suluran tumbuhandan bunga-bungaan, suluran tumbuhan teknik kerawangan, dan ragam hias pinggiran padaJamangdanlengkungRon.

2. Fungsi Ornamen Mahkota Binokasih Sanghyang Pakediantaranya;

a. Fungsi Sebagai Ragam Hias Struktural = Ron(daun),Garuda Mungkur, Rarawis Siki Bonteng,Jamang, Terate/teratai, Lebah, Sumping Prabu Ngayuh.

b. Fungsi sebagai ragam hias isi = Suluran tumbuhan/bunga-bungaan

(naturalis), daun, batang dan suluran tumbuhan teknik kerawangan.

c. Fungsi ornamen sebagai ragam hias pinggiran = Stilasi bunga (geometris) sebagai ragam hias pinggiran padaJamangdanlengkungRon.

3. Makna Simbolis Yang Terkandung Pada Mahkota Binokasih Sanghyang Pake

Di Museum Prabu Geusan Ulun Kabupaten Sumedang ialah sebagai perlambangan keagungan dewa pada pemakainya.

B.Rekomendasi

Hasil penelitian ini bermanfaat sebagai rujukan bagi pengembangan bahan atau materi pembelajaran Seni Budaya (Seni Rupa).Harapan penulis dari uraian hasil penelitian mengenai kajian estetika dan makna Mahkota Binokasih Sanghyang Pake ini diantaranya sebagai berikut:


(3)

137

1. Bagi pembaca, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan mengenai nilai sejarah dan nilai seni dari Mahkota Binokasih Sanghyang Pake. 2. BagiProgram Pendidikan Seni-SPs UPI, diharapkan hasil penelitianini dapat

dijadikan sebagai wacana dalam kajian bidang sejarah seni rupa Indonesia. 3. Bagi peneliti lainnya, diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu

sumber rujukan.

4. Bagi pemerintah daerah, penelitian ini diharapkan menjadi bahan masukan sebagai tambahan referensi tentang potensi budaya yang berada di Kabupaten Sumedang. Di samping itu, pemerintah harus berupaya mempromosikan museum dan benda koleksinya agar lebih dikenal luas masyarakat.

5. Bagi Museum Prabu Geusan Ulun-Yayasan Pangeran Sumedang, diharapkan tidak berhenti untuk mencari dan menggali data-data baru mengenai benda-benda pusaka dengan memanfaatkan kemajuan sumber daya masa kini. Hal ini sangat penting dilakukan untuk melengkapi data-data benda pusaka di Museum Prabu Geusan Ulun-YPS. Upaya promosi tentang benda koleksi di museum Prabu Geusan Ulun-YPS juga perlu dtingkatkan. Salah satu caranya adalah dengan memanfaatkan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi saat ini seperti media internet.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Anggraeni, Nies. (1987). Diskusi Ilmiah Arkeologi II, Estetika Dalam Arkeologi Indonesia.Pusat Penelitian Arkeologi Nasional.

Dharsono. (2007). Estetika.Bandung: Rekayasa Sains.

DepdikbudDirektoratKebudayaan. (1990). PameranRagamHias Dari

MasaKeMasa.DirektoratPermuseuman.

Haryono, T. (1993).Aspek-aspekSimbolikpadaTeknikMetalurgi.Jakarta:

Depdiknas.

Ganjar, K. (2007). PRANGKO INDONESIA (AnalisisEstetikDesainPrangkoTahun

2006).Skripsipada FPBS UPI Bandung: Tidakditerbitkan.

Harun, A.Z. dan Love, G. (Eds).(1986). TeoridanPraktekKerjaLogam(Edisi ke-3). Jakarta: Erlangga.

Julianita, J. et al. (1992). MengenalKoleksi Museum NegeriProvinsiJawa

Barat-SriBaduga. Bandung: BagianProyekPembinaandanPermuseumanJawa Barat.

Kartadibrata, R.M.A. (1995). Kumpulan data-data ke III.Sumedang: Museum PrabuGeusanUlun-YayasanPangeranSumedang.

KamajayadanSukir. (Eds). (1980). Bab NatahSartaNyungging Ringgit

Wacucal.Jakarta: BalaiPustaka.

Moleong, L. (1996). MetodePenelitianKualitatif. Bandung: RemajaRosdaKarya. Mudhofir, A. (2001).Kamus Istilah Filsafat dan Ilmu. Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press.

Mustopo, M.H. (1989). IlmuBudayadasar; Manusiadanbudaya.Surabaya: Usaha Nasional.

Napitupulu, I.M. (1998).TeknikPembuatanArtefakEmasJawa Kuna Abad VIII-XV Masehi.Tesispada PPS UI Depok: Tidakditerbitkan.

PusatPengembangandanPembinaanBahasa.(1999).KamusBesarBahasa

Indonesia.DepartemenPendidikandanKebudayaan: BalaiPustaka.

Rosidi, A. (2005). Islam Dalam Kebudayaan Sunda. Pusat Studi Sunda. Bandung: PT. Kiblat Buku Utama.


(5)

Ruliah, N. Julianita, N. danMulyana, N. (1998). MengenalKoleksi Museum

NegeriProvinsiJawa

Barat-SriBaduga.BagianProyekPembinaandanPermuseumanJawa Barat-Museum

NegeriPropinsiJawa Barat Sri Baduga.

Rustandi, D. (2008). “

KirabPusaka-MenyelamiKemasyuranKerajaanSumedangLarang”.TribunJabar(26 Maret

2008).

Sachari, A. (2002). Estetika (Makna Simbol dan Gaya). Bandung: Penerbit ITB. Sedyawati, E. (2010). Budaya Indonesia (Kajian Arkeologi, Seni, dan Sejarah).

Jakarta:Rajawali Pers.

Sumardjo, J. (2000). Filsafat Seni. Bandung: Penerbit ITB.

Sumardjo, J. (2009). Simbol-simbol Artefak Budaya Sunda. Bandung: PT. Kelir. Sumardjo, J. (2006). Estetika Paradoks. Bandung: Sunan Ambu Press.

Suryaman, N. Sunarya, Y.M. danSyukur, A. (1996). Mengenal Museum

PrabuGeusanUlun Serta RiwayatLeluhurSumedang. Museum

PrabuGeusanUlun-YayasanPangeranSumedang.

Suryana, J. (2002).WayangGolekSunda (KajianEstetikaRupaTokohGolek).

Bandung: PT KiblatBukuUtama.

Suryaningrat, B. (1982). SejarahKabupatian I BhumiSumedang 1550-1950.

Jakarta: RukunWargiCianjur.

Tamsyah, B.R. (2003). KamusLengkapSunda-Indonesia, Indonesia-Sunda,

Sunda-Sunda. Bandung: CV PustakaSetia.

Tarjo, E. et al. (2005). SeniRupadanKerajinan.Bandung:UniversitasPendidikan Indonesia.

Toekio, S. (1987).MengenalRagamHias Indonesia. Bandung: CV Angkasa.

Unajah, U. (2006). Tata RiasPengantinKebesaranSumedang.

DinasPendidikanProvinsiJabar.

Van der Hoop. (1947). Ragam Pola Perhiasan Indonesia. Bandoeng: Koninklijk Bataviaasch Genootschaap Van Kunsten En Wetenschappen.

Yudoseputro, W. (1983).SeniKerajinan


(6)

Yudoseputro, W. (1986).PengantarSeniRupa Islam Di Indonesia. Bandung: CV Angkasa.

_____. (1995). DokumentasiKoleksi Museum NegeriProvinsiJawa Barat Sri

Baduga.Bandung: BagianProyekPengembanganPermuseuman-Museum

NegeriProvinsiJawa Barat Sri Baduga.

_____. (2007). PedomanPenulisanKaryaIlmiah.Bandung: UniversitasPendidikan Indonesia.

_____.

(2005).BusanaPengantinSumedangMemakaiMahhkotadanSiger.Sumedang:

Museum PrabuGeusanUlun-YayasanPangeranSumedang.

_____.(_____). Prolog

PembukaanAcaraAnggonKebesaranPengantinSumedang.Sumedang:

Museum PrabuGeusanUlun-YayasanPangeranSumedang.

_____.(2011).KabupatenSumedang. [Online].Tersedia:

http://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Sumedang.(20 Oktober 2011).

_____.(2011). Utah-utahandan Garuda Mungkur.[Online].Tersedia:

http://bharatayudha.multiply.com/photos. (20 Oktober 2011)

_____.(2011). [Online].Prasejarah.Tersedia: www.e-dukasi.net. (18Februari 2012).

_____. (2011). [Online]. Tersedia:

http://yabaluri.org/TRIVENI/CDWEB/HeadGearsinHinduArtmar37.htm. (10 Februari 2012).